AKIDAH DAN AHLAK

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya? Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di Al- Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya

description

AKIDAH DAN AHLAK

Transcript of AKIDAH DAN AHLAK

Page 1: AKIDAH DAN AHLAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar

dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling

penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.

Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor

Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang

tidak mengenal yang menciptakannya?

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-

lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing

mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut hadits yang disampaikan Abu

Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya menyerukan kepada

Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-

Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa

jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan

Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak

Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang

menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta ada yang

ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya

Page 2: AKIDAH DAN AHLAK

2

Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul membimbing

ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah

adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka

apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah kepalanya

lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan

dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.

Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia

adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut

terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-

kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan

buruknya. Ini disebut Rukun Iman.

Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu

keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-

cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu

cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah

disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya

bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama :

Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua :

Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal

sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak

mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja

tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak.

Page 3: AKIDAH DAN AHLAK

3

Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam

Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan

dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah

ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya."

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal hal sebagai berikut :

1. Apakah Aqidah itu ?

2. Bagaimana Implementasi Aqidah saat ini ?

3. Bagaimana cara mengantisipasi bahaya penyimpangan aqidah ?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengertian dari aqidah

2. Untuk mengetahui pembagian aqidah

3. Untuk mengetahui perkembangan aqidah

4. Untuk mengetahui perkembangan aqidah saat ini

5. Untuk mengetahui penyimpangan aqidah saat ini

D. Manfaat Mempelajari Aqidah

Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya

tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu

Page 4: AKIDAH DAN AHLAK

4

banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah

Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin

kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara

siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia

dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah

adalah :

1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik

bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.

2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan

suka maupun duka.

3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada

kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk

takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).

4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap

kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda

antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata,

antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah

SWT.

Page 5: AKIDAH DAN AHLAK

5

BAB II

PEMBAHASAN

PRINSIP – PRINSIP AKIDAH DAN AKHLAK

A. Pengertian Aqidah

) menurut bahasa Arab (etimologi -

-

- ) yang artinya mengokohkan ( -

- ) yang berarti mengikat dengan kuat.

1 Sedangkan menurut istilah (terminologi): „aqidah adalah iman yang teguh dan pasti,

yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

dengan segala pelaksanaan ke-wajiban, bertauhid2 dan taat kepada-Nya,

beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari

Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih

tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman

kepada apa yang menjadi ijma‟ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-

berita qath‟i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan

menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma‟ Salafush Shalih.

1 Lisaanul „Arab (IX/311:دقع) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu‟jamul

Wasiith (II/614:دقع). 2 Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma‟ wa Shifat Allah.

Page 6: AKIDAH DAN AHLAK

6

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-

sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para

shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah

teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69

B. Pembagian Aqidah

Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan

umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu

para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa rnenempuh jalan kebenaran dalam

pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk

rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di

antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:

Pertama: Tauhid Al-Uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni

beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah rneng esakan Allah dalam

perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang Mencipta,

menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Ketiga: Tauhid Al-Asma' was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan

sifatNya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah

Subhanahu wa Ta'ala. dalam dzat, asma maupun sifat.

Page 7: AKIDAH DAN AHLAK

7

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu

Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar

(takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar

adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui

kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat

melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita

maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang

benar3

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah

Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang

baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa

Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila

yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi,

maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah

Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah

semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul

Qadir Jawas]

3 [Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh Muhammad

Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Darul Haq, Cetakan Rabi'ul Awwal 1420H/Juni

1999M]

Page 8: AKIDAH DAN AHLAK

8

C. Perkembassngan Aqidah

Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri

karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham,

kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan

para sahabat yang artinya berbunyi : "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an"

Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman

-pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah

karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari

dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi

Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh

Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih

Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena

terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan

dalam karya mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid,

ushuluddin (pokok-pokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi

Muhammad), Al-Fiqhul Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka

yang menetapi sunnah Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul

hadits atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari

generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi

SAW. Ringkasnya : Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar,

dan ushuluddin. Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul

sunnah dan salaf.

Page 9: AKIDAH DAN AHLAK

9

D. Bahaya Penyimpangan Aqidah

Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam

seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang

tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan

penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya

penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian

dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang

aqidah yang benar.

2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah

yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan

menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang

artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah

diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa

yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka

akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui

suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."

3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi

yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh

panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.

4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang

sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara

Page 10: AKIDAH DAN AHLAK

10

dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena

menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-

kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang

seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh

kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin.

Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula sekali-kali kamu

meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan

Nasr."

5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap

peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir

dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus

menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.

6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,

sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad

SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan

fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya,

atau memajusikannya" (HR: Bukhari).

Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh

acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.

7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan

keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu

dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass

Page 11: AKIDAH DAN AHLAK

11

media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan

mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari

hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan

Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai

kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT

berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati

Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang

dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati

syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan

amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka

sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya

akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang

telah mereka kerjakan."

E. Pengertian Akhlak

Menurut Imam Abu Hamid Al-Gazali Kata al-khalq „Fisik‟ dan al-khuluq

„akhlak‟ adalah dua kata yang sering dipakai bersaman. Seperti redaksi bahasa arab

ini, fulaan husnu al-khalq wa al-khuluq yang artinya “si fulan baik lahirnya juga

batinnya”. Sehingga yang dimaksud dengan kata “al-khalaq” adalah bentuk lahirnya.

Sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya. Hal ini karena manusia tersusun dari

Page 12: AKIDAH DAN AHLAK

12

fisik yang dapat dilihat dengan mata kepala, dan dari ruh yang dapat ditangkap

dengan batin. Masing-masing dari keduanya memiliki bentuk dan gambaran, ada

yang buruk ada pula yang baik. Dan ruh yang ditangkap oleh mata batin itu lebih

tinggi nilainya dari fisik yang ditangkap dengan penglihatan mata. Yang dimaksud

dengan ruh dan jiwa disini adalah sama.Kata al-khuluq merupakan suatu sifat yang

terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perubahan-perubahan dengan mudah tanbpa

memikirkan dan merenung terlebih dahulu.Jika sifat yang tertanam itu darinya

terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat

tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang terlahir adalah perbuatan-

perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.

Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dan sebagaimana halnya

keindahan bentuk lahir manusia secara mutlak tak dapat terwujud hanya dengan

keindahan dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan pipi. Sebaliknya, semua unsur

tadi harus indah sehingga terwujudlah keindahan lahir manusia itu. Demikian juga,

dalam batin manusia ada empat rukun yang harus terpenuhi seluruhnya sehingga

terwujudlah keindahan khuluq “akhlak”. Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan

saling bersesuaian, maka terwujudlah keindahan akhlak itu. Keempat rukun itu antara

lain:

1)Kekuatan ilmu 2)Kekuatan marah 3)Kekuatan syahwat 4)Kekuatan mewujudkan

keadilan diantara tiga kekuatan tadi KekuatanIlmuKeindahan dan kebaikannya adalah

dengan membentuknya hingga menjadi mudah mengetahui perbedaan antara juur dan

dusta dalam ucapan, antara kebenaran dan kebatilan dalam beraqidah, dan antara

keindahan dan keburukan dalam perbuatan.Jika kekuatan ini telah baik, maka lahirlah

Page 13: AKIDAH DAN AHLAK

13

buak hikmah, dan hikmah itu sendiri adalah puncak akhlak yang baik. Seperti

difirmankan Allah SWT.,“…..Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-

benar telah dianugerahi karunia yang banyak ….” (Al-Baqarah: 269). Kekuatan

marah Keindahannya adalah jika mengeluarkan marah itu dan penahannya

sesuaituntutanhikmah.Kekuatan syahwat Keindahan dan kebaikannya adalah jika ia

berada di bawah perintah hikmah. Maksudnya perintah akal dan syariat.

Kekuatan mewujudkan keadilan diantara tiga kekuatan tadi Adalah kekuatan dalam

mengendalikan syahwat dan kemarahan di bawah perintah akal dan syariat.

Perumpamaan akal adalah seperti seorang pemberi nasihat dan pemberi petunjuk

Kekuatan keadilan adalah kemampuan, dan perumpamaannya adalah seperti pihak

yang menjadi pelaksana dan pelaku bagi perintahaka. Dan kemarahan adalah tempat

yang padanya dilaksanakan perintah tadi itu. Perumpamaannya adalah seperti anjing

pemburu, yang perlu dilatih, sehingga gerak-geriknya sesuai dengan perintah, bukan

sesuai dengan dorongan syahwat dirinya. Sementara perumpamaan syahwat adalah

seperti kuda yang ditunggangi untuk mencari hewan buruan, yang terkadang jinak

dan menuruti perintah, dan terkadang pula binal.Siapa yang dapat mewujudkan

kesimbangan unsur-unsur tadi, ia pun menjadi sosok yang berakhlak baiks secara

mutlak. Sementara orang yang hanya dapat mewujudkan keseimbangan sebagian

unsur itu saja, maka ia menjadi orang yang berakhlak baik jika dilihat pada segi yang

baik itu saja, seperti orang yang sebagian wajahnya indah, sementara sebagian

lainnya buruk. Keindahan kekuatan kemarahan dan keseimbangannya digambarkan

dengan keberanian Keindahan kekuatan syahwat dan keseimbangannya digambarkan

Page 14: AKIDAH DAN AHLAK

14

dengan sifat iffah menjaga kesucian diri Jika kekuatan marah seseorang cenderung ke

arah bertambah maka ia dinamakan dengan tahwwur „sembrono‟. Sedangkan, jika

cenderung melemah dan berkurang maka dinamakan pengecut. Jika kekuatan syahwat

cenderung bertambah maka ia dinamakan serakah, sedangkan jika cenderung

melemah dan berkurang dinamakan statis.Yang terpuji adalah sikap seimbang yang

merupakan keutamaan, sedangkan dua sikap yang cenderung bertambah dan melemah

adalah dua hal yang tercela. Sedangkan keadilan, jika ia terluput maka ia tak

mempunyai dua sisi ekstrem, berlebihan atau kurang, tapi ia mempunyai satu lawan

dan antonimnya, yaitu kezaliman. Sementara hikmah, tindakan menguranginya ketika

menggunakannya dalam perkara-perkara yang tidak baik dinamakan kebusukan dan

kerendahan. Sementara tindakan berlebihan padanya dinamakan kedunguan. Maka

sikap pertengahannyalah yang dinamakan dengan hikmah. Dengan demikian, pokok-

pokok utama akhlak ada empat, yaitu: Hikmah, keberanian, iffah, menjaga kesucian

diri,dan keadilan. Hikmah adalah kondisi kekuatan kemarahan yang tunduk kepada

akal, dalam maju dan mundurnya.Kesucian diri adalah melatih kekuatan syahwat

dengan kendali akal dan syariat.Keadilan adalah kondisi jiwa dan kekuatannya

memimpin kemarahan dan syahwat, dan membimbingnya untuk berjalan sesuai

dengan tuntutan hikmah, juga memegang kendalinya dalam melepas dan

menahannya, sesuai dengan tuntutan kebaikan. Dari keseimbangan pokok-pokok

tersebut,terwujudlah seluruh akhlak yang mulia.

2.Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syariifal-JurjaniAl-Jurjani mendefinisikan

akhlak dalam bukunya, at-Ta‟rifat sebagai berikut:“Khlak adalah istilah bagi sesuatu

sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan

Page 15: AKIDAH DAN AHLAK

15

mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merennung. Jika sifat tersebut terlahir

perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, dengan mudah, maka sifat

tersebut dinamakan dengan akhlak baik. Sedangkan jika darinya terlahir pebuatan-

perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk”kemudian Al-

Jurjani kembali berkata “Kami katakan akhlak itu sebagai suatu sifat yang tertanam

kuat dalam diri, karena orang yang mengeluarkan derma jarang-jarang dan kadang-

kadang saja, maka akhlaknya tidak dinamakan sebagai seorang dermawan, selama

sifat tersebut taktertanam kuat dalam dirinya.Demikian juga orang yang berusaha

diam ketika marah, dengan sulit orang yang akhlaknya dermawan, tapi ia tidak

mengeluarkan derma. Dan hal itu terjadi kemungkinan karena ia tidak punya uang

ataukarenaadahalangan.

Sementara bisa saja ada orang yang akhlaknya bakhil, tapi ia mengeluarkan derma,

karena ada suatu motif tertentu yang mendorongnya atau karena ingin pamer

Dari pemaparan tadi tampak bahwa ketika mendefinisikan akhlak, al-Jurjani tidak

berbeda dengan definisi Al-Ghazali. Hal itu menunjukan bahwa kedua orang ini

mengambil ilmu dari sumber yang sama, dan keduanya juga tidak melupakan Hadits

yang menyifati akhla yang baik atau indah bahwa akhlak adalah apa yang dinilai oleh

akal dan syariat.

3.Menurut Ahmad bin Musthafa (ThasyKubraZaadah) Ia seorang ulama

ensiklopedia – mendefinisikan akhlah sebgai berikut; “Akhlak adalah ilmu yang

darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan keutamaan itu adalah terwujudnya

keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu; kekuatan berfikir, kekuatan marah,

kekuatansyahwat Dan masing-masing kekuatan itu mempunyai posisi pertengahan di

Page 16: AKIDAH DAN AHLAK

16

antara dua keburukan, yakni sebagai berikut: Hikmah, merupakan kesempurnaan

kekuatan berfikir, dan posisi pertengahan antara dua keburukan, yaitu: kebodohan dan

berlaku salah. Yang pertama adalah kurangnya Hikmah, dan yang kedua adalah

berlebihan.

Keberanian. Adalah kesempurnaan kekuatan amarah dan posisi pertengahan antara

dua keburukan, yaitu kebodohan dan berlaku salah. Yang pertama adalah kurangnya

keberanian dan yang kedua adalah berlebihan keberanian. Iffah adalah kesempurnaan

kekuatan sahwat dan posisi pertengahan antara dua keburukan, yaitu kestatisan dan

berbuat hina. Yang pertama, adalah kurangnya sifat tersebut, sedangkan yang kedua

adalah berlebihan sifat tersebut.Ketiga sifat ini, yaitu Hikmah, keberanian dan iffah,

masing-masing mempunyai cabang, dan masing-masing cabang tersebut merupakan

tersebut merupakan posisi pertengahan anatara dua keburukan. Sedangkan sebaik

perkara adalah pertengahnnya. Dan dalam ilmu akhlak disebutkan penjelasan detail

tentang hal-hal ini.Kemudian cara pengobatannya adalah dengan menjaga diri untuk

tidak keluar posisi dari posisi pertengahan, dan terus berada di posisi pertengahan itu

Topik ilmu ini adalah insting – insting diri, yang membuatnya berada di posisi

petengahan antara sikap mengurangi dan berlebihan Para ahli Hikmah berkata

kepada Iskandar, “Tuan raja, hendaknya anda bersikap pertengahan dalam segala

perkara.Karena berlebihan adalah keburukan sedangkan mengurangi adalah

kelemahan” Manfaat ilmu ini adalah agar manusia sedapat mungkin menjadi sosok

yang sempurna dalam perbuatan-perbuatannya, sehingga di dunia ia berbahagia dan

diakherat menjadi sosok yang terpuji

Page 17: AKIDAH DAN AHLAK

17

4.Menurut Muhammad bin Ali al-Faaruqiat - TahanawiIa berkata, “Akhlak adalah

keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri

Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri

dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawalai

berfikir panjang, merenung dan memaksakan diri. Sedangkan sifat-sifat yang tak

tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seorang yang asalnya pemaaf, maka ia

bukan akhlak. Demikian juga, sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan

kejiwaan dengan sulit dan berfikir panjang, seperti orang bakhil. Ia berusaha menjadi

dermawan ketika ingin di pandang orang. Jika demikian maka tidaklah dapat

dinamakan akhlak. Segala tindakan mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu

seperti Qudrat „kemampuan‟ berbeda dengan dudrat, yaitu ia tidak wajib ada bersama

makhluk ketika ia mengerjakan sesuatu seperti wajibnya hal itu menurut para ulama

Asy‟ari dalam masalah Qudrat Kemudianat-Tahanawiberkata,“Akhlah terbagi atas

hal sebagai berikut Keutamaan, yang merupakan dasar bagi apa yang sempurna

Kehinaan, yang merupakan dasar bagiapa yang kurang Dan selain keduanya yang

menjadi dasar bagi selain kedua hal itu”Penjelasannya adalah bahwa jiwa yang

mampu berbicara, ketika berkaitan enggan fisik dan Pengendalian atas fisik, serta

memerlukan tiga kekuatan Pertama, kekuatan yang mampu memikirkan apa yang

dibutuhkan dalam membuat perencanaan dan aturan. Yang dinamakan dengan

kekuatan akal, kekuatan berbicara, insting, dan jiwa yang tenang dan dikatakan pula

sebagai kekuatan yang menjadi dasar untuk memahami hakikat-hakikat, keinginan

untuk memperhatikan akibat-akibat setiap perbuatan, dan membedakan antara yang

mendatangkanmanfaatdanmengasilkankerusakan.

Page 18: AKIDAH DAN AHLAK

18

Kedua, kekuatan yang mendorong seseorang untuk mendapatkan apa yang memberi

manfaat bagi fisiknya dan cocok dengannya, seprti makanan, minuman dan lainnya,

dan hal itu dinamakan dengan kekuatan syahwat, unsur hewani dan nafsu amarah

Ketiga, kekuatan yang dapat menghindari seseorang dari sesuatu yang dapat merusak

dan membuat pedih tubuhnya, dan hal itu dikatakan pula sebagai dasar untuk maju

dalam keadaan sulit, dan pendorong untuk berkuasa dan meningkatkan derajat diri.

Kekuatan ini dinamakan dengan kekuatan amarah dan ganas, serta nafsu lawwanah.

Kemudian ia berkata bahwa dari keseimbangan kondisi kekuatan instingtif lahirlah

Hikmah, Hikmah itu adalah suatu keadaan kekuatan akal praktis yang berada pada

posisi pertengahan antara berfikir terlalu mengkhayal kondisi berlebih dari kekuatan

ini, yaitu ketika seseorang menggunakan kekuatan pemikiran untuk memikirkan apa

yang tak seharusnya dipikirkan, seperti perkara-perkara yang mustasyaabihat „samat‟

dan bentuk yang tak seharusnya sperti menyalahi syariat. Dan antara kebodohan dan

kedunguan yang merupakan kondisi kekurangan Hikmah, yaitu ketika seseorang

mematikan kekuatan berfikirnya secara sengaja. Dan berhenti dari mendapatkan ilmu-

ilmu yang bermanfaat.Keseimbangan kekuatan syahwat melahirkan sifat iffah

menjaga kesucian diri iffah itu sendiri adalah kekuatan syahwat yang moderat antara

bertindak berlebihan dan melanggar etika sifat kurangnya berarti jatuh dalam terus

mengikuti dorongan merasakan kelezatan apa yang ia senangi, dengan kesatisan sifat

lebihnya iffah yang merupakan kondisi vakum dari usaha mendapatkan kelezatan

sesuai dengan kadara yang diperbolehkan akal dan syariat. Dalam sifat iffah tersebut

nafsu syahwat tunduk terhadap kekuatan Pikiran Kesimbangan kekuatan marah

melahirkan keberanian. Keberanian itu adalah suatu kondisi kekuatan marah, yang

Page 19: AKIDAH DAN AHLAK

19

bersifat moderat antara tindakan sembrono yang merupakan kondisi berani yang

berlebihan yaitu maju untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan

sifat pengecut, sikap khawatir atas apa yang tak seharusnya dikhawatirkan, dan ia

adalah kondisi kurang berani. Dalam kekuatan keberanian ini, sifat buas menjadi

tunduk kepada kekuatan berfikir, sehingga maju dan mundurnya kekuatan ini sesuai

dengan pertimbangan pemikiran, tanpa mengalami kebingungan ketika menghadapi

masalah-masalah besar, dan karena itu perbuatannya menjadi indah dan kesabarannya

menjadi terpuji. Jika keutamaan yang tiga itu bercampur, maka terjadilah dari

percampuran itu kondisi yang sama, yaitu keadilan. Karena hal ini, maka keadilan

digambarakan sebagai sikap tengah atau moderat, dan itulah yang dimaksud dengan

Sabda Rasulullah saw ini“ Paling baik perkara adalah yang pertengahan”

Kemudian at-Tahanawi meneruskan perkataannya, dan ia pun berbicara tentang

akhlah yang agung, ia berkata bahwa akhlak agung bagi para shalihin adalah

berpaling daru dua semesta, dan menghadap hanya kepada Allah semata secara total.

Al-Wasithi berkata bahwa akhlak yang agung adalah tidak memusuhi dan tidak

dimusuhi. Athaa berkata bahwa akhlak yang agung adalah melepaskan pilihan dan

penolakannya atas segala kesulitan dan cobaan yang diturunkan Allah SWT.

Akhlak yang agung bagi Nabi SAW adalah yang disinyalir dalam firman Allah SWT

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar-benar berbudi pekerti yang agung” (al-

Qalam:4) dans sesuai yang dikatakan oleh Aisyah r.a bahwa akhlak Rasulullah SAW

adalah Al-Qur'an, yang bertindak sesuai dengan Al-Qur'an dan telah tertanam kuat

dalam diri, sehingga beliau menjalaninya tanpa kesulitan.

Page 20: AKIDAH DAN AHLAK

20

BAB III

PENUTUP

A. Menurut Pemikiran Penulis :

Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat

membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan

dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang

merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta

menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya.

Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu

menciptakan mu‟jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman

permulaan Islam.

Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita mengingatkannya

tentang sumbangsih-sumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya

dan meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan keselarasannya

dengan segala era.

Kita bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di

berbagai sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :

Page 21: AKIDAH DAN AHLAK

21

1. Dalam Sisi Pemikiran.

Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun

kesalahan yang terkadang menimpa manusia, adalah satu hal yang biasa dan bisa

diantisipasi dengan taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu

untuk meningkatkan diri dan tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan

ampunan-Nya

Akidah telah berhasil memerdekakan manusia dari penindasan politik para

penguasa zalim dan membebaskannya dari tradisi menuhankan manusia lain.

Akidah juga memberikan kebebasan penuh kepadanya. Namun ia membatasi

kebebasan itu dengan hukum-hukum syariat, penghambaan kepada Allah supaya hal

itu tidak menimbulkan kekacauan.

Begitu juga, akidah telah berhasil membebaskannya dari jeratan hawa nafsu,

menyembah fenomena-fenomena alam di sekitarnya dan dongengan-dongengan yang

tidak benar.

Melalui proses pembebasn pemikiran ini, akidah melakukan proses

pembinaan manusia. Ia memberikan kedudukan yang layak kepada akal, mengakui

peranannya dan membuka cakrawala pemikiran yang luas baginya. Di samping itu,

akidah juga membuka jendela keghaiban baginya, membebaskannya dari jeratan

ruang lingkup indra yang sempit dan mengarahkan daya ciptanya yang luar biasa

untuk merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di segenap cakrawala raya dan diri

mereka, serta menjadikan renungan (tafakkur) ini sebagai ibadah yang paling utama.

Page 22: AKIDAH DAN AHLAK

22

Tidak sampai di situ saja, akidah juga mengarahkan daya akal untuk

menyingkap rahasia-rahasia sejarah yang pernah terjadi pada umat dan bangsa-bangsa

terdahulu, dan merenungkan hikmah yang tersembunyi di balik syariat guna

mengokohkan keyakinan muslim terhadap syariat dan validitasnya untuk setiap masa

dan tempat.

Dari sisi lain, akidah mendorong manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan

dan mengikat ilmu pengetahuan itu dengan iman. Karena memisahkan ilmu

pengetahuan dari iman akan menimbulkan akibat jelek.

Akidah juga memerintahkan akal untuk meneliti dan merenungkan dengan

teliti untuk menyimpulkan sebuah Ushuluddin dan melarangnya untuk bertaklid

dalam hal itu.

2. Dalam Sisi Sosial.

Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat

masyarakat Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan

mengenal akidah, mereka relah mengorbankan segala yang mereka miliki demi

agama dan kepentingan sosial.

Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara

ketamakan manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban

demi kemaslahatan umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri

setiap individu.

Page 23: AKIDAH DAN AHLAK

23

Akidah telah berhasil menumbuhkan rasa peduli sosial ini dalam diri setiap

individu dengan cara-cara berikut: menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab

terhadap kepentingan orang lain, menanamkan jiwa berkorban dan mengutamakan

orang lain dan mendorong setiap individu muslim untuk hidup bersama.

Dari sisi lain, akidah telah berhasil merubah tolok ukur hubungan sosial antar

anggota masyarakat, dari tolok ukur hubungan sosial yang berlandaskan fanatisme,

suku, warna kulit, harta dan jenis kelamin menjadi hubungan yang berlandaskan asas-

asas spiritual. Yaitu takwa, fadhilah dan persaudaraan antar manusia.

Akidah telah berhasil merubah kondisi pertentangan dan pergolakan yang

pernah melanda masyarakat insani menjadi kondisi salang mengenal dan tolong

menolong. Dengan ini, mereka menjadi sebuah umat bersatu yang disegani oleh

bangsa lain.

Di samping itu, akidah Islam juga telah berhasil merubah tradisi-tradisi Jahiliah

yang menodai kehormatan manusia dan menimbulkan kesulitan.

3. Dalam Sisi Kejiwaan.

Akidah dapat mewujudkan ketenangan dan ketentraman bagi manusia

meskipun bencana sedang menimpa.

Dalam hal ini akidah telah menggunakan berbagai cara dan metode untuk

meringankan bencana-bencana itu di mata manusia. Di antara cara-cara tersebut

adalah menjelaskan kriteria dunia;bahwa dunia ini adalah tempat derita dan ujian

Page 24: AKIDAH DAN AHLAK

24

yang penuh dengan bencana dan derita yang acap kali menimpa manusia. Oleh karena

itu, tidak mungkin bagi manusia untuk mencari kesenangan dan ketentraman di dunia

ini. Atas dasar ini, hendaknya ia berusaha sekuat tenaga demi meraih kesuksesan

dalam ujian Allah di dunia.

Dan di antara cara-cara tersebut adalah akidah menegaskan bahwa setiap

musibah pasti membuahkan pahala, dan menyadarkan manusia bahwa musibah

terbesar yang adalah musibah yang menimpa agama.

Dari sisi lain, akidah juga membebaskan jiwa manusia dari segala ketakutan

yang dapat melumpuhkan aktifitas, membinasakan kemampuan dan menjadikannya

cemas dan bingung.

Begitu juga akidah memotivasi manusia untuk mengenal dirinya. Karena

tanpa tanpa itu, sulit baginya untuk dapat menguasai jiwa dan mengekangnya, dan

tidak mungkin baginya dapat mengenal Allah secara sempurna.

Dari pembahasan-pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penyakit-

penyakit jiwa yang berbahaya seperti fanatisme, rakus dan egoisme jika tidak diobati,

akan menimbulkan akibat-akibat sosial dan politik yang berbahaya, seperti fitnah

yang pernah menimpa muslimin di Saqifah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Imam

Ali a.s.

Page 25: AKIDAH DAN AHLAK

25

4. Dalam Sisi Akhlak.

Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu

muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan

dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab.

Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang

memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung

jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari

kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Demi mendorong masyarakat berakhlak terpuji dan meninggalkan akhlak yang

tidak mulia, akidah mengikuti bermacam-macam metode dalam hal ini: pertama,

menjelaskan efek-efek uhkrawi dan duniawi dari akhlak yang terpuji dan tidak

terpuji.

Kedua, memperlihatkan suri teladan yang baik kepada mereka dengan tujuan

agar mereka terpengaruh oleh akhlaknya yang mulia dan mengikuti langkahnya

Page 26: AKIDAH DAN AHLAK

26

DAFTAR PUSTAKA

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul

Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama

Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]

Lisaanul „Arab (IX/311:دقع) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu‟jamul

Wasiith (II/614:دقع).

Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma‟ wa Shifat Allah.

Lihat Buhuuts fii „Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa‟ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin

„Abdul Karim al-„Aql, cet. II/ Daarul „Ashimah/ th. 1419 H, „Aqiidah Ahlis Sunnah wal

Jamaa‟ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal

Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa‟ah fil „Aqiidah oleh Dr. Nashir bin „Abdul Karim al-

„Aql.

[Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Darul

Haq, Cetakan Rabi'ul Awwal 1420H/Juni 1999M]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul

Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama

Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]