Abstrak Seminar Nasional 20-21 September 2013

57

description

seminar nasional akbar

Transcript of Abstrak Seminar Nasional 20-21 September 2013

  • KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

    Tema Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal

    Dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional

    Palembang, 20-21 September 2013

    Diselenggarakan oleh: Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal

    (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

    dalam Memperingati Hari Pangan Se-Dunia dan Hari Ulang Tahun Emas Fakultas Pertanian

    Universitas Sriwijaya

  • 1 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    JADWAL PELAKSANAAN SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL PALEMBANG, 20-21 SEPTEMBER 2013

    WAKTU KEGIATAN KETERANGAN Jumat, 20 September 2013 07.00 08.00 Pendaftaran Ulang dan Rehat Kopi Panitia

    08.00 09.00 Pembukaan dan Sambutan: 1. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Panitia 2. Laporan Ketua Pelaksana Prof.Dr.Ir. Siti Herlinda, MSi 3. Sambutan Rektor dan sekaligus Membuka Acara Prof. Dr. Badia Perizade, MBA 4. Doa Panitia

    09.00-10.30 Keynote Speech: Kebijakan Kementerian Pertanian tentang Program Optimalisasi Lahan Suboptimal Dr. Ir. Haryono, M.Sc. (Kaban Litbang Kementerian Pertanian) Kebijakan dalam Pengembangan Inovasi Teknologi untuk Lahan Suboptimal yang Berkelanjutan Prof. Dr. Benyamin Lakitan, M.Sc. (Pejabat Kemenristek) Potensi dan Strategi Pemanfaatan Lahan Suboptimal Basah untuk Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Prof. Dr. Robiyanto H. Susanto (Pakar Rawa Univesitas Sriwijaya) Moderator : Prof. Dr. Ir. Nuni Gofar, M.S

    10.30-12.00 Keynote Speech: Potensi dan Strategi Pemanfaatan Lahan Kering dan Kering Masam untuk Pertanian dan Peternakan Prof. Dr. Naik Sinukaban (Pakar Lahan Kering IPB) Strategy dan Usaha Pemuliaaan Varietas Lokal Unggul di Lahan Suboptimal dan Perbaikan Mutu Produk Pertanian Berbasis Agrososioekonomi Dr. Ir. Sobir, M.S. (Pakar Hortikultura IPB) Success Story of Lowland Development and Management in Malaysia

    Prof. Ir. Dr. Mohd Amin Mohd Soom (Universiti Putra Malaysia) Moderator : Prof. Dr. Ir. Andy Mulyana, M.Sc 12.00-13.45 ISHOMA dan Presentasi Poster Panitia dan Pemakah Poster 13.45-21.30 Makalah Penunjang Pemakalah Oral

    Sabtu, 21 September 2013 08.00-15.00 Kunjungan lapangan ke sentra produksi padi rawa di Telang Banyuasin/Pemulutan Ogan Ilir Panitia 15.00-15.30 Penutupan Rektor Unsri 15.30-16.00 Pembagian door prize dan pengumuman pemakalah terbaik Panitia

  • 2 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    JADWAL PRESENTASI MAKALAH PENUNJANG SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

    PALEMBANG, 20-21 SEPTEMBER 2013

    1. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang surut 1 (13:45-15:30) 1.1. Kurniawan

    Subatra Residual Effect of Ameliorant and N, P-fertilizer on Availability of Nitrogen, Rice Growth, and Yield at The Second of Season Cropping on Peat Soil

    1.2. Zaid Subrata Pengaruh Dosis Pupuk N dan dan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Ratoon di Lahan Pasang Surut 1.3. Neni Marlina Pemanfaatan Beberapa jenis pupuk hayati pada beberapa varietas padi (Oryza sativa L.) di Lahan Pasang Surut 1.4. Imelda

    Marpaung Evaluasi Kerapatan Tanam dan Metode Pengendalian Gulma pada Budidaya Padi Tanam Benih Langsung di Lahan Sawah Pasang Surut

    1.5. Dwi Probowati Sulistyani

    Evaluasi Kesesuaian Sifat Fisik Tanah Pada Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut Desa Telang Karya Delta Telang I (P8-12S), Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin 1.6. Dewi Indriyani

    Roslim Sekuen Gen Ferritin Parsial pada Beberapa Varietas Padi dari Provinsi Riau Terkait Homeostasis Ion Fe Pada Lahan Rawa Pasang Surut

    1.7. M. Umar Harun Hubungan Antara Produksi Padi dengan Umur Kelapa Sawit Sistem Monokultur di Lahan Sawah Pasang Surut 1.8. Arifin Fahmi Teknologi Budidaya Padi yang Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Dampak Negatif dari Reklamasi Lahan Sulfat Masam 1.9. Wenny

    Ramadhani Pengendalian Penggerek Batang Padi Putih dengan Pemberian Abu Sekam di Lahan Pasang Surut

    2. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang lebak (13:45-15:30) 2.1. Endrizal Karakteristik, Kendala dan Produktivitas Padi Unggul dan Padi Lokal di Lahan Rawa Lebak Provinsi Jambi 2.2. Sri Rahayu Produktivitas Tanaman Padi Rawa Lebak pada Kondisi Terendam 2.3. Irma Calista

    Siagian Potensi Tanah Rawa Lebak Untuk Pengembangan Tanaman Padi di Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko

    2.4. Suparwoto Peningkatan Produksi di Rawa Lebak Melalui Perbaikan Varietas dan Sistem Tanam Jajar Legowo 2.5. Mery Hasmeda Studi Morfologi dan Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit Beberapa Varietas Padi Lebak 2.6. Gribaldi Pengaturan Aplikasi Pupuk Nitrogen untuk Meningkatkan Toleransi dan Pemulihan Tanaman Padi Terhadap Cekaman Terendam 2.7. Nuni Gofar Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inseptisol Lebak yang Diinokulasi Dengan Beberapa Isolat Bakteri Penambat Nitrogen dan Pelarut Fosfat 2.8. Zainal Ridho

    Djafar Pengembangan Teknologi Budidaya untuk Meningkatkan Produksi Padi di Lahan Lebak

    2.9. NP. Sri Ratmini Upaya Peningkatan Produktivitas Padi melalui Pendekatan PTT menuju Swasembada Padi di Sumatera Selatan

  • 3 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    3. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal (13:45-15:30) 3.1. Taufiq Bachtiar Pengaruh Formula Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung pada Tanah Sub Optimal Asal Jonggol 3.2. Yopie

    Moelyohadi Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Genotipe Jagung Hasil Seleksi Efisiensi Hara pada Lahan Kering Marginal

    3.3. Maria Fitriana Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Komponen Pertumbuhan Tanaman Jagung 3.4. Haris

    Kriswantoro Kajian Sistem Tumpangsari Jagung Manis dan Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas

    3.5. Nyayu Siti Khodijah

    Penggunaan Berbagai Jenis Amelioran untuk Pertumbuhan Jagung Komposit di Lahan Bekas Penambangan Timah 3.6. Aurelia Tatipata Remediasi Lahan Berpasir di Desa Waisamu yang Ditanami dengan Jagung Lokal melalui Aplikasi Pupuk Organik Ela Sagu 3.7. Nana Sutrisna Uji Adaptasi Bberapa Varietas Sorgum Pada Lahan Kering di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat 3.8. Dewi Meidalima Kerusakan Pucuk Tebu oleh Scirpophaga nivella (F.) di Pertanaman Tebu Lahan Kering, PTPN VII Cinta Manis 3.9. Fitri Handayani Dukungan Teknologi untuk Pengembangan Kedelai pada Lahan Kering Masam di Kalimantan Timur

    4.Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 1 (13:45-15:30) 4.1. Munandar Penerapan Model Sistem Pertanian Terpadu Bio-Cyclo Farming (BCF) Guna Meningkatkan Kesuburan Tanah, Pendapan Usaha Tani, Keberlanjutan Pertanian di Lahan Marginal Pasang Surut 4.2. Yanter Hutapea Spectrum Diseminasi Multi Channel Mendukung Pengembangan Indeks Pertanaman Padi 200 di Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan 4.3. Tumarlan

    Thamrin Implementasi Padi Inpari 13 Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Respon dan Persepsi Petani

    4.4. Julistia Bobihoe Kajian Teknologi Mina Padi Di Rawa Lebak di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi 4.5. Nur Imdah

    Minsyah Perbandingan Manfaat Usahatani Padi dan Kedelai di Lahan Pasang Surut Provinsi Jambi

    4.6. Viktor Siagian Sistem Usaha Tani dan Analisis Pendapatan Petani di Daerah Rawa Lebak di Sumatera Selatan 4.7. Railia Karneta Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai Merah Keriting pada Lahan Sub Optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya Palembang 4.8. Yazid Ismi Intara Konsep Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan Strip Olah Tanah Terbatas dengan Pemberian Air Dalam Strip 4.9. Muh Bambang

    Prayitno Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Biomassa dan Cadangan Karbon di Lahan Gambut

  • 4 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    5. Sesi Peternakan dan Perikanan (16:15-17:45) 5.1. Armina Fariani Kecernaan Pelepah Sawit Fermentasi dalam Complete Feed Block (CFB) untuk Sapi Potong 5.2. Aulia Evi Susanti Pengembangan Ternak Itik Pegagan di Lahan Rawa Lebak Sumatera Selatan Dalam Mendukung Kemandirian Pangan Pedesaan 5.3. Harmini Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegradasi Sebagai Kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) : Studi Kasus di Desa Gandang Barat Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau 5.4. Sri Haryani

    Sitindaon Inventarisasi Potensi Bahan Pakan Ternak Ruminansia di Provinsi Riau

    5.5. Eka Saputra Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Padat Tebar Berbeda selama Pemeliharaan di Saluran Air dan Kolam Tadah Hujan Lahan Pasang Surut Telang 2 Banyuasin

    5.6. Fauziyah Perbedaan Waktu Hauling Bagan Tancap Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Sungsang, Sumatera Selatan 5.7. A. Karim Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus Channa striata dengan Perbedaan Jenis Pakan 5.8. Gatot Muslim Kecernaan Jerami Padi Yang Disuplementasi Zn Lysinate dengan Teknik In Vitro 5.9. Pita Puspitahati Prediksi Debit Limpasan Air Sungai dan Kapasitas Saluran Air pada Sub Das Karang Mumus

    6. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa (16:15-17:45) 6.1. Syahri Respon Pertumbuhan Tanaman Padi Terhadap Beberapa Rekomendasi Pemupukan Hasil Litbang Pertanian 6.2. Rr. Ernawati Inventarisasi Penyebaran Varietas Unggul Padi Sawah di Lampung 6.3. S. Asikin Inovasi Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Ramah Lingkungan di Lahan Rawa 6.4. Reka Mayasari Analisa Pola Tanam Padi Sawah Varietas Aek Sibundong di Kabupaten Bangka Tengah 6.5. Yunizar Kajian Teknologi Hemat Air Pada Padi Gogo Mengantisipasi Perubahan Iklim di Propinsi Riau 6.6. Agus Wariyanto Prospek Pendayagunaan Lahan Suboptimal Bawah Tegakan Dengan Mengembangkan Model Bioregion Agribisnis Tanaman Sirih: Pengalaman Empiris di Provinsi Jawa Tengah 6.7. Siti Herlinda Mortalitas Larva Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) yang Diaplikasikan Bioinsektisida Jamur dari Tanah Rawa 6.8. Armi Junita Populasi Arthropoda Serangga Predator Hama Padi di Sumatera Selatan 6.9. Rosdah Thalib Bioaktivitas Formulasi Padat Beauveria bassiana (Balsamo) Vuill dari Tanah Rawa terhadap Nimfa Aphis gossypii (Glover) (Homoptera: Aphididae)

  • 5 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    7. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal 2 (16:15-17:45) 7.1. Junita Barus Potensi Pengembangan dan Budidaya Kedelai pada Lahan Suboptimal di Lampung 7.2. Jumakir Produktivitas Kedelai Varietas Anjasmoro Melalui Pendekatan PTT Pada Lahan Sub Optimal di Provinsi Jambi 7.3. Suwandi Pemulihan penyakit mati ujung kopi menggunakan pupuk hayati majemuk dari ekstrak kompos kulit udang 7.4. Nusyirwan Tanaman Sela Diantara Karet untuk Menunjang Ketersediaan Pangan 7.5. Holidi Pertumbuhan Bibit Karet Okulasi Berbagai Umur pada Media Tergenang 7.6. Sarman S. Kajian Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan BiBit Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) Stum Mata Tidur di Polibag 7.7. L. Ninik

    Sulistyaningsih Respon Pertumbuhan Dua Varietas Ganyong (Canna edulis Ker) Terhadap Kerapatan Naungan

    7.8. Agus Suprihatin Pengaruh Berbagai Aplikasi Pemupukan pada Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium oscolonicum) Dataran Rendah di Lahan Kering Omiba Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan 7.9. Budiyati Ichwan Pengendalian Pecah Kulit Buah Duku (Lansium domesticum Corr.) dengan Kalsium Karbonat pada Lahan Suboptimal

    8. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 2 (16:15-17:45) 8.1. M. Edi Armanto Kondisi dan Kualitas Air Sungai di Lahan Pasang Surut untuk Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) 8.2. Fila Sunariah Serangga sebagai Bioindikator Kesehatan Air dan Tanah Rawa 8.3. Satyanto Pencucian Bahan Beracun bagi Tanaman di Lahan Basah dengan Sistem Drainase Bawah Tanaman 8.4. Bakri Pengembangan Sistem Drainase Bawah Tanah Melalui Penggunaan Pipa Tanah Liat Untuk Pengendalian Muka Air Tanah di Daerah Rawa Pasang Surut 8.5. Momon Sidik

    Imanuddin Kajian Potensi Pemasukan dan Pembuangan Air dalam Upaya Perbaikan Jaringan Guna Mendukung Peningkatan Indek Pertanaman di Lahan Rawa Pasang Surut Delta Telang II Sumatera Selatan

    8.6. Agus Hermawan Perubahan Status Jerapan dan Ketersediaan P Abu Terbang Batubara Akibat Penambahan Kotoran Ayam 8.7. Yetty Hastiana

    Hasyim Analisis Interpretasi Spasial Dalam Memprediksi Laju Degradasi Ekosistem Mangrove TN. Sembilang dan Hubungannya dengan Produksi Perikanan Tangkap Kawasan Pantai Timur Sumsel

    8.8. Anny Mulyani Karakteristik dan Potensi Lahan Suboptimal untuk Pengembangan Pertanian di Indonesia 8.9. Fifian Permata

    Sari Analisis Kelayakan dan Determinasi Produksi Jagung pada Lahan Kering di Kecamatan Bunga Mayang OKUT

  • 6 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    9. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang surut 2 (18:15-21:30) 9.1. Dwi Guntoro Efikasi Herbisida Penoksulam Terhadap Gulma Umum Pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal 9.2. Khodijah Aplikasi Bioinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Terhadap Penggerek Batang Padi Daerah Pasang Surut Sumatera Selatan 9.3. Syahrial

    Abdullah Pengaruh Aplikasi Pupuk dan Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida Bima 3 di Lahan Gambut Dangkal Aia Tajun, Kabupaten Padang Pariman

    9.4. Johannes Amirullah

    Keragaan Produksi Varietas Jagung Hibrida di Lahan Pasang Surut Propinsi Sumatera Selatan 9.5. Iin Siti Aminah Pertumbuhan, Hasil dan Serapan Hara Tumpangan Kedelai Jagung pada Jarak Tanam dan Pemupukan Hayati Berbeda di Lahan Pasang Surut 9.6. Ruli Joko

    Purwanto Tanggap Pertumbuhan Jagung Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Pupuk Anorganik di Lahan Pasang Surut Tipe Luapan C

    9.7. Iqbal Effendi Uji adaptasi Pertumbuhan Vegetatif beberapa Varietas Tanaman Jagung pada berbagai Kondisi Ternaungi di Lahan Sawah Pasang Surut 9.8. Erni Hawayani Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Hayati dan Anorganik (N,P dan K) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung pada Tanah Asal Lahan Lebak 9.9. Ida Nur Istina Respon Berbagai Jenis Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sela Jagung di Lahan Hambut Hemis Riau 9.10. Ida Nursanti Perbaikan Kesuburan Tanah Sulfat Masam Potensial Melalui Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Zeolit Berbagai Dosis 9.11. Kusnandar Efektifitas Konsorsia Mikrob Untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan di Lahan Masam 9.12. Agung Prabowo Aplikasi Formulasi Pakan Seimbang untuk Mendukung Peternakan Itik Petelur Ramah Lingkungan

  • 7 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    10. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal 3 (18:15-21:30) 10.1. Elfiani Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau 10.2. Novisrayani

    Kesmayani Teknologi Pupuk Organik untuk Peningkatan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lahan Kering Masam

    10.3. Asni Johari Keanekaragaman Spesies Thrips (Thysanoptera: Thripidae) pada Pertanaman Cabai di Dataran Rendah dan di Lahan Lebak Wilayah Jambi 10.4. Effendy TA Populasi dan Serangan Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) yang Diaplikasikan Ekstrak Kompos, Pestisida Botani, dan Biopestisida 10.5. Yulia Pujiastuti Uji Toksisitas Bacillus thuringiensis asal Tanah terhadap Ulat Kubis

    Plutella xylostella dan Ulat Penggulung Daun Erionata thrax 10.6. R. Purnamayani Potensi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik pada Lahan Kering Marjinal di Provinsi Jambi 10.7. Emi Sari Ritonga Pengaruh Pemberian Pupuk TSP dan Abu Janjang Kelapa Sawit pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau 10.8. Ida Nursanti

    (Araz) Respons Bibit Kakao Terhadap Pemberian Pupuk Organik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Kapur pada Tanah Sulfat Masam

    10.9. Marlina Hubungan Kenampakan Tegak Batang dan Karakteristik Akar Kelapa Sawit di Lahan Gambut 10.10. Merynda

    Indriyani Syafutri

    Karakteristik Dodol Berbahan Baku Timun Suri Prpduksi Lahan Kering di Indralaya Utara 10.11. Satria Jaya

    Priatna Penilaian Kekritisan Lahan dan Erosi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub Hulu Komering Sumatera Selatan

    10.12. Zulkifli Mahrus Kajian Dinamika Populasi Gulma Akibat Berbagai Metode Pengendalian Gulma di Kebun Karet Tanaman Belum Menghasilkan

  • 8 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    11. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 3 (18:15-21:30) 11.1. Budi Raharjo Peluang Pengembangan Pengeringan Hibrid Sistem Konveksi Dan Gelombang Mikro untuk Meningkatkan Mutu Beras Giling di Lahan Pasang Surut 11.2. Yeni Eliza Penerapan Jaminan Mutu Unit Penggilingan Padi di Lahan Pasang Surut 11.3. Sri Sudarwati Inovasi Teknologi Panen dan Penanganan Pascapanen Mendukung Pengembangan Padi di Lahan Suboptimal Kalimantan Timur 11.4. Nasir Analisis Perilaku Curahan Tenaga Kerja Rumah Tangga Petani Padi di Lahan Rawa Lebak 11.5. Firdaus Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan 11.6. Rachmiwati

    Yusuf Studi Kasus Kelembagaan Penangkar Benih Varietas Unggul Baru (VUB) di Kawasan Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Kabupaten Rokan Hulu

    11.7. Omar Hendro Analisis Pembentukan Modal dalam Upaya Pengembangan Kebun Karet pada Lahan Sub Optimal di Sumatera Selatan 11.8. Rostiar Sitorus Eksplorasi Sumber Pangan Pengganti Beras dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Kabupaten Bangka 11.9. Alhanan Nasir Kandungan Nutrisi Cuko Pempek dari Jeruk yang Berasal dari Lahan Suboptimal 11.10. Jaksen M. Amin Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih (Variasi Koagulan dan Ketinggian Filter) 11.11. Hermanto Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung yang Ditumpang Sarikan dengan Tanaman Kedelai di Lahan Eks Irigasi Terhadap Perlakuan Waktu Tanam dan Jarak Tanam

    12.Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 4 (18:15-21:30) 12.1. Herwenita Potensi Pengembangan Lahan Rawa Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan 12.2. Azizah Husin Pelestarian Fungsi Rawa melalui Pengembangan Budaya dan Potensi Daerah 12.3. E. Eko Ananto Pengembangan Lahan Rawa untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pangan 12.4. Renny Utami

    Soemantri Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Sayuran Mendukung Diversifikasi Konsumsi Pangan di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan

    12.5. Joni Karman Aplikasi Bioteknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan pada Lahan Salin 12.6. Anung Riyanta Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Kelapa Sawit di Sumatera Selatan 12.7. Hery Nugroho Optimalisasi Lahan Replanting Kelapa Sawit dengan Tanaman Timun di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi 12.8. Soemantriyadi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Rawa Lebak untuk Perikanan 12.9. Irianto Aplikasi Cycocel dalam Pengendalian Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Lahan Kering 12.10. Yuli Hartati Konsumsi Ikan dan Tingkat Kecukupan Protein Anak Batita Di Daerah Pinggiran Sungai Musi Kecamatan Gandus Kota Palembang 12.11. Maya Raintini Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Varietas hibrida Pada Lahan Kering Kabupaten Lampung Selatan

  • 9 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    13. Poster (12:00-13:45) 13.1. Efriandi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Tanaman Pertanian 13.2. Tri Wahyuni Revegetasi Lahan Bekas Pertambangan Timah di Pulau Bangka: Ulasan 13.3. Budi Raharjo Pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Lahan Pasang Surut di Kabupaten Banyuasin 13.4. Evriani

    Mareza Respon Pertumbuhan Fase Reproduktif Ratun Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut terhadap Tinggi Pemotongan Singgang

    13.5. Sri Wahyuni Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak Dalam Upaya Untuk Peningkatan Produktivitas Padi 13.6. Khoirotun Dwi

    Asriyani Alternatif Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) Padi di Lahan Pasang Surut

    13.7. Sumini Arthropoda Predator pada Ekosistem Padi Ratun di Rawa Lebak Sumatera Selatan 13.8. Florence Optimalisasi Penggunaan Lahan Gambut dengan Pola Tanam Polykultur 13.9. Aulia Evi

    Susanti Pola Pemeliharaan dan Permasalahan Budidaya Sapi di Rawa Lebak, Provinsi Sumatera Selatan

    13.10. Ida Nursanti Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sulfat Masam Potensial yang Diinkubasi dengan Pupuk Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Berbagai Dosis 13.11. Grecy Mulya

    Sari Kualitas Air Sungai Ditinjau dari Indeks Keragaman Plankton

    13.12. Nurhayati Karakteristik Ekosistem Rawa dan Potensi Pengelolaannya 13.13. Agung

    Prabowo Pengaruh penambahan karbohidrat terlarut terhadap kualitas Silase Jerami Ubi Jalar

    13.14. Rina Astarika Potensi Pemanfaatan Lahan Rawa Dlam Mendukung Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Propinsi Jambi 13.15. Yeni Eliza Peningkatan Rendemen Dan Kualitas Beras di Lahan Pasang Surut Melalui Perbaikan Kinerja RMU (Rice Milling Unit) 13.16. Amelia

    Abdullah Penyakit Blas Pada Padi dan Pengendaliannya di Lahan Rawa Lebak

    13.17. NanaSutrisna Inovasi Teknologi dan Kelembagaan dalam Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Sorgum-Ternak Sapi Ramah Lingkungan pada Lahan Suboptimal di Jawa Barat 13.18. Elfiani Introduksi Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani 13.19. Racmiwati

    Yusuf Keragaan dan Analisis Finansial Usaha tani Padi Sawah di Lokasi m-P3MI Provinsi Riau

    13.20. Yunizar Pengelolaan Pupuk dan Bahan Organik Dalam Pola Padi-Padi di Propinsi Riau 13.21. Sri Sudarwati Inovasi Teknologi Pengolahan Komoditas Unggulan Mendukung Pengembangan Industri Rumah Tangga di Lahan Sub Optimal Kalimantan Timur 13.22. Ade Kartika Spesies Tumbuhan Sebagai Bioindikator Keasaman Tanah Rawa 13.23. Marlina Pengelolaan Lahan- Lahan Sup Optimal Untuk Pengembangan Pertanian 13.24. Yudhi Zuriah

    Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam (Tall Variety) Pada Perkebunan Rakyat Di Tipologi Lahan Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan 13.25. Abdul Qodir

    Hadi Membangun Ekonomi Pendidikan Tanjung Jabung Timur Jambi Melalui Budidaya Padi "Sigromilir"

  • 10 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    1. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang

    surut 1 (13:45-15:30) Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk N dan P terhadap Ketersediaan N, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi di Musim Tanam Kedua pada Tanah Gambut Residual Effect of Ameliorant and N, P-fertilizer on Availability of Nitrogen, Rice Growth, and Yield at The Second of Season Cropping on Peat Soil Kurniawan Subatra Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian,Universitas Sriwijaya, Palembang Email : [email protected]

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sisa amelioran (pupuk kandang dan dolomit), pupuk N dan P terhadap ketersediaan N tanah, pertumbuhan dan hasil tanaman padi musim tanam kedua pada tanah gambut. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2006 sampai September 2006 di Rumah Kaca Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Rancangan yang digunakan penelitian sebelumnya adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 3 faktor perlakuan dan 3 ulangan sebagai kelompok. Faktor pertama terdiri dari 2 taraf (0 dan 5 ton ha-1) amelioran yang merupakan dari campuran pupuk kandang dan dolomite, faktor kedua terdiri dari 3 taraf (0, 50, 100 kg N ha-1) dan faktor ketiga terdiri dari 3 taraf (0, 50 100 kg P2O5 ha-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sisa amelioran, pupuk N dan P serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap ketersediaan N tanah dan perlakuan yang terbaik adalah sisa pupuk N dosis 100 kg N ha-1, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi musim tanam kedua pada tanah gambut.

    Pengaruh Dosis Pupuk N dan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Ratoon di Lahan Pasan Surut Zaid Subrata, Andi Wijaya, Yakup Parto Program Magister Ilmu Tanaman PPS Universitas Sriwijaya Email :[email protected] Pada lahan pasang-surut usaha meningkatkan indeks panen (IP) pertahun terkendala waktu, modal, dan ketersedian tenaga kerja, langkah yang ditempuh dengan memanfaatkan tanaman sisa atau ratoon. Ratoon memiliki keungulan dapat memberi tambahan hasil disetiap musim tanam dan menghemat biaya dan tenaga kerja. Tujuan peneltian ialah mengevaluasi dosis dan waktu aplikasi pupuk N yang tepat pada tumbuhan dan hasil padi ratoon. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial. Perlakuan pertama yaitu dosis pupuk nitrogen (N) terdiri dari = (N1 : 92 kg N/ ha (kontrol), N2: 115 kg N/ ha, N3 : 138 kg N / ha ). Faktor kedua waktu aplikasi pupuk A1 : urea 50 %

    21 (HST), 50 % 56 (HST) (kontrol), A2: urea 33,3 % 21 (HST), 33,3 % 80 (HST), 33,3% saat panen (SP). A3: urea 33,3 % 21 (HST) 33,3 % 80 (HST), 16,7 % 7 Saat panen (SP), 16,7 % 21 hari setelah panen (HSP). Hasil penelitian menunjukan bahwa: Tinggi padi ratoon, klorofil daun, panen ratoon perpetakan semua perlakuan berpengaruh tidak nyata, sedangkan persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, berat 1000 butir perlakuan N2 berbeda nyata dengan perlakuan lainya. dan berat brangkasan pada interaksi N2A2 berbeda nyata dengan perlakuan lainya dan merupakan perlakuan terbaik. Pemanfaatan Beberapa Jenis Pupuk Hayati pada Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Pasang Surut Utilization Several Types Bio-fertilizers on Some Variety Rice in Tidal Land Neni Marlina1, R. Iin Siti Aminah2, Beni Diyanes Wanata2 1) Program Studi Agroteknologi FP UNPAL Palembang, Email:[email protected]; 2) Program Studi Agroteknologi FP UMP Palembang Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis pupuk hayati yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman beberapa varietas padi pada lahan pasang surut. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Desember 2012 hingga April 2013 di lahan pasang surut di desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Split Plot. Faktor I adalah Petak utama adalah varietas (V) yang terdiri dari ciherang, indragiri, infari 6. Faktor II adalah Anak petak adalah jenis pupuk hayati yang terdiri dari kontrol, bio P, Azospirillum, bio P + Azospirillum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman 8 MST, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, berat 1000 butir dan produksi padi per petak terbaik diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk hayati bio P + Azospirillum dengan varietas indragiri yaitu dengan produksi 305,67 g petak-1.

    Evaluasi Kerapatan Tanam dan Metode Pengendalian Gulma pada Budidaya Padi Tanam Benih Langsung di Lahan Sawah Pasang Surut Evaluation of Density Planting and Weed Control Methods in Direct Seeded Rice in the Tidal Wetland Imelda S Marpaung 1.3,Yakup Parto 2, Erizal Sodikin 2 1Mahasiswa Program S2 Ilmu Tanaman PPS UNSRI 2Dosen Program Studi Ilmu Tanaman PPS UNSRI 3Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan. Email: [email protected] Gulma merupakan salah satu pembatas pada budidaya padi tanam benih langsung. Biaya yang dikeluarkan

  • 11 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    oleh petani untuk pengendalian gulma masih cukup tinggi. Berbagai teknik pengendalian gulma perlu dievaluasi untuk mendapatkan metode pengendalian gulma yang paling efektif di lahan pasang surut. Kegiatan penelitian ini di lahan petani di Desa Telang Sari Kec.Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin pada agroekosistem lahan pasang surut pada bulan Nopember 2012-Maret 2013. Rancangan yang digunakan Rancangan Petak Terbagi yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu : Petak Utama yaitu Kerapatan tanam (K) dan Anak Petak yaitu penyiangan (P). Perlakuan diulang 3 kali dengan jumlah kombinasi perlakuan 20 kombinasi. Petak Utama : Kerapatan tanam (K): K1:dosis benih 20 kg/ha: K2: dosis benih 40 kg/ha:K3: dosis benih 60 kg/ha: K4: dosis benih 80 kg/ha: K5: dosis benih 100 kg/ha. Anak Petak: Metode penyiangan (P): P1: penyiangan manual: P2: herbisida b.a 2.4D- Dimethyl Amine; P3:herbisida b.a penoxsulam dan P4:tanpa penyiangan. Ukuran plot percobaan 3m x 4m. Data hasil pengukuran komponen pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil tanaman padi dianalisis menggunakan Microsoft office excel dan software SPSS 17.0. Hasil analisa menunjukkan Metode pengendalian gulma berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, biomasa tanaman umur 4MST dan jumlah anakan namun berpengaruh nyata terhadap terhadap gabah hampa dan gabah isi permalai. Perlakuan kerapatan tanam dan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman namun interaksi perlakuan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan kerapatan tanam berngaruh nyata terhadap biomasa tanaman mulai umur 8 MST. Hasil tertinggi dicapai dengan kerapatan 80 kg/ha meskipun tidak berbeda nyata dengan kerapatan tanam 40-60 kg/ha benih. Metoda pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi. Pengendalian dengan manual menunjukkan hasil yang tertinggi meskipun berbeda tidak nyata dengan pengendalian menggunakan herbisida. Pengendalian gulma dapat meningkatkan hasil tanaman sebesar 37,7%. Evaluasi Kesesuaian Sifat Fisik Tanah Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Pasang Surut Desa Telang Karya Delta ELTA Telang I (P8-12S), Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin Dwi Probowati Sulistiyani Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsri Email: [email protected] Lahan rawa pasang surut jika dikembangkan secara optimal dengan meningkatkan fungsi dan manfaatnya maka bisa menjadi lahan yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian di waktu yang akan datang. Kendala dan permasalahan Lahan pasang surut tersebut berupa faktor, hidrologi dan sarana yang langsung berkaitan dengan kondisi lahan (saluran drainase, sistem drainase, pintu-pintu air), alat-alat pertanian, transportasi, jembatan dan unit

    pengelolaan hasil pertanian sifat fisik tanah sampai ke faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian sifat fisik tanah pada tanaman padi di lahan Pasang Surut Desa Telang Karya Delta Telang I P8-12S Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik tanah antara lain warna, tekstur, permeabilitas, dan kerapatan isi menunjukan sangat sesuai untuk tanaman padi. Sekuen Gen Ferritin Parsial pada Varietas Padi dari Provinsi Riau Terkait Homeostasis Fe pada Lahan Rawa Pasang Surut Partial Ferritin Gene Sequence of Riau Rice Variety Related to Iron Homeostasis on Tidal Wetlands Dewi Indriyani Roslim, Herman, Fadel Nugraha, Yolla Putri Ardila, Ninik Nihayatul Wahibah Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Kampus Binawidya Km 12.5, Jl. HR Soebrantas, Panam, Pekanbaru 28293, Riau; Email: [email protected] Besi (Fe) merupakan unsur hara mikro esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Namun ion Fe akan bersifat meracuni tanaman jika berada dalam konsentrasi berlebih di dalam jaringan tanaman. Umumnya tanaman padi pada lahan rawa pasang surut tahan genangan air dan tahan cekaman kelebihan Fe di tanah. Mekanisme toleransi tanaman terhadap cekaman kelebihan ion Fe tersebut melibatkan protein ferritin. Penelitian ini bertujuan membandingkan perbedaan sekuen gen ferritin parsial antara beberapa genotipe padi lokal Riau dengan varietas padi rawa pasang surut unggul tahan cekaman kelebihan Fe, yaitu Siam Sintanur. Metode penelitian meliputi isolasi DNA dari daun segar tanaman padi menggunakan metode CTAB dan amplifikasi DNA menggunakan primer forward OsFer_E5 dan reverse OsFer_E8. Program PCR meliputi pra-PCR pada 95C selama 5 menit, diikuti 35 siklus yang terdiri dari tiga tahap: 95C selama 30 detik, 56C selama 30 detik, dan 72C selama 45 detik. Setelah itu, pasca-PCR pada 72C selama 10 menit. Produk PCR kemudian disekuensing dan disejajarkan. Hasil pensejajaran menunjukkan terdapat satu SNP (single nucleotide polymorphism) pada sekuen gen ferritin parsial yang dibandingkan. Varietas padi IR64 dan Siam Sintanur memiliki basa Adenin, sedangkan varietas padi Bakung, Siputih, dan Serei memiliki basa Citosin pada basa ke-114 tersebut. Hubungan Antara Produksi Padi dengan Umur Kelapa Sawit Sistem Monokultur di Lahan Sawah Pasang Surut M. Umar Harun, Imron Zahri, Waluyo Fakultas Pertanian Unsri dan BPTP Sumsel Untuk mendapatkan informasi faktor iklim mikro di sekitar lahan terbuka kelapa sawit monokultur di sawah pasang surut, dan mendapatkan perubahan

  • 12 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    produksi tanaman padi yang dibudidayakan pada dari kelapa sawit yang berbeda umur maka penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah yang telah berubah menjadi space kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan suhu dan intensitas cahaya matahari pada lahan terbuka sejalan dengan bertambah umur kelapa sawit sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan padi. Sistem monokultur kelapa sawit di lahan sawah ternyata hanya mampu secara ekonomis ditanami padi selama 4 tahun. Teknologi Budidaya Padi yang Ramah Lingkungan Untuk Mengatasi Dampak Negatif dari Reklamasi Lahan Sulfat Masam Rice Cultivation Environmental friendly technology for Resolve the Negatif impact from Reclamation Acid Sulphate soil Arifin Fahmi1 dan NP. Sri Ratmini2 1Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Jl. Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru, Kalimantan Selatan; Email : [email protected] 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan Terdapat sekitar 6,7 juta ha lahan sulfat masam di Indonesia. Reklamasi tanah sulfat masam untuk pertanian harus diikuti olehkegiatan budidaya tanaman yang tepatagar terbentuk lahan yang mantap dan berkelanjutan. upaya reklamasi ini dapat pula tidak sesuai dengan yang diharapkan, reklamasi lahandapat menyebabkan perubahan sifat kimia tanah yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman. Diperlukan beberapa langkah pengelolaan tanah dan tanaman lainnya agar pertanian yang diusahakan dapat berhasil mendekati harapan. Beberapa komponen teknologi yang telah ada seperti pemanfaatan dan pengelolaan bahan organik jerami padi sisa panen,sistem penataan lahan, tata air sistem satu arah, penggunaan varietas adaftif dan teknologi pemupukan optimum telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam bukaan baru (reklamasi). Hasil penelitian membuktikan bahwa setiap komponen teknologi tersebut harus diterapkan secara terintegrasi agar tujuan reklamasi lahan sulfat masam untuk pertanian dapat tercapai. Pengendalian Penggerek Batang Padi Putih dengan Pemberian Abu Sekam di Lahan Pasang Surut Stem Borer Control with White Rice Husk Ash Giving in Tidal Land Wenny Ramadhani Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Email: [email protected] Whiterice stem borer populations in tidal areas South and Central Kalimantan is the most dominant and is categorized as potentialpest. These pests can quickly

    adapt to the environment, population increase is very fast moving and unpredictable. It is notimpossiblethatsuchwill occur intidalareas. Givinghusk ashwhich is known toimprove soil fertility,it alsocan reduce the damagecaused by thericestem borerwhen givena dose of0.5 to 1.0t/ha ofgraindamageis only about5.2 to 6.8%, while the plantsricehusk ashwerenot giventhe damagerangeof 20-25%. 2. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa lebak

    (13:45-15:30) Karakteristik, Kendala dan Produktivitas Padi Unggul dan Padi Lokal di Lahan Rawa Lebak Provinsi Jambi Endrizal dan Jumakir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kendala dan produktivitas padi unggul dan padi lokal di lahan lebak. Pengkajian ini dilakukan di desa Rantau Kapas Tuo Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi pada bulan Desember 2012 dengan melibatkan 2 kelompok tani yaitu Kembang Tanjung dan Tunas Jaya. Padi Varietas unggul yang digunakan adalah Inpara 3, Indragiri dan Ciherang sedangkan padi varietas lokal adalah Serendah Halus, Gadis Jambi, Rimbun Daun dan Karya Rendah. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa lokasi pengkajian termasuk tipologi lahan rawa lebak tengahan, usia petani antara 30-60 tahun, luas lahan yang diusahakan antara 0,5-2,0 ha, pola tanam: padi-bera, waktu semai padi bulan mei dan panen bulan agustus. Kendalanya adalah tenaga kerja terbatas, hama putih palsu dan hama burung serta terbatasnya pengetahuan petani mengenal musuh alami dan jenis penyakit padi. Produktivitas padi unggul yaitu Inpara 3 (4,8t/ha), Indragiri (4,4 t/ha) dan Ciherang (4,2 t/ha). Sedangkan padi varietas lokal yaitu Serendah Halus (2,7 t/ha), Gadis Jambi (2,3 t/ha), Rimbun Daun (2,4 t/ha) dan Karya Rendah (2,8 t/ha). Produktivitas Tanaman Padi Rawa Lebak pada Kondisi Terendam Rice Production Swamp in Submergence Sri Rahayu Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPS, Universitas Sriwijaya; Email: [email protected] Rendaman adalah salah satu faktor pembatas peningkatan produksi padi di lahan rawan banjir. Budidaya padi di lahan ini memerlukan varietas yang mampu beradaptasi baik terutama toleran terhadap genangan air dalam beberapa hari. Kemampuan tanaman untuk survive, tidak hanya tergantung faktor lingkungan spesifik tetapi juga aspek strategi tanaman pada peghindaran diri terhadap kondisi banjir. Dua strategi utama adalah proses pemanjangan batang tanaman sehingga dapat muncul ke permukaan air,

  • 13 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    atau tidak melakukan pemanjangan batang tanaman. Varietas yang memiliki gen sub-1 menunjukkan karakteristik morfo-fisiologi yang lebih dominan terhadap cekaman rendaman fase vegetatif. Potensi Tanah Rawa Lebak Untuk Pengembangan Tanaman Padi di Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko Potention of Fresh Water Swamp Land for Rice Development in Selagan Raya Subdistrict, Mukomuko District Irma Calista Siagian, dan Jhon Firison Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. Email: [email protected]

    Untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya beras, diperlukan tambahan areal sawah tidak kurang dari 20.000 ha lebih per tahunnya, oleh karena itu tanah rawa merupakan salah satu alternative yang mendapat prioritas penting untuk menghadapi masalah tersebut, sehingga perlu dilakukan analisis tanah untuk penilaian kesuburan tanah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi tanah rawa di Kecamatan Slagan Raya, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu untuk sektor pengembangan tanaman padi, yang dilakukan dengan penanaman padi varietas Inpara 1 dan Inpara 3 dari bulan Mei sampai Agustus 2012 . Pengambilan sampel dilakukan pada tanah rawa lebak di Kecamatan Slagan Raya, Kabupaten mukomuko. Analisis dilakukan di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tekstur tanahnya termasuk lempung, pH tanah termasuk masam, dan kandungan C organik tergolong tinggi, kandungan N tergolong sedang sehingga C/N masih sangat tinggi dan kandungan P-Bray termasuk sedang. Komposisi basa-basa dapat tukar (K, Ca, Mg dan Na) masing-masing termasuk sangat rendah, rendah, sangat tinggi dan sedang.KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan kandungan Al termasuk tinggi dan sangat rendah. Kesesuaian lahan dapat dikatakan sangat sesuai untuk pengembangan tanaman padi. Hasil rata-rata produksi varietas Inpara 1 sebesar 7,3 Ton GKP/ha dan Inpara 3 sebesar 4.8 Ton GKP/ha. Peningkatan Produksi di Rawa Lebak melalui Perbaikan Varietas dan Sistem Tanam Jajar Legowo Suparwoto dan Waluyo Peneliti BPTP Sumatera Selatan Email : [email protected] Pengadaan produksi beras dalam negeri sangat penting dalam rangka keberlanjutan ketahanan pangan nasional dengan sasaran tercapainya swasembada pangan (beras). Lahan rawa lebak mempunyai potensi untuk peningkatan produksi tersebut. Pada tahun 2011 luas panen padi di Sumatera Selatan mencapai 784.820 ha dengan rata-rata produktivitas 4.3 ton/hadan secara nasional

    sudah mencapai 4.98 ton/ha. Hal ini disebabkan oleh teknologi yang digunakan petani masih relatif sederhana, masih banyak penggunaan varietas lokal, varietas unggul tidak berlabel, penggunaan varietas unggul terus-menerus dan penggunaan pupuk sangat tergantung dengan keadaan ekonomi petani. Kendala yang dihadapi diantaranya tata air, di mana pada saat musim hujan akan terjadi genangan/banjir dan pada musim kemarau akan terjadi kekeringan yang datangnya belum dapat diramal dengan tepat. Untuk meningkatkan produktivitas pada lahan ini sebagai sumber produksi padi diperlukan teknologi yang tepat. Inovasi teknologi yang murah dan mudah diimplementasikan ke petani diantaranya penggunaan varietas unggul dan sistem tanam jajar legowo. Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Selain itu alternatif teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya adalah melalui penerapan sistem tanam legowo yang merupakan rekayasa cara tanam tegel agar terdapat ruangan yang luas memanjang kesatuarah di antara dua barisan tanaman padi, sedangkan ke arah lainnya tampak lebih rapat. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa varietas unggul dapat meningkatkan produksi di lahan rawa lebak berkisar 5-7 ton/ha dibandingkan dengan varietas unggul yang ditanam secara terus-menerus dan varietas lokal. Produksi dari varietas unggul diantaranya inpari 1, inpari 4, inpari 13, inpara 3 dan mekongga yang ditanam di lahan rawa lebak rata-rata 9,1 ton gkp/ha dengan sistem legowo sedangkan dengan sistem tegel produksi rata-rata 8,6 ton gkp/ha dan cara tanam legowo dapat meningkatkan produksi padi berkisar antara 3,7-8,2% dibandingkan cara tanam tegel. Teknologi legowo 2:1 maupun 4:1 masih memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 12-22 % dibandingkan dengan cara tanam jajar biasa. Tulisan ini merupakan tinjauan dari beberapa literatur hasil-hasil penelitian bertujuan untuk memberikan informasi dalam meningkatkan produktivitas padi dengan mengintroduksikan padi varietas unggul baru dan sistem tanam jajar legowo. Studi Morfologi dan Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit Beberapa Varietas Padi Lebak Morphological Studies and Effect of Fertilizer Applications on the Growth of Several Swamp Rice Varieties Mery Hasmeda, R.A. Suwignyo, H.A. Situmorang Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unsri Email: [email protected] Studi morfologi dan pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan bibit beberapa varitas padi rawa lebak dilaksanakan untuk mendeterminasi dan mengetahui karakteristik morfologi bibit setelah diberi perlakuan pemupukan pada saat pembibitan. Penelitian menggunakan rancangan petak Terbagi

  • 14 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    (Split Plot) dengan dua factor perlakuan dan tiga ulangan. Petak Utama terdiri dari 3 perlakuan pemupukan (P), yaitu tanpa pemupukan (PO), pemupukan N-P-Zn 30-20-10 kg/ha (P1), dan pemupukan N-P-Zn 60-40-20 kg/ha (P2). Anak petak terdiri dari 20 varitas. Parameter yang diamati adalah waktu munculnya daun, jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar, berat kering endosperm, berat kering akar dan berat kering tajuk.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua varitas menunjukkan respon yang berbeda terhadap pemberian beberapa dosis pupuk. Pemupukan dengan N-P-Zn dosis 30-20-10 kg/ha merupakan dosis yang terbaik. Varitas FR-13A cenderung memiliki karakter pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan varitas lainnya ditunjukkan dengan panjang akar terpanjang dan berat kering tajuk terbesar. Pengaturan Aplikasi Pupuk Nitrogen Untuk Meningkatkan Toleransi dan Pemulihan Tanaman Padi Terhadap Cekaman Terendam The Arrangement of Nitrogen Fertilizer Aplication to Increase the Rice Plant Tolerance and Recovery to the Submerged Stress Gribaldi1*, Rujito A. Suwignyo2, Merry Hasmeda2, Renih Hayati2. 1Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Baturaja, Email: [email protected] 2Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,

    Pengaruh iklim global terhadap kondisi iklim di Indonesia sudah semakin parah. Banjir menjadi fenomena hampir di seluruh daerah di Indonesia. Pada daerah rawa lebak, dapat menghambat pertanaman padi. Tanaman padi yang terendam mengakibatkan fotosintesisnya terhambat dan stres setelah mengalami kondisi terendam, diperlukan upaya untuk meningkatkan toleransi dan pemulihannya agar penurunan hasil gabah akibat cekaman terendam dapat ditekan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode peningkatan toleransi dan pemulihan tanaman padi fase vegetatif terhadap cekaman terendam melalui pengaturan aplikasi pemupukan nitrogen dan penggunaan varietas yang sesuai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun secara faktorial dengan dua faktor perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan percobaan terdiri atas: Faktor varietas padi (V) terdiri atas: V1 ( Varietas Inpara 3), V2 (Varietas Inpara 5), V3 (Varietas IR 64). Faktor perlakuan (P) terdiri atas: P1= Tanpa perlakuan perendaman, semua dosis N diberikan pada saat tanam, P2 = Perendaman 7-14 hst dan semua dosis N diberikanpada saat tanam, P3= Perendaman 7-14 hst dan semua dosis N diberikanpada saat tanam + (Si + Zn), P4= Perendaman 7-14 hst dan 1/2 dosis N diberikanpada saat tanam + (Si + Zn), sisanya diberikan pada 42 hst, P5= Perendaman 7-14 hst dan 28-35 hst dan semua dosis N diberikanpada saat tanam, P6= Perendaman 7-14 hst dan 28-35 hst dan

    semua dosis N diberikanpada saat tanam + (Si + Zn), P7= Perendaman 7-14 hst dan 28-35 hst dan 1/2 dosis N diberikanpada saat tanam + (Si + Zn), sisanya diberikan 42 hst. Pengaturan Aplikasi pupuk N sebelum terendam pada tanaman padi dapat meningkatkan toleransi dan pemulihan tanaman padi terhadap cekaman terendam. Peningkatan toleransi dan pemulihan terbaik diperoleh pada Varietas padi yang diberi dosis N pada saat tanam ditambah pupuk (Si dan Zn), sisanya diberikan 42 hst. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inseptisol Lebak yang Diinokulasi Dengan Beberapa Isolat Bakteri Penambat Nitrogen dan Pelarut Fosfat Growth Evaluation of Corn on Inceptisols Lowland Innoculated with Nitrogen Fixation and Phosphate Solubilizing Bacteria Nuni Gofar1,2), Rahayu Puspitsari2), Hary Widjajanti3), dan Ni LuhPutu Sri Ratmini4) 1Pusat UnggulanRisetPengembanganLahan Suboptimal Universitas Sriwijaya 2Jurusan Tanah FakultasPertanian Unsri 3Jurusan Biologi FMIPA UniversitasSriwijaya 4Balai Penelitian Teknologi Pertanian Palembang Email: [email protected]

    Pemenuhan kebutuhan N dan P untuk tanaman jagung yang dibudidayakan pada tanah berkesuburan rendah seperti Inseptisol lebak dapat diupayakan dengan memanfaatkan bakteri penambat N2 dan pelarut fosfat hasil seleksi dari tanah tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman jagung padaInseptisol lebak yang diinokulasi dengan beberapa konsorsium bakteri penambat nitrogen dan pelarutfosfat hasil seleksi dari rhizosfer beberapa tanaman pangan yang tumbuh di tanah tersebut. Perlakuan yang dicobakan terdiri dari beberapa konsorsium isolat bakteri, yaitu: Azospirillum dan Azotobacter (A); Azospirillum dan bakteri endofitik (B); Azospirillum dan Bakteri pelarut fosfat (C); Azotobacter dan bakteri pelarut fosfat (D); Azotobacter dan bakteri endofitik (E); Azospirillum, Azotobacter dan bakteri pelarut fosfat(F); Azotobacter, Azospirillum, bakteri endofitik dan bakteri pelarut fosfat (G); serta kontrol tanpa inokulasi bakteri. Benih jagung yang diinokulasi dengan berbagai konsorsium tersebut ditumbuhkan pada Inseptisol asal rawa lebak.Data dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsorsium F yang terdiri dari campuran bakteri Azospirillum, Azotobakter dan bakteri pelarut fosfat menghasilkan tinggi tanaman, serapan N dan P, serta biomassa jagung terbaik pada Inseptisol lebak. Pengembangan Teknologi Budidaya untuk Meningkatkan Produksi Padi di Lahan Lebak

    Zainal Ridho Djafar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

  • 15 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    Lahan lebak berpotensi besar untuk dijadikan lahan pusat produksi tanaman pangan (padi). Produksi padi di lahan lebak dapat ditingkatkan dengan secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Secara ekstensifikasi dengan pencetakan sawah pada daerah potensial. Secara intensifikasi dengan cara pengembangan teknologi budidaya tanaman padi pada lahan lebak yang sudah dimanfaatkan. Secara teknologi budidaya, produksi padi di lahan lebak dapat ditingkatkan lebih signifikan. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi yang ditanam di lahan lebak meningkat secara nyata dengan penggunaan varietas unggul, ameliorasi lahan, pola tanam dan pengelolaan air. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi melalui Pendekatan PTT menuju Swasembada Padi di Sumatera Selatan Rice Productivity Improvement Efforts through PTT Approach to Self Sufficiency Rice in South Sumatra NP. Sri Ratmini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan Email: [email protected] Sumsel sebagai salah satu Provinsi Lumbung Pangan, tidak terlepas dari tersedianya potensi sumber daya lahan yang cukup variatif untuk menghasilkan padi , mulai dari lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Pada tahun 2012 target produksi gabah kering panen Provinsi Sumsel sebesar 3,8 juta ton dengan sasaran target hanya 3,3 juta ton dengan produktiitas 42,81 ton/ha. Kegiatan ini dilakukan pada MH 2011/2012 dan MK 2012. Lokasi kegiatan adalah OKI mewakili sawah tadah hujan, MUBA mewakili sawah lebak dan OKUT mewakili sawah irigasi. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer, meliputi data produktivitas areal LL, SL dan non SL pelaksanaan SL-PTT tahun 2011 serta data produktivitas areal demplot/denfarm. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja dari penerapan komponen PTT dan sumbangannya terhadap peningkatan produktivitas padi di Sumsel.Data dan informasi kualitatif disajikan secara deskriptif informatif dalam bentuk tabel. Inovasi teknologi PTT mampu meningkatkan produktivitas padi antara 8,37 ku/ha sampai 42,67 ku/ha. Kinerja SL-PTT di Sumsel mempunyai andil yang cukup besar terhadap peningkatan produktivitas dan produksi padi di Sumsel. Pelaksanaan SL mampu meningkatkan 14,82% jika dibandingkan dengan non Sl, dan peningkatan 11,59% penerapan LL dibandingkan dengan Sl dan sebesar 27,99% peningkatan yang diperoleh di areal LL dengan non SL. 3. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal

    (13:45-15:30)

    Pengaruh Formula Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays) pada Tanah Sub Optimal Asal Jonggol Taufiq Bachtiar dan Ania Citraresmini Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Email : [email protected]

    Penggunaan pupuk hayati pada lahan sub optimal dalam meningkatkan tanaman pangan harus terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Penelitian dilakukan di Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan tujuan menguji isolat-isolat yang mampu menambat Nitrogen dan juga mampu melarutkan fosfat. Isolat-isolat yang digunakan merupakan koleksi kelompok pemupukan dan Nutrisi tanaman PATIR BATAN. Tanaman untuk mengukur pengaruh perlakuan adalah tanaman jagung (Zea mays).Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan enam perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu K=Kontrol, R=Rekomendasi, A=Azotobacter vinelandii, B=Bacillus cereus, C= Bacillus megantherium, dan ABC (A+B+C). Perlakuan isolat-isolat diinokulasikan pada bahan pembawa berupa gambut yang telah diiradiasi dengan sinar gamma dengan dosis 50 kGy. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman jagung, berat kering tanaman, dan berat kering tongkol jagung meningkat dengan pemakaian isolat-isolat tersebut. Penggunaan pupuk hayati multistrain (ABC) mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman sebanyak 14.33%, berat kering tanaman (BKT) sebesar 122,87% dan berat kering tongkol jagung (BKTG) sebesar 83.52% dari kontrol. Penggunaan pupuk hayati formulasi ABC juga memberikan nilai tertinggi untuk rata-rata jumlah tongkol dan rata-rata jumlah baris per tongkol. Perlakuan pupuk rekomendasi positif memberikan nilai tertnggi terhadap berat 100 butir biji jagung. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Genotipe Jagung (Zea mays L.) Hasil Seleksi Efisiensi Hara pada Lahan Kering Marginal Effect of Organic and Biological Fertilizer Combination to Genotype Growth and Production of Maize Selection Results in Efficient nutrient Marginal Dry Land

    Yopie Moelyohadi1, M. Umar Harun2, Munandar2, Renih Hayati2, Nuni Gofar2 1Mahasiwa Program Doktor Pascasarjana Universitas Sriwijaya 2Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya 30662 Email: [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan serta hasil panen tanaman jagung hasil seleksi efsien hara terhadap pemberian kombinasi berbagai jenis pupuk organik dan pupuk hayati pada

  • 16 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    tingkat pemupukan kimia dosis rendah pada lahan kering marginal dalam rangka pengembangan inovasi teknologi pemupukan pada budidaya tanaman jagung untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada kering marginal. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Agro Tekno park (ATP) Kementerian Riset dan Teknologi yang terletak di Desa Bakung Kecamatan Indralaya Utara kab. OI Sumatera Selatanberlangsung mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2012. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur jagung B41,yang yang didapat dari hasil penelitian pengembangan genotipe tanaman jagung efisien hara pada lahan kering marginal (hayati,et al., 2009). Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot design). dengan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan petak utama adalah tingkat dosis pemberian pupuk kimia terdiri dari : P1 = 50% dosis standar ATP (200 kg Urea, 50 kg SP36 dan 25 kg KCl ha-1) dan P2 = 25% dosis standar ATP (100kg Urea, 25 kg SP36 dan 1,25 kg KCl ha-1) .Perlakuan anak petak, adalah gabungan pemberian jenis pupuk organik + jenis pupuk hayati, terdiri: KHO = Kontrol (tanpa pemberian pupuk organik +pupuk hayati), KH1 = kompos kotoran sapi + mikoriza, KH2 = kompos kotoran sapi+ bakteri pelarut fosfat, KH3 = k kompos kotoran ayam + hayati mikoriza, KH4 = kompos kotoran ayam + bakteri pelarut fosfat, KH5= Kompos Jerami jagung+ Mikoriza, KH6= kompos jerami jagung + Bakteri pelarut fosfat, KH7= kompos Legume cover crop (LCC) +Mikoriza, dan KH 8= kompos legume cover crop (LCC) + bakteri pelarut Fosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian pupuk kompos kotoran ayam + pupuk mikoriza memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung di lahan kering marginal dengan hasil panen rata-rata mencapai 9,70 ton tongkol kering/ha dan kombinasi perlakuan pemberian pupuk kimia pada taraf 50% dan pemberiankompos kotoran ayam + mikoriza memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung di lahan kering marginal, dengan hasil panen rata-rata mencapai 10,51 ton tongkol kering per hektar. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Gulma dan Komponen Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung di Lahan Kering Marginal The Effect of Organic Matter and NPK Fertilizer Application on the Growth of Weeds and Corn Yield on Marginal Dry Land Maria Fitriana Department of Agronomy Agriculture Faculty University of Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih, Km. 32 Indralaya, Ogan Ilir 30662 Indonesia. Email: [email protected]; Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh bahan organik dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan gulma dan komponen pertumbuhan tanaman jagung

    di lahan kering marginal. Penelitian ini dilaksanakan di Agro techno Park Desa Bakung Indralaya, pada bulan November 2010 sampai Juli 2011. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat untuk identifikasi gulma dan rancangan petak terbagi (Split Plot Design). Sebagai petak utama adalah bahan organik yang aplikasinya sudah dilaksanakan 3 bulan sebelum penanaman jagung, terdiri dari K1 = lahan ditanami Mucuna, K2 = lahan ditanami kacang tunggak, K3 = lahan diberi kompos Mucuna, K4 = lahan diberi kompos jagung, K5 = batang jagung dibenamkan, K6 = lahan diberi pupuk kandang sapi, K7 = lahan diberakan. Anak petak adalah dosis pupuk N P K, terdiri dari P0 = tanpa pupuk NPK; P1= 25%,P2 = 50%, P3 = 75%, P4 = 100% dosis standar (400 kg urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma, tinggi tanaman jagung, dan jumlah daun, perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap semua parameter jagung. Kompos mucuna (K3) memberikan hasil yang terbaik terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, perlakuan pupuk NPK dosis 50% memiliki tinggi tanaman dan jumlah daun yang tidak berbeda dengan P3 dan P4 (pupuk NPK dosis `75% dan 100%). Perlakuan bahan organik yang memberikan hasil tertinggi adalah lahan yang ditanami kacang tunggak. Pupuk N, P, K dosis 50% yang dikombinasi dengan perlakuan kacang tunggak dapat meningkatkan hasil jagung. Penggunaan bahan organik dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK. Perlakuan kacang tunggak (K2) menekan pertumbuhan gulma. Kajian Sistem Tumpangsari Jagung Manis dan Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas

    Haris Kriswantoro dan Hermanto Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Musi Rawas; Email: [email protected] Pengkajian sistem tumpangsari jagung manis dan kedelai di lahan kering Kabupaten Musi Rawas telah dilaksanakan di Desa Lubuk Rumbai Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas pada bulan November 2012 hingga Maret 2013. Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental yang terdiri dari 4 macam perlakuan sistem penanaman, yaitu; 1) tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa pengapuran, 2) tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa pengapuran, 3) monokultur jagung manis, dan 4) monokultur kedelai. Varietas jagung manis yang digunakan adalah Master Sweet, dan varietas kedelai adalah Anjasmoro. Kedelai menggunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm untuk perlakuan tumpangsari dan monokultur, sedangkan tanaman jagung pada perlakuan tumpangsari menggunakan jarak tanam 200 cm x 75 cm dan jarak tanam 75 cm x 50 cm untuk monokultur. Hasil ansira memperlihatkan bahwa pada tanaman jagung manis perlakuan sistem penanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tongkol, panjang

  • 17 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    tongkol, pengaruh nyata terhadap berat basah berangkasan, dan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan berat tongkol per tanaman. Sedangkan terhadap tanaman kedelai perlakuan sistem penanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, berat 100 biji, produksi per petak, dan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap berat polong per tanaman. Berdasarkan hasil uji BNJ dan tabulasi menunjukan bahwa perlakuan sistem tumpangsari jagung manis dan kedelai dengan pengapuran memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis dan kedelai. Penggunaan Berbagai Jenis Amelioran untuk Pertumbuhan Jagung Komposit di Lahan Bekas Penambangan Timah Nyayu Siti Khodijah1, Asmarhansya2, Agus Pratomo1 1 Universitas Bangka Belitung, Baluinjuk Merawang Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Email: [email protected] 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, email Diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas jagung di Bangka Belitung. Data menunjukkan adanya kecenderungan daya dukung lahan pertanian di bangka belitung akan semakin menurun akibat keberadaan aktivitas penambangan timah. Penambangan timah akan menyisakan lahan dengan karakteristik fisik, kimia dan biologi yang tidak optimal untuk pertanian. Dilakukan pengujian penggunaan berbagai jenis amelioran untuk pertumbuhan jagung komposit di lahan bekas penambangan timah. Perlakuan yang diuji menggunakan jenis media topsoil (100%), Tailing+topsoil, tailing + kompos TTKS dan Tailing +kotaran Sapi. Diperoleh hasil terbaik pada campuran media Tailing +kotoran sapi. Rancangan yang digunakan RAK dengan 8 blok perlakuan. Secara keselurhan jika dibandingkan data produksi kotrol (media top soil) dapat dinyatakan pada media Tailing + topsoil (50%+%50%) terjadi penurunan produksi sebesar 9,54 persen. Perlakuan media tailing + kompos TTKS terjadi penurunan produksi sebesar 49,5% dibanding media normal (top soil) tetapi pada media campuran Taling + kotoran sapi terjadi kenaikan produksi dibanding media normal (topsoil) sebanyak 19,4 persen.

    Remediasi Lahan Berpasir di Desa Waisamu yang Ditanami dengan Jagung Lokal melalui Aplikasi Pupuk Organik Ela Sagu Sandy Soil Remedied in Waisamu which Cultivated with Local Corn through Ela Sagu Compost Application Aurellia Tatipata dan A. Jacob Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas PertanianUniversitas Pattimura Email: [email protected]

    Lahan di desa Waisamu umumnya berpasir dan ditumbuhi dengan alang-alang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) meremediasi lahan berpasir melalui aplikasi kompos ela sagu; (2) meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung lokal. Manfaat dari penelitian adalah (1) mengoptimalkan fungsi lahan berpasir menjadi lahan pertanian yang produktif; (2) melestarikan dan meningkatkan produksi jagung lokal untuk mendukung ketahanan dan kemandirian pangan; (3) memanfaatkan limbah olahan pati sagu sebagai kompos lokal. Penelitian dilaksanakan di desa Waisamu Kabupaten Seram Bagian Barat. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis kompos ela sagu (A). terdiri dari 5 taraf : 0 (kontrol), 7.5; 10; 12.5; 15 t ha-1. Faktor kedua adalah jagung delima lokal (B). Variabel yang diamati adalah C/N ratio, kadar N, P, K, Ca, Mg, Fe dari kompos dan kadar unsur hara makro dan mikro awal dari tanah. Variabel yang diamati pada tanaman antara lain tinggi tanaman, luas daun; panjang , diameter dan jumlah tongkol, serta berat pipilan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar C-organik, hara makro dan mikro pada pupuk organik ela sagu dapat meningkatkan kadar bahan organik dan kadar hara makro dan mikro pada tanah yang telah menunjang pertumbuhan dan produksi jagung lokal. Dosis kompos ela sagu sebesar 15 ton ha-1dapat meremediasi lahan berpasir dan menghasilkan pertumbuhan dan produksi jagung tertinggi. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) pada Lahan Kering di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

    Nana Sutrisna, Hendi Supriyadi, dan Nandang Sunandar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80, Lembang, Bandung E-mail: [email protected] Sorgum merupakan salah satu komoditas tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sorgum juga tahan terhadap kekeringan, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan pada lahan suboptimal, termasuk pada lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi beberapa varietas sorgum pada lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dilahan petani pada bulan Juli sampai dengan Nopember 2011. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tujuh perlakuan varietas dan diulang tiga kali. Ke tujuh varietas yang diuji adalah (1) Numbu, (2) Kawali, (3) Unpad 1, (4) Unpad 2, (5) Batari, (6) Keller, dan (7) Taomitshu. Data

  • 18 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    pertumbuhan dan komponen hasil dan hasil tanaman dianalisis dengan uji berjarak Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) seluruh varietas sorgum yang diuji dapat beradaptasi dengan baik pada lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dan (2) varietas numbu, unpad 2, dan Kawali memberikan hasil yang tidak berbeda, baik terhadap peubah pertumbuhan maupun komponen hasil dan produktivitas namun lebih baik dibandingkan dengan empat varietas lainnya, sehingga ketiga varietas tersebut dapat dikembangkan pada lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat

    Kerusakan Pucuk Tebu oleh Scirpophaga nivella (F.) di Pertanaman Tebu Lahan Kering, PTPN VII Cinta Manis

    Dewi Meidalima Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama, Palembang. Email: [email protected] Penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai September 2012 di PTPN VII Cinta Manis Sumatera Selatan. Lahan pengamatan seluas 1 ha. Petak pengamatan dibagi menjadi 5 petak secara diagonal. Tujuan penelitian mengamati kerusakan pucuk tebu akibat penggerek pucuk (Scirpophaga nivella F.). Metode penelitian eksperimen, data dikumpulkan secara sampling dengan sengaja, langsung pada bagian tanaman yang terserang. Hasil penelitian didapat gejala serangan penggerek pucuk tebu ditemukan pada umur 2 bulan. Panjang gerekan yang terbentuk oleh penggerek pucuk mulai dari daun sampai titik tumbuh sepanjang 18,47 cm. Ruas tempat keluar imago sebagian besar pada ruas ke 3 dan 4. Panjang batang tergerek adalah 8,2 cm. Kerusakan yang disebabkan oleh hama penggerek pucuk dapat mengakibatkan kematian total atau terbentuknya siwilan pada tanam tebu. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produksi tebu. Dukungan Teknologi untuk Pengembangan Kedelai pada Lahan Kering Masam di Kalimantan Timur

    Fitri Handayani dan Sri Sudarwati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur. Email : [email protected] Sebagai komoditas pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung, permintaan akan kedelai terus meningkat setiap tahunnya seiring perkembangan jumlah penduduk. Sampai saat ini konsumsi kedelai di Indonesia masih jauh lebih besar daripada produksinya. Oleh karena itu berbagai upaya untuk meningkatkan produksi kedelai nasional terus dilakukan. Produksi kedelai nasional selalu berbanding lurus dengan luas panen, sehingga cara

    paling efektif untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan ekstensifikasi atau perluasan areal tanam. Menyusutnya lahan pertanian produktif akibat alih fungsi lahan menyebabkan pengembangan tanaman pangan termasuk kedelai harus diarahkan ke lahan suboptimal, diantaranya adalah lahan kering. Kalimantan Timur memiliki potensi lahan kering yang sangat besar. Pada tahun 2010 luas lahan kering yang belum diusahakan di Kaltim adalah 1.262.246 ha. Namun pemanfaatan lahan tersebut untuk pengembangan tanaman termasuk kedelai memiliki beberapa kendala diantaranya adalah pH rendah, kesuburan tanah rendah, dan bersifat toksik. Lahan kering di Kaltim umumnya bersifat masam, sehingga memerlukan perlakuan khusus agar dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang produktif. BPTP Kalimantan Timur telah melakukan berbagai pengkajian tentang usahatani kedelai di lahan kering masam. Dengan aplikasi teknologi yang tepat, produktivitas kedelai di lahan kering masam dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1,8 t/ha dibandingkan rata-rata produktivitas milik petani yang hanya sekitar 1 t/ha. Aplikasi teknologi untuk peningkatan produktivitas kedelai di lahan kering masam secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu penggunaan varietas unggul yang adaptif dan toleran, serta teknologi perbaikan kesuburan lahan dengan ameliorasi, pengkayaan fosfat dan kalium melalui pemupukan, pengkayaan bahan organik, pengkayaan hara mikro dan pengkayaan mikroba bermanfaat. 4. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan

    lain-lain 1 (13:45-15:30) Penerapan Model Sistem Pertanian Terpadu Bio-Cyclo Farming (BCF) Guna Meningkatkan Kesuburan Tanah, Pendapan Usaha Tani, Keberlanjutan Pertanian di Lahan Marginal Pasang Surut Munandar, Yakup, Asep Indra M Ali, R. Hayati, F. Sulaiman, K.Gozali H.Adam. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Email: [email protected] Lahan marginal pasang surut sangat potensial sebagai lahan untuk perluasan pertanian guna memproduksi pangan nasional Pemanfaatan lahan ini menghadapi kendala biofisik dan kimia, karena kesuburan yang rendah . Usahatani di lahan marginal umumnya bersifat monokultur, yang hanya sedikit memberikan keuntungan, dan berisiko gagal tinggi baik akibat musim, HPT dan harga. Alternatif mengatasi masalah di lahan marginal pasang surut tersebut adalah dengan menerapkan pertanian terpadu berbasis tanaman ternak system Bio-Cyclo Farming(BCF). Sytem ini memadukan tanaman dan hewan (ternak, ikan), yang diatur bersinergi satu dengan lainnya, sehingga di dalamnya terjadi siklus biologis. Integrasi kegiatan usahatani yang saling berkomplemen ini dianggap lebih ekonomis karena adanya pembagian beban biaya dan pensiklus-ulangan input pertanian,

  • 19 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    secara ekologis lebih menjamin keberlanjutan karena dapat mempertahankan kesuburan tanah dengan adanya pengembalian bahan organic ke lahan pertanian. Untuk itu model teknologi terpadu BCF ini perlu dicobakan di daerah pasang surut, guna meningkatkan kesuburan tanah, pendapatan usahatani, efisiensi energi dan keberlanjutan pertanian. Tujuan kegiatan difusi teknologi ini adalah untuk mempercepat proses desiminasi teknologi terpadu sistem Biocyclofrming kepada khalayak masyarakat petani guna meningkatkan kesuburan tanah, pendapatan usahatani, efisiensi energi dan keberlanjutan pertanian di daerah lahan marginal pasang surut. Hasil kegiatan Difusi IPTEK ini menunjukkan bahwa masyarakat petani di derah pasang surut sangat antusias dalam mnyerap pengetahuan dan informasi teknologi pertanian terpadu BioCycloFarming BCF. Program difusi teknologi yang dilakukan melalui pelatihan, penyuluhan, pembangunan model berbagai pola BCF telah membuktikan bahwa penerapan BCF dapat meningkatkan kesuburan tanah marginal di daerah pasang surut, produktivitas lahan pekarangan, beberapa parameter kesuburan tanah: pH tanah meningkat dengan pemberian pupuk organik BCF yaitu dari sebelum diberi pupuk organik 4.33 manjadi 5.79. Bahan organic meningkat dari 4.2% menjadi 6.83%; Kandungan P-Bray meningkat lebih dari dua kali lipat dari dari 11.1 ppm menjadi 25.99 ppm. Kandungan hara Ca meningkat dari 2.33 cmol menjadi 3.68 cmol. Kandungan Mg meningkat hampir double, dari 0.47 menjadi 0.97 dan KTK dari 15.3 cmol manjadi 17.4 cmol. Pendapatan keluarga petani, menyediakan pangan dan gizi dan energy untuk keluarga, pakan untuk ternak serta mengatasi masalah pemanfaatan tenaga kerja di musim kemarau. Penerapan teknologi BCF dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani. Pendapatan keluarga petani yang sebelum memerapkan BCF rata-rata sekitar Rp.2,1 juta meningkat menjadi Rp 4,19 juta pada pola petani yang menerapkan BCF tanaman-sapi ikan, dan menjadi Rp 3,77 juta pada petani yang menerapkan pola BCF tanamam itik ikan. Unit usahatani BCF ternak sapi, itik dan sayuran sangat potensial sebagai sumber pendapatan petani di daerah pasang surut. Setelah kegiatan difusi teknologi BCF ini, selanjutnya diharapkan adanya perubahan sikap petani di daerah pasang surut yang selama ini hanya mengelola usahatani secara monokultur tanaman padi menjadi usahatani polikultur yang mengelola banyak ragam usahatani integrasi berbagai jenis tanaman dan ternak. Spectrum Diseminasi Multi Channel Mendukung Pengembangan Indeks Pertanaman Padi 200 di Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Multi Channel Dissemination Spectrum Support Cropping Index 200 in Tidal Swamp Land Banyuasin Regency, South Sumatra Yanter Hutapea dan Tumarlan Thamrin

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Email: [email protected] Diseminasi inovasi pertanian, terintegrasi di satu kawasan pengembangan agribisnis yang dikenal dengan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI), bersifat partisipatif. Fokus kegiatan M-P3MI adalah pada model percontohan. Di Sumatera Selatan kegiatan ini dimulai tahun 2011 di Desa Mulia Sari dan Telang Sari Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan petani kooperator sebagai unit analisis dan observasi di lokasi pengkajian. Inovasi yang dilakukan adalah peningkatan indeks pertanaman (IP) padi menjadi IP 200 di lahan pasang surut yang didiseminasikan melalui spektrumdiseminasi multi channel (SDMC). Kelembagaan yang terlibat seperti Dinas Pertanian, penyuluh, sekolah pertanian dengan siswanya, PT. Pertani, Perguruan tinggi yang melakukan kegiatan bersama di lokasi M-P3MI. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa: (1) Pertanaman padi yang dilakukan pada musim kemarau (MK), membuktikan bahwa upaya peningkatan produksi beras nasional dapat diwujudkan salah satunya dengan mewujudkan IP padi 200 di lahan pasang surut (2) Adanya serangan tikus pada Demfarm IP Padi 200, menunjukkan perlunya mempercepat pertanaman padi pada MK dan menyesuaikan kondisi lahan dengan komoditi yang lebih sesuai pada MK misalnya dengan tanaman jagung. (3) Introduksi inovasi yang dilakukan, meningkatkan produktivitas padi 12,5-14,3% dibanding sebelum dilakukan inovasi. (4) Kemitraan terjalin antara kelompok penangkar padi dengan PT Pertani (Persero) Cabang Sumatera Selatan (5). Akomodasi pembelajaran dari program sebelumnya, seperti FEATI, PUAP, SL-PTT memberikan sumbangsih untuk perluasan jangkauan inovasi. (6). Diseminasi inovasi terimplementasi melalui pertemuan kelompok, pelatihan dan penyebarluasan informasi melalui media cetak. Implementasi Padi Inpari 13 Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Respon dan Persepsi Petani Implementation of Rice Inpari 13 Integrated Approach to Management Plant (PTT),Response and Perceptions of Farmers

    Tumarlan Thamrin dan Johanes Amirrullah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Email: [email protected] Padi varietas Inpari 13 merupakan padi varietas unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan dilepas tahun 2009. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui keragaan produktivitas padi Inpari 13 dan mengetahui persepsi dan respon petani terhadap komponen teknologi PTT yang diterapkan dalam budidaya padi Inpari 13. Pengkajian dilaksanakan melalui kegiatan unit percontohan (Demplot) PTT menggunakan padi Inpari 13 seluas 1 hadi Desa

  • 20 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    Simpang Tiga Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu Kabupaten Lahat pada MT-2 2012 (April s/d Juli 2012) dan untuk mengetahui persepsi dan respon petani dilakukan survey terhadap 20 petani pada saat temu lapang. Data yang dikumpulkan meliputi keragaan tinggi tanaman, jumlah anakan dan produktivitas serta persepsi dan respon petani. Data komponen agronomis dan hasil dianalisis secara diskriptif. Keragaan persepsi dan respon petani terhadap komponen teknologi PTT dinilai menggunakan penskalaan dengan metode Likerts Summated Ratings dan digolongkan menjadi tiga, yaitu katagori tinggi, sedang dan rendah, dan dilanjutkan dengan uji parameter proporsi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa varietas Inpari 13 dilihat dari keragaan tinggi tanaman, jumlah anakan dan produktivitas adaptif dan produktif, walaupun produktivitas baru mencapai 6,0 t/ha GKG. Produktivitas yang dicapai belum optimal karena pertanaman padi di lokasi kegiatan pengkajian banyak mendapat serangan hama wereng batang coklat, ulat penggulung daun dan penyakit virus kerdil rumput dan hawar daun bakteri bahkan di sekitar lokasi kegiatan pengkajian banyak yang gagal panen. Hasil evaluasi persepsi dan respon petani terhadap komponen teknologi PTT menunjukkan bahwa semua petani responden (100%) mempunyai tinggat persepsi dan respon tinggi/positif, namun tidak semua petani menyatakan komponen teknologi tersebut sesuai, mudah diterapkan dan ada yang berniat belum akan menerapkan. Varietas Inpari 13 sesuai untuk diterapkan pada lahan sawah di wilayahnya, namun sebanyak 17,65% masih meragukan untuk ketersediaan benihnya di lapang dan 5,88 % belum berniat untuk menanam padi varietas Inpari 13. Kajian Teknologi Mina Padi Di Rawa Lebak di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

    Julistia Bobihoe, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Email : [email protected]. Mina padi merupakan teknologi yang memadukan budidaya ikan dengan budidaya padi. Sistem ini mempunyai beberapa keuntungan seperti: petani akan mendapatkan tambahan penghasilan dari ikan tanpa mengurangi pendapatan dari padi, meningkatkan produksi tanaman padi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan, tanaman padi menjadi lebih terkontrol dan memenuhi kebutuhan protein hewani. Pengkajian dilaksanakan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi rawa lebak. Pengkajian dilaksanakan di desa Rantau Kapas Tuo Kecamatan Muaro Tembesi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi pada bulan April sampai Agustus 2012. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman padi dan ikan pada usahatani mina padi. Pengkajian dilaksanakan pada lahan seluas dua hektar dengan menerapkan beberapa komponen teknologi

    antara lain : pemilihan benih ikan, persemaian, persiapan lahan, pembuatan caren/parit penanaman benih padi, penebaran benih ikan, pemupukan, pengaturan air, pemupukan, penyiangan gulma, pemeliharaan ikan, pengendalian hama penyakit dan panen. Varietas unggul baru (VUB) padi yang digunakan adalah Inpara 3 dan benih ikan yang digunakan adalah ikan nila. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi padi adalah 6,85 ton/ha GKP dan survival rate (kelangsungan hidup) ikan adalah 75 %. Dari pengkaijan ini terlihat bahwa dengan menerapkan budidaya mina padi dengan pendekatan PTT padi pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 14.110.000,- (B/C Ratio 1,1) dan dan non PTT memperoleh pendapatan sebesar Rp. 2.485.000,- (BC Ratio 0,4). Perbandingan Manfaat Usahatani Padi dan Kedelai di Lahan Pasang Surut Provinsi Jambi

    Nur Imdah Minsyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Email: [email protected] Selain padi, secara teknis lahan rawa pasang surut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur jugalayak dijadikan sebagai sentra produksi kedelai, khususnya untuk Provinsi Jambi. Tujuan penulisan makalah ini adalahj: (1). menganalisis kecendrungan perkembangan luas tanam luas panen, produksi dan produktivitas padi dan kedela; (2). menganalisis potensi peningkatan produksi dan produktivitas padi dan kedelai, dan; (3). membandingkan ratio korbanan (input) dan dan nilai penerimaan dan pendapatan (output) usahtani padi dan kedelai petani di lahan pasang surut Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Dalam kurun waktu selama sepuluh tahun dari tahun 2002 2011, luas panen padi di lahan pasang surut Kabupaten Tanjung Jabung Timur cendrung meningkat dengan rata-rata pertumbuhannya 6,4 %/th. Walaupun produktivitasnya mengalami penurunan (0,23 %/th), total produksinya juga mengalami penungjatan dengan pertumbuhan 7,44 %/th. Sebaliknya, luas panen kedelai dalam periode yang sama mengalami penurunan dengan pertumbuhan minus 4,69 %/th. luas panen ini, dapat dijadikan sebagai indikator bahwa usahatani kedelai merupakan usahatani sampingan. Potensi peningkatan produksi baik untuk padi maupun kedelai masih terbuka, melalui penggunaan vareitas-vareitas unggul baru dan pengelolaan yang lebih intensif. Dari sisi ekonomi, terbukti bahwa usahatani padi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatani kedelai. Hal ini terlihat dari nilai R/C (Revenue Cost Ratio), B/C (Benefit Cost Ratio) dan MBCR (Marginal Benefit Cost Ratio). Pada usahatani padi R/C dan B/C mencapai 7,51 dan 6,51, pada usahatani kedelai R/C dan B/C 1,97 dan 0,97. Sedangkan dilihat dari MBCR diantara keduanya mencapai 44,57, yang berarti manfaat usahatani padi 44,57 kali lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari usahatani kedelai.

  • 21 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    Sistem Usaha Tani dan Analisis Pendapatan Petani di Daerah Rawa Lebak di Sumatera Selatan Farming System and Farmer Income Analysis in Swamp Area in South Sumatra

    Viktor Siagian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Email: [email protected] Provinsi Sumsel memiliki lahan rawa lebak dengan luas 314.709 ha dan terdapat di setiap kabupaten/kota kecuali Kota Pagar alam. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis sistem usahatani padi sawah di lahan rawa lebak, 2) Analisis pendapatan petani di lahan rawa lebak. Metoda pengambilan contoh menggunakan simple random sampling, sebanyak 63 responden di tiga kabupaten. Hasil penelitian ini adalah: 1) Rata-rata produktivitas usahatani padi pada MK-I 2007 adalah 3,96 ton gkp/ha, tertinggi di Kab. Banyuasin yakni 4,52 ton gkp/ha dan terendah di Kab. OKI yakni 3,54 ton gkp/ha. Usahatani padi sawah menguntungkan dengan B/C rasio untuk Kab. Banyuasin adalah 2,4, untuk Kab. OKI adalah 3,3 dan Kab. OI adalah 4,7. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani secara signifikan adalah . 3) Jumlah anggota keluarga, Pendapatan dari: usahatani sawah, usahatani pekarangan, usahatani tegalan, usahaternak, dan pendapatan lainnya. Perlunya ditingkatkan penggunaan benih bersertifikat, dan pupuk untuk meningkatkan produktivitas padi sawah. Juga penyuluhan dan introdusir teknologi sangat diperlukan. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L) pada Lahan Sub Optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya Palembang Financial Feasibility Analysis of Farming Curly Red Chili (Capsicum annuum L.) on SubOptimal Land in Sukarami District Palembang Municipality Railia Karneta Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang Email: [email protected] Lahan sub optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya Palembang yang berupa lahan kering dan lahan kering masam dengan kemiringan 15 % diusahakan sebagai lahan budidaya hortikultura terutama cabe merah keriting. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial usahatani cabe merah keriting (Capsicum annum L) pada lahan sub optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya Palembang berdasarkan nilai uang yaitu NPV(Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), dan berdasarkan nilai waktu yaitu BEP (Break Even Point) , PBP ( Pay Back of Period) dan analisis sensitivitas. Metode penelitian menggunakan metode survey, yaitu metode yang langsung melihat ke lapangan dan wawancara

    langsung dengan petani dan Instansi terkait. Metode penarikan contoh secara sederhana (simple random) dengan 20 orang responden dari 50 orang petani. Hasil penelitian bahwa usahatani cabe merah keriting pada lahan sub optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya Palembang layak untuk dilaksanakan. Keadaan tersebut ditunjukkan oleh NPV yang bernilai positif, IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku dan Net B/C lebih besar dari satu, PBP 1,69 tahun dan BEP penjualan Rp 29.026.608,00. Hasil analisis sensitivitas terhadap peningkatan biaya dan penurunan penerimaan hingga 30%, usahatani cabe merah keriting pada lahan sub optimal masih layak untuk dilaksanakan. Konsep Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan Strip Olah Tanah Terbatas dengan Pemberian Air Dalam Strip Crop Cultivation Concept Using Limited Strip Tillage with Strip Shallow Irrigation

    Yazid Ismi Intara1, Asep sapei2, Erizal2 1Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman 2Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Pertanian, Fateta- IPB. Email: [email protected]

    Perbaikan media tanam berupa hasil olahan tanah dan teknologi irigasi tanaman yang tepat merupakan salah satu upaya pemecahan masalah di lahan lempung berliat. Tujuan pengembangan konsep adalah mendapatkan model pergerakan air pada suatu tanah liat yang diolah minimal (terbatas) dengan pemberian air dalam strip. Konsep berupa metode olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan pada dasar olahannya serta cara pemberian air untuk kebutuhan air tanaman. Konsep ini dikuatkan dengan penelitian analisa pergerakan air dalam suatu pengujian di laboratorium serta validasi di lapangan terhadap kinerja irigasi bawah permukaan di lapangan dan pengujian teknik budidaya terhadap pertumbuhan tanaman uji cabai. Hasil temuan merupakan pembangunan konsep simulasi pergerakan air pada strip olah tanah terbatas dengan pemberian air dalam strip. Konsep pergerakan air menunjukkan pola pergerakan yang ditampilkan pada pola kontur merupakan proses pembasahan seiring waktu dapat mencapai zona kedalaman 5 cm. sebaran pembasahan tersebut merupakan zona perakaran bibit bagi tanaman semusim. Hasil validasi terhadap kinerja irigasi di lapangan menunjukkan hanya dapat dikembangkan dengan lintasan pengairan irigasi yang pendek (< 5m), sehingga cocok diaplikasikan pada pegelolaan lahan subsistem atau perbaikan bentuk tradisional. Hasil pengujian pada tanaman uji terhadap penambahan bahan organik berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman cabai sedangkan perlakuan pemberian air tidak berpengaruh nyata. Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Biomassa dan Cadangan Karbon di Lahan Gambut

  • 22 Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

    Prayitno, M.B1,2., Sabaruddin3, D. Setyawan3 dan Yakup3 1) Mahasiswa Pascasarjana, Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Sriwijaya 2) Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. 3) Dosen Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Email: [email protected].

    Deforestasi di Propinsi Sumatera Selatan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perubahan vegetasi dan lahan. Hilangnya hutan primer rawa gambut berpengaruh terhadap kemampuan karbon sink dan cenderung tercipta kondisi lahan terdegradasi. Rendahnya kemampuan untuk mengembalikan lahan terdegradasi, akhirnya lahan tersebut cenderung beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Tujuan penelitian adalah mengetahui dampak perubahan tataguna lahan terhadap biomasa dan cadangan karbon pada lahan gambut. Penelitian dilakukan pada bentang lahan gambut HPT Kayuagung, OKI, Sumatera Selatan dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Februari 2013. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kedalaman gambut 3 hingga 7 meter, pada areal perkebunan kelapa sawit PT Gading Cempaka mencapai 850 cm. Prakiraan volume gambut adalah 929.887.797 m3, dengan prakiraan total massa karbon mencapai sekitar 32.546.072,92-35.335.736,31 ton C, atau sekitar 1.242,787-1.349,312 ton C/ha. Total kandungan CO2e adalah 119.335.600,71 hingga 129.564.366,479 ton CO2e atau 4.557,649 hingga 4.947,476 ton/ha CO2e. Hasil interpretasi citra landsat, memperlihatkan bahwa tata guna lahan pada lahan gambut bentang HPT Kayuagung secara umum dikelompokkan menjadi hutan sekunder, semak belukar, belukar rawa, rawa/rumput, kebun sawit dan lahan terbuka. Perubahan vegetasi dari hutan primer rawa gambut menjadi hutan sekunder diperkirakan kehilangan karbon sebesar 8.207.997,58 ton C, dan dari hutan sekunder menjadi kondisi lahan sekarang mencapai 626.606,45 ton C. Prakiraan kehilangan karbon dari hutan primer rawa gambut menjadi kondisi lahan sekarang adalah 8.834.604,03 ton C selama kurun waktu 30-40 tahun, dan bila diperlukan untuk mengembalikan kehilangan karbon tersebut adalah perlu waktu hingga ratusan tahun lamanya. 5. Sesi Peternakan dan Perikanan (16:15-17:45) Kecernaan Pelepah Sawit Fermentasi dalam Complete Feed Block (CFB) untuk Sapi Potong

    Armina Fariani* , Arfan Abrar* dan Gatot Muslim* Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Corresponding author : +62711580011 Email: [email protected] Sorgum merupakan salah satu komoditas tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sorgum juga tahan

    terhadap kekeringan, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan pada lahan suboptimal, termasuk pada lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi beberapa varietas sorgum pada lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dilahan petani pada bulan Juli sampai dengan Nopember 2011. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tujuh perlakuan varietas dan diulang tiga kali. Ke tujuh varietas yang diuji adalah (1) Numbu, (2) Kawali, (3) Unpad 1, (4) Unpad 2, (5) Batari, (6) Keller, dan (7) Taomitshu. Data pertumbuhan dan komponen hasil dan hasil tanaman dianalisis dengan uji berjarak Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) seluruh varietas sorgum yang diuji dapat