Acara IV. Kafein

23
ACARA IV EKSTRAKSI KAFEIN A. Tujuan Tujuan praktikum Acara IV Ekstraksi Kafein adalah: 1. Mendapatkan kafein yang terkandung dalam bahan pangan dengan cara ekstraksi menggunakan etanol, aseton, dan kloroform. 2. Menghitung kadar kafein dalam bahan pangan. B. Tinjauan Pustaka 1.Tinjauan Bahan Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat. Keempat golongan itu adalah: substansi fenol (katekin, flavonol), bukan fenol (karbohidrat, pektin, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa aromatis, dan enzim. Selain dapat memberi kesegara kepada tubuh, teh ternyata mempunyai banyak manfaat lain untuk tubuh manusia. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di Jepang dan Rusia ada beberapa nilai nutrisi dan manfaat yang dapat diperoleh dari teh (khususnya teh hitam dan teh hijaun), yaitu sebagai berikut: Kaya akan vitamin C dan vitamin B terutama thiamin dan riboflamin yang dibutuhkan tubuh. Bahan polyphenol

Transcript of Acara IV. Kafein

ACARA IV

EKSTRAKSI KAFEINA. TujuanTujuan praktikum Acara IV Ekstraksi Kafein adalah:1. Mendapatkan kafein yang terkandung dalam bahan pangan dengan cara ekstraksi menggunakan etanol, aseton, dan kloroform.

2. Menghitung kadar kafein dalam bahan pangan.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat. Keempat golongan itu adalah: substansi fenol (katekin, flavonol), bukan fenol (karbohidrat, pektin, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa aromatis, dan enzim. Selain dapat memberi kesegara kepada tubuh, teh ternyata mempunyai banyak manfaat lain untuk tubuh manusia. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di Jepang dan Rusia ada beberapa nilai nutrisi dan manfaat yang dapat diperoleh dari teh (khususnya teh hitam dan teh hijaun), yaitu sebagai berikut: Kaya akan vitamin C dan vitamin B terutama thiamin dan riboflamin yang dibutuhkan tubuh. Bahan polyphenol mempunyai vitamin P aktif yang dapat membantu mengurangi kerapuhan dinding kapiler dari aliran darah, sebab vitamin P aktif mampu menyetabilkan vitamin C dalam tubuh, juga menormalkan hyperfunction dan kelenjar gondok. Teh memiliki kemampuan mengantisipasi pengaruh yang merugikan karena aktivitas bakteri maupun basil disentri (Nazaruddin, 1993).

Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk kelas flavonol. Jumlah atau kandungan katekin ini bervariasi untuk masing- masing jenis teh. Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Flavonol utama yang ada di dalam daun teh adalah quereetin, kaempferol, dan myricetin. Flavonol ini, terutama terdapat dalam bentuk glikosidanya dan sedikit dalam bentuk agliko-nya. Jumlah flavonol teh ini bervariasi, tergantung pada beberapa hal, misalnya suhu dan cara ekstraksi yang digunakan. Dalam ekstrak teh yang dihasilkan melalui proses tersebut, akan dihasilkan ekstrak dengan kandungan komponen bioaktif katekin yang tinggi (katekin bersifat polar, sehingga larut dalam air). Produk ekstrak the kasar ini dapat langsung dimanfaatkan untuk berbagai keperluan atau diproses lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa bioaktif murni (Hartoyo, 2003).

Kopi termasuk keluarga besar (suku) Rubiaceae, keluarga Coffea. Di Indonesia dari keluarga ini dikenal ada beberapa varietas. Namun dari bermacam- macam varietas yang diperkebunkan itu tidak nampak adanya perbedaan yang besar. Bijinya berkeping dua (dikotil). Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedang buah yang masak berwarna merah. Pada umunya bunga kopi mengandung 2 butir biji, biji- biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung). Tetapi adakalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang, sering disebut biji atau kopi lanang. Kulit terdiri dari kulit luar dan daging buah, di mana kulit luar berwarna hijau tua, kemudian berangsur- angsur berubah menjadi hijuau, kuning, akhirnya menjadi merah sampai merah hitam. Di dalam kulit terdapat daging buah. Apabila keadaan masak, berlendir, rasanya agak manis, maka disukai binatang, terutama luwak. Biji terdiri dari kulit yang cukup keras, biasanya disebut kulit tanduk. Sedang di dalamnya terdapat lapisan kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau selaput kerak. Kemudian di dalam biji tersebut terdapat saluran dan lekukan (celah) di mana biji- biji terdapat lembaga (Girisonta, 1978).

Etanol dibuat melalui fermentasi molase yaitu residu yang didapatkan dari pemurnian gula tebu. Etanol telah diketahui sejak lama sebagai bahan ramuan minuman yang difermentasi. Istilah proof untuk minuman alkohol yang digunakan di Amerika Serikat menyatakan kurang lebih dua kali kadar alkoholnya. Etanol digunakan sebagai pelarut, sebagai antiseptik topikal (permukaan), dan sebagai bahan baku pembuatan eter dan etil ester (Hart, 1983).

Alkohol rendah (yang jumlah atom karbonnya kurang dari empat) dibuat secara besar- besaran. Alkohol jenis ini digunakan sebagai bahan baku untuk bahan kimia lain yang berharga selain digunakan seperti apa adanya. Alkohol komersial ialah campuran dengan titik didih konstan, mengandung 95% etanol dan 5% air dan tidak dimurnikan lebih lanjut melalui penyulingan. Untuk menghilangkan air yang tersisa guna mendapatkan alkohol absolut, kita tambahkan kapur (CaCO3) yang bereaksi dengan air membentuk kalsium hidroksida tetapi tidak bereaksi dengan etanol (Hart, 2003).

Infusi dari daun teh (Camelia sinensis) merupakan minuman paling populer yang terdiri dari jumlah polifenol yang tinggi, dan juga baik untuk orang yang berdiet. Banyak penelitian yang menunjang bukti- bukti bahwa komponen besar dari antioksidan dapat mencegah berbagai penyakit. Meskipun banyak dari hasil penelitian yang menjanjikan, untuk mengetahui bahwa polifenol dari the dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Daun teh Camelia sinensis mengandung banyak polifenol yang baik untuk kesehatan. Akan tetapi belum banyak data yang diketahui menggunakan ekstrak daun teh untuk dijadikan makanan ringan. Sekarang ini, ekstrak daun teh yang banyak mengandung polifenol dijadikan bahan tambahan untuk membuat makanan ringan yakni permen jelli (Michalowska, 2007).Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis). Berdasarkan proses pengolahannya, produk teh ada 3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, yaitu dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dalam daun teh dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh semi-fermentasi yang memiliki karakteristik khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau (Dewi, 2008).

Masalah utama dari pengkonsumsian kopi adalah nilai kafein yang terkandung dalam kopi. Kafein apabila dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan ketegangan otot, merangsang kerja jantung, dan meningkatkan sekresi asam lambung. Pengurangan kadar kafein (dekafeinasi) dalam kopi perlu dilakukan sampai batas aman konsumsi kafein yaitu pada dosis 100-200 mg per hari. Sehingga kopi hanya dapat dikonsumsi pada ambang batas aman konsumsi kafein yaitu 2 sampai 4 gelas per hari. Penurunan kadar kafein kopi dapat dilakukan dengan melakukan proses dekafeinasi. Seperti halnya citarasa yang terdapat pada kopi, nilai kafein juga berbeda-beda pada setiap daerah penghasil kopi dan tingkatan mutu nilai cacat kopi. Sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap karakteristik mutu biji kopi pada proses dekafeinasi kopi dari berbagai daerah penghasil kopi di Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik mutu biji kopi pada proses dekafeinasi kopi dari berbagai daerah di Sumatera Selatan (Rejo, 2011).

Teh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman berwarna coklat ini umum menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Di samping itu, ada banyak zat yang memiliki banyak manfaat yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metilxantin, tanin, vitamin C dan E, catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Selain manfaat teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat itu adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat ini dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki seperti insomnia, gelisah, merangsang, delirium, takikardia, ekstrasistole, pernapasan meningkat, tremor otot, dan diuresis. Maka dari itu perlu dilakukan pengurangan kadar kafein dalam teh agar aman untuk dikonsumsi setiap saat. Pada penelitian kali ini, pengambilan kafein dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat (Majid, 2010).2. Tinjauan Teori

Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase lainnya. Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup besar: pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik, karena entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode ekstraksi dikembangkan berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika perpindahan massa tidak dapat diabaikan. Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti jika distilasi tidak dapat dilakukan (distilasi dapat dilakukan jika relative volatility campuran lebih besar dari 1,2) atau terlalu mahal, jika diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk proses selanjutnya.

Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:

a. Penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui proses difusi. b. Solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak.c. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya:a. Suhu Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan. b. Ukuran partikel Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi. c. Faktor solven Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein. Solven harus memenuhi kriteria seperti daya larut terhadap solute cukup besar, dapat diregenerasi, memiliki koefisien distribusi solute yang tinggi, dapat memuat solute dalam jumlah yang besar, sama sekali tidak melarutkan diluen atau hanya sedikit melarutkan diluen, memiliki kecocokan dengan solute yang akan diekstraksi, viskositas rendah, antara solven dengan diluen harus mempunyai perbedaan densitas yang cukup besar, memiliki tegangan antarmuka yang cukup, dapat mengurangi potensi terbentuknya fase ketiga, tidak korosif, tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak berbahaya bagi lingkungan, serta murah dan mudah didapat (Majid, 2010).

Terdapat banyak tipe dari ekstraksi yang telah dilakukan untuk mengekstraksi komponen aktif dari momordica charantia. Ekstraksi ini menggabungkan tehnik tradisional hingga tehnik yang telah dikembangkan sampai saat ini, seperti teknologi aliran super kritis dan ekstraksi cairan dengan tekanan. Metode konvensional seperti mendidihkan telah banyak dilakukan untuk mengekstraksi nutrisi yang terkandung dalam bahan- bahan herbal dan tanaman obat- obatan. Air sering digunakan sebagai bahan solven dalam pendidihan. Dalam suhu ruangan, air terlalu polar untuk ekstraksi. Namun, dalam suhu dan tekanan standar, kepolaran air menjadi rendah dan sifatnya menjadi sama dengan senyawa organik lain, seperti etanol dan metanol. Ekstraksi soxhlet dilakukan dengan menggunakan solven berupa heksana. 10 gram sampel diletakkan pada ekstraktor soxhlet dan 150 ml heksana diletakkan pada labu destilasi. Sampel tersebut di ekstraksi selama satu jam (Zulbadli, 2011).

C. Metodologi

1. Alat

a. Neraca

b. Soxhlet

c. Corong Pemisah

d. Beker Glass2. Bahan

a. Kopi 8 gram

b. The 8 gram

c. Etanol/ Aseton 200 ml

d. MgCl2 2,5 gram

e. Aquades 63

f. H2SO4 1,5 ml

g. Kloroform 40 ml

h. NaOH 1,5 ml

3. Cara Kerja

D. Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1 Data Ekstraksi Kafein

ShiftSampelBerat Awal (gram)Berat Akhir (gram)Kadar Kafein (%)

ATeh80,0180,225

BKopi80,0240,3

Sumber: Laporan SementaraEkstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut digunakan untuk memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari campurannya yang terjadi di alam, untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut dari larutan dan menghilangkan pengotor yang larut dari campuran. Berdasarkan hal di atas, maka prinsip dasar ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan.

Ekstraksi digolongkan menjadi dua macam ekstraksi yaitu:a. Ekstraksi jangka pendek atau disebut juga proses pengocokan

Hampir dalam semua reaksi organik, dalam proses pemurniannya selalui melalui proses ekstraksi (penarikan senyawa cair yang akan dimurnikan dari pelarut air oleh pelarut organik dengan cara mengocoknya dalam corong pisah). Pelarut organik yang biasa dipakai untuk melarutkan senyawa organik / ekstraksi ialah eter. Hal ini dikarenakan eter merupakan pelarut yang memiliki sifat inert, mudah melarutkan senyawa-senyawa organik, dan titik didihnya rendah sehingga mudah untuk dipisahkan kembali dengan cara destilasi sederhana.

b. Ekstraksi Jangka Panjang

Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.Cara melakukan ekstraksi jangka panjang menggunakan alat soxhlet:Masukan 5 gram zat sampel yang telah dihaluskan ke dalam timbel (bungkus dengan kertas saring) kemudian masukan ke dalam tabung soxhlet. Isi labu dengan pelarut kira-kira 2/3 bagiannya dengan cara memasukan pelarut tersebut melalui pendingin gondok/spiral sampai badan soxhlet terisi setengahnya. Panaskan dengan hati-hati dalam water bath dan refluks selama 4 jam (sampai warna pelarut dalam badan soxhlet pada saat kontak dengan cuplikan tidak berubah). Pisahkan pelarut dari zat yang diekstrak dengan mendestilasi pelarut secara langsung menggunakan alat soxhlet, caranya ambil timbel yang mengandung cuplikan kemudian panaskan labu sehingga pelarut yang jernih tertampung pada badan soxhlet kurang lebih 2/3-nya, kemudian masukan pelarut yang sudah dimurnikan ke dalam botol penampung sisa pelarut. Ulangi pemanasan sehingga dalam labu hanya terdapat zat sampel.Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan mat. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh.

Pada manusia, kafein adalah suatu stimulan sistem saraf pusat (CNS, Central Nervous System), mempunyai pengaruh temporer untuk menghindari kantuk dan memulihkan keadaan siaga. Hidangan-hidangan yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, minuman tanpa alkohol, dan minuman berenergi, mendapat ketenaran yang luas. Kafein adalah unsur psychoactive yang paling luas digunakan di dunia, tetapi, tidak seperti banyak unsur psychoactive lainnya, kafein legal dan tidak diatur di hampir semua lembaga yuridis. Kafein mempunyai efek diuretik, setidaknya ketika diberikan dalam dosis tertentu kepada subjek yang tidak mempunyai toleransi padanya. Para pemakai reguler, bagaimanapun, telah mengembangkan suatu toleransi yang kuat pada efek ini dan studi secara umum tidak dapat membuktikan dugaan umum bahwa mengkonsumsi hidangan yang mengandung kafein berkontribusi secara signifikan terhadap dehidrasi.Dalam praktikum ekstaksi kafein ini digunakan alat ekstraksi soxhlet. Prinsip kerja dari soxhlet ini adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu dengan menghaluskan sampel (untuk mempercepat proses ekstraksi, karena luas permukaannya lebih besar, jadi laju reaksi lebih cepat berjalan) kemudian sampelnya dibungkus dengan kertas saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu alas bulat ketika diekstraksi), setelah itu dimasukkan batu didih (untuk meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam labu alas bulat. Kemudian kertas saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal, dan timbalnya dimasukkan kedalam lubang ekstraktor. Setelah itu pelarut dituangkan kedalam timbal dan disana akan langsung menuju ke labu alas bulat. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut dengan acuan pada titik didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya akan menguap melalui pipa F dan akan menabrak dinding-dinding kondensor hingga akan terjadi proses kondensasi (pengembunan), dengan kata lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kemudian pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak (memisahkan/mengambil)senyawa yang kita inginkan dari suatu sampel. Setelah itu maka pelarutnya akan memenuhi sifon, dan ketika pada sifon penuh kemudian akan dislurkan kembali kepada labu alas bulat. Proses ini dinamakan 1 siklus, semakin banyak jumlah siklus maka bisa di asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam pelarut juga akan semakin maksimal.Dalam ekstraksi kafein dari kopi dan teh, terdapat penambahan MgCl2, fungsi dari penambahan MgCl2 adalah agar kafein bereaksi dengan MgCl2 untuk membentuk MgO, fungsi dari MgO ini adalah untuk memisahkan kafein dari senyawa- senyawa lain yang tidak diinginkan. Jika konsentrasi basa dalam kafein terlalu tinggi akan merusak kafein sehingga kafein dapat berubah menjadi koefeedin. Fungsi dari penambahan H2SO4 adalah untuk mengendapkan MgO yang tidak tersaring dengan membentuk garam. Kafein dalam fase cair diekstraksi dengan kloroform karena dalam suasana asam kelarutan kafein dalam kloroform lebih besar dari kelarutan dalam air. Kafein yang terekstraksi dalam kloroform dicuci dengan NaOH untuk menghilangkan warna alaminya serta untuk menetralkan kelebihan H2SO4.Menurut Dedy Izham dalam Under Health and Medical, kadar kafein dalam kopi sebesar 1-1,5% sedangkan untuk teh sebesar 1-4,8%. Dalam praktikum yang dilakukan diperoleh sebesar 0,3% dan kadar dalam teh sebesar 0,225%Dari praktikum dan analisis data yang telah dilakukan, didapatkan kadar kafein kopi lebih besar daripada kadar kafein dalam teh. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah kandungan kafein dalam kopi lebih kecil daripada kafein dalam teh.

E. Kesimpulan

Dari praktikum dan analisis hasil yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Didapatkan kafein yang terkandung dalam bahan pangan, yaitu kopi dan teh.

2. Prinsip ekstraksi soxhlet adalah ektraksi kontinyu dengan pelarut yang selalu baru dengan adanya pendingin balik.

3. Kadar kafein yang terkandung dalam kopi sebesar 0,3%.

4. Kadar kafein yang terkandung dalam teh sebesar 0,225%.

5. Menurut teori kadar kafein dalam kopi lebih kecil daripada kafein dalam teh.

6. Kadar kafein dalam kopi lebih besar daripada kadar kafein dalam teh.

7. Hasil praktikum belum sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Kartika. 2008. Pengaruh Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis var. Assamica) terhadap Penurunan Berat Badan, Kadar Trigliserida dan Kolesterol Total pada Tikus Jantan Galur Wistar. JKM. Vol.7 No.2 Februari 2008.Girisonta. 1978. Bercocok Tanam Kopi. Yogyakarta: Kanisius.Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Hart, Harold, et all. 2003. Kimia Organik Edisi Sebelas. Jakarta: Erlangga.Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah. Yogyakarta: Kanisius.

Majid, Nugraha Thariq & Nurkholis. 2010. Pembuatan Teh Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi dengan Pelarut Etil Asetat. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Michalowska, Anna Gramza & Julita Regula. 2007. Use of Tea Extract (Camelia sinensis) in Jelly Candies as Polyphenols Sources in Human Diet. Asia Pac J Clin Nutr 2007;16 (Suppl 1):43-46.Nazaruddin & Farry B. Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rejo, Amin, et all. 2011.Karakteristik Mutu Biji Kopi Pada Saat Proses Dekafeinasi. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya 30653.

Zulbadli, Nazlina, et all. 2011. Momordica charantia Extraction by Using Pressurized Boiling System and Compounds Identification through Gas Chromatography Mass Spectrometry. International Journal of Engineering & Technology IJET-IJENS Vol: 11 No: 03.LAMPIRAN

Analisis Hasil

Rumus : Kadar Kafein = x 100 %

1. Kadar Kafein Teh = x 100 %

= 0,225%

2. Kadar kafein Kopi = x 100 %

= 0,3%

200 ml etanol/ aseton

8 gram kopi/ teh

Dimasukkan dalam soxhlet

Dihitung kadar kafein (%)

Diuapkan, lalu disublimasi dengan api kecil hingga mendapatkan crude kafein

Dipindahkan larutan bagian bawah ke gelas beker

1,5 ml NaOH ditambahkan

Dikocok

40 ml kloroformDitambahkan, dimasukkan ke corong pemisah

2,5 gram MgCl2 Ditambahkan ke cawan penguap, dipanaskan di atas bunsen dan diuapkan hingga kering

Ditambahkan 1,5 ml H2SO4 pada filtrat, diuapkan hingga volume 1/3 volume mula- mula

Cairan dalam labu soxhlet dipindahkan ke cawan penguap

Dipanaskan dengan pendingin balik selama 12 sirkulasi/ sampai cairan di air dalam bahan jernih

63 ml aquades

disaring