Adm-kepeg Univ t Penang

127
BAHAN AJAR ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN Suhardi Mukhlis, Drs LEKTOR, NIPY 125 033 012 SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI Tanjungpinang, Maret 2005

Transcript of Adm-kepeg Univ t Penang

Page 1: Adm-kepeg Univ t Penang

BAHAN AJAR

ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN

Suhardi Mukhlis, Drs

LEKTOR, NIPY 125 033 012

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

RAJA HAJI Tanjungpinang, Maret 2005

Page 2: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB I

PENDAHULUAN Pengadaan pegawai memiliki sasaran utama, yaitu diperolehnya sejumlah

pegawai tertentu sebagai sumberdaya dengan kualifikasi tertentu sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan tertentu pula. Dengan kata lain, titik

berat perhatian program-program dalam pengadaan pegawai adalah

memecahkan masalah kemampuan kerja (ability to work) pegawai yang

ditempatkan dalam organisasi.

Tahap kegiatan dalam lingkup pengadaan pegawai dilakukan secara

berturut-turut melalui sub-sub fungsi operasional pengadaan, yaitu: fungsi

perencanaan pegawai, panarikan, seleksi, penempatan, dan

pembekalan bagi pegawai yang bersangkutan sebelum melaksanakan

tugas jabatannya.

p

PENGADAAN PEGAWAI

(PROCUREMENT OF PERSONNEL)

1. PERENCANAAN PEGAWAI (HUMAN RESOURCES

/MANPOWER PLANNING)

2. PENARIKAN PEGAWAI (RECRUITMENT)

3. SELEKSI PEGAWAI (SELECTION)

4. PENEMPATAN PEGAWAI (PLACEMENT) 5. PEMBEKALAN

(INDOCTRINATION/INDUCTION/ORIENTATION)

Page 3: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB II

PERENCANAAN PEGAWAI

2.1. Pengertian

Perencanaan pegawai didefenisikan sebagai proses menentukan

kebutuhan pegawai dan berarti mempertemukan kebutuhan

tersebut agar supaya pelaksanaannya berintegrasi dengan rencana

organisasi (Andrew E. Sikula, dalam A. A. Anwar Prabu

Mangkunegara, 1988:2).

2.2. Komponen

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (1988:3-5), mengemukakan

bahwa ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam

perencanaan pegawai, sebelum program tindakan (action

programs) dilaksanakan terhadap pegawai, yaitu:

1. Tujuan

Perencanaan pegawai harus didasarkan kepada kepentingan

individu, organisasi, dan nasional. Tujuan perencanaan

pegawai adalah untuk menciptakan pegawai dimasa yang

akan datang bagi kebutuhan organisasi.

2. Perencanaan organisasi

Perencanaan organisasi adalah merupakan serangkaian

aktivitas yang berorientasi pada perubahan-perubahan

positif untuk mencapai efektivitas manajemen.

Konsef perencanaan organisasi dan perencanaan pegawai

merupakan hal yang saling berhubungan, yaitu dimana

pegawai merupakan input penting bagi perencanaan

organisasi. Dengan kata lain, setiap ada perencanaan harus

mengikutsertakan perencanaan pegawai.

Beberapa factor yang dapat mempengaruhi perencanaan

organisasi adalah sebagai berikut:

Page 4: Adm-kepeg Univ t Penang

a. Peramalan bisnis

Yaitu peramalan mengenai ekonomi secara umum, seperti

tingkat inflasi, tingkat upah, harga, biaya, dan tingkat

suku bunga. Perkembangan ekonomi mempunyai

pengaruh yang sangat besar dan sulit untuk diestimasi.

b. Perluasan dan Perkembangan Usaha

Maksudnya, apabila organisasi akan memperluas dan

mengembangkan kegiatan usaha, perlu persiapan sedini

mungkin dan menjadi input untuk perencanaan

organisasi.

c. Rancangan dan Perubahan Struktur

Yaitu dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi modern, organisasi perlu mengadakan

perubahan struktur agar aktivitas organisasinya tidak

mengalami hambatan.

d. Falsafah Manajemen

Perencanaan organisasi harus sesuai dengan falsafah

manajemen yang dianut.

e. Peranan Pemerintah

Perubahan kebijakan pemerintah, seperti dalam

menentukan harga dasar, pajak, produk eksport dapat

mempengaruhi organisasi.

f. Produk dan Kemampuan Manusia

Maksudnya, dengan adanya pengembangan produk baru

melalui teknologi modern, memerlukan kampuan pegawai

yang memadai dan sesuati tuntutan.

Page 5: Adm-kepeg Univ t Penang

3. Pengauditan Pegawai

Yang dimaksud dengan pengauditan pegawai adalah

penelusuran secara formal dan sistematis mengenai

efektivitas program kepegawaian melalui penelitian,

pengumpulan dan penganalisaan data pegawai untuk suatu

periode tertentu.

Asfek yang perlu mendapat perhatian dalam mengaudit

pegawai adalah sebagai berikut:

a. Kualitas Kekuatan Kerja

Yaitu bertujuan untuk memperbaiki kualitas pegawai

setiap waktu. Perbaikan kualitas ini dapat ditempuh

dengan cara memperkerjakan pegawai yang berkualitas

atau dengan meningkatkan kualitas pegawai yang ada

melalui program pelatihan dan pendidikan.

b. Penentuan Kualitas

Yaitu melalui analisa jabatan untuk menentukan tugas,

tanggung jawab, kondisi kerja, dan interelasi antar

jabatan.

c. Daftar Kemampuan

Daftar kemampuan/skill inventory umumnya berisikan

data mengenai keahlian, kecakapan, prestasi kerja, dan

informasi-informasi lain yang menunjukkan nilai secara

keseluruhan dari masing-masing pegawai. Daftar

kemampuan sangat bermanfaat dalam mendayagunakan

pegawai yang ada dalam organisasi.

d. Kehilangan Harapan/expected Losses

Yaitu dalam mengaudit pegawai harus mengestimasi

turnover yang akan terjadi akibat pensiun, berhenti, cuti,

izin, absen, dan meninggal sehingga organisasi tidak

kehilangan harapan untuk mengisi kekosongan jabatan.

Page 6: Adm-kepeg Univ t Penang

e. Perubahan Secara Intern

Perubahan secara intern meliputi promosi jabatan,

penurunan jabatan (demosi), dan transfer jabatan.

4. Peramalan Pegawai

Peramalan pegawai berorientasi pada masa yang akan datang

dan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan eksternal

organisasi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi peramalan pegawai,

diantaranya: tingkat produksi, pesaing, perubahan teknologi,

kondisi permintaan dan penawaran, dan perencanaan karier.

5. Sistem Perencanaan Pegawai

Ada dua kegiatan dalam perencanaan pegawai, yaitu:

a. Penyusunan anggaran pegawai/penyusunan formasi,

Suatu kegiatan memadukan antara jumlah pegawai yang

tersedia dengan yang dibutuhkan. Tujuannya untuk

mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan pegawai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Dasar penyusunan

Harus berdasarkan atas jenis dan sifat pekerjaan,

perkiraan beban kerja, perkiraan kapasitas pegawai,

jenjang dan jumlah jabatan yang tersedia serta alat

yang diperlukan.

2. Sistem penyusunan

Ada dua system yaitu: system sama (TOP= Tabel

Organisasi dan Perlengkapan) merupakan system yang

menentukan jumlah dan kualitas pegawai yang sama

bagi semua satuan organisasi yang sama (tidak

memperhatikan besar kecilnya beban kerja). Sistem

kedua, yaitu system ruang lingkup (DSP=Daftar

Page 7: Adm-kepeg Univ t Penang

Susunan Pegawai) yang menentukan jumlah dan

kualitas pegawai berdasarkan jenis, sifat, dan beban

kerja yang dipikul pada suatu organisasi.

3. Analisa kebutuhan pegawai

Merupakan suatu proses analisis yang logis dan teratur

untuk mengetahui jumlah dan kualitas pegawai yang

diperlukan dalam suatu unit organisasi.

4. Anggaran belanja pegawai.

Untuk menyusun anggaran belajan, perlu

memperhatikan kemampuan organisasi dan asas

prioritas.

b. Penyusunan Program Pegawai

merupakan kegiatan-kegiatan mengisi formasi. Kegiatan-

kegaitan ini disebut program tindakan (action programs),

yang bertujuan agar adanya aplikasi dan implementasi

serta untuk mengubah perencanaan pegawai yang

merupakan konseftual intangible ke dalam operasional

tangible. Secara umum program-program tindakan

meliputi:

1. rencana rekrutmen,

2. rencana seleksi,

3. rencana promosi,

4. rencana pelatihan dan pengembangan,

5. rencana pengembangan karier,

6. rencana pemeliharaan (kompensasi-benefit), dan

7. rencana pemberhentian (pensiun/PHK)

Page 8: Adm-kepeg Univ t Penang

KOMPONEN PERENCANAAN PEGAWAI

1. TUJUAN

a. individu

b. organisasi

c. nasional

2. PERENCANAAN ORGANISASI

a. Peramalan bisnis

b. Perluasan dan perkembangan usaha

c. Rancangan dan perubahan struktur

d. Palsafah manajemen

e. Peranan pemerintah

f. Produk dan kemampuan manusia

3. PENGAUDITAN PEGAWAI

a. Kualitas kekuatan kerja

b. Penentuan kualitas

c. Daftar kemampuan

d. Kehilangan harapan

e. Perubahan secara intern

4. PERAMALAN PEGAWAI

5. SISTEM PERENCANAAN PEGAWAI

A. Penyusunan anggaran pegawai/penyusunan formasi

1. dasar penyusunan,

2. system penyusunan,

3. analisa kebutuhan pegawai,

4. anggaran belajar pegawai

B. Penyusunan Program Pegawai

1. rencana rekrutment

2. rencana seleksi

3. rencana promosi

4. rencana pelatihan dan pengembangan,

5. rencana pengembangan karier,

6. rencana pemeliharaan (kompensasi/benefit)

7. rencana pemberhentian

Page 9: Adm-kepeg Univ t Penang

2.3. Kepentingan Perencanaan Pegawai

Perencanaan pegawai yang dilakukan secara sistematis dan dengan

teknik yang akurat akan bermanfaat bagi:

1. Individu

Dapat membantu meningkatkan keterampilan atau keahlian

pegawai yang bersangkutan, dan dapat menggunakan potensi dan

keterampilannya secara maksimal. Manfaat lain, perencanaan

pegawai dapat memberikan kepuasan dalam bekerja, yaitu

adanya rencana karier.

2. Organisasi

Dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan efisiensi dan

produktivitas organisasi dalam jangka panjang. Hal ini dapat

dicapai dengan adanya pegawai yang berpotensi dan berkualitas

melalui program promosi yang diselenggarakan oleh organisasi.

3. Nasional

Dapat mempersiapkan pegawai-pegawai yang berpotensi tinggi

yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam rangka

meningkatkan produktivitas nasional, seperti tenaga ahli dan

konsultan. Disamping itu perencanaan pegawai dapat

memberikan informasi tentang permintaan dan penawaran

akanpegawai yang dikaitkan dengan kemajuan teknologi.

MANFAAT PERENCANAAN PEGAWAI

1. INDIVIDU

2. ORGANISASI

3. NASIONAL

Page 10: Adm-kepeg Univ t Penang

2.4. Model Perencanaan Pegawai

Ada beberapa model perencanaan pegawai, yaitu:

1. Model system perencanaan pegawai

Model ini terdiri atas lima komponen, yaitu meliputi: 1) tujuan, 2)

perencanaan organisasi, 3) pengauditan pegawai, 4) peramalan

pegawai, dan 5) pelaksanaan program pegawai.

2. Model sosio-ekonomik Bettelle

Model ini digunakan untuk mempelajari karakteristik kekuatan

kerja, ukuran pasar kerja, area geografis, dan sosio-ekonomik

yang besar (makro).

3. Model perencanaan pegawai dari Vetter

Model ini digunakan untuk peramalan dan perencanaan

kebutuhan pegawai.

MODEL PERENCANAAN PEGAWAI

1. MODEL SYSTEM PERENCANAAN PEGAWAI,

2. MODEL SOSIO-EKONOMIC BETTELLE,

3. MODEL PERENCANAAN PEGAWAI DARI VETTER

Page 11: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB III

PENARIKAN PEGAWAI

Pengertian

Tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi untuk

mendapatkan tambahan pegawai. Penarikan pegawai melibatkan

dalam mendapatkan pegawai yang mampu berfungsi sebagai infut

organisasi (Andrew E. Sikula, dalam A. A. Anwar Prabu

Mangkunegara, 1988:12)

3.2. Sumber-Sumber

Ada 2 (dua) sumber dalam penarikan pegawai, yaitu:

A. Dalam Organisasi (internal source)

Melalui proses memutasikan pegawai berdasarkan hasil

evaluasi terhadap penilaian prestasi kerja dan kondite

pegawai yang ada. Ada 3 (tiga) bentuk mutasi:

1. Promosi jabatan

Memindahkan dari satu jabatan kepada tingkat jabatan

yang lebih tinggi dari jabatan sebelumnya. Bentuk promosi

jabatan ada 2 (dua):

a. Promosi kering (dry promotion)

Kenaikan pangkat/jabatan yang diikuti dengan

meningkatnya tugas, wewenang, dan tanggung jawab,

tetapi tidak disertai dengan kenaikan gaji/pendapatan.

b. Promosi kecil (small scall promotion)

Peningkatan dalam bobot tugas dan tanggung jawab

(meningkat dari jabatan yang tidak memerlukan

keterampilan ke jabatan yang memerlukan keterampilan

tertentu), tanpa adanya kenaikan pangkat.

Page 12: Adm-kepeg Univ t Penang

2. Transfer/rotasi pekerjaan

Pemindahan bidang pekerjaan pegawai kepada bidang

pekerjaan lainnya dengan tidak merubah tingkat

jabatannya. Ada 3 (tiga) bentuk pemindahan, yaitu:

a. atas dasar tujuan, ada 5 (lima) macam:

1. production transfer,

dari jabatan yang satu ke jabatan yang sama dalam

lingkup bagian/produksi yang berbeda.

2. reflecement transfer,

pegawai yang lebih senior (masa dinas lebih lama)

kepada jabatan yang sama pada departemen/bagian

yang berbeda untuk menggantikan pegawai yang

lebih yunior (kurang masa dinasnya) atau yang

diberhentikan.

3. versatility transfer,

pemindahan pegawai dengan maksud agar yang

bersangkutan dapat melakukan pekerjaan/ahli dalam

berbagai lapangan pekerjaan.

4. shift transfer,

pemindahan pegawai dari shift yang satu ke shift

yang lain (dari pagi ke siang, atau malam).

5. remedial transfer,

pemindahan pegawai dari jabatan yang satu ke

jabatan yang lain/ke jabatan yang sama pada

departemen yang berbeda dengan maksud agar

pegawai yang bersangkutan dapat bekerjasama.

Page 13: Adm-kepeg Univ t Penang

b. atas dasar unit aktivitas

pemindahan atas dasar unit aktivitas dimana pegawai

melakukan pekerjaannya (contoh: seksi satu ke seksi

lain atau cabang satu ke cabang lain).

c. atas dasar lama masa tugas, ada dua macam, yaitu:

1. Temporary transfer (sementara)

Dimaksudkan hanya untuk sementara waktu (akan

dilakukan pemindahan kembali pada jabatan

semula).

2. Permanent transfer

Pemindahan seorang pegawai untuk memangku

jabatan yang baru untuk selama-lamanya sampai

tiba waktunya pegawai yang bersangkutan

dipindahkan lagi ke jabatan lain (karena promosi

atau sebab-sebab lain).

3. Demosi Jabatan

Adalah penurunan jabatan pegawai dari satu jabatan

kepada tingkat jabatan yang lebih rendah atas dasar

kondite, dan prestasi kerjanya atau akibat terjadinya

penyederhanaan struktur organisasi. Ada 3 (tiga) sebab:

1. tidak cakap (tidak mampu melakukan pekerjaan)

2. indisipliner (tidak disiplin),

3. rasionalisasi (penyesuaian jumlah bobot dengan

personil).

B. Luar Organisasi (external source)

1. Iklan/advertensi (advertising),

2. Biro tenaga kerja (employment agency),

3. Rekomendasi dari pegawai lama (recommendation of

present employess)

4. Lembaga pendidikan (schools and colleges),

Page 14: Adm-kepeg Univ t Penang

5. Serikat pekerja (labour unions),

6. Pelamar secara insidentil (casual applicants),

7. Nepotisme (nepotism),

8. Sewa kontrak (leasing).

3.3. Kriteria Dalam Penarikan

Beberapa kriteria perlu diperhatikan dalam penarikan pegawai agar

pelaksanaannya dapat mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu:

1. memperhatikan petunjuk/ketentuan dari kantor departemen tenaga

kerja (agency guidelines),

penarikan pegawai harus dilakukan dengan memperhatikan

petunjuk dan ketentuan-ketentuan ketenagakerjaan yang

dikeluarkan oleh kantor departemen tenaga kerja.

SUMBER DALAM PENARIKAN PEGAWAI

A. DALAM ORGANISASI

1. Promosi Jabatan a. promosi kering

b. promosi kecil

2. Transfer/Rotasi Pekerjaan a. Atas dasar tujuan

1. production transfer

2. reflecement transfer

3. versatility transfer

4. remedial transfer

b. Atas dasar unit aktivitas

c. Atas dasar lama masa tugas

1. temporary transfer

2. permanent transfer

3. Demosi Jabatan a. tidak cakap,

b. indisipliner

c. rasionalisasi

B. LUAR ORGANISASI

Page 15: Adm-kepeg Univ t Penang

2. kualifikasi dari pelamar (applicant qualifications)

penarikan pegawai harus dilakukan dalam rangka memenuhi

kebutuhan pegawai dengan kualifikasi tertentu. Oleh karena itu

kualifikasi para calon pegawai merupakan hal yang mutlak perlu

diperhatikan.

3. petunjuk pimpinan (executive order),

petunjuk pimpinan perlu diperhatikan terutama bagi para

pelaksana penarikan pegawai, karena petunjuk pimpinan tersebut

merupakan kebijakan organisasi dalam hal penarikan pegawai

tersebut.

4. nepotisme (nepotism),

apabila dikehendaki, penarikan pegawai dapat dilakukan hanya

dari sumber keluarga pengelola (perusahaan) – tidak untuk

organisasi publik, seperti pemerintah. Hal tersebut dilakukan agar

kedudukan kunci dalam organisasi tetap berada dalam tangan

keluarga atau kelompok inti (klik) tertentu.

5. tanggung jawab sosial (social responsibility)

penarikan pegawai harus dilakukan dengan memperhatikan

tanggung jawab sosial organisasi terhadap masyarakat sekitarnya.

Misalnya kewajiban untuk memajukan masyarakat sekitarnya

dengan cara memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para

calon yang bersumber dari masyarakat sekitar organisasi tersebut

berada.

6. peraturan-peraturan negara (state laws).

Penarikan pegawai harus dilakukan dengan memperhatikan

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh negara melalui berbagai

macam peraturan yang dikeluarkan. Misalnya tentang usia

minimal, upah minimal, waktu kerja, dan lain sebagainya.

Page 16: Adm-kepeg Univ t Penang

3.4. Evaluasi

sebagai langkah akhir dari pelaksanaan suatu program

penarikan pegawai adalah melakukan evaluasi terhadap

keberhasilannya, yaitu dapat dilihat dengan menggunakan

beberapa indikator, antara lain:

1. Jumlah pelamar,

Jumlah pelamar dapat dijadikan indicator keberhasilan program

penarikan yang dilakukan, walaupun dalam tingkat kecermatan yang

relatif kecil. Hal ini disebabkan karena besarnya jumlah pelamar

hanya akan menunjukkan efektivitas dari metoda penarikan minat para

pelamar untuk menggunakan kesempatan yang dibuka oleh organisasi,

tetapi tidak sepenuhnya dapat menjamin diperolehnya pegawai yang

dibutuhkan (secara kualitatif).

2. Jumlah penawaran,

Jumlah pegawai yang mampu ditawarkan/diberikan oleh pelaksana

penarikan pegawai kepada bagian yang membutuhkannya, merupakan

indicator yang lebih baik untuk melihat keberhasilan program

penarikan.

3. Jumlah pegawai yang diterima,

Jumlah pegawai yang diterima untuk bekerja pada organisasi,

menunjukkan indikasi yang lebih mendekati keberhasilan dari program

penarikan pegawai, karena dari data tersebut dapat ditunjukkan

prosentase yang disumbangkan oleh program penarikan kepada

pemenuhan kebutuhan pegawai secara kuantitatif dan kualitatif.

4. Jumlah penempatan pegawai yang tepat,

Jumlah penempatan pegawai yang tepat menunjukkan

keberhasilan kita mencari dan memilih pegawai yang

dibutuhkan untuk menduduki jabatan tertentu.

Page 17: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB IV

SELEKSI

Pengertian

Pengambilan keputusan tentang mempekerjakan sejumlah pegawai

dari suatu kelompok calon pegawai yang potensial (Andrew E.

Sikula, dalam Bambang Wahyudi, 1991:80)

Proses Seleksi

Ada 4 (empat) komponen dalam suatu proses seleksi, yaitu:

1. Kuantitas (jumlah) pegawai yang dibutuhkan

Jumlah pegawai yang dibutuhkan ditetapkan melalui analisa

beban kerja dan kapasitas kerja (work load and work force

analysis). Dengan membandingkan beban kerja yang dihadapi,

sebagai pencerminan dari forecasting aktivitas yang dilakukan

oleh organisasi, dengan kapasitas kerja yang dimiliki oleh

organisasi dan pegawai secara individual akan dapat ditetapkan

banyaknya pegawai yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan

yang harus dilakukan guna mencapai tujuan organisasi.

2. Standard kualifikasi pegawai yang dibutuhkan

Diperlukan untuk memperbandingkannya dengan kualifikasi yang

ditawarkan oleh para calon pegawai. Standard kualifikasi

pegawai diperoleh dari persyaratan jabatan (job specification)

atau dari diskripsi jabatan (job description) yang dihasilkan dari

suatu analisa jabatan (job analysis).

3. Kualifikasi sejumlah calon pegawai

Tersedianya sejumlah calon pegawai dengan kualifikasi yang

mereka tawarkan masing-masing merupakan salah satu

komponen yang harus tersedia dalam suatu proses seleksi.

Calon-calon pegawai tersebut diperoleh sebagai hasil dari

pelaksanaan program penarikan pegawai (recruitment) yang

telah dilakukan.

Page 18: Adm-kepeg Univ t Penang

Prosedur dan Pendekatan Seleksi

Serangkaian tahap atau langkah dengan menggunakan berbagai

macam metoda/teknik seleksi yang harus dilalui oleh para calon

pegawai peserta seleksi untuk memilih beberapa pegawai yang

sesuai dengan kebutuhan organisasi. Ada 2 (dua) macam

pendekatan seleksi, yaitu:

1. Successive hurdles selection approach

Dalam pendekatan ini setiap calon pegawai/peserta seleksi

diharuskan mengikuti prosedur seleksi secara bertahap. Pada

setiap tahap seleksi dilakukan pengujian atau evaluasi. Hanya

calon yang dinyatakan lulus yang berhak mengikuti tahap seleksi

selanjutnya.

2. Compensatory selection approach

Dalam pendekatan ini semua calon pegawai/peserta seleksi

diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti seluruh

tahapan seleksi yang telah ditentukan. Dengan pendekaktan ini

maka kelemahan dan kekuarangan dari seorang calon pegawai

pada suatu bidang tertentu akan dapat dikompensasikan oleh

kekuatan dan kelebihannya pada bidang yang lain.

Metode/Teknik Seleksi

Beberapa macam metoda/teknik seleksi, diantaranya yang lazim

digunakan dalam seleksi pegawai adalah sebagai berikut:

1. Blanko isian/lamaran (application blank)

Penggunaan blanko lamaran dimaksudkan untuk memperoleh

informasi lengkap mengenai identitas pelamar.

2. Testing

suatu prosedur sistematis untuk mengetahui secara sampling,

sikap, perilaku, kemampuan, bakat setiap calon pegawai. Ada

beberapa jenis/tipe testing, sebagai berikut:

Page 19: Adm-kepeg Univ t Penang

A. test prestasi (achievement test),

a. test akademik (acedemic test/knowledge test),

untuk menguji kemampuan akademik seseorang – test

disesuaikan dengan disiplin ilmu pelamar.

b. test keterampilan (practical test/performance test),

untuk mengukur kemampuan praktika para pelamar;

pelamar diminta mengerjakan beberapa kegiatan yang

erat kaitannya dengan operasi organisasi.

B. test psikologi (psychological test)

untuk mengukur dan menguji motivasi, tingkat kecerdasan,

kepribadian, bakat, dan minat para calon pegawai.

Umumnya dikenal jenis-jenis sebagai berikut:

a. test bakat (atitude test),

dimaksudkan untuk mencari bakat atau kemampuan

potensi yang dimiliki seseorang. Meliputi:

1. test kemampuan sesuatu yang bersifat mekanis

(mechanical reasoning),

2. abstrak (abstract reasoning),

3. kemampuan menarik kesimpulan secara tepat (space

relations),

4. kemampuan memanipulasi angka-angka (numerical

ability)

b. test minat (vocational interest test),

untuk mengetahui hal-hal apa yang disukai atau tidak

disukai oleh seseorang.

c. test kepribadian (personality test),

untuk mengukur karakteristik seseorang, seperti tingkat

emosi, kematangan, tanggung jawab, dan objektivitasnya.

d. projective test,

Page 20: Adm-kepeg Univ t Penang

untuk mengukur kemampuan seseorang dalam

menginterpretasikan suatu masalah.

e. test kecerdasan (intelegence test/test IQ),

merupakan teknis seleksi yang paling umum digunakan

untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang.

3. Wawancara (interview),

Merupakan suatu komunikasi atau interaksi verbal antara dua

orang atau lebih untuk suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya

dengan proses seleksi, tujuan utama yang ingin dicapai adalah:

a. memilih calon pegawai yang paling mampu dan sesuai dengan

keperluan organisasi.

b. Untuk menyampaikan informasi tentang organisasi kepada

calon pegawai sehingga calon pegawai sepenuhnya

menyadari sifat dan hakekat pekerjaan yang akan

dilakukannya serta mengetahui kondisi organisasi yang

sebenarnya.

c. Memastikan bahwa calon pegawai yang dipilih memang betul-

betul bermint bekerja.

Ada beberapa tipe/jenis wawancara yang dapat dipergunakan

sesuai dengan klasifikasi sebagai berikut:

1. Dari tujuannya, dikenal:

a. wawancara untuk seleksi,

sebagai salah satu tahapan dari suatu prosedur seleksi

dalam pemilihan calon pegawai.

b. wawancara untuk pengumpulan data, appraisal, conseling

(teknik wawancara sering digunakan sebagai alat untuk

mengumpulkan data dalam kegiatan-kegiatan penelitian,

penilaian, dan konseling).

Page 21: Adm-kepeg Univ t Penang

2. Dari teknik/strukturnya, dikenal adanya:

a. Dept interview/planned interview/action interview

Pewawancara terlebih dahulu merencanakan pertanyaan-

pertanyaan dengan batasan-batasan dan pola tertentu.

b. stress interview

suatu teknik wawancara yang mengharuskan pewawancara

menekan atau menyudutkan orang yang diwawancara agar

memberikan informasi dengan sebenar-benarnya, sejelas-

jelasnya, dan selengkap-lengkapnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara, adalah

sebagai berikut:

1. Personal biases

Harus disadari kemungkinan terjadinya kekaburan/bias dari

arah yang seharusnya dituju.

2. Prasangka (prajudice)

Pewawancara harus bersikap objective kepada seluruh calon

pegawai yang diwawancarainya.

3. Emosional

Selama wawancara berlangsung, pewawancara harus dapat

mengendalikan emosinya, walaupun calon pegawai bersikap

kurang menyenangkan atau mengjengkelkan.

4. Kesan sesaat (hello effect)

Harus disadari akan kemungkinan timbulnya pendapat pribadi

pewawancara yang ditimbulkan oleh adanya kesan sesaat

yang mempengaruhi penilaian tentang calon pegawai, baik

yang bersifat negatif atau positif. Kesan sesaat ini biasanya

timbul dan berumber dari penampilan calon pegawai.

Page 22: Adm-kepeg Univ t Penang

5. Ciptakan kondisi suasana yang baik dan bersahabat,

Selama wawancara berlangsung pewawancara harus dapat

menciptakan kondisi/suasana yang menyenangkan, janganlah

menunjukkan sikap acuh tak acuh atau tiedak memperdulikan.

6. Hindarkanlah sikap banyak bicara, sedikit mendengar,

Untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya dan

benar, pewawancara janganlah mendominasi pembicaraan.

7. Pewawancara harus memiliki keperibadian yang baik,

menyenangkan, pengalaman yang luas, ilmu pengetahuan

yang cukup,

8. usahakan agar wawancara berjalan sesuai dengan rencana,

baik yang menyangkut waktu, tempat, jenis, dan banyaknya

pertanyaan,

4. Pengujian Kesehatan (medical examination)

Melalui pengujian kesehatan dapat diketahui apakah calon

pegawai sesuai dan sehat badannya dan sesuai kondisi fisiknya

dengan standard kondisi yang dibutuhkan. Ada beberapa tujuan

utama dari pengujian kesehatan, yaitu:

1. menentukan apakah kualifikasi fisik para calon pegawai cukup

memenuhi syarat,

2. mengidentifikasi kondisi fisik para calon pegawai pada saat

diterima bekerja,

3. mencegah dipekerjakannya orang dengan panyakit tertentu,

4. membantu pelaksanaan proses penempatan pegawai yang

sesuai dengan kemampuan fisiknya.

5. Penelusuran Latar Belakang (background investigation and

reference check).

Untuk mendapatkan dan mengetahui kondisi calon pegawai

dimasa yang lalu, organisasi dapat menghubungi

sekolah/universitas, tempat asal bekerja atau pada orang-orang

yang mengenalinya. Dalam metode ini, biasanya seorang calon

pegawai mengisi formulir yang disediakan organisasi, kemudian

Page 23: Adm-kepeg Univ t Penang

untuk menguji kebenarannya dilakukan melalui wawancara.

Untuk instansi-instansi pemerintah, metoda ini dikenal dengan

clearence test atau screening.

METODE/TEKNIK SELEKSI

1. BLANKO ISIAN/LAMARAN

2. TESTING A. TEST PRESTASI

1. test akademik

2. test leterampilan

B. TEST PSIKOLOGI

1. test bakat

2. test minat

3. test kepribadian

4. projective test

5. terst kecerdasan

3. WAWANCARA A. TUJUAN

1. untuk seleksi

2. untuk pengumpulan data

B. TEKNIK/STRUKTUR

1. dept interview/planned/action

2. stress interview

C. PERHATIKAN

1. personnal biases

2. prasangka

3. emosional

4. kesan sesaat

5. kondisi/suasana (baik dan bersahabat)

6. sikap (hindari banyak bicara sedikit mendengar)

7. pewawancara (memiliki kepribadian baik, menyenangkan,

pengalaman luas dan ilmu pengetahuan cukup)

8. sesuai dengan rencana (waktu, tempat, jenis dan banyak

pertanyaan)

4. PENGUJIAN KESEHATAN

5. PENELUSURAN LATAR BELAJAR

Page 24: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB V

PENEMPATAN (PLACEMENT)

Setelah calon pegawai dinyatakan diterima/lulus, maka calon yang

bersangkutan akan ditempatkan pada jabatan atau unit kerja sesuai

dengan kualifikasi yang dimilikinya.

Penempatan (placement) tidak diartikan hanya pada pegawai baru,

tetapi penempatan juga berlaku untuk pegawai lama dalam posisi

dan jabatan yang baru, sebagai akibat adanya program mutasi.

Akibat dari kesalahan penempatan, diantaranya dapat:

1. Meningkatkan labour turn over (LTO),

2. Timbulnya konflik,

3. Timbul/meningkatnya angka kecelakaan kerja.

Untuk menghindari kesalahan penempatan pegawai, maka dasar

yang harus digunakan oleh organisasi adalah job analysis, job

description, dan job specification.

Page 25: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB VI

PEMBEKALAN (ORIENTASI) Tujuan pembekalan adalah sebagai berikut:

1. untuk membentuk sikap pegawai yang baik terhadap kebijaksanaan

organisasi,

2. untuk membantu menimbulkan semangat dan antusiasme pegawai

yang bersangkutan,

3. mempercepat proses integrasi pegawai beru dengan organisasi,

4. untuk mengatasi rasa canggung dan mengurangi konflik yang mungkin

timbul selama masa kerja percobaan.

Menurut Andrew F. Sikula (dalam Bambang Wahyudi, 1991:95),

informasi-informasi yang umum diberikan organisasi selama program

pembekalan adalah sebagai berikut:

1. Mengenai perjanjian kerja atau serikat kerja (collective bargaining

agreement),

2. Ketentuan-ketentuan , kebijaksanaan dan sejarah organisasi

(company history, policies and practices)

3. Pabrik dan fasilitas yang dimiliki perusahaan/organisasi (company

plants and facilites),

4. produk-produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan/organisasi

(campany product or service),

5. tanggung jawab perusahaan/organisasi terhadap para pegawai

(company responsibility to the employees),

6. program pelayanan perusahaan/organisasi (company service

program)

7. kunjungan ke pabrik/perusahaan/organisasi dan departemen-

departemen (departement and plant tours)

8. system penilaian prestasi kerja (employee appraisal and

performance system).

9. tanggung jawab pegawai terhadap organisasi (employee

responsibilities to the campany),

10. Rencana/program kesehatan dan kesejahteraan (health and benefit

plans),

11. Perkenalan dengan rekan sekerja (instroduction to fellow

employess),

12. Struktur organisasi (organization structure),

Page 26: Adm-kepeg Univ t Penang

13. Prosedur dan kebijaksanaan penggajian (pay policies and

procedures),

14. Kebijaksanaan promosi (promotion polices),

15. Peraturan-peraturan (rules of conduct),

16. Program keselamatan kerja (safety program),

17. kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan (training

and development opportunities),

18. Jadwal dan tugas kerja (work assigment and schedule).

Page 27: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB VII

PENGEMBANGAN PEGAWAI

Pendahuluan

Fungsi pengembangan pegawai, kegiatannya dimulai dengan

melakukan penilaian terhadap prestasi kerja setiap individu yang

berada dalam organisasi, sehingga akan dikektahui secara pasti

kualitas pegawai yang dimiliki pada suatu periode tertentu.

Dengan penilaian prestasi kerja akan dapat diketahui kemungkinan

pengembangan pegawai yang bersangkutan, baik melalui

mengikutsertakan dalam program-program pelatihan dan

pengembangan maupun program pengembangan karier.

Pelatihan dan pengembangan pegawai dalam suatu organisasi

dimaksudkan sebagai usaha penyesuaian atau menghilangkan

adanya jurang pemisah (gap) antara kemampuan kerja sebenarnya

dengan kemampuan kerja yang dibutuhkan. Kegiatan dimulai

dengan penentuan kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan

yang dapat diketahui melalui hasil dari penilaian prestasi kerja.

Pengertian T & D

Pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek

yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana

PENGEMBANGAN PEGAWAI

1. TRAINING AND DEVELOPMENT

2. PENGEMBANGAN KARIER

Page 28: Adm-kepeg Univ t Penang

pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan

teknis dalam tujuan yang terbatas.

Pengembangan (development) adalah merupakan suatu proses

pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur

sistematis dan terorganisir dimana pegawai manajerial mempelajari

pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan yang

umum.

Dengan demikian, istilah pelatihan ditujukan kepada pegawai

pelaksana dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan teknis, sedangkan pengembangan diperuntukkan bagi

pegawai tingkat manajerial dalam rangka untuk meningkatkan

kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan,

dan memperluas human ralation.

Perbedaan antara pelatihan dan pengembangan

Berdasarkan dimensi belajarnya dapat dibedakan sebagai berikut:

Dimensi

Belajar

Pelatihan

Pengembangan

Siapa

Apa

Mengapa

Waktu

Non manajer

Keterampilan teknis

Tujuan khusus

berhubungan dengan

jabatan

Jangka pendek

Manajer

Kemampuan teori dan

konsepsi

Tujuan umum

Jangka Panjang

Sedangkan menurut Robert L. Kaltz (dalam Bambang Wahyudi,

1991:123), perbedaan antara pelatihan dan pengembangan terletak

pada bobot materi program dengan asumsi bahwa dalam suatu

Page 29: Adm-kepeg Univ t Penang

organisasi ada 3 (tiga) macam kemampuan yang harus dimiliki,

yaitu:

1. Kemampuan/keterampilan teknis,

2. Kemampuan untuk melakukan interaksi, dan

3. Kemampuan teori/konsepsi

Komponen T & D

Komponen-komponen pelatihan dan pengembangan terdiri atas:

1. Tujuan dan sasaran,

jelas dan dapat diukur.

2. Para pelatih (trainers),

berkualitas yang memadai,

3. Materi,

disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode,

sesuai dengan tingkat kemampuan pegawai yang menjadi

peserta.

5. Peserta (trainee).

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

3.5. Prinsif Perencanaan T & D

MC. Gehee (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, 1988:23)

mengemukakan prinsif-prinsif perencanaan pelatihan dan

pengembangan pegawai adalah sebagai berikut:

1. materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan

tahapan-tahapan,

2. tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dicapai,

Page 30: Adm-kepeg Univ t Penang

3. penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang

berhubungan dengan serangkaian materi pelajaran,

4. adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon

yang positif dari peserta.

5. Menggunakan konsep shaping (pembentukan) perilaku.

Tahapan T & D

Tahapan-tahapan penyusunan pelatihan dan pengembangan adalah

sebagai berikut:

1. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan (job

study),

2. menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan,

3. menetapkan criteria keberhasilan dengan alat ukur,

4. menetapkan metode pelatihan dan pengembangan,

5. mengadakan percobaan (try out) dan revisi,

6. mengimplementasikan dan mengevaluasi.

3.7. Tujuan T & D

Tujuan pelatihan dan pengembangan adalah sebagai berikut:

1. meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi,

2. meningkatkan produktivitas kerja,

3. meningkatkan kualitas kerja,

4. meningkatkan ketetapan perencanaan pegawai,

5. meningkatkan sikap moral dan semangat kerja,

6. meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi

secara maksimal,

7. meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja,

8. meningkatkan perkembangan pegawai.

3.8. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan dalam T & D

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelatihan dan

pengembangan adalah sebagai berikut:

1. perbedaan individu pegawai,

2. hubungannya dengan job analisis,

3. motivasi,

4. partisipasi aktif,

Page 31: Adm-kepeg Univ t Penang

5. seleksi peserta,

6. seleksi penatar,

7. metode pelatihan dan pengembangan.

3.9. Kebutuhan T & D

T & D diharapkan dapat mencapai hasil lain dari pada memodifikasi

perilaku pegawai. Hal ini juga perlu mendapat dukungan secara

organisasi dan tujuan, seperti produksi, distribusi barang dan

pelayanan lebih efisien, menekan biaya operasi, meningkatkan

kualitas dan hubungan pribadi lebih efektip.

Goldstein dan Bukton, 1982 (dalam A. A. Anwar Prabu

Mangkunegara, 1988) mengemukakan ada tiga analisis kebutuhan

pelatihan dan pengembangan, yaitu:

1. organizational analysis,

2. job or task analysis, and

3. person analysis.

Ad. 1. Analisis organisasi

Menganalisis tujuan organisasi, sumberdaya yang ada dan

lingkungan organisasi yang sesuai dengan realita. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara mengadakan survei mengenai

sikap pegawai terhadap kepuasan kerja, persepsi pegawai,

dan sikap pegawai dalam administrasi. Disamping itu pula

dapat menggunakan turn over, absensi, kartu pelatihan dan

pengembangan, daftar kemajuan pegawai, dan data

perencanaan pegawai.

Ad. 2. Analisis job dan tugas

Analisis job dan tugas merupakan dasar untuk

mengembangkan program job training. Sebagaimana

program training dimaksudkan untuk membantu pegawai

meningkatkan pengetahuan, skill, dan sikap terhadap suatu

pekerjaan.

Page 32: Adm-kepeg Univ t Penang

Ad. 3. Analisis Pegawai

Analisis pegawai difokuskan pada identifikasi khusus

kebutuhan training bagi pegawai yang bekerja pada jobnya.

Kebutuhan training pegawai dapat dianalisis secara individu

maupun kelompok.

a. Kebutuhan individu dari pelatihan

Analisis kebutuhan individu dari pelatihan dapat dilakukan

dengan cara observasi oleh supervisor, evaluasi

keterampilan, kartu kontrol kualitas, dan test keterampilan

pegawai.

b. Kebutuhan kelompok dari pelatihan

kebutuhan kelompok dari pelatihan dapat diprediksi

dengan pertimbangan informal dan observasi oleh

supervisor maupun manajer.

3.10. Prinsif Belajar Dalam T & D

Setiap pelatihan dan pengembangan pada dasarnya bertujuan

untuk menghilangkan (memperkecil gap atau perbedaan antara job

requirement (ketentuan jabatan) dengan potensi yang dimiliki oleh

pegawai. Dus pelatihan dan pengembangan yang dilakukan harus

mampu merubah perilaku pegawai sesuai dengan kepentingan

organisasi. Dalam kaitan ini kita perlu mempelajari dan

mengetahui teori belajar (learning theory), sebab belajar

(learning) adalah salah satu proses fundamental yang mendasari

perilaku, dan kebanyakan perilaku dalam organisasi adalah

perilaku yang dipelajari, termasuk persepsi, sikap, tujuan, dan

reaksi emosional.

Sesuai dengan sasaran pelatihan dan pengembangan pegawai yang

hakekatnya adalah merubah perilaku seorang pegawai secara

relatif permanen, maka pemahaman tentang teori belajar akan

sangat berguna dalam menjamin keberhasilan suatu program

pelatihan dan pengembangan.

Teori belajar pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua)

kategori, yaitu:

Page 33: Adm-kepeg Univ t Penang

1. teori stimulus respon, dan

2. teori kognitif.

Ad. 1. Teori stimulus respon

Menurut teori ini, belajar merupakan hasil dari asosiasi

antara stimulus-respon (s-r) sehingga pemecahan masalah

yang dihadapi dilakukan secara coba-coba (trial and error).

Yang dimaksud dengan stimulus ialah suatu petunjuk adanya

peristiwa untuk suatu respon (tanggapan). Stimulus-stimulus

akan menetapkan tingkat bagi respon atau serangkaian

respon. Dalam beberapa hal stimulus yang menimbulkan

respon itu jelas. Tetapi dalam hal-hal lain stimulus untuk

tanggapan khusus tidak jelas.

Sedangkan yang dimaksud dengan respon merupakan hasil

keperilakuan dari stimulus, yaitu aktivitas dari orang yang

bersangkutan tanpa memandang apakah stimulus itu dapat

diidentifikasi atau aktivitas tersebut dapat diamati. Respon

akan selalu terkait dengan stimulus, sehingga jika stimulus

terjadi, tanggapan akan mengikutinya.

Ada 3 (tiga) teori yang termasuk dalam teori stimulus

respon, yaitu:

a. Teori koneksionisme dari Edward L Thorndike

(Thorndike’s Connectionisme).

Teori ini menyatakan bahwa belajar merupakan hasil

dari asosiasi tentang hubungan antara rangsangan

(stimulus) yang diterima pada indera manusia dengan

tanggapannya (respon) yang berbentuk perilaku.

Sehubungan dengan teori ini, dikemukakan beberapa

hokum dasar, sebagai berikut:

1. The law of effect

Penguatan dan pelemahan ikatan/koneksi antara

stimulus respon ditentukan oleh konsekuensi yang

mengikuti suatu respon. Contoh suatu respon yang

disertai/diikuti oleh keadaan yang tidak

Page 34: Adm-kepeg Univ t Penang

menyenangkan cenderung atau kemungkinan besar

respon tersebut akan dipertahankan atau diulangi

kembali. Sedangkan respon yang disertai/diikuti oleh

keadaan yang tidak menyenangkan (hukuman)

kemungkinan besar respon tersebut akan dihentikan

atau tidak akan diulangi kembali.

2. The law of exercise

Ikaktan/koneksi antara stimulus – respon akan

diperkuat dengan adanya latihan (law of use) dan

ikatan itu akan melemah apabila latihan

dihentikan/dikurangi (law of disuse). Yang dimaksud

diperkuat adalah kemungkinan akan adanya

pengulangan respon yang sama seperti respon yang

sebelumnya pada pengulangan stimulasinya (practice

makes perfect).

3. The law of readiness

Ada tiga kemungkinan, yaitu:

a. apabila seseorang siap melaksanakan tindakan,

maka melakukan tindakan itu akan menimbulkan

kepuasan,

b. apabila seseorang siap melakukan tindakan,

kemudian dihambat/dihalangi, maka akan

menimbulkan kejengkelan/keadaan yang tidak

menyenangkan.

c. Apabila seseorang tidak siap melakukan tindakan,

kemudian ia dipaksa untuk melakukan tindakan,

maka akan menimbulkan kejengkelan/keadaan

yang tidak menyenangkan.

Disamping tiga hukum dasar di atas, Edward L.

Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum

tambahan sebagai prinsif-prinsif dalam belajar, yaitu:

1. Multiple response

Apabila seseorang dihadapkan pada suatu masalah, ia

akan mencoba menggunakan berbagai respon sampai

Page 35: Adm-kepeg Univ t Penang

ia menemukan respon yang tepat untuk memecahkan

masalah tersebut (trial and error).

2. Set or attitude

Bahwa respon yang diberikan oleh seseorang

tergantung pada keseluruhan sikap atau set-nya, baik

yang sifatnya menetap/mantap, seperti budaya dan

lingkungan tertentu, maupun yang sifatnya temporer,

seperti rasa capek, mengantuk, dan sebagainya.

3. Prepotency of elements

Prinsif ini mengungkapkan bahwa seseorang akan

mampu bereaksi dengan memilih elemen-elemen yang

penting dan mengabaikan elemen-elemen/bagian yang

tidak penting atau membingungkan, sehingga setiap

situasi yang sama akan ditangani dengan respon yang

berbeda atau sebaliknya.

4. Response by analogy

Respon seseorang akan dipengaruhi oleh respon yang

telah dikenal sebelumnya, sehingga apabila seseorang

dihadapkan pada keadaan yang mirip dengan keadaan

yang telah dikenal sebelumnya, maka orang tersebut

akan memberikan respon yang hampir sama.

5. Associative shifting

Respon dapat dijaga dengan melalui suatu rangkaian

perubahan dalam situasi yang menstimulasi.

Elemen stimulasi sebagaian demi sebagian akan

diganti dengan elemen stimulus yang besar sama

sekali.

b. Teori classical conditioning dari Ivan Petrovich Pavlov

(Pavlov’s classical conditioning).

Prinsif dasar dari classical conditioning (CC) adalah

pemasangan (pairing) dari dua stimulus yang berbeda

kondisinya, yaitu:

Page 36: Adm-kepeg Univ t Penang

1. conditioning stimulus (CS)

setimulus ini disebut juga stimulus netral, karena

belum menghasilkan respon tertentu.

2. unconditioned stimulus (UC)

stimulus ini secara konsisten menghasilkan suatu

respon otomatis/refleks, yang dikenal dengan

unconditioned response (UR).

c. Teori operant conditioning dari B. F. Skinner

Dalam teorinya yang merupakan pengembangan teori

stimulus respon dari Thorndike, skinner membagi

conditioning (pengkondisian) menjadi 2 (dua) bentuk,

yaitu:

1. Respondent

Yaitu respon yang disebabkan oleh stimulus yang

sudah dikenal atau tingkah laku yang dikendalikan

oleh stimulus. Tingkah laku yang terbentuk disebut

sebagai respondent behavior.

2. Operant behavior

Adalah respon yang tidak memerlukan kaitan dengan

stimulus yang dikenal sehingga tingkah laku yang

muncul tergantung individu.

Ad. 2. Teori Kognitif

Dalam teori kognitif, proses belajar tidak saja melibatkan

assosiasi stimulus-respon, tetapi juga struktur kognitifnya

seperti daya ingat (memori), persepsi, harapan, dan

sebagainya.

Yang dimaksud kognitif disini menurut Morgan, King, dan

Robinson adalah sesuatu proses pembentukan pendapat yang

bersumber dari suatu informasi tertentu.

Page 37: Adm-kepeg Univ t Penang

Menurut teori kognitif perubahan perilaku seseorang terjadi

tanpa harus diberi reinforcement (penguatan) secara

eksplisit. Seseorang akan terus mempelajari assosiasi-

assosiasi dan hubungan-hubungan baru diantara berbagai

peristiwa/kejadian melalui pengalaman yang pernah

dialaminya. Dalam proses belajar seseorang akan

menyimpan dan menyusun informasi yang diperolehnya

dalam kondisi belajar tertentu. Bila suatu saat dievaluasi

atau diuji, maka respons yang muncul dari orang tersebut

tergantung pada informasi yang tersimpan dalam struktur

kognitifnya serta situasi yang dihadapi.

Dalam teori ini, dikenal seorang tokoh yaitu Edward C.

Tolman dengan teorinya Tolman’s sign learning. Dalam

teori ini tidak hanya sekedar mempelajari serangkaian

respons (conditioning), tetapi juga mencakup pengertian

untuk memilih respon yang paling tepat untuk suatu stimulus

yang sesuai dengan harapan dan peta kognitif (kognitif map)

tentang lingkungan sekitarnya.

Dari beberapa teori belajar yang sudah dikemukakan, baik

teori stimulus-respon maupun teori kognitif, apabila

dihubungkan dengan pelatihan dan pengembangan, dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. apabila hasil program T & D memungkinkan tercapainya

tujuan pribadi para peserta, maka proses belajar yang

maksimal akan terjadi.

2. reinforcement (penguatan) dalam bentuk reward

(imbalan) cenderung lebih efektip dalam menciptakan

proses belajar dibandingkan dengan pemberian hukuman

(punishment).

3. proses belajar tidak hanya menjadi lebih efektip dan

berhasil bila terdapat reinforcement yang cukup, tetapi

juga bila peserta diberi tahu hasil dari setiap program T

& D dalam lingkungan organisasi dan industri,

keikutsertaan secara aktif dengan berulang-ulang

melakukan tugas atau materi yang dipelajari cenderung

meningkatkan keahlian dalam kerja.

4. untuk materi-materi yang baru, waktu pelatihan harus

dibagi dalam beberapa bagian dengan jarak antara tiap

bagian. Dalam jarak antara bagian tersebut dilakukan

Page 38: Adm-kepeg Univ t Penang

aktivitas lain yang dapat membantu mengingatkan materi

yang dipelajari.

5. perbedaan pada setiap individu dan kesiapan/kemampuan

mental peserta mempunyai pengaruh yang kuat bagi

berhasil tidaknya suatu program T & D.

TEORI BELAJAR DALAM T & D

1. TEORI STIMULUS RESPON

a. TEORI KONEKSIONISME (Edward L. Thorndike)

hukum dasar

- the law of effect

- the law of exircise

- the law of readiness

hukum tambahan

1. multiple response

2. set of attitude

3. prepotency of elements

4. response by analogy

5. associative shifting

b. TEORI CLASSICAL CONDITIONING (Ivan Petrovich

Povlov)

1. conditioning stimulus (CS)

2. unconditioning stimulus (US)

c. TEORI OPERANT CONDITIONING (B.F. Skinner)

1. Respondent

2. Operant behavior

2. TEORI KOGNITIF

Page 39: Adm-kepeg Univ t Penang

Metode-Metode T & D

Metode-metode dalam training/pelatihan adalah sebagai berikut:

1. On the job training (pelatihan di tempat kerja)

Adalah merupakan suatu bentuk latihan keterampilan pegawai

operasional (pelaksana teknis) dengan cara penugasan untuk

bekerja langsung sambil belajar.

Penekanan untuk belajar dan hampir seluruhnya berupa praktek

dan dilakukan dalam pembatasan waktu tertentu. Secara

singkat pembimbing/pelatih ialah atasan langsung (lini

supervisi) yang merupakan kepala bagian dimana calon

berpraktek.

2. Vestibule school/sekolah vestibul (ruang khusus)

Yaitu bentuk latihan kerja dengan pembentukan unit atau

bagian khusus tempat latihan kerja dilakukan, dilengkapi

dengan mesin-mesin/peralatan dan bahan baku sehingga

keadaannya persis sama dengan praktek (dalam pabrik atau

kantor).

3. Apprenticeship (magang)

Program magang dirancang untuk tingkat keterampilan yang

lebih tinggi. Program magang lebih mengutamakan pendidikan

jika dibandingkan dengan pelatihan di tempat kerja, artinya

program magang melibatkan pengetahuan dalam melakukan

suatu keterampilan. Program magang biasanya

menggabungkan pelatihan di tempat kerja dengan pengalaman

dari sekolah untuk mata pelajaran tertentu.

4. Special cources (kursus-kursus khusus)

Adalah merupakan kursus-kursus keterampilan dalam bidang-

bidang yang lebih khusus/sempit. Dalam praktek, kadang-

kadang lebih banyak menyajikan teori daripada

praktek/lapangan.

Page 40: Adm-kepeg Univ t Penang

Sedangkan metode untuk pengembangan/development, unsur-unsur

pimpinan umumnya dikelompokkan atas:

a. Decision making skills (keterampilan dalam pengambilan

keputusan)

Adalah suatu proses memilih alternatif yang terbaik, meliputi

cepat, tepat dan tegas. Metode-metode dalam decision making

skills adalah sebagai berikut:

1. in basket

merupakan metode pengembangan dengan cara membekali

calon dengan seluruh data organisasi/perusahaan yang

diperlukan, kemudian kepadanya diminta mengambil suatu

keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah dalam

organisasi/perusahaan tersebut.

Bentuk ini merupakan suatu stimulus yang bersifat

pendidikan perorangan, bukan kelompok untujk mengambil

keputusan, terutama keputusan atas masalah yang rumit dan

sulit serta mendesak dengan tujuan utamanya untuk

meningkatkan kemampuan pimpinan menilai dan

menentukan prioritas/pilihan.

2. business game

metode ini merupakan suatu bentuk latihan simulasi yang

dilakukan dalam kelas. Pengorganisasian para pesertanya

dilakukan dengan membagi peserta ke dalam beberapa team

yang bertugas untuk secara kompetitif memecahkan masalah

tertentu dari suatu organisasi tiruan.

Sasaran yang ingin dicapai dengan metode ini adalah

kemampuan untuk mengambil keputusan bersama atau suatu

keputusan yang integral.

3. studi kasus (case study/telaah kasus),

metode studi kasus (case study) ini dilaksanakan dengan

cara para peserta diminta untuk membahas masalah/kasus

tertentu dalam organisasi.

Page 41: Adm-kepeg Univ t Penang

Pembahasannya dapat dilakukan secara tertulis maupun

lisan. Kasus yang dibahas biasanya merupakan kasus nyata

yang dikumpulkan dari berbagai organisasi. Sasaran yang

ingin dicapai dengan menggunakan metode ini adalah:

a. menemukan masalah, baik besar atau kecil dari suatu

kasus (kemampuan mendiagnosis),

b. memiliki kemampuan untuk memisahkan fakta yang

penting dari yang tidak penting,

c. menganalisa pokok masalah dan menggunakan logika

untuk menjembatani kesenjangan (gap) yang ada di

dalam fakta-faktanya (kemampuan menganalisis),

d. menemukan berbagai cara untuk memecahkan masalah.

b. Interpersonal skills (keterampilan antar pribadi)

Yaitu pengembangan yang berorientasi pada perilaku untuk

meningkatkan kemampuan untuk mengerti tentang orang lain

atau berinteraksi dengan orang lain. Metode-metodenya,

antara lain:

1. Role playing (permainan peran)

Adalah merupakan latihan berupa stimulasi untuk

mengajarkan kepada peserta cara berperan/berinteraksi

secara individual dalam kelompok kerjasama.

Peserta dilatih untuk mengambil bagian dalam proses

kerjasama dengan kelompoknya dan dalam situasi tertentu

harus mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan rekan-

rekannya melalui gerakan atau mimik muka tanpa harus

berbicara.

2. Sensitivity training (latihan kepekaan)

Metode ini dipergunakan apabila sasaran pokok dari

pelatihan dan pengembangan yang dilakukan adalah

mengembangkan kesadaran dan kepekaan peserta terhadap

pola tingkah laku pribadinya dan orang lain. Beberapa

sasaran khusus dari metode ini, antara lain:

Page 42: Adm-kepeg Univ t Penang

a. peningkatan keterbukaan terhadap orang lain,

b. perhatian yang lebih besar kepada orang lain,

c. peningkatan toleransi atas perbedaan individual,

d. pengurangan sikap prasangka yang bersifat etnik,

e. pemahaman atas proses kelompok,

f. peningkatan kemampuan mendengarkan pendapat orang

lain,

g. peningkatan kepercayaan dan pemberian dukungan

kepada orang lain.

c. Job Knowledge (pengetahuan tentang pekerjaan)

Yaitu penataran bagi pimpinan agar lebih menguasai jabatan

yang dipercayakan kepadanya. Metode-metode dalam job

knowledge sebagai berikut:

1. on the job experience (pengalaman di tempat kerja)

yaitu dengan cara menugaskan sesesorang untuk bekerja

secara langsung dalam organisasi/perusahaan tanpa

dibatasi waktu.

2. coaching

merupakan metode pendidikan untuk mengembangkan

seseorang dalam jabatannya secara intensif dan bersifat

individu.

3. under study (pemain pengganti)

merupakan metode pengembangan dalam kepemimpinan

dengan cara menugaskan calon untuk berkarya secara

langsung, tetapi dalam posisi sebagai wakil kepala yang

dikaderkan untuk menggantikan kepala/atasan.

d. Organization knowledge (pengetahuan tentang organisasi)

Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang

organisasi secara keseluruhan atau tentang jabatan-jabatan

dalam organisasi. Metode-metodenya, antara lain:

Page 43: Adm-kepeg Univ t Penang

1. position rotation (rotasi jabatan)

merupakan metode pengembangan bagi pimpinan dengan

cara memutasikan seseorang pada berbagai jabatan secara

periodic dalam organisasi/perusahaan sehingga yang

bersangkutan dapat mengetahui keseluruhan jabatan.

2. multiple management (manajemen ganda)

merupakan bentuk latihan kepemimpinan dengan cara

membentuk suatu unit organisasi yang berfungsi sebagai staf

penasehat dan di dalamnya terdapat calon pemimpin yang

bertugas membantu manajemen organisasi/perusahaan

dalam bentuk nasehat-nasehat atas masalah yang dihadapi

organisasi/perusahaan. Unit ini disebut dewan direktur

(yunior board of directore).

e. pengetahuan umum (general knowledge)

merupakan bentuk pengembangan yang berupa usaha

meningkatkan pengetahuan umum dalam berbagai bidang.

Metode-metodenya adalah:

1. kursus-kursus khusus (special courses)

yaitu kursus-kursus dalam bidang tertentu yang umumnya

memerlukan waktu singkat dan merupakan suatu asfek

tertentu dalam bidang kepemimpinan.

2. pertemuan-pertemuan khusus (special meetings)

yaitu untuk memperluas wawasan berfikir pimpinan dengan

cara mengadakan rapat-rapat, lokakarya, seminar, dan lain-

lain dengan topik tertentu yang umumnya berlangsung

dalam waktu singkat.

3. bacaan-bacaan pilihan (selective readings)

merupakan bentuk pengembangan pimpinan, tidak dalam

kegiatan praktek langsung dalam organisasi/perusahaan,

tetapi memberikan tugas-tugas rutin berupa bacaan yang

harus dianalisa/diterjemahkan.

Page 44: Adm-kepeg Univ t Penang

f. special individual needs (kebutuhan khusus perorangan)

metode-metodenya:

1. proyek-proyek khusus (special projects),

tumbuh dari suatu analisis atas kelemahan individu. Dari

penugasan proyek, peserta memperoleh pengalaman yang

berharga dan pelajaran-pelajaran lainnya yang berkaitan

dengan proyek tersebut.

2. penugasan-penugasan panitia (committee assignments)

ditugaskan sehubungan dengan pekerjaan organisasi, dalam

hal ini harus dilengkapi pula dengan personil yang mampu.

Page 45: Adm-kepeg Univ t Penang

METODE T & D

METODE TRAINING

1. ON THE JOB TRAINING (pelatihan di tempat kerja)

2. VESTIBULE SCHOOL (sekolah vestibul/ruang khusus)

3. APPRENTICESHIP (magang)

4. SPECIAL COURSE (kursus-kursus khusus)

METODE DEVELOPMENT

1. DECISION MAKING SKILLS (keterampilan mengambil keputusan)

a. in basket,

b. business game,

c. studi kasus

2. INTERPERSONAL SKILL (keterampilan antar pribadi)

a. role playing (permainan peran)

b. sensitivity training (latihan kepekaan)

3. JOB KNOWLEDGE (pengetahuan tentang pekerjaan)

a. on the job experience (pengalaman di tempat kerja)

b. coaching

c. under study (pemain pengganti)

4. ORGANIZATION KNOWLEDGE (pengetahuan tentang organisasi)

a. position rotation (rotasi jabatan)

b. multiple management (manajemen ganda)

5. GENERAL KNOWLEDGE (pengetahuan umum)

a. kursus-kursus khusus,

b. pertemuan-pertemuan khusus

c. bacaan-bacaraan pilihan

6. SPECIAL INDIVIDUAL NEED

a. proyek-proyek khusus (spesial projects)

b. penugasan-penugasan panitia (commite assignment)

Page 46: Adm-kepeg Univ t Penang

3.12. Evaluasi T & D

Goldstein dan Buxton berpendapat bahwa evaluasi pelatihan dan

pengembangan dapat didasarkan pada kriteri (pedoman dari

ukuran kesuksesan) dan rancangan percobaan.

a. Kriteria dalam evaluasi T & D

ada 4 (empat) kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman

dari ukuran kesuksesan T & D, yaitu:

1. kiteria pendapat

kriteria ini didasarkan pada bagaimana pendapat peserta

pelatihan mengenai pelatihan yang telah dilakukan.

2. kiteria belajar

criteria belajar dapat diperoleh dengan menggunakan tes

pengetahuan, tes keterampilan yang mengukur skill, dan

kemampuan peserta.

3. kiteria perilaku

kriteria perilaku dapat diperoleh dengan menggunakan tes

keterampilan kerja. Sejauhmana ada perubahan perilaku

peserta sebelum pelatihan dan setelah pelatihan.

4. kiteria hasil

kriteria hasil dapat dihubungkan dengan hasil diperoleh,

seperti menekanan turnover, berkurangnya tingkat absen,

meningkatkan produktivitas, meningkatnya

penjualan/pelayanan, meningkatkan kualitas kerja,

pelayanan dan produksi.

b. Rancangan perubahan dalam evaluasi T & D

dalam mengevaluasi pelatihan dapat dilakukan dengan

membuat rancangan percobaan. Peserta diberikan tes sebelum

pelatihan (pretest) dan kemudian setelah pelatihan kembali tes

pelatihan (posttest).

Page 47: Adm-kepeg Univ t Penang

3.13. Pengembangan Karier

Pengertian

Menurut pendapat Andrew J. Dubrin (1982:197), pengembangan

karier adalah aktivitas kepegawaian yang membantu pegawai-

pegawai merencanakan karir masa depan mereka di

organisasi/perusahaan agar organisasi/perusahaan dan pegawai

yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara maksimal.

3.13.2. Tujuan

Tujuan pengembangan karier dikemukakan oleh Andrew J.

Durbin (1982:198) sebagai berikut:

1. To aid in achieving individual and organizational goals (membantu dalam mencapai tujuan individu dan organisasi),

Pengembangan karier membantu pencapaian tujuan

organisasi dan tujuan individu. Seorang pegawai yang sukses

dengan prestasi kerja sangat baik kemudian menduduki posisi

jabatan yang lebih tinggi, hal ini berati tujuan organisasi dan

tujuan individu tercapai.

2. To indicate concern for the welfare of individuals (menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai).

Organisasi merencanakan karier pegawai dengan

meningkatkan kesejahteraan agar pegawai lebih tinggi

loyalitasnya.

3. To help individuals realize their potential (membantu

pegawai menyadari kemampuan potensi mereka).

Pengembangan karier membantu menyadarkan pegawai akan

kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai

dengan potensi dan keahliannya.

Page 48: Adm-kepeg Univ t Penang

4. To strengthen the relationship between the individual and

the organization (memperkuat hubungan pegawai dengan

organisasi).

Pengembangan karier akan memperkuat hubungan dan sikap

pegawai terhadap organisasi.

5. To demonstrate social responsibility (membuktikan tanggung

jawab social)

Pengembangan karier suatu cara menciptakan iklim kerja

yang positif dan pegawai-pegawai menjadi lebih bermental

sehat.

6. To aid affirmative action (EEO) programs (membantu

memperkuat pelaksanaan program-program organisasi),

Pengembangan karier membantu program-program

organisasi lainnya agar tercapainya tujuan organisasi.

7. To reduce turnover and personnel costs (mengurangi

turnover dan biaya kepegawaian)

Pengembangan karier dapat menjadikan turnover rendah dan

begitu pula biaya kepegawaian menjadi lebih efektip.

8. To encourage analysis of the total person (menggiatkan

analisis dari keseluruhan pegawai),

Perencanaan karier dimaksudkan mengintegrasikan

perencanaan kerja dan kepegawaian.

9. mengurangi keusangan profesi dan manajerial,

pengembangan karier dapat menghidarkan dari keusangan

dan kebosanan profesi dan manajerial.

10. to encourage the long range point of view (menggiatkan suatu

pemikiran/pandangan jarak waktu yang panjang).

Pengembangan karier berhubungan dengan jarak waktu yang

panjang. Hal ini karena menempatkan suatu posisi jabatan

Page 49: Adm-kepeg Univ t Penang

memerlukan persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan

porsinya.

3.13.3. Unsur Pengembangan Karier

Edwin B. Flippo menyebutkan ada tiga unsur yang harus

diperhatikan dalam langkah penyusunan program

pengembangan karier, yaitu:

1. career need assessment (manaksir kebutuhan karier)

Organisasi/perusahaan harus memberikan kesempatan dan

membantu setiap anggotanya untuk mengambil keputusan

yang tepat tentang pengembangan karier dirinya.

Mereka harus didorong dengan berbagai informasi

sebanyak-banyaknya dan petunjuk agar mampu mengukur

kebutuhan akan karier yang mungkin dicapainya dikemudian

hari.

2. opportunity career (kesempatan karir)

Dengan informasi tentang kesempatan karier yang ada

dalam organisasi, maka setiap pegawai dan calon pegawai

mengetahui dengan jelas berbagai kemungkinan jabatan

yang dapat didudukinya.

3. need opportunity alignment (penyesuaian kebutuhan dan

kesempatan karier)

Dengan pelaksananaannya, penyesuaian tersebut dapat

dilakukan dengan bantuan program mutasi pegawai atau

program pelatihan dan pengembangan pegawai.

Dengan program mutasi pegawai dimungkinkan dilakukan

penyesuaian melalui pemindahan dari satu jabatan ke

jabatan yang lain sesuai dengan jalur pengembangan karir

yang diinginkan atau tersedia. Sedangkan dengan program

pelatihan dan pengembangan pegawai berarti akan

dilakukan peningkatan kemampuan pegawai yang

bersangkutan untuk disesuaikan dengan kemampuan yang

Page 50: Adm-kepeg Univ t Penang

dibutuhkan oleh jabatan yang diinginkan berasarkan

rencana pengembangan karier yang ditetapkan.

Mutasi Personal

3.14.1. Pendahuluan

Mutasi personal atau yang dikenal dengan istilah personal

transfer diartikan sebagai suatu perubahan

posisi/jabatan/pekerjaan/tempat kerja dari seorang pegawai yang

dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal.

Mutasi secara vertikal mengandung arti bahwa pegawai yang

bersangkutan dipindahkan pada posisi/jabatan/pekerjaan yang

lebih tinggi/rendah dari sebelumnya.

Sedangkan mutasi secara horizontal mengadung arti terjadinya

perubahan posisi/jabatan/pekerjaan/tempat, namun masih dalam

level/tingkat yang sama.

Dengan pengertian seperti tersebut di atas, maka suatu mutasi

pegawai secara vertikal biasanya diikuti dengan perubahan dari

wewenang dan tanggung jawab, status, kekuasaan, dan

pendapatan, baik ke tingkat yang lebih tinggi maupun tingkat

yang lebih rendah.

Sebaliknya dengan mutasi horizontal yang sesuai dengan

pengertiannya tidak diikuti dengan perubahan tingakat wewenang

dan tanggung jawab, status, kekuasaan dan pendapatan. Yang

berubah dalam mutasi secara horizontal hanyalah bidang tugas

atau areal tempat tugasnya.

Tujuan Mutasi

Tujuan secara umum dilaksanakan program mutasi personal

adalah untuk menciptakan/meningkatkan efisiensi dan efektivitas

kerja dalam organisasi.

Secara khusus, pelaksanaan mutasi personal akan mampu

menghasilkan beberapa tujuan khusus yang merupakan sasaran,

antara lain sebagai berikut:

Page 51: Adm-kepeg Univ t Penang

1. menciptakan keseimbangan antara pegawai dengan jabatan

yang ada dalam organisasi.

Sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi kepegawaian

yang stabil (personal stability). Stabilitas kepegawaian akan

terwujud apabila penempatan pegawai dalam suatu organisasi

dapat dilakukan secara tepat (the right man on the right job),

2. Membuka kesempatan untuk pengembangan karier.

Tujuan ini dimaksudkan untuk mendorong atau merangsang

pegawai agar berupaya menjangkau karier yang lebih tinggi,

yang berarti pula bahwa mereka akan berusaha mencurahkan

kemampuannya yang ditopang oleh semangat kerja yang

tinggi.

3. Memperluas dan menambah pengetahuan.

Memperluas wawasan dan pengetahuan merupakan kebutuhan

yang perlu mendapat perhatian dalam suatu organisasi.

Dengan demikian pegawai yang ada, wawasan dan

pengetahuannya tidak terbatas atau terpaku hanya pada satu

bidang tertentu saja. Dengan mutasi personal berarti terbuka

kesempatan bagi pegawai untuk memperluas wawasan dan

pengetahuannya dalam organisasi yang bersangkutan.

4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan

Apabila seorang pegawai terus menerus dari tahun ke tahun

memegang jabatan yang sama, maka akan menimbulkan

kebosanan dan kejenuhan yang akibatnya sangat berbahaya.

Kebosanan dan kejenuhan akan menimbulkan pegawai yang

bersangkutan terjebak pada rutinitas kerja dan menurunkan

gairah serta semangat kerjanya. Untuk itu perlu terus

diupayakan adanya penyegaran-penyegaran.

5. Memberikan imbalan terhadap prestasi kerja.

Suatu mutasi personal dapat dipergunakan untuk memberikan

imbalan sebagai penghargaan kepada pegawai yang

berprestasi, yaitu dalam bentuk peningkatkan

jabatan/posisi/pekerjaan.

Page 52: Adm-kepeg Univ t Penang

Peningkatan ini selain diikuti dengan meningkatnya wawasan

dan tanggung jawab, biasanya diikuti pula dengan

peningkatan pendapatan yang diterima.

6. Membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam

meningkatkan prestasi kerja.

Setiap organisasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

meraih posisi/jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi. Namun

kesempatan yang tersedia terbatas, sehingga setiap pegawai

harus mengikuti persaingan dengan sesama rekan kerja dalam

meningkatkan prestasi kerjanya.

7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran

Apabila seorang pegawai melakukan pelanggaran atau tidak

mampu memperlihatkan prestasi yang baik, mutasi personal

dapat dijadikan alat untuk menghukum, yakni dengan jalan

menurunkan posisi/jabatan/pekerjaan ke tingkat yang lebih

rendah (demosi).

Landasan Mutasi

Secara mendasar berbagai landasan pertimbangan mutasi

personal yang dilakukan dapat digolongkan ke dalam beberapa

landasan dasar, yaitu:

1. Sistem merit (prestasi)

Dalam system merit, yang dijadikan landasan oleh organisasi

untuk melakukan mutasi personal adalah prestasi kerja

(kecakapan, bakat, pengalaman, dan kesehatan sesuai

kriteria) dari pegawai yang bersangkutan. Dengan dasar

pertimbangan ini, maka hanya pegawai yang berprestasilah

yang dapat terus mengembangkan kariernya, sementara

mereka yang berprestasi dibawah standard akan tersisihkan.

Kualitas harus dibuktikan dengan ujian, ijazah dan

keterangan-keterangan lain.

Page 53: Adm-kepeg Univ t Penang

2. Sistem senioritas (carier system/system meningkat)

Landasan mutasi personal yang dipergunakan dalam system

ini adalah senioritas seseorang pegawai. Senioritas diartikan

sebagai lamanya masa kerja seseorang yang diakui

organisasi, baik pada jabatan yang bersangkutan maupun

dalam organisasi secara keseluruhan. Dalam senioritas

tercermin pula pengertian usia serta pengalaman kerja

seseorang.

3. Sistem Patronage (kawan)

merupakan system mutasi personal yang paling subyektif.

Dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam system ini

adalah hubungan politik, keluarga, kenalan, klik atau koneksi.

biasanya dijumpai dalam organisasi perusahaan milik

keluarga. Beberapa hubungan subyektif, antara lain:

a. politik,

b. non politik (nepotisme), seperti: keluarga, kawan akrab,

teman yang baik

3.14.4. Bentuk-Bentuk Mutasi

Beberapa bentuk mutasi personal dapat dipergunakan dalam

suatu organisasi yang secara garis besar dapat diklasifikasikan

dalam 2 (dua) golongan, yaitu:

1. Mutasi vertikal,

2. Mutasi horizontal.

Ad. 1. Mutasi Vertikal, terdiri atas:

1. Promosi

suatu promosi diartikan sebagai perubahan

posisi/jabatan/pekerjaan dari tingkat yang lebih rendah ke

tingkat yang lebih tinggi. Perubahan ini biasanya akan diikuti

dengan meningkatnya tanggung jawab, hak serta status sosial

seseorang. Bentuk-bentuk promosi adalah sebagai berikut:

Page 54: Adm-kepeg Univ t Penang

a. Promosi sementara (temporary promotion)

Dilaksanakan untuk jangka waktu sementara

b. Promosi tetap (permanent promotion)

Berlangsung dalam jangka waktu relatif lama dan bersifat

defenitip

c. Promosi kecil (small scale promotion)

Dilaksanakan dalam bentuk upgrading untuk meningkatkan

kecakapan pegawai yang bersangkutan.

d. Promosi kering (dry promotion)

Dilakukan dengan disertai peningkatan dalam wewenang,

hak, dan tanggung jawab tetapi pendapatannya tidak

mengalamai perubahan.

2. Demosi

Demosi (demotion) merupakan suatu bentuk mutasi vertikal

berupa penurunan pangkat/posisi/jabatan/pekerjaan ke tingkat

yang lebih rendah. Penurunan

pangkat/posisi/jabatan/pekerjaan ini secara otomatis diikuti

dengan menurunnya pendapatan. Bentuk-bentuk demosi

adalah sebagai berikut:

a. penangguhan kenaikan pangkat,

terjadi sebagai akibat ketidakmampuan seorang pegawai

melaksanakan tugas dalam jabatannya, karena

pelanggaran disiplin atau terkena hukuman pidana.

b. Pembebastugasan (skorsing)

Dilakukan dengan membebastugaskan seorang pegawai

dari posisi/jabatan/pekerjaannya, tetapi masih memperoleh

pendapatan secara penuh. Biasanya dilakukan karena

suatu pelanggaran disiplin atau alasan-alasan lain seperti

alasan keamanan dan politis.

Page 55: Adm-kepeg Univ t Penang

c. Pemberhentian (retiring)

Merupakan bentuk mutasi vertikal yang paling akhir

berupa pemberhentian seorang pegawai dari

posisi/jabatan/pekerjaan yang sekaligus diikuti dengan

pemutusan hubungan kerja dan pemberhentian

pembayaran pendapatan (upah/gaji). Dapat berbentuk:

1. pemberhentian dengan hormat, karena beberapa

alasan:

a. pensiun,

apabila seorang pegawai telah mencapai batas usia

atau masa kerja maksimum sesuai dengan peraturan

organisasi dan perjanjian kerja yang telah disepekati

atau karena alasan-alasan lain.

b. atas permintaan sendiri,

c. layoff

suatu pemberhentian yang prakarsanya berasal dari

organisasi sebagai akibat harus dilakukannya

penghapusan suatu jabatan/pekerjaan atau karena

pengurangan pegawai (rasionalisasi).

2. pemberhentian tidak dengan hormat,

suatu pemberhentian berupa pemutusan hubungan kerja

secara paksa dan sepihak yang dilakukan sebagai

akibat pelanggaran disiplin yang sangat berat atau

karena putusan pengadilan.

Dalam pemberhentian (retiring), perlu diperhatikan

beberapa factor antara lain:

1. faktor kontradiktif

harus disadari bahwa suatu pemberhentian pegawai

selalu dihadapkan pada masalah terjadinya kontradiksi

kepentingan antara organisasi dan pegawai.

Page 56: Adm-kepeg Univ t Penang

2. faktor obyektif tentang kebutuhan riil organisasi,

kadang-kadang suatu organisasi secara obyektif masih

membutuhkan seorang pegawai yang memiliki

kemampuan dan keahlian tertentu yang masih langka.

Tetapi berdasarkan ketentuan organisasi pegawai yang

bersangkutan seharusnya diberhentikan, misalnya

karena masa kerjanya telah habis.

3. faktor sosial

pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja oleh

suatu organisasi hendaknya dilakukan dengan

memperhatikan secara matang dampak sosial yang

mungkin terjadi.

Ad. 1. Mutasi horizontal

Suatu mutasi horizontal yang merupakan pemindahan

pegawai dari satu posisi/jabatan/pekerjaan ke yang lain

tetapi masih dalam tingkat/level manajemen yang sama

sering diistilahkan pula sebagai transfer. Berdasarkan

tujuannya, dikenal bentuk-bentuk, antara lain:

1. Job rotation (perputaran jabatan)

Adalah merupakan bentuk mutasi personal yang

dilakukan secara horizontal. Bentuk mutasi semacam

ini biasanya dilakukan dengan tujuan antara lain untuk

menambah pengetahuan seorang pegawai dan

menghidarkan terjadinya kejenuhan. Dikenal beberapa

istilah, antara lain:

c. mutasi tempat (tour of area)

adalah merupakan pemindahan seorang pegawai

dari satu tempat/daerah kerja ke tempat/daerah

kerja yang lain, tetapi masih dalam

jabatan/posisi/pekerjaan yang tingkat/level sama.

Page 57: Adm-kepeg Univ t Penang

d. mutasi jabatan (tour of duty)

adalah merupakan pemindahan seorang pegawai

dari suatu jabatan ke jabatan lain pada tingkat/level

yang sama dan dalam lokasi yang sama pula.

Misalnya seorang kepala bagian keuangan di kantor

cabang Tanjungpinang dipindahkan menjadi kepala

bagian kepegawaian di kantor cabang

Tanjungpinang.

e. Rehabilitasi

Adalah merupakan suatu kebijaksanaan organisasi

untuk menempatkan kembali seorang pegawai pada

posisi/jabatan/pekerjaannya yang terdahulu setelah

pegawai yang bersangkutan menyelesaikan tugas

tertentu. Misalnya setelah mengikuti pendidikan dan

pelatihan, menjalani wajib militer atau alasan lain.

2. Production transfer

Adalah suatu bentuk mutasi horizontal yang ditujukan

untuk mengisi kekosongan pekerjaan pada suatu

posisi/jabatan/pekerjaan tertentu yang harus segera

diisi agar kontinuitas produksi dan peningkatannya

dapat terjamin.

3. Replecement transfer

Adalah suatu penggantian pegawai dalam organisasi

yang ditujukan untuk mempertahankan pegawai yang

berpengalaman dengan cara mengganti pekerja-pekerja

yang masih baru.

4. Versality transfer

Adalah merupakan suatu bentuk mutasi horizontal yang

bertujuan untuk menempatkan pegawai yang memiliki

kecakapan tertentu pada jabatan-jabatan yang memang

membutuhkan kecakapan tersebut.

Page 58: Adm-kepeg Univ t Penang

5. Shift transfer

Suatu bentuk mutasi horizontal berupa pemindahan

sekelompok pegawai yang melaksanakan suatu

pekerjaan/jabatan yang sama. Pemindahan tersebut

terjadi karena jabatan/pekerjaan tersebut harus

dilakukan oleh banyak pegawai yang masing-masing

tergabung dalam bentuk kelompok-kelompok kerja.

6. Remidal transfer

Adalah merupakan suatu bentuk mutasi horizontal yang

bertujuan untuk menempatkan seorang pegawai pada

jabatan/posisi/pekerjaan yang sesuai dengan kondisi

kerja yang bersangkutan.

Berdasarkan sumber gagasan dilakukannya mutasi dikenal

bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Personal transfer

Atas kehendak/keinginan pegawai yang bersangkutan.

2. Production transfer

Atas prakarsa organisasi sendiri

Berdasarkan jangka waktu pelaksananaan mutasi, dikenal

bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Temporary transfer

Dilakukan dengan memindahkan untuk sementara waktu

seorang pegawai pada jabatan tertentu sampai pejabat yang

defenitip menempati posnya.

2. Permanent transfer

Pemindahan seorang pegawai dilakukan untuk jangka waktu

lama dan bersifat depenitif.

Page 59: Adm-kepeg Univ t Penang

Syarat-syarat

Agar pelaksanaan mutasi personal dapat berjalan sesuai dengan

yang diharapkan dan tidak menimbulkan permasalahan baru bagi

organisasi, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan,

antara lain:

1. setiap mutasi yang dilakukan hendaknya jangan sampai

dirasakan sebagai suatu hukuman bagi pegawai yang

sangkutan.

2. hendaknya mutasi dilakukan untuk memperkuat kerjasama

kelompok.

3. mengurangi kejenuhan/kebosanan dari seorang pegawai.

Page 60: Adm-kepeg Univ t Penang

BENTUK-BENTUK MUTASI

A. VERTIKAL

1. PROMOSI

a. sementara,

b. tetap,

c. kecil,

d. kering

2. DEMOSI

a. penangguhan kenaikan pangkat,

b. pembebastugasan,

c. pemberhentian:

1. dengan hormat,

- pensiun,

- atas permintaan sendiri,

- layoff

2. tidak dengan hormat,

factor-faktor:

1. kontradiktif,

2. objektif tentang kebutuhan ril organisasi,

3. social

B. HORIZONTAL

1. Job Rotation,

- mutasi tempat,

- mutasi jabatan,

- rehabilitas.

2. Production transfer

3. Replecement transfer

4. Versality transfer

5. Shif transfer

6. Remidial transfer

Page 61: Adm-kepeg Univ t Penang

3.14.5. Permasalahan Mutasi

Beberapa permasalahan yang harus dihadapi dalam mutasi

personal, adalah sebagai berikut:

1. formasi kepegawaian dalam organisasi. Suatu kebijaksanaan

mutasi personal seringkali tidak dapat dilaksanakan karena

tidak tersedianya formasi pegawai.

2. permasalahan senioritas. Hambatan yang bersumber dari

pengaruh senioritas yang kadang-kadang memiliki

kecenderungan memiliki keengganan pegawai senior untuk

memberikan kesempatan kepada pegawai yang lebih muda

(yunior).

3. adanya anggapan atau pandangan yang berisifat etis/moral

terhadap suatu mutasi personal yang seringkali merugikan,

khususnya bagi pegawai yang bersangkutan,

4. kesulitan dalam menentukan standard untuk mutasi personal.

Seringkali pelaksanaan kebijaksanaan mutasi personal

mengalami kesulitan dalam menentukan secara objektif dasar

penilaian yang akan menjadi dasar mutasi seseorang.

SUMBER-SUMBER GAGASAN MUTASI

A. PERSONAL TRANSFER

B. PRODUCTION TRANSFER

JANGKA WAKTU MUTASI

A. TEMPORARY TRANSFER

B. PERMANENT TRANSFER

Page 62: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB VIII

KOMPENSASI

8.1. Pengertian

Kompensasi yaitu segala sesuatu yang berbentuk barang, uang dan

jasa yang diterima pegawai karena jasa yang telah diberikan kepada

organisasi atau segala sesuatu yang diterima para pegawai sebagai

balas jasa untuk kerja mereka.

8.2. Kepentingan

Kompensasi sangat penting bagi:

1. Pegawai, dan

Hal ini karena kompensasi merupakan sumber penghasilan bagi

mareka dan keluarga. Kompensasi juga merupakan gambaran

dalam status social bagi pegawai. Tingkat penghasilan sangat

berpengaruh dalam menentukan standard kehidupan.

2. organisasi/majikan/perusahaan

Bagi organisasi/majikan/perusahaan, kompensasi merupakan

faktor utama dalam kepegawaian. Kebijakan kepegawaian

banyak berhubungan dengan pertimbangan untuk menentukan

kompensasi pegawai. Tingkat besar kecilnya kompensasi

pegawai sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat

jabatan, dan masa kerja pegawai. Maka dari itu dalam

menentukan kompensasi pegawai perlu didasarkan kepada

penilaian prestasi, kondisi pegawai, tingkat pendidikan, jabatan,

dan masa kerja pegawai. Kompensasi yang diberikan kepada

pegawai sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja dan

motivasi kerja, serta hasil kerja.

Organisasi yang menentukan gaji/upah dengan

mempertimbangkan standard kehidupan normal, akan

memungkinkan pegawai bekerja dengan penuh motivasi. Hal ini

karena motivasi kerja pegawai banyak dipengaruhi oleh

terpenuhi tidaknya kebutuhan minimal kehidupan pegawai dan

keluarganya.

Page 63: Adm-kepeg Univ t Penang

8.3. Faktor-Faktor

Penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

menurut Leon C. Megginson (1981:401) adalah sebagai berikut:

1. Goverment factors (factor pemerintah)

Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan

standard gaji minimal, pajak pengahasilan, penetapan harga

bahan baktu, biaya transportasi/angkutan, inflasi maupun

devaluasi sangat mempengaruhi organisasi dalam menentukan

kebijakan kompenasi pegawai.

2. Collective bargaining (penawaran bersama antara organisasi

dan pegawai)

Kebijakan dalam penentuan kompensasi dapat dipengaruhi pula

pada saat terjadinya tawar menawar mengenai besarnya

gaji/upah yang harus diberikan oleh organisasi kepada

pegawainya. Hal ini tertuma dilakukan oleh organisasi dalam

merekrut pegawai yang mempunyai keahlian dalam bidang

tertentu yang sangat dibutuhkan di organisasi.

3. Standard and cost of living (standard dan biaya hidup pegawai)

Kebijakan kompensasi perlu memperhatikan standard dan biaya

hidup minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai

harus terpenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai

dan keluarga maka pegawai akan merasa aman. Terpenuhinya

kebutuhan dasar dan rasa aman pegawai akan memungkinkan

pegawai dapat bekerja dengan penuh motivasi untuk mencapai

tujuan organisasi.

4. Comparable wages (ukuran perbandingan upah)

Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi pula oleh

ukuran besar kecilnya organisasi, tingkat pendidikan pegawai,

masa kerja pegawai. Artinya perbandingan tingkat upah pegawai

perlu memperhatikan tingkat pendidikan, masa kerja dan ukuran

organisasi.

Page 64: Adm-kepeg Univ t Penang

5. Supply and demand (permintaan dan persediaan)

Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu

mempertimbangkan tingkat persediaan dan permintaan pasar.

Artinya kondisi pasar pada saat itu perlu dijadikan bahan

pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.

6. Ability to pay (kemampuan membayar)

Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu

didasarkan pada kemampuan organisasi dalam membayar

upah/gaji. Artinya jangan sampai menentukan kebijakan

kompensasi di luar batas kemampuan yang ada pada organisasi.

8.4. Bentuk-bentuk Kompensasi

ada dua bentuk kompensasi pegawai, yaitu:

1. Bentuk langsung (direct)

Meliputi upah dan gaji, upah adalah pembayaran berupa uang

untuk suatu pelayanan kerja atau uang yang biasanya dibayar

kepada pegawai yang diberikan per jam, per hari, per setengah

hari, per minggu. Sedangkan gaji merupakan uang yang dibayar

kepada pegawai atas jasa pelayanan yang diberikan secara

bulanan.

Dalam pemberian upah dan gaji, ada beberapa prinsif yang

harus diperhatikan, yaitu:

a. tingkat bayaran,

diberikan tinggi, rata-rata, atau rendah tergantung kondisi

organisasi.

b. struktur pembayaran,

berhubungan dengan rata-rata pembayaran, tingkat

pembayaran, dan klasifikasi jabatan di organisasi.

Page 65: Adm-kepeg Univ t Penang

c. penentuan bayaran individu,

perlu didasarkan pada rata-rata tingkat bayaran, tingkat

pendidikan, masa kerja, dan prestasi kerja pegawai.

d. metode pembayaran,

berdasarkan waktu (per jam, per hari, minggu, bulanan) dan

berdasarkan pada pembagian hasil.

e. kontrol pembayaran

merupakan pengendalian secara langsung dan tidak langsung

dari biaya kerja.

Dalam pemberian upah dan gaji, ada dua syarat yang harus

dipenuhi, yaitu:

1. Internal cosistency (prinsif keadilan)

Artinya pemberian upah/gaji harus sesuai dengan

pengorbanan yang telah diberikan seseorang.

2. External cosistency (prinsif kelayakan)

Harus membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis,

peraturan pemerintah (upah minimum), tingkat kebutuhan fisik

minimum, dan lain-lain yang ada di luar organisasi.

2. Bentuk tidak langsung (indirect)

Meliputi pelayanan (service) dan keuntungan (benefit). Benefit

adalah nilai keuangan (moneter) langsung untuk pegawai yang

secara cepat dapat ditentukan. Contoh: pensiun, Askes, asuransi

hari tua, asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, tunjangan hari

raya, tunjangan akhir tahun (gaji ke 13) dan lain-lain.

Service (pelayanan) adalah nilai keuangan (moneter) langsung

untuk pegawai yang tidak dapat secara langsung/mudah

ditentukan. Contoh: fasilitas olah raga, poliklinik, kefitaria,

musholla, perpustakaan, program rekriasi atau dermawisata, dan

lain-lain.

Page 66: Adm-kepeg Univ t Penang

Adapun tujuan program benefit dan service adalah sebagai

berikut:

1. memperkecil turnover,

2. meningkatkan moral kerja,

3. meningkatkan keamanan (jaminan) pegawai.

8.5. Tujuan Kompensasi

Administrasi kompensasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

1. memperoleh pegawai yang qualified,

kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para

pelamar. Karena organisasi-organisasi bersaing dalam pasar

ketenagakerjaan, tingkat pengupahan harus sesuai dengan

kondisi suplay dan permintaan pegawai.

2. Mempertahankan para pegawai yang ada sekarang.

Bila tingkat kompensasi tidak kompetitip, niscaya banyak

pegawai yang baik (berkualitas) akan keluar. Untuk mencegah

perputaran pegawai (turnover), pengupahan harus dijaga agar

tetap kompetitip dengan organisasi-organisasi lain.

3. Menjamin keadilan

Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha untuk

memenuhi prinsif keadilan. Keadilan atau konsistensi internal

dan ekskternal sangat penting diperhatikan dalam penentuan

tingkat kompensasi.

4. Menghargai perilaku yang diinginkan

Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang

diinginkan. Prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan,

tanggung jawab baru dan perilaku-perilaku lain dapat dihargai

melalui rencana kompensasi yang efektip.

Page 67: Adm-kepeg Univ t Penang

5. Mengendalikan biaya-biaya

Suatu program kompensasi yang rasional membantu organisasi

untuk mendapatkan dan mempertahankan pegawai pada tingkat

biaya yang layak. Tanpa struktur pengupahan dan penggajian

sistematik, organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau

lebih (overpay) kepada para pegawainya.

6. Memenuhi peraturan-peraturan legal

Program kompensasi menghadapi batasan-batasan legal.

Program kompensasi yang baik memperhatikan kendala-

kendala tersebut dan memenuhi semua peraturan pemerintah

yang mengatur kompensasi pegawai.

8.6. Sistem Penggajian

Ada 3 (tiga) system penggajian:

1. Sistem skala tunggal

memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat

sama, tidak memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan

beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan

pekerjaan. Keuntungan sederhana (diperlukan satu peraturan),

kerugian tidak adil.

2. Sistem skala ganda

menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat,

tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan,

prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang

dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. Keuntungan

memberikan motivasi kepada pegawai yang melaksanakan beban

tugas berat dan tanggung jawab besar, kerugian menimbulkan

ketidakadilan disaat pensiun.

Page 68: Adm-kepeg Univ t Penang

3. Sistem skala gabungan/campuran

perpaduan antara system skala tunggal dan system skala

gabungan melalui penetapan gaji pokok yang sama bagi pegawai

yang berpangkat sama, disamping memberikan tunjangan bagi

pegawai yang memiliki tugas yang lebih besar dan tanggung

jawab yang lebih berat.

Page 69: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB IX

INTEGRASI PEGAWAI

9.1. Pengertian Integrasi

Integrasi adalah kegiatan manajemen untuk memadukan kepentingan

dan kebutuhan para pegawai dengan sasaran organisasi. Atau

dengan kata lain, integrasi adalah merupakan

penyesuaian/penggabungan antara kepentingan individu (pegawai)

dengan tujuan/kepentingan organisasi.

Kepentingan A Kepentingan

Organisasi Pegawai

B

Keterangan:

A: mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan

pegawai

B: mendahulukan kepentingan organisasi dan pegawai secara

bersama-sama

C: mendahulukan kepentingan pegawai di atas kepentingan

organisasi.

9.2. Tujuan Integrasi

Menurut Edwin B. Flippo (1989:93), integrasi bertujuan untuk

menghasilkan penyatuan (integrasi) yang cukup kokoh yang

mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai

sasaran bersama. Usaha-usaha untuk menyatukan kepentingan yang

berbeda meliputi:

C

A

Page 70: Adm-kepeg Univ t Penang

1. motivasi kerja,

2. partisipasi kerja,

3. kepuasan kerja,

4. disiplin kerja,

5. komunikasi kerja,

6. kepemimpinan, dan

7. konflik kerja.

9.3. Motivasi Kerja

9.3.1. Pengertian Motivasi Kerja

Motif adalah kebutuhan yang distimulir yang berorientasi kepada

tujuan individu dalam mencapai rasa puas (William J. Stanton,

1981:108).

Motivasi adalah suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke

arah suatu tujuan tertentu (Fillmore H. Stanford, 1969:1973)

Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan

lingkungan kerja (Ernest J. Mc. Cormick, 1985:268)

9.3.2. Teori-Teori Motivasi Kerja

A. Teori kebutuhan

Kebutuhan dapat didefenisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan

dorongan yang ada dalam diri.

Abraham Maslow mengemukakan ada 5 (lima) hirarki

kebutuhan manusia, sebagai berikut:

1. Kebutuhan psikologis

Yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,

bernafas, seksual, dan lain-lain. Kebutuhan ini merupakan

kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai

kebutuhan yang paling dasar.

Page 71: Adm-kepeg Univ t Penang

2. Kebutuhan rasa aman

Yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya,

pertentangan, dan lingkungan hidup.

3. Kebutuhan untuk merasa memiliki

Yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,

berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

4. Kebutuhan akan harga diri

Yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang

lain.

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri

Yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan

potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan menggunakan

ide-ide, memberi penilaian dan kritikan terhadap sesuatu.

5. self actualization needs (10%)

4. esteem needs (40%)

3. belongingness needs (50%)

2. safety and security needs (70%)

1. physiological needs (85%)

Dalam studi motivasi lainnya, David Mc. Clelland (1961),

mengemukakan ada tiga macam kebutuhan manusia, yaitu:

1. Need for achievement

kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari

dorongan akan tanggungjawab untuk memecahkan masalah.

Page 72: Adm-kepeg Univ t Penang

2. Need for affiliation

Yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan

untuk berintegrasi dengan orang lain, berada bersama orang

lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang

lain.

3. Need for power

Yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi

dari dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memiliki

pengaruh terhadap orang lain.

B. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)

Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan ,

yaitu:

1. Existenced needs

Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi

pegawai, seperti: makan, minum, pakaian, bernafas, gaji,

keamanan kondisi kerja, fringe benefits.

2. Relatednees needs

Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi

dalam lingkungan kerja.

3. Growth needs

Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan

pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan

kecakapan pegawai.

C. Teori Insting

Teori insting timbul berdasarkan evolusi Charles Darwin.

Selanjutnya dikembangkan oleh William James, Sigmund

Freaued, dan Mc Dougall menjadi insting sebagai konsef yang

penting dalam psikologi.

Page 73: Adm-kepeg Univ t Penang

Sigmund Freaued menempatkan motivasi pada insting agresif

dan seksual. Sedangkan Mc Doaugall menyusun daftar insting

yang berhubungan dengan semua tingkah laku seperti: rasa

jijik, rasa ingin tahu, kesukaan berkelahi, rasa rendah diri,

menyatakan diri, kelahiran, reproduksi, lapar, berkelompok,

tetamakan, dan membangun.

D. Teori Drive

Teori ini menyimpulkan bahwa motivasi seorang pegawai

sangat ditentukan oleh kebutuhan dalam dirinya (drive) dan

factor kebiasaan (habit) pengalaman belajar sebelumnya (Clark

L. Hull).

E. Teori Lapangan

Teori ini merupakan pendekatan koqnitif untuk mempelajari

perilaku dan motivasi. Teori lapangan lebih memfocuskan

pada pikiran nyata seseorang pegawai ketimbang pada insting

atau habit.

Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu

fungsi dari lapangan pada momen waktu. Ia juga mendukung

pendapat (ahli psikologi Gestalt) yang menyatakan bahwa

perilaku itu merupakan fungsi dari seseorang pegawai dengan

lingkungannya.

F. Teori x dan y (Douglas Mc Gregor)

Teori ini berdasarkan observasi Douglas Mc Gregor terhadap

tingkah laku manusia. Ia berpendapat bahwa ada dua

pendekatan mengenai tingkah laku dengan menggunakan

asumsi-asumsi mengenai sifat manusia, yaitu:

Teori x, dengan asumsi:

1. pada umumnya manusia tidak senang bekerja dan berusaha

untuk menghindar jika mungkin,

2. pada umumnya manusia ini harus diawasi dengan ketat,

dipaksa, dan diberi hukuman untuk tujuan-tujuan organisasi,

Page 74: Adm-kepeg Univ t Penang

3. pada umumnya manusia ini tidak mempunyai ambisi, tidak

menginginkan tanggung jawab, bahkan lebih sukar untuk

diarahkan,

4. motivasi untuk seseorang menurut teori x hanya berlaku

lower needs (kebutuhan tingkat dasar/rendah).

Teori y, dengan asumsi:

1. bahwa bekerja adalah kodrat manusia,

2. bahwa manusia itu akan mengawasi dan mengarahkan

dirinya sendiri untuk mencapai tujuan organisasi karena

sudah ada keterikatan terhadap organisasi,

3. manusia akan mengawasi dirinya sendiri dan akan

berprestasi jika diberikan motivasi yang baik,

4. motivasi pada teori y tidak hanya pada lower needs, tetapi

juga pada higher needs.

9.4. Partisipasi Kerja

9.4.1. Pengertian Partisipasi Kerja

Partisipasi kerja adalah keterlibatan emosi dan mental pegawai

dalam situasi kelompok yang menggiatkan mereka untuk

menyumbang pada tujuan kelompok serta bertanggung jawab

terhadap hal tersebut (Keith Devis, 1985:177).

9.4.2. Aspek Partisipasi Kerja

Berdasarkan defenisi di atas, ada tiga asfek yang sangat penting

dalam partisipasi kerja, yaitu:

1. Asfek keterlibatan emosi dan mental pegawai,

Berpartisipasi berarti melibatkan emosi dan mental dari pada

kegiatan fisik. Keterlibatan psikologis pegawai lebih besar

daripada secara fisik.

2. Asfek motivasi untuk menyumbang (kontribusi),

Dalam berpartisipasi, motivasi untuk menyumbangkan ide-ide

kreatif dan membangun merupakan aspek yang sangat penting.

Page 75: Adm-kepeg Univ t Penang

Pegawai-pegawai perlu diberikan kesempatan untuk

merealisasikan ide, inisiatif, dan kreatifitasnya dalam mencapai

tujuan organisasi.

3. Asfek penerimaan tanggung jawab

Partisipasi kerja menuntut pegawai untuk mampu menerima

tanggung jawab dalam kegiatan kelompok. Partisipasi

merupakan proses social yang melibatkan diri pegawai dalam

organisasi untuk mencapai keberhasilan. Pegawai yang dapat

menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok akan dapat

bekerjasama dalam satu team kerja. Kesatuan dalam team

kerja merupakan kunci keberhasilan dalam bekerja.

9.4.3. Persyaratan Partisipasi Kerja

1. waktu yang memadai untuk berpartisipasi,

harus ada waktu sebelum partisipasi dilakukan. Hal ini karena

partisipasi dapat berhadapan dengan situasi yang berbahaya.

2. potensi keuntungan harus lebih besar dari pada biaya yang

diperlukan,

sebagai contoh: pegawai tidak dapat berpartisipasi apabila

mereka tidak memahami terlebih dahulu apa yang harus mereka

kerjakan. Partisipasi dalam pekerjaan yang tidak dipahami

oleh pegawai akan mengeluarkan biaya yang lebih dari pada

mereka yang telah menguasai pekerjaan.

3. ada relevansi dengan minat pegawai,

partisipasi harus berhubungan dengan minat dan lingkungan

bidang pekerjaannya.

4. kemampuan pegawai harus memadai mengenai subjek

partisipasi,

partisipasi harus mempunyai kemampuan integrasi yang cukup

dan pengetahuan mengenai subjek partisipasi harus memadai

pula.

Page 76: Adm-kepeg Univ t Penang

5. kemampuan timbal balik mengkomunikasikan,

partisipasi harus mampu mengkomunikasi secara timbal balik.

6. tidak merasa terancam oleh pihak tertentu.

Partisipasi harus menghindarkan dari perasaan rasa terancam,

tertekan dan rasa terpaksa.

9.4.4. Keuntungan Partisipasi

Keuntungan partisipasi kerja dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. output menjadi lebih tinggi,

2. kualitas kerja menjadi lebih baik,

3. motivasi kerja meningkat lebih baik,

4. adanya penerimaan perasaan karena keterlibatan emosi dan

mental,

5. harga diri pegawai menjadi lebih tinggi,

6. meningkatkan kepuasan kerja,

7. meningkatkan kerjasama dalam bekerja,

8. merendahkan strees,

9. keinginan mencapai tujuan lebih besar,

10. memperkecil turnover,

11. tingkat absensi menjadi lebih rendah,

12. komunikasi kerja lebih harmonis,

9.4.5. Partisipasi Manajemen

A. Pengertian Partisipasi Manajemen

Partisipasi manajemen adalah perilaku manajerial yang tidak

otokratis, dan paling sedikit mempunyai dua asfek, yaitu: 1)

membatasi metode kerja bawahan, dan 2) mengontrol penyesuaian

bawahan (George S. Odiorne, 1982:71).

B. Tingkat Partisipasi Manajemen

Ada 3 (tiga) tingkatan partisipasi manajemen, yaitu:

1. Direktif (langsung)

Page 77: Adm-kepeg Univ t Penang

Atasan menentukan tujuan dan membatasi metode kerja secara

langsung (menentukan sendiri).

2. Demokratis

Atasan menentukan tujuan bersama-sama dengan bawahannya.

Begitu pula dalam menentukan metode kerja yang akan digunakan

dalam aktivitas kerja.

3. permisif

Atasan mempersilakan bawahan menentukan sendiri tujuan dan

metode kerja yang akan mareka gunakan.

9.5. Kepuasan Kerja

9.5.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong

yang dialami pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya (Keith

Devis, 1985:96)

Sedangkan Wexley dan Yulk (1977), mendefenisikan kepuasan

kerja adalah cara pegawai merasakan tentang dirinya atau

pekerjaannya.

Dus berdasarkan pendapat Keith Devis, Wexley, dan Yulk dapat

disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang

menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya

maupun dengan kondisi dirinya.

9.5.2. Variabel Kepuasan Kerja

Berdasarkan pendapat Keith Devis (1985:99) ada 5 (lima) variable

dalam kepuasan kerja, yaitu:

1. turnover

pegawai-pegawai yang kurang puas, biasanya turnovernya

lebih tinggi.

Page 78: Adm-kepeg Univ t Penang

2. tingkat ketidakhadiran (absen) kerja,

pegawai-pegawai yang kurang puas, cenderung tingkat

ketidakhadirannya (absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir

kerja dengan alasan yang tidak logis dan subyektif.

3. umur

ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas

daripada pegawai yang berumur relatif muda.

4. tingkat pekerjaan

pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan (jabatan)

yang lebih tinggi cenderung lebih puas dari pada pegawai yang

tingkat pekerjaan yang lebih rendah.

5. ukuran organisasi

ukuran organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja

pegawai. Hal ini karena besar kecil suatu organisasi

berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi, dan

partisipasi pegawai.

9.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

ada 2 (dua) factor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

1. Faktor pegawai

Yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin,

kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,

kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.

2. Faktor pekerjaan

Yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan,

kedudukan, mutu pegawai, jaminan finansial, kesempatan

promosi jabatan, interaksi social, dan hubungan kerja).

Page 79: Adm-kepeg Univ t Penang

9.5.4. Teori-Teori Kepuasan Kerja

ada beberapa teori tentang kepuasan kerja, yaitu:

1. Teori keseimbangan (equity theory)

Menurut teori ini, puas tidaknya pegawai merupakan hasil dari

membandingkan antara input dan outcome dirinya dengan

perbandingan input dan outcome pegawai lain (comparison

person).

2. Teori perbedaan (discrepance theory)

Teori ini berpendapat bahwa untuk mengukur kepuasan kerja

dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa

yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.

3. Teori pemenuhan (need fulfullment theory)

Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai tergantung pada

terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai.

4. Teori pandangan kelompok (social reperence group theory)

Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bukanlah tergantung

pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat tergantung pada

pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai

dianggap sebagai kelompok acuan.

5. Teori dua factor dari Herzberg

Dua factor yang dapat menyebabkan puas tidaknya pegawai

menurut Herzberg, yaitu: 1) factor pemeliharaan (maintenance

factor), dan 2) factor pemotivasian (motivasional factors). Faktor pemeliharaan disebut juga dissatisfiers, hygiene factors,

job context, extrinsic factors yang meliputi: administrasi dan

kebijakan organisasi, kualitas pengawasan, hubungan dengan

pengawas, hubungan dengan subordinate, upah/gaji, keamanan

kerja, kondisi kerja, dan status. Sedangkan factor pemotivasian

disebut juga satisfier, motivators, job content, intrinsic factors

yang meliputi: dorongan berpartisipasi, pengenalan, kemajuan

Page 80: Adm-kepeg Univ t Penang

(advancement), work it self, kesempatan berkembang, dan

tanggung jawab.

6. Teori pengharapan (expectancy theory) by Victor H. Vroom

Teori ini menyebutkan bahwa motivasi merupakan suatu produk

dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu dan

penaksiran seseorang tersebut memungkinkan aksi tertentu

yuang akan menuntunnya. Pernyataan ini dapat dirumuskan

sebagai berikut: (valensi x harapan = motivesi).

Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai

sesuatu. Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu

dengan aksi tertentu. Motivasi merupakan kekuatan dorongan

yang mempunyai arah pada tujuan tertentu.

9.5.5. Survey Kepuasan Kerja

A. Pengertian Survey Kepuasan Kerja

Survey kepuasan kerja adalah suatu prosedur dimana pegawai-

pegawai mengemukakan perasaan mengenai jabatan atau

pekerjaannya melalui laporan kerja.

Survey kepuasan kerja juga untuk mengetahui moral pegawai,

pendapat, sikap, iklim, dan kualitas kehidupan kerja pegawai.

B. Keuntungan Survey Kepuasan Kerja

Survey kepuasan kerja dapat bermanfaat dan menguntungkan apabila

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. melibatkan pemimpin dalam survey,

2. survey dirancang berdasarkan kebutuhan pegawai dan manajemen

secara orbjektif,

3. survey diadministrasikan secara wajar,

4. ada tindak lanjut atau follow up dari pimpinan, dan adanya aksi

untuk mengkomunikasikan kegunaan hasilnya dari pimpinan,

Page 81: Adm-kepeg Univ t Penang

Keuntungan dari survey kepuasan kerja, antara lain:

1. Kepuasan kerja secara umum,

Keuntungan survey kepuasan kerja dapat memberikan gambaran

kepada pimpinan mengenai tingkat kepuasan kerja pegawai dalam

organisasi. Begitu pula untuk mengetahui ketidakpuasan pegawai

pada bagian dan jabatan tertentu.

2. komunikasi,

Survey kepuasan kerja sangat bermanfaat dalam

mengkomunikasikan keinginan pegawai dengan pikiran pimpinan.

3. meningkatnya sikap kerja,

survey kepuasan kerja dapat bermanfaat dalam meningkatkan

sikap kerja pegawai. Hal ini karena pegawai merasa

melaksanakan kerja dan fungsi jabatannya mendapat perhatian

dari pihak pimpinan.

4. untuk kebutuhan pelatihan.

Survey kepuasan kerja sangat berguna dalam menentukan

kebutuhan pelatihan tertentu. Pegawai-pegawai biasanya

diberikan kesempatan untuk melaporkan apa yang mereka rasakan

dari perlakuan pimpinan pada bagian jabatan tertentu.

C. Tipe-Tipe Survey Kepuasan Kerja

Ada 2 (dua) tipe survey kepuasan kerja, yaitu:

1. Tipe survey objektif

Tipe survey objektif yang paling popular menggunakan pertanyaan

pilihan berganda (multiple choice). Responden membaca semua

pertanyaan yang tersedia, kemudian memilih satu dari beberapa

alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaannya. Disamping itu

pula ada bentuk pertanyaan yang menggunakan benar atau salah,

setuju atau tidak setuju.

Page 82: Adm-kepeg Univ t Penang

2. Tipe survey deskriptif

Tipe survey diskriptif merupakan lawan dari tipe survey objektif.

Dalam tipe survey deskriptif, responden memberikan jawaban dari

pertanyaan secara bebas sesuai dengan yang mereka pikirkan atau

yang mereka inginkan. Mereka dapat menggunakan jawaban

dengan kata-kata mereka sendiri.

D. Pengukuran Survey Kepuasan Kerja

Mengukur kepuasan kerja dapat digunakan dengan cara:

1. skala indeks diskripsi jabatan (job description index)

dalam penggunaannya pegawai ditanya mengenai pekerjaan

maupun jabatannya yang dirasakan sangat baik dan yang sangat

buruk. Dalam skala mengukur sikap dari lima area, yaitu: 1)

kerja, 2) pengawasan, 3) gaji/upah, 4) promosi, dan 5) co-worker.

Setiap pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh pegawai

dengan cara menandai jawaban ya, tidak atau tidak ada jawaban.

2. skala kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah (faces job

satisfacation scale)

skala ini terdiri atas segi gambar wajah-wajah orang mulai dari

sangat gembira, gembira, netral, cemberut, dan sangat cemberut.

Pegawai diminta untuk memilih ekspresi wajah yang sesuai dengan

kondisi pekerjaan yang dirasakan pada saat itu.

3. kuesikoner kepuasan kerja Minnesota (Minnesota satisfaction

questionaire)

skala ini terdiri atas pekerjaan yang dirasakan sangat tidak puas,

tidak puas, netral, memuaskan, dan sangat memuaskan. Pegawai

diminta memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan

kondisi pekerjaannya.

Page 83: Adm-kepeg Univ t Penang

9.6. Disiplin Kerja

9.6.1. Pengertian Disiplin Kerja

Keith Devis (1985:366) mengemukakan bahwa disiplin kerja

dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk

memperteguh pedoman-pedoman organisasi.

9.6.2. Macam-Macam Disiplin Kerja

Ada dua macam bentuk disiplin kerja, yaitu:

1. Disiplin preventif

Adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti

dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah

digariskan oleh organisasi. Tujuan dasarnya adalah untuk

menggerakan pegawai berdisiplin diri.

2. Disiplin korektif

Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai

dalam mematuhi suatu peraturan dan mengarahkannya untuk

tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang

berlaku pada organisasi. Pada disiplin korektif, pegawai yang

melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah

untuk memperbaiki pegawai agar memelihara peraturan yang

berlaku yang memberikan pelajaran kepada pelanggar.

9.6.3. Pendekatan Disiplin Kerja

Ada 3 (tiga) pendekatan disiplin kerja, yaitu:

1. pendekatan disiplin modern

pendekatan disiplin modern, yaitu mempertemukan sejumlah

keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan

ini berasumsi bahwa:

Page 84: Adm-kepeg Univ t Penang

a. disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan

bentuk hukuman secara fisik,

b. melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada

proses hukuman yang berlaku,

c. keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan

atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan

proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya,

d. melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah

fihak terhadap kasus disiplin.

2. pendekatan disiplin dengan tradisi

Yaitu pendekatan dengan cara memberikan hukuman.

Pendekatan ini berasumsi bahwa:

a. disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak

pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan,

b. disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran,

pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat

pelanggarannya,

c. pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada

pelanggar maupun kepada pegawainya,

d. peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman

yang lebih keras,

e. pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar

kedua kalinya harus diberikan hukuman yang lebih berat.

3. pendekatan disiplin bertujuan

pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:

a. disiplin kerja harus dapat diterima dan dipakai oleh semua

pegawai,

b. disiplin bukanlah merupakan suatu hukuman, tetapi

merupakan pembentukan perilaku,

c. disiplin bertujuan untuk perubahan perilaku yang lebih

baik,

d. disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung

jawab terhadap perbuatannya.

Page 85: Adm-kepeg Univ t Penang

9.6.4. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja

Ada beberapa cara pelaksananaan sanksi terhadap pelanggaran

disiplin, yaitu:

1. Pemberian peringatan

Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu dibeberikan

surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan

pemberian peringatan adalah agar pegawai yang

bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah

dilakukannya.

2. pemberian sanksi harus segera,

pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan

sanksi yang sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku.

Tujuannya agar pegawai yang bersangkutan memahami

sanksi pelenggaran yang berlaku di organisasi.

3. pemberian sanksi harus konsisten

pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus

konsisten. Hal ini bertujuan agar pegawai sadar dan

menghargai peraturan-peraturan yang berlaku pada

organisasi. Ketidakkonsistenan pemberian sanksi dapat

mengakibatkan pegawai merasa adanya dikriminasi pegawai,

ringatnya sanksi, dan pengabaian disiplin.

4. pemberian sanksi harus impersonal

pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-

bedakan pegawai tua, muda, pria, wanita, tetapi diberlakukan

sama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar

pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku kepada

semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai

dengan peraturan yang berlaku dalam organisasi.

Page 86: Adm-kepeg Univ t Penang

9.6.5. Teknik-Teknik Pelaksanaan Disiplin Kerja

Ada beberapa teknik dalam melaksanakan disiplin kerja, yaitu:

1. teknik pertimbangan sedini mungkin,

2. teknik mendisiplinkan diri,

3. teknik kesediaan penyelia berdisiplin,

4. teknik menegur pegawai primadona,

5. teknik menimbulkan kesadaran diri,

6. teknik sandwich (penyelipan),

7. teknik pencegahan yang efektip.

9.7. Komunikasi Kerja

9.7.1. Pengertian Komunikasi Kerja

Komunikasi adalah pemindahan dan pemahaman informasi dari

seseorang kepada orang lain (Keith Davis, 1985:458).

Komunikasi adalah aktivitas yang menyebabkan orang lain

menginterpretasikan suatu ide, terutama yang dimaksudkan oleh

pembicara atau oleh penulis (Edwin B. Flippo, 1976:448).

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian, dan

pemahaman informasi dari seseorang, tempat atau sesuatu

kepada sesuatu, tempat atau orang lain (Andrew F. Sikula,

1981:94).

9.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Kerja

Ada dua tinjauan faktor yang mempengaruhi komunikasi kerja,

yaitu:

1. Faktor dari pihak sender atau komunikator, meliputi:

a. keterampilan sender,

sender sebagai pengirim informasi, ide, berita, pesan perlu

menguasai cara-cara penyampaian pikiran, baik secara

tertulis maupun secara lisan.

Page 87: Adm-kepeg Univ t Penang

b. sikap sender,

sikap sender sangat berpengaruh kepada receiver. Sender

yang bersikap angkuh terhadap receiver dapat

mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan

menjadi ditolak oleh receiver. Begitu pula sikap sender

yang ragu-ragu dapat mengakibatkan receiver menjadi

tidak percaya terhadap informasi atau pesan yang

disampaikan. Maka dari itu sender harus mampu bersikap

meyakinkan receiver terhadap pesan yang diberikan

kepadanya.

c. pengetahuan sender,

sender yang mempunyai pengetahuan yang luas dan

menguasai materi yang disampaikan akan dapat

menginformasikannya kepada receiver sejalas mungkin.

Dengan demikian receiver akan lebih mudah mengerti

pesan yang disampaikan oleh sender.

d. media saluran yang digunakan oleh sender

media atau saluran komunikasi sangat membantu dalam

penyampaian ide, informasi atau pesan kepada receiver.

Sender perlu menggunakan media saluran komunikasi yang

sangat sesuai dan menarik perhatian receiver.

2. Faktor dari pihak receiver, meliputi:

a. keterampilan receiver,

keterampilan receiver dalam mendengar dan membaca

pesan sangat penting. Pesan yang diberikan oleh sender

akan dapat dimengerti dengan baik jika receiver

mempunyai keterampilan mendengar dan membaca.

b. sikap receiver,

sikap receiver terhadap sender sangat mempengaruhi

efektivitas tindakan komunikasi. Misalnya receiver

bersikap apriori, meremehkan, berprasangka buruk

Page 88: Adm-kepeg Univ t Penang

terhadap sender, maka komunikasi menjadi tidak efektip,

dan pesan menjadi tidak berarti bagi receiver. Maka dari

itu receiver haruslah bersikap positif terhadap sender,

sekalipun pendidikan sender lebih rendah dibandingkan

dengannya.

c. pengetahuan receiver,

pengetahuan receiver sangat berpengaruh pula dalam

komunikasi. Receiver yang mempunyai pengetahuan yang

luas akan lebih mudah dalam mengintrepretasikan ide atau

pesan yang diterimanya dari sender. Jika pengetahuan

receiver kurang luas sangat memungkinkan pesan yang

diterimanya menjadi kurang jelas atau kurang dapat

dimengerti oleh receiver.

d. media saluran komunikasi

media saluran komunikasi yang digunakan sangat

berpengaruh dalam penerimaan ide atau pesan. Media

saluran komunikasi berupa alat indera yang ada pada

receiver sangat menentukan apakah pesan dapat diterima

atau tidak untuknya. Jika alat indera receiver terganggu

maka pesan yang diberikan oleh sender dapat menjadi

kurang jelas dari receiver.

9.7.3. Rintangan-Rintangan Dalam Komunikasi Kerja

Menurut Keith Devis (1985:465), ada tiga rintangan dalam

berkomunikasi, yaitu:

1. rintangan pribadi,

rintangan pribadi yang dimaksud adanya hambatan pribadi

yang disebabkan karena emosi, alat indera yang terganggu,

kebiasaan yang berlaku pada norma atau budaya tertentu.

2. rintangan fisik,

rintangan fisik yang dimaksud adalah terlalu jauhnya jarak

tempat berkomunikasi antara sender dan receiver. Dalam hal

Page 89: Adm-kepeg Univ t Penang

ini diperlukan media komunikasi, seperti: telepon, alat

pengeras suara, SSB (single side band), dan alat-alat

komunikasi lainnya.

3. rintangan bahasa.

Rintangan bahasa yang dimaksud adalah kesalahan dalam

menginterpretasikan istilah kata. Contoh: kata atos (sunda)

berarti sudah, atos (jawa) berarti keras.

9.7.4. Saluran Komunikasi Kerja

Menurut Edwin B. Flippo, ada 2 (dua) arah saluran komunikasi,

yaitu:

1. Saluran komunikasi pegawai bawahan terhadap atasan.

Meliputi: kontak secara tatap muka, pertemuan kelompok

pengawasan, pertemuan dengan pimpinan (top management)

secara priodik, program speak up dimana pegawai diberikan

nomor telepon untuk memanggil, kontak keluhan tanpa nama,

pertemuan pegawai dengan pemegang saham setiap tahun,

menggunakan prosedur pengaduan, kuesioner mengenai

moral, wawancara, kebijakan secara terbuka, perserikatan

buruh atau PBSI, the grapevine, ombudsmen and

ombudswomen, program penyuluhan pegawai, dan lain-lain.

2. Saluran komunikasi yang digunakan atasan kepada

bawahan.

Meliputi: perintah berantai, bulletin dinding dan poster,

majalah organisasi, surat kepada pegawai, buku pedoman

pegawai, rak informasi, system pengeras suara, pay inserts,

the prapevine, laporan tahunan, pertemuan kelompok,

perserikatan atau PBSI, dan lain-lain.

Page 90: Adm-kepeg Univ t Penang

9.8. Kepemimpinan

9.8.1. Pengertian

Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang

dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta

bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam

mencapai suatu tujuan. Sedangkan kepemimpinan (leadership)

adalah gaya seorang pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya.

9.8.2. Pendekatan Kepemimpinan

Ada 3 (tiga) pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan,

yaitu:

1. Traits approach

Yaitu dengan menelaah sifat-sifat yang dimiliki seorang

pemimpin.

2. Behavior approach

Yaitu dengan menelaah apa yang dilakukan oleh seorang

pemimpin, bagaimana ia mendelegasikan tugas-tugasnya,

bagaimana ia memotivasi, dan sebagainya.

3. Contingency approach

Yaitu situasi yang berkembang berpengaruh tehadap

efektivitas kepemimpinan. Dus efektivitas kepemimpinan

dipengaruhi oleh situasi dimana kepemimpinan itu dilakukan.

9.8.3. Sumber Wewenang Pemimpin

Ada 2 (dua) sumber wewenang pemimpin, yaitu:

1. Top down authority

Yaitu wewenang yang berasal dari atasan,

2. Bottom up authority

Page 91: Adm-kepeg Univ t Penang

Yaitu pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi

bawahannya (pemimpin berasal dari bawah).

9.8.4. Gaya Kepemimpinan (style of leadership)

Adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan

tujuan organisasi dengan tujuan individu agar mencapai suatu

tujuan tertentu. Ada 3 (tiga) gaya kepemimpinan, yaitu:

1. the autocratic leader,

gaya kepemimpinan yang terpusat pada pimpinan

2. the participative leader,

gaya kepemimpinan yang mengikutsertakan bawahan dalam

pengambilan keputusan.

3. the pree rein leader.

Gaya kepemimpinan yang mendelegasikan wewenang untuk

mengambil keputusan kepada bawahan dengan lengkap.

9.8.5. Teori Kepemimpinan

Menurut William J. Raddin, ada 3 (tiga) dimensi kepemimpinan

(teori 3 dimensi), yaitu:

1. task orientation (orientasi tugas)

tipe pemimpin dapat dilihat dari keinginannya untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan.

2. relationship orientation (orientasi hubungan)

tipe pemimpin dapat dilihat dari kualitas perhatiannya

terhadap hubungan dengan orang lain.

Page 92: Adm-kepeg Univ t Penang

3. efektive orientation (orientasi efektivitas)

yang menyebabkan seorang pemimpin yang satu berbeda

dengan yang lainnya adalah kemampuannya untuk

memperoleh produktivitas yang tinggi. Dus ada pemimpin

yang efektip dan tidak efektip.

Dari 3 (tiga) dimensi tersebut di atas, William J. Raddin membagi

kepemimpinan menjadi 8 (delapan) tipe, yaitu:

1. deserter

adalah tipe pemimpin yang kurang memperhatikan tugas

maupun terhadap orang-orang yang melaksanakannya. Cara

kepemimpinannyha tidak efektip.

2. bureacrat

adalah tipe pemimpin yang selalu mentaati prosedur dan

peraturan organisasi. Sekali peraturan ditetapkan ia akan

mematuhinya, terlepas apakah peraturan itu tepat atau tidak.

Gaya kepemimpinan ini hanya mempunyai efektivitas.

3. missionary

adalah tipe pemimpin yang hanya berorientasi pada orang

yang melaksanakan tugas (orientasi manusia).

4. developer

adalah tipe pemimpin yang memiliki orientasi atas efektivitas

dan hubungan baik dengan orang lain.

5. autocrat

adalah tipe pemimpin yang mempunyai orientasi pada tugas

dan kurang perhatian pada orang yang melaksanakannya.

Page 93: Adm-kepeg Univ t Penang

6. benevolent autocrat

tipe pemimpin yang memiliki orientasi pada tugas dan

efektivitas kerja.

7. compromiser

adalah tipe pemimpin yang memiliki orientasi pada tugas dan

hubungan baik dengan orang lain.

8. executive

adalah tipe pemimpin yang mempunyai tiga sifat yaitu

orientasi pada tugas, hubungan baik, dan efektivitas.

Gamabar: teori tiga dimensi dari William J. Raddin

orientasi

pada

hubungan

Orientasi

pada

tugas

9.8.6. Kriteria Seorang Pemimpin

ada beberapa kriteria atau sifat yang berguna bagi seorang

pemimpin, yaitu:

3 4 8

missionary developer executive

I II

7 compromiser

2 6

bureacrat benovolent

autoocrat

III IV

1 deserter autocrat 5

Page 94: Adm-kepeg Univ t Penang

1. keinginan untuk menerima tanggung jawab,

apabila seorang pemimpin menerima kewajiban untuk

mencapai suatu tujuan, berarti ia bersedia untuk bertanggung

jawab kepada pimpinannya terhadap apa yang dilakukan

bawahannya.

2. kemampuan untuk bias perceptive,

perception (persepsi) menunjukkan kemampuan untuk

mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan.

3. kemampuan untuk bersikap objektif,

objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa

atau masalah secara rasional, impersonal dan tidak bias.

Objektivitas merupakan perluasan dari kemampuan

perseptive.

4. kemampuan untuk menentukan prioritas,

seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang

mempunyai kemampuan untuk memilih/menentukan mana

yang penting dan mana yang tidak.

5. kemampuan untuk berkomunikasi.

kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi

merupakan keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang

pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan

bantuan orang lain. Karena itu pemberian perintah,

penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu

dikuasai.

9.9. Komplik Kerja

9.9.1. Pengertian

Dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu:

1. negatif

Page 95: Adm-kepeg Univ t Penang

dikaitkan dengan sifat-sifat animalistic, kebuasan, kekerasan,

barbarisme, destruktif/pengrusakan, penghancuran,

irasionalisme, tanpa kontrol emosional, huru hara,

pemogokan, perang, dan sebagainya.

2. positif

konflik dihubungkan dengan peristiwa petualangan, hal-hal

baru, inovasi, pembersihan, pemurnian, pembaharuan,

penerangan batin, kreasi, pertumbuhan, perkembangan,

rasionalitas yang dialektis, mawas diri, perubahan, dan

sebagainya.

3. netral

konflik diartikan sebagai akibat biasa dari keanekaragaman

individu manusia dengan sifat-sifat yang berbeda dan tujuan

hidup yang tidak sama pula (Kartono, 1988:172-173)

dari beberapa sudut pandang tersebut diatas, dapat disimpulkan

bahwa konflik (asal kata dari con-fligers, conflictum=saling

berbenturan) adalah semua bentuk benturan, tabrakan,

ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian,

oposisi, dan interaksi-interaksi yang antagonistis bertentangan.

9.9.2. Pendekatan Konflik

Untuk menangani konflik dikembangkan 3 (tiga) macam

pendekatan pemimpin, yaitu:

1. tradisional

menyatakan bahwa konflik itu sifatnya negatif, destruktif, dan

merugikan. Karena itu konflik harus dilenyapkan demi

kerukunan, dan harmoni hidup.

Page 96: Adm-kepeg Univ t Penang

2. netral atau behavioral

konflik adalah merupakan ciri hakiki tingkah laku manusia

yang hidup sebagai built in clement. Konflik bersumber dari

perbedaan kodrati masing-masing individu dan kelompok.

3. modern atau interaksionalistis

menganggap konflik itu penting dan perlu dalam kehidupan.

Secara eksplisit konflik itu merangsang oposisi. Orang harus

mengembangkan manajemen konflik, menstimulir konflik, dan

harus bias memecahkannya.

9.9.3. Pengelolaan Konflik

Konflik tidak dapat dihindari dan tidak dapat dihilangkan selama

manusia masih bersifat dinamis. Oleh karena itu perlu

dikembangkan seni mengelola konflik (manajemen konflik)

dengan jalan sebagai berikut:

1. membuat standard-standard penilaian,

2. menemukan masalah-masalah kontroversil dan konflik-konflik,

3. menganalisa situasi dan mengadakan evaluasi terhadap

konflik,

4. memilih tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan

koreksi terhadap penyimpangan dan kesalahan-kesalahan

(Kartono, 1988:181)

9.9.4. Alat Manajemen Konflik

Alat –alat untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam

organisasi atau masyarakat luas, antara lain adalah:

1. memecahkan masalah melalui sikap kooperatif,

2. mempersatukan tujuan,

3. menghindari konflik,

4. ekspansi dari sumber energi,

5. memperluas/memperlunak konflik,

6. kompromi,

7. tindakan otoriter,

Page 97: Adm-kepeg Univ t Penang

8. merubah struktur organisasi dan struktur individual (Kartono,

1988:184).

9.9.5. Konseling

Adalah pembahasan suatu masalah dengan seseorang (pegawai)

dengan maksud membantu orang (pegawai) tersebut untuk dapat

menangani masalah secara lebih baik.

9.9.6. Fungsi Konseling

Ada beberapa fungsi konseling, yaitu:

1. memberikan nasehat,

2. penentraman hati,

3. komunikasi,

4. pengenduran ketegangan emosional, dan

5. penjernihan pemikiran.

Page 98: Adm-kepeg Univ t Penang

BAB X

PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)

Menurut Edwin B. Plippo fungsi kelima fungsi operasional

kepegawaian adalah fungsi pemeliharaan (maintenance) apa yang telah

dibentuk, yaitu suatu pegawai yang efektip dengan kemampuan dan

kemauan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Pemeliharaan (maintenance) pada hakikatnya akan mencakup

suatu kelanjutan dari semua fungsi operasional yang telah dibahas

sebelumnya. Tetapi walaupun sebagai kelanjutan harus dilakukan usaha-

usaha khusus selain melalui proses-proses komunikasi kerja, integrasi,

dan kompensasi, juga program keselamaqtan dan kesehatan kerja dan

hubungan.

10.1. Program Keselatamatan dan Kesehatan Kerja

A. Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan mencakup dua istilah, yaitu resiko keselamatan dan

resiko kesehatan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman

atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat

kerja.

Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja

yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,

terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,

penglihatan dan pendengaran. Kesemua ini sering dihubungakan

dengan perlengkapan organisasi/perusahaan atau lingkungan fisik

dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan

dan latihan.

Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas

dari ganggung fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan

oleh lingkungan kerja.

Resiko kesehatan merupakan factor-faktor dalam lingkungan kerja

yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan

yang dapat membuat stress emosi atau ganggung fisik.

Page 99: Adm-kepeg Univ t Penang

B. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja, baik secara fisik, social dan psikologis,

2. agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya, seefektip mungkin,

3. agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya,

4. agar adanya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai,

5. agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi

kerja,

6. agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

7. agar setiap pegawai merasa aman dan terlindung dalam bekerja.

C. Usaha-Usaha Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan dan

kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan,

2. memberikan perlatan perlindungan diri pegawai yang bekerja pada

lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya,

3. mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna

ruangan kerja, penerangan yang cukup terang, dan menyejukkan,

dan mencegah kebisingan,

4. mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya

penyakit,

5. memelihara kebersihan dan ketertiban, dan keserasian lingkungan

kerja,

6. menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja

pegawai.

D. Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja dan Gangguan

Kesehatan.

1. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:

Page 100: Adm-kepeg Univ t Penang

a. penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya

kurang diperhitungkan keamanannya,

b. ruang kerja yang terlalu padat dan sesak,

c. pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

2. Pengaturan udara, yang meliputi:

a. pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja

yang berdebu, dan berbau yang tidak mengenakkan),

b. suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya,

3. Pengaturan penerangan, yang meliputi:

a. pengatur dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat,

b. ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:

a. pengaman peralatan kerja yang usang atau rusak,

b. penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik,

5. Kontrol fisik dan mental pegawai, yang meliputi:

a. kerusakan alat indera, stamina pegawai yang stabil,

b. emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang

rapuh, cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, sikap

pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan

dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang

membawa resiko bahaya.

E. Pendekatan Sistem Pada Manajemen

Page 101: Adm-kepeg Univ t Penang

DAFTAR PUSTAKA

Tohardi, Ahmad.2002.”Manajemen Sumberdaya Manusia”.Bandung:

Mandar Maju.

Wasistiono, Sadu, Chabib Soleh, Sayekti, Dety Mulyati, dan Abu Hasan

(penyunting).2002.”Manajemen Sumberdaya Aparatur

Pemerintah Daerah”.Bandung: Fokusmedia bekerjasama dengan

Pusat Kajian Pemerintahan STPDN.

Sulistiyani, Ambar Teguh (ed).2004.”Memahami Good Governance,

dalam perspektif sumberdaya manusia”.Yogyakarta:Gava Media.

Hasibuan, Malayu S.P.2002.”Manajemen Sumberdaya Manusia”.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari.1995.”Pengawasan Melekat, di lingkungan aparatur

pemerintah”.Jakarta: Erlangga.

Soedjatmoko.1986.”Dimensi Manusia Dalam Pembangunan”.Jakarta:

LP3ES.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Manajemen Konpensasi

PNS”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah dengan

Badan Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Manajemen Purnakarya”.Jakarta:

Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah dengan Badan

Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Manajemen Rekrutmen dan

Seleksi”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah

dengan Badan Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Kebijakan SDM Aparatur

Negara”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah

dengan Badan Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Sistem Informasi

Manajemen”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah

dengan Badan Kepegawaian Negara.

Page 102: Adm-kepeg Univ t Penang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Psikologi Kepegawaian”.Jakarta:

Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah dengan Badan

Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Pengawasan dan Akuntabilitas

Kepegawaian”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi

Daerah dengan Badan Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Analisa Jabatan”.Jakarta: Badan

Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah dengan Badan Kepegawaian

Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Manajemen Kinerja

SDM”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah

dengan Badan Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Manajemen Pelatihan”.Jakarta:

Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah dengan Badan

Kepegawaian Negara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2001.”Etika Moral dan Disiplin Pegawai

”.Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan Otonomi Daerah dengan

Badan Kepegawaian Negara.

Jerome, Paul J.2001.”Mengatur Pergantian Karyawan”.Terjemahan

Ramelan.Jakarta: PPM.

Smalley, Larry R.2000.”Orientasi dan Pelatihan di Tempat

Kerja”.Terjemahan Ramelan.Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Kelly, P. Keith.1999.”Teknik Pembuatan Keputusan Dalam

Tim”.Terjemahan Ramelan.Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Chang, Richard Y.2002.”Membangun Tim Dinamis”.Terjemahan

Ramelan.Jakarta: PPM.

Chang, Richard Y.2001.”Sukses Melalui Kerjasama Tim”.Terjemahan

Ramelan.Jakarta: PPM.

Chang, Richard Y & Mark J. curtin.2001.”Membangun Tim

Mandiri”.Terjemahan Martinia Indriadi.Jakarta:PPM.

Page 103: Adm-kepeg Univ t Penang

O’reilly, Ronald.2004.”Manajemen Sumberdaya Manusia, 63 kaidah

tak terbantah mulai dari merekrut hingga memberdayakan

karyawan”.Terjemahan Eko Prasetyo Dharmawan dan Hafidz

Siregar.Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Jerome, Pauld J.2001.”Pembinaan Karyawan Melalui Umpan

Balik”.Terjemahan Ramelan.Jakarta: PPM.

Morgan, Rebecca L.2003.”Melayani Pelanggan Kecewa, tetap efektif

dalam kondisi kesal”.Terjemahan Fiyanti Osman.Jakarta: PPM.

Brock, Susan L & Sally R.Cabbel.2001.”Menyusun Buku Pedoman

Karyawan, panduan menyajikan informasi

kepersonaliaan”.Terjemahan Erwin.Jakarta: PPM.

Chang, Richard Y & P. Keith Kelly.2003.”Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah, pendekatan rasional, praktis, dan sudah

teruji untuk memecahkan masalah”.Jakarta: PPM.

Brounstein, Marty.2003.”Mengatasi Karyawan Bermasalah, mengubah

karyawan bermasalah menjadi produktif”.Terjemahan Hesti

Widyaningrum.Jakarta: PPM.

Wolfe, Rebecca Luhn.2001.”Office Politics, meraih posisi puncak

melalui permainan yang jujur”.Terjemahan Eka Herawaty.

Jakarta: PPM.

Triguno.2003.”Budaya Kerja, menciptakan lingkungan yang kondusive

untuk meningkatkan produktivitas kerja”.Jakarta: PT Golden

Terayon Press.

Suky, Achmad.2004.”Sistem Manajemen Kinerja, performance

management system, panduan praktis untuk merancang dan

meraih kinerja prima”.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soeprihanto, John.2001.”Penilaian Kinerja dan Pengembangan

Karyawan”.Yogyakarta: BPFE.

Siagian, Sondang P.2002.”Kiat Meningkatkan Produktivitas

Kerja”.Jakarta: Reneka Cipta.

Page 104: Adm-kepeg Univ t Penang

Ruky, Achmad S.2003.”SDM Berkualitas, mengubah visi menjadi

realitas, pendekatan mokro praktis untuk memperoleh dan

mengembangkan sumberdaya manusia berkualitas dalam

organisasi”.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Subri, Mulyadi.2003.”Ekonomi Sumberdaya Manusia”.Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Winardi.2002.”Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen”. .Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Situmorang, Victor M & Jusuf Juhir.1998.”Aspek Hukum Pengawasan

Melekat, dalam lingkungan aparatur pemerintah”.Jakarta: Rineka

Cipta.

Sedarmayanti.2001.”Sumberdaya Manusia dan Produktivitas

Kerja”.Bandung: Mandar Maju.

Moekijat.1998.”Analisa Jabatan”.Bandung: Mandar Maju.

Kuswadi.2004.”Mungkinkah Kepuasan Pelanggan Tanpa Kepuasan

Karyawan?, cara mengukut kepuasan karyawan”.Jakarta: PT

Elex Media Komputindo.

Tunggal, Amin Widjaja.2003.”Pengukuran Kinerja Dengan Balanced

Scorecard”.Jakarta: Harvarindo.

Bacal, Robert.2004.”How to Manage Performance, 24 poin penting

untuk meningkatkan kinerja, acuan praktis untuk meningkatkan

kinerja perusahaan”.Terjemahan Jully.Jakarta: PT Bhuana Ilmu

Populer.

Ndraha, Taliziduhu.1999.”Pengantar Teori Pengembangan Sumberdaya

Manusia”.Jakarta: Rineka Cipta.

Manulang, M & Marihot AMH Manulang.2001.”Manajemen

Personalia”.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Siagian, Sondang P.2003.”Manajemen Sumberdaya Manusia”.Jakarta:

Bumi Aksara.

Page 105: Adm-kepeg Univ t Penang

Siagian, Sondang P.1995.”Teori Motivasi dan Aplikasinya”.Jakarta:

Rineka Cipta.

Nawawi, Hadari.2003.”Perencanaan SDM, untuk organisasi profit yang

kompetitif”.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Halsey, George D.2003.”Bagaimana Memimpin dan Mengawasi

Pegawai Anda”.Terjemahan Anaf S. Bagindo & M.

Ridwan.Jakarta: Rineka Cipta.

Barthos, Basir.2001.”Manajemen Sumberdaya Manusia, suatu

pendekatan makro”.Jakarta: Bumi Aksara.

Dessler, Gary.1986.”Manajemen Personalia”.Tejemahan Agus

Dharma.Jakarta: Erlangga.

Dessler, Gary.1997.”Manajemen Sumberdaya Manusia”.Jilid

1.Terjemahan Benyamin Molan.Jakarta: Prenhallindo.

Dessler, Gary.1998.”Manajemen Sumberdaya Manusia”Jilid

2.Terjemahan Benyamin Molan.Jakarta: Prenhallindo.

Flippo, Edwin B.1988.”Manajemen Personalia”.Jilid 1.Terjemahan

Moh. Masud.Jakarta: Erlangga.

Flippo, Edwin B.1989.”Manajemen Personalia”.Jilid 2.Terjemahan

Moh. Masud.Jakarta: Erlangga.

Djatmika, Sastra & Marsono.1979.”Hukum Kepegawaian di

Indonesia”.Jakarta: Djambatan.

Soepomo, Iman.1987.”Pengantar Hukum Perburuhan”.Jakarta:

Djambatan.

As’ad, Moh.1986.”Psikologi Industri”.Yogyakarta: Liberty.

Lumsden, Robert J.1990.”23 Langkah Menuju Sukses dan

Prestasi”.Terjemahan Budi.Jakarta: Binarupa Aksara.

Page 106: Adm-kepeg Univ t Penang

Koeswara, E.1989.”Motivasi, teori dan penelitiannya”.Bandung:

Angkasa.

Wahyudi, Bambang.1991.”Manajemen Sumberdaya

Manusia”.Bandung: Sulita.

Donaldson, Les & Edward E. Scannell.1993.”Pengembangan

Sumberdaya Manusia, panduan bagi pelatih pemula”.Terjemahan

Moh. Ya’kub Suyuti & Eno Syafrudin.Jakarta: Gaya Media

Pratama.

Moekijat.1989.”Analisa Jabatan”.Bandung: Mandar Maju.

Simorangkir, O.P.1988.”Etika Jabatan”.Jakarta: Aksara Persada

Indonesia.

Ranupandojo, Heidjrachman & Suad Husnan.1989.”Manajemen

Personalia”.Yogyakarta: BPFE.

Swasono, Yudo & Endang Sulistyaningsih.1987.”Metode Perencanaan

Tenaga Kerja, tingkat nasional, regional dan

perusahaan”.Yogyakarta: BPFE.

Handoko,T. Hani.1988.”Manajemen Personalia dan Sumberdaya

Manusia”Yogyakarta: BPFE.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu.1988.”Manajemen Kepegawaian dan

Sumberdaya Manusia”.Jatinangor: KKBM Ikopin.

Arifin, Ramudi (editor).1982.”Organisasi dan Manajemen

Kepegawaian, suatu pelajaran dasar bagi pegawai koperasi

konsumsi”. Terjemahan UPT Penerbitan dan

Percetakan.Jatinangor: UPT Penerbitan dan Percetakan Ikopin.

Simanjuntak, Payaman J.1985.”Pengantar Ekonomi Sumberdaya

Manusia”.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Abdurahman, Edeng H & M. Joko Affandi (penyunting).2002.

”Wacana Pengembangan Kepegawaian”.Jakarta: Badan

Kepegawaian Negara.

Page 107: Adm-kepeg Univ t Penang

Campbell, David.1986.”Mengembangkan Kreativitas”,.Terjemahan

A.M. Mangunhardjana.Yogyakarta: Kanisius.

Tjandra, Happy Sugiarto.2004.”Motiv-8, koleksi motivasi untuk karier

dan kehidupan yang lebih baik”.Jakarta: Elex Media Komputindo.

Syarifudin, Zainal & Hessel Nogi S. Tangkilisan.tanpa tahun.”Kinerja

Organisasi Publik, manajemen publik untuk menciptakan kota

bersih dan nyaman dihuni”.Yogyakarta: YPAPI.

Hor, Khoo Kheng.2003.”Sun Tzu’s Art of War in Human Resource

Management, Sun Tzu dalam manajemen Sumberdaya

Manusia”. Terjemahan Rudijanto.Jakarta: PT Bhuana Ilmu

Populer.

Hardjana, Agus M.1994.”Konflik di Tempat Kerja”.Yogyakarta:

Kanisius.

Stewart, Aileen Mitchell.1998.”Empowering People, pemberdayaan

sumberdaya manusia”.Terjemahan Agus M. Hardjana.Yogyakarta:

Kanisius.

Soepomo, Iman.1993.”Hukum Perburuhan, undang-undang dan

peraturan-peraturan”.Jakarta: Djambatan.

Djatmika, Sastra & Marsono.1987.”Hukum Kepegawaian di

Indonesia”.Jakarta: Djambatan.

Musanef.1989.”Manajemen Kepegawaian di Indonesia”.Jakarta: CV

Haji Masagung.

Nainggolan, H (penyusun).1987.”Pembinaan Pegawai Negeri

Sipil”.Jakarta: tanpa penerbit.

Moekijat.1989.”Perencanaan Sumberdaya Manusia”.Bandung: Mandar

Maju.

Manulang, M.1985.”Management Personalia”.Jakarta: Ghalia Indonesia.

-.1980.”PP No. 10 tahun 1979 dan SE BAKN No. 02/SE/1979, tentang

penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai negeri sipil dan PP No.

Page 108: Adm-kepeg Univ t Penang

15 tahun 1979 dan SE BAKN No. 03/SE/1980, tentang daftar

urut kepangkatan pegawai negeri sipil”.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prakoso, Djoko.1984.”Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian di

Indonesia”Jakarta: Ghalia Indonesia.

Brandon, David & Jones.1990.”Tangan dan Karier Anda”.Jakarta:

Effhar & Dahara Prize.

Ra’in, Riawati (penyusun).1994.”Himpunan Peraturan

Kepegawaian”.Tanjungpinang: FIA UNILAK kelas

Tanjungpinang.

.-“Undang-Undang RI Nomor: 25 tentang

Ketenagakerjaan”.Tanjungpinang: Departemen Tenaga Kerja RI,

Balai Latihan Kerja Industri Tanjungpinang.

Harefa, Andrias.2003.”Mematahkan Belenggu Motivasi,

membangkitkan energi penggerak sumberdaya manusia”Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Moekijat.1992.Administrasi Gaji dan Upah.Bandung:Mandar Maju.

90

Page 109: Adm-kepeg Univ t Penang

PROFESIONALISME

1. Menguasai ilmu pengetahuan di bidang tertentu – ketekunan mengikuti

perkembangan ilmu yang dikuasai.

2. Kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasai – berguna

kepentingan bersama.

3. Ketaatan dalam melaksanakan dan menjunjung tinggi etika keilmuan –

kemampuan untuk memahami dan menghormati nilai-nilai sosial yang berlaku

di lingkungannya.

4. Besarnya rasa tanggung jawab terhadap Tuhan, bangsa dan negara,

masyarakat, keluarga dan diri sendiri atas segala tindak tanduk dan perilaku

dalam mengemban tugas berkaitan dengan penguasaan dan penetapan ilmu

yang dimiliki

ILMU, AMAL, ETIKA, DAN TANGGUNG JAWAB

BIROKRASI PEMERINTAH ORDE BARU (1967 – 1999)

1. SANGAT KUAT,

2. SENTRALISTIK,

3. OTORITARIATN,

4. MONOLOYALITAS.

KEKUASAAN DI TANGAN PENGUASA BIROKRASI

PEMERINTAH,

BUKAN DI TANGAN RAKYAT.

PERUBAHAN PARADIGMA

1. Sentralistik ke desentralistik;

2. Otoritarian ke egalitarian/demokrasi;

3. Kedaulatan negara ke kedaulatan rakyat;

4. Bentuk organisasi besar ke ramping;

Page 110: Adm-kepeg Univ t Penang

5. Rowing (semua dikerjakan sendiri) ke steering (mengarahkan, mengendalikan,

dan memberi kebijakan

6. Orientasi kekuasaan negara ke berorientasi pasar.

HARUS LAKUKAN REPOSISIONING/REFORMASI, BILA TIDAK AKAN

BERMASALAH

MASALAH-MASALAH:

1. Kelembagaan besar didukung aparatur yang kurang profesional,

2. Mekanisme kerja sentralistik,

3. Kontrol terhadap birokrasi masih dilakukan oleh pemerintah, untuk

pemerintah, dan dari pemerintah,

4. Patron klien (KKN) – hambatan mewujudkan meritrokrasi dalam birokrasi,

5. Tidak jelas dan bahkan cenderungn tidak ada sense of accountability, baikn

secara kelembagaan maupun individual,

6. Jabatan birokrasi hanya bersifat menampung pengisian jabatan structural tidak

atas kompetensi yang dibutuhkan.

PERUBAHAN STRATEGIS (LINGKUP NASIONAL)

1. PELAKSANAAN DEMOKRASI

2. PERUBAHAN SISTEM POLITIK NASIONAL

3. DILAKSANAKANNYA OTONOMI DAERAH.

PERUBAHAN MANAJEMEN PEMERINTAH

1. Sarwa negara menjadi berorientasi pasar untuk kepentingan dan ditentukan

oleh negara (putting customers first),

2. Otoritarian ke demokrasi (peran rakyat)

3. Sentralisasi ke desentralisasi (perubahan kebijakan, implementasi, dan evaluasi

kebijakan),

4. Dipengaruhi oleh tata aturan global.

BIROKRASI KERANJANG SAMPAH

(Pernyataan Megawati Sukarno Putri, 11 Pebruari 2002)

Page 111: Adm-kepeg Univ t Penang

KELEMAHAN DAN CACAT PEMERINTAHAN INDONESIA

1. Perangai yang sombong;

2. Oganisasi yang tambun;

3. geraknya yang lambat;

4. sifat korup;

5. profesionalisme dan produktivitas yang rendah.

ABAD 21 ,MANUSIA TIDAK PERLU BIROKRASI LAGI

(Warren Bennis)

1. Birokrasi pemerintah sarat dengan kelemahan (seperti: tidak efisien,

mengedepankan struktur hierarkis, bertele-tele dan

menyelewengkan tujuan);

2. Birokrasi pemerintah mengidap penyakit inertia (keterbelakangan)

dan resistensi (menolak perubahan).

DESAKAN PERUBAHAN BIROKRASI

1. Reformasi politik,

2. Sistem ekonomi dunia,

3. otonomi daerah

WAJAH APARATUS PEMERINTAH BIROKRASI

(Pratikno, 1997)

1. Kecenderungan penyelewengan,

2. Sebagai abdi masyarakat,

3. Aspek inovasi,

4. Aspek budaya,

KINERJA ORANG MELAYU

1. APA TANDA SI ANAK JANTAN

Page 112: Adm-kepeg Univ t Penang

bentuk keperkasaan dan keberanian (baik laki-

laki maupun perempuan)

2. MATI DI TENGAH GELANGGANG

Gelanggang adalah kehidupan yang meliputi

asfek cita-cita, harapan dan pengorbanan serta

perjuangan. Artinya tidak boleh berpangku

tangan, pekerja keras dan mati bersama cita-

cita, harapan, pengorbanan dan perjuangan.

3. TIDUR DIPUNCAK GELOMBANG

Tidur tidak nyenyak karena memikirkan masa

depan (anak-anaknya bagi orang tua, agama,

bangsa dan negara bagi pemimpin)

4. MAKAN DI TEBING PANJANG

Menggambarkan bumi nan subur dan kaya

raya; tebing panjang ibarat batas sawah

terbentang nan luas, atau tebing pantai yang

panjang; dasar laut penuh kekayaan dan sumber

rezeki; tidak ada masalah dalam memenuhi

keperluan hidup (makan dan minum); jika ada

orang miskin di bumi kaya artinya …bila tidak

malas/tidak bersyukur dengan nikmat, pasti

kekayaannya sudah habis dirampok …

5. LANGKAH MENGHENTAM BUMI

Page 113: Adm-kepeg Univ t Penang

Sikap teguh, gagah perkasa, berhati baja dan

penuh keyakinan; melaksanakan tugas dengan

rasa tanggung jawab; melangkah dengan

kepastian untuk meraih kesuksesan; kegagalan

adalah cobaan bukan mematahkan semangat

dan cita-cita.

6. LENGGANG MENGIPAS SEMAK

Mampu membedakan antara yang baik dan

buruk; Menyingkirkan yang buruk bagaikan

menguak air dalam sungai; melakukan kebaikan

untuk semua orang, ibarat melalui semak

belukar perintis jalan agar yang dibelakang

mudah melalui.

7. TANGIS TERBANG KE LANGIT

Rindu akan kebenaran; susah senang senantiasa

mengadu kepada Tuhan; pasrah dan bermohon

dengan linangan air mata hanya kepada Tuhan;

taqwa dasar kehidupan; terlanjur berbuat salah

segera bertobat; jika susah meneteskan air mata

karena kesalahan dan dosa, maka telah terjadi

pengikisan nilai yang amat dahsyad.

8. ISAK DITELAN BUMI

Tabah dan sabar; tidak mengalah dengan

musibah, bencana, malapetaka dan ujian; tidak

Page 114: Adm-kepeg Univ t Penang

terlalu mengharapkan bantuan; menghadapi

ujian dengan optimis; tangis tersembunyi dalam

benak; penderitaan ditanggung sendiri dalam

hati; tidak mudah mengeluh; tegar dalam

menghadapi ujian.

9. YANG TAK KENAL KAN AIR MATA

Tidak mudah bersedih; tidak ada duka nistafa

dalam kehidupan; penuh harapan menghadapi

hari esok

10. YANG TAK KENALKAN TUNDUK KULAI

Tidak mengalah dalam perjuangan hidup;

keteguhan dan keberanian jiwa; bernilai bagi

diri dan bangsa; bersemangat dalam

menghadapi tantangan.

Tanjungpinang, medio Oktober 2004

KUALITAS

SUMBERDAYA MANUSIA

DAN OTONOMI DAERAH *)

suhardi mukhlis **)

Page 115: Adm-kepeg Univ t Penang

A. Pendahuluan

Pengalaman selama krisis ekonomi menunjukkan bahwa negara-

negara seperti Korea, Jepang, Thailand, dan negara-negara lainnya

bahkan Singapura tidak terkena imbas krisis padahal negara-negara

sekitarnya mengalami krisis yang cukup parah. Bahkan Singapura

negara tetangga yang berbatasan langsung dengan propinsi Kepri tidak

terkena krisis sama sekali. Mengapa?. Jelas, langsung atau tidak

langsung, kualitas sumberdaya manusia mempunyai peran yang paling

utama dan menentukan dalam pembangunan ekonomi.

Bermacam teori telah coba menjelaskan keterkaitan antara

pengembangan sumberdaya manusia, teknologi dan pertumbuhan

ekonomi. Kaum klasik yang dipelopori oleh Solow (1957) berpendapat

bahwa teknologi dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat eksogen

(dari luar) yang datang begitu saja ke dalam proses produksi. Siapapun

atau negara manapun memiliki kesempatan yang sama untuk

memanfaatkan teknologi dengan pengeluaran rendah atau bahkan tanpa

biaya sama sekali.

Dalam perekonomian yang terbuka, hampir semua faktor produksi

dapat berpindah tangan secara leluasa dan teknologi dapat dimanfaatkan

oleh setiap negara, maka pertumbuhan semua negara di dunia konvergen,

yang berarti kesenjangan akan berkurang. Tetapi dalam kenyataan

konvergensi yang diharapkan itu tidak pernah terjadi yang terjadi justru

sebaliknya kesenjangan yang semakin melebar antara negara maju dan

negara berkembang.

-------------------------

*) materi disampaikan dalam dialog yang diselenggarakan oleh ikatan

pelajar dan mahasiswa Natuna tanggal 12 Desember 2004,

**) staf fungsional (lektor) pada sekolah tinggi ilmu sosial dan ilmu

politik raja haji tanjungpinang, mahasiswa pascasarjana BKU

Kybernologi Unpad Bandung.

1

Melihat kenyataan ini maka berkembanglah pola pikir yang lain,

yaitu pertumbuhan endogen (dari dalam system). Inti pola pikir ini

adalah bahwa pertumbuhan ekonomi dan kemajuan serta dinamisasi

ekonomi bersumber dari dalam dan unsur dalam ini diwujudkan dalam

bentuk efisiensi dan produktivitas masyrakat.

Page 116: Adm-kepeg Univ t Penang

Sumber pertumbuhan endogen, antara lain dikembangkan oleh

Romer (1990), yaitu meningkatnya stok pengetahuan dan ide baru

dalam perekonomian yang mendorong tumbuhnya daya cipta dan

inisiatif yang diwujudkan dalam kegiatan inovatif dan produktif. Pengembangan teori pertumbuhan endogen ini meningkatkan perhatian

yang lebih besar terhadap pembangunan manusia. Apabila pengetahuan

baru dan keterampilan terkandung dalam sumberdaya manusia, dan

pembangunan ekonomi tergantung pada peningkatan teknologi,

pengetahuan dan cara-cara baru dalam proses produksi, maka

keberhasilan pembangunan akan ditentukan oleh proses akumulasi dari

kualitas sumberdaya manusia (Becker, Murphy dan Tamura dalam

Ginandjar Kartasasmita, 1996:266)

B. Kualitas Sumberdaya Manusia

Indikator kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari tingkat

pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat. Bagi negara-negara

berkembang seperti Indonesia untuk memacu pertumbuhan ekonomi,

diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Tinggi rendahnya

kualitas sumberdaya manusia semata-mata tidak dapat diukur dengan

angka-angka, tetapi dapat dilihat dari apa yang telah dihasilkannya

(produktivitas).

Triguno (2003:75) menyebutkan kualitas mempunyai dimensi

tergantung pada produk yang diinginkan oleh masyarakat (pelanggan),

antara lain seperti kinerja, bentuk, kesesuaian, kekuatan, pelayanan,

keindahan, rasa, harga, pemenuhan kebutuhan, kemanusiaan, keamanan,

kemampuan dan lain-lain. Dan menurutnya dari dimensi tersebut yang

paling penonjol adalah “zero defec/tanpa cacat”

Kualitas sumberdaya manusia dapat digolongkan menjadi tiga

tingkatan, yaitu: 1) sempurna (terbaik), 2) asal jadi, dan 3) buruk. Makin

berkualitas sumberdaya manusia berarti makin minimalnya cacat/cela

pada manusia tersebut.

2

Secara rinci penulis susun ukuran kualitas sumberdaya manusia

yang sebagai berikut:

Page 117: Adm-kepeg Univ t Penang

Sumberdaya

Manusia

Proses/cara kerja

Produk

Barang

jasa

beriman

bertaqwa

bermoral

terampil

profesional

tanggung

jawab

sopan santun

ramah

membantu

menghargai

orang lain

hormat

ingin maju

tanggap

rasa ikut

memiliki

mawas diri

disiplin

semangat/ulet

proaktif

mandiri

positif

bersih

berwibawa

jujur

tidak memeras

integritas

dll

cepat

tepat

urut

murah

hemat

efisien

efektip

optimal

aman

sinergik

gotong royong

kerjasama

koordinatif

consensus

menyenangkan

profesional

pasti

teknologi tepat

guna

memimpin de-

ngan ketela-

danan/motivasi

/delegasi we-

wenang

dengan

jaminan

dll

kuat sesuai

performanc

e

konformitas

desain me-

narik

pemelihara-

an mudah

murah

awet

teknologi

tinggi/tepat

warna

mena-

rik

kemasan

ba-

gus

aman

dengan

jaminan

dll

pasti

cepat

tepat

urut

menyenang-

kan

sejuk

nyaman

aman

pelayan-an

lain

murah

diperca-

ya

profesional

tanpa pung-

li

dengan ja-

minan

dll

3

Perlu diingat bahwa besarnya investasi yang dilakukan dalam

sumberdaya manusia tidak akan membawa hasil bagi pertumbuhan

ekonomi tanpa disertai peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang

dibutuhkan dan prasarana serta sarana penunjang.

Page 118: Adm-kepeg Univ t Penang

Sebagaimana telah disebutkan bahwa kualitas sumberdaya manusia

dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain tingkat pendidikan dan

tingkat kesehatan masyarakat. Tingkat pendidikan dan tingkat

kesehatan masyarakat dapat dilihat dari besarnya pengeluaran

masyarakat dan pemerintah dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Sebagai perbandingan penulis tampilkan data pengeluaran masyarakat

dan pemerintah di kawasan Asean dalam bidang pendidikan dan

kesehatan sebagai berikut:

Negara

Pemerintah

Masyarakat

Kesehatan Pendidikan Kesehatan Pendidikan

Indonesia

Malaysia

Filiphina

Singapura

Thailand

Vietnam

3%

6%

3%

7%

9%

-

9%

23%

20%

19%

22%

-

0,7%

1,4%

1,3%

1,3%

1,4%

1,1%

1,7%

5,3%

2,2%

3%

4,2%

2,7%

Dari table di atas, ternyata pengeluaran masyarakat dan pemerintah

Indonesia di bidang pendidikan dan kesehatan paling kecil di kawasan

Asean, pantaslah… Jalan keluarnya ya dinaikkan. Kenaikan anggaran

pendidikan harus diimbangi dengan investasi fisik lainnya (sarana dan

prasarana) terutama di daerah-daerah terpencil. Sedangkan dalam

bidang kesehatan pemerintah harus melaksanakan program-program

kesehatan, obat-obatan dan lain-lain.

Sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan

adalah untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang ber-

4

iman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Page 119: Adm-kepeg Univ t Penang

Agar fungsi dan tujuan pendidikan tersebut di atas tercapai, maka

pendidikan harus diselenggarakan dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan,

2. sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbuka dan

multimakna,

3. diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan yang berlangsung sepanjang hayat,

4. diselenggarakan dengan memberi teladan, membangun kemauan, dan

mengembangkan kreativitas,

5. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis

dan berhitung bagi segenap warga masyarakat,

6. diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan yang konsisten terhadap fungsi, tujuan

dan prinsip-prinsif akan melahirkan sumberdaya manusia yang unggul

dan menurut Inu Kencana Syafi’ie (2003:39) sumberdaya manusia yang

unggul harus meliputi: Etika, logika dan estetika. Dengan etika manusia

akan mampu membedakan yang baik dan yang buruk dan akan

melahirkan manusia-manusia budiman. Dengan logika manusia mampu

membedakan yang benar dan yang salah dan melahirkan seorang ilmuan.

Sedangkan dengan estetika manusia dapat membedakan mana yang indah

dan mana yang jelek dan inilah yang disebut seniman.

C. Otonomi Daerah

Secara akademik otonomi daerah dan desentralisasi berbeda, tetapi

secara praktis dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat

dipisahkan. Otonomi daerah diartikan sebagai kemandirian suatu daerah

dalam kaitan pembuatan keputusan dan pengambilan keputusan

mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Sedangkan desentralisasi

diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah. Dus dengan kata lain desentralisasi

mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-organ penyeleng-

5

garaan negara, sedangkan otonomi menyangkut hak yang mengikuti

pembagian wewenang tersebut.

Page 120: Adm-kepeg Univ t Penang

Visi desentralisasi merupakan simbol adanya trust (kepercayaan)

dari pemerintah pusat kepada daerah di bidang politik, ekonomi, dan

sosial. Kepercayaan di bidang politik harus dipahami sebagai sebuah

proses untuk membuka ruang bagi lahirnya pemimpin pemerintahan

daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya

penyelenggaraan pemerintahan yang responsip. Sedangkan dibidang

ekonomi terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan

kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan

potensi ekonomi di daerahnya. Dan di bidang sosial diupayakan

menciptakan kemampuan masyarakat untuk merespon dinamika

kehidupan di sekitarnya.

Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah adalah selain

otonomi daerah dipandang sebagai instrumen desentralisasi dalam

rangka mempertahankan keutuhan serta keberagaman bangsa juga

otonomi daerah harus didefenisikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah,

bukan otonomi pemerintah daerah (pemda), juga bukan otonomi bagi

daerah. Dus berhasil tidaknya penyelenggaraan otonomi daerah

terutama diukur dari derajad keterlibatan masyarakat dalam

penyelenggaraan otonomi tersebut, baik sebagai kesatuan sistem maupun

sebagai individu yang merupakan bagian integral yang sangat penting

dari system pemerintahan daerah, karena secara prinsip

penyelenggaraan otonomi daerah ditujukan guna mewujudkan

masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan. Dan menurut

Kaho (2002:115) partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat

jenjang, yaitu:

1. partisipasi dalam proses pembuatan keputusan,

2. partisipasi dalam pelaksanaan,

3. partisipasi dalam pemanfaatan hasil,

4. partisipasi dalam evaluasi.

Menurut penulis bagaimana mungkin mengharapkan partisipasi

masyarakat pada jenjang-jenjang tersebut di atas, apabila tidak memiliki

kualitas sumberdaya manusia.

6

4. Kualitas Sumberdaya Manusia Melayu

Page 121: Adm-kepeg Univ t Penang

Keunggulan sumberdaya manusia melayu sebenarnya sudah

dibuktikan sejak tahun 1890-an dengan munculnya karya-karya besar

Raja Ali Haji serta lahirnya perkumpulan-perkumpulan pengajian, dan

percetakan di pulau Penyengat dan Lingga. Diakui pula pulau penyengat

merupakan pusat kebudayaan Melayu dan agama Islam yang utama

dengan Raja Ali Haji sebagai sosok dan simbol keunggulan.

Sesungguhnya, orang melayu telah memiliki visi dan misi jauh ke

depan yang dibuktikan lahirnya karya-karya besar Raja Ali Haji, telah

lama mengenal prinsip-prinsip manajemen modern sebagaimana tertuang

dalam ungkapan “yang patah disuruh menunggu jemuran, yang pekak

disuruh menyulut meriam, yang berani dibuat kepala lawan, kalau kaya

hendakkan emasnya, kalau alim hendakkan ilmunya”.

Sebenarnya tidak cukup kuat alasan yang menyatakan persoalan

utama otonomi daerah terletak pada kurangnya dan bahkan tidak adanya

sumberdaya manusia daerah yang berkualitas. Persoalan Produktivitas

sumberdaya manusia seharusnya tidak saja diartikan dengan stratafikasi

pendidikan lulusan perguruan tinggi, tetapi mencakup pemberdayaan

tenaga dan fikiran secara optimal. Dengan kata lain kesempatan yang

Kemauan dan kemampuan.

Kemauan dan kemampuan sumberdaya manusia melayu

sebenarnya dapat dilihat dari falsafah hidup orang melayu, sebagai

berikut:

1. Apa tanda si anak jantan

bentuk keperkasaan dan keberanian (baik laki-laki maupun

perempuan)

2. Mati di tengah gelanggang

Gelanggang adalah kehidupan yang meliputi asfek cita-cita, harapan

dan pengorbanan serta perjuangan. Artinya tidak boleh berpangku

tangan, pekerja keras dan mati bersama cita-cita, harapan,

pengorbanan dan perjuangan.

7

3. Tidur dipuncak gelombang

Page 122: Adm-kepeg Univ t Penang

Tidur tidak nyenyak karena memikirkan masa depan (anak-anaknya

bagi orang tua, agama, bangsa dan negara bagi pemimpin)

4. Makan di tebing panjang

Menggambarkan bumi nan subur dan kaya raya; tebing panjang

ibarat batas sawah terbentang nan luas, atau tebing pantai yang

panjang; dasar laut penuh kekayaan dan sumber rezeki; tidak ada

masalah dalam memenuhi keperluan hidup (makan dan minum); jika

ada orang miskin di bumi kaya artinya …bila tidak malas/tidak

bersyukur dengan nikmat, pasti kekayaannya sudah habis dirampok

5. Langkah menghentam bumi

Sikap teguh, gagah perkasa, berhati baja dan penuh keyakinan;

melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab; melangkah dengan

kepastian untuk meraih kesuksesan; kegagalan adalah cobaan bukan

mematahkan semangat dan cita-cita.

6. Lenggang mengipas semak

Mampu membedakan antara yang baik dan buruk; Menyingkirkan

yang buruk bagaikan menguak air dalam sungai; melakukan kebaikan

untuk semua orang, ibarat melalui semak belukar perintis jalan agar

yang dibelakang mudah melalui.

7. Tangis terbang ke langit

Rindu akan kebenaran; susah senang senantiasa mengadu kepada

Tuhan; pasrah dan bermohon dengan linangan air mata hanya kepada

Tuhan; taqwa dasar kehidupan; terlanjur berbuat salah segera

bertobat; jika susah meneteskan air mata karena kesalahan dan dosa,

maka telah terjadi pengikisan nilai yang amat dahsyad.

8

8. Isak ditelah bumi

Page 123: Adm-kepeg Univ t Penang

Tabah dan sabar; tidak mengalah dengan musibah, bencana,

malapetaka dan ujian; tidak terlalu mengharapkan bantuan;

menghadapi ujian dengan optimis; tangis tersembunyi dalam benak;

penderitaan ditanggung sendiri dalam hati; tidak mudah mengeluh;

tegar dalam menghadapi ujian.

9. Yang tak kenalkan air mata

Tidak mudah bersedih; tidak ada duka nistafa dalam kehidupan;

penuh harapan menghadapi hari esok

10. Tak kenalkan tunduk kulai

Tidak mengalah dalam perjuangan hidup; keteguhan dan keberanian

jiwa; bernilai bagi diri dan bangsa; bersemangat dalam menghadapi

tantangan.

Tanjungpinang, 10 Desember 2004

9

DAFTAR BACAAN

Page 124: Adm-kepeg Univ t Penang

Kaho, Josef Riwu, 2002, “Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia,

identifikasi beberapa factor yang mempengaruhi penyelenggaraannya”. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Karim, Abdul Gaffar (Ed). 2003. “Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di

Indonesia”. Yogyakarta. Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fisipol UGM.

Selamat, Muhammad Isa.2001.”Gagasan Pembangunan & Kekuatan Jatidiri, Riau

Menuju Jalan Puncak”.Bengkalis: Pusat Warisan Melayu Riau.

Triguno. 2003. “Budaya Kerja, menciptakan lingkungan yang kondusive untuk

meningkatkan produktivitas kerja”. Jakarta. PT Golden Terayon Press.

Wasistiono, Sadu dkk (Peny). 2002. “Manajemen Sumberdaya Aparatur Pemerintah

Daerah”. Bandung. Fokusmedia bekerjasama dengan Pusat Kajian

Pemerintahan STPDN.

-.2003. “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional”. Bandung. Citra Umbara.

9

Page 125: Adm-kepeg Univ t Penang

analisis sumberdaya pemerintahan

by Prof. Dr. Josy Adiwisastra

tanggal 27-02-2005

pemerintahan sebagai proses harus punya sumberdaya (SDM, SDA, SD

Buatan), perlu dimanaje (merekrut, menempatkan, melindungi sumber)

sesuai dengan pelayanan publik.

SDM

- pri

- nsif, tidak semua manusia menjadi SDM,

- SDM (Keth Devis) orang-orang yang memiliki kemauan, kemampuan,

keterampilan (willing, ebility, & skill) – (konseftual, social,

skill/teknis).

SECARA MAKRO

Gizi dan makanan

Keamanan

Politik, coordinating pendidikan (informal &

Dan policy making, dan non formal) fasili-

Antara departemen tasnya.

Yang berkaitan dengan

Pembentukan sdm

SDM

Warisan

Biologik

Ekonomi

Produksi kebersihan

Pendapatan kesehatan

Industri

Nilai lingkungan

Budaya alam

Page 126: Adm-kepeg Univ t Penang

MASALAH SDM

1. pertumbuhan sumberdaya manusia lebih cepat jika dibandingkan

dengan pertumbuhan kesempatan kerja;

2. penyebaran SDM tidak merata di wilayah negara;

3. tidak ada link and match antara SDM kebutuhan tenaga kerja;

4. informasi kesempatan kerja terlambat;

5. lemahnya karsa (need for achievement) *) yang rendah;

6. primordialistik.

*) need for achiepment=karsa menuju masyarakat berprestasi.

FUNGSI MSDM

1. Perencanaan

Proses yang sistematis meneliti kebutuhan akan sama untuk

menjamin persediaan SDM akan jumlah dan mutu yang sesuai

dengan kebutuhan;

2. Recruitmen dan seleksi

Proses penarikan calon pegawai yang memenuhi persyaratan

seleksi pemilihan calon pegawai agar lebih memahami persyaratan

sesuai dengan kualifikasi jabatan;

3. development (pengembangan)

peningkatan kemampuan pegawai dan performance (kinerja)

melalui pelatihan, pendidikan dan pengembangan.

4. Reward (balas jasa)

Imbalan atas kontribusi pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.

5. Keselamatan kerja;

6. Kesehatan kerja;

7. industrial relation;

8. penelitian SDM (cascio, managing, human, resources productivity,

quality).

1. penarikan,

Page 127: Adm-kepeg Univ t Penang

2. seleksi,

3. pemeliharaan.