,

_ w ~ _

i imur"1

ETlAP Juni, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan masyarakatjakarta selalu

merayakan hari kelahiran ibu kota negara ini. Tahun ini, Jakarta memasuki usia 476, dihitung sejak didirikannya sebagai Kota Batavia oleh Belanda.

Berbagai kegiatan kesenian digelar selama J uni. Salah satunya adalah kesenian yang dihimpun dalam kegiatan J akArt sejak 2001. Selain itu, ada perhelatan kesenian yang diselenggarakan secara perorangan.

Mengingat kesenian Betawi, tentu kita akan teringat pula pad a tokoh-tokoh seniman Betawi seperti {aIm) Benyamin Sueb, Rano Karno yang memproduksi film Si Doel Anak Sekolahan, atau Firman Muntaco yang banyak menuturkan cerita­cerita rakyat. Masih banyak seniman yang lainnya, seperti aktor (aim) H Bokir. Satu lagi seniman yang selalu terkenang bila menyebut kesenian Betawi adalah pelukis Sarnadi Adam.

Sarnadi Adam adalah pelukis asli kelahiran Jakarta, tepatnya di daerah

ktltllOtna dan l'ubillcosl

-- '--' :::--::---~ .

•

, , -- --. - ,

Media --

- , -

er a

•

•

• •

Kebayoran Lama, p~da 1956. Dialah pelukis yang berk~tat m~n~geluti tema-tema tentang Betawi, mul31 ad at Istladat masyarakat Betawi, rumah adat, pakaian, hingga kesenian Betawi, digubah oleh dosen Universitas Negeri Jakarta ini ke dalam kanvasnya.

Kepada Media beberapa waktu lalu, Sarnadi menuturkan, sudah dua dekade ini ia menggeluti tema-tema Betawi dalam lukisannya. S~belumnya, ia pernah melukis dengan berbagai aliran. Namun, sebagai putra Betawi, ia menyadari bahwa tidak ada pelukis yang mengkhususkan diri menggeluti persoalan Betawi. ~e?:entara itu, kebudayaan Betawi yang berada dl titik pertarungan antara hidup dan mati akibat proses akulturasi yang deras, membuat Sarnadi benar-benar terpanggil untuk mempertahankan budaya Betawi dari kepunahan.

"Saya ingin mempertahankan Budaya Betawi. Saya juga ingin mengangkat seni luIrn> Bali bisa sejajar dengan seni lukis Yogyakarta, Bali, atau Bandung yang telah eksis," tutur alumnus Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STRl) Yogyakarta ini.

Sebagai pelukis yang konsisten dengan tema

I ndOnCL ~ 1;;1

unl

,

- - ----• Media lI,do na..sl ,

-~. =-::-:--, -- -

~ _..".. -:------=_--l.. u I, .;l 00 3 ,

- . -

..

, ,

. ISTIMEWA

MENGAlGKAT BETAWI: Lima Penari Betawi karya Sarnadi Adam, putra Betawi yang selalu mengangkat budaya Betawi dalam karya-karyanya. Lukisan ini tengah dipamerkan di Pasar Seni Ancol dalam pameran yang bertajuk 'Betawi dalam Lukisan' yang akan berlangsung hingga 7 Juli 2003. '

,-," ... ,-, -. • .. 'L .- ." .. - ..• _' ,""' .. "" .. ,". ,'",' -

Scibcelai krJasoma dan Publ/ktJsJ

•

•

Namun, sebagai putra Betawi, ia

menyadari bahwa Ii ada

pelukis ya mengkhusus diri menggeluli

persoalan Betawi.

•

Betawi, ia telah menggelar pameran lukisan tunggal hingga 27 kali. Semuanya bertema Betawi. Pamerannya yang terakhir digelar di Galeri Pasar Seni Ancol pada 26 J uni hingga 7 Juli ini. Pameran bertajuk Betawi dalam Lukisan ini dimaksudkan pula sebagai kado ulang tahun bagi Kota Jakarta.

Nuansa Betawi dalam lukisan Sarnadi dapat dilihat dari atribut kebetawian yang ia lukiskan. Dalam lukisan Ente Jual Ane Beli (2000, 105X85cm, cat minyak) misalnya, tampaklah lima seniman Betawi dengan pakaian pangsi warna putih-putih. Mengenakan sorban dari sarung lurik, berkopiyah hitam, dan memelihara jenggot serta kumis. Mereka sedang berlaga di depan publik yang berjejalan kepalanya.

Dengan mengambil corak dekoratif, Sarnadi menegaskan kebetawian dalam lukisan di atas melalui visualisasi kostum yang biasa dikenakan seniman Betawi. Semen tara di belakang para seniman, tampaklah rumah-rumah adat Betawi, di mana pekarangannya dihiasi pepohonan. Pemandangan seperti ini masih didapatkan di kawasan Condet sebagai daerah Cagar Budaya Betawi atau dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Medic

m • •

• •

Pada pameran ini, Sarnadi memajang p~luhan.lukisan yang semuanya memang dlwarnal ~uansa Betawi. Unsur Betawi juga tampak mlsalnya dalam luksian betajuk Lima Penari B~tawi (2002, 105X85cm, cat minyak). Pada luklsan itu, lima penan perempuan sedang beraksi. Mereka mengenakan kostum khas Betawi. Pada kostumnya tampak bahwa budaya Betawi menerima pengaruh dari b~daya luar. Topi yang dikenakan para penari mlsalnya, menegaskan bahwa pengaruh Cina sanga~ besar terhadap kehidupan masyarakat BetaWi. Un~ur w~na kUning dan merah yang mencolok, Juga tldak bisa dipungkiri merupakan pengaruh dari budaya China.

Menurut Sarnadi. budaya Betawi ini tidak kalah kaya dari kebudayaan subetnis lain seperti Sunda at au Jawa. Budaya Betawi menjadi kaya karena para pengusungnya dengan mudah menerima pengaruh budaya luar yang dibawa kaum urban.

"Proses akulturasi budaya itu telah memperkaya budaya Betawi. Namun kekayaan budaya itu bisa musnah apabila tidak kita pertahankan eli tengah arus globalisasi ini." . Doddi AF/B-3