Akhlak Sosial Islam.docx

11
A. AKHLAK SOSIAL ISLAM 1. Pengertian Akhlak Di dalam Al-Quran terdapat kata ihsan yang berarti berbuat kebijakan atau kebaikan. Yaitu di dalam QS. An-Nahl : 90, dan QS. Ar-Rahman : 60 yang berhubungan dengan akhlak. Kata akhlaq berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk dengan makhluk lainnya. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa banyak pertimbangan atau pemikiran. Maka jika sifat itu melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yang  jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak dalam bahasa Indonesia lebih mendekati dengan arti budi pekerti. Yang  penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif dan negative. Hadist tentang akhlak : Jadi, akhlak social islami adalah suatu perilaku atau suatu perangai yang baik dalam  pandangan Islam. Baik akhlak kepada Allah SWT. juga akhlak kepada man usia. B. 8 AKHLAK SOSIAL ISLAMI 1. Saling Menyayangi Sebagaimana syair yang mengatakan, “mawaddatuhu taduumu likulli haulin, wa hal kullun mawaddatuhu taduumu”, kasih sayangnya (manusia) selalu kekal untuk segala hal yang menakutkan, dan apakah setiap orang itu kasih sayangnya selalu kekal. Makna kasih sayang tidaklah berujung, sedangkan rasa kasih sayang adalah sebuah fitrah yang mesti direalisasikan terhadap sesama sepanjang kehidupan di dunia ini ada, tentunya dalam koridor-koridor Islam. Ini berarti bahwa Islam tidak mengenal waktu, jarak, dan tempat akan sebuah kasih sayang baik terhadap teman, sahabat, kerabat, dan keluarganya sendiri. Rasulullah saw. bersabda, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah” Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Turmudzi). Dalam hadis tersebut kasih sayang seorang Muslim tidaklah terhadap saudara se-Muslim saja, tapi untuk semua umat manusia. Rasulullah saw. bersabda, “Sekali -kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi.” Wahai Rasulullah, “Semua kami pengasih,” jawab mereka. B erkata

Transcript of Akhlak Sosial Islam.docx

Page 1: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 1/11

A. AKHLAK SOSIAL ISLAM

1. Pengertian Akhlak

Di dalam Al-Qur‟an terdapat kata ihsan yang berarti berbuat kebijakan atau kebaikan.

Yaitu di dalam QS. An-Nahl : 90, dan QS. Ar-Rahman : 60 yang berhubungan dengan akhlak.Kata akhlaq berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan

makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang

memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk

dengan makhluk lainnya.

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan

suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa banyak pertimbangan atau pemikiran. Maka jika

sifat itu melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan

norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yang

 jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.

Akhlak dalam bahasa Indonesia lebih mendekati dengan arti budi pekerti. Yang

 penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif dan negative.

Hadist tentang akhlak :

Jadi, akhlak social islami adalah suatu perilaku atau suatu perangai yang baik dalam

 pandangan Islam. Baik akhlak kepada Allah SWT. juga akhlak kepada manusia.

B. 8 AKHLAK SOSIAL ISLAMI

1. Saling Menyayangi

Sebagaimana syair yang mengatakan, “mawaddatuhu taduumu likulli haulin, wa hal

kullun mawaddatuhu taduumu”, kasih sayangnya (manusia) selalu kekal untuk segala hal yang

menakutkan, dan apakah setiap orang itu kasih sayangnya selalu kekal.

Makna kasih sayang tidaklah berujung, sedangkan rasa kasih sayang adalah sebuah fitrah

yang mesti direalisasikan terhadap sesama sepanjang kehidupan di dunia ini ada, tentunya dalam

koridor-koridor Islam. Ini berarti bahwa Islam tidak mengenal waktu, jarak, dan tempat akan

sebuah kasih sayang baik terhadap teman, sahabat, kerabat, dan keluarganya sendiri.

Rasulullah saw. bersabda, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah” Barang siapa

tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Turmudzi). Dalam hadis

tersebut kasih sayang seorang Muslim tidaklah terhadap saudara se-Muslim saja, tapi untuk

semua umat manusia. Rasulullah saw. bersabda, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum

kalian mengasihi.” Wahai Rasulullah, “Semua kami pengasih,” jawab mereka. Berkata

Page 2: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 2/11

Rasulullah, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian

kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).” (H.R. Ath-

Thabrani). Bahkan, bukan hanya kepada manusia saja ajaran Islam yang tinggi ini telah

mengajarkan bagaimana kasih sayang terhadap hewan dan tumbuhan yang harus direalisasikan.

Abu Bakar Shiddiq r.a. pernah berpesan kepada pasukan Usamah bin Zaid, “Janganlah kalian

 bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula kalian kebiri pohon-pohon

kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang berbuah. Jika kalian menjumpai orang-

orang yang tidak berdaya, biarkanlah mereka, jangan kalian ganggu.” Sebuah nasihat ini walau

dalam keadaan untuk perang, ajaran Islam tetap memancarkan kasih sayangnya terhadap

manusia, hewan, dan tumbuhan. Sebuah kisah lain yang menarik ketika Amr bin Ash

menaklukkan kota Mesir, saat itu datanglah seekor burung merpati di atas kemahnya.

-  Cinta kepada Allah

Di antara manusia banyak yang cinta dan mencintai Allah, tapi lebih banyak yang

mencintai dunia. Mencintai Allah adalah fardu bagi kaum Muslimin dan Muslimat yang bukansekadar dikata saja. Dan jika kita benar-benar mencintai Allah secara kesungguhan hati, maka

 proses “rasa kasih sayang” untuk makhluk ciptaan-Nya akan terbentuk dalam hati kita. Selain

itu, jati diri kita sebagai seorang Muslim akan tampak lebih kokoh serta mampu menjalani

syariat-syariat Islam yang diridai dan di berkahi oleh Allah SWT. Cinta kepada Allah adalah hal

yang utama, sebagai jalan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat dengan melaksanakan

 perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya. Cinta kepada Allah hendaklah melebihi cinta

kepada segala yang maujud yang selain Allah. Mencintai Allah berarti juga mencintai Rasul-

 Nya, yakni mengikuti segala petunjuk Rasul dengan sepenuh-penuhnya. Firman Allah SWT,

“Katakanlah (hai Muhammad), „Jika kamu (benar -benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya

Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.‟ Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” (Q.S. Ali Imran [3]:31). Ketahuilah, kehidupan akhirat adalah kehidupan yang lebih

 baik dan kekal.

2. Beramal Shaleh

Dari hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah r.a. dan sababul wurud-nya ini, kita

dapat menarik arahan bahwa Islam menghendaki umatnya menjadi manusia produktif dengan

amal saleh. Umat ini diliputi permasalahan yang amat kompleks. Dari mulai korupsi yang

semakin menggila, kemaksiatan yang semakin demonstratif, pengangguran yang semakin

membengkak, dan belum lagi problem-problem yang dicurahkan oleh pihak asing ke dalamnegeri kita. Ini semua menuntut penyelesaian yang serius dan penanganan yang penuh kesabaran.

Allah telah menurunkan Islam dan mengariskannya sebagai agama kerja (dinul ‟amal). Setiap

 bagian ajaran Islam mengarah pada kerja dan aplikasi nyata. Dan hanya pada saat Islam benar-

 benar dilaksanakan itulah Islam benar- benar menjadi rahmatan lil „alamin. Karena hanya dengan

cara dilaksanakan itulah Islam menjadi solusi bagi berbagai permasalahan manusia. Oleh karena

itu, segala perdebatan, diskusi yang tidak membuahkan amal atau meningkatkan produktivitas,

Page 3: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 3/11

Page 4: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 4/11

Banyak kaum muslimin yang kurang perhatian terhadap perilakunya, terutama dalam pergaulan

saling hormat menghormati kepada sesamanya, sehingga timbul kesan terhadap citra baik Islam

seolah-olah Islam tidak mengatur sopan santun.

Harga menghargai ditengah pergaulan hidup, setiap muslim punya tanggung jawab moral

untuk mempertahankan dan mewujudkan citra baik Islam dengan menampakkan tutur kata, sikapdan tingkah laku, cara berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang lain.

Ihtiram menjadi hal yang sangat essensi ditengah-tengah pergaulan antar sesama lebih-

lebih dalam tata pegaulan antar sesama muslim.

Ihtiram Dalam Pergaulan

-  Kepada kedua orang tua

Allah berfirman :

“Dan ( Allah ) Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan

hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapak-mu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang

diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali

 janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “AH” dan janganlah kamu membentak

dan ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra : 23 ).

Ayat ini menunjukan bahwa orang yang paling berhak mendapatkan rasa hormat adalah orang

tua, dosa besar bila rasa hormat ini diabaikan.

-  Kepada sesama.

Firman Allah :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari  manusia ( karena sombong ) dan janganlah

kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman : 18 ). 

Sombong ditandai dengan dua sifat yang menonjol : bathrul haq wa ghantun nas, menolak haq (

kebenaran ) dan menghina manusia. Kedzaliman dan pelanggaran terhadap hak-hak asasi

seseorang besumber pada rasa angkuh, tidak menghormati orang lain. Allah melarang perbuatan

mengabaikan Ihtiram, karena pebuatan itu akan melahirkan pelanggaran yang serius. Rasulullah

shalallahu „alaihi wa sallam bersabda : “ Barang siapa yang tidak belas kasihan kepada yang

lebih kecil dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua maka ia bukan dari golongan kami.”

( HR. Bukhari dari Ibnu Umar ra ).

Jadi jelas kesombongan, angkuh, tidak sayang kepada yang kecil ( lemah ) dan tidak menghargai

kehormatan yang lebih tua ( besar ), bukan watak orang-orang beriman.

Page 5: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 5/11

-  Hormat kepada yang lebih tua.

Rasulullah shalallahu „alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah  seorang muda menghormati pada

orang tua karena tuanya ( usianya ), melainkan Allah akan membalas dengan penghormatan

orang yang menghormatinya pula dia karena usiaya kelak.” ( HR. Tirmidzi dari Anas ra ) 

Hadits ini memerintahkan kepada kita agar berlaku tawadhu dan ihtiram ( menghargai ) kepada

orang tua atau yang dituakan.

4. Baik kepada tetangga hormat kepada tamu.

Dalam merealisir “Ihtiram“ dalam pergaulan juga meliputi tetangga dan tamu, Rasulullah

 bersabda : “Barang siapa iman kepada Allah dan hari ak ihirat, maka hendaklah ia berbuat baik

kepada tetangganya dan barang sipa beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia

menghormati tamunya.” ( HR. Asy-Syaukhani / Bukhari-Muslim ).

Ini juga merupakan dua aplikasi wujud kebenaran iman yang benar, dengan kata lain bahwa setiap seorang mukmin punya tanggung jawab untuk :

Bersikap dan berperilaku baik terhadap tetangga, sikap Ihtiram ( saling menghormati )

menimbulkan pergaulan yang sehat dan kehidupan yang tentram.

Sebaliknya berbuat atau berperangai buruk terhadap tetangga akan memperburuk pula

terhadap pergaulan di masyarakat.

Berlaku Ihtiram terhadap tamu artinya sebagai tuan rumah harus menghargai dan

menghormati tamu siapa pun orangnya. Dan sebagai tamu pun harus menghormati tuan rumah

dengan berlaku sopan. 

4. Berlaku Adil

Adil atau keadilan adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita semua.

Imam al-Mawardi (salah seorang ulama pengikut madzhab Imam asy-Syafi‟i) berkata, dalam

kitab beliau yang berjudul Adab ad-Dunya wa ad-Diin, “Sesungguhnya di antara perkara yang

dapat membuat baik keadaan dunia ini adalah keadilan yang menyeluruh dan mencakup semua

sisi kehidupan. Keadilan akan mengajak manusia untuk berbuat baik terhadap sesama,

membangkitkan semangat untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta‟ala. Dengan keadilan,

dunia akan dipenuhi dengan kemakmuran, harta benda akan berkembang dan bertambah banyak,

 penguasa akan merasa aman dan pemerintahannya akan berumur panjang. Tidak ada sesuatu

yang lebih cepat menghancurkan dunia dan merusak serta mengotori hati-hati manusia daripada

kezhaliman yang merupakan lawan dari keadilan.” 

Adil adalah memutuskan perkara sesuai dengan ketentuan Allah Ta‟ala dalam al -Quran

dan ketentuan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam dalam as-Sunnah, bukan hanya sekedar

Page 6: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 6/11

 bergantung kepada akal manusia semata. Dengan pengertian ini dapat kita katakan bahwa hukum

Allah memberikan kepada anak laki-laki sebanyak dua bagian anak perempuan dalam masalah

 pembagian harta warisan adalah hukum yang adil. Begitu pula hukum Allah membolehkan

 poligami dan mengharamkan poliandri dalam masalah pernikahan adalah hukum yang adil.

Adil juga didefinisikan sebagai sikap pertengahan antara meremehkan dan berlebih-lebihan dalam suatu perkara.

Adil merupakan salah satu sifat dari sifat Allah Ta‟ala, sebagaimana adil juga merupakan

salah satu sifat Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang shahih,

Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bersabda, “Maka siapakah yang dapat berbuat

adil jika Allah dan rasulNya (dianggap) tidak berbuat adil?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Seorang muslim memandang keadilan secara umum adalah termasuk kewajiban yang

 paling utama dan pasti, sebab Allah Ta‟ala memerintahkan setiap muslim untuk berlaku adil di

dalam firmanNya, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,memberi kepada kaum kerabat.” (QS. an-Nahl: 90)

Allah Ta‟ala mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat

adil dalam firmanNya, “Dan berlaku adillah; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang

 berlaku adil.” (QS. al-Hujurat: 9)

Allah Ta‟ala memerintahkan kita untuk berbuat adil di dalam perkataan dan di dalam

menetapkan hukum. Allah Ta‟ala berfirman, “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu

 berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)” (QS. al-An‟am: 152) 

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhakmenerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

menetapkan dengan adil.” (QS.an-Nisa‟: 58) 

Oleh karena itu, seorang muslim yang baik akan selalu berusaha untuk dapat berbuat adil

dalam perkataan maupun dalam perkara hukum. Ia akan senantiasa berbuat adil dalam segala

urusannya sampai keadilan menjadi akhlak yang tidak terpisahkan darinya. Ia akan menjauhi

segala macam bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kezhaliman dan penyelewengan. Ia

menjadi orang yang adil yang tidak condong kepada hawa nafsu, syahwat dan fitnah dunia.

Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan ridha dan kecintaan Allah Ta‟ala serta kemuliaan

dan kenikmatan dariNya. Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bersabda,

“Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah disediakan bagi mereka mimbar-mimbar dari

cahaya di sisi kanan (Allah) Yang Maha Pemurah, Maha Agung lagi Maha Tinggi  – dan kedua

tanganNya adalah kanan-. Mereka adalah orang yang adil dalam menetapkan hukum, adil

terhadap keluarga dan adil dalam kekuasaan.” (HR. Muslim [1827]) 

Page 7: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 7/11

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bersabda, “Tujuh

golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada (hari kiamat), hari yang tidak

ada naungan kecuali naunganNya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada

Allah, …” (HR. al-Al-Bukhari [660])

Abu Hurairah radhiallahu „anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu„alaihi wasallam, bahwa beliau pernah bersabda, “Pernah ada seorang lelaki yang membeli

sebidang tanah dari seseorang. Kemudian sang pembeli menemukan dalam tanah tersebut sebuah

 bejana berisi emas. Ia pun berkata kepada sang penjual tanah, “Ambillah emasmu ini dariku

karena sesungguhnya aku hanya membeli tanah darimu dan tidak membeli emas ini!” Sang

 penjual berkata, “Sesungguhnya yang aku jual kepadamu adalah tanah dan apa yang ada di

dalamnya.” Kedua orang itu pun pergi menemui seorang hakim untuk memutuskan perselisihann

yang terjadi di antara mereka. Sang hakim bertanya kepada keduanya, “Apakah kalian berdua

memiliki anak?” Salah seorang dari keduanya menjawab, “Saya memiliki seorang anak laki -

laki.” Adapun yang lainnya menjawab, “Saya memiliki seorang anak perempuan.” Sang hakim

 pun berkata, “Kalau begitu, nikahkanlah anak -anak kalian! Kemudian manfaatkanlah emas ini

untuk memenuhi kebutuhan kalian berdua dan bersedekahlah darinya!” (HR. al-Bukhari dan

Muslim)

5. Menjaga Persaudaraan

“Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-namaNya, kamu

saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.” (QS. An Nisa: 1) 

“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain

saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). 

Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam adalah salah satu aspek yang vital dan

sangat ditekankan di dalam ajaran agama Islam. Begitu banyak anjuran dan perintah yang

menyerukan untuk mengeratkan ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam, dan banyak pula

larangan untuk memutuskan tali persaudaraan di dalam Islam. Semua itu telah disampaikan di

dalam ajaran agama Islam, baik melalui firman Allah swt di dalam Al Quran maupun melalui

sabda Rasulullah saw di dalam Al Hadits.

Rasulullah saw sendiri yang merupakan seorang manusia pilihan telah menunjukkan

 bagaimana seharusnya umat Islam senantiasa menjaga hubungan persaudaraannya. Melalui

sabdanya, beliau telah begitu banyak mengingatkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga

keutuhan persaudaraanya di dalam Islam, karena Islam adalah agama yang mengharamkan

umatnya untuk memutuskan tali persaudaraan atau silaturahmi, terutama dengan saudara yang

 berada dalam satu naungan agama Islam.

Dari Abdullah bin Abi Aufa ra. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu

kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang

Page 8: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 8/11

yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Dan ketika itu,

diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Kemudian lelaki

itu pergi dalam waktu yang tidak lama, setelah itu ia pun datang dan duduk kembali.

Apa yang telah terjadi dalam riwayat tersebut di atas tentunya sangat sesuai sekali dengan

firman Allah swt berikut:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara

kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al

Hujuraat: 10)

Mempererat persaudaraan Islam juga merupakan salah satu bentuk penegakan power

Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karena umat Islam yang satu dengan yang lain itu ibarat

sebuah bangunan yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Jika ada kekurangan dari

saudaranya, maka sudah menjadi kewajibannyalah untuk senantiasa melengkapi atau

menjaganya, bukan justru membuang atau memutuskannya. Umat muslim yang satu denganyang lain ibarat satu tubuh yang jika salah satu anggota badannya mengalami sakit, maka seluruh

tubuh akan merasakannya pula. Di sinilah kekuatan Islam akan terbentuk melalui sebuah

hubungan persaudaraan yang kuat.

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling

 berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh

turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim) 

Rasulullah juga pernah bersabda, “Tidak ada satu kebaikan pun yang pahalanya lebih

cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak ada satu dosapun yang adzabnya lebih cepat

diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di akherat, melebihi kezaliman dan memutuskan

tali silaturahmi.” Dalam sebuah riwayat lain, dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasullah saw

 bersabda, “Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya

(dipanjangkan umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturahmi. (HR. Mutafaq „alaih)  

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai

Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan ak u ke surga”. Rasulullah

menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu,

engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi”. (HR. Bukhari). 

Dalil-dalil di atas telah menjelaskan betapa pentingnya arti dari sebuah persaudaraanIslam. Demikian penting dan vitalnya fungsi memperkuat persaudaraan Islam, hingga Rasulullah

saw pun tidak mau mengakui orang yang tidak memiliki kepedualian terhadap urusan saudaranya

sebagai umatnya, hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya yang

artinya:

Page 9: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 9/11

Page 10: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 10/11

Kebenaran harus senantiasa eksis di bumi ini, meski untuk itu kita harus mengorbankan

segalanya yang kita miliki termasuk harta dan nyawa. Allah memberikan pujian bagi orang yang

melakukannya, seperti dalam hadits di atas, juga dengan firman- Nya: “Mereka adalah orang-

orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron: 104). “Kalian adalah sebaik- baik umat.” (QS. Ali

Imron: 110).

7. Tolong Menolong

Allah SWT berfirman di dalam Al Quran“…Dan tolong menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

 permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa- Nya.” (Al Maidah:

2). “Makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt

memerintahkan semua hamba-Nya agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-

kebaikan yang termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai

realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis perbuatan batil

yang melahirkan dosa dan permusuhan”. Dua hadits untuk memperkuat dan menjelaskan ayatini, yaitu:

Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi, “Seorang mukmin

yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas perlakuan mereka adalah lebih baik dan besar

 pahalanya daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas perilaku

mereka” (Imam Ahmad). 

Kedua, hadits yang menyebutkan tentang perintah menolong siapapun, baik yang

terzhalimi maupun yang menzhalimi. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang

menzhalimi dan yang terzhalimi”. Maka para sahabat bertanya, “Menolong yang terzhalimimemang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?”. Rasulullah

menjawab, “Mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah

menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad). 

-  Tolong menolong implikasi dari ukhuwah islamiyah

Secara harfiyah ukhuwah memiliki arti persamaan, yang dalam bahasa Indonesia sering

diartikan dengan “persaudaraan”. Hal ini karena orang-orang yang bersaudara biasanya memiliki

 persamaan-persamaan, baik persamaan secara fisik seperti kemiripan wajah karena berasal dari

rahim ibu yang sama, atau persamaan sifat.

Dalam konteks keimanan yang sudah dimiliki, orang-orang yang beriman memiliki sifat-

sifat yang sama untuk terikat pada nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Karena itu, bila

seseorang sudah mengaku beriman tapi tidak ada bukti persaudaraannya, maka kita perlu

mempertanyakan apakah ia masih punya iman atau tidak. Hal ini karena antara iman dengan

ukhuwah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, Allah SWT  berfirman, “Sesungguhnya

mukmin itu bersaudara….” (Q.S. Al-Hujuraat:10).

Page 11: Akhlak Sosial Islam.docx

8/10/2019 Akhlak Sosial Islam.docx

http://slidepdf.com/reader/full/akhlak-sosial-islamdocx 11/11

Ukhuwah Islamiyah bukanlah kalimat yang hanya manis di lidah atau sekadar menjadi

khayalan tanpa bukti. Karena itu, ukhuwah Islamiyah harus diimplementasikan atau dibuktikan

dalam kehidupan nyata. Implementasi ukhuwah dapat kita ukur menurut syarat dan adabnya.

Syarat dalam ukhuwah Islamiyah adalah iman atau aqidah. Ini berarti, ada nilai-nilai

iman yang harus dibuktikan dalam kehidupan nyata dalam konteks ukhuwah. “Implementasiukhuwah menurut syaratnya yang salah satunya adalah Kaum Muslimin harus saling tolong-

menolong dalam kebaikan dan taqwa, yakni segala yang bisa membuat kemaslahatan dan

kebaikan umat”.

8. Musyawarah

Kata ( شرى   ) Syûrâ terambil dari kata ( شاورة - ة روا -م ر و ا س ة ) menjadi ( شرى   )

Syûrâ. Kata Syûrâ bermakna mengambi dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan

menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain.Dalam Lisanul „Arab berarti memetik

dari serbuknya dan wadahnya. Kata ini terambil dari kalimat (شت

 ل ع

) saya mengeluarkanmadu dari wadahnya.

Berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan bermusyawarah adalah

upaya meraih madu itu dimanapun ia ditemukan, atau dengan kata lain, pendapat siapapun yang

dinilai benar tanpa mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya. Musyawarah dapat berarti

mengatakan atau mengajukan sesuatu.

Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan

dengan makna dasarnya. Sedangkan menurut istilah fiqh adalah meminta pendapat orang lain

atau umat mengenai suatu urusan. Kata musyawarah juga umum diartikan dengan perundingan

atau tukar pikiran.

Ayat terkait musyawarah :

Artinya: “Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap merek a.

Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras. Niscaya mereka akan menjauhkan diri dari

sekelilingmu. Kerena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

 bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu. Kemudian apabila engkau telah

membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada- Nya”. (QS. Ali „Imran: 159)