Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

22
Adaptasi Fisiologis 1. Tanda Vital Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya. 2. Sistem Cardiovaskuler a. Tekanan Darah Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada panggul. b. Berkeringat dan menggigil Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti. Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari. 3. Komponen Perkemihan Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg

Transcript of Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

Page 1: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

Adaptasi Fisiologis

1. Tanda Vital

Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat

Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai

adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau

infeksi lainnya.

2. Sistem Cardiovaskuler

a. Tekanan Darah

Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau

lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini

menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara

pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada

panggul.

b. Berkeringat dan menggigil

Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena

instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti. Untuk

mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak

dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.

3. Komponen Perkemihan

Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat

mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan. Perubahan ini

dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg tidak sempurna

dari kandung kemih. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan buang air kecil

2 hari pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam jaringan selama

kehamilan dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah

melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami penurunan BB 2,5 kg pada

periode early post partum

Hematuria pada early post partum menandakan adanya trauma pada kandung

kemih waktu persalinan, selanjutnya dapat terjadi infeksi pada saluran

perkemihan. Asetonuria dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama.

4. Sistem Endokrin

Estrogen, progesteron dan kadar prolaktin menurun dengan cepat. Kadar prolaktin

pada yang meneteki akan meningkat k/ rangsangan isapan bayi. Pada ibu yg

Page 2: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

meneteki menstruasi terjadi pada minggu ke 36 post partum, sedangkan yg tdk

meneteki pada minggu ke 12 post partrum.

5. Sistem pencernaan

Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal ini

disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada perineum.

6. Sistem musculoskeletal

Otot-otot abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan

hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum. Peregangan otot-otot

pada dinding perut adalah pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering

lembek dan kendor. Akan kembali dalam ±6 minggu post partum. kurang lebih

dengan latihan pengembalian otot-otot kekeadaan semula akan lebih cepat.

7. Organ Reproduksi

a. Involusi uteri

- Involusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat.

- Dalam 2 minggu kembali lagi ke rongga panggul dalam 6 minggu.

12 jam setelah melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat, dalam 5-6

minggu kembali kedalam ukuran tidak hamil. Penurunan uterus tergantung

dari besarnya sel bukan dari banyaknya sel

b. Involusio tempat menempelnya placenta

Diameter area tempat placenta ± 8-9 cm. Perdarahan ditempat tsb dapat

berhenti k/ tekanan pada jarinngan oleh kontraksi otot-otot uterus. Biasanya

jaringan mengalami nekrosis dan lepas dalam waktu ± 6 minggu setelah

melahirkan.

Proses tsb mengakibatkan tidak terjadi luka parut pada endometrium, yg dapat

membatasi untuk implantasi berikutnya

Kegagalan atau kelambatan penyembuhan dari tempat menempelnya placenta

didebut “sub involusi tempat menempelnya placenta” dapat menyebabkan

pengeluaran lokhea terus menerus, perdarahan pervagina tanpa nyeri.

c. Perubahan pada vagina

Kongesti pada dinding vagina berakibat sampai beberapa hari, rugae vagina

mulai kembali dalam 3 minggu( tidak kembali seperti semula ). Labia mayora

dan minora tampak teregang dan tidak licin.

d. Perubahan pada perineum

Page 3: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

Bila dilakukan episiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa atau dg episiotomi

perineum mengalami edema dan kelihatan agar memar pada early post partum.

e. Afterpains

Umumnya terjadi pada multipara atau uterus yg sangat diregangkan seperti

pada kelahiran kembar, dimana tonus uterus secara umum kurang baik, terjadi

kontraksi uterus yg intermiten ( mirip dengan kram saat menstruasi ).

Afterpains tidak dialami oleh primipara k/ tonus uterus masih baik.

8. Sistem Respirasi

Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan

menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi.

Setelah operasi mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang

menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini

tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi

mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.

9. Sistem Neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan adaptasi neurobiologis yang

terjdi saat wanita hamil dan disebabkan oleh trauma yang dialami wanita saat

bersalin dan melahirkan, rasa tidak Nyman neurologist yang diinduksi kehamilan

akan menghilang setalah  wanita melahirkan.

10. Sistem Kekebalan

Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah  

isoimunisasi Rh ditetapkan.

Waktu sejak melahirkan Posisi fundus uteri

1-2 jam Pertengahan, antara pusat-simfisis

12 jam 1 cm bawah pusat

3 hari 3 cm bawah pusat (terus menurun

1 cm/hari)

9 hari Tidak teraba

5-6 minggu Tdk teraba, sdkt lbh besar drpd

multipara

Page 4: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

11. Abdomen

Apabila wanita berdiri  di hari pertama setelah melahirkan abdomennya menonjol

dan membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan  sekitar 6

minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan semula. Ada keadan tertentu

seperti bayi besar atau hamil kembar  otot – otot dinding abdomen memisah suatu

keadaan yang dinamai diatsasis rektiabdominis.

12. Payudara

Ibu menyusui

Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni

kolostrum dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat den keras ketika

disentuh rasa  nyeri akan menetap selam asekitar 28 jam.

Ibu tidak menyusui

Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke – 3 dan ke- 4 bisa

terjadi pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama disebabkan

oleh kongesti vena dan limfatik bukan akibat penimbunan air susu.

Pembengkanan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang

dalam 24 – 36 jam.

Rawat Gabung

Pengertian dan tujuan

Rawat gabung adalah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak

dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama

selama 24 jam penuh dalam seharinya.

Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam

beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi

dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

Tujuan rawat gabung adalah :

1. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dibutuhkan.

2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang

dilakukan oleh petugas.

Page 5: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

3. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di

rumah sakit dan yang lebih penting lagi, ibu memperoleh bekal ketrampilan merawat bayi

serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit.

4. Dalam perawatan gabung, suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk

mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.

5. Ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati

yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya.

Sasaran dan syarat

Pada prinsipnya kegiatan Peningkatan Penggunaan ASI (PP-ASI) dimulai sejak ibu hamil

pertama kali memeriksakan diri di poliklinik asuhan antenatal. Idealnya di poliklinik ini

tersedia sebuah klinik laktasi, yang terdiri atas dua ruangan yaitu klinik laktasi asuhan

antenatal dan postnatal.

Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin di kamar bersalin dan di bangsal perawatan

pasca persalinan. Meskipun demikian penyuluhan tentang manfaat dan pentingnya rawat

gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya di poliklinik

asuhan antenatal.

Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat dirawat

gabung harus memenuhi syarat / kriteria sebagai berikut :

1. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.

2. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks

mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dsb.

3. Bayi yang lahir dengan sectio cesarea dengan anestesia umum, rawat gabung dilakukan

segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk), misalnya 4-6 jam setelah

operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus.

4. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal 7).

5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

6. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih.

7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.

8. Bayi dan ibu sehat.

Jika tidak memenuhi kriteria di atas, maka rawat gabung ibu dan bayi TIDAK perlu, atau

bahkan tidak boleh dikerjakan, misalnya pada :

1. Bayi yang sangat prematur.

Page 6: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

2. Bayi berat lahir kurang dari 2000-2500 gram.

3. Bayi dengan sepsis.

4. Bayi dengan gangguan napas.

5. Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya : hidrosefalus, meningokel, anensefali, atresia

ani, labio/palato/gnatoschizis, omfalokel, dsb.);

6. Ibu dengan infeksi berat, misalnya KP terbuka, sepsis, dsb.

Kriteria-kriteria masih ditentukan juga oleh beberapa aspek pertimbangan klinis, misalnya

bayi dengan berat badan 2000-2500 gram meskipun keadaan lain-lainnya dalam batas

normal, perawatan gabungnya harus dengan pengawasan yang sangat ketat.

Sebaiknya keputusan apakah bayi akan dirawat gabung atau dirawat pisah ditentukan oleh

dokter anak bersama dengan dokter kebidanan.

Manfaat rawat gabung

Manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya,

adalah sebagai berikut :

1. Aspek fisik.

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya

untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya

menginginkan (nir-jadwal). Dengan perawatan sendiri dan menyusui sedini mungkin,

akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas

kesehatan. Dengan menyusui dini maka ASI jolong atau kolostrum dapat

memberikan kekebalan / antibodi yang sangat berharga bagi bayi. Karena ibu setiap

saat dapat melihat bayinya, maka ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan-

perubahan yang terjadi pada bayinya yang mungkin berhubungan dengan

kesehatannya.

2. Aspek fisiologis.

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih

sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat

nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan

timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim. Di

samping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI.

Efek menyusui dalam usaha menjarangkan kelahiran telah banyak dipelajari di

banyak negara berkembang. Secara umum seorang ibu akan terlindung dari

kesuburan sepanjang ia masih menyusui dan belum haid, khususnya bila frekuensi

Page 7: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

menyusui lebih sering dan sama sekali tidak menggunakan pengganti ASI (menyusui

secara eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya proteksi menyusui

eksklusif terhadap usaha KB tidak kalah dengan alat KB yang lain.

3. Aspek psikologis

Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat

(early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini

mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi

selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak

dibutuhkan oleh bayi. Dengan pemberian ASI kapan saja bayi membutuhkan, akan

memberikan kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi sebagaimana seorang ibu

memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya, di samping merasa dirinya sangat

dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini

akan memperlancar produksi ASI karena seperti telah diketahui, refleks let-down

bersifat psikosomatis. Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung,

merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak. Ibu akan merasa

bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila suaminya

berkunjung, akan terasa adanya suatu ikatan kesatuan keluarga.

4. Aspek edukatif.

Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama) akan

mempunyai pengalam yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat

bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ibu akan melihat, belajar

dan mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui secara benar, bagaimana cara

merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dsb. Keterampilan ini

diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

setelah pulang dari rumah sakit. Di samping pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai

sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama suami, dengan cara mengajarkan

suami dalam membantu istri untuk proses di atas. Suami akan termotivasi untuk

memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai

terjadi seorang suami melarang istrinya menyusui bayinya karena suami takut

payudara istrinya akan menjadi jelek. Bentuk payudara akan berubah karena usia

adalah hal alami, meskipun dengan menggunakan kutang penyangga yang baik,

ditambah dengan nutrisi yang baik, dan latihan otot-otot dada serta menerapkan

posisi yang benar, ketakutan mengendornya payudara dapat dikurangi.

5. Aspek ekonomi

Page 8: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi

rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal tersebut merupakan suatu

penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot

serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu

berperan besar dalam merawat bayinya sendiri, sehingga waktu terluang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena

involusi rahim terjadi lebih cepat dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk

penderita lain. Demikian pula infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi,

berarti penghematan biaya bagi rumahsakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga

penghematan oleh karena lama perawatan menjadi singkat.

6. Aspek medis

Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi

nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun

bayi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung

Keberhasilan rawat gabung yang mendukung peningkatan penggunaan ASI dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain sosial-budaya, ekonomi, tatalaksana rumahsakit, sikap petugas,

pengetahuan ibu, lingkungan keluarga, adanya kelompok pendukung peningkatan

penggunaan ASI (KP-ASI) dan peraturan tentang peningkatan ASI atau pemasaran susu

formula.

1. Peranan sosial budaya

Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan Barat

menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat. Memberi susu formula dianggap

modern karena memberi ibu kedudukan yang sama dengan dengan ibu-ibu golongan atas.

Ketakutan akan mengendornya payudara menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya.

Bagi ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita karir atau isteri seorang

pejabat yang selalu dituntun mendampingi kegiatan suami, hal ini dapat menghambat usaha

peningkatan penggunaan ASI. Sebagian ibu tersebut pada umumnya berasal dari golongan

menengah-atas cenderung untuk memilih susu formula daripada menyusui bayinya. Jika tidak

mungkin membagi waktu, seyogyanya hanya ibu yang sudah tidak menyusui saja yang boleh

dibebani tugas sampingan di luar rumah. Dalam hal ini peranan suami atau instansi di mana

suami bekerja sebaiknya memahami betul peranan ASI bagi perkembangan bayi.

Iklan menarik melalui media massa serta pemasaran susu formula dapat mempengaruhi ibu

Page 9: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

untuk enggan memberikan ASI nya. Apalagi iklan yang menyesatkan seolah-olah dengan

teknologi yang supercanggih dapat membuat susu formula sebaik dan semutu susu ibu, atau

bahkan lebih baik daripada susu ibu. Adanya kandungan suatu nutrien yang lebih tinggi

dalam susu formula dibanding dalam ASI bukan jaminan bahwa susu tersebut sebaik susu ibu

apalagi lebih baik. Komposisi nutrien yang seimbang dan adanya zat antibodi spesifik dalam

ASI menjamin ASI tetap lebih unggul dibanding susu formula.

2. Faktor ekonomi.

Seperti disebutkan di atas, beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. Bagi wanita karir,

hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status, prestise, atau

memang dirinya dibutuhkan. Pada sebagian kasus lain, ibu bekerja di luar rumah semata

karena tekanan ekonomi, di mana penghasilan suami dirasa belum dapat mencukupi

kebutuhan keluarga. Gaji pegawai negeri yang relatif rendah dapat dipakai sebagai alasan

utama istri ikut membantu mencari nafkah dengan bekerja di luar rumah. Memang tidak ada

yang perlu disalahkan dalam masalah ini.

Dengan bekerja di luar rumah, ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya. Akhirnya

ibu cenderung memberikan susu formula dengan botol. Bila bayi telah mengenal dot/botol

maka ia akan cenderung memilih botol. Dengan demikian frekuensi penyusuan akan

berkurang dan menyebabkan produksi menurun. Keadaan ini selanjutnya mendorong ibu

untuk menghentikan pemberian ASI, tidak jarang terjadi sewaktu masa cutinya belum habis.

Ibu perlu didukung untuk memberi ASI penuh pada bayinya dan tetap berusaha untuk

menyusui ketika ibu telah kembali bekerja.

Motivasi untuk tetap memberikan ASI meskipun ibu harus berpisah dengan bayinya adalah

faktor utama dalam keberhasilan ibu untuk mempertahankan penyusuannya. Pendirian tempat

penitipan bayi dekat / di tempat ibu bekerja merupakan hal yang sangat penting.

3. Peranan tatalaksana rumahsakit / rumah bersalin.

Peranan tatalaksana atau kebijakan rumah sakit / rumah bersalin sangat penting mengingat

kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Tatalaksana rumah sakit yang tidak menunjang keberhasilan menyusui harus dihindari,

seperti :

- bayi dipuasakan beberapa hari, padahal refleks isap bayi paling kuat adalah pada jam-jam

pertama sesudah lahir. Rangsangan payudara dini akan mempercepat timbulnya refleks

prolaktin dan mempercepat produksi ASI.

- memberikan makanan pre-lakteal, yang membuat hilangnya rasa haus sehingga bayi enggan

menetek.

Page 10: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

- memisahkan bayi dari ibunya. Tidak adanya sarana rawat gabung menyebabkan ibu tidak

dapat menyusui bayinya nir-jadwal.

- menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusui, dan jika pertambahan berat badan tidak

sesuai dengan harapan maka bayi diberi susu formula. Hal ini dapat menimbulkan rasa kuatir

pada ibu yang memperngaruhi produksi ASI.

- penggunaan obat-obatan selama proses persalinan, seperti obat penenang, atau preparat

ergot, yang dapat menghambat permulaan laktasi. Rasa sakit akibat episiotomi atau robekan

jalan lahir dapat mengganggu pemberian ASI.

- Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan membuat ibu salah sangka

dan menganggap bahwa susu formula sama baik bahkan lebih baik daripada ASI.

Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik laktasi yang berfungsi sebagai tempat ibu

berkonsultasi bila mengalami kesulitan dalam menyusui. Tidak kalah pentingnya ialah sikap

dan pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun tatalaksana rumah sakit sudah baik bila

sikap dan pengetahuan petugas masih belum optimal maka hasilnya tidak akan memuaskan.

4. Faktor-faktor dalam diri ibu sendiri

Beberapa keadaan ibu yang mempengaruhi laktasi adalah :

- keadaan gizi ibu

Kebutuhan tambahan kalori dan nutrien diperlukan sejak hamil. Sebagian kalori ditimbun

untuk persiapan produksi ASI. Seorang ibu hamil dan menyusui perlu mengkonsumsi

makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang agar kuantitas dan kualitas ASI terpenuhi.

Dengan demikian diharapkan bayi dapat tumbuh kembang secara optimal selama 4 bulan

pertama hanya dengan ASI (menyusui secara eksklusif).

- pengalaman / sikap ibu terhadap menyusui

Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan pengalaman cara

pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya,

kegagalan menyusui di masa lalu akan mempengaruhi pula sikap seorang ibu terhadap

penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara

sukarela dan penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Pengalaman masa kanak-

kanak, pengetahuan tentang ASI, nasihat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang

berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap masalah menyusui.

- keadaan emosi

Gangguan emosional, kecemasan, stress fisik dan psikis akan mempengaruhi produksii ASI.

Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan kuliah, ujian, dsb., tidak jarang mengalami ASI

nya tidak dapat keluar. Sebaliknya, suasana rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh

Page 11: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

dukungan dari anggota keluarga yang lain (terutama suami), akan membantu menunjang

keberhasilan menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan berpengaruh ke arah positif,

atau sebaliknya.

- keadaan payudara

Besar kecil dan bentuk payudara TIDAK mempengaruhi produksi ASI. Tidak ada jaminan

bahwa payudara besar akan menghasilkan lebih banyak ASI atau payudara kecil

menghasilkan lebih sedikit. Produksi ASI lebih banyak ditentukan oleh faktor nutrisi,

frekuensi pengisapan putting dan faktor emosi. Sehubungan dengan payudara, yang penting

mendapat perhatian adalah keadaan putting. Putting harus disiapkan agar lentur dan menjulur,

sehingga mudah ditangkap oleh mulut bayi. Dengan putting yang baik, putting tidak mudah

lecet, refleks mengisap menjadi lebih baik, dan produksi ASI menjadi lebih baik juga.

- peran masyarakat dan pemerintah

Keberhasilan laktasi merupakan proses belajar-mengajar. Diperlukan kelompok dalam

masyarakat di luar petugas kesehatann yang secara sukarela memberikan bimbingan untuk

peningkatan penggunaan ASI. Kelompok ini dapat diberi nama Kelompok Pendukung ASI

(KP-ASI), yang dapat memanfaatkan kegiatan posyandu dengan membuat semacam pojok

ASI.

5. Kebijakan-kebijakan pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI

1. Inpres no.14 / 1975

Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan bahwa salah satu program dalam

usaha perbaikan gizi adalah peningkatan penggunaan ASI.

2. Permenkes no.240 / 1985

Melarang produsen susu formula untuk mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya

yang memberikan kesan bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya daripada ASI.

3. Permenkes no.76 / 1975

Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk mencantumkan pada label

produknya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi, dengan warna tulisan merah dan cukup

mencolok.

4. Melarang promosi susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI di semua sarana

pelayanan kesehatan.

5. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan dan

menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.

6. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta.

7. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga petugas tersebut

Page 12: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas.

8. Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara nasional pada

peringatan Hari Ibu ke-62 (22 Desember 1990).

9. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusui di semua rumah sakit, rumah

bersalin dan puskesmas dengan tempat tidur.

Pelaksanaan rawat gabung dan kegiatan penunjangnya

Dalam rawat gabung bayi ditempatkan bersama ibunya dalam suatu ruangan sedemikian rupa

sehingga ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja bayi atau ibu membutuhkannya.

Bayi dapat diletakkan di tempat tidur bersama ibunya, atau dalam boks di samping tempat

tidur ibu. Modifikasi lain dengan membuat sebuah boks yang ditempatkan di atas tempat

tidur di sebelah ujung kaki ibu. Yang penting ibu harus bisa melihat dan mengawasi bayinya,

apakah ia menangis karena lapar, kencing, digigit nyamuk dsb. Tangis bayi merupakan

rangsangan sendiri bagi ibu untuk membantu produksi ASI.

Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan-keadaan

abnormal, kemudian melaporkannya kepada dokter. Bayi kuning sering merupakan masalah

bagi ibu meskipun sebenarnya keadaan ini seringkali masih dalam batas fisiologis.

Dokter (terutama dokter anak dan kebidanan) mengadakan kunjungan sekurang-kurangnya

sekali dalam sehari. Dokter harus memperhatikan keadaan ibu maupun bayi, terutama yang

berhubungan dengan masalah menyusui. Perlu diperhatikan apakah ASI sudah keluar, adakah

pembengkakan payudara, bagaimana putingnya, adakah rasa sakit yang mengganggu saat

menyusui, dsb. Demikian pula dengan bayinya, apakah sudah dapat mengisap, kuat atau

tidak, rewel atau tidak, apakah muntah, mencret dsb.

Ibu menyusui sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan bayi. Tidak dikenal lagi penjadwalan

dalam memberikan ASI kepada bayi.

Perawat harus membantu ibu untuk merawat payudara, menyusui, menyendawakan dan

merawat bayi secara benar. Bila bayi sakit / perlu diobservasi lebih lanjut, bayi dipindah ke

ruang rawat bayi baru lahir (neonatologi). Bayi akan memperoleh perawatan lebih intensif,

meskipun bukan berarti ASI tidak diberikan. ASI tetap diberikan dengan cara ibu berkunjung,

atau ASI diperas dan diberikan dengan sendok.

Bila ibu dan bayi sudah diperbolehkan pulang, diberikan penyuluhan lagi tentang cara

merawat bayi, payudara dan cara meneteki yang benar sehingga ibu di rumah terampil

melakukan rawat gabung serta cara mempertahankan meneteki sekalipun ibu harus berpisah

dengan bayinya. Harus ditekankan bahwa bayi tidak boleh diberi dot / kempengan.

Page 13: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

Selanjutnya perawat mengumpulkan data ibu dan bayi dalam sebuah lembar catatan medik

yang sudah disiapkan.

Praktek rawat gabung

A. Cara memandikan bayi

- siapkan alat-alat

- cuci tangan sebelum dan sesudah memandikan bayi.

- bayi diletakkan telentang di atas tempat tidur / meja dengan alas perlak dan handuk.

- muka dan telinga dibersihkan dengan kain (waslap) basah kemudian dikeringkan dengan

handuk.

- seluruh tubuh bayi disabun dengan menggunakan waslap yang telah diolesi sabun (leher,

dada, perut, lipatan ketiak, kedua tangan / lengan, kedua kaki / tungkai, bagian belakang

bayi).

- bayi dibersihkan dengan menggunakan kain lap (waslap) basah dalam ember mandi bayi.

- bayi diangkat dan dikeringkan dengan handuk.

- tali pusat ditutup dengan kain kasa yang telah direndam dalam alkohol 70%.

- dada, perut dan punggung diolesi minyak telon, tempat lipatan seperti pangkal paha, ketiak

dan leher diberi bedak supaya tidak mudah lecet, dan diberi pakaian.

B. Cara menyusui

- cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

- ibu duduk atau berbaring santai.

- payudara dipijat / massage supaya lemas.

- tekan areola antara ibu jari dan telunjuk sehingga keluar beberapa tetes ASI. Oleskan ASI

tersebut pada putting susu dan areola sekitarnya sebelum menyusui.

- bayi diletakkan di pangkuan bila ibu duduk, dan di sebelah ibu bila ibu tiduran.

- ibu harus memegang payudara dengan posisi ibu jari di atas dan keempat jari lainnya di

bagian bawah payudara.

- sebagian besar areola payudara harus berada di dalam mulut bayi.

- setiap payudara harus disusui sampai kosong, kurang lebih 10-15 menit.

- bayi menyusu pada dua payudara bergantian, setelah payudara pertama terasa kosong.

- bila akan melepaskan mulut bayi dari putting susu, masukkan jari kelingking antara mulut

bayi dan payudara.

- sesudah selesai menyusui, oleskan ASI pada putting susu dan areola sekitarnya serta biarkan

kering oleh udara.

Page 14: Adaptasi Fisiologis dan rawat gabung.docx

- bayi digendong di bahu ibu atau dipangku tengkurap agar dapat bersendawa.

- periksa keadaan payudara, mungkin ada perlukaan / pecah-pecah atau terbendung.

- bayi menyusu setiap kali membutuhkan, sebagian dengan posisi berubah-ubah.

- pakailah bahan penyerap ASI di balik kutang, di luar waktu menyusui.

C. Cara merawat tali pusat

- siapkan alat-alat.

- cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat.

- tali pusat dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi alkohol 70%.

- setelah bersih, tali pusat dikompres alkohol / povidon iodine 10% (betadine) lalu dibungkus

dengan kain kasa steril kering.

- setelah tali pusat terlepas / puput, pusar tetap dikompres dengan alkohol / povidon iodine

10% sampai kering.