Syi'Ah Dan Al Qur'An

download Syi'Ah Dan Al Qur'An

of 31

description

Dr. Ihsan Ilahi Zahir

Transcript of Syi'Ah Dan Al Qur'An

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    1/31

    Syi'ah Dan Al Qur'an

    oleh Dr. Ihsan Ilahi Zahir

    Persoalan utama yang menjadi titik perbezaan terpenting antara Ahli Sunnah dan Syi'ah ialah,

    bahawa semua golongan kaum Muslimin di kalangan Ahlus-Sunnah meyakini sepenuhnya,

    bahawa Al Qur'anul Karim yang diturunkan Allah kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w.

    adalah Kitab Suci terakhir yang diturunkan bagi segenap ummat manusia. Semua kaum

    Muslimin kecuali kaum Syi'ah meyakini sepenuhnya bahawa Al Qur'an tidak pernah mengalami

    perubahan dan penggantian. Bukan itu saja, tetapi juga tidak akan pernah terkena perubahan

    atau pindaan apapun juga hingga hari kiamat tiba. Al Qur'an akan tetap sebagai penguji

    kebenaran kitab-kitab suci yang lain, kerana Allah sendiri yang menjamin Al Qur'an dari segala

    bentuk penggantian, pengubahan, pengurangan dan penambahan. Tidak seperti kitab-kitab suci

    yang lain di masa silam, iaitu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s.,Zabur dan Injil dan lain-lain. Semua kitab suci tersebut setelah kewafatan para Nabi dan Rasul

    terdahulu tidak terselamat dari penambahan dan pengurangan. Mengenai terpeliharanya dan

    terjaganya Al Qur'an dari kemungkinan seperti itu, Allah s.w.t. telah menegaskan dalam

    firman-Nya:

    "Sungguh, Kamilah yang menurunkannya (Al Qur'an) dan Kamilah yang menjaganya." [Al Hijr: 9]

    "Sungguh, Kamilah yang akan mengumpulkannya (ayat-ayat Al Qur'an) dan membacakannya,

    maka apabila telah Kami bacakan ikutilah pembacaannya, kemudian Kamilah yang akan

    menjelaskannya." [Al Qiyamah: 17,18, 19]

    "Tidak disentuh oleh kebatilan dari depan ataupun dari belakang (secara terang-terangan

    ataupun secara samar-samar). Ia (Al Qur'an) diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana lagi Maha

    Terpuji." [Fussilat: 42]

    Tidak meyakini terpelihara dan terjaganya Al Qur'an dari pengubahan, penggantian, pengurangan

    dan penambahan, menyeret ke arah sikap ingkar terhadapnya dan melumpuhkan syari'at agama

    yang dibawakan oleh Nabi Muhammad s.a.w.. Sebab sikap tidak meyakini kemurnian Al Qur'an

    memberi kesempatan kepada fikiran manusia untuk menilai kemungkinan terjadinya

    pengubahan, penggantian, pengurangan dan penambahan terhadap ayat-ayat suci Al Qur'an.Padahal sikap sedemikian itu menghancurkan aqidah dan iman, sebab soal keimanan mesti

    berlandaskan aqidah dan keyakinan, bukan oleh perkiraan dan kebimbangan.

    Kaum Syi'ah adalah sebaliknya. Mereka tidak meyakini kemurnian Al Qur'an yang berada di

    tangan kaum Muslimin dewasa ini, sebagai kitab suci yang dijamin kemurniaannya oleh Allah

    S.W.T.. Mereka mempunyai keyakinan yang sama sekali berlainan dengan keyakinan berbagai

    golongan dan mazhab Islam yang lain. Mereka mengingkari semua nas sahih yang terdapat di

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    2/31

    dalam Al Qur'an dan Sunnah. Mereka menentang ayat-ayat suci yang dianggapnya tidak dapat

    diterima oleh akal fikiran dan tidak dapat dibuktikan dengan kenyataan. Mereka bersikap angkuh

    terhadap kebenaran dan tidak mengendahkannya.

    Itu sesungguhnya yang menjadi hakikat perselisihan antara Sunnah dan Syi'ah, atau dengan

    perkataan yang lebih tegas: antara kaum Muslimin dan kaum Syi'ah. Sebab seseorang tidakdapat disebut "Muslim" kecuali jika ia meyakini sepenuhnya, bahawa Al Qur'anul Karim

    diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk disampaikan kepada seluruh umat

    manusia.

    Mengingkari Kebenaran Al Qur'an Bererti Mendustakan Rasulullah S.A.W.

    Di bawah ini kami akan kemukakan beberapa keterangan rasmi tentang keyakinan kaum Syi'ah

    mengenai Al Qur'an. Seorang ulama hadis terkemuka di kalangan Syi'ah, Al Kulaini, yang oleh

    mereka dianggap setaraf dengan Al Bukhari di kalangan kaum Muslimin, mengetengahkansebuah riwayat di dalam bukunya "Al Kafiy Fil Usul" sebagai berikut:

    Dari Hisyam bin Salim, ia menerimanya dari Abu 'Abdullah 'alaihissalam yang mengatakan: "Al

    Qur'an yang dibawa malaikat Jibril kepada Muhammad s.a.w. terdiri dari tujuh belas ribu ayat."

    ["Al Kafiy Fil Usul" Kitab Fadhul Qur'an, Bab Nawadir, hal. 634 Jilid II, Cetakan Teheran 1381H]

    Padahal sebagaimana diketahui oleh seluruh ummat Islam, ayat-ayat suci Al Qur'an jumlahnya

    hanya enam ribu ayat lebih sedikit. Seorang ahli tafsir Syi'ah, At Tibrisiy, dalam karangannya

    mengenai sebuah ayat suci dalam Surah "al-Insan" mengatakan: "Ayat-ayat Al Qur'an

    seluruhnya berjumlah enam ribu dua ratus tiga puluh enam ayat." [Tafsir "Majma'ul Bayan", olehAt Tibrisiy, hal. 406 Jilid X, Cetakan Teheran 1374H]

    Itu berarti kaum Syi'ah merasa kehilangan dua pertiga ayat Al-Qur'an! Mengenai hal ini Al Kafiy

    mengetengahkan sebuah riwayat dari Abu Bushair yang mengatakan sebagai berikut:

    Pada suatu hari aku datang ke rumah Abu 'Abdullah a.s. Kukatakan kepadanya: "Aku ingin

    menanyakan suatu persoalan, tapi apakah ada orang lain yang mendengarkan kata-kataku?" Abu

    Abdullah kemudian mengangkat sebuah penghadang yang memisahkan rumahnya dari rumah

    orang lain. Setelah melihat-lihat sebentar ia berkata: "Tanyakanlah apa yang kau inginkan!" Aku

    mulai bertanya: "Para pengikut anda mengatakan bahawasanya Rasul Allah s.a.w. mengajarkankepada Ali suatu Bab yang dapat membuka seribu Bab (yakni: mengajarkan suatu ilmu yang

    melahirkan seribu cabang ilmu). Benarkah itu?" Abu Abdullah menjawab: "Ya, Rasul Allah telah

    mengajar Ali seribu Bab yang masing-masing Bab-nya melahirkan seribu bab." Aku berkata

    kagum: "Demi Allah itulah ilmu!" "Hai Abu Muhammad (nama panggilan Abu Bushair), kami

    mempunyai sebuah jami'ah (kumpulan ayat-ayat Al Qur'an), tahukah engkau apakah jami'ah itu"

    Aku menyahut: "Tak tahulah aku." Abu Abdullah menerangkan: "Sebuah Sahifah (kitab)

    panjangnya 70 hasta Rasul Allah s.a.w., diimlakan (didiktekkan) kepada Ali dari ucapan beliau

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    3/31

    dan ditulis oleh Ali dengan tangan kanannya. Di dalamnya terdapat segala hukum mengenai

    yang halal dan yang haram serta segala sesuatu yang perlu diketahui oleh ummat manusia,

    sampai soal mengenai kulit melecet." Ia lalu menyentuhkan tangannya pada badanku, sambil

    berkata: "Kulit yang melecet ini pun ada hukumnya!" Aku menyahut: "Demi Allah, itu benar-benar

    ilmu!" Ia berkata: "Ya, itu ilmu yang tiada taranya!" Ia diam beberapa saat, kemudian ia berkata:

    "Kami mempunyai Jafr, tahukah engkau apa arti Jafr?" Aku balik bertanya: "Apakah yangdimaksud dengan Jafr?" Abu Abdullah menerangkan: "Jafr adalah sebuah wadah dari kulit. Di

    dalamnya terdapat ilmu para Nabi, para penerima wasiat Nabi, dan ilmu para ulama Bani Israil

    pada masa dahulu." Aku menanggapi: "Itulah ilmu!" Ia menyahut: "Itu memang ilmu yang tiada

    tandingan!" Ia diam lagi beberapa saat, kemudian berkata lebih lanjut: "Kami mempunyai Mushaf

    (Qur'an) Fatimah?" Aku balik bertanya: "Apakah Mushaf Fatimah itu?" Ia menjawab: "Mushaf

    yang berisi tiga kali lebih banyak dari Qur'an kalian! Tetapi demi Allah, tidak ada satu huruf pun

    yang dicantumkan dalam Qur'an kalian ... dan seterusnya." ["Al Kafiy Fil Usul" Kitab Al Hujjah

    Bab yang menyebut soal-soal Sahifah, Jafr, Jami'ah dan Mushaf Fatimah, hal. 239, 240, 241,

    Jilid I, Cetakan Teheran]

    Dari riwayat yang penuh dengan kenaifan, ketahyulan dan kebatilan seperti di atas itu, orang

    dapat mengetahui dengan mudah dasar-dasar yang melandasi keyakinan kaum Syi'ah. Riwayat

    tersebut secara terang-terangan menunjukkan seolah-olah Al Qur'an yang sekarang ini diyakini

    keaslian dan kemurniannya oleh seluruh kaum Muslimin, telah dikurangi atau dibuang tiga

    perempat isinya. Apakah yang hendak dikatakan oleh tokoh-tokoh Syi'ah yang pura-pura

    menafikan tuduhan bahawa mereka telah mengubah Al Qur'an? Mereka menafikan tuduhan itu

    hanya "taqiyah" (kebohongan untuk menyelamatkan diri) untuk mengaburi kaum Muslimin.

    Apakah yang hendak mereka katakan tentang dua buah riwayat yang dikemukakan oleh

    Muhammad Ya'qub Al Kulaini, seorang ulama yang oleh mereka dikatakan telah bertemu dan

    menerima perintah dari "Imam Mahdi" serta memperoleh keredhaannya di alam ghaib?

    Apalagi yang hendak mereka katakan dan apa pula yang akan dikatakan orang lain mengenai

    tulisan Al Kulaini itu?

    Padahal sebagaimana diketahui, riwayat semacam itu bukan satu atau dua sahaja, tetapi masih

    banyak riwayat dan hadis-hadis Syi'ah yang lain, semuanya menunjukkan bahawa Al Qur'an di

    tangan mereka sama sekali tidak terjamin kemurnian dan keasliannya. Al-Qur'an yang ada di

    tangan kita sekarang ini bukanlah Qur'an kaum Syi'ah. Al-Qur'an yang ada pada mereka adalah

    Qur'an yang sebahagian sengaja dibuat-buat dan sebahagian lainnya dipinda. Cubalah kita

    perhatikan apa yang diriwayatkan oleh kaum Syi'ah berasal dari Abu Ja'far.

    Menurut penulis buku Syi'ah "Basha'irud Darajat", sebuah riwayat yang berasal secara berurut

    dari Ali bin Muhammad, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Sulaiman bin Dawud, dari Yahya bin

    Adim, dari Syarik, dari Jabir mengatakan bahawasanya Abu Ja'far menceritakan sebagai berikut:

    Di Muna (sebuah tempat dekat Makkah) Rasul Allah s.a.w. memanggil para sahabatnya supaya

    berkumpul, kemudian beliau menyampaikan wasiat: "Hai manusia, kutinggalkan pada anda

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    4/31

    beberapa perintah Allah yang tidak boleh dilanggar, yaitu: Kitabullah, keturunanku, dan Ka'bah Al

    Baitul Haram." Abu Ja'far selanjutnya mengatakan: "Mengenai Kitab Allah telah mereka pinda,

    Ka'bah mereka hancurkan, dan keturunan beliau telah mereka bunuh. Amanat Ilahi yang telah

    dipercayakan kepada mereka telah mereka hancurkan semua." ["Basha'irud Darajat", Jilid VIII,

    Bab XVII, Cetakan Iran, 1285H]

    Masih banyak lagi riwayat-riwayat selain itu, bahkan lebih terus terang. Sebuah riwayat yang

    dikemukan oleh Al Kulaini di dalam Al Kafiy mengatakan sebagai berikut:

    Abul Husein Musa as menulis sepucuk surat dari dalam penjara kepada Ali bin Suwaid:

    "Janganlah engkau tertarik oleh agama orang yang bukan dari golonganmu (Syi'ah) dan jangan

    pula engkau menyukai agama mereka; sebab mereka itu adalah kaum pengkhianat. Mereka

    telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta mengkhianati amanat yang dipercayakan kepada

    mereka. Apakah engkau tahu amanat yang dipercayakan kepada mereka? Mereka diberi

    kepercayaan menjaga Kitab Allah, tetapi mereka mengubah dan menggantinya ..." [Kitabur

    Raudhah, buah tangan Al Kafiy, hal. 125, Jilid VIII, Cetakan Teheran, hal. 61, Cetakan India]

    Riwayat lain yang semakna dengan itu juga diketengahkan oleh Al Kulaini dari Abu Bushair dan

    dari Abu Abdullah as sebagai berikut:

    Pada suatu hari aku (Abu Bushair) mengucapkan firman Allah 'Azza Wa Jalla di hadapan Abu

    Abdullah: "Haadza kitaabunaa yanthiqu 'alaikum bilhaqqi" ("Kitab suci kita ini mengatakan

    kebenaran kepada anda ...") Abu Abdullah membantah: "Kitab suci tidak dapat berkata dan tidak

    mungkin akan dapat berkata. Rasul Allah-lah yang mengatakan Kitab Suci, sebagaimana Allah

    berfirman: "Haadza kitaabunaa yunthaqu 'alaikum bilhaqqi" ("Kitab suci kita ini diucapkan kepada

    anda dengan sebenarnya ..."). Aku menyahut: "Kami belum pernah membaca ayat seperti itu!(yakni: "yanthiqu" dibaca "yunthaqu"). Abu Abdullah menerangkan: "Begitullah. Allah telah

    menurunkan ayat tersebut kepada Muhammad s.a.w. melalui malaikat Jibril as, akan tetapi ayat

    itu telah diubah." [Kitabur Raudhah, buah tangan Al Kafiy, hal. 50, Jilid VIII, Cetakan Teheran, hal.

    25, Cetakan India]

    Ulama besar kepercayaan Syi'ah, yaitu Ibnu Babuweih Al Qummiy, dalam sebuah buku yang

    ditulisnya mengenengahkan sebuah riwayat sebagai berikut:

    Muhammad bin Umar Al Hafidz Al Baghdadiy mendengar dari sumber-sumber secara berurutan,

    yaitu dari Abdullah bin Bisyr, dari Al Ajlah, dari Abi Zubair, dan dari Jabir yang mengatakan: "Akumendengar Rasul Allah s.a.w. bersabda: "Pada hari kiamat akan datang (menghadap Allah) tiga

    hal yang sama-sama mengadu, yaitu Mushhaf (Al Qur'an), Al Masjid (Al Haram) dan Al 'Itrah

    (keturunan suci). Mushhaf itu akan berkata: "Ya Allah, mereka membakarku dan

    mengoyak-ngoyakku ... dan seterusnya." [Kitab "Al Khishal" karangan Ibnu Babuweih Al Qummiy,

    hal. 83, Cetakan Iran, 1302H)

    Seorang ahli tafsir Syi'ah terkenal, Sheikh Muhsin Al Kasyiy mengutip dari seorang ahli tafsir

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    5/31

    kenamaan yang termasuk ahli tafsir besar di kalangan Syi'ah, yang dalam tafsirnya menyebutkan

    bahawa Abu Ja'far as menegaskan:

    "Andaikata yang ada di dalam Kitabullah tidak ditambah dan tidak dikurangi, kebenaran kami tidak

    akan tersembunyi bagi orang yang berakal." [Tafsir "Ash Shafiy", oleh Muhsin Al Kasyiy,

    Mukadimah VI, hal. 10, Teheran]

    Benarlah apa yang telah dikatakan oleh Syeikh As Sayyid Muhibbuddin Al Khathib dalam

    risalahnya berjudul "Al Khuthuthul 'Aridhah", yaitu ketika beliau mengatakan: "... Al Qur'an yang

    semestinya harus menjadi dasar persatuan dan pendekatan antara kami dengan mereka pun

    tidak mereka yakini kebenarannya." Al Khatihib kemudian mengemukakan beberapa contoh

    (pada halaman 9 hingga 16) yang menunjukkan tidak adanya kepercayaan kaum Syi'ah kepada

    Al Qur'an yang ada di tangan kaum Muslimin dewasa ini. Mereka memandang Al Qur'an telah

    dipinda, diubah dan dikurangi.

    Dalam sanggahannya terhadap tulisan tersebut Lutfullah Al- Safiy dalam bukunya "Ma'al KhatibFi Khututihil 'Aridhah" halaman 48 hingga 82, dengan keras menolak tuduhan tersebut, dan

    memandang tuduhan itu tidak didasarkan pada alasan-alasan yang benar.

    Ada beberapa keterangan Al Khathib yang tidak dapat dipertikaikan oleh Ash Shafiy:

    Pertama, ulama Syi'ah tersebut (Luthfullah Ash Shafiy ) tidak dapat memungkiri nash-nash

    muktabar Syi'ah yang ditunjuk oleh Al Khathib sebagai bukti tentang keyakinan mereka mengenai

    pindaan dan pengubahan Al Qur'an. Ia juga tidak dapat menafikan sebuah buku yang ditulis oleh

    ulama Syi'ah terkemuka Al Haj Mirza Husein bin Muhammad Taqiy An Nuriy At Tibrisiy sebagai

    ulama hadis terkemuka dan mempunyai kedudukan tinggi di kalangan kaum Syi'ah.

    Kedua, Al-Safiy sendiri telah menulis beberapa rumusan kalimat di dalam salah satu bukunya,

    yang dapat dipandang sebagai bukti tentang pendiriannya mengenai pengubahan Kitab Suci Al

    Qur'an.

    Ketiga, Al-Safiy pada akhirnya hanya mengatakan: "Tidaklah pada tempatnya soal tersebut

    dibesar-besarkan. Hal itu hanya akan memberi senjata kepada kaum orientalis Barat untuk

    mengatakan, bahawa Al Qur'an yang oleh kaum Muslimin dianggap terjaga dan terpelihara dari

    perubahan ternyata menjadi soal perselisihan, tidak ubah seperti Taurat dan Injil." Apa yang

    dikatakan oleh Al-Safiy itu tidak lain hanyalah pengakuan atas perbuatan kaum Syi'ah yangmelakukan pengubahan Al Qur'an. Hal ini akan kami ketengahkan lebih terperinci pada bagian

    lain - insya Allah.

    Keempat, Al-Safiy dalam pembahasannya mengenai Al Qur'an sama sekali tidak menunjukkan

    nash-nash muktabar dua belas Imam ma'sum mereka yang menegaskan bahawa mereka itu

    meyakini sepenuhnya kemurnian Al Qur'an tanpa adanya perubahan apa pun juga. Sebaliknya Al

    Khathib telah menunjukkan dua riwayat dari dua orang Imam yang termasuk duabelas Imam

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    6/31

    Syi'ah, yang secara terus terang menyatakan, bahawa Al Qur'anul Karim telah diubah dan

    dipinda.

    Siapakah Yang Meminda Dan Mengubah Al Qur'an

    Lebih jelas dan terbuka lagi daripada semua riwayat tersebut di atas, ialah apa yang diriwayatkan

    oleh At Tibrisiy dalam bukunya "Al-Ihtijaj". Iaitu sebuah kitab sandaran bagi semua kaum Syi'ah

    dan menunjukkan keyakinan mereka mengenai Al Qur'an. Selain dari itu kitab tersebut juga

    mengungkapkan kedengkian hati orang-orang Syi'ah terhadap para sahabat Nabi yang

    terkemuka yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, iaitu para sahabat Nabi yang mendapat

    keredhaan Allah s.w.t.

    Dalam riwayat yang dikemukakannya itu,seorang ahli hadis Syi'ah mengatakan, bahawa

    menurut riwayat dari Abu Zar Al-Ghifariy, ketika Rasulullah s.a.w. wafat, Ali (bin Abi Talib)

    mengumpulkan ayat-ayat suci Al-Qur'an kemudian diberikan kepada kaum Muhajirin dan Ansar,sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah s.a.w kepadanya. Ketika Al Qur'an yang

    dihimpun oleh Ali itu dibuka oleh Abu Bakar, pada halaman pertama ia menemukan ayat-ayat

    yang mengungkapkan ke

    burukan golongannya. Melihat hal itu Umar naik pitam lalu berkata kepada Ali, "Hai Ali, ambillah

    Qur'an itu, kami tidak memerlukannya!" Himpunan ayat-ayat itu lalu diambil kembali oleh Ali,

    kemudian ia pergi. Umar memanggil Zaid bin Thabit, seorang penghafal Al-Qur'an. Kepadanya

    Umar berkata, "Ali datang kepadaku membawa Al Qur'an, di dalamnya terdapat ayat-ayat yang

    mencela kaum Muhajirin dan Ansar. Kami berpendapat lebih baik kita menghimpun sendiri Al

    Qur'an dan memadamkan ayat-ayat yang mencela kaum Muhajirin dan Ansar." Beberapa harikemudian Zaid datang membawa Al-Qur'an yang ditulis atas permintaan Umar. Ia berkata

    kepada Umar, "Jika kita telah selesai membuat Al Qur'an yang anda minta, kemudian Ali

    memperlihatkan Al Qur'an yang dihimpunnya sendiri, apakah semua yang telah anda lakukan itu

    tidak akan sia-sia?" Umar berkata, "Kalau begitu bagaimanakah cara untuk mengatasinya?" Zaid

    menjawab, "Tidak ada jalan lain kecuali kita mesti membunuhnya agar kita selamat dari

    gangguannya!". Lalu Umar merancang pembunuhan Ali dengan mempergunakan Khalid bin Al

    Walid, tetapi gagal.

    Ketika Umar menjadi Khalifah, banyak orang meminta Ali a.s. supaya menyampaikan Al Qur'an

    yang telah dihimpunnya itu kepada mereka untuk dipinda. Ketika itu Umar berkata kepada Ali,"Hai Abul Hasan (nama panggilan Ali bin Abi Talib), kalau anda membawa Al Qur'an yang dahulu

    pernah anda bawa kepada Abu Bakar, mungkin kita akan dapat menyetujuinya bersama-sama."

    Namun Ali menjawab, "Oh, jauh sekali, kamu tidak mungkin mendapatkannya! Aku

    menyampaikan Al Qur'an kepada Abu Bakar dahulu sebagai bukti agar pada hari kiamat kelak

    kamu tidak akan berkata, "Engkau tidak memberikan Al Qur'an itu kepada kami. Sesungguhnya

    Al Qur'an yang ada padaku tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah disucikan

    dari dosa, dan hanya oleh para penerima wasiat yang terdiri dari anak-anakku sendiri." Umar

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    7/31

    kemudian bertanya, "Apakah telah ditentukan waktu untuk membawa Al Qur'an itu?" Ali a.s.

    menjawab, "Ya, pada saat seorang dari anakku tampil untuk memperlihatkan Al Qur'an itu

    kepada ummat manusia untuk dijadikan pegangan." ["Al Ihtijaj", karangan At Tibrisy, hal. 76 dan

    77, Cetakan Iran, 1302 H.]

    Di manakah orang-orang yang bersikap adil dan tidak berat sebelah? Di manakah orang-orangyang berbicara benar dan tidak berdusta? Kalau sekiranya Umar benar seperti yang dikatakan

    oleh kaum Syi'ah, siapa lagi orang yang dapat dipercaya, jujur dan tidak berdusta? Dan siapa

    pula di antara para sahabat Nabi s.aw. yang menjaga Al-Qur'an dan Sunnah Rasul?

    Apa lagi yang hendak dikatakan oleh orang-orang Syi'ah yang mempropagandakan "pendekatan"

    dengan Ahlu Sunnah? Apakah kesatuan yang hendak ditegakkan dengan mengorbankan nama

    baik Umar dan para sahabat Nabi yang jujur lagi dipercayai dalam menyampaikan Risalah

    Rasulullah s.a.w.? Bukankah mereka itu yang menyebarluaskan dakwah Islam, yang turut

    menegakkan kebenaran Islam, para pejuang di jalan Allah yang mencurahkan seluruh hidupnya

    untuk itu?

    Tidak ada seorang pun di kalangan Ahlu Sunnah mempunyai keyakinan mengenai Ali dan

    anak-anaknya seperti keyakinan yang ada pada kaum Syi'ah terhadap Abu Bakar, Umar dan

    Uthman radhiyallahu anhum, dan semua orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat kelak!

    Apakah arti slogan "Hai kaum Muslimin, janganlah kalian bertengkar agar kalian tidak menjadi

    lemah dan kehilangan kewibawaan?".

    Apakah dengan slogan itu kita harus meninggalkan keyakinan kita dan menutup mata terhadap

    kehormatan generasi terdahulu yang diperkosa oleh "saudara-saudara kita" kaum Syi'ah, dan

    melupakan luka parah yang menusuk jantung kita serta menggoyahkan kesatuan kita?

    Apakah ajakan "pendekatan" antara kaum Syi'ah dengan kaum Sunni itu bermaksud supaya kita

    menghormati kaum Syi'ah dan membiarkan mereka merendahkan kita, mengagungkan mereka

    dan membiarkan mereka menghina kita dan memaki-maki kita, menghormati nenek moyang

    mereka dan membiarkan mereka meremehkan nenek moyang kita, berdiam diri terhadap

    pembesar-pembesar mereka dan membiarkan mereka mencela pemimpin-pemimpin kita,

    menghindari pembicaraan mengenai Ali dan anak-anaknya tetapi kita membiarkan mereka

    memaki-maki Abu Bakar, Umar, Uthman berserta anak keturunannya? Demi Allah, itu sungguh

    sikap yang tidak adil.

    Sama halnya dengan riwayat palsu tentang para Imam yang diketengahkan oleh At-Tibrisy di

    dalam "Al-Ihtijaj", terhadap riwayat lain lagi yang dikemukakan dalam "Al-Kafiy", yang dikatakan

    berasal dari Ahmad bin Muhammad bin Abu Nasr, yang mengatakan sebagai berikut:

    "Abul Hasan a.s. menyampaikan Al-Qur'an kepadaku seraya berkata, 'Engkau jangan hanya

    melihatnya saja.' Qur'an itu lalu kubuka dan kubaca isinya (Awal Surah Al Bayyinah) berbunyi:

    Lam yakunilladziina kafaruu. Sesudah kalimat itu, tiba-tiba kulihat deretan nama tujuh puluh

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    8/31

    orang Quraisy lengkap dengan nama-nama orang tua mereka." ["Al-Kafiy Fil-Usul", Kitab

    Fadhul-Qur'an, hal. 631 Jilid II, Teheran; hal. 62, India]

    Dalam "Syarh Nahj al-Balaghah" Kamaluddin Maisam Al Bahraniy telah mengemukakan

    serangan kaum Syi'ah yang menjelek-jelekan Zi al-Nurain Uthman bin Affan r.a. Antara lain

    dikatakan: "Ia memerintahkan orang supaya hanya membaca Al-Qur'an yang dihimpun oleh Zaidbin Thabit saja, sedangkan catatan Mushaf yang lain dibakar habis. Tidak diragukan lagi ia pasti

    menghilangkan Qur'an yang benar-benar telah diturunkan Allah." ["Syarh Nahjul Balaghah",

    Karangan Maisam Al-Bahraniy, hal I, Jilid XI, Teheran.]

    Dalam buku "Al-Anwar", As Sayyid Ni'matullah Al Huseiniy mengatakan: "Telah menjadi

    pengetahuan umum bahawa Al-Qur'an yang diturunkan Allah tidak ada yang menghimpunnya

    selain Amirul Mu'minin (Ali)." ["Al Anwarun-Nu'maniyyah Fil Bayan Ma'rifatun Nasyi'ah Al

    Insaniyyah", karangan Sayyid Ni'matullah Al Jazairiy.

    Pernyataan tersebut diperkuatkan oleh hadis Syi'ah yang sangat terkenal yang diketengahkanoleh Muhammad bin Ya'qub Al Kulaini, berasal dari Jabir Al-Ju'fiy yang mengatakan:

    Aku mendengar Abu Ja'far a.s. berkata, "Tidak ada seorang pun yang mengaku telah

    menghimpun semua ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah kecuali seorang pendusta. Tidak ada

    yang menghimpun dan menghafal sebagaimana aslinya menurut yang diturunkan selain Ali bin

    Abi Talib dan para Imam sesudahnya." ["Al-Kafiy Fil-Usul", Kitabul Hujjah, Bab: Hanya para Imam

    sajalah yang menghimpun Al-Qur'an, hal. 228 Jilid I, Teheran]

    Pada Siapakah Mushaf yang Dihimpun Ali itu?

    Di manakah Mushaf yang diturunkan Allah kepada Muhammad s.a.w. dan dihimpun serta dihafaloleh Ali bin Abi Talib? Sebuah hadis Syi'ah berasal dari Salim bin Salman yang diriwayatkan oleh

    Al-Kulaini memberikan jawaban sebagai berikut:

    Ada seorang membacakan Al-Qur'an kepada Abu Abdullah a.s. dan ketika itu saya mendengar

    huruf-hurufnya tidak sebagaimana yang biasa dibaca orang lain. Tiba-tiba Abu Abdullah berkata,

    "Berhentilah membaca itu, bacalah saja sebagaimana yang biasa dibaca orang lain hingga saat

    datangnya Imam Mahdi. Apabila Imam Mahdi telah tiba ia akan membacakan Kitabullah Azza Wa

    Jalla. Ia kemudian akan mengeluarkan Mushaf yang ditulis Ali a.s. lalu berkata, 'Inilah Mushaf

    yang ditulis oleh Ali'. Setelah menulisnya Ali berkata kepada orang-orang, 'Inilah Kitabullah 'Azza

    Wa Jalla yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w., Kitab ini telah kuhimpun dari dua lauh(lembaran)'. Mereka menyahut, 'Di sini kami mempunyai Mushaf yang menghimpun ayat-ayat

    Al-Qur'an. Kami tidak memerlukan Mushaf lain'. Ali menjawab, 'Demi Allah, sesudah hari ini anda

    tidak akan melihatnya lagi selama-lamanya. Aku hanya memberitahu anda bahawa aku telah

    menghimpunnya agar anda mahu membacanya.'" ["Al-Kafiy Fil-Usul", hal. 633 Jilid II, Teheran]

    Kerana itulah kaum Syi'ah berkeyakinan bahawa "Imam Mahdi" yang oleh mereka dianggap

    sedang bersembunyi dalam lorong di bawah tanah masih membawa Mushaf tersebut dan akan

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    9/31

    mengeluarkan pada waktu ia keluar dari tempat persembunyiannya, sebagaimana dikemukakan

    oleh seorang ulama Syi'ah, Abu Mansur Ahmad bin Abi Talib At-Tibrisy meninggal tahun 588 H

    - di dalam bukunya berjudul "Al Ihtijaj 'Ala Ahlil-Lujaj". Pada mukadimah bukunya itu ia

    menjelaskan pelbagai riwayat yang dikemukakan dalam buku tersebut, dengan mengatakan,

    "Kami tidak menyebutkan sanad-sanad (rantaian perawi) hadis yang kami kemukakan kerana

    telah ada kesepakatan tentang kebenaran hadis tersebut." ["Al-Ihtijaj", karangan At-Tibrisy, dalamPendahuluan]

    Dalam buku tersebut dikatakan, bahawa Imam Mahdi pada saat kedatangannya kembali ke alam

    dunia ia akan membawa senjata Rasulullah, iaitu pedang Zul-fiqar. Kita tidak mengetahui untuk

    apa Imam Mahdi membawa senjata-senjata semacam itu dalam zaman roket dan bom nuklear

    sekarang ini. Ia (Imam Mahdi) akan datang membawa Sahifah (lembaran) yang di dalamnya

    terdapat nama-nama para pengikutnya (Syi'ahnya) hingga hari kiamat. Ia juga akan membawa

    Jami'ah, iaitu sebuah buku yang panjangnya 70 hasta, di dalamnya terdapat segala sesuatu

    yang diperlukan oleh anak Adam. Ia membawa pula wadah besar dan kecil, iaitu wadah dari kulit

    kambing yang di dalamnya terdapat segala macam ilmu, termasuk hukum mengenai soal yangsekecil-kecilnya, seperti hukum tentang kulit lecet kalau dicubit. Pada Imam Mahdi itulah Mushaf

    Fatimah 'alaihas salam. ["Al-Ihtijaj 'Ala Ahlil Lujaj", hal. 223, cetakan Iran, tahun 1302 H.]

    Sebelum itu telah disebukan bahawa Ali - menurut anggapan kaum Syi'ah - telah berkata: "Kelak

    pada saat kedatangan Imam Mahdi dari anakku."

    Dalam "Al-Kafii" Al Kulaini juga mengemukakan sebuah riwayat dengan sanad "dari sejumlah

    sahabat kita yang menerimanya dari Sahl bin Ziyad, dari Muhammad bin Sulaiman, dari

    beberapa orang sahabatnya dan dari Abul Hasan a.s.", yang menceritakan sebagai berikut:

    "Aku berkata kepada Abul Hasan a.s., 'Di dalam al Qur'an kami tidak menemukan ayat-ayat

    seperti yang ada di dalam al Qur'an kami (yakni Qur'an Syi'ah), dan kami tidak dapat

    membacanya dengan baik seperti yang anda sampaikan kepada kami, apakah dengan demikian

    kami berdosa?' Abul Hasan a.s. menjawab: "Tidak. Bacalah sahaja ayat-ayat yang telah anda

    pelajari itu. Pada suatu saat kalian akan didatangi orang yang akan mengajar kalian." ["Al-Kafii Fil

    Usul" Bab: "Al Qur'an akan naik sebagaimana ia dahulu diturunkan", hal. 619, Jilid II, Cetakan

    Teheran; hal. 644 cetakan India.]

    Riwayat seperti itu juga disebut-sebut oleh Sayyid Ni'matullah Al Huseiniy Al-Jazairiy, seorang

    ahli hadis Syi'ah. Ia seorang murid dari ulama besar Syi'ah Muhsin Al-Kassyiy, penulis kitab tafsirSyi'ah yang terkenal dengan nama Al-Safiy. Sayyid Ni'matullah menyebut riwayat itu di dalam

    bukunya "Al Anwarun Numa'niyyah Fi Bayyani Mari'fatin Nasy'ah Al Insaniyyah" yang selesai

    penulisannya pada bulan Ramadhan tahun 1089 H. Pada pendahuluan buku itu ia mengatakan

    sebagai berikut:

    "Kami tetap tidak akan menyebutkan di dalam Mushaf selain apa yang telah kami ambil dari para

    Imam ma'shum yang suci 'alaihimus-salam, dan dari kitab-kitab sahih yang ada pada kami.

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    10/31

    Kerana kitab-kitab tarikh (buku-buku sejarah) banyak sekali yang dikutip orang dari tarikh-tarikh

    Yahudi. Kerananya banyak sekali kebohongan terdapat di dalamnya di samping banyak pula

    hikayat-hikayat yang tidak berarti. ["Al-Anwarun-Nu'maniyyah", Pendahuluan buku.]

    Ahli hadis Syi'ah Al-Jazairiy itu mengatakan juga dalam bukunya, bahawa banyak berita-berita

    yang menerangkan, para Imam memerintahkan para pengikutnya (kaum Syi'ah) supayamembaca Qur'an yang umum beredar sekarang ini baik dalam sembahyang, dalam

    kesempatan ibadah lainnya dan menjalankan hukum-hukumnya hingga saat datangnya "Maulana

    Shahibuz Zaman" (Imam Mahdi). Pada saat itulah Al Qur'an akan terlepas dari tangan manusia

    naik ke langit kemudian akan keluarlah Al Qur'an yang dihimpun oleh Amirul-Mu'minin (Ali bin Abi

    Talib). Qur'an itulah yang akan dibaca dan dijalankan hukum-hukumnya.

    ["Al-Anwarun-Nu'maniyyah", Karangan Al-Jazairiy.]

    Itulah keyakinan kaum Syi'ah dan semua nenek moyang mereka kecuali beberapa golongan

    orang yang dapat dihitung dengan jari. Keyakinan mereka mempunyai tujuan tertentu yang akan

    kita kemukakan pada bagian lain.

    Lagi pula sikap mereka mengingkari itu tidak berdasarkan dalil atau hujjah yang nyata. Tidak

    mungkin mereka dapat membantah hadis-hadis dan riwayat-riwayat yang begitu banyak. Ulama

    mereka, iaitu Husein bin Muhammad An-Nuriy Taqiy At-Tibrisy dalam bukunya "Faslul Khitab Fil

    Itsbati Tahrif Kitabi Rabbil Arbab", dengan mengutip keterangan As-Sayyid Ni'matullah Al-Jazairiy

    ia mengatakan:

    "Berita-berita riwayat yang mengenai soal tersebut (yakni soal pengubahan Al Qur'an) lebih dari

    dua ribu hadis. Banyaknya hadis-hadis mengenai soal itu diakui kebenarannya oleh sekelompok

    ulama Syi'ah, seperti Al-Mufid, Al-Muhaqqiqud-Dimad, Al-Allamah Al-Majlisiy dan lain-lain" ["FaslulKhitab ...", karangan An Nuriy At Tibrisy, hal. 227, cetakan Iran, 1298 H.]

    Keterangan lain lagi yang dikutip oleh At-Tibrisy dari Sayyid Ni'matullah Al-Jazariy ialah:

    "Bahawa para sahabat telah memastikan kebenaran berita-berita hadis yang sangat banyak dan

    mutawatir, iaitu hadis-hadis yang menunjukkan secara terang-terangan bahawa Al-Qur'an

    memang telah dipinda." ["Faslul Khitab", hal. 30]

    Seorang ahli tafsir Syi'ah terkenal, Muhsin Al Kasyiy, juga mengatakan:

    "Kesimpulan yang dapat ditarik dari sekumpulan berita-berita hadis dan berita-berita riwayat

    mengenai soal itu, yang berasal dari Ahli Bait 'alaihimus-salam, ialah: Bahawa Al-Qur'an yang

    berada di tangan kita sekarang ini tidak seluruhnya sama dengan Al-Qur'an yang diturunkan Allah

    kepada Muhammad s.a.w. Bahkan di antaranya terdapat beberapa hal yang berlainan sama

    sekali dari apa yang diturunkan Allah, ada beberapa yang diubah, dipinda dan banyak pula yang

    dibuang. Urutan penyusunannya pun tidak sebagai mana diredhai Allah dan Rasul-Nya." ["Tafsir

    Ash Safiy", Mukadimah ke VI]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    11/31

    Seorang ahli tafsir Syi'ah yang paling klasik iaitu 'Ali bin Ibrahim Al-Qummiy, dalam mukadimah

    tafsirnya ia mengatakan:

    "Di antara ayat-ayat Al Qur'an ada yang nasikh dan ada yang mansukh, ada ayat-ayat yang

    muhkam (terang maknanya) dan ada pula yang mutasyabih (bermakna banyak dansamar-samar), dan ada pula yang berlainan sama sekali dengan apa yang diturunkan Allah."

    ["Tafsir Al-Qummiy", pendahuluan buku, hal. 5, jilid I, Cetakan Najf, tahun 1386 H]

    Seorang ulama Syi'ah yang menanggapi tafsir Al-Qummiy menyebutkan beberapa pendapat

    para ulama Syi'ah yang lain mengenai pemindaan Al Qur'an. Ia mengatakan:

    "Yang jelas ialah bahawa di antara para ulama dan ahli hadis, baik yang terdahulu maupun yang

    belakangan ini yang menegaskan bahawa Al Qur'an telah dikurangi, seperti yang dikatakan oleh

    Al Kulaini, ialah: Al-Barqiy, Al-'Ayasyiy, An-Nu'many, Furat bin Ibrahim, Ahmad bin Abi Talib At

    Tibrisiy, Al-Majlisiy, As-Sayyid Al-Jazairiy, Al-Hurr Al-'Amiliy, Al-'Allamah Al-Futuniy dan As SayyidAl-Bahraniy. Mereka semuanya telah menetapkan mazhab masing-masing berdasarkan

    ayat-ayat dan riwayat-riwayat yang tidak boleh dipertikaikan." [Mukadimah "Tafsir Al Qummiy",

    oleh As-Sayyid Thayyib Al Musawiy, hal. 23-24]

    Semua yang tersebut di atas adalah beberapa riwayat dan hadis yang bersumber kepada

    pernyataan para Imam mereka yang dianggap maksum. Iaitu riwayat-riwayat dan hadis sahih

    kaum Syi'ah yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis sahih mereka, dan yang dipandang

    sebagai hadis-hadis mu'tamad. Di atas tadi hanya beberapa sahaja dari pendapat para

    pemimpin mereka mengenai masalah Al-Qur'an. Selain itu masih terdapat banyak riwayat dan

    hadis yang tidak terhitung jumlahnya hingga lebih dari 2000 hadis dan riwayat, sebagaimanadinyatakan sendiri oleh Mirza Nuriy At Tibrisy. Tidak diragukan lagi, kaum Syi'ah memang

    benar-benar berkeyakinan bahawa Al-Qur'an telah dipinda. Padahal setiap muslim mengetahui

    dan meyakini bahawa Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah sebagai hidayat dan

    rahmat bagi semua manusia beriman, dan untuk difikirkan serta direnungkan oleh seluruh

    ummat manusia. Kitab Suci yang Allah sendiri telah menegaskan dalam firman-firman-Nya:

    "Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya." [Al-Baqarah:2]

    "Tidak disentuh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb)

    Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." [Fussilat:42]

    "Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan Kamilah yang menjaganya." [Al-Hijr:9]

    "Sungguh, Kamilah yang akan mengumpulkannya (ayat-ayat Al Qur'an) dan membacakannya

    bila Kami telah bacakan ikutilah pembacaannya, kemudian Kamilah yang akan menjelaskannya."

    [Al-Qiyamah:17-19]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    12/31

    "Suatu Kitab Suci yang ayat-ayatnya tersusun rapi, kemudian diperincikan dan dijelaskan oleh

    Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." [Hud:1]

    "Hai Rasul (Muhammad), sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu."

    [Al-Maidah:67]

    "Dan dia (Muhammad) tidak bakhil untuk menerangkan yang ghaib." [At-Takwir:24]

    "Dan Al-Qur'an itu Kami turunkan sebagian demi sebagian, agar engkau membacakannya

    kepada manusia secara beransur-ansur, dan Kami telah menurunkannya (sedikit demi sedikit)."

    [Bani Israil:106]

    "Sungguh yang demikian itu menjadi peringatan bagi orang-orang yang berpandangan (tajam)."

    [Ali Imran:13]

    "Tidakkah mereka merenungkan Al-Qur'an, atau apakah hati mereka terkunci." [Muhammad:24]

    "Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus ..." [Bani

    Israil:9]

    Beberapa Contoh Tentang Pemindaan

    Setelah kita mengetahui beberapa kitab muktabar kaum Syi'ah mengenai keyakinan mereka

    tentang Al Qur'an telah dipindanya, kami sajikan kepada para pembaca beberapa contoh tentang

    pindaan dan pengubahan Al Qur'an yang dilakukan oleh kaum Syi'ah sendiri. Contoh-contoh dibawah ini kami kutip dari buku-buku atau kitab-kitab utama yang dipandang sangat penting oleh

    mereka, baik yang bersangkutan dengan ilmu hadis, tafsir dan 'aqa'id. Menurut mereka semua

    riwayat mengenai hal itu telah dikemukakan oleh imam-imam maksum yang wajib diikuti dan

    ditaati oleh setiap orang Syi'ah. Salah satu contoh, sebagaimana yang diriwayatkan oleh 'Ali bin

    Ibrahim Al Qummiy berasal dari ayahnya yang mendengarkan sendiri dari Al Husein bin Khalid

    mengenai ayat Kursi, sebagai berikut:

    "Abul Hasan Musa Ar Ridha (salah satu di antara 12 Imam Syiah) membaca ayat Kursi dalam

    susunan yang berlainan dari ayat yang terdapat di dalam Al Qur'an, iaitu:

    "Alif Laam Miim ... Allah, tiada tuhan melainkan Dia. Yang Maha hidup dan yang terus menerus

    mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan- Nya lah segala yang ada di

    langit dan segala yang ada di bumi, segala yang ada di antara keduanya itu dan segala yang ada

    di bawah bumi. Maha mengetahui segala yang ghaib dan yang terang nyata, Maha Pengasih lagi

    Maha Penyayang." [Tafsir Al Qummiy, hal. 84, Jilid I, di bawah judul "Ayat Al Kursiy".]

    Sebagaimana kita ketahui, rangkaian huruf "alif, lam dan miim" tidak terdapat di dalam ayat Al

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    13/31

    Kursi. Demikian pula mengenai kalimat terakhir yang digarisbawahi, tidak terdapat di dalam

    susunan ayat Al Kursi. Akan tetapi kaum Syi'ah yakin, bahawa semuanya itu merupakan

    sebahagian dari ayat Al Kursi. (Lihat. Al Baqarah: 255).

    Berkenaan dengan surah Ar-Ra'ad 11 yang berbunyi:

    "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di

    belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah." (min amrillah = atas perintah Allah).

    Al Qummiy menyatakan bahawa ayat tersebut dibaca orang di depan Abu 'Abdullah

    shalawatullah 'alaih. Ia segera menegur pembacanya: "Apakah engkau bukan orang Arab?"

    Bagaimana mungkin mengikuti di depan." "Mengikuti pasti di belakang!". Orang yang membaca

    ayat itu bertanya: "Kalau begitu bagaimana yang benar?" Abu 'Abdullah menerangkan:

    "Ayat itu diturunkan sebagai berikut:

    "Bagi orang itu ada malaikat yang mengikutinya dari belakang dan mengawalnya dari depan.

    Mereka menjaganya atas perintah Allah." (bi amrillah = atas perintah Allah). [Tafsir Al Qummiy,

    hal. 360, Jilid I. Demikian pula yang terdapat di dalam Tafsir Al 'Ayasyi dan Tafsir Ash-Shafiy".]

    Dalam riwayat tersebut Abu 'Abdullah, Ja'far, Imam Syi'ah keenam mencela orang yang

    membaca kalimat "mengikuti dari depan dan dari belakangnya" dan "min amrillah" (bunyi harfiah

    ayat tersebut), sehingga ia bertanya, "Apakah engkau bukan orang Arab?". Jika riwayat yang

    dikemukakan oleh Al Qummiy itu benar, itu hanya menunjukkan bahawa Abu 'Abdullah, Ja'far,

    tidak memahami bahasa Arab. Ini bererti bahawa ia bukan orang Arab, sebab ia tidak mengerti

    bahawa orang Arab lazim mempergunakan kata-kata "mu'aqqabat" (mengikuti) yang berasal dariakar kata "aqaba" yang mempunyai dua makna "yang datang sesudah yang lain" atau "yang

    datang berulang- ulang". Dalam ayat tersebut "mu'aqqabat" mengandungi makna yang akhir itu.

    Maka seperti itu dapat kita jumpai dalam syair-syair Arab zaman dahulu kala, seperti syair-syair

    yang digubah oleh Labid dan Salamah bin Jandal. [lihat Lisanul Arab, hal. 614 dan 615, Jilid I,

    Cetakan Beirut, 1968 M.]

    Riwayat yang dikemukakan oleh Al Qummiy itu juga menunjukkan bahawa Abu 'Abdullah (Ja'far)

    tidak memahami makna "min" dalam hubungan kalimat "min amrillah" yang bermakna "bi

    amrillah" (dengan perintah Allah). Sebab lafaz "min" dapat dipergunakan dalam berbagai makna,

    antara lain untuk makna "bi" (dengan). Hal ini banyak sekali dalam bahasa Arab.

    Al Qummiy juga mengubah dan menafsirkan ayat suci Al Qur'an yang berbunyi:

    " ... dan jadikanlah kami Imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa." [QS. Al Furqon: 74]

    dengan mengatakan bahawa pada suatu hari ada seorang membaca ayat tersebut di hadapan

    Abu 'Abdullah a.s. Keika itu Abu 'Abdullah memberikan tanggapan: "Mereka minta sesuatu yang

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    14/31

    sangat besar kepada Allah, mereka minta diadakan para Imam (para pemimpin) bagi kaum yang

    bertakwa." Orang yang membaca ayat tersebut bertanya: "Lantas bagaimana, hai putera

    Rasulullah?" Abu 'Abdullah menjawab, "Yang diturunkan Allah ialah:

    "Jadikanlah kami seorang Imam (pemimpin) dari kaum yang bertakwa ..." [Tafsir Al Qummiy, hal.

    117, Jilid II (S. Al Furqan)]

    Al Kasyiy setelah menyebut riwayat di atas itu menambahkan "Dan di dalam 'jawami' terdapat

    penafsiran yang mirip dengan penafsiran tersebut." Ahmad bin Abi Talib At Thibrisiy di dalam

    kitabnya "Al Ihtijaj" mengetengahkan sebuah riwayat, yang kemudian dikutip juga oleh Al Kasyiy.

    Riwayat itu sebagai berikut:

    Pada suatu hari seorang zindiq (orang yang telah rosak keyakinan agamanya) mengajukan

    beberapa pertanyaan tentang 'Ali bin Abi Talib. Pertanyaan itu dijawab oleh At Thibrisiy dengan

    menafsirkan beberapa ayat Al Qur'an: "Mereka menetapkan dalam Kitab Suci suatu yang tidak

    difirmankan Allah dengan maksud menimbulkan keraguan orang terhadap Khalifah dan menurutkenyataan yang dapat dilihat mereka menambahkan sesuatu yang membuat membuat

    pertentangan dan perselisihan." Lebih lanjut ia berkata: "Adapun mengenai apa yang engkau lihat

    tentang pertentangan iaitu:

    "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim

    (bilamana kamu mengawininya), maka kahwinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:" [QS.

    An Nisaa 3]

    Ayat ini ada hubungannya dengan pengurangan yang dilakukan oleh orang-orang munafik

    terhadap Al Qur'an, sebagaimana yang telah disebutkan sebelum ini . Berkenaan dengan frasafil yatama(anak yatim) dan nikah al nisa , terdapat hal dan kisah yang seperti itu kira-kira

    mencapai sepertiga dari Al Qur'an. [Al Ihtijaj, hal. 119; Ash Shafiy, hal. 11]

    Al Kulaini di dalam "sahih"-nya (Al Kafiy) mengetengahkan sebuah riwayat yang dikatakan

    berasal dari Abu Bushair, bahawa Abu Abdullah as. membaca ayat Al Qur'an sebagai berikut:

    "... dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul- Nya mengenai kepemimpinan 'Ali dan

    imam-imam sesudahnya, maka ia telah memperoleh keuntungan amat besar." [Al Kafiy, hal.

    414, cet. Teheran]

    Padahal semua orang mengetahui bahawa kalimat yang digaris bawahi adalah tambahan dan

    sama sekali tidak terdapat di dalam Al Qur'an.

    Dalam tafsirnya mengenai ayat:

    "Hai Nabi, perangilah kaum kafir dan kaum munafik." [QS. At-Tahrim: 9]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    15/31

    dikatakan, bahawa pada umumnya semua ahlul bait membacanya:

    "Hai Nabi, perangilah kaum kafir dengan menggunakan kaum munafik." [Tafsir Ash Shafiy, hal.

    214, cet. Teheran]

    Masih ada riwayat lain yang lebih aneh dari semua riwayat tersebut di atas, iaitu riwayat dari'Abdullah bin Sinan, bahawa Abu 'Abdullah a.s. membaca ayat 115 surah Taha dengan

    tambahan menjadi sebagai berikut:

    "Sungguh, telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu mengenai Muhammad, 'Ali, Fatimah, Al

    Hasan dan Al Husein serta Imam-imam dari keturunan mereka,tetapi ia (Adam) lupa."

    Yang digaris bawahi adalah tambahan kaum Syi'ah. [Al Kafiy fil Ushul, Kitabul Hujjah, Bab ayat

    tentang wilayah, hal. 416, Jilid I, Teheran]

    Mengenai sebuah kalimat dalam ayat 92 surat An Nahl yang berbunyi: "disebabkan adanya satugolongan (umat) yang lebih banyak jumlahnya dari golongan (umat) lain" Al Qummiy

    mengetengahkan sebuah riwayat bahawa Ja'far bin Muhammad a.s. membaca sebagai berikut:

    "disebabkan imam-imam (aimah) mereka lebih suci dibanding imam-imam (aimah) kamu".

    Seseorang bertanya: "Hai putera Rasulullah, kami selalu membaca "disebabkan adanya satu

    golongan (umat) yang lebih banyak jumlahnya dari golongan (umat) lain"! Ja'far menjawab,

    "Celakalah engkau, apakah erti 'arbaa' (lebih banyak jumlahnya) di sini?" Ia lalu memberi isyarat

    dengan tangannya supaya meninggalkan bacaan seperti itu. [Tafsir Al Qummiy, hal. 389, Jilid I.

    Juga disebut oleh Al Kasyiy dalam Tafsir Ash-Shafiy yang mengutipnya dari Al Kafiy.]

    Selain riwayat-riwayat tersebut di atas masih terdapat banyak riwayat yang lain lagi di dalamkitab-kitab "hadis shahih" Syi'ah dan kitab-kitab lainnya. Hal ini akan kami kemukakan lagi Insya

    Allah di bawah judul yang lain.

    Mengapa Syi`Ah Membincangkan Tentang Pemindaan

    Kaum Syi'ah meyakini adanya pemindaan terhadap Al Qur'an kerana maksud-maksud tertentu.

    Antara lain:

    Pentingnya Soal Imamah

    Pertama: Kaum Syi'ah memandang soal Imamah termasuk keyakinan asas. Mereka

    mengkafirkan orang yang tidak mengakui keimaman dan memandang orang yang mengakuinyasebagai Muslim. Soal Imamah dianggap mempunyai kaitan langsung dengan soal-soal

    keimanan, seperti beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya. Hal ini diriwayatkan

    oleh Al- Kulaini di dalam Al Kafiy, bahawa Abul Hasan Al 'Atthar berkata: "Aku mendengar Abu

    'Abdullah mengatakan: 'Hendaklah kamu sertakan para penerima wasiat dengan para Rasul

    dalam hal taat.'" [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab Kewajiban Taat Kepada Para Imam, hal. 186, Jilid

    I, cet. Teheran]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    16/31

    Al Kulaini mengemukakan sebuah riwayat yang lebih terang dan lebih tegas lagi mengenai hal

    itu. Beliau berkata: "Aku mendengar Abu 'Abdullah menegaskan: 'Kamilah yang ditetapkan Allah

    supaya wajib ditaati. Kemaafan tidak akan diperolahi kecuali dengan mengenal kami, dan orang

    yang tidak mengenal kami, tidak memperolehi maaf. Siapa yang mengenal kami ia mu'min dan

    siapa yang mengingkari kami ia kafir. Sedangkan orang yang tidak mengenal dan tidak

    mengingkari kami ia sesat selagi ia tidak kembali kepada hidayat Allah yang telah menetapkanorang wajib taat kepada kami.'" [Al Kafiy, Kitab al Hujjah, hal. 187, Jilid I, cet. Teheran]

    Al-Kulaini juga mengemukakan sebuah riwayat berasal dari Jabir yang mengatakan:

    Aku mendengar Abu Ja'far a.s. berkata:

    "Orang yang mengenal Allah dan menyembah-Nya hanyalah orang yang mengenal Allah dan

    mengenal Imam-Nya dari kalangan kami Ahlul Bait. Sesiapa yang tidak mengenal Allah dan tidak

    mengenal Imam dari kalangan kami Ahlul Bait, sesungguhnya orang itu menyembah selain Allah.

    Itu merupakan kesesatan." [Al Kafiy, Kitab al Hujjah, Bab Mengenal Imam, hal. 181, Jilid I, cet.Teheran]

    Syi`ah menyamakan persoalan imamah dengan solat, zakat, puasa dan haji. Ahli hadis mereka,

    Al Kulaini dalam Sahih Al Kafiy mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Abu Hamzah,

    bahawasanya Abu Ja'far a.s. berkata: "Rukun Islam ada lima: Sembahyang, zakat, puasa, haji

    dan wilayah (mengakui imamah). Pada 'hari Ghadir" tidak ada sesuatu yang diserukan

    (Rasulullah) seperti seruannya mengenai imamah." [Al Kafiy fil Ushul, hal. 18, Jilid II, cet.

    Teheran; hal. 369, cet. India.]

    Cubalah anda perhatikan kalimah yang berbunyi: "Rasulullah s.a.w. tidak menyeru apa punseperti seruannya mengenai wilayah (imamah) dalam amanatnya pada hari Al-Ghadir." Kalimat

    itu mengandung pengertian bahawa wilayah (imamah) lebih penting daripada empat rukun Islam

    yang lain.

    Al Kulaini juga mengemukakan riwayat lain lagi berasal Zurarah, bahawasanya Abu Ja'far a.s.

    berkata: "Islam ditegakkan atas lima perkara: sembahyang, puasa, haji dan wilayah (imamah)

    ..."Zurarah bertanya: "Manakah yang lebih afdal?" Abu Ja'far menjawab: "Wilayah lebih afdal." [Al

    Kafiy fil Usul, hal. 18, Jilid II, cet. Teheran; hal. 368, cet. India.]

    Timbul pertanyaan dalam fikiran kita: Jika soal wilayah (imamah) sedemikian penting danmenduduki urutan yang begitu utama, bagaimana dengan kedudukan solat dan zakat yang

    banyak disebut dalam Al Qur'an, sedangkan soal wilayah (imamah) tidak ada sama sekali dalam

    Al Qur'an. Lagi pula soal wilayah oleh kaum Syi'ah bukan hanya dipandang sebagai salah satu

    asas saja, bahkan dipandang sebagai paksi agama Islam. Itulah yang dimaksud oleh kaum

    Syi'ah dengan "perjanjian yang mereka tetapkan dengan para Nabi", sebagaimana yang

    diriwayatkan oleh penulis kitab Al Basa'ir. Riwayat itu sebagai berikut:

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    17/31

    Kami mendengar dari Al Hasan bin 'Ali bin An-Nu'man, ia mendengar dari Yahya bin Abu

    Zakariya bin 'Amr Az Zayyat yang mengatakan: "Aku mendengar dari ayahku dan ia mendengar

    dari Muhammad bin Sama'ah yang mendengar dari Faidh bin Abi Syaibah, berasal dari

    Muhammad bin Muslim yang mengatakan, bahawasanya ia mendengar Abu Ja'far berkata: 'Allah

    tabaraka wata'ala telah menetapkan perjanjian dengan para Nabi mengenai wilayah (keimaman)

    'Ali dan telah pula mengambil janji dari para Nabi tentang wilayah (keimaman) 'Ali itu." [Basa'irudDarajat, Bab IX, Jilid II, cet. Iran, 1928 H.]

    Bagaimana mungkin persoalan yang sepenting itu tidak tercantum sama sekali di dalam Al

    Qur'an, baik yang mengenai "perjanjian" mahupun yang mengenai "janji"? Tidak hanya itu saja.

    Masih banyak pembohongan yang lebih hebat lagi. Mereka mengatakan bahawa wilayah

    (keimaman) tidak hanya telah ditetapkan sebagai perjanjian dengan para Nabi saja, tetapi bahkan

    dikatakan juga sebagai amanat yang oleh Allah SWT ditawarkan kepada langit dan bumi. Dalam

    Al Basa'ir diketengahkan juga sebuah riwayat bahawa Amirul Mu'minin 'Ali mengatakan,

    "Sesungguhnya Allah telah menawarkan wilayah (keimaman)-ku kepada penghuni langit dan

    bumi. Ada yang mengakui dan ada pula yang mengingkarinya. Yunus mengingkarinya, danakhirnya ia dipenjarakan dalam perut ikan paus sehingga ia mau mengakuinya." [Basa'irud

    Darajat, Bab X, Jilid II, cet. Iran]

    Sesungguh, itu adalah pembohongan yang luar biasa. Semoga Allah melindungi kita semua dari

    mempunyai kepercayaan semacam itu. Mengenai amanat yang dikatakan oleh kaum Syi'ah tadi

    ialah, bahawasanya Allah memberi perhatian besar mengenai hal ini, sehingga Allah tidak

    mengutus atau mengangkat seorang Nabi yang telah dibebani tugas amanat itu. Demikianlah

    yang menjadi kepercayaan mereka, sebagaimana riwayat yang dikemukakan oleh penulis Al

    Basa'ir, iaitu sebuah riwayat berasal dari Muhammad bin 'Abdurrahman, bahawasanya Abu

    'Abdullah as. berkata: Wilayah (imamah) kami adalah wilayah (imamah) Ilahi, yang tak seorangNabi pun diangkat Allah kecuali dengan amat wilayah (imamah) itu." [Basa'irud Darajat, Bab IX,

    Jilid II, cet. Iran]

    Mengingatkan sangat pentingnya soal imamah itu, maka menurut kaum Syi'ah seseorang tidak

    akan menjadi mukmin sejati kecuali dengan mengakui imamah itu. Demikian juga para malaikat

    di langit, semuanya telah meyakininya. Begitulah yang menjadi anggapan kaum Syi'ah. Penulis

    Al Basa'ir mengemukakan sebagai berikut:

    Kami mendengar dari Ahmad bin Muhammad yang mendengar dari Al Hasan bin 'Ali bin

    Fadhdhal, ia mendengar dari Muhammad bin Fudhail yang mendengar dari Abush Shabah AlKinaniy, bahawasanya Abu Ja'far berkata: "Demi Allah, di langit terdapat tujuh puluh jenis

    malaikat. Seandainya semua penduduk bumi berkumpul kemudian menghitung jumlah malaikat

    dari masing-masing jenis, mereka tidak akan dapat menghitungnya. Semua malaikat itu

    mempercayai wilayah (keimaman) kami. [Basa'irud Darajat, Bab IV, Jilid II, cet. Iran]

    Apakah masuk akal kalau suatu persoalan yang begitu penting itu tidak disebut sama sekali

    dalam firman Allah? Apatah lagi dakwaan Syi'ah bahawa akidah dan ibadah apa pun tidak sah

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    18/31

    bila tidak disertakan dengan keyakinan mengenai imamah itu. Al Kulaini meriwayatkan bahawa

    Ja'far As Shadiq pernah menegaskan" "Batu alas (batu alas yang biasanya disebut "tungku"

    pada galibnya terdiri dari 3 buah, agar periuk yang diletakkan di atasnya tidak terbalik) dalam

    Islam adalah tiga: shalat, zakat dan wilayah (imamah), yang satu tidak sah kecuali dengan

    disertakan dengan yang lain." [Al Kafiy fil Usul, hal. 18, jilid II, cet. Teheran]

    Riwayat yang berasal dari Muhammad bin Fadhl juga mengatakan, bahawa Abul Hasan as.

    pernah berkata: "Wilayah (imamah) 'Ali as. termaktub pada semua Kitab Suci para Nabi, di

    samping Al Qur'an. Allah tidak mengutus seorang Rasul pun kecuali dengan kenabian

    Muhammad s.a.w. dan dengan wasiat mengenai wilayah 'Ali a.s." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah,

    kumpulan riwayat tentang wilayah (imamah), hal. 437, Jilid I, cet. Teheran]

    Setelah kaum Syi'ah menghadapi kesulitan mengenai soal wilayah, mereka berusaha mencari

    penyelesaian dengan mengatakan Al Qur'an sudah dipinda, mengalami pengubahan, banyak

    ayat-ayatnya telah dibuang dan banyak pula kata-kata serta kalimatnya yang dihapuskan. Mereka

    menuduh yang melakukan semua kejahatan itu adalah para sahabat Nabi yang terkemuka danpara pemimpin umat Islam didorong oleh kebencian terhadap 'Ali dan keturunannya, serta

    didorong oleh keinginan hendak menghilangkan pusaka Rasulullah SAW. Demikianlah kata

    mereka.

    Beberapa Contoh Mengenai Hal Itu:

    Sebagai contoh sebuah riwayat yang oleh Al- Kulaini dikatakan berasal dari Jabir, yang

    menyatakan bahawa Abu Ja'far a.s. telah berkata sebagai berikut:

    "Mengapa 'Ali bin Abi Talib disebut sebagai Amirul Mu'minin? Kerana demikianlah Allah

    menyebutnya, sebagaimana yang diwahyukan Allah (kepada Muhammad SAW) dalam Kitab

    Suci-Nya:

    "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan dari anak-anak Adam keturunannya dari tulang

    sulbinya (tulang belakang) dan menyuruh mereka bersaksi terhadap diri sendiri (atas

    pertanyaan): Bukankah Aku Tuhan anda, dan Muhammad itu Rasul-Ku dan 'Ali itu Amirul

    Mu'minin?" [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab An Nawadir, hal. 412, Jilid I, cet. Teheran; hal. 261, cet.

    India]

    Setiap Muslim tahu benar, bahawa kalimat "Muhammad itu Rasul-Ku dan 'Ali itu Amirul Mu'minin"

    sama sekali bukan firman Allah Rabbul 'Alamin. (Lihat: QS. Al-Araf : 172). Kalimat tersebut jelas

    merupakan pemalsuan kaum Syi'ah terhadap firman Allah agar mereka dapat memantapkan

    keyakinan mereka yang batil dan sesat.

    Al Kulaini mengemukakan juga riwayat yang dikatakannya berasal dari Jabir yang menyatakan: "

    Jibril as. menurunkan kepada Muhammad saw. ayat sebagai berikut:

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    19/31

    "Jika anda masih meragukan apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad)

    mengenai Ali, maka cuba buatlah sebuah surah serupa itu." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab Tanzil,

    hal. 417, Jilid I, cet. Teheran; hal. 263, cet. India] Kalimat yang digarisbawahi tidak terdapat

    dalam Al-Qur'an (pemalsuan terhadap ayat 23 Surah Al- Baqarah).

    Al Kulaini membawakan juga riwayat dari Abu Bushair, dan dia berasal dari Abu 'Abdullah a.s.,

    yang menyatakan bahawa versi asli dari ayat awal Surah Al-Ma'arij adalah sebagai berikut :

    "Bertanya seorang penanya tentang adzab yang bakal terjadi, yang pasti akan menimpa orang

    yang kafir terhadap wilayah (imamah) 'Ali, yang tidak seorang pun dapat menghindarinya." [Al

    Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab Tanzil, hal. 422, Jilid I, cet. Teheran; hal. 266, cet. India]

    Al Kulaini meriwayatkan dari Abu Hamzah bahawa Abu Ja'far a.s. pernah berkata sebagai

    berikut: "Jibril datang dengan ayat (QS. Al Furqan:50) seperti ini:

    "Maka sebagian besar manusia menolak wilayah (imamah) 'Ali, dan mereka bukan lain adalah

    orang kafir."

    Selanjutnya ia juga berkata: "Jibril turun membawa ayat (QS Al Kahfi:29) seperti ini":

    "Dan katakanlah (hai Muhammad) bahawa kebenaran datang dari Tuhanmu mengenai wilayah

    (imamah) 'Ali. Maka barang siapa mahu ia boleh beriman dan barang siapa tidak mahu ia boleh

    menjadi kafir. Kami sediakan bagi orang-orang yang zalim terhadap aal (keluarga) Muhammad

    api neraka." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 425, Jilid I, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Yang

    digaris adalah tambahan terhadap ayat Al-Furqan:50 dan ayat Al-Kahfi:29.)

    Riwayat dari Jabir mengatakan, bahawasanya Abu Ja'far a.s. berkata sebagai berikut :

    "Dan seandainya mereka berbuat sebagaimana yang telah diperingatkan mengenai 'Ali tentu hal

    itu akan lebih baik bagi mereka." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 425, Jilid I, cet. Teheran; hal. 268,

    cet. India] (Yang digaris bahawi adalah tambahan terhadap ayat 66 S. An- Nisa).

    Riwayat dari Munakhkhal mengatakan bahawa Abu 'Abdullah a.s. berkata sebagai berikut: "Jibril

    a.s. turun kepada Muhammad saw. membawa ayat seperti ini":

    "Hai orang-orang yang telah diberi Kitab, hendaklah anda beriman kepada apa yang telah Kami

    turunkan mengenai 'Ali sebagai cahaya terang-benderang." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 417,

    Jilid I, cet. Teheran; hal. 264, cet. India] (Yang digaris adalah tambahan terhadap ayat

    An-Nisa:47).

    Riwayat dari Jabir juga mengatakan, bahawa Abu Ja'far a.s. berkata sebagai berikut: "Malaikat

    Jibril turun kepada Muhammad saw. menyampaikan ayat seperti ini":

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    20/31

    "Alangkah buruknya perbuatan mereka yang telah menjual dirinya sendiri dengan mengingkari

    apa yang telah diturunkan Allah mengenai 'Ali kerana dengki ." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 417,

    Jilid I, cet. Teheran; hal. 262, cet. India] (Yang digaris adalah tambahan terhadap ayat

    Al-Baqarah:90).

    'Ali bin Ibrahim Al-Qummiy dalam mukadimah kitab tafsirnya mengatakan, bahawa "Qur'an telah

    mengalami pengubahan dan pemindaan." Selanjutnya ia menegaskan: "Mengenai soal yang

    tidak sejalan dengan apa yang telah diturunkan Allah, misalnya firman Allah : "Anda telah menjadi

    ummat terbaik yang pernah ditampilkan bagi ummat manusia, kerana anda menyuruh orang

    berbuat baik, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah". [QS. 'Ali Imran:110]

    Mengenai ayat itu Abu 'Abdullah a.s. berkata kepada orang yang membacanya : "Bagaimana

    disebut ummat terbaik, padahal menurut kenyataan mereka itu membunuh Amirul Mu'minin 'Ali

    dan anaknya, Al- Husein bin 'Ali?" Orang itu bertanya lagi : "Hai putera Rasulullah, bagaimanakah

    sebenarnya ayat itu turun?" Abu 'Abdullah menjawab : "Ayat itu turun sebagai berikut":

    "Anda adalah para Imam terbaik yang ditampilkan bagi ummat manusia". Selanjutnya ia

    menambahkan: "Adapun yang dihapuskan ialah kata mengenai 'Ali dalam firman Allah":

    "Akan tetapi Allah menjadi saksi atas apa yang telah diturunkan kepadamu mengenai 'Ali ." (Yang

    digaris bahawi adalah terhadap ayat An Nisaa':166).

    Serangkaian dengan riwayat tersebut di atas, menurut Al-Qummiy, Abu 'Abdullah juga

    membacakan ayat: "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari

    Tuhanmu mengenai 'Ali ." [Tafsir Al Qummy, Mukadimah, hal. 10, Jilid I, cet. Najf-Irak] (Yangdigaris adalah pemalsuan terhadap ayat Al- Ma'idah:67).

    Al-Kasyiy dalam tafsirnya mengetengahkan sebuah riwayat yang dikutipnya dari Tafsir Al-'Ayasyi,

    bahawasannya Abu 'Abdullah a.s. pernah berkata: "Jika Al-Qur'an dibaca menurut sebagaimana

    yang diturunkan, kami tentu menemukan di dalamnya nama-nama orang yang disebut." [Tafsir

    Ash Shafiy, Mukadimah, hal. 11, cet. Iran]

    Al-Kulaini mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Al-Husein bin Mayyah yang

    mendengarnya dari orang lain, bahawa pada suatu hari ada seorang membaca ayat Al-Qur'an di

    depan Abu 'Abdullah sebagai berikut:

    "Katakanlah (hai Muhammad), hendaklah anda berkerja. Allah, Rasul- Nya dan kaum Mu'minin

    pasti akan menyaksikan pekerjaan (amal perbuatan) anda."

    Saat itu Abu 'Abdullah menegur: "Bukan begitu (yakni: bukan kaum Mu'minin), yang benar ialah

    kaum ma'munun (yakni: orang-orang yang terpercaya) dan kami inilah kaum ma'munun!" [Al

    Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Perubahan dari Mu'minin

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    21/31

    menjadi ma'munun adalah pemalsuan terhadap ayat At- Taubah:105).

    Diriwayatkan juga oleh Abu Ja'far a.s. bahawa Jibril turun membawa ayat sebagai berikut:

    "Hai manusia, seorang Rasul telah datang kepada anda membawa kebenaran mengenai wilayah

    (imamah) 'Ali, kerana itu hendaklah anda beriman, hal itu lebih baik bagi anda, akan tetapi jikaanda mengingkari wilayah (imamah) 'Ali, maka ketahuilah bahawa segala yang ada di langit dan

    di bumi adalah kepunyaan Allah." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 267, cet.

    India] (Yang digaris adalah tambahan terhadap ayat An-Nisa:170).

    Riwayat mengenai wilayah, imamah atau keimanan dan kepemimpinan 'Ali bin Abi Talib seperti

    yang contoh-contohnya telah kami ketengahkan di atas semuanya tadi, tidak terhitung banyaknya

    di kalangan kaum Syi'ah. Ada yang tertulis di dalam kitab-kitab tafsir mereka, dan banyak juga

    yang dapat kita temukan di dalam kitab-kitab mereka yang lain. Adapun mengenai riwayat

    tentang wisayah (wasiat mengenai kepemimpinan ummat yang "diterima" oleh 'Ali dari

    Rasulullah saw.) juga tidak kurang banyaknya. Sebagai contoh kami nukilkan sebuah riwayatyang dikemukakan oleh Al-Kulaini berasal dari Mulla Rif'ah mengenai firman Allah dalam Surah

    Ar-Rahman:

    ". Maka nikmat tuhan anda yang manakah yang anda dustakan, apakah mendustakan Nabi

    ataukah mendustakan wasiy ('Ali sebagai penerima wasiat Nabi)?" [Al Kafiy fil Ushul, Bab Nikmat

    Allah, hal. 217, Jilid I, cet. Teheran.] (Pemalsuan terhadap ayat tersebut yang berulang- ulang

    termaktub dalam Surah Ar-rahman).

    Kaum Syi'ah masih mempunyai banyak sekali riwayat yang semakna dengan itu.

    Mengenai perubahan Al-Qur'an yang mereka tuduhkan kepada golongan lain, sesungguhnya

    hanya bertujuan hendak memastikan soal imamah atau soal wilayah, yang oleh mereka dijadikan

    pokok agama Islam. Hal ini dinyatakan secara terus terang oleh sebuah riwayat yang menurut

    kaum Syi'ah berasal dari Ar-Ridha. Dalam salah satu khutbahnya, Ar-Ridha mengatakan:

    "Sungguh, soal imamah adalah pokok agama Islam yang terus tumbuh dan cabangnya terus

    menjulang tinggi. Dengan adanya Imam (Imam yang berarti kepemimpinan ketuhanan Ahlul-

    bait), barulah sembahyang, zakat, puasa dan ibadah haji; menjadi sempurna." [Al Kafiy, Kitab Al

    Hujjah, Bab An Nawadir, hal. 200, Jilid I, cet. Teheran.]

    Kaum Syi'ah tidak mungkin dapat menegakkan keyakinan atau akidah yang palsu itu kecualidengan jalan melancarkan tuduhan tentang adanya perubahan dan penggantian isi Al-Qur'an.

    Menurut mereka, Al- Qur'an yang murni dan yang asli ialah "Al-Qur'an" yang telah mereka

    tambah dengan kalimat-kalimat mengenai wilayah dan wishayah 'Ali bin Abi Talib serta

    anak-cucu keturunannya.

    Selain itu dengan meyakini ketidakmurnian Al-Qur'an itu, kaum Syi'ah juga mempunyai tujuan

    yang lain lagi. Iaitu tidak mahu mengakui keutamaan para sahabat nabi saw. yang telah

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    22/31

    memperoleh tempat khusus dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an menjadi saksi atas kedudukan mereka

    yang tinggi dan mulia, martabat mereka yang agung dan derajat mereka yang luhur. Dalam

    Al-Qur'an Allah 'Azza wa Jalla menyebut kaum Muhajirin dan Anshar, memuji akhlak mereka

    yang mulia dan perilaku mereka yang baik. Bagi mereka Allah telah memberi khabar gembira

    melalui Rasul- Nya, bahawa mereka itu adalah bakal menjadi para penghuni syurga yang di

    bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah s.w.t. juga telah menjanjikan kepada mereka,khususnya para Khalifah Rasyidun - Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali Radhiyallahu 'anhum -

    bahawa mereka akan memperolehi kedudukan di muka bumi, memegang kekhalifahan

    memimpin ummat manusia atas dasar ketentuan-ketentuan Rabbani dan Ilahi. Merekalah yang

    menyebarluaskan agama Islam secara benar dan berkembang hampir ke seluruh penjuru dunia.

    Merekalah yang mengangkat panji Islam setinggi-tingginya dan Muslimin, menjunjung tinggi

    kebenaran Allah dan Rasul-Nya.

    Beberapa orang dari kalangan mereka disebutkan oleh Allah swt. bersamaan dengan sebutan

    Rasulullah saw., menerima ketenteraman dan ketenangan bersama beliau ... dan lain

    sebagainya yang semuanya itu difirmankan Allah dan dicatatkan dalam Kitab Suci-Nya,Al-Qur'anul-Karim.

    Sebagaimana telah kita ketahui, bahawa Allah swt. telah menyatakan pujian-Nya di dalam

    Al-Qur'an yang akan tetap kekal sepanjang zaman, kepada kaum Muhajirin dan Ansar yang

    dipelopori oleh Abu Bakar, 'Umar, 'Uthman, 'Ali, Talhah, Zubair dan lain-lain.

    "Para perintis yang pertama dari kaum Muhajirin dan Ansar, serta semua orang yang mengikuti

    mereka dalam amal perbuatan yang baik, Allah redha (puashati) dengan mereka dan mereka

    pun redha (puashati) dengan Allah. Bagi mereka Allah menyediakan syurga-syurga yang di

    dalamnya mengalir sungai- sungai. Di dalamnya mereka tinggal selama-lamanya. Itulahkeuntungan yang amat besar." [ At Taubah:100]

    "..Dan mereka yang beriman serta berhijrah dan berjuang di jalan Allah. Demikian pula mereka

    yang memberi perlindungan dan pertolongan, mereka itu orang-orag yang benar-benar beriman.

    Mereka memperolehi keampunan dan rezeki berlimpah ruah." [ Al Anfal:74]

    "Tidak sama di antara anda, orang yang menginfakkan harta kekayaannya dan turut berperang

    sebelum al-fath (sebelum jatuhnya kota Makkah ke tangan kaum Muslimin) dengan orang yang

    berbuat hal itu sesudah al-fath. Darjat mereka (yang tersebut pertama) lebih utama daripada

    orang-orang yang menginfakkan harta dan berperang setelah al-fath. Akan tetapi Allah telahmenjanjikan pahala yang baik bagi orang dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

    anda lakukan." [ Al Hadid:10]

    ". Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Nabi Muhammad saw.), dan memuliakannya,

    membelanya serta mengikuti cahaya (Al-Qur'an) yang diturunkan bersamanya; mereka itulah

    orang- orang yang beroleh keberuntungan."[ Al A'raf:157]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    23/31

    Mengenai para sahabat Nabi saw. yang bersama-sama beliau di Hudaibiyyah dan menyatakan

    sumpah setia bertekad mati membela beliau, Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:

    "Sesungguhnya mereka yang telah menyatakan janji setia kepadamu, sebenarnya mereka itu

    adalah menyatakan janji setia kepada Allah. Tangan Allah berada di atas tangan mereka." [ Al

    Fath:10]

    Mereka diberi berita gembira memasuki syurga. Mengenai hal ini Allah berfirman :

    "Sungguh, Allah telah meredhai orang-orang yang beriman, ketika mereka menyatakan janji setia

    kepadamu di bawah pohon. Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka dan mengurniakan

    kemenangan di waktu dekat." [ Al Fath:18]

    Mengenai pada sahabat Nabi yang tulus dan ikhlas itu, Allah swt. telah menegaskan dalam

    firman-Nya :

    "Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersama dia bersikap keras terhadap

    kaum kafir dan kasih sayang di antara sesama mereka. Kaulihat mereka ruku' dan sujud

    mengharapkan kurnian Allah dan keredhaan-Nya. Pada wajah mereka terdapat tanda-tanda

    bekas sujud. Demikianlah perumpanaan mereka di dalam Taurat dan perumpamaan mereka di

    dalam Injil: Laksana benih yang mengeluarkan batang lalu menjadi kuat kerananya, lebat dan

    tegak di atas batangnya, menyenangkan hati para penabur benih, tetapi membangkitkan

    kemarahan orang yang mengingkari (membenci) mereka. Allah telah menjanjikan kepada semua

    orang diantara mereka yang beriman dan berbuat amal kebaikan, keampunan dan pahala yang

    amat besar." [ Al Fath:29]

    "(Harta rampasan perang itu sebagian) untuk kaum fakir miskin Muhajirin, mereka yang diusir

    dari rumahnya dan dipaksa meninggalkan harta bendanya kerana mengharapkan kurniaan Allah

    dan keredhaan-Nya, serta membela Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang

    benar-benar beriman. Dan mereka (kaum Ansar) yang bertempat tinggal di rumah (Madinah) dan

    telah beriman sebelum (kedatangan kaum Muhajirin). Mereka itu mencintai orang-orang yang

    hijrah ke (tempat) mereka, dan tidak menaruh keinginan di dalam hatinya atas apa yang telah

    diberikan kepada kaum Muhajirin. Mereka lebih mengutamakan kaum Muhajirin daripada diri

    mereka sendiri, sekalipun mereka itu sesungguhnya dalam keadaan miskin. Dan barangsiapa

    terpelihara dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beroleh keuntungan." [ Al Hasyr:8-9]

    ". Akan tetapi Allah membuat anda sangat mencintai keimanan dan menjadikannya indah dalam

    hati anda. Hal itu menimbulkan dalam diri anda perasaan benci kepada kekufuran, kefasikan dan

    kedurhakaan. Itulah orang-orang yang berada di jalan yang benar, sebagai kurniaan dan nikmat

    dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." [ Al Hujurat:7-8]

    Mengenai para sahabat Nabi yang kemudian menjadi Khalifah Rasyidin secara berturut-turut,

    Allah telah berfirman sebelumnya :

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    24/31

    "Allah telah menjanjikan kepada mereka yang benar-benar beriman dan berbuat kebaikan di

    antara kamu, Allah akan menjadikan mereka Khalifah di muka bumi, sebagaimana Dia telah

    menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai Khalifah, Allah akan mengukuhkan bagi

    mereka agama yang telah diredhai-Nya dan Allah akan mengubah keadaan mereka dari keadaan

    serba ketakutan menjadi aman dan tenteram." [QS. An Nuur:55]

    Mengenai seorang sahabat terdekat Rasulullah saw., Allah telah berfirman :

    "Jika anda tidak menolong dia (Muhammad saw.), Allah telah menolongnya, yaitu ketika

    orang-orang kafir mengusirnya dan menjadi salah satu dari dua orang berada di dalam gua.

    Ketika itu ia berkata kepada sahabatnya: "Janganlah bersedih hati, sesungguhnya, Allah

    bersama kita. "Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan

    memberikannya kekuatan dengan pasukan yang tidak dilihat olehmu." Dan Allah menjadikan

    seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha

    Perkasa lagi Maha Bijaksana." [ At Taubah:40] Dan masih banyak lagi ayat-ayat seperti di atasitu.

    Ayat-ayat suci tersebut merupakan pukulan hebat bagi kaum Syi'ah dan para pendukungnya.

    Dengan nas-nas yang terang dan sangat jelas itu tidak mungkin mereka dapat mengkafirkan Abu

    Bakar, 'Umar, 'Uthman dan para sahabat Nabi yang lain - radhiyallahu 'anhum ajma'in. Untuk

    keluar dari jalan buntu itu mereka mencipta tuduhan tentang Al-Qur'an yang dikatakannya tidak

    murni dan tidak asli lagi, atau sudah diselewengkan. Jalan lainnya lagi yang mereka tempuh ialah

    menafsirkan atau menta'wilkan ayat-ayat Al-Qur'an secara batil yang sama sekali tidak dapat

    menyentuh hati dan sangat memuakkan fikiran sihat. Menurut kenyataan, keyakinan dan

    kepercayaan mereka itu tidak dapat dipertahankan atau ditegakkan kecuali denganmengkafir-kafirkan para sahabat nabi secara umum. Khususnya tiga orang Khalifah Rasyidun

    dan orang-orang yang membantu mereka dalam mengemudikan roda kepimpinan kehidupan

    kaum Muslimin. Itulah sebabnya mengapa kaum Syi'ah berteriak : "Setelah Nabi wafat, semua

    orang telah murtad kembali, kecuali tiga." Menurut mereka perkataan itu diucapkan oleh Abu

    Ja'far-salah seorang dari dua belas orang Imam Syi'ah - Demikianlah yang diberitakan oleh ahli

    sejarah Syi'ah ternama, Al-Kasyiy. [Rijalul Kasyiy, hal. 12 di bawah judul Salman Al Farisiy, cet.

    Karbala, Irak]

    Al-Kasyiy mengetengahkan satu riwayat lain lagi mengenai hal itu. Riwayat tersebut dikatakan

    berasal dari Hamduwaih yang mendengar dari Ayyub bin Nuh, ia mendengar dari Muhammad binAl-Fadhl, berasal dari Safwan yang mendengarkan dari Abu Khalid Al-Qummath, berasal dari

    Hamran yang berkata kepada Abu Ja'far a.s.: "Alangkah sedikitnya jumlah kita, seandainya kita

    berkumpul (untuk makan bersama), kita tidak akan dapat menghabiskan seekor kambing!" Abu

    Ja'far menyahut: "Mahukah kalau aku beritahukan kamu tentang sesuatu yang lebih aneh dari

    itu? Hamran menjawab: "Ya, baiklah." Abu Ja'far menerangkan: "Kaum Muhajirin dan Ansar telah

    pergi semua, kecuali tiga orang." [Rijalul Kasyiy, hal. 13]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    25/31

    Itulah beberapa soal tentang kebohongan dan kebatilan yang ada pada kaum Syi'ah.

    Mereka tidak mempunyai jawaban yang dapat diterima akal fikiran kecuali ingkar dan membuat

    penafsiran lain (ta'wil). Mereka hanya dapat mengatakan, bahawa para sahabat Nabi itu telah

    menambah-nambah firman Allah untuk memuji-muji diri mereka sendiri. Mereka juga

    mengatakan, bahawa para sahabat Nabi menghapus ayat-ayat yang mencela pemikiran merekayang mengancam mereka dengan azab neraka. Mengenai hal itu Al-Kulaini menyajikan sebuah

    riwayat yang dikatakannya berasal dari Ahmad bin Muhammad bin Abi Nasr yang mengatakan

    sebagai berikut: "Abdul Hasan a.s menyerahkan sebuah mushaf kepadaku sambil berkata":

    "Lihatlah isinya." Mushaf itu kubuka lalu kubaca ayat pertama Surah Al-Bayyinah. Ternyata kulihat

    ada tujuh puluh nama orang-orang Quraisy lengkap dengan nama-nama orang tua mereka

    (dinyatakan sebagai golongan kafir)." [Al Kafiy fil Usul, Kitab Fadlul Qur'an, Bab Nawadir, hal.

    631, Jilid II, cet. Teheran; hal 670, Jilid I, cet. India.]

    Sebagaimana telah kami sebutkan pada bagian terdahulu bahawa menurut riwayat yang dibuat

    oleh kaum Syi'ah 'Ali bin Abi Talib menyerahkan kumpulan ayat-ayat Al-Qur'an kepada kaumMuhajirin dan Ansar. Ketika dibuka oleh Abu Bakar lembar pertama ditemukan ayat- ayat yang

    mencela kaum Muhajirin dan Ansar. Kerana itu beliau mengembalikan kumpulan ayat-ayat

    tersebut kepada 'Ali seraya berkata: "Kami tidak memerlukan semua ini." [Lihat Awwalal Maqal

    Riwayat At Tibrisiy dalam Al Ihtijaj, hal. 86 dan 88.]

    Seorang ulama Syi'ah bernama Mulla Muhammad Taqiy Al-Kasyaniy dalam bukunya berbahasa

    Parsi, "Hidayatuth Talibin", terdapat huraian yang terjemahannya sebagai berikut:

    "'Uthman memerintahkan salah seorang sahabatnya, Zaid bin Thabit, musuh 'Ali, supaya

    menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an dengan membuang kebaikan-kebaikan Ahlul-Bait dankejelekan-kejelekan musuh-musuh Ahlul Bait. Al-Qur'an yang ada di tangan kaum Muslimin

    sekarang ini, Qur'an yang kita kenal itu, adalah Mushaf 'Uthman, iaitu Qur'an yang dihimpun atas

    perintah 'Uthman." [Hidayatuth Talibin, hal. 368, cet. Iran, tahun 1282H.]

    Seorang ulama besar Syi'ah yang mendapat gelar Syeikhul Islam dan Khatimatul-Mujtahidin,

    bernama Al-Mulla Muhammad Baqir Al- Majlisiy menulis sebagai berikut:

    "Orang-orang munafik telah merampas jawatan khalifah dari 'Ali, begitulah perbuatan mereka

    terhadap seorang Khalifah. Pada masa yang sama Khalifah kedua telah merobek-robek

    Kitabullah." [Hayatul Qulub, Bab Hijjatul Wada' nomor 49, hal. 681, Jilid II, dalam bahasa Persia,cet. India.]

    Dalam bukunya yang lain lagi dia mengatakan, bahawa 'Uthman menghapuskan tiga perkara dari

    Al-Qur'an, iaitu keutamaan Amirul Mu'minin 'Ali, keutamaan Ahlul-Bait dan kejelekan Qureisy

    termasuk tiga orang Khalifah. Misalnya ayat Al-Furqan:28 yang diubah hingga berbunyi:

    "Alangkah baiknya kalau aku dahulu (di dunia) tidak menjadikan Abu Bakar sebagai teman karib."

    [Tazkiratul A'immah, hal. 9]

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    26/31

    Kerana kaum Syi'ah hendak mengingkari kedudukan para sahabat Nabi yang mendapat pujian

    dari Allah swt. Dalam Al-Qur'anul-Karim, mereka tidak mampu berbuat demikian kecuali

    mengingkari firman Allah, sebab Al- Qur'an mengandung keterangan-keterangan mengenai

    kegiatan dan perjuangan para sahabat Nabi, terutama Abu Bakar, 'Umar dan 'Uthman -

    radhiyallahu 'anhum ajma'in. Menurut kenyataan, penghimpunan ayat- ayat Al-Qur'an dilakukanatas perintah Abu Bakar As-Siddiq berdasarkan saranan 'Umar Ibnul-Khattab hingga mencapai

    penyelesaiannya yang terakhir pada zaman kekhalifahan 'Uthman. Dengan demikian tiga orang

    Khalifah tersebut telah berhasil memperoleh keutamaan besar. Semoga Allah berkenan

    melimpahkan pahala dan kurnia-Nya yang sebaik- baiknya kepada mereka bertiga. Ketika kaum

    Syi'ah melihat sendiri bahawa melalui tangan-tangan mereka itu Allah menjaga kemurnian dan

    kekekalan Al-Qur'an sebagai sumber terpokok ajaran Islam, kaum Syi'ah melancarkan sikap

    permusuhan dan kebencian kepada mereka. Atas dorongan kedengkian dan kebenciaannya itu

    kaum Syi'ah terperosok ke dalam sikap hendak menghancurkan Al-Qur'an itu, lalu dengan serta-

    merta melontarkan tuduhan yang bukan-bukan, seperti "seleweng", "diubah" dan lain

    sebagainya, padahal mereka sendiri yang meminda-minda dan mengubahnya.

    Al-Maisam Al-Bahrani menuduhkan sepuluh kejelekan untuk menjatuhkan nama baik Khalifah

    'Uthman, iaitu tuduhan-tuduhan yang selama ini dilontarkan oleh kaum Syi'ah terhadap peribadi

    Khalifah ketiga itu. Tuduhan yang ketujuh mengatakan, bahawa 'Uthman memerintahkan kaum

    Muslimin hanya membaca Al-Qur'an yang dihimpun oleh Zaid bin Thabit saja, sedangkan

    Mushaf-Mushaf yang lain dibakar habis, dan membatalkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak

    diragukan turun dari Allah." [Syarah Nahjul Balaghah, hal. 1, Jilid XI, cet. Iran.]

    Dengan tindakan dan sikap seperti itu kaum Syi'ah bermaksud mencacatkan para sahabat Nabi

    terkemuka itu, yang dituduh oleh mereka sebagai merampas hak kepemimpinan 'Ali dan anakketurunannya, baik sebagai Khalifah mahupun sebagai Imam. Kaum Syi'ah juga mengatakan,

    para sahabat Nabi itu tidak mahu melihat adanya nas-nas dalam Al- Qur'an yang

    mengungkapkan kecacatan dan kekurangan mereka. Dalam usaha membenarkan tuduhan itu

    kaum Syi'ah sengaja membuat dan menambah ayat- ayat yang sesuai dengan keinginan

    mereka. Seperti Al-Kulaini, misalnya, dalam "Al-Kafiy" ia mengetengahkan sebuah riwayat yang

    dikatakannya berasal dari Abu Hamzah, bahawasannya Abu Ja'far pernah menegaskan sebagai

    berikut: "Jibril turun membawa ayat":

    "Sungguh, orang-orang yang ingkar dan berlaku zalim terhadap keluarga Muhammad dan

    hak-haknya, mereka itu tidak akan memperoleh ampunan Allah dan mereka tidak akan diberipetunjuk jalan selain jalan ke neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya, dan yang demikian itu

    mudah bagi Allah." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Yang

    digaris adalah tambahan mereka terhadap ayat An Nisaa' 168-169)

    Riwayat Syi'ah lainnya yang berasal dari Abu Hamzah juga mengatakan bahawa Abu Ja'far

    pernah berkata: "Jibril turun membawa ayat kepada Muhammad saw.":

    "... Orang-orang yang zalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya mengubah ucapan

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    27/31

    (hingga berbeza dari apa yang dikatakan kepada mereka), lalu Kami turunkan kepada mereka

    yang berlaku zalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya, bencana dari langit, kerana

    kefasikan mereka." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 267, cet. India] (Yang

    digaris adalah tambahan mereka terhadap ayat Al-Baqarah:59).

    Al-Qummiy mengatakan, bahawa ayat yang berbunyi:

    "Sekiranya engkau melihat bagaimana keadaan orang-orang yang berlaku zalim terhadap

    keluarga Muhammad dan hak-haknya pada saat malaikat mengulurkan tangan sambil

    sakratulmaut, iaitu pada saat malaikat mengulurkan tangan sambil berkata 'keluarkanlah

    nyawamu', pada saat itu kalian dibalas dengan azab yang sangat menghinakan."

    Al-Qummiy mengatakan bahawa Abu 'Abdullah telah berkata bahawa ayat itu ditujukan kepada

    Mu'awiyah, orang-orang Bani Umayyah dan sekutu-sekutu serta pemimpin-pemimpin mereka.

    [Tafsir Al Qummy, hal. 211, Jilid I, cet. Najf-Irak.]

    Mengenai akhir Surah Asy-Syu'ara, Al-Qummiy mengatakan: "Kemudian Allah menyebut

    keluarga Muhammad dan para pengikut mereka yang telah memperoleh hidayat, dengan

    firman-Nya":

    "Kecuali yang beriman dan berbuat kebaikan, banyak mengingat Allah dan hanya membela diri

    sesudah diperlakukan secara zalim". "Setelah itu Allah menyebut musuh-musuh keluarga

    Muhammad saw. dan orang-orang yang berlaku zalim terhadap mereka, dengan firman-Nya":

    "Mereka yang berlaku zalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya akan mengetahui

    bagaimana kesudahannya (ke tempat mana akan kembali)."

    Al-Qummiy menambahkan: "Begitulah yang diturunkan, demi Allah!" [Tafsir Al Qummy, hal. 125,

    Jilid II, cet. Najf-Iraq.] (Pemalsuan terhadap ayat Asy-Syu'ara:227).

    Sebagaimana diketahui, apa yang dikatakan oleh Syi'ah tentang "keluarga Muhammad dan

    hak-haknya" seperti yang terdapat dalam riwayat-riwayat tersebut di atas tidak lain hanyalah

    suatu pembohongan yang mereka ciptakan sendiri atas nama Allah s.w.t.

    Di bawah ini kami kemukakan sebuah riwayat panjang yang disajikan oleh At-Tibrisiy di dalam

    "Al-Ihtijaj". Riwayat tersebut menerangkan kepada kita tentang apa yang mereka namakan

    "keluarga Nabi dan hak-haknya". Menurut At-Tibrisiy, pada suatu hari ada seorang zindiqmengajukan berbagai pertanyaan kepada 'Ali bin Abi Talib, yang dijawab olehnya sebagai berikut:

    "Allah menyebut nama beberapa orang Nabi dengan nama kiasan (kinayah) tidak bertujuan lain

    kecuali supaya difikirkan oleh orang-orang yang berusaha mengetahui hal-hal ghaib dengan

    pandangan batin (ahlul- istibsar). Mengenai nama-nama kiasan di dalam Al-Qur'an yang

    mengenai orang-orang munafik yang melakukan kejahatan besar, bukanlah berasal dari Allah

    Ta'ala, melainkan dari orang-orang yang mengubah dan mengganti ayat-ayat Al-Qur'an.

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    28/31

    Merekalah yang menjadikan Al- Qur'an terbagi-bagi (ada yang harus dipercaya dan ada yang

    boleh tidak dipercaya), iaitu orang-orang yang menukar agama dengan keduniaan.

    Mengenai kisah mereka yang mengubah-ubah Al-Qur'an, Allah telah menjelaskan dengan

    firman-Nya:

    "Mereka itu ialah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian

    mengatakan: "Kitab ini dari Allah' dengan tujuan supaya banyak orang membelinya dengan harga

    murah." "Mereka yang lidahnya kumat-kamit membaca Kitab ..."

    Lebih jauh 'Ali menegaskan:

    "Sepeninggalan Rasulullah mereka memasukkan kalimat-kalimat yang tidak semestinya, iaitu

    kalimat-kalimat yang dapat mereka pergunakan untuk menegakkan kebatilan mereka. Sama

    halnya dengan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengubah Taurat dan Injil serta

    mengubah-ubah kalimat secara tidak pada tempatnya, sepeninggalan Nabi Musa dan Nabi 'Isa.Mengenai hal ini Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya: "Mereka hendak memadamkan

    cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, akan tetapi Allah tidak menghendaki selain

    menyempurnakan cahaya (agama-Nya)."

    Ini bererti mereka telah menetapkan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang tidak difirmankan Allah

    untuk menimbulkan keraguan orang terhadap Khalifah (yakni 'Ali sendiri). Kerana itu Allah

    membuat hati mereka menjadi buta sehingga mereka membiarkan semua ayat-ayat yang

    menunjukkan perbuatan mereka meminda dan mengubah ayat Al-Qur'an. Mereka berbuat

    kebohongan dan penipuan serta menyembunyikan hal-hal yang sebenarnya mereka ketahui.

    Oleh kerana itu Allah berfirman tertuju kepada mereka:

    "Mengapa kamu mencampur adukkan yang hak (kebenaran) dengan yang batil ."

    Allah kemudian mengumpamakan mereka sebagai berikut:

    "Yang berupa buih akan lenyap tidak ada harganya, adapun yang bermanfaat bagi manusia ia

    akan tetap berada di bumi."

    Yang dimaksud dengan 'buih' dalam hal ini ialah omongan orang-orang kafir yang dimasukkan ke

    dalam Al-Qur'an. Semuanya itu pasti akan musnah, tak ada bekas kegunaannya sama sekali.Adapun yang bermanfaat bagi manusia di dalam Al-Qur'an itulah yang benar-benar diturunkan

    Allah, iaitu ayat-ayat suci Al-Qur'an yang tidak disentuh kebatilan apa pun juga dan dapat diterima

    dengan hati dan fikiran. Sedangkan yang dimaksud dengan 'Bumi' ialah tempat ilmu tersimpan.

    Prinsip 'taqiyyah' secara umum tidak membolehkan adanya pernyataan secara terang-terangan

    mengenai nama orang-orang yang melakukan pengubahan Al-Qur'an itu. Juga tidak

    membolehkan penambahan ayat-ayat yang telah mereka tetapkan di dalam Al-Qur'an menurut

    kemahuan mereka sendiri. Sebab pernyataan seperti itu akan memperkuatkan alasan

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    29/31

    orang-orang yang hendak melumpuhkan agama, dan memperkuatkan hujah para penganut

    agama yang telah diselewengkan, untuk menolak kami.

    Mengenai pertanyaanmu tentang sikap mereka yang pura-pura tidak mengerti firman Allah: "Jika

    kamu bimbang tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak- anak yatim, maka nikahilah wanita

    yang baik bagi kalian."

    Menikahi wanita tidak ada kaitannya dengan persoalan anak-anak yatim, lagi pula tidak semua

    wanita (janda) itu mempunyai anak yatim. Masalah tersebut termasuk yang telah kami sebutkan,

    iaitu orang-orang munafik itu telah menghapuskan ayat-ayat Al-Qur'an antara firman mengenai

    anak-anak yatim dan firman mengenai menikahi wanita, yang banyaknya lebih dari sepertiga

    Al-Qur'an.

    Hal itu dan hal-hal lain adalah serupa dengan tindakan dan perbuatan kaum munafik mengenai

    Al-Qur'an. Bagi para penganut agama yang tidak sejalan dengan Islam, tentu saja menemui

    kesempatan baik dari apa yang diselitkan ke dalam Al-Qur'an itu. Kecuali itu akan tampakterbukalah apa yang dilarang oleh sikap 'taqiyyah' dan akan terbukalah pula kebaikan dan

    keutamaan para auliya (para Imam) bersama-sama dengan kejelekan dan kekurangan yang ada

    pada musuh-musuhnya. Hal ini dilarang keras oleh prinsip 'taqiyyah'.

    Mengenai surah dan ayat-ayat yang dibuang sehingga mencemarkan dan merendahkan

    martabat Nabi Muhammad saw. yang dimuliakan Allah lebih dari pada para Nabi yang lain, itu

    sebenarnya tidak aneh. Sebab Allah 'Azza Wa jalla telah menentukan bahawa setiap Nabi pasti

    mempunyai musuh dari kaum musyrikin. Hal ini telah difirmankan Allah dalam Kitab Suci-Nya.

    Sesuai dengan keagungan Nabi kita saw. di sisi Tuhannya, maka baginda juga diuji dengan

    menghadapi musuh-musuhnya yang dengan kemunafikannya menjadi sumber segala macamgangguan dan kesukaran yang beliau hadapi. Musuh baginda itu bermaksud hendak menolak

    kenabian baginda, hendak mendustakan dan menggagalkan semua usaha agar mereka dapat

    merosakkan segala sesuatu yang telah baginda tetapkan. Musuh baginda itu juga giat

    merosakkan orang-orang yang setia kepada baginda supaya berbalik mengingkari, menentang,

    mengkhianati dan menghancurkan da'wah baginda serta mengubah agama dan menyalahi

    Sunnah baginda. Orang yang memusuhi Rasulullah s.a.w. tidak akan berpuashati selagi tidak

    melepaskan kebencian dan kedengkiannya dengan cara menjauhkan ummat dari orang-orang

    yang menerima wasiat kepemimpinan dari baginda, membuat ummat tidak menyukainya,

    menghalang ummat supaya tidak mengikutinya dan mengajak ummat supaya memusuhinya.

    Tujuan yang hendak dicapai ialah mengubah Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi saw.,menghapuskan keutamaan orang-orang yang disebut di dalamnya, menutup kekufuran

    orang-orang kafir yang ditunjuk oleh Al- Qur'an dan menutupi orang-orang lainnya yang bersetuju

    untuk berbuat zalim, menentang dan mengadakan Kitab menandingi al-Quran. Semua

    perbuatan mereka itu diketahui Allah, kerananya Allah berfirman :

    "Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka itu tidak tersembunyi

    bagi Kami."

  • 5/26/2018 Syi'Ah Dan Al Qur'An

    30/31

    Allah juga telah berfirman :

    "Mereka ingin menggantikan firman Allah."

    Setelah mereka melihat nama-nama para pendukung kebenaran dan para pendukung kebatilansebagaimana yang dijelaskan Allah, dan mereka rasakan hal itu bertentangan dengan niat

    mereka, lalu mereka berkata : "Kami tidak memerlukan hal itu, cukuplah sudah yang ada pada

    kami sendiri". Mengenai sikap mereka itu Allah berfirman : "Mereka lalu mencampakkannya ke

    belakang mereka kemudian menukarnya dengan harga yang ama