Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

29
AHLAK TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULLULAH SAW ( Kajian berahlak terhadap allah swt dan rasullah saw ) MAKALAH (Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Al Islam II) Disusun Oleh : MUHAMAD YOGI ( 41032161121007) RIDWAN SOPIANA ( 41032161121016 ) BAHRUL ULUM ( 41032124121006 ) JUMROTUT THOLIBIN ( 41032124121021)

Transcript of Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

Page 1: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

AHLAK TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULLULAH SAW( Kajian berahlak terhadap allah swt dan rasullah saw )

MAKALAH(Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Al Islam II)

Disusun Oleh :

MUHAMAD YOGI ( 41032161121007) RIDWAN SOPIANA ( 41032161121016 ) BAHRUL ULUM ( 41032124121006 )JUMROTUT THOLIBIN ( 41032124121021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAAN

BAHASA ARABFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

Page 2: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

BANDUNG2013

Page 3: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “

BERAHLAK PADA ALLAH SWT DAN RASULLULAH”

Makalah ini membahas tentang berahlak pada Allah SWT dan Rasullulah

serta Bentuk bentuk berahlak pada Allah SWT dan Rasullulah Kami menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 20 April 2013

Penyusun

Kelompok 4

i

Page 4: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1

1.3 Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

2.1 Ahlak kepada Allah SWT ......................................................... 3

2.2 Macam macam ahlak kepada Allah SWT ................................. 4

2.3 Ahlak kepada Rasullulah SAW ................................................ 8

2.4 Macam macam ahlak kepada Rasululah SAW ......................... 9

BAB II PENUTUP ...................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 15

3.2 Saran ......................................................................................... 15

DAFAR PUSTAKA .................................................................................... 16

ii

Page 5: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sember dari segala

sumberdalam kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad

raya dengan segala isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang

demikian luasnya. Allah SWT adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam

kehidupan manusia dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini

mengakar dalam diri setiap muslim maka akan terimplementasikan dalam realita

bahwa Allah SWT –lah yang pertama kaliharus dijadikan prioritas dalam

berakhlak.

Jika diperhatikan, akhlak kepada Allah SWT ini merupakan pondasi atau

dasar dalam berakhlak kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika

seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah SWT, maka ia tidak akan

memiliki akhlah positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia

memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah SWT, maka ini merupakan pintu

gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus

mempunyai akhlak kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW –lah, satu-

satunya manusia terhebat di dunia ini. Yang telah membawa banyak perubahan

bagi dunia yang fana ini, dan beliaulah cahaya yang menerangi bumi yang dulu

kala gelap gulita. Yang sering dijuluki kekasih Allah SWT. Karena perilakunya

beliau pula lah, yang sangat patut untuk di contoh, ditiru dan di amalkan

kesehariannya oleh kita para umatnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT ?

2. Mengapa seorang muslim harus pula berakhlak pada Rasulullah SAW ?

3. Mencakup apa sajakah akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT dan

Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3. Tujuan

1

Page 6: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

2

1. Untuk mengetahua alasan megapa seorang muslim harus berahlak pada Allah

SWT

2. Unutuk mengetahui alaan seorang muslim harus berahlak pada rasullah SAW

3. Untuk mengetahui cakupan ahlak seorang muslim pada Allah SWT dan

Rasullah SAW

Page 7: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Akhlak Kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai

khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki cirri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana

telah disebut dalam latar belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan

mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.

Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang

menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang

rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-

7, sebagai berikut :

�ق� ( ل خ� م�م� ان� س� �ن اإل ظ�ر� �ن ـي ـ د�اف�ق�) (۵ف�ال م�آء� م�ن �ب�) ۶خ�ل�ق� آئ �ر� و�الت الص$ل ب� ن� �ي ب م�ن ج� �خ ر� ي

)۷(

Artinya : “(5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia

diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar

dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.

Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera,

berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping

anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT

dalam syrat An-Nahl ayat 78 :

, ص�ار� �ب و�األ م ع� الس� �م� �ك ل و�ج�ع�ل� 3ا ئ ي ش� �م�و ن� �ع ل ت � ال �م �ك م�ه�ات� أ �ط�و ن� ب م�ن �م ج�ك �خـر� أ و�الله�

�د�ة� �ف ئ , و�األ

و ن� ( �ر� ك �ش ت �م �ك ع�ل ـ� )۷۸ل

Artinya : “(78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran,

penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.

Ketiga, karena Allah SWT –lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana

yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang

3

Page 8: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman

Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :

�م �ك �ع�ل و�ل �ه� ف�ض ل م�ن �غ�و ا ت �ب �ت و�ل م ر�ه�� �أ ب ه� ف�ي ف�ل ك� ال �ج ر�ي� �ت ل �ح ر� ب ال �م� �ك ل س�خ�ر� �ذ�ي ال الله�

و ن� ( �ر� ك �ش )۱۲ت

4

Page 9: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

5

, � �ق�و م ل �ات ي آل� ذ�ال�ك� ف�ى �ن� إ ه� م�ن ع3ا ج�م�ي ر ض�� األ ف�ى و�م�ا م�او�ات� الس� ف�ى م�ا �م �ك ل و�س�خ�ر�

و ن� ( �ر� �ف�ك �ت )۱۳ي

Artinya : “(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal

dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13).

Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu

semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang

berfikir.

Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya

kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :

ع�ل�ى �اه�م ن و�ف�ض�ل �ات� ]ب الط�ي م�ن� �اه�م ق ن ز� و�ر� �ح ر� ب و�ال �ر] ب ال ف�ى �اه�م ن و�ح�م�ل أد�م� �ي �ن ب �ا م ن �ر� ك �ق�د و�ل

م�م�ن ر� �ب �ث ك

) 3 ال �ف ض�ي ت �ا �ق ن ل )٧٠خ�

Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan

Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan

dengan kelebihan yang sempurna”.

Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah

SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat

perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang

diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.

2.2. Macam Akhlak Kepada Allah SWT

2.2.1. Taat Terhadap Perintah-Nya

Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah

SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah –Nya., padahal Allah SWT

–lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah SWT berfirman

dala Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 65 :

Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka

menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka

perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka

Page 10: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

6

terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan

sepenuhnya”.

Kendati demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi keimanan

seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan

salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam Sebuah hadits, Rasulullah SAW

juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda :

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya

(keinginannya) mengikuti apa yang telah dating dariku (Al-Qur’an dan Sunnah)”.

(HR. Abi Ashim Al-Syaibani)

2.2.2. Tawakal

Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk ayat

15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi utuk mecari

rizki dengan berdagang, bertani dan lain sebagainya.

Sahl At-Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab)

maka dia telah melncela sunatullah (ketetentuan yang Allah SWT ciptakan).

Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah SWT) maka dia

telah meninggalkan keimanan”.

2.2.3. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas Amnanah Yang Di Embankan

Padanya

Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah

memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya. Karena

pada hakekatnya, kehidupan ini-pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh

karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT berikan

padanya, maka itu meruakan amanah yang kelak akan diminta pertanggung

jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda.

Dari ‘Umar R.A, Rasulullah SAW bersabda :

“Setia kalian adalah peminpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa

yang dipimpinnya. Seorang Amir (presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan

pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami

merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang

Page 11: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

7

dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia

bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah

pemimpin, dan bertanggujng jawab atas aa yang dipimpinnya”. (HR. Muslim).

2.2.4. Ridlo terhadap ketentuan Allah SWT

Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT,

adala ridla terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya.

Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun keluarga yang

kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya, atau hal-hal

lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin terhadap

apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa

keburukan. Rasulullah SAW bersabda :

“Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah

dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena

ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia

tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal

terbaik bagi dirinya.” (HR. Bukhari).

Apalagi terkadangsebagai seorang manusia, pengetahuan atau pendangan kita

terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap

baik, justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah

memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.

2.2.5. Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya

Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai

dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh karena itulah,

etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang terjerumus kedalam

“kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan kepada –Nya adalah dengan segera

bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya

diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-

Page 12: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

8

dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan

mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”.

2.2.6. Obsesinya Adalah Keridloan Illahi

Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi

dan orientasi dalam segala aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak

beramal dan beraktifitas untuk mencari keridloan atau pujian atau apapun dari

manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridloan Allah SWT tersebut,

“terpaksa” harus mendapatkan “ketidaksukaan” dari para manusia lainnya. Dalam

sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita :

“Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan adanya kemurkaan manusia,

maka Allah akan memberikan keridloan manusia juga. Dan barang siapa mencari

keridloan manusia dengnan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan

kebencian-Nya pada manusia”. (HR. Tirmidzi Al-Qodlo’i dan Ibnu Asakir).

Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam

dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang

dicarinya tentulah hanya keridloan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah

menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

2.2.7. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya

Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim terhadap Allah

SWT adalah merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat

mahdloh, ataupun ibadah yang ghairu mahdloh. Karena, pada hakekatnya seluruh

aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah

SWT berfirman :

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah

kepada-Ku”.

Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain

sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah

SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdloh saja, seperti

puasa, shalat, haji dan lain sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting

Page 13: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

9

untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktifitas dalam rangkaian tujuan untuk

dapat menerakpak hukum Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi

pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat islam pada khhususnya dan

juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

2.2.8. Banyak Membaca Al-Qur’an

Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim terhadap

Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat,

yang merupakan firman-firman –Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah

ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang

mecintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut asma –Nya dan

juga senantiasa akan membaca firman-firman –Nya. Apalagi manakala kita

mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang demikian besarnya. Dalam

sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada kita :

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan

syafa’at di hari kiamat kepada para pembacanya”. (HR. Muslim)

Adapun bagi mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya,

maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan

baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut,

maka Allah SWT –pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

“Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya,

maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang

membaca Al-Qur’an sedang ia terbata-bata membacanya, lagi berat (dalam

mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat”. (HR.

Bukhori Muslim).

2.3. Akhlak Kepada Rasulullah SAW

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan

untuk berakhlak kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah kita banyak

mendapatkan warisan yang bisa kita warikan lagi turun-menurun ke anak cucu

kita.

Page 14: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

10

Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua warisan yang berharga,

yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang berpegang teguh pada keduanya

dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Saat ini, tidak sedikit orang yang

melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau. Tidak hanya itu, mereka kemudian

malah beralih pada tradisi dan adat istiadat yang justru tidak sesuai dengan

syari‘at.

Makalah ini mencoba mengingatkan kita tentang sebagian sunnah Rasulullah

SAW yang telah dilupakan oleh banyak orang. Baik itu sunnah yang berbentuk

perkataan maupun perbuatan beliau. Dan makalah ini pula mencoba mengajak

kita untuk kembali menghidupkan sunnah Rasulullah SAW sebagai bentuk

komitmen cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, yang menyuruh kita untuk

mengikuti sunnah beliau.

2.4. Macam Akhlak Kepada Rasulullah SAW

2.4.1. Menghidupkan Sunnah

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita

sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah

beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-

sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan

(pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak

mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi : “Barang siapa

menghidupkan salah satu sunnahku yang telah dimatikan, sesudahku (sesudah aku

meninggal dunia), maka bagi orang tersebut pahala seperti pahala orang yang

mengamalkannya, tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala mereka.” (HR. At-

Tirmidzi).

2.4.2. Taat

“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri

di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka

kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar

Page 15: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

11

beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih

baik akibatnya.”

Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg beriman dengan seruan “Hai orang-

orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg

siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan

iman merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT.

Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan

perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.

Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri apabila dalam memerintah mereka

menyeru kepada yg ma’ruf dan mencegah yg munkar. Akan tetapi jika mereka

menyuruh kepada hal-hal yg dapat melalaikan kewajiban untuk taat kepada Allah

SWT atau bahkan menyuruh perbuatan yang melanggar aturan Allah SWT maka

tiap kita kaum muslimin tidak boleh menaatinya. Rasulullah SAW telah bersabda

yg artinya “Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yg ma’ruf dan tidak ada

ketaatan terhadap makhluk dalam maksiat terhadap sang Khaliq.

Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum muslimin atau antara mereka

dengan Ulil Amri atau sesama Ulil Amri maka wajib baginya mengembalikan

persoalan itu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu dgn merujuk kepada

kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Jika benar-benar beriman seseorang hanya akan kembali kepada kitabullah dan

unnah Rasul-Nya dalam menyelesaikan segala perkara dan tidak akan berhukum

kepada selain keduanya. Jika tidak maka iman seseorang dapat diragukan dari

ketulusannya.

Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat

kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT

sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang

tersembunyi. Iman kepada hari akhir akan membuat seseorang berpikir akan

akibat segala perbuatannya yg dilakukannya di dunia. Pada hari akhir seluruh

amal anak Adam akan dibalas, jika baik maka baik pula balasannya, namun jika

buruk maka buruk pula balasannya. Boleh jadi seseorang dapat menghindari

Page 16: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

12

hukuman di dunia namun tidak akan dapat seseorang menghindar dari hukuman

akhirat.

Dalam hal taat dan mengembalikan segala perselisihan kepada Allah dan Rasul-

Nya terdapat kebaikan bagi orang-orang mukmin baik di dunia maupun di akhirat.

Akibatnya lebih baik bagi mereka dari pada bermaksiat kepada Allah SWT dan

Rasul-Nya atau kembali kepada selain-Nya.

Perlu kita ketahui bahwa apabila manusia berlepas diri dari hukum Allah SWT

niscaya mereka menjadi budak-budak setan dan hawa nafsu. Hal itu akan

membuat seseorang dapat berhenti berselisih. Seseorang ingin mendapatkan

kebebasan mutlak tetapi yg terjadi justru adalah menjadi budak setan dan hawa

nafsunya.

2.4.3. Membaca Shalawat dan Salam

Selawat atau Shalawat (bahasa Arab: صلوات) adalah bentuk jamak dari kata salat

yang berarti doa atau seruan kepada Allah SWT. Membaca shalawat untuk Nabi

SAW, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah SWT

untuk Nabi SAW dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau

(Nabi SAW) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap

baik dan sehat).

Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat seorang

muslim membaca selawat untuk Nabi SAW, dimaksudkan mendoakan beliau

semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan selalu mendapatkan

keselamatan.

Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada

Nabi SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi SAW hendaknya disertai

dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk

memuliakan dan menghormati beliau. Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-

Hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca shalawat tidak disertai

dengan niat dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka timbangannya tidak

lebih berat ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya

sahnya amal itu tergantung niatnya”.

Page 17: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

13

Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap,

yaitu :

1. Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.

2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang

hatinya tidak sadar.

3. Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat

dan rasa hormat.

Nabi SAW bersabda : “Dan kalau kamu membaca shalawat, maka bacalah dengan

penuh penghormatan untuk ku.”

Membaca shalawat untuk mencintai dan memuliakan Nabi SAW. Siti Aisyah ra.

berkata : “Barangsiapa cinta kepada Allah SWT, maka dia banyak menyebutnya

dan buahnya ialah Allah SWT akan mengingat dia, juga memberi rahmat dan

ampunan kepadanya, serta memasukannya ke surga bersama para Nabi dan para

Wali. Dan Allah SWT memberi kehormatan pula kepadanya dengan melihat

keindahan-Nya. Dan barang siapa cinta kepada Nabi SAW maka hendaklah ia

banyak membaca shalawat untuk Nabi SAW dan buahnya ialah ia akan mendapat

syafa’at dan akan bersama beliau di surga.”

Selanjutnya Nabi SAW bersabda : “Barang siapa membaca selawat untukku

karena memuliakanku, maka Allah SWT menciptakan dari kalimat (shalawat) itu

satu malaikat yang mempunyai dua sayap, yang satu di timur dan satunya lagi di

barat. Sedangkan kedua kakinya di bawah bumi sedangkan lehernya memanjang

sampai ke Arasy”. Allah SWT berfirman kepadanya : “Bacalah selawat untuk

hamba-Ku, sebagaimana dia telah membaca selawat untuk Nabi-Ku. Maka

Malaikat pun membaca selawat untuknya sampai hari kiamat.”

2.4.4. Mencintai Keluarga Nabi SAW

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua

perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan

yang kedua adalah Ithrati (Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang

teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu

denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz. 2,

Page 18: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

14

Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam

kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).

Marilah kita letakkan segala bentuk fanatisme yang ada di pundak kita selama ini.

Tidak dipungkiri lagi bahwa keluarga Nabi SAW yang terkenal dengan sebutan

Ahlulbait adalah manusia-manusia yang mempunyai kelebihan dan keutamaan-

keutamaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya setelah Rasulullah SAW.

Akan tetapi sangat disayangkan sekali bahwa banyak sekali kaum Muslimin yang

melupakan dan bahkan tidak mengetahui eksistensi mereka (keluarga Nabi SAW).

Hadits di atas adalah salah satu dari puluhan bukti otentik yang sangat jelas yang

mengisyaratkan kepada kita semua bahwa begitu besar keutamaan mereka hingga

Nabi SAW berwasiat kepada para sahabatnya dan kita khususnya sebagai umat

Islam agar selalu berpegang teguh kepadanya (Al-Quran & Ahlulbait), jika tidak

maka akan tersesatlah mereka yang berpaling dari dua perkara besar tersebut (Ats-

Tsaqalain).

Mengapa keluarga Nabi Saw? Apakah beliau Saw berkata seperti itu hanya

dikarenakan faktor kasih sayang beliau terhadap keluarganya dan juga karena

hubungan darah semata? Tentu saja tidak, karena segala perkataan yang keluar

dari mulut suci beliau pasti atas dasar petunjuk dari Allah SWT, sebagaimana

firman-Nya:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang

diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 3-5)

Marilah kita bertabarruk dengan mempelajari ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-

hadits sahih yang berkenaan dengan Ahlulbait Rasulullah kemudian membuka

mata dan hati kita untuk melihat kemuliaan-kemuliaan mereka yang selama ini

tidak kita ketahui agar kita dapat mencintai mereka dan mengikuti apa yang

diajarkan oleh mereka ‘alaihimussalam.

2.4.5. Ziarah

Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu ziaroh, yang berarti masuk atau

mengunjungi. Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh orang islam ketempat tertentu

yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah. Namun sering kali kata ziarah disebut

Page 19: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

15

oleh kebanyakan orang adalah berkunjung ke makam dan dan mendoakannya

sambil mengingat akan diri sendiri dan mengambil pelajaran tentang kematian.

Kegiatan berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni beerziarah menurut syari’at

dan berziarah yang berbentuk bid’ah.

Pada awal sejarah islam, yang namanya ziarah itu diharamkan bagi laki-laki

maupun perempuan, dikarenakan hawatir akan goncangnya keimanan. Namun,

ketika aqidah umat islam sudah demikian mantapdan telah diketahui hukum

berziarah serta tujuannya, maka dibolehkan karena pula ada hadits yang

membolehkannya. Madzhab syafi’i berpendapat bahwa ziarah kubur hukumnya

sunnah, sedangkan kaum wahabi mengatakan bahwa ziarah kubur hukumnya

mubah

Page 20: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian tentang akhlak Kepada allah dan Rasulnya merupakan kajian yang

sangat penting, karena jatuh bangunnya suatu bangsa ataupun masyarakat

tergantung pada bagaimana akhlak manusia. Seseorang yang berakhlak mulia

akan memenuhi kewajiban terhadap dirinya, memberikan hak kepada yang

berhak, dia akan melakukan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap Rosulnya,

Oleh karena itu, secara tidak langsung berahlak kepada allah dan rosulnya dapat

mewujudkan kehidupan yang sejahtera dan harmonis di dunia ini, dan menjadi

kunci kebahagiaan abadi di akhirat kelak .

B. Saran

Kita Selaku Manusia beriman kepada allah dan rasulnya tentunya harus

paham, mengerti dan mengimplementasikan bagaimana kita berahlak kepada

allah dan rasulnya yang seharusnya kita lakukan selaku umatnya.

15

Page 21: Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw

DAFTAR PUSTAKA

Muntahir , Al Rado.2013. Tersedia:http://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-

2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/ .( online ). Jakarta. Diakses pada 21

April 2012

16