Adrenal
-
Upload
frandita-eldiansyah -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
description
Transcript of Adrenal
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari
kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pentingnya
bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan
aldosteron, (Liotta EA et all 2010). Penyakit ini biasanya bersifat autoimun dan
autoantibodi adrenal dalam plasma ditemukan pada 75-80% pasien. Penyakit
Addison sangat jarang ditemukan. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20
sampai 50 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada semua umur. Penyakit ini dapat
muncul pertama kali sebagai krisis addison dengan demam, nyeri abdomen,
kolaps hipotensi, serta pigmentasi kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi
ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi.
Area yang sering terkena dini adalah kulit bantalan kuku, jaringan parut dan
mukosa bukal. Sekitar 50% pasien dengan penyakit addison autoimun memiliki
antibodi tiroid yang positif dan feomena endokrin autoimun lainnya. Di negara
barat, penyakit autoimun merupakan penyebab sebagian besar insufisiensi
adrenal, walaupun di seluruh dunia tuberkulosis, yang menyebabkan infeksi dan
selanjutnya fibrosis kelenjar adrenal, tetapi merupakan diagnosis yang sering.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 apa yang dimaksud dengan penyakit addison?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi penyakit addison?
1.2.3 Apa saja etiologi dari penyakit addison
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari penyakit addison?
1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit addison?
1.2.6 Bagaimana komplikasi dan prognosis dari penyakit addison?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit addison?
1.2.8 Bagaimana pencegahan dari penyakit addison?
1.2.9 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit
addison?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi penyakit addison;
1.3.2 Untuk mengetahui definisi epidemiologi penyakit addison;
1.3.3 Untuk mengetahui definisi etiologi dari penyakit addison;
1.3.4 Untuk mengetahui definisi patofisiologi dari penyakit addison;
1.3.5 Untuk mengetahui definisi tanda dan gejala dari penyakit addison;
1.3.6 Untuk mengetahui definisi komplikasi dan prognosis dari penyakit
addison;
1.3.7 Untuk mengetahui definisi penatalaksanaan dari penyakit addison;
1.3.8 Untuk mengetahui definisi pencegahan dari penyakit addison
1.3.9 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penyakit addison?
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Penyakit Adison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal.
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari
kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pentingnya
bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal yaitu kortisol dan
aldosteron, (Liotta EA, 2010).
Penyakit adison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau
atrofik, biasanya autoimun atau tuberkulosa. Pada pasien dengan penyakit adison
akan memperlihatkan keterlibatan ketiga zona korteks sehingga terjadi defisiensi
semua korteks adrenal seperti kortisol, aldosteron dan androgen. Penyakit adison
biasanya terjadi akibat kurangnya kortisol, aldosteron dan androgen itu.
Penyakit addison (isufisiensi adrenal) adalah penurunan kadar
glukokortikoid yang bersirkulasi. Mineralokortokoid aldosteron juga dapat
berkurang . penyakit addison (isufisiensi adrenal) dapat disebabkan oleh disfungsi
kelenjar adrenal yang disebut disfungsi adrenal primer atau akibat disfungsi
hipofisis atau hipotalamus, (Corwin, 2009) .
2.2 Epidemiologi
Penyakit adison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000
orang, dua pertiga pasien adalah perempuan. Penyakit ini biasanya terjadi pada
usia antara 20-50 tahun (Price, 2006). Faktor etnis disebutkan tidak menjadi faktor
yang signifikan dalam terjadinya penyakit Adison.
Di Amerika Serikat kejadian penyakit Addison dilaporkan 5 atau 6 kasus
per juta penduduk per tahun, dengan prevalensi 60-110 kasus per juta penduduk.
Tingkat kematian untuk penyakit Addison adalah 1,4 kematian per juta kasus per
tahun. Sebuah studi Swedia melaporkan bahwa tingkat relatif dari kematian pada
pasien penyakit Addison adalah 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya. Keganasan, penyakit menular, dan kejadian kardiovaskular adalah
penyebab yang bertanggung jawab atas meningkatnya angka kematian menjadi
lebih tinggi. Risiko bervariasi dengan usia, anak-anak memiliki risiko tinggi
perkembangan dibandingkan dengan orang dewasa, dimana ekspresi ACAs
merupakan risiko 30% dari pengembangan menjadi penyakit Addison, (Liotta EA,
2010).
2.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit Addison adalah sebagai berikut:
1. Tuberkulosa adrenal dan penyebab destruktif lainnya
Hal ini terjadi karena infeksi hematogen di korteks dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi infeksi tuberkulosa sistemik (paru-paru, traktus
gastrointestinal atau ginjal).
2. Perdarahan adrenal bilateral
Perdarahan dapat menyebabkan insufisiensi adrenal akut. Pada orang
dewasa (kebanyakan > 50 tahun), terapi dengan anti koagulan yang ditujukan
untuk mengatasi penyakit utama bertanggung jawab terhadap sepertiga kasus
yang terjadi. Sebab-sebab lain pada orang dewasa adalah septikemia, kelainan-
kelainan koagulasi, trombosis vena adrenal, metastasis ke adrenal, taruma,
pembedahan di abdomen dan komplikasi-komplikasi akibat kehamilan dan
postpartum. Terjadi perdarahan pada medula dan korteks bagian dalam dan
nekrosis iskemik di bagian luar korteks, sehingga hanya tinggal sedikit sel-sel
kortikal suprakapsuler yang selamat
3. Sindroma penurunan daya tubuh akuisita (AIDS)
Adrenal adalah kelenjar yang paling sering terkena pada AIDS. Penyebab
insufisiensi adrenal lainnya pada AIDS termasuk lesi metastatik (sarkoma
Kaposi, limfoma) dan infeksi (tuberkulosa, infeksi dengan mikobakteria atipik,
mikosis). Ketokonazol, agen anti jamur seringkali digunakan pada pasien
AIDS, akan mengganggu dengan enzim sitokrom P450 pada beberapa organ,
termasuk adrenal dan gonad, dan berakibat penurunan steroidogenesis.
4. Metastastis adrenal
Sering terjadi metastasis ke adrenal yang berasal dari tumor paru,
payudara, gaster, melanoma dan dapat terjadi dengan banyak tumor lainnya,
(Anwar, 2005).
2.4 Patofisiologi
Penyakit addison dapat bermanifestasi sebagai defek pada sumbu
hipotalamus-hipofisis-adrenal. Insufisiensi adrenal primer (penyakit addison)
merupakan akaibat dari destruksi korteks adrenal. Zone glomerulosa, lapisan
terluar kelenjar adrenal menghasilkan aldosteron. Kortisol diproduksi di zona
fasikulata dan zona retikularis, bagian tengah dan dalam kelenjar adrenal.
Dehidroepiandrosteron diproduksi di zona retikularis. Karena mineralokortokoid
dan glukokortikoid menstimulasi reabsorbsi natrium, defisiensinya akan
menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan penurunan ekskresi kalium,
terutama pada urin selain itu juga pada keringat., saliva dan saluran
gastrointestinal. Terjadi konsentrasi natrium yang rendah dan kalium yang tinggi
dalam serum. Ketidakmampuan dalam menkonsentrasikan urin disertai gangguan
keseimbangan elektrolit menyebabkan dehidrasi berat, hipertonisitas plasma,
asidosis, penurunan volume sirkulasis, hipotensi dan akhirnya kolaps sirkulasi.
Bila isufiensi adrenal disebabkan oleh ACTH yang tidak adekuat, maka kadar
elektrolit biasnya normal atau sedikit berkurang. Defisiensi glukokortikoid
menimbulkan hipotensi dan menyebabkan sensifitas insulin berat, gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Tanpa adanya kortisol kekurangan
karbohidrat dibentuk dari protein akibatnya terjadi hipoglikemia dan penurunan
glikogen hati. Terjadi kelemahan karena gangguan fungsi neuromuskuler.
Ketahanan terhadap infeksi, trauma dan stress lainnya juga berkurang. Kelemahan
otot jantung dan dehidrasi menurunkan output jantung kemudian terjadi kegagalan
sirkulasi. Penurunan kortisol darah menyebabkan peningkatan produksi ACTH
hipofisis dan peningkatan β-lipotroppin darah, yang memiliki aktivasi stimulasi
melanosit bersama dengan ACTH, menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan
membran mukosa.
Gambaran klinis ditemukan setelah 99% korteks adrenal mengalami
kerusakan oleh peran autoimun, infeksi, neoplastik, traumatik, iatrogenik,
vaskuler dan metabolik. Dengan destruksi korteks adrenal, inhibisi umpan balik
hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior terganggu sehingga kortikotropin
disekresikan terus menerus. Kotrikotropin dan melanocytestimulating hormone
(MSH) merupakan komponen hormon progenitor yang sama. Ketika kortikotropin
hilang dari prohormon, MSH dilepaskan menyebabkan hiperpigmentasi khas
kecoklatan. Hiperpigmentasi ini biasnya ditemukan pada insufisiensi adrenal
primer atau penyakit addison yang berhubungan dengan peningkatan
kortikotropin dan MSH, (Sanjaya, 2008).
2.5 Tanda dan Gejala
Gejala dari penyakit addison tidak spesifik. Gejala yang muncul biasanya
1. kelelahan
2. kelemahan badan
Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan
elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan protein Di samping
itu, akibat metabolisme protein, terutama pada sel-sel otot menyebabkan
otot-otot bergaris atropi sehingga menyebabkan bicara melemah.
3. anoreksia
4. nausea
5. nyeri abdomen
6. gastroenteritis
7. diare
8. labilitas mood disebabkan karena kadar kortisol dapat mempengaruhi
mood dan emosi
Pada orang dewasa dengan penyakit addison dapat dijumpai penurunan berat
badan 1-15 kg. Nausea, Vomitus, dan nyeri abdomen difus dijumpai sekitar 90%
dari pasien dan biasanya merupakan inpending dari krisis addison. Diare kurang
umum dari pada nausea, vomitus dan nyeri abdomen dan terjadi pada sekitar 20%
pasien. Jika dijumpai diare, biasanya akan disertai dengan komplikasi dehidrasi
dan harus segera dihidrasikan.
Gangguan mood termasuk depresi, iritabilitas, dan konsentrasi menurun.
Diagnosis mungkin tertunda karena depresi komorbid atau penyakit kejiwaan
lainnya. Terdapat pula temuan fisik termasuk hiperpigmentasi pada kulit dan
membran mukosa, berkurangnya rambut pubis dan aksila pada wanita, vitiligo,
dehidrasi, dan hipotensi. Membran mukosa oral hiperpigmentasi merupakan
patognomonik untuk penyakit ini (Liotta AE, 2010).
Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin
pada kulit dan mukosa. Pigmentasi juga dapat terjadi pada penderita yang
menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensi adrenal
dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hormon
adrenokortikotropik ini mempunyai MSH-like effect. Pada penyakit Addison
terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon adrenokortikotropik.
Hiperpigmentasi pada kulit dianggap sebagai ciri khas penyakit Addison dan
dijumpai dalam 95% pasien dengan insufisiensi adrenal kronis primer.
Peningkatan pigmentasi ini akan menonjol di daerah kulit seperti lipatan kulit.
Hiperpigmentasi ini juga menonjol pada puting, aksila, perineum sehingga
kemungkinan wanita akan kehilangan androgen yang menstimulus pertumbuhan
rambut, seperti rambut pubis dan aksila, karena androgen diproduksi di korteks
adrenal. Pada laki-laki tidak akan kehilangan rambut karena androgen pada laki-
laki diproduksi terutama di testis (Liotta EA, 2010).
2.5 Komplikasi dan Prognosis
2.5.1 Komplikasi
1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemiae
5. Sepsis
6. Ca. Paru
7. Diabetes melitus
2.5.2 Prognosis
Sebelum terapi glukokortikoid dan mineralokortikoid dilakukan,
insufisiensi adrenokortikal primer akan fatal yang akan menyebabkan dengan
kematian biasanya terjadi dalam 2 tahun setelah onset. Mereka yang bertahan
hidup sekarang tergantung pada penyebab insufisiensi adrenal. Pada pasien yang
memiliki penyakit autoimun, kelangsungan hidupnya dapat mencapai normal ,
dan sebagian besar pasien dapat hidup secara normal. Secara umum, kematian dari
insufisiensi adrenal terjadi hanya pada pasien yang didiagnosa menderita penyakit
isufisiensi adrenal namun tidak segera dilakukan pengobatan (Alfin dkk, 2011).
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan insufisiensi adrenal meliputi pergantian, substitusi hormon yang
tidak diproduksi lagi oleh kelenjar adrenal. Kortisol digantikan dengan
glukocorticoid sintetik seperti hidrocortisone, prednisone atau dexamethasone oral
1-3 kali sehari, tergantung dari pengobatan yang dipilih. Jika hormon aldostero
juga kurang, maka diganti dengan mineraalokortikoid oral yang dikenal dengan
fludrocortisone acetate (Florinef) yang dikonsumsi 1 atau 2 kali sehari. Pasien
yang menderita penyakit addison dapat dilakukan terapi pengganti aldosteron
untuk menigkatkan asupan garam, karena pasien dengan insufisiensi adrenal
umumnya mempertahankan produksi aldosteron.
Selama krisis addison, tekanan darah rendah, kadar glukosa rendah dan
tinggi kadar kalium dapat mengancam kehidupan. Standar terapi melibatkan
pemberian glukocorticoid intravena dan sejumlah besar cairan dextrose intravena.
Pengobatan ini umumnya memberikan pemulihan yang cepat bagi pasien. ketika
pasien diberikan terapi cairan dan obat-obatan oral, jumlah glukokorticoid akan
menurun sampai dosis pemeliharaan tercapai. Jika kadar aldosteron menurun,
terapi pemeliharaan juga dengan pemberian fludrocortisone acetate oral.
Kortisol merupakan hormon untuk mengatur keadaan-keadaan yang
menyebabkan stress pada tubuh, pasien dengan insufisiensi adrenal yang
membutuhkan pembedahan dengan anastesi umum harus ditangani dengan
glukocorticoid intravena dan saline. Pengobatan intravena dimulai sebelum
pembedahan dan dilanjutkan hingga pasien sadar penuh setelah pembedahan dan
setelah mampu mengkonsumsi obat oral, (Alfin dkk, 2011).
2.7 Pencegahan
2.8 Pemeriksaan penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang dan hasil yang didapatkan pada
pasien dengan penyakit addison:
1. Pemerisaan laboratorium
a. Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatremia)
b. Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
c. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
d. Penurunan kadar kortisol serum
e. Kadar kortisol plasma rendah
2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi
diadrenal
3. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive
hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur,
penyakit infiltratif malignan dan non malignan, dan haemoragik adrenal
4. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, Said. dkk. 2011. Penyakit Addison. http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CE4QF
jAE&url=http%3A%2F%2Falfinzone.files.wordpress.com
%2F2011%2F08%2Faddison-
disease.pdf&ei=I4hWUvKvAcvrrQer34HIDQ&usg=AFQjCNHTOkp
nyigmP9g3GUKvWiSiTw6JVQ&bvm=bv.53899372,d.bmk {serial
online, 9 oktober 2013}
Anwar, Ruswana. 2005. Kelainan-kelainan Adrenokortikal.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA
&url=http%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2010%2F05%2Fkelainan_kelaian_adrenokortikal.pdf&ei=bIVWUpiy
LsvQrQe-
xIDABg&usg=AFQjCNFdHPHGBpRPLbIGb7k0iFMLAj9e5Q&bvm=bv.
53899372,d.bmk {serial online, 9 oktober 2013}
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC
Liotta EA. dkk.2010. Addison Disease. Medscape reference drug, disease &
procedure.http://emedicine.medscape.com/article/1096911overview#show
all. {serial online, 9 oktober 2013}
Price, Sylvia A.,& Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit.Edisi 6. Jakarta: EGC
Sanjaya, Ayling. ____. Addison’s Disease.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CE4QF
jAE&url=http%3A%2F%2Felib.fk.uwks.ac.id%2Fasset%2Farchieve
%2Fjurnal
%2FVol.1.No.1.Edisi.Juli.2012%2FADDISONS_DISEASE-
AYLING_SANJAYA.pdf&ei=CXVWUtrdNIWYrAfo2YG4BQ&usg=
AFQjCNH3e8iHjrsRbpJhTZlg3kzLEUnwsQ&bvm=bv.53899372,d.b
mk {serial online, 9 oktober 2013}