TAFSIR SYI'AH (METODE PENAFSIRAN AL-QURAN PERSPEKTIF SYI'AH).docx

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tafsir merupakan bagian dari khazanah intelektual islam dalam memahamai sumber ajaran islam, sejalan dengan perkembangan zaman tafsir telah berkembang sesuai dengan perspektif yang digunakan oleh seseorang maupun kelompok tertentu dalam memahami sumber tersebut yaitu kitab suci Al- Qur’an. Hal demikian dikenal juga dengan istilah Mazahibut Tafsir, yang berbicara tentang bagaiaman setiap dari mereka memahami dan menginterpretasikan setiap makna kata sehingga satu kata memiliki ragam tasfir dan pemahaman dengan berbagai kepentingan yang disungnya. Dalam Mazahibut Tafsir, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa aliran-aliran dalam tafsir memiliki corak tertentu sesuai dengan perspektif yang mereka gunakan. diantaranya dari sudut pandang disiplin ilmu pengetahuan seperti tafsir ilmi, tafsir linguistik, tafsir ekologi dan lain sebagainya. Maupun dari sudut pandang idelogi keagamaan atau teologi. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini, penulis mencoba membahas tafsir dari sudut pandang teologi yaitu tafsir syi’ah. Untuk mengetahui penjelasan lebih detail tentang tafsir syi’ah dapat dilihat dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Latar Belakang munculnya tafsir syi’ah ? 2. Bagaimana corak dan metode penafsiran syi’ah ? Tafsir Syi’ah 1

Transcript of TAFSIR SYI'AH (METODE PENAFSIRAN AL-QURAN PERSPEKTIF SYI'AH).docx

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangTafsir merupakan bagian dari khazanah intelektual islam dalam memahamai sumber ajaran islam, sejalan dengan perkembangan zaman tafsir telah berkembang sesuai dengan perspektif yang digunakan oleh seseorang maupun kelompok tertentu dalam memahami sumber tersebut yaitu kitab suci Al-Quran. Hal demikian dikenal juga dengan istilah Mazahibut Tafsir, yang berbicara tentang bagaiaman setiap dari mereka memahami dan menginterpretasikan setiap makna kata sehingga satu kata memiliki ragam tasfir dan pemahaman dengan berbagai kepentingan yang disungnya.Dalam Mazahibut Tafsir, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa aliran-aliran dalam tafsir memiliki corak tertentu sesuai dengan perspektif yang mereka gunakan. diantaranya dari sudut pandang disiplin ilmu pengetahuan seperti tafsir ilmi, tafsir linguistik, tafsir ekologi dan lain sebagainya. Maupun dari sudut pandang idelogi keagamaan atau teologi. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini, penulis mencoba membahas tafsir dari sudut pandang teologi yaitu tafsir syiah. Untuk mengetahui penjelasan lebih detail tentang tafsir syiah dapat dilihat dalam makalah ini.1. Rumusan Masalah1. Bagaimana Latar Belakang munculnya tafsir syiah ?2. Bagaimana corak dan metode penafsiran syiah ?3. Apakah kelebihan dan kekurangan tafsir syiah ?

1. Tujuan Penulisan0. Untuk mengetahui Latar Belakang munculnya tafsir syiah0. Untuk mengetahui corak dan metode penafsiran syiah0. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tafsir syiah

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir SyiahDalam pembahasan ini, sebelum mengetahui apa itu tafsir syiah, terlebih dahulu kita perlu mengetahui arti dari masing-masing kata tersebut, terdapat dua kata yaitu tafsir dan syiah. Pengertian tafsir, seperti yang dikatakan oleh Dr.H. Abdul Mustaqqim bahwa tafsir adalah suatu hasil pemahaman atau penjelasan seorang penafsir, terhadap Al-Quran yang dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan tertentu, dengan tujuan untuk memperjelas suatu makna ayat-ayat Al-Quran atau menguraikan berbagai dimensi dan aspek yang terkandung dalam Al-Quran, sesuai dengan kemampuan manusia memahaminya.[footnoteRef:1] [1: Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Quran (Yogyakarta: Adab Pres, 2012), hal.3.]

Sedangkan kata syiah, secara etimologi bersal dari kata syiiy yang berarti kelompok atau golongan, dapat digunakan untuk seseorang, dua orang atau jamak baik pria maupun wanita. Sedangkan menurut Ahmad Al Waili, syiah menurut bahasa adalah pengikut atau pembantu.[footnoteRef:2] [2: Fadil Suud Jafari, Islam Syiah (Malang: Uin-Maliki Press, 2010), hal.19.]

Adapun diantara dalil tentang syiah, sekaligus menjadi pegangan bagi golongan syiah yaitu seperti dalam Firman Allah swt surat Ash-Shaffat ayat 83 : Artinya : dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar Termasuk golongannya (Nuh). Menurut Dr. Fuad Muhammad Fachruddin mengatakan bahwa kata syiah merupakan kata yang diartikan oleh golongan tersebut berdasarkan Firman Allah swt dalm surat Al-Anam ayat 159 : Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.Jadi, secara etimologi kata syiah dari beberapa pengertian dan dalil diatas dapat dipahamai bahwa syiah adalah pengikut atau kelompok.Secara terminologi, menurut Asy-Syahrastani mengatakan syiah adalah kelompok masyarakat yang menjadi pendukung Ali bin Abi Thalib. Mereka berpendapat bahwa Ali adalah imam dan khalifah yang ditetapkan melalui wahyu dan wasiat Rasululah, dan imam tidak boleh keluar dari jalur keturunan Ali dan jika terjadi imam bukan dari keturunan ali, hal itu merupakan kezhaliman dari orang lain.[footnoteRef:3] [3: Asy-Syahrastani, Al-Milal Wa Al-Nihal (Surabaya: PT Bina Ilmu,tt), hal.124.]

Sedangkan menurut An-Nubakhti dalam kitabnya Al-Firaq Wa Al-Maqalat yang dikutip oleh Abu Bakar Aceh mengatakan syiah itu adalah suatu golongan yang terdapat dalam islam, baik dalam masa nabi maupun sesudah nabi wafat, dikenal dengan ketaatannya dalam keputusan dan keimanannya, seperti yang diperbuat oleh Miqdad Ibn Aswad, salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Jundub Ibn Judadah Al-Ghifari, Ammar bin Yassar, dan orang-orang inilah yang simpati kepada Ali bin Abi Thalib. Orang-orang inilah yang mula-mula menggunakan kata syiah sebagaimana dimasa silam orang mengatakan kata syiah itu bagi pengikut Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan nabi-nabi lain.[footnoteRef:4] [4: Abu Bakar Aceh, Perbandingan Mazhab Syiah Rasionalisme dalam Islam (Semarang: CV Ramadhani, 1980), hal.10]

Dengan penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa tafsir syiah adalah suatu bentuk hasil penafsiran yang dilakukan oleh golongan syiah terhadap Al-Quran dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu. B. Latar Belakang Tafsir SyiahSebelum membahas latar belakang atau tujuan munculnya tafsir syiah, kita juga harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang munculnya aliran syiah, karena menurut Ignaz Goldziher ketika ia mengatakan tentang apa tujuan yang ingin dicapai oleh penganut aliran syiah dengan memasukan kepentingan sekte keagamaan serta prinsip-prinsip dasar mereka dalam penafsiran Al-Quran. Sebab, menurut pandangan beliau tokoh-tokoh agama dari golongan ini belum mengupayakan secara sungguh-sungguh dan proporsional untuk menetapkan prinsip-prinsip dasar yang membedakan keyakinan keagamaan dan politik. Sedangkan, wilayah yang menjadi perdebatan pada saat itu berbentuk politik yang hanya terbatas pada upaya-upaya penolakan terhadap kepemimpinan golongan Ahli Sunnah, dengan melakukan rongrongan untuk menolak kepemimpinan kehalifahan di bawah dinasti Umayyah dan Abbasyiah. Sehingga, munculah gagasan mereka tentang kesucian atas diri sahabat Ali bin Abi Thalib serta para Imam Syiah.[footnoteRef:5] [5: Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir:Dari Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: Elsaq Press, 2012), hal. 315.]

Ada beberapa pendapat menganai latar belakang munculnya aliran syiah yang pada umumnya berawal dari persoalan politik, yaitu:Pedapat pertama, yaitu pendapat mutakallimin dan penulis-penulis syiah. Mereka ini berpendapat bahwa syiah lahir di masa Nabi saw, dan bahwa kesyiahan sejak semula telah berjalan berdampingan dengan Islam Perkataan al-Ustadz Muhammad al-Husain Ali Kasyif al-Ghitha: Sesungguhnya orang pertama yang menaburkan benih kesyiahan dalam ladang Islam adalah pembawa syariat itu sendiri. Beliaulah yang bekeinginan sendiri agar benih kesyiahan itu tertanam bersama dengan benih Islam sebelah menyebelah, sama rendah dan sama tinggi. Tak putus-putusnya beliau merawat dan menjaganya dengan siraman dan pertolongan sehingga benih itu tumbuh dengan subur dalam masa hiudpnya dan berubah setelah wafatnya.Demikianlah pendapat syiah, baik yang dahulu maupun yang sekarang. Sedangkan kita tidaklah berpendapat seperti itu, karena sesungguhnya kelompok syiaah, dan semua kelompok lainnya semua tumbuh dalam situasi dan kondisi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah saw. Tegasnya, di masa Nabi tidak pernah ada sunnah ataupun syiah dengan artian yang dikenal sekarang ini. Karena seungguhnya Rasulullah saw datang dengan membawa ajaran agama yang semua penganutnya berpegangan pada ayat di bawah ini: Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Pendapat kedua, pendapat ini menyatakan bahwa syiah lahir pada hari Tsaqifah. Pendapat ini disandarkan pada pernyataan sekelompok sahabat pada hari tersebut, atas wajibnya kedudukan imamah atas Ali ra.Pendapat ketiga, pendapat ini menyatakan bahwa syiah lahir pada saat terbunuhya khalifah Utsman bin Affan ra.Pendapat keempat, pendapat inimmenyatakan bahwa syiah bermula pada peristiwa perang berunta (waqiatul jamal)Pendapat kelima, pendapat ini menyatakan bahwa syiah lahir pada Yaumut Tahkim (Hari arbitrasi antara pihak Ali dan Muawiyyah dalam perang shiffin).[footnoteRef:6] [6: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.120.]

Dari kelima pendapat diatas, dari berbabagai literatur menyebutkan bahwa yang lebih masyhur dan umum, latar belakang munculnya aliran syiah ini sesuai dengan pendapat kelima yaitu disebabkan oleh peristiwa tahkim antara golongan Ali dan Muawiyyah dalam perang shiffin.Dengan demikian, dapat dipahami bahwa awal kemunculan aliran syiah tidak lebih didasarkan pada persoalan politik, lalu kemudian mereka membawa persoalan tersebut kedalam persoalan keyakinan keagaman salah satunya persoalan mengenai penafsiran al-quran dengan menggunakan prinsip-prinsip menurut kepentingan sekte keagamaan aliran mereka. C. Tokoh-Tokoh Tafsir SyiahPersoalan mengenai ahli tafsir syiah, baik orang syiah maupun sunni menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai ahli tafsir Al-Quran yang pertama dalam sejarah Islam, dan Ali diklaim sebagai imam dalam aliran syiah. selanjutnya, Sahabat Rasulullah saw yang lain adalah Ubay bin Kaab dan Abdullah bin Abbas dengan tafsirnya Tafsir Ibn Abbas yang dijadikan oleh orang syiah sebagai kitab tafsir dalam menguatkan ideologi mereka. Dalam golongan tabiiin, adapun ahli tafsir syiah diantaranya adalah Maisam bin Yahya At-Tamanar (w. 60 h), Said bin Zubair (w. 94 h), Abu Saleh Miran, Thaus Al-Yamani (w.106 h), dan Ibn Qutaibah. Dan juga terdapat ahli tafsir lainnya seperti Imam Muhammad Al-Baqir (w. 114 h), Jabar bin Yazid Al-Jufi (w. 127 h), Hisyam bin Muhammad As-Said Al-Kalbi (w. 206 h), Hasan bin Mahmud As-Sarad (w. 224 h), Abu Usman Al-Mazani (w. 248 h), Farrad Bin Ibrahim, Husain bin Said Al-Ahwazi, Hasan bin Khalid Al-Barqi, Hasan bin Asadi dan lain sebagainya.[footnoteRef:7] [7: Abu Bakar Aceh, Perbandingan Mazhab Syiah Rasionalisme dalam Silam (Semarang: Cv Ramadhani, 1980), hal.155-156]

Ignaz Goldziher mengatakan bahwa kitab pertama yang meletakan dasar-dasar (prinsip-prinsip) mazhab syiah adalah kitab tafsir Al-Quran yang dikarang pada abad kedua hijriyah oleh Imam Al-Jabir Al-Jufi (w.128 H), tetapi kitab ini tidak ditemukan dan tidak diketahui kecuali melalui cerita sepotong-sepotong. Kemudian pada abad ketiga hijriyah mungkin kitab tafsir yang paling tua adalah kitab Bayan As-Sadat Fi Maqam Al-Ibadah karya Sulthan Muhammad bin Hajar Al-Bajakhti selesai kitab ini ditulis pada tahun 311 H, dan telah dicetak di teheran pada tahun 1314 H.[footnoteRef:8] [8: Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir:Dari Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: Elsaq Press, 2012), hal.335.]

Disamping itu, sejalan dengan perkembanagan zaman telah banyak bermunculan kitab-kitab tafsir syiah diantaranya adalah At-Tibyan Jami Likulli Ulumil Quran karangan Ath-Thusi, Raudhul Jannati fi Tafsir Al-Quran karangan imam Abu Futuh Ar-Razy Al-Husain, Majmaul Bayan fi Tafsir Quran karangan Ath-Tabrisi, Ash-Shafi fi Tafsiril Quranil Karim karangan Muhammad bin Asy-Syaah, Tafsir Al-Quran karangan Abdullah bin Muhammad, Fathul Qadir karangan Imam Asy-Syaukani, Amtsal fi Tafsir Kitabillah karangan Nashr Makarim As-Shirazy, dan Al-Mizan fi Tafsiril Quran karangan Muhammad Tabatabai.D. Corak dan Metode Penafsiran Syiah Mengenai corak penafisran syiah, sudah tergambar pada pembahasan di latar belakang penafsiran Syiah yaitu bercorak sektarian (kepentingan kelompok). Untuk metodenya, secara garis besar penulis membagi dua pokok kajian dalam pembahasan ini yaitu pertama, metode penafsiran Al-Quran aliran syiah secara umum. Kedua, metode penafsiran Al-Quran menurut cabang-cabang dalam Aliran Syiah. Karena, Syiah memiliki cabang aliran yang sangat banyak, secara umum terdapat empat golongan besar yaitu Al-Kisaniyah (Al-Mukhtariyah, Al-Hasyimiyah, Bayaniyah, dan Rizamiyah), Zaidiyah (Al-Jarudiyah, As-Sulaimaniyah, dan As-Shalihiyah), Imamiah (Itsna Asyariyah dan Ismailiyah) dan Ghulat.[footnoteRef:9] dan akan tetapi penulis hanya menjelaskan cabang aliran syiah yang terpenting saja yaitu aliran Syiah Zaidiyah dan Syiah Imamiah (Itsna Asyariyah dan Ismailiyah). [9: Asy-Syahrastani, Al-Milal Wa Al-Nihal (Surabaya: PT Bina Ilmu,tt), hal.124.]

Pertama, metode secara umum yang digunakan oleh Aliran Syiah dalam menafsirkan Al-Quran diantaranya adalah mereka menggunakan sumber tafsir yang bil matsur dan bi rayi, serta menggunakan metode tawil.Kedua, secara khusus adapun metode penafsiran yang digunakan oleh masing-masing cabang dalam aliran syiah, dan yang akan dibahas adalah aliran Syiah Zaidiyah dan Imamiah (Imamiah Itsna Asyariyah dan Imamiah Ismailiyah).1. Syiah Zaidiyah Kelompok ini adalah pengikut Imam Zaid bin al-Husain ra, yang mendukung dan mengikuti beliau. Mereka pula yang mendorong beliau untuk memberontak menentang Khalifah Dinasti Umayyah, Hisyam bin Abdul Malik. Dikatakan bahwa penyebab lahirnya para pengikut beliau itu ialah ketika berkecamuknya peperangan anatara beliau dan Yusuf binAmr as-Saqafi, seorang gubernur khalifah Hisyam bin Abdul Malik, dan para pengikutnya yang telah berjanji setia kepada beliau.[footnoteRef:10] [10: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.122.]

Kelompok syiah Zaidiyah adalah orang-orang yang yang moderat dalam pandangan dan prinsip-prinsip mereka. Mereka adalah kelompok syiah yang paling dekat kepada Ahlus Sunnah.Aliran syiah zaidiyah memiliki metode penafsiran al-quran yang bersifat moderat, yaitu lebih dekat dengan paham ahlu sunnah wal jamaah dan juga dipengaruhi oleh aliran Mutazilah. Dapat dibuktikan pada salah satu sumber kitab tafsir zaidiyah yaitu Fathul Qadir karangan Imam As-Syaukani, yang mana beliau menggunakan metode gabungan antara bil matsur dan bi rayi. Dan sumber tersebut beliau juga merujuk kepada kitab tafsir lain seperti Al-Qurthubi dan Az-Zamakhsyari. Contoh ayat tafsiran beliau surat Ali Imran ayat 169 : Artinya : janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.Menurut Imam Asy-Syaukani, orang-orang mati syahid itu benar-benar hidup secara hakiki, bukan majazi, dan mereka diberi rezki di sisi tuhan mereka. disamping itu, beliau juga menyebutkan pendapat-pendapat para ulama mengenai orang-orang yang mati syahid, seperti pendapat jumhur ulama bahwa mereka itu hidup dengan hidup yang sebenarnya dan bersenang-senang dengan nikmat Allah.2. Syiah ImamiahKelompok ini adalah kelompok-kelompok yang mempromosikan keimaman Ali ra langsung sesudah Rasulullah Saw, dan menyatakan bahwa terdapat dalil-dalil yang shahih dan eksplisit mengenai keimaman Ali. Adapun jalur para imam menurut golongan ini adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian dilanjutkan oleh anaknya Hasan, kemudian Husain, ditersukan oleh anaknya Zainal Abidin, kemudian anaknya Muhammad Al-Baqir, dan dilanjutkan oleh anaknya Jafar Ash-Shadiq.[footnoteRef:11] [11: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.123-124]

Selanjutnya, terjadi persilisihan pendapat mengenai siapa selanjutnya yang berhak menjadi imam setelah itu. Sehingga, munculah berbagai kelompok, akan tetapi terdapat dua kelompok yang masyhur seperti kelompok yang dibawah ini.a) Imamiah Itsna AsyariyahKelompok syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (yang disebut juga syiah jafariyah) berpendapat bahwa setelah Jafar As-Shidiq, imamah berpindah kepada puteranya, Musa al-Khazim, lalu kepada puternya, Ali ar-Ridha, kemudian kepada anaknya Muhammad al-Jawad, selanjutnya kepada puternya, Ali al-Hadi, berlanjut kepada puteranya, Hasan al-Asykari, kemudian kepada puteranya, Muhammad al-Mahsi al-Muntazhar (al-Mahdi yang ditunggu-tunggu) yang terakhir ini adalah imam yang kedua belas.Kaum Syiah Itsna Asy-Ariyah memiliki banyak tokoh-tokoh pengarang tafsir yang kitab-kitabnya memenuhi perpustakaan Islam. menurut Dr. Mahmud Basuni Faudah, banyak kitab-kitab tafsir Syiah Itsna Asy-Ariyah yang telah ikut berjasa dalam menafsirkan kitabullah taala dan tegak bersama saling bahu-membahu dengan kitab-kitab tafsir Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Diantara kitab-kitab tafsir karangan mereka itu adalah dua kitab tafsir besar seperti At-Tibyanu fi Ulumil Quran karangan Imam Ath-Thusi dan Majmaul Bayan fi Tafsiril Quran karangan Ath-Tabrisi.[footnoteRef:12] [12: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.122]

Dalam kaitannya dengan penafsiran Al-Quran, aliran ini memiliki metode tersendiri dalam menafsirkan ayat Al-Quran. Akan tetapi, penulis mengambil contoh metode penafsiran dalam kitab tafsir Ath-Tabrisi. Dalam kitab tafsirnya beliau menggunakan berbagai metode salah satunya adalah mengedepankan akan kebenaran sekalipun kadang-kadang beliau terpaksa menentang pendapat mazhabnya sendiri dan berpaling dari akidah-akidahnya yang yang bersifat fanatisme terhadap golongan, dan ini berbeda dengan kelompok syiah lainnya. Ini menunjukan sikap moderat beliau ketika menafsirkan ayat Al-Quran, bahwa beliau dalam mengutip riwayat sahabat tidak terikat pada kaidah tafsir syiah yang harus dikutp adalah riwayat imam syiah, akan tetapi Ath-Tabrisi juga mengambil riwayat-riwayat sahabat di luar syiah yang beliau anggap benar, seperti Aisyah, Umar dan Abu Bakar. Sehingga, sikap beliau ini dekat dengan pandangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.[footnoteRef:13] [13: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.172]

Sebagai contoh, dapat kita lihat penafsiran beliau dalam surat al-waqiah ayat 10: Artinya : dan orang-orang yang paling dahulu.Ayat ini menurut beliau, tafsirannya adalah yang dikatakan dengan orang-orang yang paling dahulu adalah orang-orang yang paling dahulu beriman. Pendapat ini diriwayatkan oleh Muqatil dan Ikrimah. Sedangkan riwayat dari ibn abbas menafsirkannya sebagai orang-orang yang paling dahulu hijrah. Ali bin Abi Thalib menafsirkannya sebagai orang-orang yang paling bersegera dalam melaksanakan shalat lima waktu. Juga dikatakan bahwa mereka adalah orang yang paling segera melakukan jihad fi sabilillah, seperti yang diriwayatkan dari Adh-Dahak. Juga dikatakan, mereka adalah orang-orang yang bersegera bertaubat dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, sebagaimana yang diriwayatkan dari Said bin Jubair. akhirnya diriwaytkan dari Ibn Kaisani, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang paling dahulu adalah mereka yang yang paling dahulu mengerjakan seruan Allah, dan ini adalah pendapat yang paling utama, karena meliputi semua pendapat yang lain.b) Imamiah IsmailiyahAdapun kelompok Syiah Ismailiyah mereka berpendapat bahwa imamah setelah Jafar ash-Shiddiq berpindah kepada puteranya Ismail, yang berdasarkan nash bapaknya, lalu berpindah kepada puteranya, Muhammad al-Maktum, yang merupakan imam yang pertama menghilang. Imam-imam sesudah dia semuanya bersembunyi, sampai meraka mendakwakan Abdullah, kepada kaum Fatimiyyah, sebagai imam. Syiah imamiyah Ismailiyyah terkenal pula dengan bermacam-macam sebutan diantaranya; Bathiniyah, Qaramithah, Haramiyah, Sabiiyah, dan lain-lain.[footnoteRef:14] [14: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.124.]

Aliran syiah ismailiyah, disebut juga dengan aliran bathiniyah karena, menurut mereka Al-Quran itu mempunyai dua makna, yaitu makna zhahir dan makna bathin. Sedangkan yang dikehendaki adalah makna bathinnya, karena makna zhahir itu sudah cukup dimaklumi dari ketentuan bahasa (lughawy).[footnoteRef:15] Dalam hal ini mereka berpegang pada firman Allah swt dalam surat Al-Hadid ayat 13: [15: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.221]

.. Artinya : lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.Sehingga mereka mengatakan, orang yang berpegang teguh pada makna zhahir akan mendapatkan siksaan oleh hal-hal menyulitkan dalam kandungan kitab suci. Sedangkan kalau mengambil pada makna batinnya akan mengarahkan kepada rahmat dan kemudahan dalam mengamalkan isi kitab tersebut. Dalam menawilkan ayat-ayat Al-Quran, mereka tidak menawilkannya secara keseluruhan. Akan tetapi, hanya sebagian ayat saja menurut selera mereka. sehingga tidak ada tokoh-tokoh dari golongan mereka membuat kitab tafsir yang menafsirkan ayat Al-Quran secara keseluruhan.Adapun contoh tafsiran aliran Syiah Ismailiyah yang menggunakan makna bathin, seperti dalam firman allah surat al-ankabut ayat 45:.. .. Artinya : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Menurut aliran mereka, kata shalat berarti punutur (an-nathiq) yaitu Rasulullah saw. Tawilan mereka lainnya seperti: menawilkan wudhu adalah kepemimpinan imam, tayammum adalah pengganti imam yang berwewenang di saat imam yang menjadi hujjah sedang tidak ada, kabah adalah nabi, shafa adalah nabi, marwa adalah ali, thawaf tujuh kali melambangkan kepemimpinan imam yang tujuh.[footnoteRef:16] [16: Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir (Bandung: Pustaka, 1987),hal.223]

E. Contoh Ayat dalam Penafsiran SyiahPada pembahsaan ini, penulis mencoba mengambil salah satu ayat yang ditafsirkan oleh aliran syiah, yang mana ayat ini menurut penulis sangat penting dalam ajaran aliran syiah, yaitunya ayat tentang nikah mutah. Firman allah swt dalam surat An-Nisa ayat 24: Artinya : dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu milik (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.Sebelumnya, kita perlu mengetahui apa itu nikah mutah itu sendiri. Mutah berarti santai untuk bersenang-senang semata sedangkan perkawinan adalah satu lembaga yang penuh tanggung jawab untuk menjaga kaum wanita dan keturunan dalam keadaan layak, sopan dan budi pekerti. Perkawinan mutah adalah perkawinan yang munqathi (terputus) tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan (al-mutah).[footnoteRef:17] [17: ]

Nikah mutah merupakan suatu ajaran yang telah mentradisi bagi golongan syiah. Dalam memahamai dibolehkannya nikah mutah bagi golongan syiah, penulis mencoba menguraikan alasan maupun pendapat-pendapat mereka tentang dibolehkannya nikah mutah. Oleh sebab itu, penulis mengambil pendapat salah seorang seorang tokoh syiah Tabatabai yang mana ia adalah pengarang kitab Tafsir Al-Mizan. Tabatabai dalam memahami firman allah diatas, awalnya ia menjelaskan dari sudut pandang lughawy nya, menurut belaiu dhamir bahwa (Ma) itu merupakan dengan lafadz yang merupakan dan dhamir kembali pada dan menjadikannya makna barang siapa yang telah bernikmat-nikmat dengan wanita. Adapun lafadz merupakan cabang dari lafadz-lafadz yang terdahulu karena adea huruf Fa yang merupakan cabang dari sebagian () atas keseluruhan () atau cabang dari atas tanpa adanya keraguan. Maka yang dimaksud kalam yang terdahulu, yakni Dengan menjelaskan makna dhamir diatas menurut Tabatabai bahwa lafadz dalam ayat ini merupakan ayat tentang nikah mutah tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesungguhnya ayat ini merupakan ayat madaniyah yang diturunkan setelah Nabi hijrah.Disamping itu, Tabatabai juga mengambil tafsir dari mufassir terdahulu, Sahabat atau tabiin seperti Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Ibn Kaab Qatadah, Mujahid, al-Sudi, Ibnu Jubair, Hasan dan sebagainya, dan mereka itu merupakan imam-imam ahl al-Bait sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa Q.S. an-Nisa: 24 merupakan ayat tentang nikah mutah. Mereka menjelaskan bahwa (sin) dan (ta) dalam lafadz adalah untuk menguatkan atau yang mengandung arti atau perintah untuk bermutah, dan yang demikian bahwa kata ini mengandung makna nikah mutah dan diketahui secara bersirat menurut makna lughawi, dan dalam pikiran orang yang mendengar bacaan ayat tersebut pasti akan memahami bahwa ayat itu megandung makna nikah mutah.Tabatabai menjelaskan lebih lanjut tentang maharnya nikah mutah. Bahwa sesungguhnya mahar diberikan atau diserahkan dengan sisa hartanya pada waktu akad nikah dan tidak membayarnya ketika orang itu bersenang-senang atau setelah dukhul. Tentang mahar ia mencukupkan bahwasanya sampai disini, karena ia menyatakan bahwa banyak ayat al-Quran yang menerangkan tentang mahar.Tabatabai juga menyertakan beberapa hadist yang memperkuat pandangan mengenai nikah mutah, diantaranya adalah dalam kitab al-Kafi dengan sanad Abi Basir, ia berkata: saya bertanya tentang nikah mutah kepada Abu Jafar dan dia menjawab: dalam al-Quran turun ayat . sedangkan di dalamnya juga dengan sanad Abu Umar dari orang yang telah ia sebutkan, dari Abi Abdillah ia berkata; bahwa yang diturunkan ayat sebenarnya adalah: Dalam salah satu riwayat dari Ibnu Muhammad bin Muslim dari Abu Jafar disebutkan bahwa, Jabir bin Abdullah telah berkata bahwa orang-orang muslim beserta Rasulullah telah berperang dan beliau telah menghalalkan nikah mutah, tidak mengharamkan. Sedangkan Ali r.a berkata: jika saya tidak didahului oleh Umar bin Khattab, maka tidak akan berzina kecuali orang yang merugi sementara itu Ibn Abbas berkata : maka apa yang kamu perbuat (bersenang-senang) dengan perempuan itu sampai masa berikanlah mereka imbalannya sebagai kewajiban. Mereka semua tidak percaya dengan mutah sementara Rasulullah telah menghalalkannya dan tidak mengharamkannya.F. Kelebihan dan Kekuranga Tafsir Syiah Adapun kelebihan dan kekurangan dari tafsir syiah, penulis hanya menyebutkan secara umum saja. Kelebihan dari dari tafsir syiah menurut penulis salah satunya adalah mereka sangat menjunjung tinggi pada tawil yang shahih terhadap Al-Quran, walapun mereka menganggap bahwa tawil yang benar dan shahih hanya bisa yang dilakukan oleh para imam syiah. Merekalah yang selalu memulai dalam telaah-telaah penafsiran syiah, karena mereka dianggap sebagai sumber otoritatif yang paling tinggi derjatnya.Sedangkan kekurangan dari tafsir syiah menurut hemat penulis adalah mereka menjadikan tafsir ini sebagai tafsir golongan atau kelompok. Maksudnya adalah dalam menafsirkan al-quran pada umumnya golongan syiah bersifat fanatik terhadap golongan mereka dan mereka menafsirkannya sesuai dengan kepentingan kelompok mereka sendiri. Karena, dari berbagai sumber penulis dapatkan, setiap ayat-ayat yang ditafsirkan oleh golongan syiah, apabila ayat-ayat tersebut menunjukan kepada hal yang baik atau positif, mereka selalu menghubungkannya kepada golongan mereka sendiri khususnya Ahlul Bait yaitu Ali dan Imam-Imam Syiah, dan apabila ayat tersebut menunjukan kepada hal yang buruk atau negatif, mereka selalu menghubungakannya kepada golongan yang berbeda pendapat dengan mereka atau diluar dari golongan mereka, khusunya kepada Bani Umayyah dan Abbasyiah.

BAB IIIPENUTUP

A. kesimpulan Dari penjelasan makalah diatas, dapat kita simpulkan bahwa tafsir syiah merupakan tafsir teologi yang mengkaji tentang corak dan metode golongan syiah dalam menafsirkan ayat al-quran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu. syiah memiliki banyak cabang aliran, akan tetapi secara garis besar metode yang mereka gunakan adalah metode tawil, serta didukung dengan sumber penafsiran yang bil matsur dan bi rayi. namun sejarahnya, syiah awalnya merupakan aliran dalam bidang politik, akan tetapi mereka menghubungkannya kepada persoalan keagamaan, sehingga menimbulkan ideologi-ideologi baru bagi mereka dalam persoalan keagamaan. serta, sikap fanatik mereka terhadap golongan mereka yang menyebabkan ketika mereka dihadapkan akan suatu persoalan salah satunya tentang tafsir al-quran mereka menafsirkan al-quran tidak terlepas dari kepentingan golongan mereka.B. Saran Penulis merasa, makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis mengaharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang mendukung kesempurnaan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abu Bakar. Perbandingan Mazhab Syiah Rasionalisme dalam Islam. Semarang : CV Ramadhani, 1980.Ash-Shidieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu Kalam. Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009Asy-Syahrastani. Al-Milal Wa Al-Nihal. Surabaya : PT Bina Ilmu, tt.Fachrudin, Moh Fuad. Syiah. ttp : Pedoman Ilmu Jaya, 1992.Faudah, Basuni Mahmud. Tafsir-Tafsir Al-Quran:Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. Bandung : Pustaka, 1987.Goldziher, Ignaz. Mazhab Tafsir:Dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta : Elsaq Press, 2012.Jafari, Fadil Suud. Islam Syiah. Malang : UIN-Maliki Press, 2010.Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Quran. Yogyakarta : Adab Pres, 2012.

Tafsir Syiah 1