ACARA II

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari 70% batuan sedimen, yaitu batupasir, batugamping, batulanau, batulempung, breksi, konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan-batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi.

description

prinsip stratigrafi

Transcript of ACARA II

Page 1: ACARA II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari 70% batuan sedimen,

yaitu batupasir, batugamping, batulanau, batulempung, breksi, konglomerat, dan

batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan

biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan

terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar

kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan-batuan sedimen purba

atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak batuan sedimen purba

yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya dianalogikan dengan

proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses proses sedimentasi

(fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan kompaksi, sementasi,

rekristalisasi.

Analisa profil merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan

lingkungan pengendapan dan untuk mendapatkan gambaran-gambaran paleografi

dari lingkungan pengendapan tersebut. Oleh karena itu, pada praktikum ini dijelaskan

bagaimana cara menentukan lingkungan pengendapan dari batuan sedimen.

1.2 Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah dapat memahami dan juga menentukan

lingkungan pengendapan dengan melihat litologi, kandungan fosil dan struktur

sedimen yang ada.

Page 2: ACARA II

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Membuat grafik analisa ukuran butir berdasarkan jenis litologi yang ada

2. Menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan unit/paket urutan sedimen

yang telah ditentukan

Page 3: ACARA II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Analisa profil merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan

lingkungan pengendapan dan untuk mendapatkan gambaran-gambaran paleografi

dari lingkungan pengendapan tersebut. Metode yang digunakan merupakan metode

stratigrafi asli yaitu dengan mengenali urutan vertikal dari suatu sekuen.

Analisa sekuen sangat penting dalam mengenali suatu lingkungan

pengendapan. Suatu lingkungan tertentu akan mempunyai mekanisme pengendapan

tertentu pula. Oleh karena itu urutan-urutan secara vertikal (dalam kondisi normal)

akan mempunyai karakteristik tersendiri, dengan demikian suatu profil akan

diketahui perkembangan pengendapan yang terjadi dan sekaligus dapat diketahui

perkembangan cekungan.

2.1 Falsafah Dasar Analisa Profil

1. Konsep daur irama, konsep ini menyatakan bahwa sedimentasi sering

merupakan daur atau perulangan dari urutan-urutan yang sama. Contohnya

luncuran turbidit, perpindahan dari jari-jari delta secara lateral. Berbagai daur

atau irama yang diketahui adalah :

a. Banding atau interklas : ab ab ab

b. Cyclicatau simetri : abcdcba abcdcba

c. Asimetri : abc abc

2. Hukum Walter menyatakan bahwa sedimentasi, urut-urutan fasies vertikal

mencerminkan urutan lateral. Ini disebabkan karena lingkungan-lingkungan

Page 4: ACARA II

pengendapan yang dalam suatu waktu (interval waktu) berada berdampingan

oleh proses progradasi dan terutama transgresi dan regresi yang dapat

bertumpuk, dimana satu lingkungan pengendapan berada di atas yang lain.

3. Hukum Hjulstrom, prinsip ini memungkinkan lapisan-lapisan halus yang telah

terendapkan tidak dapat tererosi oleh mungkin cepatnya arus, sehingga urutan-

urutan yang menghalus dan mengkasar ke atas dapat terjadi. Analisa profil dari

suatu stratigrafi batuan dapat dilakukan dengan menggunakan data outcroup,

cattind dan data well log.

4. Data Outcroup

a. Mengenal urutan vertikal dari tua ke muda ( sebaliknya).

b. Mengamati jenis alas perlapisan (sharp, kontak, erosional, gradual kontak).

c. Menggunakan ukuran butir untuk membuat pola/paket sedimen serta tebal

tipisnya lapisan yang berkembang.

d. Menentukan masing-masing unit genetik (CU, FU, Tc, Tn) untuk

menentukan paket sedimen.

e. Mengenal jenis struktur yang berkembang pada suatu siklus sedimen

f. Mengenal jenis biota atau fosil yang dapat teramati langsung di lapangan.

g. Mendeskripsi litologi untuk mengetahui komponen batuan dengan

menggunakan klasifikasi penamaan batuan yang sesuai.

h. Untuk mengetahui genesa batuan sedimen terlebih dahulu menganalisa sifat

campuran sedimen.

i. Penggunaan dalam lingkungan pengendapan untuk biostratigrafi, sekuen

stratigrafidan sebagainya.

Page 5: ACARA II

j. Dalam melakukan analisa di usahakan menyertakan gambar dan simbol

yang mudah dimengerti.

5. Data Well Log

a. Membedakan pola kurva/tipe log untuk menentukan litologi (GR atau SP)

b. Membedakan bentuk karakter log halus dan log kasar

c. Menggunakan pola log untuk menentukan unit genetik atau paket siklus

sedimen.

d. Mengenali pola umum yang berkembang pada setiap lingkungan

pengendapan.

e. Sebelum membuat korelasi sedapat mungkin setiap profil log

mempergunakan tanda yang dapat memeberikan informasi mengenai unit

atau paket sedimen

f. Menggunakan model untuk mengetahui perkembangan cekungan, apakah

transgresi atau regresi.

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) dari suatu set data yang

menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam suatu sumur.

Dipandang dari segi waktu, log dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu log-log

lapangan, log transmisi dan log hasil proses.

Untuk analisa suatu profil dapat menggunakan kurva log, dimana terbagi atas

dua yaitu:

a. Log untuk penentuan lingkungan pengendapan

b. Log untuk menentukan litologi yang ada pada urutan batuan

Page 6: ACARA II

Untuk penentuan lingkungan pengendapan terdapat 5 bentuk log sebagai

berikut :

1. Bentuk Cylindrical

Lingkungan eolian, greded fluvial, carbonate shelf, reef, dan submarine.

2. Bentuk Funnel shape

Lingkungan dustriutari mouth bar, klastik stand plain, barrier island, shallow

marine sheet, sanstone, carbonate shoaling upward dan submarine fun lobe.

3. Bentuk bell shaped

Lingkungan fluvial point bar some transresive shelf sand

4. Bentuk Symetrical

Lingkungan sandy offshore bar some transgresive shelf sand CU and FU units

5. Bentuk irreguler

Lingkungan fluvial floodplain, carbonate slope, klastikslope canyo fill

Ada beberapa model-model facies berbagai lingkungan pengendapan, yaitu :

a. Facies Fluviatil

Sungai Bermeander

Sungai ini mempunyai aliran yang berkelok-kelok dan pada kedua tepinya yang

berlawanan menunjukkan proses yang berbeda-beda. Pada salah satu tepi terjadi

proses erosi dan pada tepi yang lain terjadi sedimentasi ecara akresi.

Secara morfologi, sungai bermeander terdiri dari bagian-bagian, yaitu :

Point bar : pada bagian ini terjadi pengendapan secara akresi dari hasil erosi

pada tepi yang berlawanan.

Page 7: ACARA II

Channel : selalu tergenang oleh lairan sungai, dimana pada bagian dasarnya

terdiri lag deposit berupa material-material gravelan.

Leeve : merupakan bagian tepi sungai denan tebing yang relatif lebih terjal,

mengalami erosi yang diendapkan pada point bar.

Sungai Terayam

Sungai terayam lebih banyak dijumpai pada daerah-daerah arid dan semiarid,

dimana fluktasi aliran merupakan faktor yang sangat penting. Secara umum, sungai

teranyam terdiri atas fasies-fasies :

Channnel floor: lag deposit yang kasar, ditutupi oleh trough cross bedding

yang kurang jelas.

Sekuen bar channel: trough cross bedding yang nyata dan susunan planar cross

bedding yang besar dengan orientasi arus purba yang divergen.

Sekuen bar top: susunan-susunan planar tabular cross bedding yang lebih kecil

dan lapisan tipis dari akresi vertikal yang berupa batulanau dengan struktur

laminasi berselang-seling dengan batulempung, serta batupasir cross sertifikasi

sudut rendah.

b. Fasies Kipas Lembab

Fasies ini merupakan kipas alluvial yang berkembang dalam iklim lembab.

Terjadi pada lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief yang

tinggi dan mempunyai kesamaan dengan kipas di daerah iklim kering, hanya saja

suplai air terus menerus.

Page 8: ACARA II

c. Fasies Lacustrine

Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh yang kecil jika dibandingkan

dengan tubuh air laut. Namun tidak menutup kemungkinan adanya danau yang lebih

besar dari tubuh air laut, contaihnya Laut Kaspia lebih besar dari pada Teluk Persia.

Dalam kenyataanya banyak danau yang berukuran besar dan memounyai

kedalaman hingga ratusan meter. Danau yang besar banyak menyerupai lautan

dipandang dari proses fisik maupun sedimentasi. Adanya sedimentasi pelagis

umumnya dipengaruhi oleh gelombang dan khas dengan partikel sedimen berbutir

halus seperti batulempung dan batulanau.

d. Fasies Gumuk Pasir

Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan yang

dihasilkan oleh arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai bentuk

teratur. Gumuk pasir ini dapat terbentuk di daerah yang endapannya lepas seperti

pasir pada daerah gurun atau daerah pantai.

Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk terbentuknya gumuk pasir adalah

akumulasi pasir cukup banyak biasanya berasal dari sedimentasi sungai yang

bermuara di situ, di samping faktor-faktor lain yang juga berperan.

Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross bedding dan ripple mark. Dari

struktur yang terbentuk karena pergeseran antara angin dengan butiran pasir, maka

dapat dipakai untuk menentukan arah angin.

Page 9: ACARA II

e. Fasies Delta

Delta merupakan akumulasi sedimen terutama pada muara sungai maupun

danau. Secara umum akan mempunyai asosiasi antara endapan darat seperti

perlapisan pada facies fluvial dan perlapisan pada laut terbuka.

f. Fasies Estuarium

Fasies, yaitu muara yang berbentuk corong, diamna proses pembentukkannya

dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air laut. Tipe morfologi

estuarium ada 4 macam ; lembah sungai tenggelam, fiord, eustuarium yang dibangun

oleh bar dan eustuarium produk dari tektonik. Secara tekstrural sekuennya fining

upward. Sedangkan struktur sedimen seperti cross stratificatoin, lapisan flaser,

lapisan bergelombang, lapisan lentikuler bersama dengan bioturbasi.

g. Fasies Lagoon

Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan

pada saat air surut ada air tertinggal pada daerah ini yang bisa bercampur dengan air

hujan atau air sungai.

h. Fasies Barrier

Barrier merupakan penghalang yang letaknya di depan pantai dan berhubungan

dengan air laut.

Page 10: ACARA II

BAB III

PROSEDUR KERJA

1. Mewarnai litologi tiap lapisan sesuai dengan jenis litologinya

2. Menarik garis free hand pada kolom ukuran butir dan struktur sedimen serta

ekspresi topografi berdasarkan litologi tiap lapisan. Sedangkan ekspresi

topografi selalu mengarah ke litologi yang ukuran butirnya halus.

3. Menganalisis tipe genetik unit per dua lapisan dan memberikan keterangan

tambahan pada kolom genetik unit jika dijumpai sisipan atau struktur sedimen

pada lapisan batuan.

4. Menganalisis lingkungan pengendapan berdasarkan litologi, struktur sedimen

dan data genetik unit yang telah dianalisis terlebih dahulu.

Page 11: ACARA II

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tipe genetik unit pertama ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir halus

dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward

dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir

sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya

berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.

Pada tipe genetik unit kedua ini disusun oleh litologi, yaitu batulanau dan

diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan thinning

upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya menipis

keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan

prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran

butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan lempung.

Pada tipe genetik unit ketiga ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir kasar

dan dibawahnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward dan

thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan delta plain. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya dan batubara salah satu penciri dari delta plain.

Page 12: ACARA II

Pada tipe genetik unit keempat ini disusun oleh litologi, yaitu batunapal dan

dibawahnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi dan thickening

upward, dimana ukuran butirnya sama dan lapisannya menebal keatas. Adapun

lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta plain.

Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya dan

batubara salah satu penciri dari delta plain.

Pada tipe genetik unit kelima ini disusun oleh litologi, yaitu batugamping dan

diatasnya adalah batupasir halus. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan

thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya

menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada

lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas

ukuran butirnya yang halus dan proses pembentukan batugamping.

Pada tipe genetik unit keenam ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir halus

dan diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan

thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya

menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada

lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas

ukuran butirnya yang halus dan juga dijumpai struktur sedimen laminasi pada

batupasir halus yang merupakan salah satu penciri bahwa arus di daerah tersebut

tenang.

Pada tipe genetik unit ketujuh ini disusun oleh litologi, yaitu batuserpih dan

diatasnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi dan thinning upward,

dimana ukuran butirnya sama dan lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan

Page 13: ACARA II

pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta plain. Penentuan

lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya dan batubara

salah satu penciri dari delta plain.

Pada tipe genetik unit kedelapan ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir

halus dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening

upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir

sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya

berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.

Pada tipe genetik unit kesembilan ini disusun oleh litologi, yaitu batugamping

dan diatasnya adalah batupasir kasar. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi, dimana

ukuran butir dan lapisan sama. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping.

Pada tipe genetik unit kesepuluh ini disusun oleh litologi, yaitu batulanau dan

dibawahnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan

thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya

menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada

lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas

ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan lempung.

Page 14: ACARA II

Pada tipe genetik unit kesebelas ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir halus

dan dibawahnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward

dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus

lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir

sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya

berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.

Pada tipe genetik unit keduabelas ini disusun oleh litologi, yaitu batugamping

dan dibawahnya adalah batulempung. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward

dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping. Selain itu,

dijumpai juga struktur sedimen bioturbasi pada batulempung.

Pada tipe genetik unit ketigabelas ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir

kasar dan diatasnya adalah batulanau. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan

thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya

menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada

lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan

atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir sedang dan

pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya berasal dari

sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.

Page 15: ACARA II

Pada tipe genetik unit keempatbelas ini disusun oleh litologi, yaitu batuserpih

dan diatasnya adalah batupasir halus dengan sisipan batubara. Jenis genetik unitnya

yaitu coarsening upward, dimana ukuran butirnya semakin kasar keatas. Adapun

lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta plain.

Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya dan

batubara salah satu penciri dari delta plain.

Pada tipe genetik unit kelimabelas ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir

halus dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening

upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir

sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya

berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang. Selain itu,

dijumpai struktur sedimen cross bedding pada batupasir halus.

Pada tipe genetik unit keenambelas ini disusun oleh litologi, yaitu batulanau

dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward

dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan pasir sedang.

Pada tipe genetik unit ketujuhbelas ini disusun oleh litologi, yaitu

batugamping dan diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya finning upward

Page 16: ACARA II

dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping. Selain itu,

dijumpai struktur sedimen bioturbasi pada batugamping.

Pada tipe genetik unit kedelapanbelas ini disusun oleh litologi, yaitu

batuserpih dan diatasnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening

upward dan thickening upward, dimana ukuran butirnya semakin kasar lapisannya

menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada

lingkungan delta plain. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan

atas ukuran butirnya dan batubara salah satu penciri dari delta plain.

Pada tipe genetik unit kesembilanbelas ini disusun oleh litologi, yaitu

batulanau dan diatasnya adalah batupasir kasar. Jenis genetik unitnya yaitu

coarsening upward dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya

semakin kasar lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari

genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan

pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran

butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan

bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif

sedang.

Pada tipe genetik unit keduapuluh ini disusun oleh litologi, yaitu

batugamping dan diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya finning upward

dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus

Page 17: ACARA II

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping.

Pada tipe genetik unit keduapuluh satu ini disusun oleh litologi, yaitu

batunapal dan dibawahnya adalah batupasir halus. Jenis genetik unitnya yaitu finning

upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran pasir halus dan

lempung. Selain itu, dijumpai struktur sedimen laminasi pada batupasir halus yang

merupakan penciri bahwa arus di daerah tersebut tenang.

Pada tipe genetik unit keduapuluh dua ini disusun oleh litologi, yaitu

batuserpih dan diatasnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi dan

thinning upward, dimana ukuran butirnya sama dan lapisan semakin menipis keatas.

Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta

plain. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran

butirnya dan batubara salah satu penciri dari delta plain.

Pada tipe genetik unit duapuluh tiga ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir

halus dengan sisipan batubara dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik

unitnya yaitu coarsening upward dan thinning upward, dimana semakin keatas

ukuran butirnya semakin kasar lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan

pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan

lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan

Page 18: ACARA II

ukuran butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat

diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi

pengendapan yang relatif sedang.

Pada tipe genetik unit keduapuluh empat ini disusun oleh litologi, yaitu

batugamping dan diatasnya adalah batupasir kasar. Jenis genetik unitnya yaitu

agradasi dan thinning upward, dimana ukuran butir sama dan lapisan menipis keatas.

Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan

prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran

butirnya dan proses pembentukan batugamping.

Pada tipe genetik unit keduapuluh lima ini disusun oleh litologi, yaitu

batulanau dan dibawahnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening

upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar

lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan lempung.

Pada tipe genetik unit keduapuluh enam ini disusun oleh litologi, yaitu

batupasir halus dan dibawahnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu

finning upward dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya

semakin halus lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari

genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan

pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran

butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan

Page 19: ACARA II

bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif

sedang. Selain itu, dijumpai struktur sedimen cross bedding pada batupasir halus.

Pada tipe genetik unit keduapuluh tujuh ini disusun oleh litologi, yaitu

batugamping dan dibawahnya adalah batupasir napal. Jenis genetik unitnya yaitu

finning upward dan thickening upward, dimana ukuran butir semakin halus dan

lapisan menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu

pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini

didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping. Selain itu,

dijumpai struktur sedimen bioturbasi pada batugamping.

Pada tipe genetik unit keduapuluh delapan ini disusun oleh litologi, yaitu

batulanau dan dibawahnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu

finning upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya

semakin halus lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari

genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan

pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran

butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan

bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif

sedang.

Pada tipe genetik unit keduapuluh sembilan ini disusun oleh litologi, yaitu

batupasir halus dan dibawahnya adalah batuserpih. Jenis genetik unitnya yaitu

coarsening upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya

semakin kasar lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari

genetik unit ini yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan

Page 20: ACARA II

dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya yang halus dan juga dijumpai struktur

sedimen laminasi pada batupasir halus yang merupakan salah satu penciri bahwa arus

di daerah tersebut tenang.

Page 21: ACARA II

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara ini adalah:

1. Hal yang paling utama yang diperhatikan dalam penentuan genetik unit dari

suatu litologi adalah perubahan ukuran butir dari litologi yang ada.

2. Lingkungan pengendapan dari litologi yang ada pada problem set ini adalah

delta plain, delta front dan prodelta.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikum ini diberikan tambahan waktu sehingga praktikum

menjadi lebih efektif dalam menyelesaikan problem set dan menjadi lebih mengerti

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini.

Page 22: ACARA II

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Analisa Profil. http://geo-tek.blogspot.co.id/2009/05/analisa-

profil_04.html. Diakses pada Jum’at, 9 Oktober 2015 pukul 08.42 WITA

Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. 2015. Penuntun Praktikum Prinsip

Stratigrafi. Makassar: Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

Tagumi. 2014. Analisa Profil. http://tagumi.mywapblog.com/analisa-frofil.xhtml.

Diakses pada Jum’at, 9 Oktober 2015 pukul 08.45 WITA

Page 23: ACARA II

L

A

M

P

I

R

A

N