LAPORAN CUPANG BARUUU.docx

download LAPORAN CUPANG BARUUU.docx

of 30

Transcript of LAPORAN CUPANG BARUUU.docx

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai potensi sumber daya alam yang melimpah dan belum terkelola dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut adalah dengan usaha budidaya akuakultur. Usaha budidaya akhir-akhir ini menjadi sesuatu hal yang banyak diminati oleh masyarakat, karena memiliki potensi yang cukup besar. Saat ini perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar yang berasal dari Indonesia. Namun dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya dapat dibudidayakan. Dalam budidaya ikan hias ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur atau pun menyusun sarangnya (Soetrisno, 2006).Ikan hias merupakan komoditas perikanan yang potensial untuk dikembangkan. Selain mempunyai potensi keanekaragaman, ikan hias mempunyai peluang pasar yang besar, baik di dalam negeri mapun di luar negeri. Salah satu jenis ikan hias yang digemari di Indonesia adalah ikan cupang (Betta splendes). Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mudah dipelihara. Ikan Cupang merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang hidup pada temperatur berkisar 28-30o C. Pertumbuhan ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama (Perkasa, 2001). Budidaya ikan cupang tidak membutuhkan wadah pemeliharaan atau lahan yang luas dan modal yang besar seperti budidaya jenis ikan hias lain pada umumnya. Mudahnya cara pemeliharaan serta pertumbuhan yang relatif cepat membuat ikan ini banyak digemari oleh masyarakat. Dilihat dari kecamata para pehobi cupang dipelihara untuk dinikmati keindahan bentuk, warna dan gerakannya. Selain itu sifat dasar ikan cupang yang agresif membuat beberapa spesies ikan ini disebut ikan petarung atau fighting fish (Huda, 2011).Popularitas cupang sebagai ikan hias tidak perlu di ragukan lagi. Penggemar ikan cupang berasal dari seluruh kalang masyarakat. Sedikit berbeda dengan ikan hias lain, ikan cupang diminati bukan hanya karena kecantikannya, namun juga karena keagresifannya. Di Negara asalnya, ikan ini terkenal sejak ratusan tahun yang lalu sebagai ikan laga. Disana orang mengadu cupang sambil bertaruh uang. Berbeda dengan ikan yang berasal dari Sumatera (Barbus tetrazone). Walaupun memiliki sifat agresif, namun bisa hidup berdampingan secara damai dengan sesamanya. Ikan cupang justru akan menunjukkan sifat agresifnya bila bertemu sesama jantan, sebaliknya cupang jantan akan diam atau bergerak lambat dan dekat-dekat apabila di campurkan dengan jenis ikan lain (Susanto, 1992).Permasalahan dalam budidaya ikan cupang adalah teknik budidaya yang saat ini diterapkan dikalangan pembudidaya cupang. Hal tersebut meliputi cara pemeliharaan pemberian dan jenis pakan, kualitas air, jenis penyakit, pemijahan serta pembesaran benih ikan cupang. Maka perlu adanya kegiatan untuk mempelajari teknik pembenihan ikan cupang yang baik dan benar.

1.2. Tujuan1. Mengetahui dan memahami ruang lingkup dunia kerja2. Mengetahui dan memahami teknik pembenihan ikan cupang (Betta splendens)3. Mengetahui dan memahami pengelolaan lingkungan ikan cupang (Betta splendens)

1.3. Manfaat1. Mendapatkan pengalaman tentang ruang lingkup dunia kerja2. Mendapatkan informasi mengenai teknik pembenihan ikan cupang (Betta splendens) secara baik dan benar3. Memberikan informasi kepada para penggemar atau peternak ikan cupang (Betta splendens) mengenai teknik budidaya ikan cupang yang baik dan benar

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Ikan CupangIkan cupang merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar. Ikan ini merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan cupang dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian, pemeliharaan ikan cupang tidak perlu menggunakan sarana sistem aerasi (Susanto, 1992).Ikan cupang hidup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Ikan ini berasal dari habitat perairan dangkal dan jernih, seperti daerah persawahan hingga sungai yang bertemperatur 24 - 27C, dengan pH berkisar 6,2 7,5 serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness) berkisar 5 - 12 dH. Pada umumnya cupang sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik pada kisaran pH 6,5 - 7,2 dan hardness berkisar 8,5 10 dH (Rusdi, 2000).2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Lingga.P dan Susanto (2003), adapun identifikasi dan klasifikasi dari ikan cupang (Betta splendens) adalah sebagai berikut : Kelas : AnimaliaFilum : Chordata Subfilum : Craeniata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Super Ordo : Teleostei Ordo : Percomorphoidei Subordo : Anabantoidei Famili : Anabantidae Genus : Betta Spesies : Betta splendensPerkembangan variasi ikan cupang terbilang pesat dalam beberapa generasi terakhir ini ditinjau dari segi bentuk, warna, serta prilaku. Beberapa jenis ikan cupang yang dikenal sekarang ini yaitu Betta pugnax(Forest Betta), Betta taeniata(Banned Betta), Betta macrostoma(Bruney Beauty), Betta unimaculata (Golden Slender), Betta picta (Painted Betta), Betta anabantoides(Pearly Betta), Betta edithae(Betta Brederi), Betta foerschi (Purple Saphire Betta), Betta akarensis (Sarawak Betta), Betta coccina(Clorat's Betta), Betta bellica (Standard's Betta), Betta tesyae (Peaceful Betta), Betta smaragdina (Emerald Betta), Betta imbelis(Slugger's Betta), Betta splendens(Siamese Fighting Fish), Betta albimarginata, Betta channoides, Betta balunga, Betta breviobesus dan Betta enisae.Pada umumnya, jenis-jenis ikan cupang hias yang digemari oleh banyak masyarakat yaitu:1. Ikan cupang Crowntail(ekor mahkota) atau serit2. Ikan cupang Double tail(ekor ganda)3. Ikan cupang Plakat Halfmoon4. Ikan cupang giant(cupang raksasa), cupang jenis ini merupakan hasil perkawinan silang antara cupang biasa dengan cupang alam dan ukurannya bisa mencapai 12 cm.

Gambar 1. Morfologi ikan cupang(Sumber : Dokumentasi pribadi)Dari gambar di atas diketahui morfologi ikan cupang (Betta splendens) memiliki ukuran yang kecil dengan bentuk tubuh yang memanjang dengan sirip dan ekor yang indah. Pada umumnya morfologi ikan cupang (Betta splendens) memiliki bentuk tubuh memanjang dan juga warna yang beraneka ragam yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning, abu-abu, putih dan sebagainya. Sirip punggung lebar dan terentang hingga ke belakang dengan warna cokelat kemerah-merahan dan dihiasi garis-garis berwarna-warni, sirip ekor berbentuk agak bulat dengan strip berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai dihiasi aneka warna dan lehernya seperti berdasi dengan warna yang indah, ujung siripnya sering kali dihiasi warna putih susu, sirip analnya berwarna terang dan memanjang. Ikan cupang betina memiliki ukuran tubuh rata-rata lebih kecil dari ikan cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat mencapai 5 9 cm, sedangkan ikan cupang betina lebih pendek dari ukuran tersebut (Soetrisno, 2006).2.1.2 Perbedaan Ikan Cupang Jantan dengan Betina Dewasa Secara UmumBerikut adalah tabel perbedaan cupang jantan dan betina secara umum.Tabel 1. Perbedaan Cupang Jantan Dan Betina Secara UmumJantanBetina

Warna tubuh atraktif dan beragamWarna tubuh cenderung pucat dan tidak atraktif

Sirip terlihat mengembang dengan indahSirip tidak melebar dan tidak seindh cupang jantan

Gerakannya agresif dan lincahGerakannya lambat

Bentuk tubuh lebih panjang dan lebih rampingBentuk tubuh pendek dan lebih gemuk

Menurut Effendie (1979) ikan cupang yang telah dewasa dan sudah siap kawin dapat dikenali dengan pengamatan secara visual dari ciri kelamin sekundernya.Berikut ini ciri-ciri ikan cupang yang baik dan siap kawin:

a.PejantanPejantan yang telah dewasa dapat ditandai dengan:1. Usia mencapai minimal empat bulan2. Ukuran yang sudah melebihi enam senti meter3. Pangkal ekor yang kekar.4. Memiliki bentuk fisik yang bagus.5. Memiliki warna yang cerah dan cemerlang.6. Sering membuat gelembung busa di permukaan air.7. Gerak-gerik yang genit ketika melihat cupang betina8. Memiliki dasi, yaitu modifikasi dari sirip ventral yang lebih panjang dr betina.

b.BetinaBetina yang telah dewasa dapat ditandai dengan:1. Berusia minimal empat bulan2. Memiliki bentuk fisik yang bagus.3. Memiliki warna cemerlang serta sirip yang tegas.4. Tubuh ikan berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti zebra.5. Bintik putih pada abdomen yang membesar tanda telur siap dibuahi.6. Dasi lebih pendekUntuk mengetahui ciri kelamin primer ikan cupang relatif sulit jika diamati secara visual karena organ genitalnya cukup kecil.Ikan cupang jatan mempunyai organ yang bernama testis, sedangkan ikan cupang betina mempunyai organ yang bernama ovari.Untuk reproduksi, biasanya perbandingan ikan jantan dan betina adalah 1 : 3 (Linke. H, 1994).

2.2 Pembenihan Ikan Cupang2.2.1 Pemijahan Umumnya ikan cupang termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung udara pada saat fase kawin. Untuk itu diperlukan tanaman air agar cupang dapat menempelkan gelembung udaranya. Tanaman ini dapat berupa tanaman air yang berdaun lebar seperti eceng gondok (Eihornia crassipes) dan kiambang (Pistia stratiotes). Pada saat siap kawin, ikan cupang jantan akan segera menempelkan gelembung udara ke daun yang ada di dalam kolam. Kemudian ikan cupang betina dapat dimasukkan apabila gelembung udara sudah cukup banyak. Ikan cupang jantan yang sedang mencari pasangan akan segera menghampiri betina. Lalu ikan cupang betina akan diajak untuk mendekati gelembung udara, kemudian keduanya akan menempel dan tak bergerak. Beberapa saat kemudian, telur yang keluar dari tubuh betina akan segera dibuahi oleh ikan cupang jantan. Telurtelur tersebut ditangkap oleh mulut cupang jantan, lalu ditempelkan di gelembung udara. Penempelan dilakukan dengan cara menyemburkan telur tersebut dari mulutnya (Perkasa, 2001).Proses pemijahan dimulai dengan wadah dan air yang sudah disiapkan. Kemudian dimasukan tanaman air sebagai substrat menempelnya gelembung. Setelah itu dimasukan ikan cupang jantan. Ikan cupang jantan didiamkan selama satu hari untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Setelah satu hari dimasukan ikan cupang betina dengan menggunakan wadah (toples, akuarium atau botol air mineral) ke dalam wadah ikan cupang jantan. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ikan cupang jantan memang benar-benar siap untuk memijah (Sitanggang, 2010).Menurut Lingga.P dan Susanto (2003), bila ikan cupang jantan sudah siap memijah, maka akan terlihat busa yang sudah dibuat oleh ikan cupang jantan. Semakin banyak busa yang dibuat menunjukan memang ikan cupang jantan sudah siap untuk kawin. Pada waktu tersebut, ikan cupang betina akan dimasukan ke dalam wadah. Pencampuran ikan cupang jantan dan betina dilakukan pada pagi hari, apabila kedua ikan cupang memang siap dan dalam keadaan baik, maka dalam waktu satu atau paling lambat dua hari setelah pencampuran akan terlihat busa yang dibuat ikan cupang jantan sudah berisi telur ikan. Setelah terlihat telur di dalam busa, maka ikan cupang betina dipindahkan agar tidak memakan telurnya, sedangkan ikan cupang jantan dibiarkan untuk menjaga dan memelihara telurnya.

2.2.2. Perilaku pada Proses PemijahanPada proses pemijahan terdapat beberapa prilaku yang biasanya dilakukan oleh ikan cupang. Ketika ikan cupang jantan selesai membuat gelembung, maka ikan cupang betina disatukan dengan ikan cupang jantan. Kemudian ikan cupang jantan akan mengejar ikan cupang betina yang ada di dalam air, lalu ikan cupang jantan menggiring atau mengajak ikan cupang betina untuk mendekati gelembung udara.Pada saat birahi memuncak ikan cupang jantan akan melipatkan tubuhnya pada tubuh ikan cupang betina, keduanya akan melakukan proses perkawinan dan kedua ikan melayang turun. Sebelum keduanya mencapai dasar akuarium, ikan cupang betina akan mengeluarkan telur-telur yang dibuahi oleh ikan cupang jantan. Kemudian telur disambar oleh ikan cupang jantan menggunakan mulutnya dan dimasukan ke dalam busa yang telah disiapkan (Hardjamulia. A, 2011).

2.3 Pembesaran Ikan CupangSetelah telur ikan terlihat, maka dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Selama tiga hari larva tidak membutuhkan makanan, karena masih memiliki persedian makanan di tubuhnya. Pada hari ketiga ketika persediaan makanan sudah habis, maka peranan induk ikan cupang jantan sangat vital karena induk ikan cupang jantan yang memberikan makanan kepada larva dengan cara dimasukan ke dalam mulutnya, lalu setelah beberapa saat ikan cupang jantan akan memuntahkan kembali larva tersebut. Selama satu minggu ikan cupang jantan diberi makanan berupa cuk (jentik nyamuk) agar ikan cupang jantan mempunyai persediaan makanan untuk larva tersebut) (Sitanggang, 2010).Menurut Huda (2011), larva sudah bisa dilihat perkembangannya dihari kelima setelah menetas, untuk itu harus dibantu dengan memberikan kuning telur yang sudah matang lalu dikeringkan dan setelah kering diberikan kepada larva. Pada hari keenam larva sudah bisa memberikan kutu air yang disaring ke dalam wadah ini, karena beberapa larva sudah cukup besar dan dapat memakan kutu air yang disaring. Pada hari kedelapan ikan cupang jantan sudah bisa diangkat dan dipisahkan ke dalam akuarium tersendiri.Larva yang berumur delapan hari cukup diberi makan kutu air yang disaring sampai larva berumur satu bulan. Apabila pertumbuhannya pesat, larva bisa diberikan makan berupa anak cuk (jentik nyamuk) dan cacing sutra secara terbatas. Namun apabila perkembangannya kurang pesat maka larva tetap diberi makan kutu air.Setelah umur satu bulan larva sudah dapat dipindahkan ke dalam wadah yang lebih besar agar perkembangan larva lebih pesat. Kemudian pemberian pakan larva sudah bisa dikombinasi antara kutu air, cuk (jentik nyamuk), cacing sutra dan pelet. Setelah larva berumur dua sampai tiga bulan, maka sudah dapat dipisahkan antara yang jantan dan betina. Untuk ikan cupang jantan sebaiknya diberi wadah tersendiri dan untuk ikan cupang betina masih dapat dicampur sesama betina. (Rusdi, 2000)

2.4 Pakan Ikan Cupang dan Larva Pakan alami adalah organisme hidup yang dapat dikonsumsi oleh ikan cupang. Pakan alami biasanya merupakan organisme yang menghuni perairan seperti rawa, kolam, sungai, situ, danau dan lain-lain. Pakan alami semakin banyak jenisnya mulai dari plankton, hewan kecil, serangga, larva serangga, larva ikan dan lain-lain. Pakan alami bisa didapat dengan cara budidaya maupun mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat bergantung dengan musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah pakan alami perlu dibudidayakan. Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena jenis pakan alami akan mempengaruhi pertumbuhan dan warna ikan-ikan cupang. Untuk hasil yang maksimal, ikan cupang biasanya diberikan pakan berupa organisme hidup seperti cacing sutra, cacing darah, jentik-jentik nyamuk dan kutu air yang sangat disukai oleh ikan-ikan cupang (Iskandar, 2004). Pada saat cadangan makanan (yolksack) larva habis maka perlu diberikan tambahan pakan agar larva tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi pada saat ini larva tersebut belum terbiasa mendapatkan makanan yang sesuai dengan bukaan mulut larva yang masih sangat kecil. Menurut Perkasa (2001), bahan pakan alami bagi cupang hias diperoleh dari alam. Bahan pakan tersebut diberikan dalam keadaan hidup tanpa melalui proses terlebih dahulu. Memperoleh pakan alami tidak sulit dan relatif murah. Selain itu, untuk mendapatkan pakan alami dapat dilakukan dengan alat sederhana.

2.4.1 MoinaMenurut Soetrisno (2006) moina dikenal dengan nama kutu air. Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 1,8 mm dan berwarna kemerahan. Perkembangbiakan moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara aseksual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara seksual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/ pembuahan terlebih dahulu).Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali. Moina mulai berkembangbiak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak sekitar 211 ekor. Setiap kali bertelur rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup moina adalah sekitar 13 hari. Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Moina akan tumbuh baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 C dan pH antara 6,5 9.Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut (Dewantoro. G.W, 2001).

2.4.2. DaphniaDaphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 C dan pH antara 6,5 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus.Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya (Subandiyah, et al, 1990).Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antena yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut. Perkembangbiakan daphnia yaitu secara aseksual atau parthenogenesis dan secara seksual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1-2 telur epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan kembali membaik. Daphnia mulai berkembangbiak pada umur 5 hari, dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan bertelur kembali. Jumlah setiap kali bertelur rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor (Dewantoro.G.W, 2001)

2.4.3 Cuk/Jentik NyamukCuk atau jentik nyamuk berkembangbiak sangat pesat di Negara yang beriklim tropis terutama Indonesia. Jentik nyamuk dapat membuat ikan cupang menjadi lebih bertenaga dan warna ikan cupang hias menjadi lebih cemerlang. Pemberian pakan jentik nyamuk yang teratur dan sesuai kebutuhan cupang hias dapat memaksimalkan pertumbuhan serta membuat gerak ikan cupang hias menjadi lincah dan seimbang (Sumandinata, l98l).

2.4.4 Cacing SutraCacing sutra adalah pakan ikan cupang hias. Namun jenis pakan ini tidak diberikan pada ikan cupang yang siap untuk bertelur karena mengandung lemak yang dapat meyumbat saluran telur dan menyebabkan tersumbatnya sistem kematangan kelamin cupang hias. Sebelum pakan diberikan pada cupang, sebaiknya cacing sutra dibersihkan terlebih dahulu agar bibit penyakit yang tersangkut pada cacing sutra ini tidak termakan oleh ikan cupang hias (Sumandinata, l98l).

2.4.5 Moliq (Monster Liquid)Moliqadalah jenis pakan buatan cair yang merupakan kemajuan besar dalam metode pemberian pakan pada larva. Moliq berbeda dengan jenis pakan konvensional. Jenis pakan konvesional mempunyai struktur yang keras dikarenakan telah mengalami suhu yang tinggi, tekanan suhu dan uap dalam proses pembuatannya. Pemanasan menurunkan beberapa nutrisi penting dan menghasilkan partikel pangan yang keras sehingga sulit dicerna.Moliq dibuat untuk melengkapi kebutuhan pakan dan siklus pertumbuhan larva. Pakan ini diformulasikan dengan protein, lipid olefin, fosfolipid, karbohidrat, vitamin dan mikro-nutrisi dengan kualitas terbaik. Selain dapat menggantikan penggunaan pakan konvensional secara keseluruhan, pakan ini juga dapat menjadi tambahan untuk Artemia sp yang biasanya digunakan dalam pemeliharaan larva.Jenis pakan moliq memiliki ukuran partikel. Kemampuan uniknya yang dapat tetap berada dikolam air membuat pakan ini selalu tersedia dikolam air bagi larva. Penggunaan moliq juga membantu mengurangi peluang adanya pakan yang tidak termakan yang dapat menimbulkan racun seperti ammonia pada kolom air serta dapat merangsang pertumbuhan bakteri negatif dan protozoa di dalam bak hatchery. Larva yang mengkonsumsi pakan ini memperlihatkan peningkatan performa. Hal tersebut dapat dilihat dari kandungan lipids pada hepatopancreas dan saluran pencernaannya. Moliq mampu menghasilkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang optimal pada larva dan selalu tersedia untuk konsumsi larva. Penggunaan pakan ini sangat ekonomis dibandingkan penggunaan pakan konvensional, karena dapat mengurangi kebutuhan untuk treatment penyakit dan pergantian air.

2.4.6 Artemia spArtemia sp adalahsejenis udang Crustacea berukuran kecil, dari famili Artemidae, ordo Anostraca. Ukuran dewasanya 10 12 mm, sedang larvanya yang baru menetas 0,35 0,45 mm. Hewan ini banyak dijumpai di danau-danau air asin di Amerika dan Argentina. Daur hidupnya lebih unik dari pada udang. Telur Artemia sp dapat disimpan hingga satu tahun dalam bentuk embrio tak aktif. Daya simpannya tergantung pada proses pengeringan dan cara penyimpanannya. Agar tahan lama, telur artemia disimpan dalam keadaan anaerob.Artemia sp dapat hidup di perairan yang bersalinitastinggi antara 60 - 300 ppt dan mempunyai toleransi tinggi terhadap oksigen dalam air. Dalam pemeliharaannya dalam sekala kecil biasanya diberikan tambahan berupa garam agar menyesuaikan dengan kriteria habitat aslinya. Pemberian pakan Artemia sp diyakini dapat memaksimalkan pertumbuhan larva ikan cupang. Selain memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan ukuran mulut larva, jenis pakan ini juga memiliki kandungan protein yang tinggi yang baik bagi pertumbuhan larva ikan cupang.

2.5 Kualitas Air Faktor penting dalam budidaya ikan cupang adalah kualitas air yang digunakan dalam budidaya. Kualitas air pada saat pembudidayaan ikan cupang harus selalu terjaga kebersihannya dan terhindar dari zat-zat beracun seperti amoniak, limbah pabrik, detergen, dan lain-lain. Ikan cupang akan tumbuh optimal jika kualitas air yang digunakan baik. Air pada akuarium atau pada wadah pematangan gonad sebaiknya diganti setiap tiga hari sekali. Hal tersebut untuk menjaga ikan cupang dari serangan jamur atau penyakit lainnya (Daelami, 2001)Cara lain untuk menjaga kualitas air tetap baik adalah dengan cara memasukan eceng gondok ke dalam kolam pembesaran. Hal ini berfungsi agar eceng gondok dapat menyerap racun di sekitar air tersebut dan sekaligus menjadi tempat berteduh bagi larva/benih cupang (Perkasa, 2001).

BAB IIIMETODE

3.1 Waktu dan TempatKegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2014 sampai dengan 20 Februari 2014 bertempat di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.

3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah ikan cupang cupang (Betta splendens) jantan dan betina, pakan buatan (moliq) 1 ml, pakan alami (Artemia sp, Moina sp, jentik nyamuk), dan daun ketapang. Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah baskom, wadah penampung pakan alami, counter, kamera, pipet skala, gelas ukur, timbangan analitik, sendok, sterofoam, akuarium, plastik, selang, DO meter, pH meter, dan gelas ukur.

3.3 Prosedur Kerja3.3.1 Pemilihan dan Pemeliharan Ikan cupangSeleksi dilakukan dengan memilih ikan cupang ikan cupang jantan dan betina yang berusia minimal empat bulan. Setelah didapat, maka kedua ikan cupang tersebut dipisahkan pada wadah yang berbeda. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan dan perawatan bagi ikan cupang tersebut sampai kedua ikan cupang menunjukan tanda-tanda siap untuk dipijahkan. Kedua ikan cupang diberi pakan jentik nyamuk sebanyak dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Selama menunggu masa persiapan, wadah dari ikan cupang diberikan satu helai daun ketapang.

3.3.2 Pemijahan Ikan cupangSetelah ikan cupang siap untuk dipijahkan, maka selanjutnya dilakukan proses pengukuran pada masing-masing ikan cupang jantan dan betina untuk mengukur panjang awal dan bobot tubuh awal. Setelah dilakukan pengukuran, siapkan wadah baskom pemijahan ikan cupang yang telah diisi dengan air setinggi 20 cm. Masukkan ikan cupang jantan terlebih dahulu pada wadah pemijahan yang telah diberi sterofoam serta plastik sebagai wadah menaruh buih untuk telur ikan. Kemudian masukkan ikan cupang betina dalam wadah transparan (gelas atau botol air mineral bekas) dan diletakkan di tengah-tengah wadah berisi ikan cupang jantan. Setelah ikan cupang jantan mengeluarkan buih yang dinilai cukup banyak maka masukkan ikan cupang betina ke dalam wadah pemijahan. Proses pemijahan akan berlangsung selama 1 - 2 hari. Setelah pemijahan berakhir, kembali dilakukan proses pengukuran pada ikan cupang jantan dan ikan cupang betina untuk mengetahui panjang dan bobot tubuh pasca proses pemijahan. Setelah pengukuran, ikan cupang jantan kembali disatukan dengan telur sedangkan ikan cupang betina dipisahkan ke dalam wadah yang lain.

3.3.3 Pemeliharaan Telur dan LarvaSetelah proses pemijahan, maka dihitunglah jumlah telur yang ada di dalam buih. Telur yang ada dipelihara bersama dengan ikan cupang jantan. Setelah larva menetas, jumlah telur dihitung kembali untuk mengetahui nilai HR (Hatching Rate). Setelah diketahui nilai HR maka larva akan dipisahkan ke dalam tiga wadah dengan jumlah sama namun berbeda perlakuan. Pada wadah pertama, larva akan diberi pakan berupa larutan moliq. Pada wadah kedua, larva akan diberi pakan larutan moliq dan pakan alami. Dan pada wadah ketiga, larva hanya diberi pakan alami saja. Larva yang menetas tidak diberi makan sampai berumur lima hari. Setelah berumur 6 - 8 hari larva ikan cupang dipisahkan dari ikan cupang jantan dan diberi pakan moliq. Kemudian di umur sembilan hari sampai satu bulan, larva diberi pakan kutu air atau Artemia sp. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Selama proses pemeliharaan dilakukan pengukuran kualitas air dengan menggunakan DO dan pH meter. Air wadah pemeliharaan diganti minimal tiga hari sekali dan jika belum terlalu kotor maksimal diganti seminggu sekali. Pergantian air di lakukan sebanyak 30% dari total seluruh air dalam wadah.

Parameter yang di amati adalah :1. Panjang rata-rata awal larva dan panjang rata-rata akhir larva.2. Bobot tubuh rata-rata awal dan bobot tubuh rata-rata akhir.3. Hitunglah hatching rate (HR) masing-masing perlakuan.4. Hitunglah survival rate (SR)

3.4. Analisa DataBerdasarkan kegiatan praktikum mengenai budidaya ikan hias cupang, maka di dapatkan analisa datanya sebagai berikut :HR (Hatching Rate) = SR (Survival Rate) =

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan dan Perawatan Ikan CupangSebelum dilakukan pembenihan, terlebih dahulu dilakukan proses pemilihan ikan cupang jantan dan betina yang sudah dewasa atau berumur minimal empat bulan. Keduanya dipisahkan dengan menggunakan akuarium. Kemudian ikan cupang tersebut dipelihara hingga siap dipijahkan. Sebagai ciri ketika sudah siap dipijahkan, ikan cupang jantan akan mengeluarkan buih untuk menapung telur-telurnya. Sementara ikan cupang betina yang siap dipijahkan dapat dilihat dari perutnya yang membesar, menunjukan bahwa ikan cupang betina sudah memiliki sel telur yang siap untuk dibuahi.Perawatan ikan cupang cupang dilakukan sebelum dilakukan proses pemijahan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan ikan cupang yang akan dipijahkan dalam keadaan sehat. Perawatan ikan cupang dilakukan dengan pemberian pakan alami jentik nyamuk sebanyak dua kali dalam sehari. Pemberian pakan ini bertujuan agar ikan cupang mendapatkan asupan energi dan tetap sehat. Pemberian jentik nyamuk diyakini dapat lebih merangsang pematangan sel telur pada ikan karena kandungan protein dari jentik nyamuk yang cukup tinggi dan baik untuk ikan cupang yang mengalami proses pemijahan.Dalam perawatan ikan cupang hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air di dalam akuarium yang digunakan. Untuk menjaga kualitas air dalam akuarium ikan cupang, air diganti sebanyak dua kali dalam seminggu. Pergantian air ini dilakukan agar kebersihan wadah akuarium tetap terjaga. Setiap pergantian air diberikan daun ketapang sebanyak satu helai di setiap akuarium. Daun ketapang yang dimasukan ke dalam akuarium berfungsi sebagai pencegah timbulnya bibit penyakit. Kandungan pada daun ketapang diyakini dapat mencegah timbulnya penyakit seperti jamur dan mikroba lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dari ikan cupang tersebut.

4.2 Proses PemijahanSebelum dilakukan proses pemijahan dilakukan persiapan alat dan bahan. Alat yang akan digunakan yaitu wadah baskom, sterofoam, plastik, serta wadah pemisah untuk ikan cupang betina. Pada perlakuan tersebut sterofoam dan plastik digunakan sebagai tempat substrat buih dan telur ikan cupang nanti. Penggunaan sterofoam dan plastik juga dapat digantikan dengan daun-daunan. Yang terpenting adalah terdapat substrat untuk ikan cupang jantan meletakan buih-buih pada saat proses pemijahan nanti. Kemudian, alat-alat yang telah disiapkan harus dicuci hingga bersih agar wadah tempat pemijahan terjaga kebersihannya dari kotoran-kotoran yang dapat menimbulkan bibit penyakit pada ikan cupang. Setelah terlihat buih pada wadah, ikan cupang jantan akan disatukan dengan ikan cupang betina selama 1 2 hari. Proses ini dikenal sebagai proses perkenalan antara ikan cupang jantan dan betina. Proses pemijahan bertujuan untuk mengembangbiakan dan menjaga kelestarian ikan cupang. Pemijahan alamiah merupakan teknik pemijahan yang dilakukan tanpa memberikan rangsangan ataupun hormon khusus untuk merangsang ikan cupang. Menurut Sumandinata (1981), proses pemijahan dapat menunjukkan kemampuan ikan cupang untuk menghasilkan anak. Proses pemijahan dilakukan dengan menggunakan induk ikan cupang yang sudah dewasa atau minimal berusia empat bulan. Ikan cupang yang berusia empat bulan dinilai sudah lebih matang dari gonadnya. Ikan cupang yang belum dewasa belum dapat menghasilkan sel telur dan sperma yang digunakan untuk proses pemijahan. Pada proses pemijahan diperoleh data fisik dari ikan cupang sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengukuran Fisik Ikan cupang Jantan dan Betina Sebelum dan Sesudah Pemijahan.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan pada bobot ikan cupang betina. Hal tersebut dikarenakan sel telur yang tersimpan mempengaruhi bobot ikan cupang betina sebelum memijah. Sebelum dilakukan pemijahan maka perlu dilakukan proses pemisahan atau disebut sebagai tahap perkenalan. Pada tahapan tersebut, ikan cupang jantan yang sudah mulai membuat busa akan mengalami proses perkenalan dengan ikan cupang betina. Hal ini dikarenakan prilaku ikan cupang yang agresif apabila sebelumnya telah dipisahkan di wadah berbeda kemudian disatukan kembali pada wadah yang sama. Selain itu, tahap perkenalan juga dilakukan agar kedua ikan cupang tersebut memiliki energi yang cukup untuk melakukan perkawinan. Maka pada proses ini perlu diberikan asupan energi berupa protein yang sedikit lebih banyak dibandingkan biasanya bagi kedua ikan cupang. Maka untuk memberikan energi kepada para ikan cupang diberikan pakan jentik nyamuk sebanyak dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Proses pemijahan berlangsung selama satu sampai dua hari. Hal tersebut bertujuan agar telur yang di buahi lebih maksimal. Umumnya proses pemijahan atau perkawinan berlangsung selama 4 - 5 jam. Hal tersebut juga dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan penyesuaian dari kedua ikan cupang yang baru dicampurkan ke dalam satu wadah. Pada saat ikan cupang jantan dan betina disatukan, maka sang jantan akan mendekati sang betina. Dan ketika birahi dari kedua ikan cupang sudah tiba, maka sang jantan akan melipatkan tubuhnya pada tubuh ikan cupang betina. Mereka akan melakukan proses perkawinan dan badan mereka akan melayang turun. Sebelum mereka mencapai dasar akuarium, ikan cupang betina akan mengeluarkan telur-telur yang sudah dibuahi oleh ikan cupang jantan. Kemudian telur-telur tersebut akan disambar oleh ikan cupang jantan menggunakan mulutnya dan dinaikkan ke sarang busa yang telah disiapkan (Hardjamulia. A, 2011).

4.3 Penetasan TelurSetelah memastikan telah terjadi proses pemijahan, dilakukan perhitungan jumlah telur menggunakan counter. Setelah dilakukan perhitungan, maka diketahui bahwa jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 432 butir yang kemudian akan ditetaskan di dalam wadah yang sama. Hal tersebut menandakan bahwa ikan cupang yang dipijahkan sudah cukup baik. Pada proses ini, ikan cupang betina akan dipindahkan sementara yang jantan dibiarkan untuk menjaga telur tersebut (Susanto, 2003). Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko ikan cupang betina memakan telur yang telah dipindahkan oleh ikan cupang jantan ke dalam buih yang telah dibuat. Setelah proses pemijahan, ikan cupang betina akan membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak dari ikan cupang jantan.

4.4 Nilai Hatching Rate (HR) Setelah telur menetas maka dilakukan kembali perhitungan menggunakan counter. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai HR yang menandakan kemampuan menetasnya telur ikan cupang. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai HR dari larva yang ada sebesar 99 %. Besarnya nilai HR membuktikan bahwa ikan cupang yang memiliki jumlah sel telur cukup banyak dan jantan mampu membuahi banyak sel telur dan sudah dapat dikatakan baik atau dewasa. Adapun jumlah telur yang tidak menetas hanya empat ekor. Ini membuktikan bahwa ikan cupang yang digunakan benar-benar dalam keadaan siap untuk dipijahkan atau di kawinkan.

4.5 Proses Penetasan Telur dan Pembesaran Pada proses penetasan telur diketahui bahwa telur yang menetas sebanyak 428 ekor. Larva yang menetas didiamkan telebih dahulu selama lima hari. Hal ini dilakukan agar larva tetap dijaga oleh ikan cupang jantan. Selama lima hari tersebut larva akan makan dari sisa yolksack yang masih ada di tubuhnya. Pada usia tersebut larva ikan belum memiliki bukaan mulut yang besar untuk menerima makanan yang akan diberikan. MenurutHuda(2011), pada hari kelima menetas larva sudah bisa dilihat perkembangannya. Untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan pakan. Ikan cupang jantan baru akan dipindahkan setelah hari kelima dan selanjutnya akan dilakukan proses ploting serta pengukuran fisik awal terhadap larva ikan. Hal tersebut dilakukan karena keadaan fisik dari larva yang sudah siap untuk dipindahkan dan sudah dapat diukur panjang dan bobotnya.Pada minggu pertama, larva diberi pakan sebanyak dua kali sehari. Hal ini dikarenakan pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut dari larva tersebut. Pada minggu kedua, larva diberikan pakan sebanyak dua kali sehari namun dengan jumlah yang sedikit lebih banyak. Hal tersebut bertujuan agar tingkat pertumbuhan larva menjadi lebih cepat. Pada minggu ketiga, larva diberikan pakan sebanyak tiga kali sehari. Hal tersebut dilakukan karerna larva diyakini sudah memiliki bukaan mulut yang cukup besar dan membutuhkan asupan protein yang lebih banyak. Dari hasil perlakuan tersebut maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3. Pengukuran Fisik Larva Ikan CupangDari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan yang paling baik di tunjukan pada wadah tiga dengan perlakuan pemberian pakan alami dengan hasil panjang total akhir rata-rata 5 mm dan bobot akhir rata-rata 8 mg. sementara untuk pertumbuhan yang paling kecil terdapat pada wadah satu dengan perlakuan pemberian pakan moliq dengan hasil panjang total akhir rata-rata 4 mm dan bobot akhir rata-rata 6,8 mg. Hal tersebut mungkin dikarenakan kandungan nutrisi pada moliq yang tidak terlalu baik sementara pada pakan alami berupa Artemia sp memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik. Menurut Zonneveld et al., (1991) laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh usia dan besarnya kandungan nutrisi yang mendukung laju dari pertumbuhan tersebut.

4.6 Nilai Survival Rate ( SR) Setelah diberi perlakuan selama 3 minggu maka diperoleh data SR sebagai berikut:Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai SR hari ke 21

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai persentase SR kurang dari 50 % dan terbilang sangat kecil. Hal tersebut mungkin dikarenakan perawatan dari pemberian pakan yang kurang teratur dan kualitas air di wadah pembesaran yang kurang baik. Selain itu juga diketahui bahwa pada wadah 1 dengan pemberian pakan moliq memiliki nilai SR yang paling kecil yaitu sebesar 5%. Hal ini diduga karena pemberian pakan moliq berpengaruh terhadap kualitas air dalam wadah tersebut. Moliq merupakan suatu pakan alami seperti pelet berbentuk cair. Moliq diduga memiliki pH asam sehingga pada saat diberikan kepada larva akan menurunkan pH air dalam wadah 1. Sementara pada wadah 2 dengan pemberian pakan campuran diketahui nilai SR sebesar 11%. Sama halnya dengan perlakuan pada wadah 1, hal ini diduga karena pengaruh penggunaan moliq namun mungkin penurunan kualitas air tidak terlalu tinggi. Selain itu penyebab lainnya adalah pemberian Artemia sp pada minggu pertama yang terlalu banyak yang menyebabkan penurunan kualitas air. Pada wadah 3 dengan perlakuan pemberian pakan Artemia sp menunjukan nilai SR yang paling tinggi dari ketiga wadah yakni dengan nilai 15%. Hal ini diduga pemberian pakan alami tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas air dalam wadah yang mempengaruhi pertumbuhan dari larva ikan cupang tersebut. Kurangnya persentase nilai SR dari 50% dikarenakan tidak adanya panduan yang valid mengenai banyaknya jumlah pakan yang harus diberikan pada saat pemberian pakan larva ikan cupang.

4.7 Kualitas AirKualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup ikan cupang. Pada kegiatan PKL dilakukan pergantian air atau pengurasan akuarium. Untuk pergantian air pada wadah larva dilakukan sebanyak 30% dari total keseluruhan air yang ada dalam wadah. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan selang kecil atau biasa disebut dengan proses Sifon. Proses ini bertujuan untuk mengangkut kotoran yang ada di dalam wadah larva. Pergantian air sebanyak 30% dikarenakan sulitnya memindahkan larva. Pergantian air dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu.Dalam uji kualitas air dilakukan pengukuran menggunakan alat DO meter, pH meter serta termometer pada pagi hari pada awal setelah larva dipindahkan ke wadah, kemudian pada pertengahan masa pengamatan dan diakhir pengamatan. Hal tersebut dilakukan agar mengetahui nilai kualitas air setelah terjadinya aktivitas dari larva. Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Nilai Pengukuran Kualitas Air Dalam Wadah

Berdasarkan nilai tabel diatas diketahui bahwa pada pengukuran kualitas diawal menunjukan keseragaman nilai DO, suhu dan pH. Hal ini disebabkan pengukuran dilakukan tidak lama setelah pemberian pakan pada minggu awal setelah ploting. Pengukuran ini menunjukan belum adanya reaksi dari perlakuan yang diberikan terhadap kualitas air dalam wadah. Pada minggu awal kualitas air dapat dikatakan baik, sementara pada pengukuran minggu kedua atau pada pertengahan mulai menunjukan ketidakseragaman nilai DO, suhu dan pH. Hal ini menunjukan sudah adanya pengaruh dari pemberian makan yang berbeda dalam setiap wadah. Pada wadah 1 dan 3 menunjukan penurunan nilai DO dan pH. Penurunan tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh pakan moliq dan Artemia sp. Sementara pada wadah 2 tidak terjadi penurunan nilai DO dan pH diduga karena pemberian campuran makanan ini tidak berpengaruh sebab jumlah pemberiannya tidak terlalu berlebihan. Pada pengukuran diminggu akhir terlihat penurunan pada nilai DO. Penurunan ini diduga karena banyaknya pemberian makanan yang menyebabkan air menjadi lebih keruh. Hal tersebut dikarenakan pergantian air yang dilakukan hanya 30% dari total air semula sementara 70% air yang tidak diganti mengandung sisa pakan yang diberikan sehingga menyebabkan kekeruhan pada air.

BAB VPENUTUP

5.1. KesimpulanDari seluruh kegiatan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa teknik pembenihan atau pemijahan ikan cupang dilakukan dengan menggunakan ikan cupang yang telah dewasa atau minimal berusia empat bulan. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal karena ikan cupang sudah matang gonadnya. Proses pembenihan atau pemijahan terdiri dari tahap persiapan, tahap pengenalan ikan cupang, tahap perkawinan, hingga hari terdapat telur di dalam wadah pemijahan. Pada proses pembesaran nilai SR dipengaruhi oleh pemberian pakan, jenis pakan dan kualitas air. Untuk mendapatkan kualitas air yang baik maka dilakukan pergantian air minimal tiga hari sekali. Air yang diganti dalam pergantian air sebanyak 30% dari total air sebelumnya.5.2. Saran Perlu adanya panduan mengenai jumlah pakan yang diberikan kepada larva agar jumlah pakan yang diberikan tidak kurang atau berlebihan. Selain itu perlu dilakukan banyak penelitian mengenai teknik pembenihan ikan cupang untuk meningkatkan pengetahuan mengenai teknik-teknik pembenihan ikan cupang yang lebih mendalam lagi. Selain itu, perlu diadakan penelitian ulang mengenai penggunaan moliq sebagai pakan buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Daelami, D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.Dewantoro,G.W. 2001. Fekunditas dan Produksi Larva Ikan Cupang (Betta spelndens Regan) yang Berbeda Umur dan Pkan Alaminya. Jurnal Iktiologi Indonesia,vol 1 no 2Effendie, M.l. 1975. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.Hardjamulia, A. 1978. Budidaya lkan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Sekolah Usaha Perikanan Menengah Budidaya, Bogor.Huda, S., 2011. Meraup Untung dari Cupang. Dinas Kelautan dan Perikanan, Banten.Iskandar, 2004. Panduan Berbisnis Ikan Hias dan Akuarium. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.Linke, H . 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297.Lingga, P. & H. Susanto, 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar swadaya, Jakarta.Mashudi, 2006. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Citra Cipta Purwosari, Jakarta.Perkasa, B.E., 2001. Merawat Cupang Hias Untuk Kontes. Penebar Swadaya, Jakarta.Rusdi, T. 2000. Kiat Bisnis lkan Hias. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta.Sitanggang, M., 2010. Panduan Lengkap Budidaya dan Perawatan Cupang Hias. PT Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.Soetrisno. 2006. Budidaya Ikan Hias. Azka Press, Demak.Subandiyah, S., Subagdja, J. dan Tarupay, E. 1990. Pengaruh Suhu dan Pemberian Pakan Alami (Tubifek sp. dan Daphnia.sp.) terhadap Pertumbuhan dan Daya Kelangsungan Hidup Ikan Botia (Botia macracantha Bleeker). Buletin Penelitian Perikanan Dara .9 (1) Sumandinata, K. l98l . Pengembangbiakkan lkanIkan Peliharaan di lndonesia. Sastra Hudaya. Susanto, H. 1992. Memelihara Cupang. KanisiLrs, Yogyakarta.Zonneveld, N., Huisman, E.A. dan Bonn, J.H. 1991. Prinsip - Prinsip Budidaya lkan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan PKL

Persiapan Alat yang digunakan Seleksi Ikan cupang Ikan Cupang(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Penimbangan larva Ikan CupangPemberian Pakan Larva Ikan Cupang(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Pengukuran Fisik Ikan cupang Proses Pemijahan (Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Dokumentasi pribadi)Lampiran II. Dokumentasi Perkembangan Larva Ikan Cupang

Larva pada hari ke 2Larva pada hari ke 3(Sumber : Data BPPBIH) (Sumber : Data BPPBIH)

Larva pada hari ke 10Larva pada hari ke 11(Sumber : Data BPPBIH) (Sumber : Data BPPBIH)

Larva pada hari ke 14Larva pada hari ke 15(Sumber : Data BPPBIH) (Sumber : Data BPPBIH)

29