Ags ma - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/... · aerodinamika di...

2
o Senin o Se/asa o Sabtu 0 Minggu o Rabu Kamis 0 Jumat 123 17 18 19 45 20 21 6 7 8 9 10 11 22 23 24 25 26 12 13 14 15 27 28 29 30 OJan OPeb Mar OApr OMei OJun OJu/ 0 Ags Berbagal surnber Foto: ISllMEWA, Grafis: YOSYE HAMID ma [JA ARTA] Indonesia ini hanya memiliki sekitar 23.000 doktor. Jumlah itu re- atif jauh tertinggal dibanding India yang kini memiliki se- kitar 1,69 juta doktor dan Amerika Serikat yang mem- punyai 3,1 juta doktor. Terkait hal itu, Kementerian Pendi- dikan Nasional (Kemdiknas) terus menggenjotjumlah dok- tor, baik lulusan dalam negeri maupun luar negeri. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdiknas, Djoko Santoso kepada SP di Jakarta, Rabu (23/3), menyatakan pemerin- tah terus melakukan percepat- an peningkatan kompetensi dosen, khususnya dengan memberikan beasiswa untuk program sarjana strata tiga (S3). Pada 2011, katanya, Kemdiknas telah memberikan beasiswa kepada 10.000 ma- hasiswa program doktoral di dalam negeri dan 2.500 calon doktor dikirim ke luar negeri. "Dengan berbagai prog- ram peningkatan kualifikasi dosen, kita menargetkan jum- lah dosen berkualifikasi S2 naik dari 62,5 persen pada 2010 menjadi 94,4 persen pa- da 2014. Sedangkan persenta- -Akselerasi Terkait hal itu, sejumlah kalangan juga mendesak pe- merintah meningkatkan jum- lah lulusan S3 untuk mengak- Indonesia 23.000 Malaysia India Jerman Pranci~ Jepang Israel Amerika 14.000 1,69juta 328.000 320.000 819.000 123.750 3,1 juta se dosen berkualifikasi S3 akan meningkat dari 9,5 per- sen di tahun 2010 menjadi 15 persen pada 2014," ujarnya. OSep OOkt ONov Keglatan --------- 1. 8easlswa~3 (baru) Oalam Negerl • 2. BeasiswaS3(on-going) Dalam Negeri 3 8qslSwa S~(baru ) luar Negeri 4. BeasiswaS3(0n.-go1ng)luar Negeri 5. BeaslswaS3(on-golng)" Program BERMlITU masih memiliki per ,alan de- ngan banyak dokt r yang mengalami "kesala ahlian". Artinya, banyak doktor, na- mun tidak dapat ditampung untuk bekerja di dalam negeri sesuai keahliannya. "Kalaupun ada banyak doktor, keahlian mereka tidak sesuai dengan kebutuhan da- lam negeri, sehingga mereka terpaksa bekerja di lu nege- ri. Lihat saja para doktor aerodinamika di IPTN yang kini banyak bekerja di per- usahaan penerbangan . man- canegara," katanya. Untuk mempercepat pe- ningkatan jumlah doktor di Indonesia, pemerinta hams memperbanyak p ogram beasiswa. selerasi kemajuan bangsa. Rektor Universitas Muham- madiyah Malang (UMM), Muhadjir Effendy MAP me- ngatakan jumlah doktor di In- donesia sangat sedikit karena untuk menjadi doktor proses- nya sangat sulit. Selain itu, ada kesalahan kebijakan pemerintahan sebe- lumnya, khususnya saat boo- ming harga minyak burni. Ke- tika itu, pemerintah justru le- bib mengutamakan peningkat- an produksi pangan dan pe- ningkatan pendidikan dasar sebagai akibat masih tinggi- - _ nya angka buta huruf. Kalau saat itu, pemerintah mulai me- mikirkan pendidikan tingg~, jumlah doktor saat ini pasti le- bib banyak. Diakui Muhadjir, dari per- ,!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!~~=~ sentase jumlah penduduk, jumlah doktor di Indonesia dibanding Malaysia dan Korea Selatan, memang lebih sedikit. Di samping persenta- se yang sedikit, Indonesia Kllping Humas Unpad 2011 ---------------- ----

Transcript of Ags ma - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/... · aerodinamika di...

Page 1: Ags ma - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/... · aerodinamika di IPTN yang kini banyak bekerja di per-usahaan penerbangan .man-canegara," katanya.

o Senin o Se/asa o Sabtu 0 Mingguo Rabu • Kamis 0 Jumat123

17 18 194 520 21

6 7 8 9 10 1122 23 24 25 26

12 13 14 1527 28 29 30

OJan OPeb • Mar OApr OMei OJun OJu/ 0 Ags

Berbagal surnber Foto: ISllMEWA, Grafis:YOSYE HAMID

ma

[JA ARTA] Indonesia inihanya memiliki sekitar23.000 doktor. Jumlah itu re-atif jauh tertinggal dibandingIndia yang kini memiliki se-kitar 1,69 juta doktor danAmerika Serikat yang mem-punyai 3,1 juta doktor. Terkaithal itu, Kementerian Pendi-dikan Nasional (Kemdiknas)terus menggenjotjumlah dok-tor, baik lulusan dalam negerimaupun luar negeri.

Dirjen Pendidikan TinggiKemdiknas, Djoko Santosokepada SP di Jakarta, Rabu(23/3), menyatakan pemerin-tah terus melakukan percepat-an peningkatan kompetensidosen, khususnya denganmemberikan beasiswa untukprogram sarjana strata tiga(S3). Pada 2011, katanya,Kemdiknas telah memberikanbeasiswa kepada 10.000 ma-hasiswa program doktoral didalam negeri dan 2.500 calondoktor dikirim ke luar negeri.

"Dengan berbagai prog-ram peningkatan kualifikasidosen, kita menargetkan jum-lah dosen berkualifikasi S2naik dari 62,5 persen pada2010 menjadi 94,4 persen pa-da 2014. Sedangkan persenta-

-AkselerasiTerkait hal itu, sejumlah

kalangan juga mendesak pe-merintah meningkatkan jum-lah lulusan S3 untuk mengak-

Indonesia 23.000MalaysiaIndiaJermanPranci~JepangIsraelAmerika

14.0001,69juta328.000320.000819.000123.7503,1 juta

se dosen berkualifikasi S3akan meningkat dari 9,5 per-sen di tahun 2010 menjadi 15persen pada 2014," ujarnya.

OSep OOkt ONov

Keglatan---------1. 8easlswa~3 (baru) Oalam Negerl

• 2. BeasiswaS3(on-going) Dalam Negeri3 8qslSwa S~(baru ) luar Negeri4. BeasiswaS3(0n.-go1ng)luar Negeri5. BeaslswaS3(on-golng)" Program BERMlITU

masih memiliki per ,alan de-ngan banyak dokt r yangmengalami "kesala ahlian".Artinya, banyak doktor, na-mun tidak dapat ditampunguntuk bekerja di dalam negerisesuai keahliannya.

"Kalaupun ada banyakdoktor, keahlian mereka tidaksesuai dengan kebutuhan da-lam negeri, sehingga merekaterpaksa bekerja di lu nege-ri. Lihat saja para doktoraerodinamika di IPTN yangkini banyak bekerja di per-usahaan penerbangan . man-canegara," katanya.

Untuk mempercepat pe-ningkatan jumlah doktor diIndonesia, pemerinta hamsmemperbanyak p ogrambeasiswa.

selerasi kemajuan bangsa.Rektor Universitas Muham-madiyah Malang (UMM),Muhadjir Effendy MAP me-ngatakan jumlah doktor di In-donesia sangat sedikit karenauntuk menjadi doktor proses-nya sangat sulit.

Selain itu, ada kesalahankebijakan pemerintahan sebe-lumnya, khususnya saat boo-ming harga minyak burni. Ke-tika itu, pemerintah justru le-bib mengutamakan peningkat-an produksi pangan dan pe-ningkatan pendidikan dasarsebagai akibat masih tinggi- -

_ nya angka buta huruf. Kalausaat itu, pemerintah mulai me-mikirkan pendidikan tingg~,jumlah doktor saat ini pasti le-bib banyak.

Diakui Muhadjir, dari per- ,!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!~~=~sentase jumlah penduduk,jumlah doktor di Indonesiadibanding Malaysia danKorea Selatan, memang lebihsedikit. Di samping persenta-se yang sedikit, Indonesia

Kllping Humas Unpad 2011 ---------------- ----

Page 2: Ags ma - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/... · aerodinamika di IPTN yang kini banyak bekerja di per-usahaan penerbangan .man-canegara," katanya.

Indonesia Hanya Punya 23.000 Doktordari baJaman 1

Dia mengapresiasi program Kemdiknas sekarangini yang memberikan alokasi beasiswa besar-besaranuntuk mernperbanyak mahasiswa program doktoral."Ini program yang harus dikawal jangan sampai me-nyimpang karena terbesar dalam sejarah pendidikandi Indonesia," ujarnya.

Senada dengannya, pakar pendidikan Prof HARTilaar dalam percakapan dengan SP di Jakarta, Kamis(24/3) pagi, menyatakan pemerintah pusat memangharus bertanggung jawab untuk meningkatkan jumlahdoktor.

"Sulit mengharapkan jika daerah-daerah menyiap-kan dana untuk beasiswa ke luar negeri. Karena itu,pendanaan memang harus dari pemerintah pusat, se-bingga anggaran beasiswa tersebut harus diperbesar,"katanya.

Kebutuhan RillSecara terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Yogya-

karta, Prof Wuryadi menilai rencana Kemdiknasuntuk menambah jumlah doktor di Indonesia, tidakbisa hanya dilihat dari faktor jumlah kebutuhan orangper kapita, tetapi harus mengedepankan inventarisasikelembagaan, tingkat kebutuhan riillapangan, dan bi-

, dang yang benar-benar diperlukan di Indonesia."Sudah banyak terjadi kasus, lulusan doktor luar

negeri tidak bisa terserap di Indonesia, karena me-mang tidak ada bidang atau pekerjaannya. Misalnya

. doktor lulusan teknologi nano. Indonesia belum mem-butuhkannya. Tetapi ini nyata, sehingga programKemdiknas itu harus jelas peruntukannya dulu," te-gasnya. . .

Lebih jauh dikatakan, persoalan minimnya tenagapengajar bergelar S3 ini juga tidak bisa hanya dilihatdari faktor pembiayaan, "Kalau sekarang, yang terjadiadalah dimana ada tawaran beasiswa, maka apa punprogramnya akan diambil. Ini kan menjadi masalah.Tetapi memang pada kenyataannya kuliah S3 itu ma-hal. Ini juga satu kendala lain, tetapi tetap harus ada

skala prioritas," tegasnya. .Pad a kesempatan itu, Wuryadi juga mengkritik

priorotas pendidikan nasional yang terkesan t tera-rah. "Masalah pendidikan banyak yang masih rancu.il'idak ada aksentuasi arah. Di satu pihak seolah-olahakan mengejar pendidikan bertaraf internasio al de-ngan program RSBI dan SBI, tetapi kualitas SD -nyatidak seimbang. Lalu sekarang muncul program per-cepatan doktor. Ini semua harus diklarifikasi terlebihdahulu," katanya.

Program doktor, lanjutnya, tidak bisa disel ngga-rakan di mana saja dan kapan saja. Keputusan ini me-merlukan skema yang jelas. Bidang apa yang dikem-bangkan, di universitas mana dan ilmu apa yang be-nar-benar bisa terserap.

"Banyak doktor lulusan luar negeri yang tidak bisakembali karena tidak ada pekerja. Itu pekerjaanrumah pemerintah. Kan menjadi percuma kalau paradoktor itu sudah dibiayai mahal-mahal, tetapi ilmuyang diperolehnya tak bisa dipakai di Indonesia,'"tegasnya.

Untuk itu, Wuryadi meminta Kemdiknas membuatprogram secara matang, sebingga hasilnya bermanfaatbagi kemajuan bangsa di masa mendatang.

Hal yang sama juga dikatakan Rektor UniversitasIslam Indonesia (UlI), Edy Suandi Harnid. Menurut-nya, program peningkatan jumlah doktor di Ind nesiaberjalan sangat lamban. Hal itu mengakibatkan kuali-fikasi dosen perguruan tinggi di Indonesia masi ter-tinggal dibanding negara-negara lainnya. "Jumlah do-sen yang bergelar doktor hanya 23.000. Saat ini kitamerniliki 270.000 dosen, jadi jumlah doktor masih ku-rang dari l Opersen," katanya.

Meski dernikian, lanjutnya, kemajuan pendidikantidak selalu identik dengan jumlah doktor yan ba-nyak, "Yang penting adalah jumlah doktor yang se-suai kebutuhan bagi pengembangan keilmuan di am-pus dan bidang-bidang penting lainnya untuk mema-jukan bangsa," ujar Edy. [D-11/070/M-15/152]