Adrenal

16
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pentingnya bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan aldosteron, (Liotta EA et all 2010). Penyakit ini biasanya bersifat autoimun dan autoantibodi adrenal dalam plasma ditemukan pada 75-80% pasien. Penyakit Addison sangat jarang ditemukan. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20 sampai 50 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada semua umur. Penyakit ini dapat muncul pertama kali sebagai krisis addison dengan demam, nyeri abdomen, kolaps hipotensi, serta pigmentasi kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi. Area yang sering terkena dini adalah kulit bantalan kuku, jaringan parut dan mukosa bukal. Sekitar 50% pasien dengan penyakit addison autoimun memiliki antibodi tiroid yang positif dan feomena endokrin autoimun lainnya. Di negara barat, penyakit autoimun merupakan penyebab sebagian besar insufisiensi adrenal, walaupun di seluruh dunia tuberkulosis, yang

description

kelenjar

Transcript of Adrenal

Page 1: Adrenal

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari

kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pentingnya

bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan

aldosteron, (Liotta EA et all 2010). Penyakit ini biasanya bersifat autoimun dan

autoantibodi adrenal dalam plasma ditemukan pada 75-80% pasien. Penyakit

Addison sangat jarang ditemukan. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20

sampai 50 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada semua umur. Penyakit ini dapat

muncul pertama kali sebagai krisis addison dengan demam, nyeri abdomen,

kolaps hipotensi, serta pigmentasi kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi

ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi.

Area yang sering terkena dini adalah kulit bantalan kuku, jaringan parut dan

mukosa bukal. Sekitar 50% pasien dengan penyakit addison autoimun memiliki

antibodi tiroid yang positif dan feomena endokrin autoimun lainnya. Di negara

barat, penyakit autoimun merupakan penyebab sebagian besar insufisiensi

adrenal, walaupun di seluruh dunia tuberkulosis, yang menyebabkan infeksi dan

selanjutnya fibrosis kelenjar adrenal, tetapi merupakan diagnosis yang sering.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apa yang dimaksud dengan penyakit addison?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi penyakit addison?

1.2.3 Apa saja etiologi dari penyakit addison

1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari penyakit addison?

1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit addison?

1.2.6 Bagaimana komplikasi dan prognosis dari penyakit addison?

1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit addison?

1.2.8 Bagaimana pencegahan dari penyakit addison?

Page 2: Adrenal

1.2.9 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit

addison?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi penyakit addison;

1.3.2 Untuk mengetahui definisi epidemiologi penyakit addison;

1.3.3 Untuk mengetahui definisi etiologi dari penyakit addison;

1.3.4 Untuk mengetahui definisi patofisiologi dari penyakit addison;

1.3.5 Untuk mengetahui definisi tanda dan gejala dari penyakit addison;

1.3.6 Untuk mengetahui definisi komplikasi dan prognosis dari penyakit

addison;

1.3.7 Untuk mengetahui definisi penatalaksanaan dari penyakit addison;

1.3.8 Untuk mengetahui definisi pencegahan dari penyakit addison

1.3.9 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada

penyakit addison?

Page 3: Adrenal

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Penyakit Adison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak

adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal.

Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari

kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pentingnya

bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan

aldosteron, (Liotta EA, 2010).

Penyakit adison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau

atrofik, biasanya autoimun atau tuberkulosa. Pada pasien dengan penyakit adison

akan memperlihatkan keterlibatan ketiga zona korteks sehingga terjadi defisiensi

semua korteks adrenal seperti kortisol, aldosteron dan androgen. Penyakit adison

biasanya terjadi akibat kurangnya kortisol, aldosteron dan androgen itu.

Penyakit addison (isufisiensi adrenal) adalah penurunan kadar

glukokortikoid yang bersirkulasi. Mineralokortokoid aldosteron juga dapat

berkurang . penyakit addison (isufisiensi adrenal) dapat disebabkan oleh disfungsi

kelenjar adrenal yang disebut disfungsi adrenal primer atau akibat disfungsi

hipofisis atau hipotalamus, (Corwin, 2009) .

2.2 Epidemiologi

Penyakit adison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000

orang, dua pertiga pasien adalah perempuan. Penyakit ini biasanya terjadi pada

usia antara 20-50 tahun (Price, 2006). Faktor etnis disebutkan tidak menjadi faktor

yang signifikan dalam terjadinya penyakit Adison.

Di Amerika Serikat kejadian penyakit Addison dilaporkan 5 atau 6 kasus

per juta penduduk per tahun, dengan prevalensi 60-110 kasus per juta penduduk.

Tingkat kematian untuk penyakit Addison adalah 1,4 kematian per juta kasus per

Page 4: Adrenal

tahun. Sebuah studi Swedia melaporkan bahwa tingkat relatif dari kematian pada

pasien penyakit Addison adalah 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan

sebelumnya. Keganasan, penyakit menular, dan kejadian kardiovaskular adalah

penyebab yang bertanggung jawab atas meningkatnya angka kematian menjadi

lebih tinggi. Risiko bervariasi dengan usia, anak-anak memiliki risiko tinggi

perkembangan dibandingkan dengan orang dewasa, dimana ekspresi ACAs

merupakan risiko 30% dari pengembangan menjadi penyakit Addison, (Liotta EA,

2010).

2.3 Etiologi

Penyebab dari penyakit Addison adalah sebagai berikut:

1. Tuberkulosa adrenal dan penyebab destruktif lainnya

Hal ini terjadi karena infeksi hematogen di korteks dan biasanya terjadi

sebagai komplikasi infeksi tuberkulosa sistemik (paru-paru, traktus

gastrointestinal atau ginjal).

2. Perdarahan adrenal bilateral

Perdarahan dapat menyebabkan insufisiensi adrenal akut. Pada orang

dewasa (kebanyakan > 50 tahun), terapi dengan anti koagulan yang ditujukan

untuk mengatasi penyakit utama bertanggung jawab terhadap sepertiga kasus

yang terjadi. Sebab-sebab lain pada orang dewasa adalah septikemia, kelainan-

kelainan koagulasi, trombosis vena adrenal, metastasis ke adrenal, taruma,

pembedahan di abdomen dan komplikasi-komplikasi akibat kehamilan dan

postpartum. Terjadi perdarahan pada medula dan korteks bagian dalam dan

nekrosis iskemik di bagian luar korteks, sehingga hanya tinggal sedikit sel-sel

kortikal suprakapsuler yang selamat

3. Sindroma penurunan daya tubuh akuisita (AIDS)

Adrenal adalah kelenjar yang paling sering terkena pada AIDS. Penyebab

insufisiensi adrenal lainnya pada AIDS termasuk lesi metastatik (sarkoma

Kaposi, limfoma) dan infeksi (tuberkulosa, infeksi dengan mikobakteria atipik,

mikosis). Ketokonazol, agen anti jamur seringkali digunakan pada pasien

Page 5: Adrenal

AIDS, akan mengganggu dengan enzim sitokrom P450 pada beberapa organ,

termasuk adrenal dan gonad, dan berakibat penurunan steroidogenesis.

4. Metastastis adrenal

Sering terjadi metastasis ke adrenal yang berasal dari tumor paru,

payudara, gaster, melanoma dan dapat terjadi dengan banyak tumor lainnya,

(Anwar, 2005).

2.4 Patofisiologi

Penyakit addison dapat bermanifestasi sebagai defek pada sumbu

hipotalamus-hipofisis-adrenal. Insufisiensi adrenal primer (penyakit addison)

merupakan akaibat dari destruksi korteks adrenal. Zone glomerulosa, lapisan

terluar kelenjar adrenal menghasilkan aldosteron. Kortisol diproduksi di zona

fasikulata dan zona retikularis, bagian tengah dan dalam kelenjar adrenal.

Dehidroepiandrosteron diproduksi di zona retikularis. Karena mineralokortokoid

dan glukokortikoid menstimulasi reabsorbsi natrium, defisiensinya akan

menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan penurunan ekskresi kalium,

terutama pada urin selain itu juga pada keringat., saliva dan saluran

gastrointestinal. Terjadi konsentrasi natrium yang rendah dan kalium yang tinggi

dalam serum. Ketidakmampuan dalam menkonsentrasikan urin disertai gangguan

keseimbangan elektrolit menyebabkan dehidrasi berat, hipertonisitas plasma,

asidosis, penurunan volume sirkulasis, hipotensi dan akhirnya kolaps sirkulasi.

Bila isufiensi adrenal disebabkan oleh ACTH yang tidak adekuat, maka kadar

elektrolit biasnya normal atau sedikit berkurang. Defisiensi glukokortikoid

menimbulkan hipotensi dan menyebabkan sensifitas insulin berat, gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Tanpa adanya kortisol kekurangan

karbohidrat dibentuk dari protein akibatnya terjadi hipoglikemia dan penurunan

glikogen hati. Terjadi kelemahan karena gangguan fungsi neuromuskuler.

Ketahanan terhadap infeksi, trauma dan stress lainnya juga berkurang. Kelemahan

otot jantung dan dehidrasi menurunkan output jantung kemudian terjadi kegagalan

sirkulasi. Penurunan kortisol darah menyebabkan peningkatan produksi ACTH

hipofisis dan peningkatan β-lipotroppin darah, yang memiliki aktivasi stimulasi

Page 6: Adrenal

melanosit bersama dengan ACTH, menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan

membran mukosa.

Gambaran klinis ditemukan setelah 99% korteks adrenal mengalami

kerusakan oleh peran autoimun, infeksi, neoplastik, traumatik, iatrogenik,

vaskuler dan metabolik. Dengan destruksi korteks adrenal, inhibisi umpan balik

hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior terganggu sehingga kortikotropin

disekresikan terus menerus. Kotrikotropin dan melanocytestimulating hormone

(MSH) merupakan komponen hormon progenitor yang sama. Ketika kortikotropin

hilang dari prohormon, MSH dilepaskan menyebabkan hiperpigmentasi khas

kecoklatan. Hiperpigmentasi ini biasnya ditemukan pada insufisiensi adrenal

primer atau penyakit addison yang berhubungan dengan peningkatan

kortikotropin dan MSH, (Sanjaya, 2008).

2.5 Tanda dan Gejala

Gejala dari penyakit addison tidak spesifik. Gejala yang muncul biasanya

1. kelelahan

2. kelemahan badan

Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan

elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan protein Di samping

itu, akibat metabolisme protein, terutama pada sel-sel otot menyebabkan

otot-otot bergaris atropi sehingga menyebabkan bicara melemah.

3. anoreksia

4. nausea

5. nyeri abdomen

6. gastroenteritis

7. diare

8. labilitas mood disebabkan karena kadar kortisol dapat mempengaruhi

mood dan emosi

Pada orang dewasa dengan penyakit addison dapat dijumpai penurunan berat

badan 1-15 kg. Nausea, Vomitus, dan nyeri abdomen difus dijumpai sekitar 90%

dari pasien dan biasanya merupakan inpending dari krisis addison. Diare kurang

Page 7: Adrenal

umum dari pada nausea, vomitus dan nyeri abdomen dan terjadi pada sekitar 20%

pasien. Jika dijumpai diare, biasanya akan disertai dengan komplikasi dehidrasi

dan harus segera dihidrasikan.

Gangguan mood termasuk depresi, iritabilitas, dan konsentrasi menurun.

Diagnosis mungkin tertunda karena depresi komorbid atau penyakit kejiwaan

lainnya. Terdapat pula temuan fisik termasuk hiperpigmentasi pada kulit dan

membran mukosa, berkurangnya rambut pubis dan aksila pada wanita, vitiligo,

dehidrasi, dan hipotensi. Membran mukosa oral hiperpigmentasi merupakan

patognomonik untuk penyakit ini (Liotta AE, 2010).

Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin

pada kulit dan mukosa. Pigmentasi juga dapat terjadi pada penderita yang

menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensi adrenal

dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hormon

adrenokortikotropik ini mempunyai MSH-like effect. Pada penyakit Addison

terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon adrenokortikotropik.

Hiperpigmentasi pada kulit dianggap sebagai ciri khas penyakit Addison dan

dijumpai dalam 95% pasien dengan insufisiensi adrenal kronis primer.

Peningkatan pigmentasi ini akan menonjol di daerah kulit seperti lipatan kulit.

Hiperpigmentasi ini juga menonjol pada puting, aksila, perineum sehingga

kemungkinan wanita akan kehilangan androgen yang menstimulus pertumbuhan

rambut, seperti rambut pubis dan aksila, karena androgen diproduksi di korteks

adrenal. Pada laki-laki tidak akan kehilangan rambut karena androgen pada laki-

laki diproduksi terutama di testis (Liotta EA, 2010).

2.5 Komplikasi dan Prognosis

2.5.1 Komplikasi

1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)

2. Kolaps sirkulasi

3. Dehidrasi

4. Hiperkalemiae

5. Sepsis

Page 8: Adrenal

6. Ca. Paru

7. Diabetes melitus

2.5.2 Prognosis

Sebelum terapi glukokortikoid dan mineralokortikoid dilakukan,

insufisiensi adrenokortikal primer akan fatal yang akan menyebabkan dengan

kematian biasanya terjadi dalam 2 tahun setelah onset. Mereka yang bertahan

hidup sekarang tergantung pada penyebab insufisiensi adrenal. Pada pasien yang

memiliki penyakit autoimun, kelangsungan hidupnya dapat mencapai normal ,

dan sebagian besar pasien dapat hidup secara normal. Secara umum, kematian dari

insufisiensi adrenal terjadi hanya pada pasien yang didiagnosa menderita penyakit

isufisiensi adrenal namun tidak segera dilakukan pengobatan (Alfin dkk, 2011).

2.6 Penatalaksanaan

Pengobatan insufisiensi adrenal meliputi pergantian, substitusi hormon yang

tidak diproduksi lagi oleh kelenjar adrenal. Kortisol digantikan dengan

glukocorticoid sintetik seperti hidrocortisone, prednisone atau dexamethasone oral

1-3 kali sehari, tergantung dari pengobatan yang dipilih. Jika hormon aldostero

juga kurang, maka diganti dengan mineraalokortikoid oral yang dikenal dengan

fludrocortisone acetate (Florinef) yang dikonsumsi 1 atau 2 kali sehari. Pasien

yang menderita penyakit addison dapat dilakukan terapi pengganti aldosteron

untuk menigkatkan asupan garam, karena pasien dengan insufisiensi adrenal

umumnya mempertahankan produksi aldosteron.

Selama krisis addison, tekanan darah rendah, kadar glukosa rendah dan

tinggi kadar kalium dapat mengancam kehidupan. Standar terapi melibatkan

pemberian glukocorticoid intravena dan sejumlah besar cairan dextrose intravena.

Pengobatan ini umumnya memberikan pemulihan yang cepat bagi pasien. ketika

pasien diberikan terapi cairan dan obat-obatan oral, jumlah glukokorticoid akan

menurun sampai dosis pemeliharaan tercapai. Jika kadar aldosteron menurun,

terapi pemeliharaan juga dengan pemberian fludrocortisone acetate oral.

Kortisol merupakan hormon untuk mengatur keadaan-keadaan yang

menyebabkan stress pada tubuh, pasien dengan insufisiensi adrenal yang

Page 9: Adrenal

membutuhkan pembedahan dengan anastesi umum harus ditangani dengan

glukocorticoid intravena dan saline. Pengobatan intravena dimulai sebelum

pembedahan dan dilanjutkan hingga pasien sadar penuh setelah pembedahan dan

setelah mampu mengkonsumsi obat oral, (Alfin dkk, 2011).

2.7 Pencegahan

2.8 Pemeriksaan penunjang

Berikut adalah pemeriksaan penunjang dan hasil yang didapatkan pada

pasien dengan penyakit addison:

1. Pemerisaan laboratorium

a. Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan

hiponatremia)

b. Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)

c. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)

d. Penurunan kadar kortisol serum

e. Kadar kortisol plasma rendah

2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi

diadrenal

3. CT Scan

Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive

hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur,

penyakit infiltratif malignan dan non malignan, dan haemoragik adrenal

4. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik

abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit

Page 10: Adrenal

DAFTAR PUSTAKA

Alfin, Said. dkk. 2011. Penyakit Addison. http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CE4QF

jAE&url=http%3A%2F%2Falfinzone.files.wordpress.com

%2F2011%2F08%2Faddison-

disease.pdf&ei=I4hWUvKvAcvrrQer34HIDQ&usg=AFQjCNHTOkp

nyigmP9g3GUKvWiSiTw6JVQ&bvm=bv.53899372,d.bmk {serial

online, 9 oktober 2013}

Anwar, Ruswana. 2005. Kelainan-kelainan Adrenokortikal.

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA

&url=http%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads

%2F2010%2F05%2Fkelainan_kelaian_adrenokortikal.pdf&ei=bIVWUpiy

LsvQrQe-

xIDABg&usg=AFQjCNFdHPHGBpRPLbIGb7k0iFMLAj9e5Q&bvm=bv.

53899372,d.bmk {serial online, 9 oktober 2013}

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC

Liotta EA. dkk.2010. Addison Disease. Medscape reference drug, disease &

procedure.http://emedicine.medscape.com/article/1096911overview#show

all. {serial online, 9 oktober 2013}

Price, Sylvia A.,& Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit.Edisi 6. Jakarta: EGC

Sanjaya, Ayling. ____. Addison’s Disease.

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CE4QF

jAE&url=http%3A%2F%2Felib.fk.uwks.ac.id%2Fasset%2Farchieve

%2Fjurnal

%2FVol.1.No.1.Edisi.Juli.2012%2FADDISONS_DISEASE-