ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGArepository.unair.ac.id/57189/2/PK BP 118-16 Wah p.pdf · 1...
Transcript of ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGArepository.unair.ac.id/57189/2/PK BP 118-16 Wah p.pdf · 1...
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
SKRIPSI
PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG
(Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI
LARVA
PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY
SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Giovanni Alif Dyer Wahjudy
N I M : 140911124
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 27 April 1992
Alamat : Graha Sunan Ampel Blok A 44 Wiyung Surabaya
Telp./HP : 081231208899
Judul Skripsi : PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA
IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP
TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA
Pembimbing : 1. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP
2. Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya
buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana
Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan
atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada
penulis aslinya, serta saya bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan
skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh
(sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.
XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-
olah hasil pemikiran saya sendiri
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 20 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
Giovanni Alif D.W
NIM. 140911124
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG
(Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI
LARVA
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY
NIM. 140911124
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing Pertama,
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP HIDAYATUL UDCHIYAH
NIP. 19690912 199702 2 001
Pembimbing Kedua,
Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D
NIP. 19700116.199503.1.002.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
SKRIPSI
PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG
(Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI
LARVA
Oleh :
GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY
NIM : 140911124
Telah diujikan pada
Tanggal : 13 Juni 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Agustono, Ir., M.Kes
Anggota : Ir. Boedi Setya Rahardja, M.P.
Prayogo, S.Pi., MP
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP
Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D
Surabaya, 18 Juli 2016
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Dr. Mirni Lamid, M. P, drh.
NIP. 19620116 199203 2 001
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
RINGKASAN
GIOVANNI ALIF D.W. Pengaruh Perbedaan Umur Induk Ikan Cupang
(Betta splendens) Terhadap Tingkat Fekunditas Dan Produksi Larva. Dosen
Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP dan Prof. Moch. Amin
Alamsjah, Ir., M.Si., PhD
Berdasarkan data Lalu Lintas Ikan Ekspor di Stasiun Karantina Ikan Kelas
1 Sultan Thaha Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa ikan hias
Cupang menempati urutan kedua setelah ikan hias biota sebanyak 22.650 ekor
dengan frekuensi sebanyak 30 kali (KKP, 2011). Dari segi ekonomi banyak para
penggemar ikan air tawar yang menjadikan hobinya sebagai bisnis (Daniel dan
Pandu, 2014). Menurut Weningsari (2013) ikan Cupang berjenis kelamin jantan
mempunyai harga lebih mahal dianding betina. Hal ini dikarenakan Cupang jantan
memiliki keindahan pada warna badan dan sirip serta tingkah lakunya yang
agresif.
Hasil penelitian Dewantoro (2001) mengatakan bahwa pemberian pakan
menggunakan Daphnia sp. dan penggunaan induk Cupang dengan umur yang
paling tua (4bulan) menghasilkan fekunditas tertinggi. Berdasarkan rumusan
masalah diatas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan fekunditas
dan produksi larva ikan Cupang dengan perbedaan umur induk Cupang untuk
mendapatkan hasil fekunditas terbanyak.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Aacak
Lengkap (RAL) dengan enam kali ulangan serta tiga perlakuan. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwaterdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan
Cupang pada umur induk Cupang yang berbeda dan umur induk ikan Cupang
yang menghasilkan fekunditas dan daya tetas paling tinggi adalah umur 6 bulan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
SUMMARY
GIOVANNI ALIF DW Effect of Age Differences in Parent Betta fish (Betta
splendens) On The Level fecundity and Production larvae. Lecturer Dr.
Endang Dewi Masithah, Ir., MP and Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Sc.,
Ph.D.
Based on data from the Traffic Fish Export Fish Quarantine Station Class
1 Sultan Taha Jambi province in 2010 can be seen that the ornamental fish Betta
ranks second after the ornamental fish biota as many as 22,650 tails with a
frequency of 30 times CTF (2011). From an economic point of many fans of
freshwater fish that make the hobby as a business (Daniel and Pandu, 2014).
According Weningsari (2013) sex male Betta fish have higher prices dianding
females. This is because the male Betta has a beauty on the color of the body and
fins as well as aggressive behavior. Devantoro (2001) says that some farmers betta
fish 3-3.5 months old with an average length of 4 cm, with the number of eggs
ranges from 700 rounds.
Dewantoro research results (2001) says that feeding using Daphnia sp. and
the use of stem Hickey with the age of the oldest (4month) produce the highest
fecundity. This is supported also by Carlender 1969 in 1975 Effendi also said
bahhwa in Kediri city betta fish is one of superior products that continue to be
maintained and enhanced. Hickey has provided many real contribution to
improving the welfare and incomes Kediri in general. Based on the formula above
problems, this study aimed to determine differences in fecundity and larval fish
pdoruksi dengna Hickey Hickey age differences stem remedy to get the highest
fecundity.
The method used in this study is an experimental method and design of the
study is Acak Complete Design (RAL) with six replications and three treatments.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga Skripsi tentang Kandungan kolesterol
pada kerang darah (Anadara granosa) dari hasil tangkap di kenjeran Surabaya,
Sedati Sidoarjo dan Bancaran Bangkalan ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi
ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium
Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat
memberikan informasi kepada semua pihak, khusus bagi Mahasiswa Program
Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam
bidang perikanan, terutama budidaya perikanan.
Surabaya, 28 Juni 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi tentang Pengaruh
Perbedaan Umur Induk Betina Ikan Cupang (Betta splendens) terhadap Tingkat
Fekunditas dan Produksi Larva dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 29 Februari sampai 6 Maret 2016, di Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga.
Pada kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP selaku Pembimbing I dan Bapak
Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku Pembimbing II atas
bimbingan sejak penyusunan proposal hingga terselesaikannya laporan
Skripsi ini.
2. Bapak Agustono, Ir., M.Kes, Bapak Prayogo, S.Pi., M.Si dan Bapak Boedi
Setya Rahardja, Ir., MP selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk menguji serta memberikan kritik dan sarannya.
3. Kedua orang tua (Heny Wahjudy dan Erlina) atas doa dan motivasinya
yang tiada henti untuk segera menyelesaikan kuliah.
4. Sahabat-sahabatku Doni, Silvi, Mira, Iponk, Hendra, Ijal, Icang yang
selalu memberi semangat dan membantu penulis dalam pelaksanaan
maupun penyelesaian skripsi ini.
Surabaya, April 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………….. ……………... vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xiii
I PENDAHULUAN ……………………………………….. ………………1
1.1 Latar Belakang …………………………………....................1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………... 3
Tujuan …………………………………………...........................3
Manfaat …………………………………………………………3
II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….4
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang .........................................4
2.1.1 Habitat ……………………………….............................5
2.1.2 Pakan ………………………………………………….6
2.2i Induk Ikan Cupang …………………………….………………..7
2.2.1 Seleksi Induk Ikan Cupang ………….. ………………..7
2.2.2 Pemijahan …………………………… ……………….7
2.3 Tingkat Kematangan Gonad ………………….. ……………….8
2.4 Indeks Kematangan Gonad ……………………. ……………….11
2.5 Fekunditas dan Daya Tetas ……………………………………..12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
III KERANGKA KONSEP ………………………………………………...16
IV METODOLOGI ………………………………………………………... 19
4.1 Waktu dan Tempat ………………………….................................19
4.2 Materi Penelitian ………………………………………………...19
4.3 Metode Penelitian ………………………………………………..19
4.3.1 Rancangan Penelitian ……………….. ………………...19
4.3.2 Prosedur Kerja ………………………………………….20
4.3.3 Parameter Pengamatan ………………………………….22
4.3.4 Analisis Data…………………………………………….22
V HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….24
5.1 Hasil ………………………………………………………………24
5.1.1 Fekunditas dan Daya Tetas …………………………….24
5.2 Pembahasan ………………………………………………………25
5.2.1 Faktor Fekunditas ……………………………………….26
5.2.2 Kualitas Air ……………………………………………..26
5.2.3 Produksi Larva ………………………………………….28
VI SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………30
6.1 Simpulan ………………………………………………………….. 30
6.2 Saran ………………………………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………31
LAMPIRAN ……………………………………………………………………35
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata total kolesterol kerang darah ……………………………… 19
2. Ambang Batas kolesterol menurut NCEP….………………………… 23
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerang Darah ......................................................................................... 4
2. Morfologi Kerang Darah ........................................................................ 6
3. Struktur kimia kolesterol ........................................................................ 7
4. Pembentukan plak pada saluaran darah ……………………………….. 8
5. Kerangka Konseptual ............................................................................. 14
6. Diagram alir penelitian ........................................................................... 18
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Hasil Analisis kolesterol ............................................................ 29
2. Gambar Proses pembedahan kerang darah .......................................... 30
3. Laporan analisis ................................................................................... 31
4. Analisis Statistik SPSS kolesterol ......................................................... 32
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi
dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan
dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari fungsinya sebagai
penyedia bahan baku pendorong agroindustri (DKP, 2009). Subsektor perikanan
di Indonesia mencapai kurang lebih 2 juta ton per tahun sebagian besar 74%
berasal dari laut dan sisanya 26% dari air tawar (Mariyono dan Sundana, 2002).
Ikan hias merupakan salah satu komoditas yang diminati oleh berbagai kalangan,
usaha non migas hal ini dibuktikan oleh Bachtiar (2004) bahwa ikan hias air tawar
memasuki pasar ekspor yang mengalami peningkatan. Direkrorat Jendral
Perikanan Budidaya (2011) mengatakan bahwa Indonesia telah dikenal sebagai
Negara yang memiliki banyak spesies. Dari spesies genus ikan hias air tawar yang
ada di dunia, yang memiliki tingkat popularitas tertinggi adalah jenis ikan tarung
Betta splendens atau lebih dengan nama ikan Cupang. Banyak ragam warna yang
ditemui seperti warna merah, biru, dan albino (Burkhart et al., 2002).
Indonesia sangat mendukung perkembangan budidaya ikan karena faktor
klimatologi yang menguntungkan yang memiliki keunggulan kompetitif untuk
menggerakan perekonomian sebagai pendapatan masyarakat dan penghasilan
devisa Negara (Weningsari, 2013). Berdasarkan data Lalu Lintas Ikan Ekspor di
Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Sultan Thaha Provinsi Jambi pada tahun 2010
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
dapat dilihat bahwa ikan hias Cupang menempati urutan kedua setelah ikan hias
botia sebanyak 22.650 ekor dengan frekuensi sebanyak 30 kali KKP (2011).
Di Jawa Barat, negara tujuan ekspor ikan hias antara lain Jepang, Prancis,
Jerman, Denmark, Afrika, Belanda, Saudi Arabia, Singapura, Belgia, Korea, dan
Filipina. Total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2006 adalah
sebesar US$ 58.318,65. Sedangkan total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa
Barat pada tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu mencapai nilai US$
319.506,58. Ekspor produk perikanan non konsumsi Jawa Timur saat ini
mengalami perkembangan cukup pesat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Dinas Disperindag Prov Jawa Timur mulai Januari-Februari (2014),
ekspor non migas industri ikan dan udang Jawa Timur mencapai 146,498 juta
dollar AS atau 45,22 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2013.
Dari segi ekonomi banyak masyarakat penggemar ikan air tawar yang
menjadikan hobinya sebagai bisnis. Bisnis ikan hias air tawar yang diperjual
belikan di Surabaya ini tergolong masih sedikit. Ikan hias air tawar yang populer
diperjual belikan di Surabaya antara lain adalah ikan Cupang. Dari segi ekonomi
banyak para penggemar ikan air tawar yang menjadikan hobinya sebagai bisnis
(Daniel dan Pandu, 2014). Dewantoro (2001) mengatakan bahwa beberapa petani
ikan Cupang di Jakarta memulai pembuahan pada saat ikan Cupang berumur 3-3,5
bulan dengan ukuran panjang rata-rata 4 cm, dengan jumlah telur bekisar 700
butir.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Hasil penelitian Dewantoro (2001) mengatakan bahwa pemberian pakan
mengunakan Daphnia sp. dan penggunaan induk Cupang dengan umur yang
paling tua pada penelitiannya (4 bulan) menghasilkan fekunditas tertinggi. Hal ini
ditunjang juga oleh pernyataan Carlender (1969) dalam Effendie (1975) bahwa
peningkatan umur ikan menentukan tingkat produksi larva. Berdasarkan hal ini,
perlu dilakukan penelitian tentang penelitian umur induk ikan cupang (dengan
umur lebih dari 4 bulan) untuk mengetahui lebih lanjut umur induk ikan cupang
yang dapat mengkaji fekunditas ikan lebih optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan Cupang pada
umur induk Cupang yang berbeda?
2. Berapa umur induk ikan Cupang yang menghasilkan fekunditas dan daya
tetas paling tinggi?
1.3 Tujuan Penelitan
1. Mengetahui pengaruh perbedaa umur induk ikan cupang terhadap fekunditas
dan daya tetas telurnya.
2. Mengetahui umur induk ikan cupang yang dapat menghasilkan fekunditas
dan daya tetas telur paling optimal.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini memiliki manfaat untuk memberikan informasi
umur induk ikan Cupang yang terbaik untuk memberikan hasil fekunditas dan dya
tetas telur optimal.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang (Betta splendens)
Klasifikasi Ikan Cupang menurut Regan (1910) di klasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinoptergii
Order : Perciformes
Family : Osphronemidae
Genus : Betta
Spesies : Betta splendens (Regan ,1910).
Ikan Cupang memiliki sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki
jari-jari keras dan delapan sampai sembilan jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan
lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip
kaudal, memiliki satu sampai empat jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung
sirip anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip
dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak
berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat,
memiliki 12-13 jari-jari lunak. B.splendens memiliki karakteristik respons agresif.
Ikan Cupang dapat beradaptasi pada suhu 24-29oC yang merupakan suhu optimal
bagi pemeliharaan ikan Cupang (Djuhanda, 1981). Gambar ikan Cupang dapat
dilihat pada Gambar 1.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Gambar 2.1. Ikan Cupang jantan (Curtis and MacLean, 2012).
2.1.1 Habitat
Ikan Cupang hidup di perairan tawar dan payau. Hidup pada aliran air
yang tergenang seperti rawa dan sungai. Griffin (1990) mengatakan bahwa ikan
Cupang membutuhkan tempat persembunyian pada habitatnya, hal ini ditujukan
agar ikan Cupang merasa aman. Gambar habitat ikan Cupang dapat dilihat pada
Gambar 2. Cupang menyukai tempat yang terdapat jentik nyamuk. Jentik nyamuk
ini merupakan sumber makanan untuk Cupang. Cupang bersifat soliter setelah
tumbuh dewasa. Cupang jantan akan mencari wilayah dan akan menyerang
Cupang lain bila memasuki wilayahnya. Penyerangan ini di tandai dengan adanya
gelembung udara (Suswanto, 2010). Ikan Cupang memiliki sifat bubblenester
yaitu membuat sarang busa sebelum berpijah dan telur telur dimasukkan ke
dalamnya (Linke 1994 ; Sanford, 1995).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Gambar 2.2. Habitat ikan Cupang (Regan, 1910).
2.1.2 Pakan
Cupang memerlukan cukup gizi untuk mendapatkan pertumbuhan secara
optimal. Fase Telur hingga larva memakan Artemia dan Daphnia sp. selama satu
bulan. Ikan dewasa memakan jentik nyamuk, kutu air (Daphnia sp.) dan Tubifex
sp. dengan pemberian sehari dua kali. Calon indukan di tambahkan lebih banyak
pakan yang tersedia untuk perkembangan pematangan gonad (Suswanto, 2010).
Kuantitas pakan meupakan faktor yang penting pada tahan reporduksi pada ikan,
ikan Cupang betina memerlukan tambahan protein, lemak, vitamin, mineral, untuk
menambah jumlah telur pada saat pemijahan. Kuning telur terdiri dari protein,
mineral, lemak. Protein tersebut juga terdapat pada embrio. Kekurangan salah satu
nutrien di atas daspat mempengaruhi tingkat pertahanan dari larva telur tersebut
(James and Sampath, 2002).
2.1.3 Reproduksi
Kualitas air memiliki peranan penting bagi ikan, karena air adalah media
tempat ikan hidup dan berkembang biak (Lesmana, 2001). Ikan Cupang dapat
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
bereproduksi pada suhu 28OC, pH 7,8 kadar amonia maksimal 1, dan DO 4 PPM
sedangkan telur ikan cupang akan menetas pada suhu 25-27oC (James and
Sampath 2004). Cupang jantan akan membuat substrat yaitu berupa gelembung-
gelembung sebagai tempat telur agar tidak tenggelam ke dasar perairan, biasanya
gelembung tersebut diletakkan pada tanaman aquatik. Setelah proses pembuatan
substart, Cupang jantan melakukan pemijahan tepat di bawah sarang yang telah
diberi substrat. Cupang jantan akan memijah dengan cara melilit tubuh Cupang
betina hingga telur keluar semua. Cupang jantan akan menjaga telur hingga telur
menetas. Cupang betina akan di usir oleh ikan Cupang jantan untuk keluar dari
substratnya. Telur akan di jaga ikan Cupang jantan hingga menetas menjadi
burayak. Setelah burayak berusia 3 hari, burayak akan menyebar keluar dari
substratnya (Atmajaja,2008).
2.2 Induk Ikan Cupang
2.2.1 Seleksi Induk Ikan Cupang
Seleksi induk untuk pemijahan akan menentukan hasil panen. Seleksi
induk dapat di lakukan dengan cara memilih calon induk yang berkualitas, yaitu
ikan yang memiliki ketahanan fisik dan mental yang baik, Pangkal ekor tebal dan
lebar, sehat, gerakan lincah dan tidak cacat. Respon musuh, respon terhadap
pakan, matang, dan umur diatas tujuh bulan (George,2009).
2.2.2 Pemijahan
Cupang akan mulai memijah setelah matang gonad pada usia tujuh sampai
delapan bulan (Atmajaja, 2008). Pemijahan akan terjadi dengan perbandingan
jantan dan betina adalah 1:1. Pemijahan akan berlangsung selama dua sampai tiga
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
hari, setelah itu telur di letakkan di substrat oleh indukan. Setelah 24 jam telur
akan menetas dan menjadi larva. Larva mulai diberi makan setelah tiga hari dari
penetasan karena kuning telur sudah mulai habis dan membutuhkan makan untuk
tumbuh. Setelah umur tujuh bulan, Cupang akan matang gonad dan dapat
melakukan Monalisa (2008).
2.3 Tingkat Kematangan Gonad
Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan berbagai
cara,antara lain dengan membuat irisan gonad dan diamati struktur histologisnya,
melihat morfologi gonad secara visual. Pengamatan morfologi gonad pada ikan
betina berupa : bentuk ovarium, besar-kecilnya ovarium, pengisian ovarium dalam
rongga tubuh, warna ovarium, halus-tidaknya ovarium, secara umum ukuran telur
dalam ovarium, kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagiannya,
ukuran (garis tengah) telur, dan warna telur. Sedangkan untuk ikan jantan yang
diamati berupa : bentuk testis, besar-kecilnya testis, pengisian testis dalam rongga
tubuh, warna testis, keluar-tidaknya cairan dari testis (dalam keadaan segar)
(Effendie, 1979).
Menurut Holden dan Rait (1974) dalam Suwarso dan Sadhotomo (1995)
tingkat kematangan gonad (TKG) secara umum adalah sebagai berikut: TKG I
(immature), TKG II (maturing), TKG III (maturing ripe), TKG IV (ripe), dan
TKG V (spent) dengan deskripsi dalam Tabel 1.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Tabel 1.Tingkat Kematangan Gonad secara umum (Holden dan Rait, 1974)
dalam Suwarso dan Sadhotomo, (1995).
TKG Tahapan Visual Miskroskopis
I immature Ovari kecil dan testis 1/3
dari rongga badan, bentuk
telur oval.
Warna ovari merah muda,
transparan, testiskeputihan
Telur kecil, tidak
nampak oleh mata
telanjang, diameter 1-16
cm, transparan.
II maturing Ovari kecil dan testis 1/2
dari rongga badan,
memanjang. Warna
ovari merah muda,
transparan, testis
keputihan agak simetris
Telur tidak
tampak oleh mata
telanjang, telur
jernih, ukuran
diameter10-21 m
III Maturing ripe Ovari kecil dan testis 1/2-
2/3 dari rongga badan,
kanan dan kiri gonad tidak
simetris. Warna ovari
kuning,tampak granula
dan pembuluh
darah di permukaan,testis
warna keputihan
Telur tampak
buram tidak
transparan, ukuran
diameternya 29-52 m
IV Ripe Ovari dan testis 2/3 sampai
penuh dalam rongga
badan, warna orange-
merah muda, pembuluh
darah di permukaan, testis
abu-abu dan lembut
Telur masak semi
transparan, ukuran
diameternya 45-70 m.
V Spent Ovari dan testis 2/3 sampai
penuh dalam rongga
badan, warna orange-
merah muda, pembuluh
darah di permukaan, testis
abu-abu dan lembut.
Telur masak semi
transparan, ukuran
diameternya 51-93 m.
Sedangkan tingkat kematangan gonad menurut Cassie (Effendie dan
Subardja, 1977) dalam Effendie (2002) pada ikan belanak (Mugil dussumieri)
yaitu pada Tabel 2.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Belanak (Mugil dussumieri) menurut
Cassie (Effendie dan Subardja, 1977) dalam Effendie (2002).
Tingkat Kematangan Betina Jantan
I Ovari seperti benang,
panjang, sampai kedepan
rongga tubuh. Warna
jernih.Permukaan licin
Testis seperti benang,
lebih pendek (terbatas)
dan terlihat ujungnya di
rongga tubuh. Warna
jernih
II Ukuran ovari lebih besar.
Pewarnaan lebih gelap
kekuning-kuningan. Telur
belum terlihat jelas dengan
mata
Ukuran testis lebih besar.
Pewarnaan putih seperti
susu. Bentuk lebih jelas
daripada tingkat I
III Ovari berwarna kuning.
Secara morfologi telur
mulai kelihatan dengan
mata
Permukaan testis tampak
bergerigi. Warna makin
putih, testis makin besar.
Dalam keadaan
diawetkan mudah putus
IV Ovari makin besar, telur
berwarna kuning, mudah
dipisahkan. Butir minyak
tidak tampak, mengisi ½-
2/3 rongga perut, usus
terdesak.
Seperti pada tingkat III
tampak lebih jelas. Testis
semakin pejal.
V Ovari berkerut, dinding
tebal, butir telur sisa
terdapat didekat pelepasan.
Banyak telur seperti pada
tingkat II
Testis bagian belakang
kempis dan di bagian
dekat pelepasan masih
berisi.
Pada saat perkembangan kematangan gonad semua proses metabolisme
dalam tubuh ikan terkonsentrasi pada perkembangan gonad. Menurut Biswas
(1993) perubahan struktur gonad dapat digunakan untuk menentukan tingkat
kematangan gonad. Gonad yang berkembang secara visual mudah diamati karena
gonad akan berkorelasi dengan perkembangan telur dan sperma. Pada ikan betina
gonad dapat bertambah berat 10% sampai dengan 25%, sedangkan pada ikan
jantan bertambah 5% sampai dengan 15% (Effendie, 2002).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Tingkat kematangan gonad dapat diketahui dengan cara mengukur berat
gonad atau berat tubuh ikan secara keseluruhan. Kematangan gonad secara umum
dapat diketahui dari perbandingan relatif antara berat gonad dengan berat tubuh
ikan keseluruhan. Indeks pengukuran ini sering disebut sebagai Indeks
Kematangan Gonad (IKG). Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode
kuantitatif untuk mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad.
Indeks ini dinamakan juga maturity atau Gonado Somatic Index yaitu suatu nilai
dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan
termasuk gonad dikalikan dengan 100%. Tingkat kematangan gonad ini akan
semakin bertambah besar persentasenya dan akan mencapai besar maksimum
pada saat menjelang pemijahan dan setelahnya akan turun kembali (Effendie,
1979).
c. Indeks Gonad (IG)
Perkembangan gonad semakin matang maka telur di dalamnya juga
semakin besar ukurannya karena ada pengendapan kuning telur, hidrasi, dan
terbentuknya butiran lemak. Di samping itu dapat digunakan perbandingan
dengan menggunakan panjang tubuh sabagai indikatornya. Indikator kematangan
gonad ini diperoleh dari perbandingan antara berat segar gonad dan panjang ikan
atau sering disebut sebagai Indeks gonad (Gonado Index) (Effendie, 1979).
Menurut Batts (1973) dalam Effendie (1979) selain indek kematangan
gonad seperti dijelaskan di atas masih ada gonado index yaitu perbandingan antara
berat gonad dengan panjang ikan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
2.5 Fekunditas dan Daya Tetas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang
telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan
tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk
memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh
individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk
memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan
perairan (Heriyanto, 2011).
Banyaknya telur yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah
atau biasa disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan
spesies. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang
tingkat kelangsungan hidupnya di alam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat
ditentukan oleh faktor lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahui
dengan tingkat fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan
memiliki ukuran yang bervariasi. Ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung
diameter telur. Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari
suatu telur dengan mikrometer yang berskala yang sudah ditera.
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur
yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat
tingkat kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin
besar. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam
ovarium semakin besar pula (Arief, 2009).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Menurut Nikolsky (1967) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan
dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang
ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus
diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan
kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan
dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah
(Wahyuningsih dan Barus, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan hal itu, Nikolsky ( 1969 ) :
a. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun,
fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas
mutlaknya. Fekunditas relative maksimum terjadi pada golongan ikan
yang muda. Sedangkankan ikan yang sudah tua kadang tidak memijah
setiap tahun
b. Fekunditas mutlak atau relative sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau
kelas umur yang jumlahnya banyak.
c. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad
yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.
d. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad yang lebih awal
serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan
dan predator dalam jumlah besar.
e. Perbedaan fekunditas diantaranya populasi spesies yang hidup dalam
kondisi lingkungna yang berbeda-beda, bentuk migrant fekunditasnya
lebih besar.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
f. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolism yang
mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan
menghsilkan perubahan dalam pertumbuhan, seperti ukuran pada umur
tertentu demikian juga ukuran danjumlah telur atau jumlah siklus
pemijahan dalam satu tahun .
g. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan
makanan melalui kematangn gonad yang lebih awal, menambah
kemantangan individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi
antara siklus pemijahan.
h. Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung pada umur dan
persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang
lain (Effendie,1997).
Fekunditas ikan cupang, dapat ditentukan berdasrkan pengaruh umur, dan pakan yang
diberikan. Jumlah telur semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Umur
ikan menentukan tingkat kematangan gonad dan jumlah telurnya. Keberadaan
pigmen diduga juga mempengaruhi fekunditas.
Karoten berfungsi penting dalam fisiologis, yaitu dalam sistem endokrin
seperti perkembangan dan pematangan gonad. Daphnia dan Tubfex mengandung
karoten yang mengakibatkan warna merah pada tubuhnya. Fekunditas dapat
menunjukkan kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam suatu
pemijahan.Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pula tingkat produksi
larvanya.Fekunditas ikan cupang biasanya berkisar 700 butir dengan ukuran induk
3-3.5bulan (Alumnus Fakultas Biologi 2001). Fertilisasi dan daya tetas ikan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
cupang dapat ditentukan oleh kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH,
dan oksigen terlarut. Temperatur optimal untuk pemijahan ikan
hias Betta splendens berkisar antara 26C sampai 29C.
Peningkatan suhu dan tekanan oksigen dapat mempengaruhi daya tetas, sedang suhu
air dapat mempengaruhi efisiensi perubahan kuning telur menjadi bobot badan
embrio ikan pada proses perkembangan. Telur ikan cupang tergolong berukuran
sedang, suhu optimal untuk penetasan berkisar antara 26 Csampai 28 C, dengan
waktu penetasan sekitar 3 sampai 4 hari. pH yang optimal untuk penetasan ikan
hias Bettas plendens berkisar antara 6,2 – 7,8 dan kandungan oksigen terlarut
berkisar antara 6,0 – 7,2 ppm (Yustina 2003).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Kebutuhan ikan hias sangat diminati pada pasar internasional dengan
ditandai adanya peningkatan terhadap angka ekspor (Bachtiar, 2004). Dengan
demikian perlu melakukan pengembangan pada sektor agribisnis dalam
pembangunan perekonomian yang akan menjadi alasan perlunya penelitian
tentang strategi pengembangan agribisnis ikan Cupang ini (Weningsari, 2013).
Dewantoro (2001) telah melakukan penelitian pada induk ikan Cupang dengan
umur 3, 3,5 dan 4 bulan, ikan yang menghasilkan fekunditas terbanyak adalah
induk ikan berumur 4 bulan dengan pemberian pakan Daphnia sp. Carlender
(1969) dalam Effendi (1975) mengatakan bahwa kemampuan induk untuk
menghasilkan anak dalam satu kali pemijahan berbanding lurus dengan
peningkatan umur ikan. Permintaan pasar internasional tinggi sedangkan
ketersediaan biota kurang memadai, sehingga diperlukan budidaya ikan Cupang
dan pengupayaan teknik budidaya ikan Cupang.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
3.2 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat umur induk ikan cupang (Betta splendens) betina yang
dapat menghasilkan fekunditas dan daya tetas optimal.
H1 : Terdapat umur induk ikan cupang (Betta splendens) betina yang dapat
menghasilkan fekunditas dan daya tetas optimal.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Keterangan:
P: perlakuan yang akan digunakan
Gambar : Kerangka konsep
Budidaya
Ikan hias Ikan konsumsi
Ikan cupang
Produksi Larva
Seleksi
induk Pemijahan Pakan Genetik
Kombinasi pemijahan ikan cupang dengan umur
induk yang berbeda
Eksport
fekunditas
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jumlah Larva
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 di Laboratorium
Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
4.2 Materi Penelitian
Materi penelitian yang digunakan terdiri atas bahan dan alat penelitian.
Bahan penelitian yang digunakan adalah induk ikan Cupang, Daphnia sp. , air
tawar, ammonia test kit, DO test kit. Peralatan yang digunakan dalam penelitian
adalah akuarium dengan volume air 2 liter, aerator, wadah plastik dengan volume
10 liter, gunting, dan termometer.
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Metode
eksperimen bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta
seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara membandingkan suatu
kelompok atau kesatuan eksperimen dengan kelompok atau kesatuan kontrol.
Metode ini juga digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan dan
melakukan perbaikan kualitas. Eksperimen berperan penting dalam
mengembangkan proses dan dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
dalam proses agar kinerja proses meningkat (Irawan dan Astuti, 2006).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuan :
Umur Indukan Betina
ikan cupang
(bulan)
Umur Indukan Jantan
ikan cupang
(bulan)
4
4 5
6
Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan.
4.3.2 Prosedur Kerja
A. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian adalah dengan melakukan seleksi ikan dengan usia
empat, lima, dan enam bulan. Setelah dilakukan seleksi ikan berdasarkan usia
ikan, kemudian dilakukan aklimatisasi pada ikan di akuarium. Setelah
diaklimatisasi, ikan kemudian dipuasakan selama sehari sebelum pemijahan dan
dilakukan pengukuran panjang dan berat pada tubuh ikan. Akuarium yang telah
dicuci bersih, diisi dengan air tawar sebanyak 10 liter, kemudian diberi pakan
Daphnia sp. sebanyak 3-5% dari bobot perhari. Pemberian pakan dilakukan tiga
kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore (Wahyuningsing 2009). Kepadatan ikan tiap
akuarium sebesar 3 ekor/liter.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
a. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air terdiri dari suhu, pH, DO, dan amoniak. Pengukuran
kualitas air ddilakukan terhadap suhu dan pH air. Suhu diukur menggunakan
thermometer, sedangkan pH diukur menggunakan kerts lakmus.
F. Perhitungan Fekunditas
Fekunditas dihitung secara manual karena jumlah telyr relative sedikit
sehingga memungkinkan dilakukan secara manual.
4.3.3 Parameter Pengamatan
Parameter yang diukur dalam penelitian terdiri dari parameter utama dan
pendukung.
A. Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian adalah fekunditas dan daya tetas telur
ikan cupang.
B. Parameter Pendukung
Parameter pendukung dalam penelitian adalah suhu dan pH air.
Pengukuran suhu menggunakan termometer dan pengukuran pH menggunakan
kertas lakmus.
4.3.4 Analisis Data
analisis data diamati dengan menggunakan Anova
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Gambar 5. Bagan Alur Penelitian
Persiapan bahan pakan
Persiapan pemijahan
Pemijahan
Penghitungan telur
Analisa data
Pemeliharaan sampai
telur menetas
P1
Ulangan
6 kali
P2
Ulangan
6 kali
P3
ulangan
6 kali
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Fekunditas dan Daya Tetas
Data hasil penelitian meliputi berat induk jantan dan betina, fekunditas,
dan daya tetas disajikan pada tabel 1. berikut ini.
Tabel1. Data berat induk, fekunditas, dan daya tetas telur selama penelitian
Perlakuan
ulangan
Berat betina
(gram)
Berat jantan
(gram)
Fekunditas
(butir)
Telur
yang
menetas
(butir)
Daya
tetas
(%)
A 1 1,65 1,32 762 690 90,55
2 1,72 1,58 779 725 93,06
3 1,72 1,35 781 733 93,85
4 1,40 1.18 638 591 94,10
5 1,46 1,28 735 689 93,74
6 1,58 1,30 897 625 89,67
Hasil
SD
± 1,58 ±0,8472a 1,335 ±0,132 71,014 1,8997
B 1 1,78 1,50 789 745 94,42
2 1,48 1,28 791 772 97,59
3 1,48 1,28 779 741 95,12
4 1,62 1,26 768 742 96,61
5 1,66 1,50 788 733 93,02
6 1,68 1,28 743 701 94,34
± 1,61 ± 0,118a 1,35 ±0,107 18,435 1,5900
C 1 1,76 1,50 815 781 95,828
2 1,42 1,22 787 752 95,55
3 1,72 1,26 821 807 98,29
4 1,60 1,40 795 763 95,97
5 1,58 1,34 784 734 93,62
6 1,56 1,18 774 714 92,24
± 1,60 ±0,1217a 1,31 ±0,1219 0,5306 2,0928
Dari 18 pasang induk yang diamati, terdapat sebanyak 591 butir sampai
897 butir telur yang dikeluarkan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
5.1.2 Data Kualitas Air
Data kualitas air selama penelitian adalah sebagai berikut
Perlakuan Kuaitas air hari ke
1 2 3 4 5
pH oc pH
oc pH
oc pH
oc pH
oc
A1 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
A2 7,1 27 7 28 7,1 28 7,1 27 7,1 28
A3 7,1 27 7 28 7,1 28 7,1 27 7,1 28
A4 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
A5 7,1 27 7,1 28 7,1 28 7,1 27 7,1 28
A6 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
B1 7 27 7,1 28 7,1 28 7,1 27 7,1 28
B2 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
B3 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
B4 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
B5 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
B6 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
C1 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
C2 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
C3 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
C4 7,1 27 7,1 28 7,1 28 7,1 27 7,1 28
C5 7,2 27 7,1 28 7,1 28 7,1 27 7,1 28
C6 7 27 7 28 7 28 7 27 7 28
5.2 Pembahasan
5.2.1 Faktor Fekunditas
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang dari pada dengan berat,
karena panjang penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti berat yang dapat
berkurang dengan mudah. Fekunditas adalah jumlah telur ikan dihasilkan selama
hidupnya. Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih
mendekati kondisi ikan itu dari pada panjang. Fekunditas dengan berat adalah
memiliki hubungan linier yaitu E = a + b W. Hubungan fekunditas dengan berat
memiliki kesulitan. Karena berat mudah berubah pada waktu pemijahan. Jika
fekunditas secara matematis dikorelasikan dengan berat total termasuk berat
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
gonad akan menimbulkan kesukaran atau kesulitan dalam statistik. Sebab telur
akan masuk dalam jumlah besar dan ikan yang sebenamya berfekunditas kecil.
Juga akan kesulitan akan sama apabila fekunditas dihubungkaan dengan faktor
kondisi.
Tingginya persentase fertilitas menunjukkan bahwa sperma jantan
memiliki kemampuan untuk membuahi telur. Keberhasilan pembuahan sangat
tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma. Diduga telur yang dikeluarkan
oleh betina akibat adanya rangsangan ikan jantan sehingga setiap telur yang keluar
langsung dapat dibuahi. Selain itu didukung pula oleh kuantitas dan kualitas
sperma yang tinggi serta tidak terdapatnya faktor penghalang dilingkungan seperti
arus dan turbiditas air. Keberhasilan fertilitas tergantung pada periode ejakulasi
sperma (mijah) dan kemampuan sperma bersaing untuk membuahi telur dan
peluang fertilitas dipengaruhi oleh perilaku jantan, anantomi dan fisiologi
(Berhead & Muller dalam Hosken 1998).
Tingginya daya tetas, diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
pengaruh tidak adanya goncangan air sewaktu perhitungan fertilitas. Apabila
terdapat goncangan air, dapat menyebabkan telur jatuh dari sarangnya. Goncangan
air dapat menurunkan keberhasilan fertilitas dan daya tetas telur (Affandi & Tang
2000). Selain itu kurangnya kelihaian induk jantan dalam memungut telur-telur
yang jatuh ke dasar akuarium, menyebabkan sel-sel telur rusak. Menurut Sugandy
(2002), bahwa induk yang sudah berpengalaman akan lebih lihai dalam
memelihara telur sehingga daya tetas lebih tinggi.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
5.2.2 Kualitas Air
Kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH, dan oksigen terlarut
berada pada kondisi optimal. Hasil pengukuran temperatur air dalam akuarium
pemijahan berkisar antara 270C sampai 28
0C. Kisaran temperatur ini secara umum
memenuhi syarat untuk temperatur air pada wadah pemijahan. Hal yang sama
dikemukakan oleh Perkasa (2001), bahwa temperatur optimal untuk pemijahan
ikan hias Betta splendens berkisar antara 260C sampai 29
0C. Peningkatan suhu
dan tekanan oksigen dapat mempengaruhi daya tetas,sedang suhu air dapat
mempengaruhi efisiensi perubahan kuning telur menjadi bobot badan embrio ikan
pada proses perkembangan (Effendi 1997). Telur ikan Betta splendens tergolong
berukuran sedang, suhu optimal untuk penetasan berkisar antara 260C sampai
280C, dengan waktu penetasan sekitar 3 sampai 4 hari.
Pada wadah pemijahan pH air berkisar antara 6,3 sampai 6,8. Kondisi ini
termasuk kedalam rentang kisaran pH air pemijahan ikan Betta splendens, sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Perkasa (2001) bahwa pH yang optimal untuk
penetasan ikan hias Betta splendens berkisar antara 6,2–7,8. Selanjutnya bila air
pada pH 1-4 atau 11-14 maka ikan tidak dapat hidup di dalamnya. Kandungan
oksigen terlarut berkisar antara 6,0–7,2 ppm.
Daya tetas dan laju pertumbuhan larva Betta splendens makanan tersebut
belum mencukupi untuk proses pertumbuhan larva. Menurut Kanazawa dalam
Syandri (1996) bahwa salah satu komponen penting bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva harus tersedia fosfolipid yang diperlukan untuk
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
pertumbuhan sel antara lain membran sel. Secara biosintesis fosfolipid tidak dapat
dipenuhi secara cepat. Oleh karena itu harus dipasok melalui makanan alami.
Rataan mortalitas larva ikan Betta splendens selama pemeliharaan 21 hari
bervariasi dari hari ke 7 sampai dengan hari ke 21. Mortalitas larva yang tertinggi
antara lain disebabkan larva sudah kehabisan cadangan makanan berupa kuning
telur, sedangkan makanan alami yang terdapat di dalam media hidupnya tidak
sesuai dengan kebutuhannya. Tingginya mortalitas larva diduga disebabkan oleh
makanan yang tidak sesuai dengan jenis, ukuran dan jumlahnya. Nagi et al, (1981)
menyatakan bahwa umur berhubungan erat dengan masa kritis yaitu masa
penentuan jenis kelamin pada proses perkembangan gonad dan fase paling kritis
dalam daur larva adalah periode sampai mencapai umur 15 hari (Syandri 1996).
Faktor penyebabnya adalah kurangnya makanan yang tersedia dan lingkungan
yang tidak sesuai.
Pada penelitian ini faktor lingkungan yaitu kualitas air yang penting
sebagai berikut temperatur air 270C-28
0C, ph 6,3–6,8 dan kandungan oksigen
terlarut 6,0-7,2 ppm. Berarti mortalitas larva yang tinggi kemungkinan disebabkan
oleh kurangnya makanan yang tersedia baik dalam jenis, jumlah maupun ukuran.
Menurut Laskar dalam Syandri (1996) bahwa 50 persen larva ikan air tawar dapat
memangsa dengan perbandingan bukaan mulut dan mangsa adalah 0,76 mm.
Selanjutnya dinyatakan bahwa ukuran bukaan mulut dan kemampuan membuka
akan menentukan ukuran makanan yang dapat dimakan, yang pada setiap spesies
larva berbeda. Bukaan mulut larva ikan Betta splendens pada saat memangsa
makanan dari luar belum dapat diketahui, tetapi untuk mengantisipasi ukuran
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
makanan pada penelitian ini, maka dilakukan penyaringan makanan dengan
menggunakan saringan kain siphon. Semakin bertambah umur larva, maka
mortalitas semakin kecil, terbukti pada hari 21 mortalitas hanya sebesar 0,80%,
antara lain disebabkan larva sudah mampu mengkonsumsi artemia yang diberikan
dengan baik.
5.2.3 Produksi Larva
Induk umur 6 bulan memiliki produksi larva lebih tinggi, hal ini
dikarenakan kemampuan produksi larva didukung kuantitas dan kualitas dari
telurnya, bila telur yang dihasilkan sedikit dan mernpunyai kualitas kurang baik
maka produksi larvanya juga rendah. Menurut Sumandinata (1981), fekunditas
dapat menunjukkan kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam
suatu pemijahan. Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pula tingkat
produksi larvanya (Carlender, 1969 dalam Effendie, 1975). Berdasarkan
pemberian pakan, Daphnia mernpunyai produksi larva lebih baik. Latscha (1990)
berpendapat bahwa karoten juga berfungsi dalam sistem endokrin seperti daya
tetas yang berhubungan dengan produksi larva.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Terdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan Cupang pada umur induk
Cupang yang berbeda.
2. Umur induk ikan Cupang yang menghasilkan fekunditas dan daya tetas paling
tinggi adalah umur 6 bulan.
6.2 Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
umur induk cupang yang lebih tua dengan pakan Daphnia dan pakan alami lain
atau pakan buatan sehingga diharapkan dapat memberikan fekunditas dan
produksi larva yang lebih baik.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
DAFTAR PUSTAKA
Atmajaja. J. 2008. Panduan Lengkap Memelihara Cupang Hias dan Cupang Adu.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Agus. M, Yusufi, dan B. Nafi. 2010. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami
Daphnia sp. Jentik Nyamuk dan Cacing Sutera terhadap Pertumbuhan Ikan
Cupang Hias (Betta spendens). Pena Akuatika Volume 2 No 1. Hal 1-5.
Amri. 2004. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka.
Tangerang.
Arman. 2001. Mempersiapkan Cupang Hias untuk Kontes. Agro Media Pustaka.
Jakarta
Asih, W. S. 2013. Identifikasi Ektoparasit pada Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) di Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan Kecamatan Kesugihan
Kabupaten Cilacap. Undergraduate Thesis/2013-01-07 09:44:19.
Purwokerto
Bachtiar, Y. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia
Pustaka, Depok
Bleeker. 1850. Finnage Variations Bettas Today Come in a Wide Variety of
Forms, and New Ones Are Being Created All The Time.
http://bettysplendens.com/articles/home.imp diakses pada 13 Desember
2011.
Boyd, CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station. Auburn University, Alabama. 477 pp.
Clare, J. 2002. Daphnia sp. an Aquarist’s Guide. Dikutip dari
http//www.caudata.org /Daphnia. diakses pada 19 Agustus 2013.
Daniel, K. dan Andereas Pandu Setiawan. 2014. Perancangan Interior Pusat
Informasi Ikan hias Air Tawar di Surabaya. Jurnal Intra Vol 2, No. 1. 1-5.
Surabaya.
Dewantoro, G. 2001. Fekunditas dan Produksi Larva Pada Ikan Cupang (Betta
Spendens Regan) yang Berbeda Umur dan Pakan Alalminya. Jurnal
Iktiologi Indonesia. Vol 1. No2. Th 2001 : 49-52. ISSN 1693. 0229.
Fakultas Biologi. Universitas Nasional Jakarta.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. Kekuatan Budidaya Ikan Hias
Indonesia. Departemen Perikanan dan Kelautan.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Penerbit Armico. Bandung.
Ebert, D. 2005. Ecology, Epidemiology and Evolution of Parasitism in Daphnia
sp. University of Basel. Switzerland
Effendi, I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. 1975. Metode Biologi Perikanan Fakultas Perikanan Insitut
Pertanian Bogor. Hal 92.
Effendi. 1979 Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan
pertama. Rineka Putra. Jakarta.
Handayani, H dan Hastuti S.D. 2002. Budidaya Perairan. Bayu Media. Malang.
199 hal.
Herper,b. and Y Prugnin. 1984. Commercial Fish Farming, With The Special
Reference To Fish Culture in Israel. Jhon Wiley and sons. New York.
Irawan, N. Dan S. P Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Andi Offset. Yogyakarta.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
James R., Muthukrishnan J. and K. Sampath, 1993. Effect of Food Quality on
Temporal and Energetics Cost of Feeding in Cyprinus carpio (Cyprinidae)
J. Aqua. Trop.,8:47-53.
James R, and K Sampath. 2004. Effect of Feeding Frequency on Growth and
Fecundity in an Ornamental Fish, Betta Splendes (Regan). The Israeli
Journal of Aquaculture. Bamidgeh 56*2), 2004, 136-135. Departement of
zoology. V.o. Chidambaram College. Tuticorin 628 008, Tamil Nadu,
india.
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Stasiun Karantina Ikan Kelas I
Sultan Thaha Jambi. 2011. Laporan Penyampaian Data Lalu Lintas Tahun
2010 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Sultan Thaha Jambi. Jambi: 6 hlm.
Lesmana, S. D. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Linke H. 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297. Hal 86-
89.
Lavens. P and Sorgeloos. P. 1996. Manual on the Production and Use of Live
Food for Aquaculture. Laboratory of Aquaculture and Artemia Reference
Center. University of Ghent, Ghent. Belgium
Mantra, I.B. 2001. Langkah-langkah Penelitian Survei Usulan Penelitian dan
Laporan Penelitian. Yogyakarta. Badan Penerbit Fakultas Geografi
(BPFG) – Universitas Gajah Mada.
Mariyono dan A. Sundana. 2002. Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Bercak Merah pada Ikan Air Tawar yang Disebabkan Oleh Bakteri
Aeromonas Hydrophila. Buletin Teknik Pertanian. Vol 7.no.1.
Monalisa. S. 2008. Pengaruh Pemberian Jenis Makanan yang Berbeda Terhadap
Tingkat Surival Rate Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio) Yang Dipelihara
Dalam Baskom Plastik. Journal of Tropical fisheries. Hal 8.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa:
M.Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen dan M. Hutomo. Gramedia, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Ostrow, Me. 1994.Eksplorasi Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297. Agustus.
Hal 163.
Pangkey, H. 2009. Daphnia sp. dan Penggunaanya. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. V (3): 33-36
Pennak, R. W. 1989. Coelenterata. Fresh-Water Invertebrates of the United
States. Protozoa to Mollusca, 3rdedition. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Regan, C. T. 1910. Species Maintenance Program. Clearinghouse and Resource
Center for all Species Betta. Smp.ibcbetas.org/speciesspendles.html.
diakses pada 1 september 2014.
Siregar, A.D. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta
Sanford,G. 1995. An. Illustrated Encylopeia of Aquarium Fish. Apple Press.
London Page 68.
Sunari. 2008. Budidaya Cupang Hias. Jakarta. Agro Media Pustaka. Hal 9.
Suswanto. 2010.Kami berada di kota Medan,fighter adalah anakan dari indukan
terseleksi. http://Cupangadumedan.weebly.com/index.html. diakses 11
desember 2011.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Tomascik, T., A. J. M, A. Nontji, and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Seas, Part One and Two. Singapore. Periplus Editions HK Ltd.
Waterman. 1960. Unfying Concepts from Methyl Farnesoate for Invertebrate
Reproduction and Post–Embryonic Development. Departement of
Molecular and Cell Biology. University of Connecticut. Massachussetts.
Wahyningsih. 2009. Pengaruh Komposisi Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan
Ikan Nila. IKIP PGRI Semarang Fakultas Penididkan Matematika dan ilmi
Pengetahuan Alama Jurusan Pendidikan Biologi. Semarang.
Weningsari, E. 2013. Pengembangan Agribisnis Ikan Cupang di Kelurahan
Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Jurnal Manajemen Agribisnis,
Vol. 13, No. 1, Januari 2013. Kediri.
Wibisono, Haris. 2004. Pengaruh Earning Manajemen terhadap Kinerja di Seputar
SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Berat Induk dan Jumlah Telur Selama Penelitian
Tabel1. (10 Februari 2016)
Berat betina
(gr)
Berat jantan
(gr)
Telur
(butir)
Netas
A 1,62 1,32 762 690
A 1,72 1,58 779 725
B 1,78 1,50 789 745
B 1,48 1,28 791 772
C 1,76 1,50 815 781
Tabel2. (16 Februari 2016)
Berat betina
(gr)
Berat jantan
(gr)
Telur
(butir)
Netas
A 1,72 1,32 781 733
B 1,48 1,28 779 741
C 1,42 1,22 787 752
C 1,72 1,26 821 807
C 1,60 1,40 795 763
Tabel3. (22 Februari 2016)
Berat betina
(gr)
Berat jantan
(gr)
Telur
(butir)
Netas
A 1,40 1,18 628 591
A 1,46 1,28 735 689
B 1,62 1,26 768 742
B 1,66 1,50 788 733
C 1,58 1,34 784 734
Tabel4. (29 Februari 2016)
Berat betina
(gr)
Berat jantan
(gr)
Telur
(butir)
Netas
A 1,58 120 697 625
B 1,68 128 743 701
C 1,56 118 774 714
Keterangan:
A= umur indukan cupang 4 bulan
B= umur indukan cupang 5 bulan
C= umur indukan cupang 6 bulan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Ulangan Perlakuan Total
A B C
1 90,55 94,42 95,82 280,79
2 93,06 97,59 95,55 286,2
3 93,85 95,12 98,29 287,26
4 94,10 96,61 95,97 286,68
5 93,74 93,02 93,62 280,38
6 89,67 94,34 92,24 276,25
Total 554,97 571,1 571,49 1691,56
JKT = 90,552 + …. + 92,24
2 – 1697,56
2
3 x 6
= 83,3665
JKP = 554,972 + 571,1
2 + 571,49
2 – 1697,56
2
6 18
= 29,6244
JKG = JKT-JKP
= 83,3665 – 29,6244
= 53,7421
KTP= JKP
t-1
= 14,8122
KTG = JKT – JKP
t (n – 1)
= 3,5828
Fhitung = KTP
KTG
= 4,1342
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit Ftabel
0,05 0,01
Perlakuan 2 29,6244 14,8122 4,1342** 3,68 6,36
Galat
Percobaan
15 53,7421 3,5828
Total 17 83,3665
Ulangan Perlakuan Total
A B C
1 762 789 815 2366
2 779 791 787 2357
3 781 779 821 2381
4 628 768 795 2191
5 735 788 784 2307
6 697 743 774 2214
Total 4382 4658 4776 13816
JKT = 7622 + …. + 774
2 – 13816
2
3 x 6
= 34568,45
JKP = 43822 + 4658
2 + 4776
2 – 13816
2
6 18
= 13629,7833
JKG = JKT-JKP
= 20938,6667
KTP= JKP
t-1
= 6814,891
KTG = JKT – JKP
t (n – 1)
= 1395,917
Fhitung = KTP
KTG
= 4,882
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit Ftabel
0,05 0,01
Perlakuan 2 13629,7833 6814,891 4,882** 3,68 6,36
Galat
Percobaan
15 20938,6667 1395,917
Total 17 34568,45
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR….. GIOVANI ALIF
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Ikan jantan menjaga telur di substrat pemijahan
Pemijahan penimbangan induk
Lokasi penelitian penimbangan induk