Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

28
Afif Hamka 20.1065 KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Antropologi Budaya kami yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan kepada para pembaca mengenai materi yang akan kami sampaikan selanjutnya. Kami sadar, bahwa pembuatan makalah kami jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar pada pembuatan makalah selanjutnya jauh lebih baik. Sekian sepatah kata dari kami. Apabila ada kesalahan kata dari kami mohon dimaafkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Wassalamualaikum wr.wb Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 1

Transcript of Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Page 1: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ingin

mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Antropologi Budaya kami

yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menambah

wawasan kepada para pembaca mengenai materi yang akan kami sampaikan

selanjutnya.

Kami sadar, bahwa pembuatan makalah kami jauh dari kesempurnaan. Maka

dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar pada pembuatan

makalah selanjutnya jauh lebih baik.

Sekian sepatah kata dari kami. Apabila ada kesalahan kata dari kami mohon

dimaafkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Makassar, 30 Desember 2009

Penyusun

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 1

Page 2: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN …...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………... 2

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………... 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 16

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 2

Page 3: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Barbara F. Grimes (dalam Purwo, 2000) mencatat sebanyak 706 bahasa

daerah yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Di antara 100-an bahasa di

Indonesia itu, hampir separuhnya terdapat di Irian Jaya, yaitu sebanyak 248. Tidak

semua bahasa daerah yang tersebar di nusantara ini memiliki aksara untuk merekam

nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat pemilik bahasa itu. Bahasa daerah yang

memiliki aksara adalah bahasa Jawa, Bali, Sunda, Makassar (Bugis), Batak, dan

Rencong.

Salah satu bahasa daerah yang cukup beruntung adalah bahasa Makassar

(Bugis). Dikatakan cukup beruntung karena bahasa daerah ini memiliki aksara yang

dapat merekam atau mencatat nilai-nilai luhur (indigeneous knowledge) yang disebut

pasang 'pesan-pesan'; panngadakkang (Makassar) atau panngaderreng (Bugis) "adat

istiadat". Hasil catatan atau manuskrip tersebut disebut lontarak. Aksara Makassar

(Bugis) digunakan mencatat manuskrip-manuskrip dikenal dengan sebutan aksara

lontarak. Selain itu, dijumpai pula manuskrip yang ditulis dalam aksara yang dikenal

dengan aksara serang.

Aksara lontarak merupakan lambang identitas daerah dan alat transformasi

nilai-niiai luhur yang sangat berharga (indigenous knowledge). Aksara lontarak

adalah salah satu aset kekayaan budaya yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

objek wisata budaya daerah. Selain itu, dapat menjadi aset dan sumber

pengembangan budaya nasional.

Selanjutnya, sebagai aset kekayaan budaya, tentu saja, perlu diketahui

mengapa dinamai aksara lontarak; dari mana asal usulnya; dan niiai budaya yang

terkandung di dalam lontarak tersebut. Untuk itu, makalah ini berusaha

mengungkapkan hal tersebut seperti dalam uraian berikut.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 3

Page 4: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

BAB II

PEMBAHASAN

1. Mengapa Dinamai Aksara Lontarak?

Dari hasil kajian pustaka diperoleh informasi bahwa naskah kuno Makassar

(Bugis) ada yang ditulis dengan aksara lontarak dan ada yang ditulis dengan aksara

serang. Dinamai aksara lontarak karena memang dulu peristiwa-peristiwa ditulis pada

daun lontar. Frasa daun lontar sepadan dengan raung = daun dan talak = lontar

menjadi rauttalak atau rontalak dalam bahasa Makassar (dari bahasa Jawa atau bahasa

Melayu). Kata rontalak mengalami proses metatesis menjadi lontarak (Basang, 1972:

10; Abidin, 1983: 109; Pelras, 2006: 232), Dalam bahasa Makassar sehari-hari

dikenal dengan sebutan lekok talak.

Selanjutnya, disebut pula sebagai aksara serang (huruf Arab) karena

kesusasteraan Makassar (Bugis) ditulis dalam aksara Arab sebagai pengaruh dari

agama Islam dan kesusasteraan Islam yang datang ke Sulawesi Selatan pada

permulaan abad ke-17 (Mattulada, 1991b: 69). Beliau menduga kata serang itu

berasal dan kata Seram (Palau Seram). Dahulu orang Makassar (Bugis) selalu

berhubungan dengan orang Seram yang Iebih dulu rnenerima agama Islam.

2. Arti Lontarak

Dalam perkembangan selanjutnya, kata lontarak dapat mengandung arti

bermacam-macam sesuai dengan konteks kalimatnya. Manyambeang (1996: 32)

merincinya sebagai berikut.

a. Lontarak dapat berarti aksara, seperti dalam kalimat:

Appilajaraki lontarak.

belajar dia lontarak

(dia belajar huruf lontarak)

b. Lontarak dapat berarti naskah, seperti dalam kalimat;

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 4

Page 5: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

Ciniki ri lontaraka.

'Lihat isi di lontarak' (lihatlah di lontarak)

c. Lontarak dapat berarti buku bacaan, seperti dalam kalimat,

laminne lontarakna I Kukang.

'inilah buku bacaan i Kukang'

(inilah buku bacaan (yang berjudul) i Kukang).

d. Lontarak dapat berarti catatan, seperti dalam kalimat:

Boyai ri lontarak bilanga.

`carilah pada lontarak bilang' (Carilah pada catatan harian)

3. Asal Usul Aksara Lontarak Makassar (Bugis)

Dari hasil penelusuran pustaka yang tersedia dijumpai beberapa pendapat

tentang perkembangan aksara Makassar (Bugis). Pendapat-pendapat tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendapat H. Kern.

H. Kern (1882) berpendapat bahwa aksara Makassar (Bugis) bersumber

dan huruf Sanskrit yang disebut Dewanagari. Aksara Dewanagari dapat dilihat

sebagai berikut:

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 5

Page 6: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

b. Dalam Kamus Linguistik susunan Kridalaksana (1982: xx) ditunjukkan

silsilah aksara yang penting, seperti berikut.

Menggambarkan aksara Palawa sebagai berikut

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 6

Page 7: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

c. Pendapat Matthes dan Raffles.

Holle (1882) mengutip bentuk aksara yang dikemukakan oleh Matthes

dan' Raffles, seperti berikut :

i. Bentuk yang dikemukakan Matthes

ii. Bentuk yang dikemukakan Raffles

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 7

Page 8: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

Bentuk aksara yang dikemukakan, baik Matthes maupun

Raffles biasa juga disebut lontarak kuno atau het oude

Makassaarche letterschrift (Mangemba dan Tenribali (Ed.), 1966:

49). Bentuk lontarak kuno dan lontarak baru dapat dikatakan jauh

berbeda sehingga perlu dipertanyakan apakah lontarak kuno yang

mengalami proses perubahan menjadi lontarak yang digunakan

sekarang.

d. Pendapat Ahli Kebudayaan Bugis Makassar dari Sulawesi Selatan.

Mattulada (dalam Manyambeang, 1996: 29) merasa yakin bahwa

aksara Bugis Makassar berasal dan aksara Dewanagari yang diperbaharui

oleh Daeng Pamatte (syahbandar kerajaan Gowa). Sejalan dengan

pendapat itu, Basang (1972: 11) mengemukakan beberapa persamaan

aksara Dewanegari dengan aksara Makassar, yaitu keduanya huruf

silabis; keduanya menggunakan alat bantu untuk menyatakan bunyi /i, e,

o, dan u/; keduanya ditulis dari kiri ke kanan. Adapun Yatim (1983: 5)

memperhatikan susunan abjadnya. Dia mengakui bahwa pengaturan

abjad lontarak telah sampai kepada kesadaran linguistik yang amat maju

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 8

Page 9: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

dan amat mirip dengan pengaturan abjad Sanskerta, yang membedakan

hanya bentuknya.

Selanjutnya, Mattulada (1991a: 68-9) menjelaskan bahwa terdapat

anggapan di kalangan orang Makassar (Bugis) berkaitan dengan

penciptaan tanda-tanda bunyi yang kemudian disebut aksara lontarak

dilatarbelakangi oleh suatu kepercayaan yang berpangkal pada mitologis

orang Makassar (Bugis) yang memandang alam semesta ini sebagai

bolasuji (Bugis) atau "sulapak appak" (Makassar) yang berarti `segi

empat belah ketupat'. Sarwa alam ini merupakan satu kesatuan yang

dinyatakan dalam simbol S = sa yang berarti seua (tunggal atau esa).

Demikian pula segala tanda bunyi dalam aksara lontarak bersumber dari s

= sa (Museum Nasional, 10/MP/NAS/76: 21; Mattulada, 1991: 4-85).

Simbol “s” ini menyimbolkan mikrokosmos sulapa eppana taue

"segi empat tubuh manusia'. Bagian puncak terletak kepala, tangan kiri,

tangan kanan; dan bagian ujung bawah adalah kaki. Simbol S itu

merupakan pengejawantahan pada bagian kepala yang disebut sawwang

(SW) berarti mulut. Dari mulutlah segala sesuatu dinyatakan yang disebut

sadda (sd) berarti bunyi. Bunyi-bunyi itu disusun sehingga bermakna

yang disebut ada (ad) berarti kata, sabda atau titah.

Segala sesuatu yang meliputi keseluruhan tertib kosmos/sarwa

alam diatur melalui ada (ad). Dengan penambahan artikel definit E

menjadi ada'e (adea) yang menjadi pangkal kata adek (adEE). Adek

adalah sabda (penertib) yang meliputi sarwa alam (5) sehingga disebut

dalam kata-kata hikmat pasang sebagai berikut.

sd mpbti adE adE mpbti gau gau mpbti tau

sadda mappabbatik ada ada mappabbatik gauk

gauk mappabbatik tau

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 9

Page 10: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

Artinya:

Bunyi mewujudkan kata

Kata mewujudkan perbuatan

Pperbuatan mewujudkan manusia

Konsep sulapak appak inilah dapat dibentuk aksara lontarak yang

biasa disebut urupu sulapak appak seperti berikut.

Pendapat lain yang bersumber dari Lontarak Patturioloanga ri

Tugowaya, seperti yang disinyalir (Manyambaeng, 1996; Basang, 1972) yang

berbunyi sebagai berikut.

aiyp aen krea auru aperki rp bicr timu timu ri buduk.

sbnrn mien kreaG nikn dea pmet. aiy sbnr, ay tumaill, aiytomi dea pmet aperki

Iotr mksr.

...iapa anne karaeng uru apparek rapang bicara, timu-timu ri bunduka.

sabannarakna minne karaenga nikana Daeng Pamatte. la sabannarak, la

Tumailalang, iatommi Daeng Pamatte ampareki lontarak Mangkasarak.

(.. dialah raja yang mula-mula membuat peraturan, hukum dalam perang.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 10

Page 11: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

Syahbandar raja inilah yang disebut Daeng Pamatte. Dia syahbandar, dia juga

Tumailalang, dia jugalah Daeng Pamatte yang membuat lontarak Makassar)

.

Dalam lontarak di atas terdapat kata ampareki yang dapat berarti

`membuat atau menciptakan', `menjadikan atau menyederhanakan'. Jadi,

apabila kata ampareki diartikan menciptakan/membuat, dapatlah diartikan

membuat sesuatu dari yang belum ada menjadi ada. Dengan demikian, dapat

diasumsikan bahwa aksara Makassar baru itu diciptakan oleh Daeng Pamatte

yang diilhami oleh pandangan hidup orang Makassar (Bugis) sendiri, yaitu

sulapak appak.

Sebaliknya, jika kata ampareki diartikan `menyederhanakan atau

memodifikasi', dapat diasumsikan bahwa Daeng Pamatte menyederhanakan

atau memodifikasi dari bentuk aksara yang sudah ada sebelumnya (aksara

Sanskrit/Dewanagari, huruf Pallawa, dan bentuk aksara yang dikemukakan

Matthes atau Raffles) menjadi aksara lontarak baru yang ada sekarang.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Pelras (2006: 230) dan H. Kern

(dalam Manyambeang 1996: 3) beranggapan bahwa lontarak di Sulawesi

Selatan ada persamaan dengan aksara yang ada di Sumatera, seperti aksara

Lampung, Rejang, Batak, dan Pasemah. Berdasarkan informasi ini dapat

diasumsikan bahwa ada kemungkinan aksara Makassar baru merupakan hasil

penyederhanaan atau modifikasi dari aksara tersebut yang dilakukan oleh

Daeng Pamatte. Bila dilihat sepintas lalu, aksara Batak, aksara Makassar, dan

aksara rencong hampir serupa. Bahkan kadang-kadang agak sulit dibedakan

ketiga bentuk aksara tersebut.

Di dalam buku Sejarah Melayu disebutkan tentang peperangan raja

Mangkasara yang bernama Samarluki (Saman Rukka) ke Malaka dan daerah

jajahannya, termasuk Batak. Peristiwa ini diceriterakan berlangsung pada

masa pemerintahan Sultan Mansur Shah sekitar tahun 1440. Walaupun ia

dapat dipukul mundur oleh tentara Melayu, ia berhasil membawa harta

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 11

Page 12: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

rampasan, baik berupa barang maupun tawanan perang (Brown dalam Reid,

2004: 147; Museum nasional, 10/MP/NAS/76: 24).

Tidak tertutup kemungkinan di antara para tawanan itu terdapat orang-

orang Batak yang terampil menulis dan membaca tulisan Batak. Dari

merekalah orang Makassar belajar tulisan Batak tersebut. Selanjutnya, mereka

meniru atau menyederhanakan huruf Batak itu sehingga berwujud tulisan

Makassar sekarang.

e. Nilai Budaya dalam Lontarak: Perspektif Antropolinguistik

Sistem nilai atau nilai-nilai dalam masyarakat merupakan suatu konsep

abstrak mengenai apa yang buruk dan apa yang balk. Pepper (dalam

Djajasudarma 1997: 12) menjelaskan bahwa batasan nilai mengacu pada

minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban, agama, kebutuhan, keamanan,

hasrat, keengganan, atraksi, perasaan, dan orientasi seleksinya. Oleh karena

itu, segala sesuatu yang baik dan buruk dapat disebut sebagai nilai. Nilai

budaya ini diasosiasikan secara turun-temurun dari generasi yang satu ke

generasi yang lain. la dianggap sebagai pedoman manusia dalam bertingkah

laku dalam sistem sosialnya. Jadi, sistem nilai dapat dikatakan sebagai norma

standar dalam kehidupan bermasyarakat. Djajasudarma. dkk. (1997: 13)

mengemukakan bahwa sistem nilai begitu kuat, meresap, dan berakar di dalam

jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu singkat.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sumardjo (dalam Oktavianus 2006: 117)

menyatakan sebagai berikut:

Filsafat orang Indonesia termasuk nilai budaya tersimpan di batik

pepatah-petitih, di batik rumah-rumah adat, di batik upacara-upacara adat, di

batik mitos-mitos tua, di balik ragam hias pakaian yang mereka kenakan, di

batik tarian mereka, di balik musik yang mereka mainkan, di balik

persenjataan, dan balik sistem pengaturan sosialnya.

Dari pernyataan di atas, bahasa melalui pepatah-petitih merupakan

medium untuk menampilkan makna budaya yang di dalamnya terkandung

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 12

Page 13: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

nilai (value). Peribahasa merupakan bagian dari komunikasi sistem budaya

(Dundes dan Arewa dalam Oktavianus, 2006: 117). Sepadan dengan pendapat

itu, Duranti (1997: 25; Foley, 1997: 16) menjelaskan bahwa bahasa

mengategorisasi realitas budaya. Bahasa menampakkan sistem klasifikasi

yang dapat digunakan untuk menelusuri praktek-praktek budaya dalam suatu

masyarakat. Model-model budaya yang dimaksud di sini mencakup mentalitas

kerja, sikap, perilaku, etika, dan moral. Berikut ini diberikan beberapa contoh

pepatah atau kelong yang mengandung model budaya yang dimaksud.

Motivasi Berusaha dan Bekerja

Untuk memenuhi kebutuhannya manusia diisyaratkan rajin berusaha.

Kelong berikut mengandung makna yang mencerminkan motivasi

berusaha sebagai salah satu praktek budaya dan paling tidak merupakan

cerminan realitas sebagaimana dijelaskan Duranti di atas.

puun kutuai tauw punna kuttui taua

neta sulu soGon natea suluk songokna

tean todo taena todong

titi soGo Inty titti songok la natayang.

Terjemahan: Kalau orang malas

Tidak mau keluar keringatnya Tidak ada juga

Tetes keringat yang ditunggu.

Kelong di atas mencerminkan bahwa kalau orang malas bekerja,

tentu saja, tidak ada hasil yang akan diperoleh. Kelong ini sepadan dengan

ungkapan dalam bahasa Indonesia "Siapa yang menanam, dia akan

menuai".

Rasa Solidaritas

Solidaritas merupakan integrasi sosial yang didasarkan kepada

interdependensi okupansional, persamaan-persamaan, dan bahkan juga

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 13

Page 14: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

pada perbedaan-perbedaan komplementer (Soekanto dalam Oktavinus,

2006: 119). Integrasi sosial dapat diartikan sebagai kesetiakawanan,

kebersamaan, dan kekompakan dalam menghadapi suka duka.

meaki kismturu maekik kissamaturuk

kiemet bulo sibt kirnmenteng bulo sibatang

nmtumtu nakmatu.-matu

bett aGod del baieta anngondang dallek

Terjemahan: Mari kita bersama-sama Berdiri sebatang bamboo

Supaya berguna

Cara kita mencari rezki.

Kelong tersebut mencerminkan bahwa dalam mengerjakan

suatu pekerjaan, sebaiknya kita mengadakan kerja sama dengan orang

lain agar pekerjaan itu cepat selesai dan berhasil.

Etika, Moral, dan Sopan Santun

Etika falsafah atau hukum membedakan hal yang baik dan

yang buruk dalam kelakuan manusia, sedangkan moral adalah ukuran

baik buruknya tingkah laku yang menyangkut pengontrolan diri,

keyakinan diri, dan kedisiplinan tindakan (Dreyer dalam Oktavianus,

2006: 124). Adapun kesopanan yang terkandung dalam bahasa

mencerminkan tingginya peradaban suatu bangsa atau tingginya

martabat seseorang (Poedjosoedarmo, 2001: 186). Hal tersebut dapat

dilihat dalam ungkapan berikut.

nikny sulp apn tauw aiymitu niy sirin niy pecn niy pGlin n niy

pGdkn nikanaya sulapak appakna tau, iamintu niak sirikna,

niak paccena.

niak panngalikna, na niak panngadakkanna.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 14

Page 15: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

Terjemahan: Yang disebut kesegiempatan manusia ialah

manusia yang memiliki harga diri, memiliki rasa

kesetiakawanan, menghargai orang lain, dan memiliki sifat

sopan santun.

Dalam ungkapan di atas tercermin konsep sipakatau `sating

menghargai', konsep sirik 'harga diri', konsep pacce 'kesetiakawanan',

konsep panngalik 'perasaan hormat', dan konsep panngadakkang 'adat-

istiadat/sopan santun'. Konsep sipakatau `sating rnenghargai' menjadi

inti atau pangkal dalam interaksi sosial sesuai dengan nilai-nilai positif

yang ada dalam budaya Makassar. Konsep sink `harga diri adalah

suasana hati dalam masyarakat, bukan semata-mata sebagai

"pertahanan martabat diri" yang ditimbulkan secara emosional dari

simultan nilai-nilai khusus. Konsep pacce `solidaritas' adalah iba hati

melihat sesama warga yang mengalami penderitaan atau tekanan batin

atas perbuatan orang lain atau sejenisnya.

Kedua konsep ini merupakan sikap moral yang menjaga

stabilitas dan berdimensi harmonis agar tatanan sosial atau adat

istiadat berjalan secara dinamis (Hamid, 2003: xii). Konsep panngalik

'perasaan hormat adalan rasa hormat kepada seseorang atau sesuatu

yang dianggap bersih dalam arti luas. Konsep panngadakkang 'adat-

istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial dalam masyarakat yang

bermaksud mengatur tata tertib masyarakat (Wahid, 1992: 89). Jika

seseorang berhasrat akan melakukan sesuatu, segala rencana terpuiang

pada adat.

Adatlah yang merupakan penentu patut tidaknya sesuatu yang

akan dilakukan. Keputusan yang diputuskan sesuai dengan proses adat,

maka semua pihak dapat menerimanya, sebagaimana terungkap dalam

ungkapan "punna panngadakkang taena erokku, taena kulleku" `jika

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 15

Page 16: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

sudah menyakut ketentuan yang sudah diadatkan, tidak berlaku

kemampuanku'.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 16

Page 17: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

PENUTUP

Lontarak merupakan lambang identitas daerah, mengandung nilai-nilai luhur

yang sangat berharga. Lontarak merupakan salah satu aset kekayaan budaya daerah

yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata budaya.

Berkaitan dengan asal usul lontarak Makassar terdapat beberapa pendapat

yang berbeda. Oleh krena itu, disarankan perlu kajian yang lebih akurat sehingga

diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 17

Page 18: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. Zainal. 1983. Persepsi Orang Bugis, Makassar tentang Hukum. Negata

dan Dunia luar. Bandung: Penerbit Alumni.

Basang, Djirong. 1972. Fonemik Bahasa Makassar. Ujung Pandang: Lembaga

Bahasa Nasional Cabang 111

Djajasudarma T. Fatimah, dkk. 1997. Nilai Budaya dalam Ungkapan dan

Peribahasa Sunda. Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Departemen

Pendidikan dan kebudayaan.

Duranti, Aessaridro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge

University Press.

Foley, Wilham A. 1997. Anthropology Linguistics: An Introduction. New York:

Blackwell.

Hamid, Abu. 2003. "Sid' Butuh Revitalisasi'. Dalam Mustafa. dkk.,.(Eu.) Sini dan

Passe: Harga Did Orang Bugis. Makassar, Mandar dan Toraja. Makassar: Pustaka

Refleks.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamaus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Maknun, Tadjuddin, 1991. "Beberapa Catatan tentang Perkembangan Aksara

Makassar". Makalah Disajikan pada Seminar Sehari dalam Rangka Dies Natalis

ke-32 Fak. Sastra Unhas, 9-11-1991.

2007. "Menyempurnakan Aksara Lontarak untuk Memudahkan Pemahaman

Kandungan Lontarak". Makalah Disajikan pada Kongres Internasional Bahasa-

bahasa Daerah se-Sulawesi Selatan pada 22-25 Juli 2007 di Hotel Clarion

Makassar.

Manyambeang, Kadir. 1996. "Lontaraq Riwayaqna tuanta salamaka ri Gowa:

Suatu Analisis Linguistik Filologis". Disertasi Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 18

Page 19: Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan

Afif Hamka20.1065

Mattulada. 1991a. "Manusia dan Kebudayaan Bugis-Makassar dan Kaili di

Sulawesi. Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya Indonesia No. 43 Th. XV

Januari-April 1991.

1991b. Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah. Ujung Pandang:

Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin.

Museum Nasional. 1976. "Mengenal Aneka Ragam Tulisan Daerah di Indonesia".

Jakarta: Direktorat Museum, Ditjen Kebudayaan Depdikbud No. 10/MP/NAS/76.

Oktavianus. 2006. "Nilai Budaya dalam ungkapan Minangkabau: Sebuah Kajian

dari Perspektif Antropologi Linguistik". Jurnal Linguistik Indonesia Tahun ke-24,

Nomor 1. Jakarta: MLI bekerja sama dengan Obor Indonesia.

Pelras, Christian. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar.

Poedjosoedarmo, Soepomo. 2001. Filsafat Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah

University Press.

Reid, Anthony. 2004. Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.

Wahid, Sugira. 1992. "Metafora Bahasa Makassar". Disertasi Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Yatim, Nurdin. 1983. "Subsistem Honorofik Bahasa Makassar: Sebuah Analisis

Sosiolinguistik". Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi,. Direktorat Pembinaan Penelitian, dan Pengembangan dalam

Masyarakat.

Aksara Lontara Kebudayaan Asli Sulawesi Selatan 19