Agung CP (Psikologi Umum)

download Agung CP (Psikologi Umum)

of 40

Transcript of Agung CP (Psikologi Umum)

Resume Buku PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDrs. TOHIRIN, Ms. M. Pd. 2005 RAJA GRAFINDO PERSADA JAKARTA

Di Ajukan Sebagai Syarat Pengganti UTS Pada Mata Kuliah :

PSIKOLOGI UMUM

Disusun Oleh: AGUNG CHRISTI PRAYOGA 0955086

PBI VC

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Curup 2011

BAB 1 MAKNA PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengantar: Jenis-jenis Psikologi Sebagai suatu disiplin ilmu yang telah berdiri sendiri, psikologi telah banyak dipergunakan dan diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, pengajaran, ekonomi, perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial, kepemimpinan, pelatihan dan agama. Penggunaan dan implementasi disiplin ilmu psikologi dalam bidang-bidang kehidupan di atas, kemudian timbul berbagai cabang psikologi yang mengjaki tingkah laku manusia dalam situasi yang lebih khusus, baik untuk tujuan teoristis maupun praktis. Umumnya psikologi dipahami sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan baik pada manusia ataupun hewan atupun ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Psikologi khusus akan muncul sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Oleh sebab itu, tidak tertutup kemungkinan akan muncul psikologi-psikologi lain selain yang telah disebutkan diatas.

B. Makna Psikologi Pembelajaran PAI 1. Sejarah dan Pengertian Psikologi Selama ini kita mengenal psikologi dengan ilmu jiwa. Awalnya psikologi digunakan para ilmuan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam mahluk hidup, mulai yang primitive hingga yang modern. Akan tetapi, ternyata tidak cocok, karena menurut para ilmuan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada diluar kaidah keilmuan dan etika falsafi. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tidak dapat dibebankan begitu saja sebagai muatan psikologi.

Sebelum menjadi disiplin ilmu yang otonom, psikologi memiliki akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga kini masih tampak pengaruhnya. Pada dasarnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme, baik manusia maupun hewan. Psikologi berhubungan dengan penyelidikan mengenai bagaimana dan mengapa organism-organisme itu berbuat atau melakukan sesuatu. Karena terjadi kontak dengan berbagai disiplin ilmu, timbul beraneka ragam pengertian psikologi yang satu sama lain cenderung berbeda. Apabila dicermati, semua definisi meskipun berbeda-beda pada hakikatnya mempunyai beberapa persamaan yang dapat dikonsensuskan kedalam satu definisi yang dapat diterima oleh banyak pihak.oleh karena itu perlu dirumuskan definisi yang bisa dijadikan pegangan yaitu, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu (manusia) dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam konteks Islam, psikologi dikonsepkan sebagai ilmu atau pengkajian tentang manifestasi Allah SWT pada alam sebagaimana tercermin dalam polapola tingkah laku semua organism baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa dalam segala bidang kehidupan mereka dengan menggunakan paradigm islam. 2. Pengertian Belajar Definisi psikologi pembelajaran berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Surya (1997:9) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Relevan dengan Surya, Slameto (1991:2) dan Ali (1987:14) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, dimana banayak ditemukan aspek-aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagai persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran. 3. Pengertian Pendidikan Islam Amat banyak pengertian pendidikan Islam yang telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam. Dalam bagian ini, hanya dikemukakan beberapa pengertian saja sebagai dasar perumusa pengertian Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Abdurrahman an-Nahlawi menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Arifin (1987:13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku imdividu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan. Mohammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987:16) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Imam Bawani (1987:122) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 4. Makna Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Psikologi Pembelajaran PAI bisa digolongkan kedalam psikologi terapan, yaitu penerapan disiplin ilmu psikologi dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Secara lebih sempit Psikologi pembelajaran PAI dapat dimaknai sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari tingkah laku individu (siswa) dalam usaha mengubah tingkah lakunya yang dilandasi nila-nilai ajaran Islam melalui proses pembelajaran PAI. Psikologi pembelajaran PAI pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perilaku (perbuatan-perbuatan) ataupun tindaktanduk orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar atau orangorang yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

BAB 2 PERAN, URGENSI DAN CAKUPAN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Peran Psikologi dalam Pembelajaran PAI Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah: pertama, emahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian dan lain-lain. Kedua, memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran. Ketiga, memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran. Keempat, menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran. Kelima, menciptakan situasi pembelajarn dan pengajaran yang kondusif.

Keenam, memilih dan menetapkan isi pengajaran. Ketujuh, membantu peserta didik yang mendapat kesulitan pembelajaran. Kedelapan, memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran. Kesembilan, menilai hasil pembelajaran dan pengajaran. Kesepuluh, memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru. Beberapa konsep psikologis yang banyak memberikan konstribusi dalam pendidikan dan pembelajaran antara lain: pertama, prinsip-prinsip dan teori pembelajaran. Kedua, perbedaan individu. Ketiga, pertumbuhan dan perkembangan. Keempat, dinamika tingkah laku. Kelima, penyesuaian diri dan kesehatan mental. Keenam, proses dan kegiatan psikologis. Ketujuh, penilaian dan pengukuran pendidikan. Kedelapan, tingkah laku-tingkah laku sosial. Kesembilan, kepribadian (personality).

B. Urgensi Psikologi Pembelajaran PAI Guru merupakan jabatan professional, karena ia menuntut dimilikinya disiplin ilmu tertentu yang hanya bisa diperoleh melalui lembaga pendidikan profesi. Lembaga pendidikan profesi yang dimaksud adalah lembaga pendidikan kegururan termasuk fakultas tarbiyah dan keguruan. Lembaga ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi guru (pendidik) yang kompeten dan professional melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didik. Tanpa mengurangi perang penting didaktik dan metodik, psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, termasuk para siswa yang satu sama lainnya berbeda, sangat penting bagi para guru di semua jenjang pendidikan. Dalam perspektif psikologi, dan umunya para psikologi meyakini bahwa anatar dua orang anak (meskipun kembar) tidak pernah memiliki respon yang betul-betul sama terhadap situasi belajar mengajar dikelas. Apalagi antara individu yang satu sama lain berbeda latar belakangnya, jelas berbeda responnya terhadap situasi proses pembelajaran. Di dalam

proses pembelajaran pendidikan agama Islam, terjadi interaksi antara guru (pendidik) dan siswa (peserta didik). Pengetahuan yang bersifat psikologis tentang peserta didik dalam proses pembelajaran sesungguhnya tidak hanya diperlakukan oleh para calon guru termasuk calon guru agama Islam yang sedang belajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan atau para guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan formal. Guru agama dalam proses pendidikan agama Islam, sangat diharapkan mampu menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung suasana yang kondusif yang memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah. Psikologi pembelajaran PAI penting dipelajari oleh setiap calon guru pendidikan agama Islam karena dengan mempelajari Psikologi pembelajaran PAI, guru akan mempeoleh bantuan yang sangat berguna dalam mengemban tugasnya sebagai pendidik. Guru pendidikan agama Islam, selaku tenaga professional harus mempelajari psikologi pembelajaran PAI secara mendasar dengan maksud memperoleh pengetahuan tentang berbagai aspek sebagai landasan pokok, terutama untuk melaksanakan proses pembelajaran (belajar mengajar).

C. Cakupan Pembahasan Psikologi Pembelajarn Agama Islam Psikologi pembelajaran PAI pada dasarnya adalah sebuah disiplin ilmu psikologis khusus yang mempelajari atau membahas aspek-aspek perilaku manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Khusus berkenaan dengan proses pembelajarn, pembahasan psikologi belajar atau psikologi pembelajaran mencangkup: pertama, manajemen ruang belajar (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan penciptaan iklim kelas yang kondusif. Kedua, metodologi pengajaran. Ketiga, motivasi peserta didik. Keempat, penanganan peserta didik yang berkemampuan luar biasa. Kelima, penanganan siswa yang berperilaku menyimpang. Keenam, pengukuran kinerja akademik siswa. Ketujuh, pendayagunaan umpan balik dan penindak lanjutan.

Sesuai dengan maknanya, pembahasan tentang belajar dan proses pembelajaran, dalam psikologi pembeljaran PAI yang lebih ditekankan adalah aspek perilakunya. Penekanan pada aspek perilaku tentang belajar dan mengajar dalam psikologi pembelajaran PAI, secara tidak langsung juga membahas tentang teori-teori belajar dan mengajar. Bernagai teori belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli, terkait dengan psikologi, karena berbagai percobaan untuk menghasilkan teori-teori belajar umumnya dilakukan oleh psikolog dan dalam konteks psikologi. Atas alasan itulah teori-teori belajar dan mengajar juga dibahas dalam psikologi pembelajaran PAI. Pada hakikatnya pokok bahasan dalam psikologi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah implementasi pokok-pokok bahasan psikologi belajar secara umum ke dalam situasi proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

BAB 3 METODE PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Observasi Diri (Metode Introspeksi) Observasi diri bisa bermakna melihat ke dalam diri. Metode ini memiliki makna yang sama dengan metode introspeksi. Introspeksi berarti melihat ke dalam atau memperhatikan dari dalam diri. Introspeksi merupakan jenis observasi diri dimana seseorang menanggapi, menganalisis, dan melaporkan perasaan orang lain, dan bahkan segala sesuatu yang terjadi pada jiwa manusia selama terjadinya suatu tindakan mental. Islam menganjurkan metode ini dalam mempelajari tingkah laku. Tentang pentingnya metode introspeksi ini terdapat banyak acuan dalam alquran dan hadist. Bagi guru PAI, implementasi metode ini dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam hendaknya senantiasa mengintropeksi apakah materi yang disampaikan telah dipahami

siswa atau belum. Apabila belum maka akan dilakukan upaya perbaikan. Dalam melaksanakan upaya pembelajaran, guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Sebelum kepala sekolah meminta pertanguung jawaban dari guru hendaknya guru terlebih dahulu mengintrospeksi tentang pembelajaran yang telah dilakukannya.

B. Metode Eksperimen (Observasi Eksperimental) Para psikolog modern amat menyenangi metode eksperimen, karena dianggap sebagai metode yang paling ilmiah dan objektif untuk mempelajari tingkah laku manusia. Metode ini dilandasi oleh eksperimen-eksperimen yang terkontrol secara ketat dalam situasi tertentu untuk mempelajari hubungan sebab akibat dalam fungsi perilaku. Pada prinsipnya, Metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter di dalam laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Eksperimen dapat pula digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam proses belajar. Alat utama yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi diberbagai programnya, seperti program tes psikologi kognitiv. Dalam metode eksperimen, objek yang akan diteliti dibagi kedalam dua kelompok yaitu, kelompok percobaan dan kelompok pembanding. Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding juga terdiri atas objek yang jumlah dan kategorinya sama dengan kelompok percobaan tetapi, perilakunya tidak diteliti, artinya tidak diberi perlakuan khusus seperti yang diberikan kepada kelompok percobaan. Implementasi metode ini dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, misalnya guru mengeksperimenkan efektivitas metode iqra dan Hattaiyah Alquran terhadap siswa SMA yang sebelumnya dalam kecepatan membaca

belum pernah belajar membaca Alquran.

C. Metode Kuesioner (Angket) Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan Islam dan psikologi pembelajaran pendidikan agama Islam, relatif lebih menonjol apabila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya. Contoh data yang dapat dikumpulkan atau dihimpun dengan metode ini adalah: Karakteristik pribadi siswa, seperti jenis kelamin, usia dan lain sebagainya. Latar belakang siswa seperti keluarga, pendidikan dan lain sebagainya. Perhatian, minat dan bakat siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu. Aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan seharihari seperti wudhu, shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran agama Islam, seperti akidah akhlak, fiqih, terhadap perilaku individu (siswa) muslim dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, implementasi metode ini dalam pembelajaran pendidikan agama islam, misalnya guru PAI mengumpulkan data siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Contoh implementasi lainnya mislanya guru memberikan angket kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukannya. Sisi mana yang pelru ditingkatkan dan sisi mana pula yang perlu diperbaiki dalam perspektif siswa.

D. Metode Studi Kasus Riset psikologi pembelajaran pendidikan agama Islam, selain menggunakan metode eksperimen dan kuesioner, juga bisa menggunakan metode studi kasus. Studi kausu dalam kajian psikologi merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Instrument atau alat pengumpul data yang digunakan dalam studi kasus bisa bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapakan variable yang sukar ditentukan dalam satuan jumlah tertentu. Fenomena-fenomena dan berbagai peristiwa yang diselidiki dengan metode ini terus-menerus diikuti perkembangannya selama kurun

waktu tertentu. Implementasi metode ini dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, misalnya guru mempelajari kasus tertentu pada siswa seperti kasus siswa yang lamban dalam penguasaan materi pembelajaran pendidikan agama Islam, kasus siswa yang tidak berminat dalam belajar pendidikan agama Islam da kasus-kasus lainnya yang berkenaan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.

E. Metode Klinis Metode klinis hanya digunakan ara ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut. Dalam pelaksanaan penggunaan metode klinis, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Selanjutnya, setelah data dari haisl penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang dihimpun sebelumnya. Metode klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau individu (siswa) yang mengalami penyimpangan perilaku psikologis. Sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan menggunkan metode klinis, terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau kelompok kecil siswa. Implementasi metode ini dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah ketika guru mendiagnosis kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh kelainan jiwa. Selain itu juga implementasi metode ini adalah ketika guru mempelajari penyimpangan perilaku siswa.

F. Metode Observasi Naturalistik

Metode observasi naturalistik merupakan jenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada diluar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian. Awalnya, metode observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan untuk mempelajari perilaku hewan tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, metode observasi naturalistik digunakan oleh para psikolog perkembangan, psikolog kognitif dan psikolog pendidikan. Seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan belajar mengajar atau belajar mengajar dalam keas-kelas regular, yakni kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar berlangsung, jenis perilaku siswa diteliti, (misalnya kecepatan membaca), dicatat dalam lembar format observasi yang khusu dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun. Implentasi metode ini dalam pembelajaran adalah selama proses pembelajaran PAI berlangsung, guru mengamati berbagai perilaku siswa terutama perilaku yang menyimpang.

BAB 4 PERKEMBANGAN INDIVIDU DALAM KONTEKS BELAJAR PENDIDIKAN AGAM ISLAM

A. Pengantar: Makna Perkembangan Pembahasan tentang perkembangan individu dalam konteks belajar amat penting karena, praktik mengajar yang efektif didasarkan atas perkembangan kematangan atau kesiapan para peserta didik (siswa), manusia sedikit sekali dibekali dengan perilaku instingtif, maka untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya ia harus mengembangkan berbagai jenis perilaku yang dapat memudahkan dalam menyesuaikan

diri. Pendidikan yang mengabaikan prinsip-prinsip perkembangan akan mengalami hambatan-hambatan dan kegagalan dan pendidikan itu sneidri adalah hasil proses perkembangan. Perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah lebih maju. Makna pertumbuhan berarti tahapan peningkatan sesuai dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti perkembangan adalah perihal perkembangan, yang berarti mekar terbuka, atau membentang, menjadi besar, luas, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian istilah perkembangan bersifat abstrak dan konkret.

B. Proses dan Tugas Perkembangan Secara umum, proses berarti tahapan-tahapan kegiatan. Dalam konteks

perkembangan, proses berarti tahapan-tahapan perubahan yang dialami seseorang baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Tahapan-tahapan itu adalah fase bayi/kanakkanak dan dan tugas-tugas perkembangnya, masa fase anak-anak baya dan dan tugas-tugas tugas-tugas perkembangannya, fase remaja dan tugas-tugas perkembangannya, masa dewasa awal tugas-tugas perkembangannya, setengah perkembangannya, dan masa tua dan tugas-tugas perkembangannya.

C. Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial dan Moral. 1. Perkembangan Motorik Dalam perspektif psikologi, istilah motor menunjuk pada hal, keadaan, kegiatan yang melibatkan otot-otit juga gerakan-gerakan. Motor dapat pula berarti segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap organ-organ fisik. Perkembangan motorik berarti proses

perkembangan yang progesif (maju) dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak. Sifat progesif pada perkembangan ini karena anak-anak yang telah memiliki atau menguasai keterampilan tertentu tidak akan mundur kebelakang. 2. Perkembangan Kognitif Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas kognisi ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Perkembangan kognitif adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak. 3. Perkembangan Sosial dan Moral Perkembangan sosial dan moral yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai inidvidu maupun sebagai kelompok. Seperti juga proses perkembangan yang lainnya, perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Ini bermakana bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma-norma moral agama, tradisi, hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat.

D. Arti Penting Perkembangan bagi Proses Pembelajaran Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Oleh karena itu, setiap guru (termasuk guru Pendidikan Agama Islam atau guru agama), selayaknya memahami selurih proses dan tugas perkembangan manusia. Pengetahuan tentang proses perkembangan dengan segala aspeknya sangat banyak manfaatnya, antara lain, guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para

siswa,

relevan

dengan

tingkat

perkembangannya,

guru

dapat mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, seterusnya segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya, guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar mengajar tertentu, dan guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran dan pengajaran materi pelajaran tertentu.

BAB 5 MAKNA DAN TEORI BELAJAR A. Makna Belajar Dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu-individu muslim muslimat dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Dalam perspektif psikologis, belajar meupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu unuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan berarti belajar apabilap perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsiona, perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara, perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah dan perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.

B. Beberapa Teori Belajar 1. Teori Koneksionisme

Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan. Ia menggunakan hewanhewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena-fenomena belajar. Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon tersebut. 2. Teori Pembiasaan Klasikal Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849/1939) seorang ilmuan berkebangsaan Rusia. Pada dasarnya pembiasaan klasikal merupakan sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan ia menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Pavlov mengemukakan bahwa apabila stimulus yang diadakan selalu dusertai dengan stimulus penguat, stimulus tadi cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki. Teori plavov apabila diterapkan dalam kegiatan belajar banyak

kelemahannya antara lain yaitu, percobaan didalam laboratorimu berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, pribadi seseorang dapat memengaruhi hasil eksperimen, respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tidak dikenal, dan teori sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.3. Teori Pembiasaan Perilaku Respon

Diantara teori yang ada, teori pembiasaan perilaku respons merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para

ahli psikologi belajar masa kini. Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Frederic Skinner. Respon dalam pembiasaan perilaku respon terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh stimulus yamg meningkatkan kemungkinan timbulnyasejumlah respon tertentu, akan tetapi tidak disengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya. 4. Teori Pendekatan Kognitif Teori ini merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan, termasuk psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin ilmu yang terdiri dari psikologi kognitif, ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan, matematika, epistemology, dan psikologi saraf. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa yang bersifat jasmaniah, meskipun hal-hal yang bersifat jasmaniah tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Peristiwa-peristiwa belajar yang digambarkan dalam teori behavioristik, adalah naf, artinya terlalu sederhana dan tidak masuk akal serta sulit dipertanggung jawabkan secara psikologis.

BAB 6 ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengantar Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam keseluruhan kegiatan. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di satu pihak dan pelajar di pihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses yang disebut belajar mengajar atau proses pembelajarn yang berlangsung dalam situasi belajar mengajar pula. Pengajar hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu menghasilkan perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar yang efektif dalam situasi belajar mengajar yang kondusif. Pengajar memegang kunci, artinya keberhasilan proses pembelajaran banyak tergantung dari pihak pengajar iru sendiri.

B. Perilaku Mengajar Guru memegang peranan yang amay sentral dalam keseluruhan proses pembelajaran. Gurupun dituntut untuk mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar terjadi perilaku belajar yang efektif pula dalam diri siswa. Gurupun dituntut untuk mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif. Guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar para peserta didik dalam bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa, dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, dan pekerja yang produktif. Dalam hubungan ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang sebaik-baiknya. Tugas guru dalam mengajar tidak hanya sebagai pengajar dalam arti penyampaian pengetahuan, tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajar manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar, dan sebagai direktur belajar. Sebagai perancang pengajaran seorang guru akan berperan mengelola seluruh proses belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Sebagai penilai hasil belajar siswa, guru dituntut berperan secara terus-menerus mengikuti hasil belajar yang

dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Sebagai pengarah belajar, guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebagai pengarah belajar, pendekatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran tidak hanya melaluimpendekatan instruksional semata, akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi. Untuk mewujudkan perilaku mengajar yang baik, karakteristik pengajar yang diharapkan antara lain adalah, memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkan. Memiliki kecakapan untuk memerhatikan kepribadian dan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat pula. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitivitas yanh diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar. Memiliki pemikiran yang imajinatif dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada peserta didik. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya baik ini maupun metode, dan memiliki sikpa terbuka, luwes, dan eksperimental dalam metode dan tehnik.

C. Perilaku Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku baru yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku belajar yang terjadi pada peserta didik dapat dikenal baik dalam proses maupun hasilnya. Proses belajar dapat terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan dalam dirinya yang tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang refleks atau kebiasaan. Ia ditantang untuk mengubah perilaku yang ada agar dapat mencapai tujuan. Hasil perilaku belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku dalam keseluruhan pribadi pelajar. Perilaku hasil belajar mencangkup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perilaku belajar yang efektif disertai dengan proses mengajar yang tepat, maka proses pembelajaran diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang memiliki karakteristik pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, dan pekerja yang produktif.

Pelajar yang efektif adalah mereka yang mampu melakukan kegiatan belajar dengan mempeoleh hasil sebaik-baiknya dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupannya. Guna mewujudkan kualitas manusia seperti itu sekurang-kurangnya ada tiga kualitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri para siswa yaitu, belajar untuk menjadi, belajar untuk belajar dan belajar untuk bekerja. Belajar untuk menjadi adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa sehingga pada gilirannya akan menghasilkan pribadi-pribadi yang mandiri, yaitu pribadi yang mampu mengenal dirinya, mengarahkan dirinya, merencanakan dan membuat keputusan bagi masa depannya, untuk kemudian mewujudkan dirinya secara optimal. Belajar untuk belajar maknanya adalah apa yang dicapai dari suatu peristiwa belajar hendaknya mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut baik secara horizontal maupun vertikal. Islam mengajarkan agar umatnya retus belajar selagi masih ada kesempatan dan sebelum jasad bersatu dengan tanah, dan yang terakhir adalah belajar untuk bekerja. Bekerja pada prinsipnya merupakan tugas setiap orang dalam memperoleh kelangsungan dan kebahagiaan hidupnya. Selain belajar untuk menjadi, belajar untuk belajar, belajar untuk bekerja, Islam mengajarkan belajar untuk di amalkan.

D. Interaksi Pengajar-Pelajar Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa pelajar akan tampak dalam interaksi antara keduanya. Dalam interkasi ini terjadi proses saling memengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-kurangnya ada tiga hal dalam interaksi pengajar-pelajar ini, yaitu proses belajar, metode mengajar, dan pola-pola intekasi. Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak terlepas dari kondisi pelajar serta situasi disekitarnya. Metode mengajar yang dipergunakan guru merupakan unsure yang penting bagi perwujudan perilaku pelajar. Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara pengajar dengan pelajar. Ada empat pola interaksi yang terjadi yaitu, interaksi indivisual, interaksi individual-kelompok, interaksi

kelompok-individual, dan interaksi kelompok-kelompok. Interaksi dalam proses pembelajaran bermakan interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kea rah kedewasaan. BAB VII CIRI-CIRI KHUSUS, PERWUJUDAN PERILAKU DAN JENIS-JENIS BELAJAR

A. Ciri-ciri khusus Perilaku Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku. Akan tetapi, tentu tidak semua perubahan perilaku organism dapat dianggap sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri tertentu. Diantara ciri-ciri perubahan khusus yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah perubahan itu intensional, perubahan itu positif dan aktif dan perubahan itu efektif dan fungsional. Perubahan Intensional yaitu siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurangkurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya. Perubahan Positif dan Aktif yaitu perubahan yang terjadi karena prose belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan bersifat positif maknanya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan, dan yang terakhir Perubahan Efektif dan Fungsional yaitu perubahan yang timbul Karena proses belajar bersifat efektif, yakni berdaya guna. Perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi orang atau individu yang belajar. Perubahan yang fungsional juga betmakna bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan.

B. Perwujudan Perilaku Belajar

Manifestasi atau perwujudan perilaku-perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan yaitu seperti kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berfikir asosiatif dan daya ingat, berfikir rasional, sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku efektif.

C. Jenis-jenis Belajar Jenis belajar beraneka ragam antara lain abstrak, keterampilan, sosial, pemecahan masalah, rasional, kebiasaan, apresiasi, dan pengetahuan. Belajar Abstrak sering diartikan dengan belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata (abstrak). Belajar Keterampila adalah belajar dengan menggunakan gerakangerakan yang motorik, yakni berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan-keterampilan jasmaniah tertentu. Belajar Sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan tehnik-tehnik untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat sosial atau kemasyarakatan. Belajar Pemecahan Masalah adalah dengan menggunkan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Belajar Rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional sering disebut belajar rasional. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk memperoleh bermacam-macam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsepkonsep. Belajar Kebiasaan diartikan dengan proses pembentukkan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar Apresiasi sering diartikan dengan belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuan belajar jenis ini adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa seperti kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, musik, dan sebagainya, dan yang terakhir Belajar Pengetahuan dikenal

sebagai belajar studi. Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap suatu objek pengetahuan tertentu.

BAB VIII EFISIENSI DAN METODE BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Efisiensi Belajar Pendidikan Agama Islam Tingkat keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor antar lain pendekatan, strategi dan metode. Siapapun siswa yang melakukan kegiatan belajar, pasti menginginkan hasil yang lebih baik tanpa mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak (efisien). Efisien merupakan sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbalik antar usaha dengan hasilnya. Ada dua jenis efisiensi yang bisa diperoleh atau dicapai siswa yaitu, efisiensi usaha belajar, semua yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan, seperti tenaga, pikiran dan waktu, peralatan belajar dan lain-lain yang mendukung kegiatan belajar, dan efisiensi hasil belajar, dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan hasil atau prestasi belajar tinggi.

B. Pendekatan Belajar Diantara pendekatan belajar adalah pendekatan hukum jost, pendekatan ballar & calnchy, dan pendekatan Biggs. Pendekatan Hukum Jost adalah siswa yang lebih sering mempraktikan materi pelajaran akan lebih mudah meredukdsi kembali memori-memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Menurut asumsi hukum Jost, belajar dengan kiat 5 x 3 lebih baik daripada 3 x 5, padahal hasilnya sama. Maksudnya adalah, mempelajari satu materi pelajaran dengan alokasi waktu 3 jam perhari selama lima hari akan lebih efektif dari mempelajari materi tersebut dengan

alokasi 5 jam sehari selama 3 hari. Untuk materi yang bersifat hafalan, pendekatan hukum jost masih dianggap efektif. Pendekatan Ballard&Clanchy. Pendekatan belajar siswa pada umunya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada dua macam sikap dalam menyikapi ilmu pengetahuan yaitu, sikap melestarikan apa yang sudah ada, dan sikap memperluas. Siswa yang bersikap convering pada umumnya menggunakan pendekatan belajar reproduktif. Sementara itu siswa yang bersifat memperluas biasanya menggunakan pendekatan belajar analitis (berdasarkan pemilihan dan interpretasi fakta dan informasi). Pada Pendekatan Biggs, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan kedalam bentuk dasar yaitu, pendekatan yang bersifat lahiriah, pendekatan mendalam, dan pendekatan pencapaian prestasi tinggi. Biggs menyimpulkan bahwa prototype-prototipe pendekatan belajar seperti disebutkan diatas, umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan.

C. Metode Belajar 1. Metode Belajar SQ3R Metode ini dikemukakan oleh Francis P. Robinson di Universitas Ohio Amerika Serikat. Metode ini bersifat praktis dan bisa diaplikasikan dalam berbagai [endekatan belajar. SQ3R merupakan singkatan langkah-langkah memepelajari teks yang meliputi: Survei, yakni memeriksa atau meneliti seluruh teks. Question, yakni menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks. Read, yakni membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Recite, yakni mengahafal jawaban yang telah ditemukan. Review, yakni meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.

Waktu yang digunakan untuk mempelajari atau memahami sebuah teks dengan metode SQ3R tidak banyak berbeda dengan mempelajari atau memahami teks selain metode SQ3R. Hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan metode SQ3R diharapkan lebih memuaskan, karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersusun dalam teks. 2. Cara Mengikuti Pelajaran atau Kuliah Cara mengikuti pelajaran di sekolah dan kuliah diperguruan tinggi merupakan bagian penting dari proses belajar, sebab dalam proses belajar tersebut sebagai siswa atau mahasiswa diberikan arahan tentang apa dan bagaimana bahan pelajaran atau kuliah harus dikuasai. Langkah-langkah yang bisa dijadikan petunjuk dalam mempelajari bahan pelajaran atau kuliah yaitu, berdoalah terlebih dahulu, periksa keperluan belajar sebelum berangkat ke sekolah, konsentrasikan pikiran pada pembahasan guru/dosen, catat pokok-pokok pembahasan guru/dosen, ajukan pertanyaan apabila ada yang belum jelas, jika pada saat diberikan tugas masih belum memahami, mintalah penjelasan secukupnya sebelum mengerjakannya, apabila guru/dosen tidak merangkumkan penjelasannya, mintalah penjelasan rangkuman pembahasan sehingga bisa mengerti ruang lingkup materi yang dibahasnya, setelah guru/dosen meninggalkan kelas, terlebih dahulu menyamakan materi dengan teman anda untul menjaga agar tidak terjadinya kesalahan. 3. Cara Belajar Sendiri di Rumah Metode belajar SQ3R sebenarnya bisa diterapkan untuk belajar mandiri dirumah. Belajar sendiri atau mandiri dirumah adalah tugas paling pokok dari setiap siswa atau mahasiswa. Beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk belajar mandiri dirumah yaitu, berdoalah terlebih dahulu, pada akhir catatan, rumuskan pertanyaan dari bahan yang telah dibaca, setiap pertanyaan yang dibuat, tulis pula pokok-pokok jawaban dibalik halaman tersebut, melatih

pertanyaan hingga menguasainya, jangan memforsir belajar terus-menerus dengan waktu yang lama, dan sebelum tidur bacalah pertanyaan yang dibuat didalam hati. 4. Cara Belajar Kelompok. Mungkin belajar sendiri terkadang menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan belajar bersama. Belajar bersama pada dasarnya memecahkan masalah secara bersama-sama (berkelompok). Belajar bersama bisa dilakukan dirumah, diperpustakaan, dikampus, dan tempat lain yang telah disepakati bersama. Beberapa petunjuk dalam belajar bersama ialah, pilih teman yang cocok, tentukan waktu belajar, tetapkan pimpinan kelompok. rumuskan pertanyaan yang akan dibahas, bahas dan pecahkan persoalan satu persatu hingga tuntas, kesimpulan hasil diskusi dicatat dan dibagikan kepada anggota kelompok agar bisa dipelajari lebih lanjut dirumah. 5. Cara Mempelajari Buku Teks Buku merupakan salah satu sumber ilmu, oleh karena itu membaca buku merupakan keharusan bagi setiap siswa atau mahasiswa. Kebiasaan membaca buku perlu dibudayakan dalam kehidupan siswa dan mahasiswa. Dengan membaca buku, akan lebih kaya dalam memahami bahan pelajaran atau kuliah yang diberikan oleh guru atau dosen. Kiat-kiat mempelajari buku antara lain sebagai berikut, berdoalah terlebih dahulu, lihat daftar isi buku yang akan dipelajari dan tentukan yang mana yang akan dipelajari, buka halaman bab yang akan dipelajari, lalu periksa butir-butir yang dimuat dalam bab tersebut, buka kamus apabila ada istilah-istilah asing yang tidak diketahui.

BAB IX

FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG TERKAIT DENGAN PEMBELAJARN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi belajar, termasuk kedalam faktor internal atau intern, yakni faktor dari dalam diri siswa. Faktor ini terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (bersifat rohaniah), dan kelelahan (bersifat jasmaniah dan rohaniah). 1. Aspek Fisiologis Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan mengalami kesulitan belajar. Untuk menjaga kondisi tubuh, dianjurkan untuk menjaga atau mengatur pola istirahat yang baik dan mengatur manu makana atau mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Dalam perspektif Islam, makana yang harus dikonsumsi adalah makanan yang halal dan baik. Apabila siswa terbiasa mengonsumsi makanan yang haram atau tidak baik, akan mengalir darah yang tidak baik. Selain itu, berkenaan dengan aspek fisiologis, kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan belajar. 2. Aspek Psikologis Cukup banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun indera pendengaran, penglihatan. Juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses

diantara faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dipandang esensial adalah: a. Tingkat kecerdasan. b. Sikap siswa. c. Bakat siswa. d. Minat siswa. e. Motivasi siswa. Relevan dengan Syah, Slameto, menyatakan faktor psikologis memengaruhi belajar adalah: a. Intelegensi. b. Perhatian. c. Minat. d. Bakat. e. Motif. f. Kematangan. g. Kesiapan. 3. Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jamsni dan rohani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk berbuat sesuatu menjadi hilang. Untuk mengatasi kelelahan baik secara individu maupun proses belajar mengajar dapat dilakukan seperti tidur yang cukup, istirahat yang

cukup, mengusahakan variasi dalam belajar, mengonsumsi obat yang tidak membahayakan bagi kesehatan tubuh, rekreasi yang teratur, olahraga secara teratur, mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan konsultasi dengan dokter, psikiater, konselor dan lain-lain apabila kelelahannya sangat serius. 4. Lupa Lupa adalah hilanganya kemampuan untuk menyebut apa-apa yang sebelumnya dipelajari. Beberapa faktor terjadinya lupa: 1) Karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori. 2) Lupa dapat terjadi karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak. 3) Lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingan kembali. 4) Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. 5) Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dilafalkan siswa. 6) Lupa juga bisa terjadi karena perubahan saraf otak. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru atau dosen untuk mengurangi kelupaan adalah coba timbulkan atau tingkatkan motivasi belajar anak dengan menyadarkan mereka akan tujuan instruksional yang mesti dipakai. Cobalah selalu menunjukkan unsur-unsur pokok sebelum menunjukkan unsur-unsur penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang anda sajikan. 5. Kejenuhan dalam Belajar

Seorang siswa mengalami kejenuhan dalam belajar, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam prosesnya, sehingga kemajuan belajar seakan-akan mandeg (stagnan). Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai tingkat keterampilan berilkutnya. Kejenuhan juga bisa melanda siswa apabila proses belajar terjadi secara monoton, pemaksaan frekuensi belajar dan lain-lain. Dengan demikian, upaya mengatasi atau menghilangkan kejenuhan adalah dengan terlebih dahulu mencari penyebab timbulnya kejenuhan, barulah selanjutnya memberi solusi terhadap kejenuhan itu. Dalam perspektif Islam, berkenaan dengan keberhasilan belajar seseorang (siswa) amat terkait dengan faktor hidayah. Betapapun seseorang telah berusaha secara maksimal, apabila tidak ada hidayah dari Allah SWT, tidak jarang siswa yang bersangkutan tidak memperoleh hasil yang maksimal bahkan gagal.

B. Kesulitan Belajar dan Alternatif Solusinya Setiap siswa berhak atas peluang mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Akan tetapi realitas dalam kehidupan sehari-hari tampak dengan jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam banyak hal. Kesulitan belajar bisa dialami oleh siswa berkemampuan tinggi, rata-rata (normal), terlebih siswa yang berkemampuan rendah. 1. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Faktor intern siswa yaitu yang mencangkup segala keadaan yang muncul dalam diri sendiri, yaitu meliputi psikofisik. Yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual, yang bersifat afektif anatara lain labilnya emosi dan sikap, yang bersifat psikomotor antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

Faktor ekstern yaitu mencangkup segala keadaan yang berasal dari luar diri sendiri. Misalnya lingkungan keluarga, seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya tingkat ekonomi keluarganya. Lingkungan masyarakat misalnya wilayah tempat tinggalnya kumuh, teman sepermainan yang nakal. Lingkungan sekolah misalnya kondisi dan letak gedung sekolah yang bruruk, seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. 2. Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Untuk dapat memberikan solusi secara tepat atas kesulitan siswa, guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejal-gejala secara cernat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan adanya kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa). Dalam melaksanakan diagnostik kesulitan belajar siswa perlu ditempuh langkah-langkah berikut: 1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. 2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3) Bertanya kepada orang tua atau wali untuk mengetahui hal-hal tentang keluarga siswa yang mungkin menimbulkan kesulitan belajarnya. 4) Membeti tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. 5) Memberi tes kemampuan intelegensi khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar

Guru harus berkoordinasi dengan pihak yang terkait. Guru sangat diharapkan untuk melakukan beberapa langkah penting seperti, menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar tentang kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Mengidentifikasikan dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial. Setelah kegiatan itu dilaksanakan barulah dilakukan langkah yang terakhir yaitu program perbaikan.

C. Transfer dalam Belajar Transfer dalam perbaikan berkenaan dengan pemindahan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lain. Transfer akan tejadi apabila terdapat kesamaan antara pembelajaran yang satu dengan situasi lainnya. 1. Transfer Vertikal Transper vertikal dapat terjadi dalam diri siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut menguasai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Supaya memperoleh transfer vertikal guru sangat dianjurkan untuk menjelaskan kepada anak secara eksplisit mengenai faedah materi yang sedang diajarkan bagi kegiatan belajar materi lainnya yang lebih kompleks. 2. Transfer Lateral Transfer lateral dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Transfer lateral dapat dikatakan sebagai gejala belajar yang wajar yang memang diharapkan baik oleh pihak pengajar maupun pihak yang belajar (guru

dan peserta didik).namu idealnya hasil belajar siswa tidak hanya dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh persaingan.

D. Prestasi Belajar Apa yang sering dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, efektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus menjadi indikator prestasi belajar. Tipe-tipe belajar kognitif mencangkup tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan, tipe prestasi belajar pemahaman, tipe prestasi belajar penerapan, tipe prestasi belajar penerapan, tipe prestasi belajar analisis, tipe prestasi belajar sintesis, tipe prestasi belajar evaluasi. Tipe prestasi belajar pengetahuan merupakan tingkatan tipe prestasi belajar yang paling rendah. Tipe prestasi belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe prestasi belajar hafalan. Pemahaman membutuhkan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Tipe prestasi belajar penerapan merupakan kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Tipe prestasi belajar analisis merupakan kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Tipe prestasi belajar sintesis memerlukan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tipe prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan criteria yang digunakannya. Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi belajar mencangkup kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang dating kepada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Yang kedua reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang dating dari luar, ketiga berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan

terhadap gejala dan stimulus. Keempat pengembangan nilai kedalam suatu system organisasi, kelima keterpaduan dari semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang memengaruhi pola kepribadian dan perilakunya. Tipe prestasi belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertdindak seseorang. Tingkat keterampilan itu meliputi gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif morotik dan lain-lain, kemampuan bidang fisik, gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, kemampuan yang berkenaan dengan gerakan ekspresif dan interpretatif.

E. Evaluasi Hasil Belajar Pembelajaran merupakan suatu proses kondisional artinya terkait dengan kondisikondisi tertentu. Oleh sebab itu, pencapaian hasil pembelajaran juga terkait dengan kondisi-kondisi tertentu baik yang ada dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Dalam mengevaluasi terhadap kegiatan belajar siswa atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek psikologi siswa. Siswa yang pnitar dalam kesehariannya, apabila disaat mengikuti ujian dalam kondisi yang tidak prima, bisa saja memperoleh hasil yang buruk. Kondisi psikologis siswa harus menjadi pertimbangan bagi para guru dalam memberikan penilaian hasil belajar kepada siswa. Selain ittu, kondisi-kondisi diluar siswa juga turut memengaruhi hasil belajar siswa. Kesemuaan faktor-faktor itu hendaknya menjadi pertimbangan bagi gfuru dalam menilai hasil belajar siswa.

F. Ukuran Prestasi Belajar

Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar skala 0-10 adalah 5 atau 6, sedang untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, untuk skala 0,0-4,0 adalah 1,0 atau 1,2 dan untuk skala huruf adalah D. namun demikian perlu dipertimbangkan oleh para guru atau sekolah tertentu. Penetapan passing grade yang lebih tinggi misalnya 70 atau 75 untuk pelajaran-pelajaran inti. Pengkhusussan passing grade seperti ini sudah berlaku umum di Negara-negara maju. Simbol penilaian dengan huruf umunya dinegara kita telah diberlakukan untuk tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan norma-norma ukuran tidak ada keharusan bagi guru untuk menggunakan satu norma secara kaku.

BAB X PERSPEKTIF PSIKOLOGI TENTANG GURU DAN MENGAJAR DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Psikologi Guru 1. Pengantar Dalam keseluruhan proses pendidikan, khusunya proses pembelajaran di sekolah dan madrasah, guru memegang peranan utama dan amat penting. Merujuk pada pola kependidikan dan keguruan Rasulullah Saw, dalam perspektif Islam, guru menjadi posisi kunci dalam membentuk kepribadian Muslim yang sejati. Psikologi guru merupakan kajian psikologis terhadap berbagai aspek perilaku guru khususnya dalam proses pendidikan disekolah dan madrasah. Beberapa aspek perilaku guru yang hatus dipahami antara lain berkenaan dengan peranan, kebutuhan dan motivasi serta kepribadian guru (termasuk cirri-ciri guru yang baik).

2. Peranan Guru Peranan guru artinya keseluruhan tingkah lau yang harus dilakukan guru dalam melaksankan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik disekolah, keluarga dan di dalam masyarakat. Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola p[engajaran dan pengelola hasil belajar siswa. Peranan furu ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Didalam keluarga guru berperan sebagai family educator, sedangkan didalam masyarakat guru berperan sebagai pendorong masyarakat. Dari sudut pandang psikologis peranan guru adalah: 1) Pakar psikologi belajar dan mampu mengaplikasikannya sebagai pendidik. 2) Seniman dalam hubungan antar manusia. 3) Pembentuk kelompok. 4) Innovator. 5) Petugas kesehatan mental. 3. Kebutuhan dan Motivasi Kebutuhan merupakan suatu situasi kekurangan dalam diri individu yang mendorongnya untuk berperilaku guna mencapai tujuan. Dalam hubungannya dengan jabatan guru, perilaku pada dasarnya didorong oleh kebutuhan para guru itu sendiri. Tingkatan kebutuhan manusia yaitu:1) Kebutuhan sfisik atau jasmaniah. 2) Kebutuhan sosial atau kebutuhan berhubungan dengan orang lain

dilingkungan sosial.

3) Kebutuhan memperoleh harga diri. 4) Kebutuhan mewujudkan diri. 5) Kebutuhan fisik.6) Kebutuhan memperoleh keselamatan.

4. Kepribadian Secara umum, kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku individu yang merupakan virinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian guru menentukan kesan guru dalam melaksanakan tugasnya, tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuk berperilaku tetapi juga akan menjadi model keteladanan bagi para siswanya dalam perkembangannya. Beberapa perilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran yang efektif bisa terwujud antara lain yaitu, menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu. Mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak keterusan. Mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat. Menggunakan cara-cara tertentu untuk mendapatkan perhatian siswa. Tidak memulai berbicara kepada kelas sebelum semua siswa memberikan perhatian. Dan menggunakan teknik-teknik mengajar yang bervariasi dan menyesuaikan pengajaran dengan keperluan pembelajaran. Guru-guru pendidikan agama Islam hendaknya mengimplementasikan perilaku yang baik agar dapat terwujudnya pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai rencana. 5. Perspektif Psikologi tentang guru yang Baik Istilah baik dalam konteks ini sebenarnya relatif. Karena hal itu amat tergantung kepada orang atau siapa yang menilainya. Uraian berikut memaparkan beberapa prinsip yang berlaku umum tentang ciri-ciri guru yang baik. Yaitu, memahami dan menghormati anak didik. Menghormati bahan

pelajaran yang diberikannya. Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan indivisu. Mengaktifkan siswa dalam konteks belajar. Memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka. Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa. Mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya. Jangan terikat oleh satu buku dan tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja pada anak didik, melainkan senantiasa mengembangkan pribadinya. Mengajar pada hakikatnya adalah mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat, bergotong royong atau bekerja sama dengan orang lain yang berlainan dengan dirinya dalam segi pendirian, suku bangsa, jenis kelamin, agama dan sebagainya.

B. Psikologi Mengajar 1. Proses Pembelajaran yang Efektif Ada tujuan yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Tujuan itu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran berlangsung melalui interaksi antara guru dengan peserta didik dalam situasi pengajaran yang bersifat edukatif. Supaya pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, guru harus mampu mewujudkan proses pembelajaran dalam suasana kondusif. Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud melalui kegiatan yang memiliki ciriciri yaitu seperti, berpusat pada siswa. Dalam keseluruhan kegiatan proeses pembelajaran, siswa merupakan subjek utama. Interaksi edukatif antar guru dengan siswa. Suasana demokratis. Variasi model mengajar. Guru professional. Bahan yang sesuai dan bermanfaat. Lingkungan yang kondusif. Sarana belajar yang menunjang. 2. Model-model Mengajar

Model-model mengajar yang ada sekurang-kurangnya dapat dikelompokkan menjadi empat. Pertama, rumpun model-model pemrosesan informasi. Berorientasi kepada kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi. Kedua, rumpun model-model personal. Berorientasi kepada individu dan perkembangan keakuan. Ketiga, rumpun model interaksi sosial. Memberikan prioritas untuk memperbaikik kecakapan individu untuk berhubungan dengan orang lain, untuk bertindak dalam proses yang demokratis dan untuk bekerja secara produktif dalam masyarakat. Dan keempat, rumpun model behavioral. Lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku siswa yang nyata dan dapat diamati daripada struktur psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. 3. Memilih Model Mengajar untuk dipelajari Pada tahap permulaan, disarankan agar guru mempelajari satu dari empat model, sedangkan yang lainnya ditambah sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan khusus tertentu. Bagi calon guru, hendaknya menguasai empat atau lima model pada permulaannya. Untuk memilih model tertentu merupakan bagian dari masalah efisiensi juga masalah falsafi yang digunakan. Model yang dipilih dapat dikreasikan dunia peserta didik. Dengan bertambahnya perbendaharaan guru, maka peserta didik pun akan bertambah menjadi pelajar yang lebih baik dan berkepribadian lebih utuh. Pada prinsipnya model-model pengajaran guru bisa diimplementasikan untuk pembelajaran pendidikan agama Islam. Karena pembelajaran termasuk proses belajar agama Islam adalah situasional, maka dalam mengimplementasikan model-model pengajaran guru untuk pengajaran agama Islam juga harus melihat situasi. Artinya, apa dan bagaimana situasi pengajaran agama Islam, seharusnya dipertimbangkan oleh guru agama dalam mengimplementasikan model-model pengajaran didalam proses pembelajaran.