AIK Tentang Asyura Syi'ah

26
TUGAS AIK GHOLDIR GHUM (Peringatan Asyura Syi’ah) Kelompok 2 AGITHA FATIHANI (142022000009) RINDA A. MARDANI (142022000054) AINUN JARIYAH (1420220000XX)

description

Peringatan tentang Asyura SyiáhSejarah tentang Asyura Syiáh sendiri

Transcript of AIK Tentang Asyura Syi'ah

TUGAS AIKGHOLDIR GHUM

(Peringatan Asyura Syi’ah)

Kelompok 2AGITHA FATIHANI (142022000009)RINDA A. MARDANI (142022000054)AINUN JARIYAH (1420220000XX)

Peringatan Asyura Syi’ahDalam setiap peringatan hari besar, Pada tanggal 10 Muharram atau disebut dengan hari Asyura, kita akan melihat ritual berdarah Syi’ah. berbeda dengan perayaan hari besar kaum muslimin seperti peringatan terbunuhnya Ali bin Abi Tolib dan peringatan terbunuhnya Husein bin Ali, kaum rafidhoh melakukan upacara ritual untuk mengekspresikan kesedihan mereka terhadap musibah-musibah yang menimpa ahlul bait, yang kebanyakan cerita musibah itu adalah karangan mereka sendiri.

Mereka sedih atas kematian Husain saat itu sehingga mereka memukul dada, menampar pipi, memukul bahu, mengiris-ngiris kepala mereka dengan pedang sampai menumpakan darah. Sampai anak kecil pun mengiris kepalanya. Wallahul musta’an. Itulah salah satu kesesatan Syi’ah yang dapat ditemukan pada hari Asyura.

SEJARAH RITUALAcara ritual ini bermula dari rasa sedih para pengikut Ali bin Abi Tolib yang telah berjanji untuk berperang membela Ali namun ketika terjadi perang mereka lari meninggalkan Ali bin Abi Tolib sendirian hingga Ali bin Abi Tolib pun bosan dan membenci mereka karena kemunafikan mereka. Lalu Ali bin Abi Tolib berkhotbah di kepada mereka dan menjuluki mereka dengan sifat-sifat yang jelek seperti pengkhianat, pembohong, kaum yang hina, orang yang berakal kerdil dll

”Aku mengajak kalian untuk berjihad dan kalian menolak, aku telah memberitahu kalian tapi kalian tidak mau mendengarkan, aku telah berdakwah kepada kalian mengajak kepada kebenaran tapi kalian tolak dakwahku, aku telah menasehati kalian tapi kalian enggan untuk menerima..”

Hingga Ali bin Abi Tolib berkata:“Demi Allah..aku ingin agar Mu’awiyah menukar pengikutnya dengan pengikutku seperti menukar uang, maka 10 orang pengikutku akan kutukar dengan 1 orang pengikut Mu’awiyah”

Kesedihan pengikut Ali bin Abi Tolib makin bertambah ketika mereka menulis surat kepada Husein bin Ali bahwa mereka berbaiat kepada Husein dan berjanji akan menolongnya, tetapi ketika Husein bin Ali benar datang mereka tinggalkan mati sendirian bersama keluarganya seperti mereka meninggalkan muslim bin aqil mati sendirian. Maka bertambahlah kesedihan mereka hingga hati kecil mereka merasa bersalah, lalu mereka mulai menghukum diri mereka sendiri dengan memukul dada dan menampar pipi mereka.

Ritual ini berkesinambungan, setiap generasi menghukum diri mereka sendiri atas kesalahan yang dilakukan oleh generasi yang hidup jauh sebelum mereka, yaitu pengkhianatan terhadap Allah dan Ahlul bait. Generasi yang datang belakangan tidak pernah memahami sebab utama ritual ini dan mengira bahwa ritual ini hanya bertujuan untuk mengungkapkan kesedihan atas kejadian yang menimpa Husein bin Ali dan ahlul bait seperti yang didengungkan oleh para ulama, dan bukannya sebagai penyesalan atas pengkhianatan mereka

Mereka meyakini bahwa ritual ini untuk mencari pahala dengan rasa cinta kepada Husein bin Ali dan mereka lupa bahwa sebenarnya ritual ini diadakan sebagai hukuman kepada diri mereka sendiri yang telah menkhianati Husein bin Ali. Ini hukuman di dunia, di akherat Allah akan menghukum mereka dengan hukuman yang lebih berat.

Kenapa Kelakuan Mereka Dikatakan Sesat?Karena setiap perkara muhdats yang tidak pernah dicontohkan dalam Islam, tentu saja sesat. Hal-hal semacam di atas jelas suatu kemungkaran dan telah dilarang oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena dalam Islam tidak boleh melakukan semacam itu baik karena kematian seorang yang dianggap mulia atau kematian seorang yang syahid di jalan Allah.

Kita tahu bahwa di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak di antara para sahabat yang mendapati syahid seperti Hamzah bin Abdul Muthollib (paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Tholib, ‘Abdullah bin Rowahah. Namun tidak pernah di masa beliau melakukan seperti yang dilakukan oleh Rafidhah. Law kaana khoiron, la-sabaqunaa ilaih, seandainya perkara tersebut baik, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih dahulu melakukannya.

Coba lihat pula bagaimana ketika Nabi Ya’qub ‘alaihis salam tertimpa musibah dengan hilangnya Yusuf ‘alaihis salam, apakah beliau sampai memukul-mukul dada? Apakah sampai ingin menumpahkan darahnya sendiri dengan mengores-ngores badan? Apakah sampai dijadikan ‘ied (perayaan) atau hari berduka seperti yang dilakukan Rafidhah? Amalan yang dilakukan Rafidhah tidak lain hanyalah warisan dari Jahiliyah, masa suram sebelum Islam. Islam dengan sangat jelas telah melarangnya.

Hadits yang Membicarakan Tentang Berduka yang TerlarangDari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�وب� • ي �ج� ال ق و�ش� �خ�د�ود� ال �ط�م� ل م�ن� ا م�ن �س� �ي لة �ي �ج�اه�ل ال �د�ع�و�ى ب و�د�ع�ا

• “Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang menampar pipi (wajah), merobek saku, dan melakukan amalan Jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103).

Namun lihatlah bagaimana yang dilakukan oleh Rafidhah di hari ‘Asyura. Yang mereka lakukan jelas bukan ajaran Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu pula para sahabat radhiyallahu‘anhum tidak pernah melakukannya. Mereka tidak pernah melakukannya ketika ada yang meninggal dunia. Padahal wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih daripada kematian Husain radhiyallahu ‘anhu.

Sedih Atas Kematian HusainAl Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata,“Setiap muslim seharusnya bersedih atas terbunuhnya Husain radhiyallahu‘anhu karena ia adalah sayyid-nya (penghulunya) kaum muslimin, ulamanya para sahabat dan anak dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Fathimah yang merupakan puteri terbaik beliau. Husain adalah seorang ahli ibadah, pemberani dan orang yang murah hati.

Akan tetapi kesedihan yang ada janganlah dipertontokan seperti yang dilakukan oleh Syi’ah dengan tidak sabar dan bersedih yang semata-mata dibuat-buat dan dengan tujuan riya’ (cari pujian, tidak ikhlas). Padahal ‘Ali bin Abi Tholib lebih utama dari Husain.

Lebih daripada itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau adalah sayyid (penghulu) cucu Adam di dunia dan akhirat. Allah telah mencabut nyawa beliau sebagaimana para nabi sebelumnya juga mati. Namun tidak ada pun yang menjadikan hari kematian beliau sebagaima’tam (hari kesedihan). Kematian beliau tidaklah pernah dirayakan sebagaimana yang dirayakan pada kematin Husain seperti yang dilakukan oleh Rafidhah (baca: Syi’ah) yang jahil.

Yang terbaik diucapkan ketika terjadi musibah semacam ini adalah sebagaimana diriwayatkan dari ‘Ali bin Al Husain,dari kakeknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda,

وإن • فيتذكرها بمصيبة يصاب مسلم من ماأعطاه إال استرجاعا لها فيحدث عهدها تقادم

بها أصيب يوم مثل األجر من الله

“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, lalu ia mengenangnya dan mengucapkan kalimat istirja’ (innalillahi wa inna ilaihi rooji’un) melainkan Allah akan memberinya pahala semisal hari ia tertimpa musibah” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Demikian nukilan dari Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, 8: 221.

Salah satu contoh bentuk penyesalan mereka

Anak kecil pun ikut melukai kepala nya

Peranan iran dalam pengembangan ritual iniSejak berubah menjadi negara islam, iran menggalakkan warganya untuk menghidupkan kembali ritual2 seperti ini bahkan ikut mendanai kaum syiah di mana-mana untuk mengadakan perayaan 10 muharam besar-besaran. Tapi yang aneh, sebagian syiah tidak memiliki uang untuk membeli makanan tetapi iran malah memberikan dana dalam jumlah besar hanya untuk mengadakan perayaan ritual ini dengan alasan agama.

Sehabis acara perayaan, kita melihat pemandangan cukup memalukan yang diliput oleh media massa dunia. Darah, gambar orang memukul diri disiarkan oleh media massa dengan menuliskan bahwa ini adalah perayaan hari besar kaum muslimin. Hal ini sangat memalukan kaum muslimin.

Pendapat dunia terhadap ritual iniKantor berita reuter bagaikan mendapat “harta karun” berharga ketika wartawannya di wilayah nabtiah lebanon merekam gambar seorang syi’ah sedang memukul kepala anaknya dengan pedang pada perayaan 10 muharam. Begitulah, para pengikut aliran sesat selalu memberikan bukti atas kecaman musuh terhadap islam.

Foto-foto berdarah perayaan asyura dimuat di media masa dunia, mereka membahasnya panjang lebar di koran, majalah bahkan channel TV untuk membahas kebuasan dan sifat haus dan ritual ibadah kaum muslimin yang jauh dari kemanusiaan.

Demikian kesesatan Syi’ah pada hari ‘Asyura. Kematian seseorang tidaklah dengan perayaan sesat seperti yang dilakukan oleh orang Syi’ah. Moga Allah melindungi kita dari kesesatan Syi’ah.