Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

16
Adenomyosis adalah penetrasi dan bertumbuhnya jaringan endometrium (jaringan yang melapisi dinding dalam rahim) ke dalam myometrium (lapisan otot rahim), sering disebut pula dengan endometriosis internal. Jadi penyakit ini sejenis dengan endometriosis. Adenomyosis dapat ada bersamaan dengan endometriosis eksternal. Dan jaringan endometrium yang salah tempat ini, seperti endometrium yang normal, akan mengikuti siklus menstruasi, jadi cenderung mengalami pendarahan pada saat menstruasi. Darah yang terkumpul di dalam jaringan otot rahim ini akan menyebabkan pembengkakan; rahim menjadi lebih besar. Pembengkakan (adenomyosis) ini dapat merata atau terfokus di satu tempat. Jika pembengkakan ini terfokus di satu tempat maka disebut sebagai adenomyoma, yang mana menyerupai tumor rahim lainnya. Adenomyosis adalah pertumbuhan dari jaringan kandungan dari satu lapisan tertentu kandungan (kelenjar-kelenjar endometrial) kedalam lapisan "yang salah" (lapisan otot, disebut myometrium). Ia adalah kondisi yang tidak berbahaya, namun ia dapat membesarkan kandungan yang mempresentasikan sebagai pertumbuhan. Adenomyosis adalah serupa pada endometriosis, yang adalah pertumbuhan dari sel-sel yang serupa pada yang dari bagian dalam kandungan (sel-sel endometrial), pada lokasi diluar kandungan. Pada adenomyosis, pertumbuhan abnormal dari sel-sel endometrial terjadi didalam lapisan otot dari kandungan. A. Definisi Adenomyosis adalah pertumbuhan dari jaringan kandungan dari satu lapisan tertentu kandungan (kelenjar-kelenjar endometrial) kedalam lapisan "yang salah" (lapisan otot, disebut myometrium). Ia adalah kondisi yang tidak berbahaya, namun ia dapat membesarkan kandungan yang mempresentasikan sebagai pertumbuhan. Adenomyosis adalah serupa pada endometriosis, yang adalah pertumbuhan dari sel- sel yang serupa pada yang dari bagian dalam kandungan (sel-sel endometrial), pada lokasi diluar kandungan. Pada adenomyosis, pertumbuhan abnormal dari sel-sel endometrial terjadi didalam lapisan otot dari kandungan. B. Etiologi Pada adenomiosis uterus umumnya membesar difus dan berlobus dikarenakan hipertrofi dan hyperplasia dari otot polos yang melekat pada kelenjar ektopik. Didapat penebalan dinding uterus dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau uterus yang gravid 12 minggu. Adenomiosis sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri. Walaupun jarang, adenomiosis dapat ditemukan tidak sebagai tumor difus melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata. Gambaran mikroskopis yang khas pada adenomiosis adalah adanya pulau-pulau jaringan endometrium di tengah-tengah otot uterus yang menunjukkan perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap hormone-hormon ovarium tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa. Walaupun demikian dapat ditemukan kista-kista kecil berisi darah tua di tengah-tengah jaringan adenomiosis. Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari endometrium menunjukkan hyperplasia kistik, bahkan dapat ditemukan sel-sel atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi. Kehamilan akan menyebabkan endometrium ektopik ini berubah seperti desidua.

Transcript of Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

Page 1: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

Adenomyosis adalah penetrasi dan bertumbuhnya jaringan endometrium (jaringan yang melapisi dinding dalam rahim) ke dalam myometrium (lapisan otot rahim), sering disebut pula dengan endometriosis internal. Jadi penyakit ini sejenis dengan endometriosis. Adenomyosis dapat ada bersamaan dengan endometriosis eksternal. Dan jaringan endometrium yang salah tempat ini, seperti endometrium yang normal, akan mengikuti siklus menstruasi, jadi cenderung mengalami pendarahan pada saat menstruasi. Darah yang terkumpul di dalam jaringan otot rahim ini akan menyebabkan pembengkakan; rahim menjadi lebih besar. Pembengkakan (adenomyosis) ini dapat merata atau terfokus di satu tempat. Jika pembengkakan ini terfokus di satu tempat maka disebut sebagai adenomyoma, yang mana menyerupai tumor rahim lainnya.

Adenomyosis adalah pertumbuhan dari jaringan kandungan dari satu lapisan tertentu kandungan (kelenjar-kelenjar endometrial) kedalam lapisan "yang salah" (lapisan otot, disebut myometrium). Ia adalah kondisi yang tidak berbahaya, namun ia dapat membesarkan kandungan yang mempresentasikan sebagai pertumbuhan. Adenomyosis adalah serupa pada endometriosis, yang adalah pertumbuhan dari sel-sel yang serupa pada yang dari bagian dalam kandungan (sel-sel endometrial), pada lokasi diluar kandungan. Pada adenomyosis, pertumbuhan abnormal dari sel-sel endometrial terjadi didalam lapisan otot dari kandungan.

A. DefinisiAdenomyosis adalah pertumbuhan dari jaringan kandungan dari satu lapisan tertentu kandungan (kelenjar-kelenjar

endometrial) kedalam lapisan "yang salah" (lapisan otot, disebut myometrium). Ia adalah kondisi yang tidak berbahaya, namun ia dapat membesarkan kandungan yang mempresentasikan sebagai pertumbuhan.

Adenomyosis adalah serupa pada endometriosis, yang adalah pertumbuhan dari sel-sel yang serupa pada yang dari bagian dalam kandungan (sel-sel endometrial), pada lokasi diluar kandungan. Pada adenomyosis, pertumbuhan abnormal dari sel-sel endometrial terjadi didalam lapisan otot dari kandungan.

B. EtiologiPada adenomiosis uterus umumnya membesar difus dan berlobus dikarenakan hipertrofi dan hyperplasia dari otot

polos yang melekat pada kelenjar ektopik. Didapat penebalan dinding uterus dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau uterus yang gravid 12 minggu.  Adenomiosis sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri. Walaupun jarang, adenomiosis dapat ditemukan tidak sebagai tumor difus melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata. 

Gambaran mikroskopis yang khas pada adenomiosis adalah adanya pulau-pulau jaringan endometrium di tengah-tengah otot uterus yang menunjukkan perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap hormone-hormon ovarium tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa. Walaupun demikian dapat ditemukan kista-kista kecil berisi darah tua di tengah-tengah jaringan adenomiosis. Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari endometrium menunjukkan hyperplasia kistik, bahkan dapat ditemukan sel-sel atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi. Kehamilan akan menyebabkan endometrium ektopik ini berubah seperti desidua.

Penyebab pasti tidak diketahui tetapi dicurigai disebabkan oleh:1. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah2. Faktor keturunan3. Terpapar toksin dari lingkungan

C. KlasifikasiSathyanarayana pada tahun 1991 membagi adenimiosis kedalam 3 kategori tergantung dari lokasi kelainan yaitu:

1. Kelainan yang terbatas pada lapisan basal2. Kelainan pada lapisan dalam3. Kelainan pada lapisan permukaan

D. Manifestasi KlinisGejala-gejala adenomyosis adalah

1. Triad gejala yakni pembesaran rahim, nyeri pelvis dan menstruasi yang banyak dan abnormal.2. Nyeri, yang dirasakan terutama selama menstruasi disebut dysmenorrhea dapat berupa kram yang hebat atau seperti

disayat pisau.3. Nyeri dapat juga dirasakan pada saat tidak sedang menstruasi.4. Pembesaran rahim dapat merata dengan tonjolan-tonjolan rahim yang besar atau dapat pula seperti “tumor” yang

terlokalisir.

Page 2: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

5. Pendarahan pada saat menstruasi dapat banyak sekali dan berhari-hari, mungkin dengan bekuan-bekuan darah. Pendarahan yang hebat ini dapat menyebabkan anemia (berkurangnya kadar Hemoglobin dalam sel darah merah). Selain itu diluar saat menstruasi bisa ada pendarahan abnormal (pendarahan sedikit-sedikit, bercak-bercak).

Gejala yang paling sering ditemukan adalah menoragia, dismenorea sekunder, dan uterus yang makin membesar. Kadang-kadang terdapat di samping menoragia,dispareunia dan rasa berat di perut bawah terutama dalam masa pra haid. Menoragia makin lama makin banyak karena vaskularitas jaringan bertambah dan mungkin juga karena otot-otot uterus tidak dapat berkontraksi dengan sempurna karena adanya jaringan endometrium ditengah-tengah, mungkin juga karena disfungsi ovarium. Dismenorea yang makin mengeras kiranya disebabkan oleh kontraksi tidak teratur dari miometrium, karena pembengkakan endometrium yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu haid.

Menurut Azziz (1989), gejala yang timbul termasuk pembesaran uterus yang difus dan soft disertai dengan menoragi (40+50%), dismenore (10+30%), metroragia (10+12%), disparenuia, dan diskesia. Umumnya, gejala akan muncul 1 minggu sebelum menstruasi. Infertilitas merupakan keluhan yang jarang diutarakan sebab biasanya adenomiosis didiagnosis pada usia 40 tahunan keatas. Namun bagaimanapun juga semenjak wanita lebih sering menunda kehamilan sampai usia 30 tahun atau 40 tahunan, adenomiosis lebih sering ditemukan pada klinik fertilitas pada waktu pemeriksaan. Dari  pemeriksaan 26 pasien dengan keluhan infertilitas dan menoragi atau dismenore, adenomiosis didapatkan pada 14 pasien (53,8%) (de Souza et al., 1995).

E. Komplikasi1. Rasa berat di perut bawah2. Nyeri pelvis kronis3. Anemia kronis4. Perubahan keganasan menjadi adenokarsinoma primer

F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi transvaginal. Gambaran ultrasonografi dari

adenomiosis adalah massa irregular, miometrial, ruangan massa kistik yang sebagian besar meliputi dinding uterus posterior dengan pembesaran uterus dengan dinding posterior yang melebar, ruangan endometrial yang nyata dan penurunan ekogenitas uterus dengan lobus, kontur yang tidak normal atau adanya massa. Sonogram mungkin juga menunjukkan batas yang jelas antara jaringan miometrium yang normal dan yang tidak normal. Histerosalpingogram

Suatu pemeriksaan roentgen daerah panggul setelah suatu kontras dimasukkan ke dalam dinding rahim Pemeriksaan MRI

Mendeteksi adanya adenomyosis dan seberapa luas adenomyosis dan juga dapat membedakannya dari fibroid. Pemeriksaan MRI panggul ini harus dikerjakan dengan media kontras Gadolinium yang disuntikkan ke pembuluh darah

USG transvaginalUSG yang alatnya dimasukkan ke dalam vagina

adenomiosisADENOMIOSIS

A. DEFINISIIstilah adenomiosis berasal dari istilah adeno (artinya kelenjar), myo makna (otot) dan osis (artinya kondisi).Dikenal sebagai "Endometriosis rahim," adalah adenomiosis jinak dan tidak menyebabkan kanker. Paling umum, penyakit tersebut mempengaruhi dinding belakang (sisi belakang) dari rahim. Sel-sel endometrium menembus jauh ke dalam otot rahim (miometrium). Ketika ini terjadi pembesaran rahim biasanya lebih dari dua kali ukuran normal dan sangat kerasAdenomyosis adalah penetrasi dan bertumbuhnya jaringan endometrium (jaringan yang melapisi dinding dalam rahim) ke dalam myometrium (lapisan otot rahim), sering disebut pula dengan endometriosis internalB. ETIOLOGIPenyebab dari adenomyosis tidak dimengerti dengan baik. Beberapa peneliti-peneliti percaya bahwa operasi-operasi sebelumnya pada kandungan (termasuk kelahiran-kelahira Cesar) dapat menyebabkan sel-sel endometrial (lapisan kandungan) untuk menyebar dan tumbuh pada lokasi yang abnormal (lapisan otot dari

Page 3: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

dinding kandungan). Kemungkinan lain adalah bahwa adenomyosis timbul dari jaringan-jaringan dalam dinding kandungan sendiri yang mungkin telah mengendap disana selama perkembangan dari kandungan. Adenomyosis adalah lebih umum setelah kelahiran anak. 

C. MANIFESTASI KLINISBisa saja seseorang memiliki adenomyosis dia tidak merasakan gejala apapun. Gejala-gejala adenomyosis adalah 1. Triad gejala yakni pembesaran rahim, nyeri pelvis dan menstruasi yang banyak dan abnormal.2. Nyeri, yang dirasakan terutama selama menstruasi disebut dysmenorrhea dapat berupa kram yang hebat atau seperti disayat pisau.3. Nyeri dapat juga dirasakan pada saat tidak sedang menstruasi.4. Pembesaran rahim dapat merata dengan tonjolan-tonjolan rahim yang besar atau dapat pula seperti “tumor” yang terlokalisir.5. Pendarahan pada saat menstruasi dapat banyak sekali dan berhari-hari, mungkin dengan bekuan-bekuan darah. Pendarahan yang hebat ini dapat menyebabkan anemia (berkurangnya kadar Hemoglobin dalam sel darah merah). Selain itu diluar saat menstruasi bisa ada pendarahan abnormal (pendarahan sedikit-sedikit, bercak-bercak).

D. PATOFISIOLOGIPenyakit ini disebabkan oleh tumbuhnya endometrium (selaput lender rahim) di tempat yang tidak semestinya. Akibatnya jaringan tempat tumbuhnya selaput lendir yang abnormal ini rusak, meradang, dan menimbulkan rangsang nyeri.Jadi penyakit ini sejenis dengan endometriosis. Adenomyosis dapat ada bersamaan dengan endometriosis eksternal. Dan jaringan endometrium yang salah tempat ini, seperti endometrium yang normal, akan mengikuti siklus menstruasi, jadi cenderung mengalami pendarahan pada saat menstruasi. Darah yang terkumpul di dalam jaringan otot rahim ini akan menyebabkan pembengkakan; rahim menjadi lebih besar. Pembengkakan (adenomyosis) ini dapat merata atau terfokus di satu tempat. Jika pembengkakan ini terfokus di satu tempat maka disebut sebagai adenomyoma, yang mana menyerupai tumor rahim lainya.Adenomiosis dapat berupa bercak-bercak di selaput lendir rongga perut (peritoneum), benjolan (nodul), maupun cairan yang terkumpul dalam bentuk kista indung telur. Adenomiosis sering kali menimbulkan nyeri yang lebih hebat dan gangguan infertilitas yang lebih berat Selama wanita tersebut masih mendapatkan haid, maka pada saat yang bersamaan jaringan endometrium abnormal juga mengalami reaksi peluruhan yang menimbulkan perdarahan

E. PENATALAKSAAN- Seringkali pembesaran rahim yang tidak begitu besar biasanya tidak menimbulkan gejala dan karenanya tidak diperlukan obat-obatan.- Danazol ( mengurangi dan mengobati rasa sakit dan mengurangi ukuran uterus )- Obat GnRH agonisUntuk kasus-kasus pendarahan hebat disertai nyeri yang amat sangat dapat dipakai obat GnRH agonis ( menyebabkan suatu keadaan seperti menopause dengan penghentian fungsi indung telur secara lengkap dan juga menghentikan menstruasi, yang menyebabkan jaringan yang abnormal bisa menyusut). Keadaan seperti menopause ini sangat menguntungkan bagi pasien-pasien yang mengalami anemia karena memungkinkan pasien untuk memulihkan anemianya, terutama dibantu dengan obat-obatan penambah darah.- Hysterectomy (operasi pengangkatan rahim)saat ini dipertimbangkan sebagai satu-satunya terapi yang efektif untuk mengangkat sebagian dari rahim (hanya daerah rahim yang mengandung adenomyosis saja). Meskipun hanya sebagian rahim yang diangkat tetapi dengan begitu maka tidak dibolehkan lagi adanya kehamilan

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK - Histerosalpingogram suatu pemeriksaan roentgen daerah panggul setelah suatu kontras dimasukkan ke dalam dinding rahim- Pemeriksaan MRI 

Page 4: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

mendeteksi adanya adenomyosis dan seberapa luas adenomyosis dan juga dapat membedakannya dari fibroid. Pemeriksaan MRI panggul ini harus dikerjakan dengan media kontras Gadolinium yang disuntikkan ke pembuluh darah- USG transvaginal USG yang alatnya dimasukkan ke dalam vagina

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas pasien dan penanggung jawab2. Keluhan yang di rasakan pasien3. Riwayat kesehatan dahuluDengan mengkaji riwayat kesehatan yang pernah diderita klien, baik penyakit maupun perilaku yang berhubungan dengan atau yang dapat menyebabkan keadaan sekarang, seperti riwayat penggunaan obat - obatan4. Riwayat kesehatan sekarangMerupakan riwayat kesehatan yang dimulai dari awal timbulnya gejala yang dirasakan dengan pola PQRST bias dideskripsikan : keluhanya apa ?, criteria waktu terasa sakitnya? Sudah ada tindak lanjut belum ? bagaiman hasilnya ?5. Riwayat kesehatan keluargaPerlu dikaji dari anggota keluarga ada atau tidak yang menderita penyakit sama seperti yang diderita klien saat ini oleh factor genetic atau pun penyakit menular

B. DIAGNOSA1. Nyeri berhubungan dengan disminorhea2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.3. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.4. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

C. IntervensiDx 1 :Nyeri berhubungan dengan disminorheaDitandai:DO : Klien tampak gelisah, perilaku berhati-hati, ekspresi tegang.DS : Klien menyatakan perut bagian bawah terasa sakit.Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria Hasil :- Klien menyatakan nyeri berkurang- Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks.- Tanda vital normal : Suhu : 36-37 0CN : 80-100 x/mRR : 16-24x/mTD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHgIntervensi :1. Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas2. Kaji skala nyeri3. Tindakan pengurangan yang dilakukan bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.4. Memberikan kompres hangat5. Monitor tanda-tanda vital6. Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis : dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.7. Berkolaborasi dengan tim medis dalam Pemberian analgetik 

Page 5: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

Dx 2 :Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.Ditandai dengan :DO :Adanya perdarahan pervaginanDS : -Tujuan : kekurangan volume cairan tubuh teratasiCriteria hasil :1. Tidak ditemukan tanda tanda kekurangan cairan, seperti turgor kulit kurang, membrane mukosa kering, demam.2. Pendarahan berhentiTanda – tanda vital normalSuhu :36-37oCNadi :80-100 x/mntRR :16-24 x/mntTD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHgIntervensi 1. Tidak ditemukan tanda tanda kekurangan cairan, seperti turgor kulit kurang, membrane mukosa kering, demam.2. Pendarahan berhentiTanda – tanda vital normalSuhu :36-37oCNadi :80-100 x/mntRR :16-24 x/mntTD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg

Dx 3Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat penurunan Hb(anemia)DO : Kadar Haemoglobin kurang dari normal.DS : -Tujuan : Tidak terjadi infeksiKriteria Hasil :1. Tidak ditemukan tanda – tanda infeksi seperti rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesia2. Kadar Hb normal : 11 – 14 gr%3. Klien tidak demam/menggigil, suhu : 36-37 oC

Intervensi :1. Kaji adanya tanda – tanda infeksi2. Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan3. Gunakan teknik aseptic pada prosedur perawatan4. Monitor tanda – tanda vital dan kadar Hb dan lekosit5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan6. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotic

Dx 4Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.Ditandai dengan :DO :klien tampak gelisah, tidak kooperatif dalam mengikiti pengobatanDS :klien mengatakan takut dan tidak mengetahui tentang penyakitnyaTujuan :klien mengetahui tentang penyakitnya dan cemas berkurangCriteria hasil :1. Klien mengatakan rasa cemas berkurang2. Klien kooperatif terhadap prosedur / berpartisipasi3. Klien mengetahui tentang penyakitnya

Page 6: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

4. Klien tampak rileks

Intervensi :1. Kaji ulang tingkat pemahaman klien tentang penyakitnya2. Tanyakan tentang pengalamanan klien / orang lain sebelumya yang pernah mengalami penyakit yang sama3. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran da perasaanya4. Ciptakan lingkunga tenang dan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaanya5. Berikan informasi tentang penyakitnya, prognosisnya dan pengobatanya serta prosedur secara jelas dan akurat6. Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang hal – hal yang belum jelas

DAFTAR PUSTAKA

Panduan diagnose keperawatan nanda 2010-2011http://suryo-wibowo.blogspot.com/2006/05/adenomyosis.html dr. Suryo Wibowo, MKK, SpOkhttp://www.totalkesehatananda.com/uterinegrowth6.htmlhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Adenomyosis

Definisi                Adenomiosis adalah pertumbuhan jinak dari endometrium kedalam otot uterus, terkadang disertai dengan pembesaran (hipertrofi) kemudian. Jika kelainan ini berupa nodul seperti tumor yang berbatas tegas disebut adenomyoma. [1]Adenomiosis pertama kali dideskripsikan oleh Rokitansky pada tahun 1860 dan kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh Von Recklinghausen tahun 1896.

Pengertian                Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Sedangkan bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometriium disebut adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut endometriosis. Namun pembagian ini sekarang sudah tidak dianut lagi karena baik secara patologik, klinik ataupun etiologic adenomiosis dan endometriosis berbeda.[2],[3]

                Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma uteri. Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang umumnya infertile. Frekuwensi adenomiosis berkisar antara 10-47%.2

Insidens                Diagnosis dari adenomiosis dapat dibuat hanya dengan pemeriksaan mikroskopis dari specimen, jarang dari biopsy, paling sering melalui histerektomi. Karena alasan ini, angka insiden pasti dari penyakit ini tidak diketahui. Secara umum diperkirakan bahwa 20% wanita mempunyai adenomiosis. Adenomiosis berkaitan dengan penundaan kehamilan. Diperkirakan juga sekitar 80% wanita dengan kelainan ini tidak mempunyai anak. Namun, bagaimanapun juga insiden adenomiosis tidak berkorelasi dengan peningkatan kehamilan. Adenomiosis umumnya menimbulkan gejala pada wanita berusia 40-50 tahun. Hampir 80% wanita dengan adenomiosis mempunyai kelainan uterus lainnya; 50% berhubungan dengan leiomyomas, 11% mempunyai endometriosis dan 7% mempunyai polip endometrium  (McElin and Bird, 1974). [4]

Etioologi - PatologiPada adenomiosis uterus umumnya membesar difus dan berlobus dikarenakan hipertrofi dan hyperplasia

dari otot polos yang melekat pada kelenjar ektopik.[5],[6]Didapat penebalan dinding uterus dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau uterus yang gravid 12 minggu.  Adenomiosis sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri. Walaupun jarang, adenomiosis dapat ditemukan tidak sebagai tumor difus melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata.  2

Gambaran mikroskopis yang khas pada adenomiosis adalah adanya pulau-pulau jaringan endometrium di tenga-tengah otot uterus yang menunjukkan perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap hormone-hormon ovarium tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa. Walaupun demikian dapat ditemukan kista-

Page 7: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

kista kecil berisi darah tua di tengah-tengah jaringan adenomiosis. Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari endometrium menunjukkan hyperplasia kistik, bahkan dapat ditemukan sel-sel atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi. Kehamilan akan menyebabkan endometrium ektopik ini berubah seperti desidua.2

Sathyanarayana pada tahun 1991 membagi adenimiosis kedalam 3 kategori tergantung dari lokasi kelainan yaitu:7

1.       Kelainan yang terbatas pada lapisan basal2.       Kelainan pada lapisan dalam3.       Kelainan pada lapisan permukaan

Iribarne dan koleganya menyarankan kategori baru yaitu adenomiosis kistik intramiometrial .[7]Histogenesis

Cullen dan peneliti-peneliti lain mengemukakan bahwa sel endometrium pada adenomiosis adalah dari endometrium yang meliputi kavum uteri dan mengadakan pertumbuhan ke dalam otot.  Penyebab sebenarnya dari adenomiosis ini tidak diketahui, namun ada dugaan bahwa tersebarnya endometrium dalam miometrium adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi di dalam uterus karena kehamilan dan persalinan yang berulang. Mungkin kerokan yang berlebihan dapat merupakan faktor etiologis pula. 2

Derajat dari invasi endometrial bervariasi dan dapat melibatkan seluruh dinding uterus sampai serosa.  Kebanyakan dari ahli patologi tidak akan membuat diagnosis adenomiosis sampai kelenjar yang tumbuh berada dibawah jaringan endometrial-miometrial (endometrial-myometrial interface) > 2,5 mm (Uduwela et al., 2000), sedangkan adenomiosis sub-basalis dapat didefinisikan sebagai adenomiosis yang berinvasi minimal jika ukurannya < 2mm dibawah basal endometrium.[8]Gambaran Klinik                Gejala yang paling sering ditemukan adalah menoragia, dismenorea sekunder, dan uterus yang makin membesar. Kadang-kadang terdapat di samping menoragia,dispareunia dan rasa berat di perut bawah terutama dalam masa pra haid. Menoragia makin lama makin banyak karena vaskularitas jaringan bertambah dan mungkin juga karena otot-otot uterus tidak dapat berkontraksi dengan sempurna karena adanya jaringan endometrium ditengah-tengah, mungkin juga karena disfungsi ovarium. Dismenorea yang makin mengeras kiranya disebabkan oleh kontraksi tidak teratur dari miometrium, karena pembengkakan endometrium yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu haid.2

                        Menurut Azziz (1989), gejala yang timbul termasuk pembesaran uterus yang difus dan soft disertai dengan menoragi (40+50%), dismenore (10+30%),metroragia (10+12%),disparenuia, dan diskesia. [9] Umumnya, gejala akan muncul 1 minggu sebelum menstruasi. Infertilitas merupakan keluhan yang jarang diutarakan sebab biasanya adenomiosis didiagnosis pada usia 40 tahunan keatas. Namun bagaimanapun juga semenjak wanita lebih sering menunda kehamilan sampai usia 30 tahun atau 40 tahunan, adenomiosis lebih sering ditemukan pada klinik fertilitas pada waktu pemeriksaan. Dari  pemeriksaan 26 pasien dengan keluhan infertilitas dan menoragi atau dismenore, adenomiosis didapatkan pada 14 pasien (53,8%)(de Souza et al., 1995).[10]Pemeriksaan                Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi transvaginal. Gambaran ultrasonografi dari adenomiosis adalah massa irregular, miometrial, ruangan massa kistik yang sebagian besar meliputi dinding uterus posterior dengan pembesaran uterus dengan dinding posterior yang melebar, ruangan endometrial yang nyata dan penurunan ekogenitas uterus dengan lobus, kontur yang tidak normal atau adanya massa. Sonogram mungkin juga menunjukkan batas yang jelas antara jaringan miometrium yang normal dan yang tidak normal.

Diagnosis                Diagnosis adenomiosis dapat diduga apabila pada wanita berumur sekitar 40 tahun dengan banyak anak, keluhan menoragia dan dismenorea makin menjadi, dan ditemukan uterus yang membesar simetrik dan berkonsistensi padat.  Akan tetapi diagnosis yang pasti baru dapat dibuat setelah pemeriksaan uterus pada waktu uterus atau sesudah diangkatnya pada operasi itu. 2,3,5,6

Pengobatan                Histerektomi merupakan pengobatan yang tepat, namun merupakan pilihan yang sulit apabila penyakit ini ditemukan pada wanita yang masih muda dan masih ingin mempunyai anak. Terapi hormonal tidak ada

Page 8: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

gunanya. Pengobatan klasik untuk adenomiosis yang membandel terdiri dari ablasi endometrial secara endoskopik atau histerektomi. Bagaimanapun juga ablasi endometrial pada pasien dengan adenomiosis dapat menyebabkan perlekatan pada kavum uterus, haematometrium dan rasa sakit yang hebat.  Sekarang terapi konservatif untuk pengobatan adenomiosis dapat dibagi menjadi kategori yaitu : 6

1.       Embolisasi pembuluh darah2.       Terapi Hormonal3.       Kombinasi operasi dan terapi hormonal

1. Embolisasi pembuluh darah                Penggunaan teknik intervensi radiologi untuk mengembolisasi pembuluh darah uterus pada kasus adenomiosis telah dijelaskan baru-baru ini. Laporan tentang penggunaan teknik ini masih sedikit dan sejauh ini tidak ada kehamilan yang berhasil yang dijelaskan pada penggunaan teknik embolisasi pada adenomiosis ini.2. Terapi Hormonal                Terapi hormonal digunakan untuk mengurangi rasa sakit termasuk pil progesterone oral yang diminum rutin, anti estrogen dan agonis GnRH. Agonis GnRH dan anti-estrogen seperti Danazol telah banyak digunakan. Analog GnRH membuat keadaan menopause palsu, suatu keadaan dimana kadar estrogennya rendah.  Efek samping dari pengobatan cara ini adalah muka merah (hot flushes), mood yang tidak stabil, dan pengurangan kadar mineral tulang.

3. Kombinasi operasi dan terapi hormonal                Huang dan Wang melaporkan bahwa pengangkatan dengan operasi kecil (microsurgical) pada daerah adenomiosis yang terlihat yang kemudian diikuti dengan terapi menggunakan agonis GnRH (Goserelin Acetate) 3,6 mg, 2 sampai 6 kali sehari berakhir dengan kelahiran bayi yang sehat pada 4 kasus (Huang et al., 1998; Wang et al., 2000).Pengobatan masa depan                Pada masa depan, pengembangan baru seperti penggunaan ultrasound intensitas tinggi (HIFU=High – intensity focused ultrasound) memainkan peranan penting dalam penanganan adenomiosis. Teknik ini memungkinkan kombinasi antara koagulasi dan pengrusakan jaringan namun tanpa meninggalkan luka yang parah dan darah yang keluar juga sedikit. 6

Diagnosis Banding5

                Sebagai diagnosis banding adalah :1. Kehamilan                Kehamilan dapat disingkirkan dengan tes kehamilan2. Leiomioma Sub Mukosa                Leiomioma submukosa ini dapat terjadi pada 50-60% kasus adenomiosis. Keiomioma dapat menyebabkan menoragi dan rasa sakit yang hebat. Uterus biasanya lunak dan tidak tegang bahkan saat terjadinya menstruasi. Diagnosis ditegakkan dengan histeroskopi atau dan kuretase.3. Kanker endometrial                Kanker endometrial ditegakkan dengan biopsy endometrial atau kuretase4.  Sindroma kongesti pelvis (Taylor’s syndrome)                Sindroma ini ditandai dengan keluhan kronis dari rasa sakit pada organ pelvis yang terus menerus dan menometrorragi. Pada beberapa kasus uterus membesar, simetris dan sedikit lunak. Servik dapat sianosis dan patulous. Pada operasi pembuluh darah pelvis dapat Nampak membesar atau terpuntir.5. Endometriosis pelvis                Ditandai dengan dismenore premenstruasi dan selama menstruasi, adanya massa adnexa yang melekat, dan adanya nodul nodul pada ligamentum uterosakral. Kelainan ini sering berkaitan dengan adenomiosis.Prognosis5

                Tidak ada resiko yang mengarah keganasan.  Karena kondisinya berkaitan dengan kadar estrogen, maka keadaan menopause akan menyebabkan kesembuhan alami. Tindakan histerektomi dapat dilakukan apabila keluhan sangat menganggu dan mengancam.

[1] Adenomyosis in Dorland Medical Dictionary, ed 29. EGC, Jakarta : 2003

Page 9: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

[2] Prabowo, RP. Endometriosis. Ilmu Kandungan. Ed. 2 cet.6. p.314-316. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:2008[3] Novak's Gynecology: Jonathan S. Berek, 2002 by Lippincott Williams & Wilkins[4]  Sarah F, Elizabeth A.  Chapter 7 - The Uterine Corpus.Kistner's Gynecology and Women's Health. Mosby Inc,USA: 1998[5]Adenomyosis in  Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology. The McGraw-Hill Companies.USA:2008[6] Roland DevliegerUterine,et al. Uterine Adenomyosis in the infertility clinic. Human Reproduction Update, Vol.9, No.2 pp. 139±147, 2003[7] Iribarne C, Plaza J, De la Fuente P, et al. Intramyometrial cystic adenomyosis. J Clinc Ultrasound. Jun 1994;22(5):348-50.[8] Uduwela, A.S., Perera, M.A.D., Aiqing, L. and Fraser, I.S. (2000) Endometrial-myometrial interface: relationship to adenomyosis and changes in pregnancy. Obstet. Gynecol. Survey, 55, 390±400.[9] Azziz, R. (1989) Adenomyosis: current perspectives. Obstet. Gynecol. Clin.North Am., 16, 221±235.[10] de Souza, N.M., Brosens, J.J., Schwieso, J.E., Paraschos, T. and Winston, R.M. (1995) The potential value of magnetic resonance imaging in infertility. Clin. Radiol., 50, 75±79.

Smeltzer Suzanne C. and Bare Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 10: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

Adenomiosis adalah penyakit jinak uterus yang dicirikan dengan adanya kelenjar dan stroma endometrium ektopik dalam myometrium. Hal ini terjadi akibat rusaknya batas antara stratum basalis endometrium dengan miometrium sehingga kelenjar endometrium dapat menembus miometrium. Selanjutnya, terbentuklah kelenjar intramiometrium ektopik yang dapat menyebabkan hipertrofi & hiperplasia miometrium (difus atau lokal). Pemicu terjadinya peristiwa ini sampai sekarang masih belum jelas.Ada beberapa pendapat tentang batasan diagnosis adenomiosis. Secara tradisional, diagnosis histologis adenomiosis ditegakkan ketika ditemukannya kelenjar & stroma endometrium > 4 mm di bawah endomyometrial junction. Sedangkan menurut Zaloudek & Norris, disebut adenomiosis jika jarak antara batas bawah endometrium dengan daerah miometrium yang terkena + 2,5 mm. Adenomiosis sub-basalis diartikan sebagai invasi minimal kelenjar endometrium < 2 mm di bawah stratum basalis endometrium. Menurut Hendrickson & Kempson, disebut adenomiosis jika lebih dari sepertiga total ketebalan dinding uterus yang terkena. Sedangkan Ferenczy tetap mempertahankan pendapatnya bahwa diagnosis adenomiosis jika jarak antara endomyometrial junction dengan fokal adenomiosis terdekat > 25% total ketebalan miometrium. Siegler & Camilien mengelompokkan adenomiosis berdasarkan kedalaman penetrasi ke dalam miometrium, yaitu: · Derajat 1, mengenai 1/3 miometrium (Adenomiosis superfisial) · Derajat 2, mengenai 2/3 miometrium · Derajat 3, mengenai seluruh miometrium (Deep adenomyosis) Selanjutnya adenomiosis juga dibagi berdasarkan jumlah pulau-pulau endometrium pada pemeriksaan histologi menjadi ringan (1-3), sedang (4-9) & berat (>10). GAMBARAN MAKROSKOPIK & HISTOLOGIS Adenomiosis menyebabkan pembesaran miometrium yang globuler & kistik dengan beberapa kista yang berisi dengan extravasasi atau hemolisis dari sel-sel darah merah & siderofag. Gambaran mikroskopis adenomiosis dikelilingi secara melingkar oleh sel-sel otot polos yang hipertrofi (collar) sehingga adenomiosis fokal terlihat > 2 mm lebih dalam dari miometrium atau lebih dari 1 lapangan pandang dengan pembesaran 10X dari endomyometrial junction. Adenomiosis (difus) berbeda dengan adenomioma. Adenomioma biasanya melingkar, agregasi noduler otot polos, jaringan endometrium dan biasanya dengan stroma endometrium. Lokasi adenomioma bisa di dalam miometrium atau tumbuh sebagai polip, 2% polip endometrium merupakan adenomioma. PATOGENESIS Adenomiosis berkembang dari pertumbuhan ke bawah dan invaginasi dari stratum basalis endometrium ke dalam miometrium sehingga bisa dilihat adanya hubungan langsung antara stratum basalis endometrium dengan adenomiosis di dalam miometrium. Di daerah ekstra-uteri misalnya pada plica rectovagina, adenomiosis dapat berkembang de novo secara embriologis dari sisa ductus Muller. Mekanisme terjadinya invasi endometrium ke dalam miometrium pada manusia masih dipelajari lebih lanjut. Perubahan proliferasi seperti aktivitas mitosis menyebabkan peningkatan secara signifikan dari sintesis DNA & ciliogenesis di lapisan fungsional endometrium daripada di lapisan basalis. Lapisan fungsional sebagai tempat implantasi blastocyst, sedangkan lapisan basalis sebagai sumber produksi untuk regenerasi endometrium akibat degenerasi dari lapisan fungsional saat menstruasi. Pada saat proses regenerasi, sel-sel epitel dari kelenjar basalis berhubungan langsung dengan sel-sel stroma endometrium yang membentuk sistem mikrofilamentosa/trabekula intraselular dan gambaran sitoplasma pseudopodia. Beberapa perubahan morfologi pada epitel kelenjar endometrium adenomiosis tidak dapat digambarkan. Namun dalam studi invitro menunjukkan sel-sel endometrium memiliki potensial invasif dimana potensial invasif ini bisa memfasilitasi perluasan lapisan basalis endometrium ke dalam miometrium. Dalam studi yang menggunakan hibridisasi & imunohistokimia insitu menunjukkan kelenjar-kelenjar endometrium pada adenomiosis lebih mengekspresikan reseptor mRNA hCG/LH secara selektif. Pada endometrium yang normal, kelenjar-kelenjar ini tidak dapat mengekspresikan reseptor hCG/LH. Hal ini mungkin meskipun belum terbukti bahwa peningkatan ekspresi reseptor epitel endometrium berkaitan dengan kemampuan untuk menembus miometrium dan membentuk fokal adenomiosis. Menjadi menarik dimana peningkatan ekspresi reseptor hCG/LH ditemukan pada Carsinoma endometrii dibandingkan kelenjar endometrium yang normal seperti halnya yang ditemukan pada trofoblas invasif dibandingkan yang non-invasif pada Choriocarsinoma. Studi tentang reseptor steroid menggunakan Cytosol, menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa menunjukkan tidak ada ekspresi reseptor progesteron pada 40% kasus adenomiosis, sedangkan yang lain menunjukkan ekspresi reseptor progesterone yang lebih tinggi dibandingkan estrogen. Dengan menggunakan tehnik pelacak imunohistokimia, ditemukan konsentrasi yang tinggi baik reseptor estrogen dan progesteron pada lapisan basalis endometrium maupun adenomiosis. Reseptor estrogen merupakan syarat untuk pertumbuhan endometrium yang menggunakan mediator estrogen. Meskipun masih belum jelas evidensnya, hiperestrogenemia memiliki peranan dalam proses invaginasi semenjak ditemukan banyaknya hiperplasia endometrium pada wanita dengan adenomiosis. Konsentrasi estrogen yang tinggi diperlukan dalam perkembangan adenomiosis sebagaimana halnya endometriosis. Hal ini didukung bahwa penekanan terhadap lingkungan estrogen dengan pemberian Danazol menyebabkan involusi dari endometrium ektopik yang dikaitkan dengan gejala menoragia & dismenorea. Pada penyakit uterus yang estrogen-dependent seperti Carsinoma endometrii, endometriosis, adenomiosis & leiomioma, tidak hanya terdapat reseptor Estrogen, namun juga aromatase, enzim yang mengkatalisasi konversi androgen menjadi estrogen. Prekursor utama androgen, Andronostenedione, dikonversi oleh aromatase menjadi Estrone. Sumber estrogen yang lain yaitu Estrogen-3-Sulfat yang dikonversi oleh enzim Estrogen sulfatase menjadi Estrone, yang hanya terdapat dalam jaringan adenomiosis. Nantinya Estrone akan dikonversi lagi menjadi 17β-estradiol yang meningkatkan tingkat aktivitas estrogen. Bersama dengan Estrogen dalam sirkulasi, akan menstimulasi pertumbuhan jaringan yang menggunakan mediator estrogen.

Page 11: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

Gambar skematis mekanisme pertumbuhan adenomiosis yang estrogen-dependent. Di dalam jaringan terdapat reseptor estrogen, aromatase & sulfatase. Produksi estrogen lokal meningkatkan konsentrasi estrogen yang bersama-sama dengan estrogen dalam sirkulasi, merangsang pertumbuhan jaringan yang termediasi oleh reseptor estrogen. mRNA sitokrom P450 aromatase (P450arom) merupakan komponen utama aromatase yang terdapat pada jaringan adenomiosis. Protein P450arom terlokalisir secara imunologis dalam sel-sel kelenjar jaringan adenomiosis. PERKEMBANGAN ENDOMETRIOSIS & ADENOMIOSIS Hiperperistaltik uterus mempunyai peranan penting dalam perkembangan endometriosis & adenomiosis. Hiperperistaltik dapat dipicu oleh peningkatan kadar estradiol perifer di dalam darah. Namun, estradiol yang memicu hiperperistaltik ini dapat juga berasal dari endometrium itu sendiri. Adanya ekspresi P450 aromatase selama fase luteal, dimana lapisan basalis endometrium merupakan kelenjar endokrin yang memproduksi estrogen dari prekursor androgen. Pada wanita dengan adenomiosis dan endometriosis, konsentrasi estrogen dalam darah saat haid lebih tinggi dibandingkan wanita normal. Konsep tentang hiperestrogenisme archimetrium non-ovarium merupakan salah satu kejadian awal dalam tahap perkembangan endometriosis yang dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lingkungan seperti perusak endokrin dan konsumsi makanan, tetapi hal ini masih perlu didiskusikan lebih lanjut. Pada penelitian dengan hewan coba, dioxin meningkatkan aktivitas peristaltik tuba dan diaktifkan melalui reseptor estrogen. Faktor keturunan juga diteliti pada koloni monyet Rhesus yang menunjukkan ada kaitannya dengan endometriosis. Pada gambar berikut menerangkan konsep perkembangan endometriosis dan adenomiosis. Archimiometrium distimulasi oleh peningkatan lokal dari estradiol dan oksitosin endometrium beserta reseptornya. Kejadian yang menyebabkan hiperestrogenisme archimetrium sampai saat ini belum diketahui. Diduga karena peranan P450 aromatase yang karena aktivasi P450 aromatase menyebabkan peningkatan produksi lokal dari estrogen. Hiperestrogenisme archimetrium menghasilkan hiperperistaltik uterus dan peningkatan tekanan uterus. Gambar skema patofisiologi endometriosis dan adenomiosis Hiperperistaltik menyebabkan trauma mekanik sehingga terjadi peningkatan deskuamasi fragmen endometrium basalis dan juga terjadi peningkatan kapasitas transport uterus retrograde sehingga terjadi diseminasi fragmen-fragmen tersebut melalui tuba. Fragmen-fragmen dapat berimplantasi dimanapun di dalam cavum peritoneum. Setelah proses implantasi, terjadi proliferasi dan pertumbuhan infiltrative yang tergantung dari potensial proliferative dari fragmen basalis masing-masing. Gambaran endometriosis pelvis yang pleimorfik merupakan rantai yang panjang sejak gangguan awal pada tingkat archimetrium sampai berkembangnya lesi endometriosis. Dalam perkembangan adenomiosis, rantai kejadian ini lebih pendek. Adanya hiperperistaltik dan peningkatan tekanan uterus menyebabkan dehisiensi miometrium yang dapat terinfiltasi oleh endometrium basalis. Terbentuklah adenomiosis fokal atau difus. Adenomiosis fokal biasanya berada di dinding anterior dan atau posterior, namun terutama di dinding posterior dan tidak pernah berada di dinding lateral atau corpus uteri. GEJALA Tidak ada gejala yang patognomonis untuk adenomiosis sehingga menyebabkan rendahnya tingkat akurasi diagnosisi preoperatif. Dalam sebuah studi dimana telah ditegakkan diagnosis patologis adenomiosis yang dibuat dari specimen histerektomi, 35% penderitanya tidak memiliki gejala yang khas. Gejala adenomiosis yang umum yaitu menorragia, dismenorea dan pembesaran uterus. Gejala seperti ini juga umum terjadi pada kelainan ginekologis yang lain. Gejala lain yang jarang terjadi yaitu dispareunia & nyeri pelvis yang kronis atau terus-menerus. Tabel 3. Presentasi klinis adenomiosis

Gejala Klinis Adenomiosis

1. Asimtomatis Ditemukan tidak sengaja (pemeriksaan abdomen atau pelvis; USG transvaginal atau MRI; bersama dengan patologi yg lain)

2. Perdarahan uterus abnormal Dikeluhkan perdarahan banyak, berhubungan dengan beratnya proses adenomiosis (pada 23-82% wanita dengan penyakit ringan – berat) Perdarahan ireguler relatif jarang, hanya terjadi pada 10% wanita dengan adenomiosis

3. Dismenorea pada >50% wanita dengan adenomiosis

4. Gejala penekanan pada vesica urinaria & usus dari uterus bulky (jarang)

5. Komplikasi infertilitas, keguguran, hamil (jarang)

Bird dkk melaporkan dari kasus adenomiosis 51,2% pasien mengeluhkan perdarahan banyak, 10,9% perdarahan ireguler, 28,3% dismenorea, 2,2% perdarahan postmenopause dan 23,9% asimtomatis. Benson & Snedon juga melaporkan temuan yang serupa. Perdarahan banyak berhubungan dengan kedalaman penetrasi dari kelenjar adenomiosis ke dalam miometrium dan densitas pada gambaran histologis dari kelenjar adenomiosis di dalam miometirum. Kedalaman adenomiosis dan hubungannya dengan perdarahan banyak menentukan pilihan strategi penatalaksanaannya. McCausland & McCausland menunjukkan bahwa dari biopsi reseksi endometrium, kedalaman penetrasi adenomiosis ke dalam miometrium berhubungan dengan jumlah perdarahan banyak yang dilaporkan. Sehingga pada adenomiosis superfisial dilakukan reseksi atau ablasi endometrium. Sedangkan pada kasus adenomiosis yang lebih dalam atau dengan perdarahan banyak yang berlanjut, perlu dilakukan penatalaksanaan bedah konvensional yaitu histerektomi. DIAGNOSIS Adanya riwayat menorragia & dismenorea pada wanita multipara dengan pembesaran uterus yang difus seperti hamil dengan usia kehamilan 12 minggu dapat dicurigai sebagai adenomiosis. Dalam kenyataannya, diagnosis klinis adenomiosis seringkali tidak ditegakkan (75%) atau overdiagnosis (35%). Sehingga adanya kecurigaan klinis akan adenomiosis dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan pencitraan berupa USG transvaginal dan MRI.

Page 12: Adenomyosis Adalah Penetrasi Dan Bertumbuhnya Jaringan Endometrium

Diagnosis adenomiosis secara klinis sulit dan seringkali tidak akurat. Hal ini disebabkan gejala adenomiosis yang tidak khas, dimana gejala tersebut juga ditemukan pada fibroid uterus, perdarahan uterus disfungsional (PUD) maupun endometriosis. Dulu, diagnosis adenomiosis hanya dapat ditegakkan secara histologis setelah dilakukan histerektomi. Dengan kemajuan dalam tehnik pencitraan, diagnosis prehisterektomi bisa ditegakkan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Pencitraan mempunyai 3 peran utama dalam mengelola pasien yang dicurigai adenomiosis secara klinis. Pertama, untuk menegakkan diagnosis dan diagnosis diferensial adenomiosis dari keadaan lain yang mirip seperti leiomioma. Kedua, beratnya penyakit dapat disesuaikan dengan gejala klinisnya. Ketiga, pencitraan dapat digunakan untuk monitoring penyakit pada pasien dengan pengobatan konservatif. Beberapa pencitraan yang digunakan pada pasien yang dicurigai adenomiosis yaitu Histerosalpingografi (HSG), USG transabdominal, USG transvaginal dan MRI. Gambaran karakteristik utama pada HSG berupa daerah yang sakit dengan kontras intravasasi, meluas dari cavum uteri ke dalam miometrium. HSG memiliki sensitivitas yang rendah. Kriteria diagnostik dengan USG transabdominal yaitu uterus yang membesar berbentuk globuler, uterus normal tanpa adanya fibroid, daerah kistik di miometrium dan echogenik yang menurun di miometrium. Bazot dkk pada 2001 melaporkan bahwa USG transabdominal memiliki spesifisitas 95%, sensitivitas 32,5% dan akurasi 74,1% untuk mendiagnosis adenomiosis. USG transabdominal memiliki kapasitas diagnostic yang terbatas untuk adenomiosis terutama pada wanita yang terdapat fibroid. Biasanya USG transabdominal dikombinasikan dengan USG transvaginal yang menghasilkan kemampuan diagnostik yang lebih baik. Kriteria diagnostik dengan USG transvaginal untuk adenomiosis yaitu tekstur miometrium yang heterogen/distorsi, echotekstur miometrium yang abnormal dengan batas yang tidak tegas, stria linier miometrium dan kista miometrium. Bazot dkk melaporkan sensitivitas 65%, spesifisitas 97,5% dan tingkat akurasi 86,6% dengan USG transvaginal dalam mendiagnosis adenomiosis dimana kriteria yang paling sensitif & spesifik untuk adenomiosis adalah adanya kista miometrium. MRI merupakan modalitas pencitraan yang paling akurat untuk evaluasi berbagai keadaan uterus. Hal ini karena kemampuannya dalam diferensiasi jaringan lunak. MRI dapat melihat anatomi internal uterus yang normal dan monitoring berbagai perubahan fisiologis. Menurut Bazot dkk, kriteria MRI yang paling spesifik untuk adenomiosis yaitu adanya daerah miometrium dengan intensitas yang tinggi dan penebalan junctional zone >12 mm. Beberapa studi telah membandingkan akurasi pemeriksaan MRI dengan USG transvaginal dalam mendiagnosisi adenomiosis. Dalam studi-studi terdahulu menunjukkan tingkat akurasi yang lebih tinggi pada MRI dibandingkan USG transvaginal. Namun dalam studi-studi terakhir dikatakan tidak ada perbedaan tingkat akurasinya. DAFTAR PUSTAKA 1. Vercellini P, Vigano P, et al. Adenomiosis: epidemiological factors. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 465-477. 2. Ferenczy A. Pathophysiology of adenomyosis. Human Reproduction Update 1998; 4: 312-322. 3. Kitawaki J. Adenomyosis: the pathophysiology of an oestrogen-dependent disease. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 493-502. 4. Bergeron C, Amant F, Ferenczy A. Pathology and physiopathology of adenomyosis. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 511-521. 5. Leyendecker G, Kunz G, et al. Adenomiosis and reproduction. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 523-546. 6. Peric H, Fraser IS. The symptomatology of adenomyosis. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2006; 20: 547-555. 7. Balogun M. Imaging diagnosis of adenomyosis. Reviews in Gynaecological and Perinatal Practice 2006; 6: 63-69.