adhy pratama irianto

3
Catatan Kecil, Adhyra Irianto (Penulis dan Jurnalis) Mari kita mulai perkenalan ini : Sudah lama aku ingin bercerita di sebuah laman, tentang aku. Semacam orang tak berujung pangkal, tapi suka menulis. Kata sebagian orang, menulislah, agar kelak ada kenangan ketika kau dalam nisan. Begitu mengerikan, bukannya tidak siap mati, tapi sepertinya bicara tentang kematian tidak tepat saat ini. Seperti perkenalan biasa kulihat, mari kita mulai dengan kata, "Hai, Apa kabar?". Untuk menjawabnya, saya beri tiga pilihan, ya, tidak atau bisa jadi. Nama, kebetulan aku sangat menyukai namaku. Adhy Pratama Irianto! begitu Indonesia, tetapi mudah dibaca. Irianto, itu nama ayahku. Sebenarnya, dari lahir nama itu sudah melekat dibelakang namaku. Maka biarkan aku menyandangnya sampai nama itu tertulis dinisanku nanti. Sekali lagi, Nanti! Dulu, aku bercita-cita menjadi seorang atlet sepak bola professional. Salahkan Ronaldo Luiz de Lima, Christian Vieri, dan Andry Shevcencko tentang ide yang tidak masuk akal itu.Kenapa tidak masuk akal? jelas! Aku dianugrahi sepasang kaki yang lemah (sampai saat ini, aku masih menganggap itu sebuah anugerah) serta fisik yang lemah lagi rentan sakit. Setelah insyaf, justru aku menemukan dunia baru yang meracuniku hingga saat ini, Teater. Bila menulis sastra, kemudian menghafal naskah, kemudian olah jiwa, olah tubuh kemudian berimajinasi kemudian berproses dan terakhir, pentas di atas panggung, serasa dunia cuma milik pribadi. Mengasyikkan, sampai aku tak mau berhenti. Namun kawan, percayalah, selain terlalu percaya diri dan sedikit tampan (plak!), rasanya tidak ada lagi yang bisa dibanggakan dariku.

description

nkl

Transcript of adhy pratama irianto

Page 1: adhy pratama irianto

Catatan Kecil, Adhyra Irianto(Penulis dan Jurnalis)

Mari kita mulai perkenalan ini :

Sudah lama aku ingin bercerita di sebuah laman, tentang aku. Semacam orang tak berujung pangkal, tapi suka menulis. Kata sebagian orang, menulislah, agar kelak ada kenangan ketika kau dalam nisan. Begitu mengerikan, bukannya tidak siap mati, tapi sepertinya bicara tentang kematian tidak tepat saat ini.

Seperti perkenalan biasa kulihat, mari kita mulai dengan kata, "Hai, Apa kabar?". Untuk menjawabnya, saya beri tiga pilihan, ya, tidak atau bisa jadi.

Nama, kebetulan aku sangat menyukai namaku. Adhy Pratama Irianto! begitu Indonesia, tetapi mudah dibaca. Irianto, itu nama ayahku. Sebenarnya, dari lahir nama itu sudah melekat dibelakang namaku. Maka biarkan aku menyandangnya sampai nama itu tertulis dinisanku nanti. Sekali lagi, Nanti!

Dulu, aku bercita-cita menjadi seorang atlet sepak bola professional. Salahkan Ronaldo Luiz de Lima, Christian Vieri, dan Andry Shevcencko tentang ide yang tidak masuk akal itu.Kenapa tidak masuk akal? jelas! Aku dianugrahi sepasang kaki yang lemah (sampai saat ini, aku masih menganggap itu sebuah anugerah) serta fisik yang lemah lagi rentan sakit. Setelah insyaf, justru aku menemukan dunia baru yang meracuniku hingga saat ini, Teater.

Bila menulis sastra, kemudian menghafal naskah, kemudian olah jiwa, olah tubuh kemudian berimajinasi kemudian berproses dan terakhir, pentas di atas panggung, serasa dunia cuma milik pribadi. Mengasyikkan, sampai aku tak mau berhenti. Namun kawan, percayalah, selain terlalu percaya diri dan sedikit tampan (plak!), rasanya tidak ada lagi yang bisa dibanggakan dariku.

Kemudian, kubiarkan musik menjadi racun kedua dihidupku. Benar saja, bila kau bisa merangkai kata dan musik secara bersamaan, kemudian menjadi gabungan yang indah, itu akan menjadi sebuah mahakarya. Subhanallah! Sayangnya, aku belum mampu membuat mahakarya itu.

Sampai saat ini, kawan, bila kau bertemu denganku dijalanan, sampaikanlah salam, dan katakan, "Hai, Apa kabar?" tentu dengan senang hati kujawab, bisa jadi! Secara linguistik, jelas tidak ditemukan hubungan yang erat antara pertanyaan dengan jawaban itu!

Yang jelas, aku bangga dengan predikat yang dilekatkan padaku. Aku seorang seniman!

Page 2: adhy pratama irianto

Terlahir dengan nama lengkap Adhy Pratama Irianto, di Curup 14 Juli 1989. Saat ini, Adhy tinggal di Jalan Sapta Marga gang baru nomor 03, Desa Teladan, Curup, Bengkulu. Kesibukannya saat ini sebagai pelatih teater SMAN 1 Curup, Teater Petass. Tercatat pula sebagai anggota di Komunitas Tiang Bambu Rejang Lebong, serta penulis naskah dan aktor di Sanggar teater Senyawa (STS) Curup.

Penulis yang biasa dikenal Mas Adhy memang lebih banyak aktif dalam dunia seni Teater, namun karya-karyanya pernah dimuat dalam beberapa antologi puisi nasional seperti Kado Untuk Indonesia (KUI), Kado untuk Guru, Rumah puisi jilid II, serta beberapa kali memenangkan lomba menulis cerpen dari tingkat Kabupaten hingga Nasional. Selain pernah meraih beberapa prestasi di bidang sastra, laki-laki yang dinyatakan sebagian orang sebagai orang dengan gaya hidup bohemian ini, juga mencatatkan prestasi dibidang teater.

Terakhir, karya tulisannya, selain pernah dimuat dalam surat kabar harian, juga pada tahun 2014 ini dua buah bukunya juga akan terbit. Buku pertama, Kumcer (Kumpulan Cerpen) Reinkarnasi (Griya Pustaka,2014) dan Novel “Pencuri Hati” (Rumah Oranye, 2014).