A.docx
-
Upload
rosyid-ahmad -
Category
Documents
-
view
11 -
download
2
description
Transcript of A.docx
A. LATAR BELAKANG
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam
kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun
2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1, 15 milyar kasus di
tahun 2025. prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini ( Riqwana Miruddin, 2006).
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indeonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun pelaksanaan pengobatan
jangkauanya masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 samppai dengan 15 % tetapi angka-angka
ekstrim rendah seperti di Ungaran, jawa tengah 1,8% ; Lembah Balim Pegunungan Jaya
Wijaya, Irian Jaya 0, 6 % ; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata disini, dua angka yang
dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukan
angka yang tinggi.Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif
sangat rendah.
Survei penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, 2007
menemukan prevalensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3 %
(81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi daripada pria (P=0,005). Dari kasus tadi
ternyata 68,4 % termasuk hipertensi ringan ( diastolik 95/104 mmHg), 28,1 % hipertensi
sedang (diastolik 105/129 mmHg) dan hanya 3,5 % dengan hipertensi berat (diastolik sama
atau lebih besar dengan 130 mmHg).
Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1 % suatu persentase yang
rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3 %), jadi merupakan faktor
resiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai.
Oleh karena itu, negara indonesia yang membangun di segala bidang perlu memperhatikan
tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskular,
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk
proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program
pencegahan terarah. Tujuan program penanggulangan penaykit kardiovaskuler adalah
mencegah peningkatan jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat
dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokko,
stres dan lain-lain.
Hipertensi yang akan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab
penyakit kardivaskular di derita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih kurang
10-30 persen penduduk di hampir semua negara mengalami hipertensi (Elokdyah, 2007).
Hipertensi ini disebut sebagai ”pembunuh diam-diam” karena umumnya tidak
merasakan tekanan darah tinggi selama seseorang ke organ-organ yang bersangkutan.
Menurut Dr Hisyam Aptamimi ahli jantung dan pembuluh darah pada RSU Kraton
pekalongan menyatakan Hipertensi atau penyakit darah tinggo merupakan penyebab terbesar
dari penyakit jantung. ” bahkan, 75% penderita hipertensi akan berujung pada penyakit
jantung dan baru tersadari pada lanjut usia, ketika jantung telah ’lelah’ bekerja untuk
memompa darah dengan tekanan yang berat (Siwono, 2003).
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas
normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90% kasus
hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan hipertensi esensial
biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun (Elokdyah, 2007).
Pada tahun 1995 Survei Kesehatan Rumah Tangga menunujukkan prevalensi hipertensi
di Inidonesia sudah mencapai 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Wanita lebih banyak yang
terkena ketimbang pria.
Survei yang sama sebelumnya tahun 1986, hipertensi disebutkan sebagai peneyebab
utama kematian pada penderita janutng korner di Indonesia. Jumlah kasusnya 42.8 per
1.00.000 kematia. Hipertensi yang sudah mencapai tahap lanjut, artinya sudah terjadi
bertahun-tahun, bisa dirasakan gejalanya. Biasanya muncu; sakit kepala, napas pendek,
pandangan mata kabur dan gangguan tidur (Senio, 2005).
Tekanan darah sering meningkat terutama orang yang melakuka aktivitas berat seperti
olahraga dan stres. Peningkatan tekanan dan percepatan sirkulasi ini normal karena aktivitas
dan emosi ekstrak serta oksigen yang cukup untuk disalurkan ke pembuluh darah.
Menurut Dr Sunarya Soeriatna SpJP dari RS jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita, Jakarta, Hipertensi, panyakit jantung dan diabetes sangat erat kaitannya satu dengan
yang lainnya. Di negara ini, katanya ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita
hipertensi maupun diabetes melitus. ”Diabetes melitus menjadi epidemi di seluruh dunia ,
terutama Asia. Dalam kurun waktu 10 tahun (200-2010) diperkirakan insiden diabetes
meningkat 57 persen. Dengan menekan resiko timbulnya diabetes melitua pada hipertensi,
maka jumlah penyakit kardiovaskuler dapat di tekan (wed, 2004).
WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak masyarakat tak
menaruh perhatian terhadap penaykit yang kadang dianggap sepele oleh mereka, tanpa
meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dari berbagai kelainan yang lebih fatal
misalnya kelainan pembuluh darah, jantung (kardiovaskuler) dan gangguan ginjal, bahkan
pecahnya pembuluh darah kapiler di otak atau yang lebih disebut dengan nama stroke
(Nissonline, 2007).
Berdasarkan yang saya lihat selama ini dirumah sakit ataupun di masyarkat penyakit
hipertensi saat ini sudah semakin banyak terkadi dari itu saya mengambil kesimpulan karena
saya berminat untuk memperdalam dan meneliti Gambaran pengetahuan pasien mengenai
Hipertensi pada lansia.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka di dapat perumusan masalah sebagai berikut
untuk megetahui Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia di RSUD
Dr Djoelham Binjai.
C. TUJUAN PENELITAN
Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia di
RSU Dr.Djoelham Binjai
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang Gambaran pengetahuan pasien
mengenai Hipertensi pada lansia agar dapat menjadi bahan masukan bagi praktek kesehatan
2. Sebagai refrensi perepustakaan sekaolah tinggi ilmu kesehatan Deli Husada Delitua
dan merupakan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang
Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia agar lebih dipahami.
3. Hasil penelitian ini merupakan sumber data bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia supaya
menjadi lebih dikembangkan atau dipahami.
4. Untuk pelayanan kesehatan agar dapat menambah wawasan dan bahan masukan
khususnya bagi perawat ada di rumah sakit, agar dapat lebih memahami tentang Gambaran
pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Disini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pasca indera manusia,yakni indera penglihatan,pendengaraan,penciuman,rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau
kongnitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
(Notoatmojo,2003).
B. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom 1956, dikutip dari Notoatmojo, 2003 bahwa pengetahuan tercakup
dalam dominan kongnitif yang mempunyai tingkatan yaitu :
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam keadaan pengetahuan tingkat ini adalah meningat kembali
(recall.) sesuatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.Oleh sebab itu tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (compherehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang dapat diketahui dan dapat diinterpretasikan
materi tersebut itu secara benar. Orang yang telah paham terhadap oleh objek atau materi
harus dapat menjelaska, menyebutkan contoh, menyimpulkan,meramalkan,dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum ,rumus-rumus, prinsip dan sebagainya atau situasi
yang lain.
4. Aplikasi (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetepi masih didalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis) menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.Dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi-formasi baru dari formulasi yang ada
6. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
C. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas
normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90% kasus
hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan hipertensi esensial
biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun. Hipertensi benigna bersifat progresif lambat,
sedangkan hipertensi maligna adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang
bertambah berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai
organ (elokdyah, 2007).
1. Kerusakan organ target
a. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung.
b. Otak ; stroke
c. Penyakit ginjal kronik
d. Penyakit artei perifer
e. Retinopati
2. klasifikasi tekanan darah
menurut The Seventh Report of The Joint National Comitte on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.
Klasifikasi TD TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal
Pra Hipertensi
Hipertensi 1
Hipertensi 2 <120
120-139
140-159
≥160 <80
80-89
90-99
≥100
3. Faktor Resiko
a. Diet dan asupan garam
b. Stres
c. Ras
d. Obesitas
e. Merokok
f. Genetik
g. Sistem saraf simpatis
h. Keseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi
i. Pengaruh sitem RAA
4. Patogenesis Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor. Diantaranya ;
a. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan
peningkatan volume cairan meyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah
meningkat.
b. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan
penurunan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan
meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
c. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang
berlebih serta produksi berlebih renin agiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih
mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat dapat meningkatkan tekanan darah.
Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renis angiotensin yang berlebih mengakibatkan
kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.
d. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membaran sel sehinggaa
terjadi kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan
darah.
e. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas terjadi
hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi
struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah
f. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil
dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Elokdyah, 2007).
5. Terapi non farmakologis
a. Menghentikan merokok
b. Menurunkan komsumsi alkohol berlebih
c. Latihan fisik
d. Menurunkan asupan garam
e. Meningkatkan komsumsi buah dan sayur
f. Menurunkan aspek lemak (Elokdyah, 2007)
6. Etiologi
a. Esensial (95%): 10-15% pada orang dewasa kulit putih 20-30 % pada orang dewasa
kulit hitam ; onset 25-55 tahun ; riwayat dalam keluarga.
b. Renal (40%) renovasikular (2%) ; stenosis arteri renalis dari aterosklerosis atau
c. Isplasia fibromuskular parenkimal (2%) ; insufisiensi fungsi ginjal-retensi NA
d. Endokrin (0,5%). Feokromositoma (0,2%), hiperaldosteronisme primer (0,1%),
sindrom cusing (0,2%)
e. Koartasio aorta (0,2%)
f. Penggunaan esterogen (5%) pada wanita dengan pil kontrasepsi oral karena
meningkatnya substansi substrat renin di dalam hepar)
7. Langkah penanganan standar
a. Tujuan :
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi
2. Menilai Kerusakan organ target
3. Mengidentifikasikan faktor-faktor resiko kardiovaskular atau penyakit yang lain akan
memodifikasi terapi
8. Pemeriksaan fisik
a. ≥2 pengukuran tekanan darah secara terpisah > 2menit ; perifikasi pada kontra
latralnya, funduskopi,jantung (LVH, murmur) vasikuler perifer, abdomen (masa atau burit),
neurologik
b. Uji laboratorium ; elektrolit BUN, kreatinin, darah perifer lengkap, urinalisis, profil
lipid, EKG, (cari LVH) foto rontgen toraks
c. Pertimbagan pada pasien yang berusia < 20 tahun atau > 50 tahun, onset mendadak,
hipertensi yang memburuk, berat atau menetap atau mengarah kegangguan pada jantung dan
paru
d. Penyakit reonvasikular petunjuk klinis ; lebih tua, riwayat penyakit aterosklerosis,
burit arteri renalis, gagal ginjal dengan akut ACEI, K yang spontan
• Langkah penanganan penyebab-penyebab sekunder
1. Pertimbangan pada pasien yang berusia <20 tahun atau > 50 tahun, onset mendadak,
hipertensi yang memburuk, berat atau menetap, atau mengarah kegangguan pada jantung dan
paru.
2. penyakit renovasikuler petunjuk klinis ; lebih tua, riwayat aterosklerosis, burit arteri
renalis, gagal ginjal dengan akut ACEI, K yang spontan.
Stenosis arteri renalis (RAS) unilateral (70%) normovolemik dan kreatinin normal ;
RAS bilateral (30%) hipervolemik, kreatinin meningkat (Liza, 2008).
9. Pemeriksaan Diagnostik
Seken renal kaptopril ; sensitifitas 90%,spesifitas 90 %, RAS bilateral mungkin tak
terdeteksi USG dupleks : sangat bergantung pada keterampilan operator MRA ; sensitifitas
90%, spesifitas 90% dari penilaian beratnya stenosis bila berlebihan renin vena renalis +
capptropil (terpengaruh/tak terpengaruh>1,5/1) sensitifitas > 80 %, spesifitas 60 %
Angiografi standar paling baik
1) Penyakit parenkim ginjal : BUN, kreatinin, bersihkan kreatinin
2) Etiologi endokrin-lihat gangguan adrenal
3) Kortasio aorta
Petunjuk klinis ; denyut ekstremitas inferior menurun, murmur sistolik posterior,
perlambatan radioformal, LVH, takik tualang iga pada foto rontgen toraks pemeriksaan
diagnostik : ekokardiogram, aortagram (Liza, 2008)
10. Penatalaksanaan
a. Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain terhadap
kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologik.
b. Modifikasi pola hidup ; penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal,
olahraga 20 menit sehari, tidak merokok atau minum alkohol, asupan natrium ≤3g/hari
c. Pilihan obat : pilihan obat amat banyak dan bervariasi, berikut ini adalah anjuran :
Hipertensi tanpa komplikasi ; diuretik atau peyekat β
+ diabetes melitus ACEI
+PJK ; Penyekat β
+gagal jantung : ACEI, diuretik
d. Penyebab sekunder
Renovasikular; angioplasti ± stenting, bedah
Parenkim ginjal ; pembatasan garam dan cairan, ± diuretik
Etiologi endokrin – gangguan adrenal
11. Komplikasi
a) Neurologik ; TIA/CVA, ruptur aneurisma
b) Retinopati : I = penyempitan arteriolar, II = pembentukan cooper wiring, AV
ancking, III = perdarahan dan eksudat IV ; papil edema
c) Jantung ; PJKLVH, gagal jantung kongestif
d) Vaskular ; diseksi aorta, anurisme aorta
e) Ginjal ; proteinuria, gagal ginjal
D. Pengertian Lansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Dan proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi, 2000).
1. Batasan-batasan Lansia
Menurut WHO, lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI) lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi 4 bagian:
a. fase iuventus, yaitu antara 25 dan 40 tahun.
b. fase verilitas, yaitu antara 40 sampai 50 tahun.
c. fase prasenium, yaitu antara 55 sampai 65 tahun.
d. fase senium, yaitu antara 65 sampai tutup usia.
2. Teori-teori Proses Menua
1. Teori genetik dan mutasi. Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2. ”pemakaian dan rusak”. Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai).
3. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori akumulasi dari
produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan
syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan gangguan pada fungsi sel itu sendiri.
4. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
5. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
6. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat akan
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh adalah tambahan
kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadilah kelainan autoimu.
7. Teori “immunologi slow virus”. Sistem immun menjadi efektif dengan betambahnya
usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
8. Teori stress. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
9. Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
10. Teori rantai silang. Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,
kekacauan dan hilangnya fungsi
3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia.
a. Perubahan Fisik.
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnnya menurunnya proporsi di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
2. Sistem Persyarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (pada setiap orang berkurang sel syaraf otaknya setiap
hari).
b. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
d. Mengecilnya syaraf panca indera.
e. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan
perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stress.
4. Sistem Penglihatan.
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias
menyebabakan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistansi dari pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg dan diastolic normal kurang lebih 90
mmHg.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh.
a. Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhi. Yang sering ditemui, antara lain:
b. Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik + 35 oC ini akibat
metabolisme yang menurun.
c. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
f. CO2 pada arteri tidak berganti.
g. Kemampuan untuk batuk berkurang.
h. Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
b. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atropi
indera pengecap (+80%), hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa
manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap.
c. Esophagus melebar.
d. Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
g. Liver (hati); makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
9. Sistem reproduksi.
a. Atropi payudara.
b. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
c. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (dengan kondisi kesehatan
baik), yaitu: Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual
secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual dan tidak perlu cemas karena
merupakan perubahan alami.
d. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
10. Sistem Genitourinaria.
a. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan(unit) terkecil dari ginjal yang disebut
nefron(tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya
kemampuan mengkonsentrasikan urin.
b. Vesika urinaria (kandung kemih). Otot mejadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekuensi urine meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine.
c. Pembesaran prostate +75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
d. Atropi vulva.
e. Vagina orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga
membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti;
frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap setiap tahun tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
11. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran gas.
d. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen dan
testosteron.
12. Sistem integumen.
Pada lansia kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak, dan permukaan
kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran dan
bentuk-bentuk sel epidermis. Mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi
serum menurun dan gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut pada lansia akan
menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya
elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambat,
kuku jari menjadi keras dan rapuh serta kuku menjadi pudar dan tidak bercahaya.
13. Sistem Muskuluskeletal.
Pada lansia tulang akan kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, terjadi kifosis,
pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi
pendek (tinggi menjadi berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami skelerosis. Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil)
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor (Wahjudi,
2000).
b. Perubahan Psikologik
Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap
mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah
atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Stereotif psikologik lansia biasanya sesuai
dengan pembawaannya pada waktu muda. Beberapa sifat stereotif yang dikenal adalah
sebagai berikut:
Tipe konstruktif. Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi tinggi, humoristic, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat
ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami
masa pension dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.
Tipe ketergantungan. Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi
selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak
praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pension, malahan biasanya
banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur.
Tipe defensive. Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/ jabatan tidak stabil,
bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tidak dapat dikontrol, memgang teguh
pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif.
Tipe bermusuhan. Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya,
selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil.
Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang
muda.
Tipe membenci/ menyalahkan diri sendiri. Orang ini bersifat kritis dan menyalahkan
diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Namun
dapat menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa
sudah cukup mempunyai apa yang ada (Boedhi, 2006).
Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas tingkat ketergantungan
atau kemandirian mereka. Dalam kaitan ini penduduk lansia dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu (i) kelompok lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang sudah
tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka; (ii) kelompok lansia yang
produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak
tergantung pada pihak lain; (iii) kelompok lansia yang miskin (destitute), yaitu termasuk
mereka yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan
atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan kehidupannya
(Wirakartakusumah, 1994).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran pengetahuan
pasien mengenai Hipertensi pada lansia di RSUD Dr Djoelham Binjai.
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap diatas batas
normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90 %
kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial), masalah hipertensi
esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun.
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya
maka ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :
B. Defenisi Konseptual
B. Defenisi Konseptual
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Disini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2003).
2. Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap diatas batas
normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg (Noer Sjaifoellah,
1996).
3. Lansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Wahjudi, 2000).
C. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil berpikir dari otak manusia.
2. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi.
3. Lansia
Lansia adalah bertambahnya usia yang semakin lama semakin tua, yang menyababkan
penurunan fungsi tubuh.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia di RSUD Dr Djoelham
Binjai.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, Populasi yang
diambil dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang di rawat di RSUD Dr Djoelham
binjai.
2. Sampel
Tehnik pengambilan sample yang digunakan pada penelitian ini adalah quota sampling
yaitu sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang di rawat di
RSUD Dr Djoelham binjai. Tahun 2009 yang berjumlah 30 orang (Notoadmojo, 2005).
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lansia yang rawat inap
2. Dapat berbahasa Indonesia.
3. Dapat membaca dan menulis.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr Djoelham binjai selama bulan 12 Pebruari
2009 sampai dengan 16 Pebruari 2009.
D. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan rekomendasi dari program studi ilmu
keperawatan Deli Husada Delitua dan permintaan izin kepada Direktur RSUD Dr Djoelham
binjai. Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus
diperhatikan yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari rasa
sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis.
Pada pelaksanaan penelitian, calon responden diberikan penjelasan tentang informasi
esensial dari penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam
penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini.
Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani
lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap
menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh
responden. Lembar tersebut hanya akan diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi
yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner, kuisoner ini terdiri dari
: kuisoner data demografi, kuisoner Hipertensi.
Kuesioner tentang data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, penyakit yang sedang diderita bayi dan berapa lama
menderita penyakit tersebut. Kuesioner tentang faktor-faktor berhubungan dengan kejadian
Hipertensi pada lansia yang terdiri dari 30 pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup yang
ber sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal menyilang jawaban yang paling
sesuai dengan diri anda. Kuisioner terdiri dari 10 pertanyaan untuk setiap jawaban yang
dianggap jawaban yang tegas dengan memberi checklist.
E. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, dapat diperbaiki dengan memeriksa dan
dilakukan pendataan ulang.
b. Coding
Coding adalah hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode dengan petunjuk
c. Tabulating
Tabulating adalah untuk mempermudah analisa data dimasukkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi
F. Analisis Data
Analisa data dilkukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai
dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan
bahwa semua jawaban telah di isi, kemudian data yang sesuai di beri kode (coding) untuk
memudahkan tabulasi dan analisa data
G. Pelaksanaan Penelitian
Setelah peneliti mendapat surat rekomendasi dari pendidikan, peneliti membawa surat
rekomendasi ke puskesmas delitua. Setelah mendapat izin dari RSUD Dr Djoelham binjai,
peneliti diberi persetujuan pengambilan data di RSUD Dr Djoelham binjai tersebut Tahun
2009.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan pasien mengenai
hipertensi pada lansia di RSUD Dr. Djoelham Binjai pada bulan januari sampai pebruari
Tahun 2009 dengan jumlah yang diteliti adalah sebanyak 30 0rang lansia dan hasilnya
disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
1. Karakteristik Responden
a. Kelompok Umur
Tabel 5. 1
Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan umur di RSUD Dr.
Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Umur (Tahun) Jumlah Persentase %
60-70 17 56,7 %
80-90 13 43,4 %
Total 30 100 %
Berdasarkan tabel 5.1 diatas responden paling banyak dijumpai umur lansia 60-70
tahun yaitu 17 orang (56,7%).
b. Jenis kelamin
Tabel 5. 2
Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan jenis kelamin di RSUD Dr.
Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Umur (Tahun) Jumlah Persentase %
Laki-laki 16 53,3 %
Perempuan 14 46,7 %
Total 30 100 %
Berdasarkan tabel 5.2 diatas responden paling banyak dijumpai jenis kelaminnya laki-
laki yaitu 16 orang (53,3%).
3. Suku
Tabel 5.3
Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan suku di RSUD Dr. Djoelham
binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Suku Jumlah Persentase %
Batak 13 43,3 %
Jawa 8 26,7 %
Melayu 5 16,7 %
Minang 4 13,3 %
Total 30 100 %
Berdasarkan tabel 5. 3 diatas responden paling banyak dijumpai suku batak yaitu 13
orang (43,3%).
4. Agama
Tabel 5.4
Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan Agama di RSUD Dr.
Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Agama Jumlah Persentase %
Islam 15 50 %
Kristen 12 43,3 %
Buddha 2 6,7 %
Hindu - 0 %
Total 30 100 %
Berdasarkan tabel 5. 4 diatas responden paling banyak dijumpai agama Islam yaitu 15
orang (50%).
5. Pendidikan
Tabel 5. 4
Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr.
Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Pendidikan Jumlah Persentase %
Tidak sekolah - -
SD 8 26,7 %
SMP 10 33,3 %
SMU 9 30 %
Diploma 3 10 %
Sarjana - -
Total 30 100 %
Berdasarkan tabel 5. 4 diatas responden paling banyak dijumpai pada pendidikan SMP
yaitu 10 orang (33,3%).
6. Pekerjaan
Tabel 5. 5
Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan umur di RSUD Dr. Djoelham
binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Pekerjaan Jumlah Persentase %
Petani 11 36,7 %
wiraswata 13 43,4 %
PNS 6 20 %
Total 30 100 %
Berdasarkan tabel 5. 5 diatas responden paling banyak dijumpai pada pekerjaan
wiraswasta yaitu 13 orang (43,3 %).
7. Penghasilan
Tabel 5.6
Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan Penghasilan di RSUD Dr.
Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009
Penghasilan Jumlah Persentase
< Rp. 300.000 3 10 %
Rp. 300.000 – Rp. 600.000 21 70%
Rp. 600.000 – Rp. 900.000 3 10%
Rp. 900.000 – Rp.1.000.000 0 0%
> Rp. 1.000.000 3 10%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 5. 6 diatas responden paling banyak dijumpai pada penghasilan
keluarga sebanyak Rp. 300.000 – Rp. 600.000 yaitu 20 orang (70 %), bahkan penghasilan
keluarga ada juga sebanyak Rp. 300.000 sebanyak 5 orang (10%) dari rata-rata. Hal ini
bararti pengahasilan keluarga masih sangat rendah.
8. Gambaran Pengetahuan responden mengenai Hipertensi
Tabel 5. 7
Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan pengetahuan di RSUD Dr.
Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009
pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 17 56,7%
Sedang 10 33,3%
Buruk 3 10%
Total 30 100%
Dari tabel 5.7 yang diperoleh diatas dapat dilihat bahwa gambaran pengetahuan
responden lebih banyak pada kategori baik yaitu 17 orang (56,7%).
B Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa Gambaran Pengetahuan responden
mengenai Hipertensi di RSUD Dr. Djoelham Binjai dari data yang diperoleh dari 30
responden rata-rata sebanyak 17 orang (56,7%). Namun hal ini masih banyak dari antara
mereka memahami pengetahuan mengenai hipertensi.
Menurut peneliti, mereka hanya menyerahkan sepenuhnya proses kejadian hipertensi
melalui pengobatan dan perawatan dari dokter dan perawat. Perawat yang sering berinteraksi
dengan memilki tanggung jawab penuh dalam hal proses penyampaian informasi mengenai
kejadian serta perawat harus berperan aktif dalam pelaksanaannya bagi pasien dalam
membantu mempercepat proses kejadian hipertensi. Pada saat peneliti membagikan kuisoner,
responden juga tidak terlihat bingung dan tahu, serta mengerti mengenai kejadian hipertensi
tetapi peneliti memberikan penjelasan sebelum responden menjawab kuisoner.
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mayoritas responden pada umur 60-70 tahun sebanyak 17 orang (56,7%).
2. Mayoritas responden pada laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%)
3. Mayoritas responden pada suku batak sebanyak 13 orang (43,3%)
4. Mayoritas responden pada Agama Islam sebanyak 15 orang (50%)
5. Mayoritas responden pada Pendidikan SMP sebanyak 10 orang (33,3%)
6. Mayoritas responden pada Pekerjaan Wiraswasta sebanyak 13 orang (33,3%)
7. Mayoritas responden pada Pengahasilan Rp. 300.000 – Rp. 600.000, sebanyak 21
orang (70%)
B Saran
1. Bagi petugas kesehatan agar kiranya melakukan penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan bagi penerus-penerus yang akan datang.
2. Perlu kiranya ada dorongan yang dapat mencegah kejadian hipertensi, hal ini petugas
kesehatan harus berperan aktif.
3. Bagi lansia kiranya menjaga komsumsi makanan sehari-hari sehingga tidak
menimbulkan Hipertensi yang akan menganggu kesehatan.