Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan...

63
KARYA TULIS ILMIAH AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L. ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE DILUSI Penulis MOH. ARIF HAKIM JAMHARI NIM: 010911123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011

description

kti

Transcript of Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan...

Page 1: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

KARYA TULIS ILMIAH

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA

ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE DILUSI

Penulis

MOH. ARIF HAKIM JAMHARI

NIM: 010911123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2011

Page 2: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA

ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE DILUSI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi persyaratan modul penelitian

Dalam Program Studi Pendidikan Dokter

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Penulis

MOH. ARIF HAKIM JAMHARI

NIM: 010911123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

Tanggal 24 Januari 2012

Page 3: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

LEMBAR PERSETUJUAN

Telah setuju untuk diujikan

Pembimbing I

Dr. Eko Budi Koendhori, dr., M.Kes NIP: 19640904199203 1 004

Pembimbing II

Sri Purwaningsih, dr., M.Kes NIP: 19710113199802 2 001

Page 4: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulisan karya ilmiah ini dengan judul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air

Kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus dengan Metode Dilusi” merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi persyaratan modul penelitian dalam program studi pendidikan dokter pada

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan

terima kasih kepada:

1. Dr. Eko Budi Koendhori, dr., M.Kes selaku dosen pembimbing pertama yang dengan

sabar membimbing, mengarahkan serta memberikan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Sri Purwaningsih, dr., M.Kes selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sabar

membimbing, mengarahkan serta memberikan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Prof. Dr. H. Fasich, Apt selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya, atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program studi pendidikan

dokter.

4. Prof. Dr. Agung Pranoto . dr., M.Kes., Sp.PD, K-EMD, FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti program studi pendidikan dokter.

5. Prof. Dr. N. Margarita R., dr., Sp.AnKIC selaku koordinator Modul Integrasi KBK

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS selaku Penanggung Jawab Modul Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Ibu dan ayah penulis Siti Sholihah dan Suwandi atas segala dukungan, bimbingan, doa

dan kasih sayang yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

Page 5: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

8. Paman dan Bibiku, M. Abdan Al Hamidy dan Uswatun khasanah atas segala

dukungan, bimbingan, doa dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis

selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman – temanku Abdurrahman, Arif Ismudianto, I Made Chandra, Eric Robbin L,

Mustain Khomarullah, Danar Rianto, M. Faruk, M. Iqbal dan lain- lain yang selalu

memabantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan karunia-Nya sebagai balasan atas

bantuan baik yang telah diberikan. Dan semoga pula, karya tulis ilmiah ini dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 24 Januari 2012

Penulis,

Moh Arif Hakim Jamhari

Page 6: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

RINGKASAN

Staphylococcus aureus merupakan salah satu patogen yang sering didapat pada sampel

klinik dan sering menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi oleh Staphylococcus aureus.

menjadi sulit untuk diobati sejak berkembangnya resistensi antimikroba pada isolat

tersebut. Hal ini berhubungan dengan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga

meningkatkan angka kesakitan, angka kematian, lama perawatan dan biaya

pengobatan.Sehingga masyarakat mulai tertarik untuk memanfaatkan tanaman tradisional

sebagai obat, salah satunya kelopak bunga rosella. Kelopak bunga rosella diduga dapat

memberikan efek antimikroba karena memiliki kandungan zat aktif berupa Saponin,

Tanin dan Flavonoida yang diduga memiliki efek antibakteri dengan cara merusak

membran sitoplasma.

Penelitian ini ingin membuktikan efek antimikroba ekstrak air kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan

menggunakan randomized post test controlled design. Metode yang dipakai adalah dilusi

tabung dengan 8 konsentrasi ekstrakair kelopak bunga rosella: 12.5 gram/ml, 6.25

gram/ml, 3.125 gram/ml, 1.56 gram/ml, 0.78 gram/ml, 0,39 gram/ml, 0,195 gram/ml,

0,097 gram/ml dan 2 kontrol (kontrol bahan dan kontrol kuman). Setiap tabung diamati

kekeruhannya, kemudian dibandingkan dengan kontrol untuk menentukan KHM.

Analisis data menggunakan analisis secara analitik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktifitas antimikroba ekstrak air

kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dimulai dengan konsentrasi 1,56 gram/ml. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ekstrak air kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa) memiliki efek antimikroba

terhadap Staphylococcus aureus.

Page 7: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

ABSTRAK

Staphylococcus aureus is a pathogen that is often obtained in clinical samples and

frequent cause of nosocomial infections. Infection by Staphylococcus aureus. Becomes

difficult to treat since the development of antimicrobial resistance in these isolates. This

is related to the irrational use of antibiotics thereby increasing morbidity, mortality,

length of treatment and cost of treatment. So that people began wanting to make use of

traditional plants as medicine, one of rosella flower petals. Rosella flower petals could be

expected to provide an antimicrobial effect because it has a content of active substance in

the form of Saponin, Tannins and flavonoids are thought to have antibacterial effects by

damaging the cytoplasmic membrane.

This study wants to prove the antimicrobial effects of aqueous extract of petals rosella

(Hibiscus sabdariffa) on the growth of Staphylococcus aureus by using a controlled

randomized post test design. The method used is the dilution tube with 8 concentrations

of roselle petals ekstrakair: 12.5 g / ml, 6:25 g / ml, 3125 g / ml, 1:56 g / ml, 0.78 g / ml,

0.39 g / ml, 0.195 g / ml , 0.097 g / ml and 2 control (control of materials and control

germs). Each tube was observed turbidity, then compared with controls to determine the

KHM. Data analysis using analysis analytically.

The results of this study indicate that there is an antimicrobial activity of water extract of

flower petals rosella (Hibiscus sabdariffa) on the growth of Staphylococcus aureus

begins with a concentration of 1.56 g / ml. So it can be concluded that water extract of

flower petals rosella (Hibiscus sabdariffa) has antimicrobial effects against

Staphylococcus aureus.

Keywords: Ekstrak air kelopak bunga rosella, Staphylococcus aureus,

Page 8: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR ISI

Sampul Dalam............................................................................................................. i

Prasyarat Gelar……………………………………………………………………… ii

Lembar Persetujuan..................................................................................................... iii

Ucapan Terimah Kasih................................................................................................ iv

Ringkasan.............................................................................................................. vi

Abstrak................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI........................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL.......................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................

DAFTAR SINGKATAN...........................................................................................

xii

xiii

xiv

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................

1.4.1 Manfaat Akademik……………………………………………………………

1.4.2 Manfaat Aplikatif ( Praktis )…………………………………………………..

4

4

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6

2.1 Staphylococcus aureus…………………………………………………………………

2.1.1 Klasifikasi…………………………………………………………………….

2.1.2 Morfologi dan Karakteristik…………………………………………………..

2.1.3 Struktur Antigen………………………………………………………………

2.1.4 Toksin dan Enzim…………………………………………………………….

2.1.5 Epidemiologi…………………………………………………………………

2.1.6 Patogenesis……………………………………………………………………

2.1.7 Gambaran Klinis Infeksi Staphylococcus aureus…………………………………

6

6

7

7

8

9

10

12

Page 9: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

2.1.8 Pengobatan Staphylococcus aureus…………………………………………………

2.1.9 Resistensi Antibiotik………………………………………………………….

2.2 Uraian Tanaman………………………................................................................

13

14

16

2.2.1 Klasifikasi Tanaman.......................................................................................... 16

2.2.2 Morfologi Tanaman........................................................................................... 16

2.2.3 Khasiat dan Kegunaan Tanaman….................................................................... 18

2.2.4 Kandungan Kimia Tanaman………….............................................................. 19

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN.......... 22

3.1 Kerangka Kosep.................................................................................................... 22

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep................................................................................ 23

3.3 Hipotesis Penelitian............................................................................................... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................................ 24

4.1 Jenis Penelitian..................................................................................................... 24

4.2 Rancangan Penelitian............................................................................................ 24

4.3 Sampel, Jumlah Replikasi, dan Teknik Pengelompokan Sampel......................... 27

4.4 Variabel Penelitian................................................................................................ 28

4.5 Bahan Penelitian................................................................................................... 29

4.6 Instrumen Penelitian............................................................................................. 30

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................ 30

4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data.................................................... 31

4.9 Cara Mengolah dan Analisis Data........................................................................ 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN............................................................................. 34

5.1 Hasil Penelitian……………............................................................................ 34

5.2 Analisis Hasil Penelitian……............................................................................ 35

BAB 6 PEMBAHASAN…….............................................................................. 37

6.1 Aktivitas Antimikroba Ekstrak air kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa

L.)................................................................................................................

37

BAB 7 PENUTUP……....................................................................................... 41

7.1 Kesimpulan…………………........................................................................... 41

7.2 Saran…………………….…............................................................................ 41

Page 10: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR PUSTAKA……....................................................................................... 42

LAMPIRAN...............................................................................................................

.

47

Page 11: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Staphylococcus aureus electron micrograph.......................................... 7

Gambar 2.2 Hibiscus sabdariffa L. var. sabdariffa L. ............................................... 17

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................. 22

Gambar 4.1 Skema Penelitian.................................................................................... 24

Page 12: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi minyak esensial Hibiscus sabdariffa L…….......................... 20

Tabel 2.2 Distribusi berbagai macam fitokimia di bagian yang berbeda dari

tumbuhan Hibiscus sabdariffa………………………………………………

21

Page 13: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2 Tumbuhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ........................... 48

Lampiran 3 Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Kering....................... 48

Lampiran 4 Hasil Replikasi I Uji Dilusi Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus…………………………………………………… 48

Lampiran 5 Hasil Replikasi I Uji Dilusi Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus…………………………………………………… 49

Lampiran 6 Hasil Replikasi I Uji Dilusi Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus…………………………………………………… 49

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan.................................................................................. 47

Page 14: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR SINGKATAN

CFU = Colony Forming Unit

KHM = Konsentrasi Hambat Minimal

MIC = Minimum Inhibitory Conceration

MRSA = Methisilin Resisten Staphilococcus aureus

PBP = Protein pengikat Penisilin

TSST = Toksin Sindroma Syok Toksik

TSS = Toxin Shock Syndrom

Page 15: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari

waktu ke waktu terus berkembang. terutama di daerah tropis, seperti Indonesia. Infeksi

merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan

ke manusia (Jawetz et al., 2007). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh empat kelompok

besar mikroorganisme, yaitu bakteri, jamur, virus, dan parasit. Organisme-organisme

tersebut dapat menyerang seluruh tubuh manusia atau sebagian daripadanya. (Jawetz et

al., 2001). Salah satu contoh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah

Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia. Staphylococcus aureus

bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari spesies lain. Hampir setiap orang

pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari

keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak

bisa disembuhkan (Jawetz et al., 2001). Hal itu terjadi karena Staphylococcus aureus

dapat menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma, supurasi, pembentukan abses, infeksi

piogenik, sampai septikimia yang fatal. Selain itu, Staphylococcus aureus merupakan

bakteri yang cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antibiotik khususnya penisillin

dan menyebabkan masalah pengobatan yang sulit karena hampir semua isolat

Staphylococcus aureus memproduksi enzim β-laktamase. (Jawetz et al., 2007). Bahkan

sebagian isolat S. aureus resisten terhadap metisilin. Resistensi tersebut dimediasi melalui

mec operon , bagian dari kromosom mec kaset staphylococcal (SCC mec). Resistensi ini

Page 16: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

diberikan oleh gen Meca, gen yang dikode untuk diubah oleh protein pengikat penisilin

(PBP2a atau PBP2 ') yang memiliki afinitas yang lebih rendah untuk mengikat β-laktam

(penisilin , sefalosporin, dan carbapenems ), sehingga menjadikan Staphylococcus aureus

resisten terhadap semua antibiotik tipe β-laktam serta mengurangi penggunaan antibiotik

terhadap infeksi MRSA (Deurenberg, 2006). Akhirnya, resistensi ini menyebabkan

penyakit akibat Staphylococcus aureus semakin sulit untuk ditanggulangi.

Salah satu penyebab resistensi di Indonesia adalah tidak disiplinnya pasien, yang

rata-rata berpendidikan rendah, yang jika sudah merasa sembuh enggan untuk

melanjutkan meminum obat. Penulis berpendapat keengganan mereka karena mereka

takut akan efek samping antibiotik-antibiotik kimia yang diberikan dokter. Padahal

bakteri dalam tubuh mereka belum sepenuhnya dibunuh. Oleh karena itu penggunaan

obat-obatan alami, yang telah dipercaya masyarakat Indonesia, dapat memberikan

alternatif terhadap masalah ini.

Selain itu keadaan perekonomian indonesia yang dilanda krisis ekonomi sejak

beberapa tahun lalu, menyebabkan naiknya berbagai harga bahan pokok maupun obat-

obatan. Sehingga masyarakat banyak yang merasa kesulitan untuk mendapatkan obat-

obatan dengan harga yang relatif murah dan aman dikonsumsi. Hal ini tentu berbeda,

apabila kita menggunakan obat tradisional yang merupakan hasil atau olahan dari alam

yang harga murah bahkan tidak perlu membeli.

Berdasarkan pengalaman emperis turun-temurun banyak sekali jenis tanaman obat

di Indonesia yang mampu memproduksi antibakteri. Salah satu diantaranya adalah

tanaman Rosella(Hibiscus sabdariffa) yang mulai popular dikonsumsi masyarakat

sebagai tanaman obat. Rosella(Hibiscus sabdariffa) yang merupakan anggota famili

Page 17: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Malvaceae. Tanaman perdu ini tingginya dapat mencapai 3-5 meter. Jika telah dewasa,

tanaman ini mengeluarkan bunga yang berwarna merah (Steenis, 1997). Pada tahun 1962

Abdul Aziz Sharaf dari Sudan Research Unit, Institute of African and Asian Studies,

membuktikan bahwa kelopak bunga rosela merah mempunyai beberapa khasiat, salah

satunya sebagai antibakteri (Morton, 1974) dan pada tahun 2007 berhasil dibuktikan pula

bahwa ekstrak methanol kelopak rosella memperlihatkan aktivitas antibakteri dengan

minimum inhibitory concentration (MIC) 0,30 ± 0,2-1,30 ± 0,2 mg/ml terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Olaleye, 2007).

Ekstrak etanol yang terkandung dalam kelopak bunga rosella ini, juga mempunyai

efek letal (mematikan) terhadap Staphylococcus aureus. Dimana, nilai kesetaraan 1 mg

aktivitas ekstrak etanol bunga Rosella (Hisbiscus sabdariffa L.) terhadap tetrasiklin

hidroklorida sebesar 0.000056 mg (Rostinawati, 2009). Selain itu, ekstrak kelopak bunga

Rosella (Hisbiscus sabdariffa L.) juga mempunyai efek antipiretik, antikolestrol,

antioksidan, antikanker, antifungi, antiparasit dan antibakteri (Ali et al., 2005).

Dari beberapa penelitian yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak

kelopak bunga rosella mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Namun, penelitian-penelitian tersebut menggunakan reagen yang cukup mahal dan

dengan prosedur yang terlalu rumit bagi orang awam. Oleh karena itu, diperlukan

penelitian terhadap kelopak bunga rosella dengan reagen yang murah, mudah diperoleh,

tidak berbahaya,dan dengan prosedur yang mudah dilakukan bagi masyarakat.

Sehubungan dengan hal di atas, maka akan dilakukan penelitian aktivitas

antimikroba ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dengan metode dilusi. Dalam penelitian ini, peneliti

Page 18: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

menggunakan ekstrak air kelopak rosella karena biaya pembuatan ekstrak air murah dan

tidak berbahaya. Selain itu, prosedurnya mudah dilakukan oleh masyarakat

umum.Penelitian mengenai efek pemberian ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus

sabdariffa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode dilusi belum pernah

dilakukan. Dari penelusuran berbagai literatur, hingga saat ini belum ditemukan efek

ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus sabdariffa) memiliki aktivitas

antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode dilusi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui potensi efek antimikroba dari ekstrak air kelopak

Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui kosentrasi terkecil ekstrak air kelopak Rosella(hibiscus

sabdariffa) yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dengan metode

dilusi

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademik

Memberikan informasi ilmiah tentang kosentrasi terkecil ekstrak air kelopak

Rosella(hibiscus sabdariffa) yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus

Page 19: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

aureus dengan metode dilusi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar penelitian

lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Aplikatif (Praktis)

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan terapi untuk infeksi

oleh bakteri Staphylococcus aureus.

Page 20: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Staphylococcus aureus

Staphylococcus berasal dari kata Yunani yaitu ”staphyle” yang berarti

sekelompok anggur. Bakteri ini umumnya hidup pada kulit dan membran

mukosa manusia. Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang paling

penting dalam menyebabkan infeksi pada manusia. Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S. aureus sepanjang hidupnya, dari infeksi kulit

ringan, keracunan makanan, sampai infeksi berat (Jawetz et al., 1996; Joklik,

1984).

2.1.1 Klasifikasi

Staphylococus aureus memiliki klasifikasi sebagai berikut (Todar, 2011):

Dunia : Prokariota

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Terdapat 23 spesies Staphylococcus dan dua belas diantaranya merupakan

flora normal bagi manusia dan yang terpenting secara klinis ada tiga spesies

yaitu S. aureus, S. pidermidis, S. saprophyticus. Ciri utama yang paling mudah

Page 21: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

dan penting untuk membedakan antara S. aureus dengan spesies Staphylococcus

lainnya yaitu produksi enzim koagulase, enzim yang dapat menggumpalkan

plasma. Sekitar 97% S. aureus yang diisolasi menghasilkan enzim ini (Jawetz, et

al., 1996).

2.1.2 Morfologi dan karakteristik

S. aureus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk bola dengan garis

tengah sekitar 1 μm, tidak bergerak, tidak membentuk spora, tersusun dalam

kelompok tidak beraturan, dan menghasilkan katalase positif. Bakteri ini tahan

pada suhu 500C, dan pada lingkungan dengan konsentrasi garam yang tinggi,

mudah membentuk pigmen pada suhu kamar (20-25 C). Koloni S. aureus pada

perbenihan padat berbentuk bundar, halus menonjol, dan berwarna abu-abu

sampai kuning emas tua (Joklik, 1984).

Gambaran S. aureus secara mikroskopik dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Staphylococcus aureus Electron micrograph (Todar, 2011)

2.1.3 Struktur Antigen

Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat

antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel.

Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit yang

terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Struktur antigen yang

diproduksi oleh S. aureus diantaranya (Jawetz, et al., 2007):

Page 22: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

1. Asam teikoat merupakan polimer gliserol berikatan dengan peptidoglikan dan

menjadi bersifat antigenik.

2. Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S. aureus dan

merupakan reagen penting dalam imunologi dan teknologi diagnostic

laboratorium.

2.1.4 Toksin dan Enzim

S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui pembentukan zat

ekstraselular yang dibentuk yaitu berupa toksin dan enzim. Toksin dan enzim ini

akan menyebabkan penyakit menyebar luas ke dalam jaringan. Beberapa toksin

dan enzim yang dihasilkan oleh S. aureus antara lain (Jawetz et al., 2007;

Wannet et al., 2005) :

1. Katalase, merupakan suatu enzim yang dihasilkan oleh S. aureus yang dapat

mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Tes katalase dapat

membedakan antara Stapylococcus dengan Streptococcus yang menunjukkan

hasil negatif untuk Streptococcus.

2. Koagulase, merupakan suatu enzim yang dapat menggumpalkan plasma. Hasil

koagulase ini dianggap sinonim dengan potensial patogenik invasif .

3. Enzim lain yang dihasilkan yaitu hialuronidase. Enzim ini yang

mempermudah penyebaran bakteri dalam menginvasi suatu penyakit

sehingga disebut faktor penyebar. Selain itu juga, dihasilkan stafilokinase

yang mengakibatkan fibrinosis tetapi kerjanya lebih lambat daripada

streptokinase, proteinase, dan β laktamase.

Page 23: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

4. Eksotoksin, meliputi beberapa toksin yang mematikan jika disuntikkan pada

hewan, menyebabkan nekrosis pada kulit, dan mengandung hemolisin yang

dapat larut dan dipisahkan dengan elektroforesis.

5. Leukosidin, merupakan suatu toksin yang dapat mematikan sel-sel darah putih

apabila toksin tersebut masuk ke dalam jaringan.

6. Toksin eksfoliatif meliputi sekurangnya dua protein yang mengakibatkan

pengelupasan menyeluruh pada sindroma kulit lepuh. Antibodi spesifik dapat

melindungi terhadap kerja toksin eksfoliatif ini.

7. Toksin Sindroma Syok Toksik (TSST-1) dapat menstimulasi pelepasan sitokin

dan memiliki efek langsung juga terhadap sel endotel. Pada sel endotel toksin

ini menyebabkan kebocoran kapiler, hipotensi, demam dan syok. Gen TSST-

1 ditemukan pada 20 % isolat S. aureus.

8. Enterotoksin merupakan superantigens seperti TSST-1, yang tahan panas dan tahan

terhadap aksi enzim usus sehingga menjadi penyebab paling penting dari keracunan

makanan. Enterotoksin tersebut diproduksi ketika Staphylococcus aureus tumbuh

dalam makanan karbohidrat dan protein. Konsumsi 25 g hasil enterotoksin B dapat

menyebabkan muntah dan diare. Pengaruh emetik enterotoksin tersebut adalah hasil

dari stimulasi sistem saraf pusat (muntah tengah) setelah toksin bereaksi pada

reseptor saraf di dalam usus.

2.1.5 Epidemiologi

Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh S. aureus merupakan

masalah yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan

Page 24: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

dengan pasien yang telah menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya.

Sumber wabah dapat berasal dari pasien dengan infeksi S. aureus yang terbuka

atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui perantaraan udara tapi biasanya

melalui tangan paramedis. S. aureus sebagai flora normal kulit sering

menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya

ke organ atau jaringan lainnya (Kluytmans et al, 1997).

2.1.6 Patogenesis

S. aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari

infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi

kulit yang biasanya disebabkan oleh S. aureus yaitu impetigo, selulitis,

folikulitis, abses. S. aureus menyebabkan keracunan makanan karena adanya

enterotoksin yang dihasilkan oleh S. aureus yang terdapat pada makanan yang

tercemar. Gejala yang muncul akibat keracunan makanan ini yaitu sakit kepala,

mual, muntah, disertai diare yang muncul setelah empat sampai lima jam

mengkonsumsi makanan tersebut (Salmenlina, 2002).

Enterotoksin lain yaitu Toksin Syok Sindroma Toksik (TSST-1) yang

dihasilkan S. aureus juga dapat menyebabkan penyakit Toxic Shock Syndrom

(TSS). Enterotoksin ini dapat tumbuh di tampon sehingga dapat memasuki

aliran darah dan menyebabkan gejala TSS. Gejala yang muncul antara lain

demam tinggi, muka memerah, pengelupasan kulit, dan hipotensi. TSS

merupakan penyakit yang serius yang dapat menyebabkan pembusukan jaringan

(Salyers & Dixie, 1994; Salmenlina, 2002).

Page 25: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Infeksi sistemik dapat terjadi karena bakteri masuk ke dalam darah, dan

berkembang menjadi bakteremia. Di dalam sirkulasi darah, bakteri dapat meluas

ke berbagai bagian tubuh dan menyebabkan infeksi. Infeksi yang dapat terjadi

yaitu endokarditis, osteomielitis, sindrom kulit melepuh, pneumonia (Ontengco

et al., 2003). Osteomielitis merupakan infeksi yang terjadi pada tulang yang

sedang tumbuh, biasanya terjadi pada anak-anak. Infeksi ini disebabkan karena

adanya infeksi pada saat pembedahan tulang sehingga bakteri dapat berpenetrasi

melalui luka yang terbentuk dan secara langsung menginfeksi tulang yang

terluka. Berbeda dengan osteomielitis, endokarditis disebabkan karena bakteri

masuk melalui penggunaan obat secara intravena atau penggunaan cateter yang

kemudian masuk ke dalam aliran darah dan menginfeksi sel endotel

(Salmenlina, 2002; Juuti, 2004). Bakteri dapat menempel dan merusak daerah

endotelium, atau secara langsung masuk ke sel endotel melalui fagositosis

sehingga menyebabkan pelepasan respon inflamasi yang ditandai dengan

demam yang tinggi (Todar, 2011).

Infeksi lainnya yaitu sindrom kulit melepuh yang disebabkan oleh toksin

eksfoliatif. Toksin ini menyebabkan lapisan kulit luar mengelupas. Biasanya

risiko terjadinya meningkat pada anak-anak karena memiliki antibodi pelindung

yang lemah terhadap eksotoksin dan enterotoksin yang merespon terjadinya

sindrom klinik tersebut. Pneumonia jarang terjadi namun jika terjadi akan

menyebabkan kerusakan sel paru-paru yang dapat berakibat kematian (Juuti,

2004).

Page 26: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Berbagai infeksi yang disebabkan oleh S. aureus dimediasi oleh factor

virulen dan respon imun sel inang. Secara umum bakteri menempel ke jaringan

sel inang kemudian berkoloni dan menginfeksi. Selanjutnya bertahan, tumbuh,

dan mengembangkan infeksi berdasarkan kemampuan bakteri untuk melawan

peertahanan tubuh sel inang. Respons sel inang dimediasi oleh leukosit yang

diperoleh dari ekspresi molekul adhesi pada sel endotel Komponen dinding sel

dari S. aureus yaitu peptidoglikan dan asam teikoat, memacu pelepasan sitokin

Leukosit dan faktor sel inang lainnya dapat dirusak secara lokal oleh toksin yang

dihasilkan oleh bakteri tersebut. Selain itu adanya protein yang terdapat pada

bakteri mengakibatkan respon anti inflamasi. Protein ini juga menghambat

sekresi leukosit sel inang dengan cara berinteraksi langsung dengan protein sel

inang, dan fibrinogen. Apabila tubuh tidak cukup berhasil mengatasi infeksi

tersebut maka akan terjadi inflamasi lokal (Todar, 2011).

2.1.7 Gambaran klinis infeksi Staphylococcus aureus

Infeksi Staphylococcus aureus lokal tampak sebagai jerawat, infeksi

folikel rambut atau abses. Terdapat reaksi inflamasi yang kuat, terlokalisir dan

nyeri yang mengalami supurasi sentral dan sembuh dengan cepat jika pus

dikeluarkan (di drainase).

Infeksi Staphylococcus aureus dapat juga bersal dari kontaminasi lansung

dari luka, misalnya pasca operasi infeksi Staphylococcus aureus atau infeksi

yang menyertai trauma (osteomielitis kronik setelah patah tulang terbuka,

meningitis yang menyertai patah tulang tengkorak).

Page 27: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Jika S. aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka bisa terjadi

endokarditis, osteomielitis hematogenus akut, meningitis atau infeksi paru-paru.

Manifestasi klinik mirip dengan yang tampak pada infeksi sistemik.

Keracunan makanan menyebabkan enterotoksin stafilokokal dengan

periode inkubasi yang pendek (1-8 jam) yang ditandai dengan gejala klinis:

mual hebat, muntah dan diare, tanpa disertai demam dan dapat sembuh sendiri.

Sindroma syok toksik dimanifestasikan oleh demam tinggi yang terjadi

tiba-tiba,muntah, diare, mialgia, ruam, bentuk scarlet ( scarlatiniform rash ) dan

hipotensi dengan gagal jantung dan gagal ginjal pada kasus yang sangat berat

(Jawetz et al., 2001).

2.1.8 Pengobatan S. aureus

Pengobatan infeksi S. aureus biasanya menggunakan antibiotik turunan penisilin

seperti metisilin, dan oksasilin. Obat golongan penisilin tersebut berdifusi luas sepanjang

jaringan tubuh, tetapi penetrasi ke dalam otak buruk, kecuali bila meningen meradang.

Setelah suntikan intramaskular, kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 15-30 menit

dan obat cepat diekskresi (sebagian besar tidak dirubah) oleh ginjal. Waktu paruh

eliminasi (t ⅟ 2) normalnya 30 menit, tetapi lebih panjang sampai sekitar 10 jam pada

anuria.

Namun sebagian besar strain S. aureus ditemukan telah resisten terhadap

antibiotik penisilin sehingga antibiotik turunan penisilin sudah jarang

digunakan. Pemilihan antibiotik lain yang sekarang digunakan untuk mengobati

S. aureus yang telah resisten terhadap turunan penisilin yaitu vankomisin dan

teikoplanin. Kedua antibiotik ini digunakan sebagai pilihan utama dalam

Page 28: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

mengobati infeksi yang disebabkan oleh MRSA. Vankomisin sendiri adalah

antibiotik bakterisidal yang tidak diabsorpsi secara oral. Vankomisin bekerja

dengan menghambat pembentukan peptidoglikan dan aktif melawan sebagian

besar organisme Gram positif. Vankomisin intravena sangat penting untuk terapi

pasien dengan septikemi atau endokarditis akibat strain Staphylococcus aureus

yang resisten terhadap metisilin (Neal, 2002).

Selain kedua antibiotik tersebut, juga digunakan klindamisin,

sulfametoksazole, trimetoprim, dan gentamisin sebagai pilihan lain untuk

mengobati infeksi S. aureus yang telah resisten (Lowy, 2003).

2.1.9 Resistensi Antibiotik

Sebagian besar galur S. aureus yang berasal dari rumah sakit diketahui

telah resisten terhadap berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat disebabkan karena

S. aureus mampu mengkode enzim β-lactam dari antibiotik yang dapat

memediasi terjadinya resistensi terhadap beberapa antibiotik.

Beberapa antibiotik yang telah resisten terhadap MRSA yaitu:

1. Penisilin

Saat ini diketahui lebih dari 90 isolat S. aureus memproduksi penisilinase.

Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin dimediasi oleh blaZ. Gen ini

mengkode enzim yang disintesis ketika Staphylococcus diberikan antibiotik

β- lactam. Enzim ini mampu menghidrolisis cincin β-lactam, yang

menyebabkan terjadinya inaktivasi β-lactam (Lowy, 2003).

2. Metisilin

Page 29: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Resistensi metisilin terjadi karena adanya perubahan protein pengikat

penisilin (PBP). Hal ini disebabkan karena gen mecA mengkode 78 –kDa

penicillin pengikat protein 2a (PBP2a) yang memiliki afinitas yang kecil

terhadap semua antibiotik β-lactam. Hal ini memudahkan S. aureus bertahan

pada konsentrasi yang tinggi dari zat tersebut, resistensi terhadap metisilin

menyebabkan resistensi terhadap semua agen β-lactam, termasuk

cephalosporin (Juuti, 2004).

3. Kuinolon

Fluorokuinolon pertama kali dikenalkan untuk pengobatan infeksi bakteri

gram positif pada tahun 1980. Resistensi terhadap fluorokuinolon sangat cepat

dibandingkan dengan resisten terhadap metisilin. Hal ini menyebabkan

kemampun fluorokuinolon sebagai anti bakteri menurun. Resistensi terhadap

fluorokuinolon berkembang sebagai hasil mutasi kromosomal spontan dalam

target terhadap antibiotik atau dengan induksi pompa effluks berbagai obat

( Lowy, 2003).

4. Vankomisin

Vankomisin menjadi meningkat penggunaannya untuk mengobati Infeksi

yang disebabkan oleh MRSA. Pada tahun 1997, laporan pertama vankomisin

Intermediet Resisten S. aureus, dilaporkan di Jepang, dan berkembang di

negara lain. Penurunan sensitifitas vankomisin terhadap S. aureus terjadi

karena adanya perubahan dalam biosintesis peptidoglikan bakteri tersebut

(Lowy, 2003).

5. Kloramfenikol

Page 30: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Resistensi terhadap kloramfenikol disebabkan karena adanya enzim yang

menginaktivasi kloramfenikol dengan mengkatalisis proses asilasi terhadap

gugus hidroksi dalam kloramfenikol menggunakan donor gugus etil berupa

asetil koenzim A. Akibatnya dihasilkan derivat asetoksi kloramfenikol yang

tidak mampu berikatan dengan ribosom bakteri (Lowy, 2003).

2.2. Uraian Tanaman

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak bunga rosela

(Hibiscus sabdariffa L.). Uraian tanaman rosela meliputi klasifikasi tanaman, deskripsi

tanaman, khasiat dan kegunaan tanaman, dan kandungan kimia tanaman.

2.2.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi dari kelopak bunga rosella

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Malvales

Suku : Malvaceae

Marga : Hibiscus

Jenis : Hibiscus sabdariffa L. (sinonim: Hibiscus digitatus)

Varietas : Hibiscus sabdariffa L. var. sabdariffa L.

Hibiscus sabdariffa L. var. ultissima Wester (Mardiah dkk, 2009).

2.2.2 Morfologi Tanaman

Rosela merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5 sampai 3

meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna merah. Daunnya tunggal,

Page 31: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal

berlekuk. Panjang daun 6 sampai 15 cm dan lebarnya 5 sampai 8 cm. Tangkai daun bulat

berwarna hijau, dengan panjang 4 sampai 7 cm (Steenes, 2002).

Bunga rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal, artinya pada

setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8 sampai 11 helai

kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna

merah(Steenes, 2002). Kelopak bunga rosela ini sering dianggap sebagai bunga oleh

masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan

minuman(Mardiah dkk, 2009).

Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya 3 sampai 5 cm.

Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran

pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk

tabung, berwarna kuning atau merah. Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut,

terbagi menjadi 5 ruang, berwarna merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu, dengan

panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua

berubah menjadi abu-abu (Steenes, 2002).

Gambar 2.2 Hibiscus sabdariffa L. var. sabdariffa L.

2.2.3 Khasiat dan Kegunaan Tanaman

Page 32: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Di Indonesia, penggunaan rosela di bidang kesehatan memang belum begitu

popular. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosela mulai banyak dikenal sebagai

minuman kesehatan. Bahan minuman dari rosela yang berbentuk seperti teh celup juga

sudah dapat diperoleh di pasar swalayan. Produk tersebut sebagian besar diperoleh dari

luar negeri. Di negara-negara lain, pemanfaatan dan khasiat rosela dalam dunia

pengobatan sudah tidak asing lagi (Mardiah dkk, 2009).

Di India, Afrika, dan Meksiko, seluruh bagian tanaman rosela berfungsi sebagai

obat tradisional. Daun atau kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) mampu

menurunkan tekanan darah (efek hipotensif) yang tidak berbeda nyata dengan pemberian

captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 g kelopak kering dan 0,52

L air (Herrera and Arellano, 2004).

Pemanfaatan tanaman rosela ini berkaitan dengan fungsinya sebagai antiseptik,

aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), astringen, demulcent (menetralisir asam

lambung), diuretik, purgatif, anthelmintic, refrigerant (efek mendinginkan), resolvent,

sedatif, tonik, serta mengobati kanker, batuk, dyspepsia, dysuria, demam, hangover

(kembung perut), hipertensi, neurosis, sariawan, dan mencegah penyakit hati (Mardiah

dkk, 2009). Kelopak bunga rosela dapat digunakan untuk mencegah perkembangan

atherosclerosis dan komplikasi kardiovaskuler akibat diabetes (Farombi dan Ige, 2007).

Di antara banyak khasiatnya, kelopak bunga rosela diunggulkan sebagai antikanker,

antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah dkk, 2009).

2.2.4 Kandungan Kimia Tanaman

Page 33: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Karakteristik fisikokimia bunga rosela telah diteliti dan diketahui memiliki vitamin

C yang tinggi dengan kadungan gula yang rendah. Asam suksinat dan asam oksalat

merupakan dua asam organik yang dominan pada rosela. Tumbuhan rosela juga diketahui

memiliki asam askorbat yang lebih tinggi dari pada jeruk dan mangga (Wong et al, 2002

dalam Fasoyiro et al, 2005).

Fitokonstituen yang ditemukan dalam ekstrak bunga rosela yaitu flavonoid,

polisakarida dan asam organik, yang berpengaruh terhadap aktivitas farmakologinya

(Daffallah & Mustafa, 1996 dalam Hussaini et al., 2004 ). Bunga rosela diketahui

memiliki asam sitrat, tanin dan glukosida seperti delfinidin-3-monoglukosida dan

delfinidin yang pada konsentrasi tinggi bersifat toksik bagi jaringan hewan dan manusia

(Ojokoh et al., 2002; Morton, 1987).

Kelopak bunga rosela juga mengandung alkaloid, L-ascorbic acid, anisaldehid,

antosianin, beta karoten, protocathecuic acid, beta sitosterol, asam sitrat, galaktosa,

polifenol, cyaniding-3-rutinoside, mukopolisakarida, pektin, polisakarida, asam stearat,

dan lilin (Hirunpanich et al., 2005).

Selain itu, kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah

pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai antioksidan.

Flavonoid rosela terdiri flavanols dan pigmen antosianin. Antosianin pada kelopak bunga

rosela berada dalam bentuk glukosida yang terdiri dari cyanidin-3-sambubioside,

delphinidin-3-glucose, dan delphinidin-3-sambubioside. Sementara itu, flavonols terdiri

dari gossypetin, hibiscetin, dan quercetia (Mardiah dkk., 2009).

Tabel 2.1 Komposisi minyak esensial Hibiscus sabdariffa L.(Zang dan Wang, 2007)

Page 34: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Zat gizi lain yang tak kalah penting terkandung dalam kelopak bunga rosela adalah

kalsium, niasin, riboflavin, dan besi yang cukup tinggi. Kandungan besi pada kelopak

segar rosela dapat mencapai 8, 98 mg/100 g. Selain itu, kelopak bunga rosela

mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/100 g sodium, vitamin C, dan

vitamin A (Mardiah dkk, 2009). Serta ada sekitar 18 asam amino yang diperlukan tubuh

terdapat dalam kelopak bunga rosela, termasuk arginin dan lisin yang berperan dalam

peremajaan sel tubuh (Mardiah dkk., 2009).

Sedangkan untuk distribusi kandungan fitokomia dari berbagai bagian tumbuhan

Hibiscus sabdariffa dapat di lihat di tabel berikut.

Tabel 2.2 Distribusi berbagai macam fitokimia di bagian yang berbeda dari tumbuhan

Hibiscus sabdariffa (Mungole dan Chaturvedi, 2011)

Page 35: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi
Page 36: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Hibiscus sabdariffa L.

Ekstrak air kelopak bunga Hibiscus sabdariffa L.

Uji dilusi pada bakteri Staphylococcus aureus

Protein-protein struktural dan

fungsional penting pada bakteri

Staphylococcus aureus terdenaturasi

efek antimikroba terhadap bakteri

Staphylococcus aureus

Kosentrasi Hambat Minimum

(KHM)

Page 37: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

3.2. Penjelasan Kerangka Konsep

Penggunaan obat tradisional saat ini semakin luas di kalangan masyarakat.

Salah satunya yang digunakan adalah bunga rosela(Hibiscus sabdariffa L.).

Berdasarkan data-data yang diperoleh ditemukan banyak kandungan aktif dalam

bunga rosela yang dapat dipergunakan sebagai antimikroba diantaranya

alkaloid, flavonoid, saponin, dan polifenol. Sehingga peneliti mengusulkan

penggunaan bunga rosella sebagai obat antibakteri alternatif untuk mengobati

penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Salah satu bakteri yang

saat ini sering menimbulkan infeksi di rumah sakit adalah Staphylococcus

aureus. S. aureus merupakan flora normal kulit yang paling sering menimbulkan

infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya ke organ atau

jaringan lainnya (Kluytmans et al., 1997).

Pengujian kelopak bunga rosela ini dibuat dalam bentuk ekstrak air. Ekstrak air

ini dibagi menjadi beberapa konsentrasi yang nantinya diuji dengan metode dilusi cair.

Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran antimikroba pada medium

cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji antimikroba pada kadar terkecil

yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai

Konsentrasi Hambat Minimal(KHM). Evaluasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas

ekstrak air bunga rosella dapat berguna sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus.

3.3. Hipotesis Penelitian

Pemberian ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibsiscus sabdariffa L.) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

Page 38: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yaitu penelitian uji

aktivitas antimikroba ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in-vitro menggunakan

metode dilusi.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode randomized post test

controlled design. Secara skematis, rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Skema penelitian

R S

K2

T7

T6

K1

T8

T5

T1

T2

T3

T4

B2

A7

A6

B1

A8

A5

A1

A3

A4

A2

Page 39: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Keterangan :

S : sampel bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

R : ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) hasil ekstrak air

K1 : tabung kontrol 1 yaitu berisi ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus

sabdariffa L.)yang digunakan sebagai kontrol negatif

K2 : tabung kontrol 2 yaitu berisi medium cair yang telah ditanam dengan koloni

Staphylococcus aureus yang digunakan sebagai kontrol positif

T1 : tabung perlakuan 1 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 12,5%

T2 : tabung perlakuan 2 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 6,25%

T3 : tabung perlakuan 3 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 3,125%

T4 : tabung perlakuan 4 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 1,56%

T5 : tabung perlakuan 5 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 0,78%

Page 40: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

T6 : tabung perlakuan 6 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 0,39%

T7 : tabung perlakuan 7 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 0,195%

T8 : tabung perlakuan 8 yaitu pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

medium cair yang telah ditambah dengan ekstrak air kelopak bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L.)sehingga kosentrasinya 0,097%

B1 : pengamatan pertumbuhan bakteri pada tabung kontrol 1 setelah inkubasi dalam

suhu 37ºC selama 24 jam

B2 : pengamatan pertumbuhan bakteri pada tabung kontrol 2 setelah inkubasi dalam

suhu 37ºC selama 24 jam

A1 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 1 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

A2 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 2 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

A3 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 3 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

A4 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 4 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

A5 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 5 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

Page 41: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

A6 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 6 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

A7 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 7 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

A8 : pengamatan pertumbuhan kuman pada tabung perlakuan 8 setelah inkubasi

dalam suhu 37ºC selama 24 jam

4.3 Sampel, Jumlah Replikasi, dan Teknik Pengelompokan Sampel

4.3.1 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.).

4.3.2 Jumlah replikasi

Jumlah replikasi ditentukan dengan menggunakan rumus Federer (Steel and Torri,

1989):

(t-1)(r-1) = 15

t = jumlah kelompok perlakuan yang diteliti

r = jumlah replikasi

Pada penelitian ini jumlah kelompok perlakuan yang diteliti sebanyak 8 tabung, sehingga

jumlah replikasi yang harus dilakukan adalah:

(8-1)(r-1) = 15

r-1 = 2

r = 3 (jumlah replikasi pada penelitian ini minimal 3 kali)

4.3.3 Teknik pengelompokan sampel

Pengelompokan sampel menggunakan teknik total random sampling dari kelopak

bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)yang tumbuh di Kediri, Jawa Timur.

Page 42: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

4.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas

Kosentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada tiap-tiap

tabung yang telah ditanami bakteri Staphylococcus aureus.

Variabel tergantung

Pertumbuhan bakteri pada tiap-tiap tabung yang telah diberi ekstrak air kelopak

bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan kosentrasi yang berbeda.

Variabel kontrol

1. spesies Hibiscus sabdariffa L.

2. temperatur inkubasi kultur bakteri Staphylococcus aureus

3. temperatur inkubasi uji kepekaan secara dilusi

4. waktu inkubasi uji kepekaan secara dilusi

Definisi Operasional Variabel

Variabel bebas

Kosentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah besarnya

kadar bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap pelarut, yang diukur dalam satuan

gram persen(g%). Diketahui berdasarkan perbandingan berat buah dengan pelarut, skala

data rasio.

Variabel tergantung

Page 43: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Kekeruhan dari tabung reaksi yang telah ditambahkan ekstrak air kelopak bunga

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) , menunjukkan bahwa semakin jernih medium maka

semakin besar penghambatan pertumbuhan kuman.

Variabel kontrol

1 Spesies Hibiscus sabdariffa L. adalah satu jenis individu buah Hibiscus sabdariffa

L., diketahui berdasarkan pengamatan secara visual, skala data nominal.

2 Temperatur inkubasi bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro adalah skala

yang menunjukan seberapa besar gaya kinetik zat-zat dalam lingkungan inkubasi

bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro, yang diukur dalam satuan ºC,

diketahui berdasarkan pengamatan visual pada termometer, skala data interval.

3 Temperatur inkubasi uji kepekaan secara dilusi adalah skala yang menunjukan

seberapa besar gaya kinetik zat-zat dalam lingkungan inkubasi tabung perlakuan

yang telah diberi perlakuan, yang diukur dalam satuan ºC, diketahui berdasarkan

pengamatan visual pada termometer, skala data interval.

4 Waktu inkubasi uji kepekaan secara dilusi adalah lamanya inkubasi tabung

perlakuan setelah diberi perlakuan, yang diukur dalam satuan jam, diketahui

berdasarkan pengamatan visual pada jam dinding, skala data rasio.

4.5 Bahan Penelitian

1. Bunga Rosella (Hibiscus sabdaiffa L.)

2. Aquadest

3. Koloni bakteri Staphylococcus aureus

4. Muller Hinton Broth:

1 Meat infussion 6 gram

Page 44: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

2 Casein Hydrolysate 17,5 gram

3 Starch 1,5 gram

4 Aquadest 1000 ml

5 pH 7,4

5. Nutrient Agar:

1 Pepton 5 gram

2 Yeast extract 2 gram

3 Sodium chloride 5 gram

4 Agar 5 gram

5 Aquadest 1000 ml

6 pH 7,4

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen di bawah ini memiliki reliabilitas dan validitas yang cukup baik, serta

lazim digunakan untuk penelitian.

1 Beker glass

2 Pemanas spirtus

3 Tabung reaksi

4 Sengkelit

5 Yellow tape

6 Pipet ependorf

7 Penyaring sari buah

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi

Page 45: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium

Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

4.7.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 6 bulan pada bulan Juni-Desember 2011

4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.8.1 Mempersiapkan ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

1. Menyiapkan bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebanyak 50 gram lalu dicuci

hingga bersih.

2. Memotong bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) kecil-kecil dan merajangnya.

3. 50 gram hasil rajangan dimasukkan ke dalam tempat ekstraksi kemudian ditambah

200 ml aquadest steril untuk membuat ekstrak air dengan konsentrasi 25 gram/ml.

4. Didiamkan beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya dan

sesekali diaduk.

5. Campuran tersebut kemudian disaring dengan kain flannel atau kertas saring untuk

menghilangkan ampas dan sampai airnya tidak menetes lagi.

4.8.2 Mempersiapkan koloni bakteri Staphylococcus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus dibiakkan terlebih dahulu pada media Nutrient

Agar dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam

4.8.3 Langkah-langkah pengambilan dan pengumpulan data

Uji aktivitas antimikroba menggunakan metode dilusi. Dengan metode ini dapat

diketahui konsentrasi hambat minimal (KHM) yaitu konsentrasi terkecil yang masih

mampu menghambat pertumbuhan kuman dan kosentrasi bunuh minimal (KBM) yaitu

kosentrasi terkecil yang dapat membunuh kuman. Langkah- langkah penelitian:

Page 46: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

1. Menyiapkan ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)dengan

kosentrasi 25 gram/ml yang nantinya akan diencerkan secara serial.

2. Membuat suspensi kuman. Stok yang sudah ada dikultur terlebih dahulu sehingga

didapatkan pertumbuhan yang sehat (tumbuh subur dan pada fase pertumbuhan

logaritma atau tidak mengalami mutasi ataupun fase lag atau mati). Suspensi uji

awal dibuat setara dengan kekeruhan 0,5 Mc Farland (kekeruhan campuran

Barium chlorida 1,175% dan H2SO4 1%) atau sebanding dengan jumlah bakteri

1,5x108 CFU/ml (CFU: Colony forming Unit) atau 250-300 koloni dalam media

padat. Diambil beberapa koloni bakteri lalu ditipiskan atau diencerkan dengan

larutan isotonis (PBS atau PZ) sehingga konsentrasi sesuai dengan konsentrsi 0,5

Mc Farland.(Lab.Mikrobiologi Fk UNAIR, 2009)

3. Dalam uji dilusi ini disediakan sebanyak 10 tabung percobaan dengan label T-1-

T-8, dan K1-K2.

4. Tabung T-1: Tabung diisi dengan medium cair steril dan ekstrak air kelopak

bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa L.) kosentrasi 25 gram/ml dengan volume 1:1.

Antara medium dan ekstrak air dicampurkan, sehingga didapatkan kosentrasi

ekstrak air kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa L.) pada tabung T-1

sebesar 12,5gram/ml. Lalu diambil setengah bagian campuran antara medium cair

dan ekstrak air dari tabung ini untuk dimasukkan ke dalam tabung T-2.

5. Tabung T-2: Campuran yang diambil dari tabung T-1 dimasukkan ke dalam

tabung T-2 lalu ditambahkan medium cair steril dengan perbandingan volume

campuran dari tabung T-1 dengan medium cair steril sebesar 1:1. Campur dengan

baik sehingga didapatkan kosentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella(Hibiscus

Page 47: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

sabdariffa L.) pada tabung T-2 sebesar 6,25 gram/ml. Lalu diambil setengah

bagian untuk dimasukkan ke tabung T-3.

6. Langkah diatas dilanjutkan berturut-turut hingga tabung T-8, setelah dicampur

dan didapatkan kosentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa

L.) pada tabung T-8 sebesar 0,097 gram/ml. Lalu diambil setengah bagian untuk

dibuang agar volume tabung T-8 sama dengan tabung yang lain.

7. Menambahkan suspensi kuman kedalam setiap tabung

8. Tabung K-1: merupakan kontrol, hanya diisi dengan ekstrak air kelopak bunga

Rosella(Hibiscus sabdariffa L.) hingga volume yang sama dengan tabung yang

lain

9. Tabung K-2: merupakan kontrol, diisi medium cair yang telah ditambah suspensi

kuman

10. Menginkubasi semua tabung selama 24 jam dalam suhu 37ºC

11. Menentukan kosentrasi hambat minimum (KHM) yaitu dengan melihat tabung

mana yang masih jernih. Kosentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella(Hibiscus

sabdariffa L.) terkecil pada tabung yang jernih, merupakan kosentrasi hambat

minimum (KHM). Observasi ini dilakukan secara visual.

4.9 Cara Mengolah dan Analisis Data

Data pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dari kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan diuji statistic dengan deskriptif dan dianalisis secara analitik.

Page 48: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Ekstrak air kelopak bunga rosela yang digunakan dalam penelitian ini diujikan

dengan metode dilusi terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan konsentrasi

ekstrak yang digunakan adalah 12,5 gram/ml, 6,25 gram/ml, 3,125 gram/ml, 1,56

gram/ml, 0.79 gram/ml, 0.39 gram/ml, 0,195 gram/ml, dan 0,097 gram/ml,. Hasil uji

dilusi ( Konsentrasi hambat minimal (KHM)) dengan ekstrak air kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Replikasi pertama

Tabel 5.1 : Hasil uji dilusi KHM dengan ekstrak air kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) dalam berbagai konsentrasi pada replikasi pertama

Nama Tabung Pertumbuhan Kuman (kekeruhan)

K+ +

K- -

T1 (12,5 gram/ml) -

T2 (6,25 gram/ml) -

T3 (3,125 gram/ml) -

T4 (1,56 gram/ml) -

T5 (0.78 gram/ml) +

T6 (0,39 gram/ml) +

T7 (0,195 gram/ml) +

T8 (0.097 gram/ml) +

Replikasi kedua

Tabel 5.2 : Hasil uji dilusi KHM dengan ekstrak air kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) dalam berbagai konsentrasi pada replikasi kedua

Nama Tabung Pertumbuhan Kuman (kekeruhan)

K+ +

K- -

T1 (12,5 gram/ml) -

T2 (6,25 gram/ml) -

T3 (3,125 gram/ml) -

T4 (1,56 gram/ml) -

T5 (0.78 gram/ml) +

Page 49: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

T6 (0,39 gram/ml) +

T7 (0,195 gram/ml) +

T8 (0.097 gram/ml) +

Replikasi ketiga

Tabel 5.3 : Hasil uji dilusi KHM dengan ekstrak air kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) dalam berbagai konsentrasi pada replikasi ketiga

Nama Tabung Pertumbuhan Kuman (kekeruhan)

K+ +

K- -

T1 (12,5 gram/ml) -

T2 (6,25 gram/ml) -

T3 (3,125 gram/ml) -

T4 (1,56 gram/ml) -

T5 (0.78 gram/ml) +

T6 (0,39 gram/ml) +

T7 (0,195 gram/ml) +

T8 (0.097 gram/ml) +

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Pada percobaan pertama, didapatkan hasil bahwa ekstrak air kelopak bunga

rosella(Hibiscus sabdariffa L.) memiliki aktifitas antimikroba dimulai kadar 1,56

simplisia gram/ml terhadap kuman Staphylococcus aureus. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil uji dilusi untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) yang

menunjukkan perubahan medium menjadi lebih jernih dimulai dari tabung keempat (T4)

yang memiliki konsentrasi ekstrak air kelopak bunga rosella sebesar 1.56 gram

simplisia/ml hingga tabung ke-1 (T1) yang memiliki konsentrasi 12,5 gram simplisia/ml.

Sedangkan pada variabel kontrol didapatkan perubahan medium menjadi lebih

keruh pada kontrol (+) yang merupakan kontrol pertumbuhan kuman di dalam media dan

didapatkan perubahan medium menjadi lebih jernih pada kontrol (-) yang berisi bahan

ekstrak air kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa L.).

Page 50: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Hasil uji dilusi yang sama juga didapatkan pada replikasi ke-2 dan ke-3, yang

didapatkan perubahan medium menjadi lebih jernih yang dimulai dari tabung T4 hingga

T1, kontrol (-) dan terdapat perubahan medium menjadi lebih keruh pada kontrol (+).

Untuk memastikan pertumbuhan kuman kontaminan pada ekstrak yang telah

dibuat, dilakukan penanaman di media nutrient agar plate. Dan hasilnya tidak didapatkan

pertumbuhan bakteri pada agar plate.

Selain itu, untuk memastikan pertumbuhan kuman pada uji dilusi, dari semua

tabung uji dilusi replikasi ke-1 tidak didapatkan pertumbuhan kuman setelah dilakukan

penanaman di agar plate. Dan dalam penanaman kontrol (+) didapatkan pertumbuhan

beberapa kuman dalam agar plate. Sedangkan pada penanaman plate kontrol (-) tidak

didapatkan koloni kuman.

Page 51: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai kandungan antimikroba dari ekstrak air kelopak bunga

rosella(Hibiscus sabdariffa L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ini

dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada

bulan Agustus 2011. Penelitian dilakukan secara uji eksperimental dengan menggunakan

metode dilusi yaitu metode yang dapat dipakai untuk mengukur Konsentrasi Hambat

Minimal suatu bahan antimikroba dengan cara mengamati perubahan kekeruhan dari

campuran medium, ekstrak air, dan bakteri yang ditanam di dalam tabung. Ekstrak air

dibuat dari bahan ekstrak air kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa L.) yang

pembuatannya dilakukan di laboratorium Mikrobiologi dan laboratorium Farmasi

Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

6.1 Aktivitas Antimikroba Ekstrak air kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa L.)

Penelitian Uji Aktivitas antimikroba ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus

sabdariffa L.) dimulai dengan pembuatan simplisia kelopak bunga rosella (Hibiscus

sabdariffa L.) dengan cara dikeringkan ditempat yang teduh dan tidak terkena sinar

matahari. Sedangkan pembuatan ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa

L.) sebesar 25 gram simplisia/ml dilakukan dengan cara merendam simplisia kelopak

bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) seberat 50 gram di dalam 200 ml aquabidest

selama tujuh hari. Setiap harinya, rendaman tersebut dikocok selama 2 menit. Setelah

tujuh hari, rendaman tersebut diperas dengan kain flannel dan disaring dengan millipore.

Ekstrak kemudian dicampurkan bersama media tanam dengan perbandingan 1:1 sehingga

Page 52: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

diperoleh konsentrasi ekstrak tertinggi 12,5 gram/ml. Sedangkan untuk tabung-tabung

selanjutnya dilakukan penambahan media tanam dari campuran ekstrak ditambah dengan

media tanam sebelumnya. Penelitian dilaksanakan selama 3 kali replikasi. Penentuan

jumlah replikasi tersebut berdasarkan rumus dari Freeder (Steel and Torri, 1989).

Sesuai hasil yang disajikan dalam tabel 5.1, pada penelitian kali ini didapatkan

perubahan medium menjadi lebih jernih pada tabung keempat sampai tabung kesatu yang

telah ditanami bakteri Staphylococcus aureus kecuali pada tabung kelima, keenam,

ketujuh, kedelapan, dan kontrol positif (K+). Hal tersebut dapat diartikan bahwa ekstrak

air kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki aktifitas antimikroba yang

dimulai dengan kadar 1,56 gram/ml. Selain itu, pada kontrol negatif, tidak adanya

perubahan kekeruhan menandakan bahwa ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus

sabdariffa L.) tidak mengalami kontaminasi. Hal tersebut juga dibuktikan dengan

penanaman ekstrak yang telah dibuat di media nutrient agar plate. Dan hasilnya tidak

didapatkan pertumbuhan bakteri pada agar plate.

Hasil yang sama juga didapatkan pada replikasi ke-2 dan ke-3, yang disajikan

dalam tabel 5.2 dan 5.3. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa medium berubah menjadi

lebih jernih yang dimulai dari tabung ke-4 hingga tabung ke-1. sedangkan pada tabung

dengan tanda K+, tabung ke-5, tabung ke-6, tabung ke-7, dan tabung ke-8, terjadi

perubahan kekeruhan. Hal tersebut dapat juga diartikan bahwa ekstrak air kelopak bunga

rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki aktifitas antimikroba terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yang dimulai dengan kadar 1.56 gram/ml.

Bahan aktif dalam ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang

diduga memiliki efek antibakteri adalah Saponin, Tanin dan Flavonoida (Badreldin dkk,

Page 53: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

2005). Saponin akan membentuk kompleks dengan protein dan dinding sel sehingga

berakibat terjadinya denaturasi protein dan rusaknya dinding sel (Dzen dkk, 2003). Tanin

akan mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan rusaknya

membran sel (Akiyama dkk, 2001). Sedangkan Flavonoida diduga memiliki efek

antibakteri melalui kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler

dan polisakarida. Selain itu, sifat lipofilik flavonoid mungkin juga akan merusak

membran sel bakteri karena membran sel mengandung lipid sehingga memungkinkan

senyawa tersebut melewati membran (Cowan, 1999)

Metode ekstraksi yang dipakai pada penelitian ini masih bersifat kasar sehingga

tidak dapat diketahui secara pasti bahan aktif antibakteri apa saja yang terkandung di

dalam ekstrak tersebut. Selain itu, prosentase bahan aktif dari hasil ekstrak juga tidak

diketahui. Namun, kita dapat memperkirakan bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak

juga akan meningkatkan konsentrasi bahan aktif antibakteri dalam hubungannya dengan

penurunan pertumbuhan koloni bakteri.

Penelitian mengenai ekstrak tanaman kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa

L.) yang memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus juga pernah dilakukan

sebelumnya. Namun, pelarut dan metode yang digunakan berbeda yaitu dengan pelarut n-

Heksan, Etil Asetat, dan Etanol 70%. Pada penelitian tersebut didapatkan Konsentrasi

Bunuh Minimum ekstrak etil asetat adalah 25 gram/ml; 50 gram/ml; 100 gram/ml, KBM

ekstrak etanol 70 % terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 adalah 50 gram/ml;

100 gram/ml dan tidak didapat Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak

nheksan. Dalam penelitian tersebut tidak didapat luas daerah hambat dari ekstrak n-

heksan terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, luas daerah hambat rata-rata dari

Page 54: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

ekstrak etil asetat adalah 7,67 mm (25 gram/ml); 11,33 mm (50 gram/ml); 20,33 mm (75

gram/ml); 26,67 mm (100 gram/ml). Dan luas daerah hambat rata-rata dari ekstrak etanol

70 % adalah 8,33 mm (50 gram/ml); 11 mm (75 gram/ml); 16 mm (100 gram/ml). Dari

ketiga ekstrak tersebut yang paling efektif terhadap aktivitas antibakteri adalah ekstrak

etil asetat yang mempunyai daya bunuh terbesar pada konsentrasi 25 gram/ml

(Samsumaharto dan Sari, 2009). Berdasarkan penelitian tersebut, konsentrasi ekstrak

yang digunakan pada penelitian ini sebesar 25 gram/ml.

Aplikasi klinis yang mungkin dari penelitian ini adalah penggunaan ekstrak air

kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) secara topikal untuk pengobatan infeksi

Staphylococcus aureus pada kulit. Sedangkan penggunaan secara sistemik masih

memerlukan penelitian lebih lanjut yaitu penelitian in vivo pada hewan coba yang

kemudian dilanjutkan dengan uji klinik fase I, II, III, dan IV. Penelitian in vivo pada

hewan coba dan uji klinik fase I, II, III, dan IV diperlukan untuk menentukan dosis terapi,

dosis toksik, dan efek samping yang mungkin timbul dari pemakaian ekstrak daun anting-

anting. Studi toksisitas pada hewan coba terdiri dari 3 uji toksisitas yaitu uji toksisitas

akut, toksisitas jangka panjang, dan toksisitas khusus. Walaupun uji farmakologi-

toksikologi pada hewan coba memberikan data yang berharga, namun untuk memastikan

efeknya pada manusia perlu dilakukan uji klinik (Setyabudi,2001)

Badreldin H. Ali, Naser Al Wabel and Gerald Blunden, 2005, Phytochemical,

Pharmacological and Toxicological Aspects of Hibiscus sabdariffa L.: A Rev

Page 55: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan:

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki aktifitas

antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dimulai

dengan kadar 1.56 gram/ml.

7.2 Saran:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktifitas antimikroba ekstrak air kelopak

bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vivo

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktifitas antimikroba ekstrak air kelopak

bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus yang aplikatif di masyarakat.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif yang terkandung dalam

ekstrak air kelopak bunga rosella(Hibiscus sabdariffa L.) yang mempunyai efek daya

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Page 56: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama H. Kazuyasu Fujii, Osamu Yamasaki, Takashi Oono and Keiji Iwatsuki, 2001,

Antibacterial action of several tannin against Staphylococcus aureus, t of

Dermatology, Okayama University Graduate School of Medicine and

Dentistry,Shikata-cho 2-5-1, Okayama 700-8558, Japan, 2001

Ali, Badreldin H., Naser Al Wabel, Gerald Blunden. 2005. Phytochemical,

Pharmacological and Toxicological Aspects of Hibiscus sabdariffa L.: A Review.

Phytother. Research 19, pp. 369–375, URL:

http://ipac.kacst.edu.sa/eDoc/2006/158385_1.pdf .Retrieved: May 19, 2011.

Cowan MM , 1999, Plants products as antimicrobial agents. Clin. Microbiol. Rev. 12:

564-582.

Deurenberg, R. H. C. Vink, S. Kalenic, A. W. Friedrich, C. A. Bruggeman, E. E.

Stobberingh. 2006. The molecular evolution of methicillin-resistant

Staphylococcus aureus. URL:

http://www.chem.pg.gda.pl/Katedry/Mikrobiologia/gronkowce3.pdf. Retrieved:

May 30, 2011.

Farombi, E.O., Ige, O.O. 2007. Hypolipidemic and Antioxidant effects of ethanolic

extract from dried calyx of Hibiscus sabdariffa in alloxaninduced diabetic rats.

Fundam Clin Pharmacol 21(6): pp.601-609. URL:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18034661. Retrieved: June 15, 2011.

Fasoyiro, S.B., O.A. Ashaye, A. Adeola, and F.O. Samuel. 2005. Chemical storability of

fruit-Flavoured (Hibiscus sabdariffa L) Drinks. World Journal of Agricultural

Science. 1(2) : pp.165-168. URL: http://idosi.org/wjas/wjas1(2)/11.pdf. Retrieved:

May 26, 2011.

Page 57: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Herrera, A., Arellano, S. Flores, Romero, M.A. Chaves, Soto, J. Tortoriello. 2004.

Effectiveness and tolerability of a standardized extract from Hibiscus sabdariffa in

patients with mild to moderate hypertension: a controlled and randomized clinical

trial. Phytomedicine 11: pp. 375–382. URL:

http://www.sld.cu/galerias/pdf/sitios/mednat/hibiscus_sabdariffa___efecto_antihip

ertensivo.pdf. Retrieved: June 15, 2011.

Hirunpanich, V., Utaipat A, Noppawan, P. M., Nuntavan, B., Hitoshi, S., Angkana, H.,

Chuthamanee, S. 2005. Antioxidant effect of aqueous extracts from dried calyx of

Hibiscus sabdariffa linn (roselle) in vitro using rat low-density lipoprotein (LDL).

Bio. Pharm. Bull. 28(3): pp.481- 484. URL:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15744073. Retrieved: June 15, 2011.

Husaini, D.C., O.E. Orisakwe, D.N. Akunyili, A.A. Njan, D.D. Akumka, and O. O.

Udemezue. 2004. Subchronic Administration of Nigerian Species of Aqueos

Extract of Hibiscuss Sabdariffa Calyx in Rats did not Produce Cardiotoxicity.

European Bulletin of Drug Research. 12: pp. 1-5.

Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 1996. Medical Microbiology,16th Ed. United States of

America: Mc Graw-Hill Companies Inc.

Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2001. Medical Microbiology Twenty Second Ed.

United States of America: Mc Graw-Hill Companies Inc.

Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2007. Medical Microbiology Twenty fourth Ed. United

States of America: Mc Graw-Hill Companies Inc.

Joklik,Willet, Amos, 1984, Zinsser Microbiology Eighteenth ed.,London: Prentice-

Hall,inc., pp.444-460

Page 58: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Juuti, K. 2004. Surface protein Pls of methicillin-resistant Staphylococcus aureus role in

adhesion, invasion and pathogenesis, and evolutionary aspects. [Disertation].

Helinski: Department of Biological and Environmental Sciences Faculty of

Biosciences. pp. 61-63. URL:

http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/bio/bioja/vk/juuti/surfacep.pdf. Retrieved: june

07, 2011.

Kluytmans, Jan. Alex van Belkum. And Henri Verbrugh. 1997. Nasal Carriage of

Staphylococcus aureus: Epidemiology, Underlying Mechanisms, and Associated

Risks. Clinical Microbilogy Reviews 10(3). pp. 505–520. URL:

doi:10.1016/S0006-3207(03)00146-0. PMC 172932. PMID 9227864.

http://cmr.asm.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=9227864. Retrieved: june

07, 2011.

Lowy, F. 2003. Antimicrobial resistance: the example of Staphylococcus aureus. J Clinic

Invest. 111(9): pp.1265-1273. URL:

http://biology-

web.nmsu.edu/gustafson/Gustafson/Manuscripts%20in%20preparation/Intrinsic%

20Antibacterial%20resistance/1265.pdf. Retrieved: june 07, 2011.

Mardiah., Sawarni, H., R. W. Ashadi., A. Rahayu. 2009. Budi Daya dan Pengolahan

Rosela si Merah Segudang Manfaat. Cetakan 1. Jakarta: Agromedia Pustaka

Morton, Julia F,. 1974. Renewed Interest in Rosella (Hibiscus sandariffa L.) The Long –

Forgetten “Florida Cranberry”URL:

http://www.fshs.org/Proceedings/Password%20Protected/1974%20Vol.%2087/415

-425%20%28MORTON%29.pdf . Retrieved: May 29, 2011.

Mungole, Arvind and Alka Chaturvedi. 2011. Hibiscus sabdariffa L. A Rich Source of

Secondary Metabolites. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review

Page 59: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

and Research. 6(1): pp.83-87. URL: www.globalresearchonline.net. Retrieved:

May 11, 2011.

Neal, M.J., 2002, Medical Pharmacology at a Glance Fourth Ed.,Australia : Blackwell

Science Ltd. pp.82-83

Ojokoh, O.A. 2006. Roselle (Hibiscuss Sabdariffa) Calyx Diet and Hispatological

Changes in Liver Albino Rats. Pakistan Journal of Nutrition. 5(2): pp.110-113.

Olaleye, M.T., 2007. Cytotoxicity and antibacterial activity of methanolic extract of

Hibiscus sabdariffa. J. Med. Plant. Res., 1(1): pp.9-13.URL:

http://www.academicjournals.org/JMPR/PDF/Pdf2007/Aug/Olaleye.pdf.

Retrieved: May 29, 2011

Ongtengco, D. C., L. A. Baltazar, R. S Santiago, R. R Matias, and C. A. Isaac. 2003.

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus isolates from Filipino patients (1999-

2003). Phil J Microbiol Infect Dis. 17(1): pp.4-8\. URL:

http://www.psmid.org.ph/vol33/vol33num3topic4.pdf. . Retrieved: june 07, 2011.

Rostinawati, Tina. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus

Sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus

aureus dengan Metode Difusi Agar. [Penelitian Mandiri]. Jatinangor : Fakultas

Farmasi Universitas Padjadjaran .URL:

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2011/02/aktivitas_antibakteri_ekstrak_etanol_bunga_rosella.pdf.

Retrieved: May 19, 2011.

Salmenlina, S. 2002. Molecular epidemiology of methicillin-resistant Staphylococcus

aureus in Finland. [Disertation]. Helsinki: The National Public Health Institute.

pp. 88-92. URL:

Page 60: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/salmenlinna/molecula.pdf.

Retrieved: june 07, 2011.

Samsumaharto R.A. and Sari Y.E.N.I.,2009, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksan,

Etil Asetat,Dan Etanol 70 % Daun Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923,Fakultas Ilmu Kesehatan; Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta, Surakarta, 2009

Setiabudy,R. dan H.S.Gan, Vincent., 1995, “Farmakologi dan Terapi : Pengantar

Antimikroba “, Edisi 4, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm: 560-562, 571-580

Steel, Robert G D and Torrie, 1977, James H. Principles and Procedures of Statistics: A

Biometrical Approach, New York: McGraw, 1960.

Steenis, C.G.G.J. van. 1997. Flora 7th ed. Jakarta: PT Pradnya Paramita. pp, 282-283

Todar, K. 2011. Staphylococcus.URL: http://www.textbookofbacteriology.net/staph.html.

Retrieved: june 07, 2011.

Wannet, W. J., E. Spalburg, M. O. Heck, N. Pluster, E. Tiemersma, and R.J. Willem.

2005. Emergence of virulent methicillin-Resistant Staphylococcus aureus strains

carrying panton-valentine leucocidin genes in the Netherlands. J Clin Microbiol.

pp. 3341–3345. URL: http://jcm.asm.org/cgi/reprint/43/7/3341.pdf. Retrieved:

june 07, 2011.

Zhang, Yan-Ni dan Zhe-Zhi Wang. 2007. Essential Oil Composition of Hibiscus

sabdariffa From Yunnan, China. Chemistry of Natural Compounds, 43(6): pp.714-

715. URL: http://www.springerlink.com/content/q1705118gk4854tu/. Retrieved:

june 07, 2011 .

Page 61: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

LAMPIRAN

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

Tahap Penelitian

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember

1.Pengajuan proposal

2. Persiapan :

- Administrasi

-Pengumpulan data

3. Pelaksanaan

- Pelaksanaan

- Analisis data

4.Penyusunan laporan

Page 62: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Lampiran 2 Tumbuhan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Lampiran 3 Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Kering

Lampiran 4 Hasil Replikasi I Uji Dilusi Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Page 63: Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa l.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dengan Metode Dilusi

Lampiran 5 Hasil Replikasi II Uji Dilusi Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Lampiran 6 Hasil Replikasi III Uji Dilusi Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus