Acara 2. Kadar Air

15
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan.. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing – masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman padi – padian dan biji – bijian dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Kadar air 30% merupakan kadar air tertinggi untuk pemanenan. Agar benih dapat disimpan dengan waktu yang relatif lama, maka benih harus dikeringkan terlebih dahulu pada kadar air yang tertentu pula. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat

Transcript of Acara 2. Kadar Air

Page 1: Acara 2. Kadar Air

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui

baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui

bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan.

Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih

selama dalam penyimpanan..

Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang

tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar

air biji tertentu pada masing – masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman

padi – padian dan biji – bijian dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Kadar air

30% merupakan kadar air tertinggi untuk pemanenan. Agar benih dapat disimpan

dengan waktu yang relatif lama, maka benih harus dikeringkan terlebih dahulu

pada kadar air yang tertentu pula. Kadar air benih merupakan salah satu

komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini

merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih

Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur

berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air benih diberikan

berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan persentase dari berat

benih sebelum airnya dihilangkan. Selama perkembangan, pemasakan dan

pematangan, kadar air benih menurun perlahan – lahan hingga benih yang dipanen

akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada lagi penurunan kelembaban,

karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan kelembaban nisbi

lingkungan sekitarnya. 

B. Tujuan

Menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat ukur

Page 2: Acara 2. Kadar Air

II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang

kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental yang terdapat

demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar

air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan

temperature (suhu udara).

Kuswanto (1997), Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air

lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi

yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah

sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena

berkaitan dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada persentase viabilitas benih. Untuk mengatasi masalah perubahan kadar air

benih tersebut, setelah benih diproses dengan kadar air tertentu maka benih

tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang dapat mempertahankan

kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus disimpan di

ruangan dengan persentase RH tertentu, agar kadar airnya tetap stabil.

Komposisi kimia benih mempengaruhi kadar air keseimbangan benih

dengan lingkungannya. Hal ini tidak lain karena benih bersifat higroskopis.

Karena itu benih akan menyerap kelembaban dari atau melepaskan kelembaban

yang dimilikinya kepada atmosfer di sekelilingnya sampai terjadi suatu

keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif dari atmosfer

lingkungan. Jumlah kelembaban dalam benih pada saat keseimbangan itu

berkaitan langsung dengan komposisi kimia benih. Kadar air keseimbangan benih

berpati tinggi, jagung lebih tinggi daripada yang dicapai oleh benih berminyak

tinggi, kedelai. (Mugnisjah, 1990)

Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk

dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar

airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya

hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar

benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam penyimpanan

Page 3: Acara 2. Kadar Air

menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya

bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan

cendawan pathogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi apabila kadar air yang

terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Sutopo, 1988).

Cara pengujian kadar air secara garis besarnya dapat digolongkan atas

metode dasar dan metode praktek. Pada metode dasar antara lain termasuk metode

tungku (oven method), metode destilasi toluene, metode Karl Fisher dan lain-lain.

Pada metode praktek adalah moisture tester dan dengan desiccant (zat pengedap

air). Kadar air biji dapat ditentukan dengan memakai metode (Kamil, 1982):

Metode Praktik

Bermacam-macam alat pengukur kadar air biji otomatis (seed moisture

tester) atau setengah otomatis, seperti Universal Moisture Tester, Burrow

Moisture recorder, Burrows Model 700, Digital Moisture Computer, dan lain-lain.

Metode tungku (oven method).

Dengan cara ini, contoh biji (biji basah) baru dipanen dikeringkan di dalam

tungku (oven) listrik pada suhu 105o – 110o C selama 24 jam terus menerus.

Sesudah biji tadi didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang lagi

(didapat berat kering).

Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan

berbagai cendawan dapat tumbuh (Qamara dan Asep 1990).

Page 4: Acara 2. Kadar Air

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan

Bahan yang diperlukan berupa benih kedelai. Alat yang dibutuhkan berupa

oven, moisture tester, timbangan dan kertas buram.

B. Prosedur Kerja

1. Dengan moisture tester

a) Masukkan benih kedalam moisture tester

b) Tekan tombol ‘’ oryza’’

c) Dilihat hasil kadar airnya

2. Dengan Pengovenan

a) Disiapkan kedelai dan dibuat amplop dari kertas HVS

b) Ditimbang kedelai sehingga diperoleh bobot awal

c) Kedelai dioven dengan dimasukkan ke dalam amplop sampai kadar air

optimum

d) Kedelai ditimbang sehingga memperoleh berat akhir

e) Dihitung persentase kadar air kedelai dengan rumus

Bobot awal - bobot akhir x 100 %

Bobot akhir

Page 5: Acara 2. Kadar Air

IV. HASIL PENGAMATAN

Metode dasar

Berat awal benih = 20 gram

Berat akhir setelah pengovenan = 4,52 gram

waktu pengovenan = 2 x 24 jam

KA = Berat awal – Berat akhir

= 20 gram – 4,52 gram

= 15,48 gram

% KA = KA

Berat Awal× 100 %

= 15,48/100×100 %

= 77,4 %

Uji menggunakan moisture tester = 12,5

Metode praktik

Metode kerja

1. Alat disiapkan dan diperiksa seperti moisture tester dan contoh yang

akan diuji.

2. Setelah siap beberapa biji diambil dengan pinset kemudian dimasukkan

kedalam lubang-lubang pengujian pada alat tersebut.

3. Sekrup penghancur benih diputar hingga benih hancur merata.

4. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tonbol

pilihan biji yang diuji dan hasil pengujian dibaca pada display alat

tersebut.

Page 6: Acara 2. Kadar Air

V. PEMBAHASAN

Benih merupakan organisme hidup bersifat equilibrium/seimbang dengan

keadaan lingkungannya, sehingga benih sangat mudah menyerap uap air sampai

akhirnya kandungan air benih seimbang dengan sekitarnya. Dengan kelembaban

yang tinggi sangat mendukung akan terjadinya perkecambahan benih lebih cepat

hingga benih tumbuh sebelum ditanam. Di samping itu kelembaban tinggi pada

lingkungan sekitar benih merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan

organisme, patogen yang mudah merusak benih (Kamil, 1982).

Kadar air biji penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena

pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-

masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman padi-padian (cerealia) dan biji-

bijian (grain legumes) dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Umumnya kadar

air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk panen. Pemanenan dengan kadar air

biji diatas 30% tidak baik karena sukar untuk pengiriman (threshing). Di samping

itu biji akan menjadi rapuh apabila dikeringkan sampai di bawah kadar air 20%.

Pada kisaran kadar air ini biji telah mengalami tingkat kematangan mencapai

masak secara fisiologis, dimana embrio dalam biji telah terbentuk dengan

sempurna, sehingga biji akan memiliki viabilitas tinggi (Kamil 1982).

Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena

benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan

keadaan sekitarnya. Apabila benih akan disimpan jangka waktu lama tanpa

menurunkan viabilitas, maka kandungan air benih harus diturunkan hingga

mencapai batas optimal, yaitu berkisar antara 6% - 12%, hal ini tergantung pada

masing – masing jenis benih. Apabila benih disimpan dengan kadar air yang

relatif tinggi, benih akan cepat mengalami penurunan viabilitas. Hal ini

disebabkan kadar air yang tinggi, akan mempengaruhi peningkatan kegiatan

enzim yang akan mempercepat terjadinya respirasi yang dapat mengakibatkan

benih akan kehabisan bahan cadangan makanan. Dari respirasi benih akan

menghasilkan panas dan air yang akhirnya dapat mempengaruhi kelembaban di

sekitar benih menjadi tinggi (ISTA, 1999).

Page 7: Acara 2. Kadar Air

Kadar air benih perlu diperhatikan karena kadar air benih sangat berkaitan

erat dan menentukan terhadap kualitas benih, daya simpan benih, daya kecambah

benih serta terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu fungsi untuk

mengetahui jumlah kadar air benih yaitu untuk menetapkan waktu panen, karena

kegiatan pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada

masing-masing spesies atau varietas. 

Menurut Kartasapoetra (1989), adanya kadar air dalam benih ialah karena

adanya dua tipe yang mengikatnya, yaitu :

a. Air yang terikat secara kimiawi

Dimana air dalam hali ini merupakan bagian dari komposisi kimia

benih. Dapat dikatakan jarng dilakukan atau sama sekali tidak dilakukan

baik untuk mengurangi atau menghilangkannya,

b. Air yang terikat secara fisik

Dimana air itu memang diserap, yang selanjutnya air itu diikat

pada permukaan material aoleh kekuatan fisik yang kuat, karena adanya

daya tarik menarik antar molekul material dan air. Diikat dalam ruangan

yang terdapat sekeliling bagian dalam dari masing-masing.

Praktikum kali ini, pengujian kadar air benih dilakukan pada benih padi

dan benih kedelai. Penentuan kadar air benih dilakukan dengan dua metode yaitu

metode moisture tester diperoleh nilai rata-rata kadar air benih pada benih kedelai

adalah 12,5. Dengan metode dasar nilai kadar air benih dari hasil perhitungan

pada benih padi 77,4 %.

Pada prinsipnya metode yang digunakan ada dua macam yaitu (Sutopo, 1988):

1. Metode praktis

Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas

sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung

dari kadar air dan temperatur benih. Dalam metode ini hasil pengujian

kadar air benih dapat langsung diketahui. Namun hasil pengujiannya

kurang teliti sehingga perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Yang termasuk

metode ini adalah metode Calcium carbide, metode Electric moisture

tester.

Page 8: Acara 2. Kadar Air

2. Metode dasar

Kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang

diakibatkan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada

kondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula.

Keuntungan dari metode dasar adalah Metode dasar telah

mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama

pengeringan. Namun, metode dasar juga terdapat kerugiannya yaitu

senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan

menyebabkan hasil pengukuran over estimation.

Elektrik moisture tester, dengan alat ini ditentukan kadar air benih

berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang keduanya

tergantung dari kadar air dan temperatur benih. Penentuan kadar air benih dengan

menggunakan alat ini dapat berlangsung dengan cepat yaitu dengan cara membaca

nilai kadar air pada skala kadar air.

Page 9: Acara 2. Kadar Air

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kadar air benih dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode dasar

dan metode praktis.

2. Metode dasar yaitu dengan menggunakan alat oven atau metode oven.

sedangkan metode praktis yaitu dengan menggunakan metode elektric

moisture tester.

3. Penentuan kadar air benih dilakukan dengan dua metode yaitu metode

moisture tester diperoleh nilai rata-rata kadar air pada benih kedelai

diperoleh nilai rata-ratanya adalah 12,5. Dengan metode dasar nilai kadar

air benih dari hasil perhitungan pada benih padi 77,4 %.

B. Saran

Benih yang dipraktikumkan seharusnya beragam tidak hanya kedelai dan

padi agar setelah melaksanakan praktikum ini praktikan dapat mengelola

benih dengan sesuai kemampuan benih.

Page 10: Acara 2. Kadar Air

DAFTAR PUSTAKA

ISTA. 1999. International Rules for Seed Testing: Rules 1999. Seed Science and Technology; Suplement. Zurich. Switzerland.

Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang : Penerbit Angkasa Raya.

Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa, Bandung.

Kartasapoetra, A. G. 1989. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Jakarta : Grasindo.

Qamara, M dan Asep, S. 1990. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.