Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

28
Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara Salah satu fungsi sejarah adalah untuk memberikan identitas pada masyarakatnya. Kisah sejarah di anggap perlu untuk menunjukkan jati diri, untuk membedakan dengan masyarakat lain. Kisah sejarah juga di anggap perlu sebagai pengalaman kolektif bersama di masa lampau, bahkan sering kali garis keturunan yang sama sehingga dapat mempererat rasa solidaritas diantara anggota masyarakat secara turun- temurun. Oleh karena itu, suatu kisah masyarakat dapat menjelaskan keberadaan suatu kolektif baik pada masyarakat sebelum maupun sesudah mengenal tulisan. Tradisi sejarah terbagi dalam 2 masa, yaitu Masa Praaksara dan Masa Aksara. Kehidupan masyarakat manusia sebelum mengenal tulisan disebut dengan kehidupan masyarakat Indonesia zaman prasejarah. Manusia yang hidup pada zaman prasejarah belum mengenal tulisan. Akibatnya, generasi selanjutnya serta para peneliti tidak mungkin menemukan adanya bukti-bukti tertulis mengenai kehidupan mereka. Para ahli, misalnya mencoba mengamati secara seksama benda-benda itu dengan cara merekontruksinya. Namun, bukan berarti para ahli tidak memberi sumbangan apa- apa. Bagaimanapun juga mereka telah berusaha agar hasil penelitian mereka bisa sedekat mungkin menggambarkan kehidupan manusia pada masa itu. Dan memang, benda-benda itu yang merupakan satu-satunya bukti yang bisa diteliti. Secara khusus dalam kehidupan bersama sebagai bangsa, ada dua aspek utama dari peninggalan masa lalu yang tidak boleh dilupakan. Pertama, peninggalan masa lalu yang bersifat material yaitu segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Kedua, peninggalan masa lalu yang bersifat nonmaterial yaitu terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur, misalnya pandangan falsafah hidup, cita- cita, etos, nilai, norma dan lain-lain. Kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan.

Transcript of Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Page 1: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Salah satu fungsi sejarah adalah untuk memberikan identitas pada masyarakatnya. Kisah sejarah di anggap perlu untuk menunjukkan jati diri, untuk membedakan dengan masyarakat lain. Kisah sejarah juga di anggap perlu sebagai pengalaman kolektif bersama di masa lampau, bahkan sering kali garis keturunan yang sama sehingga dapat mempererat rasa solidaritas diantara anggota masyarakat secara turun-temurun.

Oleh karena itu, suatu kisah masyarakat dapat menjelaskan keberadaan suatu kolektif baik pada masyarakat sebelum maupun sesudah mengenal tulisan. Tradisi sejarah terbagi dalam 2 masa, yaitu Masa Praaksara dan Masa Aksara. Kehidupan masyarakat manusia sebelum mengenal tulisan disebut dengan kehidupan masyarakat Indonesia zaman prasejarah. Manusia yang hidup pada zaman prasejarah belum mengenal tulisan. Akibatnya, generasi selanjutnya serta para peneliti tidak mungkin menemukan adanya bukti-bukti tertulis mengenai kehidupan mereka. Para ahli, misalnya mencoba mengamati secara seksama benda-benda itu dengan cara merekontruksinya.

Namun, bukan berarti para ahli tidak memberi sumbangan apa-apa. Bagaimanapun juga mereka telah berusaha agar hasil penelitian mereka bisa sedekat mungkin menggambarkan kehidupan manusia pada masa itu. Dan memang, benda-benda itu yang merupakan satu-satunya bukti yang bisa diteliti. Secara khusus dalam kehidupan bersama sebagai bangsa, ada dua aspek utama dari peninggalan masa lalu yang tidak boleh dilupakan. Pertama, peninggalan masa lalu yang bersifat material yaitu segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Kedua, peninggalan masa lalu yang bersifat nonmaterial yaitu terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur, misalnya pandangan falsafah hidup, cita-cita, etos, nilai, norma dan lain-lain. Kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan.

Benda-benda material yang diciptakan merupakan cerminan atau pantulan konkret dari pandangan, etos atau cita-cita hidup suatu bangsa. Dengan kata lain, apa yang dihasilkan merupakan wujud dari apa yang dipikirkan. Setiap bangsa mempunyai cara sendiri-sendiri untuk membuat dua aspek kebudayaan ini tidak dilupakan. Istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi disebut sosialisasi.Perkembangan teknologi cetak, computer dan komunikasi dewasa ini memungkinkan untuk mengarsip peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk bisa diolah kembali oleh generasi yang akan dating. Dengan demikian, yang diwariskan tidak hanya benda-benda material, tetapi juga benda-benda nonmaterial. Namun, perkembangan ini tidak terjadi pada masyarakat sebelum mengenal tulisan. Kebudayaan mereka hanya diwariskan secara lisan dan melalui benda-benda kebudayaan. Ada beberapa cara untuk mewariskan masa lalu pada masyarakat ini diantaranya:1. Melalui Keluarga2. Melalui Masyarakat

a. Melalui Keluarga

Page 2: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Keluarga merupakan dunia social yang pertama sekaligus yang paling berkesinambungan bagi seseorang. Pewarisan oleh keluarga dilakukan bertahap, mulai dari yang sederhana dan mudah dipahami menuju ke sesuatu yang kompleks atau rumit. Yang diwariskan adalah kebudayaan material dan kebudayaan nonmaterial. Namun yang sering menjadi pokok perhatian keluarga adalah kebudayaan nonmaterial seperti pengetahuan dan kepercayaan, nilai, norma, bahasa dan cerita dongeng.

Nilai mengacu pada gagasan abstrak mengenai apa yang dianggap masyarakat baik, benar dan diinginkan. Norma adalah perwujudan konkret dari nilai-nilai. Ada dua cara bersosialisasi dalam keluarga pada masyarakat sebelum mengenal tulisan, yaitu:- Adat-istiadat setiap keluarga memiliki adat-istiadat atau kebiasaan. Tradisi dan kebiasaan tersebut diwariskan kepada seorang anak melalui sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.- Cerita dongeng cerita dongeng juga salah satu cara untuk mewariskan masa lalu. Pada cerita dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai sesuatu yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu dipandang tidak baik dan tidak boleh dilakukan.

b. Melalui Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah, identitas dan berinteraksi dalam suatu hubungan social yang terstruktur. Hal ini disebabkan karena tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa orang lain. Masing-masing masyarakat memiliki adat-istiadat yang berbeda satu sama lain. Penyimpangan akan membuat seseorang disisihkan dari lingkungan masyarakat. Sementara itu, masyarakat tidak pernah lepas dari masa lalunya.

Unsur-unsur Peradaban Masyarakat Indonesia

Berdasarkan penelitian seorang sarjana Perancis yang bernama Coedes dalam bidang peradaban masyarakat Indonesia sebelum pengaruh Hindu-Buddha terdapat 10 unsur peradaban yang dimiliki di antaranya:1. Memelihara ternak (sapi, unggas, dan lain-lain)2. Mengenal keterampilan teknik undagi (perundagian)3. Mengenal pengetahuan pelayaran di samudera luas4. Sistem kekerabatan matrilineal5. Kepercayaan animisme, dinamisme, dan pemujaan roh leluhur6. Mengenal organisasi pembagian air untuk pertanian (irigasi)7. Kepandaian membuat barang-barang dari tanah liat seperti gerabah atau tembikar8. Kepercayaan kepada penguasa gunung9. Cara pemakaman pada dolmen atau kubur batu10. Mitologi pertentangan antara dua unsur kosmo

Sedangkan sarjana purbakala Dr. Brandes menyatakan bahwa menjelang masuknya pengaruhHindu-Budha atau menjelang kehidupan masyarakat Indonesia mengenal tulisan, telahmemiliki 10 unsur pokok kebudayaan asli Indonesia, yaitu :

Page 3: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

1. Bercocok tanam padi( bersawah)2. Mengenal prinsip dasar permainan wayang, dengan maksud untuk mendatangkanroh nenek moyang.3. Mengenal seni gamelan yang terbuat dari perunggu4. Pandai membatik (tulisan hias)5. Pola susunan masyarakat macapat, susunan suatu ibukota selalu terdapat tanahlapang atau alun-alun yang dikelilingi oleh istana (keraton), bangunan tempatpemujaan atau upacara agama. Sebuah pasar dan sebuah rumah penjara6. Telah mengenal alat tukar dalam perdagangan7. Membuat barang-barang dari logam, terutama perunggu8. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelayaran (sebagai bangsa bahari)9. Mengenal pengetahuan astronomi10.Susunan masyarakat yang teraturJadi, berdasarkan sisa-sisa peninggalan yang ditemukan maka dapat diungkapkan bahwakehidupan masyarakat nenek moyang Indonesia pada zaman sebelum masuknya pengaruhHindu-Budha telah memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi.

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum Mengenal TulisanBeberapa unsur-unsur kebudayaan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan atausebelum pengaruh Hindu-Budha, antara lain :

a. Sistem KepercayaanSistem kepercayaan dalam masyarakat Indonesia diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini dibuktikan dengan penemuan lukisan-lukisan pada dinding-dinding goa di Sulawesi Selatan. Lukisan itu berbentuk cap tangan merah dengan jari-jari yang direntangkan. Lukisan itu diartikan sebagai sumber kekuatan atau symbol jari tidak lengkap yang merupakan tanda berkabung danpenghormatan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang ini terus berkembang pada masa bercocok tanam hingga masa perundagian. Hal ini tampak dari makin kompleksnya bentuk upacara-upacara penghormatan, sesaji, dan penguburan.selain penghormatan terhadap roh nenek moyang, ada juga kepercayaanterhadap kekuatan alam,.Adanya kepercayaan semacam ini antara lain terungkap dengan adanya bangunan megalithikum yang dianggap memiliki kekuatan, misalnya sarkofagus. Corak kepercayaan seperti ini dinamakan dinamisme. Corak kepercayaan ini mengakibatkan adanya kepercayaan yang bercorak animisme, yang dianggapunsur-unsur utama alam menyerupai roh.

b. Sistem KemasyarakatanKetika manusia hidup bercocok tanam dan jumlahnya bertambah besar, system kemasyarakatan mulai tumbuh. Gotong royong dirasakan sebagai kewajiban yang mendasar dalam menjalani kegiatan hidup, seperti menebang hutan, menangkap ikan, menebar benih, dan lain-lain. Demi menjaga hidup bersama yang harmonis, manusia menyadari perlunya aturan-aturan yang perlu disepakati bersama. Agar aturan ini ditaati, ditentukan seorang pemimpin yang bertugas menjamin terlaksananya kepentingan bersama. Sistem kemasyarakatan terus berkembang khususnya pada masa perundagian.

Page 4: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Pada masa ini sistem kemasyarakatan menjadi lebih kompleks. Masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Uniknya tugas yang ditangani membuat masing-masing kelompok memiliki aturan sendiri. Meskipun demikian, tetap ada aturan umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok.

c. PertanianSistem persawahan mulai dikenal bangsa Indonesia sejak zaman neoltikum, yakni sejak manusia menetap secara permanen. Perkiraan ini sangat logis mengingat proses bersawah yang cukup lama mengharuskan manusia menetap di suatu tempat dengan waktu relatif lama. Kehidupan gotong royong teraktualisasikan dalam system persawahan ini. Semangat gotong royong dalam sistem persawahan terlihat dalam tata pengaturan air dan tanggul. Pada masa perundagian, kemampuan bersawah semakin berkembang mengingat sudah adanya spesialisasi pekerjaan dalam masyarakat.

d. Kemampuan BerlayarKemampuan berlayar sudah dialami cukup lama oleh bangsa Indonesia. Kemamapuan berlayar ini terus berkembang di tanah yang baru, mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Kemampuan berlayar ini selanjutnya menjadi dasar dari kemampuan berdagang, itulah sebabnya, sejak awal masehi, bangsa Indonesia sudah mulai berkiprah dalam jalur pelayaran perdagangan internasional.

e. Ilmu PengetahuanSebelum pengaruh Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga mengenal ilmu astronomi (ilmu perbintangan) sebagai petunjuk arah dalam pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, mereka telah dapat mengetahui secara teratur waktu bercocok tanam, panen, atau saat yang tepat untuk berlayar dan menangkap ikan.

f. Organisasi SosialSebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa kelompok masyarakatnya. Hubungan masyarakat dalam suatu kelompok sukunya sangat erat. Pola kerjasama dalam hidup bergotong royong dalam suatu kelompok suku sudah terjalin dengan baik.

g. TeknologiSejak masa prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal teknik pengecoran logam. Masyarakat juga telah mengenal teknik pembuatan perahu bercadik. Pembuatan perahu bercadik ini sesuai dengan kondisi alam Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh lautan. Perahu bercadik itu dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan sarana dalam perdagangan.

h. Sistem EkonomiMasyarakat pada setiap daerah tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Untuk itu, mereka menjadi hubungan perdagangan dengan daerah-daerah lainnya. Hubungan perdagangan yang mereka kenal pada saat itu adalah sistem barter, yaitu

Page 5: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

pertukaran barang dengan barang.

i. KesenianMasyarakat prasejarah telah mengenal kesenian sebagai hiburan untuk mengisi waktu senggang. Waktu senggang itulah yang mereka pergunakan untuk mewujudkan dan menyalurkan jiwa seni mereka seperti seni membuat batik, seni membuat gamelan, seni wayang dan lain-lain. Namun, seni wayang biasanya dipertunjukan setelah panendengan lakon cerita tentang kehidupan alam sekitar mereka.

A. Masa Pra Aksara

Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan (illiterate), pewarisan ingatan tentang peristiwa masa lampau dilakukan melalui tradisi lisan dari generasi ke generasi. Setiap generasi biasanya, selain mewarisi ingatan masa lampau dari generasi sebelumnya, juga mewariskan pengetahuan tersebut kepada generasi berikutnya. Tradisi lisan dapat dianggap sebagai sebuah kesaksian sejarah yang sangat berguna bagi penulisan sejarah. Sering kali sebuah tradisi lisan mengisahkan pengalaman masa lampau jauh ke belakang di mulai sejak adanya manusia pertama sampai terciptanya suatu kolektif yang di kenal sebagai masyarakat ataupun suku bangsa. Tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau. Tradisi lisan juga mengandung kejadian nilai-nilai, moral, keagamaan, adat-istiadat, cerita-cerita khayal, peribahasa, nyanyian, mantra dan sebagainya.

Karya dalam tradisi lisan biasanya dikenal sebagai bagian folklor. Pengungkapan tradisi lisan sering kali digunakan secara lugas dalam bentuk pepatah, tembang, mitos, legenda, dongeng dan diwariskan sebagai milik bersama serta sebagai simbol identitas bersama.Tradisi lisan dalam bentuk mitos, legenda atau dongeng melukiskan kondisi fakta mental (mentifact) dari masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan sebagai ingatan kolektif sering kali disalin dalam bentuk tulisan. Selanjutnya kalian dapat memahami tradisi masyarakat sebelum mengenal tulisan (pra aksara) hingga mengenal aksara (masa aksara) melalui tulisan berikut ini yang dimulai dari Folklor.

b. Masa Aksara.

a. Munculnya Tradisi Tulisan di IndonesiaSebuah naskah kuno yang dapat menghubungkan antara tradisi lisan dengan tradisi tulisan adalah tentang asal-usul abjad Jawa yang lebih dikenal dengan Legenda Aji Saka. Beberapa ahli memiliki kesimpulan yang hampir sama, bahwa legenda Aji Saka ini memiliki hubungan dengan penggunaan kalender Saka yang digunakan di Jawa sebelum kalender Islam dan kalender Jawa diperkenalkan oleh Sultan Agung pada tahun 1633 M. Prasasti tertua yang ditemukan di Nusantara berasal dari abad ke -5 masehi, tarumanegara. Namun, keduanya masih menggunakan bahasa sansakerta dan huruf pallawa. Prasasti dinoyo dari Malang Jawa Timur yang berangka tahun 760 masehi. Sedangkan kitab sastra kakawin Ramayana yang merupakan epos tertua menurut Stutterheim baru ditulis akhir abad ke-9 Masehi.

Page 6: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

b. Rekaman Tertulis Dalam Tradisi Sejarah Masyarakat Berbagai Daerah diIndonesia.

Cerita-cerita dari berbagai daerah dapat memberi petunjuk ke arah fakta-fakta sejarah dari suatu suku bangsa. Setelah suku bangsa yang bersangkutan mengenal tulisan tradisional dan mempunyai suatu kesusastraan tradisional, maka petunjuk ke arah fakta-fakta sejarah itu semakin banyak dan semakin jelas. Terdapat ribuan naskah-naskah hasil karya kesusastraan tradisional yang sampai pada kita sekarang. Naskah – naskah yang banyak dikenal dalam tradisi tulis berupa : kakawin, serat, babad, piwulang, primbon, suluk, tembang, dongeng, dan sebagainya. Karya-karya itu menurut James Dananjaya dapat digolongkan sebagai folklor yang dapat digunakan sebagai sumber penulisan sejarah.

1. Prasasti.

Prasasti merupakan peninggalan tertulis yang dipahatkan pada batu ataulogam. Ada sekitar 3000 prasasti telah ditemukan yang berasal dari zaman Indonesia klasik. Prasasti merupakan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh raja atau pejabat tinggi kerajaan. Prasasti-prasasti ini pada umumnya mempunyai bentuk dan susunan yang hampir serupa, yaitu :diawali dengan uraian pembebasan tanah disertai dengan angka tahun, batas serta ukuran tanah yang dibebaskan, daftar orang-orang yang diserahi melaksanakan tugas, hadiah-hadiah yang disediakan untuk keselamatan, selanjutnya upacara-upacara yang dilakukan dan akhirnya kutukan-kutukan terhadap mereka yang tidak mentaati apa yang ditetapkan oleh raja. Pada abad ke-4 sampai dengan ke-8 prasasti di Nusantara menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansakerta, prasasti-prasasti tersebut biasa ditulis dalam bentuk syair dengan menggunakan kaidah-kaidah dari India. Prasasti-prasasti yupa yang dikeluarkan oleh raja mulawarman di Kutai, kalimantan timur, menunjukan proses penghinduan. Akan tetapi, di Sumatra prasasti-prasasti Sriwijaya sudah ditulis dengan bahasa melayu kuno. Huruf pallawa di Indonesia berubah menjadi huruf Kawi (Jawa kuno).bentuk huruf atau simbol-simbol yang digunakan dalam huruf Kawi merupakan bentuk khas Jawa.

Pada umumnya prasasti berisi tentang :- Penghormatan kepada dewa.- Angka tahun dan penanggalan.- Menyebut nama raja.- Perintah kepada pegawai tinggi.- Penetapan daerah sima (daerah bebas pajak).- Sambhada (sebab musabab suatu daerah dijadikan daerah sima).- Para saksi.- Desa perbatasan daerah sima (wanua tpisring)- Hadiah yang diberikan dari daerah sima kepada raja, pendeta, dan para saksi.- Jalannya upacara.- Tontonan yang diadakan.- Kutukan atau sumpah serapah kepada yang melanggar peraturan.

Page 7: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Berdasarkan bahasa dan tulisan yang dipergunakan, prasasti di Indonesia dapatdibagi sebagai berikut:

a. Prasasti berbahasa Sansekerta.Prasasti yang menggunkan bahasa sansekerta. Digunakan oleh kerjaan dariabad ke-5 sampai ke-9.Menggunakan tiga jenis huruf, yaitu:1) Huruf Pallawa.2) Huruf Pra – Nagari atau huruf Siddham.3) Huruf Jawa kuno (kawi)b. Prasasti berbahasa Jawa Kuno.Prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Dipakai pada abad ke 10.Menggunakan dua jenis huruf, yaitu:1) Huruf Jawa kuno.2) Huruf Pra – Nagari (Siddham).c. Prasasti berbahasa Melayu Kuno.Prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.d. Prasasti berbahasa Bali Kuno.Prasasti yang menggunakan bahasa Bali Kuno, merupakan peninggalan.

2. Kitab Kuno

Kitab merupakan sebuah karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk menyingkap suatu peristiwa sejarah. Kerajaan-kerajaan besar di masa lampau memberikan kedudukan yang istimewa kepada para pujangga. Namun tulisan-tulisan para pujangga itu tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan, sehingga tulisan itu seringkali tidak netral. Kitab Kuno di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Zaman Hindu-Budha dan Zaman Islam

1) Zaman Hindu – Budha.Pada zaman kerajaan Hindu – Budha berkembang di Indonesia, kesusastraandi bagi menjadi:- Zaman Mataram (abad ke – 9 dan ke – 10).- Zaman Kediri (abad ke – 11 dan ke – 12).- Zaman Majapahit I (abad ke – 14), dengan bahasa jawa kuno.- Zaman Majapahit II (abad ke – 15 dan ke – 16), dengan bahasa Jawa Tengahan. Sebagian berkembang di Bali.Hasil – hasil kesustraan zaman Indonesia klasik ditulis dalam bentuk gancaran(prosa) dan tembang (syair).

2) Zaman IslamKesusastran zaman Islam banyak berkembang di daerah Selat Malaka danJawa. Beberapa contoh Kitab Kuno Zaman Islam diantaranya, yaitu :Hikayat. Karya sastra yang isinya beraneka ragam. Pada hakekatnya Hikayat adalah cerita dongeng belaka. Banyak bersifat supranatural, seperti : Hikayat Raja Pasai dan Hikayat Silsilah Perak.

Page 8: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Babad, diantara beberapa Kitab Kuno yang dapat dikatakan sebagai Babadyaitu :

- Hikayat Raja PasaiMelihat isinya kitab ini digolongkan sebagai Babad karena kitab inidimaksudkan sebagai sejarah tradisional. Kitab ini berisi tentang sejarahKerajaan Pasai dari awal berdiri hingga ditaklukkan Kerajaan Majapahit.

- Sejarah Melayu.Kitab ini ditulis Bendhara Tun Muhammad, Patih Kerajaan Johar, atas perintah dari Raja Abdullah. Kitab ini dimaksudkan untuk sejarah.

- Hikayat Hasanuddin.Hikayat ini disebut juga Daftar Sejarah Cirebon dan Kitab Silsilah SegalaMaulana di tanah Jawa. Kitab ini merupakan saduran dari Kitab BantenRante-rante mengisahkan Parawali di Jawa serta keturunan mereka.

c. Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia.

Historiografi (penulisan sejarah) Indonesia dibagi dalam tiga jenis, antara lain sebagaiberikut.Historiografi Tradisional1) Historiografi Tradisional KunoHistoriografi tradisional kuno mempunyai cirri-ciri sebagai berikuta) Merupakan hasil terjemahan kebudayaan Hindub) Bersifat religiomagisc) Bersifat keraton sentriesd) Untuk menaikkan martabat kasta brahmana2) Historiografi Tradisional TengahHistiriografi tradisional tengah mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.a) Peristiwa terjadi di luar keratonb) Bersifat etnosentris, berbentuk khas Jawac) Bersifat naratif konsepsionald) Bersifat nonofficial3) Historiografi Tradisional BaruHistoriografi tradisional baru mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.a) Unsur-unsurnya bergaya Islam Jawa (mitologis)b) Bersifat kronologic) Bersifat etnosentrisd) Bersifat feodalistik

Historiografi KolonialHistoriografi kolonial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1) Sudut pandangnya Eropasentris atau Nerlandosentris2) Isinya tentang kejadian-kejadian di Belanda3) Tokoh-tokoh sejarahnya merupakan orang-orang Belanda

Page 9: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

4) Orang-orang Indonesia hanya dianggap sebagai objek sejarahHistoriografi ini pada saat Indonesia berada di bawah pemerintahan colonialsehingga penulisan sejarah digunakan untuk kepentingan penjajah. Tokoh-tokoh penulis Belanda tentang sejarah Indonesia antara lain J.J. Meinsma, A. Pompe, Stepel, dan De Graaf.Historiografi Nasional1) Seminar Sejarah Nasional ISeminar ini diselenggarakan pada tahun 1957 di Yogyakarta, karenamelihat pentingnya penyusunan Sejarah Nasional Indonesia. MuhammadYamin dan Soedjatmiko mengemukakan perlu adanya penggantian sudutpandang sejarah. Hal tersebut diperjelas oleh Sartono Kartodirdjo tentangmetodologi penulisan Sejarah Nasional Indonesia.2) Seminar Sejarah Nasional IISeminar ini juga diselenggarakan di Yogyakarta pada tahun 1970. padawaktu itu Sartono Kartodirdjo kembali memberikan pendapatnya tentangciri-ciri historiografi nasional Indonesia.Ciri-ciri historiografi nasional Indonesia menurut Sartono Kartodirdjoantara lain sebagai berikut.a) Memperhatikan berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesiab) Menggunakan pendekatan dari berbagai ilmuc) Menerapkan sejarah analitisd) Tidak mengabaikan sejarah lokal

Page 10: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

A. Tradisi Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan

Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai berikut.

Ø      Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain.

Ø      Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu generasi ke generasi yang lain,dst.

Ø      Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia.

Tradisi sejarah masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, nilai moral pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi lisan mengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah leluhur.

Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.

Sebagai contoh tradisi lisan:

Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.

Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya?

1. Cara Masyarakat Mewariskan Masa Lulunya

Proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat yang eblum mengenal tulisan dilakukan melalui keluarga dan masyarakat atau orang lain disekitarnya.

a. Keluarga

Penggenalan dilakukan dari hal-hal sederhana yang mudah dipahami seperti:

aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat) hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material

(kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa).

Page 11: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Pewarisan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara:

§         langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang berlaku)

§         tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).

§         Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng (sebab dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang tidak boleh dilakukan.

b. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang tersetruktur.

Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui:

Ø      Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan antar individu dalam kelompok).

Adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk terus dikembangkan dan diperbaharui.

Ø      Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara lisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Ø      Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat.

Contoh:

Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji.

Pemimpin kelompok menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya.

Ø      Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya.

Page 12: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Contoh:

Benda-benda (kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya.

Ø      Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat.

Seperti:

Menhir (tugu batu), merupakan tugu peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah.

2. Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan

Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman.

Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.

a.  Folklor

Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.

Ciri-ciri folklor:

v     Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.

v     Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).

v     Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)

v     Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.

Page 13: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

v     Folklor terdiri atas banyak versi

v     Mengandung pesan moral

v     Mempunyai bentuk/berpola

v     Bersifat pralogis

v     Lugu, polos

Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:

1) Folklor Lisan

Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.

Folkor jenis ini terlihat pada:

(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.

(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.

(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)

Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.

(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.

(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.

(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.

2) Folklor Sebagian Lisan

Page 14: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:

(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.

(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.

(c) Teater rakyat

(d) Tari Rakyat

(e) Pesta Rakyat

(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.

3) Folklor Bukan Lisan

Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:

(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)

Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.

(b) Kerajinan tangan rakyat

Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.

(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah

(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)

(e) Masakan dan minuman tradisional

b.  Mitologi

Mite (myth)

Page 15: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.

Mitologi

adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.

Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama.

Cerita yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia dewata, makanan pokok.

Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya.

Contoh mite:

Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali

Nyai Pohaci dari Jawa Barat

Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta

Mado-Mado (lowalangi) dari Nias

Wahadi dari Timor.

Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan tempat asalnya, yakni:

1)     Asli Indonesia

2)     Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.

Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi.

Sebagai contoh:

Page 16: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.

c.  Legenda

Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.

Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.

Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.

Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.

Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.

Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.

Contoh Legenda:

Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari Aceh.

Jan Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:

(1) Legenda keagamaan (religious legend)

Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi). Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan.

Contoh: Legenda Wali Songo.

(2) Legenda Alam Gaib

Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan rakyat.

Page 17: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Contoh: kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.

(3) Legenda Setempat

Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah.

Contoh: terbentuknya Danau Toba.

(4) Legenda Perseorangan

Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi.

Conto: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”

d. Dongeng (folktale)

Dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita.

Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan.

Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.

Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang Merah dan Bawang Putih.

Terkadang ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.

Contoh :

“Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.

e. Lagu-lagu Daerah

Lagu adalah syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik.

Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah.

Ciri-cirinya:

Page 18: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Ø      Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.

Ø      Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)

Ø      Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk tradisional.

Ø      Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit.

Contoh:

Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh di Mato.

Fungsi nyanyian rakyat:

1.      Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak.

2.      Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.

Holopis Kuntul Baris (Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan)

3.      Sebagai protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara bahkan dunia.

4.      Untuk memelihara sejarah setempat dan klan.

“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.

Menurut Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:

a.      Nyanyian rakyat yang berfungsi

b.      Nyanyian rakyat yang bersifat liris

Nyanyian bersifat liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya (anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi dua yaitu:

- nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis

- Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh Mama Saya Mau Kawin dari Betawi.

c.  Nyanyian rakyat yang bersifat kisah

Page 19: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Contohnya:

Balada (sentimental)     Pantun Sunda

romantik(tentang cinta)

epos (kepahlawanan)      Ramayana

f. Upacara

Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan)

Contoh:

Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.

Fungsi Upacara:

1.      Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada mereka.

Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.

2.      Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat.

Contoh:

Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.

Upacara “Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut.

Upacara “ Seren Taun” di daerah Kuningan

Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan

Macam-macam upacara:

Upacara Membuat Rumah

Page 20: Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Pra Aksara dan Masa Aksara

Rumah dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di daerah Toraja, Bali, dan Madura.

Upacara kematian/ Penguburan

Muncul ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja.

Upacara Perkawinan

Pada suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.