EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail...

85
EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT TERFERMENTASI OLEH KOKTAIL MIKROBA TIURMA PASARIBU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOBOR B O G O R 2010

Transcript of EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail...

Page 1: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT TERFERMENTASI OLEH KOKTAIL MIKROBA

TIURMA PASARIBU

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOBOR

B O G O R 2010

Page 2: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Evaluasi Fisikokimia Bungkil Inti Sawit Terfermentasi Oleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan bukan hasil jiplakan atau tiruan serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain manapun.Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2010

Tiurma Pasaribu

D152080071

Page 3: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

ABSTRACT

TIURMA PASARIBU. Physicochemical Evaluation of Palm Kernel Meal Fermented by Microbes Cocktail. Under direction by Erika B. Laconi and I.P. Kompiang.

Utilization of palm kernel meal as a feed ingredient is limited by the high fiber and low protein. The aim of this research is to improve the nutritive value of palm kernel meal with fermentation technology by using Bacillus amyloliquefacien, Trichoderma harzianum, and cocktail microbes (combination of Bacillus amyloliquefacien and Trichoderma harzianum). Bacillus amyloliquefaciens was produced as Wizna et al. (2005). The source of Trichoderma harzianum was from Balitnak. Three kinds of microbes were used with 3 replicates, i.e. T1 (Bacillus amyloliqueyfacien), T2 (Trichoderma harzianum), T3 (cocktail mikrobes) as a treatment and incubation period as a second factor i.e P1 (0 day), P2 (3 days), P3 (5 days), and P4 (7 days). Parameter were crude protein and crude fiber for all treatment, and the lowest fiber analysis would continue with NDF, ADF, crude fat, organic matter, amino acid, and cellulase, mannanase activity. Result showed that the three of microbes grew on palm kernel meal in third incubation and grew on and in the substrat at 7 days. Cocktail microbes better enhanced protein and reduced crude fiber than Bacillus amyloliqueyfacien andTrichoderma harzianum. Cocktail microbes enhanced amino acid such as methionin, arginin and glutamic acid, also neutral detergent fiber, but reduced acid detergent fiber,and hemicellulase. Cellulase and mannanase activity were increasing after fermentation. It is concluded that cocktail microbes decreased crude fiber and improved crude protein in 7 days incubation.

Key words: fermentation, palm kernel meal, crude protein, crude fiber, cocktail microbes

Page 4: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

RINGKASAN

TIURMA PASARIBU. 2010. Evaluasi Fisikokimia Bungkil Inti Sawit Terfermentasi oleh Koktail Mikroba. Dibimbing oleh ERIKA B. LACONI dan I. P. KOMPIANG.

Bungkil inti sawit (palm kernel cake/meal) merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi atau dengan proses fisik. Bungkil inti sawit (BIS) mengandung kadar protein 15,73-17,19% lemak 9,5-10,5%, dan serat kasar 12-18 %. (Chong et al., 1998) lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar protein kasar bungkil kedele yang memiliki: 42 – 50 % serta bungkil kacang tanah mengandung 45 – 50 %. Dengan komposisi nutrien tersebut BIS berpotensi sebagai bahan pakan, baik untuk non-ruminan maupun ruminansia. Pemberian BIS pada ruminansia tidak menjadi masalah namun pada non-ruminan seperti ayam menjadi suatu masalah karena kandungan seratnya yang tinggi. Tingginya kandungan serat kasar dan kandungan protein menengah menyebabkan nilai nutrisinya menjadi rendah karena ternak non ruminan tidak mampu mencerna bahan pakan dengan kandungan serat yang tinggi. Untuk memperbaiki nilai nutrisi bungkil inti sawit tersebut dilakukan suatu upaya yaitu dengan teknologi fermentasi dengan menggunakan koktail mikroba (kombinasi antara bakteri Bacillus amyloliquifacien dan kapang Trichoderma harzianum). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fisikokimia bahan pakan bungkil inti sawit melalui teknologi fermentasi dengan menggunakan koktail Penelitian Ternak Ciawi Bogor mulai Desember 2009 hingga Mei 2010. Mikroba yang digunakan adalah Bacillus amyloliquefaciens diperoleh dari kultur pemurnian yang diambil dari serasah hutan, dengan CFU 18,7x1016 dan Trichoderma harzianum siap pakai yang diperoleh dari Balitnak dengan CFU 3,3x102

Perbanyakan Bacillus amyloliquefaciens dilakukan menurut Kompiang. Teknik fermentasi dilakukan dengan mencampurkan Bacillus amyloliquefaciens atau Trichoderma harzianum ke dalam bungkil inti sawit dengan perbandingan 1:1. Koktail mikroba dilakukan dengan mencampurkan B. amyloliquefaciens dan T. harzianum ke dalam bungkil inti sawit dengan perbandingan 1:1:2 (L/kg), yang diinkubasi selama 7 hari pada suhu +30

. Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count (standard plate count/SPC), didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasi dalam media biakan. Setelah inkubasi, semua koloni yang terbentuk dihitung pada kisaran 30-300 koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

oC, dengan pengamatan pada hari ke 0, 3, 5, dan 7. Peubah yang diukur adalah pertumbuhan mikroba secara visualisasi secara deskriptif selama fermentasi, dan kualitas nutrien (bahan kering, kehilangan bahan kering, dan kehilangan bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, ADF (acid detergent fiber), NDF (neutral detergent fiber), abu, asam amino esensial (AAE) dan uji aktivitas enzim selulase, dan mananase. Analisis lemak, abu, ADF, NDF, AAE serta uji aktivitas enzim dilakukan berdasarkan hasil analisis serat kasar terendah pada inkubasi 3, 5, dan 7 hari. Data dianalisis dengan menggunakan

Page 5: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

Rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 3 macam mikroba (T1=Bacillus amyloliquefacien T2= Trichoderma harzianum; T3= koktail mikroba (kombinasi Bacillus amyloliquefacien dan Trichoderma harzianum) dan 4 jenis lama inkubasi (P1 = 0 hari; P2= 3 hari; P3=5 hari;P4=7 hari) sebanyak 3 ulangan. Bila uji ANOVA terdapat perbedaan yang nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji lanjut orthogonal comparison (Steel dan Torrie, 1995). Analisis regresi dilakukan pada masing-masing mikroba..

Hasil penelitian menunjukkan pada inkubasi ke tujuh pertumbuhan B. amyloliquifacien, T. harzianum, dan koktail mikroba mencapai 100% di permukaan hingga tumbuh ke dalam substrat. Kehilangan bahan kering bungkil inti sawit selama fermentasi, pada perlakuan B. amyloliquifacien tertinggi (16,28 +3.79%), kedua T. harzianum (11.85+ 4.27%) dan perlakuan terendah diantara ketiganya ditunjukkan oleh koktail mikroba (8,90+2.83%). Selama fermentasi menunjukkan penurunan kadar serat kasar, dan tidak terdapat interaksi antara perlakuan mikroba dengan lama inkubasi. Perlakuan dengan T. harzianum menunjukkan penurunan lebih kecil (12.85 ± 0.43) dibandingkan B. amyloliquifacien (12.81 ± 0.40) dan koktail mikroba (11.64 ± 0.72). Analisis statistik regresi untuk kadar serat kasar yang difermentasi oleh ketiga perlakuan nyata (P<0,05) menunjukkan penurunan yang bersifat linear, masing-masing B. amyloliquifacien dengan persamaan Y=14,28-0,21X dan koefisien korelasi 0.99, T. harzianum dengan persamaan Y=14,15-0,18X dengan koefisien korelasi 0.94, dan koktail mikroba dengan persamaan Y=14,18-0,32X dengan koefisien korelasi 0.93.

Secara statistik dengan rancangan acak lengkap pola faktorial inkubasi 7 hari tidak ada perbedaan diantara perlakuan mikroba. Namun lamanya fermentasi (0-7 hari) mempunyai pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap peningkatan protein dari 21,95 menjadi 28,54 % pada B. amyloliquefaciens, dari 23,00 menjadi 28,54 % pada T. harzianum, serta dari 21,66 % menjadi 28,68 % pada koktail mikroba.

Komposisi kimia bungkil inti sawit setelah difermentasi dengan koktail mikroba menunjukkan peningkatan protein kasar (21,66 menjadi 28,68 %) dan serat deterjen asam (ADF) (42,21 menjadi 45,95 g/100g), sedangkan kadar serat menurun dari 13,98 menjadi 11,64%, serat deterjen netral (NDF) (dari 62,99 menjadi 56,39 g/100g), hemiselulosa (dari 20,78 menjadi 10,44 g/100g), serta lemak kasar (12,23 menjadi 11,46 g/100g) dan abu menurun dari 6,81 menjadi 4,34 g/100g. Demikian juga kandungan asam amino terjadi peningkatan pada methionin (dari 0,71 menjadi 0,73 %), asam glutamat (dari 2,62 menjadi 3,08), dan arginin dari (1,88 menjadi 2,41 %), sedangkan asam amino lainnya tidak mengalami peningkatan. Selama fermentasi terjadi kenaikan aktivitas enzim selulase (dari 0,025 menjadi 0,468 BK (µ/ml) dan mananase (dari 0,027 menjadi BK (µ/ml). Disimpulkan bahwa fermentasi dengan koktail mikroba (kombinasi

pertumbuhan B. Amyloliquefaciens dan T. harzianum) dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar protein bungkil inti sawit.

Kata kunci: fermentasi, B. amyloliquefaciens, T. harzianum, koktail mikroba, serat kasar, dan protein

Page 6: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT TERFERMENTASI OLEH KOKTAIL MIKROBA

TIURMA PASARIBU

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Mayor Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOBOR

B O G O R 2010

Page 8: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc

Page 9: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

Judul Tesis : Evaluasi Fisikokimia Bungkil Inti Sawit Terfermentasi oleh Koktail Mikroba

Nama : Tiurma Pasaribu

NRP : D152080071

Program Studi/Mayor : Ilmu Nutrisi dan Pakan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Erika B. Laconi, M.S. Ketua Anggota

Prof. Ris. Dr. I. Putu Kompiang

Diketahui

Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 23 Agustus 2010 Tanggal Lulus:

Page 10: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

PRAKATA

Terima kasih dan kemuliaan bagi Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang atas

segala berkat yang diberikan-Nya selama proses pelaksanaan mulai dari pembuatan

proposal, penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan karya tesis ini. Tesis

disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi

Bogor mulai Desember 2009 hingga Mei 2010 dengan judul “Evaluasi Fisikokimia

Bungkil Inti Sawit Terfermentasi oleh Koktail Mikroba”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dan

setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Erika B. Laconi MS dan Prof. Dr. I.P. Kompiang

selaku pembimbing atas kesabaran, penyediaan waktu dan masukan selama proses

pembimbingan. Ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc.

selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A. MS. M.Sc. yang telah banyak

memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini. Terima kasih kepada

Dr. Luki Abdullah, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

serta Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr. selaku Ketua Departemen yang telah

memberi saran pada saat pembuatan proposal. Terima kasih kepada Dr. Sofjan

Iskandar yang telah memberi peluang dan Bapak kepala Balai Penelitian Ternak Prof.

Ir. Bambang Sudaryanto MS yang selalu mendukung pendidikan. Kepada para

peneliti, Dr. A.P. Sinurat, Ir. I.A.K. Bintang, MS, Dr. T. Purwadaria, yang telah

memberikan masukan dalam penulisan ini. Kepada Helmi Hamid, Emi Sujatmika,

Emma Frederick, dan rekan lainnya yang telah meluangkan waktunya untuk

membantu pelaksanaan penelitian di laboratorim Balai Penelitian Ternak. Kepada

Dr.Wizna yang telah memberikan inokulum B. amyloliquefacien. Terimakasih untuk

E. Tobing yang mungkin terabaikan selama penelitian. Ucapan kasih sayang yang tak

pernah berhenti untuk anakku Samantha J. Blandina dan Rachel Daniella, serta

keluarga besarku, Tuhan memberkati kita semua. Amin

Bogor, Agustus 2010 Tiurma Pasaribu

Page 11: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parsoburan (TAPUT) pada tanggal 11 Desember 1962

dari Bapak D. Pasaribu dan Ibu T.K. Pardosi (almarhum). Penulis merupakan anak

kelima dari sepuluh bersaudara.

Penulis lulus dari Universitas Pakuan tahun 1993, dan melanjutkan

pendidikan di Sekolah Pascasarjana Mayor Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor 2008. Pada tahun 1980 sampai dengan 1981

bekerja di CV. PRIMATES. Pada tahun 1981 sampai dengan 1982 bekerja di Dinas

Peternakan DKI Jakarta. Pada tahun 1982 sampai dengan tahun 1983 bekerja di Balai

Penelitian Veteriner Bogor. Kemudian pada tahun 1983 hingga sekarang penulis

bekerja di Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, sebagai staf peneliti sejak tahun

1994 hingga sekarang.

Page 12: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi

1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3

2.1 Potensi Bungkil Inti Sawit sebagai Bahan Pakan Unggas2.2 Fermentasi ........................................................................................................ 5

............................... 3

2.2.1 Media Fermentasi .................................................................................... 6 2.2.2 Fermentasi Media Padat .......................................................................... 7 2. 3 Koktail Mikroba ............................................................................................... 7 2.3.1 B. amyloliquefaciens ............................................................................... 7 2.3.2 Trichoderma harzianum .......................................................................... 9 2.4 Selulosa sebagai Komponen Serat Kasar Tanaman ........................................ 12 2.5 Enzin Selulase ................................................................................................. 13 2.6 Manan ............................................................................................................ 14 2.7 Enzim Mananase

3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 17

............................................................................................ 15

3.1 3.2 Mikroba ........................................................................................................... 17

Tempat dan Waktu .......................................................................................... 17

3.2.1 Bacillus amyloliquefaciens .................................................................... 17 3.2.2 Trichoderma harzianum ......................................................................... 17 3.2.3 Penghitungan Jumlah Mikroorganisme ................................................. 17 3.2.4 Perbanyakan B. amyloliquefaciens ........................................................ 20 3.2.5 Fermentasi .............................................................................................. 20 3.3 Pertumbuhan Mikroba .................................................................................... 22 3.4 Bahan Kering .................................................................................................. 22 3.5 Kehilangan Bahan Kering ............................................................................... 22 3.6 Kehilangan Bahan Organik ............................................................................. 23

Page 13: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

Halaman

3.7 Penentuan Protein Kasar ................................................................................. 24 3.8 Penentuan Serat Kasar ..................................................................................... 23 3.9 Penentuan Serat Deterjen Netral (NDF) ...................................................... 23 3.10 Penentuan Serat Deterjen Asam (ADF) ....................................................... 25 3.11 Penentuan Asam Amino Esensial ................................................................ 26 3.12 Uji Aktivitas Enzim Selulase ....................................................................... 27 3.13 Uji Aktivitas Enzim Mananase .................................................................... 28 3.14 Rancangan Percobaan .................................................................................. 29

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 31

4.1 Pertumbuhan 4.2

B. amyloliquifacien pada Substrat Bungkil Inti Sawit ............. 31 Kehilangan Bahan Kering Selama Proses Fermentasi Bungkil Inti Sawit

4.3 Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil .............................................................................................................. 34

Inti Sawit ........................................................................................................ 36 4.3.1 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Serat

Kasar Bungkil Inti Sawit oleh B. amyloliquifacien .............................. 37 4.3.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Serat Kasar

Bungkil Inti Sawit oleh T. harzianum ................................................... 39 4.3.3 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Serat Kasar

Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi oleh Koktail Mikroba ............... 40 4.4 Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Protein Kasar Bungkil Inti

Inti Sawit ........................................................................................................ 41 4.4.1

Kasar Bungkil Inti Sawit oleh B. amyloliquifacien............................... 43 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein

4.4.2 Kasar Bungkil Inti Sawit oleh T. harzianum ........................................ 44

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein

4.4.3 Kasar Bungkil Inti Sawit oleh Koktail Mikroba .................................. 45

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein

4.5 Perubahan Komposisi Kimia Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi dengan Koktail Mikroba ................................................................................ 46

4.6 Perubahan Asam Amino Setelah Fermentasi dengan Koktail Mikroba ........ 48 4.7 Aktivitas Selulase dan Mananase Setelah Fermentasi ................................... 49

5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 53

LAMPIRAN ................................................................................................................ 59

Page 14: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil) dan inti sawit (palm kernel) perkebunan besar di Indonesia Tahun 2004-2008 .................................................... 4

2. Pertumbuhan selama fermentasi aerobik (7 hari) ................................................... 31

3. Kehilangan bahan kering bungkil inti sawit selama fermentasi (%) ...................... 34

4. Kandungan kadar serat kasar dari bungkil inti sawit setelah fermentasi ............... 36

5. Analisis regresi kadar serat kasar yang difermentasi dengan

mikroba selama masa inkubasi ............................................................................... 37

6. Kandungan kadar protein kasar bungkil inti sawit selama fermentasi .................... 42 7. Analisis regresi kadar protein kasar yang difermentasi dengan mikroba selama masa inkubasi .............................................................................. 43

8. Komposisi protein, serat kasar, NDF, ADF, lemak, dan abu bungkil inti sawit sebelum dan sesudah fermentasi oleh koktail mikroba ................................ 47

9. Komposisi asam Amino esensial (AAE) bungkil inti sawit sebelum dan sesudah fermentasi oleh koktail mikroba ................................................................ 48

10. Aktivitas Sselulase dan mananase sebelum dan sesudah fermentasi bungkil inti sawit dengan koktail mikroba

......................................................................... 50

Page 15: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pohon industri kelapa sawit ..................................................................................... 5

2. Bacillus amyloliquefaciens ...................................................................................... 8

3. Trichoderma harzianum

4. Skema rangkaian selulosa ...................................................................................... 12

......................................................................................... 10

5. Diagram dinding sel tanaman ................................................................................ 12

6. Skema rangkaian selulolisis ................................................................................... 13

7. Cara penghitungan jumlah mikroorganisme hidup ................................................ 18

8. Alur pengenceran pada penghitungan mikroba ..................................................... 19

9. Skema Fermentasi .................................................................................................. 21

10. Pertumbuhan B. amyloliquefaciens pada substrat bungkil inti sawit ................... 32

11. Pertumbuhan T. harzianum pada substrat bungkil inti sawit ............................... 33

12. Pertumbuhan koktail mikroba pada substrat bungkil inti sawit ............................ 33

13. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens ................................................................................ 38

14. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum ............................................................................................. 39

15. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba ......................................................................................... 41

16. Analisis regresi kadar protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens ................................................................................ 44

17. Analisis regresi kadar protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum ............................................................................................. 45

18. Analisis regresi kadar protein kasar pada bungkil inti sawit yang dengan koktail mikroba ..................................................................................................... 46

Page 16: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis ragam kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi ......................... 61

2. Analisis regresi kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh B. amyloliquefaciens .............................................................................................. 62

3. Analisis regresi kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh T. harzianum .......................................................................................................... 63

4. Analisis regresi kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh koktail mikroba ...................................................................................................... 64

5. Analisis ragam kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi ..................... 65

6. Analisis regresi kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh B. amyloliquefaciens .............................................................................................. 66

7. Analisis regresi kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh T. harzianum ......................................................................................................... 67

8. Analisis regresi kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh koktail mikroba ...................................................................................................... 68

Page 17: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia, Malaysia, dan Nigeria merupakan 3 negara di dunia yang

memproduksi 84% minyak kelapa sawit. Indonesia merupakan negara terbesar

dalam menghasilkan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada

tahun 2005 sekitar 5.000.000 hektar dengan total produksi crude palm oil (CPO) sekitar

14.500.000 ton (LRPI 2006).

Dari kelapa sawit diperoleh 2 jenis minyak yaitu minyak kelapa sawit

(CPO) dan minyak inti sawit (PKO/palm kernel oil). Pada pengolahan CPO

diperoleh hasil ikutan berupa serat buah sekitar 1,5-3,5 ton/ha tanaman/tahun dan

lumpur minyak sawit sekitar 3-6 ton/ha tanaman/tahun. Pada pengolahan PKO

diperoleh bungkil inti sawit sekitar 0,3-0,6 ton/ha tanaman/tahun, (Sindu 1999)

(Gambar 1).

Bungkil inti sawit (palm kernel cake/meal) merupakan hasil ikutan pada proses

pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses

fisik (expeller). Bungkil inti sawit (BIS) mengandung kadar protein 15,73-17,19%

lemak 9,5-10,5%, dan serat kasar 12-18 % (Chong et al. 1998; Mathius et al.

2005). Dengan komposisi nutrien tersebut BIS berpotensi sebagai bahan pakan,

baik untuk ruminansia karena mempunyai rumen, sehingga mampu mendegradasi

serat. Sedangkan untuk monogastrik seperti ayam menjadi suatu masalah karena

kandungan serat kasarnya yang tinggi. Bagi monogastrik untuk memperbaiki nilai

nutrisi bungkil inti sawit tersebut kadar serat kasar diturunkan dan kadar protein

ditingkatkan. Fermentasi dengan menggunakan koktail mikroba (kombinasi antara

bakteri

Fermentasi merupakan proses pemecahan

Bacillus amyloliquefaciens dan kapang Trichoderma harzianum)

merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki nilai nutrisi bungkil inti sawit.

Supriyati et al. (1998) melaporkan peningkatan kadar protein terjadi pada bungkil

inti sawit dari 14,19 menjadi 25,06% setelah difermentasi dengan menggunakan

A. niger NRRL 337.

senyawa organik menjadi

senyawa yang lebih sederhana yang melibatkan mikroorganisme baik kapang

maupun bakteri. Teknologi fermentasi dapat memperbaiki kandungan nutrien

Page 18: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

2

pada substrat limbah agroindustri. Pada substrat lumpur sawit protein meningkat

setelah fermentasi dari 11,94 menjadi 22,59% dengan menggunakan Aspergillus

niger sebagai inokulum (Pasaribu et al. 1998). Selain A. niger kemungkinan

penggunaan mikroba lain seperti Bacillus amyloliquifacien dan Trichoderma

harzianum atau koktail mikroba bisa dimanfaatkan untuk mendegradasi dan

meningkatkan protein.

Koktail mikroba adalah campuran beberapa mikroba yang diramu menjadi

satu (Schwan 1998), dalam penelitian ini yang dicampur adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fisikokimia bahan pakan

bungkil inti sawit yang difermentasi dengan menggunakan koktail mikroba

(kombinasi antara Bacillus amyloliquefaciens dan Trichoderma harzianum).

Bacillus

amyloliquifacien dan Trichoderma harzianum. Penggabungan dua mikroba ini

didasarkan atas peran enzim Ekso-beta-glukanase dari Bacillus amyloliquefaciens

yang memotong rantai luar polisakarida dan enzim Endo-beta-glukanase pada

Trichoderma harzianum yang memotong rantai dalam polisakarida (Wizna et al.

2005). Diharapkan teknologi fermentasi dengan menggunakan koktail mikroba

dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan protein bungkil inti sawit.

Sehingga produknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif pada

unggas.

1.2 Tujuan Penelitian

Page 19: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Bungkil Inti Sawit sebagai

Bungkil inti sawit (palm kernel cake/meal) merupakan hasil ikutan pada proses

pemisahan minyak inti sawit dengan biomassa 45-46% dari inti sawit

Bahan Pakan Unggas

Pembangunan perkebunan kelapa sawit, baik yang dilakukan oleh

perkebunan besar maupun oleh masyarakat berkembang dengan sangat pesat.

Awal tahun 1968, areal kelapa sawit hanya terbatas di tiga wilayah (Sumatera

Utara, Aceh dan Lampung) saat ini sudah berkembang di 22 daerah Provinsi. Luas

areal tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun

2007 telah meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan produksi sekitar 17,3 juta ton

CPO (Ditjenbun 2008).

Kelapa sawit mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional.

Disamping sebagai bahan baku industri dalam negeri, juga komoditas ekspor

utama. Pada tahun 2007 total ekspor CPO Indonesia sebesar 11,08 juta ton (BPS

2009) dengan nilai US $ 7,8 milyar. Mampu menyerap tenaga kerja langsung

sebesar 3,3 juta kepala keluarga. Pengembangan kelapa sawit juga mendorong

pengembangan wilayah.

Prospek pengembangan kelapa sawit ke depan sangat bagus, tidak saja untuk

bahan baku minyak makan, oleokimia, tapi juga digunakan sebagai bahan baku

energi (bio-fuel) dan limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.

Melihat prospek yang bagus tersebut, pemerintah akan terus mendorong

pengembangan kelapa sawit dengan menerapkan prinsip pembangunan

berkelanjutan.

Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di

dunia. Pada tahun 2008 memiliki luas areal perkebunan 6.611 ribu ha dengan

produksi CPO 17.109 ribu ton (Ditjenbun 2008). Produksi minyak kelapa sawit

(CPO) setiap tahunnya meningkat disarikan pada Tabel 2, pada tahun 2004 sekitar 8.479,3

ribu ton dan tahun 2008 menjadi 11.406,5 ribu ton (BPS 2009). Demikian pula produksi inti

sawit menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2004 sekitar 1.862,0 dan pada tahun

2008 produksinya 2.281,2 ribu-ton masing-masing setara dengan 837,9 dan

1026,5 ribu-ton bungkil inti sawit (BPS 2009).

atau 2,0-2,5%

Page 20: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

4

dari bobot tandan sawit.

Bungkil inti sawit mengandung

Bungkil inti sawit yang merupakan bagian dari buah segar

kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan pakan ternak dapat dilihat pada Gambar

1.

air kurang dari 10% dan 60% fraksi

nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, dan mineral (Hartley 1970)

Devendra

1978

yang

diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses fisik (expeller) (

). Chong et al. 1998 melaporkan bungkil inti sawit (BIS) mengandung kadar

protein yang cukup tinggi yaitu antara 14,19% sampai 17,19%, lemak 9,5-10,5%,

dan serat kasar 12-18 %. Variasi ini kemungkinan disebabkan perbedaan cara

proses pengolahan PKO, jenis sawit, kematangan buah dan lokasi tumbuhnya

kelapa sawit.

Tabel 1. Produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil) dan inti sawit (palm kernel) perkebunan besar di Indonesia tahun 2004-2008.

Tahun Minyak kelapa sawit (ribu ton) Inti sawit (ribu ton) 2004 8.479,3 1.862,0 2005 10.119,0 2.139,7r 2006 10.961,8 2.363,1 2007 11.079,6x 2.399,9 2008 11.406,5 2.281,2 Sumber : BPS, 2009 Keterangan: x=Angka sementara r=Angka diperbaiki

Selain kandungan protein yang cukup tinggi, bungkil inti sawit memiliki

kandungan serat kasar yang tinggi pula. Bungkil inti sawit (BIS) mengandung kadar

serat kasar 12-18% (Chong et al. 1998; Mathius et al. (2005), 21,08% (Nuraini &

Trisna, 2006). Walaupun kandungan serat kasarnya tinggi masih dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak unggas karena mempunyai kadar

protein yang cukup tinggi,

Tingginya kandungan serat kasar merupakan kendala sebagai bahan pakan

unggas karena tidak dapat dicerna, sehingga dibutuhkan teknik untuk

mendegradasi serat ke molekul yang lebih sederhana agar bisa dicerna. Salah satu

dan setelah fermentasi pemanfaatan dapat lebih tinggi

menjadi 25,16% (Supriyati et al. 1996).

Page 21: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

5

teknik untuk mendegradasi serat adalah teknologi fermentasi dengan

menggunakan mikroba, baik kapang atau bakteri.

Pemanfaatan produk fermentasi untuk unggas menunjukkan pengaruh

yang positif. Bungkil kelapa terfermentasi dapat digunakan dalam ransum anak

itik jantan hingga 20% (Sinurat et al. 1996). Pada itik petelur bungkil kelapa

terfermentasi dapat diberikan hingga 30% tanpa mempengaruhi produksi telur

(Sinurat et al. 1998). Pemberian bungkil inti sawit terfermentasi dengan

Aspergillus niger pada itik sedang tumbuh dapat diberikan hingga hingga 15 %

(Bintang et al. 1999).

Kelapa Sawit

Daging buah Biji sawit Tandan kosong Batang pohon

Makanan ternakPupuk

Minyak sawit Sabut Sludge Inti sawit

Cangkang

PanganMinyak goreng, oleinMargarin, lemak kueVanaspati, cocoa butter substitute

PKO

Bungkilinti sawitOleokimia Stearin,

sabun asam, lemak, deterjen Pelumas, plasticizer Kosmetik, BBM

Particle board

Minyak gorengSalad oil Oleokimia

Makanan ternakSabunPupuk

Arang, karbon aktifBahan pengisi Particle board, Asap cair

Gambar 1. Pohon industri kelapa sawit Sumber: http://politeknikcitrawidyaedukasi.wordpress.com/2008/07/03/pohon- industri-kelapa-sawit/

2.2 Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim

dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi

kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik

dengan menghasilkan produk tertentu (Klein et al. 2004). Fermentasi pada

umumnya menyebabkan hilangnya karbohidrat, namun protein terhidrolisis

Page 22: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

6

menjadi asam amino, lemak terurai menjadi asam lemak, sehingga mempunyai

daya cerna yang lebih tinggi dan meningkatnya kandungan vitamin, terutama

golongan vitamin B. Disamping menghasilkan hidrolisat siap serap, fermentasi

juga menghasilkan biomasa mikroba yang bernilai tinggi (Buckle et al. 1987;

Muchtadi 1989). Menurut jenis medianya proses fermentasi dibagi menjadi tiga

yaitu fermentasi medium padat, dimana mediumnya tidak larut (bentuk padat),

tapi cukup lembab untuk kebutuhan hidup mikroba dengan kadar air 12 –60%).

Fermentasi medium semi padat merupakan medium yang tidak larut, kelembaban

cukup dengan kadar air 65 –80%. Fermentasi medium cair adalah medium cair

dengan substrat larut dan atau tidak larut dengan kadar air >80% (Stansbury et

al. 1997

Komposisi media dan kondisi lingkungan merupakan faktor yang sangat

penting untuk proses fermentasi. Jenis media ada yang komplek dan sintetik

(media mineral), dimana sekecil apapun modifikasi media dapat merubah

stabilitas sel, kualitas produk, dan proses fermentasi. Secara umum dalam media

fermentasi mengandung makronutrien berupa karbon (C), hidrogen (H), nitrogen

(N), Sulfur (S), dan Fosfat (P) , dan magnesium (Mg) yang berasal dari air, gula-

gula, lemak, asam amino, dan garam mineral. Sedangkan mikronutrien yang

dibutuhkan adalah trace element (FeSO4.7H2O; CuSO4.5H2O; H3BO3;

MnSO4.4H2O; ZnSO4.7H2O; Na2MoO4; CaCl.2H2O; CoCl2.6H2O) dan vitamin.

Makro dan mikronutrien dibutuhkan mikroorganisme untuk memperoleh energi,

pertumbuhan, perkembangan, dan biosintesa produk-produk metabolisme (

).

2.2.1 Media Fermentasi

Klein

et al. 2004

). Demikian juga bakteri Bacillus amyloliquifacien dan kapang

Trichoderma harzianum membutuhkan media yang mengandung makro dan

mikronutrien. Dilihat dari komposisi kimia, bungkil inti sawit bisa menjadi

substrat untuk Bacillus amyloliquifacien dan Trichoderma harzianum karena

mengandung karbohidrat sebagai sumber karbon dan protein sebagai sumber

nitrogen, kalsium dan fosfor sebagai sumber mineral.

Page 23: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

7

2.2.2 Fermentasi Media Padat

Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi dimana medium

yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan

mikroorganisme sedangkan fermentasi medium cair adalah proses yang

substratnya larut atau tersuspensi di dalam fase cair (Klein et al. 2004).

Basillus dapat hidup secara obligat aerob atau fakultatif anaerob dan

positif mempunyai enzim katalase (

Dalam

melakukan fermentasi pada prinsipnya adalah pengaturan kondisi pertumbuhan

optimum mikroorganisme, sehingga dapat mencapai dan menghasilkan laju

pertumbuhan yang maksimal. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses

fermentasi adalah jenis substrat, mikroorganisme, dan kondisi fisik pertumbuhan.

Ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap massa dan komposisi sel

(Tannenbaum 1985). Keuntungan penggunaan medium padat antara lain: 1) tidak

memerlukan tambahan lain kecuali air, 2) persiapan inokulum lebih sederhana, 3)

dapat menghasilkan produk dengan kepekatan tinggi; 4) kontrol terhadap

kontaminan lebih mudah, 5) kondisi medium mendekati keadaan tempat tumbuh

alamiah, 6) produktifitas tinggi, 7) aerasi optimum, 8) tidak diperlukan kontrol pH

maupun suhu yang teliti. Dalam menyiapkan proses fermentasi medium padat

perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu : sifat substrat terutama yang

berhubungan dengan derajat kristalisarasi dan derajat polimerisasi, sifat

mikroorganisme karena masing-masing mikroorganisme mempunyai kemampuan

yang berbeda dalam memecah komponen substrat untuk keperluan

metabolismenya, kinetika metabolisme dan kinetika enzim. Bungkil inti sawit

termasuk substrat atau media padat yang memiliki partikel dengan permukaan

sempit, sehingga mudah untuk dimasuki air maupun oksigen. Dengan fisik

tersebut maka tidak sulit untuk menjadi media pertumbuhan kapang maupun

bakteri disamping kandungan nutrient bungkil yang sudah tersedia.

2.3 Koktail Mikroba

2.3.1 Bacillus amyloliquefaciens

Chelikani et al. 2004). Genus Basillus dapat

dijumpai dimana saja walaupun kondisi lingkungan kritis, karena sel Basillus bisa

memproduksi endosperm, dimana bisa dorman pada waktu yang lama untuk

Page 24: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

8

menghindari lingkungan ekstrim, namun demikian tidak semua spesies Bacillus

bisa memproduksi endosperm (Madigan & Martinko 2005). Basillus terdiri dari

banyak jenis, salah satu jenis basillus yang digunakan dalam dunia industri

adalah

Gambar 2. Bacillus amyloliquefaciens (Sumber: Fukumoto 1943)

Klasifikasi Bacillus amyloliquefaciens Domain: Bacteria

Bacillus amyloliquefaciens. B. amyloliquefaciens diklasifikasikan ke dalam

domain bakteri, devisi firmikutes (kuat dan langsing), kelas basili, ordo basilale,

familii basilaseae, dan genus basilus.

Division: Firmicutes Class: Bacilli Order: Bacillales Famili: Bacillaceae Genus: Bacillus Species: Bacillus amyloliquefaciens Binomial name: Bacillus amyloliquefaciens

B. amyloliquefaciens termasuk genus Basillus Gram-positif berbentuk

batang, kuat dan langsing (Gambar 2), yaitu sejenis bakteri yang ditemukan di

Page 25: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

9

dalam tanah oleh peneliti Jepang bernama Fukumoto pada tahun 1943 yang

memberikan nama tersebut karena bakteri tersebut memproduksi cairan amilase,

yaitu enzim yang mendegradasi tepung menjadi gula (Fukumoto 1943). Selain

amilase, B. amyloliquefaciens juga memproduksi lipase, protease, peptidase,

sukrase, dan memproduksi Iturins yang bermanfaat untuk menghambat

pertumbuhan kapang (Antifungal Agent) seperti Fusarium, Collectotricum,

Rhizoctonia, Aspergillus, dan Phytopthera. Enzim yang telah diproduksi dari B.

amyloliquefaciens secara komersil adalah α-amilase, alfa-asetolaktase,

dekarboksilase, beta-glukanase, hemiselulase, maltogenik amilase, protease, dan

xilanase (Gupta et al. 2003); Kandra (2003). Alpha amilase yang digunakan

dalam hidrolisis pati, subtilisin protease digunakan dalam deterjen, dan enzim

restriksi BamH1 digunakan dalam penelitian DNA (

Dalam dunia industri,

Graumann 2007).

Bacillus amyloliquefaciens sebagai sumber

antibiotik alam, berupa barnase. Barnase adalah protein bakteri yang mengandung

110 macam asam amino dan mempunyai aktivitas ribonuklease (Hartley &

Smeaton 1973).

2.3.2 Trichoderma harzianum

Trichoderma adalah salah satu jamur tanah yang tersebar luas yang dapat

ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan (Harman 2006). Trichoderma

bersifat saprofit pada tanah, kayu. Beberapa jenis Trichoderma dapat digunakan

sebagai biofungisida, dimana Trichoderma mempunyai kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman

antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani,

Sclerotium rolfsii, dan lain-lain (Etebarian 2000; Eziashi et al. 2006 ;Harman

2006

Pada proses fermentasi, Trichoderma memproduksi enzim selulase yang

berperan dalam mendegradasi selulosa menjadi glukosa. Beberapa strain

Trichoderma telah dikembangkan sebagai agen biokontrol (Well, 1986)

). Spesies Trichoderma disamping sebagai mikroorganisme pengurai (Beare

et al. 1992) dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan

tanaman.

, seperti T.

harzianum, T. viride, dan T. konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman

Page 26: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

10

pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat

diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, yaitu dapat

mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi

kompos yang berkualitas.

Saat ini, Trichoderma merupakan salah satu mikroorganisme fungsional

yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah. Menurut Ramada (2008) pupuk

biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media

aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni diisolasi dari tanah sekitar

perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media

PDA (Potato Dextrose Agar).

Gambar 3. Trichoderma harzianum (Sumber: Harman 2006)

Klasifikasi Kingdom:

Trichoderma harzianum: Fungi

Division: Ascomycota Subdivision: Pezizomycotina Class: Sordariomycetes Order: Hypocreales Family: Hypocreaceae Genus: Trichoderma Species: T. harzianum Binomial name: Trichoderma harzianum

Page 27: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

11

Trichoderma bersifat saprofit, dimana dapat beradaptasi dengan situasi

yang beragam memproduksi berbagai macam enzim. Kapang ini dapat tumbuh

pada pH 3 – 7 dengan suhu 30o

Beberapa strain tertentu memproduksi enzim utama yang dikultur dalam

suspensi untuk memproduksi enzim pada skala industri. Misalnya

C, dan tumbuh optimal pada pH 5 (Isil & Nulifer

2005).

T. reesei

dimanfaatkan untuk memproduksi selulase dan hemiselulase (Sim & Oh 1993), T.

longibratum digunakan untuk memproduksi xilanase (Azin et al. 2007), dan T.

harzianum digunakan untuk memproduksi kitinase. Kebanyakan agen biokontrol

adalah jenis T. harzianum, T. viride and T. hamatum, dimana pada umumnya

tumbuh disekitar permukaan perakaran. Salah satu fungisida produk bioteknologi

komersil kapang ini adalah 3Tac (berisi 3 jenis Trichoderma dengan tahap

pertumbuhan vegetative yang berbeda) yang digunakan untuk

perlakuan Botrytis, Fusarium dan Penicillium sp.

Taksonomi Trichoderma secara umum dibagi berdasarkan karakter

morfologi seperti konidia, bentuk, warna dan ornamentasi, bentuk percabangan

dengan cabang pendek disamping, short inflated phialides, dan formasi

panjangnya hipa steril atau fertil dari konidia. T. harzianum (Gambar 3) termasuk

jenis agregat, yang dibagi kedalam tiga ,empat, atau lima subspecies, tergantung

dari strainnya (Bissett 1991). Trichoderma harzianum termasuk ke dalam

klasifikasi kerajaan jamur (fungi), devisi ascomycota, subdivisi pezizomycotina,

kelas sordariomycetes, ordo hypocreales, famili hypocreaceae,

genus Trichoderma, species Trichoderma harzianum.

Trichoderma harzianum merupakan salah satu kapang yang digunakan

sebagai fungisida, misalnya untuk perlakuan bibit dan tanah untuk membebaskan

beberapa penyakit yang disebabkan kapang patogen. T.harzianum positif

berasosiasi dengan populasi bakteri (Eastburn & Butler 2002). Misalnya kapang

T.harzianum menyediakan selulase untuk mendegradasi selulosa berasosiasi

dengan bakteri obligat anaerobik Clostridium butyricum yang berperan

menyediakan nitrogenase. Selulosa dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk

fiksasi nitrogen (N2), hal ini meningkatkan laju dekomposisi dibandingkan bila

kapang hanya sendiri mendegradasinya (Veal & Lynch 1994).

Page 28: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

12

2.4

Selulosa merupakan komponen struktural utama dari

Selulosa sebagai Komponen Serat Kasar Tanaman

tumbuhan dan tidak

dapat dicerna oleh manusia maupun monogastrik. Selulosa terdiri dari polimer

berantai panjang polisakarida dari β-glukosa. Struktur utama selulosa merupakan

homopolimer linear yang dibangun unit-unit D-glukosa dengan ikatan β-1,4

glikosida dengan rumus molekul (C6H10O5)n dan struktur kimia (gambar 4)

(

Gambar 4. Skema rangkaian selulosa (

Crawford 1981).

Gambar 5. Diagram dinding sel tanaman (http://en.wikipedia.org/wiki/File:Plant_cell_wall_diagram.svg)

Crawford 1981).

Selulosa merupakan susunan umum dinding sel tanaman (Gambar 5),

namun selulosa juga dimiliki beberapa bakteri. Walaupun selulosa cukup stabil

namun rentan bila dihidrolisis dengan asam maupun basa. Hidrolisis dengan pH

tinggi biasanya lebih kuat memotong rantai 1-4-glikosida daripada kondisi pH

rendah. Selain dapat didegradasi secara kimia, selulosa juga bisa di degradasi oleh

enzim, yaitu enzim selulase.

Page 29: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

13

2.5 Enzim Selulase

Enzim selulase termasuk ke dalam enzim hidrolase yang dapat

mengkatalisis reaksi hidrolisis pemutusan ikatan beta-1,4 glikosida yang terdapat

dalam molekul selulosa selulosa, sedodekstrin, selobiosa, dan turunan selulosa

lainnya (Dwidjoseputro 1982; Nishiyama et al. 2002).

Selulase tidak dimiliki oleh manusia dan monogastrik, karena itu manusia

tidak dapat menguraikan selulosa (Crawford 1981). Tetapi hal ini dapat dilakukan

oleh beberapa hewan seperti kambing, sapi, dan insekta seperti rayap karena

dalam sistem pencernaannya mengandung bakteri dan protozoa yang

menghasilkan enzim selulase yang akan menghidrolisis (mengurai) ikatan beta-

1,4 glikosida.

Gambar 6. Skema rangkaian selulolisis (Spano 1975)

Selulosa merupakan nama umum atau trivialnya, sedangkan nama

sistematiknya adalah beta-1,4-glukan-4-glukanohidrolase. Enzim selulase

merupakan enzim komplek yang terdiri dari 3 komponen utama, yaitu endo-beta-

glukanase (EC 3.2.1.4), ekso-beta-glukanase (EC 3.2.1.91), dan beta-glukosidase

(EC 3.2.1.21), yang bekerja secara bertahap atau bersama-sama menguraikan

selulosa menjadi unit glukosa (Gerhartz 1990).

Page 30: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

14

Spano (1975) melaporkan enzim endo-β-glukanase, 1,4-β-D-glukan

glukanohidrolase, CMCase, Cx memutus secara random rantai selulosa yang

terdiri dari glukosa dan selo-oligosakarida. Sedangkan Ekso-β-glukanase, 1,4- β -

D-glukan selobiohidrolase, aviselase, dan C1 menyerang bagian luar selulosa

pada ujung non-reduksi dengan selobiosa sebagai struktur utama. Kemudian β-

glukosidase, selobiase menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa (Gambar 6).

2.6 Manan

Manan tersusun dari 1-4 polimer gula manosa. Manan yang dihirolisa

menghasilkan manno-oligosaccharida, namun yang paling sering diproduksi

adalah mannobiose dan mannotriose, dan manosa merupakan produk yang paling

baik. Produksi utama hidrolisis manan adalah manno-oligosaccharida, yang paling

sering digunakan adalah mannotriosa dan mannobiosa (Kensch 2008).

Manan dan heteromanan merupakan bagian dari fraksi hemiselulosa pada

dinding sel tanaman. Struktur dinding sel tanaman sebagian besar terdiri dari

susunan polisakarida berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Dekker 1985)

(Gambar 5). Hemiselulosa merupakan polisakarida linier atau bercabang yang

banyak ditemukan sebagai heteroglikan pada tumbuhan tingkat tinggi. Dua jenis

hemiselulosa yang penting dalam industri ialah hetero-1,4-D-manan dan hetero -

1,4-D-xilan (Hilge et al. 1998).

Manan dan heteromanan tersebar luas di alam sebagai bagian dari fraksi

hemiselulosa dalam kayu keras dan kayu lunak (Capoe et al. 2000), biji tanaman

leguminosa dan kacang-kacangan (Handford et al. 2003). Manan adalah salah satu

bentuk dari polisakarida tanaman yang merupakan polimer dari gula manosa

(Nishiyama et al. 2002). Manan tersusun dari polimer 1 sampai 4 rangkaian gula

sederhana manosa dan banyak dijumpai di alam, misalnya pada biji tanaman

antara lain kelapa sawit, kelapa, kopi, kacang, guar gum, dan locust bean gum.

Manan (polimer manosa) yang diselingi dengan galaktosa, dikenal sebagai

galaktomanan (Lehninger 1982). Galaktomanan umumnya ditemukan pada

tanaman legum sebagai penyusun biji namun juga pada tanaman lain seperti pada

endosperma palem (Magdel-Din et al. 1998). Mannan bisa dihidrolisa menjadi

mannosa maupun manno-oligosakarida yang berfungsi sebagai prebiotik oleh

Page 31: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

15

enzim endo β-mannanase (1,4-β-D-mannan mannanohydrolase [EC 3.2.1.78]) dan

exoβ-manosidase (β-D-mannanopyranoside hydrolase [EC 3.2.1.25]) (Puls dan

Scuseill, 1993). Produksi utama hidrolisis manan adalah manno-oligosaccharida,

yang paling sering digunakan adalah mannotriosa dan mannobiosa, dan manosa

merupakan produk yang paling baik. (Kensch 2008).

2.7. Enzim Mananase

Mananase adalah enzim yang menghidrolisis manan. Enzim mananase

terutama dimanfaatkan untuk mendegradasi serat dari biomassa tanaman kelapa,

dan bungkil inti sawit. Dalam dunia industri enzim mananase digunakan dalam

prosesing makanan dan pengeboran minyak. Pada bidang pertanian, enzim

mananase digunakan untuk meningkatkan hasil minyak dari kelapa sawit atau

kelapa, dan pada pengolahan limbah kopi digunakan untuk mengekstraksi nilai

komponen yang lebih tinggi. Enzim mananase juga digiunakan untuk

memproduksi manno-oligosakarida sebagai prebiotik dan feed aditif (Kensch

2008).

Mananase berada dimana-mana dialam yang pada umumnya diproduksi

oleh mikroorganisme, namun juga diproduksi dari tumbuhan dan hewan.

Sumbernya beraneka ragam seperti bakteri, aktinomisetes, ragi, dan kapang yang

dikenal pendegradasi manan (Puchart et al. 2004).

Enzim mananase dari bakteri kebanyakan terdapat pada ekstraselluler dan

dapat beraktivitas pada range pH dan temperature yang luas, meskipun pada

umumnya optimal pada kondisi asam dan netral (Dhawan & Kaur 2007).

Penggunaan enzim mananase sebagai feed additive menunjukkan beberapa

keuntungan, hal ini terlihat bila enzim tersebut dicampur ke dalam bahan pakan

ternak seperti bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan tanaman laiinya yang dominan

mengandung manan. Robbins et al. (1999) melaporkan, pemberian β-mannanase

yang dicampur dengan pakan jenis jagung, kedelai, dan lemak menunjukkan

peningkatan kecernaan protein, lisin, dan asam amino lainnya dengan

menggunakan babi (45-75 kg) dengan protein kasar pada 16% atau 12% dan 3500

Endo-β-

mannanase adalah enzim yang menghidrolisis manan yang merupakan bagian dari

polisakarida.

Page 32: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

16

kcal/kg ME. Tujuan pemberian mananase tersebut untuk memperbaiki nutrien dan

pertambahan bobot badan. Untuk monogastrik seperti unggas dan babi, manan

tersebut sulit dicerna sehingga akan berperan sebagai antinutrisi (Odetallah et al.

2002 ).

Page 33: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

17

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor mulai

Desember 2009 hingga Mei 2010.

3.2 Mikroba.

3.2.1 Bacillus amyloliquefaciens

Biakan Bacillus amyloliquefaciens diperoleh dari kultur pemurnian Wizna

et al. (2005), kemudian diperbanyak dengan metode Kompiang (komunikasi

pribadi). Dalam penelitian ini mengandung CFU 18,7x1016.

3.2.2 Trichoderma harzianum

Biakan siap pakai Trichoderma harzianum diperoleh dari Balitnak dengan

CFU 3,3x102

Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut: satu

koloni dihitung 1 koloni, dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni, beberapa

koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni, dua koloni yang berhimpitan dan

masih bdapat dibedakan dihitung 2 koloni, koloni yang terlalu besar (lebih besar

.

3.2.3 Penghitungan Jumlah Mikroorganisme

Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau

disebut juga sebagai standard plate count (SPC) didasarkan pada asumsi bahwa

setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni

setelah diinkubasi dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa

inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau

dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Berdasarkan hal

tersebut digunakan istilah colony forming units (CFU/ ml). Koloni yang tumbuh

berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari

sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah mikrobanya.

Page 34: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

18

dari setengah luas cawan) tidak dihitung, koloni yang besarnya kurang dari

setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Penghitungan jumlah mikroorganisme hidup (viable count) adalah jumlah

minimum mikroorganisme. Hal ini disebabkan koloni yang tumbuh pada

lempengan agar merupakan gambaran mikroorganisme yang dapat tumbuh dan

berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 7. Cara penghitungan jumlah mikroorganisme hidup

Teknik dilusi (pengenceran)

Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir

semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti

TPC (Total Plate Count). Bahan yang digunakan adalah, PCA (Plate Count

Agar), BPW (Buffer Pepton Water), aquades Steril (NaCl fisiologis), alkohol 70

%, NaCl. Peralatan yang dipakai terdiri dari: Petri Dish, autoclaf, tabung reaksi,

inkubator, erlenmeyer, pipet ukur, bunsen Burner, dan laminar air flow.

Metodenya adalah sebagai berikut: Larutan kultur diambil 1 ml dan

dimasukkan ke dalam 9 ml NaCl fisiologis atau larutan buffer pepton untuk

memperoleh pengenceran1/10 bagian. Dari larutan pengenceran 1/10 diambil 1 ml

dan dimasukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk

memperoleh dilusi 1/100 bagian. Dari larutan pengenceran 1/100 diambil 1 ml

dan dimasukkan ke dalam 9 ml NaCl fisiologis atau larutan buffer pepton untuk

memperoleh dilusi 1/1000 bagian. Demikian seterusnya hingga pengenceran yang

diinginkan, kemudian ditanam pada media agar (Potato Dextro Agar) dan

diinkubasi selama 36-48 jam seperti terlihat pada Gambar 8. Mikroba yang dapat

Page 35: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

19

dihitung pada kisaran 30-300 koloni. Jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan

cara menghitung sel relatif / CFU per ml:

CFU/ ml = jumlah koloni x faktor pengenceran

dimana :

Jumlah koloni = jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada media agar

faktor pengenceran= larutan pengenceran (misalnya 1/100)

Gambar 8. Alur pengenceran pada penghitungan mikroba

Setelah inkubasi, dihitung semua koloni yang terbentuk yang berada pada

kisaran 30-300 koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda. Hanya plate yang

berjumlah 30-300 koloni yang countable (dapat dihitung). Hal ini dikarenakan

jumlah koloni yang kurang dari 30 dianggap negatif karena akan memberikan

nilai probabilitias 0, sehingga sampel tidak absah secara statistik untuk digunakan

Page 36: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

20

dalam penghitungan. Jumlah koloni yang lebih dari 300 tidak dapat dihitung

karena saling menumpuknya koloni sehingga perhitungan menjadi tidak akurat.

3.2.4 Perbanyakan B. amyloliquefaciens

3.2.4.1 Bahan Perbanyakan B. amyloliquefaciens

Bahan yang digunakan dalam perbanyakan Bacillus amyloliquefaciens

adalah media nutrien agar, media cair Paul Marjonoff (PM) yang terdiri dari :

{(MgSO4.7H2O 2% 15 ml, ZnSO4.7H2O 0,01% 25 ml, (NH4)2SO4 50 ml, trace

elemens (terdiri dari: FeSO4.7H2O 0,500; CuSO4.5H2O 0,010; H3BO3 0,007;

MnSO4.4H2O 0,050; ZnSO4.7H2O 0,050; Na2MoO4 0,010; CaCl.2H2O 1,324;

CoCl2.6H2O 0,010 dalam g/liter) 10 ml, buffer fosfat pH 7,2 50 ml, yeast extract

0,05% 7,5 mg, dan bactopepton 0,075% 1,875 mg)}, gula pasir, dan garam halus.

Sedangkan peralatan terdiri dari fermentor, Petri dish,dan aerator.

3.2.4.2 Metode Perbanyakan Bacillus amyloliquefaciens

Perbanyakan Bacillus amyloliquefaciens dilakukan menurut Kompiang

(Komunikasi pribadi, 8 Desember 2009). Biakan Bacillus amyloliquefaciens

ditanam pada media nutrien agar, kemudian diinkubasi selama 2 hari. Setelah dua

hari biakan Bacillus amyloliquefaciens diambil 2 plate ditanam ke dalam media

cair Paul Marjonoff (PM) 1 liter, kemudian diinkubasi selama 3 hari dalam

fermentor. Pada hari kedua media PM ditambahkan 100 gram gula pasir dan 10

gram garam halus per liter, dan inkubasi dilanjutkan hingga 3 hari. Adanya

pertumbuhan ditandai dengan berubahnya warna media dari coklat bening

menjadi coklat keruh. Setelah 3 hari B. amyloliquefaciens siap untuk digunakan

dan ditanam ke substrat bungkil inti sawit padat.

3.2.5 Fermentasi

3.2.5.1 Bahan Fermentasi

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian adalah, bungkil inti

sawit (BIS) yang diperoleh dari Bengkulu, mikroba Bacillus amyloliquefaciens

dan Trichoderma harzianum. Sedangkan alat yang digunakan adalah inkubator,

baki besar, ember, sendok (pengaduk), dan fermentor.

Page 37: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

21

3.2.5.2 Metode fermentasi

Metode fermentasi secara skematik disarikan pada Gambar 9. Sebanyak

500 ml Bacillus amyloliquefaciens dicampurkan ke dalam 500 gram bungkil inti

sawit, kemudian diaduk hingga homogen dan diinkubasi hingga 7 hari. Demikian

juga untuk Trichoderma harzianum dilakukan hal yang sama sedangkan untuk

koktail mikroba dilakukan dengan mencampurkan 500 g BIS dengan 250 ml

Bacillus amyloliquefaciens dan 250 ml Trichoderma harzianum (2:1:1), kemudian

diaduk sampai rata dan diinkubasi dalam tray plastik selama 7 hari. Inkubasi

Inkubasi0, 3, 5, 7 h

Suhu 30oC

Inkubasi0, 3, 5, 7 h

Suhu 30oC

Inkubasi0, 3, 5, 7 h

Suhu 30oC

BIS : Ba : Th(2:1:1) (kg/l) (diaduk

hingga homogen)

BIS :Th (1:1) (kg/l) (diaduk hingga

homogen)

BIS : Ba (1:1) (kg/l)(diaduk hingga

homogen)

Peubah: Fisik:pertumbuhan mikroba secara visualisasiKimiawi: kehilangan BK, dan kehilangan BO, PK, SK.sedangkan Lemak, ADF, NDF, Abu, AAE, dan uji aktivitasenzim selulase dan mananase dilakukan pada inkubasi 0 dan 7 hari

Gambar 9. Skema Fermentasi

Keterangan: Ba= Bacillus amyloliquefaciens; Th= Trichoderma harzianum BIS=bungkil inti sawit; BK=berat kering; BO=bahan organik; PK=protein kasar; SK=serat kasar; ADF=acid detergent fiber;

NDF=neutral detergent fiber; AAE=asam amino esensial

dilakukan pada suhu +30oC, dengan pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 3, 5,

dan 7. Peubah yang diukur adalah pertumbuhan mikroba secara visualisasi secara

deskriptif selama fermentasi, dan kualitas nutrien (Bahan kering, kehilangan

bahan kering, dan kehilangan bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat

kasar, ADF (acid detergent fiber), NDF (neutral detergent fiber), abu, asam

amino esensial (AAE) dan uji aktivitas enzim selulase, dan mananase. Analisis

Page 38: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

22

lemak, abu, ADF, NDF, AAE serta uji aktivitas enzim dilakukan berdasarkan

hasil serat kasar terendah pada inkubasi 3, 5, dan 7 hari.

3.3 Pertumbuhan Mikroba

Pertumbuhan mikroba secara visualisasi dilihat secara deskriptif dengan

nilai + (pertumbuhan miselium belum ada); ++ (pertumbuhan miselium sudah

mulai terlihat (25%)); +++ (pertumbuhan miselium sudah merata (50%); ++++

(pertumbuhan miselium merata dipermukaan dan di dalam substrat (100%)),

selama inkubasi (0, 3, 5, dan 7 hari).

3.4 Bahan Kering

Kadar air diukur dengan menimbang sampel 4-5 g kemudian dikeringkan

dalam oven 105 oC selama 4-6 jam (AOAC, 1980). Setelah 6 jam diangkat dan

dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang.

Bobot sampel basah-bobot sampel kering Kadar Air = ----------------------------------------------------- X 100% Bobot sampel basah

3. 5 Kehilangan Bahan Kering

Kehilangan bahan kering merupakan jumlah bahan kering yang hilang

selama proses fermentasi. Besaran kehilangan bahan kering ditentukan dengan

pengurangan berat bahan sebelum fermentasi dengan berat bahan setelah

fermentasi (dalam gram). Sedangkan persentasi kehilangan bahan kering

ditentukan dengan pengurangan berat bahan sebelum fermentasi dikalikan kadar

kering dengan berat bahan setelah fermentasi kali bahan dikalikan kadar kering

(dalam %).

Kehilangan BK (g) = (A x BKs) – (B x BKf)

(A x BKs) – (B x BKf) Kehilangan BK (%) = ---------------------------- x 100% (A x BKs)

Page 39: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

23

A = berat sampel sebelum fermentasi (g)

B = berat sampel setelah fermentasi (g)

BKs = bahan kering sebelum fermentasi (%)

BKf = bahan kering setelah fermentasi (%)

3.6 Kehilangan Bahan Organik

Kehilangan bahan organik ditentukan dengan menimbang bahan sebelum

fermentasi dan setelah fermentasi, kemudian nilai bahan organik didapatkan dari

100 - abu (%). Besaran kehilangan bahan organik dihitung dengan formula

sebagai berikut :

Kehilangan BO (g) = (A x BKs x BOs) – (B x BKf x BOf)

(A x BKs x BOs) – (B x BKf x BOf) Kehilangan BO (%) = -------------------------------------------- x 100% (A x BKs x BOs)

A = berat sampel sebelum fermentasi (g)

B = berat sampel setelah fermentasi (g)

BKs = bahan kering sebelum fermentasi (%)

BOs = bahan organik sebelum fermentasi (%)

BKf = bahan kering setelah fermentasi (%)

BOf = bahan organik setelah fermentasi (%)

3.7 Penentuan Protein Kasar

Diukur dengan menggunakan metoda Kjeldahl (AOAC 1980). Sampel ditimbang

0,3 g kemudian ditambahkan katalis selenium 1,5 gram, lalu dimasukkan ke dalam tabung

Kjehdal dan ditambahkan H2SO4 pekat 20 ml. Selanjutnya didestruksi hingga warnanya

hijau kekuningan jernih, dan dinginkan selama 15 menit baru ditambahkan 300 ml

aquadest, dan didinginkan kembali. Setelah dingin ditambahkan NaOH 40% (teknis)

100ml, kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dengan 10ml H2SO4 0,1 N yang

sudah ditambahkan 3 tetes indikator campuran Methylen Blue dan Methylen Red.

Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan dari warna ungu

menjadi biru-kehijauan. Penetapan blanko dengan cara: 10 ml H2SO4 0,1 N ditambah

indikator PP, dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Karena protein rata-rata mengandung

Page 40: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

24

16% Nitrogen, maka 100% : 16% = 6,25 dipakai untuk mendapatkan nilai protein

kasar (Protein kasar = N% x 6,25).

Perhitungan :

(ml blanko – ml sampel) x N NaOH x 14 x 6,25 % Protein = ----------------------------------------------------- x 100% Berat sampel (mg)

3. 8 Penentuan Serat Kasar

Penentuan serat kasar dilakukan dengan analisis proksimat. Sample ditimbang

sebanyak 1 gram (x), dimasukkan dalam gelas piala, kemudian dimasukkan ke

dalam Heater Extract. Lalu ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan dimasak selama

30 menit, kemudian ditambahkan 25 ml NaOH 15 N dan dimasak kembali selama

30 menit. Selanjutnya kertas saring disiapkan yang telah dipanaskan terlebih

dahulu dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam (a). Kemudian cairan disaring

dengan menggunakan kertas saring (a) yang diletakkan dalam corong Buchner.

Penyaringan dilakukan dengan labu pengisap yang dihubungkan dengan pompa

vacum. Kemudian dicuci berturut-turut menggunakan air panas 50 ml, H2SO4 0,3

N 50 ml, air panas 50 ml, dan terakhir aseton 25 ml. Setelah selesai kertas saring

beserta isi dimasukkan ke dalam cawan porselen selanjutnya dikeringkan dalam

oven 105oC selama 1 jam. Kemudian diangkat dan didinginkan dalam desikator

lalu ditimbang (Y), selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur 600o

Serat Deterjen Netral (NDF) ditentukan dengan Van Soest (1963).

Penetapan ini untuk memisahkan fraksi yang larut dalam pereaksi NDF dan yang

tidak larut. Serat NDF merupakan fraksi yang tidak larut. Fraksi yang tidak larut

tidak dapat dihidrolisis oleh pereaksi NDF, sehingga serat akan terpisah dan dapat

ditentukan kadarnya dengan disaring, dikeringkan, kemudian ditimbang.

C selama 6 jam.

Selanjutnya diangkat dan dinginkan dalam desikator dan ditimbang (Z) .

Perhitungan:

Y – Z – a % Serat Kasar = ---------------- x 100% X

3. 9 Penentuan Serat Deterjen Netral (NDF)

Page 41: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

25

Metodenya diuraikan berikut ini, sebanyak 0,5 g sampel ditambah 60 ml

larutan NDF dimasukkan ke dalam gelas piala ukuran 600 ml. Selanjutnya

dipanaskan dalam penangas listrik sampai mendidih. Kemudian didestruksi

selama 60 menit pada suhu 2200C. Campuran dituang ke dalam cawan masir yang

sudah diketahui bobotnya (W1). Sampel disaring dan dicuci dengan air panas

sampai tidak berbusa lagi lalu dibilas dengan aseton. Cawan dikeringkan dalam

oven dengan suhu 1050C selama satu malam. Cawan didinginkan dalam desikator

dan ditimbang sebagai W2.

c-b % NDF = ------- x 100% a

3.10 Penentuan Serat Deterjen Asam (ADF)

Serat Deterjen Asam (ADF) dilakukan dengan menggunakan metode Van

Soest (1963). Bagian dinding sel tanaman atau serat detergen netral yang tidak

dapat larut dalam larutan detergen asam dengan komposit utama CTAB (Cetyl

trimethyl ammonium bromide) pada pemanasan selama satu jam.

Bahan yang digunakan pada analisis ADF terdiri dari: Larutan detergent

asam atau acid detergent solution (ADS) dibuat dengan melarutkan CTAB 20

gram dalam asam sulfat 1 N, Dekalin, Aceton. Sedangkan alat yang dipakai sama

dengan untuk penentuan NDF, yaitu: pendingin yang sesuai dengan mulut gelas

piala, pemanas listrik, pompa vakum, lemari pengirim, tanur, desikator, cawan

kaca masir, corong buchner, dan penjepit

Metode yang digunakan sama dengan penentuan NDF. Kurang lebih satu

gram contoh (a gram) dimasukkan dalam gelas piala 600 ml, kemudian ditambah

100 ml ADS dan 2 ml dekalin. Selanjutnya diekstraksi selama satu jam setelah

mendidih disaring dengan cawan penyaring yang telah diketahui beratnya (b

gram), penyaringan dilakukan dengan pompa vakum. Residu dan kertas saring

dicuci dengan air panas beberapa kali dan akhirnya dengan aceton, lalu

dikeringkan pada 105 0

C dan ditimbang (c gram).

Page 42: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

26

Perhitungan:

c-b % ADF = ------- a % hemiselulosa = % NDF - % ADF

3. 11 Penentuan Asam Amino Esensial

Penentuan asam amino dilakukan dengan Amino Acid Analizer. Bahan

yang digunakan pada analisis asam amino adalah : larutan HCl 6 N dan 0,1 N;

larutan penyangga trisodium sitrat 2H2O dengan tiga variasi pH, yaitu pH 3,25

(0,2 N Na+ + 1% propanol), pH 3,95 (0,4 N Na-), dan pH 6,4 (1 N Na-); larutan

lithium asetat terdiri dari 168 g Li(OH3), 600 ml asam asetat glasial, dan 400 mlair

bebas ion; larutan ninhidrin terdiri atas 200 ml larutan ’Dimethyl Sulfokside’,

66,66 ml larutan lithium asetat; 5,32 g larutan ninhidrin, 0,22 g hidridantin, dan

gas N2 murni; larutan standar asam amino buatan Beckman yang mengandung

0,25 umol/ml; contoh bungkil inti sawit tanpa dan sudah fermentasi dikeringkan

dalam freeze dry dan digiling halus, etanol absolut dan es kering. Sedangkan alat

yang digunakan meliputi amino acid analyzer Beckman tipe CL 119, neraca

analitik 5 desimal.

Metode: 1. Hidrolisis protein

Sebanyak 50 gram contoh di masukkan ke dalam tabung pyrex 10 ml yang

bertutup, selanjutnya dimasukkan 5 ml HCl 6 N dan dialiri gas nitrogen murni

(Nitrogen Hp) kemudian tabung ditutup dan diletakkan dalam ovenµ dengan suhu

105 – 110 o

Hasil analisis yang sudah kering dilarutkan kembali dengan HCl 0,1 N hingga

volume 3 ml, diaduk dengan vortex hingga homogen, lalu disaring dengan

penyaring dengan ukuran 0,22 um. Kemudian hasil saringan diambil 100 µm dan

diinjeksikan pada alat spektrofotometri, kemudian pencatatan yang digunakan

C selama 24 jam. Kemudian hasil hidrolisis dikeluarkan dari oven dan

dibiarkan hingga suhu ruang, kemudian disaring dengan ketas saring Whatman no

41. Kemudian diambil 1 ml larutan ke dalam tabung 10 ml, lalu dibekukan dengan

es kering dan selanjutnya dikeringkan dengan pengering vakum.

2.Penetapan asam amino

Page 43: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

27

secara manual, sehingga perhitungan dilakukan dengan mengukur tinggi

khromatogram standar dan tinggi khromatogram contoh dalam satuan cm.

Perhitungan:

t spl Asam amino (%) = ------- x(0,250 µmol/ml x BM AA x 3 ml x 10-6 x df x 100%) t std

-------------------------------------------------------------------------- bobot contoh x 10-3 g

Keterangan:

t spl = tinggi puncak khromatogram contoh

t std = tinggi puncak khromatogram standar

0,250 µmol/ml = konsentrasi standar

3 ml = volume akhir contoh

BM AA = bobot molekul masing-masing asam amino

df = faktor pengenceran

Total asam amino adalah total asam amino yang diperoleh dari hasil analisis

contoh.

3.12 Uji Aktivitas Enzim Selulase

Pengujian aktivitas enzim selulase dilakukan dengan metode DNS

(dinitrosalicylic acid) (Miller 1959). Bungkil inti sawit yang telah diinkubasi

dengan isolat dipindahkan ke tabung propylene. Selanjutnya ditambahkan 25ml

buffer sitrat dengan pH 6,0, 50 mM, lalu diaduk dengan menggunakan vortex 15

menit dan disentrifus selama 15 pada 3500 rpm, suhu 4-5oC. Selanjutnya

sebanyak 0,75 ml supernatan enzim dicampur 0,75 ml 1% CMCase (enzim

selulase) dalam buffer sitar dengan pH 6,0. Kemudian diinkubasi pada suhu

kamar selama 30 menit, kemudian ditambahkan 1,5 ml dinitrosalicylic acid.

Selanjutnya dipanaskan selama 15 menit dan didinginkan selama 20 menit dan

dibaca dengan menggunakan spektrofotometer 575 nM. Perhitungan aktivitas

enzim selulase dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut,

kadar glukosa x pengenceran Aktivitas enzim = ------------------------------------------------ Berat molekul glukosa x waktu inkubasi

Page 44: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

28

Keterangan:

Satu unit aktivitas selulase adalah jumlah enzim yang melepaskan µmol glukosa

dalam satu menit pada kondisi pengujian.

Faktor pengenceran = 1

Berat molekul glukosa 180

Waktu inkubasi 30 menit.

3.13 Uji Aktivitas Enzim Mananase

Uji aktivitas enzim mananase dilakukan berdasarkan metode Purwadaria et

al. (1988). Aktivitas mananase dianalisis dengan menggunakan gum locust bean

(0,5% dalam buffer asetat dengan pH 4,8 dan suhu optimum 40oC). Filtrat enzim,

buffer dan substrat diinkubasi selama 5 menit pada suhu 40oC. Sampel berisi 1 ml

filtrat enzim ditambah 1 ml substrat di vorteks dan diinkubasi selama 30 menit

pada suhun optimum. Selanjutnya DNS ditambahkan 3 ml, divorteks, dan

dididihkan pada penangas air selama 15 menit. Kontrol dibuat dengan

menambahkan 3 ml DNS (dinitrosalicylic acid) dan 1 ml substrat ke dalam 1 ml

filtrat enzim tanpa inkubasi. Blanko terdiri dari 1 ml buffer, 3 ml DNS dan 1 ml

substrat. Kontrol dan blanko dididihkan selama 15 menit, kemudian aktivitas

mananase ditentukan dengan pengukuran absorban pada panjang gelombang 575

nm. Kemudian standar dibuat dengan 1 ml manosa dengan deret konsentrasi 0-

450 µg/ml dari larutan induk 1000 µg/ml dalam air, diencerkan dengan buffer,

kemudian ditambahkan 1 ml substrat dan 3 ml DNS, selanjutnya dididihkan 15

menit. Setelah absorban dingin, diukur pada panjang gelombang 575 nm. Kurva

standar dibuat dengan menghubungkan konsentrasi manosa dan absorban. Satu

unit aktivitas enzim adalah banyaknya enzim yang dapat memproduksi 1 µmol

manosa per menit pada kondisi percobaan dengan formula sebagai berikut :

Aktivitas Mananase (µ/ml) = [glukosa]sampel – [glukosa] kontrol (µg/ml) x Fp

Waktu inkubasi x BM manosa

Keterangan:

Fp=faktor pengenceran; Waktu inkubasi = 30 menit; Berat molekul manosa = 180

Page 45: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

29

3.14 Rancangan Percobaan

Pertama, data dianalisis dengan menggunakan dalam Rancangan Acak

Lengkap pola Faktorial dengan 3 macam mikroba x 4 lama inkubasi x 3 ulangan =

36 unit percobaan. Bila uji ANOVA terdapat perbedaan yang nyata maka analisis

dilanjutkan dengan uji lanjut orthogonal comparison (Steel & Torrie 1995).

Mikroba fermentasi terdiri dari:

T1 = Bacillus amyloliquefaciens

T2 = Trichoderma harzianum

T3 = koktail mikroba (kombinasi Bacillus amyloliquefaciens dan

Trichoderma harzianum

Lama inkubasi (proses fermentasi) terdiri dari:

P1 = 0 hari

P2 = 3 hari

P3 = 5 hari

P4 = 7 hari

Model linier Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial adalah :

Yijk = μ + αi +βj + (αβ) ij + εijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan bungkil inti sawit pada faktor jenis

mikroba taraf ke-i dan lama inkubasi fermentasi taraf ke-j

dan ulangan ke-k

μ = Rataan umum

αi = Pengaruh jenis mikroba faktor α ke-i

βj = Pengaruh lama inkubasi fermentasi bungkil inti sawit

faktor β ke-j

(αβ) ij = Pengaruh interaksi faktor α ke-i dan faktor

β ke-j

εijk = Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ke-j serta

ulangan ke-n; n = 1, 2, 3

Page 46: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

30

Kedua, data dianalisis dengan menggunakan Model Regresi Linier Sederhana, yaitu hubungan antara X dan Y dinyatakan dalam fungsi linier/ordo 1 dan perubahan Y diasumsikan karena adanya perubahan X.

Model Regresi Linier Sederhana adalah :

Y = βo + β1x + ε

dimana :

β0 dan β1 adalah parameter regresi

ε adalah sisaan/galat/eror (peubah acak)

Y adalah jenis mikroba peubah tak bebas (peubah acak)

X adalah lama inkubasi (peubah bebas) yang nilainya diketahui

dan presisinya sangat tinggi (bukan peubah acak)

Page 47: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

31

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Mikroba pada Substrat Bungkil Inti Sawit

Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan. Mikroba

memiliki kemampuan untuk menggandakan diri secara eksponensial karena

sistem reproduksinya merupakan pembelahan biner melintang, dimana tiap sel

membelah diri menjadi dua sel. Selang waktu yang dibutuhkan sel untuk

membelah diri disebut dengan waktu generasi.

Selama fermentasi aerobik dilakukan pengamatan secara visual terhadap

pertumbuhan bakteri B. amyloliquefaciens, kapang T. harzianum, dan koktail

mikroba yang disarikan pada Tabel 2. Inkubasi pada 0 hingga 2 hari belum

terlihat ada pertumbuhan, hal ini mengindikasikan pada inkubasi 0-2 hari

merupakan fase lag (lambat). Pada saat fase lag tidak terjadi pertumbuhan

Lama inkubasi

mikroba, sel sedang mengalami perubahan komposisi kimiawi, bertambahnya

ukuran serta substansi intraseluler, sehingga siap untuk membelah diri.

Tabel 2. Pertumbuhan selama fermentasi aerobik (7 hari).

B. amyloliquefaciens Koktail mikroba T. harzianum

0 hari Inokulasi Inokulasi Inokulasi 3 hari Tumbuh baik pada

permukaan media, menunjukkan warna titik-titik putih (miselium) (+++).

Tumbuh baik pada permukaan media, menunjukkan warna titik-titik putih (miselium) (+++).

Tumbuh baik pada permukaan media, menunjukkan warna titik-titik putih (miselium) (+++).

5 hari Pertumbuhan miselium semakin terlihat (++++), warna putih merata

Pertumbuhan miselium semakin terlihat (++++), warna putih merata

Pertumbuhan miselium semakin terlihat (++++), warna putih merata

7 hari Pertumbuhan miselium semakin terlihat (++++), warna putih merata

Pertumbuhan miselium semakin terlihat (++++), warna putih merata

Pertumbuhan miselium semakin terlihat (++++), warna putih merata

Pada hari ketiga B. amyloliquefaciens, T. harzianum, dan koktail mikroba

sudah menutupi substrat hingga 25%. Hari kelima pertumbuhan mencapai 50%,

dan pada hari ketujuh (inkubasi 7 hari) pertumbuhan B. amyloliquefaciens, T.

Page 48: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

32

harzianum, dan koktail mikroba mencapai 100% di permukaan hingga tumbuh ke

dalam substrat, disarikan pada Tabel 2 dan Gambar 10, 11, dan 12. Pada

inkubasi 3, 5 dan 7 hari diindikasikan berada pada kurva pertumbuhan fase

logaritma atau fase eksponensial, karena sel membela diri dengan laju yang

konstan, massa menjadi dua kali lipat. Pada fase ini merupakan fase perbanyakan

jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel meningkat, dan fase yang penting

bagi kehidupan mikroorganisme. Pertumbuhan ditandai dengan adanya warna

putih di permukaan substrat pada ketiga perlakuan mikroba. Pertumbuhan terjadi

karena tersedianya nutrien pada substrat bungkil inti sawit, air yang cukup, dan

temperatur yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

Gambar 10. Pertumbuhan B. amyloliquefaciens pada substrat bungkil inti sawit.

Page 49: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

33

Gambar 11. Pertumbuhan T. harzianum pada substrat bungkil inti sawit.

Gambar 12. Pertumbuhan koktail mikroba pada substrat bungkil inti sawit

Page 50: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

34

4.2 Kehilangan Bahan Kering Selama Proses Fermentasi Bungkil Inti Sawit

Selama fermentasi terjadi kehilangan bahan kering yang disarikan pada

Tabel 3. Pada saat fermentasi mikroba akan mendegradasi selulosa dan

hemiselulosa serta manan menjadi gula-gula sederhana. Selama fermentasi terjadi

proses respirasi anaerob (pembebasan energi tanpa oksigen), mikroba memecah

komponen substrat untuk keperluan metabolisme, kinetika metabolisme dan

kinetika enzim dan pertumbuhan.yang menyebabkan kehilangan bahan kering. Tabel 3. Kehilangan bahan kering bungkil inti sawit selama fermentasi (%) Jenis Mikroba ________________________________________________ Lama fermentasi B. amyloliquefacien T. harzianum Koktail mikroba (hari)

3 13,50a + 0,00 9,20b + 3,12 7,40c + 0,00

5 14,53a + 2,68 13,50a + 0,62 6,67b + 0,00

7 20,80a + 1,81 12,82b + 6,81 12,62b

Sementara itu tidak ada interaksi antara jenis mikroba dengan lama

fermentasi terhadap kehilangan bahan kering. Selama pertumbuhan, mikroba akan

menggunakan sumber karbon dan diubah menjadi karbon dioksida, air, dan

energi. Sebagian energi digunakan untuk pertumbuhan. Kehilangan bahan kering

+ 0,72

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Kehilangan bahan kering pada fermentasi 3 hari berbeda nyata (P<0,05)

diantara ketiga perlakuan (Tabel 3), dimana perlakuan koktail mikroba

menunjukkan kehilangan bahan kering terendah (7,40+0,00%), disusul T.

harzianum (9,20+3,12), selanjutnya B. amyloliquefacien (13,50+0,00). Setelah

inkubasi 5 hari kehilangan bahan kering tidak berbeda nyata antara perlakuan

B. amyloliquefaciens dengan T. harzianum, namun berbeda nyata (P<0,05)

dengan perlakuan koktail mikroba (6,67 + 0,00%). Pada inkubasi 7 hari

kehilangan bahan kering pada perlakuan B. amyloliquefaciens nyata (P<0,05)

lebih tinggi (20,80 + 1,81) dari perlakuan T. harzianum (12,82 + 6,81%) dan

koktail mikroba (12,62 + 0,72%).

Page 51: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

35

selama proses fermentasi disebabkan oleh mikroorganisme menggunakan substrat

untuk berkembang biak dan menghasilkan air dan karbon dioksida sebagai sisa

metabolisme. Oleh karena itu, kehilangan bahan kering dapat digunakan sebagai

indikator pertumbuhan mikroorganisme dalam substrat. Pada fermentasi bungkil

inti sawit dengan A. niger menunjukkan kehilangan bahan kering sebesar 18,74%

(Mathius 2008). Pada penelitian ini, kehilangan bahan kering tertinggi selama

fermentasi terdapat pada perlakuan B. amyloliquefaciens (20,80%) dan terendah

pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba (12,62%).

Kehilangan bahan organik hanya dianalisis pada fermentasi dengan

perlakuan koktail mikroba yaitu 10,3% setelah inkubasi 7 hari. Seperti diketahui

bahwa pada proses fermentasi terjadi perubahan zat-zat organik sebagai akibat

dari reaksi biokimia yang ditimbulkan oleh kapang maupun bakteri. Enzim-enzim

yang dihasilkan oleh kapang T. harzianum seperti selulase, protease, dan lipase

(Harman 2006) dan Bacillus amyloliquefaciens mempunyai aktivitas enzim

protease dan amilase yang sangat baik dan aktivitas lipase dan selulase yang baik.

Baik kapang maupun bakteri akan merombak zat-zat organik seperti selulosa,

protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana, sehingga dalam proses

perombakan tersebut akan terjadi kehilangan sebagian bahan kering karena zat-zat

organik tadi bisa berubah menjadi CO2 dan H2O (Sulaiman 1988; Murray et al.

2000). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa selama proses fermentasi terjadi

peningkatan kadar air karena perombakan bahan organik oleh enzim-enzim yang

dihasilkan mikroba. Fardiaz (1988) mengemukakan bahwa mikroba

menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi dengan jalan memecahnya

menjadi gula yang lebih sederhana seperti glukosa, dan selanjutnya pemecahan

glukosa menjadi CO2 dan H2O melalui jalur glikolisis dan siklus Krebs untuk

menghasilkan energi. Perubahan yang terjadi pada bahan organik diikuti dengan

perubahan atau kehilangan bahan kering karena bahan kering suatu bahan

makanan terdiri atas bahan organik dan bahan an-organik (McDonald et al. 1981).

Pertumbuhan kapang akan lebih banyak menyesuaikan diri dengan ketersediaan

makronutrien dan mikronutrien dalam substrat. Jumlah mikroba yang banyak akan

menyebabkan produksi enzim-enzim semakin tinggi, sehingga jumlah zat-zat

organik yang dirombak juga semakin banyak. Dengan demikian maka terjadi

Page 52: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

36

penurunan yang lebih besar dari bahan organik tersebut dengan semakin

meningkatnya massa mikroba. Sebaliknya, jika kadar bahan organik semakin

turun, maka kadar abu dari substrat semakin meningkat. Pada penelitian bungkil

inti sawit kehilangan bahan organik selama fermentasi dengan koktail mikroba

disebabkan meningkatnya massa mikroba yang menggunakan bahan organik

sebagai sumber energi.

4.3 Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil Inti Sawit

Kandungan serat kasar bungkil inti sawit setelah fermentasi disarikan pada

Tabel 4. Secara statistik rancangan acak lengkap pola faktorial, menunjukkan

tidak berbeda nyata diantara ketiga perlakuan mikroba terhadap kandungan serat

kasar. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan mikroba dan lama inkubasi.

Fermentasi selama 7 hari menunjukkan kandungan serat kasar terus

menurun dan yang terendah pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan

koktail mikroba (Gambar 15). Perlakuan dengan T. harzianum menunjukkan

penurunan lebih kecil (12,85%) dibandingkan B. amyloliquefaciens (12,81%) dan

koktail mikroba (11,64%). Hal ini mengindikasikan enzim Ekso-beta-glukanase

yang diperoduksi Bacillus amyloliquifacien memotong rantai luar polisakarida

dan enzim Endo-beta-glukanase yang diperoduksi Trichoderma harzianum

memotong rantai dalam polisakarida (Wizna et al. 2005) dapat bekerja sama

menguraikan serat kasar mulai dari inkubasi 0 hari hingga 7 hari. Ginting &

Krisnan (2006) melaporkan kandungan serat kasar yang difermentasi dengan T.

harzianum sekitar 12,55% pada inkubasi 6 hari dan 12,69% pada inkubasi 9

Tabel 4. Kandungan serat kasar dari bungkil inti sawit setelah fermentasi (%) Jenis Mikroba_________________ Lama fermentasi B. amyloliquefacien T. harzianum Koktail mikroba (hari)

0 14,27 ± 0,33 14,04 ± 0,86 13,98 ± 0,00

3 13,70 ± 0,08 13,82 ± 0,04 13,42 ± 0,50

5 13,13 ± 0,18 13,25 ± 0,41 12,79 ± 0,41

7 12,81 ± 0,40 12,85 ± 0,43 11,64 ± 0,72

Page 53: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

37

hari. Sedangkan kandungan serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi

dengan koktail mikroba menurun hingga 16,7%. Hal ini mengindikasikan bila

kedua mikroba yaitu bakteri B. amyloliquefaciens dan kapang T. harzianum

dikombinasikan pada teknologi fermentasi maka akan menunjukkan hasil yang

lebih baik daripada yang tidak dikombinasikan.

Berikut ini akan diuraikan pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan

serat kasar oleh masing-masing mikroba secara analisis regresi.

4.3.1 Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil Inti Sawit oleh B. amyloliquifacien

Hasil perhitungan statistik regresi untuk kadar serat kasar yang

difermentasi dengan B. amyloliquifacien menunjukkan penurunan yang bersifat

linear dengan persamaan Y=14,28-0,21X dengan koefisien korelasi 0,99 seiring

dengan lama inkubasi (Gambar 13). Turunnya serat kasar merupakan hasil

Tabel 5. Analisis regresi kadar serat kasar yang difermentasi dengan mikroba selama masa inkubasi 0,3,5, dan 7 hari.

Jenis mikroba r r2 SE P

B. amyloliquefacien 0,995 0,99 0,07 < 0,05

T. harzianum 0,969 0,94 0,17 < 0,05

Koktail mikroba 0,964 0,93 0,33 < 0,05

aktivitas enzim yang terdapat pada B. amyloliquefaciens, kenaikan aktivitas enzim

diikuti dengan penurunan kadar serat hasil aktivitas hidrolisis enzim. Lynd et al.

(2002) melaporkan genus Bacillus mampu mendegradasi selulosa, karena

memiliki enzim selulolitik endo-1,4-ß-glucanase (Hidayat 2005) yang berperan

mendegradasi selulosa tersebut. Pada onggok yang difermentasi dengan B.

amyloliquefaciens diperoleh penurunan kandungan serat kasar sebesar 32% dan

peningkatan kandungan protein kasar sebesar 360% (Wizna et al. 2008b).

Page 54: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

38

Gambar 13. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens Keterangan: SKBA=kadar serat kasar dengan perlakuan B. amyloliquefaciens

Fermentasi bungkil inti sawit dengan koktail mikroba menunjukkan

penurunan dari 14,27 menjadi 12,81 % (sekitar 10%). Penurunan serat kasar oleh

B. amyloliquefacien tersebut lebih rendah dibandingkan pada empulur sagu. Hal

ini disebabkan B. amyloliquefacien dicampur dengan isi rumen untuk fermentasi

empulur sagu, sedangkan isi rumen berisi meraneka ragam mikroba yang dapat

berperan mendegradasi serat, sehingga menghasilkan penurunan serat yang lebih

besar dari fermentasi bungkil inti sawit oleh B. amyloliquefacien saja.

Turunnya serat kasar pada bungkil inti sawit diakibatkan enzim selulase

yang diproduksi oleh bakteri B. amyloliquefaciens. Seperti telah diuraikan di atas

serat kasar terhidrolisis oleh enzim endo-β-glukanase, 1,4-β-D-glukan

glukanohidrolase, CMCase, dimana Cx memutus secara random rantai selulosa

yang terdiri dari glukosa dan selo-oligosakarida. Sedangkan Ekso-β-glukanase,

1,4- β -D-glukan selobiohidrolase, aviselase, dan C1 menyerang bagian luar

selulosa pada ujung non-reduksi dengan selobiosa sebagai struktur utama.

Kemudian β-glukosidase, selobiase menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa

(Spano (1975). Dengan demikian enzim yang diproduksi B. amyloliquefaciens

dapat mendegradasi serat kasar menjadi glukosa pada bungkil inti sawit, sehingga

bungkil inti sawit terfermentasi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk

bahan pakan unggas.

14,27

13,70

13,13 12,81

12

13

14

15

16

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sera

tkas

ar (%

)

Lama Inkubasi (hari)

SKBAPredicted SKBA

Y = 14,28 - 0,21X

Page 55: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

39

4.3.2 Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil Inti Sawit oleh T. harzianum

Hasil perhitungan statistik regresi untuk kadar serat kasar yang

difermentasi dengan T. harzianum menunjukkan penurunan yang bersifat linear

dengan persamaan Y=14,15-0,18X dengan koefisien korelasi 0,94 (Gambar 14).

Turunnya serat kasar merupakan hasil aktivitas enzim Endo-beta-glukanase pada

Trichoderma harzianum yang memotong rantai dalam polisakarida (Wizna et al.

2005).

Gambar 14. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum Keterangan : SKTRI=kadar serat kasar dengan perlakuan T. harzianum

Turunnya serat kasar pada bungkil inti sawit diakibatkan aktivitas enzim

selulase mendegradasi selulosa yang diproduksi oleh kapang T. harzianum. Proses

penurunan ini telah diuraikan di atas, dimana serat kasar terhidrolisis oleh

enzim endo-β-glukanase, 1,4-β-D-glukan glukanohidrolase, CMCase, dimana Cx

memutus secara random rantai selulosa yang terdiri dari glukosa dan selo-

oligosakarida. Dengan demikian enzim yang diproduksi T. harzianum dapat

mendegradasi serat kasar menjadi glukosa pada bungkil inti sawit.

14,15 13,62

13,27 12,92

11

12

13

14

15

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sera

t Kas

ar (%

)

Lama Inkubasi (hari)

Y=14,15-0,18X

SKTRIPredicted SKTRI

Page 56: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

40

Diantara berbagai spesies Trichoderma terdapat kemiripan satu dengan

yang lain akan tetapi T. harzianum merupakan spesies yang terbaik dalam

merombak selulosa jika dibandingkan dengan spesies lainnya seperti T. viride,

Trichoderma ressei, Trichoderma koningii dan Trichoderma glaukum (Rifai 1969;

Chalal 1985; Well 1986 ). Fati (1997) melaporkan bahwa fermentasi dedak padi

dengan kapang Trichoderma harzianum mampu menurunkan serat kasar dari

18,90 % menjadi 12,81 %. Sedangkan pada bungkil inti sawit T. harzianum

menurunkan serat kasar dari 14,15 menjadi 12,19 %. Rendahnya penurunan serat

kasar oleh T. harzianum pada bungkil inti sawit terfermentasi diindikasikan

perkembangan massa mikroba sedikit, sehingga produksi enzim selulase juga

sedikit, dengan sendirinya selulosa yang terdegradasi rendah.

4.3.3 Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi oleh koktail mikroba

Hasil perhitungan statistik regresi untuk kadar serat kasar yang

difermentasi dengan koktail mikroba nyata (P<0,05) menunjukkan penurunan

yang bersifat linear dengan persamaan Y=14,18-0,32X dengan koefisien korelasi

0.93 seiring dengan lama inkubasi (Gambar 15).

Turunnya serat kasar pada bungkil inti sawit menunjukkan bahwa bakteri

B. amyloliquefaciens dan kapang T. harzianum memiliki sinergi yang positif

dalam mendegradasi serat kasar pada bungkil inti sawit. Disamping enzim

selulase yang diproduksi oleh bakteri B. amyloliquefaciens juga memproduksi

enzim selulolitik endo-1,4-ß-glukanase (Hidayat 2005).

Pada bungkil inti sawit serat kasar dihidrolisis oleh enzim endo-β-

glukanase, CMCase, yang diproduksi oleh T. harzianum, dimana Cx memutus

secara random rantai selulosa yang terdiri dari glukosa dan selo-oligosakarida

(Spano (1975). Sedangkan Ekso-β-glukanase yang diproduksi B.

amyloliquefaciens, 1,4- β -D-glukan selobiohidrolase, aviselase, dan C1

menyerang bagian luar selulosa pada ujung non-reduksi dengan selobiosa sebagai

struktur utama. Kemudian β-glukosidase, selobiase menghidrolisis selobiosa

menjadi glukosa. Turunnya serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh

Page 57: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

41

koktail mikroba menunjukkan adanya assosiasi positif antara B. amyloliquefaciens

dan

Gambar 15. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba. Keterangan : SKBATRI=kadar serat kasar dengan perlakuan koktail mikroba 4.4 Pengaruh Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Kasar Bungkil Inti Sawit

T. harzianum dalam mendegradasi selulase.

Secara statistik dengan rancangan acak lengkap pola faktorial, kandungan

protein kasar dari bungkil inti sawit setelah fermentasi disajikan pada Tabel 6.

Kenaikan protein bungkil inti sawit pada inkubasi 3 hari tidak berbeda nyata

diantara ketiga perlakuan jenis mikroba. Tapi pada inkubasi 5 hari peningkatan

protein bungkil inti sawit tertinggi pada perlakuan T. harzianum (28,02 ± 0,34%),

disusul koktail mikroba (26,92 ± 1,65%), kemudian B. amyloliquefacien (25,49 ±

0,75%). Namun pada ikubasi 7 hari tidak ada perbedaan diantara perlakuan jenis

mikroba. Lamanya fermentasi (0-7 hari) bungkil inti sawit menunjukkan

peningkatan protein dari 21,95 ± 0,10 menjadi 28,54 ± 0,30 % pada perlakuan B.

Amyloliquefacien, dari 23,00 ± 0,42 menjadi 28,54 ± 0,30 pada perlakuan T.

harzianum, dan pada perlakuan koktail mikroba dari 21,66 menjadi 28,68 %

(Tabel 7). Peningkatan protein pada bungkil inti sawit terfermentasi oleh ketiga

perlakuan jenis mikroba hanya 24-32%, jauh lebih kecil dari penelitian

sebelumnya yaitu (14,19 menjadi 36,43%) (Sinurat et al. 1996; Supriyati et al.

13,98 13,42 12,79

11,64

8

10

12

14

16

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Sera

t Kas

ar (%

)

Lama Inkubasi (hari)

Y=14,18-0,32XSKBATRIPredicted SKBATRI

Page 58: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

42

1998). Perbedaan ini disebabkan adanya penambahan mineral pada penelitian

sebelumya. Pada percobaan ini sama sekali tidak menambahkan mineral pada saat

fermentasi, hanya bahan baku dan mikroba saja. Pada percobaan sebelumnya,

proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan urea, MgSO4, ZA, KCl,

NaH2PO4, FeSO4 untuk memperoleh pertumbuhan mikroba yang optimal.

Tabel 6. Kandungan kadar protein kasar bungkil inti sawit selama Fermentasi (%).

________________ Jenis Mikroba___________________ Lama fermentasi B. amyloliquefacien T. harzianum Koktail mikroba (hari)

0 21,95 ± 0,10 23,00 ± 0,42 21,66 ± 0,99

3 23,81 ± 0,24 24,17 ± 0,60 24,08 ± 0,40

5 25,49 ± 0,75 28,02 ± 0,34 26,92 ± 1,65

7 28,54 ± 0,30 28,54 ± 0,30 28,68 ± 1,36

Secara statistik setelah fermentasi selama 7 hari tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata antara ketiga perlakuan jenis mikroba. Data menunjukkan

kandungan protein kasar tertinggi terlihat pada BIS yang difermentasi oleh koktail

mikroba (28,68 %) namun tidak berbeda nyata dengan yang difermentasi oleh B.

amyloliquifacien (28,54%) dan T. harzianum (28,54%). Hal ini menunjukkan

aktivitas enzim pemecah protein tidak berbeda antara T. harzianum dengan B.

amyloliquifacien.

Peningkatan protein yang diperoleh berasal dari asimilasi anorgaik N (urea

dan ZA=(NH4)2SO4) menjadi protein oleh mikroba. Pada percobaan ini, unsur

anorganik N tidak ditambahkan, sehingga tidak akan terjadi asimilasi protein.

Peningkatan protein yang terjadi karena menurunnya kadar dari unsur-unsur

lainnya, dan juga disebabkan hilangnya bahan kering selama fermentasi.

Berikut ini akan diuraikan pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan

protein kasar secara analisis regresi pada masing-masing mikroba.

Page 59: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

43

4.4.1 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit oleh B. amyloliquifacien

Analisis regresi pada perlakuan B. amyloliquefaciens pada fermentasi

bungkil inti sawit menunjukkan peningkatan protein bersifat linear

(Y=21,52+0,91X) mengikuti lama inkubasi, semakin lama inkubasi maka

kandungan protein semakin meningkat (Gambar 16). Hasil analisis menunjukkan

bahwa lama fermentasi berpengaruh terhadap kandungan protein. Besarnya nilai

pengaruh tersebut dilihat dari koefisien relasi (r2) yaitu 0,95 (Tabel 7).

B. amyloliquefaciens pada fermentasi campuran empulur sagu dan isi

rumen mampu meningkatkan protein 42 % dengan temperature 40oC selama 9

hari (Wizna et al. 2008a). Sedangkan peningkatan protein pada bungkil inti sawit

dengan B. amyloliquefaciens menunjukkan nilai yang lebih kecil yaitu 21,52

menjadi 27,92 % (sekitar 22%). Hal ini diindikasikan fermentasi empulur sagu

dilakukan dengan B. amyloliquefaciens dan isi rumen, dengan demikian jumlah

jenis mikroba yang tersedia lebih banyak, sehingga akan meningkatkan

kandungan protein empulur. Sedangkan fermentasi pada bungkil inti sawit

hanya dilakukan dengan satu jenis mikroba yaitu B. amyloliquefaciens, hal ini

menyebabkan peningkatan protein tidak sebesar pada fermentasi empulur

sagu.

Tabel 7. Analisis regresi kadar protein kasar yang difermentasi dengan mikroba selama masa inkubasi 0,3,5, dan 7 hari. Jenis mikroba r r2 SE P

B. amyloliquifacien 0,97 0,95 0,76 < 0,05

T. harzianum 0,89 0,79 1,34 <0,05

Koktail mikroba 0,99 0,99 0,42 <0,05

Peningkatan protein sesungguhnya berasal dari mikroba, karena secara absolut

protein digunakan oleh mikroba untuk kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan,

dan secara relatif meningkat.

Page 60: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

44

Gambar 16. Analisis regresi kadar protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens Keterangan : PRBA=kadar protein kasar dengan perlakuan B. amyloliquefaciens

4.4.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi oleh T. harzianum

Analisis regresi pada perlakuan T. harzianum pada fermentasi bungkil inti

sawit menunjukkan peningkatan protein bersifat linear (Y=22,9+0,7X) mengikuti

lama inkubasi, semakin lama inkubasi maka kandungan protein semakin

meningkat (Gambar 17). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa lama

fermentasi nyata (P<0,05) berpengaruh nyata terhadap kandungan protein.

Besarnya nilai pengaruh tersebut dilihat dari koefisien relasi (r2) yaitu 0,94 (Tabel

7). Pada analisis regresi menunjukkan, protein kasar pada bungkil inti sawit yang

difermentasi dengan T. harzianum meningkat dari 23,00 menjadi 28,02 %

(21,8%) dengan lama inkubasi 0 hingga 7 hari.

Trichoderma harzianum mempunyai kemampuan meningkatkan protein

bahan pakan dan bahan berselulosa. Fermentasi dedak padi dengan kapang

Trichoderma harzianum meningkatkan protein kasar dari 8,74 menjadi 14,66%

(40,4%) (Fati 1997). Peningkatan protein pada bungkil inti sawit lebih rendah bila

dibandingka dengan dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma harzianum.

Perbedaan ini diindikasikan pada saat fermentasi bungkil inti sawit dengan

menggunakan inokulum Trichoderma harzianum tidak ditambahkan mineral,

21,52

24,26

26,09

27,92

20

22

24

26

28

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Prot

ein

(%)

Lama inkubasi (hari)

PRBARataan PRBA

Y=21,52 + 0,91X

Page 61: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

45

Gambar 17. Analisis regresi kadar protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum Keterangan:PRTRI=kadar protein kasar dengan perlakuan

T. harzianum

sedangkan pada fermentasi dedak ditambahkan mineral sebagai sumber protein

dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap kandungan protein bungkil inti

sawit tersebut. Rendahnya peningkatan protein tersebut karena protein hanya

bersumber dari kapang T.harzianum. Hariyum (1986) melaporkan. kapang

mempunyai kandungan rendah protein, dan asam nukleatnya hanya 5%

dibandingkan bakteri dan ragi masing-masing 8-16% and 6-12%.

4.4.3

Analisis regresi pada perlakuan koktail pada fermentasi bungkil inti sawit

menunjukkan peningkatan protein bersifat linear (Y=21,47+1,03X) mengikuti

lama inkubasi, semakin lama inkubasi maka kandungan protein semakin

meningkat (Gambar 18). Hasil analisis menunjukkan bahwa lama fermentasi

nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap kandungan protein. Besarnya nilai pengaruh

tersebut dilihat dari koefisien relasi (r

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi oleh Koktail Mikroba

2) yaitu 0,99 (Tabel 7). Pada analisis statistik

dengan rancangan acak lengkap pola faktorial, protein kasar menunjukkan

peningkatan dari 0 hingga 7 yaitu dari 21,66 menjadi 28,68 %. Kenaikan protein

pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba disarikan pada

23,00 24,17

28,02 27,24

20

22

24

26

28

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Prot

ein

(%)

Lama inkubasi (hari)

Y=22,9+0,7X

PRTRI

Predicted PRTRI

Page 62: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

46

Tabel 6. Peningkatan protein pada substrat padat berasal asam nukleat dari kapang

itu sendiri yang dapat memberikan kontribusi N. Bakteri juga memberi kontribusi

yang sama dimana dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan (glikoprotein).

Dengan demikian koktail mikroba dapat meningkatkan kandungan protein bungkil

inti sawit melalui proses fermentasi.

Gambar 18. Analisis regresi kadar protein kasar pada bungkil inti sawit yang dengan koktail mikroba Keterangan : PRBATRI=kadar protein kasar dengan perlakuan koktail mikroba

Hasil analisis protein tertinggi dan serat kasar terendah pada ketiga

perlakuan jenis mikroba, didapatkan pada fermentasi dengan perlakuan koktail

mikroba. Dengan demikian dilanjutkan dengan analisis lemak, abu, acid detergent

fiber (ADF), neutral detergent fiber (NDF), asam amino, dan aktivitas selulase

serta mananase.

4.5 Perubahan Komposisi Kimia Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi dengan Koktail Mikroba Komposisi kimia bungkil inti sawit setelah difermentasi dengan koktail

mikroba menunjukkan kadar protein dan serat deterjen asam (ADF) meningkat.

Sedangkan serat kasar dan serat deterjen netral (NDF), hemiselulosa serta lemak

Page 63: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

47

kasar dan abu menurun (Tabel 8). Selama proses fermentasi, mikroba

menurunkan kadar dinding sel (NDF), hal ini diindikasikan selama fermentasi

terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa bungkil inti sawit

sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut oleh enzim

selulase dan lignoselulase. Hal ini terlihat dari menurunnya kandungan serat

kasar dan hemiselulosa (Tabel 8). Lignin merupakan dinding pelindung

Tabel 8. Komposisi protein, serat kasar, NDF, ADF, lemak, dan abu bungkil inti sawit sebelum dan sesudah fermentasi oleh koktail mikroba. Komposisi kimia Sebelum fermentasi Setelah fermentasi

Protein kasar, % 21,66 28,68

Serat Kasar, % 13,98 11,64

NDF (g/100 g) 62,99 56,39

ADF (g/100 g) 42,21 45,95

Hemiselulosa (g/100 g) 20,78 10,44

Lemak Kasar (g/100 g) 12,23 11,46

Abu (g/100 g) 6,81 4,34

fisik yang menghambat daya cerna enzim terhadap jaringan tanaman dan lignin

berikatan erat dengan hemiselulosa. Selain itu menurunnya kadar NDF

menunjukkan terjadinya pemecahan selulosa dinding sel.

Perombakan ADF lambat, diindikasikan degradasi belum terjadi pada

inkubasi 7 hari, sehingga menunjukkan peningkatan karena belum dimanfaatkan

oleh koktail mikroba. Koktail mikroba juga mempunyai enzim lipase untuk

merombak lemak sehingga kadar lemak menurun (Tabel 8). Pengukuran kadar

abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam

bungkil inti sawit baik sebelum dan sesudah fermentasi. Kadar abu menurun

setelah bungkil inti sawit difermentasi, hal ini mengindikasikan bahwa zat

anorganik bungkil inti sawit menurun setelah difermentasi. Abu adalah zat

anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Page 64: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

48

4.6 Perubahan Asam Amino Setelah Fermentasi dengan Koktail Mikroba

Komposisi total asam amino pada bungkil inti sawit sebelum dan sesudah

fermentasi disarikan pada (Tabel 9). Data menunjukkan ada penurunan konposisi

asam amino pada bungkil inti sawit setelah fermentasi (15,99% vs 15,65%).

Secara total terjadi penurunan, namun asam amino asam glutamat , arginin, dan

methionin memperlihatkan peningkatan, masing-masing 2,62 menjadi 3,08 %;

Tabel 9. Komposisi asam amino esensial (AAE) bungkil inti sawit sebelum dan sesudah fermentasi oleh koktail mikroba Parameter Sebelum Fermentasi Setelah Fermentasi (% w/w) (% w/w) Asam aspartat ,54 1,33

Asam glutamat 2,62 3,08

Serin 0,74 0,73

Histidin 0,54 0,52

Glisin 0,82 0,73

Treonin 0,70 0,59

Arginin 1,88 2,41

Alanin 0,85 0,66

Tirosin 0,58 0,52

Methionin 0,71 0,73

Valin 0,91 0,87

Phenilalanin 1,15 1,01

I-leusin 0,67 0,57

Leusin 1,05 0,96

Lisin 1,24 0,92

Total Asam Amino 15,99 15,65

1,88 menjadi 2,41%; dan 0,71 menjadi 0,73%. Selama proses fermentasi oksidasi

berlangsung, terjadi bermacam-macam reaksi pada substrat bungkil inti sawit

secara asimilatif dan disimilatif. Koktail mikroba menggunakan gula yang

sudah terhidrolisis oleh enzim, dan kemudian memproduksi zat-zat

bermanfaat seperti asam amino.

Page 65: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

49

Peningkatan asam amino glutamat, arginin, dan methionin setelah

fermentasi mengindikasikan bahwa ketiga asam amino tersebut disintesa oleh

koktail mikroba. Meningkatnya kandungan methionin merupakan nilai tambah

pada bungkil inti sawit bila difermentasi dengan koktail mikroba.

Sementara itu jenis asam amino yang lain tidak meningkat bahkan

menurun. Hal ini diindikasikan bahwa zat yang dibutuhkan koktail mikroba untuk

membentuk asam amino pada bungkil inti sawit tidak tersedia sehingga tidak ada

peningkatan. Pada umumnya, bakteri tidak mensistesis secara degradatif

(katabolik) sampai enzim tersedia pada substrat. Misalnya sintesa enzim

pendegradasi laktosa tidak bekerja apabila laktosa tidak tersedia dalam substrat.

Demikian juga sel bakteri akan menghentikan alur biosintetiknya ketika produk

akhir tidak dibutuhkan lagi atau sudah tersedia dalam substrat tersebut (Todar

2008). Asam amino yang lain yang tidak mengalami peningkatan diindikasikan

zat nutrien dalam bungkil inti sawit tidak tersedia, sehingga koktail mikroba tidak

mensintesisnya.

Pada umumnya ketersediaan asam amino seperti methionin pada bahan

pakan ternak unggas sangat kecil bahkan pada bahan tertentu tidak tersedia.

Peningkatan kandungan asam amino methionin merupakan nilai tambah pada

bungkil inti sawit yang difermentasi dengan inokulum koktail mikroba.

4.7 Aktivitas Selulase dan Mananase Setelah Fermentasi

Selama fermentasi terjadi kenaikan aktivitas enzim selulase dan mananase

(Tabel 11), hal ini sejalan dengan data aktivitas enzim pada fermentasi ketela

(Okolie & Ugochukwu, 1988; Purwadaria et al. 1997). Pada fermentasi 7 hari

aktivitas mananase menunjukkan aktivitas lebih tinggi (9,084BK (µ/ml)

dibandingkan selulase (0,468 BK (µ/ml), hal ini mengindikasikan kondisi pada

saat inkubasi lebih sesuai untuk memproduksi enzim mananase dibandingkan

selulase. Sehingga koktail mikroba lebih efektif mendegradasi manan

dibandingkan selulosa dalam bungkil inti sawit.

Seperti diketahui sel bakteri dapat merubah pola enzim dimana enzim

beradaptasi dengan lingkungannya yang spesipik. Todar (2008) melaporkan

konsentrasi enzim dari sel bakteri tergantung dari keberadaan substrat. Pada

Page 66: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

50

Tabel 10. Aktivitas selulase dan mananase sebelum dan sesudah fermentasi bungkil inti sawit dengan koktail mikroba. Fermentasi Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi BK (µ/ml) BK (µ/ml) Aktivitas Selulase 0,025 0,468

Aktivitas Mananase 0,027 9,084 __________________________________________________________________

prinsipnya enzim selalu diproduksi secara bebas oleh sel mikroba tergantung dari

komposisi medium dimana mereka bertumbuh. Jadi secara umum enzim bekerja

selama terjadinya proses glikolisis dan siklus asam sitrat/siklus Krebs (TCA

cycle). Enzim selalu diproduksi oleh mikroba baik dalam konsentrasi tinggi atau

rendah setiap waktu.

Manan adalah salah satu bentuk dari polisakarida (komponen dari

hemiselulosa) tanaman yang merupakan polimer dari gula manosa (Nishiyama et

al. 2002).

Menurunnya kadar NDF (serat deterjen netral) dan hemiselulosa

merupakan hasil hidrolisis dari enzim selulase dan mananase yang diproduksi

koktail mikroba. Purwadaria et al. (1998) melaporkan, lumpur sawit yang

Mannan dihidrolisa menjadi mannosa maupun manno-oligosakarida

yang berfungsi sebagai prebiotik oleh enzim endo β-mannanase (1,4-β-D-mannan

mannanohydrolase [EC 3.2.1.78]) dan exoβ-manosidase (β-D-mannanopyranoside

hydrolase [EC 3.2.1.25]) (Puls & Scuseill, 1993). Manan yang berperan sebagai

prebiotik dapat dimanfaatkan koktail mikroba untuk pertumbuhannya, dengan

demikian koktail mikroba memproduksi enzim mananase lebih tinggi dari enzim

selulase. Tingginya produksi enzim mananase berpengaruh terhadap aktivitas

mananase.

Dapat disimpulkan selama proses fermentasi pada bungkil inti sawit

koktail mikroba memproduksi enzim mananase dan selulase yang berperan

mendegradasi serat kasar berupa selulosa menjadi gula sederhana, sehingga bisa

digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan. Koktail mikroba juga memproduksi

enzim protease yang mendegradasi protein bungkil inti sawit selama proses

fermentasi, sehingga dapat meningkatkan kadar protein secara persentatif setelah

difermentasi.

Page 67: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

51

difermentasi dengan A. niger ES1, antara enzim mananase dengan hemiselulosa

nyata mempunyai korelasi. Penguraian hemiselulosa pada bungkil inti sawit lebih

ditekankan pada enzim mananase, karena bungkil inti sawit dominan mengandung

komponen manan. Enzim mananase dan selulase yang diproduksi koktail mikroba

dapat menurunkan kadar hemiselulosa dari 20,78 menjadi 10,44 g/100g. Dengan

demikian bungkil inti sawit terfermentasi oleh koktail mikroba bisa digunakan

sebagai bahan pakan alternatif pada unggas, yang berperan sebagai sumber energi

dan protein.

Page 68: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

52

V KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Pertumbuhan B. Amyloliquefaciens,T. harzianum, dan koktail mikroba

menutupi permukaan dan dalam substrat 100% selama inkubasi 7 hari. Fermentasi

bungkil inti sawit selama 7 hari dengan menggunakan koktail mikroba dapat

menurunkan kandungan serat kasar dari 13,98% menjadi 11,64%, serta

meningkatkan protein kasar dari 21,66% menjadi 26,68%. Kandungan asam

amino metionin meningkat sebesar 2,7%, asam glutamat 14,9%, dan arginin 21,9

%. Aktivitas selulase dan mananase meningkat dari 0,025 menjadi 0,468 µ/ml

dan dari 0,027 menjadi 9,084 µ/ml. Berdasarkan data tersebut, bungkil inti sawit

terfermentasi oleh koktail mikroba dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif

pada unggas.

SARAN

Untuk meningkatkan kualitas bungkil inti sawit terfermentasi yang jauh

lebih baik, disarankan penelitian lanjutan dengan menambahkan mineral pada

proses fermentasi dengan koktail mikroba.

Page 69: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

53

DAFTAR PUSTAKA

A.O.A.C. 1980. Methods of Analysis. 13th Ed. Association of Official Agricultural Chemist. Washington D.C.

Azin M, Moravej R, Zareh D. 2007. Self-directing optimization of parameters for extracellular chitinase production by Trichoderma harzianum in batch mode. Process Biochemistry 34: 563–566.

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.

Beare MH, Hendrix PF, Cheng W. 1992. Microbial and faunal interactions and effects on litter nitrogen and decomposition in agroecosystems. Ecological Monographs 62: 569-591.

Bintang IAK, Sinurat AP, Murtisari T, Pasaribu T, Purwadaria T, Haryati T. 1999. Penggunaan bungkil inti sawit dan produk fermentasinya dalam ransum itik sedang bertumbuh. JITV 4:179-184.

Bissett J, 1991. A revision of the genus Trichoderma. III. Sect. Pachybasium. Canadian J. of Botany.69: 2373- 2417.

Buckle KA, Edwards RA, Fleed GR. Wooton M. 1987. Ilmu Pangan Terjemahan Adiono dan Purnomo. UI Press. Jakarta.

Capoe P, Kubackova M, Alfoldi J. 2000. Galactoglucomannan from the secondary cell wall of Picea abies.L.Krast. Carbohydr. Res. 329: 635-645.

Chalal DS. 1983. Solid state fermentation with Trichoderma reesei for cellulase production. Appl. Environ. Microbial, 49 p 205-210.

Chelikani P, Fita I, Loewen PC. 2004. Diversity of structures and properties among catalases. Cell. Mol. Life Sci. 61 (2): 192–208.

Chong CH, Blair R, Zulkifli I, Jelan ZA. 1998. Physical and chemical characteristics of Malaysian palm kernel cake (PKC). Proc. 20th MSAP Conf. 27-28 July. Putrajaya, Malaysia.

Crawford RL. 1981. Lignin biodegradation and transformation. New York: John Wiley and Sons.

Dekker RFH. 1985. Biodegradation of hemicelluloses. In J. Higuchi (ed.), Biosynthesis and Biodegradation of Wood Components, Academic Press Inc., Orlando, FL. p. 505- 533.

Page 70: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

54

Devendra C. 1978. Utilization of feedingstuffs from the oil palm. Proceedings of the Conference on Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Serdang Selanggor: p. 116-131.

Dhawan S, Jagdeep Kaur. 2007. Microbial Mannanases: An Overview of Production and Applications. Critical Reviews in Biotechnology. 1549-7801, 27;197 – 216.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pengembangan kelapa sawit nasional, mewujudkan visi Indonesia 2020. Departemen Pertanian

Dwidjoseputro. Dasar-dasar Mikrobiologi. 1982. Mikrobiologi Dasar. Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana

Eastburn DM, Butler EE. 2002. Microhabitat characterization of Trichoderma harzianum in natural soil: Evaluation of factors affecting distribution. Department of Plant Pathology, University of California, Davis, CA 95616, U.S.A.

Etebarian HR, Scott ES, Wicks TJ. 2000. Trichoderma harzianum T39 and T. virens DAR 74290 as potential biological control agents for phytophathora erythroseptica. Eur. J. Plant Pathol. 106: 329-337.

Eziashi EI, Uma NU, Adekunle AA, Airede CE. 2006. Effect of metabolites produced by Trichoderma species against Ceratocystis paradoxa in culture medium. African J. of Biotech. 5 (9):703-706.

Fardiaz S. 1988. Mikrobiologi Pangan. Depdikbud, Dirjen Dikti. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Fati N. 1997. Pengaruh penggunaan dedak padi yang difermentasi dengan galur Trichoderma terseleksi terhadap performans ayam broiler. Program Pascasarjana Univ. Andalas Padang.

Fukumoto J. 1943. Studies on the production of bacterial amylase. I. Isolation of bacteria secreting potent amylases and their distribution (in Japanese). J. Agr. Chem. Soc. Japan 19: 487-503.

Gehartz W. 1990. Enzymes in industry production and applications. 3rd Ed. Wiley-VCH, USA. p.81-82.

Ginting SP, Krisnan R. 2006. Pengaruh fermentasi menggunakan beberapa strain Trichoderma dan masa inkubasi berbeda terhadap komposisi kimiawi bungkil inti sawit. Semnas. Tekno. Pet. Dan Vet. Hal. 939-944.

Graumann P. 2007. Bacillus: Cellular and Molecular Biology (1st ed.).

Page 71: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

55

Gupta R, Gigras P, Mohapatra H, Goswami VK, Chauhan B. 2003. Microbial α-amylases: a biotechnological perspective. Process Biochem 38, 1599 - 1616.

Handford MG, Baldwin TC, Goubet F, Prime TA, Miles J, Yu X, Dupree P. 2003. Localisation and characterisation of cell wall mannan polysaccharides in Arabidopsis thaliana. Planta . 218 (1): 27-36.

Hariyum, A., 1986. The determination of the optimum conditions for consentration of glucouse carbon resource, pH and aerasi for Candida utilis R24 growth as single cell protein produced. Waca Utama Pramesti. Surabaya.

Harman GE. 2006. Overview of mechanisms and uses of Trichoderma spp. Phytopathology. 96 (2): 190–194.

Hartley CWS. 1970. The Oil Palm. London:Longman Group.hlm. 2-11.

Hartley RTV, Smeaton JR. 1973. On the Reaction between the Extracellular Ribonuclease of Bacillus amyloliquefaciens (Barnase) and Its Intracellular Inhibitor (Barstar). The J. of Bio. Chem. 248(16): 5624-5626.

Hidayat I. 2005. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Endo-1,4-β-Glucanase Bacillus sp. AR 009. Biodiversitas. 6( 4). hlm. 244-246.

Hilge M, Gloor, SM, Rypniewski W, Sauer O, Heightman TD, Zimmermann W, Winterhalter K, Piontek K. 1998. High-resolution native and complex structures of thermostable β-mannanase from Thermomono-spora fusca: Substrate specificity in glycosyl hydrolase family 5. Struct. Fold. Des. 6:1433–1444.

Isil S, Nulifer A. 2005. Investigation of factors affecting xylanase activity from Trichoderma harzianum 1073 D3. Braz. Arch. Biol. Technol. 48(2): 187-194.

Kandra L. 2003. α-Amylases of medical and industrial importance. Journal of Molecular Structure (Theochem) 666-667, 487-498.

Kensch O. 2008. Mannanase engineering for fibre degradation. (Explains the multi-parameter optimisation of a mannanase by high throughput automated confocal fluorimetric screening at Direvo Industrial Biotech. Speciality Chemicals Magazine Nov. 2008.

Klein Donald W, Lansing M, Harley, John. 2004. Microbiology. 6th ed.. New York: McGraw-Hill.

Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid ke-1. Thenawijaya M, penerjemah.

Page 72: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

56

Lynd LR, Weimer PJ, Zyl WH van, Pretorius S. 2002. Microbial Cellulose Utilization : Fundamentals and Biotechnology. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 66(3):506-577.

LRPI. 2006. Pemanfaatan oleokimia berbasis minyak sawit. Media Komunikasi Lingkup Unit Kerja LRPI . Vol.2 No. 2, Bogor.

Madigan M, Martinko J. 2005. Brock Biology of Microorganisms.11th ed. Prentice Hall.

Magdel-Din HM, Helmy WA, Salem HM. 1998. Biological activities of some galactomannans and their sulfated derivatives. Phytochemistry. 48:479-484.

Mathius IW, Sinurat AP, Manurung BP, Sitompul DM, Azmi. 2005. Pemanfaatan produk fermentasi lumpur-bungkil sebagai bahan pakan sapi potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Mathius IW. 2008. Pengembangan sapi potong berbasis industri kelapa sawit. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(2), 2008: 206-224.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD. 1981. Animal Nutrition. Third Ed. Longman. New York.

Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Depdikbud. Dirjen. Dikti. Pusat Antar Universitas. Pangan dan Nutrisi. IPB. Bogor.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2000. Harper’s Biochemistry. McGraw- Hill, New York.

Nishiyama,Yoshiharu, Langan, Paul, Chanzy, Henri. 2002. Crystal Structure and Hydrogen-Bonding System in Cellulose Iβ from Synchrotron X-ray and Neutron Fiber Diffraction. J. Am. Chem. Soc 124 (31): 9074–82.

Nuraini dan Trisna, A. 2006. Respon broiler terhadap ransum yang mengandung bungkil inti sawit fermentasi dengan Penicillium sp. J. Agri. Bisnis. Pet 2:45-48.

Odetallah NH, Ferket PR, Grimes JL, McNaughton JL. 2002. Effect of Mannan-Endo-1,4-β-Mannosidase on the Growth Performance of Turkeys Fed Diets Containing 44 and 48% Crude Protein Soybean Meal. Poult. Sci. 81:1322–1331.

Okolie PN, Ugochukwu. 1988. Change in activities of cell wall degrading enzymes during fermentation of cassava (manihot esculenta Crants.) with Citrobacter freundii. J. Sci. Foof. Agric. 44:51-61.

Page 73: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

57

Pasaribu T, Sinurat AP, Purwadaria T, Supriyati, Rosida J, Hamid H. 1998. Peningkatan nilai gizi lumpur sawit melalui proses fermentasi:Pengaruh jenis kapang, suhu, dan lama proses enzimatis. JITV 3(4):237-242.

Puchart V, Vrsˇanska M, Svoboda P, Pohl J, Ogel ZB, Biely P. 2004. Purification and characterization of two forms of endo-h-1,4-mannanase from a thermotolerant fungus, Aspergillus fumigatus IMI 385708 (formerly Thermomyces lanuginosus IMI 158749). Biochimica et Biophysica Acta 1674 (2004) 239– 250.

Puls J, Scuseill J. 1993. In hemicelluloses and hemicellulases. Coughlan, M.P.and Hazlewood, G. P., eds. Portland. Press, New York: p. 1-27.

Purwadaria T, Haryati T, Sinurat AP, Kompiang IP, Supriyati, Darma J. 1997. The correlation between amylase and cellulose activities with starch and fiber contents on the fermentation of cassapro (cassava protein) with Aspergillus niger. Proc. Indonesian Biotechnology Conference. Jakarta, juni 17-19, 1997. Vol. pp.379-390.

Purwadaria T, Sinurat AP, Haryati T, Sutikno I, Supriyati, Darma J. 1998. Korelasi antara aktivitas enzim mananase dan selulase terhadap kadar serat lumpur sawit hasil fermentasi dengan Aspergillus niger. JITV 3(4):230-236.

Purwadaria T, Sinurat AP, Haryati T, Sutikno I, Darma J. 1998. Preparasi mannan dan mannanase kasar dari bungkil kelapa sawit. Methods Enzymology, 160: 627-632.

Ramada A., 2008. Pupuk Biologis Trichoderma. http:// organicindonesianvanilla. blogspot.com/2008/01/pupuk-biologis-trichoderma.html

Rifai MA. 1969. A revition of fhe genus Trichoderma. Micrologycal Paper No 116, 56p.

Robbins BC, Rice JP, Radcliffe JS, Pleasant RS, Kornegay ET. 1999. The effects of Hemicell

® on digestibilities of minerals, energy, and amino acids

in pigs fitted with steered ileo-cecal valve cannulas and fed a low and high protein corn-soybean meal diet. Journal of Animal Science 77:197-198; Suppl. 1.

Schwan R.F. 1998. Cocoa Fermentations Conducted with a Defined Microbial Cocktail Inoculum. Appl. Environ .Microbiol. 64(4): 1477–1483.

Sim, TS, Oh JCS. 1993. Application of Trichoderma reesei Cellulases for Degradation of Lignocellulosic Compounds. Proceeding of Mie Bioforum. Genetic, Biochemistry and Ecology of Lignocellulose Degradation. Uni Publishers Co. Ltd. p. 477-481.

Page 74: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

58

Sindu A. 1999. Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pakan ternak. Jurnal Sains dan Teknologi 1(3):82-86.

Sinurat AP, Setiadi P, Purwadaria T, Setioko AR, Darma J. 1996. Nilai gizi bungkil kelapa yang difermentasi dan pemanfaatannya dalam ransum itik jantan. JITV. 1(3): 161-168.

Sinurat AP, Purwadaria, Habibie A, Pasaribu T, Hamid H, Rosida J, Haryati T, Sutikno I. 1998. Nilai gizi bungkil kelapa terfermentasi dalam ransum itik petelur dengan kadar fosfor yang berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(1): 15-21.

Spano LA, Medeiros J, Mandels M. 1975. Enzymatic hydrolysis of cellulosic wastes to glucose. Resource Recovery and Conservation 1:279-294.

Stansbury PF, Whitaker A, Hall SJ. 1997. Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press, UK. 374 pages.

Steel RGD, Torrie JH, 1995. Principles and Procedures of Statistics Biometric Approach. 2nd Edn., McGraw-Hill. Jakarta.

Sulaiman. 1988. Studi proses pembuatan protein mikroba dengan ragi amilolitik dan ragi simba pada media padat dengan bahan ubi kayu. Tesis Fakultas Tehnik Pertanian IPB, Bogor.

Supriyati, Haryati T Purwadaria

T, Kompiang IP. 1996. Pengaruh jenis kemasan, suhu ruang dan lama penyimpanan limbah sagu terfermentasi terhadap kualitas nutrisi. Pros. Temu Ilmiah Hasil-hasil Penelitian Peternakan 9-11 Jan. 1996. BPT Bogor. hlm. 311-317.

Supriyati, Pasaribu T, Hamid H, Sinurat AP. 1998. Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat padat dengan menggunakan Aspergillus niger. JITV 3: 165-170.

Tannenbaum. 1985. Non Photosyntetic Single Cell Protein. In. M. Khiberg, N.S. Scrishaw and D.I.C. Wang. Protein Resources and Technology. Status and Research Needs. The Avi. Publ. Co. Westport Connecticut.

Todar K. 2008. http://www.textbookofbacteriology.net/regulation.html).

Van Soest PJ. 1963. Use of detergent in the analysis of fibrous the determination of fiber acid lignin in forages. J. Assoc. Of Agricultural Chem. 46:829-35.

Veal DA, Lynch JM. 1994. Associative cellulolysis and dinitrogen fixation by co-cultures of Trichoderma harzianum and Clostridium butyricum. Agric. and Food Res. Council Letcombe Laboratory, Wantage, Oxon OX12 9JT, UK. Nature 310, 695 – 697.

Page 75: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

59

Well HD. 1986. Trichoderma as Biocontrol Agent. In. K.G. Mukerji and K.L. Garg (ed) Biocontrol of Plant Disease. CRC Pres Inc, Boca Raton Florida.

Wizna H. Abbas, Rizal A, Kompiang IP, Dharma J. 2005. The potential of cellulolytic bacteria Bacillus sp. From forest litter in improving the quality of cassava waste as feed and its applications toward improving the productivity of poultry. HB XII Project research report. Faculty of Animal Husbandry. Andalas University. Padang.

Wizna H. Abbas Y, Rizal A, Dharma J, Kompiang IP, 2008a. Improving the quality of sago pith and rumen content mixture as poultry feed through fermentation by Bacillus amyloliquefaciens. Pakistan Journal of Nutrition 7: 249-254.

Wizna H. Abbas Y, Rizal A, Dharma J, Kompiang IP 2008b. Improving the quality of tapioca by product (onggok) as poultry feed through fermentation by Bacillus amyloliquefaciens. Makalah Seminar Internasional Bioteknologi The 4th Indonesian Biotechnology Conference.

Page 76: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

60

LAMPIRAN

Page 77: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

61

Lampiran 1. Analisis ragam kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi General Linear Models Procedure Dependent Variable: SK Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 11 17.6241 1.6022 8.16 0.0001 Error 24 4.7123 0.1963 Corrected Total 35 22.3364 R-Square C.V. Root MSE SK Mean 0.789029 3.3297 0.443110 13.3078 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Inkubasi 3 14.0866 4.6955 23.91 0.0001 Mikroba 2 2.1885 1.0942 5.57 0.0103 Inkubasi*Mikroba 6 1.3490 0.2248 1.15 0.3673 Level of Level of --------------SK------------- Inkubasi Mikroba N Mean SD 0 B. amyloliquefaciens 3 14.2667 0.33 (1) 0 T. harzianum 3 14.0400 0.88 0 Koktail mikroba 3 13.9800 0.00 3 B. amyloliquefaciens 3 13.6967 0.08 (2) 3 T. harzianum 3 13.8167 0.04 3 Koktail mikroba 3 13.4233 0.50 5 B. amyloliquefaciens 3 13.1333 0.18 (3) 5 T. harzianum I 3 13.2500 0.41 5 Koktail mikroba 3 12.7933 0.41 7 B. amyloliquefaciens 3 12.8067 0.40 (4) 7 T. harzianum 3 12.8467 0.43 7 Koktail mikroba 3 11.6400 0.72

Page 78: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

62

Lampiran 2. Analisis regresi kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh B. amyloliquefaciens SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 1.00 R Square 0.99 Adjusted R Square 0.99 Standard Error 0.07 Observations 4.00

ANOVA df SS MS F Significance F

Regression 1.00 1.23 1.23 243.62 0.00 Residual 2.00 0.01 0.01

Total 3.00 1.24

Coefficients

Standard Error t Stat

P-value

Lower 95%

Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 14.28 0.06 228.25 0.00 14.01 14.55 14.01 14.55 inkubasi (0.21) 0.01 (15.61) 0.00 (0.27) (0.16) (0.27) (0.16) RESIDUAL OUTPUT

Observation Predicted SKBA Residuals

Standard Residuals

1.00 14.28 (0.01) (0.22) 2.00 13.64 0.06 1.04 3.00 13.21 (0.07) (1.29) 4.00 12.78 0.03 0.47

Keterangan: SKBA= Kadar serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens

Page 79: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

63

Lampiran 3. Analisis regresi kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh T. harzianum. SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0.97 R Square 0.94 Adjusted R Square 0.91 Standard Error 0.17 Observations 4.00

ANOVA

df SS MS F Significance F Regression 1.00 0.83 0.83 29.75 0.03 Residual 2.00 0.06 0.03

Total 3.00 0.88

Coefficients

Standard Error t Stat

P-value

Lower 95%

Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 14.15 0.15 96.45 0.00 13.52 14.78 13.52 14.78 inkubasi (0.18) 0.03 (5.45) 0.03 (0.31) (0.04) (0.31) (0.04)

RESIDUAL OUTPUT

Observation Predicted SKTRI Residuals 1.00 14 (0) 2.00 14 0 3.00 13 (0) 4.00 13 (0)

Keterangan: SKTRI= Kadar serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T.harzianum

Page 80: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

64

Lampiran 4. Analisis regresi kadar serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh koktail mikroba. SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0.96 R Square 0.93 Adjusted R Square 0.89 Standard Error 0.33 Observations 4.00

ANOVA

df SS MS F Significance F Regression 1.00 2.82 2.82 26.42 0.04 Residual 2.00 0.21 0.11

Total 3.00 3.03

Coefficients

Standard Error t Stat

P-value

Lower 95%

Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 14.18 0.29 49.28 0.00 12.94 15.42 12.94 15.42 inkubasi (0.32) 0.06 (5.14) 0.04 (0.60) (0.05) (0.60) (0.05)

RESIDUAL OUTPUT

Observation Predicted SKBATRI Residuals 1.00 14.18 (0.19) 2.00 13.20 0.22 3.00 12.55 0.24 4.00 11.91 (0.27)

Keterangan: SKBATRI= Kadar serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba

Page 81: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

65

Lampiran 5. Analisis ragam kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi General Linear Models Procedure Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 11 211.5266 19.2297 15.91 0.0001 Error 24 29.0125 1.2089 Corrected Total 35 240.5391 R-Square C.V. Root MSE PROTEIN Mean 0.879385 4.3465 1.0995 25.2956 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 2 2.6239 1.3119 1.09 0.3538 Inkubasi 3 194.8707 64.9569 53.73 0.0001 Perlakuan * Inkubasi 6 14.0320 2.3387 1.93 0.1160 General Linear Models Procedure T Grouping Mean N PERLK A 25.6067 12 2 A 25.3317 12 3 A 24.9483 12 1 General Linear Models Procedure T Grouping Mean N Inkubasi A 28.1533 9 7 B 26.8078 9 5 C 24.0189 9 3 D 22.2022 9 0 Level of Level of -----------PROTEIN----------- PERLK Inkubasi N Mean SD B. amyloliquefaciens 0 3 21.9500 0.1015 B. amyloliquefaciens 3 3 23.8133 0.2421 B. amyloliquefaciens 5 3 25.4867 0.7454 B. amyloliquefaciens 7 3 28.5433 0.3044 T. harzianum 0 3 23.0000 0.4232 T. harzianum 3 3 24.1667 0.5950 T. harzianum 5 3 28.0200 0.3404 T. harzianum 7 3 27.2400 2.7302 Koktail mikroba 0 3 21.6567 0.9872 Koktail mikroba 3 3 24.0767 0.3970 Koktail mikroba 5 3 26.9167 1.6485 Koktail mikroba 7 3 28.6767 1.3550

Page 82: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

66

Lampiran 6. Analisis regresi kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh B. amyloliquefaciens. SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0.98 R Square 0.95 Adjusted R Square 0.93 Standard Error 0.76 Observations 4.00

ANOVA df SS MS F Significance F

Regression 1.00 22.35 22.35 39.17 0.02 Residual 2.00 1.14 0.57

Total 3.00 23.49

Coefficients

Standard Error t Stat

P-value

Lower 95%

Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 21.52 0.67 32.35 0.00 18.66 24.38 18.66 24.38 inkubasi 0.91 0.15 6.26 0.02 0.29 1.54 0.29 1.54

RESIDUAL OUTPUT

Observation Predicted PRBA Residuals 1.00 21.52 0.43 2.00 24.26 (0.45) 3.00 26.09 (0.60) 4.00 27.92 0.62

Keterangan: PRBA= Kadar protein kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens

Page 83: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

67

Lampiran 7. Analisis regresi kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh T. harzianum. SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0.89 R Square 0.79 Adjusted R Square 0.69 Standard Error 1.34 Observations 4.00

ANOVA

df SS MS F

Significance F

Regression 1.0 13.8 13.8 7.6 0.1 Residual 2.0 3.6 1.8

Total 3.0 17.4

Coefficients

Standard Error t Stat

P-value

Lower 95%

Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 22.9 1.2 19.4 0.0 17.8 28.0 17.8 28.0 inkubasi 0.7 0.3 2.8 0.1 (0.4) 1.8 (0.4) 1.8

RESIDUAL OUTPUT Observation Predicted PRTRI Residuals

1.00 22.9 0.1 2.00 25.1 (0.9) 3.00 26.5 1.5 4.00 27.9 (0.7)

Keterangan: PRTRI= Kadar protein kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum

Page 84: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.

68

Lampiran 8. Analisis regresi kadar protein kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh koktail mikroba. SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0.99 R Square 0.99 Adjusted R Square 0.98 Standard Error 0.42 Observations 4.00

ANOVA df SS MS F Significance F

Regression 1.00 28.43 28.43 159.49 0.01 Residual 2.00 0.36 0.18

Total 3.00 28.78

Coefficients

Standard Error t Stat

P-value

Lower 95%

Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 21.47 0.37 57.73 0.00 19.87 23.07 19.87 23.07 inkubasi 1.03 0.08 12.63 0.01 0.68 1.38 0.68 1.38

Keterangan: PRBATRI= Kadar protein kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba

RESIDUAL OUTPUT Observation Predicted PRBATRI Residuals

1.00 21.47 0.19 2.00 24.56 (0.48) 3.00 26.62 0.30 4.00 28.68 (0.01)

Page 85: EVALUASI FISIKOKIMIA BUNGKIL INTI SAWIT … · Bungkil Inti Sawit TerfermentasiOleh Koktail Mikroba” adalah karya saya dengan ... koloni dan dicatat pada tiap dilusi yang berbeda.