univ sum rambut.pdf

12
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 14 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Aktivitas Folikel Rambut Sejak terbentuk, folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang dan mengalami fase istirahat. Siklus pertumbuhan rambut yang normal adalah sebagai berikut : (Lavker et al, 2003) 1. Fase Anagen Fase anagen terbagi menjadi 6 subfase, dimana subfase 1-5 disebut proanagen. Subfase ke 6 metanagen, didefinisikan sebagai munculnya batang rambut diatas permukaan kulit. Umumnya fase anagen merupakan fase dimana sel-sel matriks membentuk sel baru dan mendorong sel yang lebih tua ke atas. Fase ini biasanya berlangsung 2 – 6 tahun. 2. Fase Katagen Pada fase ini terjadi perubahan morfologi dan molekular dengan karakteristik apoptosis. Pada awal fase ini, rambut akan mengalami penipisan dan terbentuk jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut akan menyempit dan bagian bawahnya akan melebar sehingga tampak seperti gada (club). Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu 3. Fase telogen Pada fase ini, rambut memiliki bentuk seperti gada dan terjadi pemendekan epitel serta terbentuk tunas baru yang akan mendorong rambut lama keluar. fase anagen biasanya berlangsung cukup lama, sedangkan fase katagen hanya sekitar 2 minggu dan fase telogen berlangsung selama 1 – 3 bulan. 2.2 Definisi Rambut Rontok Kerontokan rambut merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 100 helai per hari (Soepardiman, 2009). Kerontokan rambut adalah suatu gangguan atau kelainan dimana rambut terlepas dari kulit kepala ataupun kulit tubuh sehingga mengganggu berbagai fungsi biologis rambut terhadap tubuh (Harrison and Bergfeld, 2009) Universitas Sumatera Utara

Transcript of univ sum rambut.pdf

Page 1: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Aktivitas Folikel Rambut

Sejak terbentuk, folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang

berulang dan mengalami fase istirahat. Siklus pertumbuhan rambut yang normal

adalah sebagai berikut : (Lavker et al, 2003)

1. Fase Anagen

Fase anagen terbagi menjadi 6 subfase, dimana subfase 1-5 disebut

proanagen. Subfase ke 6 metanagen, didefinisikan sebagai munculnya batang

rambut diatas permukaan kulit. Umumnya fase anagen merupakan fase

dimana sel-sel matriks membentuk sel baru dan mendorong sel yang lebih tua

ke atas. Fase ini biasanya berlangsung 2 – 6 tahun.

2. Fase Katagen

Pada fase ini terjadi perubahan morfologi dan molekular dengan karakteristik

apoptosis. Pada awal fase ini, rambut akan mengalami penipisan dan terbentuk

jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut akan

menyempit dan bagian bawahnya akan melebar sehingga tampak seperti gada

(club). Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu

3. Fase telogen

Pada fase ini, rambut memiliki bentuk seperti gada dan terjadi pemendekan

epitel serta terbentuk tunas baru yang akan mendorong rambut lama keluar.

fase anagen biasanya berlangsung cukup lama, sedangkan fase katagen hanya

sekitar 2 minggu dan fase telogen berlangsung selama 1 – 3 bulan.

2.2 Definisi Rambut Rontok

Kerontokan rambut merupakan suatu keadaan dimana terjadinya

kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 100 helai per hari (Soepardiman,

2009). Kerontokan rambut adalah suatu gangguan atau kelainan dimana rambut

terlepas dari kulit kepala ataupun kulit tubuh sehingga mengganggu berbagai

fungsi biologis rambut terhadap tubuh (Harrison and Bergfeld, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

15

2.3 Epidemiologi Rambut Rontok

Kerontokan rambut merupakan hal yang sering dijumpai dan dikeluhkan,

terutama oleh wanita hal ini mungkin disebabkan oleh efek morbiditas psikologis

yang lebih dirasakan wanita daripada pria. (Sinclair and Yazdababdi, 2009)

Terdapat berbagai tipe kerontokan rambut, pada wanita yang paling sering

dijumpai adalah kerontokan rambut tipe wanita dan telogen effluvium. Pada

kerontokan rambut tipe wanita, dijumpai hampir 65% wanita di Australia

mengalami hal ini yang bertambah berat seiring usia. 10% dari keseluruhan kasus

yang dialami merupakan kasus yang sedang-berat. Usia timbulnya kerontokan

rambut tipe ini bervariasi mulai dari 10 hingga 70 tahun. Pada laki-laki, yang

sering dialami adalah kerontokan rambut tipe lelaki dengan prevalensi yang

meningkat seiring usia dimana hal ini terjadi sebanyak 31% pada usia 40-55 tahun

dan 53% pada usia 65-69 tahun. (Sinclair and Yazdababdi, 2009)

TE sering dijumpai pada kedua jenis kelamin, akan tetapi insidensi sebenarnya dari TE belum memiliki dokumentasi yang baik dikarenakan gejala yang tidak begitu jelas, terutama pada kasus sub klinis. Akan tetapi, wanita merupakan populasi terbesar yang mencari pengobatan pada kasus ini. (Sinclair and Yazdababdi, 2009)

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut 2.4.1 Keadaan fisiologik 1. Hormon

Salah satu penyebab kerontokan adalah gangguan hormonal terutama menyebabkan telogen effluvium. Keadaan ini bisanya dijumpai pada wanita hamil, baru melahirkan dan menopause. Pada wanita hamil terjadi peningkatan estrogen dalam jumlah besar akan tetapi setelah melahirkan akan timbul penurunan estrogen secara tiba-tiba sehingga banyak folikel rambut yang tiba-tiba memasuki fase telogen hal yang sama juga dapat dijumpai pada keadaan menopause. (American Hair Loss Association, 2010). Selain itu hormon yang juga berperan adalah androgen, tiroksin dan kortikosteroid. Hormon androgen dapat memepercepat pertumbuhan rambut dan menebalkan rambut di dareah janggut, tetapi pada kulit kepala penderita

Universitas Sumatera Utara

Page 3: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

16

alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut dan memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. (Soepardiman, 2009).

2. Nutrisi Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori. Kekurangan vitamin B12, asam folat dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut (Soepardiman, 2009). Gangguan nutrisi yang menyebabkan kerontokan rambut tersering adalah defisiensi zink dan zat besi. (Harrison and Bergfeld, 2009). Defisiensi nutrisi memiliki peran dalam kerontokan rambut melalui melemahnya batang rambut sehingga terjadi kerusakan rambut dan melambatnya pertumbuhan rambut kembali. (Hamed, et al. 2010)

3. Vaskularisasi Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut. Gangguan dari vaskularisasi akan menyebabkan melemahnya batang rambut. Vaskularisasi yang baik akan menghantar kan oksigen ke rambut, untuk itu diperlukan juga Hb untuk mengikat oksigen tersebut. (Hamed, et al. 2010)

4. Metabolisme dan penyebab lain Gangguan pada metabolism seperti pada DM, diet yang tiba-tiba dapat menyebbakan folikel rambut mengalami gangguan dalam siklusnya dan menyebabkan sebagian rambut memasuki fase telogen. (American Hair Loss Association, 2010)

2.4.2 Keadaan Patologik Keadaan patologik yang mempengaruhi kerontokan rambut berupa peradangan sistemik dan setempat serta obat-obatan. 1. Obat-obatan

Setiap obat yang menghalangi penbentukan batang rambut dapat menyebbakan kerontokan, umunya obat anti neoplasma misalnya, bleomisin, endoksan, vinkristin dan obat antimitotik misalnya kolkisin (Soepardiman, 2009). Obat-obatan biasanya menimbulkan kerontokan rambut setelah pemakaian selama 12 minggu. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

17

Beberapa obat- obat yang dapat menyebabkan kerontokan rambut: (Trueb,

2008)

a. Anti koagulan, seperti heparin dan warfarin akan menggangu vaskularisasi

di folikel rambut yang akan mengganggu pertumbuhan rambut.

b. Agen penurun lemak, fibrat dan statin akan menghambat sintesis kolestrol

dimana kolesterol diperlukan untuk memperkuat rambut.

c. ACE-inhibotor, akan menciptakan suatu kompleks dari zinc sehingga zinc

tidak dapat berfungsi untuk rambut

d. Thyrostatic (PTU dan L-thyroxin), agen-agen untuk hipertiroid/hiptiroid,

dapat mengganggu proses-proses metabolism tiroid yang normal yang

akan mengganggu pertumbuhan rambut.

e. Obat-obatan androgen akan meningkatkan kadar hormone androgen dalam

tubuh. Hormone ini kemudian akan dimetabolisme dimana metabolitnya

akan menghambat pertumbuhan rambut.

f. Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan kerontokan rambut; adalah

obat-obatan golongan beta blocker, NSAID, anti depresan anti epilepsy,

akan tetapi mekanismenya masih belum diketahui dengan pasti.

2. Kondisi Medis

a. Stres fisologis

Jenis stress fisiologis yang paling sering menyebabkan telogen effluvium

adalah penyakit-penyakit akut/inflamasi akut terutama demam. Demam

dan inflamasi akan menyebbakan sitokin dan pirogen di sirkulasi

menyerang keratinosit di folikel rambut sehingga terjadi apoptosis dan

terjadinya kerontokan rambut. (Trueb, 2008)

b. Stres emosional

Stres emosional dapat memicu terjadinya kerontokan rambut, namun hal

ini dapat terjadi sebaliknya. Meskipun begitu penelitian menunjukkan

wanita dengan tingkat stress yang tinggi memiliki kemungkinan

kerontokan rambut yang lebih tinggi pula sehingga diduga terdapat suatu

aksis otak-folikel rambut yang berperan. (Trueb, 2008)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

18

3. Paparan Zat Kimia

Proses pelurusan rambut ataupun pengecatan rambut yang menggunakan

bahan-bahan kimia dapat mengganggu proses pertumbuhan folikel rambut.

Selain itu hair spray yang digunakan pada proses penataan rambut juga dapat

merusak siklus pertumbuhan rambut.

2.5 Patogenesis Kerontokan fisiologis dari beberapa rambut pada telogen dari kepala

merupakan hal yang alami dan merupakan bagian dari siklus rambut yang normal.

Folikel rambut biasanya mempertahankan rambut telogen hingga folikel

memasuki fase anagen, dimana rambut anagen tersebut akan mendorong rambut

telogen dan terjadi kerontokan fisiologis yang tidak akan menyebabkan

kebotakan. Telogen effluvium timbul bila sejumlah besar rambut anagen terpicu

untuk berhenti tumbuh dan langsung memasuki fase katagen kemudian telogen.

Kerontokan rambut yang luas akan terjadi 2-3 bulan setelah kejadian tersebut.

Akibat kerontokan tersebut, akan timbul kebotakan sementara yang akan sembuh

kembali jika tidak terjadi paparan yang berulang terhadap pemicu tersebut.

(Sinclair, 2000)

Telogen gravidarum adalah nama yang diberikan pada TE yang terjadi

setelah melahirkan. Hal ini dapat terjadi karena tingginya kadar estrogen dalam

sirkulasi akan memperpanjang fase anagen dan menghasilkan banyak rambut

anagen. Setelah melahirkan terjadi penurunan tiba-tiba kadar hormone ini dan

menyebabkan rambut-rambut anagen memasuki fase katagen kemudian ke telogen

sehingga akhirnya mengalami kerontokan . Penyebab TE kronik tidak diketahui

dengan pasti, tetapi diduga keadaan ini diakibatkan oleh pemendekan fase anagen

biasanya hingga 50%., akan tetapi belum ada penelitian mengenai hal tersebut

(Sinclair, 2000).

2.6 Klasifikasi dan Diagnosis Kerontokan Rambut

Secara garis besar kerontokan rambut dapat dibagi menjadi kerontokan

tipe difus dan fokal. Kerontokan rambut tipe fokal biasanya disebabkan oleh

penyakit-penyakit yang dapat menyebakan alopesia tipe scarring (discoid lupus

Universitas Sumatera Utara

Page 6: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

19

eritomatosus) ataupun nonscarring (tinea kapitis, alopesia areata, trikotilomania).

Kerontokan rambut tipe difus disebabkan oleh telogen effluvium, anagen effluvium

dan kerontokan rambut tipe laki-laki (male pattern hair loss) dan tipe perempuan

(female pattern hair loss) (Mounsay dan Reed, 2009)

1. Telogen Effluvium

Telogen effluvium timbul ketika adanya peningkatan jumlah rambut yang

memasuki fase telogen (istirahat) pada siklus rambut. Dimana rambut-rambut

ini akan gugur 3 bulan kemudian. Biasanya lebih kiurang 100 rambut gugur

setiap harinya, akan tetapi jumlah rambut yang gugur akan lebih meningkat

pada keadaan ini, sehingga 30-50% rambut akan gugur. Telogen effluvium

dapat ditimbulkan oleh penykit kronis, trauma, infeksi, stress psikologis,

keadaan diet berat, anemia dan defisiensi besi, serta vitamin lainnya (Mounsay

dan Reed, 2009)

Gejala dari telogen effluvium akut dan kronis adalah meningkatnya jumlah

rambut yang rontok dimana pasien biasanya mengeluhkan rambut terasa lebih

tipis dan semakin meningkatnya jumlah rambut yang rontok. Pada telogen

effluvium yang aktif, tes tarik rambut menyebakan setidaknya 4 helai rambut

rontok setiap kali ditarik. Pada penarikan paksa lebih kurang 20 helai rambut

akan tertarik yang sebagian besar merupakan rambut telogen. Jika didapati

lebih dari 25% rambut yang tertarik merupakan rambut fase telogen, maka

diagnosis telogen effluvium bisa ditegakkan (Huges, 2012).

2. Anagen effluvium

Anagen effluvium merupakan kehilangan rambut hingga 90% dari

keseluruhan rambut tubuh. Dimana hal ini dapat disebabkan oleh paparan

terhadap zat-zat kimiawi yang beracun dan kemoterapi (Schwartz, 2012)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

2.7.1 Tes Tarik Rambut

Tes tarik rambut membantu mengevaluasi kerontokan rambut tipe difus.

Tes ini dilakukan dengan cara menarik lembut sekelompok rambut (sekitar 40)

pada setidaknya 3 area yang erbeda pada kepala. Seluruh rambut yang ditarik

Universitas Sumatera Utara

Page 7: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

20

dihitung dan diperiksa secara mikroskopik. Normalnya dijumpai kurang dari tiga

rambut telogen yang rontok pada setiap tarikannya. Jika dijumpai 4-6 rambut,

maka tes tarik rambut ini dikatakan positif dan mengarah kepada effluvium

telogen. (Levinbook, 2012)

2.7.2 Hitung Rambut Harian

Tes ini dapat dilakukan oleh pasien untuk menilai kerontokan rambut

ketika tes tarik rambut memberikan hasil negatif. Kerontokan rambut saat

menyisir rambut dan mandi di pagi hari dikumpulkan di sebuah plastik transparan

selama 14 hari. Jumlah rambut pada setiap plastik kemudian dicatat. Jumlah

rambut rontok lebih dari 100 helai merupakan jumlah abnormal kecuali

diakibatkan oleh shampoo. Kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis.

(Levinbook, 2012)

2.7.3 Tes Cabut Rambut

Tes ini dilakukan dengan mencabut sekitar 50 rambut satu persatu hingga

ke akar. Akar rambut yang dicabut tersebut kemudian di periksa di mikroskop

untuk menetukan fase pertumbuhan dan menemukan adanya defek di fase telogen,

anagen atau pun penyakit sistemik. Rambut anagen tampak memeilki selubung

pada akarnya sedangkan rambut telogen tidak. Normalnya 85-90% rambut berada

pada fase anagen, 10-15% pada fase telogen dan <1% pada fase katagen. Telogen

effluvium akan tampak dari meningkatnya persentase rambut telogen pada

pemeriksaan mikroskopis (biasanya >20%), dimana anagen effluvium

menunjukkan penurunan rambut fase telogen serta meningkatnya jumlah rambut

yang rusak. (Levinbook, 2012)

2.7.4 Biopsy Kulit Kepala

Biopsy merupakan indikasi bila kerontokan rambut bersifat persisten dan

belum diketahui dengan pasti diagnosisnya. Biopsy dapat membedakan

kerontokan bentuk scaring dengan nonscaring. Sampel sebaiknya diambil dari

daerah yang sedang mengalami inflamasi. Sebaiknya pada batas area yang

Universitas Sumatera Utara

Page 8: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

21

mengalami kebotakan. Dapat juga dilakukan kultur bakteri atau jamur.

Pemeriksaan imunofluoresensi juga dapat mengenali SLE, likenplanus dan

Sitemik sklerosis. (Levinbook, 2012)

2.8 Penatalaksanaan Rambut Rontok

Aspek terpenting dalam penanganan telogen effluvium adalah dengan

edukasi pasien mengenai riwayat alamiah kondisi ini. Selain itu juga sebaiknya

dijelaskan mengenai siklus hidup rambut serta hubungan dari pencetus yang dapat

menyebabkan kerontokan rambut tersebut. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Belum ada pengobatan spesifik untuk telogen effluvium, tetapi pemakaian

perangsang pertumbuhan rambut Minoxidil (Regrav) 2% dan 5% pada kulit

kepala satu kali sehari dapat bermanfaat pada telogen effluvium kronis. Pada laki-

laki, terapi farmakologis dengan menggunakan minixidil topical 2% atau 5% dan

finasteride oral. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Kerontokan rambut tipe anagen biasanya ditangani dengan observasi dan

dukungan moral, karena penyebabnya telah diketahui sebelumnya. Jika tidak ada

penyebab kerontokan rambut iartogenik, maka penyebab lain seperti alopesia

areata dan keracunan metal dapat diinvestigasi sehingga bisa ditangani lebih

lanjut. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Agen anti androgen (termasuk di dalamnya spironolakton, cypro asetat,

flutam serta 5 alfa reduktase inhibitor finasterid) dapat digunakan untuk

kerontokan rambut tipe wanita, tetapi beberapa negara tidak memakai obat ini.

Pada suatu penelitian dibandingkan pemberian cypro astetat dan spironolakton

pada kerontokan rambut tipe wanita, dijumpai hasil >80% wanita mengalami

pertumbuhan rambut kembali atau stabilisasi dari penyakit. (Shapiro, 2007)

2.9 Tingkat Pengetahuan

2.9.1 Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

22

2.9.2 Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu

Suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

b. Paham

Diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan

dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen

yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e. Sintesis

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.9.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

23

b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

c. Keyakinan

Diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupun

keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

majalah, radio, koran, televise, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun,

jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan

fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.10.Sikap

2.10.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu. (Notoatmodjo, 2003).

2.10.2 Komponen Sikap

a. Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi

dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

24

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek

sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

obyek tertentu.

c. Kognitif (cognitive)

Komponen kognitif atau komponen perilaku dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.

(Notoatmodjo, 1997).

2.10.3 Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.11 Perilaku

2.11.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2003)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: univ sum rambut.pdf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

25

2.11.2 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku

itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Perubahan alamiah

Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi.

Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik

atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di

dalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh

subjek.

c. Kesediaan untuk berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam

masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang akan mengadopsi

inovasi tersebut dengan cepat dan sebagian mengadopsi secara lambat. Hal ini

menegaskan bahwa setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai

kesediaan untuk berubah.

Universitas Sumatera Utara