Aktivitas antioksidan Lactobacillus spp isolat feses bayi...

download Aktivitas antioksidan Lactobacillus spp isolat feses bayi ...erepo.unud.ac.id/412/1/df65b4d2b6d03d66124132ee6a7d683c.pdf · bakteri Gram positif, katalase negatif, ... berperan dalam

If you can't read please download the document

Transcript of Aktivitas antioksidan Lactobacillus spp isolat feses bayi...

  • i

    Kode/Nama Rumpun Ilmu* :165/ Teknologi Pangan dan Gizi

    LAPORAN

    PENELITIAN HIBAH BERSAING

    Aktivitas antioksidan Lactobacillus spp isolat feses bayi untuk pengembangan probiotik

    (Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun)

    PENGUSUL

    Ir. Komang Ayu Nocianitri, M.Agr.Sc. NIDN: 0008036801 Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Dr. Drs. Yan Ramona, M.App.Sc.

    NIDN: 0031126651 NIDN: 0022106401

    Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan

    Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian

    Nomor : 311-29/UN14.2/PNL.01.03.00/2015

    UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

    OKTOBER 2015

  • ii

  • iii

    RINGKASAN

    Seleksi strain probiotik yang mempunyai aktivitas antioksidan secara in vitro

    Oleh Komang Ayu Nocianitri 1#, I N Sujaya2, Yan Ramona 3

    1)Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan - FTP, 2) PS Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fak. Kedokteran, Universitas Udayana, 3) PS Biologi Fakultas MIPA, Unud

    # Email : [email protected]

    Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang apabila diberikan pada jumlah yang tepat dapat bermanfaat bagi kesehatan saluran pencernaan (FAO. 2002). Pada awalnya, konsumsi probiotik bertujuan untuk memodulasi dan meningkatkan keseimbangan mikroba usus, akan tetapi saat ini, strain probiotik telah dikembangkan untuk merespon target fisiologis tertentu. Probiotik telah diketahui memberikan dampak menyehatkan pada individu karena dapat meningkatkan keseimbangan mikroba yang menguntungkan dalam saluran pencernaan (Fuller, 1989). Salah satu dampak menyehatkan dari probiotik adalah mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Sekhon, 2010; Kim, 2006ab; Gao, 2011, Basileios et al., 2011, Chu-Chyn et al., 2009).

    Pola konsumsi pangan dewasa ini lebih banyak mengkonsumsi pangan siap saji (fast food) yang banyak mengandung lemak dan rendah serat. Makanan berlemak disamping dapat meningkatkan kadar kolesterol darah juga dapat menjadi sumber radikal bebas yang secara endogen dapat membentuk peroksidasi lipid di dalam tubuh. Didalam tubuh terdapat sistem antioksidan untuk melawan radikal bebas secara endogen. Peningkatan radikal bebas melebihi antioksidan endogen dalam tubuh dapat menimbulkan stres oksidatif. Keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan akan terganggu apabila keseimbangan mikroflora usus terganggu. Salah satu cara untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus untuk mencegah terjadinya stress oksidatif adalah dengan konsumsi probiotik. Mikroorganisme memiliki sistem antioksidan untuk menjaga tingkat radikal bebas yang tidak beracun bagi sel (Farr dan Kogoma, 1991). Aktivitas antioksidan dari mikroorganisme merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan terhadap stress oksidatif.

    Sifat fungsional dari mikroba probiotik bersifat spesifik strain, dimana setiap strain probiotik mempunyai sifat fungsional yang berbeda. Bakteri asam laktat yang telah diisolasi dari feses bayi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai probiotik, akan tetapi sifat-sifat fungsional (aktivitas antioksidan) dari probiotik tersebut perlu dieksplorasi lebih jauh. Penelitian tahun pertama bertujuan untuk mencari strain probiotik yang mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi secara in vitro dari beberapa strain probiotik yang telah diisolasi dari feses bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat yang dipergunakan termasuk

  • iv

    bakteri Gram positif, katalase negatif, tidak membentuk gas dengan bentuk batang berantai. Semua isolat menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan nilai OD pada panjang gelombang 660 nm berkisar antara 1,184 sampai 2,889 dengan total BAL berkisar antara 106 sampai 1010. Pengujian aktivitas antioksidan dari masing-masing strain secara in menunjukkan bahwa penghambatan peroksidasi lipid berkisar antara 10,12% sampai dengan 83,02%, kemampuan untuk menangkap radikal hidroksil (OH-) berkisar antara 16,50% sampai dengan 46,73% dan kemampuan untuk mengikat (mengkelat) logam Fe (Fe2+) berkisar antara 3,94% sampai dengan 44 52%. Strain yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi untuk ketiga variabel yang diamati yaitu penghambatan peroksidasi lipid, aktivitas pengikatan ion Fe, dan aktivitas penangkapan radikal hidroksil ditunjukkan oleh isolat Lactobacillus sp. FBB nomor 60 dan Lactobacillus sp. FBB 81. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan dari bakteri probiotik bersifat spesifik strain, dimana strain yang berbeda menunjukkan aktivitas antioksidan melalui mekanisme yang berbeda dan strain yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu Lactobacillus Sp. FBB 60 dan Lactobacillus sp FBB 81

    Kata kunci : probiotik, antioksidan, lactobacillus

  • v

    PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat

    rahmat-Nya laporan penelitian yang berjudul Aktivitas antioksidan Lactobacillus spp isolat

    feses bayi untuk pengembangan probiotik ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh kandidat probiotik asli Indonesia yang

    memiliki potensi sebagai strain probiotik yang dapat dikembangkan sebagai makanan

    fungsional (functional food).

    Dalam mengerjakan penelitian ini penulis memperoleh banyak bantuan dan dukungan dari

    berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah

    membiayai penelitian ini.

    2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., selaku Kepala Lembaga Penelitian

    dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Udayana yang telah mendanai penelitian

    ini melalui alokasi dana Hibah Bersaing

    3. Bapak Dr. Ir. I D.G. Mayun Permana, MS selaku Dekan Fakulktas Teknologi Pertanian,

    Universitas Udayana atas segala dukungan yang diberikan

    4. Staf UPT. Laboratorium Biosains dan Bioteknologi beserta seluruh pihak yang turut

    berperan dalam penelitian dan penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan

    satu per satu.

    Peneliti menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

    sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

    penyempurnaannya. Penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan

    sumbangan bagi bidang ilmu pengetahuan.

    Bukit Jimbaran, 30 Oktober 2015

    Tim Peneliti,

  • vi

    DAFTAR ISI

    Hal

    JUDUL .. i

    HALAMAN PENGESAHAN ... ii

    RINGKASAN ... iii

    PRAKATA v

    DAFTAR ISI ... vi

    BAB I. PENDAHULUAN .. 1

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA . 4

    BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT .... 11

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 12

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN . 21

    DAFTAR PUSTAKA ... 22

    LAMPIRAN .. 27

  • 1

    BAB I. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Pola konsumsi pangan dewasa ini lebih banyak mengkonsumsi pangan siap saji

    (fast food) yang banyak mengandung lemak dan rendah serat. Pola makan yang

    mengandung lemak tinggi, khususnya yang mengandung kolesterol tinggi dan lemak

    jenuh, memberikan peluang meningkatkan kadar kolesterol darah, umumnya

    meningkatkan kemungkinan seseorang menderita arterosklerosis. Makanan berlemak

    disamping dapat meningkatkan kadar kolesterol darah juga dapat menjadi sumber

    radikal bebas yang secara endogen dapat membentuk peroksidasi lipid di dalam tubuh.

    Dewasa ini pangan fungsional berkembang dengan pesat, dimana pangan yang

    dikonsumsi diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan zat nutrisi, tetapi juga

    dapat menstimulasi salah satu fungsi khusus dalam kesehatan individu. Bakteri asam

    laktat (BAL) telah banyak dimanfaatkan oleh industri pangan dalam menciptakan

    produk pangan fungsional untuk memelihara kesehatan saluran pencernaan manusia,

    yang dikenal dengan istilah probiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang

    apabila diberikan pada jumlah yang tepat dapat bermanfaat bagi kesehatan saluran

    pencernaan (FAO. 2002).

    Pada awalnya, konsumsi probiotik bertujuan untuk memodulasi dan

    meningkatkan keseimbangan mikroba usus, akan tetapi saat ini, strain probiotik telah

    dikembangkan untuk merespon target fisiologis tertentu. Probiotik telah diketahui

    memberikan dampak menyehatkan pada individu karena dapat meningkatkan

    keseimbangan mikroba yang menguntungkan dalam saluran pencernaan (Fuller, 1989).

    Beberapa dampak menyehatkan dari probiotik antara lain: penanggulangan diare

    (Salazar et al., 2007; Pant et al., 2007 ; Tabbers dan Benninga, 2007; Collado et al.,

    2009 ), menstimulasi sistem kekebalan tubuh (Isolauri et al., 2001 ; Isolauri dan

    Salminen, 2008), mencegah kanker kolon dan usus (Pato, 2003; Liong, 2008),

    penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak (Betsi et al., 2008; Torii et al., 2010),

    menurunkan kadar kolesterol darah (Ooi et al., 2010; Kumar et al., 2012; Lee et al.,

  • 2

    2009),dan sebagai antioksidan (Sekhon, 2010; Kim, 2006ab; Gao, 2011, Basileios et al.,

    2011, Chu-Chyn et al., 2009).

    Radikal bebas dapat merusak makromolekul seperti merusak lipid membran sel,

    DNA, protein dan menyebabkan stres oksidatif sel (Valko et al, 2006). Didalam tubuh

    terdapat sistem antioksidan untuk melawan radikal bebas secara endogen. Antioksidan

    endogen adalah antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh yang terdiri atas enzim-enzim

    superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) atau glutation reduktase

    (GR) serta enzim katalase (CAT) dan antioksidan non enzimatik seperti glutation

    (GSH), transferin, asam urat dan lain lain. Peningkatan radikal bebas melebihi

    antioksidan endogen dalam tubuh dapat menimbulkan stres oksidatif. Keseimbangan

    antara radikal bebas dan antioksidan akan terganggu apabila keseimbangan mikroflora

    usus terganggu. Salah satu cara untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus untuk

    mencegah terjadinya stress oksidatif adalah dengan konsumsi probiotik.

    Mikroorganisme memiliki sistem antioksidan untuk menjaga tingkat radikal bebas yang

    tidak beracun bagi sel (Farr dan Kogoma, 1991). Aktivitas antioksidan dari

    mikroorganisme merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan terhadap

    spesies oksigen reaktif (ROS).

    Bakteri asam laktat (BAL) banyak dipergunakan sebagai probiotik. Disisi lain,

    probiotik yang beredar di Indonesia pada saat ini kebanyakan dari strain yang bukan asli

    Indonseia (import). Hal ini memacu penelitian untuk menggali potensi BAL dari sumber

    alam Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia. Serangkaian

    penelitian telah dilakukan untuk mengisolasi BAL dari feses bayi sehat (23 strain) yang

    mempunyai potensi sebagai probiotik (Koleksi UPT laboratorium terpadu biosain dan

    bioteknologi, Unud). Beberapa BAL yang telah diisolasi mempunyai ketahanan yang

    baik pada kondisi saluran pencernaan seperti pH rendah (pH 2, 3, dan 4) dan empedu

    (deoksi kolat), mampu melewati kondisi usus dengan kandungan 0,4 mM sodium deoksi

    kolat dan pankreatin sehingga isolat ini mempunyai potensi sebagai probiotik (Sujaya et

    al., 2008 a,b: Febianingsih et al., 2007; Marsia et al., 2007 dan Nocianitri et al., 2011)

    Sifat fungsional dari mikroba probiotik bersifat spesifik strain, dimana setiap

    strain probiotik mempunyai sifat fungsional yang berbeda. Bakteri asam laktat yang

  • 3

    telah diisolasi dari feses bayi mempunyai potensi sebagai probiotik isolat lokal, akan

    tetapi sifat-sifat fungsional (aktivitas antioksidan) dari probiotik tersebut perlu

    dieksplorasi lebih jauh, sehingga dapat dipergunakan untuk pengembangan pangan

    fungsional.

  • 4

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA

    1. Probiotik Lilley dan Stiwel pada tahun 1965 pertama kali mengemukakan istilah probiotik

    sebagai sejenis senyawa yang dihasilkan oleh satu organism yang mampu menstimulasi

    pertumbuhan organisme lain (Neha et al., 2012). Probiotik didefinisikan sebagai

    mikroorganisme hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat

    memberikan manfaat kesehatan bagi yang mengkonsumsinya FAO (2002). Menurut

    Fuller (1989), probiotik adalah bakteri hidup suplemen bahan makanan yang

    memberikan efek menguntungkan bagi manusia dengan menjaga keseimbangan bakteri

    menguntungkan di dalam saluran pencernaan. Pengertian-pengertian tentang probiotik

    menyatakan bahwa baik strain maupun produk dari bakteri probiotik tersebut telah

    terbukti secara ilmiah aman dan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan (Salminen et

    al., 2004). Probiotik bermanfaat bagi kesehatan karena mikroba tersebut dapat

    meningkatkan keseimbangan mikroba yang menguntungkan dalam saluran pencernaan

    (Fuller, 1989). Bahan makanan yang mengandung probiotik juga tergolong pangan

    fungsional jika secara nyata memiliki pengaruh terhadap satu atau lebih fungsi tubuh

    sehingga memberikan efek kesehatan ataupun pengobatan pada manusia diluar nilai

    nutrisi yang dimiliki (Salminen et al. 2004).

    Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (lactobacilli dan

    bifidobacteria) karena bakteri ini telah diterima sebagai food grade bacteria dan telah

    dianggap sebagai bakteri yang aman (GRAS, generally recognized as safe) karena

    dipergunakan dalam produksi bahan pangan terfermentasi secara alamiah. Penelitian

    tentang bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan manusia menunjukkan bahwa

    lactobacilli dan bifidobacteria merupakan spesies BAL dominan disamping itu Weisella

    spp., Pediococcus spp, dan Leuconostoc spp. merupakan populasi yang sangat terbatas

    (Vaughan et al., 2002; Sujaya et al., 2003a).

    Produk probiotik bakteri yang beredar di pasar secara garis besar tujuan

    penggunaannya adalah: (1) probiotik untuk mencegah diarrhea: Lactobacillus

    acidophilus dikombinasikan dengan Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus. rhamnosus

  • 5

    GG, Enterococcus faecium SF68i dan Bifidobacterium longum, Saccharomyces

    boulardi; (2) probiotik untuk gastroenteritis akut: L. rhamnosus GG, Lactobacillus

    reuteri, Lactobacillus casei strain Shirota, Enterococcus faecium SF68 dan Sacc.

    boulardi; (3) probiotik untuk travellers diarrhea: L. acidophilus, L. acidophilus

    dikombinasikan dengan L. bulgaricus, Lactobacillus fermentum strain KLD, L.

    rhamnosus GG dan Sacc. boulardi (Marteau et al., 2001).

    Pada awal perkembangan era probiotik, L.casei strain Shirota (Yakult) serta L.

    rhamnosus GG, merupakan dua strain lactobacilli yang mengawali perkembangan

    probiotik bakteri. Seiring dengan kemajuan teknologi, beberapa strain baru

    dikembangkan sebagai probiotik dengan harapan dapat memberikan berbagai

    keunggulan spesifik pada aspek kesehatan (Klaenhammer dan Kullen, 1999). Beberapa

    kriteria yang diharapkan dalam pengembangan probiotik baru seperti: (1) kecocokan

    (untuk probiotik konsumsi manusia sebaiknya diisolasi dari saluran pencernaan manusia

    sehingga mengurangi resiko toksisitasnya); (2) kecocokan dalam teknologi

    pengembangan/produksi dimana diharapkan mudah diproduksi secara masal/skala besar,

    viabilitas yang tinggi, tidak mengganggu nilai sensoris bahan pangan apabila diikutkan

    dalam bahan pangan tertentu, stabil secara genetis dan memungkinkan dilakukan

    rekayasa genetika; (3) kemampuan bersaing seperti mampu bertahan dan berkembang

    biak di dalam saluran pencernaan, tahan terhadap kondisi saluran pencernaan (asam

    empedu, pH rendah), mampu bersaing dengan flora normal di dalam saluran pencernaan,

    dan mampu melakukan adhesi pada sel epitel saluran pencernaan; (4) efek fungsional

    seperti mampu menimbulkan dampak menyehatkan, antagonis terhadap patogen,

    produksi zat antimikrobial, imunstimulator, anti karsinogenik dan anti mutagenik,

    produksi bioaktif (enzyme, vaccines, peptida) (Klaemhammer dan Kullen, 1999).

    Telah diketahui bahwa probiotik memberikan dampak menyehatkan pada

    individu yang mengkonsumsinya. Beberapa aspek menyehatkan probiotik antara lain:

    penanggulangan diare (Salazar et al., 2007; Pant et al., 2007 ; Tabbers dan Benninga,

    2007; Collado et al., 2009 ), menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh (Isolauri et

    al., 2001 ; Isolauri dan Salminen, 2008), menurunkan kadar kolesterol (Ooi et al., 2010;

    Kumar et al., 2012; Lee et al., 2009), pencegahan kanker kolon dan usus (Pato, 2003;

  • 6

    Liong, 2008), penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak (Betsi et al., 2008;

    Torii et al., 2010), dan sebagai antioksidan (Sekhon, 2010; Kim, 2006; Gao, 2011,

    Basileios et al., 2011, Chin-Chyn et al., 2009). Dengan berbagai aspek menyehatkan

    (efek fungsional) dari probiotik, maka memberi potensi baru dalam pengembangan

    makanan fungsional

    2.2 Aktivitas antioksidan dari probiotik Antioksidan merupakan senyawa yang diperlukan oleh tubuh untuk melindungi

    sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah

    molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit

    terluarnya. Dalam upaya penstabilan diri atau pemulihan keganjilan elektronnya,

    elektron pada radikal bebas tersebut secara cepat ditransfer atau menarik elektron

    makromolekul biologis sekitarnya seperti asam lemak jenuh, protein, polisakarida, asam

    nukleat, dan asam deoksiribonukleat. Radikal bebas sangat diperlukan bagi

    kelangsungan beberapa proses fisiologis dalam tubuh terutama untuk transportasi

    elektron. Bila jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih tinggi dari jumlah sistem

    antioksidan maka akan terjadi stress oksidatif. Radikal bebas dapat merusak

    makromolekul seperti merusak lipid membran sel, DNA, protein dan menyebabkan stres

    oksidatif sel (Valko et al, 2006). Makromolekul yang teroksidasi akan terdegradasi dan

    jika makromolekul tersebut merupakan bagian dari sel atau organelnya maka akan

    berakibat pada kerusakan sel (Halliwell & Gutteridge, 1999)

    Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh (endogenus) maupun luar tubuh

    (eksogenus). Secara endogen radikal bebas merupakan hasil sampingan proses

    metabolisme. Radikal bebas secara endogen dapat berasal dari makanan sumber lipid

    yang dapat membentuk peroksidasi lipid di dalam tubuh, maupun pada keadaan kondisi

    stress, sakit dan olah raga yang berlebihan. Menurut Hwang et al. (2005) yang termasuk

    kedalam radikal bebas endogenus adalah superoksida (O-), hidroksil (OH-), hidrogen

    peroksida (H2O2), dan peroksinitrit. sedangkan radikal bebas eksogenus dapat berasal

    dari radiasi, asap rokok, kabut asap, emisi kendaraan, NO2 dan NO. Peningkatan radikal

  • 7

    bebas melebihi antioksidan endogen dalam tubuh dapat menimbulkan stres oksidatif,

    sehingga menyebabkan terjadinya penurunan antioksidan.

    Di dalam tubuh terdapat mekanisme antioksidan atau anti radikal bebas secara

    endogenik, tetapi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan

    antioksidan yang berasal dari sumber alami atau sintetik dari luar tubuh. Berdasarkan

    sumbernya antioksidan dibagi dua yaitu antioksidan endogen dan antioksidan eksogen.

    Antioksidan endogen adalah antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh yang terdiri atas

    enzim-enzim superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) atau glutation

    reduktase (GR) serta enzim katalase (CAT) dan antioksidan non enzimatik seperti

    glutation (GSH), transferin, asam urat dan lain lain. Antioksidan eksogen adalah

    antioksidan yang dibutuhkan dari luar seperti senyawa senyawa flavonoid, vitamin C,

    vitamin E dan karotenoid yang banyak ditemukan dalam sayur-sayuran dan buah-buahan

    (Heinonen and Albanes, 1994). Mekanisme antioksidan dalam menangkal radikal bebas

    adalah dengan cara: (1) mengkatalisir pemusnahan radikal bebas dalam sel oleh enzim

    superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), gluthathion peroksidase (GPx),

    gluthathion reduktase (GR), (2) pengikatan ion logam seperti Fe2+ dan Cu2+ oleh

    antioksidan logam transisi terikat protein seperti: transferin, haptoglobin, hemopeksin

    dan seruloplasmin, dan (3) pembersihan spesies oksigen reaktif (ROS) oleh antioksidan

    dengan senyawa-senyawa yang memiliki berat molekul kecil yang dapat menerima dan

    memberi elektron dari atau ke radikal bebas, sehingga membentuk senyawa baru yang

    stabil seperti: glutation tereduksi (GSH), asam askorbat, bilirubin, -tokoferol dan asam

    urat (Halliwell & Gutteridge, 1999).

    Konsumsi probiotik atau produk-produk pangan yang mengandung probiotik

    merupakan salah satu cara ideal untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus. Apabila

    keseimbangan mikroflora usus terganggu, maka keseimbangan antara radikal bebas dan

    antioksidan juga terganggu dan dampaknya adalah terjadi stress oksidatif. Bakteri

    probiotik menunjukkan aktivitas antioksidan melalui mekanisme: (1) memperkuat

    pertahanan seluler dengan mensekresikan enzim antioksidan; (2) melepaskan dan

    memacu produksi GSH yaitu antioksidan nonenzimatik utama dan penangkap radikal

  • 8

    bebas; (3) meningkatkan produksi biomolekul antioksidan tertentu, seperti EPSS, dan (4)

    pengikatan ion logam (Basileios et al., 2011).

    Superoksida dismutase (SOD) merupakan enzim antioksidan endogen yang

    menjadi lini pertahanan pertama antioksidan tubuh dalam melindungi sel dari radikal

    bebas (Fridovich 1995). Superoxide dismutase (SOD) merupakan enzim antioksidan

    endogen yang paling efektif dalam mengkatalisis dan mengkonversi radikal bebas anion

    superoksida menjadi molekul oksigen dan hidrogen peroksida. SOD bekerja melalui

    sistem pertahanan preventif, menghambat atau merusak proses pembentukan radikal

    bebas. Spesies probiotik mempunyai kemampuan dalam memproduksi dan melepaskan

    SOD. Lactobacillus plantarum dan Lactococcus lactis mampu memproduksi dan

    melepaskan SOD dan menunjukkan efek anti inflamasi dalam TNBS kolitis model

    (Basileios et al., 2011). Lactobacillus casei Zhang mampu meningkatkan aktivitas SOD

    dan GSH-Px pada hati dan serum tikus hyperlipidemik (Zhang et al., 2010). Penelitian

    lain menunjukkan bahwa Lactobacillus gasseri mampu menghasilkan Mn-SOD yang

    dapat mengurangi radang usus pada tikus (Caroll et al., 2007). Dua strain Lactobacillus

    fermentum E-3 dan E-18 dan Streptococcus thermophilus menunjukkan aktivitas

    antioksidan yang signifikan karena mampu memproduksi SOD (Kullisaar et al., 2002

    dan Chang and Hassan, 1997).

    Molekul antioksidan non-enzimatik intraseluler yang paling penting adalah

    glutathione (GSH). Glutathione adalah tripeptide yang berisi grup sulfhidril (-SH)

    (glutamin, sistein, and glisin) dan sangat efisien dalam mendetoksifikasi spesies reaktif

    oksigen dan peroksida. Dalam reaksi berantai oksidatif, GSH dikonversi menjadi bentuk

    glutathione disulfida teroksidasi (GSSG). Salah satu fungsi yang paling penting dari

    GSH adalah bertindak sebagai penangkap radikal hidroksil (OH.) apabila radikal

    hidroksil tidak dapat dihilangkan dengan reaksi enzimatik (Pompella et al., 2003). Strain

    probiotik bifidobacterium dan lactococcus dapat langsung menghasilkan atau memacu

    pelepasan glutathione ke usus, sehingga bisa memiliki nilai terapi yang potensial

    (Musenga et al., 2007). Strain probiotik Lactobacillus fermentum dapat memproduksi

    GSH dan prekursor dipeptida -Glu-Sis yang memfasilitasi pemulihan peradangan

    jaringan pada model TNBS kolitis tikus secara in vitro (Peran et al., 2006). Penelitian

  • 9

    lain menunjukkan bahwa jumlah GSH meningkat pada pankreas setelah pemberian

    probiotik Lactobacillus acidophilus W70, L. Casei W56, L. salivarius W24,

    Lactococcus lactis W58, Bifidobacterium bifidum W23, dan B. lactis W52 (Lutgendorff

    et al., 2008).

    Probiotik dapat menunjukkan aktivitas antioksidan dengan memproduksi

    senyawa antioksidan tertentu untuk mengurangi stres oksidatif yaitu eksopolisakarida

    (EPS). Eksopolisakarida merupakan rantai panjang polisakarida terdiri dari gula atau

    turunan gula, seperti galaktosa, glukosa, dan rhamnosa. Bakteri probiotik melepaskan

    EPS ke lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri mereka dari kondisi yang tidak

    menguntungkan seperti pada pH dan suhu yang ekstrim. Kodali dan Sen (2008)

    melaporkan bahwa probiotik bakteri Bacillus coagulans RK-02 mensintesis EPS

    ekstraselular dan EPS ini menunjukkan aktivitas antioksidan dan menunjukkan

    penangkapan radikal bebas secara signifikan bila dibandingkan dengan standar

    antioksidan seperti vitamin C dan vitamin E secara in vitro.

    Probiotik selain memproduksi zat dengan aktivitas antioksidan dan penangkapan

    radikal bebas juga menunjukkan aktivitas pengikatan ion logam. Ion logam berhubungan

    dengan patogenesis berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner,

    karsinogenesis, dan arthritis, terutama dengan memacu produksi radikal bebas melalui

    reaksi Fenton. Ion logam transisi dapat memulai peroksidasi lipid dan memulai reaksi

    berantai dengan memecah hidroperoksida (ROOH) menjadi peroxyl (ROO*) dan radikal

    Alkyoxyl (RO*). Ion besi dan ion tembaga merupakan ion yang sangat reaktif dan

    memainkan peran pada reaksi berantai radikal bebas. Lin dan Yen (1999) melaporkan

    bahwa Streptococcus thermophilus 821 dan Bifidobacterium longum memiliki

    kemampuan tinggi dalam mengikat logam Cu2+ dan Fe2+. Amanatidou et al. (2001) dan

    Lee et al. (2005) melaporkan bahwa Lactobacillus sake dan L. casei KCTC 3260

    mempunyai kemampuan dalam mengikat ion logam Fe.

    2.3. Penelitian yang telah dilakukan

    Penelitian yang telah dilakukan untuk mengisolasi BAL dari feses bayi sehat

    mendapatkan 23 isolat yang mempunyai potensi sebagai probiotik (Koleksi UPT

  • 10

    laboratorium terpadu biosain dan bioteknologi, Unud). Isolat BAL yang telah diisolasi

    mempunyai ketahanan yang baik pada kondisi saluran pencernaan seperti pH rendah (pH

    2, 3, dan 4) dan empedu (deoksi kolat), mampu melewati kondisi usus dengan

    kandungan 0,4 mM sodium deoksi kolat dan pankreatin sehingga isolat ini mempunyai

    potensi sebagai probiotik

    Tabel 1. Peta jalan penelitian sifat fungsional probiotik isolat asli Indonesia

    Penelitian yang telah dilakukan: Uji in vitro isolat bakteri asam laktat: - Tahan terhadap pH rendah - Stabil terhadap garam empedu - Menghambat patogen - Mampu menempel pada usus

    Luaran: 23 Isolat Bakteri asam laktat yang potensial sebagai probiotik

    Penelitian yang akan dilakukan 1. Penelitian Tahun I Uji aktivitas antioksidan Isolat probiotik secara in vitro Variabel yang diamati: Penghambatan peroksidasi lipid aktivitas penangkapan radikal hidroksil aktivitas pengikatan ion Fe

    Luaran: Satu isolat probiotik yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi secara in vitro

    2. Penelitian Tahun II Aktivitas antioksidan isolat probiotik terseleksi secara in

    vivo pada tikus putih dengan pakan lemak tinggi. Variabel Yang diamati: Total BAL pH Sekum Aktivitas antioksidan (SOD, GPx,) dan MDA pada hati

    Probiotik yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi secara in vivo

    3. Penelitian Tahun III Pengembangan probiotik dalam bentuk mikroenkapsulasi

    serta ketahanan resuksiasinya Variabel Yang diamati: Viabilitas isolate probiotik Ketahanan probiotik pada berbagai suhu

    Produk mikroenkapsulasi probiotik yang mempunyai aktivitas antioksidan serta cara penyajiannya

  • 11

    BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT

    3.1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi strain probiotik yang mempunyai

    aktivitas antioksidan tinggi secara in vitro dari beberapa strain probiotik yang diisolasi

    dari feses bayi sehat yang merupakan koleksi UPT Laboratorium Terpadu Biosain dan

    Bioteknologi Universitas Udayana.

    3.2. Manfaat Penelitian

    Potensi bioteknologi dan kesehatan BAL yang diisolasi dari feses bayi, dapat

    memberi potensi baru pada probiotik isolat lokal dalam pengembangan pangan

    fungsional untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

  • 12

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

    a. Subyek penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk menyeleksi satu strain probiotik yang mempunyai

    aktivitas antioksidan tertinggi dari beberapa strain probiotik koleksi UPT Laboratorium

    Terpadu Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana.

    Pada penelitian ini digunakan strain probiotik yang diisolasi dari feses bayi

    dimana strain-strain ini telah diuji mempunyai potensi sebagai probiotik. Strain yang

    digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Strain Bakteri asam laktat yang dipergunakan dalam penelitian

    No Strain Probiotik No Strain Probiotik 1 Lactobacillus sp. FBB 4 11 Lactobacillus sp. FBB 42 2 Lactobacillus sp. FBB 5 12 Lactobacillus sp. FBB 52 3 Lactobacillus sp. FBB 9 13 Lactobacillus sp. FBB 57 4 Lactobacillus sp. FBB 10 14 Lactobacillus sp. FBB 59 5 Lactobacillus sp. FBB 18 15 Lactobacillus sp. FBB 60 6 Lactobacillus sp. FBB 21 16 Lactobacillus sp. FBB 72 7 Lactobacillus sp. FBB 22 17 Lactobacillus sp. FBB 74 8 Lactobacillus sp. FBB 26 18 Lactobacillus sp. FBB 75 9 Lactobacillus sp. FBB 30 19 Lactobacillus sp. FBB 81 10 Lactobacillus sp. FBB 40 20 Lactobacillus sp.F213

    b. Parameter penelitian

    Parameter yang diamati pada tahap ini adalah aktivitas penghambatan

    peroksidasi lipid, aktivitas penangkapan radikal hidroksil, dan aktivitas pengikatan ion

    Fe2+ oleh strain probiotik secara in vitro.

    c. Metode analisis

    1. Persiapan sampel

    Isolat BAL ditumbuhkan dalam media MRS broth (Pronadisa Laboratorios

    Conda S.A. C/La Forja 9. 28850 Torrejon de Ardoz, Madrid. Spain) yang mengandung:

  • 13

    20 g dextrose, 10 g bacteriological pepton, 8 g beef ekstract, 5 g sodium acetate, 4 g

    yeast extract, 2 g dipotassium phosphate, 2 g ammonium citrate, 1 g tween 80, 0,2 g

    magnesium sulfate, 0,06 g manganese sulfate per liter. Sebanyak 50 uL stok gliserol

    Isolat Lactobacillus rhamnosus SKG34 dan Lactobacillus rhamnosus FBB42

    ditumbuhkan pada MRS broth dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Biakan

    yang telah tumbuh divortex, kemudian diambil sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam

    tabung Eppendrof dan disentrifugasi dengan kecepatan 5.000 rpm selama 10 menit pada

    suhu 4oC dan cuci dengan 20 mM sodium phosphat buffer (PBS; 0,85% NaCl, 2,86 mM

    KCl, 10 mM Na2HPO4, dan 1,76 mM KH2PO4, pH 7) sebanyak 2 kali. Pellet sel

    probiotik ditambahkan 1 ml 20 mM sodium phosphat buffer pH 7 (Kim et al., 2006 b)

    2. Analisis penghambatan peroksidasi lipid

    Penghambatan peroksidasi lipid berdasarkan penghambatan peroksidasi asam

    linoleat menurut metode Kaphila et al., (2006). Campuran reaksi dasar mengandung 1

    ml emulsi asam linoleat (0,1 ml asam linoleat; 99%, Sigma, 0,2 ml Tween 20, dan 19,7

    ml aquades), 0,2 ml FeSO4 0,01%, 0,2 ml asam askorbat 0,01% dan 0,8 ml sampel.

    Campuran reaksi dicampur sempurna dan diinkubasi pada suhu 37C selama 3 jam.

    Kemudian ditambahkan 0,2 ml TCA 4%, 2 ml TBA 0,8%, dan 0,2 ml BHT 0,4%, dan

    dipanaskan pada suhu 100oC selama 30 menit selanjutnya didinginkan. Kontrol dibuat

    dengan mengganti sampel dengan aquades. Jumlah peroksidasi lipid ditentukan dengan

    mengukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 534 nm dan 570

    nm. Level penghambatan proksidasi lipid dinyatakan dalam persen dan dihitung dengan

    rumus:

    % Penghambatan =1 [A534 S - A570 S /A534 K - A570 K] x 100%

    A534 S = absorbansi Sampel pada panjang gelombang 534 nm

    A570 S = absorbansi Sampel pada panjang gelombang 570 nm

    A534 K = absorbansi Kontrol pada panjang gelombang 534 nm

    A534 K = absorbansi Kontrol pada panjang gelombang 570 nm

  • 14

    3. Aktivitas penangkapan radikal hidroksil

    Aktivitas penangkapan radikal hidroksi ditentukan dengan metode yang dijelaskan

    oleh Avellar et al. (2004) yang dimodifikasi. Campuran reaksi dasar mengandung 1 ml

    1,10-phenanthroline 0,75 mM, 2 ml phosphate buffer (pH 7,4) dan 1 ml FeSO4 0,75 mM

    dicampur dengan sempurna. Kemudian ditambahkan 1 ml H2O2 0,12% dan 1 ml sampel.

    Campran reaksi diinkubasi pada suhu 37oC selama 90 menit dan absorbansi diukur

    dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 536 nm. Kemampuan menangkap

    radikal hidroksil dihitung dengan rumus:

    Aktivitas penangkapan radikal hidroksil (%) = [(As-Ac)/(Ab-Ac)] x 100

    As = Absorbansi sampel

    Ac = Absorbansi control yang mengandung 1,10-phenanthroline, FeSO4 dan H2O2 Ab = Absorbansi blanko yang mengandung 1,10-phenanthroline dan FeSO4

    4. Aktivitas pengikatan ion logam Fe

    Aktifitas pengikatan Fe2+ diuji dengan mengukur pembentukan kompleks

    ferrous besi-ferrozine (Kim et al., 2005). Campuran reaksi terdiri dari 1 ml sampel, 3,7

    ml air deionisasi, dan 0,1 ml besi klorida 2 mM (Sigma) direaksikan selama 3 menit

    kemudian ditambahkan 0,2 ml ferrozine 5 mM (Sigma). Kontrol dibuat dengan

    mengganti sampel dengan aquades. Setelah didiamkan 10 menit pada suhu kamar,

    campuran diukur absorbansinya pada panjang gelombang 562 nm. Persentase aktivitas

    pengikatan Fe adalah sebagai berikut:

    Aktifitas pengikatan (%) = [1 - (absorbansi sampel) / (absorbansi kontrol)] x 100

    d. Analisis data

    Data aktivitas antioksidan dari beberapa strain probiotik disajikan dalam

    bentuk dan tabel dan dianalisis secara deskriptif.

  • 15

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Uji konfirmasi Bakteri Asam Laktat

    Penelitian untuk menyeleksi satu strain probiotik yang mempunyai aktivitas

    antioksidan tertinggi dari beberapa strain yang diisolasi dari feses bayi didahului dengan

    uji konfirmasi dari koleksi starin yang digunakan. Uji konfirmasi meliputi uji Gas,

    katalase, Gram, morfologi serta populasi BAL pada OD (optical density) tertentu. Hal

    ini dilakukan untuk mengkonfirmasi BAL yang digunakan sebelun dilakukan uji

    aktivitas antioksidannya. Data uji konfirmasi dapat dilihat pada Tabel 1. Dan total BAL

    pada nilai OD tertentu dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 1. Data Uji Gas, katalase, Gram dan morfologi beberapa isolat dari feses bayi

    Isolat Gas Katalase Gram Morfologi Lactobacillus sp. FBB 4 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 5 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 9 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 10 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 18 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 21 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 22 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 26 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 30 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 40 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 42 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 52 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 57 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 59 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 60 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 72 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 74 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 75 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. FBB 81 (-) (-) (+) Batang berantai Lactobacillus sp. F213 (+) (-) (+) Batang berantai

  • 16

    Dari uji konfirmasi menunjukkan bahwa isolat yang dipergunakan merupakan

    bakteri Gram positif, katalase negatif mempunyai bentuk batang berantai dan tidak

    membentuk gas yang berarti BAL yang digunakan termasuk homofermentatif yang

    menghasilkan asam laktat dari fermentasi karbohidrat. Sedangkan isolat Lactobaillus sp.

    F213 termasuk heterofermentatif yang membentuk gas (+) dengan uji Gas.

    Tabel 2. Nilai OD dan total BAL beberapa isolat dari feses bayi

    No Isolat Nilai OD Total BAL (cfu/ml) 1 Lactobacillus sp. FBB 4 2,486 2,28 x 108

    2 Lactobacillus sp. FBB 5 2,889 3,14 x 108 3 Lactobacillus sp. FBB 9 0.954 4,58 x 109 4 Lactobacillus sp. FBB 10 2,787 5,53 x 109

    5 Lactobacillus sp. FBB 18 2,231 2,03 x 109

    6 Lactobacillus sp. FBB 21 2,575 1,35 x108

    7 Lactobacillus sp. FBB 22 2,691 5,49 x 109

    8 Lactobacillus sp. FBB 26 2,459 7,60 x 108

    9 Lactobacillus sp. FBB 30 2,681 3,15 x 109

    10 Lactobacillus sp. FBB 40 2,719 2,60 x 109

    11 Lactobacillus sp. FBB 42 1,061 1,90 x 107 12 Lactobacillus sp. FBB 52 1,414 1,84 x 106 13 Lactobacillus sp. FBB 57 2,656 4,01 x 108 14 Lactobacillus sp. FBB 59 2,348 1,04 x 108 15 Lactobacillus sp. FBB 60 1,184 3,40 x 108 16 Lactobacillus sp. FBB 72 2,597 2,00 x 107 17 Lactobacillus sp. FBB 74 2,612 1,80 x 107

    18 Lactobacillus sp. FBB 75 2,770 1,03 x 1010

    19 Lactobacillus sp. FBB 81 2,624 8,00 x 108 20 Lactobacillus sp. F213 1,429 1,23 x 109

    Semua isolat menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan nilai OD pada panjang

    gelombang 660 nm berkisar antara 1,061 sampai 2,889 dengan total BAL berkisar antara

    106 sampai 1010. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dari masing-

    masing strain untuk mendapatkan strain yang mempunyai aktivitas antioksidan yang

    tinggi secara in vitro.

  • 17

    5.2. Aktiviatas Antioksidan

    Konsumsi probiotik atau produk-produk pangan yang mengandung probiotik

    merupakan salah satu cara ideal untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus. Apabila

    keseimbangan mikroflora usus terganggu, maka keseimbangan antara radikal bebas dan

    antioksidan juga terganggu dan dampaknya adalah terjadi stress oksidatif. Bakteri

    probiotik menunjukkan aktivitas antioksidan melalui mekanisme: (1) memperkuat

    pertahanan seluler dengan mensekresikan enzim antioksidan; (2) melepaskan dan

    memacu produksi GSH yaitu antioksidan nonenzimatik utama dan penangkap radikal

    bebas; (3) meningkatkan produksi biomolekul antioksidan tertentu, seperti EPSS, dan (4)

    pengikatan ion logam (Basileios et al., 2011). Aktivitas penghambatan peroksidasi lipid,

    aktivitas pengikatan ion Fe dan aktivitas penangkapan radikal hidroksil dari beberapa

    strain probiotik yang diisolasi dari feses bayi dapat dilihat pada Tabel 3.

    a. Kemampuan menghambat peroksidasi lipid

    Peroksidasi lipid digunakan sebagai indikator dari stres oksidatif pada sel dan

    jaringan. Peroksidasi lipid terbentuk sebagai hasil reaksi antara radikal bebas dengan

    asam lemak tidak jenuh yang merupakan unsur utama dari membra sel. Peroksidasi lipid

    merupakan suatu reaksi rantai radikal bebas yang diawali dengan terbebasnya hidrogen

    dari suatu asam lemak tak jenuh ganda oleh radikal bebas. Radikal lipid yang terbentuk

    akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

    malondialdehyde (MDA). Peroksidasi lipid dapat meningkatkan permeabilitas membran

    dan menganggu distribusi ion-ion yang mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan

    organela (Devlin, 2002). Aktivitas penghambatan peroksidasi lipid (asam linoleat) oleh

    beberapa strain probiotik yang diisolasi dari feses bayi sehat di Bali berkisar antara

    10,12% sampai dengan 83,02%. Strain probiotik yang menunjukkan aktivitas

    penghambatan peroksidasi lipid lebih besar dari 50 % adalah strain Lactobacillus sp.

    FBB nomor 9, 18, 21, 59, 60, 81 dan Lactobacillus sp. F213. Kim et al. (2006)

    melaporkan bahwa penghambatan peroksidasi asam linoleat oleh Lactobacillus gasseri

    NLRI-312 yang disolasi dari feses bayi di korea sebesar 43,7%. Sedangkan Chu-Chyn et

    al. (2009) melaporkan bahwa penghambatan peroksidasi lipid pada lisosom intact sel

  • 18

    oleh Bifidobacterium longum sebesar 30,8% dan L. delbrueckii ssp. bulgaricus sebesar

    26,5%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap strain mempunyai kemampuan yang berbeda

    dalam menghambat peroksidasi lipid.

    Tabel 3. Aktivitas Antioksidan beberapa isolat dari feses bayi

    No Isolat Penghambatan peroksidasi lipid (%)

    Kemampuan mengikat ion

    logam Fe2+ (%)

    Kemampuan menangkap

    OH- (%) 1 Lactobacillus sp. FBB 4 17.51 13.25 16.86 2 Lactobacillus sp. FBB 5 10.12 15.32 16.50 3 Lactobacillus sp. FBB 9 83.02 7.02 21.65 4 Lactobacillus sp. FBB 10 32.87 -31.32 20.51 5 Lactobacillus sp. FBB 18 76.93 3.94 24.11 6 Lactobacillus sp. FBB 21 71.48 10.11 42.85 7 Lactobacillus sp. FBB 22 12.92 -11.96 45.28 8 Lactobacillus sp. FBB 26 18.50 23.87 35.96 9 Lactobacillus sp. FBB 30 33.97 -16.95 46.73 10 Lactobacillus sp. FBB 40 27.28 10.56 33.13 11 Lactobacillus sp. FBB 42 34.96 12.65 16.57 12 Lactobacillus sp. FBB 52 47.73 28.95 24.82 13 Lactobacillus sp. FBB 57 45.04 -14.73 24.32 14 Lactobacillus sp. FBB 59 50.92 18.24 22.06 15 Lactobacillus sp. FBB 60 61.20 31.54 29.71 16 Lactobacillus sp. FBB 72 14.01 10.76 21.86 17 Lactobacillus sp. FBB 74 42.54 13.17 21.81 18 Lactobacillus sp. FBB 75 39.15 32.39 23.17 19 Lactobacillus sp. FBB 81 57.01 44.52 29.31 20 Lactobacillus sp. F213 66.08 18.11 17.57

    b. Kemampuan mengikat ion logam Fe

    Probiotik selain memproduksi zat dengan aktivitas antioksidan dan penangkapan

    radikal bebas juga menunjukkan aktivitas pengikatan ion logam. Ion logam berhubungan

    dengan patogenesis berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner,

    karsinogenesis, dan arthritis, terutama dengan memacu produksi radikal bebas melalui

    reaksi Fenton. Reaksi ini dimulai dari perubahan O2 menjadi O2- (anion superoksida

  • 19

    radikal) dengan bantuan NADPH Oksidase, selanjutnya anion superoksida radikal

    mengalami dismutase membentuk H2O2 yang dikatalis oleh enzim superoksida

    dismutase (SOD). Melalui reaksi Fenton, H2O2 bereaksi dengan ion logam Fe/Cu

    membentuk Hidroksil radikal yang sangat reaktif. Ion besi dan ion tembaga merupakan

    ion yang sangat reaktif dan memainkan peran pada reaksi berantai radikal bebas.

    Kemampuan dari probiotik untuk mengikat ion logam Fe menyebabkan terhambatnya

    reaksi pembentukan radikal hidroksil dalam system biologi. Aktivitas mengikat ion

    logam Fe dari beberapa strain probiotik berkisar antara 3,94% sampai dengan 44 52%.

    Strain probiotik yang mampu mengikatt logam Fe dengan aktivitas yang tinggi adalah

    strain Lactobacillus sp. FBB nomor 5, 26, 52, 59, 60, 75, 81, dan Lactobacillus sp. F213.

    Lin dan Yen (1999) melaporkan bahwa Streptococcus thermophilus 821 dan

    Bifidobacterium longum memiliki kemampuan tinggi dalam mengikat logam Cu2+ dan

    Fe2+. Amanatidou et al. (2001) dan Lee et al. (2005) melaporkan bahwa Lactobacillus

    sake dan L. casei KCTC 3260 mempunyai kemampuan dalam mengikat ion logam Fe.

    c. Kemampuan menangkap radikal hidroksil

    Radikal hidroksil merupakan radikal bebas yang sangat reaktif yang terbentuk

    dalam sistem biologi. Hidroksil radikal berpartisipasi dalam memulai reaksi peroksidasi

    lipid. Hidroksil radikal bereaksi sangat cepat dengan hampir setiap molekul sel hidup

    seperti asam-asam amino, phospolipid, DNA, basa-basa, dan asam-asam organik.

    Kemampuan dalam menangkap radikal bebas merupakan salah satu mekanisme

    antioksidan utama dari bakteri asam laktat (Namiki, 1990)

    Aktivitas penangkapan radikal hidroksil dari beberapa strain probiotik yang diuji

    pada penelitian ini berkisar antara 16,50% sampai dengan 46,73%. Strain yang

    mempunyai aktivitas penangkapan radikal hidroksil yang tinggi diantaranya

    Lactobacillus sp. FBB nomor 21, 22, 26, 30, 40, 60 dan 81. Kim et al., (2006)

    melaporkan bahwa, aktivitas penangkapan radikal hidroksil pasa sel intact dari L.

    acidophillus KCTC 3111 sebesar 53%, L. jonsonii KCTC 3141 sebesar 22,6%, L.

    acidophillus KCTC 3151 sebesar 13,5% dan L. brevis KCTC 3498 sebesar 0,9%.

    Kemampuan Lactobacillus menangkap radikal hidroksil bervariasi antara masing-

  • 20

    masing strain, hal ini menunjukkan bahwa masing-masing strain mempunyai sifat

    fungsional yang spesifik.

    Dari ketiga variabel yang diamati yaitu penghambatan peroksidasi lipid,

    aktivitas pengikatan ion Fe, dan aktivitas penangkapan radikal hidroksil menunjukkan

    bahwa isolat yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu isolat

    Lactobacillus sp. FBB nomor 60 dan Lactobacillus sp. FBB 81 (Tabel 4.)

    Tabel 4. Penghambatan peroksidasi lipid, aktivitas pengikatan ion Fe, dan aktivitas penangkapan radikal hidroksil dari beberapa strain probiotik (%)

    No Isolat Penghambatan peroksidasi lipid (%)

    Kemampuan mengikat

    logam Fe+ (%)

    Kemampuan menangkap

    OH- (%) 2 Lactobacillus sp. FBB 60 61.20 31.54 29.71 3 Lactobacillus sp. FBB 81 57.01 44.52 29.31

    .

  • 21

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan antara lain:

    a. Semua isolate yang dipergunakan termasuk BAL dengan karakterisasi Gram

    positif, katalase negatif, tidak membentuk Gas dengan bentuk batang berantai.

    b. Aktivitas antioksidan dari bakteri probiotik bersifat spesifik strain, dimana strain

    yang berbeda menunjukkan aktivitas antioksidan melalui mekanisme yang

    berbeda dan

    c. Strain yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu Lactobacillus Sp.

    FBB 60 dan Lactobacillus sp FBB 81

    2. Saran

    Hasil penelitian tahun pertama ini dapat disarankan untuk melakukan verifikasi

    sifat antioksidan dari Lactobacillus sp. FBB 60 dan Lactobacillus sp. FBB 81 secara

    in vivo

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA Amanatidou, A., Bennik, M.H., Gorris, L.G., Smid, E.J. 2001. Superoxide dismutase

    plays an important role in the survival of Lactobacillus sake upon exposure to elevated oxygen. Arch. Microbiol.: 176: 79-88.

    Basileios, G., Spyropoulos, Evangelos, P., Misiakos, Constantine F., Christos, N.,

    Stoidis. 2011. Review: Antioxidant Properties of Probiotics and Their Protective Effects in the Pathogenesis of Radiation-Induced Enteritis and Colitis. Dig. Dis. Sci.: 56: 285294

    Betsi, G. I., Papadavid, E., and Falagas, M.E. 2008. Probiotics for the Treatment or

    Prevention of Atopic Dermatitis: A Review of the Evidence From Randomized Controlled Trials. Am. J. Clin. Dermatol.: 9 (2) : 93 - 103.

    Carroll, I.M., Andrus, J.M., Bruno-Barcena, J.M., Klaenhammer, T.R., Hassan, H.M.,

    and Threadgill, D.S. 2007. Anti-inflammatory properties of Lactobacillus gasseri expressing manganese superoxide dismutase using the interleukin 10-deficient mouse model of colitis. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol.:293: G729G738.

    Chang, S.K. and Hassan, H.M. 1997. Characterization of superoxide dismutase in

    Streptococcus thermophilus. Appl Environ Microbiol.: 63: 37323735. Collado, M. C., Isolauri, E., Salmien ,S., and Sanz , Y. 2009. The impact of probiotic on

    gut health. Curr Drug Metab.: 10 (1): 68-78. Chu-Chyn, O., Tsong-Ming, L., Jaw- Ji, T., Jyh-Herng, Y., Haw -Wen, C., dan Meei-

    Yn, L. 2009. Antioxidative Effect of Lactic Acid Bacteria: Intact Cells vs. Intracellular Extracts. Journal of Food and Drug Analysis: 17 (3) : 209-216

    FAO/WHO. 2002. Joint FAO/WHO Working Group Report on Drafting Guidelines for

    the Evaluation of Probiotics in Food. London. Farr, S. B. and Kogoma, T. 1991. Oxidative stress response in Escherichia coli and

    Salmonellas typhimurium. Microbiol. Rev.: 55: 561-585. Fuller, R. 1989. A Review, Probiotic in Man and Animals. Journal of Applied

    Bacteriology : 66: 365-378. Fridovich, I. 1995. Superoxide radical and superoxide dismutases. Annu. Rev.Biochem. :

    64: 97-112

  • 23

    Gao,D., Zhu, G., Gao, Z., Liu, Z., Wang, L., and Guo, W., 2011. Antioxidative and hypolipidemic effect of lactic acid bacteria from pickled Chinese cabbage. Journal of Medicinal Plant Research : 5(8) : 1439-1446.

    Hardiningsih, R. dan Nurhidayat, N. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan

    Hiperkolesterolemia Terhadap Bobot Badan Tikus Putih Wistar yang Diberi Bakteri Asam Laktat. Biodiversitas: 7(2) : 127-130

    Heinonen, O.P, and Albanes, D., 1994, The effect of vitamin E and -carotene on the

    incidence of lung cancer and other cancer in male smokers. J.Med. :330: 1029-1035.

    Halliwell, B. and Gutteridge, J. M. C. 1999. Free radicals in Biology and Medicine.

    Clarendon Press. Isolauri, E, Sutas, Y., Kankaanpaa, Arvilommi, P. H., and Salminen, S. 2001. Probiotics:

    effects on immunity. Am. J. Clin. Nutr. : 73 (2) : 444 450. Isolauri, E. and Salminen .S. 2008. Probiotics: Use in Allergic Disorders: a Nutrition,

    Allergy, Mucosal Immunology, and Intestinal Microbiota (NAMI) Research Group Report. J. Clin. Gastroenterol. : 42 (2) : 91 96.

    Kodali, V.P., Sen, R. 2008. Antioxidant and free radical scavenging activities of an

    exopolysaccharide from a probiotic bacterium. J. Biotechnol :3 : 245251. Klaenhammer, T.R. and Kullen, M.J. 1999. Selection and design of probiotics. Int. J.

    Food Microbiol. : 50: 45-57. Kim, H. S. , Chae, H. S., Jeong, S. G., Ham,J. S., Im, S. K., Ahn, C. N. and Lee, J. M.

    2005. Antioxidant Activity of Some Yogurt Starter Cultures. Asian-Aust. J. Anim. Sci. : 18 ( 2) : 255-258

    Kim, H.S., Jeong, S.G., Ham, J.S., Chae, H.S., Lee, J.M., and Ahn, C.N., 2006a.

    Antioxidative and probiotic properties of Lactobacillus gasseri NLRI-312 isolated from Korean infant feces. Asian-Aust. J. Anim. Sci. :19: 1335-1341.

    Kim, H.S., Chae, H.S., Jeong, S.G., Ham, J.S., Im, S.K., Ahn, C.N., and Lee, J.M.

    2006b. In vitro antioxidative properties of lactobacilli. Asian-Aust. J. Anim. Sci. :19. (2) : 262-265.

    Kumar, M., Nagpal, R., Kumar, Hemalatha, R., Verma,V., Kumar, A., Chakraborty, C.,

    Singh, B., Marotta, F., Jain, S., and Yadav, H., 2012. Experimental Diabetes Research. Article ID 902917, 14 pages doi:10.1155/2012/902917

  • 24

    Kullisaar, T., Zilmer, M,, Mikelsaar ,M., Vihalemm, T., Annuk, H., Kairane, C., Kilk, A. 2002. Two antioxidative Lactobacilli strains as promising probiotics. Int. J. Food Microbiol.:72: 215-224.

    Lee, D.K., Jang, S., Baek, E.H., Kim, M.J., Lee, K.S., Shin, H.S., Chung, M.J., Kim,

    J.E., Lee, K.O., and Ha, N.J. 2009. Lactic acid bacteria affect serum cholesterol levels, harmful fecal enzyme activity, and fecal water content. Lipids in Health and Disease. :8: 21

    Lee, J., Hwang, K., Chung, M.Y., Chao, D.H., and Park, C.S. (2005). Resistance of

    Lactobacillus casei KCTC 3260 to reactive oxygen species (ROS): Role for a metal ion chelating effect. J. Food Science: 70: 388-391.

    Lin, M.Y., and Yen, C.L. 1999. Antioxidative ability of lactic acid bacteria. J. Agric.

    Food Chem. : 47 : 14601466. Lutgendorff, F., Trulsson, L.M., van Minnen, L.P. 2008. Probiotics enhance pancreatic

    glutathione biosynthesis and reduce oxidative stress in experimental acute pancreatitis. Am. J. Physiol. Gastrointest Liver Physiol.: 295: G1111G1121.

    Musenga, A., Mandrioli, R., Bonifazi, P., Kenndler, E., Pompei, A., and Raggi, M.A.

    2007. Sensitive and selective determination of glutathione in probiotic bacteria by capillary electrophoresis-laser induced fluorescence. Anal Bioanal Chem. : 387 : 917924.

    Marteau, P.R., de Vrese, M., Cellier, C.J., and Schrezeenmeier, J. 2001. Protection from

    gastrointestinal deseases with the use of probiotics. Am. J. Clin. Nutr.: 73: 430S-436S.

    Neha, A., Kamaljit, S., Ajay, B., dan Tarun, G., 2012. Probiotic: as effective treatment

    of diseases. www.irjponline : 3 (1): 96 101 Namiki, M. (1990). Antioxidants/antimutagents in foods. CRC Crit. Rev.Food Sci. Nutr.

    29: 273-300. Ooi, L.G. dan Liong, M. T. 2010. Cholesterol-Lowering Effects of Probiotics and

    Prebiotics: A Review of in Vivo and in Vitro. Int. J. Mol. Sci.: 11(6): 24992522. Pato, U. 2003. Potensi bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih untuk menurunkan

    resiko penyakit kanker. Jurnal Natur Indonesia : 5(2): 162-166. Pompella, A., Visvikis, A., Paolicchi, A., De Tata V., and Casini , A.F. 2003. The

    changing faces of glutathione, a cellular protagonist. Biochem Pharmacol. : 66 : 14991503.

    http://www.irjponline/

  • 25

    Peran, L., Camuesco, D., and Comalada, M. 2006. Lactobacillus fermentum, a probiotic

    capable to release glutathione, prevents colonic inflammation in the TNBS model of rat colitis. Int. J. Colorectal Dis. : 21 : 737746.

    Pant. N., Marcotte, H., Brussow, H., Svensson, L., and Hammarstrom, L. 2007.

    Effective Prophylaxis Against Rotavirus Diarrhea Using a Combination of Lactobacillus rhamnosus GG and Antibodies. BMC Microbiol. :7 (86): 2180 2187.

    Sujaya, I N., Utami, D, N.M., Suariani, N.L.P., Widarini, N.P., Nocianitri, K.A.,

    Nursini, N.W.. 2008a. Potensi Lactobacillus Spp. Isolat Susu Kuda Sumbawa Sebagai Probiotik. J. Vet. : 9 : 33-40.

    Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1993. Prinsip dan prosedur statistic. Penerjemah Bambang

    Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Sulistyowati. 2008. Pemanfaatan Yoghurt Sebagai Bahan Penurun Trigliserida Darah

    Manusia. WAHANA :51 (2) : 18-26. Sanders, M. E. 2000. Symposium: Probiotic Bacteria: Implications Sujaya, I N., Minamida, K., Sone, T., Yokota, A., Asano, A. and Tomita, F. 2003.

    Effects of Long Term Ingestion of DFAIII on Human Intestinal Microbiota. Ann. Meeting of Japan Society for Lactic Acid Bacteria, Tokyo.

    Salminen, S., Wright, A.V., and Ouwehand, A., 2004. Lactic acid bacteria,

    microbiological and functional aspects. Marcel Dekker Inc. USA. Salazar-Lindo, E., Figueroa-Quintanilla, D., Caciano, M. I., Reto-Valiente, V.,

    Chauviere, G. and Colin, P. 2007. Effectiveness and Safety of Lactobacillus LB in the Treatment of Mild Acute Diarrhea in Children. J. Ped. Gastroenterol. Nutr. : 44 : 571-576.

    Torii, S., Torii, A., Itoh, K., Urisu, A., Terada, A., Fujisawa, T., Yamada, K., Suzuki, H.,

    Ishida, Y., Nakamura, F., Kanzato, H., Sawada, D., Nonaka, A., Hatanaka, M., and Fujiwara, S. 2010. Effects of Oral Administration of Lactobacillus acidophilus L-92 on the Symptoms and Serum Markers of Atopic Dermatitis in Children. Int. Arch. Allergy Immunol. :154(3): 236-245

    Tabbers, M.M. and Benninga, M.A.. 2007. Administration of Probiotic Lactobacilli to

    Children With Gastrointestinal Problems : There is Still Little Evidence. Ned. Tijdschr. Geneeskd. : 151 (40) : 2198 2202

  • 26

    Uni, I. A. S. M. 2012. Isolasi Bakteri Asam Laktat Penghidrolisis Garam Empedu dari Feses Bayi dan Uji Ketahanannya Terhadap pH Rendah untuk Pengembangan Probiotik. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA. Unud. Denpasar.

    Valko, M, et aI, 2006, Free radical, metal and antioxidant in oxidative stress inducced

    cancer, J.Chem-BioI, Rusia :160 : 1-40. Vaughan, E.E., de Vries, M.C., Zoetendal, E.G., Ben-Amor, K., Akkermans, A.D.L.,

    and de Vos, W. M. 2002. The Intestinal LABs. Antonie Van Leeuwenhoek. : 82(1-4):341-352.

    WHO (World Health Organization). 2004. Death From Conorary Heart Disease, Risk

    Factor : Lipid, Available : www. WHO.int/06lipids040527 (Accessed : 2011, April 12)

    Zhang, Y., Du, R., Wang, L., Zhang, H. 2010. The antioxidative effects of probiotic

    Lactobacillus casei Zhang on the hyperlipidemic rats. Eur. Food Res. Technol. : 231:151158

  • 27

    Lampiran

    a. Isolat yang telah di refresh b. Uji penghambatan peroksidasi lipid

    c. Uji Penangkapan radikal hidroksil d. Uji pengikatan ion logam Fe

    Analisis dataData aktivitas antioksidan dari beberapa strain probiotik disajikan dalam bentuk dan tabel dan dianalisis secara deskriptif.Fuller, R. 1989. A Review, Probiotic in Man and Animals. Journal of Applied Bacteriology : 66: 365-378.