Acara i - Uji Mutu Susu
-
Upload
rizalrumputtek465 -
Category
Documents
-
view
1.588 -
download
9
Transcript of Acara i - Uji Mutu Susu
ACARA I
UJI MUTU AIR SUSU
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Uji Mutu Air Susu ini adalah:
1. Mengetahui total zat padat yang terdapat pada beberapa jenis air susu
2. Mengetahui kualitas air susu dengan uji alkohol.
3. Mengetahui kehigienisan air susu melalui uji reduktase.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari
komposisi darah yang merupakan asal susu. Misalnya lemak susu, casein,
laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam ambing, tidak terdapat ditempat lain
manapun dalam tubuh sapi. Sejumlah besar darah harus mengalir melalui
alveoli dalam pembuatan susu yaitu sekitar 50 kg darah dibutuhkan untuk
menghasilkan 30 liter susu.
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa
faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi
perah adalah sebagai berikut:
Lemak 3,9%
Protein 3,4%
Laktosa 4,8%
Abu 0,72%
Air 87,10% (Buckle et al., 1985).
Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diterapkan pada bahan
pangan, yang tidak sedrastis sterilisasi, akan tetapi cukup untuk membuat
berbagai organisme penghasil penyakit menjadi tidak aktif pada beberapa
bahan pangan khusus. Pasteurisasi membuat hampir seluruh bentuk vegetatif
jasad renik yang hidup menjadi tidak aktif, akan tetapi tidak demikian
terhadap spora yang tahan panas. Untungnya hanya sedikit bentuk bakteri
pathogen pada manusia yang membentuk spora, hal pengecualian yang harus
dicatat adalah antrax. Pada awalnya pasteurisasi timbul untuk membuat
1
bakteri tuberkolosis tidak aktif di dalam susu. Selain mentidakaktifkan bakteri,
pasteurisasi dalam peneterapannya juga dapat dihubungkan dengan enzim
yang terdapat di dalam bahan pangan yang dapat ditidak aktifkan dengan
pemanasan (Earle, 1969).
Susu yang telah mengalami pengolahan yang benar, misalnya
pasteurisasi dan sterilisasi, merupakan produk yang aman. Akan tetapi susu
segar yang diperoleh dari hewan sehat bisa terkontaminasi dari hewan yang
menyusui atau dari peralatan dan lingkungan pemerahan susu. Di Inggris telah
dilaporkan keracunan makanan (Salmonellosis) karena mengkonsumsi susu
sapi segar. Gangguan pencernaan juga kadang-kadang terjadi akrena prises
pemanasan susu tidak cukup. Produk-produk susu yang disiapkan dari susu
yang tidak mengalami proses pemanasan merupakan produk yang potensial
mengandung Staphylococus auerus, Bacillus cereus, Yersenia enterocolitia
monocytogenes (Albiner, 2002).
Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan
dengan proporsi seimbang, bernilai gizi tinggi, mudah dicerna dan
mengandung semua unsur makanan yang dibutuhkan manusia. Dengan
kandungan nutrisinya yang lengkap, susu merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu susu mudah mengalami
kerusakan. Untuk mencegah kerusakansusu oleh mikroba, dilakukan berbagai
upaya pengawetan antara lain sterilisasi, pasteurisasi, fermentasi dan lain-lain
(Elok dkk, 2000).
Pengujian reduktase: pipet 0,5 ml larutan pewarna methylenen blue
masukkan kedalam tabung reaksi, tambahkan 20 ml sampel air susu secara
perlahan, hindarkan pembentukan gelembung udara. Tutup tabung reaksi
kemudian campurkan larutan sampai diperoleh warna yang merata dengan
cara membolak-balik tabung, jagan dikocok. Inkubasikan dalam penangas air
37oC. Amati perubahan warna yang terjadi setiap setengah jam. Catat berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna (Habibah,
2011).
2
Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya susu untuk
dikonsumi. Hasil uji alkohol terhadap susu pada masing-masing perlakuan
menunjukkan hasil yang negatif sampai pada penyimpanan 48 jam. Pada
pengamatan setelah penyimpanan 60 jam sebagian besar susu (65,60%)
memberikan hasil uji alkohol positif sehingga tidak dilakukan analisis
kualitas. Keadaan ini menunjukkan bahwa susu telah mengalami penurunan
pH akibat terjadinya perkembangan jumlah bakteri sehingga menyebab~n
susu mulai asam yang akhirnya menjadi rusak. Hasil uji alkohol ini sejalan
dengan hasil pengamatan organoleptik susu pada semua perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan sifat organileptik susu segar,
mempunyai bau spesifik susu segar dengan warna putih kekuningan sampai
penyimpanan 48 jam; pada penyimpanan sampai 60 jam telah terjadi
perubahan rasa (pahit masam) dan bau (masam) dengan warna menjadi kuning
keputihan (Uum, 1990).
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan
pada susu adalah dengan cara pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu
tinggi maupun suhu rendah yang dapat diterapkan pada peternak. Dengan
pemanasan ini diharapkan akan dapat membunuh bakteri patogen yang
membahayakan kesehatan manusia dan meminimalisasi perkembangan bakteri
lain, baik selama pemanasan maupun pada saat penyimpanan. Proses
pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam,
berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah
pemasaran dan transportasi, sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna
bahan mentahnya. Proses pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan
berkembangnya ilmu dibidang tekologi pangan. Dengan demikian semakin
lama akan semakin banyak jenis produk susu yang dikenal. Hal ini sangat
menggembirakan dan merupakan langkah yang sangat tepat untuk
mengimbangi laju permintaan pasar (Eniza, 2004).
Susu merupakan sumber penting untuk protein berkualitas bai.
Protein terdapat pada beberapa makanan yang terbuat dari susu dan yang
penting adalah keju. Susu memberikan 18% kandungan protein dalam susunan
3
makanan orang inggris, sedang keju memberi tambahan kontribusi 5%
(Gaman, 1992).
Pentingnya susu sebagai makanan manusia ialah karena protein susu
mempunyai nilai yang sangat tinggi dan mudah dicernakan oleh usus manusia,
sehingga dapat digunakan untuk menutupi kekurangan asam-asam amino
esensial dari bahan makanan lainnya. Juga garam kalsium dan beberapa jenis
unsur gizi yang lain. Tetapi harus diingat bahwa kadar garam ferum dalam
susu, serta kadar vitamin A tidak begitu banyak. Hal ini sering menyebabkan
anak-anak yang hanya diberi susu, dan tidak ditambahakan dengan bahan
makanan lain yang mengandung kedua unsur tersebut akan menderita
kekurangan vitamin A dan garam ferum (Sjahmien, 1985).
Air merupakan komponen terbesar di dalam susu dengan angka rata-
rata 87% dan kisaran normalnya antara 84% - 89,5%. Komponen ini berguna
sebagai medium dispersi dari Total Solids, seperti laktosa, garam-garam
mineral, dan vitamin-vitamin yang larut di dalam bahan air. Naik turunnya
persentase total bahan padat dalam susu, akan mengubah besar kecilnya
persentase air dalam susu (Ashry, 2006).
Ketika susu diterima pada platform, ia harus menjalani sejumlah
pemeriksaan dan tes. Tes ini dilakukan untuk menentukan kualitas susu yang
masuk dan itu adalah atas dasar tes-tes apakah banyak tertentu ada yang
haram. Yang paling umum ini adalah penentuan% lemak, SNF, total padatan
dan sedimen dll (Bsc, 2011).
Analisis kimia dalam industri susu berkisar dari tradisional ke
modern, dari sederhana hingga yang kompleks. Contoh dari metode tradisional
(dijelaskan kemudian) yang utama dari pentingnya untuk industri adalah
metode Kjeldahl penentuan nitrogen yang digunakan untuk memastikan
kandungan protein produk susu. Sedangkan salah satu teknik terbaru yang
digunakan untuk mengidentifikasi berbagai peptida yang dihasilkan dari
hidrolisis protein susu adalah LC-MS-MS, yang kromatografi cair -
spektrometri massa - spektrometri massa, di mana tandem spektrometer massa
4
sebenarnya adalah detektor canggih untuk instrumen kromatografi cair
(Hughes, 2011).
Perlakuan panas ringan seperti pasteurisasi atau ultra high
temperature (UHT) pengolahan menyebabkan sangat sedikit perubahan nilai
gizi. Parah perlakuan panas hasil dalam beberapa kehilangan lisin yang
tersedia, tetapi ini memiliki sedikit berpengaruh pada kualitas gizi karena
protein susu yang kaya lisin. Interaksi antara lisin dan laktosa selama
pemanasan informasi hasil pigmen coklat (Maillard browning) yang
menyebabkan off-flavor untuk mengembangkan selama penyimpanan produk
susu (Connor, 1995).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Cawan
b. Oven
c. Eksikator
d. Timbangan analitik
e. Hot plate
f. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Susu segar
b. Susu segar 1 hari
c. Susu pasteurisasi
d. Susu pasteurisasi 1 hari
e. Susu UHT
5
3. Cara kerja
a. Analisis total zat padat
b. Uji alkohol
6
Cawan kosong dioven pada suhu 130°C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 10 menit
Cawan tersebut ditimbang beratnya (A gr)
5 ml susu sampel dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang beratnya (B gr)
Sampel diuapkan di atas kompor listrik, hingga kelihatan agak gosong dan tidak menimbulkan percikan buih
Setelah kering dimasukkan ke dalam oven 135°C selama 10 menit
Dinginkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang (C gr)
Dihitung total zat padat yang terkandung
Dimasukkan susu dan alcohol 5 ml ke dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1:1 kemudian dikocok
Amati campuran tersebut., bila ternyata terjadi penggumpalan maka uji dianggap positif artinya susu
sudah rusak proteinnya
c. Uji reduktase
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Total zat padat
Tabel 1.1. Hasil pengamatan total zat padat Sampel A (gr) B (gr) C (gr) % padatan Rata-rata
%padatanSusu segar 14,7004 19,5313 15,0673 7,59 7,7995
14,1258 19,0903 14,5234 8,009Susu segar 1 hari
15,2088 20,0036 15,3986 7,43 7,1614,8353 19,7571 15,1746 6,89
Susu pasteurisasi
12,2681 17,3833 13,1426 17,1 18,115,6295 20,5994 16,5789 19,1
Susu pasteurisasi 1 hari
14,2016 18,9133 15,1163 22,2 21,67813,5508 18,4470 14,5866 21,156
Susu UHT 13,2448 18,0971 13,9270 14,05 14,0613,3823 18,4319 14,0932 14,07
Sumber: Laporan sementara
Uji mutu air susu beraneka ragam, meliputi uji mutu fisik, kimia,
mikrobiologi dan mutu organoleptik. Uji total zat padat air susu
merupakan salah satu pengujian mutu air susu secara kimiawi. Pada
praktikum kali ini pengujian dilakukan pada berbagai jenis air susu yang
telah diberi perlakuan diantaranya susu segar, susu segar simpan 1 hari,
susu pasteurisasi, susu pasteurisasi disimpan 1 hari dan susu UHT.
7
Tambahkan 5 ml methylen blue ke dalam 5 ml susu pada suhu 37°C
Dihitung waktu sampai mulai terbentuk warna putih kembali dari yang semula berwarna biru.
Perbandingannya adalah blanko susu segar
Waktu terbentuknya warna putih kembali diamati pada menit 30, 90 dan 150
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa
faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi
perah adalah sebagai berikut:
Lemak 3,9%
Protein 3,4%
Laktosa 4,8%
Abu 0,72%
Air 87,10% (Buckle et al., 1985).
Jika diurutkan dari prosentase zat padat terbesar maka yang
pertama adalah susu pasteurisasi di simpan 1 hari, susu pasteurisasi, susu
UHT, susu segar dan susu di simpan 1 hari.
Buckle et al. (1985), kerapatan susu bervariasi, antara 1,0260 dan
1,0320 pada 20 °C, keragaman ini disebabkan karena perbedaan
kandungan lemak dan zat-zat padat bukan lemak. Kerapatan susu
berangsur-angsur meningkat dari saat pemerahan dan mencapai
maksimum pada 12 jam sesudah pemerahan.
2. Uji alkohol
Tabel 1.2. Hasil pengamatan uji alkoholSampel Penggumpalan Endapan Susu segar ++ Ada
++ Ada Susu segar 1 hari ++++ Ada
++ Ada Susu pasteurisasi ++ Ada
+ Ada Susu pasteurisasi 1 hari +++ Ada
+++ Ada Susu UHT + Ada
+ Ada Sumber: laporan sementaraKeterangan:+ = kurang menggumpal++ = agak menggumpal+++ = menggumpal++++ = paling menggumpal
Pengujian mutu air susu secara fisik salah satunya adalah dengan
uji alkohol. Uji alkohol dimaksudkan untuk mengetahui daya pemecahan
8
protein yang ada dalam susu. Uji alkohol bernilai positif dikarenakan
keasaman air susu meningkat dan tampak rusak.
Menurut Buckle et al. (1985), homogenisasi susu menyebabkan
sebagian dari partikel-partikel casein menyatu dengan butiran lemak.
Partikel-partikel casein dalam susu dapat dipisahkan dengan sentrifuge
kecepatan tinggi atau penambahan asam. Pengasaman susu oleh kegiatan
bakteri juga menyebabkan mengendapnya casein. Bila terdapat cukup
asam yang dapat mengubah pH susu menjadi kira-kira 5,2-5,3 akan terjadi
pengendapan disertai dengan melarutnya garam-garam kalsium dan fosfor
yag semula terikat pada protein secara berangsur-angsur. Buckle et al.
(1985) juga menyebutkan bahwa jika partikel casein berada pada titik
isoelektris pada pH 4,6 pada pH tersebut afinitas partikel terhadap air
menurun dan oleh karenanya akan terjadi pengendapan.
Data uji alkohol pada masing-masing perlakuan tertera pada
Tabel l.2. Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya susu
untuk dikonsumsi. Hasil uji alkohol terhadap susu pada masing-masing
perlakuan menunjukkan hasil yang positif. Pada semua perlakuan susu
segar (++) agak menggumpal, susu segar penyimpanan 1 hari (++++)
paling menggumpal, susu pasteurisasi (++) agak menggumpal, susu
pasteurisasi penyimpanan 1 hari (+++) menggumpal, susu UHT (+) kurang
menggumpal. Keadaan ini menunjukkan bahwa susu telah mengalami
penurunan pH akibat terjadinya perkembangan jumlah bakteri sehingga
menyebabkan susu mulai asam yang akhirnya menjadi rusak.
Kerusakan terbesar pada susu segar 1 hari. Hal ini dikarenakan
sampel susu segar simpan 1 hari tingkat kerusakannya lebih tinggi
dibanding yang lain, disebabkan karena pengaruh suhu maupun tingkat
kerusakan mikrobiologisnya juga tinggi mengingat dalam
penyimpanannya tidak dilakukan treatment tertentu.
Urutan kerusakan berdasarkan uji alkohol dari yang paling kecil
ke kerusakan paling besar yaitu susu UHT, susu pasteurisasi, susu segar,
susu segar penyimpanan 1 hari, dan susu pasteurisasi penyimpanan 1 hari.
9
3. Uji reduktase
Tabel 1.3. Hasil pengamatan uji reduktaseSampel Indikator warna biru pada menit ke-
0’ 30’ 60’ 90’ 120’Susu segar +++ +++ +++ +++ +++
+++ +++ +++ +++ +++Susu segar 1 hari
++++ ++++ +++ +++ +++++ +++ +++ ++ +
Susu pasteurisasi
+++ +++ +++ +++ +++++ ++ ++ ++ ++
Susu pasteurisasi 1 hari
+++ + + + +++ + + + +
Susu UHT ++ ++ ++ ++ ++++ ++ ++ ++ ++
Sumber: Laporan sementaraKeterangan:++++ = sangat pekat+++ = pekat++ = agak pekat+ = tidak pekat (putih)
Mutu mikrobiologis air susu ditentukan oleh jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terkandung dalam susu. Untuk melihat banyak
sedikitnya mikrobia yang terkandung dalam susu maka dilakukan uji
reduktase. Dengan pereaksi methylene blue. Methylene blue menyebabkan
warna susu menjadi biru dan berangsur menjadi putih kembali. Lamanya
waktu perubahan warna dari biru menjadi putih ini sebagai dasar
penentuan perkiraan jumlah bakteri.
Adanya daya reduksi susu disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim
tertentu dalam susu dan juga aktivitas bakteri. Dari banyak penelitian,
ternyata ada hubungan antara jumlah bakteri dengan besarnya daya reduksi
dalam susu. Oleh karena itu uji daya reduksi digunakan sebagai salah satu
prosedur untuk mengetahui mutu susu segar. Dasar pengujiannya segera
setelah susu diolah dipemerahan akan terkena udara yang akan
menyebabkan terjadinya perbedaan kekuatan oksidasi reduksi sebesar 300
milivolt. Bakteri dalam susu untuk pertumbuhan memerlukan oksigen
10
menghasilkan substansi pereduksi yang memungkinkan penurunan
perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi
negatif. Kecepatan penurunannya tergantung dari jumlah dan macam
bakteri serta dipengaruhi oleh metabolisme dalam sel bakteri. Selain itu
beberapa enzim juga dapat menurunkan perbedaan kekuatan oksidasi
reduksi. Pengujian dengan methylene blue, jika biru metil teroksidasi akan
berwarna biru akan tetapi jika tereduksi akan tidak berwarna/putih karena
senyawa pereduksi yang dihasilkan bakteri. Makin lama hilangnya warna
biru pada susu makin baik keadaan susu yang diuji (Hadiwiyoto, 1994).
Perlakuan lama simpan berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas
susu. Ada interaksi antara lama pasteurisasi dengan lama simpan terhadap
kualitas air susu. Semakin lama disimpan semakin cepat proses perubahan
dari warna biru menjadi warna putih. Hal ini diduga karena semakin lama
susu disimpan jumlah bakteri dalam susu akan semakin banyak sehingga
kemampuan mereduksi methelin blu semakin cepat.
Menurut Partic (2010) organisme yang tumbuh dalam susu akan
menghasilkan oksigen yang ada. Karena oksigen habis, terjadi reaksi
oksidasi-reduksi untuk kelangsungan hidup mikroba. Sitrat yang
merupakan metabolit mikroba berfungsi sebagai donor hidrogen,
methylene blue sebagai aseptor hidrogen, dan enzim reduktase yang
diproduksi mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus
dapat menyediakan energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu,
dengan enzim reduktase mikroba menurunkan potensial oksidasi-reduksi,
dengan mereduksi methyelene blue. Karena tereduksi maka methyelene
blue berubah warnanya dari biru menjadi putih metilen/methylene white.
Dari hasil praktikum pada sampel susu segar dengan susu segar 1
hari yang menunjukan perubahan warna dari biru menjadi putih pada
methylene blue lebih cepat adalah susu segar 1 hari. Hal ini
mengindikasikan bahwa jumlah bakteri pada susu segar 1 hari lebih
banyak. Hal ini karena penanganan terhadap susu dapat menekan
berkembangnya bakteri atau mikroba sehingga susu dapat disimpan lebih
11
lama. Syarat minimal angka reduktase yang ditentukan oleh Milk Codex
adalah satu. Berdasarkan ketentuan ini tanpa penanganan, susu tidak dapat
disimpan lebih dari 12 jam. Dengan dimasak atau dikukus susu dapat
disimpan sampai 24 jam.
Pada sampel susu pasteurisasi dengan susu pasteurisasi 1 hari yang
menunjukan perubahan warna dari biru menjadi putih lebih cepat adalah
susu pasteurisasi 1 hari. Perlakuan yang diberikan pada susu pasteurisasi
dalam Encyclopedia Britannica adalah pemanasan dengan suhu 63°C
selama 30 menit atau 72°C selama 15 detik. Suhu dan waktu yang
digunakan dalam pasteurisasi untuk membunuh Mycobacterium
tuberculosis dan mikroba non spora yang tahan panas penyebab penyakit
yang terdapat pada susu. Perlakuan (treatment) tersebut juga membunuh
beberapa mikroorganisme yang menyebabkan spoilage dan untuk
memperpanjang masa penyimpanan susu. Tetapi setelah pasteurisasi 1 hari
susu memiliki daya tahan terhadap bakteri lebih rendah sehingga
meningkatkan jumlah kontaminasi oleh bakteri, yang ditunjukan dengan
perubahan warna biru menjadi putih yang lebih cepat.
Sedangkan untuk susu UHT tidak terjadi perubahan warna dari
biru menjadi putih. Susu UHT adalah susu segar atau susu rekonstitusi
atau susu rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari 135°C
selama 2 detik dan dikemas segera dalam kemasan yang steril dan secara
aseptis. Yang mana pada susu UHT bakteri mati dengan adanya perlakuan
suhu yang tinggi sehingga dapat dikatakan jumlah bakteri sedikit atau
tidak ada. Urutan perbandingan sampel susu dari yang terbaik yaitu susu
UHT, susu pasteurisasi, susu segar, susu segar 1 hari dan susu pasteurisasi
1 hari. Semakin lama hilang warna biru menjadi putih, maka dapat
dinyatakan kalau susu itu baik.
12
E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara uji mutu air susu
adalah:
1. Jika diurutkan dari prosentase zat padat terbesar maka yang pertama
adalah susu pasteurisasi di simpan 1 hari, susu pasteurisasi, susu UHT,
susu segar dan susu di simpan 1 hari.
2. Pasteurisasi dapat mengakibatkan sebagian protein susu terdenaturasi
sehingga terbentu partikel-partikel kecil yang dapat meningkatkan total zat
padat.
3. Urutan kerusakan berdasarkan uji alkohol dari yang paling kecil ke
kerusakan paling besar yaitu susu UHT, susu pasteurisasi, susu segar, susu
segar penyimpanan 1 hari, dan susu pasteurisasi penyimpanan 1 hari.
4. Berdasarkan uji alkohol sampel susu segar simpan satu hari adalah sampel
yang paling tinggi mengalami kerusakan karena tidak dilakukan treatmen
apapun terhadap susu untuk mencegah terjadinya kerusakan, hal ini
ditujukkan dengan terbentuknya gumpalan, kemudian sampel susu segar
pasteurisasi simpan 1 hari dan sampel susu lainnya masih menunjukkan
kualitas yang baik.
5. Urutan perbandingan sampel susu dari yang terbaik yaitu susu UHT, susu
pasteurisasi, susu segar, susu segar 1 hari dan susu pasteurisasi 1 hari.
6. Semakin lama hilang warna biru menjadi putih, maka dapat dinyatakan
kalau susu itu baik.
7. Berdasarkan hasil uji reduktase perkiraan jumlah bakteri terbanyak
terdapat pada sampel susu segar simpan 1 hari.
8. Semakin banyak jumlah bakteri dalam susu maka semakin cepat
perubahan warna yang terjadi dari biru menjadi putih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Albiner, Siagian. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber Pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera Utara.
Ashry Mokhtar. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.
B, Sc. 2011. Processing And Quality Analysis Of Milk. www. multihelpline.com.
Buckle, et al. 1985. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.
Connor, C.B. 1995. Rural Dairy Technology. International Livestock Research Institute. Addis Ababa. Ethiopia.
Earle. R. L. 1969. Satuan Operasi Dalam pengolahan Pangan. Sastra Hudaya. Jakarta.
Elok Zubaidah dkk. 2000. Studi Keamanan Susu Pasteurisasi Yang Beredar Kotamadya Malang (Kajian Dari Mutu Mikrobiologi dan Nilai Gizi). Jurnal Teknologi Pertanian Vol 3. No 1: 29-34.
Eniza Saleh. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produk Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Gaman, P.M, K.B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Gajah mada university press. Yogyakarta.
Habibah. 2011. Pengaruh Lama Pasteurisasi dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi Perah Friesian Holstein. Bioscientiae Vol 8. No 1. Hal 1-8.
Hughes C G, I K Gray. 2011. Chemical Analysis In The New Zealand Dairy Industry. Food Science Section. New Zeeland.
Sjahmien M. 1985. Ilmu Gizi. UI Press. Jakarta.
Uum Umiyasih, Didi Budi Wijono. 1990. Pengaruh Sterilisasi Sederhana Terhadap Kualitas Dan Daya Tahan Susu. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati Vol. 1. No 1.
14
% Total zat padat = x 100%
= x 100%
= x 100%
= 14,05 %
15