ISI MAKALAH THE GOLDEN AGE OF ISLAM.docx

55
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Islam mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah. Masa keemasan Islam yang juga dinilai sebagai fase perkembangan terpenting bagi peradaban, pendidikan Islam dan perkembangan ilmu umum ini terjadi pada kurun waktu abad ketiga sampai kelima hijriah. Mengkaji peradaban Islam, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan Islam pada masa masa keemasan dan kejayaan, perkembangan pendidikan Islam pada masa keemasan, merupakan salah satu bentuk hal yang bisa membuat kita termotivasi dalam memajukan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Kita dapat mengetahui tentang sejarah dan kejayaan umat Islam sebagai cerminan bahwa umat Islam juga pernah mengalami kejayaan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disajikan tentang berdirinya dinasti Abbasiyah secara singkat, perkembangan Islam pada masa keemasan dan masa kejayaan, sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan serta perbandingannya dengan keadaan perkembangan Islam pada Era Modern. Sejarah masa lampau diharapkan mampu 1

Transcript of ISI MAKALAH THE GOLDEN AGE OF ISLAM.docx

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Islam mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Masa keemasan Islam yang juga dinilai sebagai fase perkembangan terpenting

bagi peradaban, pendidikan Islam dan perkembangan ilmu umum ini terjadi pada

kurun waktu abad ketiga sampai kelima hijriah. Mengkaji peradaban Islam,

khususnya yang berkaitan dengan perkembangan Islam pada masa masa keemasan

dan kejayaan, perkembangan pendidikan Islam pada masa keemasan,

merupakan  salah satu bentuk hal yang bisa membuat kita termotivasi dalam

memajukan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Kita dapat mengetahui

tentang  sejarah dan kejayaan umat Islam sebagai cerminan bahwa umat Islam

juga pernah mengalami kejayaan dalam berbagai bidang.

         Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disajikan tentang berdirinya dinasti

Abbasiyah secara singkat, perkembangan Islam pada masa keemasan dan masa

kejayaan, sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan serta perbandingannya

dengan keadaan perkembangan Islam pada Era Modern. Sejarah masa lampau

diharapkan mampu memberikan dorongan dan semangat untuk di masa sekarang

dan di masa depan.

RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah awal mula berdirinya Daulah Abbasiyah (Era Kejayaan) ?

2. Bentuk pola kepemimpinan dan/atau pemerintahan ?

3. Ringkasan sejarah selama masa kejayaan berserta pola pikirnya ?

4. Perkembangan Islam di masa modern ?

1

TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai perjalanan para

pendahulu berserta pola pikir kepemerintahannya hingga mencapai era

kejayaan atau biasa disebut “The Golden Age of Islam”.

2. Untuk memberikan referensi dan motivasi agar umat Islam di era modern

dapat bangkit dan lebih semangat lagi didalam mengembangkan ilmu

pengetahuan dalam berbagai bidang.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. KELAHIRAN DAULAH ABBASIYAH

Secarakronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-

Abbas, Ali bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan

pertalian keluarga antara Bani Abbas dengan Nabi. Itulah sebabnya kedua

keturunan ini sama-sama mengklaim bahwa jabatan khalifah harus berada di

tangan mereka. Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah wafatnya Rasulullah

merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn

Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya Dinasti ini sangat panjang yaitu

tahun 132 H/750 M-656 H/1258 M. Sejarah kemunculan Dinasti Abbasiyah

bermula ketika pada saat itu masih Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah,

3

Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, karena menurut

keyakinan Bani Abbasiyah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam

atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan

bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Serta Dinasti

Umayyah yang di pimpin oleh Raja terakhirnya yaitu Marwans elaluh

menghiraukan masalah-masalah keagamaan.

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa

khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa. Penyeranggan terhadap bani umayyah di

dasari oleh :

1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Abbasiyah

pada umumnya.

2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan Bangsa Arab sehingga mereka

tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.

3. Pelanggaran terhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia secara

terang-terangan.

Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani Abbas, seperti Ali bin

Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya

mengalami kegagalan yang disebabkan kuatnya Dinasti Umayyah. Akan tetapi

Bani Abbasiyah dapat menumbangkan kekuatan Dinasti Umayyah ketika kaum

Abbasiyah bersepakat untuk menyusun rencana penyerangan terhadap raja

Marwan dan rencana itupun berhasil, Marwan dapat dibunuh oleh Sholeh salah

satu pengikut Bani Abbasiyah di desa Bunsir, Mesir.

Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut

dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai

puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain

itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi

dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.

4

Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang

menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Pemerintah Bani Abbasiyah berkuasa selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-

1258 M. Pada awalnya pusat pemerintahan di kota kufah kemudian pindah ke

Hira lalu ke Abar (Hasyimiyah) dan akhirnya ke Baghdad. Baghdad adalah ibu

kota pemerintah Bani Abbasiyah yang paling strategis, kota ini di bangun oleh

Abu ja’far al Mansur dengan bentuk bulat, arsitek pembangunan adalah Hajjaj bin

Art dan Amron bi Wahdah. Baghdad menjadi kota internasional dan disebut

sebagai kota seribu malam.

B. POLA PEMERINTAHAN PADA MASA BANI ABBASIYAH

5

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode,

diantaranya :

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)

Dasar pemerintahan Bani abbasiyah dibangun oleh Abu Abbas Al-Saffah

dan Abu Ja’far al-Mansur. Pada periode awal Aapemerintahan Dinasti

Abasiyah masih dipengaruhi oleh Persia sehingga menekankan pada

kebijakan perluasan daerah.

2. Periode kedua (232 H/847 M. – 334 H/945 M.)

Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-842 M.), untuk memilih anasir Turki

dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya

persaingan antara golongan Arab dan Persia, pada masa al-Makmun dan

sebelumnya. Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani

Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah kekuasaan

yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua,

profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka

menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban

pembiayaan tentara sangat besar.

3. Periode ketiga (334 H./945 M.-447 H./1055 M.)

6

Posisi Bani Abasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi

merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk

ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi

menganut aliran Syi’ah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih

sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.

4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1199 M)

Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah

Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah untuk melumpuhkan

kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah memang sudah

membaik, paling tidak karena kewibawannya dalam bidang agama sudah

kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syi’ah.

5. Periode kelima (590 H/1199 M – 656 H/1258 M)

Pada periode ini, Khalifah Bani Abbasiyah tidak lagi berada di bawah

kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi

hanya di Bagdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah

menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan

Tartar menghancurkan Bagdad tanpa perlawanan pada tahun 656

H./1256M.

Sistem kekhalifahan Bani Abbasiyah berkembang sebagai sistem politik. Dinasti

ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani

Ummayah di dalam masalah sosial dan politik diskriminasi. Khalifah-khalifah

Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam” pemimpin masyarakat muslim untuk

menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi

Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.

Beberapa khalifah yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah diantaranya :

7

1. Abu al-Abbas al-Saffah

Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.

Khalifah pertama pemerintahan Daulah Abbasiyah. Beliau dilahirkan di

Hamimah pada tahun 104 H. Ibunya adalah Rabtah binti Abaidullah al

Haritsi, ayahnya Muhammad bin Ali adalah orang yang melakukan

gerakan untuk mendirikan pemerintahan Daulah Abbasiyah dan

menyebarkannya kemana-mana.

Pemerintahan Abul Abbas as affah bersandar pada tiga hal utama yaitu :

1. Keluarganya sebab dia memiliki paman, saudara-saudara, dan anak-

anak saudara dalam jumlah besar. Mereka menyerahkan

kepemimpinan dan pemerintahan wilayah kepadanya, demikian juga

dalam masalah nasihat dan musyawarah.

2. Abu muslim khurasani. Dia adalah panglima perang yang jempolan.

Dengan kekuatan dan tekadnya yang kokoh, dia mampu menaklukan

khurasan dan irak sehingga membuka jalan yang lapang bagi

berdirinya pemerintahan abbasiyah.

3. Fanatisme golongan. Dia muncul pada akhir-akhir dan melemahnya

pemerintahan umayah peluang ini di manfaatkan oleh bani abbasiyah

mereka bersama- sama dengan yamaniyun bergerak melawan qoysiyun

yang berpihak kepada bani umayah.

Abul Abbas as Saffah menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan, dan wafat

dikota Anbar pada hari ahad, setengah pertama dari bulan Dzulhijah tahun

136 h atau 753 m.

2. Abu Ja’far al-Mansyur

8

Abu Ja’far Adullah bin Muhammad dilahirkan di kota Hamimah pada

tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah. Ia menjadi khalifah pada usia 41

tahun. Ia memerintah selama ± 22 tahun (136 – 158 H/ 754 – 775 M).

Sebelum Abu Al- Abbas As-Saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan

siapa bakal menjadi penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far,

kemudian Isa ibn Musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra

mahkota ini meniru cara Umayyah, bukan mencontoh Khulafurrasyidin

yang mendasarkan pemilihan khalifah pada musyawarah dari rakyat.

Di zaman Al Mansur berawal masa kejayaan dan masa perkembangan

ilmu pengetahuan yang oleh karenanya Daulat Abbasiyah mencapai zaman

keemasannya di belakang hari. Di zaman Al Mansur pula berkembang

pengaruh Persia secara jelas, sehingga khalifah-khalifah Bani Abbas

meniru umat Persia tentang adat istiadat istana bahkan sampai kepada

nizam siasat yang terpakai di masa pemerintahan Kisra-kisra Persia. Di

dalam istana orang Persialah yang berpengaruh. Dalam masa pemerintahan

Al Mansur, ibu kota Daulah Bani Abbas dipindahkan ke kota yang baru

dibangunnya yakni Baghdad.

Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan ahli bangunan yang

terdiri dari arsitektur- arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli

pahat dan lain-lain. Mereka didatangkan dari Syiria, Mosul, Basrah, dan

Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Berpindahnya ibukota

kekhalifahan ke Bagdad ikut mempengaruhi perkembangan kebudayaan

dan peradaban Islam. Sebagaimana diketahui bahwa Bagdad terletak di

daerah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Persia dan berarti

semakin jauh dari pengaruh Arab. Kota Bagdad sendiri telah lama

mengenal ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi. Membaurnya

bangsa-bangsa di Bagdad mempunyai pengaruh yang besar.

3. Harun Al-Rasyid

9

Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah.

Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah

ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran. Masa kanak-

kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu

pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya

bin Khalid Al-Barmaki. Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada

September 786 M, pada usianya yang sangat muda, 23 tahun. Jabatan

khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa

Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid

didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.

Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa

pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama,

shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin

Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya

terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk

melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi

dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian

memberikan bantuan.

Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam

yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah

Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas,

membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan

militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.

C. MASA-MASA KEJAYAAN DAULAH ABBASIYAH

10

Dinasti Abbasiyah, pada masa kekuasaannya, memberikan kemajuan bagi

kelangsungan agama Islam, sehingga masa Dinasti Abbasiyah ini dikenal dengan

The Golden Age of Islam. Khilafah di Bagdad yang didirikan oleh Al-Mansyur

mencapai masa keemasannya mulai dari Al-Mansyur sampai Wathiq, dan yang

paling jaya adalah periode Harun dan puteranya, Ma’mun. Istana khalifah Harun

yang identik dengan megah dan penuh dengan kehadiran para pujangga, ilmuwan,

dan tokoh-tokoh penting dunia. Pada masa pemerintahan Harun tercatat buku

legendaris cerita 1001 malam. Di samping itu, berkembang pula ilmu filsafat,

logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, astronomi, musik,

kedokteran, dan kimia. Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh

Dinasti Abbasiyah ialah sebagai berikut :

1. Gerakan Penerjemah

Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah

Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota

Baghdad. Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah

Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing

terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami

masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke

daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunani dalam berbagai

ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip

11

di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata Negara

dan sastra.

Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam

bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat

karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan,

karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pramatis seperti

kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan

namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang

diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfaat dan dalam

hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.

2. Gerakan di Bidang Filosofi

Di zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang

gemilang bagi Islam. Zaman ini kota Baghdad mencapai puncak

kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat

cinta pada sastrawan, ulama, filosof yang datang dari segala penjuru ke

Baghdad. Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan

12

yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik yang

dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar,

gerak. Ya’kub ibn Ishaq al-Kinl-Farabi, Ibn Bajah, Ibnu Tufaildan Ibn

Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan menggunakan

contoh, metamor, analogi, dan gambaran imajinatif.

3. Gerakan di Bidang Ilmu Agama Islam

Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid hidup para ahli baca Al-Qur’an,

dan para ulama di bidang agama. Karya pertama yang diketahui adalah

Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang

fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah

(w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-

karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang

berjudul Fiqh al Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan

Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan

karena ditulis oleh para muridnya.

4. Gerakan di Bidang Perekonomian

Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur dan

kekayaan melimpah. Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh

perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen

di mesir, sutra darisyiria dan irak, kertas dari samarkand, serta berbagai

produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-

hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah

kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain. Karena industralisasi yang

muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu,

perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari

Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.

Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat

13

penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah,

Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga

hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan

perdagangan dunia.

5. Gerakan di Bidang Peradaban

Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-

khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan

ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari

berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan,

diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama muslim yang ahli

dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga

muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga

didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung

dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada

masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban

Islam.

14

6. Gerakan di Bidang Ilmu Tashawuf

Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal

pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali

sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah

meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu

buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima jilid.  Al-Hallaj (858-922 M)

menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin,  Al-

Thusi menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H)

dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.

7. Gerakan di Bidang Ilmu Matematika

Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya

dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam yang terkenal

adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab  Al-Jabar wal

Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah

Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas

terkenal sebagi ahli ilmu matematika.

8. Gerakan di Bidang Ilmu Farmasi

Di antara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,

karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-

obatan), jami' al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan

makanan bergizi).

15

9. Gerakan di Bidang Ilmu Kedokteran

Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini

terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan

Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal

diantaranya sebagai berikut :

a. Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal sebagai dokter yang ahli

dibidang mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke

bahasa Arab.

b. Ar Razi (809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli di bidang

penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di

Baghdad. Buku karangannya di bidang ilmu kedokteran adalah Al-

Ahwi.

c. Ibnu Sina (980-1036), yang karyanya yang terkenal adalah Al-

Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi

Universitas di Eropa dan negara-negara Islam.

d. Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis di bidang

penelitian pembuluh darah, penyakit cacar, dll.

16

D. CENDEKIAWAN MUSLIM DI ERA KEEMASAN MASA LAMPAU

17

Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia

berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan

Rasulullah Saw di Madinah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-

661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-

1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28

Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana

masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak

ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya

luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih

700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa

tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.

Para ilmuwan dan penemu Muslim (Arab, Persia dan Turki) telah berhasil

membuat beberapa penemuan yang luar biasa ratusan tahun lebih dulu dibanding

rekan-rekan mereka di Eropa. Mereka menarik pengaruh dari filsafat Aristoteles

dan Neo-Platonis, termasuk Euclid, Archimedes, Ptolemy dan lain-lain. Kaum

muslimin pada saat itu telah berhasil membuat berbagai penemuan di bidang

kedokteran, bedah, matematika, fisika, kimia, filsafat, astrologi, geometri dan

bidang lainnya.yang tak terhitung jumlahnya dan menuliskan karya-karyanya

dalam berbagai buku.

18

Berikut beberapa ilmuwan dan penemu muslim dengan penemuan luar biasa

mereka dan temuan-temuan mereka masih dipergunakan hingga saat ini.

1. AL-FARABI

Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-

Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.

Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa

sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn

Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat

sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir). Al-Farabi dianggap

sebagai salah satu pemikir terkemuka dari era abad pertengahan. Selama

19

hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan,

karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:

a. Logika

b. Ilmu-ilmu Matematika

c. Ilmu Alam

d. Teologi

e. Ilmu Politik dan kenegaraan

f. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau

Negara Utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui

kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut

pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.

2. AL-BATANI

Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli

astronomi dan matematikawan dari Arab. Al-Battani dengan nama lengkap Abū

Abdullāh Muhammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Harrani as-Sabi al-Battānī,

lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam

astronomi adalah tentang penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46

menit dan 24 detik. Al-Battani menemukan sejumlah persamaan trigonometri:

20

Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di ar-Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.

3. IBNU SINA

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah

seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter, kelahiran Persia (sekarang sudah

menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana

sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi

banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak

lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya

di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib 

merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

21

4. IBNU BATUTA

Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah adalah

seorang pengembara (penjelajah) Berber Maroko. Atas dorongan Sultan

Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada

seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada

di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan

catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14. Lahir di

Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh

tahun Ibnu Batutah berangkat haji - ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia

melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang

dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

5. IBNU RUSYD

Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh

Maroko, wafat tanggal 10 Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes,

22

adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd

meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan,

ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd

diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga

kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

6. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI

Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika,

astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar

tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar

tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai

dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Buku pertamanya, al-Jabar,

adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi

kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin

dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian

diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat

pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik

mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

23

7. TSABIT BIN QURRAH

Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18

Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan

dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin.Tsabit lahir di kota Harran,

Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas

ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid

yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia. Ibnu

Qurra membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi.

Dalam astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis

pertama dari sistem Ptolemaic, dan dalam mekanika dia adalah seorang

pendiri statika.

8. MUHAMMAD BIN ZAKARIYA AL-RAZI

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di

dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara

24

tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat

pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia,

matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, Ia berguru kepada

Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, Ia dipercaya untuk

memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin

Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui

sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar

dalam sejarah.

9. ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN

Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia

Barat, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 722 dan wafat pada

tahun 804. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya

ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa

pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik

eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap

eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas

zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap

Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi

lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi,

kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk

melakukan proses-proses tersebut.

25

E. PENYEBAB KEJAYAAN PADA ERA KEEMASAN

Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan

dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat

perdagangan di Jazirah Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang

pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gaagasan dan

barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur

perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya,

peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada

ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India,

dan Cina yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan

kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan

menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada banyaknya penduduk Islam

di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan

etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia tenggara,

dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke

Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu

pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut.

26

F. MENGEMBALIKAN MASA KEEMASAN ISLAM di ERA

GLOBALISASI

Islam dalam sejarahnya pernah menjadi pusat perhatian dari seluruh dunia,

tepatnya pada abad ke-7. Kerajaan Islam pada waktu itu memegang kekuasaan,

yakni kerajaan Umayyah atau Bani Umayyah dan kerajaan Abbasyiah atau Bani

Abbasyiah. Kedua kerajaan besar Islam ini memilki kontribusi yang sangat besar

bagi umat Islam pada saat itu. Bani Umayyah memberikan kontribusi dengan

melakukan ekspansi atau pelebaran wilayah kekuasaan Islam dan mendirikan

bangunan-bangunan dan masjid sebagai pusat kajian dakwah. Berbeda hal dengan

Bani Abbasyiah, mereka lebih memberikan kontribusinya dalam bidang ilmu

pengetahuan, antara lain seperti kedokteran, ilmu astronomi, matematika, saintek,

filsafat, dan lain-lain. Tentu saja semua keberhasilan yang dicapai umat Islam baik

pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasyiah tidak terjadi secara tiba-tiba,

tetapi dengan usaha dan kerja keras, sehingga keberhasilan tersebut dapat diraih.

Sebagai mana Allah berfirman dalam Al-Qur’an,”Dan bahwasanya

seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.

27

(Q.S.An-Najm:39). Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya apa yang diperoleh

manusia bukan semata-mata karena pemberian Allah. Demikian pula dengan

kerajaan Islam tersebut, merupakan usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh

kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sehingga bangsa Eropa dapat

ditaklukkan. “Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara

sungguh-sungguh) menuju ke ridhoan Tuhanmu” (Q.S Al-Insyiqaq:6). Allah

sangat senang dengan hambanya yang mau berusaha dan bekerja keras. Terbukti

jelas dan nyata bahwa umat muslim pada saat itu sangat berjaya terutama di

Andalusia, Spanyol. Kejayaan umat Islam pada saat itu dipengaruhi oleh

semangat dan kerja keras para khalifah-khalifah yang telah memberikan

kontribusinya kepada umat Islam.

Semua khazanah tersebut adalah hasil jerih keringat para khalifah

terdahulu yang sekarang lebih dikembangkan oleh bangsa Barat yang dapat dilihat

sekarang ini dunia sudah sangat mewah dan megah akan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Namun, kemegahan dan kemewahan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang ada sekarang ini seakan melupakan dan menghanyutkan pemikiran

seseorang. Mereka tidak menyadari bahwa ada keharusan seorang muslim untuk

menyaring dan mengambil sesuatu yang membawa perubahan ke arah positif

demi mewujudkan kembali masa kejayaan Islam. Mengutip pendapat dari Alwi

28

Alatas. Manusia adalah pembangun peradaban, tapi Ia juga produk dari suatu

peradaban. Namun demikian, manusia tetaplah unsur terpenting dari suatu

peradaban bukan yang lainnya. Dan yang terpenting dari manusia itu adalah

jiwanya.

Oleh karena itu, untuk membangun dan mewujudkan kembali masa

kejayaan Islam, harus dimulai dari manusianya bukan hanya sekedar fisiknya tapi

yang harus juga dirubah adalah pemikirannya dan juga jiwanya. Jika manusianya

kokoh, maka peradabannya pun akan kokoh juga. Untuk membentuk dan

membangun manusia yang kokoh, harus dimulai dari jiwanya. Jika jiwa

manusianya sudah kokoh, maka akan mudah membentuk dan membangun

fisiknya. Begitulah yang diterapkan para khalifah terdahulu dalam dirinya,

sehingga dapat lahirlah masa-masa kejayaan Islam.

29

G. CENDEKIAWAN MUSLIM di ERA GLOBALISASI

Islam telah ada sejak zaman kenabian. Sejak itu Islam terus berkembang

hingga saat ini. Namun, perkembangan islam tidak semudah apa yang kita lihat,

terlebih pada era modern ajaran Islam cenderung mengalami kemunduran hingga

akhirnya tidak secemerlang pada masa dahulu. Namun sesungguhnya masih

terdapat banyak cendekiawan-cendekiawan muslim di era global ini. Mereka seolah

mampu untuk bangkit bersama-sama untuk kembali mewujudkan Masa Keemasan

di Era Modern. Hal tersebut dibuktikan dengan lahirnya cendekiawan-cendekiawan

yang berbakat layaknya cendekiawan-cendekiawan terdahulu.

Berikut beberapa cendekiawan-cendekiawan muslim di Era Modern :

1. AL-TAHTAWI

Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran

pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad

ke sembilan belas di Mesir. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta,

suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan, dan meninggal

30

di Cairo pada tahun 1873. Ketika berumur 16 tahun ia pergi

ke Cairo untuk belajar di al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia

selesai dari studinya di al-Azhar pada tahun 1922.

2. IR. SOEKARNO

Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo pada tanggal

6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Sukemi

Sosrodihardjo, seorang guru diSurabaya. Ibunya berasal dari Bali.

Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa

Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama

Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya.

Di sana Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat

Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu.

Soekarno seorang pribadi yang lengkap. Namanya harum di mana-

mana. Soekarno tercacat sebagai salah satu fragmen dari “The founding

father” Indonesia. Sikap revolusioner, berwibawa, tegas dan didukung

pula oleh pemikiran yang brilian menempatkan beliau pada posisi

penting dalam sejarah pemikiran politik Indonesia. Hasilnya, lahir ide

besar “Nasionalisme Indonesia”. Menurut Soekarno, seorang nasionalis

sejati adalah orang yang bersedia berbakti dan memperbaiki nasib kaum

kecil dari segala kemelaratan serta melindungi rakyat dari penindasan.

31

3. JAMALUDDIN AL-AFGHANI

Jamaluddin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam

Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu

negara Islam ke negara Islam lain. Ia lahir di Afghanistan pada tahun

1839 dan meninggal pada tahun tahun 1897 diIstanbul, Turki.  Ia

banyak berkiprah dalam pembaharuan yang lebih terfokus pada dalam

bidang politik di samping persoalan keagamaan.

4. KH. AHMAD DAHLAN

32

K.H.  Ahmad Dahlan nama kecilnya Muhammad Darwis putra K.H.

Abu Bakar, lahir tahun 1285 H / 1869 di Kauman Yogyakarta.

Kedudukan ayahnya sebagai penghulu Kraton dan khatib Masjid Agung

Yogyakarta. K.H.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang

bertujuan, ‘anyebaraken piwucalipun Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Wonten ing karesidenan Ngayogyokarto”. Sesuai dengan tujuan ini,

nama yang dianggap tepat bagi organisasi ini adalah “Muhammadiyah”

yang artinya umat Muhammad. Organisasi ini didirikan pada tanggal 18

Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 12 Nopember 1912

M.  di Yogyakarta.

Pembaharuan Islam dilakukan melalui agenda perbahan sosial dengan

metode ijtihad dan tajdidnya. Ahmad Dahlan dalam melakukan proses

ijtihad tanpa harus memperhatikan berbagai persyaratan yang ketat bagi

seorang mujtahid. Hal penting dalam berijtihad adalah berpedoman

kepada al-Qur’an dan al-Hadits. Melakukan perbaikan kehidupan

masyarakat Jawa agar sesuai dengan pemahaman Islam yang benar

yaitu kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits, pemurnian ajaran tauhid

dan tidak beriman secara taqlid.  

5. KH. HASYIM ASY’ARI

33

K.H. Hasyim Asy’ari nama aslinya adalah Muhammad Hasyim, lahir di

Demak pada tahun 1876 M. Dilihat dari silsilah, dapat diketahui bahwa

M. Hasyim berasal dari keluarga dan keturunan pesantren yang

terkenal. Pendidikan  ke berbagai pesantren ditempuh Muhammad

Hasyim mulai beranjak usia lima belas tahun, berpindah dari satu

pesantren ke pesantren lain di Jawa dan Madura. Dikabarkan bahwa

beliau pernah belajar bersama-sama dengan K.H. Ahmad Dahlan di

Semarang.

6. BJ. HABIBIE

7. MUHAMMAD ABDUH

lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M.

Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal

34

dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya menurut riwayat

berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai

kepada Umar bin Khattab.

Pemikiran-pemikirannya untuk memecahkan permasalahan umat Islam

yang harus dilakukan adalah :

a. Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah tertutup.

Dengan ijtihad umat Islam mengembangkan berbagai ilmu

pengetahuan dan peradabannya.

b. Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di kalangan umat

Islam, sebab Allah telah mencipakan akal yang memilki kemauan

bebas (free will) dan bebas berbuat (free act) berdasarkan

hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).

c. Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana pada bangsa

Masa Keemasan terdahulu sehingga umat Islam akan mengalami

kemajuan dan kemenangan.

8. MUSTAFA KEMAL

35

Mustafa lahir pada di Salonika (Turki) pada tahun 1881 M. Ia diberikan

gelar Attartuk yang artinya Bapak Turki. Gelar itu diperoleh karena ia

telah menyelamatkan bangsa Turki dari penjajahan Barat yaitu, Yunani

yang dibantu oleh tentara sekutu (Inggeris, Perancis dan Amerika),

yang mendarat di Turki pada tanggal 15 Mei 1919 M.

Kelahiran Mustafa Kemal merupakan kebangkitan baru bagi bangsa

Turki untuk mengusir penjajah dari bumi Turki. Di samping itu ia telah

mengembalikan kejayaan bagi  Kerajaan Turki Usmani yang waktu itu

dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Abdul Hamid II adalah sosok

sultan yang diktator, namun kekuasaannya tidak memiliki pengaruh

apa-apa bagi kemajuan bagi bangsa Turki, sebab ia hanyalah boneka

yang merupakan tangan panjang penjajah bangsa Barat.

36

H. ERA GLOBALISASI SEBAGAI MASA KEBANGKITAN KEMBALI

Periode ke tiga  yakni periode modern (1800 M hingga sekarang ). Periode

ini di sebut juga periode pembaharuan  karena merupakan zaman kebangkitan dan

kesadaran umat islam  terhadap kelemahan dirinya dan adanya untuk memperoleh

kemajuan dalam berbagai bidang ,terutama dalam bidang pengetahuan dan

teknologi (menyesesuaikan dengan perkembangan zaman). Pada dasarnya kita

perlu sadar bahwa umat muslim di era modern perlu belajar banyak dari sejarah

yang telah terjadi pada masa lampau. Sehingga umat muslim mendapatkan inspirasi

dan referensi untuk bangkit.

Saat ini Islam mengalami kemunduran, bangsa Eropa justru mengalami

kemajuan luar biasa dalam lapangan kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan

teknologi, Oleh karena itu, pada periode ini kondisi dunia islam berada di bawah

pengaruh kolonialisme dan imperialisme Eropa tersebut.

Dalam perjalanan sejarah, baru pada pertengahan abad 20 M, dunia islam

bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan. Periode ini memang merupakan

zaman kebangkitan kembali Islam setelah mengalami kemundururan di periode

pertengahan. Adapun inspirasi kebangkitan di mulai pada saat Napoleon Bonaparte

menduduki Mesir di tahun 1798M. Meskipun penduduk tersebut tidak berlangsung

lama, tetapi hal itu meninggalkan kesan yang mendalam pada diri umat islam

tentang kemajuan Eropa dan ketertinggalan peradaban kaum muslim. Kesadaran

ino lah yang kemudian berubah menjadi berubah menjadi sebuah upaya dan agenda

besar umat Islam di abad modern ini guna melakukan pembaruan dan modernisasi

(refreshing ilmu).

37

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut

dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai

puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain

itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi

dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.

Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang

menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Banyak diantara umat Islam sendiri begitu terkagum-kagum dengan

peradaban Eropa saat ini. Hal tersebut dikarenakan belum mengetahui dan

memperdalam wawasan tentang kebenaran sejarah yang melahirkan peradaban

Eropa itu sendiri. Kebenaran sejarah itu seharusnya dipahami oleh semua Umat

Islam sehingga akhirnya nampaklah kebenaran Islam itu sendiri dan munculah

kebanggaan kita yang lahir sebagai umat Islam. Nampaklah pula bukti bahwa

Islam adalah rahmat bagi semesta Alam. Kebenaran itu adalah bahwa Peradaban

Islam telah mengaruniai cahaya kepada Eropa, yaitu tidak hanya sekedar ilmu

pengetahuan tetapi adalah semangat untuk hidup.

Masa moderen ini memberi landasan intelektual bagi pembaruan di

berbagai bidang, termasuk dalam bidang Agama. Dalam istilah Arab, pembaruan

38

di kenal dengan nama Tajdid. Adapun secara istilah, Tajdid di formulasikan

sebagai upaya dan aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam dari keadaan

yang sedang berlangsung kepada keadaan yang hendak di wujudkan demi upaya

kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat, di kehendaki oleh islam. Kata

pembaharuan islam mempunyai makna”modernisasi”, yaitu ajaran islam yang

bersifat relatif dan terbuka untuk perubahan serta pembaruan.

Islam adalah agama yang memberi kebebasan kepada umatnya untuk

mengekspresikan diri asalkan sesuai dengan kaidah ajaran islam Dan sejalan

dengan tujuan penciptanya, yakni untuk beribadah kepada Allah SWT. Perjalanan

sejarah umat islam telah membuktikan bahwa setiap saat ada umat yang

senantiasa berposisi sebagai pemberi motivasi atau pembaru bagi masyarakat.

Sehingga hendaknya umat muslim dapat memaksimalkan kesempatan tersebut

untuk selalu berbuat yang terbaik dengan niat yang ikhlas serta berharap ridho

Allah SWT semata. InshaAllah, Masa Keemasan akan kembali lagi ke tangan

umat Muslim.

SARAN

Penulis berharap setelah kita mempelajari pembahasan makalah ini , kita

sebagai ummat islam akhir zaman bisa mangambil teladan dalam membangkitkan

kembali peradaban islam dengan tetap konsisten terhadap aqidah kita. Kami juga

menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak sangat

kami harapkan agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan semakin

mendekati kebenaran.

39