A.docx

36
A. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1, 15 milyar kasus di tahun 2025. prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini ( Riqwana Miruddin, 2006). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indeonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun pelaksanaan pengobatan jangkauanya masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 samppai dengan 15 % tetapi angka- angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, jawa tengah 1,8% ; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0, 6 % ; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata disini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukan angka yang tinggi.Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah.

description

bahasa sansakerta

Transcript of A.docx

A. LATAR BELAKANG

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam

kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun

2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1, 15 milyar kasus di

tahun 2025. prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan

penduduk saat ini ( Riqwana Miruddin, 2006).

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indeonesia telah banyak dikumpulkan dan

menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun pelaksanaan pengobatan

jangkauanya masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai

keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 samppai dengan 15 % tetapi angka-angka

ekstrim rendah seperti di Ungaran, jawa tengah 1,8% ; Lembah Balim Pegunungan Jaya

Wijaya, Irian Jaya 0, 6 % ; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata disini, dua angka yang

dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukan

angka yang tinggi.Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif

sangat rendah.

Survei penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, 2007

menemukan prevalensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3 %

(81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).

Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi daripada pria (P=0,005). Dari kasus tadi

ternyata 68,4 % termasuk hipertensi ringan ( diastolik 95/104 mmHg), 28,1 % hipertensi

sedang (diastolik 105/129 mmHg) dan hanya 3,5 % dengan hipertensi berat (diastolik sama

atau lebih besar dengan 130 mmHg).

Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1 % suatu persentase yang

rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3 %), jadi merupakan faktor

resiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai.

Oleh karena itu, negara indonesia yang membangun di segala bidang perlu memperhatikan

tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskular,

penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk

proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program

pencegahan terarah. Tujuan program penanggulangan penaykit kardiovaskuler adalah

mencegah peningkatan jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat

dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokko,

stres dan lain-lain.

Hipertensi yang akan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab

penyakit kardivaskular di derita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih kurang

10-30 persen penduduk di hampir semua negara mengalami hipertensi (Elokdyah, 2007).

Hipertensi ini disebut sebagai ”pembunuh diam-diam” karena umumnya tidak

merasakan tekanan darah tinggi selama seseorang ke organ-organ yang bersangkutan.

Menurut Dr Hisyam Aptamimi ahli jantung dan pembuluh darah pada RSU Kraton

pekalongan menyatakan Hipertensi atau penyakit darah tinggo merupakan penyebab terbesar

dari penyakit jantung. ” bahkan, 75% penderita hipertensi akan berujung pada penyakit

jantung dan baru tersadari pada lanjut usia, ketika jantung telah ’lelah’ bekerja untuk

memompa darah dengan tekanan yang berat (Siwono, 2003).

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas

normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90% kasus

hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan hipertensi esensial

biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun (Elokdyah, 2007).

Pada tahun 1995 Survei Kesehatan Rumah Tangga menunujukkan prevalensi hipertensi

di Inidonesia sudah mencapai 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Wanita lebih banyak yang

terkena ketimbang pria.

Survei yang sama sebelumnya tahun 1986, hipertensi disebutkan sebagai peneyebab

utama kematian pada penderita janutng korner di Indonesia. Jumlah kasusnya 42.8 per

1.00.000 kematia. Hipertensi yang sudah mencapai tahap lanjut, artinya sudah terjadi

bertahun-tahun, bisa dirasakan gejalanya. Biasanya muncu; sakit kepala, napas pendek,

pandangan mata kabur dan gangguan tidur (Senio, 2005).

Tekanan darah sering meningkat terutama orang yang melakuka aktivitas berat seperti

olahraga dan stres. Peningkatan tekanan dan percepatan sirkulasi ini normal karena aktivitas

dan emosi ekstrak serta oksigen yang cukup untuk disalurkan ke pembuluh darah.

Menurut Dr Sunarya Soeriatna SpJP dari RS jantung dan Pembuluh Darah Harapan

Kita, Jakarta, Hipertensi, panyakit jantung dan diabetes sangat erat kaitannya satu dengan

yang lainnya. Di negara ini, katanya ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita

hipertensi maupun diabetes melitus. ”Diabetes melitus menjadi epidemi di seluruh dunia ,

terutama Asia. Dalam kurun waktu 10 tahun (200-2010) diperkirakan insiden diabetes

meningkat 57 persen. Dengan menekan resiko timbulnya diabetes melitua pada hipertensi,

maka jumlah penyakit kardiovaskuler dapat di tekan (wed, 2004).

WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak masyarakat tak

menaruh perhatian terhadap penaykit yang kadang dianggap sepele oleh mereka, tanpa

meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dari berbagai kelainan yang lebih fatal

misalnya kelainan pembuluh darah, jantung (kardiovaskuler) dan gangguan ginjal, bahkan

pecahnya pembuluh darah kapiler di otak atau yang lebih disebut dengan nama stroke

(Nissonline, 2007).

Berdasarkan yang saya lihat selama ini dirumah sakit ataupun di masyarkat penyakit

hipertensi saat ini sudah semakin banyak terkadi dari itu saya mengambil kesimpulan karena

saya berminat untuk memperdalam dan meneliti Gambaran pengetahuan pasien mengenai

Hipertensi pada lansia.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka di dapat perumusan masalah sebagai berikut

untuk megetahui Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia di RSUD

Dr Djoelham Binjai.

C. TUJUAN PENELITAN

Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia di

RSU Dr.Djoelham Binjai

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang Gambaran pengetahuan pasien

mengenai Hipertensi pada lansia agar dapat menjadi bahan masukan bagi praktek kesehatan

2. Sebagai refrensi perepustakaan sekaolah tinggi ilmu kesehatan Deli Husada Delitua

dan merupakan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang

Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia agar lebih dipahami.

3. Hasil penelitian ini merupakan sumber data bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan Gambaran pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia supaya

menjadi lebih dikembangkan atau dipahami.

4. Untuk pelayanan kesehatan agar dapat menambah wawasan dan bahan masukan

khususnya bagi perawat ada di rumah sakit, agar dapat lebih memahami tentang Gambaran

pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Disini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pasca indera manusia,yakni indera penglihatan,pendengaraan,penciuman,rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau

kongnitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan

(Notoatmojo,2003).

B. Tingkat Pengetahuan

Menurut Bloom 1956, dikutip dari Notoatmojo, 2003 bahwa pengetahuan tercakup

dalam dominan kongnitif yang mempunyai tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam keadaan pengetahuan tingkat ini adalah meningat kembali

(recall.) sesuatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.Oleh sebab itu tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (compherehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang dapat diketahui dan dapat diinterpretasikan

materi tersebut itu secara benar. Orang yang telah paham terhadap oleh objek atau materi

harus dapat menjelaska, menyebutkan contoh, menyimpulkan,meramalkan,dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum ,rumus-rumus, prinsip dan sebagainya atau situasi

yang lain.

4. Aplikasi (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetepi masih didalam satu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis) menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.Dengan kata lain

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi-formasi baru dari formulasi yang ada

6. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

C. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas

normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90% kasus

hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan hipertensi esensial

biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun. Hipertensi benigna bersifat progresif lambat,

sedangkan hipertensi maligna adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang

bertambah berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai

organ (elokdyah, 2007).

1. Kerusakan organ target

a. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung.

b. Otak ; stroke

c. Penyakit ginjal kronik

d. Penyakit artei perifer

e. Retinopati

2. klasifikasi tekanan darah

menurut The Seventh Report of The Joint National Comitte on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.

Klasifikasi TD TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal

Pra Hipertensi

Hipertensi 1

Hipertensi 2 <120

120-139

140-159

≥160 <80

80-89

90-99

≥100

3. Faktor Resiko

a. Diet dan asupan garam

b. Stres

c. Ras

d. Obesitas

e. Merokok

f. Genetik

g. Sistem saraf simpatis

h. Keseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi

i. Pengaruh sitem RAA

4. Patogenesis Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor. Diantaranya ;

a. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan

peningkatan volume cairan meyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah

meningkat.

b. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan

penurunan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan

meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

c. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang

berlebih serta produksi berlebih renin agiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih

mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat dapat meningkatkan tekanan darah.

Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga

dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renis angiotensin yang berlebih mengakibatkan

kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.

d. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membaran sel sehinggaa

terjadi kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan

darah.

e. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas terjadi

hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi

struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah

f. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil

dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Elokdyah, 2007).

5. Terapi non farmakologis

a. Menghentikan merokok

b. Menurunkan komsumsi alkohol berlebih

c. Latihan fisik

d. Menurunkan asupan garam

e. Meningkatkan komsumsi buah dan sayur

f. Menurunkan aspek lemak (Elokdyah, 2007)

6. Etiologi

a. Esensial (95%): 10-15% pada orang dewasa kulit putih 20-30 % pada orang dewasa

kulit hitam ; onset 25-55 tahun ; riwayat dalam keluarga.

b. Renal (40%) renovasikular (2%) ; stenosis arteri renalis dari aterosklerosis atau

c. Isplasia fibromuskular parenkimal (2%) ; insufisiensi fungsi ginjal-retensi NA

d. Endokrin (0,5%). Feokromositoma (0,2%), hiperaldosteronisme primer (0,1%),

sindrom cusing (0,2%)

e. Koartasio aorta (0,2%)

f. Penggunaan esterogen (5%) pada wanita dengan pil kontrasepsi oral karena

meningkatnya substansi substrat renin di dalam hepar)

7. Langkah penanganan standar

a. Tujuan :

1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi

2. Menilai Kerusakan organ target

3. Mengidentifikasikan faktor-faktor resiko kardiovaskular atau penyakit yang lain akan

memodifikasi terapi

8. Pemeriksaan fisik

a. ≥2 pengukuran tekanan darah secara terpisah > 2menit ; perifikasi pada kontra

latralnya, funduskopi,jantung (LVH, murmur) vasikuler perifer, abdomen (masa atau burit),

neurologik

b. Uji laboratorium ; elektrolit BUN, kreatinin, darah perifer lengkap, urinalisis, profil

lipid, EKG, (cari LVH) foto rontgen toraks

c. Pertimbagan pada pasien yang berusia < 20 tahun atau > 50 tahun, onset mendadak,

hipertensi yang memburuk, berat atau menetap atau mengarah kegangguan pada jantung dan

paru

d. Penyakit reonvasikular petunjuk klinis ; lebih tua, riwayat penyakit aterosklerosis,

burit arteri renalis, gagal ginjal dengan akut ACEI, K yang spontan

• Langkah penanganan penyebab-penyebab sekunder

1. Pertimbangan pada pasien yang berusia <20 tahun atau > 50 tahun, onset mendadak,

hipertensi yang memburuk, berat atau menetap, atau mengarah kegangguan pada jantung dan

paru.

2. penyakit renovasikuler petunjuk klinis ; lebih tua, riwayat aterosklerosis, burit arteri

renalis, gagal ginjal dengan akut ACEI, K yang spontan.

Stenosis arteri renalis (RAS) unilateral (70%) normovolemik dan kreatinin normal ;

RAS bilateral (30%) hipervolemik, kreatinin meningkat (Liza, 2008).

9. Pemeriksaan Diagnostik

Seken renal kaptopril ; sensitifitas 90%,spesifitas 90 %, RAS bilateral mungkin tak

terdeteksi USG dupleks : sangat bergantung pada keterampilan operator MRA ; sensitifitas

90%, spesifitas 90% dari penilaian beratnya stenosis bila berlebihan renin vena renalis +

capptropil (terpengaruh/tak terpengaruh>1,5/1) sensitifitas > 80 %, spesifitas 60 %

Angiografi standar paling baik

1) Penyakit parenkim ginjal : BUN, kreatinin, bersihkan kreatinin

2) Etiologi endokrin-lihat gangguan adrenal

3) Kortasio aorta

Petunjuk klinis ; denyut ekstremitas inferior menurun, murmur sistolik posterior,

perlambatan radioformal, LVH, takik tualang iga pada foto rontgen toraks pemeriksaan

diagnostik : ekokardiogram, aortagram (Liza, 2008)

10. Penatalaksanaan

a. Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain terhadap

kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologik.

b. Modifikasi pola hidup ; penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal,

olahraga 20 menit sehari, tidak merokok atau minum alkohol, asupan natrium ≤3g/hari

c. Pilihan obat : pilihan obat amat banyak dan bervariasi, berikut ini adalah anjuran :

Hipertensi tanpa komplikasi ; diuretik atau peyekat β

+ diabetes melitus ACEI

+PJK ; Penyekat β

+gagal jantung : ACEI, diuretik

d. Penyebab sekunder

Renovasikular; angioplasti ± stenting, bedah

Parenkim ginjal ; pembatasan garam dan cairan, ± diuretik

Etiologi endokrin – gangguan adrenal

11. Komplikasi

a) Neurologik ; TIA/CVA, ruptur aneurisma

b) Retinopati : I = penyempitan arteriolar, II = pembentukan cooper wiring, AV

ancking, III = perdarahan dan eksudat IV ; papil edema

c) Jantung ; PJKLVH, gagal jantung kongestif

d) Vaskular ; diseksi aorta, anurisme aorta

e) Ginjal ; proteinuria, gagal ginjal

D. Pengertian Lansia

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Dan proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah.

Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi, 2000).

1. Batasan-batasan Lansia

Menurut WHO, lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Sedangkan menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI) lanjut usia merupakan

kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi 4 bagian:

a. fase iuventus, yaitu antara 25 dan 40 tahun.

b. fase verilitas, yaitu antara 40 sampai 50 tahun.

c. fase prasenium, yaitu antara 55 sampai 65 tahun.

d. fase senium, yaitu antara 65 sampai tutup usia.

2. Teori-teori Proses Menua

1. Teori genetik dan mutasi. Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik

untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2. ”pemakaian dan rusak”. Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah

(terpakai).

3. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori akumulasi dari

produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan

syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan gangguan pada fungsi sel itu sendiri.

4. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

5. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.

6. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat akan

diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh adalah tambahan

kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadilah kelainan autoimu.

7. Teori “immunologi slow virus”. Sistem immun menjadi efektif dengan betambahnya

usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

8. Teori stress. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

9. Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti

karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

10. Teori rantai silang. Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan

ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan dan hilangnya fungsi

3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia.

a. Perubahan Fisik.

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya

b. Lebih besar ukurannya

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

d. Menurunnnya menurunnya proporsi di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

2. Sistem Persyarafan.

a. Berat otak menurun 10-20%. (pada setiap orang berkurang sel syaraf otaknya setiap

hari).

b. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

d. Mengecilnya syaraf panca indera.

e. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan

perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

f. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran.

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,

suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

jiwa/stress.

4. Sistem Penglihatan.

a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan

gangguan penglihatan.

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

5. Sistem Kardiovaskuler.

a. Elastisitas dinding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20

tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias

menyebabakan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing

mendadak).

e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistansi dari pembuluh

darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg dan diastolic normal kurang lebih 90

mmHg.

6. Sistem pengaturan temperatur tubuh.

a. Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu

menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang

mempengaruhi. Yang sering ditemui, antara lain:

b. Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik + 35 oC ini akibat

metabolisme yang menurun.

c. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7. Sistem Respirasi

a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih

berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

f. CO2 pada arteri tidak berganti.

g. Kemampuan untuk batuk berkurang.

h. Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun

seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal.

a. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang

buruk.

b. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atropi

indera pengecap (+80%), hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa

manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap.

c. Esophagus melebar.

d. Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun,

waktu pengosongan menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

g. Liver (hati); makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya

aliran darah.

9. Sistem reproduksi.

a. Atropi payudara.

b. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara berangsur-angsur.

c. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (dengan kondisi kesehatan

baik), yaitu: Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual

secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual dan tidak perlu cemas karena

merupakan perubahan alami.

d. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi

berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.

10. Sistem Genitourinaria.

a. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine

darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan(unit) terkecil dari ginjal yang disebut

nefron(tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah

ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya

kemampuan mengkonsentrasikan urin.

b. Vesika urinaria (kandung kemih). Otot mejadi lemah, kapasitasnya menurun sampai

200 ml atau menyebabkan frekuensi urine meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan

pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine.

c. Pembesaran prostate +75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.

d. Atropi vulva.

e. Vagina orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga

membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti;

frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap setiap tahun tetapi

kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

11. Sistem Endokrin

a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal Metabolic Rate), dan

menurunnya daya pertukaran gas.

d. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen dan

testosteron.

12. Sistem integumen.

Pada lansia kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak, dan permukaan

kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran dan

bentuk-bentuk sel epidermis. Mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi

serum menurun dan gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut pada lansia akan

menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya

elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambat,

kuku jari menjadi keras dan rapuh serta kuku menjadi pudar dan tidak bercahaya.

13. Sistem Muskuluskeletal.

Pada lansia tulang akan kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, terjadi kifosis,

pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi

pendek (tinggi menjadi berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon

mengerut dan mengalami skelerosis. Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil)

sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor (Wahjudi,

2000).

b. Perubahan Psikologik

Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap

mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah

atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Stereotif psikologik lansia biasanya sesuai

dengan pembawaannya pada waktu muda. Beberapa sifat stereotif yang dikenal adalah

sebagai berikut:

Tipe konstruktif. Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,

mempunyai toleransi tinggi, humoristic, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat

ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami

masa pension dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.

Tipe ketergantungan. Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi

selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak

praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pension, malahan biasanya

banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur.

Tipe defensive. Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/ jabatan tidak stabil,

bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tidak dapat dikontrol, memgang teguh

pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif.

Tipe bermusuhan. Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya,

selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil.

Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang

muda.

Tipe membenci/ menyalahkan diri sendiri. Orang ini bersifat kritis dan menyalahkan

diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Namun

dapat menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa

sudah cukup mempunyai apa yang ada (Boedhi, 2006).

Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas tingkat ketergantungan

atau kemandirian mereka. Dalam kaitan ini penduduk lansia dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok, yaitu (i) kelompok lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang sudah

tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka; (ii) kelompok lansia yang

produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak

tergantung pada pihak lain; (iii) kelompok lansia yang miskin (destitute), yaitu termasuk

mereka yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan

atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan kehidupannya

(Wirakartakusumah, 1994).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran pengetahuan

pasien mengenai Hipertensi pada lansia di RSUD Dr Djoelham Binjai.

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap diatas batas

normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90 %

kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial), masalah hipertensi

esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun.

Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya

maka ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :

B. Defenisi Konseptual

B. Defenisi Konseptual

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Disini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2003).

2. Hipertensi

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap diatas batas

normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg (Noer Sjaifoellah,

1996).

3. Lansia

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Wahjudi, 2000).

C. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil berpikir dari otak manusia.

2. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi.

3. Lansia

Lansia adalah bertambahnya usia yang semakin lama semakin tua, yang menyababkan

penurunan fungsi tubuh.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan pengetahuan pasien mengenai Hipertensi pada lansia di RSUD Dr Djoelham

Binjai.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, Populasi yang

diambil dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang di rawat di RSUD Dr Djoelham

binjai.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sample yang digunakan pada penelitian ini adalah quota sampling

yaitu sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang di rawat di

RSUD Dr Djoelham binjai. Tahun 2009 yang berjumlah 30 orang (Notoadmojo, 2005).

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lansia yang rawat inap

2. Dapat berbahasa Indonesia.

3. Dapat membaca dan menulis.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr Djoelham binjai selama bulan 12 Pebruari

2009 sampai dengan 16 Pebruari 2009.

D. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan rekomendasi dari program studi ilmu

keperawatan Deli Husada Delitua dan permintaan izin kepada Direktur RSUD Dr Djoelham

binjai. Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus

diperhatikan yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari rasa

sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis.

Pada pelaksanaan penelitian, calon responden diberikan penjelasan tentang informasi

esensial dari penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam

penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini.

Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani

lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap

menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh

responden. Lembar tersebut hanya akan diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi

yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner, kuisoner ini terdiri dari

: kuisoner data demografi, kuisoner Hipertensi.

Kuesioner tentang data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, suku, agama,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan, penyakit yang sedang diderita bayi dan berapa lama

menderita penyakit tersebut. Kuesioner tentang faktor-faktor berhubungan dengan kejadian

Hipertensi pada lansia yang terdiri dari 30 pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup yang

ber sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal menyilang jawaban yang paling

sesuai dengan diri anda. Kuisioner terdiri dari 10 pertanyaan untuk setiap jawaban yang

dianggap jawaban yang tegas dengan memberi checklist.

E. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila terdapat

kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, dapat diperbaiki dengan memeriksa dan

dilakukan pendataan ulang.

b. Coding

Coding adalah hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode dengan petunjuk

c. Tabulating

Tabulating adalah untuk mempermudah analisa data dimasukkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi

F. Analisis Data

Analisa data dilkukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai

dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan

bahwa semua jawaban telah di isi, kemudian data yang sesuai di beri kode (coding) untuk

memudahkan tabulasi dan analisa data

G. Pelaksanaan Penelitian

Setelah peneliti mendapat surat rekomendasi dari pendidikan, peneliti membawa surat

rekomendasi ke puskesmas delitua. Setelah mendapat izin dari RSUD Dr Djoelham binjai,

peneliti diberi persetujuan pengambilan data di RSUD Dr Djoelham binjai tersebut Tahun

2009.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan pasien mengenai

hipertensi pada lansia di RSUD Dr. Djoelham Binjai pada bulan januari sampai pebruari

Tahun 2009 dengan jumlah yang diteliti adalah sebanyak 30 0rang lansia dan hasilnya

disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

1. Karakteristik Responden

a. Kelompok Umur

Tabel 5. 1

Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan umur di RSUD Dr.

Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Umur (Tahun) Jumlah Persentase %

60-70 17 56,7 %

80-90 13 43,4 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 5.1 diatas responden paling banyak dijumpai umur lansia 60-70

tahun yaitu 17 orang (56,7%).

b. Jenis kelamin

Tabel 5. 2

Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan jenis kelamin di RSUD Dr.

Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Umur (Tahun) Jumlah Persentase %

Laki-laki 16 53,3 %

Perempuan 14 46,7 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 5.2 diatas responden paling banyak dijumpai jenis kelaminnya laki-

laki yaitu 16 orang (53,3%).

3. Suku

Tabel 5.3

Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan suku di RSUD Dr. Djoelham

binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Suku Jumlah Persentase %

Batak 13 43,3 %

Jawa 8 26,7 %

Melayu 5 16,7 %

Minang 4 13,3 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 5. 3 diatas responden paling banyak dijumpai suku batak yaitu 13

orang (43,3%).

4. Agama

Tabel 5.4

Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan Agama di RSUD Dr.

Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Agama Jumlah Persentase %

Islam 15 50 %

Kristen 12 43,3 %

Buddha 2 6,7 %

Hindu - 0 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 5. 4 diatas responden paling banyak dijumpai agama Islam yaitu 15

orang (50%).

5. Pendidikan

Tabel 5. 4

Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr.

Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Pendidikan Jumlah Persentase %

Tidak sekolah - -

SD 8 26,7 %

SMP 10 33,3 %

SMU 9 30 %

Diploma 3 10 %

Sarjana - -

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 5. 4 diatas responden paling banyak dijumpai pada pendidikan SMP

yaitu 10 orang (33,3%).

6. Pekerjaan

Tabel 5. 5

Distribusi lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan umur di RSUD Dr. Djoelham

binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Pekerjaan Jumlah Persentase %

Petani 11 36,7 %

wiraswata 13 43,4 %

PNS 6 20 %

Total 30 100 %

Berdasarkan tabel 5. 5 diatas responden paling banyak dijumpai pada pekerjaan

wiraswasta yaitu 13 orang (43,3 %).

7. Penghasilan

Tabel 5.6

Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan Penghasilan di RSUD Dr.

Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009

Penghasilan Jumlah Persentase

< Rp. 300.000 3 10 %

Rp. 300.000 – Rp. 600.000 21 70%

Rp. 600.000 – Rp. 900.000 3 10%

Rp. 900.000 – Rp.1.000.000 0 0%

> Rp. 1.000.000 3 10%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 5. 6 diatas responden paling banyak dijumpai pada penghasilan

keluarga sebanyak Rp. 300.000 – Rp. 600.000 yaitu 20 orang (70 %), bahkan penghasilan

keluarga ada juga sebanyak Rp. 300.000 sebanyak 5 orang (10%) dari rata-rata. Hal ini

bararti pengahasilan keluarga masih sangat rendah.

8. Gambaran Pengetahuan responden mengenai Hipertensi

Tabel 5. 7

Distribusi Lansia yang mengalami Hipertensi berdasarkan pengetahuan di RSUD Dr.

Djoelham binjai mulai Januari-Pebruari 2009

pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 17 56,7%

Sedang 10 33,3%

Buruk 3 10%

Total 30 100%

Dari tabel 5.7 yang diperoleh diatas dapat dilihat bahwa gambaran pengetahuan

responden lebih banyak pada kategori baik yaitu 17 orang (56,7%).

B Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa Gambaran Pengetahuan responden

mengenai Hipertensi di RSUD Dr. Djoelham Binjai dari data yang diperoleh dari 30

responden rata-rata sebanyak 17 orang (56,7%). Namun hal ini masih banyak dari antara

mereka memahami pengetahuan mengenai hipertensi.

Menurut peneliti, mereka hanya menyerahkan sepenuhnya proses kejadian hipertensi

melalui pengobatan dan perawatan dari dokter dan perawat. Perawat yang sering berinteraksi

dengan memilki tanggung jawab penuh dalam hal proses penyampaian informasi mengenai

kejadian serta perawat harus berperan aktif dalam pelaksanaannya bagi pasien dalam

membantu mempercepat proses kejadian hipertensi. Pada saat peneliti membagikan kuisoner,

responden juga tidak terlihat bingung dan tahu, serta mengerti mengenai kejadian hipertensi

tetapi peneliti memberikan penjelasan sebelum responden menjawab kuisoner.

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Mayoritas responden pada umur 60-70 tahun sebanyak 17 orang (56,7%).

2. Mayoritas responden pada laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%)

3. Mayoritas responden pada suku batak sebanyak 13 orang (43,3%)

4. Mayoritas responden pada Agama Islam sebanyak 15 orang (50%)

5. Mayoritas responden pada Pendidikan SMP sebanyak 10 orang (33,3%)

6. Mayoritas responden pada Pekerjaan Wiraswasta sebanyak 13 orang (33,3%)

7. Mayoritas responden pada Pengahasilan Rp. 300.000 – Rp. 600.000, sebanyak 21

orang (70%)

B Saran

1. Bagi petugas kesehatan agar kiranya melakukan penyuluhan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan bagi penerus-penerus yang akan datang.

2. Perlu kiranya ada dorongan yang dapat mencegah kejadian hipertensi, hal ini petugas

kesehatan harus berperan aktif.

3. Bagi lansia kiranya menjaga komsumsi makanan sehari-hari sehingga tidak

menimbulkan Hipertensi yang akan menganggu kesehatan.