AKI

28
BAB I PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006, AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI, bayi dan anak balita. Masih tingginya AKB dan AKI menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih belum memadai dan belum menjangkau masyarakat banyak, khususnya dipedesaan. Namun bidan di desa yang sudah ditempatkan belum didayagunakan secara optimal dalam upaya menurunkan AKI dan AKB. Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI dan AKB. Sebagian besar persalinan di Indonesia 1

Transcript of AKI

Page 1: AKI

BAB I

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai

faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan

dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi

masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006, AKI

Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di

Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang

paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%.

Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat

penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang

membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI, bayi dan

anak balita. Masih tingginya AKB dan AKI menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih

belum memadai dan belum menjangkau masyarakat banyak, khususnya dipedesaan. Namun

bidan di desa yang sudah ditempatkan belum didayagunakan secara optimal dalam upaya

menurunkan AKI dan AKB. Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu

dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang

mungkin terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI dan AKB.

Sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan

dasar. Tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, maka paradigma

aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Tujuan dari asuhan

persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan

yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta

intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal. Hal ini berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung

oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya

manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan. Kajian kinerja petugas pelaksana

pertolongan persalinan (bidan) di jenjang pelayanan dasar, mengindikasikan adanya

kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan

bersalin. Hal ini terbukti dari masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu tujuan yang sudah

dirancang sedemikian rupa, dan yang paling sering disebut adalah faktor sumber daya

1

Page 2: AKI

manusia (tenaga kerja), serta faktor sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari

kedua faktor tersebut sumber daya manusia atau tenaga kerja lebih penting daripada sarana

dan prasarana pendukung karena, secanggih dan selengkap apa pun fasilitas pendukung yang

dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya yang memadai, baik kuantitas (jumlah)

maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya organisasi tersebut dapat berhasil

mewujudkan tujuan organisasinya.

Di berbagai negara di dunia, upaya menurunkan angka kematian ibu telah

menunjukkan banyak keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil menekan angka kematian

ibu sedemikian rupa, karena adany kebijakan yang dilakukan secara intensif, misalnya

menambah subsidi masyarakat untuk pencegahan penyakit, perbaikan kesejahteraan, dan

pemeriksaan kesehatan ibu. Beberapa masalah khusus, seperti tromboemboli, perdarahan,

preeklampsia dan eklampsia, dan sebab-sebab mayor lainnya mendapat prioritas utama,

karena persentase kematian ibu akibat masalah-masalah tersebut begitu tinggi. Sistem

administrasi klinis juga perlu dibina, yang meliputi akreditasi pelayanan, manajemen risiko,

peningkatan profesionalitas, dan pengaduan pasien.

Dengan mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan upaya-

upaya potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara keseluruhan tidak hanya

mengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

bayi. Meskipun intervensi kesehatan yang dilakukan hanya meliputi aspek yang terbatas,

seperti pengadaan tenaga terampil dalam pertolongan persalinan, tatalaksana gawat darurat

obstetri yang memadai, dan keluarga berencana. Namun, keberhasilan dalam upaya perbaikan

kesehatan maternal ini secara tidak langsung akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa.

2

Page 3: AKI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Kematian Ibu

Kematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah kematian

wanita dalam kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan, tanpa memandang usia

kehamilan dan kelainan kehamilan, yang disebabkan baik oleh kehamilannya maupun

tatalaksana, namun bukan akibat kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematian

langsung dan tidak langsung. Kematian yang bersifat koinsidental, terjadi selama masa

kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.

Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasi

kematian ibu bertujuan:

Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa kematian ibu yang

akurat, diperlukan perbandingan berbagai studi penelitian

Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas

Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas maternal berat

Hal-hal yang mendasari sebab kematian ibu, dapat diklasifikasikan berdasarkan

sejumlah variabel, yaitu sebab/kondisi yang secara langsung mendasari kematian,

gejala/tanda dari penyakit yang menyebabkan kematian, misalnya perdarahan pascapartum,

dan kondisi lain yang memperberat sebab kematian, misalnya HIV dan Anemia. Prinsip

sistem klasifikasi kematian ibu menurut WHO, yaitu:

Harus dapat diterapkan dan dipahami dalam penggunaannya, baik oleh dokter, ahli

epidemiologi, dan pihak-pihak lain yang terkait.

Kondisi/penyakit spesifik dengan sebab yang belum jelas harus dipisah dari kondisi

lainnya.

Sistem klasifikasi baru harus sesuai dengan International Classification of Diseases

(ICD).

Penyebab kematian ibu di berbagai belahan dunia dapat dilihat pada gambar berikut:

3

Page 4: AKI

II. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk

setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab

kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan,

dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi

kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan

adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan

pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai

¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan

pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus

menerus.

4

Page 5: AKI

Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015

(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994

sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke

tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000

Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara

target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per

100.000 Kelahiran Hidup.

III. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor

dari kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi.

5

Page 6: AKI

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu

angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani

masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni

pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata

masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak

begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan

politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif

dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain

masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai

budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan

melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa

alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.

Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,

maupun masyarakat terutama suami.

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan,

berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni ,

pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati

persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 persen) , anemia dan kekurangan energi

kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi

yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat

6

Page 7: AKI

dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang

dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup

setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan

darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang

berkepanjangan.

Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen),

kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol

saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila

kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir.

Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.

Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11

persen).

4T (Terlambat)

1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga

2. Terlambat untuk memutuskan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan

3. Terlambat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan

4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat dan

berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan

4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi:

1. Terlalu muda

2. Terlalu tua

3. Terlalu sering

4. Terlalu banyak

IV. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih

rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan

target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan

dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional

meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007.

Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura,

Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir

7

Page 8: AKI

mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi

perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisa berimbas

pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan

sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan

berbeda satu sama lain.

Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan dengan Kualifikasi Terendah

Distribusi Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir Dalam Lima Tahun

8

Page 9: AKI

Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak sekolah

lebih banyak ditolong oleh Dukun bayi.

Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan dari

tahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter dari tahun trendnya

meningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah perkotaan angka pertolongan

persalinan oleh dokter pada tahun 2007 telah lebih dari 20%. Sedangkan cakupan pertolongan

persalinan oleh bidan relatif tidak banyak bergerak bahkan apabila dibandingkan antara tahun

2007 dan 2004 secara total pertolongan persalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi

turun.

V. Upaya Menurunkan AKI

1. Peningkatan pelayanan kesehatan primer menurunkan AKI 20%

2. Sistem rujukan yang efektif menurunkan sampai 80%

VI. Mempercepat Penurunan AKI

1. Peningkatan deteksi dan penanganan RISTI

2. Peningkatan cakupan pertolongan/pendampingan

3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan maternal

4. Peningkatan pembinaan teknis bidan

5. Pemantapan kerja Dinkes dan RS

6. Pemantapan kemampuan pengelolaan KIA

9

Page 10: AKI

7. Peningkatan peran serta lintas program

VII. Indikator Keberhasilan

1. Jumlah kematian maternal menurun

2. Cakupan akses dan pelayanan ANC

3. Cakupan persalinan yang ditolong/didampingi

4. Adanya fasilitas POED dan POEK

5. Proporsi RISTI yang ditangani adekuat

6. Case fatality rate RISTI per tahun dibagi jumlah RISTI yang ditangani kali 100%

7. Presentasi bedah sesar terhadap seluruh persalinan

VIII. Program Dari Puskesmas

Standar minimal ANC:

1. Medical record

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan fisik 7K

4. Pemeriksaan penunjang K1: golongan darah, Hb, AL, urine (protein, reduksi)

5. Pemeriksaan pada minggu 12: Hb, AL, urine, konsultasi gizi

6. Pemeriksaan pada minggu ke 36: Hb, AL, CT, BT, urine

7. Konsultasi dokter ahli pada minggu 12, 28, 36, 40

8. USG:

Minggu 12: kondisi janin

Minggu 28: presentasi, kelainan plasenta

Minggu 36: presentasi, rencana persalinan

IX. Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia

Definisi

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam kehamilan, persalinan

atau nifas, yang ditandai kejang atau koma yang sebelumnya menunjukkan gejala

preeklampsia.

Faktor predisposisi (faktor pencetus):

1. Primigravida (muda/<20thn, tua/>30thn)

2. Mempunyai riwayat hipertensi

10

Page 11: AKI

3. Obesitas

4. Diabetes melitus

5. Gangguan ginjal

6. Kehamilan overdistended (khmln ganda, janin besar, hidramnion)

Etiologi

The disease of theory, Beberapa teori yang dianggap berkaitan dengan terjadinya

Preeklampsia dan Eklampsia antara lain;

1. kerusakan sel endothelial

2. perubahan aktivitas vaskuler

3. ketidak-seimbangan antara prostasiklin dan tromboksan

4. regangan otot uterus (iskemi),

5. faktor diet,

6. faktor genetik. dll

Gambaran Klinis

1. Kejang

Kejang klonik dan kejang tonik

Kejang pada Eklampsia terbagi dalam 4 tingkat :

1. Tingkat Awal atau aura

2. Tingkat kejangan tonik

3. Tingkat kejangan klonik

4. Tingkat koma.

2. Respirasi

setelah kejang respirasi naik diafragma terfiksasi respirasi berhenti

3. Suhu badan meningkat

4. Diuresis Berkurang

5. Edema

Edema ekstremitas atau edema paru

6. Proteinuria berat

Patofisiologi

11

Page 12: AKI

Diagnosis

Untuk mendiagnosa gejala-gejala sda.

Dan juga harus dikesampingkan keadaan–keadaan lain dengan kejang dan koma

seperti;

Gangguan metabolik

Infeksi (intracerebral atau ekstracerebral)

Epilepsi

Histeria, dll

Komplikasi

- Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin.

- Komplikasi lain yang biasa terjadi antara lain :

Solusio Plasenta, Hipofibrinogenemia, Hemolisis, Perdarahan otak

Edema paru-paru.

Nekrosis hati, Sindroma HELLP

Kelainan ginjal.

12

Page 13: AKI

Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang –

kejang

Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

Penatalaksanaan

Penanganan Preeclampsia Ringan

Dalam Kehamilan

1. Rawat Jalan (ambulatoir) :

banyak istirahat

diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein)

diet Rendah : garam,lemak,karbohidrat

mulitvitamineral : sayuran & buah

sedatif ringan : diazepam 3x2 mg atau luminal 3x30 mg selama 7 hari

periksa laboratorium :

darah rutin (Hb,Al,Ct,Bt,GolDrh,trombosit)

darah kimia (alb,glb,gds,ureum,kreatinin,got,gpt)

urine rutin;uji faal hati;uji faal ginjal;Estrial & HPL

kontrol tiap minggu

2. Rawat Inap

dalam 2 minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan

kenaikan berat badan >/1kg/minggu

timbul salah satu gejala preeklampsia berat

Penanganan Preeklampsia Berat

1. Penderita dirawat diruang yg tenang, tidur miring ke kiri

2. Diet cukup protein, 100gr/hari & kurang garam yakni sampai 0,5 gr/hari

3. Infus ringer laktat 60-125ml/jam (20tetes/menit)

4. Drug Of Choice (Magnesium Sulfat/MgSO4), dgn alasan:

antihipertensi ringan

antikejang ringan

sedatif ringan

diuretik ringan

memperbaiki sirkulasi

uteroplasenter

Syarat pemberian MgSO4:

Refleksi patela (+)

13

Page 14: AKI

Respirasi >/16 per menit

Produksi urine 25cc/jam

Tersedia antidotum,yakni kalsium glukonat

Bila syarat diatas tidak terpenuhi, akan terjadi:

keracunan MgSO4 dengan tanda: refleksi patela (-), respirasi <16kali, oligo/anuria,

cardiac arrest kemudian segera diberikan antidotumnya (kalsium glukonat)

Dosis awal :

8gr lar.40%(20ml) masing2 10ml di boka & boki

Dosis pemeliharaan :

- 4gr setiap 6 jam kemudian.

- injeksi dexamethason 5mg(1 ampul) setiap 8 jam

- Pemberian magnesium sulfat dihentikan setelah :

* diagnose mjd preeclampsia ringan

* 24 jam pasca persalinan.

5. Anti Hipertensi

- diberikan bila T.≥170/110mmHg

- nipedipin 2-3 kali 10mg/hari

6. Diuretika

- Indikasi : edema paru & kegagalan jantung

- Obat dan dosis

7. Tindakan Obstetrik

a. Konservatif : kehamilan dipertahankan, sehingga ditunggu sampai persalinan

spontan

b. aktif :

indikasi : bila terdapat 1 atau lebih keadaan di bawah ini :

- UK ≥ 37 minggu

- terdapat gejala impending eclampsia

- tidak ada respon pengobatan (terjadi kenaikan tekanan darah setelah 6 jam,

tidak ada perbaikan setelah 48 jam, index gestosis > 6)

- adanya foetal compromised/F.C atau foetal distress/F.D

- adanya IUGR

- munculnya HELLP syndrome

14

Page 15: AKI

Cara Terminasi / Pengakhiran Kehamilan

- belum dalam persalinan/BDP – induksi ; perlu dipertimbangkan dengan

bishop score dan adanya penekanan terhadap kondisi janin (foetal well beeing

yaitu F.C & F.D)

- mengingat risiko tinggi preeclampsia/eclampsia pd ibu hami; cenderung utk

dilakukan bedah caesar.

- dlm persalinan/DP

kala I fase laten---seksio caesarea

kala I fase aktif---amniotomi, bila 6 jam setelah amniotomi tidak tercapai

pembukaan lengkapseksio caesarea

kala II : *ekstraksi vakum

*ekstraksi forsipal

Eklampsi

1. Prinsip pengobatan sama dengan preeklampsi berat, termasuk pemberian MgSO4

2. Bila masih terjaid kejang, berikan tambahan MgSO4 2gr larutan 20% dalam waktu 2

menit, bila masih kejang berikan amobarbital sampai 250 mg intravena pelan

3. Sebagai alternatif dapat diberikan diazepam 10mg intravena sebelum terapi dengan

MgSO4

4. Pemberian MgSO4 dihentikan setelah 24jam persalinan, atau bila eklampsia timbul

setelah persalinan MgSO4 diberikan sampai 24jam setelah serangan kejang terakhir

5. Persalinan diusahakan pervaginam, 4-8 jam setelah serangan kejang terakhir &

penderita sudah sadar

6. Bila diperlukan tindakan seksio caesarea, ini dikerjakan sekurangnya 12 jam bebas

kejang

7. Tindakan lain disesuaikan dengan keadaan

PENCEGAHAN

Usaha pencegahan preeklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan, telah banyak

penelitian dilakukan untuk menilai manfaat berbagai kelompok bahan-bahan non-

farmakologi dan baban farmakologi seperti: diet rendah garam, vitamin C, a tocopherol (Vit.

E), beta karoten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink, magnesium, diuretik,

antihipertensi, aspirin dosis rendah dan kalsium uutuk mencegah terjadinya preeklampsia dan

eklampsia.

15

Page 16: AKI

Sayangnya berbagai cara di atas belum mewujudkan hasil yang menggembirakan.

Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oxidant seperti N. Acetyl cystein yang

diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya (Rumiris

D. dkk., 2005) yang nampaknya dapat menurunkan angka kejadian preeklampsia pada kasus

risiko tinggi. Pada pasien dengan risiko tinggi terjadinya preeklampsia, pemeriksaan antenatal

trimester I1 harus dilakukan secara teratur untuk menilai keadaan ibu dan kesejahteraan jauin.

Pemeriksaan klinis pada ibu hamil yang mempunyai keluhan seperti gangguan visus, nyeri

kepala, rasa panas di muka, uyeri epigastrium, mual, muntah ataupun kejang harus dilakukan.

Di samping itu pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan proteinuria, menentukan tinggi

fundus uteri untuk menilai pertumbuhan janin harus dilakukan secara teratur. Di samping itu

juga harus dilakukan pemeriksaan biometri janin, kesejahteraan janin dengan NST (Non

Stress Test) dan bioprojile janin.

Pemeriksaan Doppler arteri uterina pada kehamilan 18-24 rninggu pada pasien dengan

risiko tinggi, juga dapat digunakan sebagai seleksi untuk terjadinya preeklampsia dan

eklampsia jika dijumpai peningkatan RI > 0,5 8 atau dijumpai takik diastolic (Coleman Mag.

dkk., 2000). Masalah yang sering dihadapi pada penderita preeklampsia dan eklampsia

adalah: penderita tidak melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur dan sering datang

terlambat ke rumah sakit: 40% serangan kejang pada penderita eklampsia biasanya terjadi

sebelum pepderita masuk ke rumah sakit.

BAB III

LAPORAN KASUS

16

Page 17: AKI

IDENTITAS

Nama : Ny. M.I.

Umur : 37 th

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Katholik

Alamat : Tlogo RT 05 Tamantirto Kasihan

Pendidikan : SMA

PELACAKAN KEMATIAN

Ny. M.I., 37 th.

Jarak rumah ke puskesmas atau bidan terdekat 3 km.

Jarak RS terdekat 11 km.

HPHT : 01-03-2009

HPL : 08-12-2009

RPD:

Sebelum hamil: t.a.k

Saat hamil:

G2P1A0 anak pertama usia 5 th.

Kontrol rutin ke dr. Andang, Sp.OG di RS Amanda sampai umur kehamilan 38

minggu, di tenaga kesehatan s.d. 39 minggu. TD 160/100 mmHg disarankan untuk

SC, di rujuk ke Happy Land, dr. Anestesi menyarankan rujuk ke RS Sardjito. Di sana

operasi SC, hari ke 5 BLPL. Di rumah mendadak sesak nafas kemudian masuk ICU.

TD 220/160 mmHg, kemudian meninggal dunia.

Riwayat anemia selama kehamilan (+)

Riwayat Obstetri:

G2P1A0, anak pertama lahir secara spontan

Komplikasi terdahulu (-)

Perdarahan sebelum melahirkan, perdarahan banyak setelah melahirkan, retensio

plasenta, partus macet, pre eklampsia, kejang karena eklampsia, operasi SC, perkiraan

janin besar, dan lain-lain tidak ada.

Keadaan anak yang dilahirkan:

Hidup 1, umur 5 th.

17

Page 18: AKI

Lahir mati, lahir hidup kemudian mati, prematur, BB< 2500gr, BB>4000gr tidak ada.

Riwayat ANC sekarang:

Umur kehamilan saat ANC pertama 6 minggu

Jumlah pemeriksaan kehamilan 12 kali

Trimester 1: 7 kali; trimester 2: 4 kali; Trimester 3: 1 kali

Pemberi pelayanan ANC dokter spesialis obsgyn

Pelayanan yang diterima saat ANC:

Pemeriksaan kehamilan

Tablet besi

Imunisasi TT

USG 4 kali

Resiko tinggi saat antenatal:

Hb <8gr% saat UK 23 minggu, rujuk ke RSPS (Hb: 8,8gr%; protein: (-), Reduksi (-),

GDS: 105mg%)

Perdarahan jalan lahir, letak lintang pada UK >32 minggu, letak sungsang pada

kehamilan pertama, gemeli, perkiraan janin besar, edema muka dan tangan, TD

>140/90 mmHg, sakit kepala yang tak hilang, penyakit kronis tidak ada.

- Saat persalinan ibu mengalami komplikasi (+), jenis komplikasi: pre eklampsia TD

235/135 mmHg.

- Cara persalinan SC di RS Sardjito.

- Petugas penolong: dokter, dokter Sp.OG, anggota keluarga (dokter anestesi).

- Rujukan ke RS Sardjito tgl. 30-11-2009

Riwayat pemeriksaan:

25/09/2009

BB: 60kg TD: 100/60

Nyeri perut kiri.

Px: TFU: 27cm; presbo, DJJ(+)

28/09/2009

BB: 60Kg TD: 110/80 UK: 31 minggu

USG: presbo

18

Page 19: AKI

12/10/2009

BB: 60kg TD: 110/70 UK: 32+2 minggu

USG: presbo (UK: 34 minggu)

19/10/2009

BB: 61kg TD: 120/70 Hb: 11gr% protein urun(+)

USG: lintang edema kaki kiri (+)

16/11/2009

BB: 61kg TD: 110/80 USG: PLR

23/11/2009

BB: 64kg TD:120/80 USG: preskep UK: 39+1mgg

DAFTAR PUSTAKA

Roeshadi, R.H.. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada

Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Bagian KSMF Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

19

Page 20: AKI

Rahmawan, Ahmad. 2009. Upaya menurunkan angka kematian ibu. Bagian/smf ilmu

kebidanan dan penyakit kandungan FK Unlam RSUD Ulin Banjarmasin

Ashari, M.A. 2009. Preeclampsia dan Eklampsia. RSUD Panembahan Senopati Bantul

20