Prosiding Seminar Internasional -...

232
Prosiding Seminar Internasional Membudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka (Upaya Peningkatan Bahan Pustaka di Tengah Canggihnya Teknologi Informasi)

Transcript of Prosiding Seminar Internasional -...

i

Prosiding Seminar

InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk

Membangun Kualitas Pustaka(Upaya Peningkatan Bahan Pustaka di Tengah Canggihnya Teknologi Informasi)

ii

Membudayakan Menulis Tingkat DuniaUntuk Membangun Kualitas Pustaka

EditorLilik WahyuniUmi SalamahPurWiyanto

Cover Design:Yudhista

Layout :Dayat

PenerbitSurya Pena GemilangAnggota IKAPI JatimJln. Rajawali Tutut Arjowinangun 12Malang - Jawa TimurTlp. 082140357082Fax. (0341) 751205e-mail: [email protected]

Jumlah: vi + 226 hlm.Ukuran: 20 x 28 cm

Juni 2015

ISBN: 978-602-17895-8-4

Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku initanpa izin tertulis dari penerbit.

iii

Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah swt., Tuhan YangMaha Esa pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehinggaSeminar Internasional yang bertema Membudayakan Menulis Tingkat Dunia untuk MembangunKualitas Pustaka ini bisa terselenggara. Kegiatan ini diselenggarakan dalam upaya peningkatankompetensi menulis masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas pustaka.

Untuk bisa “duduk bersanding” bersama negara-negara dengan tradisi menulis kelas dunia,semua masyarakat bangsa harus mampu menulis bahan pustaka kelas dunia. Dengan kata lain,tulisan yang dibuat harus sejalan dengan budaya dan tatacara tulisan kelas dunia.

Ada pepatah mengatakan “dekat dengan penjual minyak wangi akan bau minyak wangi”.Pepatah tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan menulis. Kalau ingin bisa menulis karya sastra,mendekatlah dengan sastrawan. Kalau ingin bisa menulis artikel, mendekatlah dengan penulisartikel. Kalau ingin mempunyai tulisan yang diterbitkan, mendekatlah dengan penerbit. Kalauingin mempunyai tulisan dimuat dalam jurnal internasional, mendekatlah dengan pengelola jurnalinternasional. Kalau ingin mempunyai tulisan ditaruh di perpustakaan, mendekatlah denganpustakawan.

Bertolak dari latar belakang di muka, para “bidan” yang ikut melahirkan Jurnal IlmiahSINAR (Berkontemplasi dan Bernalar) merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk ikutmenyadarkan arti penting pembentukan budaya menulis demi meningkatkan koleksi bahan pustakaberkualitas. Oleh sebab itu, melalui penyelenggaraan seminar internasioanl ini diharapkan akanterbentuk komunitas menulis tingkat dunia. Dengan begitu, tulisan yang dihasilkan dapatdipublikasikan dan tidak saja dibaca oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat dunia.

Malang, Juni 2015

Panita,

iv

v

Kata Pengantar ................................................................................................................. iiiDaftar Isi .................................................................................................................. v

1. Needed Writing Achievement untuk Menjadi Produktif dalam Menulis ...................... 12. Paradigma Riset Ilmu Sosial: Peruntukan Publikasi Berorientasi ‘Rigorous’

dan ‘Internasional’ ........................................................................................................ 93. Bahasa Uzbek dan Sistem Pengajarannya Di Uzbekistan............................................ 274. Kealpaan Berpikir Ilmiah dalam Karya Ilmiah ............................................................ 315. Strategi PIA Susi dalam Penumbuhan Budaya Menulis Siswa .................................... 376. Menulis sebagai Arena Konstruksi Diri Siswa Secara Harmonis ................................ 437. Sistem Penulisan Morfologi dalam Bahasa Jawa ........................................................ 508. Kiat Mudah Menulis: Optimalisasi Potensi Berbahasa, Tanpa Terbelenggu Frame

Bahasa Baku ................................................................................................................. 559. Training Of Scientific Writing For Efl Teachers In Papua: Writing A Classroom

Action Research Proposal ............................................................................................ 6210. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis Siswa dalam Pembelajaran

Matematika .................................................................................................................. 6711. Penggunaan Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan

Pengamatan Siswa Kelas V SD Inpres Perumnas I Jayapura....................................... 7312. Karya Sastra sebagai Stimulus dalam Kompetensi Menulis Fiksi di Era Globalisasi

Berbasis K3 .................................................................................................................. 8413. Memahami Struktur Naratif Ruth Finnegan dalam Aplikasi Cerita Jaka Kandung ..... 9014. Pengembangan Minat Keterampilan Menulis di SDN Kauman 3 Sebagai Upaya

Peningkatan Daya Kritis dan Kreativitas Siswa........................................................... 9915. Menumbuhkembangkan Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Penerapan Media

Pembelajaran Film Bertema Cinta Tanah Air .............................................................. 10416. Lad: Piranti Reseptif dan Produktif yang Luar Biasa................................................... 10917. Strategi Pembelajaran Menulis Kreatif untuk Anak..................................................... 11318. Lagu dan Cerpengram: Strategi Efektif dan Menyenangkan Bagi Siswa dalam

Menulis Cerpen ............................................................................................................ 12019. Abstrak Pengembangan Perangkat Pembelajaran Segi Empat dengan Pendekatan

Open-ended di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama ................................................ 12620. Pembelajaran Matematika pada Anak Usia 1 – 2 Tahun.............................................. 13221. Literasi Keuangan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa dalam

Mengelola Keuangan ................................................................................................... 13822. Pengembangan Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Jender Sebagai Upaya

Demokratisasi Pendidikan ........................................................................................... 14723. Manajemen Pendidikan Humas pada Sekolah Inklusi di SMPN 1 dan SMP Dwijendra

di Kota Mataram (Studi Multikasus) .......................................................................... 15324. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Snowball Throwing pada Mata Pelajaran

IPS di Sekolah Dasar.................................................................................................... 16125. Penerapan Problem Solving dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ..................... 168

Daftar Isi

vi

26. Keterampilan Sosial dan Kesetaraan Gender Dalam Pembelajaran IPSdi Sekolah Dasar .......................................................................................................... 175

27. Menulis, Wujud Eksistensi dan Ekspresi Diri*) .......................................................... 18128. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual terhadap Kepemimpinan

Transformasional Serta Implikasinya terhadap Kinerja Karyawan pada YayasanPembinaan Anak Cacat di Jawa Timur ............................................................................ 182

29. Dari Mana Menulis dan Bagaimana Pengembangan Model Pembelajarannya? ................. 18830. Pentingnya Bahasa Santun untuk Meningkatkan Etika Bahasa Tulis .................................. 19531. Analisis Kritis Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa sebagai Upaya Meningkatkan

Pembelajaran Menulis .................................................................................................... 20132. Makalah Berprakmatik, Etika Berkomunikasi ................................................................. 21133. Pemanfaatan Lagu Berita Kepada Kawan Karya Ebiet G. Ade untuk Menulis

Puisi di Smp .................................................................................................................. 21634. Pemanfaatan Video Perawatan Jenazah untuk Pembelajaran Fiqih

di Madrasah Tsanawiyah ................................................................................................ 222

1Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

NEEDED WRITING ACHIEVEMENTUNTUK MENJADI PRODUKTIF

DALAM MENULIS

Oleh Wahyudi Siswanto

Apa untungnya menjadi penulis? Itulah pertanyaan yang sering disampaikan orang tentang seorang penulis.Kalau kita mau sedikit teliti kita akan mendapatkan data bahwa dengan menulis orang bisa kaya danterkenal. Berikut ini beberapa contohnya.J.K. Rowling memiliki kekayaan bersih $1 milliar atau Rp 11,9 triliun. Ia penulis terkaya di dunia. J.K.Rowling adalah penulis seri Harry Potter yang diadaptasi menjadi sebuah film. Novel pertamanya, HarryPotter and the Philosopher’s Stone yang diterbitkan pada tahun 1997 berhasil meraih kesuksesan dalamsingkat. Pada tahun 2007, Harry Potter and The Deathly Hallows, menjadi buku paling cepat terjualsepanjang masa yaitu 15 juta copy terjual dalam waktu 24 jam.Stephen King memiliki kekayaan bersih $400 juta atau Rp 4,76 triliun. Ia memiliki blibliografi yang luasdan banyak menerima penghormatan dari kalangan sastra. Novel-novelnya pada umumnya bergenre horor,fiksi ilmiah, dan fantasi. Novel The Dark Tower dianggap sebagai karya terbaik Stephen King.Danielle Steel memiliki kekayaan bersih $375 juta atau Rp 4,46 triliun. Dia dapat dikatakan sebagaipenulis paling sukses di dunia terkait jumlah buku karyanya yang sudah terjual. Sejak tahun 1978 Daniellesudah menjual novel sebanyak 800 juta copy. Biasanya setiap tahun Danielle menerbitkan novel barunya.James Patterson mampu mengumpulkan kekayaan bersih $310 juta atau Rp 3,69 triliun. Tom Clancymemunyai kekayaan bersih $300 juta atau Rp 3,57 triliun. John Grisham memiliki kekayaan bersih $200juta atau Rp 2,83 triliun. Jackie Collins memunyai kekayaan bersih $180 juta atau Rp 2,14 triliun. NoraRoberts mendapatkan kekayaan bersih $150 juta atau Rp 1,78 triliun. Dean Koontz memiliki kekayaanbersih $145 juta atau Rp 1,72 triliun. Stephenie Meyer mendapatkan kekayaan bersih $125 juta atau Rp1.48 triliun. Semuanya dari kegiatan menulis. (http://www.wowmenariknya.com/2014/07/10-penulis-pal-ing-kaya-raya-di-muka-bumi.html). Mengapa mereka bisa menjadi penulis yang hebat? Tulisan ini akanmencoba memberikan uraian secara singkat, mulai dari dorongan menulis, bekal menulis, hingga doronganspiritual dalam menulis.

Dorongan MenulisApa yang mendorong seseorang untuk

menulis? Jawaban terhadap pertanyaan ini bisadicari pada dorongan hidup manusia. MenurutMurray Banks (dalam Elfiky, 2011:246) adaempat kebutuhan dasar manusia. Keempatkebutuhan itu adalah kebutuhan untuk: hidup,mencintai dan dicintai, merasa penting, danmengalami keberagaman.

Menurut Elfiky (2011:247) ada limakebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhandasar manusia itu adalah kebutuhan fisiologis,

emosional, psikologis, mental, dan spiritual.Kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhanuntuk bertahan hidup, seperti makanan, air,udara, kehangatan tubuh, tidur, keamanan, dankenyamanan. Kebutuhan emosional berkaitandengan kebutuhan cinta. Setelah itu berangsurangsur kita memerlukan terpenuhinya kebutu-han psikologis, mental, dan spiritual.

Menurut Koentjoroningrat (1989: 109—110) ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu(1) dorongan untuk mempertahankan diri, (2)dorongan seks, (3) dorongan untuk mencari

2 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

makan (4) dorongan untuk bergaul atau berin-teraksi dengan sesama manusia, (5) doronganuntuk meniru tingkah laku sesamanya, (6)dorongan untuk berbakti, dan (7) dorongan akankeindahan.

Ada satu dorongan yang jarang dibicara-kan, yaitu dorongan berprestasi. McClellandmempertanyakan, mengapa ada bangsa bangsatertentu yang rakyatnya bekerja keras untukmaju, dan ada yang tidak. Dia memperban-dingkan bangsa Inggris dan Spanyol, yang padaabad ke 16 merupakan dua negara raksasa yangkaya raya, namun sejak itu Inggris terusberkembang menjadi makin besar, sedangkanSpanyol menurun menjadi negara yang lemah.Setelah semua diperiksa, dan dia tidak jugamenemukan penyebabnya, dia mulai memper-hatikan hal lain: cerita dan dongeng anak anakyang terdapat di dua negeri itu. Di sini diamenemukan jawaban yang dicarinya (Mara-himin, 2003).

Kelihatannya, dongeng dan cerita anak­­anak di Inggris pada awal abad ke 16 itumengandung semacam ‘virus’ yang menye-babkan pendengar atau pembacanya terjangkitipenyakit butuh berprestasi’, the need forachievement, yang kemudian disimbolkandengan ‘n Ach’, yang menjadi sangat terkenal.Sedangkan cerita anak dan dongeng yang diSpanyol justru menina­bobokkan, tidak me­ngandung ‘virus’ tersebut (Marahimin, 2003).

Kebutuhan akan berprestasi melalui me-nulis inilah yang tampaknya begitu menonjolpada penulis dunia. Tidak heran bila karyamereka sering menjadi karya best sellersepanjang masa. Charles Dickens dikenalkarena karya-karya besarnya. Sebuah ‘KisahDua Kota “adalah karyanya yang menjadi bukuterlaris di seluruh dunia. Ini novel sejarah yangditulis pada masa Revolusi Perancis denganlatar belakang London, Paris, Inggris danPerancis. The Lord of the Rings adalah sebuahnovel fantasi yang sangat luas dan terdiri atastiga bagian. Karya JRR Tolkien ini telah dibuatmenjadi film . Agatha Christie dikenal sebagai

pengarang fiksi detektif. Karyanya DanKemudian Apakah Ada Tidak Ada dikenal duniasebagai salah satu buku terlaris dari jenis ini.The Da Vinci Code karya penulis Dan Brownadalah salah satu novel misteri yang palingpopuler dan dibuat film dengan judul yangsama. Anne of Green Gables karya Lucy MaudMontgomery awalnya dimaksudkan untuksemua umur, tetapi akhirnya disebut sebagaibuku anak-anak. Ia menulis buku ini terinspirasioleh cerita yang ia tulis selama masa kecilnya.Banyak tempat wisata dikembangkan denganberdasarkan cerita ini. Black Beauty karyaAnna Sewell merupakan otobiografi kuda ygberketurunan baik dan kisah hidupnya. TheAlchemist karyaPaulo Coelho. Cerita ini tentangseorang anak bernama Santiago yang memilikimimpi tentang harta karun. Harry Potter karyaJK Rowling mengungkap kisah tentang seorangpenyihir muda bernama Harry Potter dan seripetualangan dengan teman-teman, Ron Weasleydan Hermoine Granger. Novel ini juga dibuatfilm. To Kill a Mockingbird karya Harper Leeyang membahas banyak masalah dengansentuhan humor halus telah memenangkanpenghargaan Pulitzer dan difilmkan denganmeraih piala Oscar. Gone with the Wind karyaMargaret Mitchell dan telah memenangkanpenghargaan Pulitzer. Demikian juga denganRich Dad Poor Dad, The Wind in the Willowsditulis Kenneth Grahame, Godfather karyaMario Puzo, Charlie and the Chocolate Fac-tory karya Roald Dahl, Winnie-the-Pooh ditulisoleh AA Milne, Chicken Soup for Soul ini,James Bond Seri, dan Guinness World Records,The Kite Runner, The Sidney Sheldon, DanielleSteel, The Pelican Brief, The Count MonteCristo, Anna Karenina (Leo Tolstoy), The Pic-ture of Dorian Gray, Pride and Prejudice (karyaJane Austen), A Midsummer Night’s Dream,Romeo dan Juliet, Hamlet, Macbeth (karyaWilliam Shakespeare) merupakan contoh-contoh buku yang menjadi buku best seller.(https://adilesmana.wordpress.com/2011/01/04/buku-best-seller-sepanjang).

3Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Bagaimana dengan penulis Indonesia?Kita cukup bangga dengan perkembanganpenulis Indonesia. Seorang anak dari Belitong,Andrea Hirata, tiba-tiba saja namanya melam-bung. Mengapa? Karena tulisannya! Melaluinovelnya, ia menjadi dikenal di seluruh Indo-nesia. Ia sering tampil di TV dan diundang olehberbagai pihak untuk mengungkapkan pengala-mannya. Melalui royalti dari novelnya, iamampu menyumbangkan milyaran rupiahuntuk kemajuan pendidikan di Belitong. An-drea Hirata sukses menulis novel bergenrebiografi dan ilmiah berupa novel tetralogi:Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, danMaryamah Karpov. Laskar Pelangi sajamampu terjual lebih dari 600.000 buah. Hal iniditambahan dengan menjual karyanya untukdifilmkan: Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi.

Habiburrahman El Shirazy mencobamenawarkan novel bergenre novel religi.Hampir semua karya Habiburrahman menjadibest seller. Ayat-Ayat Cinta dicetak ulangpuluhan kali lalu difilmkan dan disaksikan oleh3,5 juta orang. Novel yang lain Ketika CintaBertasbih juga diterima menyamai Ayat-ayatCinta. Novel Bumi Cinta juga menjadi bestseller. Bonus tambahan yang ia dapatkan darinovelnya yang diangkat ke layar lebar yaituAyat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih danMigrab Cinta.

Mira W. merupakan sastrawan yangproduktif. Dengan menulis karya sastramenempatkan penulis yang juga dokter umumini berada di peringkat ketiga penulis terkayadi Indonesia. Mira W. melahirkan lebih dari 20novel best seller. Dewi Lestari atau seringdisebut Dee mencoba memperkenalkan novelyang bermuatan filsafat. Novelnya SupernovaPutri, Ksatria dan Bintang Jatuh, SupernovaPetir, dan Supernova Akar mampu menyainginovel-novel teenlit dan Chiklit. Perahu Kertasadalah novel terbaru Dee. Sebelum itu, Deemengeluarkan kumpulan tulisannya dalamRectoverso. Penulis Indonesia lain yangbukunya menjadi best seller adalah Agnes

Davonar, Raditya Dika, Agnes Jessica, AsmaNadia ( http://www.jurukunci.net/2011/12/8-penulis-fenomenal-dengan-pendapatan.html).

Bila kita masuk toko buku, banyakpenulis yang buku-bukunya selalu menjadi bestseller seperti buku Ippho Santosa, Ary Ginanjar,Mario Teguh, Andy Nagoyan, AbdullahGymnastiar, dan Yusuf Mansyur. Yang jugamenggembirakan adalah munculnya karya anakanak dan remaja yang berupa cerpen, novel,motivasi, kisah perjalanan, kecantikan,perjalanan, atau buku lainnya.

Saya sering bertemu guru dan siswa diberbagai daerah di Indonesia. Mereka seringmengeluh sulit menulis. Mungkin saja merekatidak tahu bagaimana caranya menulis, tidakmampu menulis, atau tidak mau menulis. Inimerupakan tantangan yang harus dihadapi.Buat golongan ini kita perlu mendorong merekaagar menulis. Memberitahukan kepada merekabahwa menulis itu mudah dan menyenangkan.Persoalan lain yang perlu ditangani adalahmeningkatkan kualitas dan prestasi penulis agarmereka menjadi penulis dunia.

Untuk menjadi penulis, Siswanto (2014)memberikan idenya sebagai bekal untukmenulis. Bekal itu adalah keberanian, kemauan,kepekaan, pengetahuan, kreativitas, kerjakeras, cerdas, tuntas, dan ikhlas.

Bekal MenulisSebelum Anda belajar tentang bagaimana

teknik menulis, marilah kita persiapkan per-bekalan sebelum menulis. Apa saja bekalnya?Bekal utama menulis yang paling mudah adalahalat tulis dan kertas atau laptop. Langkah yangpaling mudah untuk menulis adalah langsungmenulis apa saja yang ingin Anda tulis!Bagaimana kalau masih belum bisa menulis?Pokoknya tulis apa saja! Jangan memper-dulikan apakah tulisan Anda bagus ataukahtidak, bermutu ataukah tidak, karena ini urusankedua. Yang penting Anda harus menulisdahulu. Tapi seandainya Anda ingin lebih dariitu, Anda bisa membaca bagian berikut ini!

4 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

KemauanKemauan merupakan salah satu modal

utama bagi Anda yang ingin menulis. Kema-uanlah yang mampu membangkitkan semangatpantang menyerah untuk mengatasi segalakendala dalam menulis.

KepekaanDalam dunia tulis-menulis, kalau kita

mempunyai kepekaan, semua yang kita lihat,dengar, rasa, alami akan menjadi ide tulisan.Anda bisa melatih rasa kepekaan ini denganberjalan-jalan dan mengamati berbagai aktivitasorang-orang di sekitar Anda. Kemudian,munculkan pertanyaan bagaimana jika akumenjadi dia? Apa yang saya lakukan jikamenjadi dia? Apa yang saya rasakan jikamenjadi dia? Serentetan pertanyaan tersebutbisa melatih kepekaan untuk memahami duniaorang lain. Misalnya, Anda bertemu denganpara pengamen cilik di bus, bayangkan jika ituadalah Anda. Apa yang kamu rasakan?Jawaban-jawaban yang muncul bisa menjadiide tulisan.

Selain itu, Anda juga bisa menghayatikehidupan keseharian Anda. Misalnya, Andaseorang murid. Apa yang Anda rasakan selamamenjadi seorang murid? Andrea Hirata begitumenghayati kehidupan masa kecilnya sehinggalahirlah novel Laskar Pelangi. Sebuah novelyang menggambarkan betapa pekanya sosokAndrea Hirata memotret keadaan pendidikandi tempat tinggalnya.

PengetahuanOrang yang tahu banyak akan bisa

berbuat banyak. Saya mempunyai seorangteman yang suka membaca. Setiap saya bertemudengannya, ia selalu membawa buku baru.Setiap saya lihat, buku yang ia bawa selaluberbeda dengan yang ia bawa sebelumnya.Koleksi bukunya demikian banyak. Buku apasaja ia baca, terutama yang berhubungandengan bidang yang ia tekuni: bahasa, sastra,

dan pembelajarannya. Bila ia diminta untukmenulis makalah, duduk sebentar sudah jadisatu makalah.

Memang, penulis yang pengetahuannyabanyak, dia akan mudah untuk mendapatkandan menuangkan ide tulisan. Ide tulisan tersebutbisa dikembangkan menjadi satu tulisan yangutuh. Salah satu cara yang bisa Anda lakukanuntuk mendapatkan pengetahuan adalahmelalui membaca. Gola Gong mendapatkan idetulisannya melalui membaca. Dari membacaitulah, ia mendapatkan serangkaian pengeta-huan.

Pengetahuan yang lebih luas memberi-kan pilihan yang lebih banyak; ini membentukpribadi yang kuat. Sebelum menciptakan karyasastra, Budi Darma terlebih dahulu memper-kaya diri dengan membaca apa saja, menontonapa saja, mendengarkan apa saja, dan berjalan-jalan, dan memperkaya pengalaman. Olehkarena itu, sebelum menulis karya sastra, akanbaik bila kita melakukan kegiatan memperkayapengetahuan. Cara yang mudah untuk mencarigagasan bisa dengan membaca (buku, koran,majalah, artikel, dsb.), mendengarkan (musik,dongeng, orang bercerita, orang berpendapat,dsb.) melihat (pemandangan, peristiwa, dsb.),mengalami (naik perahu, naik pesawat terbang,mendaki gunung, menyusuri goa, berbelanja,berdagang, menjadi ketua regu, dsb.). Kegiataneksplorasi ini bisa dipilih salah satu atau diga-bungkan dengan topik yang sama (misalnyamembaca berita tentang yatim piatu yangberprestasi, berkunjung ke panti asuhan, danmewawancarai anak yatim piatu).

Menemukan IdeKalau Anda mencari, Anda akan ber-

temu. Kegiatan penemuan berupa penemuantopik atau tema yang dijadikan karya sastra,penemuan kata-kata atau ungkapan yangmenjadi pemicu diciptakannya karya sastra.Kegiatan eksplorasi juga bisa berupa kegiatanpenjabaran ide. Hal ini bisa dilakukan dengankegiatan (1) curah pendapat (brainstorming),

5Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

(2) pengelompokan, dan (3) menulis cepat.Kegiatan ini diakhiri dengan kegiatan pen-ciptaan karya sastra. Bila Anda sudah mene-mukan ide, jangan tunda untuk ditulis, palingtidak judul, topik, atau garis besar ceritanya.Ada baiknya bila Anda membawa buku kecildan alat tulis. Bisa juga ide ini Anda tulis di HPatau laptop.

KreativitasApa yang membuat penulis mampu me-

nulis? Kreativitas! Apa kreativitas itu? DalamKamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitasdiartikan sebagai (1) kemampuan untukmencipta; daya cipta; (2) perihal berkreasi.Fisher (1993) mengemukakan hasil penelitianyang menghubungkan kemampuan ini padasatu atau empat aspek kreativitas: (1) ide atauproduk kreatif, (2) proses kreatif, (3) orangkreatif, dan (4) lingkungan kreatif.

Dengan demikian, kreativitas adalahsesuatu pada orang kreatif yang digunakanuntuk menghasilkan produk kreatif. Ide atauproduk kreatif adalah ide atau produk yang asli.Produk kreatif mencakup karya seni, sain, jugaide imajinatif.

Kreativitas juga kumpulan sikap dankemampuan yang membimbing seseoranguntuk menghasilkan pikiran, ide, atau imajinasikreatif. Kreativitas oleh Fisher dikatakanberhubungan dengan berpikir kritis, terdapatpada semua bidang, perlu usaha keras, tidak adakaitannya dengan tingginya tingkat IQ.

Kreativitas adalah penemuan sambilberjalan. Kreativitas adalah obsesi. Kreativitasberhubungan dengan masalah estetika, intelek-tualisme, dan intuisi. Intuisi adalah bakat.Pendidikan atau latihan hanya bersifat menam-bah ketajaman intuisi. (Darma, 1995: 57—61).

Yang lebih perlu adalah proses yang dapatmelahirkan kreativitas. Seniman harus bekerjakeras, tidak diam atau hidup tidak keruan.Selain semuanya bergantung pada bakat, BudiDarma juga setuju bahwa untuk mencapaisesuatu, orang memerlukan satu persen

inspirasi dan sembilan puluh sembilanpersen perspirasi alias kerja keras. Diabekerja keras menjadi intelektual, yang selaluingin tahu, menambah ketajaman panda-ngannya, dan menambah ketajaman otaknya.Pengarang sebaiknya juga seorang peneliti yaituselalu mencari, mengkaji, dan hidup denganbaik. (Darma, 1984: 13, 19—20).

Menurut Fisher (1993:39) ada beberapatahap yang dilalui dalam proses kreatif. Tahapitu secara ringkas adalah (1) stimulus, (2)eksplorasi, (3) perencanaan, (4) aktivitas, (5)review. Ada beberapa lat ihan yang bisadilakukan untuk melatih kreativitas. Latihan itubisa berupa (1) kelancaran, (2) keluwesan, (3)elaborasi, (4) gambar, (5) cerita, (6) brainstorm-ing, dan (7) menggambar (Fisher, 1993).

Kerja Keras, Cerdas, dan TuntasPada tahun 1990-an, kondisi Cina hampir

sama dengan Indonesia—kecuali jumlahpenduduknya yang lebih banyak. Cina mem-punyai satu kota besar seperti Jakarta. Berkatkerja kerasnya, sepuluh tahun kemudian hampirdi semua provinsi di Cina mempunyai kotasebesar Jakarta. Sekitar lima tahun yang lalu,perekonomian Cina mampu mengalahkanseluruh negara Eropa. Tiga tahun yang lalu,Jepang mampu dikalahkan.

Damien Dematra, selama 2 tahun menulis80 atau 81 novel. Dalam 4 hari, ia mampumenyelesaikan satu novel. Buku After Lifesetebal 1.500 halaman ditulis dalam 7 hari. Iamendapatkan 9 rekor dunia. Ini tidak akandicapai kalau dia tidak bekerja keras. Olehkarena itu, kalau Anda ingin menulis, sayasarankan agar Anda mau bekerja keras.

Apakah hanya cukup bekerja keras?Menurut saya perlu ditambah dengan kerjacerdas. Kerja cerdas dalam menulis bisa Andalakukan dengan belajar menulis dari sastrawan-sastrawan yang telah terkenal. Apa yang bisadipelajari? Anda bisa belajar apa saja, mulaidari bagaimana mereka meimilih tema,menyampaikan pesan, mengungkapkannya

6 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dalam gaya dan teknik penulisan, mengem-bangkan tokoh, watak, penokohan, perwatakan,memilih latar, atau mungkin mengembangkanurutan peristiwa. Anda bisa juga belajar cerdasdengan mempelajari cara menulis cerita sepertibuku ini.

Bekerja tuntas dalam menulis ceritamenantang Anda untuk menulis cerita hinggaselesai. Banyak penulis yang berbakat.Sayangnya, setelah menulis cerita, merekakehabisan minat atau tenaga untuk menyele-saikannya. Dalam konteks seperti ini, ceritayang baik adalah cerita yang selesai. Sebaik apapun sebuah cerita, bila belum selesai, belumbisa dikatakan sebuah cerita. Ini seperti halnyaseorang pelari, ia harus menyentuh garis finis.Mungkin saja jarak untuk menyentuh garis fi-nis itu tinggal satu langkah. Untuk itu, Andaharus sabar, siapa tahu untuk menyelesaikancerita Anda memang tinggal satu langkah saja.

Kebutuhan Berprestasi di BidangSpiritual dalam Menulis

Selama bertahun tahun, kita telah ter-pesona dengan penemuan Barat tentang IQ (In-telligence Quotient). Bahwa orang yang cerdasadalah mereka yang memiliki nilai intelektualtinggi yang dapat diukur secara kuantitatifmelalui berbagai test. IQ telah menjadi mitossebagai satu satunya alat ukur atau parameterkecerdasan manusia, sampai akhirnya DanielGoleman memperkenalkan EQ (Emotional In-telligence) dengan menunjukkan bukti empirisdari penelitiannya bahwa orang orang yang IQtinggi tidak menjamin untuk sukses. Sebalik-nya, orang yang memiliki EQ, banyak yangmenempati posisi kunci di dunia eksekutif(Tasmara, 2001; Satiadarma dan Waruwu,2003).

Posisi sukses ini ternyata dianggap semu.Orang banyak mengalami krisis. Krisis inibersifat global. Krisis global yang kom­pleksdan multidimensional ini, sudah merambahsetiap sudut kehidupan kita mulai dari kese-hatan, mata pencaharian, kualitas lingkungan,

hu­bungan sosial, ekonomi, teknologi, politik,dan bahkan merasuk ke dalam krisis moral,intelektual, dan krisis spiritual. Fenomena krisismanusia tersebut sebenarnya berasal danbermuara pada “krisis spiritual” yang bercokoldalam diri kita. Hipotesisnya adalah bahwa nilainilai moral itu me­rupakan buah dari agama.Logikanya, bila merebak krisis moral, berartiitulah buah dari krisis spiritual keagamaandalam diri kita. Kita sudah terjangkit penyakitspiritual atau krisis spiritual. Carl Gustav Jung,me­nyebut krisis spiritual sebagai penyakiteksistensial (exis­tential illness), di manaeksistensi diri kita mengalami penyakit alienasi(keterasingan diri), baik dari diri sen­diri,lingkungan sosial, maupun teralienasi dariTu­hannya. Kondisi psikologis seperti itudirumuskan oleh Zohar dan Marshall sebagaibentuk keterputusan diri, baik dari diri sendiri(cut off from myself), dari orang lain disekelilingnya (from others around me), danbahkan dari Tuhannya (from God) (Sukidi,2004).

Itulah sebabnya, orang ingin mengetahuijawaban sebab penyakit spiritual itu. Tahun2000 orang mengungkapkan adanya kecerdasanspiritual. Kecerdasan spiritual (SQ), yang meru-pakan temuan terkini secara ilmiah, pertamakali digagas oleh Danah Zolhar dan IanMarshall, masing masing dari Harvard Univer-sity dan Oxford University melalui riset yangsangat komprehensif. Pembuktian ilmiahtentang kecerdasan spiritual yang dipaparkanZohar dan Marshall dalam SQ:, Spiritual Quo-tient, The Ultimate Intelligence (Lon­don,2000). Dua di antaranya adalah: Pertama, risetahli psikologi/syaraf, Michael Persinger padaawal tahun 1990 an, dan lebih mutakhir lagitahun 1997 oleh ahli syaraf V.S. Rarnachandrandan timnya dari California University, yangmenemukan eksistensi God Spot dalam otakmanusia. Ini sudah built in sebagai pusat spiri-tual (spiritual center) yang terletak di antarajaringan syaraf dan otak. Sedangkan buktikedua adalah riset ahli syaraf Austria, WolfSinger pada era 1990 an atas The Binding Prob-

7Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

lem, yang menunjukkan ada proses syarafdalam otak manusia yang terkonsentrasi padausaha yang mempersatukan dan memberimakna dalam pengalaman hidup kita. Suatujaringan syaraf yang secara literal “mengikat”pengalaman kita secara bersama untuk “hiduplebih bermakna”. Pada God Spot inilahsebenarnya terdapat fitrah manusia yangterdalam (Agustian,2005).

Secara terminologi, kecerdasan spiritualmerupakan kecerdasan pokok yang dengannyadapat memecahkan masalah masalah maknadan nilai, menempatkan tindakan atau suatujalan hidup dalam konteks yang lebih luas, kaya,dan bermakna. (Zohar dan Marshall, 2002).Kecerdasan spiritual lebih merupakan sebuahkonsep yang berhubungan dengan bagaimanaseseorang cerdas dalam mengelola danmendayagunakan makna makna, nilai nilai, dankualitas kualitas kehidupan spiritualnya.Kehidupan spiritual meliputi hasrat untukbermakna (the will to meaning) yang memo-tivasi kehidupan seseorang untuk senantiasamencari makna hidup (the meaning of life) danmendambakan hidup bermakna (the meaning-ful life) (Mujib dan Mudzakir, 2001:324).

Akan tetapi SQ dari barat itu, atau Spiri-tual Intellegent tersebut belum atau bahkantidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannyabaru sebatas tataran biologi atau psikologisemata, tidak bersifat transendental. Akibatnyakita masih merasakan adanya “kebuntuan”(Agustian,2005; Tasmara, 2001). Oleh karenaitu, Agustian (2005) menyempurnakannyadengan menambahkan dan menggabungkandengan kecerdasan emosional sehinggamenjadi ESQ (Emotional Spiritual Quotient)dan Tasmara (2001) menyempurnakannyadengan sebutan Kecerdasan Ruhani.

Dalam tulisan ini Kecerdasan Spiritualseseorang merujuk pada kemampuan seseorangyang memiliki kecakapan t ransenden,kesadaran yang tinggi untuk menjalanikehidupan, menggunakan sumber sumber spiri-tual untuk memecahkan permasalahan hidup,

dan berbudi luhur. Ia mampu berhubungandengan baik dengan Tuhan, manusia, alam dandirinya sendiri.

Dengan dorongan ini membuat seorangpenulis tidak pernah memperhitungkan apakahia nanti akan terkenal, dapat uang banyak, atautujuan praktis lainnya. Ia berkarya untukmengabdi pada Tuhan. Ia sadar bahwatangannya bisa bergerak menulis karena adayang menggerakkan. Apakah kita tidak bolehmenerima honor dari tulisan kita? Tentu sajaboleh! Bahkan ada beberapa pengarang yangkaya karena karya sastranya. Apakah kita tidakboleh menjadi terkenal? Tentu saja boleh,karena ada banyak orang terkenal yang berasaldari sastrawan. Menurut saya, dorongan inimerupakan kekuatan dasyat yang bisamengalahkan popularitas dan kekayaan.

Dengan dorongan spiritual ini, banyakpenulis yang bukunya dibaca oleh jutaan orangdan dibaca sepanjang masa. Sayang hal ini tidakpernah diberitakan. Coba saja kita cermati karyamereka.

Imam Syafi‘ie menulis kitab Ar-Risalah.Karyanya ini menjadi kitab rujukan utama bagipara ulama dalam ilmu ushul fiqih sampai hariini. Di samping itu, beliau juga menulis kitabMusnad As-Syafi‘ie , berupa kumpulan haditsNabi shallallahu alaihi wa alihi wasallam yangdiriwayatkan oleh beliau; dan kitab Al-Umberupa kumpulan keterangan beliau dalammasalah fiqih.

Imam Malik (Malik bin Anas Abi Amiral Ashbahi) menyusun kitab Al Muwaththaselama 40 tahun yang menghimpun 100.000hadits. Imam Malik menerima hadits dari 900orang (guru), 300 dari golongan Tabiin dan 600dari tabiin tabiin.

Imam Al Bukhari (Muhammad binIsmail bin Ibrahim) menyusun kitab besar Al-Jami’ ash Shahih yang merupakan kitab palingshahih. Hadits yang ia dengar sendiri darigurunya lebih dari 70.000 buah, ia dengan tekunmengumpulkannya selama 16 tahun. AlBukhari mempunyai banyak kitab, antara lain,

8 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

At-Tawarikh ats Tsalatsah al-Kabir wal Ausathwash Shaghir (Tiga Tarikh: Besar, sedang, danKecil), Al-Kuna, Al-Wuhdan,Al-AdabAl-Mufrad, dan Adl-Dlu’afa.

Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, lebihdikenal dengan nama Ibnu Katsir. Berkatkegigihan belajarnya, beliau menjadi ahli tafsirternama, ahli hadits, sejarawan serta ahli fiqihbesar abad ke-8 H. Kitab beliau dalam bidangtafsir yaitu Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjadikitab tafsir terbesar dan tershahih hingga saatini. Selain Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, beliaujuga menulis kitab-kitab lain yang berkualitasdan menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya,di antaranya adalah al-Bidayah Wa an-Nihayahyang berisi kisah para nabi dan umat-umatterdahulu, Jami’ Al Masanid yang berisi

kumpulan hadits, Ikhtishar ‘Ulum al-Haditstentang ilmu hadits, Risalah Fi al-Jihad tentangjihad.

Di Indonesia, kita mengenal Hamka.Sewaktu dipenjara oleh pemerintah padaJanuari 1964 hingga Mei 1966, Hamka mampumenulis Tafsir Al Azhar sebanyak 30 buku.Buku ini merupakan tafsir Alquran.

Menyimak ini, meskipun tanpa pembe-ritaan besar-besaran, tulisan orang-orang yangberkarya dengan dorongan spiritual dibaca oehjutaan orang dan sepanjang masa. Jika kita mauberbesar hati, seharusnya karya mereka inilahyang harus disebutkan terlebih dahulu saat or-ang berbicara masalah tulisan tingkat dunia.Semoga penulis dari Indonesia mampu me-nyumbangkan tulisannya yang berguna bagiumat dan mampu mendunia.

9Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Paradigma Riset Ilmu Sosial: PeruntukanPublikasi Berorientasi ‘Rigorous’ dan

‘Internasional’

Eko Ganis SukoharsonoFakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

PendahuluanFilsafat Paradigma Riset

Filsafat Paradigma ‘Konvensional’Penyeleksian Paradigma Riset Ilmu Sosial

Strategi dan Teknik RisetHasil Riset Untuk Siapa?

Daftar RujukanLampiran 1: Editor Policy of IJABS

Lampiran 2: Revised paper Policy of IJABS

PendahuluanJudul diatas sengaja ditulis dengan me-

nempatkan kata ‘paradigma’ di depan kata yanglain dengan maksud bahwa menulis hasil risetsangat diperlukan perspektif apa yang melatarbelakangi. Banyak publikasi ilmiah kering akanpemahaman perspektif yang ditulis.Tidakjarang tulisan ilmiah tersebut tanpa kejelasanperspektif. Sering peneliti tidak memahamidengan baik dan serius makna perspektif dalammeneliti. Kesulitan ini membawa akibat sulit-nya hasil penelitian tersebut dipetakan.

Perlu dicermati bahwa perkembangandunia riset ilmu sosial telah tumbuh denganmenggembirakan, khususnya di negara-negaramaju seperti Australia, Canada, AmerikaSerikat dan Inggris. Dunia riset menjadi saranawacana sosial untuk menumbuh kembangkandisiplin ilmu sosial dan menjadi landasan dalam

aplikasi kehidupan sehari-hari. Hasil riset dinegara-negara tersebut telah dijadikan elemendasar untuk proses dan penerapan dalam ke-hidupan mereka (Sukoharsono, 1996 danCreswell, 1994). Tidak jarang kemudianmereka selalu menumpukan harapan dalamperubahan perilaku dan praktek ilmu sosialmelalui hasil riset nya.Misra (1989) membe-narkan apa yang mereka katakan dalam ung-kapan

(r)esearch is a process and a means toacquire knowledge about any natural orhuman phenomena. Rapid social, eco-nomic and technological changes of mod-ern times are causes as well as effects ofnew discoveries, inventions and findingsin various walks of life. It is often saidthat research is one of the biggest indus-tries of modern times ... (Misra, 1989:1)

Makalah ini diperuntukan bahan bacaan dan presentasi Seminar Membudayakan Menulis Kelas Dunia untuk MembangunKualitas Pustaka, Malang 13-14 Juni 2015.

10 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Apa yang dikatakan Misra ini bukantanpa alasan. Dia berpendapat bahwa apa yangsedang diperbuat manusia modern ini adalahhasil temuan dan kajian riset. Dalam kehidupanmodern sekarang ini, manusia selalu dijas-tifikasi kebenarannya dengan alat pembenaranhasil riset. Tanpa hasil riset, pernyataan danungkapan hanya akan dijadikan sebagai bahanyang tanpa mempunyai signifikansi nilai. Takheran kemudian, riset benar-benar menjaditulang punggung kehidupan dunia dandijadikan sebagai alat pembenaran.

Sekalipun fenomena masyarakat modernsudah dibiasakan dengan aktivitas ‘riset’, tidakjarang masyarakat sendiri kurang memahamimakna yang terkandung didalam istilahtersebut. Masih banyak kalangan pemakai jasariset dan mungkin bahkan dari kalanganakademiawan masih samar-samar akan maknanya. What is research? Who is a researcher?Where do research problem originate? Howshould the researcher go about solving theproblem? Where should he/ she go for his in-formation and How does he/ she know if andwhen he has solved his problem? Pertanyaanini mempunyai implikasi yang sangat luas dantidak mudah untuk dijawab. Jawabnya pun sulitsekali dapat memuaskan semua orang dalammemahami pertanyaan ini. Bahkan, jawabanyang tersaji dapat menimbulkan perdebatanyang sangat panjang. Mengapa demikian? perludisadari bahwa untuk memahami danmengeksplorasi riset diperlukan paradigma.Berawal dari paradigma ini, setiap individuakan mempunyai pandangan yang berbedadengan yang lain. Hirschman (1992) menge-mukakan bahwa tidak mudah memahami

permasalahan paradigma setiap individu danbahkan dia sendiri memberikan antisipasipemahaman paradigma dari posisi positivistikke postmodern. Ini menandakan bahwakompleksitas memahami paradigma sulit untukdipecahkan, masing-masing mempunyai dasarontologi dan epistemologi yang berbeda.

Filsafat Paradigma RisetPerlu difahami bahwa dalam pelaksanaan

awal riset diperlukan penyeleksian terhadaptopik bahasan dan paradigma. Paradigma iniadalah satu usaha untuk membantu memahamifenomena sosial yang akan diriset (Firestone[1978], Gioia and Pitre [1990] dan Kuhn[1970]). Kuhn secara tegas mengkonseptualkanparadigma dengan terdiri dari teori-teori danmetode. Sekalipun banyak para ilmuwan yangberbeda pendapat dengan Kuhn (1970), tetapipopularitas pembahasan”paradigma Kuhnianini sulit untuk ditandingi (Phillips, 1987).

Di dalam ilmu sosial banyak para ahlimengkarakteristikan tentang paradigma riset.Burell dan Morgan (1994) mengkatagoriskanparadigma didalam ilmu sosial ada empat, yaituparadigma fungsionalis, interpretive, radical hu-manist dan radical structuralis. Dari empat para-digma ini, masing-masing mempunyai konse-kuensi yang berbeda dalam penelaahan riset.Dan dapat dipastikan bahwa setiap paradigmaakan mempunyai penekanan dalam membahas/meneliti suatu masalah/ fenomena yang akandiriset. Dari ke empat paradigma ini bersumberpada mekanisme asumsi yang bersumber padadua dimensi ekstrem, yaitu dimensi subjectivedan objective (Burrell and Morgan, 1994:3).

The Subjective - Objective DimensionThe Subjectivist Approach to Social Science The Objectivist Approach to Social Science

Nominalism Ontology Realism

Anti-positivism Epistemology Positivism

Voluntarism Human Nature Determinism

Ideographic Methodology Nomothetic

11Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pandangan paradigma riset Burrell danMorgan diatas berlandaskan pada asumsibahwa ‘semua teori-teori organisasi bersumberpada filsafat ilmu dan teori kemasyarakatan.Yang sangat menarik dari cara pandang Burrelldan Morgan ini adalah memberikan asumsifilsafat ilmu sosial dengan berlandaskan padaempat dimensi, yaitu dimensi ontology, episte-mology, human nature dan methodology(Burrell dan Morgan, 1994: 1). Ke empatdimensi ini adalah central tesis dari merekayang menggambarkan tentang kompleksitasfissafat ilmw dan asumsi yang membatasinya.Dimensi ini telah dipakai oleh banyak penelitidalam membahas kasanah methodologi dancara pandang sebuah ilmu untuk memecahkanmasalah yang muncul (lihat, Morgan andSmircich, 1980). Pada disiplin ilmu sosial,kerangka dimensi Burrell dan Morgan tidakasing, khususnya pada bahasan riset yang selalumengedepankan hakekat filsafat ilmu sebelummelakukan riset lebih jauh. Kebiasaan ini jarangditemukan (kalau tidak ingin dikatakan ‘tidakada’) di Indonesia. Kebiasaan riset di Indone-sia lebih bertumpu pada penelaahan masalahdan pemecahan masalah tanpa harus menelusurikembali hakekat sesungguhnya filsafat ilmu.Tidak jarang kemudian adopsi yang ‘membabibuta’ akan methodologi riset dilakukan, tanpamelihat makna yang sesungguhnya. Sehingga,muncul anggapan bahwa ‘kebenaran’ yangmuncul hanya ‘semu’ dan bahkan sering ‘me-ngada-ada’.

Dilard (1994) memberikan argumentasiterhadap kerangka dimensi Burrell dan Mor-gan sebagai alternatif yang sangat baik untukdikembangkan pada disiplin ilmu sosial. Diadengan sengaja mengadopsi kerangka tersebutsebagai bahan kajian untuk menjelaskanfenomena dalam menjelaskan ruang lingkupfilsafat ilmu. Dilard tenyata bukan orangpertama yang mengenal kerangka dimensiBurrell dan Morgan tersebut, Chua (1986)adalah satu dari beberapa ahli ilmu sosial duniayang pertama kali menyajikan bahasan khusustentang methodologi akuntansi dengan judul

‘Radical Development of Accounting’ yangditerbitkan Accounting Review. SekalipunChua (1986) tidak secara seratus persen menga-dopsi kerangka Burrell dan Morgan (1979), tapidia melakukan modifikasi atas kerangkatersebut yang disesuaikan dengan pemahaman-nya tentang gejala-gejala sosial terhadap caramelakukan riset. Sekalipun demikian, Chua(1986) memberikan bahasan khusus pulatentang kerangka dimensi Burrell dan Morganuntuk akuntansi.

Kembali pada bahasan ‘the subjective -objective dimension’ diatas, Burrell dan Mor-gan memberikan asumsi bahwa dalam duniariset, semua ilmuwan sosial melakukan pende-katan terhadap fenomena yang akan diinves-tigasi dengan mendekatkan subject-nya kepadaasumsi eksplisit dan implisit tentang perilakudunia sosial. Pertama, asumsi filsafat yangmelandasi adalah ontologi. Asumsi ini mem-berikan perhatian terhadap hakekat realitasfenomena yang akan diinvestigasi/ riset.Sebagaimana Burrell dan Morgan mengatakan,

there are assumptions of an ontologicalnature - assumptions which concern thevery essense of the phenomena under in-vestigation. Social scientists, for example,are faced with a basic ontological ques-tion: wherher the ‘reality’ to be investi-gated is external to the individual - im-posing itself on invidual conciousnessfrom without - or the product of indi-vidual conciousness: whether ‘reality’ isof an ‘objective’ nature, or the product ofindividual cognition; whether ‘reality’ isa given ‘out there’ in the world, or prod-uct of one’s mind (Burrell and Morgan,1994: 1).

Filsafat realitas ini memberikan arahantentang keberadaan fenomena yang akandiinvestigasi atas keberadaannya. Fenomenatersebut apakah ‘ada’ karena campur tanganmanusia secara sadar atau secara objective ‘ada’karena diluar ‘kuasa’ manusia atau sosial.Filsafat realitas ini secara hakekat akan

12 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

membawa penjelasan yang rinci untuk‘keberadaan’ disiplin ilmu sosial. Apakahdisiplin ilmu sosial ‘ada’ dan fenomena yangakan diinvestigasi ‘ada’ karena ‘kuasa’ manusiaatau tidak. Secara singkat dapat dijelaskandisini bahwa disiplin ilmu sosial tidak dapat‘tidak’ mempunyai kaitan erat dengan ‘kuasa’manusia untuk merekayasa fenomena sosial danmenjadikannya sebagai pengaruh dalamkehidupan modern.

Kedua adalah asumsi filsafat tentang sifatepistemogi. Penekanan terhadap istilah episte-mology ini adalah tentang grounds of knowl-edge, yaitu untuk memberikan penjelasantentang bagaimana seseorang memahami ilmupengetahuan. Epistemologi ini memberikanberhatian terhadap bagaimana kita menyerapknowledge dan dikomunikasikan untuk kepen-tingan manusia. Upaya untuk menjastifikasi‘kebenaran’ dalam ilmu pengetahuan jugamenjadi ciri utama dari$epistemologi. Apa yangdifahami dengan menggunakan pendekatansubjectivist (anti-positivism), memberikanpenekanan bahwa knowledge adalah sangatsubjective, spiritual atau bersifat transcenden-tal yang didasarkan atas pengalaman danpandangan dari manusia. Hal berbeda denganpendekatan objectivist (positivism) yang selaluberpandangan bahwa knowledge itu adalahdalam bentuk tangible (yang biasanyadiilustrasikan seperti hard, real, dan capableof being transmitted to others) (Burrell andMorgan, 1994: 1).

Pandangan dari asumsi filsafat yangketiga adalah human nature (manusia). Burrelldan Morgan (1994) memandang bahwa filsafatilmu juga harus mampu melihat keterkaitanantara human beings dan environment.Pendekatan voluntarism memberikan pene-kanan pada esensi manusia ‘berada’ di duniaini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai‘free will and choice’. Manusia pada sisi inidilihat sebagai ‘creator ’ dan mempunyaiperspektif untuk menciptakan fenomena sosialdengan daya kreatifitasnya. Sebaliknya,

pendekatan determinism mempunyai corak lainyang esensinya manusia ditempatkan pada sisi‘dikendalikan’. Hal ini mempunyai misi bahwamanusia tidak mempunyai ‘will of choices’.

Dimensi asumsi filsafat yang keempatadalah melengkapi ketiga asumsi sebelumnya,ontology, epistemology, dan human nature,yang dinamakan methodology.

Each one has important consequences forthe way in which one attempts to investi-gate and obtain ‘knowledge’ about thesocial world. Different ontologies, epis-temologies dan models of human natureare likely to incline social scientists to-ward different metodologies (Burrell andMorgan, 1994: 2).

Asumsi filsafat ini memberikan artibahwa penentuan methodology tidak lainadalah sebagai akibat dari penetapan tigaasumsi filsafat yang terdahulu. Methodologidifahami sebagai cara untuk menjastifikasi danmenentukan teknik yang tepat untuk mem-peroleh knowledge. Satu sisi ektrim pendekatanatas methodologi disebut pendekatan ideo-graphic. Pendekatan ideographic yangmempunyai unsur utama subjectivismmelandaskan pada pandangan bahwa sesorangakan dapat memahami dunia sosial (the socialworld) dan fenomena yang diinvestigasi, bilaia memperolehnya atas dasar first-hand knowl-edge. Pandangan ini tidak lain memberikangambaran terhadap ‘daya-dekat’ manusia danfenomena yang diinvestigasi. Hal ini mem-berikan penekanan bahwa analisa subjectivitasdan keterlibatan dalam kehidupan akan mem-punyai validitas yang tinggi dalam memecah-kan permasalahan sosial. Sebaliknya, pende-katan nomothetic mempunyai sistem yang bakuuntuk melakukan penyelidikan/ riset yangbiasanya disebut dengan systematic protocoldan technique. Sistematika ini sering dijumpaidalam penelaahan dan melakukan riset di duniailmu pasti (natural sciences).

13Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Filsafat Paradigma ‘Konvensional’Filsafat paradigma yang dikemukakan

Burrell dan Morgan adalah merupakan alter-natif yang relatif ‘kompleks’ untuk difahami.Sekalipun demikian, Filsafat Burrell dan Mor-gan telah memberikan peluang untuk mengem-bangkan paradigma-paradigma kontemporeryang dalam dekade terakhir ini bermunculan.Dan Burrell dan Morgan dapat mengakomodasiperkembangan tersebut, tanpa harus mereduksibahasan dari esensi ilmiah dan makna yangterkandung. Filsafat paradigma tidak hanyasatu. Ada beberapa pandangan dan pendekatantentang filsafat paradigma dalam ilmu penge-tahuan. Chalmers (1988) memberikan panda-ngan tentang paradigma di ilmu pengetahuanyang antara lain rationalism versus relativism,invidualism versus objectivism dan ada bebe-rapa yang lain. Dalam bahasan ini akandidiskusikan tentang filsafat paradigma yangdikemukakan oleh Creswell (1994). Filsafatparadigma Creswell ini telah mendominasi caraberfikir para ilmuwan yang beranggapan adanyadichotomi dalam kehidupan manusia. Diamemberikan dichotomi antara qualitative danquantitative.

Dua paradigma ini, qualitative dan quan-titative, sangat populer dikalangan para penelitipada awal abad ke 20-an. Kemudian paradigmaini terkenal dengan sebutan filsafat paradigmaabad ke 20. Istilah ini sering pula disebutsebagai istilah konvenskonal dan lasim dipakaiuntuk melakukan kajian terhadap pemecahanpermasalahan sosial. Paradigma qualitativeberlandaskan pada pemahaman tentangpendekatan-pendekatan kontemporer sepertipendekatan constructivist atau naturalistc (Lin-coln and Guba, 1985), pendekatan interpreta-

tive (Smith, 1983), post-positivist (Quantz,1992) dan Post-modernist (Smart, 1985,Sukoharsono, 1993b). Dan paradigma ini jugasekaligus sebagai ‘countermovement’ kebera-daan paradigma positivist. Sementara, para-digma qualitative secara sederhana diistilahkandengan traditional, positivist, experimental,atau empiricist. Pemikiran ini berlandaskanpada faham yang dikembangkan oleh parapendahuluan sebagai tradisi yaitu Comte, Mill,Durkheim, Newton dan Locke ( Smith, 1983).

Secara prinsip pendekatan yangdilakukan dengan menggunakan label qualita-tive dan quantitative ini adalah relatif samadengan apa yang dikemukakan pada bahasansebelumnya dari Burrell dan Morgan. Tetapi,paradigma ini mempunyai penjelasan yangsecara spesifik dan karakteristik yang tidakdijelaskan secara detail oleh Burrell dan Mor-gan (1994) yaitu tentang axiology dan rethoric.Asumsi filsafat axiology memberikan perhatianpada peran nilai (role of value) dalam riset. Padaparadigma quantitative peran peneliti dan nilaiyang termuat dalam makna riset terdapat‘jarak’. Laporan hasil riset sedapat mungkinmenghindari personal statement dan sangatmenekankan dengan pengungkapan ‘imper-sonal language’. Quantitative dalam bahan initidak lain mempunyai makna yang relatif samadengan Paradigma Objectivist nya Burrell danMorgan. Filsafat axiology dalam paradigmaqualitative mempunyai makna bahwa penelitimembawa nilai-nilai sosial yang diletakkandalam menjastifikasi fenomena yang diinves-tigasi. ‘Bias’ dan pengalaman peneliti menjadiunsur penting dalam pemecahan masalah atasfenomena yang diteliti. Dibawah ini adalahasumsi-asumsi filsafat yang melatar-belakangiparadigma qualitative dan quantitative.

14 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Asumsi-asumsi Filsafat paradigma qualitative dan quantitative

Adpted from Firestone (1987), Guba &Lincoln (1988) and McCracken (1988).

Asumsi-asumsi filsafat diatas mempu-nyai kemiripan dengan apa yang telah didis-kusikan sebelumnya dari Burrell dan Morgan(1994). Hal ini tampak dari asumsi yang dipakaioleh keduanya mirip. Ontology, epistemologydan Methodology mempunyai bahasan yangsama. Asumsi filsafat axiology dan rhetoricapada paradigma qualitative dan quantitativeadalah sebagai pengganti human nature (sifatmanusia) pada paradigma subjectivist dan ob-jectivist. Perlu dicermati disini adalah manusiasebagai makluh sosial mempunyai unsur akanpemahaman nilai (role of value) dan rhetorica.Kedua hal ini sebagai unsur filsafat ilmu yangmelekat dalam rangka wacana sosial dankehidupan yang saling bergantung satu danindivisu yang lain.

Penyeleksian Paradigma Riset IlmuSosial

Banyak para peneliti ilmu sosial tidakmenyadari akan pvoses pemilihan paradigma.Kebiasaan yang muncul riset dilakukan tanpamengenal akan filsafat jastifikasi ‘kebenaran’(‘truth’). Ketidak-sadaran peneliti akan hal iniakan membawa dampak bahwa hasil risetmereka tanpa mempunyai proses peganganilmiah yang ‘sadar’ akan keberadaannya. Risetdilakukan semata-mata hanya untuk mem-peroleh hasil atau solusi, tanpa mengenal danmemahami proses pembenaran secara ilmiahdapat dipertanggungjawakan. Tidak herankemudian banyak hasil penelitian ilmu sosial‘sulit’ (kalau tidak ingin dikatakan ‘tidakdapat’) diaplikasikan dalam real world.Pertanyaan ini pernah dilontarkan oleh banyakahli (eg., Burchell et al, 1980 and 1985).

15Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Gaffikin dalam pandangannya tentang ‘keha-rusan memahami’ paradigma,

... it is important for those working in anydiscipline to know the basis on which theyrest their claims to knowledge. (lihat,Sukoharsono, 1995).

Pernyataan ini mempunyai makna bahwaparadigma riset harus diketahui terlebih dahulusebelum riset dilakukan. Bila hal ini tidakdilakukan, akibat yang akan muncul adalahdalam bahasa jawa disebut ‘ngebo bingung’,yang akan membawa arti ‘tidak tahu’ claimpembenaran hasil riset. Seyogyanya, penela-haan paradigma riset harus dilakukan secaradini untuk memberikan fondasi dan pilarjastifikasi riset atas fenomena social yang akandiinvestigasi.

Dibawah ini akan diungkapkan beberapakriteria yang dapat dipakai sebagai arahandalam menentukan paradigma apa yang harusditetapkan dan apa konsekuensi atas paradigmatersebut.

Pada kriteria perspektif peneliti,dimaksudkan peneliti untuk mendefinisikanasumsi filsafat yang melatar-belakangipelaksanaan riset dan mendefinisikan realitas

sosial yang ingin dicapai. Pada kriteria ini,pendefinisian ontology, epistemology, axiologydan rhetorica sangat diperlukan. Sebagaicontoh, pada kriteria ini peneliti dapat menen-tukan realitas disiplin dan fenomena yang akandiinvestigasi. Jika, peneliti mempunyai persepsibahwa realitas sosial adalah subjectif danberkeinginan untuk berinteraksi lebih dekatdengan sumber masalah riset, mereka harusmelakukan dan menentukan paradigma risetsubjectivist. Atau mungkin peneliti yang lainingin menggunakan paradigma objectivismyang menggunakan teknik riset experimentalinstrumen atau survey dengan menggunakankuestioner. Dalam penentuan kriteria ini sangatmempunyai keterkaitan dengan kriteria keduayaitu experiment dan skill peneliti. Kriteviakedua ini menyangkut masalah teknis pelak-sanaan yang antara lain teknis penulisan, sci-entific kriteria, program statistic computer, danwacana logis. Kesemua ini menjadi syaratdalam penentuan paradigma yang akan dipilih.

Ketidak tahuan akan contoh diatas menga-kibatkan ‘kurang bermanfaat’ hasil riset yangdiperoleh. Creswell (1994) mengingatkanbahwa kriteria kedua ini mempunyai daya

16 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dukung yang cukup besar untuk keberhasilanpelaksanaan riset dan makna hasil yangdiperoleh.

Kriteria ketiga dan keempat mempunyaispesifikasi akan metode yang dipakai untukmenginvestigasi. Pengadopsian paradigmaquantitative, misalnya, harus difahami ‘generalrules’ yang biasanya dilakukan sehingga tidakmenyimpang dari apa yang disebut dengan ‘sci-entific approach’. Paradigma ini harus mentaatikaidah umum yang berlaku untuk melakukanriset yang antara lain tentang pemisahankasanah teori dengan fenomena yang diinves-tigasi. Teori, menurut pandangan ini, sebagaisuatu yang terpisah dan dilaporkan dalam kum-pulan yang disebut dengan tinjauan pustaka.Begitu juga dalam kaitannya dengan kriteriayang keempat, harus menjelaskan secaragamblang variabel-variabel apa saja yang akandijadikan obyek bahasan dan bila mungkin akandilakukan uji tes untuk melihat ‘kebenaran’yang ada. Tidak jarang (dan hampir keseluruhanlaporan hasil riset dengan menggunakanparadigma quantitative) selalu akan munculhipothesa uji.

Perbedaan dengan paradigma objectiv-ism, subjectivism lebih melihat akan esensiketerlibatan peneliti dalam nuanwa rkset. Tidakmengenal prosedur dan hukum yang baku untukpelaksanaan riset. Daya kreativitas peneliti danself-jastifikasi keperluan sangat mendominasikebijaksanaan riset. Tidak juga mengenal vari-able-variable yang dinyatakan secara eksplisitdan tidak juga dilakukan tes untuk mengkon-firmasi validitas variable tersebut. Hipothesaada, tetapi tidak dinyatakan secara eksplisituntuk melihat pengaruhnya. Hipothesa lebihmempunyai makna, bilamana peneliti melaku-kan partisipasi aktif dalam proses menjawabhipothesa tersebut.

Kriteria kelima yaitu ‘audience for thestudy’ adalah upaya untuk mengantisipasipemakai dari laporan ilmiah tersebut. Per-bedaan dalam menset audience/ pembaca dapatmengakibatkan perbedaan dalam membuatlaporan ilmiah. Penyajian untuk jurnal editor

akan mempunyai pengaruh terhadap hasil risetbilamana dilaporkan dalam bentuk ‘long’ for-mat. Begitu pula, setting untuk penyajian pro-gram doktor akan mempunyai nuansa yangberbeda dengan format yang lain. Kesemua inimemberikan acuan bahwa kehidupan sosial inipenuh dengan dinamika dan proses pemba-haruan. Waktu adalah perubahan, ini bermaknabahwa dinamika perbedaan merupakan halyang lazim dalam kehidupan bersosial.

Strategi dan Teknik RisetUntuk mengawali bahasan ini, sebuah

meta-level research harus didefiniskan. Peha-man tentang riset kadangkala membuat penelitilupa akan hakekat maknanya. Riset adalahproses untuk mencari ‘kebenaran’ yang dilaku-kan dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian. Secara operasional riset mensaratkanminimal 6 (enam) hal yang harus dipertimbang-kan;(1) an orderly investigation of a defined prob-

lem(2) appropriate scientific methods used(3) adequate and representative evidence gath-

ered(4) logical,(5) demonstrated the reasonableness or valid-

ity of the conclusions(6) cumulative results of research in a given

area yield general principles or laws thatmay be applied with confidence under simi-lar conditions in the future (Buckley et al,1976 and Pattillo, 1980).

Murdick (1966) menklarifikasi definisiriset dengan memberikan contoh tentang yangtidak disebut sebagai riset. Aneh kedengarnya.Memang demikian, dia mempunyai alasan yangberbeda dengan yang lain. Dia membeberkan“intuition, creativity, and speculation” yangsering berperan secara luas dalam memberikanmasukkan dan arahan riset, hal ini tidak dapatdisebut sebagai riset. Buckley et al (1976) mem-berikan kriteria yang bukan riset antara lain,

17Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Research is not simply gathering and clas-sifying facts, it is not an exercise in theapplication of a technique or toll; it is notthe study in which no conclusions aredrawn (Buckle et al., 1976: 28).

Research is an intrinsic aspect of scienceand interacts with the basic building blocks foradvancing science and solving significant prob-lems (Murdick, 1966: 15-16).

Dari apa yang dikatakan oleh Murdick inimemberikan pengertian bahwa riset dan science(ilmu) mempunyai hubungan yang erat. Riset

dilakukan untuk menjembatani dan mengujigap antara ‘fantasy’ dengan ‘fakta’. Kedua halini perlu ada klarifikasi sehingga riset mem-punyai kemampuan untuk menjelaskan faktadan/ atau fenomena sosial.

Dalam pelaksanaan riset dikenal berbagaifungsi yang tergantung kepada siapa dan untukapa riset dilakukan. Sebagai ilustrasi untukmelakukan strategi riset apa yang akan dila-kukan akan dijelaskan dibawah ini tentangperan peneliti dan orientasi peneliti sebagaiberikut:

18 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

19Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Hasil Riset Untuk Siapa?Penjelasan diatas menunjukkan bagai-

mana riset mempunyai kompleksitas. Tidakbegitu saja riset dibangun dengan masalah yangdimunculkan tetapi perlu pula diketahui para-digma apa yang dipakai untuk mendekatkanmasalah yang akan diriset. Belum lagi persoalanmetodologi dan sifat dari pengetahuan memer-lukan perhatian khusus. Pada sub bahasan iniakan didiskusikan terkait dengan kepada siapariset tersebut diperuntukan. Peruntukkan hasil

riset adalah penting untuk diketahui. Masing-masing peruntukan mempunyai karakteristikyang berbeda format dan model diskusi tudituangkan dalam hasil riset. Tidaklah jauhberbeda dengan pemahaman terhadap jenislaporan antara skripsi, tesis dan disertasi. Ketigabentuk ini mempunyai karakteristik yangberbeda dalam format kedalaman isi diskusi danmetodologi.

Berikut ini adalah hasil riset denganberbagai peruntukannya:

Dari ke 6 peruntukan diatas, dapat menggambarkan keberagaman standar hasil penelitian yangmasing-masing mempunyai standar yang berbeda.

20 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Daftar RujukanBuckley, JW. et al. 1976. Research Methodol-

ogy & Business Decisions. NAA & SIAC.Burchell, S., C. Clubb, A.G. Howood, J.

Hughes, and J. Nahapiet. 1980. The Rolesof Accounting in Organizations and So-ciety. Accounting, Organizations andSociety. pp.5-27.

Burchell, S., C. Clubb, A.G. Howood. 1985.Accounting in Its Social Context: To-wards a History of Value Added in theUK. Accounting, Organizations and So-ciety, Vol 10. No 4. pp.381-413.

Firestone, WA. 1987. Meaning in Method: TheRhetoric of Quantitative and QualitativeResearch. Educational Researcher. 16(7).16-21.

Capra, Fritjof. 2000. The Tao of Physics. 4thEdition. Terjemahan. 2005. Jalasutra.Yogyakarta.

Guba, EG., and Y. Lincoln. 1988. Do InquiryParadigms Imply Inquiry Methodolodies?In DM. Fetterman (Eds.). QualitativeApproaches to Evaluation in Education.New York: Praeger. pp. 89-115.

Lincoln, YS., and EG. Guba. 1985. Naturalis-tic Inquiry. Beverly Hills, CA: Sage.

McCracken, G. 1988. The Long Interview.Newbury Park, CA: Sage.

Murdick, RF. 1966. Business Research: Con-cept and Practice. Scranto: InternationalTextbook Company.

Pattillo, JW. 1980. The Role of Applied Re-search in Accounting. In Jk Courtis (Eds).Research and Methodology in Account-ing and Financial Management. AFMExploratoy Series No.9.

Quantz, RA. 1992. On Critical Ethnography(with some postmodern considerations).In M.D. LeCompte, WL. Millroy and J.Preissle (Eds). The Handbook of Quali-tative Research in Education. New York:Academic Press.

Smart, B. 1985. Michel Foucault. England:Ellis Horwood Ltd.

Smith, JK. 1983. Quantitative and QualitativeResearch: An Attempt to Clarify the Is-sue. Educational Researcher. pp. 6-13.

Sukoharsono E.G., and M.J.R. Gaffikin. 1993a.“The Genesis of Accounting in Indone-sia: The Dutch Colonialism in the Early17th Century.” The Indonesian Journalof Accounting and Business Society. Vol1. No 1.

Sukoharsono, EG. 1995. A Power and Knowl-edge Analysis of Indonesian AccountingThough. PhD Dissertation. University ofWollongong.

Sukoharsono, EG., and MJR. Gaffikin. 1993b.Power and Knowledge in Accounting:Some Analyses and Thoughts on Social,Political, and Economic Forces in Ac-counting and Profession in Indonesia1800 - 1950s. Working Papers Series No.4. University of Wollongong.

Sukoharsono, Eko Ganis. 2000. Bookeeping toProfessional Accounting: A UniversityPower in Indonesia, International Jour-nal of Accounting and Business Society,Vol 8, No 1

Sukoharsono, Eko Ganis. 2004a. How FastTobacco Can Be: The Logistical ProcessAt Rothmans Of Pall Mall Indonesia InThe 1997 Indonesian Economic Crisis(Joint Research with R.J.E. van derHeijden and B.G. Wagner of the FontysUniversity), International Journal of Ac-counting and Business Society, Vol 12,No 1

Sukoharsono, Eko Ganis. 2004b. The InternalManagement of UPT Bidang Studi PusatBahasa The University of Jember. TPSDPGrant

Sukoharsono, Eko Ganis and Gaffikin, Michael.2005a. The Genesis of Accounting in In-donesia: Dutch Colonialism in the Early17th Century. Critical and HistoricalStudies in Accounting. W. Funnell andR. Williams (Ed). London: Prentice HallInc.

21Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Sukoharsono, Eko Ganis.2005b (Forthcoming).Alternatif Riset Kualitatif SainsAkuntansi: Biografi, Phenomenologi,Grounded Theory, Critical Ethnografi danCase Study. Fakultas Ekonomi. Univer-sitas Brawijaya

22 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

23Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

24 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

25Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

26 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

27Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Bahasa Uzbek Dan sistem pengajarannyaDi Uzbekistan

Markhabo DjumanovaUzbekistan

[email protected]

Artikel ini memberikan informasi dalam mengajar bahasa Uzbek sesudah Uzbekistan menjadi negaramerdeka. Bahasa Uzbek merupakan satu-satunya bahasa resmi di negara Uzbekistan dan sejak tahun1992 resmi ditulis dalam abjad Latin. Semua orang ketika berkeliling Uzbekistan dapat mendengar secarajelas bahasa Uzbek Sound. Uzbek adalah bahasa resmi Uzbekistan, yang merupakan bahasa Turki Timurdan mirip dengan Bahasa Turki lainnya sebagai Kazakhstan, Kyrgyzstan, Turkmenistan, Azerbaijan dengansekitar 23,5 juta penutur terutama di Uzbekistan, tetapi juga di Australia, Cina, Jerman, Israel, Kazakhstan,Kyrgyzstan, Rusia, Tajikistan, Turki (Asia), Turkmenistan, Ukraina dan Amerika Serikat. Artikel ini terutamamenunjukkan bahasa Uzbek di tempat-tempat pendidikan sebagai alat komunikasi utama dalam pengajaran.

PendahuluanNama “Uzbek” kemungkinan besar

berasal dari nama penguasa Muslim Oz BegKhan, yakni pemimpin Golden Horde,kelompok kuat suku Turki, 1212-1341.Seri kataUzbek Altaimerupakan rumpun bahasa bahasaTurki yang mampu membedakan dengan

bahasa lain. Hukum negara diadopsi pada 21oktober 1989.21 desember 1995.

Kemerdekaan Republik Uzbekistanmenjadikan orang asing tertarikpada bahasauzbekdan sejarah budaya dalam studi monumenkuno. Pada beberapa tahun terakhir ini, tingkatketertarikan orang asing terhadap bahasa Usbeksemakin meningkat.

28 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PenulisanPada awalnya, secara historis bahasa

Uzbekdigunakan untuk menulis huruf. Padatahun 1928 orang-orang berpendidikan dalamberbicara masih menggunakan tulisan Arab.Selanjutnya, dari tahun 1928 sampai dengan1940 digunakan aksara Latin.Pada tahun 1940sampai dengan tahun 1992dalam menulisdigunakan huruf Cyrillic. Pada perkembanganterakhirnya, tahun 1993 di Uzbekistan secararesmi mulai digunakan penulisan huruf latinlagi. Pada saat ini, di lingkungan pendidikandigunakan di aksaralatin.

Di lingkungan pendidikan Usbekistan,untuk memasyarakatkan bahasa Usbekdigunakan berbagai langkah. Pada awalnya, dilingkungan sekolah, untuk mengenalkanhukum-hukum bahasa Usbekdiajarkan konsep-konsep bahasa.Selanjutnya, pada awal tahunkemerdekaan, yaitu pada tanggal 15 oktober1993 bahasa Usbek disetujui oleh DepartemenPendidikan Nasional Republik Uzbekistansebagai bahasa resmi. Ada berbagai tujuanutama dengan pengajaran bahasa usbek disekolah, di antaranya melatih kreativitas,berpikir independen, belajar berpidato,

baikdalam bentuk lisan maupun sebagai upayapembentukan dan pengembangan keterampilanberbahasa. Pada perkembangannya, PresidenKesembilan Oily Majlis Republic Uzbekistan,menekankan bahwa tujuan utama pengajaranbahasa Usbek di sekolah untuk melatih siswamenjadi kreatif, berpikir independen, mampuberpidato sesuai dengan kondisi, baik dalambentuk lisan maupun tertulis sesuai dengankondisi yang dimasuki sebagai upaya pemben-tukan dan pengembangan keterampilan. Dalampidatonya, Presiden Kesembilan Oliy MajlisRepublik Uzbekistan berbicara tentang refor-masi pendidikan yang isinya secara ringkasmenyatakan bahwa sangat diperhatikan mutululusan, pendidikan sekolah, dan pelatihan bagimasyarakat. Dalam pidato ini, ditekankan pulapentingnya pindidikan anak-anak dalam suatulingkungan masyarakat demokratis. Lebih-lebihbagi seorang pria harus mempunyai pandanganhidup yang luas sebagai perwujudan pemikiranbebas.

Untuk melatih berpikir anak-anak secaraefektif tersebut, tidak bisa dilepaskan dari duniapendidikan. Untuk itu perlu diselaraskanantarabahasa resmi pendidikan dan bahasa ibu.

29Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Adapan tujuan utama penyelarasan bahasa dilingkungan pendidikan, bahasa pengajaran,bahasa dalam masyarakat semata-mata untukmelaksanakan peran dan tanggung jawab sosial.Adapun tujuan penyelarasan bahasa untukbeberapa ribu tahun ke depan, di antaranyasebagai alat komunikasi antara anggotamasyarakat dan menangkal gangguan, mendo-kumentasikan hasil pemikiran dan ide-ideseseorang, baik secara lisan maupun tertulis,sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaanbatin masyarakat. Sebaliknya, bahasa ibuberfungsi melatih memahami pikiran oranglaindan produk.Artinya, untuk mengajarkanpengembangan literasi komunikatif. Untuk inidiperlukan pengembangan bahasa ibu secarautuh dengan melibatkan orang berpendidikan.

Buku Pembelajaran Bahasa IbudanProgram Ilmu Pengetahuan

Dirancang untuk siswa SMA “bahasa”program pendidikan selama pendidikan limatahun mengacu pada siswa kelas 5-9 untukmempelajari materi. Murid sekolah di semuabidang departemen sastra Uzbek, diberikaninformasi tentang bagian-bagian yang selamaini belum tersedia. Namun, terlepas daripelajaran bahasa linguistik tersebut, siswamerupakan bagian utama dari bahasaUzbekyang harus diberikan materi fonetik,kosakata, tata bahasa, pengucapanyang benardan ejaan aturan,punktuasidan teknik.Disamping itu, juga perlu diberikan kamus ilmupengetahuan umum. Dari kamus ini, semuabahan bisa digunakan untuk memahami aspekkehidupan sehari-hari, seperti mengenalhukum, seni, ilmu pengetahuan, sastra, politik.Dari sini pula dapat dijelaskan masalahketerampilan dan keterampilan praktis.Padaakhirnya, semuanya merupakan tugas secarakomprehensif dari insan yang berpendidikan.

Secara sederhana, urutan pelatihanbelajar berbahasa didasarkan pada konten yangterkait. Oleh karena itu, sintaksis diberikan padadi kelas 5 kelas kuartal pertama. Materi itu,

seperti konsep yang diperlukan, fakta sederhanadan sendi di dengah kata, kalimat ekstrak.Padalevel ini, materi dikhususkan untuk pengem-bangan tanda baca. Pada awal belajarleksikalogi dan morfologi konsep penting yangdiberikan berkisar pada arti dan makna,sinonim, danlawan kata. Pada saat ini, siswakelas 6 dan kelas 5 diberikan “bahasa ibu” yangsedikit berbeda dari buku teks untuk pelajaranmorfologi.

Metode Ilmu MengajarMetode pengajaran bahasa Inggris

merupakansalah satu pedagogi Ilmu di Univer-sitas Pedagogi Fakultas Filologi dari Fanlari.Metode ini dianggap sebagai tujuan kursus,konten, alat, metode, bentuk organisasi pene-litian.

Di antara mata pelajaran dalam kuri-kulum di sekolah menengah, bahasa memain-kan peran penting. Untuk tugas pertama metodepengajaran bahasa ibu dengan dasar-dasar dansastra metodologis. Awal pembelajaran bahasaibu di perguruan tinggi terjadi sejak tahun 1930.Buku pembelajaran dan manualnya dibuat sejaktahun 1940. Sebelumnya, dunia pendidikanmenggunakan metode o’zo’qitish dalampembelajarannya. Metode tersebut mempunyaikontribusi yang signifikan terhadapperkembangan ilmu pengetahuan. Selanjutnya,metode pemelajaran”bahasa ibu”secara mod-ern dikembangkan pada tahun 1940.Munculnya buku, SA Fessalonitskiyning (1940),merupakan tonggak pembaharuan metodologipengajaran bahasa Uzbek modern. Bukutersebut mempunyai peran khusus dalamsejarah teori dan VCR.

Dalam manual pembelajaran bahasa ibudiuraikanberbagai skema, tabel, tata bahasa,serta orfografisebagai panduaan penggunaanbahasa. Perhatian utama difokuskan padapengembangan metode pidato, “kasus Prediksipriyomlar”, “meningkatkan citra pidato”,“pidato tertulis”, “tulisan”. Sejak tahun 1950mulai muncul sejumlah manual. Pada tahun

30 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

1960 dan tahun-tahun berikutnya mulaibanyaklingkup pekerjaan di bidang metodologipenelitian ilmiah. Para guru mulai mening-galkan berbagai edisi khusus: “Sekolah Soviet”(sekarang disebut “Bahasa dan Sastra Pen-didikan”) dan “surat kabar Guru” (sekarangdisebut “Pencerahan”).

Tujuan dan sasaran dari metodepengajaran bahasa asli

Tujuan utama dari metodologi pengajaranbahasa Inggris adalah siswa berani berbahasasecara bebas, benar, dan tepat, meningkatanketerampilan, mempunyai kesadaran komu-nikatif, sehingga meningkatkan budayanasional dan budaya oriental. Dengan demikian,kelas bahasa mampu mendidik anak-anakmenjadi kreatif, berpikir independen,fasihberbicara secara lisan dan tulis secara ekspresif.

Tugas utama dari metode pengajaranbahasa asli Uzbek bagi siswa adalah agarmereka mampu menggunakan bahasa sastraUzbek secara standar. Selain itu, siswa mampumenguasai orfografi dan pungtuasi dalammenulis. Selain itu, mereka akan dapat me-matuhi norma-norma bahasa sast ra danpengucapan lisan dan tulisan melalui berbagailatihan.

SimpulanBahasa Uzbek diawali dari rumpun

bahasa Turki. Sejalan dengan perkembangabangsa, bahasa Uzbek menggunakan formatpenulisan latin. Hal itu dilakukan agar bahasamereka dapat beradaptasi dengan sistempendidikan. Sejalan dengan perkembangansosial-ekonomi, bahasa Uzbek mulai penggu-naan teknologi informasi canggih dalammengajar di dalam kelas.

Pembelajaran bahasa Uzbek dilakukanmelalui pembelajaran di dalam kelas. Setelahlulus dari sekolah tinggi, mereka begas untukberkomunikasi dengan menggunakan bahasaUzbek dalam berbagai bidang ekonomi dansosial budaya hidup.

REFERENSI1. I. Karimov Tinggi spiritualitas - kekuatan

yang tak terkalahkan. -: Spiritualitas, 2008.- 173 p.

2. harmonis dikembangkan mimpi generasi.Tashkent: Universitas keadaan penerbitanilmiah, 2000. - 245 p.

3. Undang-Undang Republik Uzbekistan.Pendidikan. Dalam pendidikan tinggi.Peraturan dan metodologis dokumen.Tashkent: “kemerdekaan” penerbitan anakkepala editorial 2004. Halaman 3-8.

4. Bahasa aturan ejaan bahasa Inggris. BahasaUzbek di Cyrillic dan abjad Latin, ejaankamus. Tashkent: “Shark” editorial, 2004.pp 8-48.

II. Literatur ilmiah:1. Abdurahmonov GD. Shukurov Sh Turki

tata bahasa sejarah. Tashkent: Guru 1973.2. Bahasa Akhmedova H. Inggris mengajar

teknologi modern. - T: “kecerdasan”, 2012..3. Pekerjaan penyiapan kualifikasi, pen-

daftaran dan perlindungan. PengembanganJumaboyev A. Tukhvatulin FX, YakubovAA - Samarkand: SSU 2011.

31Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Kealpaan Berpikir IlmiahDalam Karya Ilmiah

Fitri AmiliaUniversitas Muhammadiyah Jember

[email protected]

Abstrak

Kata kunci: kealpaan, kekeliruan, kaidah, karya ilmiahMenulis karya ilmiah merupakan kegiatan menyampaikan gagasan secara jelas, tepat, logis, sistematisdan koheren dalam bahasa tulis. Ketiadaan kejelasan, ketepatan, kelogisan, kesistematisan, dan kekoherenandisebut kealpaan. Kealpaan juga diartikan sebagai bentuk kelalaian dalam menaati kaidah berpikir danaturan yang ditetapkan. Kealpaan tersebut menyebabkan kehilangan esensi ilmiah pada karya ilmiah.Dari kelima ciri tersebut, kelogisan merupakan ciri utama dalam karya ilmiah karena kebenaran gagasandisampaikan dengan bukti-bukti yang tepat. Pelanggaran pada kaidah ilmiah akan menyebabkan kegagalantransfer gagasan dari penulis kepada pembaca. Pelanggaran tersebut disebut kealpaan berpikir ilmiah.Ada beberapa bentuk kealpaan yang sering ditemukan dalam karya ilmiah, yaitu kekeliruan bahasa danambiguitas. Kekeliruan penggunaan bahasa dan ambiguitas akan menyebabkan kekacauan makna gagasan.Untuk menghindari kealpaan, diperlukan ketelitian dan ketekunan dalam penerapan kaidah berpikir danberbahasa. Ketelitian dan ketekunan merupakan modal utama dalam mengoptimalkan kemampuan berpikirilmiah. Ketelitian merupakan usaha untuk menerapkan kaidah ilmiah secara konsisten. Ketekunan berartikemauan kuat untuk bisa menaati kaidah ilmiah.

PendahuluanKegiatan menulis merupakan keteram-

pilan berbahasa yang biasanya dikuasai setelahketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menulisbukan menyalin tulisan, namun, menyampaikanide atau gagasan dengan bahasa tulis untukdapat dipahami orang lain. Dengan demikian,menulis merupakan keterampilan berbahasayang menuntut seseorang untuk dapat meng-gunakan kalimat efektif agar ide dan gagasandapat dipahami dengan baik dan benar.

Banyak bentuk kegiatan menulis sepertimenulis sastra dan menulis bahasa. Menulissastra dan menulis bahasa memiliki karak-teristik yang berbeda. Karakteristik tersebutberupa penggunaan bahasa, tujuan penulisan,ide dan gagasan yang berbeda.

Karakteristik menulis sastra lebih mene-kankan pada unsur estetis penuangan gagasandan ide kreatif dengan tujuan rekreasi jiwa.Selain itu, produk yang dihasilkan bertujuanuntuk menciptakan khatarsis dalam diri ma-nusia. Untuk itu, daya imaji dalam tulisan harusbisa membuat pembaca ikut merasakan setiapkejadian dalam tulisan. Dengan demikian,menulis sastra lebih mementingkan unsur kein-dahan dan kemanfaatan karya yang dihasilkan.

Berbeda dengan menulis sastra, menulisbahasa lebih menekankan penggunaan bahasaIndonesia yang baik dan benar serta sesuaidengan kaidah Ejaan yang Disempurnakan.Tujuan menulis bahasa adalah untuk men-transfer ide atau gagasan untuk bisa salingmemahami dan menemukan solusi sari sebuahpermasalahan. Berdasarkan tujuan tersebut,

32 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

menulis bahasa akan memungsikan kaidahberpikir logis untuk dapat mencapai tujuanpenulisan.

Berdasarkan uraian perbedaan karak-teristik tersebut, kegiatan menulis bahasa lebihmenuntut seseorang menggunakan dan mene-rapkan kaidah berpikir ilmiah. Kaidah berpikirilmiah tersebut berupa penataan kaidah logikadalam berpikir.

Kemampuan berpikir secara ilmiahmerupakan salah satu bentuk anugerah Allahkepada manusia. Kemampuan berpikir beradadalam otak manusia yang dilengkapi denganseperangkat piranti lunak. Piranti lunak tersebutdisebut sebagai LAD atau language acquicitiondevice. Selain piranti tersebut, otak manusiadisebut sebagai bukti pembeda antara manusiadengan makhluk lainnya. Dengan otak tersebutmanusia dapat membedakan setiap fenomenadengan baik. Dilihat dari segi kemampuanberpikir kebahasaan, Jackendoff (2002: 130)menyatakan otak manusia adalah penyimpanbahasa dalam kapasitas yang besar dan dalamwaktu yang relatif lama, meliputi kata, frasa dankalimat.

Otak manusia diciptakan dengan kemam-puan yang berbeda. Dardjowidjojo (2014:202)menyatakan otak manusia berbeda dengan otakbinatang. Perbedaan tersebut terletak pada ke-mampuan berpikir dan kemampuan mengguna-kan bahasa. Meskipun secara ukuran danbobot, ada beberapa otak binatang yang lebihberat dan lebih besar daripada otak manusiaseperti otak gajah dan binatang dengan ukuranbesar lainnya. Kemampuan tersebut menjadiciri utama manusia yang dapat disebut sebagaikeutamaan manusia dibandingkan makhluklainnya.

Dilihat dari keutamaan manusia di-bandingkan makhluk lainnya, setiap manusiamemiliki kesempatan dan kemampuan berpikirtersebut. Namun, yang membedakan kualitaskemampuan tersebut adalah kemampuanberpikir secara genetik dan kemauan untukmengasah kemampuan tersebut. Kemampuansecara genetik dapat diturunkan oleh orang tua

terhadap anaknya. Namun, yang lebih utamadari kemampuan secara genetik adalahkemauan untuk mengasah dan meningkatkankemampuan tersebut.

Kemauan yang kuat akan mengantarkanseseorang memiliki kemampuan. Dalamkonteks ini adalah kemampuan berpikir secarailmiah. Disadari atau tidak, pada hakikatnyaAllah telah memberikan modal untuk bisaberpikir. Namun, tidak semua orang memilikikesadaran untuk mau memiliki kemampuanberpikir yang baik.

Banyak faktor yang mengindikasi kanadanya ketidakmampuan berpikir. Faktor utamaadalah kelengahan dalam mengoptimalkankemampuan berpikir yang ada dalam diri setiapmanusia, ketidakmauan berlatih untuk mene-rapkan kaidah berpikir dalam kegiatan menulis.Kedua faktor tersebut merupakan penyebabadanya kealpaan berpikir dalam diri seseorang,khususnya dalam menulis karya ilmiah.

Berdasarkan observasi, ditemukan keduafaktor tersebut dakan diri mahasiswa. Kele-ngahan dapat berbentuk ketidaktelitian dalammenulis, ketidakopmtimalan target, gagasandalam tulisan, ketidakteraturan konsep tulisan.Ketidakmauan berlatih tampak dari kemalasan,ketidaksemangatan, dan keengganan untukmengoptimalkan gagasan dalam bentuk tulisanyang baik.

Berdasarkan kondisi tersebut, ditemukanbeberapa bentuk kealpaan berpikir dalam karyailmiah yang ditulis oleh mahasiswa. Bentuk-bentuk kealpaan tersebut akan diuraikan dalampembahasan.

PembahasanKarya ilmiah merupakan tulisan yang

berisi gagasan atau ide yang disusun secarasistematis berdasarkan kaidah tertentu yangmenekankan pada pengajian secara induktifuntuk mendeskripsikan fenomena, mengujiteori, mendukung teori atau bahkan menemu-kan teori baru. Oleh sebab itu, Pateda(Rohmadi, dkk: 2008: 51) menyatakan karya

33Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

ilmiah identik dengan hasil pemikiran ilmiahyang disusun secara sistematis dengan bahasayang baik dan benar. Untuk itu, dalam menuliskarya ilmiah diperlukan bahasa yang efektifagar gagasan dapat dipahami oleh pembaca.Ada beberapa ciri bahasa efektif dalam karyailmiah yaitu singkat, jelas, tepat, logis, dankoheren (Indriati, 2001: 34). Komaidi (2008:143) menambahkan kaidah sistematis danobjektif sebagai ciri karya ilmiah.

Makna jelas dalam karya ilmiah adalahtidak ambigu atau tidak menimbulkan tafsiranganda. Untuk itu, kejelasan tampak padaketegasan gagasan dan penggunaan kata yangtepat. Dengan demikian, kejelasan bahasadalam karya ilmiah akan tampak pada kejelasanide dan gagasan pembicaraan melalui pilihankata yang tepat.

Makna tepat adalah penggunaan katasesuai dengan makna yang diinginkan.Ketepatan ini akan tampak pada penggunaanbahasa standar dan bahasa ilmiah. Keraf (2007:104-105) menyatakan bahasa standar adalahdialek bahasa yang menunjukkan kelas sosialatas, seperti ilmuwan; sedangkan bahasa ilmiahadalah bahasa standar ilmuwan dalam menuliskarya ilmiah. Bahasa ilmiah atau bahasastandar dalam karya ilmiah identik denganbahasa baku. Sumarsono ( 2007: 27) menya-takan bahasa baku mengacu pada tolok ukuryang berlaku untuk kuantitas dan kualitas danditetapkan berdasarkan kesepakatan. Istilahbaku mengacu pada ragam bahasa yang“bermutu”.

Makna logis berart i lancar dalammengemukakan pendapat disertai bukti-buktidan simpulan sesuai dengan kaidah pengajiansecara induktif. Selain itu, kelogisan jugadibuktikan dengan sikap objektif terhadapfenomena.

Makna koheren berarti ada kesatuan idedalam tiap-tiap paragraf, sehingga antarparagraf terdapat kesatuan dan kesaling-hubungan. Kesatuan dan kesalinghubungangagasan antar paragraf dapat menggunakan alatbantu berupa kerangka berpikir sebagai pedo-

man dalam penyusunan paragraf.Untuk menaati kaidah tersebut, dibutuh-

kan ketelitian dan ketekunan berpikir. Kete-litian dan ketekunan menjadi pengasah dalammenghindari kealpaan berpikir. Dengan keduahal tersebut, gagasan dalam karya ilmiah akandipahami pembaca. Hal ini sesuai dengantujuan penulisan karya ilmiah yaitu menyam-paikan gagasan kepada orang lain (Indriati,2001: 34). Penulis yang gagal menyampaikangagasan ditandai dengan kegagalan pembacadalam memahami esensi gagsan dalam karyailmiahnya. Oleh sebab itu, peranan bahasa yangefektif sangat berpengaruh dalam kesuksesanmenulis karya ilmiah.

Mundiri (2012: 211-224) menyatakan adatiga bentuk kekeliruan berpikir, yaitu kekeliruanformal, informal dan kekeliruan bahasa.Kekeliruan bahasa merupakan bentuk kelalaianyang paling sering dijumpai pada penulispemula. Ada lima bentuk kekeliruan berbahasa,yaitu kekeliruan komposisi, kekeliruan pemba-gian, kekeliruan tekanan, kekeliruan amfibolidan kekeliruan penggunaan kata. Kekeliruanpenggunaan kata disebut sebagai ambiguitas.Aminudin (2001: 151) menggunakan istilahkekaburan makna untuk ambiguitas. Kekaburanmakna dibedakan menjadi ekuivokasi,amfiboli, aksentualitas, komposisi, dan devisi.Kelima istilah tersebut memiliki kesamaankonsep dengan kelima bentuk kekeliruanberbahasa yang diungkap oleh Mundiri.Berdasarkan uraian tersebut, ambiguitasmelanggar asas ketepatan dalam penulisankarya ilmiah.

Ada dua bentuk kealpaan berpikir ilmiahyang dominan dalam penulisan karya ilmiah,yaitu kekeliruan penggunaan bahasa danambiguitas. Kekeliruan penggunaan bahasamerupakan kealpaan berpikir berupa ketidak-sesuaian ragam bahasa. Telah dijelaskansebelumnya, karya ilmiah menggunakan bahasastandar, bahasa ilmiah dan ragam bahasa tulis.Kekeliruan penggunaan bahasa ini menun-jukkan ketidaktelitian penulis. Ketidaktelitianmenunjukkan sikap inkonsistensi penulis

34 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

terhadap kaidah ilmiah. Mundiri (2012: 214)menyatakan inkonsistensi merupakan keke-liruan berpikir karena tidak konsisten dalammenerapkan kaidah penulisan.

Bahasa Indonesia memiliki beberaparagam sesuai dengan tujuan dan pemakaiannya(Chaer, dkk: 2010: 68) . Dilihat dari sarananya,bahasa dibedakan antara ragam tulis dan ragamlisan. Pembagian ragam tersebut harus digu-nakan sesuai dengan pemakaian, fungsi, gaya,tingkat keformalan dan sarana penggunaan.

Kekeliruan penggunaan bahasa ditemu-kan dalam bentuk penggunaan bahasa lisan.Bentuk bahasa lisan adalah penggunaan kalimatsubjektif, kalimat tanya dan kalimat ajakan.Penggunaan bahasa lisan subjektif terdapatpada penggunaan kata saya, kita, kami. Berikutdata bahasa lisan subjektif yang ditemukan.(1) Saya telah melakukan observasi bahwa ...

(A.L. 1)(2) Mari kita amati kurikulum di sekolah ...

(A.L.2)(3) Telah kita ketahui bersama ... (A.L.3)

Ketiga kalimat tersebut menunjukkanunsur subjektivitas dalam penuangan gagasan.Dalam bahasa Indonesia baku terdapat kaidahketegasan dan objektivitas. Penggunaan katasaya dan kita menunjukkan penegasan padasubjek pelaku penelitian atau peneliti. Penelitibukan merupakan unsur yang diutamakan atauditegaskan. Unsur yang ditegaskan adalahgagasan peneliti. Dengan demikian, perlu adapenggantian penegasan pada kalimat tersebut.Kalimat (1) dapat diperbaiki menjadi:

(1a) berdasarkan observasi, ditemukanbahwa ...

Kalimat (1a) menunjukkan adanya unsurobjektivitas bahasa. Penegasan gagasan dalamkalimat tersebut adalah observasi, bukan saya.Kata observasi merupakan gagasan yang ingindisampaikan. Penegasan gagasan dalam karyatulis yang objektif merupakan ciri dari ragambaku atau ragam ilmiah. Begitu pula padakalimat (2) dan (3), perlu penataan yang baik

dan tepat sesuai dengan kaidah bahasa tulisilmiah.

Bentuk kekeliruan penggunaan bahasayang kedua adalah penggunaan kalimat tanya.Pada hakikatnya, kalimat tanya bisanyadigunakan untuk mendapatkan informasi.Penggunaan kalimat tanya dalam latar belakangpenelitian merupakan kealpaan berpikir secaratepat. Selain kalimat tanya, kalimat ajakan atauseruan juga merupakan bentuk kekeliruan peng-gunaan bahasa. Berikut data yang ditemukan:(4) apakah kalian telah mengaji ketepatan

kurilum bahasa Indonesia ? (A.T. 1)(5) Sudahkah kalian pahami? (A.T. 2)(6) Mari, kita amati aktivitas belajar siswa...

(A.S.1)(7) Hendaknya kita meneliti permasalahan ini

... (A.S.2)

Kalimat (4) dan (5) merupakan kalimattanya yang ditemukan di latar belakangpenelitian, sedangkan kalimat (6) dan (7) adalahkalimat seruan atau ajakan.

Latar belakang berisi uraian urgensipenelitian. Urgensi tersebut meliputi kadarkualitas penelitian, manfaat penelitian, dan tar-get dalam penyempurnaan teori. Penggunaankalimat tanya pada data (4) dan (5) dan kalimatajakan (6) dan (7) merupakan bentuk kelalaianberpikir dan kelalaian berbahasa baku. Peng-gunaan dua klaimat tersebut akan menggangukaidah ilmiah pada kejelasan dan ketepatanbahasa yang digunakan.

Bentuk kealpaan kedua adalah ambi-guitas. Ambiguitas akan menyebabkan adanyatafsiran ganda terhadap gagasan. Tafsiran gandamerupakan bentuk kegagalan transfer gagasandari penulis kepada pembaca. Kegagalan trans-fer gagasan ditandai dengan adanya perbedaanpemahaman.

Berikut beberapa data ambiguitas.(8) Kebutuhan siswa yang tidak terpenuhi

(A.A. 1)(9) Penelitian ini ingin meneliti penggunaan

bahasa (A.A.2)

35Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Kalimat (8) dapat menimbulkan tafsiranganda berupa ketidakjelasan makna kebutuhansiswa. Makna kebutuhan siswa dapat mengacupada kondisi belajar yang efektif, media yangsesuai, metode pembelajaran yang menyenang-kan dan lainnya. Penulisan kebutuhan siswatidak dapat dipahami pembaca dengan baikkarena penulis tidak menggunakan kata yangtepat sesuai dengan makna yang diinginkan.

Terdapat pengulangan makna padakalimat (9), penelitian dan meneliti. Pengu-langan makna dengan bentuk kata yang berbedaini juga akan menyababkan kesalahan pema-haman pembaca pada gagasan penulis. Pem-baca (mungkin) akan memahami adanyapenelitian yang tidak meneliti.

Data ambiguitas juga terdapat dalam databerikut.(10) Menurut pendapat Guru Bahasa Indone-

sia sulit untuk memahami karya sastra(A.A.3)

Data (10) menunjukkan adanya ketiadaangagasan yang disampaikan. Pembaca sulitmemahami maksud kalimat tersebut, siapayang sulit memahami karya sastra, guru atausiswa.

Berdasarkan uraian tersebut, ada duabentuk kealpaan berpikir yaitu kekeliruanpenggunaan bahasa dan ambiguitas. Kekeliruanpenggunaan bahasa berupa penggunaan bahasalisan, penggunaan kalimat tanya dan seruan.Ambiguitas merupakan kekaburan maknaakibat ketidakjelasan konsep gagasan. Duabentuk kealpaan tersebut terjadi akibat ketidak-telitian dan ketidaktekunan dalam menerapkankaidah berpikir ilmiah dalam kegiatan menulisilmiah.

PenutupanKealpaan berpikir ilmiah dapat dihindari

dengan cara berlatih secara konsisten. Berlatihsecara konsisten merupakan bentuk dariketekunan untuk mengoptimalkan kemampuanberpikir. Ketekunan yang terus menerus akan

menghasilkan ketelitian dalam menerapkankaidah berpikir. Dengan ketelitian dan kete-kunan tersebut, dapat dipastikan adanya pening-katan kemampuan berpikir ilmiah.

Daftar RujukanAminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi

Tentang Makna. Bandung: Sinar BaruAlgesindo

Chaer. 2006. Bahasa Indonesia dalamMasyarakat Telaah Semantik. Jakarta:Rineka Cipta

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010.Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2013. PsikolinguistikPengantar Pemahaman BahasaManusia. Jakarta: Yayasan Pustaka OborIndonesia

Indriati, Etty. 2001. Menulis Karya Ilmiah.Online. https://books.google.co.id/books?hl=i d&lr=&id=2GwcodeGTw4C& o i = f n d & p g = P R7 & d q = d e f i n i s i + k a r y a + i l m i a h&ots=8J6Y1DY55v&sig=_tD3ZyZqKpFe I Y T M c N 4 D n q E r y K 0 & r e d i r _esc=y#v=one page&q=definisi%20karya%20ilmiah&f=false (diakses 28Mei 2015)

Jackendoff . 2002. Fondations of Language,Brain, Meaning, Grammar, Evolution.Online. https://books.google.co.id/b o o k s ? h l = i d & l r = & i d = d 9 O 9 -w 1 c 1 j 4 C & o i = f n d & p g = P P 5 & dq=Jackendoff+&ots=6nihaL_EDg&sig=9 b0 3 5 w B C U t 4 N fu k _ 4 B Q q 8 Q i-V FI &r e d ir _ es c = y# v= o ne p ag e &q=Jackendoff&f=false (diakses 28 Mei2015)

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa.Online. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=2zm9pAbUHP8C&oi=fnd&pg=PR5&dq=keraf+argumentasi+dan+narasi&ot s=KznTbKWCgg

36 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

&sig=IcK86pzkfvZ07PevwJNOgDmXZkQ&redir_esc=y#v=onepage&q=keraf%20argumentasi%20dan%20narasi&f=false(diakses tanggal 28 Mei 2015)

Komaidi. 2008. Aku Bisa Menulis. Yogyakarta:Sabda Media

Mundiri. 2012. Logika. Jakarta: Raja GrafindoPersada

Rohmadi,Muhammad, dkk. 2008. Teori danAplikasi Bahasa Indonesia di PerguruanTinggi. Surakarta: Penerbitan dan Perce-takan UNS

Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Tentang PenulisSaya dilahirkan dari keluarga petani di

sebuah desa, pinggiran kota Jember. Lahir darikeluarga yang tidak sempat mengenyampendidikan, karena kondisi ekonomi danketidaktersediaan sarana pendidikan pada tahun60-an. Hal tersebut menjadi salah satu motivasiuntuk bisa memiliki kesempatan menikmatipendidikan yang sama dan setara denganteman-teman lainnya.

Saya Fitri Amilia. Nama tersebutdirangkai karena saya dilahirkan di bulansyawal bertepatan dengan hari raya ketupatpada tanggal 7 syawal, 31 tahun hijriyah lalu.Namun, setelah saya memahami makna kata

dalam nama tersebut, orang tua saya memilikiharapan agar saya selalu memiliki cinta-citayang suci, orang yang selalu memiliki kemauanyang suci. Suci adalah makna dari kata Fitri.

Dengan menulis artikel ini, saya inginmenyampaikan bahwa saya percaya pada anu-gerah Allah dalam setiap hambanya. Kepan-daian bukan hanya dipengaruhi oleh unsurgenetis. Kepandaian itu berasal dari kemauanyang kuat untuk menjadi tahu, paham, dan mauberbagi ilmu dengan sesama.

Pandangan tersebut, tidak langsung hadirbegitu saja. Pandangan tersebut sesuai denganpengalaman saya dalam menjalani kehidupan.Di SD, saya termasuk siswa yang tidak pandai,bahkan tidak memiliki kepercayaan diri yangbaik. Di SMP, saya mulai tertantang. Kemauansaya untuk belajar terinspirasi seorang teman.Dari SMP ini, saya mulai memiliki prestasibelajar, dan begitu pun ketika masuk MA.

Di jenjang pendidikan tinggi, kemauandan pandangan tentang kepandaian saya terasahdengan baik. Bahwa saya bisa pandai jika sayamau dan berusaha, bukan hanya saya, semuaorang yang mau dan berusaha untuk bisa, Al-lah akan menjawab ikhtiyar setiap hamba-Nya.

Hingga hari ini, saya masih percaya,bahwa kemampuan, kepandaian dan kecer-dasan adalah anugerah Allah untuk setiaphamba-Nya. Hanya butuh usaha untuk bisamemilikinya.

37Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

STRATEGI PIA SUSI DALAMPENUMBUHAN

BUDAYA MENULIS SISWA

Oleh:Elfy Rachmanita

Email: [email protected] Pascasarjana Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia

Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAKMenulis merupakan kegiatan menyampaikan ide, gagasan atau pesan dengan menggunakan tulisan sebagaimedia. Saat ini budaya menulis siswa telah banyak ditinggalkan dan digantikan dengan kegiatan lain,seperti bermain game dan gadghet. Budaya menulis harus dibiasakan mulai dari anak-anak. Pembiasaanmenulis dapat dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah sebagai dasar budaya menulissiswa di masa yang akan datang. Pembelajaran menulis di sekolah dapat dilakukan dengan strategi daninovasi pembelajaran yang membuat siswa aktif dan bersemangat, tetapisaat ini pembelajaran menulis disekolah kurang diminati oleh siswa karena dianggap membosankan. Oleh sebab itu, tulisan ini akanmenjelaskan tentang strategi Pia Susi (Pilih Ambil Susun Kreasi) sebagai salah satu alternatif strategipembelajaran menulis.Tujuan tulisan iniadalahmenjelaskan (1) struktur strategi Pia Susi dalam pembelajaranmenulis dan (2) desain strategi Pia Susi. Nama strategi Pia Susi diambil dari singkatan langkah-langkahmenulis, yakni pilih (memilih gambar), ambil (mengambil kata yang sesuai dengan gambar yang dipilih),susun (menyusun kalimat dari kata yang dipilih), kreasi (mengkreasikan kalimat menjadi sebuah wacanautuh). Strategi Pia Susi dapat digunakan sebagai alternatif pilihan strategi untuk pembelajaran menulis.Tulisan ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar mengajar menulis diberbagai tingkatpendidikan dan untuk siswa tulisan ini dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keterampilan menulis,baik menulis ilmiah ataupun menulis fiksi.

Kata Kunci: budaya menulis siswa, pembelajaran menulis, strategi Pia Susi

1. PENDAHULUAN

Berbagai penelitian mengungkapkanbahwa orang Indonesia minim akan budayamenulis. Budaya menulis seakan menjadibudaya langka di negeri ini. Menulis yangdimaksud di sini adalah menulis sesuatu yangbermutu, positif, bermanfaat dan bisa mengins-pirasi orang-orang dalam hal ini para pembacauntuk melakukan sesuatu yang positif. Dari hal

itu bisa menjadikan masyarakat sejahtera yangdiperoleh dari kegiatan membaca dan menulistersebut.

Menulis merupakan kegiatan menyam-paikan pesan dengan menggunakan tulisansebagai media. Pesan yang dimaksud berupaisi atau muatan yang terkandung dalam suatutulisan. Adapun tulisan merupakan sistemkomunikasi antarmanusia yang menggunakansimbol atau lambang bahasa tulis yang dapatdilihat dan disepakati pemakainya. Dengan

38 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

demikian, paling tidak menulis mengandungempat unsur. Keempat unsur itu meliputipenulis sebagai penyaji pesan, pesan atau isitulisan, saluran atau medium tulisan, danpembaca sebagai penerima pesan.

Budaya menulis harus dibiasakan mulaidari anak-anak, salah satunya adalah dalamproses pembelajaran. Buadaya menulis dapatdimasukkan dalam pembelajaran bahasa Indo-nesia di sekolah sebagai dasar budaya menulisseseorang di masa yang akan datang, mulai darimenulis fiksi sampai menuli non fiksi.

Keterampilan menulis yang baik dipe-roleh dengan latihan yang berulang-ulang danmemerlukan waktu yang tidak sebentar,mengingat kegiatan menulis sangat komplekdalam arti melibatkan berbagai keterampilanuntuk mengungkapkan ide, pikiran, penge-tahuan, dan pengalaman-pengalaman hidupdalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif,dan mudah dipahami. Dalam kegiatanpembelajaran menulis, siswa diarahkan untukmampu berkomunikasi dengan menggunakanbahasa tulis, anak didik diharapkan mampumenuangkan gagasan atau idenya secara runtutdengan diksi yang tepat, struktur yang benarsesuai dengan konteksnya.

Menulis salah satu kegiatan yang harusdihadapi siswa dalam proses pembelajaran,terutama untuk mata pelajaran bahasa dan sastraIndonesia. Melalui kegiatan menulis diharap-kan siswa dapat menuangkan ide-ide ataugagasan baik yang bersifat ilmiah maupunimajinatif. Oleh karena itu, sekolah tempatmengenyam pendidikan diharapkan dapatmemberikan pembelajaran tentang menulisdengan baik melalui metode yang tepatsehingga potensi dan daya kreatifitas siswadapat tersalurkan.

Pembelajaran menulis sudah sejak lamadilaksanakan dengan berbagai metode namunsampai sekarang belum ada hasil yang opti-mal. Hal tersebut seperti yang dikatakan olehSutama dkk. (1998 dalam Nurhayati 2000:13)“siswa belum dapat dikatakan mampu ber-bahasa Indonesia secara baik dan benar, baik

lisan maupun tulisan, mulai Sekolah Dasarsampai dengan Sekolah Menengah Umum”.Siswa masih bingung dan mengalami kesulitanketika harus menulis. Fenomena tersebutmemunculkan upaya sebagai bentuk solusimengatasi permasalahan tersebut.

Tarigan (1986:3) sebagai ahli yangmenyebutkan bahwa menulis merupakan suatuketerampilan berbahasa yang dipergunakanuntuk berkomunikasi secara tidak langsung,tidak secara tatap muka dengan orang lain.Sementara menurut Gie (2002:3) mengarangatau menulis adalah segenap rangkaian kegiatanseseorang mengungkapkan gagasan danmenyampaikannya melalui bahasa tulis kepadamasyarakat pembaca untuk dipahami. Melaluibahasa tulis, penulis atau pengarang berusahamengungkapkan ide-idenya agar dipahamipembaca.

Wiyanto (2004:1-2) mengemukakanbahwa menulis mempunyai dua kegiatanutama. Kegiatan yang pertama adalahmengubah bunyi yang dapat didengar menjaditanda-tanda yang dapat dilihat, sedangkan yangkedua kegiatan mengungkapkan gagasan secaratertulis. Orang yang melakukan kegiatan inidinamakan penulis dan hasil kegiatannyaberupa tulisan.

Hal ini dapat disimpulkan menulismerupakan kegiatan mengubah bunyi menjaditulisan sebagai upaya untuk mengungkapkangagasan untuk mengungkapkan gagasanmenjadi bahasa tulis memerlukan sejumlahpotensi pendukung yang untuk mencapainyadibutuhkan kesungguhan, kemauan keras,bahkan belajar dengan sungguh-sungguh(Nursisto 1999:4). Dengan demikian, wajarmenurut Nursisto bila dikatakan menciptakaniklim budaya tulis-menulis atau mengarangakan mendorong seseorang untuk lebih aktif,kreatif, dan cerdas. Untuk menciptakan budayamenulis memerlukan waktu yang tidaksebentar.

Menurut Keraf (1995:6) tujuan umummenulis dipengaruhi oleh kebutuhan dasarmanusia, yaitu: 1) keinginan untuk memberi

39Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

informasi kepada orang lain dan mendapatkaninformasi dari orang lain mengenai suatu hal,2) keinginan untuk menyakinkan seseorangmenganai suatu kebenaran akan suatu hal, danlebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapatorang lain, 3) keinginan untuk menggambarkanatau menceritakan bagaimana bentuk atauwujud suatu barang atau objek, atau men-deskripsikan cita rasa suatu benda, hal, ataubunyi, dan 4) keinginan untuk menceritakankepada orang lain tentang kejadian-kejadianatau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yangdialami maupun yang didengar dari orang lain.

Seorang tergerak menulis karenamemiliki tujuan objektif yang bisa dipertang-gungjawabkan dihadapan publik pembacanya.Karena tulisan pada dasarnya adalah saranauntuk menyampaikan pendapat atau gagasanagar dapat dipahami dan diterima orang lain.Tulisan dengan demikian menjadi salah satusarana berkomunikasi yang cukup efektif danefesien untuk menjangkau khalayak masa yangluas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuanmenulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komu-nikasi yang cukup mendasar dalam kontekspengembangan peradapan dan kebudayaanmesyarakat itu sendiri.

Adapun tujuan penulisan tersebut adalahsebagai berikut. Pertama, menginformasikansegala sesuatu, baik itu fakta, data maupunperistiwa termasuk pendapat dan pandanganterhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayakpembaca memperoleh pengetahuan dan pema-haman baru tentang berbagai hal yangdapatmaupun yang terjadi di muka bumi ini.

Kedua, membujuk; melalui tulisanseorang penulis mengharapkan pula pembacadapat menentukan sikap, apakah menyetujuiatau mendukung yang dikemukakan. Penulisharus mampu membujuk dan meyakinkanpembaca dengan menggunakan gaya bahasayang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasidari sebuah tulisan akan dapat menghasilkanapabila penulis mampu menyajikan dengangaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.

Ketiga, mendidik adalah salah satu tujuandari komunikasi melalui tulisan. Melaluimembaca hasil tulisan wawasan pengetahuanseseorang akan terus bertambah, kecerdasanterus diasah, yang pada akhirnya akanmenentukan perilaku seseorang. Orang-orangyang berpendidikan misalnya, cenderung lebihterbuka dan penuh toleransi, lebih menghargaipendapat orang lain, dan tentu saja cenderunglebih rasional.

Terakhir, menghibur; fungsi dan tujuanmenghibur dalam komunikasi, bukan monopolimedia massa, radio, televisi, namun mediacetak dapat pula berperan dalam menghiburkhalayak pembacanya. Tulisan-tulisan ataubacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengananekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pulamenjadi bacaan penglipur lara atau untukmelepaskan ketegangan setelah seharian sibukberaktifitas (Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarmo,2009:6).

Observasi yang dilakukan penulismenemukan bahwa keterampilan menulis yangdiajarkan di sekolah selama ini menggunakanmetode klasikal atau metode konvensional,yakni ceramah tanpa disertai upaya-upaya dariguru guna menarik perhatian siswa. Denganmetode tersebut seringkali menimbulkankebosanan bagi siswa sehingga karya yangdihasilkan tidak maksimal. Metode ceramahyang menarik dapat juga membantu siswaantusias dalam mengikuti pelajaran misalnyamembuat contoh yang sedang marak dibicara-kan. Yang sering penulis temui pada saatobsevasi metode ceramah yang digunakanmonoton, contoh yang digunakan sama denganyang ada pada buku acuan. Metode klasikal inikurang membantu menumbuhkan minat belajarsiswa.Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulisingin mengembangkan strategi menulis yaqngdapat diterapkan dalam proses pembelajaranmenulis di sekolah yang diberi nama strategiPIA SUSI (Pilih Ambil susun Kreasi).

40 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

2. STRUKTUR STRATEGI PIASUSI DALAM PEMBELAJA-RAN MENULIS

Kegiatan pembelajaran menulis diran-cang untuk memberikan pengalaman belajarmenulis yang melibatkan proses mental danfisik melalui interaksi antarpeserta didik, peser-ta didik dengan guru, lingkungan, dan sumberbelajar lainnya dalam rangka pencapaiankompetensi dasar menulis. Pengalaman belajaryang dimaksud dapat terwujud melalui peng-gunaan pendekatan pembelajaran yang ber-variasi dan berpusat pada peserta didik. Penga-laman belajar memuat kecakapan hidup yangperlu dikuasai peserta didik.

Adapun strategi meliputi pendekatan,metode, dan teknik. Pendekatan adalah konsepdasar yang melingkupi metode dengan cakupanteoritis tertentu. Metode merupakan jabarandari pendekatan. Satu pendekatan dapatdijabarkan ke dalam berbagai metode. Metodeadalah prosedur pembelajaran yang dapat yangfokuskan kepada pencapaian tujuan. Darimetode, teknik pembelajaran diturunkan secaraaplikasi. Satu metode dapat diaplikasikanmelalui berbagai teknik pembelajaran metodedan teknik pembelajaran menulis (Syarif,Zulkarnaini, dan Sumarmo, 2009:14).

Dalam pembelajaran menulis denganstrategiPIA SUSI (Pilih Ambil susun Kreasi) inimenggunakan pendekatan SCL (Student Cen-tre Learning) di mana siswa menjadi pusatpembelajaran. Siswa melakukan prosespembelajaran secara mandiri dan aktif.

Metode yang digunakan dalam pembe-lajaran menulis ini adalah metode langsung.Metode pengajaran langsung dirancang secarakhusus untuk mengembangkan belajar siswatentang pengetahuan prosedural dan penge-tahuan deklaratif yang terstruktur dengan baikdan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.Metode tersebut didasari anggapan bahwa padaumumnya pengetahuan dibagi dua, yaknipengetahuan deklaratif dan pengetahuan pro-sedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu (Syarif,Zulkarnaini, dan Sumarmo, 2009:15).

Dalam metode langsung, terdapat limafase yang sangat penting. Guru mengawalidengan penjelasan tentang tujuan dan latarbelakang pembelajaran serta mempersiapkansiswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itudisebut fase persiapan dan motivasi. Faseberikutnya adalah fase demontrasi, pembim-bingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan.Pada metode langsung bisa dikembangkandengan teknik pembelajaran menulis darigambar atau menulis objek langsung dan atauperbandingan objek langsung. Teknik menulisdari gambar atau menulis objek langsungbertujuan agar siswa dapat menulis dengancepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misal-nya, guru menunjukkan gambar kebakaran yangmelanda sebuah desa atau melihat langsungkejadian kebakaran sebuah desa, Dari gambartersebut siswa dapat membuat tulisan secararuntut dan logis berdasarkan gambar. Teknikyang digunakan yakni teknik pelaksanaan dikelas secara operasional yakni dengan pem-belajaran mandiri. Guru hanya menjadifasilitator dalam pembelajaran menulis.

Strategi yang digunakan dalam pembela-jaran menulis ini adalah strategiPIA SUSI (PilihAmbil Susun Kreasi) yang lebih lanjut akandijelaskan pada bagian desain strategiPIA SUSI(Pilih Ambil Susun Kreasi).

3. DESAIN STRATEGI PIA SUSIDALAM PEMBELAJARANMENULIS

Strategi PIA SUSI (Pilih Ambil SusunKreasi)merupakan strategi yang dikembangkanoleh penulis yang diambil dari prosespembelajaran menulis. Dalam pembelajarandengan menggunakan strategi ini, gurudiharapkan hanya menjadi fasilitator dan mo-tivator untuk siswa dalam mengembangkankreatifitasnya dalam kegiatan menulis.

Pertama,Pilihmemilih gambar yangsesuai dengan tema yang akan dijadikan ide

41Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

atau perangsang ide penulisan. Kurangnya ideatau tidak tergalinya ide memang dapatmembuat seseorang menemui kebuntuan saatmenulis. Tidak hanya pada penulis pemula,pada penulis profesional pun sering mengu-tarakan betapa mereka sering hehilangan minatmenulis ketika kekurangan data atau menga-lami kebuntuan ide (Winarno, 2012:66). Olehkarena itu, salah satu cara untuk merangsangide adalah dengan cara melihat gambar yangsesuai dengan tema atau topik yang dipilih.

Kedua, Ambilyakni mengambil kata yangsesuai dengan gambar yang akan dijadikandasar pengembangan penulisan. Pada bagianini, siswa diharapkan menjadi pribadi yanginisiatif. Inisiatif merupakan kekayaan dasaryang harus dimiliki oleh penulis. Tidak semuaorang memiliki kemampuan dan keberanianuntuk berinisiatif mengemukakan ide-idenyayang terpendam. Ide-ide cemerlang merupakanawal yang baik untuk memulai kebiasaanmenulis yang baik. Inisiatif ini dapat diwujud-kan dengan pengambilan kata-kata dalamgambar yang digunakan sebagai rangsanganide.

Ketiga, Susunyakni menyusun kalimatmenggunakan kata yang telah diambil darigambar sehingga menghasilkan kalimat utamauntuk dikembangkan menjadi paragraf. Untukmeyusun kalimat dalam bagian ini dibutuhkankebebasan mengungkapkan isi hati dalamtulisan. Dari bagian ini diharapkan, siswamenjadi pribadi yang kritis, karena apa yangdituangkan penulis dalam tulisannya merupa-kan uneg-unegatau isi hati yang dipertajam olehsikap kritis penulis yang menjadikan tulisandiminati oleh pembaca.

Terakhir, Kraesiyakni mengkreasikankalimat utama menjadi paragraf yang utuh yangdisempurnakan dengan kalimat penjelas dankata hubung yang menghasilkan paragraf utuhyang sesuai dengan tema dan jenis paragrafyang diinginkan.

Strategi ini dapat digunakan untukpembelajaran menulis berbagai jenis tulisan,

baik fiksi maupun non fiksi, sastra maupunkarya ilmiah.Tulisan fiksi yang dapat dihasilkanmisalnya saja puisi, cerpen, novel, dan lain-lain.Pembelajaran menulis karya non fiksi jugadapat dilaksanakan menggunakan strategi PIASUSIini.

Diharapkan setelah menggunakanstrategi PIA SUSI (Pilih Ambil SusunKreasi)dalam pembelajaran menulis, siswaterbiasa memakai strategi ini untuk menulisberbagai tulisan baik dalam pembelajaranmenulis maupun menulis untuk hiburan semata,sehingga menulis dapat menjadi budaya.

4. SIMPULAN DAN SARANMenulis tidak lagi menjadi hal yang

disukai oleh seseorang. Bahkan, menulissudahmerupakan kegiatan yang langka dilakukan.Untuk melatih kebiasaan tersebut dapatdilakukan dalam pembelajaran di sekolah,terutama pembelajaran bahasa Indonesia.Strategi PIA SUSI (Pilih Ambil Susun Kreasi)dapat dijadikan salah satu alternatif strategipembelajaran menulis, baik menulis fiksimaupun non fiksi. Tulisan ini dapat diman-faatkan oleh guru dalam proses belajarmengajar menulis di berbagai tingkat pen-didikan dan untuk siswa tulisan ini dapatdijadikan sarana untuk meningkatkan keteram-pilan menulis, baik menulis ilmiah ataupunmenulis fiksi.

DAFTAR PUSTAKAGie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. Nurhayati. 2000. Pembelajaran

Menulis. Jurnal Ilmiah. Yogyakarta: Uni-versitas Negeri Yogyakarta.

Nursisto.1999. Penuntun Mengarang.Yogyakarta: Adicita.

Syarif, Elina., Zulkarnaini, dan Sumarmo. 2009.

42 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pembelajaran Menulis. Jakarta: PusatPengembangan dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga KependidikanBahasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis SebagaiSuatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Winanro. 2012. Kiat Sukses Menjadi Penulis.Jakarta: Platinum.

Wiyanto, Asnul. 2004. Menulis Paragraf.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indo-nesia.

Biografi PenulisPenulis adalah mahasiswa Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang ProdiMagister Pendidikan Sastra Dan Bahasa Indo-nesia. Penulis juga seorang Guru SMA Negeri1 Singosari Kabupaten Malang. penulis lahirdi Kota Malang pada tanggal 7 Maret 1992.Pendidikan terakhirnya adalah sarjana Pen-didikan Bahasa Indonesia di Universitas NegeriMalang. Penulis berkosentrasi pada bidangPendidikan dan Pembelajaran Bahasa Indone-sia karena keinginannya untuk membuatpembelajaran Bahasa Indonesia disenangi dandiminati oleh siswa yang merupakan generasipenerus yang nantinya akan memakai danmenjaga Bahasa Indonesia.

43Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Menulis sebagai Arena KonstruksiDiri Siswa secara Harmonis

Oleh:Nurcholis Sunuyeko

Lilik WahyuniAhmad Lani

IKIP Budi Utomo Malang, Jl. Simpang Arjuno 14B Malang

Abstrak: Pembelajaran yang lebih menekankan pada transfer of knowledge berdampak pada hubungansiswa dengan sekolah dan guru cenderung bersifat mekanis. Keadaan tersebut menimbulkanketidakharmonisan hubungan guru dan siswa. Hal tersebut bisa diatasi dengan dengan interaksi yangefektif melalui pembelajaran menulis. Fokus kajian ini meliputi (1) kedudukan menulis dalam Kurikulum2013, (2) menulis sebagai arena konstruksi ideologi, dan (3) menulis sebagai arena penyampai strukturkognitif. Hasil kajiannya adalah pertama, dalam kurikulum 2013, siswa mempelajari menulis prosedurkompleks, narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi agar bisa menjelaskan suatu urutan kejadian sehinggamenambah pengetahuan pembaca. Kedua, menulis merupakan kegiatan konstruksi ideologi. Ketiga,menulis merupakan praktik penyampaian struktur kognitif penuturnya melalui interaksi aktif dengan mitratuturnya.Key word: menulis, arena, konstruksi habitus, Harmonis

Pembelajaran di sekolah selama ini lebihmenekankan pada transfer of knowledgemengkonstuk diri siswa yang cenderung hanyamengembangkan kecerdasan otak. Para gurudan juga orang tua merasa puas jika siswamendapatkan nilai baik pada hasil ulangannya.Mereka jarang, atau bahkan tidak pernah,memikirkan bagaimana proses untuk menda-patkan nilai tersebut. Kecerdasan emosionaldan spiritual selama ini kurang diperhatikandengan serius.

Fakta pembelajaran tersebut berdampakpada hubungan siswa dengan sekolah dan gurucenderung bersifat mekanis. Di antara merekatidak ada rasa saling memiliki dan menyayangi.Siswa sering bertindak anarkis, bahkan mela-kukan perusakan sekolah dan pengeroyokanguru. Sebagaimana dapat dilihat pada hariKamis, 06 Pebruari 2014, siswa kelas 10 dan11 di SMA Negeri 6 Makassar, Sulsel

melakukan perusakan terhadap 27 ruang kelasdan fasilitas sekolah lainnya dirusak danmenuntut pencopotan kepala sekolah SMANegeri 6 Makassar yang diduga menyele-wengkan dana perbaikan fasilitas sekolah (http://www.tribunnews.com/ images/regional/view/1010222/siswa-sma-negeri-6-makassar-merusak-sekolahnya). Selain itu, SMPN 1Telagasari, Karawang dikeroyok oleh sekelom-pok pemuda mabuk, yang di dalamnya terdapatmuridnya (http://www.radar-karawang.com/2014/11/guru-babak-belur-dikeroyok-murid.html). Di sisi lain, seorang siswa kelasVIII SMPN 1 Pondidaha, Kabupaten Konawe,Sulawesi Tenggara, Kevin, harus dirawat dirumah sakit jiwa setelah dipukul dua orang gurudan enam teman Kevin (http://regional.kompas.com/read/2013/04/02/18483956/Dike-r o yo k . Gu r u . da n. Tema n. . S iswa . S MP.Masuk.RSJ).

44 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Kasus di atas menunjukkan bahwapembelajaran yang hanya menekankan trans-fer of knowledge dapat menimbulkanketidakharmonisan hubungan guru dan siswa.Siswa seolah-olah hanya membutuhkanpengetahuan saja dari sekolah. Padahal tujuanesensial pembelajaran adalah membina siswasecara holistik, baik aspek kognitif, psiko-motorik, maupun aspek afektif. Sebagaimanadikatakan oleh Armstrong dalam Fierros (2004)bahwa kurikulum tidak hanya menyediakanguru dengan kemampuan untuk melakukanpendidikan secara personal terhadap siswa,akan tetapi juga untuk membantu menum-buhkan gairah hidup dan untuk kepentingankarir. Dengan begitu, guru harus mampumelakukan pembelajaran secara harmonis.

Hubungan harmonis bisa diciptakan gurumelalui interaksi yang efektif. Dalam prosespembelajaran, siswa harus mendengarkanpenuh perhatian, berdebat secara baik, meng-hormati orang yang sedang berbicara. Keadaantersebut diantisipasi oleh kurikulum 2013melalui pembelajaran otentik dan penempatanbahasa Indonesia sebagai penghela matapelajaran lainnya. Melalui pembelajaranbahasa, salah satunya keterampilan menulis,siswa diharapkan mampu melakukan pem-belajaran secara cepat dan menyenangkan.Sebagaimana dikatakan oleh Hasani (2005:2)bahwa keterampilan menulis merupakanketerampilan yang bersifat mekanistis. Kete-rampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanyamelalui teori saja, tetapi harus dilaksanakanmelalui latihan dan praktik yang teratursehingga menghasilkan tulisan yang tersusundengan baik. Kejelasan organisasi tulisanbergantung pada cara berpikir, penyusunanyang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

Melalui pembelajaran menulis, gurumelatih siswa untuk berpikir secara sistematisrasional dan ilmiah, sehingga diharapkan dapatmempengaruhi prestasi belajar siswa. Melaluimenulis siswa dilatih untuk mengorganisasikanide, gagasan, pendapat, atau tanggapan. Dengan

begitu akan tercipta hubungan kausal yangtinggi. Sebagaimana dikatakan oleh Keraf(1999:74) bahwa agar memiliki kepekaan yangtinggi terhadap permasalahan yang ada dilingkungannya diperlukan sikap kritis dengansering melakukan pengamatan yang jeli ataumelakukan analisis kausal yang dikaitkandengan analisis sebab akibat. Analisis kausalatau sebab akibat adalah hubungan yang meli-batkan suatu objek atau lebih yang dianggapmenjadi timbulnya atau terjadinya hal yang lain.

Untuk melihat peran menulis sebagaiarena konstruksi diri secara harmonis, berikutdilakukan kajian yang difokuskan pada (1)kedudukan menulis dalam Kurikulum 2013, (2)menulis sebagai arena konstruksi ideologi, dan(3) menulis sebagai arena penyampai strukturkognitif.

Kedudukan Menulis dalam Kuriku-lum 2013

Dalam Kurikulum 2013, mata pelajaranbahasa Indonesia memiliki kedudukan yangsangat strategis. Mata pelajaran bahasa Indo-nesia ditempatkan sebagai penghela matapelajaran lain. Peran mata pelajaran bahasa In-donesia tersebut menjadi sangat dominan, yaitusebagai saluran untuk mengantarkan kandu-ngan materi dari semua sumber kompetensikepada siswa. Kandungan materi mata pela-jaran lain dijadikan sebagai isi dalam peng-gunaan jenis teks yang sesuai dalam matapelajaran bahasa Indonesia.

Sebagaimana dikatakan oleh Bilash(2011) bahwa salah satu tujuan utama dari gurubahasa adalah untuk memberi siswa alat untukbisa menjadi komunikator yang efektif. Ketikasiswa mengerjakan proyek dan tugas, siswasering kurang kemampuan praktis untukmenghasilkan bahasa yang aktual sehinggajelas. Dalam kasus ini, siswa mungkin mem-punyai pengetahuan yang baik yang diperlukanuntuk menyelesaikan tugas, tapi mungkinmereka tidak mampu mengungkapkan denganbahasa yang komunikatif. Karena itu, guru

45Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

seharusnya perlu melakukan pembelajaranbahasa dengan mempertimbangkan pendekatankomunikatif, berfokus pada fungsi bahasa,untuk membekali siswa untuk menyelesaikantugas yang diberikan secara benar. Hal inisejalan dengan orientasi kurikulum 2013 yangmenempatkan mata pelajaran lain menyatudengan mata pelajaran bahasa.

Dalam kurikulum 2013, pembelajaranbahasa Indonesia digunakan untuk mengan-tarkan pemahaman terhadap pengetahuan lain.Sebagai contoh dapat dilihat pada kurikulumSMA/MA kelas X, KD 2.1 yang berbunyi “2.1Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli,responsif, dan santun dalam menggunakanbahasa Indonesia untuk membuat anekdotmengenai permasalahan sosial, lingkungan,dan kebijakan publik”. Dari KD tersebut dapatdilihat bahwa pembelajaran bahasa Indonesia,guru dapat digunakan untuk menyajikan matapelajaran IPS yakni tentang permasalahansosial, lingkungan, dan kebijakan publik.Dalam kurikulum SD/MI, KD 4.1 yangberbunyi “4.1 Mengamati dan menirukan teksdeskriptif tentang anggota tubuh danpancaindra, wujud dan sifat benda, sertaperistiwa siang dan malam secara mandiridalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yangdapat diisi dengan kosakata bahasa daerahuntuk membantu penyajian” dapat dilihatbahwa melalui pembelajaran bahasa Indonesia,guru dapat mengajarkan materi IPA. Daricontoh di atas dapat dilihat bahwa materipembelajaran dalam kurikulum 2013, pembe-lajaran bahasa Indonesia lebih bersifat kon-tekstual jika dibandingkan dengan kurikulumsebelumnya. Melalui pembelajaran bahasa In-donesia yang kontekstual, kompetensi siswadapat dikembangkan secara lebih lengkapsecara logis dan sistematis.

Salah satu aspek pembelajaran yangditekankan dalam kurikulum 2013 yaituketerampilan menulis. Keterampilan menulisyang dipelajari dalam mata pelajaran BahasaIndonesia adalah menulis prosedur kompleks,

narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi.Melalui menulis, siswa bisa menjelaskan suatuurutan kejadian sehingga menambahpengetahuan pembaca.

Dari semua keterampilan berbasa,menulis merupakan keterampilan yang palingsulit karena dalam keterampilan menulisdibutuhkan penguasaan terhadap bahasa,kognitif, dan kompetensi sosial budaya.Sebagaimana dikatakan oleh Barkaoui (2007)bahwa melalui kegiatan menulis, siswadiharapkan mempunyai kemampuan untukmenghasilkan teks panjang yang memiliki fiturmetadiscourse yang sesuai (misalnya, contoh-nya, hubungannya, dan batasanya) dan ber-variasi, canggih kosa kata dan struktur sintak-sisnya, untuk menggunakan pola yang berbedadari berbagai jenis teks (misalnya, deskripsi,narasi, argumentasi), dan untuk menggabung-kan ide-ide dan teks lain dalam tulisan merekasendiri secara efektif.

Karena pentingnya kegiatan menulis,peran guru sangat diperlukan dalam kegiatanmenulis. Guru harus menggunakan pendekatanyang tepat agar siswa mau berjuang keras untukmenulis. Sebegaimana dikatakan oleh Graham(2009) bahwa mengingat kompleksnya kegiatanmenulis, sampai saat ini belum ada model atauteori penulisan yang sepenuhnya atau cukupmampu mengajarkan semua kegiatan secarasempurna. Salah satu pendekatan konseptualyang ada untuk belajar menulis hanya difo-kuskan pada penulis individu dan lebihberkonsentrasi pada pemahaman kognitif danlebih ditekankan pada proses motivasionaldalam penyusunan. Pendekatan motivasionalmerupakan contoh model yang berpengaruhdalam pembelajaran menulis yang dikembang-kan oleh Hayes pada tahun 1996. Model inimemperhitungkan, setidaknya sebagian, inte-raksi antara lingkungan tugas menulis dankemampuan internal penulis. Lingkungan tugasmeliputi komponen sosial (misalnya, penonton,teks-teks lain yang dibaca ketika menulis, dankolaborator) serta komponen fisik (misalnya,

46 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

teks yang telah dibaca selama ini dan mediamenulis, seperti pengolah kata).

Model motivasional tersebut dapatdijadikan secagai acuan dalam pembelajaranbahasa, khususnya keterampilan menulis.Melalui pembelajaran motivasional, siswa akanmampu melakukan pembelajaran secaraotentik. Pembelajaran bahasa akan betul-betularena untuk mempelajari mata pelajaranlainnya. Sebagaimana dikatakan oleh Abidin(2012: 6) bahwa dalam konteks persekolahan,bahasa digunakan siswa bukan hanya untukkepentingan pembelajaran bahasa, melainkanuntuk mempelajari berbagai macam ilmupengetahuan yang dibelajarkan di sekolah. Olehkarena itu, pembelajaran bahasa harus haro-monis, bermutu, dan bermartabat. Haromonisberarti guru dan siswa bekerja secara efektifsesuai dengan peran masing-masing. Di siniguru berperan sebagai mediator, fasilitator,motivator, dan semacamnya; siswa berperansebagai subyek aktif yang membentuk kete-rampilan dan pengalaman berlandaskan kinerjakonstruktivis. Bermutu berarti pembelajaranberorientasi pada pencapaian tujuan utamasambil tetap memperhatikan secara cermatdampak pengiring melalui penggunaan prinsip,pendekatan/strategi, metode, dan teknik yangmemadai. Bermartabat berarti pembelajaranmencerminkan nilai-nilai sosiokultural yangmelingkupi kehidupan siswa.

Menulis sebagai arena KonstruksiIdeologi

Menulis merupakan kegiatan mengeks-presikan diri. Dalam kegiatan menulis, penulismenginternalisasi dunia luar (internalisasieksterior) dan mengeksternalisasi pikiran danperasaannya (eksternalisasi interior) (lihatBourdieau, 1994). Dalam konteks ini, menulismenjadi jantung dari komunikasi. Sebagaimanadikatakan oleh Donovan (2012) bahwa ekspresidiri merupakan jantung dan jiwa dari segalabentuk penulisan kreatif http://www.writing-forward.com/creative-writing/self-expression-in-creative-writing.

Melalui kegiatan menulis, penulis me-ngungkapkan apa yang dipikir dan dirasa-kannya. Sebagaimana dikatakan oleh Donovan(2012) bahwa dalam menulis, penulis meng-gabungkan pengalaman batin kita dan perasaandengan apa yang dirasakan di dunia luar danmemasukkannya ke dalam kata-kata. Ketikapenulis mampu menyampaikan peristiwa yangterjadi di dunia luar dan persepsi dirinya secaraseimbang, maka akan terjadi “sweet spot”. Titikindah yang mampu menghubungkan faktadengan pembaca http://www.writingforward.com/creative-writing/self-expression-in-cre-ative-writing.

Dalam kegiatan menulis, penulis mem-pergunakan kata-katanya untuk mempengaruhidan mengubah pola pikir pembacaranya.Penulis menyusun kalimat yang koheren danparagraf utuh dan padu untuk membentukkoherensi, kepaduan, dan keutuhan pola pikirpembacanya. Sebagaimana dikatakan oleh lubis(2010) bahwa penulis membuat pembacanyahanyut dan larut baik lewat rasa maupunpikiran. Berkutat serta berperang di dalam batinserta nalar. “Kemasukan” roh tulisan yang“diisi” oleh sang penulisnya.

Istilah “kemasukan” roh tulisan di atassejalan dengan pengertian fungsi politiskomuniasi menurut Bourdieau. Melalui kegia-tan menulis, penulis mengutarakan maksudnyakepada pembaca. Penulis melakukan kegiatanpolitis, yakni mempengaruhi pembaca denganmemasukkan roh tulisan agar bisa membuatpembaca dengan sukarela mengikuti keinginan-nya. Sebagaimana dikatakan oleh Bourdieu(1994:168) bahwa dalam proses komunikasiselalu terdapat maksud-maksud yang tersem-bunyi di balik simbol-simbol yang digunakan.Simbol-simbol yang digunakan penuturtersebut mempunyai fungsi politis, yaitu seba-gai instrumen untuk memenuhi hasrat untukmenguasai orang lain. Penulis dengan segaladominasinya akan menyebarkan pengaruh-pengaruh ideologis dengan melegitimasikebenaran dirinya.

47Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Praktik legitimasi dilakukan denganpraktik negosiasi, dalam hal ini penulis tetapmemperhatikan pemaham dan perbedaankonseptual-fundamental. Sebagaimana dikata-kan oleh (Simmel, 1910) bahwa dalam interaksiterdapat pemahaman dan perbedaan konsep-tual-fundamental antara aku (I) dan kamu(you), dan di sinilah terjadi negosiasi antara diri(self) dan yang lain (others). Perbedaan antaraaku (I) dan kamu (you), dibangun dalamtindakan interaksi serta interpretasi yangdidasarkan pada landasan a priori. Denganbegitu akan tercipta kehidupan yang harmonis.

Idologi dalam diri individu dibentuk,dinegosiasikan, dan dibentuk kembali dalamtulisan. Jiwa dan diri merupakan sesuatu yangdikonstruk melalui internalisasi dialog-dialogtulisan. Sebagaimana dikatakan Bakhtin bahwapemikiran merupakan dialog internal, yangberasal dari internalisasi perdebatan publik(Bakhtin, 1981). Dialog-dialog sosial yangmembentuk dasar “diri” terdiri atas wacana-wacana dan naratif-naratif kultural yangmemposisikan individu dalam kategori sosial.Anak-anak mengembangkan rasa dirinyadengan cara menginternalisasikan posisimereka pada kategori-kategori yang terdapatdalam wacana-wacana yang berbeda. Denganmenyimak uraian tentang dunia, anak-anakmempelajari cara-cara yang tepat dalammembicarakan dirinya sendiri dan orang lain,termasuk pikiran dan emosinya. Selain itu,melalui cerita-cerita yang disampaikannyasendiri, anak-anak meggambarkan, men-cobakan, dan menegosiasikan aspek-aspekdirinya (Wetherell dan Maybin, 1996). Melaluimenulis terjadi proses pengkonstruksian diridan sosial secara terus menerus sepanjangkehidupan individu..

Menulis sebagai arena penyampaistruktur kognitif

Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa,menulis merupakan praktik penyampaianstruktur kognitif penuturnya. Dalam menulis,

penulis melakukan interaksi aktif dengan mitratuturnya. Sebagaimana dikatakan oleh Bourdieu(1994) bahwa bahasa sebagai praktik sosialmerupakan hasil interaksi aktif antara struktursosial (arena) yang objektif dengan habituslinguistik yang dimiliki pelaku sosial.Pandangan Bourdieu tersebut dipengaruhi olehWittgenstein dengan teorinyanya languagegame dan form of life yang berpandanganbahwa dalam sebuah permainan, aturanpermainan satu tidak bisa dipakai untuk aturanbagi permainan yang lain. Dengan demikiandalam bahasa tidak ada aturan yang universal,ataupun gramatika yang universal mencakupsemua bahasa. Setiap bahasa harus dipahamidengan gramatikanya masing-masing dandipahami persamaan-persamaannya.

Menulis merupakan jaringan relasi yangterstruktur mengatur posisi-posisi individu,dalam hal ini penulis, dan dunia sosial. Dalammenulis, penulis menggunakan strategi yangcerdik dalam menata ujarannya. Penulis tidaksekedar menghasilkan rangkaian kalimat-kalimat yang secara gramatikal terbentukdengan baik, melainkan sebaliknya penulismengungkapkan kapasitas untuk menghasilkanungkapan-ungkapan yang tepat bagi situasi-situasi tertentu, yakni kapasitas untukmemproduksi ungkapan-ungkapan (lihatBourdieu, 1994, Foucault, 2002). Karena itu,menulis dapat dikatakan sebagai alat meng-karakteristikkan jenis kompetensi yang dimilikioleh penutur sebenarnya. Sebagaimana dikata-kan oleh Bourdieu (1994) bahwa penutur aktualmemiliki kompetensi praktis/‘rasa praktis’,yang dengannya mereka mampu memproduksiujaran-ujaran yang tepat sesuai denganlingkungan/situasi yang membentuknya.

Ketika menulis, penulis tidak berangkatdengan kondisi kosong akan tetapi denganmembawa modal, baik modal budaya, modalsosial, dan modal simbolik. Sebagaimanadikatakan Bourdieu dalam Haryatmoko(2003:12) menjelaskan yang termasuk modalbudaya ialah ijazah, pengetahuan yang sudahdiperoleh, cara berbicara, kemampuan menulis,

48 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

cara pembawaan, sopan santun, cara bergaul,dan sebagainya yang berperan di dalampenentuan dan reproduksi kedudukan-kedudukan sosial. Yang termasuk modal sosialialah hubungan-hubungan dan jaringanhubungan-hubungan yang merupakan sumberdaya yang berguna dalam penentuan danreproduksi kedudukan sosial. Yang termasukmodal simbolik yaitu kekuasaan yangmemungkinkan untuk mendapatkan setaradengan apa yang diperoleh melalui kekuasaanfisik dan ekonomi, berkat akibat khusus suatumobilisasi. Modal simbolik bisa berupa kantoryang luas di daerah mahal, mobil dengansopirnya, namun bisa juga petunjuk-petunjukyang tidak mencolok mata yang menunjukkanstratus tinggi pemiliknya: misalnya gelarpendidikan yang dicantumkan di kartu nama,cara bagaimana membuat tamu menanti, caramengafirmasi otoritasnya. Semakin banyakmodal yang dimiliki, penulis akan semakinmampu menciptakan strategi pembentukanorientasi pembaca.

Kata-kata dibebani dengan beban yangtidak sama bergantung pada siapa yangmenuturkannya dan bagaimana mereka ber-tutur. Beberapa kata yang diujarkan dalamkeadaan tertentu mempunyai daya dankeyakinan yang tidak sama dengan jikadiujarkan pada tempat yang berbeda. Sejalandengan pemikiran Bourdieu, Thomson dalamBourdieu (1994:1) mengatakan bahwa penuturmempunyai keahlian dalam menyusun strategisecara cerdik dalam menggunakan kata-katasebagai alat kekerasan dan pemaksaan, sebagaialat intimidasi dan menyiksa, sebagai tandasopan santun, sikap rendah diri, dan mencela.

Dari uraian di atas dapat disimpulkanbahwa tulisan yang diproduksi bukan sekedarwacana diharapkan dapat dipahami olehpenerima. Tulisan merupakan kumpulan tandaatau simbol yang bertujuan untuk dinilai dandiapresiasi atau bertujuan untuk dipatuhi dandipercaya oleh pembaca. Otoritas ini adalahbentuk kekuasaan tertinggi, yaitu kekuasaansimbolik. Kekuatan kata atau ucapan bukan

hanya terletak pada kata dan ucapan itu sendiriakan tetapi juga pada siapa yang mengucap-kannya. Karena itu, dengan melalui kegiatanmenulis, siswa dapat dilatih untuk mempro-duksi rasa percaya diri dan otoritasnya.

Penutup1. Keterampilan menulis merupakan salah

satu aspek pembelajaran yang ditekankandalam kurikulum 2013. Keterampilanmenulis yang dipelajari dalam matapelajaran Bahasa Indonesia adalah menulisprosedur kompleks, narasi, deskripsi,argumentasi, dan persuasi.

2. Menulis merupakan kegiatan konstruksiideologi melalui kegiatan internalisasidunia luar (internalisasi eksterior) daneksternalisasi pikiran dan perasaannya(eksternalisasi interior)

3. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa,menulis merupakan praktik penyampaianstruktur kognitif penuturnya. Dalammenulis, penulis melakukan interaksi aktifdengan mitra tuturnya.

Daftar RujukanAbidin, 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis

Pendidikan Karakter. Bandung: PTRefika Aditamo.

Bakhtin, M.M. 1981. The Dialogic Imagina-tion: Four Essays. Ed. Michael Holquist.Austin and London: University of TexasPress.

Barkaoui, Khaled. 2007. Teaching Writing toSecond Language Learners: Insights fromTheory and Research. https://ojs.lib.byu.edu/spc/index.php/TESL/article/viewFile/32304/30503. Diunduh tanggal24 Maret 2015. Pukul 21.57.

Bilash, O. 2011. Function of Language. http://www.educ.ualberta.ca/staff/olenka.b i l a s h / b e s t % 2 0 o f % 2 0 b i l a s h /funct ionsof%20lang.html.Diunduhtanggal 24 Maret 2015. Pukul 21.35.

49Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Bourdieu, Pierre. 1994. Language and Sym-bolic Power. Cambridge, Massachusetts:Harvard University Press.

Donovan, M. 2012. Self-Expression in CreativeWriting. http://www.writingforward.com/creative-writing/self-expression-in-cre-ative-writing. Diunduh tanggal 24 Maret2015. Pukul 22.57.

Fierros, Edward Garcia. 2004. How MultipleIntelligences Theory Can Guide Teach-ers’ Practices:Ensuring Success for Stu-dents with Disabilities. http://www.urbanschools.o rg/pdf/onPOINTS.multiple.intelligences. DOCUMENT.style.LETTERSIZE.pdf. Diunduhtanggal 24 Maret 2015. Pukul 22.07.

Graham, Steve. 2009. Learning and TeachingWriting. http://www.education.com/refer-ence/article/ learning-and-teaching-writ-ing/. Diunduh tanggal 24 Maret 2015.Pukul 22.23.

Haryatmoko. 2003. Menyingkap KepalsuanBudaya Penguasa dalam BASIS No. 11—12, Desember 2003.

Hasani, A. 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Uni-versitas Sultan Ageng Tirtayasa Press.

Keraf, G. 1999. Eksposisi: Komposisi LanjutanII. Jakarta: PT Grasindo.

Lubis, M. 2010. Tulisan yang Berpengaruh.https://bilikml.wordpress.com/2010/08/16/tulisan-yang-berpengaruh/ Diunduhtanggal Pebruari 2015. Pukul 21.07.

Simmel Georg. 1910. How is Society Possible,dalam American Journal of SociologyVol. 16. Dalam Simmel Home Page.

Wetherell, M and Maybin, J. 1996. The distrib-uted self: A social construcionist perspec-tive. In: Stevens, Richard ed. Understand-ing the Self. London: Sage.

50 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

SISTEM PENULISAN MORFOLOGIDALAM BAHASA JAWA

Heny SulistyowatiSTKIP PGRI Jombang

heny.sulistyowati @gmail.com

AbstrakBahasa Jawa memiliki kombinasi tertentu dalam penulisan sistem morfologi. Perbedaan penulisan sistemmorfologi berakibat pada makna yang dihasilkan oleh setiap kata. Bahasa Jawa sangat beragam dankeragaman itu ditemulan baik dalam bentuk tuturan lisan maupun melalui dokumentasi tertulis. Dalamhal ini bahasa Jawa juga mengalami proses morfologi seperti bahasa lain seperti afiksasi, reduplikasidan komposisi.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Wujud data penelitian berupatuturan yang diperoleh melalui teknik perekaman. Data dianalisis dengan menggunakan kajiandistribusional. Prosedur analisis data dilakukan melalui empat tahap kegiatan, yaitu (1) pengumpulandata, (2) pereduksian data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan temuan penelitian dan verifikasi.Hasil penelitian hasil penelitian sistem penulisan morfolologi dalam bahasa Jawa dapat disimpulkan adabeberapa bentuk, yaitu, (1) bentuk dasar, (2) bentuk dasar + nasalisasi (m, n, ng, dan ny), dan (3) perulangan.Kata kunci: sistem morfologi, bahasa Jawa

Morphological Writing System In Javanese LanguageJavanese language has a certain combination of morphological writing system. The differences of mor-phological writing system affected to meanings generated by every single word. Javanese language is verydiverse and that diversity can be both in the form of speech (orally) and written documentation. In thiscase the Javanese language also undergoes morphological processes as other languages such as affix-ation, reduplication and composition.The approach used in this study is a qualitative approach. Data was obtained in the form of speech throughrecording techniques. Data were analyzed using distributional studies. Data analysis procedures carriedout through four stages of activity, namely (1) data collection, (2) data reduction, (3) presentation of data,and (4) the conclusion of the research findings and verification. The results of the research study can beconcluded that there is some form, namely, (1) the basic shape, (2) form the basis + nasalization (m, n, ng,and ny), and (3) iteration.Keywords: morphological system, Java language

A. PENDAHULUANTelah diketahui bahwa ada kaidah-kaidah

yang mengatur susunan morfologis, fonetisdalam setiap bahasa. Begitu juga dalam bahasaJawa, ada kombinasi tertentu dalam penulisanyang sering tidak memperhatikan kaidahpenulisan. Perbedaan penulisan bentuk yang

ditemukan seperti dalam bahasa Jawa berakibatpada perbedaan makna yang dihasilkan.

Bahasa Jawa sangat beragam dan kera-gaman ini masih terpelihara sampai sekarang,baik karena dituturkan maupun melalui doku-mentasi tertulis. Bahasa yang digunakan masya-rakat sangat beragam, artinya meskipun sebuahbahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu

51Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

yang sama, namun karena bahasa itu digunakanoleh penutur yang heterogen yang mempunyailatar belakang sosial dan kebiasaan yangberbeda maka bahasa itu menjadi beragam baikdalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis,maupun dalam tataran leksikon..

Setiap bahasa termasuk bahasa Jawamemiliki kemiripan dan perbedaan denganbahasa lain dalam hal pembentukan kata.Dalam hal ini bahasa Jawa juga mengalamiproses morfologi layaknya bahasa lain sepertidalam afiksasi. Misalnya, penambahan prefik(ater-ater) /ma-/ + gawe = magawe ‘bekerja’;penambahan infiks (seselan) /-um/ + ayu =kumayu ‘merasa cantik’.

B. MorfologiSecara etomologi kata morfologi berasal

dari kata morf yang berarti bentuk dari kata logiyang berarti ilmu. Jadi secara harfiah katamorfologi berarti ilmu mengenai bentuk dan didalam kajian linguistik morfologi berarti ilmumengenai bentuk-bentuk dan pembentukan katasedangkan di dalam kajian biologi morfologiberarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuksel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup.Menurut Verhaar (1089:11) morfologi me-nyangkut struktur “internal” kata.

Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasayang membicarakan atau mempelajari seluk-seluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dariarti kata, atau bentuk kata. Pandangan serupadiberikan oleh Uhlenbeck (1982:13) menya-takan bahwa d idalam kata ada dua jenismorfem, yaitu morfem leksikal yang makna danbentuknya sedikit banyak sama dengan leksemdan morfem gramatikal, yaitu satuan pemben-tuk kata yang sedikit banyak menyebabkanleksem itu mempunyai makna gramatikal.Uraian tersebut berlaku bagi proses pemben-tukan kata sebagai satuan sintaksis, karenabahan dasar kata ialah leksem dan proses inimenyangkut pembentukan kata maka subsistemini disebut morfologi leksikal atau morfologiderivative.

Dengan demikian, pengertian morfologidapat disimpulkan sebagai bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata ataujuga bisa dikatakan bahwa morfologi adalahcabang ilmu bahasa yang membicarakan ataumempelajari tentang bentuk kata dan morfem.

AfiksasiDalam istilah linguistik dikenal berma-

cam-macam afiks dalam proses pembentukankata. Menurut Chaer (2008:23) afiksasi dibagimenjadi enam yaitu:1. Prefiks adalah afiks yang dibubuhkan di

awal atau di kiri bentuk dasar, yaitu prefiksber-, prefiks me-, prefiks per-, prefiks di-,prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-.

2. Infik ialah fiks yang dibubuhkan di tengahkata, biasanya di tengah kata, biasanya padasuku awal kata, yaitu infiks –el-, infiks –em-, dan infiks –er.

3. Sufik ialah afiks yang dibubuhkan di akhiratau di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks –kan, sufiks –i, sufiks –an, dan sufiks –nya

4. Konfiks ialah afiks yang dibubuhkan di kiridan di kanan bentuk dasar secarabersamaan karena konfiks ini merupakansatu kesatuan afiks. Konfiks yang adadalam Bahasa Indonesia adalah: ke-an, ber-an, pe-an, per-an, dan se-nya.

5. Simulfiks ialah kata yang dibubuhi afikspada kiri dan kanannya tetapi pembu-buhannya tidak sekaligus, melainkanbertahap, misalnya: memper-, memper-kan,memper-i, diper-kan, diper-i, terper-kan.

6. NasalisasiDalam bahasa Indonesia ada empat macamtipe verba dalam kaitannya dengan prosesnasalisasi. Keempat verba itu adalah a)verba berprefiks me- (termasuk me-kan danme-i); b) verba berprefiks me- denganpangkal per , per-kan, dan per-i; c) verbaberprefiks ber; dan d) verba dasar (tanpaafiks apapun).

52 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Afiksasi Bahasa JawaMenurut Palguno dan Rahayu (2013:79)

afiksasi dalam bahasa Jawa dibedakan atasawalan (ater-ater), akhiran (penambang), dansisipan (seselan) yaitu:a. Ater-ater (awalan)1. Ater-ater: a (ma)

a + kudhung —> akudhunga + tulis —> anulisa + karya —> akarya —> makarya

2 Ater-ater: kaka + gawa —> kagawaka + tuku —> katuku

3. Ater-ater: dak, ko, didak + suwek —> daksuwekko + suwek —> kosuwekdi + suwek —> disuwek

4. Ater-ater: n, ny, ng, mn +tandur —> nandurny + sapu —> nyapung + ombe —> ngombem + pundhut —> mundhut

5. Ater-ater: sa, pa, pi, pra, pari, tarsa + wengi —> sawengipa + mudha —> pamudhatar + kadhang —> tarkadhang

6. Ater-ater: kuma, kapi, kamikami + gila (n) —> kamigilankapi + tuna (n) —> kapitunan

7. Panambang (akhiran)i. Panambang: ku, mu, e

buku + ku —> bukukuradhio + e —> radhione (bukanradhioe)sega + e —> segane (bukan segae)

ii. Panambang: anturu + an —> turon (bukan turuan)lali + an —> lalen (bukan lalian)gawa + an —> gawan (bukangawaan)

iii. Panambang: isuwek + i —> suwekiombe + i —> ombeni (bukan ombei)tuku + i —> tukoni (bukan tukui)

iv. Panambang: a, na, ana, en

jupuk + a —> jupukasapu + a —> (ny) sapu + a —>nyapuasapu + na —> sapokna (bukansapuna)

v. Panambang: aketulis + ake —> tulisaketali + ake —> talekake (bukantaliake)ombe + ake —> ombekake (bukanombeake)

vi. Panambang: ne, inglaku + ne —> lakunebapak + ne —> bapake — >bapakneabang + ing —> abanging — >abangejero + ing —> jeroning — >jerone

8. Seselan (sisipan)i. Seselan: in

sigar + in —> sinigarii. Seselan: um

tindak + um —> tumindakiii. Seselan: l, r

siwer + l —> sliwercenthel + r —> crenthel

3. METODE dan TEKNIK PENE-LITIAN

Berdasarkan teknik penelitian ini diran-cang dengan menggunakan pendekatan kua-litatif. Hal ini seperti dikatakan Bogdan danBiklen (1982:2) bahwa penelitian kualitatif(qualitative research) sebagai payung memilikibeberapa karakteristik tertentu.

Sumber data: penutur bahasa Jawa dikabupaten Jombang. Wujud data penelitian iniadalah kosa kata bahasa Jawa yang digunakandalam komunikasi. Data dianalisis denganmenggunakan kajian distribusional. Proseduranalisis data dilakukan melalui empat tahapkegiatan, yaitu (1) pengumpulan data, (2)pereduksian data, (3) penyajian data, dan (4)penyimpulan temuan penelitian dan verifikasi.

53Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

4. HASIL PENELITIANA. Bentuk Morfologi Kosa Kata di

Kabupaten JombangNo. Kosakata Bentuk Morfologi

Bahasa Jawa Makna Bahasa

Jawa 1. Bekerja nyambut

ny + sambut (Nsl ny-) nyambut gawe

2. Berbaring glendang ng + glendang (Prf ng-)

lumah-lumah

3. Berbicara ng + omong (Prf ng-) omong-omong

4. Berenang bluron (BD) bluron (BD) 5. Berjalan mlaku

m + laku (Prf m-) Mlaku m + laku (Prf m-)

Berdasarkan data 1 kata nyambut meru-pakan bentuk morfologi yang mengalamiproses morfologi nasalisasi dari kata dasarsambut mendapat imbuhan nasal ny- bertemufonem /s/ melebur menjadi /ny/ menjadinyambut.

(Data 2) berbaring : ng+ glendang —>ngglendang

Pada data 2, kata ngglendang merupakanbentuk morfologi yang mengalami prosesnasalisasi dari kata dasar /glendang/ mendapatimbuhan nasal /ng-/ bertemu fonem /g/ menjadingglendang,

(Data 3) berbicara : ng+omong ’!ngomong

Data 3, kata /ngomong/ merupakanbentuk morfologi yang mengalami prosesnasalisasi dari kata dasar /omong/ mendapatimbuhan nasal /ng/- bertemu fonem /o/ menjadingomong.

(Data 4) berenang : bluron ’! bluronBerdasarkan data 4, kata bluron,

merupakan bentuk dasar yang tidak mengalamiproses morfologi.

(Data 5) berjalan : m + laku ’! mlaku

Pada data (5) kata mlaku merupakanbentuk morfologi yang mengalami prosesmorfologi dari kata dasar/ laku/ mendapatimbuhan nasal /m/ menjadi /mlaku/

Data (6) melempar : ny + sawat’! nyawat

Kata/ nyawat/ merupakan bentukmorfologi yang mengalami proses morfologinasalisasi dari kata dasar /sawat/ mendapatimbuhan nasal/ ny/- bertemu fonem /s/ meleburmenjadi /ny/ menjadi nyawat

Data (7) berjatuhan : rutuh’! rutuh

Kata /rutuh/ merupakan bentuk dasaryang tidak mengalami proses morfologi.

Data (8) marah-marah : muring – muring ’! muring-muring

Kata /muring-muring/ merupakan bentukmorfologi yang mengalami proses reduplikasiyaitu jenis reduplikasi sejati.

Data (9) membakar : ng+obong ’! ngobong

Kata/ ngobong/ merupakan bentukmorfologi yang mengalami proses morfologidari kata dasar /obong / mendapat imbuhannasal /ng/- menjadi /ngobong/.

Data (10) membawa : n g +gowo ’! nggowo

Kata /nggowo/ merupakan bentukmorfologi yang mengalami proses morfologiyaitu dari kata dasar /gowo / mendapat imbuhannasal /ng-/ menjadi /nggowo/.

5. SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian sistem penu-

lisan morfolologi dalam bahasa Jawa dapatdisimpulkan ada beberapa bentuk, yaitu, (1)bentuk dasar, (2) bentuk dasar + nasalisasi (m,n, ng, dan ny), dan (3) perulangan.

No. Kosakata Bentuk Morfologi Makna Bahasa Jawa

6. Melempar nyawat ny + sawat (Nsl ny-)

nyawat

7. Berjatuhan rutuh (BD) tiba (BD)

8. Marah muring-muring muring (Red Ut)

srengen (BD)

9. Membakar ngobong ng + obong (Nsl ng-)

ngobong

10. Membawa nggowo ng + gowo (Nsl ng-)

nggowo

54 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

DAFTAR PUSTAKAAnomin. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa

Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana Univer-sity Press.

Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1998. Qualita-tive Research in Education: An Introduc-tion to Theory and Method. USA: AllynBacon

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa PraktisBahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Uhlenbeck, E,M. 1982. Kajian MorfologiBahasa Jawa. Jakarta: Djambatan.

Sumadi dkk. 1995. Sistem Morfemis AdjektivaBahasa Jawa-Indonesia. Jakarta: PusatPembinaan dan Pengembangan BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebu-dayaan.

Verhaar, J.M.W. 19989. Asas-asas LinguistikUmum. Yogyakarta: Gajah Mada Univer-sity Press

55Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

KIAT MUDAH MENULIS:OPTIMALISASI POTENSI

BERBAHASA,TANPA TERBELENGGUFRAME BAHASA BAKU

Oleh:Umi Salamah

IKIP Budi Utomo Malang

Abstrak: Tulisan yang disajikan dalam makalah ini akan berbagi tentang bagaimana seharusnya menulisitu menjadi kebiasaan dan kebutuhan.Suatu kondisi yangcukup memprihatinkan bahwa menulis masihmerupakan keterampilan yang sulit bagi sebagian besar pelajar, mahasiswa, guru, bahkan dosen di Indo-nesia. Ironisnya, para penulis besartermasuk para sastrawan besar tidak lahir dari Jurusan Bahasa danSastra Indonesia. Editorhebat juga tidak lahir dari Jurusan Bahasa Indonesia.Padahal tulisan yang dieditmenggunakan bahasa Indonesia.Adaapa dengan pembelajaran bahasa Indonesia di negeriini.Anehnya,orang asing yang belajar bahasa Indonesia selama dua tahun saja sudah pandai menulis dengan bahasaIndonesia.Makalah ini akanberbagi pengalaman menulis denganmengoptimalisasi kemampuan berbahasauntuk menulis, baik menulis karya ilmiah maupun karya sastra. Dengan demikian, para penggunabahasadapat mengembangkan potensi di bidangnya secarakreatif-produktiftanpa terbelengguframebahasabaku terlebih dahuluKata kunci: Kiat, menulis itu mudah, terbelenggu bahasa baku

A. PendahuluanTulisan yang disajikan dalam makalah ini

akanberbagi tentang bagaimana seharusnyamenulis itu menjadi kebiasaan dan kebutuhan.Tentu saja bukan dengan cara merusak bahasa,tetapi menggunakan bahasa dalam wacana yanglebih luas,lebih fungsional, dan lebih dinamistidak dalam frame struktur bahasa yang sangatsempit dan kaku.Bahasa baku memang sangat

penting untuk dipelajari tetapi lebih penting lagiapabila dapat menggunakan secara tepat sesuaidengan konteks dan proses penulisan.

Bahasa Indonesia sebagaimana bahasa-bahasa lainnya merupakan diskursus yangsangat luas.Ia bisa sebagai sumber pengetahuan,alat komunikasi, alat interaksi, alat menjalinrelasi, media ekspresi, dan lain-lain. Jadi sangatnaif jika penggunaan bahasa Indonesia hanya

56 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dipandang dari sudut pandang struktur bahasaatau penilaian benar dan salah dari satu kaidahsaja.

Kadang-kadang terbersit dalam pikiran,mengapa penulis besar tidak lahir dari maha-siswa atau alumni Jurusan/Prodi bahasa dansastra Indonesia?Kalau pun ada jumlahnyasangat kecil (sangat tidak presentatif) dibandingdengan jumlah lulusan prodi bahasa dan sastraIndonesia di seluruh Indonesia.Apa yangdilakukan oleh dosen, guru, dan sarjana JurusanBahasa dan Sastra Indonesia saat ini? Apakahyang menjadi “momok” sehingga merekakurang berani menulis.

Di sisilain, kondisi yang juga cukupmemprihatinkan adalah sangat terbatasnyajumlah jurnal ilmiah di perguruan tinggi yangsudah terakreditasi dan jumlah buku sastra yangcocok untuk pembelajaran di sekolah, terutamauntuk anak-anak SD, SMP, dan SMA. Tidakdapat dibayangkan jika siswa SD dan SMPdisuguhi karya-karya seperti Saman Ayu Utamidan Wajah VaginaJenar Maesa Ayu. Untuk itujelas masih diperlukan banyak pengarang yangmemiliki kepedulian menulis cerita yang cocokdengan karakter anak usiasekolah dasar danmenengah. Tanggung jawab siapakah ini?Parasarjana bahasa dan sastra Indonesia, pengambilkebijakan di bidang pendidikan, para guru,ataukah kita semua.

Saya menduga ‘kegagalan’ pembelajaranbahasa dan sastra Indonesia di sekolah tidakhanya disebabkan oleh guru yang tidak menga-jarkan bahasa dan sastra kepada siswasesuaidengan pendekatan kurikulum, tetapi jugaterbatasnya bahan bacaan yang cocok untuksiswa sesuai dengan tingkatan umur dan pendi-dikan karakter siswa. Ini sebenarnya merupakanpeluang besar bagi para guru, mahasiswa, danpenulis lainnya untuk berkontribusi kepadabangsa dan negara sekaligus menambah mem-perkuat eksistensi sebagai intelektual. Apalahartinya pandai, cerdas, apabila tidak memilikikarya tulis.

Pabila menulis sudah menjadi kebiasaandan kebutuhan, maka karya sastra makin

berkembang dan makin memenuhi toko bukudan perpustakaan diIndonesia. Karya Ilmiahmakin meningkat jumlah dan kualitasnya. Gurudan siswa tidak lagi kesulitan mencari literatursastra, baik buku cerita maupun puisi maupunliteratur ilmiah berbahasa Indonesia.Bahkanapabila Guru menugasi siswa membaca limanovel atau kumpulan puisi yang sesuai dengantingkatan umur dan pendidikan karakter siswa,maka akan mudah didapatkan. Apa yang kitaimpikan bersama, yaknikebiasaan membacasejak dini akan terwujud jika semua pihakmemiliki kemauan baik untuk melakukannya.

Selain itu, yang cukup memprihatinkanadalah sulitnya mempublikasikan karya tulisyang sudah dibuat, baik dalam bentuk karyasastra maupun artikel ilmiah. Kesulitan inidisebabkan oleh minimnya informasi, jaringan,atau sangat sedikitnya jurnal ilmiah yang sudahterakreditasi, serta penerbit yang sudah terser-tifikasi.Kesulitan itu juga dapat menjadi pemicumelemahnya semangat para penulis untukmewujudkan karyanya. Dalam forum ini kitaakan berbagi bagaimana kiat mudah mener-bitkan karya kita pada jurnal ilmiah maupunpenerbit.

Marilah merenung sejenak, apa yangsalah dengan pembelajaran menulis mulai dariSD sampai Perguruan tinggi. Apakah kebiasaanmenulis sudah dirumuskan dalam target yangjelas dan kongkret dalam setiap jenjangnyasehingga menjadi suatu kebutuhan. Ataukahpara guru dan dosen hanya berbicara masalahteori tanpa mampu memberi contoh imple-mentasi tulisan dalam bentuk karya nyata.Apakah sudah terjalin komunikasi yang baikantara para penulis dengan para penerbit mau-pun mengelola jurnal?

B. Hakikat MenulisBeberapa pakar juga turut andil untuk

memberikan definisi terkait menulis.MenurutTarigan (1995) menulis berarti mengekspre-sikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, ataupikiran dan perasaan.Sarana mewujudkan hal

57Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasaitu akan dimengerti orang lain atau pembacabila dituangkan dalam bahasa yang teratur,sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.Pendapat Tarigan tersebut menegaskan bahwaterjadi hubungan yang sangat erat antara bahasasebagai sarana dan pikiran sebagai substansitulisan. Mana yang lebih dahulu ada, sub-stansinya atau sarananya? Substansinyadiadakan terlebih dahulu, baru ditata dengansarana bahasa yang sesuai konteksnya.

Sementara itu, Byrne (1988) berpendapatbahwa menulis tidak hanya membuat satukalimat atau hanya beberapa hal yang tidakberhubungan, tetapi menghasilkan serangkaianhal yang teratur, yang berhubungan satu denganyang lain, dan dalam gaya tertentu. Rangkaiankalimat itu bisa pendek, mungkin hanya duaatau tiga kalimat, tetapi kalimat itu diletakkansecara teratur dan berhubungan satu denganyang lain, dan membentuk kesatuan yangmasuk akal. Pendapat Byrne secara tersirat jugamengedepankan substansi. Tulisan itu harusmemuat gagasan yang utuh, bukan kalimat-kalimat lepas yang tidak membangun kesatuangagasan.

Lebih lanjut, menurut Syafie’ie (1988),tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagaiberikut: (1) mengubah keyakinan pembaca, (2)menanamkan pemahaman sesuatu terhadappembaca,(3) merangsang proses berpikirpembaca,(4) menyenangkan atau menghiburpembaca; (5) memberitahu pembaca, dan (6)memotivasi pembaca. Pendapat tersebutmenegaskan betapa penting substansi suatutulisan dan sarana yang membangunnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atasdapat disederhanakan bahwa menulis hakikat-nya adalah kemampuan dan keterampilanseseorang dalam mengemukakan gagasan-pikiran, perasaan, dan sikap kepada orang laindengan dengan media tulisan, sehingga maksudpenulis bisa diketahui banyak orang orangmelalui tulisannya. Sebagai kemampuan, me-nulis dapat dipelajari, dan sebagai keterampilanmenulis dapat dilatih.

C. Menulis itu MudahSebagian besar penulis mengatakan,

menulis itu mudah, mulailah menulis, denganrangkaian kata-kata yang kita miliki meskipunsangat sederhana.Mindsetkita tentang menulisakan mempengaruhi semangat dan keberaniankita untuk menulis. Apabiladalam mindsetkitamenulis itu susah, maka kita akan malas dantakut menulis, sebaliknya jika mindsetkitamenulis itu mudah maka kita akan berani dansenang menulis.Untuk itu, mulai sekarang,marilah kita mengubah mindsetkita darimenulis itu susah, menjadi menulis itu mudah,maka kita akan gemar menulis, dan menulisakan menjadi kebiasaan dan kebutuhan kitasehari-hari.

Mulailah menulis dengan tema yangsederhana, dengan kata-kata sederhana, kalimatdemi kalimat sederhana, ungkapkan apa sajayang ingin disampaikan tanpa takut salah. Apayang ada dalam pikiran, yang ada dalamperasaan, dan yang ada dalam imajinasi/bayangan, tuangkan saja dengan bahasa kitakuasai tanpa terbelenggu oleh frame strukturbahasa baku terlebih dulu. Biarkan mengalirdengan bahasa apa saja yang kita miliki.

Keberhasilan menulis adalah being(proses menjadi). Tidak ada penulis besar, yangterjadi secara isntan atau sekali menulislangsung bagus.Chairil Anwar pernah memi-kirkan untuk memilih satu kata saja sampaiberbulan-bulan.Jadi mulailah sekarang untukberani penulis. Keberanian menulis merupakanmodal utama bagi seorang menulis untukmewujutkan karyanya.

Langkah awal untuk menjadi penulisadalah bagaimana membangkitkan semangatdan keberanian dalam menulis. Selanjutnya bilamenulis sudah menjadi kebiasaantinggalmembenahi   bahasa  yang  akan  dituangkandalam tulisan.Salah satu cara memperbaikiruntutan bahasa dan aturan-aturan baku menulisadalah dengan membaca. Biasakan membacabuku berkualitas, terutama dari pengarang yangmampu merangkai kata menjadi tulisan

58 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

sederhana tapi menarik, bahasa-bahasa yangterangkai dalam  pikiran  otomatis  menyensorkejanggalan bahasa yang telah tertulis(ini yangdisebut proses editing). Proses editorial tulisanakan mengoreksi bagaimana penulisan kata,pemenggalan kata, efektifitas penggunaan kata(diksi), ejaan, dan efektifitas penggunaankalimat dalam setiap paragraf. Menyeleksi katayang tidak perlu, memperbaiki rangkaian katayang terkesan panjang dan berbelit-belit.Otomatisasi ini akan selalu berlangsung setiapsaat sehingga setelah beberapa lama menekunidunia tulis-menulis sensor otak akan secararefleks mengedit hal-hal yang tidak seharusnyaditulis.Selanjutnya kita tinggal memilih bentuktulisan. Sesuaikan bentuk tulisan dengan carapenulisan masing-masing bentuk yang kitatentukan/pilih.

Menyit ir pengalaman menarik dariseorang penulis kompasianer IGN Joko Dwiat-moko. Iamerasa lebih nyaman menuliskansegala unek-unek daripada berteriak-teriak danmengumpat secara spontan. Menulis dapatmenjadi terapi yang efektif untuk meredamemosi yang meletup-letup. Dengan menulisdetak jantung menjadi lebih teratur karenafokus pada  pikiran  dan memori-memori  yangdialirkan   ke  tangan.Sampai  saat  ini  ia  masihbelajar bagaimana merangkai kata, mencip-takan tulisan yang mampu menghipnotispembaca larut dalam tulisannya. Dalam prosespencariannya, iasering membaca tulisan Guna-wan Mohammad (dengan Catatan Pinggirnya),Seno Gumira Aji Darma, Radhar PancaDahana, Arswendo Admowiloto, F. Rahadi,Romo Mangun, Sindhunata, sampai tulisan Pramudya Ananta Tour pernah. Tulisan Penga-rang Ernest Hemingway, Karl May dibacanya(http://www.kompasiana.com/dwiatmoko/ cat-egory/prosa/2/dwiatmo-ko).

Berdasarkan uraian dan pengalamansalah satu kompasianer di atas, maka untukmemulai menulis dibutuhkan keberanian dansemangat.Segera melakukan dengan hal-halyang sederhana dengan dengan bahasa yang

sederhana.Kita bisa memulai dengan meng-kreasikan cerita yang sudah ada. Indonesia yangdulu disebut sebagai Nusantara sangat kayaakan cerita. Ambil saja satu contoh cerita yangsangat akrab di telinga orang Indonesia, yaitucerita si Kancil.Saya yakin, kita semua sudahsangat mengenal karakter Kancil yang kayastrategi namun licik.Bagaimana mengubahkarakter Kancil sesuai dengan visi pendidikankarakter bangsa Indonesia yang pemberani,semangat, inovatif, kaya strategi, namun jugabermanfaat bagi orang di lingkungannya.Ceritasemacam ini sangat diperlukan untuk mem-bangun karakter di tingkat Pendidikan Dasar.

Apabila seluruh pikiran, perasaan, danimajinasi sudah tertuang dalam tulisan, prosesselanjutnya adalah menyunting, baik isi mau-pun bahasa yang digunakan. Isi maupun bahasatulisan dapat dimatangkan dengan menimbapengalaman dari buku-buku bacaan yangsesuai, berdiskusi dengan teman sejawat, ter-buka menerima kritik dan saran, serta bergegasmembenahi tulisan.

D. LANGKAH-LANGKAH PENU-LISAN

Berikut beberapa langkah praktis untukmembuat tulisan.1. Menentukan topik

Sebelum melangkah ke tahap menulis,pertama-tama yang harus dilakukan adalahmenentukan topik yang akan ditulis. Topikadalah hal yang akan dibicarakan dalam sebuahtulisan. Apa saja bisa menjadi topik tulisan.Yang penting seorang calon penulis harusmenguasai masalah dan topiknya menarik bagiyang bersangkutan.Topik yang menarik adalahtopik yang jelas arahnya (fokus) sedang hangat-hangatnya dibicarakan atau mejadi isu terkini,bermanfaat, dan mudah mencari bahannya.2. Identifikasi topik

Identifikasi topik adalah menjelaskan apasaja yang bisa dijelaskan dari topik yang sudahdipilih menjadi subtopik-subtopik. Identifikasi

59Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

sebanyak mungkin yang dapat dilakukan untukmenjelaskan topik.3. Batasan topik

Apabila identifikasi topik sudah dilaku-kan, langkah selanjutnya adalah membuatbatasan terhadap topik tersebut agar tulisanyang akan dikembangkan menjadi lebih jelasdan fokus dari sudut pandang calon penulis.Batasan topik dilakukan untuk menyortir/menyeleksi hasil identifikasi topik. Pertimba-ngannya adalah relevansi subtopik dengan topikyang sudah ditentukan, kemudahan mencaribahan, dan kemenarikan bagi pembaca. Didalam karya ilmiah batasan topik ini selanjutnyadirumuskan menjadi rumusan masalah, sedangdi dalam karya sastra akan mejadi kerangkapenulisan yang akan dikembangkan menjaditubuh tulisan.

Beberapa tips praktis dalam memilihtopik adalah sebagai berikut.a) Pilihah topik yang menyangkut masalah

yang tengah dihadapi masyarakatluas. Misalnya, ketika masyarakat saat inisedang kesulitan mendapatkan beras murahmaka dengan membuat tulisan tentang“makanan pokok alternatif yang murah,sehat, dan bergizi” akan menarik banyakpembaca.

b) Pilihlah topik yang bersifat how to. Ketikamemilih menulis tentang makanan pokokalternatif yang murah, sehat, dan bergizi,maka isinya sebaiknya tidak hanya tentangapa itu makanan pokok alternatif yangmurah, sehat, dan bergizi, namun jugabagaimana membuat dan mendapatkannya.

c) Pilihlah topik yang terkait orang-orangternama atau peristiwa yang menjadiperbincangan. Usahakan apa yang diulasadalah sesuatu yang spektakuler yangbelum pernah diulas sebelumnya. Sepertitrending topik di televisi, di Indonesia ter-jadi kasus imporberas plastik. Tulis tentangcara mengenali dan bahanya konsumsiberas plastik.

4. Mengumpulkan bahan sesuai dengantopik

Setelah topik sudah ditentukan dan sudutpandang sudah jelas, maka langkah selanjutnyaadalah mengumpulkan bahan sesuai dengantopik tersebut.Pengumpulan bahan dapat dila-kukan dengan berbagai cara, misalnya merunutbuku-buku yang membicarakan masalahtersebut (studi literatur), membaca jurnal atautulisan ilmiah yang pernah diterbitkan, mem-baca hasil penelitian, melakukan pengamatan,wawancara dengan nara sumber, mencariinformasi dari surat kabar atau internet, danmajalah.5. Menuangkan topik menjadi tulisan

Proses penulisan dapat dilakukan dengancara menuliskan pembukaan terlebih dahulu,dilanjutkan dengan penjelasan masalah sesuairumusan masalah, dilanjutkan analisis-analisisyang diperlukan, dan penutup (simpulan dansaran). Proses penulisan dengan model ini biasaterlihat pada penulisan buku atau karya ilmiahlain. Sementara itu untuk proses penulisan yanglebih sederhana cukup mencakup: pendahuluan,isi, dan penutup.

Pertanyaan yang sering menjadihambatan bagi penulis pemula adalah dari manamemulai menulis pendahuluan? Jawabannyagampang: bisa dari mana saja, bisa dimulai dariisu terkini, pendapat ahli atau teori, hasil riset,bahkan bisa dimulai dari pertanyaan retorik.Apabila pendahuluan dimulai dari isu terkiniyang sedang berkembang, dapat dikaitkandengan pendapat ahli dan hasil riset/penelitian.Selanjutnya dijelaskan objek yang dikaji, caramenkaji, dan manfaat hasil kajian bagipembaca. Untuk karya sastra dapat dimulai dariawal peristiwa yang akan diceritakan ataudideskripsikan sampai peristiwa itu selesai.Selanjutnya tulislah apa saja yang terlintas dipikiran, dan biarkan mengalir sampai semuanyatuntas. Jangan dipusingkan masalah urutanmaupun bahasanya. Gunakan bahasa apa sajayang penting apa yang terlintas dipikiran bisadituangkan.

60 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

6. Penyuntingan/EditingSetelah yang dipahami dan diinginkan

calon penulis sudah dituangkan dalam bentuktulisan, langkah selanjutnya yaitu membacakembali tulisan sekaligus mengedit dan mera-pikan sajian agar urutannya lebih runtut danlogis. Urutan sajian ini penting, karena apabilatulisan tidak runtut atau melompat-lompat,maka orang lain mengalami kesulitan untukmemahami tulisan. Dengan demikian tujuanuntuk menyampaikan informasi kepadapembaca tidak akan tercapai. Penyuntingan/editing dimulai dari menata ulang tulisan sesuaidengan urutan yang diinginkan, menyesuaikanformat tulisan, dan bahasa yang digunakan.Adapun caranya adalah dengan membacakembali semua yang sudah dituliskan, kemu-dian mengurutkan tulisan sesuai dengan rumu-san masalah (jika itu karya ilmiah), kelogisan(dari yang sudah diketahui ke yang belumdiketahui, dari yang sederhana ke yangkompleks atau yang canggih).Setelah isi tulisanlengkap dan urut, langkah selanjutnyamemasukkan ke dalam format atau sistematikatulisan dengan cara memberi penomoran/pengkodean sesuai dengan sistem yang dipilih(menggunakan sistem digit atau huruf). Halterakhir yang dilakukan dalam proses penyun-tingan adalah menyunting bahasa. Membacakembali tulisan, untuk menyelaraskan penge-tikan (akar tidak terjadi salah ketik), ejaan, tatabahasa, pilihan kata, keefektifan kalimat, danpengembangan paragraf. Bahkan kalau perlujuga mengedit kalimatnya, atau urutanparagrafnya.Dengan demikian setelah ditelitikembali, tulisan menjadi lebih baik dan tentusaja mudah ditangkap informasi yang ingindisampaikan kepada pembaca.

PENUTUPMenulis sebenarnya sangat mudah, hanya

membutuhkan kemauan, keberanian, dankomit-men untuk duduk dan menulis.Peka terhadapisu terkini merupakan modal yang sangat ber-makna. Membiasakan mencatat topik meru-

pakan modal untuk menjadi penulis besar.Banyak membaca dapat memperkaya topik,kosakata, pengetahuan, dan wawasan menulisyang baik. Meluangkan waktu untuk menulis.Banyak orang memiliki waktu luang hanyadigunakan untuk hal-hal yang kurang bahkantidak bermanfaat. Menggunakan waktuuntukmenulis merupakan cara yang tepat untukmenjadi penulis. Memilih waktu untuk menulisadalah satu cara untuk bisa melahirkan suatutulisan. Penulis yang berhasil, sebagian besaradalah orang yang mampu memaksa dirinyauntuk duduk dan menulis satu-dua kalimatmenjadi satu—dua halaman setiap hari. Darisatu-dua halaman itulah nantinya dapat menjadiratusan halaman dalam beberapa waktu kedepan. Menulis  itu  harus memiliki  kemauandan keberanian, terutama keberanian untukmemulai.Mari kita mulai sekarang.

Bahan BacaanBrown, Thomas. “Writing the Novel û

Setting”.dalamhttp://www.suite101.com/Dwiatmoko, IGN Joko. ht tp://edukasi.

kompasiana.com/2010/05/21/proses-kreatif-menulis/.

Pasaribu, Truly Almendo.http://pelitaku.sabda.org/proses_ kreatif_menulis_novel

Salamah, Umi. 2014. Menulis Kreatif. Malang:Anak Ceria Kreatif Production.

Saukah, Ali (Ed). 2009. Pedoman PenulisanKarya Ilmiah. Malang: UniversitasNegeri Malang.

Tarigan, HG. 1988. Menulis. Jakarta: Gramediaht tp: //idkf.bogor.net /yuesbi/e-DU.KU/

edukasi.net/Peng.Pop/Kiat.Belajar/Menulis.Mudah/all.htm.

http://writingcenter.unc.edu/handouts/sciences/http://www.writersdigest.com/editor-blogs/

there-are-no-rules/keep-it-simple-keys-to-realistic-dialogue-part-ii

http://www.lifehack.org/articles/communica-tion/a-guide-to-becoming-a-better-writer-15-practical-tips.html

61Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

https://www.insidehighered.com/news/2013/08/29/study-finds-too-many-adjectives-and-adverbs-detract-academic-writing

h t t p : / / w w w. f lo g g in g t h e q u i l l . c o m/flogg ing_ t he_quill/2006/week6 /index.html

http://literarydevices.net/cliche/http://writingcenter.unc.edu/handouts/cliches/http://www.shmoop.com/news/2010/07/13/

b e s t - o p e n in g - l in e s - l i t e r a t u r e /Shmoop.com

h t t p s : / / w w w. e s s e x . a c . u k / mys k i l ls /How_to_improve_your_academic_writing.pdf

http://spinsucks.com/entrepreneur/reading-fic-tion-helps-your-career/ Spinsucks

https://www.themuse.com/advice/10-simple-ways-to-become-a-better-writer

https://www.themuse.com/advice/10-simple-ways-to-become-a-better-writer

MotoKita tidak harus hebat saat memulai

Tetapi kita bisa memulai utuk menjadi hebat

62 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Training of Scientific Writing for EFLTeachers in Papua:

Writing A Classroom Action ResearchProposal

LaluSuhirman

AbstractThe aims of this paper are: (1) to enhance EFL Teachers’ competence and skill in writing scientific paperof investigation result, (2) to produce scientific articles of EFL teachers’ investigation (minimally pro-duce an action research proposal).This training was given to PLPG teachers’ group of certification.There were 33 EFL teachers active in this training activity. The contents of the materials are how todiscovery theme and the topic, how to write a proposal of classroom action research, and how to arrangea report of classroom action research, then how to create it into a scientific article. By having these skills,it is expected that they are able to arrange their own action research and change it into scientific article sothat raise their position and prosperity. The training activities took 10 hours and at the end of the trainingthe participants were obliged to submit a classroom action research proposal. The instructor of this train-ing offers them a complete assistance for those who want to conduct real classroom action research. Afterevaluated each proposal project submitted by the EFL teachers, all of them had misconception of decidingresearch design, 45,45% EFL teachers were able to identify the research problems, themes, topics well,30,30% of them described the frame of research theory, quoted and paraphrased expert’s ideas or sen-tences well and only 7 or 21,21% of them used and stated references 20 or more than 20 titles.Key Words: training, scientific writing, classroom action research, article, paper

IntroductionAround the world, there has been an in-

creasing shift away from concern with accessto a concern with quality in the educationalsystems of developing countries. If Indonesiais to keep up with global trends in this regard,it must actively campaign to improve the qual-ity of its teachers, with the poor performanceof Indonesian students attributed to the generalinadequacies of its teachers, Jalal et al, 2009).To address this issue, the government enactedthe Teacher and Lecturer Law (The Law No.14 Year 2005, hereafter called Teacher Law) inorder to provide a much-needed incentive forteachers to improve their qualiûcations and pro-fessional skills. The rationale of the Teacher

Law is to establish a good quality nationalteaching power, proûcient in the four key com-petency domains, namely pedagogical, profes-sional, personal and social.

Arguably, the new policy is the culmina-tion of several previous attempts to improvethe quality of teachers as a means to improvingthe overall quality of education, following anumber of preceding policies and strategiesinitiated to improve the quality and competencyof teachers (Jalal et al, 2009). These policiesand strategies were established in response tothe situation and dynamics of the educationsector at particular points in time. We know,there were changes brought by the Teacher Law14/2005, the teacher certification program is a

63Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

culmination of several attempts to improveteacher quality. Learning from past experiences,the government designed the new program totackle various aspects for improvement, includ-ing competency, academic qualiûcation,certiûcation, welfare, and status and rewardsystems for teachers.

Given the complexity of teachers’ prob-lems in Indonesia, the key challenge is how toimplement suitable policy and strategy in linewith the context of the environment (Jalal etal, 2009). The Teacher Law 14/2005 has beenthe most comprehensive strategy yet adoptedfor overall teacher quality improvement. Itsdesign has directed a signiûcant number of in-terrelated strategies and activities towardsteacher quality improvement. Its chance of suc-cess is therefore greater than in the past. Stillon the Teacher Law, it mandates a package ofreforms to improve teacher quality and appliesthese equitably to the whole teaching service.This is the ûrst time such a comprehensive anduniûed strategy has been adopted.

Essentially, the teacher certiûcation pro-gram attempts to improve on the previous teach-ing license program. According to the TeacherLaw, teachers are required to meet two condi-tions. First, all teachers are required to have aminimum academic qualiûcation of at least fouryears of post-secondary education (S1 or D4).Second, having achieved this academicqualiûcation, in-service teachers have to pass aportfolio test. Pre-service teachers have to un-dertake one or two semesters of professionaltraining in order to obtain training credits andpass a certiûcation examination before they canenter the teaching profession.

To provide suûcient incentive for teach-ers to conform with the Teacher Law, certiûedteachers will receive the professional allow-ance, which will essentially double their basesalary as a civil servant. In addition to that,certiûed teachers, who are assigned to remoteor disadvantaged areas, will receive a specialallowance which is also equal to their base sal-

ary. Therefore, certiûed teachers who are de-ployed in a remote and disadvantage areas, canearn up to three times the salary of their non-certiûed counterparts. It is important, however,to ensure that the monetary incentive reallyimproves teacher classroom performance. It isalso important to complement this monetaryincentive with other incentives in order to en-sure that there will be sustained professionaldevelopment among teachers.

Certified teachers are admitted as profes-sional teachers who have mastered four teach-ers’ competencies as stated in Teacher Law,namely pedagogical, professional, personal andsocial. One of important professional develop-ment for teacher is writing scientific paperwhich is triggered on enhancing instructionalquality through classroom action research,(Hendaryana, 2010, Kemendikbud, 2012).Based on the Ministry of PAN and RB regula-tion No. 16 year 2009 about teacher’s functionalpost ant its credit points indicated the types ofactivity for teacher’s continuous professionaldevelopment (CPD) includes personal devel-opment (training and education), scientific pub-lication (research result or innovative ideas onfield of formal education, and instructional text-books, reinforcement textbooks and teacher’sbook guide), innovative work (finding effec-tive technology, finding or create art work, cre-ate and modify instructional media), and takepart on composing test standard, (Kemen-dikbud, 2012).

Indeed, theactivities ofteacher certifica-tionin the formPLPG(Education and TrainingProfessional Teacher) listedone of thetrainingmaterialsis about classroom action researchan-dwriting scientific paper. Number oftraininghoursfor this subject matter listed 10hours, di-vided into twoforms ofactivities, 4hours forclassroom lecturing and discussingand therest6hoursused topracticewriting proposalsindividually. Within 6hoursisused by participan-tstothe consultationandassistance toitsCAR(Classroom Action Research)proposalfor bet-

64 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

ter result. At theend of the programpartici-pantsare required tosubmit aresearch proposalofclassroomaction research.

The participants of this training were EFLteachers who had nominated and registeredPLPG participants at LPMP (Educational Qual-ity Assurance Institution)in Papua. They were33 EFL teachers, 25 of them were SecondaryHigh School teachers and the rest, 8 of themwere Senior High School teachers. All of themwere graduations of S-1. Beforetrainingonwriting scientific papersandCARunderway,the instructorconductedFGD(Focus Group Dis-cussion) to find outhow manyof theparti-cipantswho have experiencein writingscientificpapers. FGD results, noneof the33Englishteacherswhoparticipatedin PLPG(Educationand Training Teacher’s Profession) hasexperienceon writingscientific papers. Whenthe instructor askedabout thescientificactivitiesthat have been attended by the partici-pants, such asseminars of researchresults,theyalsoclaimed that theynever participated. Ifthelatestpromotionrule isapplied, it will bemanyteachersface difficultyfor the higherpromotionbecause they do nothave scientificarticles. Therefore, it seemsthat necessary toconduct anactivitythat can improvetheunderstandingandskills of teachersin the fieldofprofessional development work, especiallywritingscientificarticlesand research results.This will be donethroughPLPG activity.

ProblemsConsidering the teachers’ understanding

and skill that are lacking on writing scientificpaper, therefore the teachers consider it neces-sary to hold this activity immediately. Identifi-cation and formulation problems based on theteachers’ information in FGD, then some of theproblems were identified as follows: (1) theteachers do not have any experience, knowl-edge and skill about writing scientific papers,(2) the performance of teachers in conductingscientific activities are still lacking.

ObjectivesThe aims of this paper are: (1) to enhance

EFL Teachers’ competence and skill in writingscientific paper of investigation result. (2) pro-duce scientific articles of EFL teachers’ inves-tigation (minimally produce an action researchproposal).

SignificanceThe significance of this activity is to (1)

deliver the template of writing scientific ar-ticle, and (2) contribute direct experiences toEFL teachers about the procedure of writingscientific article, therefore the EFL teachers areable to produce scientific article which is pos-sibly ready to be published on accredited jour-nal.

MethodsTraining activity was conducted by us-

ing various methods including FGD (FocusGroup Discussion) which asked participants’experiences in writing scientific papers or at-tending scientific forums and found out the rea-sons in accordance with the experience of writ-ing scientific papers/ research or attending otherscientific forums (seminar, symposium, confer-ence). Furthermore, ice breaking as the begin-ning of this activity was to encourage the par-ticipants began to focus on training activity ofwriting scientific articles and CAR (ClassroomAction Research) only. In addition, the methodused is a tutorial or lecture, dialogue, and prac-tice. In the tutorial session, participants waspresented how the systematic of scientific writ-ing and CAR was, as well as how to transformresearch results into reports of scientific articlesfor publication in the journal. At the end of theactivity, participants were given the opportu-nity individually to practice their writing sci-entific papers in the form of classroom actionresearch proposal. Trainees are given the free-dom to determine the topics and titles of scien-tific papers each, but must be related to thetheme of EFL instruction.

65Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

CAR proposal made by the participantscorrected and evaluatedby the instructor. Then,each proposal returned back to the owner/writerwith some corrections as feedback, finally thewriters can revise their own proposal and theyare able to conduct CAR at their own school.As long as theyconduct classroom action re-search, they aregiven the opportunity toconsult-theirresearch reportsviamentor’s/instructor’s e-mail address.

Results and DiscussionsEvaluation ofthe resultsas describedin

themethodology above, training ofscientificthesiswas divided intotwo stages, namelythelearning phase or lecturing in the classroomtodiscuss thetheoryandsystematic of writing-scientific papersand the second stagewasthepractice ofwritingscientific papers. At this stageofthe practice ofwritingscientific workwasfocusedonhowto writea research proposalin aclassroom action researchin accordance withthesystematicsdescribed inthe lecturephase.SystematicsCARproposalbeginsby revealingtheidealconditionsthatmust be achieved inthelearning process. Then it was continued withthe identificat ion ofproblemsthat comefromstudents, teachers, facilities and infrastruc-ture andthe environment. After that, presen-tedsolutions offeredinclude sexcessandra-tionaleapproach, method, techniqueormediaoffered.

Training analysis in the form of qualitywas aimed at threethings, namely thelecturing,practicewritingscientific papers, and paperpro-ductsin the form ofCARproposal. It could beconcludedthat this activitywas going well. Itwas basedon the observationsduringthe train-ing process. Whatwas observedwasthat partici-pantstook partina seriousbut relaxedan-denergetic. During thetraining processtookplace, boththe first sessionandthe second ses-sion, the participants wereaskeda lot to dowiththe writing processand theelements thatshouldbe writtenin theCARproposal. Allparticipants

continued tofollowthe entire processuntiltheactivityends. Almost nosignifican tobstacleforthe implementation ofthese activities. Theparticipants were veryenthusiasticto askquestionsandwrote downtheir CAR proposals.

On the stage ofthe practice ofwriting sci-entific papers(CAR proposal), theywroteseriouslyandeachparticipantgeneratedaCAR pro-posal because they rememberedtheenactmentoflegislationof the Ministryof Admini strativeand Bureaucratic Reform16in year 2009about the Teacher’s functional position andcredit point states that one ofteachers’ profes-sional developmentthroughscientific papershadto becarried outby teacherssince takingrankIII/b. Problems in the field showe dthatteachersinthese groupsexperience barriersin the prepa-ration ofscientific workasone of there quire-ments inthe promotion/ position on higherlevel.These obstaclesare possible becauseof teachercompetencein writing scientific papersare stillnotin accordancewith the requirements.

Interview andfocus group discussionswithparticipantsindicatedthatall thepar ticipantsclaimed that they did not experiences of writ-ing scientific papers. Althoughthey weregraduations of S-1buttheywere notwriting athesisorpaper. Thenthe results ofthe evaluationofproduct in form CAR proposalthatallparticipantssubmitted them.After evaluatingthecontent ofthe participants’ CAR proposals, Itwas foundthat15 (45.45%) of participants com-posed CARproposalwassuitablewith the sys-tematic ofrealCARproposal, whiletherest 18(54.54%) of participantscomposeduntidy. Onthebackground ofthe problem,15(45.45%) par-ticipants could describe completely, while54.54% participants incomplete.

All participants had misconception ofdeciding research design, whereas the charac-teristic of CAR is cyclic step (Norton, 2009,Mertler, 2009). It was found that there 15(45,45%) EFL teachers were able to identifythe research problems, themes, topics well. 10(30,30%) of them described the frame of re-

66 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

search theory, quoted and paraphrased expert’sideas or sentences well, while the rest 23(69,70%) were not clear. In the usage of refer-ence, only 7 (21,21%) participants utilizedreferences 20 or more than 20 titles, 5 (15,15%)used 10 titles of books, while the rest 21(36,37%) used references less than 10 titles ofbooks.

ConclusionsIt can be concludedthat this activitywas

going well. It was basedon the observationsduringthe trainingprocess. The participantstookpartintraining activity seriouslybut relaxedandenergetic. During thetraining processtookplace, boththe first sessionandthe second ses-sion, the participants wereaskeda lot to dowiththe writing processand theelements thatshouldbe writtenin theCARproposal. Allparticipantscontinued tofollowthe entire processuntiltheactivityends. Almost nosignifican tobstacleforthe implementation ofthese activities. Theparticipants were veryenthusiasticto ask ques-tion sandwrote downtheir CAR proposals.Onthe stage ofthe practice ofwritingscientific pa-pers (CAR proposal), theyw rote seriouslyandeachparticipantgeneratedaCAR proposal.

RecommendationsThe activity of scientific writing possi-

bly programed well by the stakeholders to givemuch opportunity for teachers to hone theirwriting skills and also the product of their writ-ing or other form of scientific activities will beuseful for teachers’ future position.

ReferencesHendaryana . 2010. Penguatan Kemitraan

Kelembagaan antara UniversitasPendidikan Indonesia (UPI) denganPemerintahProvinsiJawa Barat. UPI

Jalal, F., Samani,M., Chang, M.C., Stevenson,R., Ragatz, A.B., Negara, S.D., 2009.Teacher Certiûcation in Indonesia: AStrategy for Teacher Quality Improve-ment. Jakarta: Ministry of National Edu-cation, Directorate General of HigherEducation.

Kemendikbud. 2012. Kebijakan Pengem-banagan Profesi Guru: MateriPendidikan dan Pelatihan Profesi Guru.Jakarta: Kementerian Pendidikan danKebudayaan.

Mertler, C.A., 2009. Action Research: Teach-ers as Researchers in the Classroom.(2Ed.) Singapore: Sage.

Norton, L.S., 2009. Action Research: in Teach-ing and Learning. New York: Routledge

67Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUANMENULIS MATEMATIS SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Yuniawatika ([email protected])Harti Kartini([email protected])

Jurusan KSDP Prodi PGSD Universitas Negeri Malang

ABSTRAKPermasalahan dalam tulisan ini adalah kemampuan menulis siswa masih rendah. Kemampuan menulismerupakan salah satu aspek dari kemampuan komunikasi matematis yang perlu dikembangkan dalampembelajaran matematika. Kemampuan menulis matematis dapat dilakukan melalui representasi matematis,yaitu (a) aspek drawing, yakni memunculkan model konsep, seperti gambar, diagram, tabel, dan grafik;(b) aspek mathematical expressions, yakni membentuk model matematis; dan (c) aspek written text, yakniargumentasi verbal yang didasarkan pada gambar dan konsep-konsep formal.Dalam tulisan ini akan dibahasmengenai alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulismatematis pada pembelajaran matematika yaitu strategi Writing from a Prompt dan Writing in PerformaceTasks (WPWT) dan Think Talk Write (TTW).Kata Kunci: kemampuan menulis matematis, Writing from a Prompt dan Writing in PerformaceTasks(WPWT), Think Talk Write (TTW).

A. PendahuluanNational Council of Teacher Mathemat-

ics (2000)menetapkan bahwa terdapat 5keterampilan proses yang perlu dimiliki siswamelalui pembelajaran matematika yang ter-cakup dalam standar proses, yaitu: (1) peme-cahan masalah (problem solving); (2) Penalarandan pembuktian (reasoning and proof); (3)Komunikasi (communication); (4) Koneksi(connection); dan (5) Representasi (represen-tation). Keterampilan-keterampilan tersebuttermasuk pada berpikir matematika tingkattinggi (high order mathematical thinking) yangharus dikembangkan dalam proses pembela-jaran matematika.

Kemampuan-kemampuan matematis diatas khususnya kemampuan siswa dalam ko-munikasi matematik sangat diperlukan. Ke-mampuan komunikasi matematik merupakan

salah satu kompetensi dasar yang harus dimilikisiswa dalam pembelajaran matematika yangmencakup kegiatan siswa dalam menyam-paikan laporan, gagasan dan ide, baik secaralisan maupun tulisan(yuniawatika, 2011:4).Baroody (Ansari, 2003) menyebutkan sedi-kitnya ada dua alasan pent ing mengapakomunikasi dalam pembelajaran matematikaperlu ditumbuhkembangkan. Pertama, math-ematics as language, artinya matematika tidakhanya sekedar alat bantu berpikir, alat untukmenemukan pola, menyelesaikan masalah ataumengambil kesimpulan, tetapi matematika jugadigunakan sebagai alat untuk menyampaikanide atau gagasan secara jelas, ringkas, dan tepat.Kedua, mathematics learning as social activ-ity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pem-belajaran matematika, matematika juga sebagaiwahana interaksi antar siswa, dan jugakomunikasi antara guru dan siswa. Hal ini

68 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

merupakan bagian penting untuk memeliharapotensi matematis siswa.

Pentingnya kemampuan komunikasimatematis diungkapkan oleh NCTM (2000)yang menyatakan bahwa komunikasi adalahproses penting dalam belajar matematika,melalui komunikasi siswa dapat merenungkandan memperjelas ide-ide matematika danmenghubungkan antar konsep matematikasehingga siswa menjadi jelas, meyakinkan dantepat dalam menggunakan bahasa matematika.Baroody (Ansari, 2003:21) menyatakan bahwaada lima aspek dalam kegiatan komunikasimatematis, yaitu (a) representing, (b) listening,(c) reading, (d) discussing dan (e) writing.

Mengacu pada pandangan di atas, dapatdikatakan bahwa menulis merupakan salah satudari aspek komunikasi matematis yang perludikembangkan dalam pembelajaran mate-matika. Kemampuan menulis tidak sajadiperlukan untuk bahasa Indonesia, mate-matikapun memerlukan kemampuan menulismatematis. Dengan menulis siswa dapatmengungkapkan atau merefleksikan gagasandan ide-idenya lewat tulisan dan dari tulisanmatematis dapat diketahui sejauhmana siswadapat mengungkapkan pemahaman mate-matisnya dan kemampuan menuliskan apa yangdipahaminya tersebut secara tertulis. Banyakorang mampu mengungkapkan ide atau gagasandalam bentuk komunikasi lisan namun ketikadiungkapkan dalam bentuk tulisan tidak semuaorang mampu melakukannya. Pada tulisan iniakan dibahas mengenai alternatif strategipembelajaran yang dapat digunakan untukmeningkatkan kemampuan menulis matematispada pembelajaran matematika.

B. Kemampuan Menulis MatematisMenurut KBBI, pengertian menulis

adalah melahirkan pikiran atau perasaan(seperti mengarang, membuat surat) dengantulisan.Menulis berarti menuangkan isi hati danpikiran penulis ke dalam bentuk tulisan,sehingga maksud dari penulis bisa diketahui

banyak orang melalui tulisan yang dituliskan.Aktivitas menuangkan ide-ide atau gagasansecara tertulis yang berkaitan dengan mate-matika merupakan bagian dari menulismatemat is.Aktivitas menulis matemat ismerupakan representasi dari ide/gagasanmatematis seseorang yang divisualisasikandalam bentuk simbol-simbol grafis maupunsimbol-simbol matematis.

Wujud representasi yang sering diguna-kan dalam mengomunikasikan matematikadalam bentuk tulisan antara lain tabel (tables),gambar (drawing), grafik (graph), ekspresi ataunotasi matematis (mathematical expressions),serta menulis dengan bahasa sendiri baik for-mal maupun informal (written text).

Beberapa hal berikut ini perlu diper-hatikan dalam menulis matematis. Knuth(Junaedi, 2007:28) menyatakan bahwa dalammenulis matematis seharusnya mengikuti caraberikut ini.1. Memisahkan simbol-simbol yang berbeda

dari kataKurang Baik : Perhatikan Sq, q < pBaik : Perhatikan Sq, dengan q < p

2. Tidak memulai kalimat dengan simbolKurang Baik : xn – a, dengan n ‘“ 0Baik : suku banyak xn – a, dengan n ‘“ 0

3. Tidak menggunakan simbol-simbol Û, Þ,$, \, ‘, “, dan lain-lain di awal teks kalimat,kecuali digunakan pada logika

4. Menulis kalimat atau teorema secaralengkapKurang Baik : h kontinuBaik : fungsi h merupakan fungsi yangkontinu terhadap x

Tokoh yang lain mencoba mengkla-sifikasi konsep menulis. Menurut Sipka(Junaedi, 2007:29) menulis matematis dibagidalam dua kategori yaitu kategori informal danformal. Menulis matematis yang termasukdalam kategori informal meliputi: (a) in-classwriting; (b) math autobiographies; (c) read-ing logs; (d) journals; dan (e) letters. Yangtermasuk dalam kategori menulis matematis

69Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

formal meliputi (a) proof; (b) process papers;(c) summaries of journal articles; (d) solutionof journal problems; (e) research papers; dan(f) lecture/learning notes.

Tipe menulis in-class writing dibagimenjadi dua yakni focused writing dan freewriting. Pembelajaran menulis melalui focusedwriting ditandai dengan terlebih dahulumenentukan topik-topik atau tugas-tugasmatematis. Penentuan pemilihan topik atautugas dapat dilakukan oleh guru maupun olehsiswa. Kemampuan menulis matematis dapatdikembangkan dengan cara pemberian tugasseperti: menyelesaikan soal uraian, membuatrangkuman (summary), menuliskan hasildiskusi mengidentifikasi atau menentukanlangkah-langkah menyelesaikan suatu soal,tugas-tugas matematis, atau mendiskusikantopik-topik tertentu.

Untuk mengungkap kemampuan menulismatematis dapat dilakukan dengan berbagaicara. Salah satunya dengan memberikan tugas-tugas matematis. Tugas-tugas tersebut tentunyaharus disesuikan dengan tingkat perkembanganmental siswa. Misalnya dalam memberikan

tugas menulis pada siswa yang berada padatahap operasi konkrit, siswa dapat dibantudengan gambar atau alat peraga yangmemudahkan siswa dalam menuangkangagasan atau ide-idenya. Tugas-tugas menulismatematis dapat membantu guru dalammemantau kinerja dan pemahaman siswa.Dengan menulis guru dapat melihat prosesmaupun hasil dari apa yang siswa pikirkan danpahami yang kemudian dituangkan melaluitulisan.

Aktivitas menulis matematis tersebutdapat dilakukan melalui representasi matematis(Ansari, 2004). Ada tiga kategori dalamrepresentasi matematis, yaitu (a) aspek draw-ing, yakni memunculkan model konsep, sepertigambar, diagram, tabel, dan grafik; (b) aspekmathematical expressions, yakni membentukmodel matematis; dan (c) aspek written text,yakni argumentasi verbal yang didasarkan padagambar dan konsep-konsep formal.Secaralengkap bentuk-bentuk operasional darirepresentasi matematik dapat dilihat pada Tabelberikut.

No Representasi Bentuk-bentuk Operasional (Indikator) 1 Representasi Visual:

a. Diagram, grafik atau tabel Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke

representasi diagram, grafik, atau tabel Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah

b. Gambar Membuat gambar pola-pola geometri Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah

dan memfasilitasi penyelesaiannya

2 Persamaan atau ekspresi matematik

Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan

Membuat konjektur dari suatu pola bilangan Penyelesaian masalah dengan melibatkan ekspresi matematika

3 Kata-kata atau teks tertulis Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan

Menuliskan interpretasi dari suatu representasi Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika

dengan kata-kata Menyusun cerita yang sesuai dengan sesuatu representasi yang

disajikan Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis

Sumber: Yuniawatika, 2011:26

Tabel 1. Bentuk-bentuk Operasional Representasi Matematik

70 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

C. PembahasanKeterampilan menulis (kemahiran menu-

lis) tidak datang dengan sendirinya. Trianto(Junaedi, 2007:22) menyatakan bahwakemahiran menggunakan bahasa tulis adalahkemahiran yang diperoleh melalui pengajaran,pembelajaran, dan pelatihan, yang dilakukansecara bertahap. Salah satu Pembelajaran mate-matika yang dapat meningkatkan kemampuanmenulis matematis adalah pembelajaran denganstrategi Writing from a Prompt dan Writing inPerformace Tasks(WPWT) dan Think TalkWrite (TTW).1. Strategi Writing from a Prompt dan Writ-

ing in Performace Tasks (WPWT)Strategi pembelajaran Writing from a

Prompt dan Writing in Performace Tasks(WPWT)ini dirancang untuk membantu siswamenjelaskan pemahaman-pemahaman matema-tis siswa yang telah dipelajari melalui tugas.Tugas-tugas menulis matematis diupayakanmemuat urutan-urutan atau prosedur kerjasehingga tujuan yang hendak dicapai menjadijelas. Berikut salah satu cara untuk mening-katkan kualitas menulis matematis: (a) tulissolusi dari suatu masalah sehingga pembacamengetahui permasalahannya; (b) tunjukkansemua pekerjaan atau proses solusinya, ter-masuk perhitungan; (c) tulisan diorganisir kedalam tahap demi tahap, buatlah diagram atautabel sehingga mudah dibaca; (d) baca kembaliapa-apa yang telah dikerjakan termasuk kata-kata dan perhitungannya; dan (e) tampilkanpekerjaan yang terbaik, rapi, dan mudah untukdibaca (NCTM, 2000).

Penerapan strategi Writing from a Promptdan Writing in Performace Tasks (WPWT)dilakukan denganlangkah-langkah pembela-jaran sebagai berikut ini (Aryani, 2010:38).a. Guru sebelum pembelajaran dimulai

terlebih dahulu menentukan tujuan pem-belajaran dan menyampaikan hasil yangdiharapkan setelah pembelajaran inidilakukan. Misalnya diakhir pembelajaran

siswa harus dapat membuat kesimpulanatau rangkuman materi pembelajaransecara tertulis.

b. Sebelum pembelajaran dimulai terlebihdahulu ditentukan apakah pembelajaranakan dilakukan secara klasikal ataukelompok kecil (4-5 orang).

c. Guru menyediakan dan memberikan tugas-tugas matematis kepada siswa. Tugas-tugasini dirancang dengan disertai beberapaalternatif prompt.

d. Siswa diminta menyelesaikan tugas denganterlebih dahulu diberi kesempatan menger-jakan tugas tanpa memperoleh bantuanprompt, baik pembelajaran secara klasikalmaupun secara kelompok kecil. Responsiswa terhadap suatu tugas dilakukan secaratertulis

e. Bila siswa gagal menyelesaikan tugas,maka guru memberikan bantuan berupaprompt. Untuk pembelajaran dengan ke-lompok kecil prompt diberikan secarakelompok, demikian juga untuk pembe-lajaran secara klasikal prompt diberikansecara klasikal atau individual

f. Setelah siswa memperoleh prompt, siswadiminta untuk menyelesaikan tugas kem-bali

g. Hasil kerja siswa disajikan secara tertulis.Untuk siswa yang bekerja secara berkelom-pok maupun klasikal tetap diminta untukmenuliskan hasil secara individual. Semuahasil karya siswa didokumentasikansebagai bagian tugas-tugas menulismatematis dan dinilai perkembangannyaoleh guru

Melalui strategi ini, secara bertahap siswaakan terbiasa menuliskan konsep matematisdengan bahsa sendiri. Dengan demikian,strategi ini dirasa tepat dan sangat mendukungdalam upaya peningkatan kemampuan menulismatematis.

71Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

2. Strategi Think Talk Write (TTW)Strategi pembelajaran TTW ini pada

intinya yaitu proses pembelajaran matematikayang dimulai dengan berpikir, berbicara, dandiakhiri dengan menulis. Secara umum, prosespembelajaran TTW ini dimulai dengan aktivitassiswa untuk berpikir (think) setelah diberikanpermasalahan matematika yang dapat diberikandalam bentuk LAS (lembar aktivitas siswa).Pada tahapan ini, siswa memikirkan kemung-kinan solusi dari permasalahan matematikayang diberikan.

Tahap kedua yaitu berbicara (talk) ataumendiskusikan bersama kelompoknya yangheterogen mengenai permasalahan matematikayang sudah dipikirkan sebelumnya oleh tiap-tiap individu. Pada tahapan ini siswamenggunakan bahasa untuk menyajikan idekepada temannya, membangun teori bersama,berbagi strategi solusi, dan membuat definisi,proses tersebut dapat melatih kemampuankomunikasi lisan siswa. Selanjutnya, siswadiminta menjelaskan ide-ide yang diperolehnyadari tahap pertama dan kedua dalam bentuktulisan (write). Aktivitas siswa pada tahap writeini menurut Ansari (2003), adalah:a. menulis solusi terhadap masalah/perta-

nyaan yang diberikan termasuk perhitu-ngan,

b. mengorganisasikan semua pekerjaanlangkah-demi-langkah. Baik penyele-saiannya ada yang menggunakan diagram,grafik, ataupun tabel agar mudah dibacadan ditindaklanjuti,

c. Mengoreksi semua pekerjaan sehinggayakin t idak ada pekerjaan ataupunperhitungan yang ketinggalan, dan

d. meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaikyaitu lengkap, mudah dibaca dan terjaminkeasliannya.

Strategi dirasa tepat dan sangat men-dukung dalam upaya peningkatan kemampuanmenulis matematis. Dalam TTW, terdapat tigastrategi yang harus diterapkan dalam pem-

belajaran, yaitu: Think(berpikir), Talk(berbicara), dan Write (menulis). Dalam tigastrategi tersebut terlihat bahwa strategi ini dapatmembantu merangsang untuk meningkatkankemampuan menulis matematis siswa. Padatahap pertama yaitu think, siswa diminta untukmemikirkan kemungkinan-kemungkinan solusidari permasalahan yang diberikan oleh guru.Pada strategi ini menuntut guru untuk dapatmemberikan permasalahan-permasalahan yangmemungkinkan siswa terlibat secara aktifberpikir seperti soal-soal yang mempunyaijawaban divergen atau open ended task sertapermasalahan-permasalahan yang kemung-kinan solusinya dapat dituliskan dalam berbagaibentuk, misalnya tabel, gambar, notasi-notasimatematis maupun dalam bentuk kata-kata.Dari penjelasan diatas terlihat bahwa strategithink dapat memfasilitasi kegiatan siswa dalamproses menulis matematis.

Strategi yang kedua yaitu Talk, siswadapat saling berbagi pendapat dan mem-bandingkan pendapat yang ia punya dandapatkan dari tahap pertama dengan teman-teman kelasnya di kelompok kecil yang hete-rogen. Pada tahap ini, membuat siswa menya-tukan berbagai pendapat menjadi satu kesim-pulan logis terhadap konsep yang sedangdipelajari.Pemberian kesempatan untuk ber-diskusi dengan teman sebayanya ini membuatproses belajar mengajar menjadi lebih mudahdan menyenangkan, karena pemahamanmasalah dan penjelasan solusi dari masalahdengan menggunakan bahasa mereka sendiri.Proses diskusi yang terjadi akan membantusiswa untuk mengevaluasi kebenaran jawabanyang telah diperoleh untuk kemudian dapatdijelaskan didepan teman-teman kelasnya. Halini mengasah keberanian dan kepercayadiriansiswa untuk mengungkapkan apa yang merekapahami serta meningkatkan kemampuan ko-munikasi lisan siswa. Guru memonitor, menilai,dan mendorong siswa untuk berpartisipasisecara aktif.

Kemampuan menulis matematis siswadiasah dalam strategi write ini, dimana ke-mungkinan solusi yang didapatkan dari think

72 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dan talkdirepresentasikan dalam bentuk tulisan.Melalui penjabaran di atas dapat terlihat bahwastrategi TTW dapat mempengaruhi danmengasah kemampuan menulis matematissiswa. Diharapkan dari strategi ini dapatmeningkatkan kemampuan menulis matematissiswa.

D. PenutupKemampuan menulis matematis dapat

dilakukan melalui representasi matematis, yaitu(a) aspek drawing, yakni memunculkan modelkonsep, seperti gambar, diagram, tabel, dangrafik; (b) aspek mathematical expressions,yakni membentuk model matematis; dan (c)aspek written text, yakni argumentasi verbalyang didasarkan pada gambar dan konsep-konsep formal.

Alternatif pembelajaran matematika yangdapat meningkatkan kemampuan menulismatematis yaitu pembelajaran dengan strategiWriting from a Prompt and Writing inPerformace Tasks (WPWT) dan Think TalkWrite (TTW). Adapun rekomendasi yang dapatdiajukan dalam artikel ini yaitu diperlukankajian yang mendalam (penelitian) yangberkaitan dengan impelementasi strategi Writ-ing from a Prompt and Writing in PerformaceTasks (WPWT) dan Think Talk Write (TTW).

BIBLIOGRAFIAnsari, B.I. (2003). Menumbuhkan Kemam-

puan Pemahaman dan Komunikasi SiswaSMU Melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi PPS UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Aryani, K. (2010). Peningkatan KemampuanMenulis dan Pemahaman Konsep Mate-matika Melalui Pembelajaran denganStrategi Writing From A Prompt dan Writ-ing In Performance Tasks Pada SiswaSMP. Tesis PPS UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Hudiono, B. (2005). Peran PembelajaranDiskursus Multi Representasi terhadapPengembangan Kemampuan MatematikSiswa SLTP. Disertasi Pada ProgramPasca Sarjana UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Junaedi, I. (2007). Pembelajaran Matematikadengan Strategi Writing In PerformanceTasks (Wipt) Untuk MeningkatkanKemampuan Menulis Matematis. http://download.portalgaruda.org/art icle.php?article=136803&val=5678. [online][23 Mei 2015].

Junaedi, I. (2007). Meningkatkan KemampuanMenulis dan Pemahaman MatematisMelalui Pembelajaran dengan StrategiWriting From a Prompt and Writing InPerformance Tasks pada SiswaMadrasah Ibtidaiyah. Disertasi Pada Pro-gram Pasca Sarjana UPI Bandung: tidakditerbitkan

National Council of Teacher of Mathematics.(2000). Principles and Standards forSchool Mathematics. Reston: NCTM.

Yuniawatika. (2008). Penerapan Metode Think-ing Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)untuk Meningkatkan KemampuanKomunikasi Matematik Siswa SMP.SKripsi Sarjana UPI Bandung: tidakditerbitkan.

73Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PENGGUNAAN MIND MAPPING UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILANMENULIS LAPORAN PENGAMATAN

SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS IJAYAPURA

Oleh:Ribut Kusmiwati

ABSTRAKKusmiwati, Ribut (2011) Penggunaan Model Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan MenulisLaporan Pengamatan Siswa Kelas V SD Inpres Perumnas I – Jayapura.Kata Kunci: Mind Mapping, Menulis Laporan Pengamatan.

Rendahnya kemampuan siswa dalammenulis atau mengarang diindikasi adanyaperlakuan yang kurang tepat pada prosespembelajaran. Guru masih melakukan pembe-lajaran tradisional dan mendominasi pembi-caraan. Sedangkan siswa menjadi pendengardan penerima materi pembelajaran. Penelitianini dilakukan untuk melihat tingkat keber-hasilan pembelajaran dan pengaruhnya ter-hadap kemampuan siswa dalam menulislaporan pengamatan dengan menggunakanmetode mind mapping.

Mind mapping dicetuskan oleh TonyBuzan, merupakan peta pikiran yang membantumempermudah mengingat informasi. Tujuandari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikanpeningkatan keterampilan menulis laporanpengamatan siswa kelas V SDN Inpres Perum-nas I-Jayapura, dengan menggunakan metodemind mapping;(2) mengembangkan kemam-puan berpikir siswa guna melaporkan penga-matan siswa kelas V SDN Inpres Perumnas I-Jayapura, secara sinergis sesuai model mind

mapping, dan (3) mengetahui apakah penggu-naan metode mind mapping dapat mening-katkan keterampilan menulis siswa kelas VSDN Inpres Perumnas I-Jayapura.

Rancangan penelitian yang digunakanadalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilak-sanakan dalam tiga siklus, berdasarkan ske-matik penelitian Suyadi dengan adaptasi modelArikunto yang mengikuti empat langkah, yaitu(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) penga-matan, dan (4) refleksi. Penelitian ini melibat-kan peneliti, teman sejawat, kepala sekolah,pengawas sekolah, dan dosen pembimbinguntuk menentukan perencanaan, pelaksanaan,observasi, dan refleksi pada setiap siklusnya.Penelitian ini dilaksanakan pada semestergenap tahun pembelajaran 2011-2012. Subjekpenelitian adalah siswa kelas V SD InpresPerumnas I sebanyak 31 siswa.

Keberhasilan dan kekurangberhasilantindakan berdasarkan hasil tulisan siswa yangberupa laporan pengamatan yang dilakukanpada setiap siklusnya. Peningkatan kemampuan

74 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata yangdihasilkan siswa sejak prasiklus sebesar 56,74dengan kriteria kurang berhasil, pada siklus Isebesar 62,03 masih dalam kriteria kurangberhasil, siklus II sebesar 71,35 dengan kriteriacukup berhasil, dan siklus III sebesar 77,65dengan kriteria berhasil. Berdasarkan hasilpenelitian, disarankan kepada para guru untukmenggunakan metode mind mapping dalampembelajaran.

A. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSetiap manusia dibekali dengan ke-

mampuan dasar. Kemampuan dasar ini tumbuhdan berkembang apabila dibina dan dilatih.Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswadibina dan dilatih oleh guru untuk me-ngembangkan kemampuan dasar tersebut, agarmenjadi keterampilan secara intelektual, sosial,maupun fisik. Siswa tidak hanya tahu ‘apa yangharus dipelajari’ tetapi lebih penting siswa harusmenyadari ‘bagaimana cara mempelajarinya’.Menurut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman(2009:35) belajar merupakan “Suatu usahasadar yang dilakukan oleh individu dalamperubahan tingkah laku baik melalui pelatihandan pengalaman yang menyangkut aspek-aspekkognitif, afektif, dan psikomotorik untukmemperoleh tujuan tertentu.”

Kecerdasan merupakan alat untuk belajar,menyelesaikan masalah, dan menciptakansemua hal yang bisa digunakan oleh manusia.Gardner dalam As’adi Muhammad (2010:78)mengatakan: “Kecerdasan linguistik adalahkemampuan untuk menyusun pikiran denganjelas dan mampu menggunakan bahasa secarakompeten melalui kata-kata, seperti bicara,membaca, dan menulis.” Semua bidang kajianilmu senantiasa berawal dari bahasa. Olehkarena itu, pengetahuan tentang bahasamerupakan bekal yang sangat penting bagisiswa dalam meningkatkan kemampuandasarnya. Pembelajaran bahasa Indonesia di

sekolah meliputi empat keterampilan berbahasayang harus dikuasai oleh siswa, yaitu ke-terampilan menyimak, keterampilan berbicara,keterampilan membaca, dan keterampilanmenulis. Keempat keterampilan berbahasatersebut saling berkaitan dan melalui urutanyang teratur. Umumnya keterampilan me-nyimak mendahului oleh keterampilan ber-bicara, kemudian keterampilan membaca, danterakhir keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan salahsatu keterampilan berbahasa yang memegangperanan penting dalam pembelajaran bahasaIndonesia yang harus dikuasai oleh setiap siswadi sekolah. Seperti yang dikemukakan olehSuparno & Mohamad Yunus (2007: 1.7) bahwa:“Menulis dan membaca adalah kegiatanberbahasa tulis. Pesan yang disampaikanpenulis dan diterima oleh pembaca dijembatanimelalui lambang bahasa yang dituliskan.”

Menulis merupakan kegiatan yangdilakukan seseorang untuk menghasilkansebuah tulisan. Kemampuan menulis meru-pakan kemampuan yang sangat kompleks,karena dalam menulis atau mengarang dituntutuntuk mampu menggunakan ejaan yang benar,kosa kata yang tepat, kalimat yang efektif, sertapenggunaan kerangka karangan yang baik.

Siswa dapat mengembangkan daya nalardan menyusun kerangka karangan denganmudah apabila kemampuan berpikirnya dikem-bangkan seluas-luasnya. Untuk itu mind map-ping diperlukan karena dapat membantu otakuntuk belajar dan berpikir secara kreatif.Dengan memahami cara kerja otak, maka kitaakan semakin mudah melakukan kinerja yangsangat baik. mind mapping merupakan suatusistem pembelajaran yang dapat membantumenggunakan kemampuan berpikir dan belajardengan mengoptimalkan daya pikir otak,sehingga siswa akan dapat menuangkannyadalam bentuk tulisan.

Telah banyak penelitian tentang menulisdengan memaksimalkan kinerja otak yangdilakukan oleh peneliti terdahulu. Hasilnya

75Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

antara lain: Menurut Erna Febru (2008:3),bahwa proses dan hasil peningkatan kete-rampilan menulis deskripsi siswa kelas IV SDIslam Sabilillah Malang melalui strategi rou-lette writing mengalami peningkatan padaaspek-aspek: (1) penuangan ide, (2) pengor-ganisasian ide, (3) pemilihan dan penggunaankosakata, serta (4) penerapan unsur mekanik.Hal ini mendukung pendapat Admin (2010:9)dalam penelitiannya pada siswa SDN Tanjakankelas VA Cicadas-Bandung dalam menuliskarangan prosa dengan menggunakan mediagambar. Penggunaan media gambar dapatmeningkatkan pengembangan model pembe-lajaran secara nyata. Hal ini dapat dilihat daripola interaksi guru dan siswa yang ditunjukkandengan adanya peningkatan minat, partisipasiaktif dan kreativitas siswa selama mengikutipembelajaran.

Begitu pula hasil penelitian Rini Mulyani(2008:11) pada siswa kelas V SDN Kencana 3Kota Bogor, mengatakan bahwa “Metode mindmap dapat membantu anak untukmempermudah dalam menulis karangan prosayang dibantu dengan media gambar yangdisesuaikan dengan materi pelajaran yangdisampaikan.” Sejalan dengan pandangan RiniMulyani, Kusmellyati (2010) mengatakanbahwa “Penerapan metode mind mapping dapatmeningkatkan kemampuan siswa kelas VII ASMP Negeri Ambunten Kabupaten Sumenepdalam menarasikan teks hasil wawancarapada matapelajaran Bahasa Indonesia.

Penelitian-penelit ian di atas dapatdijadikan acuan dalam penggunaan metodemind mapping untuk menulis laporan hasilpengamatan. Dengan Penggunaan mind map-ping dapat membantu siswa untuk memetakanpikirannya terhadap objek yang diamati agardapat dideskripsikan dalam sebuah tulisan.

1.2. Tujuan PenelitianSecara umum tujuan penelitian adalah

untuk meningkatkan keterampilan menulislaporan hasil pengamatan melalui pendekatan

mind mapping. Secara khusus tujuan penelitianini adalah:(1) Untuk mendeskripsikan penggunaan model

mind mapping dalam peningkatanketerampilan menulis laporan hasilpengamatan siswa kelas V SDN InpresPerumnas I-Jayapura.

(2) Untuk mengembangkan kemampuanberpikir siswa guna melaporkan hasilpengamatan siswa kelas V SDN InpresPerumnas I-Jayapura, secara sinergis sesuaimodel mind mapping.

(3) Untuk mengetahui apakah penggunaanmind mapping dapat meningkatkanketerampilan menulis siswa kelas V SDNInpres Perumnas I-Jayapura.

1.3. Manfaat PenelitianBerdasarkan judul penelitian “Pening-

katan Keterampilan Menulis Melalui MindMapping Siswa Kelas VA SDN InpresPerumnas I”, sehingga diharapkan dapatmemberikan manfaat bagi siswa, guru, dansekolah.(1) Bagi siswa, melalui proses pembelajaran

dengan menggunakan mind mappingdiharapkan dapat mengembangkan dayanalar dan memberikan motivasi untuk lebihmengembangkan keterampilan menulis. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapatmenciptakan konsep kerjasama danmenumbuhkan kecintaan siswa untukbelajar.

(2) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkandapat memperkaya wawasan, mening-katkan strategi pembelajaran, serta men-dapatkan data siswa-siswi yang memilikibakat kecerdasan linguistik, yang selan-jutnya akan digunakan untuk membina danmengarahkan siswa, agar dapat mengem-bangkan bakat atau kecerdasannya secaramaksimal.

(3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharap-kan dapat meningkatkan keterampilanmenulis para siswa, sehingga dapat

76 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

meningkatkan mutu lulusan yang akanmembawa nama baik sekolah dan akanmenjadikan sekolah unggulan di matamasyarakat.

B. PEMBAHASAN PENELITIAN

2.1 Paparan Data PenelitianPenelitian dengan judul “Penggunaan

Model Mind Mapping Untuk MeningkatkanKeterampilan Menulis Laporan HasilPengamatan Siswa Kelas V SDN InpresPerumnas I – Jayapura” ini dilaksanakan dalamtiga siklus berpangkal pada nilai siswa saat prasiklus. Setiap siklus dilaksanakan sebanyak duakali pertemuan, pertemuan pertama dilaksana-kan selama tiga jam pelajaran dan pertemuankedua selama dua jam pelajaran. Materi siklusI adalah ’Tempat yang Berhubungan denganPengobatan’, siklus II ’Pasar Swalayan’, dansiklus III ’Kegiatan yang ada di LingkunganSekolah’. Data dipaparkan secara sistematisdari data awal, data siklus I , data siklus II, dandata siklus III dengan menggunakan metodepenelitian deskriptif. Teknik persentase digu-nakan untuk mengukur peningkatan kualitaspembelajaran menulis laporan hasil penga-matan.

Sebelum melaksanakan tindakan pembe-lajaran, guru menyusun RPP pada setiap siklus.Kompetensi dasar yang dipilih adalah menulislaporan pengamatan atau kunjungan berdasar-kan tahapan (catatan, konsep awal. perbaikan,dengan memperhatikan penggunaan ejaan.Selain itu guru mempersiapkan lembar LKSdengan mengumpulkan foto-foto yang diambildari tempat-tempat yang berhubungan denganpengobatan, misalnya di rumah sakit, Pus-kesmas, Apotek, dan klinik terdekat. Foto-fotoyang sudah diambil selanjutnya disortir sesuaidengan tugas yang diberikan pada tiapkelompok.

Agar proses pembelajaran lebih inovatif,maka pada pertemuan pertama ruang kelas

diatur agar siswa duduk berhadapan, sehinggamemudahkan siswa untuk berdiskusi danmengerjakan tugas kelompok. Cara pengaturanruang kelas ini berbeda pada pertemuan kedua.Pada pertemuan kedua pengaturan meja tetapsecara berkelompok tetapi dengan bentukmemanjang. Hal ini dimaksudkan agar tidakterjadi diskusi atau saling menyontek pekerjaanteman dan siswa pun bisa lebih berkonsentrasidalam menulis laporan hasil pengamatannya.

Selain mengajar, selama proses pem-belajaran guru juga melakukan observasiterhadap keaktifan siswa dalam mengikutipelajaran. Hasil observasi digunakan oleh guruuntuk memperoleh informasi reaksi siswaterhadap model pembelajaran, selain itu infor-masi juga diperoleh melalui lembar wawancarayang dilakukan setelah proses pembelajaran diluar jam belajar.

Guru menggali informasi melalui pe-ngamat/observer untuk mengetahui bagaimanakesan siswa selama pembelajaran menulislaporan hasil pengamatan dengan meng-gunakan metode mind mapping. Selain ituuntuk mengetahui kekurangan yang telahdilakukan selama proses pembelajaransehingga dapat digunakan sebagai bahanrefleksi untuk melakukan perbaikan pada siklusberikutnya.

Sebelum melaksanakan tindakan pembe-lajaran, guru menyusun RPP pada setiap siklus.Kompetensi dasar yang dipilih adalah menulislaporan pengamatan atau kunjungan berdasar-kan tahapan (catatan, konsep awal. perbaikan,dengan memperhatikan penggunaan ejaan.Selain itu guru mempersiapkan lembar LKSdengan mengumpulkan foto-foto yang diambildari tempat-tempat yang berhubungan denganpengobatan, misalnya di rumah sakit, Pus-kesmas, Apotek, dan klinik terdekat. Foto-fotoyang sudah diambil selanjutnya disortir sesuaidengan tugas yang diberikan pada tiapkelompok.

Agar proses pembelajaran lebih inovatif,maka pada pertemuan pertama ruang kelas

77Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

diatur agar siswa duduk berhadapan, sehinggamemudahkan siswa untuk berdiskusi danmengerjakan tugas kelompok. Cara pengaturanruang kelas ini berbeda pada pertemuan kedua.Pada pertemuan kedua pengaturan meja tetapsecara berkelompok tetapi dengan bentukmemanjang. Hal ini dimaksudkan agar tidakterjadi diskusi atau saling menyontek pekerjaanteman dan siswa pun bisa lebih berkonsentrasidalam menulis laporan hasil pengamatannya.

Selain mengajar, selama proses pembe-lajaran guru juga melakukan observasi terhadapkeaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.Hasil observasi digunakan oleh guru untukmemperoleh informasi reaksi siswa terhadapmodel pembelajaran, selain itu informasi jugadiperoleh melalui lembar wawancara yangdilakukan setelah proses pembelajaran di luarjam belajar.

Guru menggali informasi melalui penga-mat/observer untuk mengetahui bagaimanakesan siswa selama pembelajaran menulislaporan hasil pengamatan dengan meng-gunakan metode mind mapping. Selain ituuntuk mengetahui kekurangan yang telahdilakukan selama proses pembelajaransehingga dapat digunakan sebagai bahanrefleksi untuk melakukan perbaikan pada siklusberikutnya.

2.2.1 Pelaksanaan Tindakan PembelajaranSiklus I

Langkah pertama sebelum persiapanpembelajaran adalah membagi siswa menjadienam kelompok. Pada siklus I ini, t iapkelompok ditugaskan untuk mengamati tempat-tempat yang berhubungan dengan pengobatan.Tugas ini dilakukan di luar jam pelajaran dansetiap kelompok mendapatkan tugas yangberbeda tempat pengamatannya. Pembentukankelompok didasarkan gaya belajar siswa. Setiapkelompok diwakili oleh siswa yang bertipe au-ditorial, visual, dan kinestik. Anggota setiapkelompok terdiri dari laki-laki dan perempuanyang berjumlah 5-6 orang siswa, yang digabung

antara siswa yang berkemampuan kurang,sedang, dan pandai.

Sebelum dimulai proses pembelajaran,terlebih dulu dipersiapkan segala sesuatu yangdibutuhkan dalam proses pembelajaran denganmenggunakan model mind mapping. Setelahsegala sesuatunya siap, dilakukan apersepsimelalui tanya jawab dengan siswa mengenaihal-hal yang berhubungan dengan materi yangakan dipelajari. Setelah itu barulah disampaikanmateri pelajaran, serta tujuan setelah prosespembelajaran selesai.

Pada saat proses pembelajaran, siswadituntun untuk membuat mind mappingberdasarkan gambar rumah sakit yang ditempeldi tengah selembar kertas manila, kemudiandilakukan tanya jawab dengan siswa mengenaigambar tersebut. Jawaban siswa akan ditulispada cabang-cabang yang memancar darigambar sentral dengan menggunakan spidolwarna-warni sehingga membentuk peta pikiran.Tujuan penggunaan spidol warna-warni agarmenarik dan merangsang daya nalar siswa padasaat proses pengamatan terhadap gambartersebut. Setelah pembuatan mind mappingselesai dilaksanakan, siswa dituntun untukmenyusun kerangka karangan berdasarkanmind mapping tersebut. Setelah diketahuilangkah-langkah pembuatan mind mapping,kemudian dibagikan LKS berisi foto yangberbeda kepada setiap kelompok sesuai tugasyang telah diberikan sebelum proses pembe-lajaran, dan masing-masing kelompok diberitugas untuk membuat mind mapping melaluifoto yang sudah dipasang di lembar LKS.Selanjutnya siswa menyusun kerangka kara-ngan berdasarkan model mind mapping yangtelah dibuat dalam kelompok. Pada pertemuanpertama, kegiatan hanya sampai penyusunankerangka karangan.

Pertemuan kedua kegiatan dilanjutkandengan membuat laporan hasil penelitian secaramandiri dengan menggunakan kerangkakarangan yang telah disusun serta tetapmemperhatikan model mind mapping yangtelah dibuat bersama teman sekelompok.

78 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Setelah selesai menulis, siswa diminta untukmenukarkan hasil laporannya dengan kelompoklain agar mendapatkan koreksi dari teman. Padasaat memeriksa ini siswa berusaha mencarikesalahan tanda-tanda baca, penulisan hurufyang tidak sesuai dengan EYD, atau peng-gunaan diksi yang kurang tepat. Setelah peker-jaannya selesai diperiksa oleh teman, kemudiansiswa memperbaikinya agar hasilnya lebihsempurna.

Pembelajaran ditutup dengan melakukanrefleksi bersama siswa. Refleksi pembelajarandilakukan dengan mengulang materipembelajaran melalui tanya jawab. Pemberianpenghargaan dilakukan oleh guru denganmenentukan kelompok terbaik dan mengajaksemua siswa bertepuk tangan. Semua siswadiberi semangat untuk selalu belajar dan rajinmembaca agar mempunyai perbendaharaankosa kata yang semakin banyak, sehingga lebihmudah menuangkan pikirannya ke dalamtulisan.

2.2.2 Analisis Keberhasilan Tindakan PadaSiklus I

Pada tahap ini keterlibatan siswa sudahmulai tampak, tetapi tidak semuanya. Hal inidisebabkan masih ada siswa yang belumkonsentrasi dalam mengerjakan tugas yangdiberikan, ada siswa yang masih terlihatcanggung untuk mengerjakan tugas yangdiberikan, sedangkan siswa yang lain terlihatmasih ada yang tidak mau membantu temandalam kelompok.

Suasana kelas yang menarik penuhdengan tantangan dirasakan oleh siswa. Kelasterasa hidup, suasana santai dan penuhkerjasama menambah semangat siswa dalammengerjakan tugas-tugas. Pembelajaran yangpenuh dengan tantangan dan kerjasamakelompok ini berdampak pada peningkatankemampuan siswa. Keberhasilan dapat dilihatdari perbedaan nilai yang diperoleh siswasebelum pelaksanaan tindakan dan sesudahproses pembelajaran berlangsung.

Pada siklus I ini kriteria “berhasil” di-capai oleh 3 siswa atau sebesar 9,68%. Pero-lehan akhir siswa dalam pembelajaran siklus Idapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1 Nilai Laporan Pengamatan Siklus I

Rentang Nilai

Frekuensi Presentase (%)

Keterangan

92 - 100 0 0 Sangat Berhasil

82 - 91,9 0 0 Berhasil Sekali

72 - 81,9 3 9,68 Berhasil

62 - 71,9 10 32,26 Cukup Berhasil

52 – 61,9 17 54,84 Kurang Berhasil

42 – 51,9 1 3,22 Belum Berhasil

Tabel di atas menunjukkan perolehannilai siswa berdasarkan sebaran nilai. Jumlahsiswa dalam sebaran nilai 72 – 81,9 sebanyak3 siswa, 10 siswa dalam sebaran nilai 62 – 71,9,dan 17 siswa dalam sebaran nilai 52 – 61,9,serta sebanyak 1 siswa dalam sebaran nilai 42– 51,9.

2.3.1 Pelaksanaan Tindakan PembelajaranSiklus II

Tindakan siklus II merupakan perbaikanproses pembelajaran pada siklus I. Tema yangdiangkat pada siklus II adalah Pasar swalayan.Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaranyang telah disusun, guru menyampaikanpembelajaran dengan menggunakan peralatanLCD untuk menayangkan rekaman video yangtelah dipersiapkan. Penggunaan LCD akanmenarik perhatian siswa untuk ingin tahu lebihbanyak, sehingga siswa lebih antusias dalammengikuti proses pembelajaran.

Sebelum pelaksanaan proses pembe-lajaran, terlebih dahulu guru memeriksa ke-siapan kelas, memeriksa kehadiran siswa, danmenyiapkan media pembelajaran. Setelah ituguru melakukan apersepsi dengan menggiringsiswa pada materi pelajaran melalui tanya jawabyang berkaitan dengan tema pelajaran. Setelah

79Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

itu guru menginformasikan materi pembe-lajaran dan tujuan pembelajaran kepada siswa.

Pembelajaran diawali dengan pena-yangan rekaman video tentang pasar tradisional.Setelah menonton tayangan film, guru me-ngajak siswa untuk membuat mind mappingbersama-sama dan menyusunnya sampaimenjadi sebuah kerangka karangan. Padakegiatan ini siswa dilibatkan secara aktif untukmenuangkan peta pikirannya pada cabang-cabang mind mapping yang dibuat di papantulis. Sebagai tayangan untuk tugas yang akandikerjakan oleh siswa, guru menampilkanrekaman video pasar swalayan. Siswa dimintauntuk membuat mind mapping dan menyusunkerangka karangan bersama teman seke-lompoknya. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukanpada siklus II pertemuan pertama.

Pada pertemuan kedua siswa menuliskarangan berdasarkan kerangka karangan yangsudah disusun, kemudian menukarkan hasilpekerjaannya dengan teman lain untukdikoreksi, setelah itu memperbaiki tulisannyaberdasarkan koreksi dari teman.

Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswadiajak untuk menyimpulkan kegiatan pembe-lajaran yang sudah terlaksana pada pertemuanhari itu, selain itu guru bersama-sama dengansiswa merefleksi proses pembelajaran yangsudah berlangsung, dan sebagai penguatan gurumemberi tugas kepada siswa untuk banyak-banyak membaca buku apa pun, karena bukuadalah sumber pengetahuan, sehingga siswaakan memiliki kosa kata yang semakin banyak.

Hasil observasi pembelajaran pada siklusII melalui lembar pengamatan yang dilakukandi sela-sela proses pembelajaran menunjukkanbahwa reaksi belajar siswa semakin menun-jukkan adanya peningkatan. Selain denganlembar pengamatan, guru juga memperolehinformasi melalui lembar wawancara yangdilakukan setelah proses pembelajaran di luarjam belajar.

Dari hasil pengamatan para pengamat,guru dapat menggali informasi yang lebih

banyak untuk mengetahui bagaimana kesansiswa selama pembelajaran menulis laporanhasil pengamatan dengan menggunakan modelmind mapping. Selain itu, guru juga men-dapatkan beberapa masukan untuk mengetahuikekurangan yang telah dilakukan selama prosespembelajaran sehingga dapat digunakansebagai bahan refleksi untuk melakukanperbaikan pada siklus berikutnya.

2.3.2 Analisis Keberhasilan TindakanPada saat proses pembelajaran sedang

berlangsung, semua siswa tampak sudah terlibatsecara aktif. Suasana kelas yang menarik penuhdengan tantangan dirasakan oleh siswa. Kelasterasa hidup, suasana santai dan penuhkerjasama menambah semangat siswa dalammengerjakan tugas-tugas. Pembelajaran yangpenuh dengan tantangan dan kerjasamakelompok ini berdampak pada peningkatankemampuan siswa. Hasil penilaian proses padasiklus II menunjukkan adanya kemajuandibandingkan pada siklus I Rata-rata siswamengikuti pembelajaran dengan semangat. Adasuasana kompetisi antar kelompok. Hasil yangdicapai pada siklus II lebih meningkat. Rata-rata perolehan nilai 71,35 dengan kriteria cukupberhasil. Jumlah siswa yang berhasil sebanyak15 siswa atau 48,39 %. Berikut adalah dataperolehan nilai yang diperoleh pada siklus II.

Tabel 4.2 Nilai Laporan Pengamatan Siklus II

Rentang

Nilai

Frekuensi

Presentase

(%)

Keterangan

92 - 100

0

0

Sangat Berhasil

82 - 91,9

0

0

Berhasil Sekali

72 - 81,9

15

48,39

Berhasil

62 - 71,9

14

45,16

Cukup Berhasil

52 – 61,9

2

6,45

Kurang Berhasil

42 – 51,9

0

0

Belum Berhasil

80 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskanbahwa jumlah siswa dalam sebaran nilai 72 -81,9 sebanyak 15 siswa, 14 siswa dalam sebarannilai 62 - 71,9, dan 2 siswa dalam sebaran nilai52 – 61,9, serta tidak ada siswa dalam sebarannilai 40 – 52,5.

2.4.1 Pelaksanaan Tindakan PembelajaranSiklus III

Tindakan siklus III merupakan perbaikanproses pembelajaran pada siklus II. Tema yangdiangkat adalah lingkungan sekitar sekolah.Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaranyang telah disusun, guru menyampaikan pem-belajaran dengan menggunakan peralatan LCDuntuk menayangkan film karton yang telahdipersiapkan.

Sebelum pelaksanaan proses pembe-lajaran, terlebih dahulu guru memeriksakesiapan kelas, memeriksa kehadiran siswa,dan menyiapkan media pembelajaran. Setelahitu guru melakukan apersepsi dengan mengajaksiswa menyanyikan lagu ’Bangun Tidur’dilanjutkan dengan tanya jawab yang me-ngantar siswa pada kegiatan yang ada di rumah.Hal ini berhasil membuat siswa penuh perhatiansecara fisik dan mental, sehingga siswa akanlebih berantusias dalam mengikuti pelajaran.Setelah guru menyampaikan tujuan pembe-lajaran.

Guru menayangkan film karton tentangkegiatan rutin yang dilakukan oleh sebuahkeluarga yang memiliki dua orang anak danmengerjakan semua pekerjaan secara bergo-tong-royong. Setelah menonton tayangan filmtersebut, guru mengajak siswa untuk membuatmind mapping bersama-sama dengan membuatgambar di tengah papan tulis dan memintasiswa untuk menuliskan kata-kata kunci padacabang-cabang dan anak-anak cabang mindmapping. Pada kegiatan ini siswa dilibatkansecara aktif untuk menuangkan pikirannya padacabang-cabang mind mapping yang dibuat dipapan tulis. Setelah menyusun kerangkakarangan, guru menayangkan contoh kerangka

karangan yang dinarasikan dalam sebuahkarangan.

Kegiatan berikutnya adalah pemberiantugas pengamatan kepada siswa. Sebelum siswamelaksanakan tugasnya, terlebih dahulu gurumenjelaskan teknis pelaksanaan tugas. Setelahsiswa memahami tugas yang dijelaskan olehguru, guru pun meniup peluit dan para siswasegera keluar kelas untuk memulai pengamatanterhadap lingkungan sekitar sekolah. Setelahkurang lebih sepuluh menit siswa mengamati,guru meniup peluit untuk kedua kalinya sebagaitanda pengamatan telah selesai dan saatnyasiswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.

Setelah itu siswa diminta untuk membuatmind mapping secara berkelompok. Siswaberkumpul di kelompoknya masing-masing danmendiskusikan hasil pengamatannya, kemudianmenuangkannya dalam peta pikiran model mindmapping. Setelah mind mapping terbentuk,barulah siswa menyusun kerangka karanganagar pada pertemuan berikutnya dapat diuraikandalam laporan hasil pengamatannya.

Pada pertemuan berikutnya siswa me-nulis karangan berdasarkan kerangka karanganyang sudah disusun, kemudian menukarkanhasil pekerjaannya dengan teman di kelompoklain untuk mendapatkan koreksi. Setelah hasilpekerjaannya dikembalikan, kemudian setiapsiswa memperbaiki tulisannya berdasarkankoreksi dari teman.

Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswadiajak untuk menyimpulkan kegiatan pem-belajaran yang sudah terlaksana pada per-temuan hari itu. Selain itu, guru bersama-samadengan siswa merefleksi proses pembelajaranyang sudah berlangsung dengan mengadakankuis yang dilaksanakan dengan menyanyi lagu’Potong Bebek Angsa’ sambil bergantianmemegang kotak soal. Barang siapa memegangkotak pada saat lagu dihentikan, maka dia harusmengeluarkan satu soal kemudian membacakansoal tersebut dan menjawabnya. Sebagaipenguatan guru memberi tugas kepada siswauntuk menerapkan pembuatan mind mappingpada pelajaran apa pun karena dapat membantu

81Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

mempermudah mengingat pelajaran yang sudahdisampaikan oleh guru. Agar pengetahuansemakin luas, maka siswa harus banyakmembaca buku apa pun karena buku adalahsumber pengetahuan.

Guru melakukan pengamatan terhadapsiswa selama proses pembelajaran berlangsung.Hal ini dilakukan untuk mengetahui keaktifansiswa dalam mengikuti pelajaran. Hasilobservasi pembelajaran yang dilakukan padasiklus III melalui lembar pengamatan yangdilakukan di sela-sela proses ini pembelajaranmenunjukkan bahwa reaksi belajar siswasemakin meningkat. Hal ini juga ditunjukkanoleh hasil yang diperoleh siswa semakinmenunjukkan adanya peningkatan yang cukupsignifikan.

Hasil pengamatan, guru dapat menggaliinformasi yang lebih banyak untuk mengetahuibagaimana kesan siswa selama pembelajaranmenulis laporan hasil pengamatan denganmenggunakan metode mind mapping. Selain ituguru juga mendapatkan beberapa masukanuntuk mengetahui kekurangan yang telahdilakukan selama proses pembelajaran, se-hingga dapat digunakan sebagai bahan masukanuntuk melakukan peningkatan pada kegiatanpembelajaran berikutnya.

2.4.2 Analisis Keberhasilan Tindakan PadaSiklus III

Seperti halnya pada siklus-siklus sebe-lumnya, analisis dan keberhasilan tindakandilakukan selama dan sesudah pelaksanaanpembelajaran. Pengamat dan kolaboratormengamati perilaku siswa dan guru denganmenggunakan lembar observasi. Fokus penga-matan terhadap siswa mencakup keterlibatansiswa dari awal hingga akhir pelajaran.

Kelas terasa hangat dengan adanyanyanyian dan permainan, yang membuat siswalebih bersemangat untuk belajar, Suasana santaidan penuh kerjasama menambah semangatsiswa dalam mengerjakan tugas-tugas. Pembe-lajaran yang penuh dengan tantangan dan

kerjasama kelompok ini berdampak padapeningkatan kemampuan siswa. Antusias siswamenonjol, terutama saat menjawab pertanyaanatau pun menyampaikan ide yang ada dalampikirannya. Pencapaian hasil pada siklus IIIlebih meningkat dibanding hasil pada siklus II.Rata-rata perolehan nilai adalah 77,65 dengankriteria berhasil. Jumlah siswa yang berhasilsekali sebanyak 2 siswa atau 6,45 %. Berikutadalah data perolehan nilai yang berhasildikumpulkan pada siklus III.

Tabel 4.3 Nilai Laporan Pengamatan Siklus III

Rentang

Nilai

Frekuensi

Presentase

(%)

Keterangan

92 - 100

0

0

Sangat Berhasil

82 - 91,9

2

6,45

Berhasil Sekali

72 - 81,9

27

87,10

Berhasil

62 - 71,9

2

6,45

Cukup Berhasil

52 – 61,9

0

0

Kurang Berhasil

42 – 51,9

0

0

Belum Berhasil

Berdasarkan tabel di atas, dapat di-jelaskan bahwa jumlah siswa dalam sebarannilai 82 – 91,9 sebanyak 2 siswa, dan 27 siswadalam sebaran 72 - 81,9, serta 2 siswa dalamsebaran nilai 62 – 71,9. Tidak ada lagi siswayang mendapatkan nilai dalam sebaran 52 –61,9 dan 42 – 51,9. Peningkatan siswa padasiklus III cukup tajam. Hal ini disebabkanpengamatan siswa yang tidak lagi melalui me-dia gambar atau rekaman video, tetapi langsungpada objek yang diteliti.

Perbedaan hasil yang dicapai siswa sejakmasa pra siklus, Siklus I, Siklus II, dan SiklusIII dapat dilihat pada grafik berikut.

82 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I,Siklus II, dan Siklus III

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihathasil penilaian sejak pra penelitian hingga siklusIII menunjukkan adanya kenaikan. Siswa dalamkategori ’berhasil’ menunjukkan adanya pe-ningkatan sebanyak 52,38%, sedang siswa yangdalam kategori ’cukup berhasil’ menunjukkanpenurunan yang cukup tajam (45,23%),sehingga siswa yang dikategorikan ’kurangberhasil’ pun sudah tidak tampak lagi, hal iniberarti menurun sebesar 7,15%. Pada siklus IIIini sudah tidak ada siswa yang dimasukkandalam kategori ’kurang berhasil’ dan ’tidakberhasil,’ sehingga penggunaan metode mindmapping dalam menulis laporan hasil penga-matan ini dapat dikatakan brazil.

Keberhasilan siswa selama mengikutipembelajaran dengan menggunakan modelmind mapping, ialah siswa dapat mengem-bangkan daya pikirnya secara tertulis denganmembuat peta pikir model mind mapping.Menurut Tony Buzan (2010:4) Mind mapadalah cara termudah untuk menempatkaninformasi ke dalam otak yang diambil dari luarotak, mind map adalah cara mencatat kreatif,efektif, dan secara harfiah yang akan meme-takan pikiran-pikiran kita. Dengan membuatpeta pikir model mid map, siswa akan dapatmengembangkannya sehingga menjadi kerang-ka karangan yang padu. Berdasarkan kerangkakarangan yang padu itulah, siswa akan dapatmenulis sebuah karangan yang berbentuklaporan hasil pengamatan.

C. PENUTUP

3.1 SimpulanBerdasarkan tujuan penelitian, analisis

data, dan pembahasan yang telah dilakukan,dapat ditarik beberapa simpulan sebagai be-rikut:(1) Keterampilan menulis laporan hasil pe-

ngamatan bagi siswa kelas V SD InpresPerumnas I Jayapura dapat ditingkatkandengan menggunakan metode mind map-ping. Cabang-cabang mind mapping dapatmemacu daya pikir siswa agar semakin ber-kembang luas ke anak-anak cabang, denganpenggunaan warna-warni yang membantudaya imajinasi siswa untuk mengingat lebihbanyak tentang apa yang dipikirkannya.Perumnas I Jayapura,

(2) Untuk melaporkan hasil pengamatannya,dapat dilihat dari hasil tulisan siswa yangsemakin meningkat dari siklus I, siklus II,hingga siklus III.

(3) Dengan menggunakan metode mind map-ping prestasi siswa dalam menulis laporanhasil pengamatan semakin menunjukkanadanya peningkatan. Hal ini terbukti darihasil olah nilai yang diperoleh siswa setelahproses pembelajaran dari siklus I, siklus II,hingga siklus III. Sebelum dilakukanpenelitian prestasi rata-rata siswa kelas VSD Negeri Inpres 5.81 Perumnas I Waena- kota Jayapura hanya 56,74. Pada siklus Iprestasi siswa meningkat sebesar 5,27,sehingga menjadi 62,03. Pada siklus IIprestasi rata-rata siswa meningkat lagisebesar 9,32, sehingga menjadi 71,35. Padasiklus III meningkat lagi sebesar 6,30,sehingga menjadi 77,65.

3.2 Saran-saranBerdasarkan keberhasilan yang dicapai

dan simpulan-simpilan yang disajikan, makaguru dapat memberikan beberapa saran yangberkaitan dengan pengembangan model pembe-lajaran yang menyenangkan bagi siswa, antaralain:

83Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

(1) Setiap guru hendaknya memiliki kemauanuntuk meningkatkan wawasan, penge-tahuan, dan keterampilan dalam me-rencanakan, melaksanakan, dan menge-valuasi pembelajaran di kelas. Peningkatankualitas guru dalam pembelajaran akanberdampak pada keberhasilan siswa dalamproses pembelajaran, sehingga siswamendapat tambahan ilmu, pengetahuan,keterampilan, dan dapat mengembangkanbakat melalui proses yang menyenangkandan bermakna.

(2) Setiap guru hendaknya memahami metodemind mapping, sehingga dapat menerapkanmetode ini dalam proses pembelajaran,terutama untuk melaporkan hasil penga-matan siswa terhadap suatu objek.

(3) Metode mind mapping juga dapat di-terapkan pada mata pelajaran lain. Denganmenuangkan materi pelajaran yang telahdipelajari pada cabang-cabang mind map-ping, siswa dapat menghemat waktu belajardan mengingat lebih banyak apa yang telahdipelajarinya. Buku yang tebal bisadipelajari dalam satu lembar atau beberapalembar kertas saja.

(4) Mind mapping juga dapat digunakan olehpara guru untuk merencanakan semuakegiatan yang akan dilakukannya, sehinggatidak akan ada hal yang terlewatkan danpekerjaan dapat dilaksanakan dengan rapidan tuntas.

(5) Para peneliti selanjutnya diharapkan agardapat melakukan penelitian yang lebihvariatif untuk memperoleh hasil yang lebihbaik pada kompetensi dasar yang lain,sehingga dapat diketahui keunggulanmodel mind mapping dan mendapat solusipemecahan atas kelemahannya.

DAFTAR PUSTAKAAdmin. 2010. Penggunaan Media Gambar

Untuk Meningkatkan KeterampilanMenulis Karangan Prosa (On Line).Tesis tidak diterbitkan Bandung: Pasca-

sarjana UPI (http://ind.sps.upi.edu/?p=144, diakses 15 Oktober 2010).

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelaja-ran. Bandung: Alfabeta.

Buzan, Tony. 2010. Buku Pintar Mind map.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind mapuntuk Anak Agar Mudah Menghafal danBerkonsentrasi. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind mapuntuk Anak Agar Anak Lulus ujiandengan Nilai Bagus. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama. Buzan, Tony.2010. Super Learning Cemter OfficialBuzan Licenced Instructor Mind mapSuper memory, Mind map, Speed Read-ing (On Line). ([email protected], diakses 14 Agustus 2010)

Febru, Erna. 2008. Meningkatkan KeterampilanMenulis Deskripsi Siswa Kelas IVSekolah Dasar Islam Sabilillah Malangmelalui Strategi Roulette Writing (OnLine). Malang: Disertasi dan Tesis Pro-gram Pascasarjana. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/857, diakses 15 Desember 2010).

Kusmellyati, Um. 2010. Peningkatan Kemam-puan Menarasikan Teks Hasil Wawan-cara dengan Menggunakan Metode Mindmapping Siswa Kelas VII- A SMPN 1Ambunten (On Line), Skripsi UM tidakditerbitkan (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/ view/8207, diakses 29 Desember 2010).

Muhammad, As’Adi. 2010. Misteri OtakTengah Manusia. Yogyakarta: Buku Biru.

Mulyani, Rini. 2010. Upaya PeningkatanKeterampilan Menulis Karangan ProsaMelalui Metode Pembelajaran Mind map(On Line). PTK tidak diterbitkan. (http:// r inimulyanibuk it c imangguvilla .blogspot.com/2008/05/mind-mapping.html, diakses 15 Desember 2010.).

Suparno, Yunus, Mohammad. 2002. Keteram-pilan Dasar Menulis. Jakarta: Universi-tas Terbuka.

84 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

KARYA SASTRA SEBAGAI STIMULUSDALAM KOMPETENSI MENULIS FIKSI DI

ERA GLOBALISASI BERBASIS K3

ArditiyaMagister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Muhammadiyah [email protected]

AbstrakGlobalisasi menjadi perhatian dari berbagai kalangan disiplin ilmu. Penemuan dan penggunaan teknologimutakhir menjadi identitas kehidupan era globalisasi. Kemajuan era globalisasi dari berbagai aspek telahmenghasilkan masyarakat menjadi praktis dan konsumtif dalam menjalani aktivitas kehidupannya.Kebergantungan terhadap teknologi informasi menghasilkan keprihatinan terhadap eksistensi para penulis.Keprihatinan ini dilihat dari bergesernya penilaian mengenai kualitas bahan bacaan jika dibandingkandengan teknologi informasi yang lebih inovatif. Kemampuan penciptaan bahan bacaan berkualitas dalammenjawab fenomena era globalisasi merupakan perhatian utama. Melalui apresiasi sastra dengan berbagaisubstansi filosofis di dalamnya, dihasilkan stimulus untuk mengajarkan cara berpikir yang kritis, kreatif,dan kompeten (K3) dalam menghasilkan bahan bacaan yang baik oleh penulis. Karya sastra dalam berbagaigenre memunculkan kesan kritis dari isu-isu sosial dan kemanusiaan yang terdapat di dalamnya, sehinggamenimbulkan stimulus kepada pembaca hasil apresiasi karya sastra untuk membuat tulisan yang bersifatlebih kreatif dari karya sastra yang dibaca dan menghasilkan tulisan yang lebih berkualitas. Karya sastradengan nilai logika, etika dan estetika sebagai konstruksinya, dinilai mampu untuk melahirkan parapengapresiasi yang dapat melanjutkan topik-topik aktual dalam membuat tulisan yang lebih bernilai,sehingga mampu menjawab kebutuhan era globalisasi. Menulis secara imajinatif dengan pola kritis, kreatifdan kompeten dengan strategi apresiasi sastra dinilai lebih memiliki kekuatan yang bersifat universaldalam memandang lemahnya aktivitas penulisan di era globalisasi.Kata kunci: karya sastra, k3, globalisasi, menulis fiksi

A. PENDAHULUANGoerge Ritzer (2012:980) menyatakan

bahwa globalisasi adalah pandangan bahwadunia di dominasi oleh perihal ekonomi danbahwa kita sedang menyaksikan kemunculanhegemoni pasar dunia kapitalis dan ideologineoliberal yang menyangganya. Dalam akti-vitasnya, globalisasi menuntut masyarakatberperilaku aktif dan represif dalam mengawasiperjalanan globalisasi dalam aktivitas sosialnya.Kecenderungan masyarakat hanya menjadipenonton dalam era globalisasi menyebabkan

ketertinggalan dari berbagai bidang. Kreativitasmerupakan hal yang diharapkan mampu men-jawab aktivitas globalisasi dengan menghasil-kan berbagai produk sebagai bentuk masyarakatyang siap dan aktif menyongsong globalisasi.

Berbagai kreativitas yang diharapkanmampu menjawab aktivitas globalisasi dinilaiperlu untuk terus dikembangkan. Menghasilkankarya tulis dengan pendekatan menulis fiksimerupakan bentuk kreativitas masyarakatdalam mencapai upaya meningkatkan kualitasindividu dan bangsa.

85Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Menulis fiksi merupakan perwujudanperilaku kreatif dalam mengaplikasikan ke-mampuan menjawab fenomena-fenomena yangterdapat dalam aktivitas masyarakat. Pujiharto(2012:14) menyatakan bahwa selain sebagaimanifestasi pengalaman estetis, karya fiksidimaksud juga merupakan manifestasi pengala-man kemanusiaan pengarang yang unik danuniversal. Dalam hal ini menulis fiksi memilikiperan dalam upaya menjawab fenomena-fenomena globalisasi dengan isu kemanusiansebagai topiknya.

Dalam membaca karya sastra sebagaipemicunya, secara khusus terdapat efek yangdialami oleh pembaca sebagai bentuk sublimasidan katarsis dalam proses apresiasinya.Kemampuan karya sastra dalam menjernihkanbatin pembaca dari segala kompleksitas batinsetelah pembaca melaksanakan kegiatanapresiasi secara akrab dan sungguh-sungguhdinilai penting, sehingga terjadi semacampeleburan antara pembaca dan dunia-duniayang diciptakan pengarangnya, hal ini adalahbentuk dari katarsis. Bentuk realitas yangdiciptakan pengarang mampu menjadisemacam pengganti atau memberikan kepuasandan kesegaran baru bagi pembaca merupakanbentuk dari sublimasi. Kedua efek ini meru-pakan representasi dari nilai kritis, kreatif dankompeten dari karya sastra dalam perwujudan-nya.

Dalam membaca hasil apresiasi karyasastra, dalam tahap membaca kreatif, kecen-derungan karya sastra pada perwujudannyadapat menerapkan pemahaman dari kegiatan-nya sebagai bentuk pengaplikasian dari ber-bagai kegiatan lanjutannya. Aminuddin(2013:21) menyatakan bahwa membaca kreatifyakni kegiatan membaca yang dilatari tujuanmenerapkan perolehan pemahaman darimembaca untuk mencapai tujuan-tujuan ter-tentu yang bersifat aplikatif. Dalam tahap initanpa disadari karya sastra telah memberikanstimulus/rangsangan kepada pembaca dalammengaplikasikan kegiatan membaca dalamberbagai bentuk seperti menulis fiksi.

Permasalahan yang dikaji dalam peneli-tian ini adalah (a) nilai kritis, kreatif dan kom-peten yang melatari karya sastra (b) berbagaitemuan mengenai stimulus karya sastra dalampembentukan kompetensi menulis fiksi.

B. KAJIAN PUSTAKAStudi penelitian ini berjudul “Teori,

Metode, dan Teknik Penelitian Sastra” (Nyo-man Kutha Ratna, 2011) yang menggambarkanmengenai keberadaan sastra dengan perspektifglobalisasi sebagai objek penelitian. Karyasastra dalam perwujudannya menggambarkangejala sosial yang melatarbelakangi penciptaankarya sastra dengan bermacam-macam strukturpembangunnya sebagai respresentasi daribentuk kritis, kreatif dan kompetensi penga-rang.

Dalam pandangan “Pengantar ApresiasiSastra” (Aminuddin, 2013) menyatakan bahwadalam cipta sastra mengandung berbagaimacam unsur yang sangat kompleks, antara lain(1) unsur keindahan, (2) unsur kontemplatifyang berhubungan dengan nilai-nilai ataurenungan tentang keagamaan, filsafat, politik,serta berbagai macam kompleksitas perma-salahan kehidupan, (3) media pemaparan , baikberupa media kebahasaan maupun strukturwacana, serta (4) unsur-unsur interinsik yangberhubungan dengan ciri karakteristik ciptasastra itu sendiri sebagi suatu teks. Dalam halini kemampuan karya sastra pada proses apre-siasi secara substansif memberikan stimulusberupa pemahaman mengenai konstruksi karyasastra dalam perwujudannya terhadap bentukapapun.

Ditinjau dari aktivitas menulis fiksi,terdapat dua jenis terkait hasil yang diciptakandalam teori fiksi, yaitu karya fiksi serius dankarya fiksi popular. Dalam struktur karya fiksiserius dan popular pada dasarnya memilikitingkat persamaan yang melandasi keduanya,hanya saja pada bagian tertentu fiksi serius danpoluler dikatakan memiliki perbedaan.Pendapat lain menyatakan bahwa fiksi popular

86 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

mudah dibaca karena benar-benar ‘mengisah-kan sesuatu’ sedangkan fiksi serius lebih sukarkarena mengandung dua elemen tambahan;tema atau gagasan utama yang harus digalipembaca dan sarana-sarana artistik yang harusdiketahui dan dihargai olehnya (Robert Stanton,2012:4).

C. METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode deskriptif. Datadikumpulkan melalui proses pembacaan karyasastra dan penandaan terhadap satuan-satuancerita atau unit unit motivasional yang memuatide dasar cerita yang mendasari tema. Analisisdata menggunakan pendekatan sosiopsikologiskarya sastra yang menekankan pada pencarianamanat cerita. Hasil analisis dipaparkan dalamuraian deskriptif-argumentatif. Sumber datapenelitian berupa novel Bumi Manusia(Pramoedya Ananta Toer,2011), puisi Aku(Chairil Anwar, 1943) dan naskah dramaTopeng- topeng (Rachman Sabur,1988).

D. HASIL DAN PEMBAHASANa. Nilai kritis, kreatif dan kompeten yang

melatari karya sastra.1) Novel Bumi Manusia mengisahkan

tokoh Minke, seorang pemuda pribumiyang berpendidikan tinggi lulusanH.B.S yang hidup dalam belengguhegemoni kolonial. Sosok Minkemencoba membuktikan bahwa ke-beradaan masyarakat pribumi padamasa itu ternyata mampu untukbersaing dan memiliki status sama ditengah keberadaan feodalisme kolo-nial. Penerapan paham otoritarianismedan kapitalisme penguasa pada zamanitu merupakan tantangan yang harusdihadapi masyarakat pribumi denganpenggambaran tokoh Minke yangdihadirkan oleh Pramoedya AnantaToer sebagai pengarang. Masyarakat

pribumi sebagai bagian yang ter-subordinasikan atas tanah kelahiranmereka mencoba bertahan ataskekuasaan kolonial belanda denganselalu memperjuangkan hak-hak atasberbagai aspek kehidupan mereka.Nilai kritis yang dihadirkan olehpengarang dapat dilihat dari peng-gambaran Minke yang dihadapkan dariberbagai konflik dalam novel tersebut.Pengarang telah membuktikan bahwanovel Bumi Manusia merupakanwujud kreativitas yang dibingkaidengan baik sekalipun masalah yangdihadirkan dalam novel tersebut cukupkompleks. Pada akhirnya pengarangmembuktikan bahwa kompetensi karyasastra yang dihasilkan telah mampumenggungah khalayak untuk mampubersikap sebagaimana seharusnya.

2) Puisi Aku menceritakan mengenaiseorang pengarang yang menyem-bunyikan kegelisahan tentang keadaanmasyarakat yang terbelenggu dengansistem-sistem yang memarginalkanrakyat Indonesia dalam kuasa kolonialJepang. Ungkapan dalam puisi “Aku”bersifat mendarah daging dengankiasan-kiasan, sehingga gambarankeadaan memang menjadi sangatkonkrit, citra-citra yang dapat diindra,kemudian menjadi nyata dan seolahdapat dilihat, serta dirasakan sakitnya.Untuk menyatakan semangat yangnyala-nyala dan sebagai bentukperlawanan keras, digunakan kiasan”Aku mau hidup seribu tahun lagi”.Dapat dilihat bahwa gambaran si akupenuh vetalitas mau mereguk ke-bebasan dengan bertahan selama-lamanya. Jadi berdasarkan dasarkonteks itu harus ditafsirkan bahwaChairil Anwar dalam puisi “aku” dapatdidefinisikan sebagai bentuk peme-taforaan bahasa atau kiasan bahwa

87Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

yang hidup seribu tahun adalah se-mangat untuk keluar dari sistemhegemoni kolonial Jepang dan bukanberbicara mengenai fisik.Pengarang telah menghadirkan bentukkritis atas keadaan masyarakat dalamrezim militerianisme Jepang pada saatitu. Kreativitas pengarang dilihatdalam penngunaan kata-kata yangbersifat metafor sebagai alat penyam-pai pesan di balik karyanya. Kompe-tensi pengarang terbukti denganpemanfaatan puisi ini dalam mediapembelajaran terkait nilai historisperjuangan bangsa melawan penja-jahan pada masa itu.

3) Naskah drama Topeng-topeng mengi-sahkan tentang kehidupan Waska,sesorang yang hidup dalam kesakitandan perjuangan tanpa henti untukberdiri di atas kepentingan orangbanyak. Sekalipun dalam perjalanancerita, nama Waska sering digunakansebagai topeng atau tameng seseorangdalam menjalankan aktivitas yangbersebrangan dengan nilai-nilai kema-nusiaan. Anak panggung dalam naskahdrama tersebut menggambarkan ke-adaan Waska yang tersiksa batin danjiwanya karena kemampuan dalammemperjuangkan nilai-nilai kema-nusiaan sudah sangat susah. Musuhyang dihadapi Waska adalah parapenguasa yang berusaha mencitrakandirinya baik dengan meminjam namaWaska dalam usahanya, namun padaperilaku di kehidupannya para pe-nguasa itu telah menyengsarakan or-ang banyak. Rachman Sabur sebagaipengarang telah menggambarkan suatukeadaan kritis yang menempatkan padapencitraan seorang penguasa sebagaipemimpin suatu bangsa dengan ber-bagai kejahatan yang berada di baliksikap baiknya di hadapan banyak or-

ang. Kreativitas pengarang dapatdilihat dalam alur atau plot yang men-jadi struktur naskah drama Topeng-topeng. Susunan alur yang destruktifmembuat naskah drama ini terlihatmenarik dengan tujuan bahwa pem-baca disarankan jangan terlalu cepatmenyimpulkan mengenai status tokohyang berada dalam naskah drama ini.kompetensi pengarang tergambarkandengan berbagai penghargaan yangdidapat sebagai pengakuan pada karya-karya yang mampu bersanding ditingkat dunia, termasuk naskah dramaini.

b. Temuan yang Terkait mengenai stimuluskarya sastra dalam pembentukan kompe-tensi menulis fiksi.Berdasarkan hasil analisis terhadap ketigakarya sastra dapat ditemukan nilai kritis,kreatif dan kompeten. Secara umum nilaiyang ditemukan adalah(1) Pengarang menyampaikan mengenai

makna sebuah perjuangan yang harusdilakukan oleh siapa saja dalammenjalankan aktivitas kehidupannya.Belenggu penguasa dalam aktivitassosial masyarakat tidak terlepas padasistem kapitalisme yang akan me-nyengsarakan masyarakat banyak.Melawan sebuah sistem yang ber-sebrangan dengan nilai kemanusiaandilakukan melalui karya sastra sebagaigambaran bahwa sastra secara haki-katnya merupakan representasi darigejala yang terdapat dalam masyarakat.

(2) Pengarang dalam ketiga genre karyasastra ini, memiliki kepiawaian dalammembingkai kompleksitas cerita,sehingga gambaran perlawanan atasnilai-nilai kemanusiaan yang diper-juangkan oleh pengarang dalam kar-yanya dapat terus ada di tengah-tengahmasyarakat sebagai media dalamproses pembelajaran. Sekalipun

88 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

pengarang novel dan puisi ini hudupdi masa yang cukup menyulitkan dankecenderungan pengasingan jikamelawan sistem yang berlaku, tetapiketeguhan sebagai pengarang yangmemiliki prinsip ternyata mampumelahirkan karya yang dikenanghingga sepanjang masa.

(3) Penerbitan ketiga genre karya sastra iniberagam. Pada penerbitan novel,terdapat beragam kendala sebagaibentuk penentangan pada karya-karyayang mengindikasikan pergolakansosialis pada era kolonial hingga eraorde baru. Penerbitan puisi pada saatitu juga memperoleh tekanan daripenguasa kolonial jepang sebagaibentuk perlawanan atas gerakan-gerakan yang dapat mengancampemerintahan jepang saat mendudukiIndonesia, sekalipun pada saat inikumpulan puisi dari pengarang telahdisatukan menjadi antologi. Padapenerbitan naskah drama, proses yangdihadapi tidak seperti kedua genrekarya sastra dengan berbagai penen-tangan atas penerbitannya. Secarahistori naskah drama ini dihasilkanpada era orde baru sebagai bentukpenentangan pengarang pada sistemyang diterapkan pada saat itu, namunkarena pada masa itu telah bergerakmenuju era modern, dengan bentukpenjajahan gaya modern maka terdapatvariasi mengenai kendala yangdihadapi sebagaimana kedua genrekarya sastra yang lain. Namun atmosferyang dirasakan dalam penggambarannaskah drama ini tetaplah sama dalammenjunjung nilai kemanusiaan.

c. SIMPULANBerdasarkan hasil analisis dan pembahasandapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:1) Nilai kritis, kreatif dan kompeten yang

didapatkan dalam ketiga genre karyasastra meliputi kemampuan pengarang

dalam menangkap gejala sosial yangdihadapi sebagai pertarungan ideologisdengan nilai-nilai kemanusian sebagaigambaran pemikiran kritis. Kepia-waian pengarang dalam membingkaikompleksitas cerita dan berbagai un-sure dalam bangunan karya sastra,merupakan gambaran kreativitas yangdihasilkan oleh pengarang. Karyasastra yang dihasilkan pengarangternyata mampu dijadikan sebagaibahan pembelajaran kepada siapapunterkait dari nilai-nilai perjuangan yangdinilai relevan ketika dihadapkan padamasa ini, sekalipun objek perlawa-nannya bukan lagi kolonial, melainkanpenguasa bangsa sendiri.

2) Temuan penelitian menunjukkanbahwa ketiga genre karya sastra initermasuk pada karya sastra fiksi serius.Kecenderungan ketiga karya sastra inidijadikan sebagai bahan dalam pembe-lajaran sastra sangat memungkinkan,karena dapat melatih nilai kritis padaproses pembacaannya dan penemuanmaknanya, nilai kreatif pada identi-fikasi struktur dan gaya bahasanya, dannilai kompeten jika dilihat darikemampuan karya sastra ini dalammewakili keadaan masyarakat dalamberbagai perspektif pada kontekssosialnya.

E. DAFTAR PUSTAKAAminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Sastra.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.Anwar, Chairil. 2011. Aku ini Binatang Jalang.

Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaBudi Wurianto, Arif. 2015. Pergeseran Nilai

Dan Pesan Humanisme Sastra PenerbitanNovel Mutakhir (Studi Terhadap NovelQueer). Yogykarata: Prosiding SPKIK.

Pujiharto. 2012. Pengantar Teori Fiksi.Yogyakarta: Ombak.

89Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode,dan Teknik Penelitian Sastra. Yogykarata:Pustaka Pelajar

Sabur, Rachman.1988. Topeng-topeng.Bandung: Payung Hitam

Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi RobertStanton. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Toer, Pramoedya Ananta.2011. Bumi Manusia.Jakarta: Lentera Dipantara

90 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Memahami Struktur Naratif Ruth Finnegandalam Aplikasi Cerita Jaka Kandung

oleh:Rokhyanto

ABSTRAKPenyusunan cerita bisa melalui bukti-bukti yang sudah ada, bisa berupa peninggalan batu, kedung, bukit,alat-alat zaman dahulu, atau sesuatu yang dikeramatkan. Cerita Jaka Kandung ini, pada mulanya cerita itutidak begitu dikenal oleh masyarakat Blitar, karena faktor ketidaktahuan terhadap cerita. Hanya saja,sebagian kecil masyarakat mengetahui tokoh Nilo Suwarno, seorang adipati di Blitar, tetapi secara strukturcerita yang sebenarnya tidak mengetahui keberadaannya. Berdasarkan sumber informasi yang diperoleh,legenda Jaka Kandung ini tidak bisa disebut secara tepat kronologis waktunya, karena prasasti babad kotaBlitar masih samar-samar.Dalam cerita Jaka Kandung yang terdengar di masyarakat itu akhirnya oleh kelompok pecinta seni yaituSiswa Budoyo untuk dipentaskan agar masyarakat Blitar, Tulungagung, dan Kediri mengetahui keberadaancerita tersebut. Setelah Dewi Kemuning melahirkan seorang bayi lelaki yang kemudian diberi nama Jaka.Nama Kandung di wilayah Tulungagung, merupakan tempat bermain Jaka, ketika masih anak-anak. Olehkarena, desa itu bernama Kandung maka sebagai pelengkap nama anak Dewi Kemuning itu diberi namatambahan Jaka Kandung.Di desa Kepatihan digunakan untuk bertahannya para punggawa Arya Blitar I gelar dari Nilo Suwarno,dan para prajuritnya saat menghindari kejaran prajurit Ki Ageng Sengguruh dan desa kepatihan tempatmengadakan perundingan dan rencana penyerbuhan kembali dari kekuasaan Ki Ageng Sengguruh.Ada rasa kepenasaran dalam hati Jaka Kandung, dia segera menemui paman patih untuk memintanyaagar mengantarkannya ke tempat di mana ayahnya berada. Mereka segera berangkat ke kedung Gayaran,di mana Nilo Suwarno pernah meninggal. Sesampainya di sana dia mendapat bisikan gaib dari ayahnyasetelah meditasi, agar segera merebut kembali kadipaten Blitar dari tangan Ki Ageng Sengguruh.Setelah itu, Jaka Kadung berunding dengan paman patih Kalambung menyarankan agar untuk sementarawaktu sambil menunggu Jaka Kandung menjadi dewasa, maka dia mengabdi dulu kepada Ki AgengSengguruh. Pengabdian itu dengan tujuan untuk memudahkan penyerangan. Sesuai dengan rencana, JakaKandung berhasil membunuh Ki Ageng Sengguruh dengan menggunakan sebilah keris milik ayahnyayang bernama Kyai Panjer dan tewasnya Ki Ageng Sengguruh itu, maka Jaka Kandung berhak mendudukitahta adipati, sebagai pewaris tunggal yang sah dan dia dinobatkan sebagai Arya Blitar ke II.Kata kunci: struktur, naratif, aplikasi, cerita

PENDAHULUANCerita rakyat adalah cerita dari zaman

dahulu yang berkembang dan hidup di kalanganmasyarakat secara turun-temurun yang di-sampaikan secara lisan. Cerita rakyat yangberkembang secara lisan akan mengakibatkancerita tersebut mengalami pergeseran dariaslinya bahkan bias jadi hilang. Oleh karena

itu, perlu adanya upaya untuk menyelamatkan.Salah satu cara yakni dengan menginventarisasike dalam bentuk tulisan yang kemudian dibu-kukan.

Cerita rakyat adalah cerita pada masalampau yang menjadi ciri khas setiap bangsayang memiliki kultur budaya yang beranekaragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah

91Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

yang dimiliki masing-masing bangsa. Ceritarakyat merupakan salah satu karya sastra yanghidup di masyarakat secara turun-temurun.Cerita rakyat hampir dimiliki oleh setiap daerahbahkan negara, baik dalam jumlah besarmaupun sedikit, tergantung pada peran danperistiwa yang dimiliki daerah atau negaratersebut pada awal perkembangan atau sejarahdari budaya manusia yang hidup di negara itu.

Jika dilihat, diamati, dan dipahami secaralebih mendalam cerita rakyat, khususnya yangberkembang di Indonesia, sangatlah banyakjumlahnya. Hal itu karena adanya pengaruhperan dan peristiwa yang terjadi di Indonesia,yang beraneka ragam jumlahnya. Peran di sinidapat diartikan keikutsertaan orang-orangmanca negara yang datang ke negara ini (Indo-nesia) baik sebagai pedagang maupun sebagaipenjajah yang pernah berkesempatan me-nikmati kekayaan alam ini, ternyata jugameninggalkan banyak cerita-cerita yang tidaksedikit dan juga cerita yang ditinggalkan ter-nyata sangat menarik. Peristiwa itu berhu-bungan dengan kejadian-kejadian atau par-tisipasinya orang luar dalam membuat sejarahatau mengukir peristiwa yang terjadi di suatutempat (Indonesia). Cerita-cerita ini biasanyabisa terkontaminasi dari sumber aslinya dengantempat-tempat yang ada di daerah atau wilayahcerita itu disampaikan oleh para pendatang(penjajah dan pedagang) tersebut.

Pentingnya mengkaji nilai-nilai yangterkandung dalam cerita rakyat, karena ceritarakyat itu memiliki fungsi kultural. Lahirnyasuatu cerita rakyat bukan semata-mata didorong oleh keinginan penutur untuk menghi-bur masyarakatnya melainkan dengan penuhkesabaran ia ingin menyampaikan nilai-nilailuhur kepada generasi penerusnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Dja-maris (2002:15) cerita rakyat adalah golongancerita   yang  hidup  dan  berkembang  secaraturun-temurun dari satu generasi ke generasiberikutnya. Disebut cerita rakyat karena ceritaini hidup di kalangan rakyat dan hampir semua

lapisan masyarakat mengenal cerita itu. Ceritarakyat milik masyarakat bukan milik seseorang.

Cerita rakyat biasanya disampaikansecara lisan oleh tukang cerita yang hafal alurceritanya. Itulah sebabnya cerita rakyat disebutsastra lisan. Cerita disampaikan oleh tukangcerita sambil duduk-duduk di suatu tempatkepada siapa saja, anak-anak dan orang dewasa(Djamaris, 2002:6).

Cerita rakyat ini bagian dari folklor lisanyang memang murni, sedangkan pengertianfolklore yaitu sebagian kebudayaan suatukolektif macam apa saja. Secara tradisionaldalam versi yang berbeda bahwa dalam bentuklisan maupun contoh yang disertai dengangerakan isyarat atau alat pembantu pengingat.

Disisi lain pengertian dan fungsi ceritarakyat dalam bukunya yang berjudul Sastralisan sebagai cerita rakyat adalah suatukebudayaan yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat itu yang diwarisisecara lisan sebagai milik bersama. Ceritarakyat tidak hanya berfungsi sebagai alathiburan, pengisi waktu senggang serta penyalurperasaan bagi penuturnya serta pendengarnya,melainkan juga sebagai pencerminan sikap danangan-angan kelompok, alat pendidikan, alatpengesahan pranata, dan lembaga kebudayaanserta pemeliharaan norma masyarakat.

Sementara itu, menurut Gaffar (1991:3)cerita rakyat adalah salah satu bentuk tradisilisan yang memakai media bahasa. Pengertianini akan kabur bila mana diperhadapkan denganbentuk sastra lisan yang juga memakai mediabahasa seperti teka-teki dan ungkapan.

Salah satu bentuk cerita rakyat yangmenarik untuk diteliti adalah cerita rakyat yangberkenaan dengan asal-usul penamaan suatutempat. Cerita rakyat tersebut apabiladikelompokkan, termasuk pada genre ceritarakyat legenda setempat (local legends).Penamaan suatu tempat tidak muncul begitusaja, tetapi berkaitan dengan berbagai hal yangpada intinya menyangkut kebudayaan suatumasyarakat.

92 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Cerita rakyat tidak sekedar hidup dantersebar dalam masyarakat, namun jugamemiliki arti penting dan fungsi-fungsi tertentubagi kolektif pemiliknya. Pengkajian terhadapcerita rakyat bisa dijadikan sarana yang tepatuntuk penamaan nilai-nilai dan norma-normadalam masyarakat yang kini sudah banyakdilupakan, selain untuk perkembangan sastralisan itu sendiri.

Usaha untuk menggali, memperkenalkan,menghidupi dan mengembangkan budayatradisional yang bernilai positif itu sangat perludan tidak hanya untuk tradisi itu sendiri, tetapilebih luas juga berguna dalam menunjangpembangunan nasional. Cerita rakyat JakaKandung salah satu dari bentuk cerita rakyat.Dengan memperhatikan beberapa hal di atas,timbul ketertarikan penulis untuk mengetahuisecara mendalam mengenai cerita rakyat yangberkaitan dengan asal-usul Jaka Kandung danpenyebarannya yang terdapat dalam ceritarakyat tersebut. Atas dasar itulah penulismelakukan penelusuran terhadap cerita rakyatdi Kota Blitar tersebut.

Menurut Finnegan (Imran, 1999:12), adatiga pokok permasalahan dalam sastra lisan,yaitu: komposisi (takaran atau ukuran), perfor-mance (dipertunjukkan), dan transmisi (penye-baran). Transmisi masih dibagi lagi menjadi duamacam, yaitu resepsi dan intertekstual.

KOMPOSISIKomposisi yaitu bagaimana cerita itu

disusun dengan baik dan layak disajikan sertadihidupkan kembali agar masyarakat dapatmenikmatinya. Penyusunan cerita atau peng-galian cerita bisa melalui bukti-bukti yangsudah ada, bisa berupa peninggalan batu,kedung, bukit, alat-alat zaman dahulu, atausesuatu yang dikeramatkan. Bila sudahmenemukan bukti, hal itu bisa ditanyakankepada penduduk setempat ada cerita apadengan keberadaan bukti tersebut atau bisaditanyakan kepada tokoh yang dianggapmengetahui atau tokoh yang dianggap paling

tua di daerah itu. Bisa juga penyusunan ceritaitu memang sudah ada lalu kita meng-himpunnya kembali menjadi satu kesatuan agartidak bercerai-berai kemudian disajikan kepadamasyarakat.

Berhubungan dengan cerita JakaKandung ini, pada mulanya cerita itu tidakbegitu dikenal oleh masyarakat Blitar, karenafaktor ketidaktahuan terhadap cerita. Hanyasaja, sebagian kecil masyarakat mengetahuitokoh Nilo Suwarno, seorang adipati di Blitar,tetapi secara struktur cerita yang sebenarnyatidak mengetahui keberadaannya. Cerita itumulai berkembang di masyarakat, denganwaktu yang sangat lambat. Cerita itu dituturkanhanya dari mulut ke mulut, dari seseorangkepada kelompok masyarakat kecil, darisekelompok masyarakat kecil hingga kelompokmasyarakat luas.

Berdasarkan sumber informasi yangdiperoleh, legenda Jaka Kandung ini tidak bisadisebut secara tepat kronologis waktunya,karena prasasti babad kota Blitar dan bukti kerispun kurang jelas. Hal itu dikarenakan seringadanya lahar dari letusan gunung Kelud danperlu diketahui juga bahwa cerita itu didalamnya berkaitan dengan beberapa desasebagai tempat kejadian. Yang oleh masyarakatdipercaya berhubungan dengan struktur ceritatersebut. Adapun tempat-tempat itu, antara lain:desa Lodoyo, kedung Gayaran, desa Srengat,desa Kandung, desa Kepatihan, desa Pakunden,dan gunung Pegat.

Cerita Jaka Kandung tidak dimiliki olehsiapa-siapa, pemiliknya adalah masyarakatBlitar, tetapi kini kelompok kesenian SiswoBudoyo yang sering mementaskan ceritatersebut. Cerita tersebut belum pernah di-bukukan dan belum pernah juga ada yangberusaha membukukan. Hanya saja mungkinoleh kelompok ketoprak Siswo Budoyo diTulungagung mempunyai garis-garis besarstruktur cerita, karena kelompok kesenian ter-sebut yang meresepsi dari cerita di masyarakat.

93Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PERFORMANCESuatu cara perilaku komunikasi dan tipe

peristiwa komunikasi yang memiliki dimensiproses komunikasi yang bermuatan sosio-kultural dan estetik sebagai tindakan komu-nikasi, pertunjukkan memiliki mode tindakandengan tanda tertentu yang dapat ditafsirkansehingga tindakan komunikasi dapat dipahami.Tindakan komunikasi diperagakan; diper-kenalkan dengan obyek luar dan dibangun darilingkungan kontekstualnya. Pemirsa danpendengar pertunjukan diberi kesempatanuntuk memahami dan menelitinya dengancermat. Pertunjukkan budaya merupakankonteks pertunjukan yang paling menonjoldalam suasana komunikasi dan memiliki ciri-ciri yang sama yaitu (a) pertunjukan tersebutdijadwalkan, disusun, dan dipersiapkan, (b)peristiwa dalam pertunjukan dibatasi oleh ruangdan waktu (kapan diadakan, berapa lama, dandi mana tempatnya).

Ceita Jaka Kandung yang dipertunjukkanitu, baik melalui pertujukkan ketoprak sampaisekarang masih digunakan sebagai mediakomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesantertentu kepada masyarakat. Pesan yang disam-paikan itu berkaitan dengan unsur kepahla-wanan, pendidikan, dan ketabahan hati se-seorang.

Pertujukan cerita Jaka Kandung inibiasanya dipentaskan di halaman alun-alunkabupaten Blitar. Pementasan cerita JakaKandung biasanya ditempatkan pada awal atauakhir jadwal pertunjukkan (1–31 Agustus), bilacerita Jaka Kandung dipentaskan pada awalcerita (1 Agustus) maka biasanya pada akhirpertunjukkan (31 Agustus) sudah tidak di-pentaskan lagi. Hal Ini berarti selama pertun-jukkan yang memakan waktu 30 hari hanyacerita Jaka Kandung dipentaskan selama 1 kalisaja. Sebelum pementasan dimulai tentu sajaada upacara sesajen yang dilakukan olehkelompok kesenian tersebut. Sudah menjaditradisi bahwa sebelum mementaskan lakoncerita itu terlebih dahulu para anggota ketoprak

mendatangi makan Jaka Kandung yang ada didesa Pakunden Blitar, untuk menyekar (taburbunga) sekaligus memohon izin untuk memen-taskan cerita tersebut.

Pada sore hari, menjelang petang, tepat-nya sebelum pentas dimulai diadakan pemba-karan dupa ratus atau kemenyan untuk suguh(permisi) kepada para dayang yang mbaurekso(menguasai) daerah sekitar tempat pertunjuk-kan. Prosesi seperti itu dilakukan hanya satukali selama satu bulan saja, khususnya bila maumementaskan cerita Jaka Kandung saja.

Pertunjukkan Jaka Kandung melaluimelalui ketoprak membutuhkan waktu kuranglebih 3 atau 4 jam. Pertunjukkan itu biasanyapada malam hari mulai pukul 20.30-01.00 WIB.Dalam hal pertunjukkan itu diiringi seperangkatbebunyian lengkap, seperti gender, barongpenerus, bonang penerung, kendang, kenong-kempol, gong, saron, siter, slentem, dhemung,peking, rebab, dan keplak.

Tembang-tembang yang dinyanyikanuntuk mengiringi ketoprak, seperti pangkur,soran, puji rahayu, sinom, dan pucung.Kelompok ketoprak biasanya beranggotakansekitar 75 orang dengan rincian sebagai berikut.Pimpinan dan wakil 2 orang, para penabuk(wiyogo) 15 orang, para pemain 49 orang,tukang karcis, tukang dekor, tukang panggung,humas, perlengkapan, dan lain-lain berjumlah10 orang.

Pertunjukkan ketoprak secara garis besartidak terikat adanya pakem tertentu sepertiwayang. Pertunjukkan ketoprak agak sedikitbebas, karena yang dipentingkan unsurdramatiknya. Hanya saja biasanya pertunjukkanketoprak ada dialog di dalam taman keputren,pasewakan, adanya humor atau pelawak, tari-tarian, peperangan, perebutan putri atauperebutan kekuasaan, dan penutup bisa happyend atau bisa sad end.

Adapun pakaian atau kostum yangdigunakan oleh para pemain seniman, dise-suaikan dengan lakon ketoprak (ludruk)tersebut, bila seorang raja, patih, bupati, dan

94 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

panglima tentu pakaian yang dikenakan berupapakaian kebesaran kerajaan, bila prajurit tentupakaian yang dikenakan berupa seragamprajurit, demikian juga pakaian emban danpesuruh keraton pakaian yang digunakanberupa pakian sehari-hari.

TRANSMISIAda dua hal yang perlu diperhatikan

berkaitan dengan transmisi (penyebaran) ceritaitu. Pada transmisi ini, bagaimana penyebarancerita dikemas, disampaikan atau ditunjukkanagar sampai pada masyarakat, hal itu bisaberupa: (1) resepsi atau tanggapan dari masya-rakat; (2) intertekstualitas, ada hubungan ceritasatu dengan cerita yang lain atau adanyakesamaan cerita tetapi berbeda versinya.

ResepsiAdanya penyebaran, penurunan yang

terkadang tidak sama dengan aslinya. Banyakmengalami pergeseran, pergantian karenadisesuaiakan dengan resepsi masyarakat setem-pat, adanya respon dari masyarakat setempat.Menurut Steiner (1982:110), resepsi sastra bisajuga dikatakan sebagai usaha untuk menelititeks sastra berdasarkan pada tanggapan yangdiberikan pembaca tentang teks tersebut.Sebuah karya sastra selalu berubah di bawahperubahan kondisi waktu, tempat, masyarakat,dan bahkan individu. Problem resepsi sastrayang terpenting adalah studi konkretasinya.Keragaman interpretasi dari penikmat karyasastra bisa menjadikan pemahaman, pemba-caan, dan penilaiannya yang berbeda-beda.Menurut Vodicka (Matejka, 1972:197),kebebasan pembaca jauh lebih besar. Masya-rakat pembacalah yang menikmati, menaf-sirkan, mengevaluasi secara estetis karya ter-sebut sehingga mencapai realisasinya sebagaiobyek estetik.

Dalam cerita Jaka Kandung yangterdengar di masyarakat itu akhirnya olehkelompok pecinta seni yaitu Siswa Budoyo

dibuat garis-garis besar struktur cerita. Sering-kali kelompok ini meresepsi cerita untuk dipen-taskan agar masyarakat Blitar, Tulungagung,dan Kediri mengetahui keberadaan ceritatersebut. Ketika pertunjukkan ketoprak di kotaBlitar, masyarakat sangat menyenangi danantusias mengikuti jalannya cerita tersebut. Daripementasan cerita itu, akhirnya masyarakatyang tidak mengetahui menjadi tahu dan pahambahwa di kotanya mempunyai kisah salah satutokoh adipati yang bernama Nilo Suwarnodibunuh secara kejam oleh Ki Ageng Seng-guruh dari Malang.

Ada juga masyarakat yang merekammelalui kaset pribadi dari cerita Jaka Kandungitu untuk didengarkan ulang di rumah masing-masing, bila kelompok kesenian Siswo Budoyosedang mengadakan pertunjukkan di Blitar.

IntertekstualitasDalam sastra lisan ada unsur intertekstual

dalam proses transmisinya. Ada hubunganantarteks, ada kemiripan, pengambilan sebagiantertentu dari suatu karya ke dalam karya lain.Menurut Julia Kristeva (Culler, 1977:139),intertekstualitas sebagai ringkasan pengetahuanyang memungkinkan teks mempunyai arti;sekali kita berpendapat tentang arti teks sebagaitergantung pada teks lain yang diserap,ditransformasi, maka di situ pula intersubyektifterpasang, yaitu intertekstualitas.

Setiap teks merupakan mozaik, serapan,sitiran, dan transformasi dari teks terdahulu,merupakan jumlah pengetahuan yang memung-kinkan teks itu bermakna. Maksud dari per-nyataan Julia Kristiva (Imran T.A., 1994:159)itu, setiap teks itu mengambil hal-hal yang baikdari teks lain berdasarkan respon-responnya dandiolah kembali dalam karyanya atau ditulissetelah melihat, meresapi, menyerap hal yangmenarik baik secara sadar maupun tidak sadar.Setelah menanggapi teks lain dan menyerapkonvensi sastra, konsep estetik atau pikiran-pikirannya kemudian ditransformasikan kedalam karya sendiri dengan ide dan konsep

95Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

estetik sendiri sehingga terjadi perpaduan baru.Konvensi dan ide yang diserap itu dapatdikenalin apabila kita membandingkan teksyang menjadi hypogramnya dengan teks baruitu.

Misalnya: dalam cerita rakyat JakaKandung, nama Jaka pada umumnya sebuahnama yang diberikan kepada anak laki-laki,yang ada di daerah Jawa. Nama Jaka meru-pakan nama kebanggaan orang tua, khususnyabila anak itu lahir pertama laki-laki. Anak laki-laki di daerah Jawa biasa dikudang-kudang(disanjung-sanjung) agar mikul dhuwur lanmendhem jero artinya bisa mengangkatsetinggi-tingginya dan menanam sedalam-dalamnya diharapkan bisa memuliakan danmembuat nama orang tua menjadi baik sertaterangkat derajatnya.

Nama Jaka banyak dimasyarakatkhususnya di daerah Jawa karena nama suatukebanggaan tersendiri bagi orangtua padazaman dahulu. Sudah menjadi hal yang biasabila nama itu ada kesamaan (ada intertekstual)seperti Jaka Kendil, kanon menurut ceritaberbadan hitam, perutnya gendut karenakebanyakan makandan tidur. Jadi, seperti kendilbulat dan jelek. Nama Jaka Umbaran kanonmenurut cerita jejaka ini tidak terurus (terlaludiumbar) oleh orangtuanya sehingga dia hidupdi luar rumah dan kurang pendidikanorangtuanya. Tidak ketinggalan pula, namaJaka Tinggkir, yang menurut cerita seoranganak muda itu lahir di desa Tingkir. Jaka Tarub,anak muda itu karena anak seorangpanembahan bernama Ki Ageng Tarub, setelahmeninggal nama Tarub ditambahkan kepadaanaknya.

Di samping itu, ada intertekstualitasdengan yang lain, yaitu adanya kesamaan alurcerita Jaka Kandung dengan cerita yang lain,membuktikan bahwa pada zaman dahulu parapencerita sedikit banyak berpatokan pada ceritayang sudah pernah ada. Contoh, kesamaan itubisa dilihat pada cerita Damarwulan dan JakaKandung, di mana dalam cerita tersebut sama-

sama terjadi suatu kelicikan, yang dilakukanpada tokoh antagonis. Pada cerita Damarwulankelicikan dilakukan Layang Seta dan LayangKumitir terhadap Damarwulan, sementara itupada cerita Jaka Kandung kelicikan dilakukanoleh Ki Ageng Sengguruh kepada NiloSuwarno. Pada cerita Damarwulan sang tokohtidak mengalami kematian, hanya mengalamikesulitan saja, yaitu tidak bisa membawa buktikepala Adipati Minakjingga kehadapan SangPrabu Kenya Kencanawungu. Akan tetapi, padacerita Jaka Kandung tokoh utama (NiloSuwarno) mengalami kematian yang anggapanmasyarakat menghilang dengan raganya.

UNSUR KESEJARAHAN TOKOHDAN LATAR

Menurut struktur cerita Dewi Kemuning(Sri Wulan) istrinya Nilo Suwarno, yang sedanghamil itu mengidam ikan Baderbang SisikKencana. Sebetulnya nama ikan itu tidak adahanya saja untuk memunculkan permasalahanatau untuk menyulitkan pada sang tokoh siempunya cerita memberi permasalahan sepertiitu. Untuk memenuhi keinginan istrinya itu,Nilo Suwarno membuat sayembara “barangsiapa yang bisa menunjukkan di mana adanyaikan Baderbang Sisik Kencana, maka akandiberi hadiah yang sangat besar.”

Ki Ageng Sengguruh, tokoh sebuahpadepokan yang berada di Malang mendengarakan hal tersebut dan memang dia sudah lamamempunya keinginan menjadi adipati dikadipaten Blitar. Dia segera pergi menunjukkantempat adanya ikan tersebut yang hanya ada dikedung Gayaran (kini bernama BendunganWlingi, yang digunakan untuk PLTA).

Setelah mendengar hal itu Nila Suwarnadan abdi dalem langsung pergi menuju ketempat tersebut. Akan tetapi, apa yang dite-mukan di sana?, ternyata dia dihujani batu dankerikil oleh anak buah Ki Ageng Sengguruh,dengan tujuan agar Nilo Suwarno tewas dengancara yang tidak mencolok (halus). Akan tetapi,

96 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

diluar dugaannya Nilo Suwarno ternyata masihbisa berlindung di dalam gua yang ada di bagiandalam kedung itu, untuk menghindari hujankerikil dan batu tersebut. Kedung itu bernamaGayaran di desa Lodoyo, sekarang sudahdibangun bendungan PLTA.

Sementara itu, abdinya Nilo Suwarnobermaksud segera pulang ke kadipaten untukmelaporkan kejadian yang menimpa atasannyaitu, dengan membawa pakaian dan keris KyaiPanjer milik adipati Nilo Suwarno. Namun,keris itu berhasil di rebut oleh anak buah KiAgeng Sengguruh. Setelah kejadian itu NiloSuwarno tidak bisa ditemukan oleh anak buahKi Ageng Sengguruh, sehingga dianggap diatelah musnah bersama raganya.

Oleh karena itu, Ki Ageng Sengguruhsegera meninggalkan tempat tersebut untukmenduduki kadipaten Blitar, menggantikanNilo Suwarno. Sementara itu, abdi dalem yangsudah sampai lebih dahulu di kadipaten segeramembawa Dewi Kemuning mengungsi digunung Pegat, untuk menghindari pencarian KiAgeng Sengguruh dan anak buahnya. Adapungunung Pegat di desa Srengat memiliki ceritayang unik, konon kalau ada sepasang muda-mudi yang sedang menjalin cinta dan menda-tangi tempat tersebut, maka kemungkinan akanputus hubungan mereka.

Setelah beberapa waktu berlalu, DewiKemuning melahirkan anaknya yang pertama,seorang bayi lelaki yang kemudian diberi namaJaka. Nama Kandung sebuah nama desa diwilayah Tulungagung, menurut cerita parasesepuh pada zaman dahulu merupakan tempatbermainnya Jaka, ketika masih anak-anak. Desaitu memang bernama Kandung. Oleh karena,desa itu bernama Kandung maka sebagaipelengkap nama anak Dewi Kemuning itudiberi nama tambahan Jaka Kandung.

Hari berganti minggu, minggu bergantibulan, bulan pun berganti tahun, Jaka Kandungsudah tumbuh menjadi seorang perjaka yanggagah dan tampan. Jaka Kandung pun sudahtidak tinggal lagi dengan ibunya. Para prajurit

yang masih sisa sebagian tersebar di mana-mana untuk mencari informasi demi merebutkembali tahta kadipaten Blitar. Ada sebagianlagi di desa kepatihan, desa itu juga digunakanuntuk bertahannya para punggawa Arya BlitarI gelar dari Nilo Suwarno, dan para prajuritnyasaat menghindari kejaran prajurit Ki AgengSengguruh. Di desa kepatihan tempat menga-dakan perundingan dan rencana penyerbuhankembali dari kekuasaan Ki Ageng Sengguruh.Sampai sekarang desa tersebut masih ada,letaknya sebelah barat kadipaten Blitar. Cukupjauh juga dari kadipaten Blitar, makanya paraprajurit pun bersembunyi dan merencanakanpenyerbuan dari sana.

Pada suatu hari, ketika bertandang kedesa tetangga ia diberi tahu temannya bahwa,paman abdi yang membesarkannya itu bukanlahayahnya. Oleh karena itu, sesampainya dirumah ia segera menanyakan kebenaran ceritaitu kepada ibunya. Pertanyaan tersebut ternyatamenimbulkan kesedihan di hati Dewi Kemu-ning, hingga ia meneteskan air matanya, tetapiia mau memberi tahu siapa yang bisa menun-jukkan di mana ayahnya berada. Begitumendapat jawaban dari ibunya, Jaka Kandungsegera menemui paman patih untuk mena-nyakan hal tersebut dan meminta paman patihagar mengantarkannya ke tempat di manaayahnya berada. Maka dari itu, mereka segeraberangkat ke kedung Gayaran, di mana NiloSuwarno pernah meninggal. Sesampainya disana Jaka Kandung menyatukan pikiran denganSang Hyang Tunggal, lalu dia mendapat bisikangaib dari ayahnya agar segera merebut kembalikadipaten Blitar dari tangan Ki Ageng Seng-guruh.

Setelah Jaka Kadung musyawarahdengan paman patih dan beberapa prajurit lainyang masih setia. Dalam musyawarah itu pamanpatih memberikan beberapa saran sebagaipersiapan merebut kembali tahta adipati. Untukitu segera dipersiapan segala sesuatunya agarpenyerangan tersebut bisa segera terlaksana danberhasil dengan baik. Sebagai salah satu usaha

97Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

untuk melaksankan tujuannya, paman patihKalambung menyarankan agar untuk sementarawaktu sambil menunggu Jaka Kandungmenjadi dewasa, maka sebaiknya dia mengabdidulu kepada Ki Ageng Sengguruh. Pengabdianitu dengan tujuan untuk memudahkan penye-rangan. Ternyata akhirnya Ki Ageng Sengguruhterlena dengan perangai Jaka Kandung, yangsesungguhnya berpura-pura menjadi anak yangbaik dan penurut.

Sesuai dengan rencana Jaka Kandungberhasil membunuh Ki Ageng Sengguruhdengan menggunakan sebilah keris milikayahnya yang bernama Kyai Panjer, yangtersimpan di museum, lalu dicurinya. Dengantewasnya Ki Ageng Sengguruh itu, maka JakaKandung berhak menduduki tahta adipati,sebagai pewaris tunggal yang sah setelahayahanda meninggal, lalu dia dinobatkansebagai Arya Blitar ke II.

PENUTUPCerita Jaka Kandung termasuk dalam

legenda perseorangan karena sang tokoh tidakmemberi nama-nama tempat sepanjang ceritaatau alur itu berkembang. Hanya saja masya-rakat menghubungkan cerita tersebut dengankeberadaan tempat-tempat tersebut.

Penyebaran cerita Jaka Kandung melaluimasyarakat dari orang-seorang, lalu darikelompok kecil ke kelompok besar danakhirnya menyebar ke wilayah Blitar dansekitarnya. Dari cerita masyarakat tersebut, laludiresepsi oleh kelompok kesenian, yaituketoprak untuk ditampilkan atau dipentaskanagar masyarakat mengetahui struktur yang jelaskeberadaan kisah dan legitimasi kisah tersebut.Di samping itu, cerita tersebut merupakan salahsatu aset atau kekayaan budaya daerah.

Dalam pementaskan lakon JakaKandung tampak masyarakat sangat responsifdan apresiatif, terbukti apabila ada pertun-jukkan ketoprak di kabupaten Blitar, masya-

rakat di wilayah Blitar melalui Bapak Camatmeminta kepada ketua rombongan untukmementaskan cerita Jaka Kandung. Ceritatersebut ada intertekstualnya dengan cerita lain.Tokoh antagonis yang menggunakan kelicikan,seperti tokoh Layang Seta dan Layang Kumitirmenyingkirkan Damarwulan, sedangkan KiAgeng Sengguruh menyingkirkan JakaKandung. Di samping itu, ada juga tempat-tempat yang sekarang masih bisa dilihat, sepertikedung Gayaran kini menjadi bendunganWlingi untuk PLTA, gunung Pegat kini tempatrekreasi bagi masyarakat setempat, desa Pati-han, desa Kandung di wilayah Tulungagung.

DAFTAR RUJUKANAbdullah, Imran, T. 1999. Suplemen

Penyebaran Ilmu Kesusastraan danPenerapannya. Yogyakarta: FakultasSastra Universitas Gadjah Mada.

Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics.London: Methuen & Co. Ltd.

Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar SastraRakyat Minangkabau. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia,ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.

Finnegan, Ruth. 1984. Oral Traditions and TheVerbal Arts, a guide to research practices.London and New York: Routledge.

Gaffar, Zainal Abidin. 1991. Sastra Lisan KayuAgung. Jakarta: Departemen Pendidikandan Kebudayaan.

Imran, T.A. 1994. Teori Penelitian Sastra.Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indone-sia Universitas Ahmad Dahlan.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra.Jakarta: PT. Gramedia

Wawancara dengan pimpinan ketoprak, yaituBapak Suhari, pada bulan Desember2000, di desa Bangsri II, Nglegok, Blitar.

98 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Biografi PenulisRokhyanto lahir di desa Kedungmiri

Batang (Jateng), pada 17 April 1964.Menyelesaikan pendidikan SD, SMP, danSMEA di Kotanya, kemudian melanjutkan S-1IKIP Bandung 1984-1989, S-2 UGM

Yogyakarta 2000-2003, dan kini berstatusmenjadi mhs. pascasarjana Univ. Islam Malang(Pend. Bhs. Ind). Mulai tahun 1990 s.d sekarangmasih membantu teman-teman yang kerepotanmengajar di IKIP-BU Malang.

99Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pengembangan Minat Keterampilan Menulisdi SDN Kauman dan sebagai Upaya

Peningkatan Daya Kritis dan Kreativitas Siswa

Mukhamad HermantoMahasiswa PPs Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Muhammadiyah [email protected]

AbstrakMenulis merupakan keterampilan dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Dalam menulis siswa lebih bisamembuka pikiran. Siswa lebih bisa berimajinasi dan berekspresi untuk menuangkan ide-ide yang adadalam pemikirannya. Canggihnya teknologi membuat siswa malas atau tidak mau menulis, karena merekamenganggap menulis itu sesuatu yang kuno dan sulit. Siswa Sekolah Dasar sekarang lebih suka denganteknologi yang ada pada dewasa ini. Mereka lebih suka dengan SMS, BBM, Facebook, dan WA itu semuaaplikasi yang sangat disenangi oleh siswa terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Menulis dianggap sulitdan tidak ada gunanya bagi siswa sekolah dasar. Guru berperan aktif dalam hal ini, dimana siswa bisamenyukai dan mencintai keterampilan menulis. Keterampilan menulis pada siswa sekolah dasar bisadiaplikasikan pada menulis cerita pendek (cerpen). Siswa sebetulnya mempunyai segudang ide untukdituangkan dalam tulisan, tetapi dalam hal ini tidak ada yang membimbing. Pengembangan minat siswadalam keterampilan bisa menggunakan cara pembiasaan. Pembiasaan yang dimaksud siswa sekolah dasarkelas 5 terutama pada SDN Kauman 3, setiap pagi diberi waktu sepuluh menit untuk menulis dua atau tigakalimat. Sebelum siswa mengarah kesana, siswa diberi pengarahan dalam tata cara menulis sederhana.Siswa dilatih menulis dua atau tiga kalimat yang mengandung daya kritis dan kreatifitas siswa. Kegiatanseperti ini bisa dilakukan selama satu bulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatifdenganmetodedeskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menumbuhkan keterampilan siswa dalammenulis, guru sekolah dasar supaya lebih bisa berinovasi. Pengembangan minat keterampilan menulis inijuga bisa menumbuhkan rasa percaya siswa dalam mengungkapkan semua ide yang ada dalam pikirannya.Kata kunci : Pengembangan Minat, Menulis, SDN Kauman 3

A. PENDAHULUANMenulis merupakan salah satu kete-

rampilan di dalam pembelajaran bahasa Indo-nesia. Menulis dapat dilakukan dengan berbagaicara, pada pembelajaran kegiatan menulisbanyak sekali dilakukan. Kegiatan menulisdalam pembelajaran antara lain menulis puisi,pidato, karangan, dan menulis cerpen. Pada erakemajuan teknologi kegiatan menulis haruslebih maju bukan mundur, tetapi dalam ke-nyataannya kegiatan menulis ini mundur

terutama dalam kegiatan pembelajaran. Dalampembelajaran bahasa Indonesia kegiatan me-nulis tidak lagi ditekankan, kebanyakan siswadiarahkan untuk mendengarkan dan menyimak.Hal, ini terlihat pada pendidikan dasar atau SD.Pada Sekolah Dasar kegiatan menulis tidakpernah dilakukan. Siswa mempunyai minat danbakat dalam menulis tetapi hal ini tidak pernahdigali oleh guru dan siswa. Minat dan bakatsiswa ini perlu digali lagi supaya siswa dapatmenghasilkan sebuah karya kecil.

100 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Minat menulis pada siswa sekolah dasarperlu dikembangkan. Menulis yang diajarkanpada siswa sekolah dasar harus mengandungdaya kristis dan kreativitas siswa. Pada SekolahNegeri Kauman 3 kegiatan menulis sangatlahkurang, siswa tidak pernah diajari bagaimanamenulis yang baik dan benar. Maka, daya pikirseorang siswa menjadi kurang karena tidakpernah diajari menulis yang kreatif dan kritis.

Keterampilan menulis yang baik di-peroleh dengan latihan yang berulang-ulang danmemerlukan waktu yang tidak sebentar, me-ngingat kegiatan menulis sangat komplekdalam arti melibatkan berbagai keterampilanuntuk mengungkapkan ide, pikiran, penge-tahuan, dan pengalaman-pengalaman hidupdalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif,dan mudah dipahami. Dalam kegiatan pem-belajaran menulis, siswa diarahkan untukmampu berkomunikasi dengan menggunakanbahasa tulis, anak didik diharapkan mampumenuangkan gagasan atau idenya secara runtutdengan diksi yang tepat, struktur yang benarsesuai dengan konteksnya.

Menurut Keraf (1995:6) tujuan umummenulis dipengaruhi oleh kebutuhan dasarmanusia, yaitu: 1) keinginan untuk memberiinformasi kepada orang lain dan mendapatkaninformasi dari orang lain mengenai suatu hal,2) keinginan untuk menyakinkan seseorangmenganai suatu kebenaran akan suatu hal, danlebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapatorang lain, 3) keinginan untuk menggambarkanatau menceritakan bagaimana bentuk atauwujud suatu barang atau objek, atau mendes-kripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi,dan 4) keinginan untuk menceritakan kepadaorang lain tentang kejadian-kejadian atauperistiwa-peristiwa yang terjadi, baik yangdialami maupun yang didengar dari orang lain.

Keterampilan menulis sudah sejak lamadilaksanakan dengan berbagai metode namunsampai sekarang belum ada hasil yang opti-mal. Hal tersebut seperti yang dikatakan olehSutama dkk. (1998 dalam Nurhayati 2000:13)

“siswa belum dapat dikatakan mampu ber-bahasa Indonesia secara baik dan benar, baiklisan maupun tulisan, mulai Sekolah Dasarsampai dengan Sekolah Menengah Umum”.Siswa masih bingung dan mengalami kesulitanketika harus menulis. Fenomena tersebut me-munculkan upaya sebagai bentuk solusi menga-tasi permasalahan tersebut.

Tarigan (1986:3) sebagai ahli yang me-nyebutkan bahwa menulis merupakan suatuketerampilan berbahasa yang dipergunakanuntuk berkomunikasi secara tidak langsung,tidak secara tatap muka dengan orang lain.Sementara menurut Gie (2002:3) mengarangatau menulis adalah segenap rangkaian kegiatanseseorang mengungkapkan gagasan dan me-nyampaikannya melalui bahasa tulis kepadamasyarakat pembaca untuk dipahami. Melaluibahasa tulis, penulis atau pengarang berusahamengungkapkan ide-idenya agar dipahamipembaca.

Menurut Keraf (1995:6) tujuan umummenulis dipengaruhi oleh kebutuhan dasar ma-nusia, yaitu: 1) keinginan untuk memberiinformasi kepada orang lain dan mendapatkaninformasi dari orang lain mengenai suatu hal,2) keinginan untuk menyakinkan seseorangmenganai suatu kebenaran akan suatu hal, danlebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapatorang lain, 3) keinginan untuk menggambarkanatau menceritakan bagaimana bentuk atauwujud suatu barang atau objek, atau men-deskripsikan cita rasa suatu benda, hal, ataubunyi, dan 4) keinginan untuk menceritakankepada orang lain tentang kejadian-kejadianatau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yangdialami maupun yang didengar dari orang lain.

Menulis merupakan bentuk perwujudanimajinasi yang tertulis. Siswa selalu diajakuntuk berimajinasi dalam melakukan pekerjaanmenulis. Siswa SDN Kauman 3 dalam hal harusditumbuhkan rasa menulis yang tinggi untukmeningkatkan daya imajinasi siswa.

101Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

B. KAJIAN PUSTAKAStudi pendahuluan penelitian ini berjudul

Pengembangan Minat Keterampilan Menulis diSDN Kauman 3 sebagai Upaya PeningkatanDaya Kritis dan Kreatifitas Siswa. Siswa akandi asah daya pikir dan kreativnya dalam pem-belajaran menulis. Siswa harus mempunyaitujuan dalm pembelajaran menulis. Tujuan me-nulis menurut Syarif, Zulkarnaini, danSumarmo, (2009:6) adalah sebagai berikut.Pertama, menginformasikan segala sesuatu,baik itu fakta, data maupun peristiwa termasukpendapat dan pandangan terhadap fakta, datadan peristiwa agar khalayak pembaca mem-peroleh pengetahuan dan pemahaman barutentang berbagai hal yangdapat maupun yangterjadi di muka bumi ini.

Kedua, membujuk; melalui tulisanseorang penulis mengharapkan pula pembacadapat menentukan sikap, apakah menyetujuiatau mendukung yang dikemukakan. Penulisharus mampu membujuk dan meyakinkanpembaca dengan menggunakan gaya bahasayang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasidari sebuah tulisan akan dapat menghasilkanapabila penulis mampu menyajikan dengangaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.

Ketiga, mendidik adalah salah satu tujuandari komunikasi melalui tulisan. Melaluimembaca hasil tulisan wawasan pengetahuanseseorang akan terus bertambah, kecerdasanterus diasah, yang pada akhirnya akan menen-tukan perilaku seseorang. Orang-orang yangberpendidikan misalnya, cenderung lebih ter-buka dan penuh toleransi, lebih menghargaipendapat orang lain, dan tentu saja cenderunglebih rasional.

Terakhir, menghibur; fungsi dan tujuanmenghibur dalam komunikasi, bukan monopolimedia massa, radio, televisi, namun mediacetak dapat pula berperan dalam menghiburkhalayak pembacanya. Tulisan-tulisan ataubacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengananekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula

menjadi bacaan penglipur lara atau untukmelepaskan ketegangan setelah seharian sibukberaktifitas .

Dari tujuan-tujuan di atas siswadiharapkan mampu untuk menulis terutamamenulis cerpen untuk mengembangkan dayapikir yang kritis dan kreatif. Murujuk padatujuan penulisan di atas siswa SDN Kauman 3diharapkan bisa mengahsilkan sebuah karyadalam menulis.

C. METODE PENELITIANMetode penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif. Data dikumpulkan melaluiproses penulisan sebuah cerpen yang dilakukansiswa kelas lima SDN Kauman 3 sebelumkegiatan pembelajaran dimulai. Pengumpulandata ini dilakukan selama sepuluh menit denganmenuliskan dua sampai tiga kalimat setiap hari.Menggunakan metode ini, sangat diharapkansiswa bisa menulis sebuah cerita pendek. Hasilpenulisan siswa akan dikumpulan setiapharinya untuk dirangkai menjadi sebuah tulisanyang menarik. Hal ini perlu dilakukan agarimajinasi siswa untuk menulis selalu terasahdan terpacu dalam pembelajaran menulis untukmenghasilkan sebuah karya.

D. HASIL DAN PEMBAHASANHasil pengembangan minat keterampilan

menulis di SDN Kauman 3 sebagai upayapeningkatan daya kritis siswa dengan meng-gunakan metode pengumpulan dua sampaidengan tiga kalimat sebelum pembelajarandimulai sangat efektif. Guru dan siswa dalamhal ini harus berperan aktif. Siswa dalammelakukan kegiatan menulis setiap pagi selaludidampingi oleh guru. Kegiatan menulis yangdikerjakan oleh siswa selalu dilakukan padaalam terbuka yang ada di Sekolah Dasar NegeriKauman 3. Hal ini dilakukan bertujuan untukmengembangkan imajinasi dan kreativitassiswa dalam menulis.

102 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Menggunakan metode dua tiga sepuluhsetiap hari siswa selalu mendapatkan ide dalammelanjutkan cerita yang ditulis. Siswa merasasenang dengan metode ini. Hasil pekerjaansiswa sudah bisa memberikan berbagai judulkarya cerita pendek yang siswa tulis. Hasiltulisan siswa sudah memberikan karya yangkreatif, beberapa judul karya siswa SekolahDasar Negeri Kauman 3 adalah sebagai berikut,(1) Franky, judul ini mengisah seorang siswayang pintar tetapi usianya hanya seumur jagung.(2) Si Pemarah, judul ini juga ditulis oleh siswaSDN Kauman 3 tokoh dalam Si Pemarah adalahsalah satu teman dari Aini yang selalu marahtetapi sangat baik hati. Si Pemarah merupakantulisan yang dibuat oleh siswa dari kehidupandi sekolah. (3) Sahi dan Kemalasan,cerpendengan judul ini mengisahkan seorang siswayang begitu malas dalam belajar dan sekolahsehingga tokoh Sahi tidak bisa mengikutipelajaran, sampai pada waktunya Sahi terkenamasalah yang besar. (4) Miskin,judul yangmenarik bagi siswa kelas lima sekolah dasar,cerpen ini mengisahkan kemiskinan seorangtemannya di kehidupan sekolah. Tokoh dalamcerpen Miskin mempunyai watak yang begitugigih dan semangat dalam sekolah. (5)Indahnya Kejujuran,judul ini juga mengisahkansiswa SDN Kauman 3 yang mempunyai sikapyang jujur dalam kehidupan pribadinya, dimanatokoh dalam cerita menjadi contoh untukteman-temannya karena selalu bersikap jujur.(6) Surat untuk Bunda, cerpen ini mengisahkananak yang merindukan sosok seorang ibu, tokohyang ditulis oleh siswa kelas lima ini sangatmemilukan. Seorang anak yang ditinggalibunya bekerja jauh demi biaya anaknya untukbersekolah. (7) Menggapai Impian, mengi-sahkan cita-cita seorang siswa yang berharapbisa menggapai cita-cita yang diharapkandengan keterbatasan fisik. Tokoh dalam judulini memiliki keterbatasan fisik, melainkanmemiliki keinginan yang sangat tinggi dalammenggapai cita-cita. (8) Duka Hari Senin,mengisahkan seorang siswa kelas enam yang

selalu terlambat datang ke sekolah denganberbagai alasan. Tokoh dalam cerita selalumenyembunyikan kehidupan pribadinya dariguru kelasnya, sampai suatu ketika guru kelasberkunjung ke rumah si tokoh. (9) MutiaraTerpendam, judul ini juga ditulis oleh siswaSDN Kauman 3. Cerita yang ditulis adalahmengisahkan soerang penjaga sekolah yangmemiliki kepribadian yang gigih dalam bekerjadan selalu menolong siswa yang kesusahanpada waktu sekolah dalam hal kebaikan. (10)Kebohongan menjadi Petaka, judul ini jugasangat menarik yang ditulis oleh siswa kelaslima, judul ini mengisahkan tentang temannyayang selalu berbohong dalam segala hal, sampaipada suatu ket ika tokoh dalam ceritamendapatkan petaka dalam kebohongannyasendiri.

Hasil dari metode dua tiga sepuluh meng-hasilkan beberapa judul cerita pendek karyasiswa SDN Kauman 3, dari pengembanganminat keterampilan menulis sebagai upayapeningkatan daya kritis dan kreavitasnya. Juduldi atas merupakan hasil metode yang harusdilakukan secara berkelanjutan dan tidak bolehterputus untuk mendapatkan hasil yang mak-simal.

E. SIMPULANKeterampilan menulis sangat dibutuhkan

dalam dewasa ini. Seoarang siswa kalau tidakdilatih sejak dini dalam bidang keterampilanmenulis maka tidak akan pernah bisa menulis.Metode dua tiga sepuluh adalah salah satubentuk metode yang harus dilaksanakan untukmelatih siswa bisa menulis. Kegiatan menulissangatlah sulit, dari kesulitan itu harus dilaku-kan untuk menjadi sesuatu hal yang mudah.

Berdadarkan metode dua tiga sepuluhsudah bisa melatih siswa untuk belajar menulis,dari metode ini siswa bisa menulis denganbeberapa judul. Analisis judul pada hasil danpembahasan, sudah bisa menunjukan siswa bisamenulis dengan metode dua tiga sepuluh untukmeningkatkan daya kritis dan kreativitas siswa.

103Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

F. DAFTAR PUSTAKAKeraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. Nurhayati. 2000. Pembelajaran

Menulis. Jurnal Ilmiah. Yogyakarta: Uni-versitas Negeri Yogyakarta.

Syarif, Elina., Zulkarnaini, dan Sumarmo. 2009.Pembelajaran Menulis. Jakarta: PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pen-didik dan Tenaga Kependidikan Bahasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis SebagaiSuatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

104 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Menumbuhkembangkan Karakter SiswaSekolah Dasar Melalui Penerapan Media

Pembelajaran Film Bertema Cinta Tanah Air”

Oleh:Anggi Fridianto (STKIP PGRI JOMBANG)

Novia Hardiyanti (STKIP PGRI JOMBANG)Muyasaroh (STKIP PGRI JOMBANG)

Wahyu Linda Sari (STKIP PGRI JOMBANG)Dr. Ninik Sudarwati, M.M. (STKIP PGRI JOMBANG)

Abstrak:Pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalm manusia agar menjadi insanyang lebih baik. Sebagaimana hal itu telah tertuang dalam UURI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNASPasal 1 : 65 bahwa pendidikan dilaksankan agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang adadalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia yang mana kelak akan berguna bagi bangsa dan Negara. Terdapat 4 pilar pendidikan agarsebuah roda pendidikan berjalan dengan baik yakni; guru sebagai pengajar, siswa sebagai peserta didik,pemerintah sebagai penyedia dana serta sapras dan peran serta masyrakat yang mendukung proses berjalanyapendidikan. Di dalam era globalisasi ini, peran teknlogi juga berpengaruh dalam proses pendidikan diIndonesia. Peran teknologi memberikan dampak positif dan negatif dalam proses pemebelajaran. Peranpositif contohnya teknologi sebagai penunjang proses pembelajaran, sebagai media yang mampumendukung proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan untuk mengakses informasi yanglebih cepat, tetapi teknologi juga dapat memberikan peran negatif apabila seorang peserta didik mendapatkanperhatian yang kurang dari pihak yang lebih dewasa seperti guru, kepala sekolah ataupun orang tua.Peranan negatif seperti hal nya menggunakan hand phone saat kegiatan belajar mengajar ataupunmenggunakan teknologi penunjang lainya dalam KBM akan memberikan dampak negatif seperti malasbelajar, berkurangnya rasa ingin tau, selalu mengandalkan teknologi dan sering mengacuhkan guru saatpembelajaran. Beranjak dari permasalahan tersebut, peneliti telah melakukan penelitian pendidikan dalamhal penumbuhkembangan karakter siswa sekolah dasar dengan menerapkan film bertema nasionalismesebagai media pembelajran. Penelitian ini diterpakan pada siswa sekolah dasar kelas 5 di SDN Pulo Lor2 dengan menggunakan metode one group pre-tes post-test design sebagi metode penelitian. Instrumentdalam penelitian ini adalah angket untuk mengukur nilai karakter siswa. Hasil dari penelitian ini yaknimenunjukan peningkatan nilai karakter pada siswa sebgaimana hasil hipotesis diterima.Kata kunci: karakter, siswa sekolah dasar, pembelajaran, praktek

PENDAHULUANKarakter siswa sekolah dasar dapat di-

tumbuhkan dengan pembelajaran mengguna-kan media Film cinta bertema tanah air sebagaisarana untuk merubah perilaku atau karaktersiswa menjadi lebih baik. Kegiatan eksperimen

siswa dengan pebelajaran media film bertemacinta tanah air yang berisikan tentang seorangsiswa SD yang semangat belajar, berhemat,berbakti kepada orang tua dan peduli terhadaplingkungan. Hasil total skor terjadi peningkatankarakter siswa dan hasil uji beda meunujkkn

105Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

terdapat perbedaan karakteer siswa sebelumpembelajaran menggunakan film dan setelahpembelajaran menggunkan film. dampaknyasiswa menjadi lebih semangat dalam belajar,peduli terhadap lingkungan ddan berbaktikepada orang tua.

Pemerintah Indonesia menggalakkanpendidikan karakter sejak tahun 2010 yangmenanamkan pendidikan karakter pada siswa.Pada tahun tersebut Kementrian pendidikanNasional indonesia telah memperkenalkanbahwa pendidikan karakter merupakan suatutonggak dasar demi berdirinya sutu bangsa yangkokoh. Pendidikan karakter secara umumsesuai dengan tujuan bangsa indonesia yangtercantum dalam GBHN yaitu menuju bangsayang mengembangkan nilai-niali budaya danjuga menuju bangsa yang berakhlak mulia,berkarakter baik dan berbudi pekerti luhur sertadiperjelas dalam undng-undang NO.20 tahun2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwapendidikan nasional berfungsi mengembang-kan kemampuan dan membentuk watak sertaperdaban bangsa yang bermartabat dalamrangka menceraskan kehidupan bangsa, ber-tujuan untuk mengembngkan potensi pesertadidik agar menjadi manusia beriman danbertaqwa kepada tuhan yang maha esa,berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.

Proses globalisasi telah berjalan yangmembawa dampak positif dan negatif. Dampakpositif globalisasi antara lain kompetisi, ker-jasama, intregasi antar negara. Sedangkandampak negatif globalisasi melalui saranainternet, koran, handphone antara lain lahirnyagenerasi instan (generai sekarang, langsung bisamenikmati keinginan tanpa proses perjuangandan kerja keras), dekadensi moral berupa caraberpakaian, cara etika berinteraksi tidak sesuaidengan adat ketimuran. Begitu permasalahanpada siswa sebagai generasi muda sering terjadiperkelaian antar remaja kurang peduli sosial,kurang tangguh terhadap tantangan kerja,bersikap instan dan mudah putus asa. Sehingga

untuk membentuk karakter siswa yang lebihbaik diperlukan pendidikan karakter sejak dinididalam pendidikan formal.

Salah satu solusi mengurangi dampaknegative globalisasi dan terdinya penuunankarakter bangsa dari bangsa dari generesaimuda dengan cara menuimbuhkemmbangkanpendidikan karakter dlam lingkup pendidikanformal anatara lain proses pembelajaran yangberbasi karakter.kegiatan menumbuhkanpendidkkan karatek bdalam pbm sangatdipengaruhi oleh beberapa factor yaitu peranguru yang maksimal, bahan ajar yang variatif,media pemebelajaran yang sesuai denganperkembangan teknologi dan tututan siswa,fasilitas dan sarana pembelajaran yang menun-jang pendidikan karakter siswa.

Permasalahn dalam media pembelajaranuntuk meningkatkan pendidikan karakter masigsangat terbatas dan memerlukn inovasi inovasibaru yang dapat menarik minat belajar siswadan dapat menumbuhkembangkan karaktersiswa.erdasarkan latar belakang diats makadiperlukan media film cinta tanah air sebagaisarana untuk menumbuhkembangkan karaktersiswa dalam proses pembelajaran dikelas.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini jenis penelitian eksperimen

pada objek tunggal, dengan pendeketankuantitatif menggunakan uji beda atau uji t,untuk mengukur efektifitas eksperimen. Pene-litian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaanperubahan karakter pada siswa sekolah dasarkelas 5 sebelum dan sesudah diberikan pembe-lajaran dengan menerapkan film bertemanasionalisme, Obyek penelitian dilakukan pada35 siswa SD negeri pulo Lor 2 Jombang,variabel dalam penelitian ini adalah VariabelX1: hasil skor karakter siswa sebelumpenerapan media pembelajaran berbasis film;2) Variabel X2: hasil skor karakter siswasesudah penerapan media pembelajaran ber-basis film Hipotesis yang diajukan:

106 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

H0 = tidak ada “perbedaan dari hasil padapenerapan menggunkan media bertema cintatanah air pada siswa tingkat sekolah dasar”Ha = ada “perbedaan “perbedaan dari hasil padapenerapan menggunkan media bertema cintatanah air pada siswa tingkat sekolah dasar”

Indikator hasil skor pada siswa, adalah:(1) Karakter individu: religious, jujur, disiplin,Kerja keras, kreatif dan mandiri, (2) Karaktersosial: toleransi, rasa ingin tahu, peduli ling-kungan dan peduli social, (3) Karakter kepe-mimpinan: tanggung jawab, demokratis.Metode untuk pengumpulan data denganmetode questioner dengan instrument angketuntuk memperoleh informasi karakter siswa.Proses dalam pengumpulan data ini berlang-sung setelah diterapkanya proses belajarmengajar menggunkan media bertema filmcinta tanah air. Metode wawancara dengan in-strument lembar observasi terstruktur kepadaguru tentang pelaksanaan penerapan mediapembelajaran berbasis film.

Skala pengukuran menggunakan meng-gunakan skala likert, setiap masing-masingjawaban diberi penilaian sesuai denganketentuan 4 (empat) tipe ini dimasukkan untukmemberikan beberapa alternative jawabanresponden yaitu : Jawaban nomor 4 skor = 4;Jawaban nomor 3, skor = 3; Jawaban nomor 2,skor = 2; Jawaban nomor 1, skor = 1.Keterangan skor diatas menunjukkan alternatifjawaban dari responden skor 4 adalah Sangatbaik dengan keterangan Selalu, Skor 3 kadangkadang, skor 2 jarang dan skor 1 berarti tidakpernah sama sekali dan negatif.

Teknik analisis data menggunakanpengujian perbedaan rata-rata dengan teknik Ttes dua sampel besar yang satu sama lain salingberhubungan. Dengan rumus sebagai berikut:

M1 - M2

t0 = SEM1-M2(Montgomery, 2001)

Keterangan :SEM1-M2 = Standart error perbedaan mean antara

sampel I dan sampel II.

M1 - M2 = Perbedaan variabel sebelum(X1)dengan mean variabel sesudah (X2)

Uji hipotesis diuji signifikansinya denganmembandingkan hasil perhitungan uji beda atauuji t “t” hitung dan “t” tabel denganmemperhatikan pada derajat kebebasan (df) =35+35-2=68. Nilai t tabel dan diperoleh dengantaraf signifikan 0, 05.

HASIL PENELITIANUntuk membandingkan karakter siswa

dalam pembelajaran antara menggunakan me-dia film dan sebelum penerapan media film.Peneliti menyajikan data tersebut melaluiangket yang berhubungan dengan karaktersiswa. Angket akan dibagikan dua kali yaitusebelum penerapan media dan sesudahpenerapan media berjumlah 35 siswa. Penelitimenyiapkan 20 soal angket untuk mengujikarakteristik siswa sebelum pembelajaran ( pretest ) dan sesudah pembelajaran ( post test ).Setelah data terkumpul, peneleti akan mulaimenganalisis data dari hasil pre test dandilanjutkan analisis hasil post test. Analisisterakhir dari penelitian ini adalah uji hipotesisyang digunakan untuk mengetahui kebenaranhipotesis yang telah direncanakan

A. Analis hasil pre-test (Tabel 1 Hasil Pretest Siswa)

No Code Siswa

Respon Siswa Selalu Kadang-

kadang Jarang Tidak

pernah 1 A-1 10 5 4 1 2 A-2 4 3 10 2 3 A-3 10 4 3 3 4 A-4 4 5 9 2

34 A-34 10 4 5 1 35 A-35 3 4 12 1

Jumlah 195 159 274 72 Prosentase 27,86% 22.71% 39.14% 10.29%

107Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Dari hasil analisis tabel pre-test di atasdapat disimpulan bahwa dari jumlah seluruhsiswa yaitu 35 siswa menunjukan prosentasetertinggi dengan jawaban jarang lalu diikutijawaban selalu, kemudian diikuti oleh jawabankadang-kadang dan terakhir jawaban palingsedikit yaitu tidak pernah.

Dari hasil interpretasi diatas dapatdikatakan bahwa nilai karakter pada siswa-siswi SDN Pulo Lor 2 masih dalam kategori“kurang baik”dalam hal aspek 3 karakter yaitukarakter kepribadian, karakter sosial dankarakter tanggung jawab.

B. Analis hasil pre-test (Tabel 2 Hasil Post-test Siswa)

No Code Siswa

Respon Siswa Selalu Kadang-

kadang Jarang Tidak

pernah 1 A-1 3 5 10 2 2 A-2 8 4 7 1 3 A-3 9 6 5 0 4 A-4 9 4 6 1

34 A-34 10 5 5 0 35 A-35 9 5 4 2

Jumlah 306 172 187 35 Prosentase 43,71% 24,57% 26,71% 5%

Dari hasil analisis tabel post-test di atasdapat disimpulan bahwa dari jumlah seluruhsiswa yaitu 35 siswa menunjukan prosentasetertinggi dengan jawaban “selalu” lalu diikutijawaban “jarang”, kemudian diikuti olehjawaban “kadang-kadang” dan terakhir jawabanpaling sedikit yaitu tidak pernah.

Dari hasil interpretasi diatas dapatdikatakan bahwa nilai karakter pada siswa-siswi SDN Pulo Lor 2 sudah dalam kategori“sangat baik”dalam hal aspek 3 karakter yaitukarakter kepribadian, karakter sosial dankarakter tanggung jawab

PEMBAHASANSetelah diketahui bahwa terdapat hasil

perbedaan pada hasil pre dan post-test maka

analisa yang kedua yaitu membuktikan hasil ujihipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian inimenggunakan statistik infrensial denganstatistik parametrik, karena data yang akandianalisis berdistrbusi normal dan homogen. Ujihipotesis penelitian dilakukan berdasarkan datapeningkatan nilai karakter siswa, yaitu dataselisih hasil dari pre-test dan post test. Berikutuji hipotesis dengan rumus t test.Di ketahui data dari hasil penelitianX1 = 76,75 Varian1 = 21,5X2= 67,04 Varian2= 42,01n1= 35n2=35

Hasil t tabel adalah sebesar 1,67 dengansignifikan 0,05%. Dan derajat kebebasan35+35-2=68. Sedangkan dari hasil t-hitungadalah sebesar 1,27. Jadi hipotesis diterimakarena hasil t hitung < hasil t-tabel

Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa adaperbedaan skor dari hasil pada pre-test dan posttest. Sehingga dapat dapat diinterpretasikanbahwa media film dapat menumbuhkem-bangkan nilai karakter pada siswa sekolahdasar.

KESIMPULANDari hasil uji analisa diatas dapat disim-

pulkan bahwa proses pembelajaran denganmenggunakan media film dengan tema cintatanah air di SDN Pulo Lor 2 Jombang berhasilkarna uji hipotesis diterima dan dapat dikatakanbahwa nilai karakter pada siswa bekembangkhusunya dalam mata pelajaran kewarga-

108 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

negaraan dan umumnya pada 3 karakter pesertadidik yakni karakter kepribadian, sosial dankarakter tanggung jawab.

SARANTerdapat beberapa saran yang menjadi

tinjauan kedepan dalam penelitin ini;1. Sebagai guru pengajar pada tingkat sekolah

dasar Penerapan media sangatlah men-dukung, sebab di masa era globalisasi iniperanan media dapat menjadi salah satuminat siswa guna meningkatkan prestasimereka.

2. Dalam era modern atau globalisasi ini,peranan orang tua terhadap perkembangananak sangat di utamakan, karena orang tuasebagai fasilitator utama di rumah. Pem-batasan penggunaan media elektronikdirumah sangant penting demi masa depandan karakter mereka di usia dewasa.

DAFTAR PUSTAKAMontgomery, D. C., 2001, Design And Analy-

sis Of Experiments, Fifth Edition, byJhon Wiley & Sons, Inc., New York, theUnited States of America.

Slavin, R.E., 2005, Cooperative Learning:theory, research and practice, Allyn andBacon London.

UU No.15 Tahun 2005 Tentang Guru DanDosen Dan UU RI No.20 Tahun2003.Tentang Sistem PendidikanNasional,Jakarta.

Tirta Raharja,Umar dan La Sula.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta: RinekaCipta.

Wardiyatmoko.K. 2006.Geografi UntukSMA.Jakarta : Erlangga.

Mulyasa E.2002.Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

109Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

LAD: PIRANTI RESEPTIF DANPRODUKTIF YANG LUAR BIASA

Astri Widyaruli AnggraeniUniversitas Muhammadiyah JemberEmail: [email protected]

ABSTRAKLAD (Language Acquisition Device) sebagai proses pemerolehan bahasa memiliki kemampuan untukdapat mengorganisir sebuah ‘data kebahasaan’ menjadi beberapa unit bahasa dan dapat pula melakukanpenilaian yang konstan terhadap sistem kebahasaan yang akan terus berkembang agar dapat membangunsistem bahasa yang sederhana. Hal itulah yang membuat seseorang mampu mengembangkan keterampilanberbahasa, dimana keterampilan berbahasa tersebut seharusnya dimulai melalui masukan (input) bukankeluaran (output) atau adalah berasal dari sebuah pemahaman, bukan hasil keterampilan berbahasa tersebut.Proses penerimaan bahasa yang baik akan secara tidak langsung ‘terprogram’ dalam diri seseorang yangnantinya akan memengaruhi keterampilan berbahasa mereka. Kosakata, pemaknaan, konsep bahasa,pemahaman yang tersimpan rapi dalam proses pemerolehan bahasa dapat diperkuat melalui keterampilanmembaca dan menulis. Hakikatnya adalah untuk dapat ‘mengaktifkan’ keterampilan menulis, mulailahdengan membaca.Ringkasnya belajar menulis melalui membaca.Kegiatan reseptif dan produktif ini tidakdapat dipisahkan. Kedua piranti ini bersama-sama dengan pemerolehan bahasa akan membentuk ‘kotak-kotak intelektual’ yang nantinya akan menjadi pemicu berkembangnya kemahiran berbahasa. Melaluimembaca untuk mencari sebuah pemaknaan, pemahaman, dan informasi baru, penulis dapat menyimpanbanyak kosakata yang telah didapatkan, dapat mengembangkan kemampuan dan memahami pengembangankalimat dan paragraf, serta gaya penulisan bahasa yang nantinya dapat dikembangkan. Pelestarian budayabaca-tulis sebagai ‘tameng’ dari sebuah krisis kemampuan baca-tulis untuk menghadapi tuntutan masyarakatmodern yang kompleks saat ini.Key words: LAD, reseptif, produktif

PENDAHULUANChomsky memiliki pendapat bahwa

pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada na-ture karena menurutnya ketika anak dilahirkania telah dibekali dengan sebuah alat tertentuyang membuatnya mampu memelajari suatubahasa. Alat tersebut dikenal dengan sebu-tan Piranti Pemerolehan Bahasa  (PPB)  atauLanguage Acquisition Device (LAD) yangbersifat universal yang dibuktikan oleh adanyakesamaan pada anak-anak dalam prosespemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo,2003:235-236). Adanya hipotesis mengenaiLAD ini semakin memperkuat pandangan para

ahli di bidang pemerolehan bahasa, bahwakanak-kanak sejak lahir telah diberi kemam-puan untuk memperoleh bahasa ibunya.Buktinya, meskipun masukan yang berupaucapan-ucapan penuh dengan kalimat-kalimatyang salah, tidak lengkap, dan dengan strukturyang tidak gramatikal, namun ternyata kanak-kanak dapat saja menguasai bahasa ibunya itu.Tampaknya bahasa ibu dapat saja diperoleh olehkanak-kanak dalam keadaan yang beragam-ragam dan dengan corak yang bagaimana pun(Chaer, 2009:170).

Berawal dari hipotesis ini jika dihubu-ngkan dalam keterampilan berbahasa, peme-rolehan bahasa ini menjadi jalan utama dalam

110 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

proses kemampuan bahasa dan berbahasa padamanusia. Kosakata, pemaknaan, konsep bahasa,struktur bahasa, pemahaman yang tersimpanrapi dalam proses pemerolehan bahasa dapatdiperkuat melalui keterampilan berbahasa, yaitupada kegiatan membaca (reseptif) dan menulis(produktif). Membaca dan menulis merupakansuatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagaipembaca dan pembaca sebagai penulis. Se-seorang akan mampu menulis setelah membacakarya orang lain atau secara tidak langsung akanmembaca karangannya sendiri. Ketika sese-orang membaca karangan orang lain ia akanberperan juga seperti penulis, ia akan menemu-kan topik dan tujuan, gagasan, serta mengor-ganisasikan bacaan dari karangan yang dibaca(Suparno dan Yunus, 2008: 1.4-1.5). Menuruthemat penulis, dalam kegiatan berbahasaperanan ‘perasaan’ linguistik tidak boleh kitaabaikan, artinya ‘perasaan’mengenai pema-kaian kata-kata yang tepat dalam suatu kalimat,sehingga kalimat tersebut benar, tidak ber-makna ganda dan logis.Disinilah peran LADyang sangat luar biasa berhubungan dengankemampuan berbahasa seseorang.

KETERIKATAN MEMBACA DANMENULIS

Riset dengan jelas menunjukkan bahwakita belajar menulis lewat membaca. Untuklebih tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan,bahasa khusus penulisan dengan membaca.Kita sudah melihat banyak bukti yang mene-gaskan hal ini: Anak-anak yang berpartisipasidalam program membaca-bebas, menulisdengan lebih baik (misalnya, Elley danMangubhai, 1983; McNeil dalam Fader, 1976)dan mereka yang melaporkan bahwa semakinbanyak mereka membaca semakin baiktulisannya (misalnya, Kimberling et al., 1988sebagaimana dilaporkan dalam Krashen 1978,1984; Applebee, 1978; Alexander, 1986; Salyer,1987; Janopoulus, 1986; Kaplan dan Palhinda,1981; Applebee et al., 1990 dalam Hernowo:2003: 105-116).

Dalam proses membaca, proses yangdapat terjadi adalah bagaimana seseorang yangmembaca mampu meretrif kata, kalimat, maknatersebut dalam pemahamannya. Stimulus yangterdapat pada proses membaca, harus dapatdiproses menjadi makna kata yang terkaitdengan referennya, bebas dari sifat ambiguitas,sampai pada kelogisan bahasa dan makna.Selain itu, pembaca juga harus memilikikemampuan untuk ‘mereka-reka’istilah yangbaru pada bahan bacaan, kata baru atau katayang pemakaiannya tidak sama dengan apayang selalu kita pikirkan atau kita gunakansebelumnya. Kemampuan dari aspek awaldalam membaca tersebut, nantinya dapatditerapkan pada aspek produktif (menulis),dimana menulis memerlukan runtutangagasan–gagasan yang tersusun secara logis, diekspre-sikan dalam bentuk tulisan dengan jelas danmenarik, yang nantinya dapat membantupengembangan dalam hal pengembangankalimat, bentuk dan gaya penulisan bahasa.Secara singkat, penulis merumuskan hubunganmembaca dan menulis dalam kemampuanberbahasa:

RUMUS BACA KREASI PRODUKTIF A + B = AB A + B1+2 AB12 A2 + B1 AB12 dst..

Tabel hubungan keterampilan reseptif dan produktif

Piranti reseptif dan produktif ini bersamamembentukkemahiran berbahasa seseorang.Proses membaca untuk mencari sebuah pemak-naan, pemahaman, dan informasi baru, sehing-ga nantinya dapat menyimpan banyak kosakatayang telah diperoleh agar dapat memahami danmengembangkannya secara logis, efektif danberterima.

MENULIS DENGAN BEKAL LADDAN MEMBACA

Menulis ilmiah setidaknya tidak bisalepas dari struktur kalimat yang hemat, siste-

111Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

matis, logis, pararel, padu, dan padan.Misalnya,kita sudah mampu meretrifal kata minyakgoreng dalam benak kita sebagai bahanpenghantar panas, penambah citarasa makanan,dan digunakan untuk memasak. Ketika diterap-kan dalam kalimatutuh, dari kata minyak gorengmisalnya dapat menjadi kalimat:(1) Minyak goreng sebagai media penghantar

panas.(2) Konsumsi minyak goreng meningkat

dalam 5 tahun terakhir ini sebanyak 80%.

Kalimat (1) dan (2) dapat berterima,sesuai dengan struktur dan makna kalimat.Konstituen dalam kalimat tersebut merupakanrealita psikologis bahasa, bukan manasuka kitamenggabungkannya..Pemaknaan pada kataminyak goreng dipahami sebagai bentuk bahansebagai penghantar panas, penambah citarasamakanan dan pemakaian minyak gorengsemakin meningkat. Bekal awal dalam mem-baca inilah yang akan dipahami, sebelumakhirnya dapat menuliskan dalam bentukkalimat yang berterima. Konsep minyak gorengsebagai konsep awal yang dipahami pembacamenjadi pedoman makna dalam keberterimaankalimat tersebut. Kelogisan, kehematan, dan ke-efektifan, sehingga kalimat tersebut berterimasebagai konstituen yang utuh juga harusdiperhitungkan dalam menulis. Misalnya padakalimat (1) kita ubah menjadi:

(1a) Minyak goreng adalah bahan untukmengisi bahan bakar pada kompor.

Kalimat (1a) tersebut tidak melanggaraturan gramatikal apa pun, tapi jika kita mengi-rimnya dalam kotak semantik, kalimat tersebutakan diteliti kembali, apakah sesuai maknadalam kalimat tersebut? Minyak gorengmemang memiliki fitur makna sebagai bahanuntuk penghantar panas, digunakan dalamproses memasak, namun kalimat selanjutnyatidak menjelaskan demikian. Kerancuan maknapada fungsi minyak goreng sebagai bahan untuk

mengisi bahan bakar kompor menjadi tidakberterima dan tidak logis.

Ketika membaca, pembaca harus dapatmemahami makna dari setiap kata yangdibacanya, sehingga dapat mengembangkankata yang dibacanya dalam aktivitas menulisselanjutnya.Pemahaman minyak goreng dalamcontoh di atas merupakan hasil dari pemahamanmembaca kata tersebut terlebih dahulu, pema-haman makna minyak goreng yang telah lolosdari interpretasi leksikon, namun masih tertahanpada tahap makna. Maka, pembaca (a) dapatmenolak kata tersebut sebagai acuan yang ber-tentangan dengan maknanya atau (b) mencariperbedaan kata dengan kalimat yang sebenar-nya akan dituliskan. Misalnya pada kasuskalimat (1a), konstituen kata minyak gorengdapat diubah menjadi kalimat Minyak tanahadalah bahan untuk mengisi bahan bakar padakompor.Hal ini dikarenakan penggunaanminyak tanah lebih tepat untuk menginter-pretasikan makna yang tertulis pada kalimatbahan untuk mengisi bahan bakar pada kompor.

Dalam menentukan kelas kata, secaraintuisi pembaca dapat menentukan kelas katayang terdapat pada kalimat tersebut.Sebagaicontoh, konstituen kata goreng ketika berdirisendiri merupakan bentuk verba (V), tapi saatbergabung dengan kata minyak gorengberbentuk frasa nomina (FN).Hal ini tidakmenjadi permasalahan serius, saat kita me-ngetahui makna dalam pemakaian kalimattersebut.Dengan adanya LAD sebagai dasarpembentukan dan pemerolehan bahasa menjadi‘penguat’ dalam penguasaan berbahasa.Pemahaman awal tersebut menjadi dasar agarpenulis mampu mengembangkan lebih lanjutdalam paragraf, menentukan gaya penulisannyadan menjadikannya sebuah tulisan yangmenarik.Kemampuan ini tidak dapat lepas dariadanya LAD sebagai dasar kemahiran ber-bahasa.Intuisi pembaca menentukan pemben-tukan konstituen yang terhubung dari “kotak-kotak intelektual” manusia.

112 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PENUTUPMembaca dan menulis merupakan proses

yang kompleks karena menyangkut berbagaikemampuan linguistik dan pengetahuan ekstra-linguistik yang memanfaatkan LAD sebagaianugerah yang tiada duanya. Aktivitas menulissama seperti halnya belajar berenang. Sepertibelajar berenang; untuk dapat berenang kitaharus betul-betul praktik berenang denganresiko tenggelam.Penulis yang baik pasti adalahpembaca yang rajin.

DAFTAR RUJUKANChaer, 2009.Psikolinguistik Kajian Teoretik.

Jakarta:PT. Rineka CiptaHernowo. 2003. Quantum Writing. Bandung:

MLCDalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta:

PT. Raja Grafindo PersadaDardjowidjojo, Soenjono.2003.

Psikolinguistik: Pengantar PemahamanBahasa Manusia. Jakarta: Yayasan OborIndonesia

Suparno dan Yunus, M. 2008.KeterampilanDasar Menulis. Jakarta:UniversitasTerbuka

TENTANG PENULISNama saya Astri Widyaruli Anggraeni.

Lahir pada 10 Januari 1986, di keluarga yangselalu berpindah-pindah tempat tinggal,menjadi latar belakang penggunaan bahasa In-donesia sebagai bahasa ibu. Meski ayah ibuberbahasa Jawa, tapi, saya dilatih dan dikenal-kan dengan bahasa Indonesia.Wajar, saya tidakbisa menguasai bahasa Jawa dengan baik.Sayabiasa dipanggil ACI (Aku Cinta Indonesia)menjadi kebanggaan dalam setiap guyonanbersama teman-teman.

Pendidikan TK di Sangata-KalimantanTimur, SD YPPSBKalimantan Timur. SMPN13 Mataram, SMAN 2 Mataram Nusa TenggaraBarat (NTB) membuat saya mengenal betapaindahnya bahasa daerah, selain bahasa Indone-sia sebagai kecintaan saya tentunya. Berbekalpenguasaan bahasa Indonesia sejak kecil, danbentuk kecintaan terhadap bahasa Indonesia,saya memutuskan untuk menempuh pendidikandi Sastra Indonesia, Jember mengambil kon-sentrasi linguistik.Menjadi bagian dari keluargabesar Fakultas Sastra Universitas Jembersemakin membuat saya jatuh cinta pada Indo-nesia, khususnya linguistik bahasa Indonesia.Kembali saya mendalami linguistik bahasa In-donesia di Universitas Gadjah Mada yangmembuat saya semakin kagum dengan bahasaIndonesia yang luar biasa. Saat ini, sayamengabdi di programstudi Pendidikan Bahasa,Sastra Indonesia dan Daerah FKIPUniversitasMuhammadiyah Jember sejak tahun 2011denganmengampu mata kuliah Linguistik(Psikolinguistik, SintaksisBahasa Indonesia,Semantik Bahasa Indonesia, dan Pragmatik).

Jika orang lain melirik sebelah mata padakajian bahasa Indonesia, saya mengamatinyauntuk menemukan kekuatan yang tersimpandalam bahasa. Kekuatan itu bernama LAD(Language Acquicition Device). Tanpa LAD,manusia tidak bisa mengaji ilmu pengetahuan,karena LAD adalah kunci dan pintu utamamasuknya ilmu pengetahuan dalam dirimanusia.

Artikel ini mengaji kekuatan LAD,sebagai piranti reseptif dan produktif.LAD initidak hanya berfungsi pada kajian bahasa, tetapijuga pada pemahaman dan peregenerasian ilmupengetahuan.Dengan LAD ini, dipastikansemua orang memiliki kemampuan untukmemahami dan menuangkan ide dalam bentukkegiatan tulis menulis.

113Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

STRATEGI PEMBELAJARAN MENULISKREATIF UNTUK ANAK

NurhidayatiJurusan Sastra Arab Fakultas Sastra

Universitas Negeri MalangEmail:[email protected]

AbstrakPembelajaran menulis kreatif adalah suatu upaya yang berkenaan dengan bagaimana cara mendorongsiswa untuk menggunakan secara penuh apa yang ada dalam diri mereka berupa ide, kesan, perasaan,harapan, imajinasi dengan menggunakan bahasa yang dikuasai.Dalam proses belajar berbahasa di sekolah,siswa mengembangkan kemahiran berbahasa secara vertikal, bukan secara horizontal. Maksudnya merekasudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna.Semakin lama kemahirantersebut menjadi semakin sempurna, dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakintepat, dan kalimat-kalimatnya semakin bervariasi.Manfaat yang diperoleh siswa dengan menulis kreatifini adalah sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri, (2) alat untuk membangun kepuasan pribadi,kebanggaan dan harga diri, (3) alat untuk meningkatkan kesadaran dan persepsi lingkungan seseorang, (4)alat untuk melibatkan seseorang menjadi aktif, dan (5) alat untuk menciptakan pemahaman dan kemampuanuntuk menggunakan bahasaKata Kunci: Strategi Pembelajaran, menulis kreatif, anak

PENDAHULUANUntuk mengukur kecakapan dan ke-

majuan belajar sekolah-sekolah di Indonesiamempunyai kebiasaan dengan menggunakantes prestasi belajar dalam berbagai bentuk.Kebiasaan tersebut akan mengurangi perhatiankita pada aspek kreatifitas.

Guilford merupakan tokoh yang sangatbesar jasanya dalam menyatakan konsepkreatifitas dengan membedakan kemampuanberpikir konfergen dan divergen. Pemikirankonfergen adalah kegiatan pemikiran yangmempunyai tujuan pada suatu jawaban yangbenar, dan merupakan proses yang mendasarites intelegensi tradisional. Sedang pemikirandivergen adalah pemikiran yang menghasilkanbermacam-macam gagasan, dan ini merupakanindikator yang paling nyata dari aspek kreatif.

Pembelajaran bahasa untuk anak, khu-susnya untuk anak seusia TK dan MI/SD tahapawal yaitu kelas 1, 2, dan 3 masih didominasioleh model pembelajaran dengan strategipemerolehan yang difokuskan pada tingkatbentuk, sedang model pembelajaran bahasauntuk anak pada tahap lanjut yaitu untuk kelas4, 5, dan 6 MI/SD dilakukan model pem-belajaran dengan strategi pembelajaran bahasayang juga sebagian besar difokuskan padatingkat bentuk dan sebagian kecil waktu bisadimasukkan materi yang berfokus pada aspekmakna. Sebagaimana yang dikemukakan olehMurdibyono (1988) bahwa pada tingkat pemulapembelajaran bahasa perlu diprioritaskan padatingkat bentuk, sedang pada tingkat menengahdan lanjut pengajaran berfokus pada makna.Adapun sumber media yang dapat menarikperhatian dalam pembelajaran bahasa untuk

114 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

anak adalah sebagaimana dikemukakan olehKasbollah (2004) adalah gambar, dongeng, danpermainan.

Dalam proses belajar berbahasa di seko-lah, siswa mengembangkan kemahiran ber-bahasa secara vertikal, bukan secara horizon-tal. Maksudnya mereka sudah dapat mengung-kapkan pesan secara lengkap meskipun belumsempurna.Semakin lama kemahiran tersebutmenjadi semakin sempurna, dalam artistrukturnya menjadi semakin benar, pilihankatanya semakin tepat, dan kalimat-kalimatnyasemakin bervariasi (Rofi’uddin, 2002:75).

Berkaitan dengan keterampilan menuliskreatif Ellis (1989:182) menyatakan bahwamenulis kreatif adalah eksplorasi diri danmengekspresikannya dalam komunikasi.Sedang Percy (1981:1) menyatakan bahwapembelajaran menulis kreatif adalah suatuupaya yang berkenaan dengan bagaimana caramendorong siswa untuk menggunakan secarapenuh apa yang ada dalam diri mereka berupaide, kesan, perasaan, harapan, imajinasi denganmenggunakan bahasa yang dikuasai. Dengandemikian mengajar menulis kreatif adalahmengajar siswa untuk berpikir.

Manfaat yang diperoleh siswa denganmenulis kreatif ini adalah sebagai (1) alat untukmengekspresikan diri, (2) alat untuk mem-bangun kepuasan pribadi, kebanggaan danharga diri, (3) alat untuk meningkatkankesadaran dan persepsi lingkungan seseorang,(4) alat untuk melibatkan seseorang menjadiaktif, dan (5) alat untuk menciptakan pema-haman dan kemampuan untuk menggunakanbahasa (Percy, 1981).

STRATEGI BELAJAR DANPEMBELAJARAN BAHASA

Pengertian strategi belajar bahasa seba-gaimana dikemukakan oleh Oxford (1989:235)adalah tingkah laku atau tindakan yang dipakaioleh pembelajar, agar pembelajaran bahasalebih berhasil, terarah, dan menyenangkan. Daripengertian tersebut strategi belajar merupakan

perbuatan yang dapat diamati, yang jugamemungkinkan mencakup tindakan kognitifyang tidak bisa diamati.Oxford (2002:124)menyatakan bahwa strategi belajar bahasamerupakan tindakan khusus, tingkah laku,tahapan, atau teknik yang digunakan pem-belajar untuk meningkatkan kemajuan dalampengembangan keterampilan berbahasa.Strategi-strategi tersebut dapat digunakan untukpemrosesan (internalitation), penyimpanan(starage), pengambilan (retrival), dan peng-gunaan bahasa yang baru dipelajari.Strategi-strategi tersebut juga merupakan seperangkatalat untuk mengarahkan diri sendiri untukmengembangkan kemampuan komunikasi.

Choudron dalam (Irhamni, 2002:3)mendefinisikan strategi pembelajaran sebagaikesadaran kognitif yang diaplikasikan dalampembelajaran, yang dikelompokkan ke dalam(1) strategi alam, dan (2) strategi budaya.Strategi alam merupakan inti pengembanganstrategi budaya. Strategi alam bersifat induk,primordial, azali, menjadi rujukan, statis, daninspiratif, sedangkan strategi kultur bersifatpengembangan, kreatif, bergerak, adaptif, dantidak mempunyai kemapanan konseptual.Pembelajaran dengan strategi alam dapatterwujud antara laindalam teknik pembelajarandengan peniruan (imitation), dan pembelajarangramitika dalam pendekatan komunikatif yangmenolak rekayasa pembelajaran semisal drill.

Adapun yang dimaksud strategi kulturatau budaya adalah pembelajaran yang berbasispada pengolahan peristiwa pembelajaranbahasa ibu dan bahasa asing. Strategi ini akanmelahirkan analisis kesalahan (error analysis),lab bahasa, hafalan teks percakapan, urutanpemerolehan bahasa, teks-teks kaidah ber-bahasa, dan sebagainya.

Brown (dalam Huda, 1999:144) mene-kankan konsep strategi belajar sebagai tingkahlaku yang tidak teramati di dalam diri pem-belajar. Brown membedakan antara strategibelajar (learning strategy) dan strategi komu-nikasi (Communication Strategy). Strategibelajar berkaitan dengan pemrosesan,

115Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

penyimpanan, dan pengambilan masukanpemerolehan bahasa, sedangkan strategikomunikasi berkenaan dengan keluaranpemerolehan bahasa.

Strategi belajar merupakan hal yangsangat penting dalam belajar bahasa, karena iamerupakan sarana untuk mengaktifkan dirisiswa, pengarah diri untuk berkembang,khususnya mengembangkan kompetensikomunikasi berbahasa (Oxford, 1991:1). Nur(2004:6) menyebutkan strategi belajar mengacupada prilaku dan proses-proses berfikir yangdigunakan oleh siswa yang mempengaruhi apayang dipelajari, termasuk proses memori danmetakognitif .Pressley (1991) menyebutkanbahwa strategi belajar adalah operator-opera-tor kognitif meliputi dan di atas proses-prosesyang secara langsung terlibat dalam menye-lesaikan suatu tugas belajar.Strategi-strategitersebut merupakan strategi-strategi yangdigunakan siswa untuk memecahkan masalahbelajar tertentu. Sebagai contoh ketika siswaditugasi untuk mengerjakan tugas-tugas belajartertentu misalnya mengisi suatu lembar kerjadalam pembelajaran membaca misalnya, makauntuk menyelesaikan tugas-tugas belajar inimemerlukan keterlibatan dalam proses-prosesberfikir dan prilaku tertentu, seperti menskimatau membaca sepintas judul-judul utama, me-ringkas, dan membuat catatan, serta memonitorjalan berfikir diri sendiri.

Dengan berpijak pada pengertian strategibelajar sebagaimana dipaparkan maka dapatdisimpulkan bahwa strategi pembelajaranmerupakan rencana, metode, siasat, dan teknikyang digunakan guru untuk mengaktifkansiswa, dan mengembangkan diri untuk men-capai tujuan pembelajaran yang telah ditetap-kan.Strategi pembelajaran adalah strategi yangdigunakan guru untuk menjadikan siswa belajardengan menggunakaan strategi belajar tertentu.

Konsep MenulisMenulis merupakan aktivitas pengeks-

presian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke

dalam lambang-lambang kebahasaan.Kegiatanmenulis melibatkan aspek penggunaan tandabaca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata,penataan kalimat, pengembangan paragraf,pengolahan gagasan, serta pengembanganmodel karangan.Dengan demikian dapatdinyatakan bahwa kegiatan menulis melibatkanaspek isi dan aspek bahasa.Aspek isi atau topikberkenaan dengan masalah pengembangantopik ke dalam ide-ide atau pikiran-pikiran yangrelevan serta pengorganisasiannya.Aspekbahasa berkenaan dengan penggunaan tata-bahasa, kosakata, serta ejaan untuk mewadahitopik.Kelly (dalam Read, 1991) menyatakanbahwa kegiatan menulis merupakan upayamenghasilkan ide dan bahasa sebagai saranapengekspresiannya.

Pengertian KreatifKata kreatif berasal dari bahasa latin Cre-

ate yang artinya mencipta, melahirkan, danmencapai. Reilly dan Lewis (1983) membe-dakan istilah kreatif ke dalam dua kategori,yaitu Traits Approach dan Learned BehaviorApproach.Traits Approach memandang bahwakreatif itu merupakan suatu karakteristik dankecenderungan tertentu dari individu. Hal ituberarti bahwa sikap kreatif itu merupakan aspekbawaan dan lingkungan berfungsi sebagai alatbantu untuk menunjang kreatifitas yang ada.Terkait dengan ketrampilan menulis kreatif,Edward, dkk (2003:vii) mengartikan kreatifsebagai proses mengekspresikan ide dan me-ngeksplorasi imajinasi dengan menggunakanberbagai bentuk tulisan baik fiksi, nonfiksi,maupun puisi.

Adapun yang dimaksud dengan learnedbehavior approach adalah pendekatan yangmemandang bahwa aspek kreatif merupakanakibat atau hasil dari pengalaman yang ber-bentuk keahlian dan perilaku pada setiap indi-vidu. Dengan demikian setiap individu secarapotensial kreatif, dan lingkungan yang mem-pengaruhi perbedaan kreatifitas seseorang.

116 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Munandar (1988) memandang aspekkreatif dari segi pribadi, pendorong, produk danproses, dan ia menyatakan bahwa lingkunganyang dapat mendorong munculnya tingkah lakukreatif meliputi lingkungan keluarga, sekolah,masyarakat, dan lingkungan kebudayaan. Darisegi proses Munandar menyatakan bahwapengertian kreatif sama dengan kemampuanberpikir kreatif. Adapun ciri-ciri berpikir kreatifadalah terampil berpikir orisinil, memperinci/mengelaborasi, dan menilai. Sedang dilihat darisegi produk sikap kreatif merupakan produkkreatif yang oleh Vernan (1982) dinyatakanbahwa produk kreatif mempunyai kriteria (1)produk itu harus nyata, (2) produk itu harusbaru, dan (3) produk itu adalah hasil darikualitas unik individu dalam interaksi denganlingkungannya.

Dari pengertian tersebut dapat disimpul-kan bahwa kreatifitas seseorang dapat diting-katkan melalui pengelolaan lingkungansebagaimana dinyatakan oleh Clark (1983)bahwa bila faktor lingkungan mendorong, makabakat berkembang, tetapi bila lingkunganmenghambat maka bakat itu akan menciut.Dengan demikian pengembangan kreatifitasanak dapat dilaksanakan melalui pembelajarankreatif.

Startegi Pembelajaran KreatifPembelajaran kreatif menurut Semiawan

(1988) adalah pembelajaran yang memung-kinkan meningkatnya perilaku kreatif pebelajar.Pembelajaran kreatif ini memungkinkanpebelajar belajar kreatif, yaitu belajar yangmengasyikkan, yang mengerahkan potensikreatifitas, dan menimbulkan berbagai getaranpenemuan terhadap hal-hal yang sebelumnyabelum diketahui, dikenal atau dipahaminya.

Pengembangan kemampuan kreatifberhubungan erat dengan strategi pembelajaran.Dalam situasi pembelajaran yang menaruhkepercayaan terhadap kemampuan anak untukberpikir dan berani mengemukakan gagasanbaru, dan ketika siswa diberi kesempatan untuk

bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannyamaka kemampuan kreatif dapat tumbuh dengansubur.

Clark (1983) mengatakan bahwa strategipembelajaran yang berhasil mengembangkanaspek kreatifitas adalah yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.1) Lebih banyak melakukan aktivitas-aktivitas

berpikir.2) Menggunakan lebih sedikit akt ivitas

ingatan.3) Memberikan kesempatan untuk memper-

gunakan pengetahuan secara kreatif.4) Menggunakan evaluasi untuk diagnosis.5) Mendorong ekspresi spontan.6) Memberikan suasana penerimaan.7) Memberikan stimulasi yang kaya dan

bervariasi.8) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan profo-

katif.9) Tidak menolak ide siswa yang baru dan

mendorongnya untuk menguji sendiri ide-ide barunya.

10) Memberikan latihan dan percobaan yangtidak dievaluasi.

11) Mengajar keterampilan berpikir kreatifseperti orisinalitas, kelancaran, keluwesan,elaborasi, menemukan ide secara sengaja,penilaian yang ditunda, berpikir alternatif,dan menyusun hipotesis.

12) Mengajar keterampilan meneliti, sepertiinisiatif mengeksplorasi, mengobservasi,mengklasifikasi, bertanya, menyusun, danmenggunakan informasi, mencatat, mener-jemahkan, menyimpulkan, menguji kesim-pulan, menyajikan kembali pengalamandan observasi, mengkomunikasikan, meng-generalisasi, dan menyederhanakan.

Prinsip Pembelajaran MenulisKreatif

Prinsip- prinsip pembelajaran menuliskreatif menurut Ellis (1989:182-183) adalah:(1) melakukan observasi dan menulis, (2)mengasosiasikan kata, (3) menemukan

117Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

informasi, (4) menemukan cara alternatif untukmelihat sesuatu, (5) menulis apa yang dilihat,jangan menceritakan secara lisan, (6) membuatkalimat yang biasa menjadi luar biasa, (7)memilih kata yang tepat, dan (8) menulismetafora/analogi.1) Melakukan Observasi dan Menulis

Kegiatan ini dapat dimulai denganmengamati objek atau benda misalnya buah-buahan, mainan, atau bisa juga anak dimintauntuk membawa majalah untuk melakukanpengamatan pada gambar-gambar yang adapada majalah. Kemudian guru atau siswa lainmengajukan pertanyaan terhadap objek yangdiobservasi tersebut. Jawaban-jawaban daripertanyaan tersebut ditulis untuk disusunmenjadi puisi atau prosa deskripsi.2) Mengasosiasikan Kata

Guru meminta siswa untuk mengaso-siasikan kata-kata tertentu, dan guru atau siswalain dapat membantu dengan memberikanpertanyaan-pertanyaan. Hasil jawaban siswadisusun menjadi karya tulis kreatif.3) Menemukan Informasi

Siswa diberi kesempatan untuk mene-mukan informasi dari apa yang dirasakan dandipikirkan, dan menuangkannya dalam bentuktulisan.4) Menemukan Cara Alternatif untuk

Melihat SesuatuYaitu dengan meminta siswa untuk me-

ngungkapkan kesenangan dan keinginan yangmendalam.5) Menulis Apa yang Dilihat

Guru mengajak siswa melihat sesuatuobjek, kemudian siswa diberi kesempatan untukmendeskripsikan apa yang dilihat menurut versisendiri.6) Membuat Hal-Hal yang Biasa Menjadi

Luar BiasaGuru menajak siswa membaca sebuah

cerita kemudian siswa diminta untuk mengubah

perwatakan tokoh dalam cerita, konflik, dansebagainya sesuai dengan kreativitas masing-masing siswa.7) Menggunakan Metafora

Yaitu meminta siswa menggunakanungkapan perbandingan, perumpamaan, bahasamajas atau kiasan dalam karangan mereka.

Menulis kreatif menurut Edwards, dkk.(2003:vii) adalah kegiatan mengekspresikan idedan mengeksplorasi imajinasi dengan meng-gunakan berbagai bentuk tulisan misalnya fiksi,nonfiksi, atau puisi.Melalui kegiatan menulisfiksi seorang anak dapat menuangkan imaji-nasinya secara bebas yang dapat berbetuk ceritapendek maupun narasi secara umum.Melaluikegiatan menulis nonfiksi pebelajardilatih untuk melakukan kegiatan menulistentang laporan cuaca, laporan kegiatan outbond, rekreasi, kegiatan ekstra kurikuler, danseterusnya.Elalui kegiatan menulis puisipebelajar berlatih mengekspresikan imejinasi-nya terkait dengan ungkapan kata frasa dankalimat yang sesuai dengan aturan penulisanpuisi.

Beberapa kegiatan kreatif yang dapatmenunjang kegiatan menulis kreatif menurutEdwards, dkk.(2003:14-16) adalah kegiatanmenjadi kolektor kata dan menjadi detektifbahasa. Sebagai kolektor kata pebelajardimotivasi untuk selalu menambah kosakatayang dimiliki melalui kegiatan (1) membuatkartu kata, (2) kartu bergambar, (3) lembarankamus, (4) kamus elektronik,(5) papan siap tulisdan hapus, (6) keranjang atau kotak kata, atauamplop kata, (7) daftar kata berdasar alpahabetatau kategori sukukata tertentu. Sebagai detektifbahasa pebelajar diarahkan untuk melakukankegiatan berikut. (1) Memilih beberapa katayang mempunya sukukata awal sama, (2)memilih kata kata yang mempunyai akar katasama, (3) memisahkan kata kata dari gabu-ngannya, (4) mengelompokkan kata kata yangmempunyai kesamaan bentuk, (5) mengubahkata menjadi berbagai variasi bentuk kata, (6)menyusun kalimat dengan bantuan kata

118 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

tertentu, dan (7) membuat daftar arti kata yangdiperoleh dari teks lisan maupun tulis.

Daftar RujukanClark, B. 1983.Growing up Gifted. Colombus:

Merril Publication. CO.Edwards, Sharon A.; Maloy, Robert W.;

O’Loughlin, Ruth Ellen Verock.2003.Ways of Writing with Young Kids:Teaching Creativity andConventionsUnconventionally. Boston: Pearson Edu-cation, Inc.

Effendy, A. F. 1993. Lagu dan Permainansebagai Media Pengajaran Bahasa Arabdi Madrasah Ibtidaiyah. Majalah NadiTahun II No: 1

Effendy, A.F. 2004. Strategi pembelajaranDuru:s Arabiyyah Muktsafah (DAM).Makalah disampaikan pada Konsultasitenaga ahli pembelajaran bahasa Arab diJurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Uni-versitas Negeri Maaalang.

Ellis, A. , Pumau, J. , Standal T., dan Rummel,M. K. 1989. Elementary Language ArtsInstruction. New Jersey: Prentice Hall.

Everet, W. 1987. Apopular Song as A TeachingInstrumen.Forum, Vol XXV.

Huda, N. 1999. Pengajaran Bahasa KeduaBerbasis Strategi Belajar. Dalam:Bahasadan Seni. Tahun: 27, 2: 143-145.

Irhamni. 2002. Strategi Pembelajaran ALA.Makalah disajikan dalam seminarPelatihan Pembelajaran bahasa Arabuntuk Anak (ALA) di Jurusan Sastra ArabFakultas Sastra Universitas NegeriMalang.

Kasbolah, K. 2004. Pengajaran Bahasa Inggrisdi Sekolah Dasar: Kebijakan,Implementasi, dan Kenyataan. (PidatoPengukuhan Guru Besar dalam BidangPengajaran Bahasa Inggris pada fakultasSastra Universitas Negeri Malang,Disampaikan pada Tanggal 12 Januari2004).

Munandar, S.C.U. 1987. MengembangkanBakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: PT Gramedia.

Munandar, S.C.U. 1988. Memupuk KreativitasAnak Usia Pra Sekolah. Dalam: S.C.Utami Munandar (Ed) KreativitasSepanjang Masa. Jakarta: Pustaka SinarHarapan.

Murdibyono, A. W. 1995. Bahasa Inggris untukSekolah Dasar: Tujuan Pengembangandan Karakteristik Pembelajar. Dalam:Bahasa dan Seni. Tahun 23.No. 2.

Nur, M. & Wihandari, P.R. 2000. PengajaranBerpusat kepada Siswa dan PendekatanKonstruktivis dalam Pengajaran.Surabaya: Pusat Sains dan MatematikaSekolah Unesa: University Press.

Oxford, R.L. 1989. Use of Learning Strategies:a Synthesis of Studies with Implicationsfor Strategy Training. Dalam: System, 12,2: 235-247.

Oxford, R. L. 1990. Language Learning Strat-egies. What Every Teacher Should Know.USA: Newbury House Publishers.

Oxford, R.L. 2002.Language Learning Strate-gies in a Nutshell: Update andESLSuggestions. Dalam: Methodology inLanguage Teaching. Richards J. C. &Renandya W.A. (Eds). Cambridge: Uni-versity Press.

Percy, B. 1981.The Power of Creative Writing.London: Prentice Hall International, Inc.

Read, John. 1991. The Validity of Writing TestTasks. Dalam Sarinee Anivan (ed), Cur-rent Developments in Language Testing.Singapore: SEAMEO RELC.

Reilly, R.R. dan E.L. Lewis. 1983. EducationalPsychology Aplications for ClassroomLearning and Instruction. New York: MCMillan Publishing.Co.

Risakotta, I. 1990. Beberapa Contoh PermainanUntuk Pengajaran Bahasa dalamKelompok Besar, dalam Learnen UndLehren no. I Februari 1990.

Rofi’uddin, A. 2002. Teknik PeningkatanKemampuan Berbicara untuk Murid

119Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Dalam :Bahasa dan Seni. Tahun 30. No 1Februari.

Semiawan, C. 1988. Belajar Kreatif untukMengembangkan Bakat Kreatifitas padaMasa Usia Sekolah. Dalam SC. UtamiMunandar (Ed) Kreativitas SepanjangMasa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ur, P. and Wright, A. 1992.Five Minutes Ac-tivities: A Reseurce Book of Short Activi-ties. Cambridge University Press.

Vernan, P.E. (Ed) 1982.Creativity. Baltimore:Penguin.

120 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

LAGU DAN CERPENGRAM:STRATEGI EFEKTIF DAN

MENYENANGKAN BAGI SISWADALAM MENULIS CERPEN

OlehAleda Mawene

(PBS Universitas Cenderawasih)

Menulis cerpen merupakan kegiatan kreatif yang sangat dipengaruhi oleh motif penulis. Motif mendorongseseorang untuk tetap fokus dalam menyelesaikan tulisannya. Namun, menulis cerpen bagi sebagian siswadianggap sebagai ‘beban’ dalam belajar. Hal itu disebabkan siswa tidak tahu apa yang harus ditulis danuntuk apa ia menulis cerpen. Untuk membangkitkan motivasi siswa, guru dapat memanfaatkan lagu sebagaimedia pembelajaran. Media ini mampu merefleksi pengalaman siswa secara optimal dan menyenangkanserta membebaskan siswa dari situasi belajar yang monoton, kaku, dan berpusat pada guru. Melaluirekaman lagu, siswa dapat mengingat kembali pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya tanpabeban. Guru berperan sebagai motivator yang membimbing siswa agar rekaman-rekaman pengalaman itubersifat kronologis dan kausalitas. Dari segi substansi sastra, siswa telah menghimpun keseluruhan peristiwa(fabula) yang akan disampaikan secara teknis (sujet) kepada pembaca. Meskipun bersifat faktual,pengalaman itu berfungsi sebagai motif yang kuat bagi siswa untuk menulis cerpen.Realitas itu kemudiandiubah menjadi realitas imajiner dengan metode cerpengram. Cerpengram merupakan serangkaian daftarberisi deskripsi tentang nama dan profil tokoh, penampilan fisik tokoh, anatomi cerpen, isi cerpen, danfoto atau gambar. Daftar ini dibuat oleh pengarang sebelum menulis cerpen. Dengan cerpengram, siswadapat mengemas dunia realitas ke dalam dunia rekaan sesuai dengan kebutuhan tema cerpen. Teknik inidianggap efektif membantu siswa dalam membangun dunia rekaan yang diinginkannya tanpa interfensiberlebihan dari guru. Guru dapat mengatur waktu belajar agar siswa dapat menyelesaikan kegiatan menulisdi rumah sesuai dengan kemampuannya. Jadi, kolaborasi antara media lagu dan teknik cerpengram dapatmembantu siswa memproduksi teks cerpen secara efektif dan menyenangkan.Kata Kunci: lagu, cerpengram, strategi, menulis cerpen.

PENDAHULUANMenulis sangat potensial bagi pengem-

bangan diri. Ketika menulis, penulis berupayamenuangkan gagasan-gagasannya secaraproporsional ke dalam tulisannya. Ide-idekreatif itu disampaikan dengan diksi dankalimat yang tepat agar dapat dipahami olehpembaca. Ghazali (2010:335) menegaskanproses menulis mengharuskan siswa menerap-kan beragam pengetahuan, seperti kemampuanberbahasa, aturan-aturan penulisan, topik

tulisan, tujuan penulisan, dan pembaca yangdituju oleh tulisan. Proses penyatuan ide danbahasa memerlukan keterampilan yang terusdiasah. Oleh sebab itu, orang yang seringmenulis memiliki tingkat kreativitas yangtinggi. Mereka mampu mengaktualisasikan dirimelalui tulisan-tulisan yang dibuatnya sehinggapotensi dirinya berkembang secara optimal.

Menulis cerpen merupakan kegiatankreatif yang sangat dipengaruhi oleh motifmenulis.Ada berbagai motif yang mendorong

121Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

seseorang menulis cerpen, antara lain: untukmenyampaikan sesuatu kepada pembaca,berbagi pengalaman dengan pembaca, me-ngekspresikan diri, mencari kesenangan, danmendapatkan honor (Peng, 2013:2-3).Motifyang baik dan jelas akan mendorong seseoranguntuk tetap fokus dalam menyelesaikantulisannya.Dengan motif yang jelas, penulisdidorong untuk menulis dalam berbagaisuasana hati, baik gembira maupun sedih.

Pada kenyataannya menulis cerpen bagisebagian siswa dianggap sebagai pelajaran yangmembosankan. Bahkan cenderung menjadi‘beban’ dalam belajar. Mereka belum memilikimotif yang jelas dalam hal menulis cerpen.Beberapa di antaranya mengakui tidak tahu apayang harus ditulis dan untuk apa merekamenulis cerpen.Padahal, menulis cerpen meru-pakan salah satu kompetensi yang harusdikuasai oleh siswa SMP dan SMA. Melaluimenulis siswa dapat mengekspresikan ide-idekreatifnya secara optimal. Dengan sendirinyaketerampilan berbahasa siswa dapat diasah dandikembangkan melalui aktivitas menuliscerpen.Oleh sebab itu, guru perlu mencari stra-tegi pembelajaran yang efektif dan menye-nangkan, yakni kolaborasi antara media belajardan teknik menulis cerpen yang tepatagar siswadapat memproduksi teks cerpen sesuai dengantarget pembelajaran.

PEMBAHASAN

Lagu Sebagai Bahan dan Media Pembela-jaran Menulis Cerpen

Lagu atau nyanyian terdiri atas komposisimusik dan syair. Syair sebuah lagu padadasarnya memiliki karakteristik puisi baladadan prosa liris. Sebuah lagu diciptakan melaluiproses kontemplasi pengarang terhadap realitasyang ada. Lagu selalu dihadirkan bersamadengan notasi musiknya. Makna lagu menjadisemakin jelas ketika ditampilkan dengan musikpengiring yang harmonis. Keterpaduan itumenghasilkan nuansa makna yang khas dalam

benak pendengarnya. Oleh sebab itu, sangatmudah bagisiswa untuk mengikuti alur kisahatau cerita dalam syair lagu dan menghayatiisinya.

Berkaitan dengan itu, lagu dapatdimanfaatkan sebagai media pembangkit mo-tif siswa untuk menulis cerpen. Hasil observasiterhadap pembelajaran di beberapa sekolahmenunjukkan bahwa lagu terbukti mampumeningkatkan kompetensi siswa dalam menuliscerpen. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sugi-yanti (2015) pada siswa SMP Negeri 3 AimasKabupaten Sorong. Hasil penelitian mem-buktikan bahwa media lagu mampu mem-bangkitkan motivasi siswa dalam menulissekaligus sebagai sumber inspirasi bagi siswadalam menemukan ide-ide kreatif bagitulisannya.

Menurut Pranoto (2011:31) menuliskreatif diawali dengan kegiatan mencari ide,mengolah ide, dan proses menulis. Pada kenya-taannya, setiap pengarang memiliki proseskreatif yang berbeda-beda dalam melahirkankarya-karyanya. Sebagai penulis pemula, siswasering mengalami kesulitan untuk menemukanide menulis cerpen. Untuk mengatasi haltersebut, guru dapat menggunakan teks lagusebagai bahanmenulis cerpen serta media untukmenemukan motif dan ide-ide penulisan.Meminjam konsep Hernowo ‘main-maindengan teks’ (2004:2) guru dapat menggunakanteks lagu dalam konteks menulis cerpen secaramenyenangkan dan tidak memberatkan siswa.

Lagu Sebagai Bahan Menulis CerpenGuru dapat memanfaatkan lagu sebagai

bahan untuk menulis cerpen. Untuk tujuan iniguru dapat memanfaatkan syair-syair lagu yangberisi kisah atau peristiwa dalam kehidupansehari-hari, seperti lagu-lagu ciptaan Ebiet G.Ade, Doel Sumbang, dan Franky Sahilatua.Cara ini dianggap tepat apabila siswa kesulitanmenemukan ide-ide bagi karangannya. Denganteknik parafrase, siswa dapat mengembangkansyair lagu menjadi sebuah cerita pendek sesuaidengan keinginannya.

122 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Dalam pandangan Laksana (2013:37) isisyair lagu diumpamakan batu, pasir, dan semenyang kemudian akan disusun menjadi sebuahbangunan. Ketika mendengarkan rekaman lagu,guru memandu siswa untuk mencatat danmengidentifikasi unsur-unsur intrinsik ceritayang tercermin dalam syair lagu, misalnyastruktur alur, tokoh dan karakter, latar, sudutpandang, dan amanat cerita. Guru dapat meng-gandakan syair lagu dan membagikan kepadasiswa agar mempermudah mereka dalammelakukan identifikasi unsur-unsur cerita.

Lagu yang digunakan sebaiknya liriknyadisesuaikan dengan karakteristik siswa. Liriklagu ciptaan Doel Sumbang berjudul “Martini”dianggap cocok digunakan pada pembelajaranmenulis cerpen di SMA kelas X.Lagu inimengisahkan tentang seorang anak laki-lakiyang diberi nama Martini. Akibatnyaia selaludiolok-olok karena namanya itu. Sampaidewasa pun nama Martini masih menjadi bahanejekan. Ia dianggap bencong, walaupunsebenarnya ia laki-laki. Merasa harga dirinyadirendahkan, Martini berkelahi dengan orangyang mengejeknya. Perkelahian itu menye-babkan lawannyaterbunuh. Akhirnya, Martiniditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.Ayah Martini datang menjenguk anaknya dipenjara. Ketika itulah Martini mengetahuialasan sang ayah memberi nama itu kepadanya.Berikut ini kutipan beberapa bait isi lagu ter-sebut.

Kuanggap ayah nekat sekali/dinama-kannya aku Martini/padahal aku ini/lelaki tulen//Nama Martini membuat repot/temansekolah memanggil Tince /dan aku jeng-kel bercampur marah/emangnya perek//Aku tanyakan pada ayahku/apa sebabnyanamaku Martini/jawab ayah nanti engkaupaham/ anakku//Kemana-mana menanggung malu/ gara-gara namaku Martini/ aku benci tapi takberdaya/ sungguh mati//

Pemanfaatan lirik lagu di atas sebagaibahan menulis cerpen dilakukan melaluilangkah-langkah pembelajaran sebagai berikutini.1) Guru membagikan teks lagu Martini

ciptaan DoelSumbangkepada siswa danmemperdengarkan rekaman lagu tersebut.

2) Siswa menyimak secara cermat lirik lagudan dapat mengikutinya dengan santai tapitertib.

3) Siswa dipanduguru untukmenandaiunsur-unsurceritadalamlagutersebut, yakni:tokoh,karakter,strukturalur, latar, dan sudutpandang. Guru memusatkan bimbinganpada identifikasi struktur alur yang akanberfungsi sebagai kerangka cerpen, yaitu:(1) tahap eksposisi/pengenalan, (2) tahapkomplikasi/tahap timbulnya permasalahan,(3) tahapklimaks/puncakketegangan, (4)tahapantiklimaks/keteganganmenurun, dan(5) tahap konklusi/penyelesaian.

4) Setiap kelompok diminta untuk menyam-paikan temuannya untuk menyamakanpersepsi terhadap struktur alur cerita.

5) Siswa mengembangkan kerangka karanganmenjadi sebuah cerpen dengan bimbinganguru. Setiap siswa dapat menggunakangaya dan sudut pandang tertentu sesuaidengan keinginannya. Dengan cara ini,siswa diajak berkreasi denganalur yangsama, tetapidengancarapenyampaian yangberbeda-beda.

Lagu Sebagai Media Pembelajaran MenulisCerpen

Media lagu mampu merefleksi penga-laman siswa secara optimal dan menyenangkan.Hal ini disebabkan irama dan musik dapatmemberi kenyamanan bagi siswa. Guru dapatmengajak siswa bersenandung mengikuti lirikdan irama lagu. Dengan cara ini siswa dapatdituntunmenggali ide-ide secara optimal tanpatekanan. Siswa juga terbebas dari situasi belajaryang monoton dan berpusat pada guru.

123Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Melalui rekaman lagu, siswa dapatmengingat kembali pengalaman atau peristiwayang pernah dialaminya secara kronologis.Guru berperan sebagai motivator yang mem-bimbing siswa agar rekaman-rekaman penga-laman mereka dapat mengalir tanpa beban. Darisegi substansi sastra, siswa telah menghimpunkeseluruhan peristiwa (fabula) yang akandisampaikan secara teknis (sujet) kepadapembaca. Pengalaman tersebut bersifat faktualdan berfungsi sebagai motif yang akanmemandu siswa dalam menulis cerpen.

Lagu yang dipilih sebagai media pembe-lajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkatkognitif dan perkembangan bahasa siswa.Dalam hal ini guru dapat memilih lirik yangtepat sesuai dengan karakteristik siswanya.Lirik lagu yang bertema kasih sayang dalamkeluarga merupakan pilihan yang tepat bagisiswa SMP. Pengalaman dan kenangan parasiswa bersama keluarga masih begitu dekatsehingga lebih memudahkan mereka dalammengekspresikan ide-idenya.

Siswa tetap membutuhkan contoh tekscerpen yang tepat sebagai model menulis.Keterbatasan waktu pembelajaran di kelasmenyebabkan siswa tidak dapat menulis efektiftanpa contoh atau model. Alangkah baiknyaapabila guru telah menyiapkan satu contoh tekscerpen yang dikarang oleh guru sendiri. Denganbegitu, guru akan lebih efektif membimbingsiswa menulis cerpen. Siswa pundapat lebihterarah mengembangkan karangan berdasarkancontoh yang ada. Berikut ini dikemukakan salahsatu contoh penggunaan lirik lagu sebagai me-dia pembelajaran menulis cerpen di SMPkelasVII.1) Guru memancing siswa untuk menemukan

ide-ide menulis cerpen dengan memutarkanlagu “Ayah” ciptaan Ebbiet G. Ade. Setelahitu, guru memandu siswa menggali isicerita atau informasi dari lirik lagu tersebut.

2) Siswa mengidentifikasi tokoh, karakter,alur, latar, sudut pandang, dan amanat yangdapat digali dari lagu tersebut denganpanduan dan bimbingan guru.

3) Guru membagikan teks cerpen yangberjudul Ayah dan meminta siswamencermatinya.

4) Untuk mempertegas relevansi isi cerpendengan lirik lagu, guru memutarkankembali rekaman lagu dan meminta siswauntuk mengaitkan isi teks cerpen denganlirik lagu.

5) Siswa mengomentari relevansi isi tekscepren dan lirik lagu dan dilanjutkandengan pemantapan dan motivasi oleh guruuntuk membangkitkan motif siswa ter-hadap ide-ide yang akan dijadikan bahancerpennya.

6) Guru memutarkanlagu yang berjudulTabahlah Mama yang dinyanyikan olehYulius Sitanggang.

7) Siswa menyimaklagutersebut dan diizinkanuntuk bersenandung mengikuti lirik danirama lagu tersebut.

8) Siswa dibimbing oleh guru untuk menggalipengalamannya bersama ibunya.

9) Siswa menyusun rangkaian peristiwa(kerangka alur) dan kesan yang dialaminyabersama tokoh ibu secara logis-kronologis.Rangkaian peristiwa itu dianggap sebagairealitas faktual yang akan diubah menjadirealitas imajiner dengan metode cerpengram.

10) Siswa mengembangkankerangka alur yangdibuatnya menjadi sebuah cerita utuhdengan menggunakan metode cerpengram.

Metode Cerpengram dalam PenulisanCerpen

Cerpengram merupakan serangkaiandaftar berisi deskripsi tentang nama dan profiltokoh, penampilan fisik tokoh, anatomi cerpen,isi cerpen, serta foto atau gambar yang dibuatoleh seorang pengarang sebelum menuliscerpen. Cerpengram merupakan metodemenulis cerpen secara terstruktur dan sistematissehingga memudahkan siapa saja mengarangcerpen secara kreatif (Peng, 2013). Dengancerpengram, siswa dapat mengemas dunia

124 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

realitas ke dalam dunia rekaan sesuai dengankebutuhan tema cerpen. Teknik ini dianggapefektif membantu siswa dalam membangundunia rekaan yang diinginkannya tanpainterfensi guru. Guru dapat mengatur waktubelajar agar siswa dapat menyelesaikan ke-giatan menulis di rumah sesuai dengankemampuannya.

Cerpengram dibuat oleh siswa beberapahari sebelum pertemuan menulis cerpen. Gurudapat memandu siswa membuat cerpengramdengan beberapa tema sederhana yang telahdirencanakan. Peng (2013) membagicerpengram menjadi lima (5) subunit.1) Cerpengram I: Nama dan Profil Tokoh

Nama dan profil tokoh merupakan satukendala dalam menulis cerpen. Kadang-kadang seorang penulis merasa kurang puasdengan nama tokoh untuk cerita yangditulisnya. Masalah ini sering membuatpenulis berhenti menulis beberapa waktu.Oleh sebab itu, penulis perlu menyediakansejumlah nama dan profil yang bisa dipilihmenjadi tokoh cerpennya.Cerpengram Imerupakan kumpulan tokoh fiktif hasilimajinasi penulis yang memudahkan penu-lis memberi nama para tokoh cerpen.Disarankan untuk menghindari nama danprofil tokoh yang nyata sebagaimanadikenal oleh penulis dan disesuaikandengan latar sosial dan budaya cerpen yangditulis.

Contoh:

Contoh:

NAMA PRIA NAMA WANITA PROFIL Jez (Jehezkiel Maruanaya) Debby (Debora Maruanaya) Anak Danny (Daniel Setiawan) Karin (Karina Margaretha) Guru

2) Cerpengram II: Penampilan Fisik TokohCerpengram II merupakan daftar berisi ciri-ciri atau penampilakn fisik tokoh.Cerpengram II sangat membantu penulismemilih penampilan fisik tokoh sesuaidengan karakter yang hendak dibangun.

KULIT RAMBUT MATA HIDUNG ALIS DAGU MULUT BIBIR KUMIS Putih semir sinis besar hitam berlipat lebar pucat hitam hitam perak merah kecil putih berjanggut kecil merah putih

3) Cerpengram III: Anatomi CerpenCerpengram III berisi anatomi cerpen,meliputi: pembukaan, narasi, dan penutup.Anatomi cerpen merupakan garis besarcerpen, bukan detil cerpen. Daftar ini me-mudahkan penulis dalam memilih bagian-bagian yang tepat untuk membuka cerita,membuat narasi, dan menutup cerita.

Contoh:PEMBUKA NARASI PENUTUP

Tak ada yang menarik pada dirinya ketika aku pertama kali melihatnya. Seorang anak perempuan berumur tujuh tahun. Kurus. Kotor. Tidak mengenakan alas kaki.

Tidak pernah kusangka bahwa aku bisa jatuh cinta pada kampus ini. Tidak sama sekali. Adalah suatu hal yang memalukan bagiku dulu jika harus menjadi mahasiswa Fakultas Sastra.

B tidak boleh mengurung dirinya untuk selamanya di sini. Suatu hari dia harus kembali ke tengah-tengah keluarganya. Dan kalau dia pulang nanti, semoga keluarganya sudah cukup dewasa menerimanya.

4) Cerpengram IV: Isi CerpenCerpengram IV berisi daftar dialog,deskripsi, dan konflik yang dibuat olehpenulis berdasarkan hasil imajinasinya ataukreasi dari beberapa cerita yang pernahdibacanya. Tujuannya untuk memudahkanpenulis menulis dialog, deskripsi, dan kon-flik dari cerita yang disusunnya.

Contoh:DIALOG DESKRIPSI KONFLIK

“Tapi kami punya anak, Dokter, “ keluhku b ingung. “Baru empat tahun.” “Sebaiknya anak Ibu minum obat untuk pencegahan. Ibu kan tahu, anak-anak daya tahannya masih lemah.”

Burung-burung gereja beterbangan di antara dedaunan pohon akasia. Sesekali terdengar cicit mereka di sela-sela suara klakson dan deru kendaraan yang lalu lalang.

Dada Rena sesak oleh sesal yang tertahan. Deadline skripsi berakhir hari ini. Sedang Kezia dengan santai menonton film kesayangannya. Tak peduli sanksi yang bakal diterima. Sia-sia berbicara pada Kezia. Keras kepala.

5) CerpengramV: Beranda Foto dan GambarCerpengram V berisidaftar beranda fotodan gambar yang dibuat oleh penulis untukkepentingan dekripsi latar peristiwa dalamcerpen. Cerpengram V merupakan salahsatu cara untuk melatih imajinasi penulisdalam mendeskripsikan suatu tempat atau

125Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

objek kejadian. Dengan gambar yangdisediakan, penulis dapat berimajinasimembayangkan berbagai hal berkaitandengan isi cerita yang ditulis.

Bentuk cerpengram di atas dianggapcukup bermanfaat bagi penulis pemula. Namun,guru dapat menyederhanakannya sesuai dengankebutuhan pembelajaran. Bimbingan danarahan guru akan mempermudah siswa dalammerangkai alur cerita secara logis. Untukmendapatkan hasil yang memadai, kegiatanmenulis kreatif tidak dibatasi di dalam ruangkelas. Guru dapat memberi kesempatan kepadasiswa untuk melanjutkan kegiatan ini di rumahagar imajinasi siswa dapat berkembang denganbaik. Hasil karya siswa yang terbaik dapatdipajang atau diikutkan pada lomba-lombamenulis cerpen. Hal ini dapat memotivasi siswadan temannya yang lain untuk aktif menuliscerpen.

PENUTUPPembelajaran menulis cerpen merupakan

suatu momen penting untuk melatih keteram-pilan berbahasa siswa. Sebagai aktivitas kreatif,menulis cerpen memberikan kontribusi terha-dapdaya kreativitas dan pengembangan dirisiswa. Siswa dapat mengaktualisasikan dirimelalui tulisan-tulisan yang dibuat. Aktivitasini akan merangsang keingintahuan dan minatbaca siswa terhadap masalah-masalah yangbelum diketahuinya.Dengan demikian, potensidirinya semakin berkembang secara optimal.

Jika dirancang dengan baik, pembe-lajaran menulis dapat berlangsung lebih efektifdan menyenangkan. Untuk itu, diperlukankreativitas guru dalam memilih strategi yang

tepat dalam pembelajaran menulis cerpen.Salah satunya dengan memadukan media lagudan metode cerpengram. Cerpengram meru-pakan salah satu metode yang inovatif sehinggadiperlukan pemahaman yang baik agar gurudapat menerapkannya secara tepat. Sebaiknyaguru dapat membekali diri melalui latihan-latihan yang intensif dengan metode inisebelum memandu siswa menulis cerpen.Dengan cara ini, guru dapat membimbing siswamengekspresikan ide-ide mereka dengan lebihbermakna.

DAFTAR RUJUKANGhazali, Abdul Syukur. 2010. Pembelajaran

Keterampilan Berbahasa denganPendekatan Komunikatif-Interaktif.Bandung: PT Refika Aditama.

Hernowo. 2004. Main-main dengan TeksSembari Mengasah Potensi KecerdasanEmosi.Bandung: Kaifa.

Laksana, A.S. 2013. Creative Writing: Tips danStrategi Menulis Cerpen dan Novel.Jakarta: Gagas Media.

Peng, Kheng Shun. 2013. Cerpengram: MetodeMudah dan Menyenangkan MenulisCerpen Bagi Pemula. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo.

Pranoto, Naning. 2011. 24 Jam MemahamiCreative Writing.Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyanti. 2015. Meningkatkan KemampuanMenulis Cerpen dengan Model pem-belajaran Kooperatif STAD dan MetodeLatihan Terbimbing dengan Media TeksLagu. TesisMagister Pendidikan BahasaIndonesia. Jayapura: Universitas Cende-rawasih.

126 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

ABSTRAKPENGEMBANGAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN SEGI EMPAT DENGANPENDEKATAN OPEN-ENDED DI KELASVII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

AsmedyFKIP Universitas Muhammadiyah Jember

e-mai: [email protected]

Perangkat pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berpikir kreatif siswa salah satunya adalahdengan pendekatan open-ended, dan berdasarkan pengamatan peneliti, proses belajar mengajar yangmenekankan tidak hanya pada hasil belajar saja tapi juga kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang.Pendekatan open-ended karena aktivitas pembelajaran di kelas penuh dengan ide-ide matematis. Selainitu, baik siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih maupun yang kurang, dapat memaparkan ide-ideyang mereka pikirkan melalui pemecahan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikanproses pengembangan perangkat pembelajaran segi empat dengan pendekatan open-ended yang berkualitasbaik dan menghasilkan perangkat pembelajaran segi empat dengan pendekatan open-ended yang berkualitasbaik. Kriteria perangkat pembelajaran yang berkualitas baik adalah perangkat pembelajaran yangdikembangkan sesuai dengan prosedur pengembangan perangkat serta memenuhi lima dari enam kategori-kategori berikut dengan catatan THB valid, reliabel, dan sensitif, serta ketuntasan belajar tercapai: (1)valid menurut penilaian pakar, (2) efektif untuk aktivitas siswa, (3) efektif untuk kemampuan guru mengelolapembelajaran, (4) positif untuk respon siswa terhadap pembelajaran, (5) valid, reliabel, dan sensitif untukTHB, dan (6) tuntas untuk hasil belajar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkatpembelajaran segi empat dengan pendekatan open-ended di kelas VII SMP. Model pengembangan perangkatyang digunakan adalah “model 4-D Thiagarajan” yang telah dimodifikasi. Perangkat pembelajaran yangdikembangkan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, dan Tes Hasil Belajar.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Rambipuji-Jember tahun ajaran2014/2015 yang meliputi lima kelas paralel. Peneliti memilih satu kelas dari tiga kelas secara acak untukdijadikan kelas uji coba, kelas yang dipilih adalah kelas VIIb. Berdasarkan hasil analisis deskriptif padatahap pengembangan diperoleh kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran segi empat dengan pendekatanopen-ended berkualitas baik, karena memenuhi kategori: (1) valid berdasarkan penilaian ahli, (2) aktivitassiswa efektif, (3) kemampuan guru mengelola pembelajaran efektif, (4) respon siswa terhadap pembelajaranpositif (5) valid, reliabel, dan sensitif untuk THB, dan (6) hasil belajar tuntas secara klasikal.Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Model 4-D Thiagarajan, Segi Empat, PendekatanOpen-ended

BAB I. PENDAHULUANPendidikan matematika seharusnya mem-

perhatikan dua tujuan, yaitu (1) tujuan yangbersifat formal, yaitu menekankan pada

penataan nalar serta pembentukkan kepri-badian, dan (2) tujuan yang bersifat material,yaitu menekankan pada penerapan matematikadan keterampilan matematika. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pengajaran

127Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

matematika yang dilakukan di sekolah,khususnya di SMP Muhammadiyah 1 Rambi-puji Jember, masih berjalan secara konven-sional; yaitu, mengikuti urutan sajian mulaidiajarkan definisi, teorema, diberikan contoh,dan terakhir diberikan latihan menyelesaikansoal-soal. Cara penyajian seperti ini menim-bulkan kesan bahwa guru cenderung mendo-minasi proses belajar mengajar, dan siswakadang-kadang tidak memahami apa yangmereka pelajari. Yuwono (2001) menyebutkanbahwa pengajaran matematika secara konven-sional mengakibatkan siswa hanya bekerjasecara prosedural dan memahami matematikatanpa dituntut berpikir kreatif. Selain itu, salahsatu keluhan yang sering ditemukan dalamdunia pendidikan matematika adalah kurangnyaketerkaitan matematika di sekolah dengandunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,adapun masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimana proses dan hasil pengembanganperangkat pembelajaran Segi Empat di kelasVII SMP Muhammadiyah Rambipuji-jemberdengan pendekatan open-ended yangberkualitas baik?”. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mendeskripsikan proses pengembangandan menghasilkan perangkat pembelajaran SegiEmpat di kelas VII SMP MuhammadiyahRambipuji-jember dengan pendekatan open-ended yang berkualitas baik.

Menurut Shimada (1998), pembelajaranmatematika merupakan rangkaian daripengetahuan keterampilan, konsep, prinsip atauaturan yang diberikan kepada siswa biasanyamelalui langkah demi langkah. Tentu saja,rangkaian ini tidak diajarkan secara terpisahatau saling lepas. Namun, harus disadarisebagai rangkaian yang terintegrasi dengankemampuan dan sikap dari setiap siswa.Pembelajaran kooperatif dengan pendekatanopen-ended merupakan model pembelajaranyang dikembangkan oleh Shimada (1997).Pembelajaran dengan menggunakan pende-katan open-ended memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyelidiki berbagaistrategi dan cara yang diyakini sesuai dengankemampuan mengelaborasi soal.

Menurut Suherman dkk (2003) masalahyang diformulasikan memiliki multijawabanyang benar disebut masalah tak lengkap atausering disebut open-ended problem atau soalterbuka. Siswa yang dihadapkan dengan soalterbuka, tujuan utamanya bukan untukmendapatkan jawaban, tetapi lebih menekankanpada bagaimana sampai pada suatu jawaban.Sehingga, siswa tidak terpaku pada jawabanyang harus dikumpulkan pada gurunya. Dengandemikian, dalam menyelesaikan masalah open-ended tidak hanya satu metode atau cara untukmendapatkan jawaban. Namun, terdapatbeberapa atau banyak cara. Sifat “keterbukaan”dari suatu masalah dikatakan hilang apabilahanya ada satu cara dalam menjawab per-masalahan yang diberikan atau hanya ada satujawaban yang mungkin untuk masalah tersebut.Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan yangdikemukakan oleh Shimada (1997) yaitu:

… ‘open-ended approach,’ an ‘incom-plete’ problem is presented first. The lesson thenproceeds by using many correct answers to thegiven problem to provide experience in findingsomething new in the process. This can be donethrough combining students’ own knowledge,skills, or ways of thinking that have previouslybeen learned.

Yaniawati (2001) menyatakan bahwa,pendekatan open-ended adalah salah satupendekatan yang membantu siswa melakukanpemecahan masalah dan menghargai kera-gaman berpikir selama proses pemecahanmasalah. Sedangkan Khabibah (2006:15)menyatakan bahwa, soal terbuka dapat dibagimenjadi dua yaitu: hasil akhir ganda (open-ended) dan respon ganda (open respond).Pendapat ini bertolak dari pernyataan Billstein(dalam Khabibah, 2006:15) yang menyatakanbahwa “suatu soal terbuka mempunyai banyakpenyelesaian dan banyak cara untuk mendapat-kan suatu penyelesaian”.

128 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Fase-fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Orientasi Guru memotivasi siswa dengan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, juga menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran.

Siswa mendengar penjelasan guru, menjawab atau mengerjakan soal jika ada pertanyaan atau soal yang disampaikan oleh guru.

1. Pembekalan dan penyajian soal terbuka

Guru memberikan penjelasan umum ten tang materi yang akan dipelajari siswa. Penjelasan umum ini dimaksudkan agar siswa dalam menyelesaikan soal yang bersifat terbuka yang akan diselesaikan pada fase berikutnya tidak dalam keadaan “kosong”. Apabila materi itu bukan materi baru, artinya siswa sudah mempunyai konsep-konsep dasar matematika, pembekalan bisa berupa permainan untuk membekali siswa dalam menyelesaikan soal terbuka yang akan diberikan. Guru menyampaikan tugas-tugas atau soal yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat soal yang diberikan atau menerima lembaran soal jika soal sudah dalam bentuk lembaran.

2. Pengerjaan soal terbuka secara individu

Guru mengambil hasil pekerjaan siswa setelah habis waktu yang diberikan,

Siswa secara individu mengerjakan soal harus mereka selesaikan. Untuk menyelesaika soal, siswa dibagikan lembar jawaban dan buram yang nantinya baik lembar jawaban maupun buram harus dikumpulkan.

3. Diskusi kelompok tentang soal terbuka

Guru meminta siswa bergabung dengan kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan tugas kelompok. (soal yang didiskusikan dalam kelompok sama dengan tugas individu pada fase sebelumnya).

Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok.

4. Presentasi hasil diskusi kelompok

Guru menunjuk salah seorang dari anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

- Siswa yang lain dari tiap kelompok harus menanggapi atau bertanya kepada siswa yang presentasi.

6. Penutup Guru bersama siswa menyimpulkan ide atau konsep yang telah diperoleh pada hari itu. Teknik yang digunakan seperti guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk memperoleh poin-poin penting yang diharapkan.

Siswa mencatat kesimpulan yang diperoleh.

Tabel 2.1. Fase-fase Model Pembelajaran Matematika dengan pendekatan open-ended

Dikutip dari Khabibah (2006).

129Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

BAB II. PEMBAHASAN

Rancangan PenelitianPenelitian ini digolongkan ke dalam jenis

penelitian pengembangan. Adapun yang akandikembangkan dalam penelitian ini adalahperangkat pembelajaran dan instrumen. Perang-kat pembelajaran yang dikembangkan meliputi:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, LembarKerja Siswa, dan Tes Hasil Belajar untuk materisegi empat dengan pendekatan open-ended dikelas VII SMP yang bertujuan untuk menun-taskan hasil belajar siswa.

ya

tidak

tidak

ya

keterangan: : Jenis kegiatan : Garis siklus

: Hasil kegiatan : Garis pelaksana

: Pengambilan keputusan

: Define : Design : Develop

Analisis awal akhir Analisis siswa Analisis materi

Analisis tugas Spesifikasi tujuan pembelajaran

Pemilihan media Pemilihan format Peranc awal Draft I

Validas i/penilaian

Uji keterbacaan

Draft II Revis i Draft 1

Analis is uji keterbacaan Revisi (jika perlu)

Draft III Uji coba Data

Valid ?

Baik ? Analisis Revisi

Perangkat final

Prosedur PengembanganPengembangan perangkat dalam pene-

litian ini menggunakan Model 4-D, Prosedurpengembangan perangkat pembelajaran dalampenelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1(diadaptasi dari Thiagarajan, semmel dansemmel, 1974) berikut ini:

130 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

1. Tahap PendefinisianTahap ini bertujuan untuk menentukan danmendefinisikan syarat-syarat yang dibutuh-kan dalam pembelajaran. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pende-finisian adalah analisis awal-akhir, analisissiswa, analisis konsep, analisis tugas, danspesifikasi tujuan pembelajaran.

2. Tahap PerancanganTahap ini dilakukan untuk merancangperangkat pembelajaran sehingga diperolehprototype (perangkat pembelajaran daninstrumen), kegiatan ini meliputi: (a)pemilihan media, (b) pemilihan format, (c)perancangan awal.

3. Tahap PengembanganTujuan tahap pengembangan adalah untukmenghasilkan draft perangkat pembe-lajaran yang telah direvisi berdasarkanmasukan para ahli dan data yang diperolehdari uji coba. Kegiatan yang dilakukan padatahap pengembangan terdiri dari: validasiahli, revisi hasil validasi, uji keterbacaan,revisi hasil uji keterbacaan, uji coba, revisihasil uji coba, dan pelaporan.

HASIL PENELITIAN

Hasil Validasi PerangkatHasil Validasi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Secara umum, validatormenyatakan bahwa RPP bernilai sangat baikdan dapat digunakan dengan revisi kecil,Lembar Kegiatan Siswa (LKS), hasil penilaiansecara umum terhadap LKS menunjukkanbahwa LKS berkualitas sangat baik. Sehinggadapat digunakan dengan sedikit revisi, Tes HasilBelajar (THB), Hasil penilaian secara umumterhadap THB yang menunjukkan bahwa THBberkualitas sangat baik sehingga dapatdigunakan dengan sedikit revisi.

Uji KeterbacaanPerangkat pembelajaran yang telah

diperoleh berdasarkan hasil validasi dinamakan

draft II. Sebelum draft II diimplementasikanatau diujicobakan di lapangan terlebih dahuludilakukan uji keterbacaan. Uji keterbacaandilakukan dengan cara memberikan draft II(meliputi LKS dan THB) kepada 3 orang siswakelas VII SMP Muhammadyah RambipujiJember yang memiliki kemampuan akademiktinggi, sedang, dan rendah (masing-masing satuorang). Hasil uji keterbacaan menunjukkanbahwa LKS dan THB perlu diperbaiki.Perbaikan tersebut dilakukan agar LKS danTHB lebih mudah dipahami oleh siswa. Hasilrevisi draft II yang telah dinyatakan validdinamakan draft III yang akan digunakan untukuji coba.1) Hasil penilaian kemampuan guru menge-

lola pembelajaranBerdasarkan kategori kemampuan gurumengelola pembelajaran mengindikasikanbahwa pembelajaran efektif. Hasil inidiperoleh karena rata-rata skor setiap aspekkemampuan guru mengelola pembelajaranyang dinilai pada setiap RPP mencapaikategori minimal “baik”.

2) Hasil pengamatan aktivitas siswa selamapembelajaranJumlah siswa yang diamati 4 orang, yaitu1 orang dari kelompok atas, 2 orang darikelompok tengah, dan 1 orang darikelompok bawah. Pengamatan dilakukanoleh satu orang. Hasil pengamatan terhadapaktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel4.12. Berdasarkan kriteria keefektifanaktivitas siswa yang telah diuraikan padaBab III, Tabel 4.12 menunjukkan bahwa ujicoba ini dikategorikan efektif. Hal inidikarenakan hasil pengamatan menunjuk-kan bahwa setiap aspek aktivitas siswauntuk semua rencana pelaksanaan pem-belajaran (RPP) berada pada intervalkriteria batas toleransi waktu ideal.

3) Hasil angket respon siswaAngket respon siswa dibagikan kepadasiswa setelah pembelajaran matematikadengan pendekatan open-ended selesai.

131Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Adapun rekapitulasi hasil angket responsiswa dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel4.13 menunjukkan bahwa respon siswaterhadap pembelajaran dengan pendekatanopen-ended lebih dari 70% siswa mem-berikan respon dengan kategori positif.

4) Hasil uji coba tes hasil belajar (THB)Berdasarkan hasil analisis validitas butirtes, reliabilitas tes, dan sensitivitas butir tes.Maka, THB dapat dikategorikan baik.

5) Hasil Belajar dan Ketuntasan belajar

Postes Uji coba

Banyaknya siswa yang tuntas secara individu

23 siswa atau 85%

Banyaknya siswa yang tidak tuntas secara individu

3 siswa atau 15%

Ketuntasan belajar secara klasikal Tuntas

BAB III. PENUTUP

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitiandapat disimpulkan sebagai berikut:1. Prosedur pengembangan perangkat pem-

belajaran segi empat dengan pendekatanopen-ended menggunakan model 4-D yangdimodifikasi menjadi tiga tahap sesuaidengan tujuan penelitian; yaitu: (1) TahapPendefinisian. Kegiatan yang dilakukandalam tahap ini adalah analisis awal-akhir,analisis siswa, analisis konsep, analisistugas, dan spesifikasi tujuan pembelajaran;(2) Tahap Perancangan. Hasil kegiatan padatahap ini yaitu rancangan awal perangkatpembelajaran berupa RPP, LKS, dan THB;(3) Tahap Pengembangan. Hasil kegiatanpada tahap ini yaitu Draft II, uji keterbacaanmenghasilkan Draft III, dan kegiatan akhiryaitu uji coba Draft III, data hasil uji cobadianalisis dan dapat disimpulkan bahwa,perangkat pembelajaran berada padakategori “baik”.

2. Berdasarkan hasil analisis deskriptif,perangkat pembelajaran segi empat denganpendekatan open-ended diketegorikan baik.

Karena keenam kriteria perangkat pem-belajaran yang baik terpenuhi, yaitu: (1)Valid menurut validator, (2) Efektif untukkemampuan guru mengelola pembelajaran,(3) Efektif untuk aktivitas siswa dalampembelajaran, (4) Positif untuk responsiswa terhadap pembelajaran, (5) Valid,reliabel, dan sensitif untuk THB, dan (6)Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan Matematika. Edisi Revisi.Jakarta: Bumi Aksara.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulumdan Pembelajaran Matematika. EdisiRevisi. Technical Cooperation Projectfor Development of Science and Math-ematics Teaching For Primary and Sec-ondary Education In Indonesia(IMSTEP).

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan ModelPembelajaran Matematika dengan SoalTerbuka untuk Meningkatkan KreativitasSiswa Sekolah Dasar. Disertasi. Sura-baya: Program Pascasarjana UNESA.

Ratumanan, Tanwey G, dan Laurens, Theresia.2003. Evaluasi Hasil Belajar yangRelevan dengan Kurikulum BerbasisKompetensi. YP3IT dan Unesa Univer-sity Press.

Sawada, Toshio. 1997. Developing LessonPlan. Bahan Kuliah PembelajaranMatematika IB.

Shimada, Shigeru. 1977. The Open-Ended Ap-proach: A New Proposal for TeachingMathematics. National Council of Teach-ers of Mathematics (NCTM). Virginia.

Thiagarajan, S., Semmel, D.S., dan Semmel,M.I. 1974. Instructional Development forTraining Teacher of Exceptional Chil-dren. Minnesota: University of Minne-sota.

132 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADAANAK USIA 1 – 2 TAHUN

Christine Wulandari 1)

1) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas KeguruanDan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Jember, Jalan Karimata 49 Jember Kode Pos 68121E-mail: [email protected]

Abstrak:Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, menyeramkan dan membebani, sehinngabanyak orang yang tidak menyukai matematika. Ilmu matematika digunakan manuasi sejak lahir sampaiakhir hayat. Mengingat patingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka matematika hendaknyadiajarkan mulai usia dini. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan model pembelajaranmatematika pada anak usia 1 – 2 tahun, (2) Untuk mengetahui respon orang tua terhadap pembelajaranmatematika pada anak usia 1 – 2 tahun.Lokasi penelitian merupakan tempat diadakannya penelitian yaitudi Posyandu Jeruk 01 Dusun Semboro Lor, Desa Semboro, Kec Semboro, Kabupaten Jember. PendekatanPenelitian adalah deskriptif dengan rancangan kualitatif. Metode pengumpulan data adalah metodewawancara,, observasi dan dokumentasi. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan (a) reduksidata, (b) penyajian data, dan (c) penarikan kesimpulan serta verifikas. Pembelajaran matematika padaanak usia 1 – 2 tahun dapat dilakukan pada rutinitas orang tua dengan anaknya, dengan bermain denganmengelompokkan mana bersadarkan fungsinya, ukuran dan bntuknya. Orang tua mengenlkan konsepbilangan dengan bernyanyi dengan lagu yang mengandung unsur angka. Dengan bermain konsep matematikadapat tertanam dalam pikiran anak dan dengan permainan, pembelajaran tidak terkesan memaksa anakuntuk belajar matematika. Dengan dmikian anak akan menyukai matematika.Berdasarkan hasil wawancaradengan orang tua, mereka sangat tertarik dengan pembelajaran matematika pada anak usia 1 – 2 tahun.Orang tua baru menyadari bahwa degan bermain dan beryanyi dilakukan dengan anaknya merupakanpembelajaran yang dapat menanamkan konsep matematika.Kata kunci: Pembelajaran matematika, anak usia 1 – 2 tahun

PENDAHULUANMatematika merupakan mata pelajaran

yang tidak disukai oleh anak. Anak sering kalimerasa kesulitan dalam belajar matematika.Kesulitan tersebut disebabkan karena anak barumengenal konsep matematika saat anak dudukdibangku sekolah. Dalam dalam belajar mate-matika anak sering hanya menghafal konsepmatematika, padahal konsep matematika tidakperlu di hafal tetapi harus dipahani oleh anak.Sulitnya menghitung hingga menghafal takjarang membuat anak enggan belajar mate-

matika. Pada dasarnya matematika dapatdiajarkan kepada anak sejak anak usia dinibahkan usia bayi. Degan kegiatan yang dilaku-kan orang tua dengan anakya, konsep matema-tika dapat ditanamkan. Belajar matematika bisadilakukan sambil bermain bersama ibusehingga anak akan senang dengan pelajaranmatematika.

Pada anak-anak usia 1 – 2 tahun, konsepmatematika ditemukan setiap hari melaluirutinitas setiap hari dan pengalaman bermainanak dengan orang tua. Bermain bukan asal

133Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

bersenang-senang, tapi juga harus ada manfaatyang didapat. Dengan bermain anak dapatmengenal konsep matemata melaui mainanyang dimainkannya. Sambil bermain orang tuadapat mengasah kecerdasan otak.Banyak carauntuk menstimulasi anak usia 1 – 2 tahun, salahsatunya dengan cara bermain. Karena pada usiatersebut merupakan masa emas pertumbuhanotak, di mana stimulasi, perkembangan kognisi,sosial dan emosi anak mencapai tahap optimal.Apa fungsi bermain, sehingga dikatakanpenting untuk anak. (Lestari, 2011:6). Permai-nan matematika membutuhkan suasana menye-nangkan dan memberi kebebasan pada anakuntuk belajar. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan tujuan, menarik, danbervariasi, mudah digunakan dan tidak mem-bahayakan. Orang tua bisa menggunkan mediayang ada disekitar kehidupan anak sehinggaanak bisa langsung menerapkan matematikadalam keidupan anak.Dengan demikian, anakakan termotivasi untuk belajar karena apa yangmereka pelajari bermanfaat dalam kehidupan-nya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapatLandreth (dalam Rizal, 2009) yang menyatakanbermain adalah bagian integral dari masakanak-kanak, membutuhkan suatu media yangunik untuk memfasilitasi perkembangan eks-presi bahasa, keterampilan komunikasi, per-kembangan emosi, keterampilan sosial, kete-rampilan pengambilan keputusan, dan perkem-bangan kognitif pada anak-anak. Sedangkanpermainan adalah semua media yang dipakaioleh anak untuk melakukan kegiatan ber-mainnya.Dalam permainan matematika anakdapat di kelompokkan sesuai tahap penguasaanberhitung yaitu tahap konsep, masa transisi danlambang. Dalam mengevaluasi hasil perkem-bangan anak harus dimulai dari awal sampaiakhir kegiatan (Milafaila, 2011).

Dengan diadakan penelitian ini diharap-kan orang tua mengetahui cara-cara ataumetode-metode pembelajaran apada anak usia1 – 2 tahun serta otang tua bahwa pembelajaranmatematika dapat dilakukan pada usia dini.

Orang tua dapat menerapkan pembelajaranmatematika kepada anaknya melalui kegiatansehari-hari terutama pada saat bermain. Orangtua akan selalu mendampingi anaknya saatbermain dan akan selalu menstimulus anakdalam beberapa permainan, serta membiarkananak menemukan sendiri konsep-konsepmatematika dengan cara atau metode anaksendiri. Dalam mendampingi bermain anakdiharapkan orang tua mampu mengarahkananak jika permainan yang dilakukan keluar darikonsep yang sebenarnya. Dengan diadakannyapenelitian ini diharapkan orang tua dapatmenanamkan konsep matematika pada anak sedini mungkin sehingga pemikiran matematikayang sulit dan menyeramkan bisa hilang daripikiran anak jika anak sudah duduk di bangkusekolah.

Pembelajaran matematika pada anak usia1 – 2 tahun dapat dilakukan denganmengenalkan konsep angka. Mengembangkankonsep angka pada anak usia 1 – 2 tahun.Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukanorang tua dalam mengembangkan konsep angkapada anak usia 1 – 2 tahun, yaitu:1. Ajaklah anak bernyanyi lagu satu satu,

balonku, dll, yang mengandung angkasambil bergerak mengikuti irama.

2. Ajaklah anak untuk membantu memasukansetiap kuas lukis ke masing-masing wadahcat.

3. Mintalah anak untuk memasukan bolaplastik ke keranjang, kemudian ajaklahanak untuk menghitung bersama-samajumlah bola yang ada di keranjang.

4. Berikan gagasan agar anak boleh memintalagi playdough bila bungkahan playdoughyang diberikan masih kurang

Mengenalkan konsep pola dan hubunganorang tua dapat melakukannya pada anak usia1 – 2 tahun, dengan beberapa kegiatan berikutini:1. Sediakan alat musik gendang atau bisa

dibuat dari kaleng bekas biskuit atau susuditutup karet balon. Ajak anak agar mau

134 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

memukul gendang tersebut. Berikan bebe-rapa contoh irama pukulan gendang untukditiru anak.

2. Sediakan air dalam baskom berukuransedang, cangkir plastik, dan botol aquabekas. Berikan gagasan agar anak menuangair dengan cangkir ke botol.

3. Ketika membacakan buku cerita, ucapkankalimat yang diulang-ulang pada beberapahalaman berikutnya, misalnya: “Nah,kucing yang tadi warna bulunya putih.Kalau kucing yang ini warna bulunyahitam. “

4. Ketika membacakan buku cerita, sambilmenunjuk ke gambar ucapkan “ Kelincimana yang lebih besar ?” Amati jawabananak.

Mengenalkan Konsep Hubungan Geo-metri dan Ruang pada anak dapat dilakukandengan kegiatan mengenalkan konsep hubu-ngan geometri dan ruang yang bisa dilakukanorang tua pada anak usia 1 – 2 tahun,adalah:1. Sediakan boneka dan kotak yang ukuran-

nya lebih kecil dari boneka tersebut.Berikan gagasan agar anak mau mencobamemasukan boneka ke kotak. Setelah anakmengerti bahwa kota terlalu kecil makaambil kotak lain yang lebih besar, birakananak memasukan boneka ke kotak tersebut.

2. Sediakan kotak yang permukaannyaterdapat beberapa lubang berbentuk segi-tiga, persegi, lingkaran, segiempat. Biarkananak memasukan keping segitiga, persegi,lingkaran dan segiempat ke kotak tersebut.

Untuk mengenalkan konsep Memilih danMengelompokanpada anak usia 1 – 2 tahun.Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukanorang tua adalah1. Memberikan sebuah gambar kucing pada

anak. Biarkan anak menyebutkan namabinatang tersebut.

2. Sediakan 5 buah balok lunak warna merah.Ajak anak untuk membariskan balok-balok

tersebut seperti barisan balok berdasarkanpola warna merah.

METODE PENELITIANLokasi penelitian merupakan tempat

diadakannya penelitian yaitu di Posyandu Jeruk01 Dusun Semboro Lor, Desa Semboro, KecSemboro, Kabupaten Jember.

Penelitian ini bertujuan untuk mendes-kripsikan pembelajaran matematika pada anakusia 1 – 2 tahun. Pendekatan yang dilakukandalam penelitian ini adalah pendekatan kua-litatif karena (1) peneliti bertindak sebagaiinstrumen utama, karena disamping sebagaipengumpul data dan penganalisis data, penelitijuga terlibat langsung dalam proses penelitian,(2) mempunyai latar alami (natural setting),data yang diteliti dan dihasilkan akan dipapar-kan sesuai dengan yang terjadi dilapangan, (3)hasil penelitian bersifat deskriptif, karena datayang dikumpulkan bukan berupa angka-angkamelainkan berupa kata-kata dan kalimat, (4)lebih mementingkan proses dari pada hasil, (5)adanya batas masalah yang ditemukan dalamfokus penelitian, dan (6) analisis data cenderungbersifat induktif.

Penelitian ini memakai rancangan kua-litatif. Penelitian kualitatif memiliki beberapakarakteristik, di antaranya berlatar alamiah,deskriptif dan manusia sebagai alat (instrumen).Penelitian kualitatif memiliki karakteristikberlatar alamiah maksudnya di dalam penelitiankualitatif, peneliti memasuki, berhadapanlangsung dengan objek penelitian dan hasilpenelitiannya adalah alamiah, sesuai dengankeadaan yang sebenarnya tanpa rekayasa.Dalam penelitian ini, peneliti melakukanpembelajaran matematika pada anak usia 1 – 2tahun.

Hasil penelitian ini merupakan data asli,alamiah, sesuai dengan keadaan yang sebenar-nya, sesuai dengan data yang diperoleh saatmelakukan pembelajaran, tanpa adanya reka-yasa. Pendekatan kualitatif merupakan prosudurpenelitian yang menghasilkan data deskriptif

135Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

yang berupa aktivitas dan respon anak usia 1 –2 tahun saat diberi konsep matematika sertarespon orang tua terhadap pembelajaran mate-matika pada anak usia 1- 2 tahun.

Teknik pengumpulan data adalah teknikatau cara-cara yang dapat digu-nakan olehpeneliti untuk mengumpulkan data.Teknik ataucara-cara yang dapat digunakan oleh penelitiuntuk mengumpulkan data disebut metodepengumpulan data. Dalam penelitian ini metodeyang digunakan ialah metode wawancara,dokumentasi dan metode tes.

Moleong (2002:190) menyatakan bahwaproses analisis data dimulai dengan menelaahseluruh data yang tersedia dari berbagai sumberyaitu dari wawancara, pengamatan yang sudahdituliskan dalam catatan lapangan, dokumenpribadi, dokumen resmi, gambar, foto dansebagainya. Data penelitian yang terkumpuldianalisis dengan model alir (flow model)Milles dan Hubermen (1992:16) yang meliputitahap: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan(c) penarikan kesimpulan serta verifikasi.

Keabsahan data merupakan hal yangterpenting dalam penelitian. Untuk mengecekkeabsahan data akan digunakan teknikpengecekan keabsahan data. teknik pengecekankeabsahan data yang digunakan dalam pene-litian ini adalah (a) triangulasi, (b) ketekunanpengamatan, dan (c) pemeriksaan sejawat(Moleong, 2002:175)

HASIL PENELITAINKegiatan yang dilakukan orang tua dalam

mengembangkan konsep angka adalah:1. Mengajak anak bernyanyi lagu satu satu,

balonku, dll, yang mengandung angkasambil bergerak mengikuti irama.

2. Mengajak anak untuk membantumembereskanmainanjikasudahselesaibermain.

3. meminta anak untuk memasukan bolaplastik ke keranjang, sambil menghitungjumlah bola.

Respon anak saat bermain bersama or-ang tua adalah

1. Anak mengikuti ibu bernyanyi dengankata-kata yang kurang jelas, tetapi mak-sudnya sudah mengarah pada lagu tersebut

2. Anak membantu ibu membereskan mainan,tetapi anak belum dapat mengelompokkanmainan sesuai dengan kelompoknya

3. Anak memasukkan bola dalam keranjangdengan menghitung, tetapi bola yangdimasukkan warnanya bermacam-macam,tidak satu warna.

Kegiatan yang dilakukan orang tua untukmengenalkan konsep pola dan hubungan adalahsebagai berikut1. menyediakan alat musik gendang atau bisa

dibuat dari kaleng bekas biskuit atau susuditutup karet balon. Memberi contoh padaanak dalam memainkan gendangnya danmeminta anak untuk mirukan

2. mengucapakan kailmat dengan berulang-ulang saat membacakan buku cerita.

3. Menunjuk gambar-gambar yang adadibuku cerita saat mmbacakan ceita padaanak.

Kegiatan mengenalkan konsep hubungangeometri dan ruang yang dilakukan orang tuaadalah:1. memberi anak wadah kecil dan meminta

anak untuk mengisi wadah-wadah tersebutdengan air.

2. Menyediakan boneka dan kotak yangukurannya lebih kecil dari boneka tersebut.Memberi gagasan pada anak agar maumencoba memasukan boneka ke kotak.Setelah anak mengerti bahwa kota terlalukecil maka ambil kotak lain yang lebihbesar, birakan anak memasukan boneka kekotak tersebut.

3. Sediakan kotak yang permukaannyaterdapat beberapa lubang berbentuksegitiga, persegi, lingkaran, segiempat.Biarkan anak memasukan keping segitiga,persegi, lingkaran dan segiempat ke kotaktersebut.

136 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Respon anak saat bermain bersama or-ang tua adalah1. Anak memasukkan air kedalam wadah

kecil dengan tumpah-tumpah2. Anak terlihat bingung saat boneka tidak

dapat dimasukkan ke dalam kotak dan terusmencoba memasukkannya. Setelah diberiarahan untuk mengambil kotak yang lain,anak mencoba mengambil kotak lain dananak merasa senang saat dapat mema-sukkan lingkaran pada kotak.

3. Anak merasa bingung karna banyak pilihanyang harus dimasukkan, tetapi setleahbeberapa kali mencoba, akhirnya anakdapat meyelesaikannya dengan baik.

Kegiatan yang dilakukan orang tua untukmengenalkan konsep Memilih dan Mengelom-pokan pada anak usia 1 – 2 tahunadalah1. Memberikan sebuah gambar pada anak dan

meminta anak untuk menyebutkan namabinatang tersebut.

2. Menyediakan 5 buah balok lunak denganwarna yang sama. Kemudian mengajakanak untuk membariskan balok-baloktersebut seperti barisan balok berdasarkanpola warna merah.

HasilObservasiDari hasl observasi yang dilakukan oleh

observer, terhadap aktivitas orang tua saatbermain dengan anak dapat disimpulkansebagai berikut1. Anak merasa senang bernyanyi dengan or-

ang tua dan meminta mengulang lagi lagu-lagu yang dinyanyikan.

2. Anak sanat antusias saat bermain denganorang tua, anak selalu bertanya namamainan yang belum ia ketahui. Saat selesaibermain, anak berusaha membereskanmainannya walaupun tidak sesuai dengankelompok mainannya.

3. Anak merasa senang saat memukul-mukulgendang dan mecoba memukul gendangyang lain.

4. Saat bermain bola, anak bersaha meng-hitung bola walaupun warnaya acak.

5. Anak sangat senang bermain air walaupunbajunya basah dan kedinginan, anak engganuntuk berhenti bernain.

6. Saat dibacakan buku cerita, anak bertanyapada orangtua nama gambar yang adadalam buku cerita.

7. Anak terlihat bingung saat diberi beberapabentuk geometri. Anak berusaha mema-sukkan bentuk geometri kedalam kotakwalaupun awalnya merasa kesulitan.

8. Saat melihat gambar binatang, anakberusaha menyebutkan nama binatangwalapun bahasanya tidak tepat.

9. Anak berusaha menyusun balok-balokyang ada dengan bentuk yg tidak teratursecara vertikal dan horizontal

HasilWawancaraDari hasil wawancara dengan orang tua

yang memiliki anak usia 1 – 2 tahun, merekamerasa senang dengan diadakannya penelitianini karena selama ini orang tua tidak pernahmendampingi anaknya dalam bermain karenatidak tahu bahwa pembelajaran matematikadapat dilakukan dengan bermain. Denganpermainan, pembelajaran dapat dilakukansecara alamiah. Setelah diadakan penelitian ini,orang tua sadar pentingnya pembelajaranmatematika sejak anak usia 1 tahun karena jikakonsep matematika diberikan sejak anakberusia 1 tahun, maka anak akan mudah mem-pelajari matematika saat anak dduk dibangkusekolah.

KESIMPULANPembelajaran matematika pada anak usia

1 – 2 tahun dapat dilakukan dengan (1)mengenalkan konsep angka, (2) Mengenalkankonsep pola dan hubungan (3) mengenalkankonsep hubungan geometri dan ruang, (4)mengenalkan konsep Memilih dan Mengelom-pokan. Untuk mengenalkan konsep angka pada

137Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

anak usia 1 – 2 tahun dapat dilakukan melaluitiga tahap, yaitu: membilang, mencocokkan danmembandingkan. Untuk mengenalkan konseppola dan hubungan anak perlu diberi banyakkesempatan untuk meng­gali dan memanipulasibenda dan mencatat persamaan dan perbe-daanya.

Sedangkan untuk mengenalkan konsephubungan geometri dan ruang adalah dengananak mengenal bentuk-bentuk geometri(segitiga, segi empat, persegi, lingkaran) yangsama dan posisi dirinya dalam suatu ruang. Halini dapat orang tua lakukan dengan memintaanak untuk memasukkan benda-benda dalamsuatu wadah yang lebih kecil atau yang lebihbesar.Tahapan diatas dapat dilakukan orang tuamelalui rutinitas sehari-hari dengan anaknya.Sehingga pembelajaran tidak terkesan me-maksa anak untuk belajar matematika dankonsep matematika yang tertaman dalammemori anak akan dapat dipanggil saat anakduduk dibangku sekolah.Belajar memilih danmengelompokan merupakan kemampuanmengamati dan mencatat persamaan danperbedaan benda. Untuk dapat memilih danmengelompokkan anak belajar melalui mem-perhatikan, mendengar, menyentuh, merasakan,mencium bau benda-benda yang dimainkannya,sehingga mengetahui benda-benda yang samadan yang berbeda.

REFERENSIAdityasari, Anggraini. 2013. Main Matematika

Yuk. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaArikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Pene-

litian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2007.Kerangka Dasar Kurikulum. DepdiknasPendidikan Anak Usia Dini. UniversitasNegeri Jakarta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara

Kahfi, M.S. 1996. Geometri Sekolah Dasar dan

Pengajarannya: Sutu Pola BerdasarkanTeori Piaget dan Teori Van Hiele. JurnalIlmu Pendidikan. No. 4. 262 – 278.Malang: IKIP Malang

Lestari, KW. 2011. Konsep Matematika UntukAnak Usia Dini. Direktorat PembinaanPendidikan Anak Usia Dini. DirektoratJenderal PAUDI Pendidikan Nasional.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya

Miles, M. B. & Hubermen, A. M. Analisa DataKualitatif. (terjemahan Tjetjep RohendiRohidi). Jakarta: Universitas IndonesiaPress

Rizal, M, 2009. Permainan Yang Mencer-daskan.Seminar Smart Parent Confer-ence.24-26 Juli 2009.JHCC.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidi-kan. Bandung: Alfabeta.

Christine W. SuryaningrumDi lahikan di Jember pada tanggal 17

Februari 1983. Pendidikan TK di tempuh padatahun 1986 – 1988 di TK RAUDHATULASHAR IV. Pendidikan SD di tempuh padatahun 1988 – 1994 di SD Negeri V Semboro.Pendidikan SMP di tempuh pada tahun 1994 –1997 di SMP Negeri 4Tanggul.PendidikanSMA di tempuh pada tahun 1997 – 2000 diSMA Negeri 1 Jenggawah. Pendidikan S1 ditempuh pada tahun 2000 – 2004 di ProgramStudi Pendidikan Matematika UniversitasMuhammadiyah Malang. Sedangkan gelarMagister diperoleh setelah menyelesaikanpendidikan di Program Pascasarjana UniveritasNegeri Malang pada Prodi Studi PendidikanMatematika tahun 2005 – 2007. Karirnyadimulai pada tahun 2007 sampai dengan seka-rang sebagai Dosen di Program Studi Pendi-dikan Matematika Universitas MuhammadiyahJember dengan menampu mata kuliah AljabarLinier, Matematika Diskrit, Teori Bilangan, danTeori Himpunan.

138 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Literasi KeuanganMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS MAHASISWADALAM MENGELOLA KEUANGAN

Anis Dwiastanti

ABSTRAKArtikel ini berusaha memberikan pemahaman tentang pentingnya pembelajaran Literasi Keuangan kepadamahasiswa agar mereka dapat mengelola sumber daya keuangannya di masa depan untuk mencapaikesejahteraan. Selain itu, melalui pengetahuan Literasi Keuangan diharapkan mahasiswa dapatmeningkatkan pengetahuannya dalam memahami kondisi keuangan serta konsep-konsep keuangan, untukmerubah pengetahuan tersebut secara tepat ke dalam perilaku. Oleh karena itu Perguruan Tinggi perlumenyusun kurikulum yang dapat mendukung peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang LiterasiKeuangan.Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu menggandeng Perguruan Tinggi dalam melakukan edukasi dibidangkeuangan, khususnya kepada mahasiswa agar dapat mengelola keuangan secara cerdas, supaya rendahnyapengetahuan tentang industri keuangan dapat diatasi dan masyarakat tidak mudah tertipu oleh produk-produk investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkanresikonya.Banyak hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan rekomendasi tentang pentingnya memberikanpemahaman Literasi Keuangan terhadap masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.OJK sebagai lembaga independen yang paling gencar memberikan edukasi kepada masyarakat, dan bekerjasama dengan Asosiasi Lembaga Jasa Keuangan (LJK) telah meluncurkan program Strategi Nasional LiterasiKeuangan untuk meningkatkan indeks pengetahuan keuangan masyarakat yang saat ini masih rendah, dandiharapkan dapat tumbuh 2% per tahun.Untuk mendukung program Literasi Keuangan yang digalakkan oleh OJK, Perguruan Tinggi dapatmengembangkan kurikulum Pengetahuan Keuangan yang dapat memberikan pengetahuan kepadamahasiswa, agar dapat menjadi pribadi yang dapat mengambil keputusan keuangan secara cerdas, danpengetahuan yang dimiliki dapat menjadi sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan keuanganbagi dirinya, keluarga, masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.Kata Kunci : Literasi Keuangan dan Pengetahuan Keuangan

PENDAHULUANMengelola uang yang sehat membutuh-

kan beberapa faktor fundamentalyang perluditingkatkan, dan salah satunya adalah literasikeuangan. Pendefinisian literasi keuangan ber-variasi, sebagaimana diungkapkan oleh Chendan Volpe (1998) yang mengartikan literasikeuangan sebagai kemampuan mengelolakeuangan (financial litercy is money manage-ment knowledge). Literasi keuangan terjadiketika individu memiliki sekumpulan keahlian

dan kemampuan yang membuat orang tersebutmampu memanfaatkan sumber daya yang adauntuk mencapai tujuan.

Huston (2010) menyatakan bahwa penge-tahuan keuangan merupakan dimensi yangtidak terpisahkan dari literasi keuangan, namunbelum dapat menggambarkan literasi keuangan.Tidak jauh berbeda, The Presidents AdvisoryCouncil on Financial Literacy (PACFL, 2008)dalam Hung (2009) mendefinisikan literasikeuangan sebagai the ability to use knowledge

139Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

and skills to manage financial resources effec-tively for a lifetime of financial well-being(literasi keuangan sebagai kemampuan untukmenggunakan pengetahuan serta keahlianuntuk mengelola sumber daya keuangan untukmencapai kesejahteraan). Literasi finansialmerupakan pengetahuan tentang keuangan dankemampuan untuk menggunakan pengetahuantersebut (mengaplikasikannya) untuk mencapaikesejahteraan.

Dalam beberapa tahun terakhir, isumengenai literasi (pengetahuan) keuangan telahmenjadi salah satu fokus kebijakan pemerintahdan lembaga keuangan di Indonesia.Terdapatkekhawatiran bahwa konsumen cenderungkurang memahami konsep keuangan dan tidakmemiliki pengetahuan untuk membuat kepu-tusan keuangan.Dengan adanya peningkatanliterasi keuangan diharapkan dapat memberikankontribusi kepada kestabilan sistem keuangandan mengurangi kerentanan dalam sistemkeuangan. 

Terdapat beberapa bukti yang menun-jukkan bahwa t ingkat akses keuanganmasyarakat Indonesia relatif rendah. Sebagai-mana diungkapkan Agus Sugiharto (2014),bahwa tingkat literasi keuangan masyarakatIndonesia pada tahun 2013 hanya sebesar21,8% atau sebanyak 78,2% belum memilikipemahaman mengenai produk atau jasakeuangan, sehingga investasi di dalam negerimasih didominasi oleh investor asing. Olehsebab itu, OJK akanterus berupaya mening-katkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya investasi di lembaga jasa keuanganformal. Sementara penggunaan produk layanankeuangan hanya dinikmati oleh 40,3%masyarakat Indonesia, dan sisanya sebanyak59,7% belum mengakses layanan lembagakeuangan formal.

Tingkatliterasi keuangan masyarakatterhadap lembaga jasa keuangan, kebanyakandidominasi oleh industri perbankan, disusulasuransi, pegadaian, perusahaan pembiayaan,dana pensiunan, dan perusahaan sekuritas atau

pasar modal. Urutan tersebut disusun dari yangtertinggi ke terendah dalam pemahamanmasyarakat akan lembaga Jasa Keuangan(LJK). Selain tingkat pemahaman yang rendah,investasi keuangan yang ada saat ini juga belummerata. Penduduk Indonesia di usia 15-54 tahuntergolong pada tingkat pengeluaran denganliterasi keuangan dan penggunaan cukup tinggi.Di usia-usia tersebut didominasi oleh pekerjadi sektor formal, seperti karyawan dan kalanganprofesional

Literasi keuangan atau melek keuanganmengacu pada kemampuan atau tingkatpemahaman seseorang atau masyarakat tentangbagaimana uang bekerja. Sebagaimana diung-kapkan Kusumaningtuti (2014) mengutipsurvei nasional literasi keuangan Otoritas JasaKeuangan (OJK) pada 2013 di 20 provinsidengan 8000 responden, secara umum tingkatliterasi keuangan masyarakat Indonesia baru21,8 persen. Sektor perbankan mendominasitingkat literasi tersebut.Data Bank Duniamenyebutkan, tingkat literasi keuangan Indo-nesia terendah di kawasan Asia Tenggara.Tingkat literasi masyarakat Filipina 27 persen,Malaysia 67 persen, dan Thailand 73 persen(Koestanto, 2014).

Pendidikan sangat berperan pentingdalam pembentukan literasi finansial baikpendidikan informal di lingkungan keluargamaupun pendidikan formal di lingkunganperguruan tinggi.Dalamlingkungan keluarga,tingkat literasi finansial ditentukan olehperanorang tua dalam memberikan dukungan berupapendidikan keuangan dalam keluarga.Melaluipendidikan keluarga, dengan cara-cara yangsederhana anak dibawa ke suatu sistem nilaiatau sikap hidup yang diinginkan dan disertaiteladan orang tua yang secara tidak langsungsudah membawa anak kepada pandangan dankebiasaan tertentu. Jorgensen (2007) menyata-kan “Students who reported they learned eithersome or a lot about managing their money fromparents had higher financial knowledge, atti-tude, and behavior scores than students who

140 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

reported learning none or not much about man-aging their money from their parents.”Pendidikan pengelolaan keuangan di dalamkeluarga dipengaruhi oleh status sosial ekonomiorang tua.Perbedaan status sosial ekonomi or-ang tua membawa perbedaan yang besar dalampengasuhan anak.Anak-anak dikondisikan olehposisi subkultur dan kelas sosial ekonomi yangpada gilirannya mempengaruhi kognisi danperilaku mereka.

Pembelajaran di perguruan tinggi jugaberperan penting dalam proses pembentukanliterasi finansial mahasiswa. Mahasiswa tinggaldi lingkungan ekonomi yang beragam dankompleks sehingga peningkatan kebutuhanpendidikan keuangan sangat diperlukan.Beberapa negara telah mengakui perlunyaliterasi finansial diajarkan di dalam kelas.Pembelajaran yang efektif dan efisien akanmembantu mahasiswa memiliki kemampuanmemahami, menilai, dan bertindak dalamkepentingan keuangan mereka. Gutter (2008)dalam penelitiannya menyatakan bahwapendidikan keuangan berpengaruh positifterhadap pengetahuan, sikap dan perilakukeuangan. Diperkuat oleh penelitian Lutfi danIramani (2008) yang menyatakan bahwapendidikan manajemen keuangan secarasignifikan berpengaruh terhadap literasifinansial.Untuk itulah diperlukan pembekalanyang matang agar mahasiswa dapat mengelolakeuangannya secara smart.

Sebagaimana diungkapkan MenteriPendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)Anies Baswedan pendidikan tentang keuangansangat penting untuk membantu generasi mudadalam penyelesaikan persoalan dunia ke-uangan. Sebab persoalan keuangan sudahmenjadi hal yang sangat mendasar bagikehidupan. Melalui pendidikan tentang ke-uangan yang matang diharapkan masyarakatsemakin melek keuangan, sehingga dapatmeminimalisir tindakan-tindakan penipuanyang mengatasnamakan produk-produkinvestasi yang menawarkan keuntungan tinggi

dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkanresikonya.

Tujuan penulisan artikel ini adalahmenyusun kurikulum pembelajaranpengetahuan keuangan untuk meningkatkankemampuan mahasiswa dalam mengelolasumber daya keuangan guna mencapaikesejahteraan.

KAJIAN TEORITISKristen M. Rosacker dan Srini Rago-

thaman (2009) melakukan penelitian dengantemaFinancial Literacy Of Freshmen BusinessShcool Students. Penelitian ini menjelaskanhasil lokakarya pelatihan literasi keuangan yangdilakukan oleh jurusan akuntansi. Fokusutamapelatihan adalah pendidikan mahasiswapada konsep-konsep pokok tentang pentingnyapenggunaan utangyang tepatdan manajemenkeuangan.

Hasil analisis menunjukkan bahwapelatihan pengetahuan tentang masalahkeuangan memberikan manfaat terhadapmahasiswa-mahasiswa baru jurusan bisnis.Hasil penelitian juga menunjukkan perlunyausahaterus-menerus untuk meningkatkanpengetahuan tentang masalah keuanganmahasiswa. Sebuahkonsep yang luasdan men-dalam tentang penelitian pendidikan keuanganakan membantu pembuat kebijakan, sertapenyedia layanan sektorpublik dan swastabagipendidikankeuangan, untuk meningkatkanefektivitaskerjamereka terutama pengetahuantentang masalah keuangan.

Hasil penelitian juga memberikanrekomendasi bahwauntuk meningkatkanpengetahuan keuangan mahasiswa di masamendatang. Pelatihanpengetahuan tentangmasalah keuangan masa depan danpenelitianharus diarahkanpadaaudiens yanglebih luaslagi. Khususnyaupayamasa depanharusdiarahkanpadasemua jurusan(bukanhanya bisnis) dansemua tingkatsiswa(bukanhanya mahasiswa baru). Selain itu, upayadimasa depan untuk meningkatkan tingkat

141Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

pengetahuan tentang masalah keuanganharusmencakupsiswauntuk beberapauniversitas.Para mahasiswadan dosenakandigunakansebagai subyek penelitian untuk meningkatkanupaya pelatihan keuangan mereka di masadepan.Demikian juga, universitas laindapatmendukung langkah dan upaya ini.

Hasil penelitian yang dilakukan olehKrishna, Sari dan Rofaida (2009), memberikanrekomendasi bahwa untuk meningkatkanliterasi finansial di kalangan mahasiswa, sudahsaatnya pendidikan Personal Finance, masukke dalam kurikulum akademik sebagai bagiandari sistem pendidikan di Perguruan Tinggi,baik untuk Program Studi Ekonomi maupunNon Ekonomi sehingga pendidikan ekonomiyang diberikan selain untuk membekalimahasiswa dengan ketrampilan pengetahuanuntuk mendapatkan pekerjaan juga untukmeningkatkan kemampuan mahasiswa dalammengelola keuangan pribadinya sebagai salahsatu modal yang dapat meningkatkan kualitashidup mereka di masa yang akan datang.

Konsep Pengembangan ModelLiterasi Keuangan

Model literasi keuangan telah dikem-bangkan oleh Lindsey (2011) melalui pene-litiannya yang berjudul A Review of HowardUniversity’s Financial Litercy Curriculum.Dalam penelitian ini, Lindsey menunjukkankesulitan finansial dari individu dan keluargadapat mempengaruhi kesehatan keuanganmasyarakat lokal dan ekonomi regional secararadikal. (Kingsley, TG, Smith, R., & Price, 2009& United Way, 2010) bagaimana pengetahuanorang-orang Amerika tentang pengelolankeuangan pribadi mereka (Mandell, 2009;Lusardi, 2008; Volpe, Chen & Liu, 2006; &Chen & Volpe, 1998).Pertanyaan biasanyaterfokus pada konsep-konsep keuangan sepertibagaimana mendapatkan laporan kredit,mengetahui nilai kredit perorangan, danmembedakan berbagai jenis kredit.

Studi Jumpstart (Mandell, 2008) men-definisikan pengetahuan tentang masalahkeuangan sebagai kemampuan untuk meng-gunakan pengetahuan dan keterampilanuntukmengelolasumber daya keuangansecaraefektifuntukmeningkatkan kesejahteraan dimasa yang akan datang. Definisi ini mencakuppengetahuandankemampuan’dengan hasil yangdiharapkan(yaitu, keamanan finansialseumurhidup/kesejahteraan).

Universitas Howard memandangkurikulum pendidikan keuangan sebagailangkah untuk meningkatkan pengetahuankeuangan siswa, dan bagaimana manusiamenggunakan modal dalam pengelolaankeuangan, keterampilan, dan pengalaman. Uni-versitas Howardmenyimpulkan bahwa mem-bangun pengetahuan keuanganakan berpe-ngaruh terhadap perilaku pendidikan keuanganpribadi.

Sebagaimana dikemukakan oleh AngelaA. Hung dkk (2009) dalam Working Paper yangberjudul Defining and Measuring FinancialLiteracy, bahwa definisi literasi keuangansebagian besar terletak pada kemampuan untukmenggunakan pengetahuan dan keterampilanuntuk mencapai kesejahteraan keuangan, danoleh karenanya diperlukan perilaku yang cukupuntuk mendasarinya. Mereka berpendapatbahwa pengetahuan keuangan, keterampilan,dan perilaku, serta hubungan timbal balikdiantaranya, harus dipertimbangkan dalamkonsep literasi keuangan secara menyeluruh.

Sandra J. Huston (2009) mengatakanbahwa literasi keuangan merupakan pengu-kuran seberapa baik seorang individu dapatmemahami dan menggunakan informasi yangterkait dengan keuangan. Literasi keuanganbukan hanya membutuhkan dimensi penge-tahuan tetapi juga membutuhkan dimensitambahan yakni dimensi pengaplikasian yangmengharuskan seseorang memiliki kemampuandan kepercayaan diri atas pengetahuankeuangan yang dimilikinya untuk digunakandalam pengambilan keputusan keuangan.

142 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PEMBAHASAN

Manajemen Keuangan dan LiterasiKeuangan

Salah satu bentuk aplikasi dari Mana-jemen Keuangan adalah Manajemen KeuanganPribadi (Personal Finance) yang merupakanproses perencanaan dan pengendalian keuangandari unit individu dan keluarga. PersonalFinancemeliputi : (1) Money Management, (2)Spending and Credit dan (3) Saving and Invest-ment (Krishna, 2008)

Di dalam Personal Finance, diperlukanliterasi keuangan. Literasi keuangan terjadimanakala seorang individu yang cakap (liter-

ate) memiliki sekumpulan kemampuan yangmembuat orang tersebut mampu memanfaatkansumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan.Kecakapan (literacy) merupakan hal pentingyang harus dimiliki untuk mewujudkan tujuan-tujuannya.Memahami implikasi dari literasifinansial yang ditimbulkan dari keputusankeuangan merupakan hal yang utama.Keputusan yang berdasarkan informasi diakuisebagai instrumen untuk mencapai outcomeyang diharapkan.

Dari uraian diatas, maka komsep yangdibangun dalam penyajian makalah ini nampakdalam bagan berikut :

FINANCIAL KNOWLEDGE

MANAJ. KEUANGAN

PERENCANAAN, ANALISIS & PENGENDALIAN

KEGIATAN KEUANGAN

PERUSAHAAN BARANG DAN JASA

LITERASI KEUANGAN

MANAJ. KEU. PRIBADI PENGEL. & KREDIT TABUNGAN &INVEST

PERENCANAAN, ANALISIS & PENGENDALIAN

KEGIATAN KEUANGAN

PERCEIVED KNOWLEDGE

FINANCIAL SKILL

FINANCIAL BEHAVIOR

143Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pengembangan Kurikulum Literasi Keua-ngan untuk Mahasiswa

Pengembangan potensi yang diharapkandari proses pembelajaran di Program StudiManajamen adalah penyelenggaraan pendi-dikan jenjang Sarjana (S1) bagi masyarakatmelalui pengamalan ilmu pengetahuan dibidang bisnis dan manajemen dengan senan-tiasa menjunjung tinggi etika dan kebebasanakademik untuk menghasilkan sarjana dibidang manajemen yang memiliki semangatuntuk melayani masyarakat secara benar dandemi kebenaran, mampu memahami, menga-nalisis, dan memecahkan masalah manajerialserta berupaya mengembangkan diri sebagaimanajer dan wirausaha yang berintelektual danberintegritas dalam lingkungan lokal dan glo-bal. Hal ini dapat dicapai melalui prosespembelajaran yang menggabungkan metodekelas dan pelatihan praktis di lapangan.

Secara umum kompetensi lulusan Pro-gram Studi Manajemen adalah menghasilkanlulusan dengan kemampuan sebagai tenagaprofesional yang beretika tinggi, mampumengintegrasikan teoritis konseptual danmenerapkannya secara praktis dalam bidangilmu ekonomi.Sementara kompetensi pendu-kungnya adalah menghasilkan lulusan dengankemampuan berkomunikasi, menjalin kerja-sama, menggunakan teknologi informasi danmengembangkan diri secara baik dan efektif.Kompetensi lainnya adalah keterampilan dalammenyampaikan ide/pendapat ditempat kerjamaupun di masyarakat umum.

Atas dasar kebutuhan dalam pengem-bangan kurikulum Prodi Manajemen, makadirasa perlu untuk memasukkan mata kuliah

Pengetahuan Keuangan (Financial Knowledge)dengan tujuan untuk memberikan pengetahuantentang pengelolaan keuangan pribadi dankeluarga kepada mahasiswa agar mereka dapatmengelola keuangannya dengan baik di masamendatang untuk mencapai kesejahteraan. Halini juga diperlukan untuk membentuk sikap danperilaku dalam mengelola keuangannya agardapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikidemi masa depannya.

Untuk memastikan pemahaman masya-rakat tentang produk dan layanan yangditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, OJKmengeluarkan program Strategi NasionalLiterasi Keuangan yang mencanangkan tigapilar utama.Pertama, mengedepankan programedukasi dan kampanye nasional literasikeuangan.Kedua, membentuk penguataninfrastruktur literasi keuangan.Ketiga, berbicaratentang pengembangan produk dan layanan jasakeuangan yang terjangkau.Penerapan ketigapilar tersebut diharapkan dapat mewujudkanmasyarakat Indonesia yang memiliki tingkatliterasi keuangan yang tinggi sehingga masya-rakat dapat memilih dan memanfaatkan produkjasa keuangan guna meningkatkan kesejah-teraan.

Guna mendukung Strategi NasionalLiterasi Keuangan, maka sudah seyogyanyaPerguruan Tinggi mengambil peran aktifdengan mengembangkan Literasi Keuangandalam kurikulum pendidikan tinggi, Berikutmateri sajian Satuan Acara Perkuliahan (SAP)yang dapat dirancang untuk mendukung matakuliah Pengetahuan Keuangan (LiterasiKeuangan).

144 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pertemuan Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan 1. Pengelolaan Keuangan Pengetahuan dasar tentang keuangan pribadi

Tingkat bunga Inflasi Opportunity Cost Time value of money Likuiditas aset

2. Manajemen Uang Menyusun anggaran Membuat skala prioritas Menilai ketercapaian anggaran

3. Manajemen Kredit dan Utang Faktor-faktor kelayakan kredit Pertimbangan dalam melakukan pinjaman Karakteristik kredit konsumen Penggunaan kredit dan utang secara bijaksana

4. Tabungan Tingkat pengembalian Pajak terkait dengan tabungan Likuiditas Keamanan Pembatasan-pembatasan dan fee (berkaitan dengan pembayaran

bunga dan penarikan deposito) 5. Investasi Jenis investasi

Pendapatan investasi Pertumbuhan investasi Likuiditas investasi

6. Manajemen Resiko Resiko personal Eksposur resiko Dampak keuangan dengan resiko yang dihadapi Cara yang tepat untuk menghadapi resiko Resiko aset Resiko kewajiban

7. Perbankan dan Asuransi Bank Indonesia Bank Umum Bank Syariah

8. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang tugas dan tanggung jawab OJK OJK dan Literasi Keuangan Langkah/upaya OJK dalam meningkatkan literasi keuangan

masyarakat Finansial Eksklusif Finansial Inklusif Strategi Nasional Literasi Keuangan

9. Pegadaian dan Lembaga pembiayaan

Bidang Usaha Pegadaian Bidang Usaha lembaga Pembiayaan Sewa Guna usaha (Leasing) Anjak Piutang (Factoring) Usaha Kartu Kredit (Credit Card) Pembiayaan Konsumen (Cosumer’s Finance)

10. Pasar Modal Sejarah dan Pengertian Pasar Modal Instrumen Pasar Modal Pelaku Pasar Modal Lembaga-lembaga di Pasar Modal Pasar Perdana

11. Reksadana Bentuk Hukum Reksadana Karakteristik Reksadana Jenis Reksadana Manfaat Reksadana Resiko Investasi Reksadana

12. Dana Pensiun Prinsip dan Azas Penyelenggaraan Dana Pensiun Pendanaan Dana Pensiun Manfaat Dana Pensiun Kekayaan dan Investasi Dana Pensiun Manajemen dan Operasional Dana Pensiun Kepesertaan Dana Pensiun

Tabel 1 Satuan Acara Perkuliahan: Pengetahuan Keuangan (Financial Knowledge) yang diusulkan

Sumber : disarikan dari berbagai literatur

145Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Melalui pengembangan kurikulumPengetahuan Keuangan diharapkan mahasiswadapat menjadi pribadi yang dapat mengambilkeputusan keuangan dengan benar di masamendatang, dan pengetahuan yang dimilikidapat menjadi sumber informasi untuk mening-katkan pengetahuan keuangan bagi dirinya danlingkungan di sekitarnya.

DAFTAR RUJUKANAgus Sugiharto, 2014, OJK Edukasi dan

Sosialisasi Produk dan Jasa KeuanganUntuk Wanita dan UMKM, ht tp://ift . co . id /po st s /o jk- edukas i- dan-sosialisasi-produk-dan-jasa-keuangan-u n t u k - w a n i t a - d a n -umkm,diaksesPeb,25,2015

Byrne, A., 2007, Investment employees savingand investment decisions in defined con-tribution pension plans: survey evidencefrom the UK, Financial Services Review,Vol. 16, pp. 19-40.

Chen, H. & Volpe, R. P. 1998.An Analysis ofPersonal Financial Literacy Among Col-lege Students. Financial services review7(2): 107-128.

Debby Lindsey, Kelly dan Brent, 2011,A Re-view Of Howard University’s FinancialLiteracy Curriculum, American JournalOf Business Education, October 2011; 4,10, ProQuest Education Journals, pg 73.

Garland Sina, Peter dan Arnold Nggili, 2011,Apakah Kamu Yakin Memiliki LiterasiKeuangan Yang Tinggi?,

Hung, A.A., Parker, A.M., & Yoong, J.K., 2009Defining and Measuring Financial Lit-eracy, Rand Labor And Population.Diambil dari http://www.rand.org

Jorgensen, B. L. (2007). Financial literacy ofcollege students: parental and peer influ-ences. 89 Retrieved from http://scholar.lib . vt . e du / t he se s / ava i la ble / e t d -10162007 - 143627 /unr es t r ic t ed /Thesis_BJ2.pdf.

Krishna, A., Sari,M., & Rofaida, R. (2009)“Analisis Tingkat Literasi Keuangan diKalangan Mahasiswa dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhinya: Survey padaMahasiswa Universitas Pendidikan Indo-nesia”. Proceedings of The 4th Interna-tional Conference on Teacher Education;Join Conference UPI & UPSI Bandung,Indonesia, 8-10 November 2010. Hal552-560

Kristen M. Rosacker dan Srini Ragothaman,2009, Financial Literacy Of FreshmenBusiness Shcool Students. College Stu-dent Journal, Jun 2009; 43, 2, ProQuest,pg 391.

Kusumaningtuti, 2014, Akses ke LembagaKeuangan Minim, Ekonomi Terhambat,http://www.tempo.co/read/news/2014/12/20/087629904/Akses-ke-Lembaga-K e u a n g a n - M i n i m - E k o n o m i -Terhambat;diaksesFeb,26,2015

Lusardi, A & Mitchell, O.S. (2007) “BabyBoomer Retirement Security: The Rolesof Planning, Financial Literacy, andHousing Wealth”. Journal of MonetaryEconomics, 54(1), 205-224.

Lutfi dan Iramani, 2008, Financial LiteracyAmong University Student and Its Impli-cations to the teaching Method. Jurnalekonomi Bisnis dan Akuntansi VenturaVolume 11 No.3

Maria Rio Rita, 2014, Apakah MahasiswaSudah Melek Keuangan?, DinamikaAkuntansi, Keuangan dan Perbankan,Mei 2014, Volume 3 Nomor 1, Halaman58-65.

Nidar, S.R. & Bestari, S, 2012, Personal Finan-cial Literacy Among University Students(Case Study at Padjadjaran UniversityStudents, Bandung, Indonesia). WorldJournal of Social Sciences 2 (4). July

Otoritas Jasa Keuangan, 2013, Buku SeriLiterasi Keuangan Indonesia, www.ojk.go.id

Sandra J. Huston, 2009, Measuring Financial

146 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Literacy, A later version of this paper waspublished in The Journal of ConsumerAffairs, Summer 2010, Volume 44(2),pages 296-316.

Sari dan Rofaida (2009) Analisis TingkatLiterasi Keuangan di KalanganMahasiswa dan Faktor-Faktor YangMempengaruhinya (Survey padaMahasiswa Universitas Pendididkan In-donesia)

Widayati, Irin, 2012, Faktor-Faktor yangMempengaruhi Literasi FinansialMahasiswa Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Brawijaya, ASSET: JurnalAkuntansi dan Pendidikan, Volume 1,Nomor 1, Oktober 2012, Halaman 89-99.

Yunhyung Chung dan Youngkyun Park, 2014,The Effect of Financial Education andNetwork’s on Business Students’ Finan-cial Literacy,American Journal Of Busi-ness Education, Third Quarter 2014;Volume 7 Number 3; Page 229-236.

147Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pengembangan Buku Ajar Bahasa IndonesiaBerbasis Jender sebagai Upaya Demokratisasi

Pendidikan

Oleh:Lilik Wahyuni

IKIP Budi Utomo Malang, Jl. Simpang Arjuno 14B MalangJl. S. Supriyadi VIII/28 Malang, HP 085232195607

Email: [email protected]

Abstrak: Demokratisasi pendidikan merupakan hal penting dalam pendidikan. Akan tetapi, faktamenunjukkan masih adanya diskriminasi dalam bidang pendidikan. Hal itu harus diatasi denganpengembangan buku ajar bahasa Indonesia berbasis jender. Masalah yang dibahas dalam makalah iniadalah (1) dasar pengembangan buku ajar bahasa indonesia berbasis jender dan (2) sikap demokratis yangdibentuk melalui Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Jender. Hasil kajian dalam makalah ini adalahpertama, sebagai mata pelajaran wajib, pembelajaran bahasa harus mengajari siswa belajar caramengemukakan sesuatu kepada siapa dan kapan, siswa belajar berinteraksi dengan siswa yang lain. Kedua,melalui buku ajar bahasa Indonesia berbasis jender diharapkan dapat mengkonstruk siswa yang (1) rasahormat terhadap harkat sesama manusia, (2) memiliki arah pikiran yang sehat, dan (3) rela berbakti padakepentingan/kesejahteraan bersama.Key Word: pengembangan, buku ajar bahasa Indonesia berbasis jender, demokratisasi pendidikan

Pendidikan memegang peran pentingdalam mencerdaskan manusia secera intelek-tual. Akan tetapi, peran pendidikan yang pal-ing penting adalah untuk membentuk siswamenjadi diri yang berkarakter yang bisamenghargai orang lain tanpa ada diskriminasi.

Perlakuan diskriminasi sangat berten-tangan dengan Undang-undang Dasar 1945beserta amandemennya. Sebagaimana tertuangdalam Undang-undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskri-minasi Ras dan Etnis ayat (b) yang berbunyi“segala tindakan diskriminasi ras dan etnis ber-tentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, dan Deklarasi Universal HakAsasi Manusia”. Selain itu, Undang-undangNomor 39 Tahun 1999 pasal 1 ayat 3 tentangHak Asasi Manusia menyatakan bahwa

pengertian diskriminasi adalah setiap pemba-tasan, pelecehan, atau pengucilan yang lang-sung maupun tak langsung didasarkan padaperbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,etnik, kelompok, golongan, status sosial, sta-tus ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinanpolitik, yang berakibat pengangguran, penyim-pangan atau penghapusan pengakuan, pelak-sanaan atau penggunaan hak asasi manusia dankebebasan dasar dalam kehidupan baik indi-vidual maupun kolektif dalam bidang politik,ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspekkehidupan lainnya.

Akan tetapi, fakta yang dihadapi adalahmasih adanya diskriminasi dalam bidangpendidikan. Demokratisasi pendidikan di Indo-nesia masih rendah. Hal itu dapat dilihat darimasih adanya kesenjangan tingkat pendidikan,fasilitas pelayanan pendidikan belum tersedia

148 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

secara merata, kualitas pendidikan relatif masihrendah, pembangunan pendidikan belum dapatmeningkatkan kemampuan lulusan, pendidikantinggi masih mengahadapi kendala pengem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi,manajemen pendidikan belum berjalan secaraefektif dan anggaran pembangunan pendidikanbelum memadai. Kesenjangan tersebut salahsatunya terjadi pada perempuan dan anak-anak.Sebagaimana dapat dilihat pada data Susenas2003 menunjukkan bahwa, penduduk perem-puan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belumpernah sekolah jumlahnya dua kali lipatpenduduk laki-laki (11,56 persen berbanding5,43 persen). Penduduk perempuan yang butahuruf sekitar 12,28 persen, sedangkanpenduduk laki-laki yang buta huruf sekitar 5,84persen.

Fakta di atas harus diatasi denganpeningkatan akses dan perluasan kesempatanbelajar bagi anak-anak perempuan dan laki-lakiusia sekolah, salah satunya melalui kegiatanpembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan disekolah harus memperhatikan pengarusutamaan jender, responsif, dan antisipatif sertadapat membantu pencapaian tujuan sosial yangdapat menjamin akses dan kesetaraan pesertadidik.

Cara lainnya adalah melalui pengem-bangan buku ajar bahasa Indonesia berbasisjender. Sebagaimana dinyatakan dalamPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaranbahwa buku (teks) pelajaran adalah buku acuanwajib untuk digunakan di sekolah yang memuatmateri pembelajaran dalam rangka peningkatankeimanan dan ketakwaan, budi pekerti dankepribadian, kemampuan penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi, kepekaan dankemampuan estetis, potensi fisik, dan kesehatanyang disusun berdasarkan standar nasionalpendidikan. Dari pengertian tersebut dapatdikatakan bahwa melalui buku ajar dapatdikonstruk siswa yang berkarakter dan salingmenghargai antara satu dengan yang lain.

Bidang studi yang digunakan untukmembentuk demokratisasi pendidikan adalahbidang studi bahasa Indonesia. Sebagaimanadikatakan Putri (2013) bahwa dalam kurikulum2013 yang berdasarkan pendekatan scientific(ilmiah), yaitu mengamati, menanya, menalar,menyaji dan mencipta, pendekatannya telahditurunkan melalui metode pembelajaranbahasa Indonesia yang berbasis teks. Sepertiyang disampaikan dalam kata pengantar bukubahasa Indonesia untuk kelas VII dan kelas Xkurikulum 2013 yang diterbitkan olehKementerian Pendidikan dan Kebudayaantahun 2013, dikatakan bahwa pembelajaranbahasa Indonesia dilaksanakan denganmenerapkan 4 prinsip yaitu (1) bahasahendaknya dipandang sebagai teks, bukansemata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidahkebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakanproses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaanyang mengungkapkan makna, (3) bahasabersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasayang tidak pernah dapat dilepaskan dari kontekskarena dalam bentuk bahasa yang digunakanitu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologipenggunanya, (4) bahasa juga merupakansarana kemampuan berpikir manusia.

Melalui buku ajar bahasa Indonesiaberbasis jender diharapkan akan terbentuk sifatdemokratis siswa. Sebagaimana dikatakan olehIhsan (2008) bahwa demokrasi pendidikansecara luas mengandung tiga hal, yaitu (1) rasahormat terhadap harkat sesame manusia, (2)setiap manusia memililiki perubahan ke arahpikiran yang sehat, dan (3) rela berbakti padakepentingan/ kesejahteraan bersama. Denganbegitu akan terjadi pembelajaran yang melibat-kan laki-laki dan perempuan sebagai agenperubahan, bukan sekedar penerima pasif pro-gram-program pembelajaran.

Dasar Pengembangan Buku Ajar BahasaIndonesia Berbasis Jender

Sebagai mata pelajaran wajib, bahasa In-donesia selama ini kurang menarik perhatian

149Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

siswa. Permbelajaran terkesan monoton danmembosankan. Materi pembelajaran yangdiberikan kurang bersifat kontekstual. Padahal,sebagai praktik sosial, bahasa tidak bisa bolehlepas dengan situasi tempat bahasa tersebutdiujarkan dan dari fenomena-fenomena yangdimaksud dengannya. Sebagaimana dinyatakanoleh Austin (1976) bahwa bahasa tidak bisalepas dari konteks ujarannya. Dengan menggu-nakan ungkapan ‘what to say when” Austinmengunkapkan bahwa unsur bahasa dalamsuatu ujaran “what” tidak dapat dipisahkan dansama pentingnya dengan fenomena-fenomena“when”.

Dalam melakukan pembelajaran disekolah, guru hanya memenuhi kewajiban tatapmuka di kelas dan ketuntasan kurikulum. Gurukurang kreativitas dalam melakukan pembe-lajaran. Pembelajaran hanya bersifat teks book.Padahal, menurut Bourdieu dalam Rusdiarti(2003:33), bahasa sebagai praktik sosial meru-pakan hasil dinamika dialektis antara interna-lisasi eksterior dengan eksternalisasi interior,atau dinamika dialektis antara internalisasisegala sesuatu yang dialami dan diamati dariluar diri pelaku sosial dengan pengungkapandari segala sesuatu yang telah terinternalisasidan menjadi bagian dari diri pelaku sosialdengan pengungkapan dari segala sesuatu yangtelah terinternalisasi dan menjadi bagian daripelaku sosial. Selanjutnya Bourdieu (1994:37)juga mengatakan bahwa setiap tindak tuturmerupakan pertemuan serangkaian sebab yangberkaitan.

Pembelajaran bahasa Indonesia menjadisemakin membosankan ketika guru hanyamengajarkan belajar pola dan kaidah bahasa.Para guru seolah-olah akan menjadikan muridsebagai ahli bahasa. Padahal, dalam belajarbahasa, siswa tidak dituntut agar mampumemikirkan bahasa Indonesia agar tetap eksisdan tetap dipelajari di sekolah. Kemampuansiswa dalam menggunakan bahasa Indonesiayang sesuai dengan keperluannya sendiri adalahtujuan siswa belajar bahasa Indonesia. Siswa

perlu diberi kesempatan untuk menambah“pengalaman” berbahasa yang dilakukannyasendiri. Siswa membutuhkan ruang untukmembaca, mendengar, menuliskan, dan mem-bicarakan yang lebih banyak di kelas melaluibahasa Indonesia. Pengetahuan dan pengala-man siswa harus mampu dikomunikasikandalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasaIndonesia yang baik dan benar harus dialamisiswa secara nyata, bukan hanya sebatas cita-cita dan slogan semata.

Untuk itu, pembelajaran bahasa harusmenyenangkan. Sebagaimana dinyatakandalam teori praktik Bourdieu bahwa ekspresilinguistik dipengaruhi oleh pandangan Wittgen-stein dengan teorinyanya language game.Dengan menggunakan istilah family resem-blance Wittgenstein memandang bahwa dalamkegiatan berbahasa, makna sebuah kata tidakselalu sama bila digunakan di arena atau “pasar”yang berbeda. Makna berhubungan erat dengankonteks sosial ketika ujaran disampaikan danefektivitasnya bergantung pada kapasitaskapital linguistik pelaku sosial dan cara pelakusosial tersebut memahami aturan main yangberlaku. Karena itu Kaelan (2004:252)menyimpulkan dari pendapat Wittgensteinbahwa bahasa tidak hanya dikaji dari aspekstruktural formal belaka melainkan berdasarkanfungsi hakikinya dalam kehidupan manusia.

Belajar bahasa harus mengajari siswabelajar cara mengemukakan sesuatu kepadasiapa dan kapan, siswa belajar berinteraksidengan siswa yang lain. Dalam belajar bahasa,siswa harus belajar ‘mengalami”, denganberbuat sesuatu karena bahasa, melakukansesuatu secara langsung. Artinya, siswa harusberhadapan dengan teks yang tujuan dan isinyaberguna bagi siswa. Oleh karena itu,pembelajaran bahasa Indonesia harus mampumengajak siswa untuk memahami ‘teks” secarakeseluruhan, bukan “penggalan” unsur-unsurdalam bahasa itu sendiri. Bahasa adalahkeutuhan teks yang dialami siswa. Kondisipembelajaran bahasa Indonesia semacam ini

150 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

sangat dipengaruhi oleh problematika makroyang dihadapi bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia yangsesuai dengan tujuan tersebut tidak mudahdilaksanakan. Salah satunya adalah karenakurangnya buku ajar yang membantu praktikpembelajaran. Sebagaimana diungkapkandalam RPJMN 2004-2009 bab 26 tentangPeningkatan Akses Masyarakat terhadapPendidikan yang Lebih Berkualitas bahwaterbatasnya ketersediaan buku juga merupakansalah satu faktor terpenting penyelenggaraanpembelajaran yang berkualitas. Namundemikian berbagai sumber data termasukSUSENAS 2003 mengungkapkan bahwa tidaksemua peserta didik dapat mengakses bukupelajaran baik dengan membeli sendirimaupun disediakan oleh sekolah. Keterbatasanbuku tersebut secara langsung berdampak padasulitnya anak menguasai ilmu pengetahuanyang dipelajari. Kecenderungan sekolah untukmengganti buku setiap tahun ajaran baru selainsemakin memberatkan orangtua juga menye-babkan inefisiensi karena buku-buku yangdimiliki sekolah tidak dapat lagi dimanfaatkanoleh siswa.

Dengan argumen di atas maka diperlukanbuku ajar yang bisa mengembangkan sikapdemokratis siswa. Hal itu untuk mendukungsalah satu program/kegiatan pokok RPJM2004—2006 adalah penyediaan materi pendi-dikan, media pengajaran dan teknologi pendi-dikan termasuk peralatan peraga pendidikan,buku pelajaran, buku bacaan dan buku ilmupengetahuan dan teknologi serta materipelajaran yang berbasis teknologi informasi dankomunikasi termasuk internet dan alam sekitarguna meningkatkan pemahaman peserta didikterhadap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya

Sikap Demokratis yang Dibentuk melaluiBuku Ajar Bahasa Indonesia BerbasisJender

Demokrasi pendidikan dimaksudkanuntuk membentuk siswa yang mempunyai rasa

cinta dan kasih sayang terhadap sesama.Melalui buku ajar bahasa Indonesia berbasisjender diharapkan dapat mengkonstruk siswayang (1) rasa hormat terhadap harkat sesamamanusia, (2) memiliki arah pikiran yang sehat,dan (3) rela berbakti pada kepentingan/kesejahteraan bersama. Ketiga hal tersebutdapat diuraikan sebagai berikut.

Rasa Hormat terhadap Harkat SesamaManusia

Manusia merupakan makhluk yang pal-ing baik. Secara religi dapat dilihat pada Al-Quran surat At-Tin ayat (4) yang berbunyi“sesungguhnya telah kami ciptakan manusia ituatas sebagi-baiknya pendirian”. Berdasarkanayat tersebut dapat dilihat bahwa manusiamerupakan makhluk yang baik yang harusdihargai harkat dan martabatnya.

Tingginya harkat dan martabat manusiatersebut juga dinyatakan dalam pasal 27 ayat 2UUD 1945 yang berbunyi “tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupanyang layak bagi kemanusiaan”. Dari pasal diatas bahwa setiap manusia memiliki hak dankewajiban untuk mendapatkan penghidupanyang layak. Akan tetapi, fakta menunjukkanbahwa banyak warga negara yang masihterdiskriminasi dalam menjalani kehidupannya.Dampaknya adalah kesenjangan sosial akanmenjadi berkepanjangan.

Salah satu cara untuk mengurangi kesen-jangan sosial adalah melalui buku ajar bahasaIndonesia. Dalam pengertian ini, bahasa tidaksekedar dipahami secara struktural akan tetapiharus dipahami sebagai praktik sosial.Sebagaimana dinyatakan oleh Austin bahwapenggunaan bahasa tidak boleh lepas dengansituasi tempat bahasa tersebut diujarkan dandari fenomena-fenomena yang dimaksuddengannya. Ia senantiasa melontarkan perta-nyaan ilmiah dalam hubungan dengan bahasasehari-hari, yang berbunyi ‘what to say when”.Ungkapan ini dimaksudkan unsur bahasa dalamsuatu ujaran “what” tidak dapat dipisahkan dan

151Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

sama pentingnya dengan fenomena-fenomena“when”.

Sebagai praktik sosial, bahasa harusdisikapi sebagai satu kesatuan (whole lan-guage). Whole language merupakan suatupendekatan pembelajaran bahasa yang didasarioleh paham konstruktivisme. Dalam whole lan-guage bahasa diajarkan secara utuh, tidakterpisah-pisah; menyimak, berbicara, membaca,dan menulis diajarkan secara terpadu (inte-grated) sehingga siswa dapat melihat bahasasebagai suatu kesatuan. Dengan begitu, siswaakan membentuk sendiri pengetahuannyamelalui peran aktifnya dalam belajar secarautuh (whole ) dan terpadu (integrated). Melaluipembelajaran whole language, anak termotivasiuntuk belajar jika mereka melihat bahwa yangdipelajarinya memang bermakna bagi mereka.Orang dewasa, dalam hal ini guru, berke-wajiban untuk menyediakan lingkungan yangmenunjang untuk siswa dapat belajar denganbaik.

Memiliki Arah Pikiran yang SehatBahasa merupakan alat membentuk

pikiran. Dalam kegiatan berbahasa, penuturmengkonstruk sebuah makna berdasarkanujaran yang disampaikan mitratuturnya. Maknatersebut selanjutnya diinternalisasimenjadipikiran penutur. Pikiran tersebut selanjurnyadijadikan acuan dasar oleh penutur dalammelakukan tindakan. Hal itu sejalan denganpendapat Bourdieu dalam Rusdiarti (2003:33)bahwa praktik sosial merupakan hasil dinamikadialektis antara internalisasi eksterior denganeksternalisasi interior, atau dinamika dialektisantara internalisasi segala sesuatu yang dialamidan diamati dari luar diri pelaku sosial denganpengungkapan dari segala sesuatu yang telahterinternalisasi dan menjadi bagian dari diripelaku sosial dengan pengungkapan dari segalasesuatu yang telah terinternalisasi dan menjadibagian dari pelaku sosial.

Pikiran tersebut merupakan keyakinan,nilai, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, dan

pendapat penutur tentang diri dan orang lainberdasarkan hasil internalisasi eksterior daneksternalisasi interior. Karena itu, pikiran tidakbersifat otonom karena merupakan produkinteraksi antara pelaku sosial dan struktursosial, produk interaksi dialektis antara sesuatuyang ada dalam diri dan sesuatu yang diamatidari luar.

Dalam bertindak, siswa mendekati,bereaksi, dan menciptakan dunia berdasarkanpola pikir individualnya. Pola pikir tersebutmenjadi dasar dalam menjalankan kehidupandan mengatur benar tidaknya perilaku penutur.Sebagaimana dapat dilihat pada (QS al-Isra’[17]:84) bahwa orang berbuat menurutkeadaannya masing-masing. Karena itu, jikasiswa selalu dihadapkan pada keadaan yangsehat, maka dia akan selalu berpikiran sehat.Dengan kata lain, pajanan yang diterima olehsiswa mengkonstruk pikiran siswa. Jika siswaselalu dihadapkan pada pajanan yang selalumenghadirkan kesetaraan maka siswa akanmenjadi diri yang selalu memperhatikankesetaraan. Dengan begitu, perilaku siswa akanmenjadi perilaku yang memperhatikankesetaraan.

Rela Berbakti pada Kepentingan/Kesejah-teraan Bersama

Menurut Wittgenstein dalam Kaelan(2004) mengatakan bahwa bahasa merupakansebuah permainan. Setiap bahasa memilikiaturan-aturan permainan sendiri. Aturanpermainan satu tidak bisa dipakai untuk aturanbagi permainan yang lain. Dengan demikiandalam bahasa tidak ada aturan yang universal,ataupun gramatika yang universal mencakupsemua bahasa. Setiap bahasa harus dipahamidengan gramatikanya masing-masing dandipahami persamaan-persamaannya.

Secara ontologis, hakikat permainanbahasa menunjuk pada hakikat kehidupanmanusia dalam hubungannya dengan dirisendiri, orang lain, masyarakat, alam, sertaterhadap Tuhan. Berdasarkan hakikat

152 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

permainan bahasa tersebut dapat disimpulkanbahwa Wittgenstein mengembangkan prinsippluralitas bahasa. Oleh karena itu dalam kajianbahasa tidak lagi berupaya untuk mencarihukum-hukum melainkan mendeskripsikanpermainan bahasa dalan kehidupan manusia,karena hal inilah yang merupakan fungsi hakikibahasa bagi manusia.

Dengan menggunakan istilah family re-semblance Wittgenstein memandang bahwadalam kegiatan berbahasa, makna sebuah katatidak selalu sama bila digunakan di arena atau“pasar” yang berbeda. Makna berhubungan eratdengan konteks sosial ketika ujaran disam-paikan dan efektivitasnya bergantung padakapasitas kapital linguistik pelaku sosial dancara pelaku sosial tersebut memahami aturanmain yang berlaku. Karena itu Kaelan (2004)menyimpulkan dari pendapat Wittgensteinbahwa bahasa tidak hanya dikaji dari aspekstruktural formal belaka melainkan berdasarkanfungsi hakikinya dalam kehidupan manusia.

Dari pengertian di atas dapat dikatakanbahwa bahasa akan mampu menghasilkan diriyang rela berbakti untuk kepentingan bersama.Maksudnya yaitu, dalam berbahasa, penuturakan menjaga mitra tuturnya agar tidakkehilangan mukan. Sebagaimana dikatakanoleh Brown dan Levinson (1987: 61) bahwamuka merupakan image diri yang dimiliki olehsetiap individu. Muka dibedakan menjadi mukapositif dan muka negatif. muka positif meru-pakan keinginan setiap individu untuk di-mengerti sedangkan muka negatif merupakankeinginan setiap individu untuk bebas darigangguan. Karena itu, melalui buku ajar bahasaIndonesia, siswa akan menjadi diri yang mampumenjaga muka mitra tutur, baik muka positifmaupun muka negatif.

Penutup(1) Karena kurang kontekstual, pembelajaran

bahasa Indonesia selama ini kurangmenarik perhatian siswa. Padahal, melaluipembelajaran bahasa Indonesia, siswabelajar cara mengemukakan sesuatu kepada

siapa dan kapan serta belajar berinteraksidengan siswa yang lain. Untuk itu di-perlukan buku ajar yang bisa mengem-bangkan sikap demokratis siswa

(2) Sikap demokratis yang dibentuk melaluibuku ajar bahasa Indonesia berbasis jenderyaitu (a) hormat terhadap harkat sesamamanusia, (b) memiliki arah pikiran yangsehat, dan (3) rela berbakt i padakepentingan/kesejahteraan bersama.

Daftar RujukanAustin, J.L. 1976. How to Do Things with

Words. Great Britain: J.W. Arrow SmithLtd.

Bourdieu, Pierre. 1994. Language and Sym-bolic Power. Cambridge, Massachusetts:Harvard University Press.

Brown, F dan Levinson, S. 1987. Politeness,Some Universals of Language Usage.London: Cambridge University Press.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi MataPelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen pendidikan Nasional.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kaelan, M.S. 2004. “Filsafat Analitis menurutLudwig Wittgenstein: Relevansinya bagiPengembangan Pragmatik” dalam JurnalHumaniora, Volume 16, No. 2, Juni 2004:133 – 146. Yogyakarta: UniversitasGadjahmadaPeraturan Menteri Pendidi-kan Nasional Nomor 11 Tahun 2005tentang Buku Teks Pelajaran.

Putri, Yuni Eka. 2013. Peran Bahasa Indone-sia dalam Kurikulum 2013. [https://mia5smanssa.wordpress.com/2013/12/04/peran-bahasa-indonesia-dalam-kurikulum-2013-yunia-eka-putri29/.

Rusdiarti, S. R. 2003. Bahasa, PertarunganSimbolik dan Kekuasaan, dalam BASISNo. 11—12 Desember 2003.

Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter“Strategi Membangun Karakter BangsaBerperadaban”. Yogyakarta: PustakaPelajar.

153Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

MANAJEMEN PENDIDIKAN HUMAS PADASEKOLAH INKLUSI

DI SMPN 1 DAN SMP DWIJENDRA DIKOTA MATARAM (Studi Multikasus)

Oleh:Siti Zaenab

Dosen STAHN Gde Pudja Mataram, Jln Pancaka No 7B [email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang manajemen pendidikan humas pada sekolah inklusi diSMPN 1 dan SMP Dwijendra Mataram. Sekolah inklusif juga membuktikan bahwa anak-anak inklusifjuga berhak mendapatkan status dan kedudukan yang sama dengan anak-anak pada umumnya, dan dapatmemperoleh pendidikan yang sama. Kita sebagai peneliti harus dapat mensosialaisasikan adanya sekolahinklusif dan dapat menambah minat masyarakat terhadap sekolah inklusif. Upaya untuk menguraikanpenelitian ini dengan menggunakan pendekatan fenomenologis etnografi dengan rancangan studi multikasus.Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa Sekolah inklusi pada dasarnya merangkul semua siswaberbagai latar belakang dan kondisi dalam satu sistem sekolah dan mencoba untuk menemukan danmengembangkan potensi siswa yang majemuk tersebut. Dalam mengembangkan potensi siswa tidak hanyaditerapkan kepada siswa special need tetapi juga siswa yang lain yang bukan special need. Pada dasarnyasetiap siswa memiliki potensi, Cuma kadang yang menjadi masalah adalah sekolah kurang jeli melihatpotensi tiap-tiap siswa dan tidak ada progam individual untuk mengembangkan potensi masing-masingsiswa tersebut. Sekolah inklusi juga melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah mulai daripendanaan, manajemen, pembelajaran siswa dan sosialisasi informasi tentang pendidikan inklusi siswaABK. Proses manajemen pendidikan humas pada sekolah inklusi meliputi perencanaan, pelaksanaan dansampai evaluasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.Kata Kunci: manajemen, hubungan masyarakat, sekolah inklusi

Pendidikan di Nusa Tenggara Barat saatini kita dihadapkan dengan sebuah feno-menologi dimana masyarakat di tuntut untukEducation for All dan di lain pihak masyaralkatdi tuntut untuk meningkatkan sumber dayamanusia, namun itu sebuah drama turki,demikianlah sebuah adegium yang akrabditelinga kita. Sayangnya upaya tersebutmenyisakan persoalan yang besar. Sekolah LuarBiasa justru membangun tembok eksklusivismedalam diri siswa berkebutuhan khusus (ABK)

sehingga mereka menjadi sebuah kelompokyang tereliminasi dan mengalami krisis keper-cayaan diri dalam hidup bermasyarakat. Semen-tara Program Integrasi secara tidak disadarimereduksi hak siswa yang berkebutuhan khusussebagai siswa penuh dalam sebuah kelas(Skjorten, 2001:36).

Untuk memecahkan permasalah itu,dicetuskanlah program Pendidikan Inklusi yangmengakomodasi dengan baik, kebutuhan semuasiswa baik siswa ABK maupun siswa non ABK.

154 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Implementasi pendidikan inklusi itu dapatterwujud, jika ada kerjasama antara berbagaipihak. Namun, banyak masyarakat masihmenolak kehadiran siswa ABK dan pendidikaninklusi. Penolakan ini terjadi karena tidakadanya sosialisasi kepada masyarakat tentangsiswa ABK dan pendidikan inklusi yang tidakmerata. Untuk itu, masyarakat perlu didekatidan diberikan berbagai informasi mengenaisiswa ABK dan pendidikan inklusi agar merekamengerti, menerima serta mendukung pendidi-kan inklusi.

Sekolah inklusi pada dasarnya bertujuanmerangkul semua siswa berbagai latar belakangdan kondisi dalam satu sistem sekolah danmencoba untuk menemukan dan mengem-bangkan potensi siswa yang majemuk tersebut.Dalam mengembangkan potensi siswa tidakhanya diterapkan kepada siswa special needtetapi juga siswa yang lain yang bukan specialneed. Pada dasarnya setipa siswa memilikipotensi, Cuma kadang yang menajdi masalahadalah sekolah kurang jeli melihat potensi tiap-tiap siswa dan tidak ada progam individualuntuk mengembangkan potensi masing-masingsiswa tersebut. Dalam multiple intelligencesoleh Howard Gardner di jelaskan bahwa kecer-dasan atau potensi seseorang tidak bertumpupada kecerdasan intelektual saja, tetapi adabanyak kecerdasan yang lain, misalnya kecer-dasan logis matematis yaitu berpikir denganpenalaran, mendudukan masalah secara logis,ilmiah dan kemampuan matematik. Adakecerdasan linguistik verbal yaitu kemahirandalam berbahasa untuk berbicara, menulis,membaca, menghubungkan dan menafsirkan.Ada juga kecerdasan musikal ritmik misalnyamenyanyi, irama, melodi dan alat musik. Adakecerdasan interpersonal yaitu keterampilanmanusia dalam berinteraksi dan berkomunikasidengan manusia lain, misalnya dalam orga-nisasi, memimpin, berpidato, bersosialisasi.Seseorang yang pandai menari, berolah raga,bermain drama merupakan seseorang yangmemiliki kecerdasan kinestetik. Ada juga

seseorang yang memiliki kecerdasan spacialvisual misalnya seorang desainer, illustrator,peluksi. Selain itu ada juga kecerdasan naturalisdan intrapersonal. Setiap manusia pasti memi-liki kedelapan kecerdasan diatas walaupun kuatdisatu sisi dan lemah disisi lain.

Bertolak dari hal di atas, peneliti merasaperlu untuk meneliti manajemen pendidikanhumas sekolah inklusi pada SMPN 1 dan SMPDwijendra Mataram sehingga kehadiran siswaABK dan sekolah inklusi telah dipahami danditerima masyarakat. Karena itu, tim penelitimerumuskan fokus penelitian yang terdiri dari:(1) Perencanaan pendidikan humas padasekolah inklusi. (2) Pelaksanaan pendidikanhumas pada sekolah inklusi. (3) Evaluasi pendi-dikan humas pada sekolah inklusi.

METODEPenelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif fenomenologis etnografi denganrancangan penelitian studi multikasus pada duasekolah yakni SMPN 1 dan SMP DwijendraMataram. Kedua sekolah yang menjadi sampelpenelitian ini ditentukan menggunakan teknikpurposive sampling.

Demi memperlancar penelitian inipeneliti menggunakan metode mengumpulkandata pada kedua kasus tersebut digunakanmetode sebagaimana yang digagas Mantja(2007:57) yakni: observasi, wawancara studidokumentasi (study of document). Analisisdengan cara menelaah, menata, mengelom-pokkan, mensintesis, mencari pola, mene-mukan apa yang bermakna dan apa yang akanditeliti dan dilaporkan kepada pihak lain secarasistematis (Sonhadji, 1996). Pengumpulan data(Mantja, 2007) sementara sesudah pengum-pulan data peneliti melakukan kategori pengko-dean (coding categories) untuk mengorganisasidata berdasarkan pola dan topik sesuai fokuspenelitian (Zaenab, 2015:52).

155Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

HASIL dan pembahasanPada bagian ini, disajikan data hasil

temuan pada kedua kasus.Pertama, perencanaan. Beberapa feno-

mena yang muncul adalah:1. Adanya penolakan dari para guru, siswa

reguler serta orangtua siswa terhadap kebe-radaan siswa ABK; adanya kebingunganpara guru bidang studi saat menghadapisiswa ABK; adanya hambatan komunikasiantara sekolah dan masyarakat jika ketuakomite sekolah diambil dari pihak di luaryayasan; adanya shock pada para guru baru,dan sekolah belum diakui sebagai sekolahinklusi oleh Dinas Pendidikan kotaMataram.

2. Pihak sekolah mengadakan rapat, formaldan nonformal, serta konsultasi untukmerumuskan tujuan program humas padasekolah inklusi, menentukan strategipemecahan masalah dan mencegah terja-dinya masalah baru serta pembuatan pro-gram.

Kedua, pelaksanaan program humas padasekolah inklusi. Beberapa fenomena yangnampak pada SMPN 1 dan SMP Dwijendraadalah:1. Pihak sekolah mensosialisasikan kepada

para guru dan orangtua tentang siswa ABKmelalui pertemuan, buku penghubung,telepon dan Handphone, internet, danmelakukan kunjungan CBR ke masyarakat.

2. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa siswaABK adalah kehendak Allah dan medorongpara praktisi untuk melakukan tugas humasberdasarkan visi misi sekolah yakni untukmelayani Tuhan dalam diri orang terlantar,cacat dan miskin.

3. Sekolah membuktikan kepada masyarakatbahwa siswa ABK memiliki potensi untukdikembangkan dengan cara menampilkansiswanya dalam berbagai pementasan danlomba seperti: pragawati, model, menyanyidan menampilkan karya siswa.

4. Melibatkan orangtua dalam pendanaan,melibatkan para guru bidang studi dansiswa dalam proses pembelajaran siswaABK di kelas saat tidak ada GPK dalamproses asesmen, melibatkan komite sekolahdalam pendampingan belajar menjelangujian, melibatkan komite dalam berso-sialisasi tentang siswa berkebutuhankhusus.

5. Kepala sekolah memberikan ruang gerakyang luas bagi para GPK untukbereksplorasi dan berkreativitas mengenaipendidikan inklusi, koordinator GPK yangselalu menekankan kerukunan, semangatkekeluargaan, ketulusan, kesabaran danjiwa suka menolong.

6. Pihak sekolah bersikap ramah, akrab, sabar,dan murah senyum dan menata ruang yangtepat sehingga membuat para tamu tersapadan merasa disambut.

7. Mengadakan rapat koordinasi setiap tigabulan dan akhir semester denganmelibatkan paguyuban orangtua, komitesekolah dan yayasan serta asrama.

8. Kepala sekolah atau yayasan dan komitememberikan pengarahan melalui konsultasidan wawancara kepada GPK, manajerinklusi dan anggota lainnya.

Ketiga, evaluasi program humas padasekolah inklusi. Evaluasi program humas, padaSMPN 1 dan SMP Dwijendra nampak dalambeberapa fenomena berikut.1. Adanya pengawasan formal yang dilakukan

oleh kepala sekolah serta pengawasan in-formal oleh para orangtua dan para praktisihumas lainnya.

2. Adanya evaluasi individual dari kepalasekolah terhadap para GPK, dari gurubidang studi terhadap GPK. Di samping itu,ada juga evaluasi semi formal melalui shar-ing bersama di antara para GPK sertaadanya evaluasi formal dalam rapat ataupleno pada pada tengah dan akhir semes-ter pendekatan rohani melalui pengadaanretret tahunan.

156 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

3. Adanya tindaklanjut hasil evaluasi denganmengakomodasi hasil evaluasi, memper-tahankan program yang sudah dijalankan,mengaggendakan ulang program yangbelum terlaksana, melakukan rollingpersonil atau ketua komite sekolah.

Dari data di atas, dapat dikatakan bahwaproses perencanaan humas meliputi identifikasidan pengenalan permasalahan, perumusantujuan program humas yakni memberikaninformasi tentang siswa ABK dan pendidikaninklusi agar masyarakat menerima siswa ABK,mendukung dan mau bekerjasama demitercapainya tujuan pendidikan inklusi sertamengadakan rapat untuk menentukan strategipenyelesasian masalah, dan menyusun programkerja sekolah yang merupakan produkperencanaan.

Harapanya akan banyak tumbuh sekolahinklusi tanpa harus terbebani dengan segaladefenisinya. Sekolah inklusi merupakan sebuahprinsip persamaan hak manusia, dan jugajawaban dari perbedaan kita sebagai manusia.Nyatanya tak ada manusia yang sama. Karena“semua warga negara mempunyai hak yangsama terhadap pendidikan, termasuk didalamnya adalah anak berkebutuhan khusus”demikian salah satu inti yang tercantum dalamUUD 1945 Pasal 31.

Sementara pelaksanaan humas padasekolah inklusi meliputi aktivitas menjalinkomunikasi dua arah yang berkelanjutandengan masyarakat; melibatkan masyarakatdalam penyelenggaraan sekolah; terlibat dalamberbagai kegiatan di masyarakat; bersikapramah; menggunakan berbagai media; mem-bentuk paguyuban orangtua; membuktikanbahwa anak yang berkebutuhan khusus jugamemiliki potensi untuk dikembangkan; mem-berikan teladan dan motivasi bagi para guru danmasyarakat melalui pendekatan moral religiushumanis; melakukan koordinasi melalui rapatrutin; mengarahkan pelaksana humas melaluiwawancara dan konsultasi.

Sedangkan proses evaluasi terjadi dalambentuk pengawasan formal oleh atasan danpengawasan informal oleh orangtua dan parapelaksana hubungan masyarakat lainnya; prosesevaluasi yang terjadi secara individualnonformal pada saat konsultasi, home visit, dandalam percakapan serta secara formal dalamrapat; evaluasi akhirnya ditindaklanjuti denganperbaikan program, rolling pengurus danmengagendakan program yang belumterlaksana dalam periode berikutnya.

PEMBAHASANPada bagian ini, berbagai temuan

penelitian di atas akan dikonfrontasikan denganteori-teori para ahli. Pertama, perencanaanhumas pada sekolah inklusi. Sudah dikatakanbahwa perencanaan pada SMPN 1 dan SMPDwijendra Mataram terjadi dalam beberapaaktivitas seperti identifikasi permasalahan,perumusan tujuan, penetapan st rategipemecahan masalah dan penyusunan program.Pola perencanaan tersebut sejajar dengangagasan Arikunto &Yuliana (2008) yangmenerangkan bahwa perencanaan meliputiaktivitas seperti identifikasi masalah,perumusan tujuan penentuan, analisis strategidan penyusunan program.

Dalam sistem pendidikan nasionaldiadakan pengaturan pendidikan khusus yangdiselenggarakan untuk peserta didik yangmenyandang kelainan fisik dan atau mental.Peserta didik yang menyandang kelainandemikian juga memperoleh pendidikan yanglayak, sebagaimana diamanatkan dalamUndang-Undang Dasar 1945 yang dalam halini menyatakan dengan singkat dan jelas bahwa“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkanpengajaran” yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional yang menyatakan bahwa“Warga Negara yang memiliki kelainan fisik,emosional, mental, intelektual, dan atau sosialberhak memperoleh pendidikan khusus”.

157Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pengamatan pribadi dilakukan untukmengumpulkan fakta tentang program humasbaik pada lingkungan internal (para guru bidangstudi dan siswa regular) maupun lingkunganeksternal sekolah (orangtua, masyarakat danlembaga). Identifikasi masalah humas padalingkungan internal dan eksternal ini tepatseperti yang digagas Stellar & Kowalski(2004:158) yakni bahwa unsur penting dalammendefinisikan masalah adalah melakukananalisis SWOT.

Setelah strategi ditetapkan, disusunanprogram. Penyusunan program terjadi dalamrapat formal dan rapat semi formal. Dalam rapatitu ditentukan kapan waktu pelaksanaan pro-gram, siapa yang bertanggungjawab, biaya yangdibutuhkan dan berbagai hal teknis lainnyaseperti apa yang akan dikomunikasikan (Stel-lar & Kowalski, 2004:160-161). Produk dariperencanaan adalah program kerja sekolah yangbiasanya berjangka waktu setahun atau semes-ter (Nasution, 2009).

Kedua, pelaksanaan program humas padasekolah inklusi. Pelaksanaan program humaspada SMPN 1 dan SMP Dwijendra Mataramdilakukan dengan menjalin komunikasi duaarah dengan pihak yang berkepentingan.Sekolah mengkomunikasikan apa yang menjadikebutuhannya kepada masyarakat danmengakomodasi harapan dan kebutuhanmasyarakat. Kenyataan adanya komunikasi duaarah yang simetris antara sekolah inklusidengan masyarakat itu sejajar dengan gagasanKowalski (2004:9) tentang two way simetrycalcommunication.

Sekolah inklusi juga melibatkan masya-rakat dalam penyelenggaraan sekolah mulaidari pendanaan, manajemen, pembelajaransiswa dan sosialisasi informasi tentangpendidikan inklusi siswa ABK. Pihak yangterlibat dalam penyelengaraan pendidikaninklusi itu adalah para guru bidang studi, pihakyayasan, tenaga ahli dan therapist dari segikeagamaan STAHN Gde Pudja Mataram,komite sekolah, dan siswa regular pihak

konselor yang ada di Kota Mataram. Hal itusejajar dengan gagasan Stellar & Kowalski(2004:167) bahwa satu strategi dalampelaksanaan program humas adalah mendorongpartisipasi masyarakat dalam kegiatan sekolahagar masyarakat mempunyai rasa memilikisekolah inklusi. Singkatnya, Kowalskimenyatakan Participation foster ownership(Kowalski, 2004:213).

Pelaksanaan pendidikan humas meliputijuga bagaimana atasan mendukungan danmemotivasi dengan cara meneguhkan, menjagakeharmonisan, melayani siswa dengan besarhati, tulus (Zaenab Siti, 2014). Dalam kaitandengan hal ini, harus dikatakan bahwa di KotaMataram pada khususnya dan Indonesiaumumnya yang menganut budaya timur ini,pendekatan moral religius humanis dalammengkomunikasikan dan mensosialisasikankehadiran siswa ABK dan pendidikan inklusimerupakan sebuah pendekatan yang sangatefektif.

Penggunaan media seperti: surat, bukupenghubung, telepon, hand phone, internet,radio dan televisi, sebagaimana yang terjadipada SMPN 1 dan SMP Dwijendra Matarammenjadi sebuah hal yang sangat penting. Pen-tingnya penggunaan media dalam pelaksanaanprogran humas hal dinyatakan oleh Gorton(1976:370) dalam Kowalski (2004) bahwapenggunaan berbagai media dalam komunikasiantara sekolah dan masyarakat merupakan halyang mutlak perlu. Hal ini sejajar dengangagasan Stellar & Kowalski (2004:163),tentang pentingnya membentuk sebuah divisihumas.

Dalam bentuk pelaksanaan programpendidikan humas pada SMPN 1 dan SMPDwijendra Mataram juga efektif dilakukandengan cara membuktikan kepada masyarakatmelalui alumni sambil bersosialisasi bahwaanak yang berkebutuhan khusus juga memilikipotensi untuk dikembangkan. Sosialisasi danpembuktian itu dilakukan dengan mengikutkansiswa ABK dalam berbagai pameran

158 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

pendidikan, kunjungan, dan berbagai lomba-lomba. Dengan melakukan hal itu, masyarakatsemakin menyadari bahwa anak berkebutuhankhususpun memiliki potensi untuk dikem-bangkan. Mereka akhirnya lebih terbuka untukmenerima dan menghargai siswa ABK dan maumendukukung pendidikan inklusi (Kowalski,2004:213).

Proses pelaksanaan hubungan masya-rakat pada SMPN 1 dan SMP Dwijendra jugadilakukan dalam bentuk kepemimpinan kepalasekolah yang mau memberikan kebebasan danruang gerak bawahannya untuk bereksplorasidan berkreasi. Hal ini merupakan sebuah gayakepemimpinan non direktif (Zaenab, 2014).

Hal penting lain dalam pelaksanaanadalah kepala sekolah mengikutkan para gurudalam berbagai seminar dan pelatihan. Di sanapara guru mendapat pengarahan, sharingmengenai bagaimana mengkomunikasikansiswa ABK kepada masyarakat yang sebagianbesar menolak mereka. Hal ini sejajar dengangagasan Nasution (2009) yang mengatakanbahwa pengarahan merupakan aktivitas pentingdalam pelaksanaan program humas agar paraanggota dapat melakukan tugasnya sesuai jaluryang telah ditentukan.

Pelaksanaan humas pada SMPN 1 danSMP Dwijendra Mataram juga mencakupkebiasaan sekolah dalam melakukan koordinasimelalui wawancara dengan bawahan, melaluirapat setiap tiga bulan. Koordinasi menjadipenting karena merupakan salah satu bentukkoordinasi yang paling efektif dalam prosesmanajemen Sumber Daya Manusia (ZaenabSiti, 2014).

Ketiga, evaluasi program humas padasekolah inklusi. Evaluasi program humas padasekolah inklusi SMPN 1 dan SMP DwijendraMataram terjadi dalam bentuk pengawasan,aktivitas evaluasi dan tindaklanjut. Pengawasansecara formal diserahkan kepada kepala sekolahdan manajer inklusi serta koordinator GPK.Namun secara nonformal, fungsi pengawasandilakukan oleh orangtua dan semua guru.Dalam pengawasan kepala sekolah dan manajer

inklusi serta GPK memperhatikan perilaku paraanggotanya, apakah mereka berperilaku sesuaidengan apa yang telah mereka sepakati dalamperencanaan atau tidak (Nasution, 2009).

Evaluasi pada SMPN 1 dan SMPDwijendra Mataram juga juga terjadi secaraindividual nonformal seperti evaluasi dari gurubidang studi pada para GPK, evaluasi dari paraorangtua terhadap para GPK dan sebaliknyadalam evaluasi kepala sekolah terhadap paraguru. Namun juga evaluasi dapat dilakukansecara formal dalam pleno atau rapat bersama.

Hal lain yang penting dalam prosesevaluasi hubungan masyarakat adalah tindaklanjut. Pada SMPN 1 dan SMP DwijendraMataram, aktivitas itu terjadi dalam bentuk:membuat perbaikan, rolling tugas dantanggungjawab.

KESIMPULANAdapun kesimpulan dari penelitian yang

sudah dilakukan ini adalah sebagai berikut:1. Perencanaan humas pada di SMPN 1 dan

SMP Dwijendra Mataram meliputi iden-tifikasi permasalahan, penentuan tujuanprogram humas, penentuan st rategipenyelesaian masalah dan pembuatan pro-gram kerja.

2. Pelaksanaan program humas dalam sekolahinklusi dilakukan dengan mengadakanpembagian tugas, melakukan koordinasi,pengarahan, kepemimpinan, memotivasidan bersosialisasi tentang ABK denganpendekatan moral religius dan menjalinkomunikasi dua arah simetris yangberkelanjutan dengan masyarakat denganmenggunakan berbagai media.

3. Evaluasi program humas dalam pendidikaninklusi meliputi aktivitas pengawasan,evaluasi formal dan individual serta followup melalui perbaikan, me-reprogramagenda yang tertunda dan melakukan roll-ing pengurus humas.

4. pendidikan inklusif terbuka untuk umumtidak hanya untuk anak berkebutuhan

159Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

khusus saja tetapi siapa saja yang inginbersekolah di sekolah inklusif seperti anakpenyandang cacat, tunawisma, dan lain-lain. dengan adanya sekolah inklusif anak-anak berkebutuhan khusus mempunyaiwadah untuk menyalurkan keinginanmereka, bakat dan minat mereka. sekolahinklusif juga membuktikan bahwa anak-anak inklusif juga berhak mendapatkan sta-tus dan kedudukan yang sama dengan anak-anak pada umumnya, dan dapatmemperoleh pendidikan yang sama. Kitasebagai mahasiswa harus dapatmensosialaisasikan adanya sekolah inklusifdan dapat menambah minat masyarakatterhadap sekolah inklusif.

SARANBerdasarkan hasil penelitian tersebut,

beberapa saran yang dapat diberikan adalah:1. Dinas Pendidikan kota Mataram perlu

terlibat dan memberikan perhatian khususpada sosialisasi siswa berkebutuhan khususdan pendidikan inklusi khususnya padasekolah-sekolah konvensional yang sudahada.

2. Seharusnya pemerintah lebih memper-hatikan sekolah inklusif sehingga anakyang berkebutuhan khusus yang berbakatdapat menyakurkan bakat mereka, masya-rakat tidak lagi meremehkan sekolahinklusif bahwa anak-anak inklusif juga bisaberprestasi layaknya anak normal.

3. SMPN 1 dan SMP Dwijendra Mataramperlu terus membuka diri dan memeliharakomunikasi dua arah yang simetris denganstakeholders dengan menggunakanpendekatan moral religius.

4. Orangtua sebaiknya tidak merasa malumenyekolahkan anaknya pada sekolahinklusi. Melainkan terbuka dan menerimakehadiran ABK serta mencari informasipada sekolah inklusi mengenai bagaimanaberhadapan dengan ABK.

5. Mengingat penelitian dalam substansimanajemen pendidikan inklusi masihsangat terbatas, maka peneliti lain perlumelakukan penelitian pada substansimanajemen lainnya agar bisa menjadisumber informasi bagi sekolah yang inginmembuka program inklusi.

DAFTAR RUJUKANArikunto, S & Yuliana, L. 2008. Manajemen

Pendidikan. Yogyakarta: Aditya MediaFurchan, H. 1996. Desain Penelitian Kualitatif.

Dalam Arifin, Imron (Ed.). PenelitianKualitatif dalam Ilmu Sosial danKeagamaan (hlm. 40-48). Malang:Kalimasahada Press.

Kowalski, T. 2004. School Public Relations. ANew Agenda. Dalam Kowalski, T. (Ed.).Public Relations in School (hlm.4-29).New Jersey: Pearson Merill Pretince Hall.

Mantja, W. 2007. Etnografi. Desain PenelitianKualitatif Pendidikan dan ManajemanPendidikan. Malang: Elang Mas.

Nasution, Z. 2009. Manajemen Hubunganmasyarakat di Lembaga Pendidikan.Konsep, Fenomena dan Aplikasinya.Malang: UMM Press.

Skjørten, M. 2001. Menuju Inklusi danPengayaan, (Online), (www. idp-europe.org\indonesia\ buku-inklusi-14k, diakses25 Mei 2009).

Spaulding, A & O’Hair, M. 2004. Public Rela-tion in a Communication Context:Listning, Nonverbal, and Conflict Reso-lution Skills. Dalam Kowalski, T. (Ed.).Public Relations in School (hlm.96-121).New Jersey: Pearson Merill Pretince Hall.

Stellar, A. & Kowalski, T. 2004. Effective Pro-graming at the Distric Level. DalamKowalski, T. (Ed.). Public Relations inSchool (hlm.151-173). New Jersey:Pearson Merill Pretince Hall.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional

160 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Zaenab Siti. 2014. Buku Ajar dan Hand OutManajemen pendidikan Humas, tidakditerbitkan. STAHN Gde Pudja Mataram.

Zaenab Siti, 2015. Metodologi PenelitianPendidikan Kualitatif perspektifKekinian. Penerbit Selaras Malang JawaTimur.

161Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PENERAPAN PEMBELAJARANKOOPERATIF MODEL SNOWBALL

THROWINGPADA MATA PELAJARAN IPS

DI SEKOLAH DASAR

MurtiningsihEmail: [email protected]

Abstrak: Pemilihan model yang tepat dapat mendukung tercapainya suatu tujuan pengajaran. Dalampembelajaran IPS diperlukan suatu model yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan aktivitasdan kreativitas berfikir. Salah satu metode yang efektif untuk pengajaran IPS di Sekolah Dasar yang dapatmengembangkan aktivitas dan kreatif berpikir salah satunya adalah model pembelajaranSnowball Throw-ing. Karena model pembelajaran ini dapat menciptakan keaktifan siswa dalam memperoleh ketrampilanintelektual, sikap, dan ketrampilan motorik. Selain itu dapat menimbulkan respon yang positif, dapatmenghubungkan hubungan yang lebih baik sesama teman, selain itu dapat menanamkan sikap percaya diridan tanggung jawab. Pengajaran IPS dengan modelpembelajaran Snowball Throwing memberikankesempatan pada siswa untuk melatih tanggung jawab, memecahkan masalah,membuat analisa,mengemukakan pendapat serta bersikap mandiri dan menyenangkan. Model pembelajaran SnowballThrowingdilaksanakan pada pengajaran IPS di kelas III sampai dengan kelas VI SD.Kata-kata kunci: pembelajaran kooperatif, model snowball throwing, IPS SD.

Masalah pendidikan di Indonesia yangbanyak dibicarakan para ahli pada saat ini selainrendahnya mutu pendidikan, juga berkaitandengan strategi pembelajaran yang dilakasa-nakan yaitu pendekatan dalam pembelajaranyang masih terlalu didominasi peran guru(teacher centered), sehingga keterlibatanpeserta didik dalam proses pembelajaran masihkurang. Guru lebih menerapkan peserta didiksebagai obyek pengajaran dan bukan sebagaisubyek belajar. Pendidikan kita kurang mem-berikan kesepatan kepada siswa dalam berbagaimata pelajaran untuk mengembangkan kemam-puan berfikir holistik (menyeluruh), kreatif,obyektif, logis, belum memanfaatkan modelsnowball throwing sebagai salah satu para-digma menarik dalam pembelajaran, serta

kurang memperhatikan ketuntasan belajarsiswa secara individual. Dari ungkapan di atasdapat dilihat bahwa dalam proses belajar-mengajar di kelas yang pada umumnya lebihmenekankan pada aspek kognitif, dimanakemampuan mental yang dipelajari sebagianbesar berpusat pada pemahaman bahanpengetahuan dan ingatan. Dalam situasi yangdemikian, biasanya dituntut untuk menerimaapa-apa yang dianggap penting oleh guru danmenghafalnya. Guru terkadang kurang me-nyenangi situasi dimana siswa banyak bertanyamengenai hal-hal yang berada di luar konteksyang dibicarakannya, kondisi yang demikianmengakibatkan aktivitas dan kreatifitas siswatidak dapat berkembang secara optimal. Dengandemikian belajar-mengajar terfokus pada guru

162 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dan kurang terfokus pada siswa, maka padamasa sekarang sebaiknya pembelajaranterfokus pada siswa. Berdasarkan masalah yangada maka guru perlu menggunakan strategipembelajaran yang dapat melibatkan siswasecara langsung. Salah satunya dengan meng-gunakan model pembelajaran snowball throw-ing. Dengan suasana pembelajaran tersebutdiharapkan dapat mengembangkan pola pikirsiswa lebih kritis dan kreatif. Dalam kegiatanpembelajaran di SD, termasuk pembelajaranIPS perlu menggunakan model snowballthrowingkarena model pembelajaran ini dapatmeningkatkan berpikir kritis, kreatif, tanggungjawab, percaya diri, menghargai sesama temankarena mereka saling tergantung sehingga halini dapat memunculkan respon yang positif dandapat membentuk siswa bersikap mandiri.

Konsep Dasar Model PembelajaranKooperatif

Menurut Slavin (1995:4) metode pem-belajaran kooperatif adalah suatu teknikpembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjadalam kelompok-kelompok kecil secarakolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4-6orang, dan struktur kelompok heterogen.Metodepembelajaran kooperatif merupakansuatu bentuk kolaborasi dalam kelompok kecil,dimana siswa bekerja bersama untuk menye-lesaikan tugas yang diberikan. (Tinzman, dkkdalam Adnyana, 2004). Selanjutnya David,1990; Kagan, 1992 (dalam Jacob, 1999)memberikan batasan tentang pembelajarankooperatif yaitu metode pembelajarankelompok yang terdiri dari kelompok kecil (5-6 orang), dimana siswa bekerjasama dan salingmembantu dalam menyelasaikan tugas-tugasakademik. Metode pembelajaran kooperatifmerupakan strategi-strategi yang mendorongkelompok-kelompok kecil/pasangan siswauntuk bekerjasama dan berinteraksi bersamaguna membangun pengetahuan dan menye-lesaikan tugas (Teo, 2003:108).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas,metode pembelajaran kooperatif menekan padakerjasama, saling memberikan pendapat (shar-ing ideas), dalam kelompok-kelompok kecilyang berkarakteristik heterogen. Dengan sifatkelompoknya yang heterogen metode pembe-lajaran kooperatif akan dapat memberikanpeluang pada siswa dengan latar belakang yangberagam untuk saling membantu dan meng-hormati.

Berkaitan dengan belajar mata pelajaranIPS metode pembelajaran kooperatif dapatditerapkan dalam rangka meningkatkan kebe-ranian siswa dalam berpendapat, meningkatkanrasa percaya diri serta tanggung jawab. BelajarIPS sering kali siswa dihadapkan pada materi-materi yang berhubungan dengan fakta, konsep,generalisasi yang membutuhkan deskripsi,analisis dan terkadang demonstrasi. Oleh sebabitu metode pembelajaran kooperatif dinilaisangat tepat untuk diterapkan, sebab siswa akanterlibat dan berusaha melibatkan diri secaraaktif dalam proses pembelajaran. Kondisi iniakan memberikan dampak yang positif terhadapkualitas interaksi dan komunikasi yang padaakhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarsiswa.

Ciri metode pembelajaran kooperatif: (1)setiap anggota memiliki peranan, (2) terjadiinteraksi antar siswa, (3) setiap anggotakelompok bertanggungjawab atas belajarnyadan juga teman-temnan sekelompoknya, (4)guru membangkit siswa untuk mengembangkanketrampilan-ketrampilan interpersonal kelom-pok, dan (5) guru hanya berinteraksi dengansaat diperlukan (Karin, 1993).

Unsur-unsur penting model pembe-lajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah suatusistem yang didalamnya terdapat unsur-unsuryang saling terkait. Adapun unsur yang terdapatdalam pembelajaran koperatif adalah: (1) salingketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka,(3) akuntabilitas individual, (4) ketrampilan

163Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

untuk menjalin hubungan antar pribadi/kelompok sosial yang secara sengaja diajarkan,(5) proses kelompok (Johson & johson dkk,1998:100).

Langkah-langkah pembelajaran koope-ratif. Terdapat variasi dalam langkah-langkahpembelajaran kooperatif sesuai denganpembelajaran kooperatif yang dikembangkan(Arends, 2004:374) menemukan bahwa ada 6langkah dalam pembelajaran kooperatif dimulaidengan guru menyampaikan tujuan pembe-lajaran, memotivasi siswa untuk belajar danpenyajian informasi lainnya secara umummelalui ceramah (verbal), dan secara menye-luruh 6 langkah metode pembelajaran ko-operatif dapat disajikan pada tabel berikut ini.

kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto,2007).Pengertian model pembelajaran menurutSuprijono (2009) menyatakan bahwa modelpembelajaran dapat didefinisikan sebagaikerangka konseptual yang melukiskan prosedursistematis dalam mengorganisasikan penga-laman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran Snowball Trowingterdiri dari kata Snowball artinya bola salju,sedangkan Throwing artnya melempar. Secarakeseluruhan, snowballthrowing dapat diartikanmelempar bola salju. Maksudnya yaitu siswamembuat bola yang terbuat dari kertas ataumenempel kertas pada bola yang berisipertanyaan tentang materi yang dibahas olehguru kemudian memberikannya pada teman

Fase Kegiatan Guru (teacher behavior) 1. Menyampaikan tujuan dan

menyiapkan perangkat pembelajaran

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajaran.

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi dengan peragaan (demontrasi)/teks. 3. Mengorganisasi siswa

dalam membentuk kelompok belajar

Guru mendemontrasikan pada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4. Membantu kerja kelompok selama belajar

Guru membantu tim-tim belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5. Melakukan evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar.

6. Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Tabel langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif antara lain meli-putimodel :Student Teams Achievement Divi-sion (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI),Numbered Heads Together (NHT), SnowballThrowing dan Think Pair Share (TPS).

Konsep Dasar Pembelajaran Koope-ratif Model Snowball Throwing

Model pembelajaran adalah suatu peren-canaan atau suatu pola yang digunakan sebagaipedoman dalam merencanakan pembelajaran di

yang lain pada proses pembelajaran yangsedang berlangsung (Supandi, 2007).

Model pembelajaran snowball throwingmerupakan salah satu model dalam pembe-lajaran kooperatif, dimana cara pembelajarandengan cara diskusi kelompok dengan permai-nan yang terdiri 4-6 siswa. Dalam model inisiswa dituntut untuk berpikir, mengajukanpertanyaan, dan menjawab pertanyaan yangdikaitkan dengan pengetahuan umum siswa itusendiri dengan buku paket atau sumber lainserta LKS yang mendorong siswa berdiskusi

164 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

kelompok secara aktif sehingga pembelajaranakan terasa lebih menyenangkan dan menim-bulkan keaktifan siswa dalam kelas.

Tujuan Model Pembelajaran Snow-ball Throwing

Model pembelajaran Snowball Throwingmemiliki beberapa tujuan dalam penerapannya,tujuan pembelajaran, Snowball Throwing yaitumelatih murid untuk mendengarkan pendapatorang lain, melatih kreatifitas dan imajinasimurid dalam membuat pertanyaan, serta mema-cu murid untuk bekerjasama, saling membantu,serta aktif dalam pembelajaran (dalam http://muhaammanshari9.blogspot.com/2013/10/model-pembelajaran-snowball-throwing.html).Pencapaian tujuan tersebut didasarkan padalangkah-langkah penerapan model pembela-jaran Snowball Throwing. Selain itu, melaluipenerapan model pembelajaran SnowballThrowing juga dapat melatih murid untuk lebihtanggap menerima pesan dari orang lain, danmenyampaikan pesan tersebut kepada teman-nya dalam satu kelompok.

Langkah-langkah Model Pembela-jaran Snowball Throwing

Terdapat langkah-langkah yang perludiperhatikan dalam penerapan model SnowballThrowing, diantaranya (a) guru menyampaikanmateri yang akan disajikan, (b) guru mem-bentuk kelompok-kelompok dan memanggilmasing-masing ketua kelompok untuk mem-berikan penjelasan tentang materi, (c) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelom-poknya masing-masing, kemudian menjelaskanmateri yang disampaikan guru kepada teman-nya, (d) kemudian masing-masing sisa diberi-kan satu lembar kerja, untuk menuliskan satupertanyaan apa saja yang menyangkut materiyang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, (e)kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebutdibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswake siswa yang lain selama ± 15 menit, (f) setelah

siswa mendapatkan satu bola/satu pertanyaanlalu diberikan kesempatan kepada siswa untukmenjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertasberbentuk bola tersebut secara bergantian, (g)evaluasi, (h) penutup (Komalasari, 2010).

Kelebihan dan Kekurangan ModelPembelajaran Snowball Throwing

Suatu model pembelajaran pasti memilikikelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihanmodel Snowball Throwing sebagai berikut: (1)Melatih kesiapan dalam berpikir siswa, (2)Saling memberikan pengetahuan, (3) Siswamenjadi lebih semangat belajar, (4) Dapatmenumbuhkan sikap-sikap dalam diri siswa.Sedangkan kelemahan model snowball throw-ing adalah (1) Pengetahuan tidak luas, hanyaberkutat pada pengetahuan sekitar siswa, (2)Dapat menimbulkan gaduh di kelas. Untuk poin2 tentang kelemahan snowball throwingmenurut Rahayu di atas, dapat dikatakan bukan-lah kelemahan jika kegaduhan tersebut memangtimbul karena proses pembelajaran sedangberlangsung. Rahayu (2009)

Untuk mengatasi kekurangan dan mem-perlancar proses pembelajaran model snowballthrowing, maka dilakukan modifikasi ataupengembangan pada proses langkah-langkahpembelajaran yang dapat dijelaskan sebagaiberikut. (Rahayu, 2009): (a) Guru menyampai-kan materi secara garis besar terlebih dahuludan bertanya jawab menggunakan media bola,di mana siswa yang mendapat bola harusmenjawab materi yang disampaikan, (b) Gurumembentuk kelompok-kelompok dan memang-gil masing-masing ketua kelompok danmenjelaskan masing-masing tugas; (c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelom-poknya untuk menjelaskan tugas yang diberikanguru tentang materi yang diberikan, (d) Masing-masing kelompok diberikan satu lembar kertaskerja saja untuk menuliskan 3 pertanyaan yangakan dijawab oleh kelompok lain, (e) Kertastersebut diuwel-uwel dibentuk seperti bola dandilempar dari satu kelompok ke kelompok yang

165Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

lain selama kurang lebih 5 menit, (f) Kemudiantiap kelompok mendapat satu bola salju yangdidalamnya terdapat beberapa pertanyaan yangharus dijawab, (g) Guru mengatur sebuahkompetisi bagi kelompok dengan memberikannilai bintang bagi kelompok yang lebih dahulumenyelesaikan tugas dengan benar, (h) Setelahmasing-masing kelompok menjawab perta-nyaan dengan memprentasikan hasil jawaban-nya, maka siswa dibimbing guru menyimpulkanmateri yang telah dipelajari, (i) Untuk menge-tahui tingkat keberhasilan proses belajarmengajar yang berlangsung, yaitu denganmenggunakan lembar observasi aktivitas siswadan tes tulis (evaluasi) pada akhir pembelajaran;dan (j) Tahap penutup, guru merefleksikanpembelajaran yang telah berlangsung.

Penerapan Pembelajaran KooperatifModel Snowball Throwing dalamPembelajaran IPS Di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran IPS menurut NCSS(National Council For Social Studies) adalahmembantu generasi muda dalam : (1) mengem-bangkan kemampuannya untuk menjadimanusia yang berpengatahuan; (2) mengem-bangkan kecerdasan dalam mengambil kepu-tusan untuk kebaikan masyarakat sebagai wargayang didalamnya terdapat kultur, dan (3)menjadi warga masyarakat demokratis dalamsuatu dunia yang saling memiliki ketergan-tungan (Rochmadi, 2008:9).

Materi pelajaran IPS di SD diajarkan darikelas I sampai kelas VI, sedangkan penerapanpembelajaran kooperatif model snowballthrowing dapat digunakan di kelas III, IV, V,dan VI. Model ini melatih siswa untuk berpikirlogis dan kritis dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan model snowball throwingdalam pembelajaran IPS dapat diterapkan dikelas III, IV, V dan VI Sekolah Dasar sesuaidengan langkah-langkah tersebut di atas.

Contoh penerapan pada kelas III pem-belajaran kooperatif model snowball throwingdapat diterapkan pada Standar Kompetensi: 2.

Memahami jenis pekerjaan dan penggunaanuang. Kompetensi Dasar: 2.1 mengenal jenis-jenis pekerjaan. Sedangkan indikatornya: (1)Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan dilingkungan tempat tinggal siswa yang meng-hasilkan barang dan jasa. (2) Membuat daftarpekerjaan orang tua siswa yang menghasilkanbarang dan jasa.

Langkah-langkahnya yaitu (a) gurumenyampaikan materi yang akan disajikan, (b)guru membentuk kelompok-kelompok danmemanggil masing-masing ketua kelompokuntuk memberikan penjelasan tentang materi,(c) masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudianmenjelaskan materi yang disampaikan gurukepada temannya, (d) kemudian masing-masingsisa diberikan satu lembar kerja, untukmenuliskan satu pertanyaan apa saja yangmenyangkut materi yang sudah dijelaskan olehketua kelompok, (e) kemudian kertas yangberisi pertanyaan tersebut dibuat seperti boladan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lainselama ± 15 menit, (f) setelah siswa men-dapatkan satu bola/satu pertanyaan lalu diberi-kan kesempatan kepada siswa untuk menjawabpertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentukbola tersebut secara bergantian, (g) evaluasi, (h)penutup.

Tujuan pembelajaran dari kegiatantersebut adalah untuk melatih siswa bersikapaktif, kreatif, berpikir kritis, berani mengemu-kakan pendapat, saling hormat dan menghargaiserta membentuk sikap mandiri, bertanggungjawab dan membuat suasana yang menggem-birakan di dalam kelas.Pada pembelajaran iniguru hendaknya bersikap arif, bijaksana sertamampu menciptakan suasana kelas yangnyaman dan menyenangkan.

Pada kelas IVpembelajaran kooperatifteknik snowball throwing dapat diterapkan padaStandar Kompetensi: 2. Mengenal SDA,kegiatan ekonomi, kemajuan teknologi di ling-kungan kabupeten/kota dan provinsi. KotensiDasar: 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yangberkaitan dengan Sumber Daya Alam dan

166 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

potensi lain di daerahnya. Indikator: (1)Mengidentifikasi jenis-jenis SDA dan potensilain di daerahnya, (2) Menjelaskan manfaatSDA dan potensi lain di daerahnya, (3)Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitandengan SDA dan potensi lain di daerahnya, (4)Menjelaskan perlunya menjaga kelestarianSDA dan potensi lain di daerahnya.

Langkah-langkahnya (a) guru menyam-paikan materi yang akan disajikan, (b) gurumembentuk kelompok-kelompok dan memang-gil masing-masing ketua kelompok untukmemberikan penjelasan tentang materi, (c)masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudian men-jelaskan materi yang disampaikan guru kepadatemannya, (d) kemudian masing-masing sisadiberikan satu lembar kerja, untuk menuliskansatu pertanyaan apa saja yang menyangkutmateri yang sudah dijelaskan oleh ketuakelompok, (e) kemudian kertas yang berisipertanyaan tersebut dibuat seperti bola dandilempar dari satu siswa ke siswa yang lainselama ± 15 menit, (f) setelah siswa men-dapatkan satu bola/satu pertanyaan laludiberikan kesempatan kepada siswa untukmenjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertasberbentuk bola tersebut secara bergantian, (g)evaluasi, (h) penutup.

Tujuan pembelajaran dari kegiatan ter-sebut adalah untuk melatih siswa bersikap aktif,kreatif, berpikir kritis, berani mengemukakanpendapat, saling hormat dan menghargai sertamembentuk sikap mandiri, bertanggung jawabdan membuat suasana yang menggembirakandi dalam kelas.Pada pembelajaran ini guruhendaknya bersikap arif, bijaksana serta mampumenciptakan suasana kelas yang nyaman danmenyenangkan.

PenutupPembelajaran kooperatif model snowball

throwing adalah salah satu model yang dapatditerapkan dalam pembelajaran IPS di SD.Dalam pembelajaran IPS pembelajaran

kooperatif model snowball throwingdapatmenciptakan aktivitas dan kreativitas berfikir,juga menimbulkan siswa percaya diri, sehinggamereka senang untuk belajar IPS. Modelpembelajaran kooperatif model snowballthrowing memberikan kemungkinan kepadasiswa untuk belajar mandiri, selain itu metodeini melatih siswa untuk berani mengemukakanpendapat, melatih siswa untuk bertanggung-jawab.

Sedangkan peranan guru dalam modelpembelajaran kooperatif model snowballthrowing sebagai pengelola interaksi belajarmengajar dikelas, bukan sebagai penyampaiinformasi. Hal ini sangat sesuai jika pembe-lajaran kooperatif model snowball throwingditerapkan pada kurikulum KTSP, karenakegiatan-kegiatan dalam pembelajaran inilangsung melibatkan siswa.

DAFTAR RUJUKANArends, RI, 2004, Learning to teach (6th ed.),

New York: Mc.Graw-Hill Companies.Anshari, Muhammad. 2013. http://muhaam

manshari9.blogspot .com/2013/10/mo d e l- p e mbe la ja r a n - s n o w ba l l -throwing.html).diakses 21 Desember2013.

Carin, A.A, 1993, Teaching Modern Science (6th

ed). New York, Oxford: MaxwellMacmillan International.

Depdiknas, 2006, Kurikulum Tingkat SatuanPembelajaran (KTSP) Sekolah Dasar,Jakarta: Deppenn

Jacob, G.M., Lee, GS, & Ball, J., 1999, Learn-ing Cooperative Via Cooperative Learn-ing: A Source Book Of Lesson Plan ForTeacher Education In CooperativeLearning, Singapore: Seamed RegionalLenguage Centre.

Komalasari, Kokom. 2010. PembelajaranKontekstual. Bandung: Refika Aditama.

Rahayu, Puji. 2009. Penerapan PembelajaranKooperatif Model Snowball Throwing

167Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Materi Sumber Daya Alam untukMeningkatkan Hasil Belajar GeografiSiswa Kelas XI IPS Semester I SMANegeri Patianworo Kabupaten Nganjuk.Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Uni-versitas Negeri Malang.

Rocmadi, Nur Wahyu, 2008, Naskah IPS SD.Pendidikan dan Latihan Profesi GuruRayon 15 Universitas Negeri Malang.Panitia Sertifikasi Guru UMS.

Slavin, R., 1995, Cooperative Learning (2nd ed),Boston, USA: Allyn and Bacon.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative LearningTeori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Teo, N., 2003, A Handbook For Science Teach-ers In Primary Schools, Singapore: TimesMedia Private Limited.

Tianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Prestasi Pustaka.

168 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PENERAPAN PROBLEM SOLVINGDALAM PEMBELAJARAN IPS

DI SEKOLAH DASAR

Sri SugihartiUniversitas Negeri Malang

KSDP FIPAlamat Rumah: Jln. Sigura-gura V Malang, HP: 081234465979

E-mail: [email protected]

Abstrak: Sekolah Dasar atau SD merupakan lembaga pertama peserta didik untuk belajar membaca,menulis, berhitung dan memahami permasalahan yang ada dalam pembelajaran khususnya IPS yang bersifatmembosankan, IPS dianggap pelajaran yang mudah. Problem solving (pemecahan masalah) merupakansalah satu alternatif pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermaknaapabila terjadi dalam latar yang realistis, diacukan ke arah problem solving/pemecahan masalah aktualyang dihadapi oleh siswa/peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Ada 5 langkah-langkah problemsolving yang dapat diajarkan di Sekolah Dasar: (1) Merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalahkemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah. (2) Menelaahmasalah. Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalahyang diteliti dari berbagai sudut. (3) Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktianhipotesis. Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar,dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis. (4) Pembuktian hipotesis. Dalam pembuktian hipotesiskemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul. (5)Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan. Dalam menentukan pilihan pemecahan masalahdan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilihalternatif pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan. Aplikasi atau penerapan problem solvingdalam pembelajaran IPS pemecahan masalah dapat diterapkan di kelas III, IV, V dan VI Sekolah Dasarsesuai dengan langkah-langkah problem solving dilengkapi dengan media dan metode pembelajaransehingga dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di SD.Kata kunci: penerapan, problem solving, pembelajaran, IPS, sekolah dasar.

Pengertian Ilmu Pengetahuan SosialMenurut Winoyo (dalam Mashudi,

2009:50) IPS adalah program pendidikan ataubidang studi dalam kurikulum sekolah yangmempelajari kehidupan manusia dalam masya-rakat serta perhubungan atau interaksi antaramanusia dengan lingkungannya (sosial danfisik). Mashudi (2009:50) menjelaskan:

“IPS merupakan integrasi dari berbagaicabang ilmu sosial, seperti sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologisosial, tatanegara, hukum humaniora dan ilmu-ilmu lain yang terkait, yang mempelajarikehidupan manusia dalam masyarakat sertainteraksi antara manusia dengan lingkungan-nya, digunakan untuk kepentingan pendidikan”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkanbahwa IPS adalah suatu program pembelajaranyang utuh terintegrasi, tidak terpisah-pisahdalam kotak-kotak disiplin ilmu yang memba-ngunnya. IPS merupakan suatu keseluruhan

169Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

persoalan, interaksi manusia dengan lingku-ngannya, baik fisik maupun lingkungan sosial-nya yang bahannya merupakan perpaduan dariberbagai ilmu sosial, seperti sejarah, geografi,ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik,dan psikologi.

Tujuan Ilmu Pengetahuan SosialMenurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 22 tahun 2006. Mata pelajaranIPS bertujuan agar peserta didik memilikikemampuan sebagai berikut.a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingku-ngannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikirlogis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,memecahkan masalah, dan keterampilandalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaranterhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi,bekerjasama dan berkompetisi dalammasyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,nasional, dan global.

Tujuan Pendidikan IPS adalah untukmendidik dan memberi bekal kemampuan dasarkepada anak untuk mengembangkan diri sesuaibakat, minat, kemampuan dan lingkungannya,serta berbagai bekal bagi siswa untuk melan-jutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi(Solihatin, 2009:15). Menurut Wright (dalamKonsorium Program PJJ S1 PGSD, 2008:106)menyebutkan bahwa tujuan IPS ialah men-dorong anak untuk mengembangkan kualitaspersonal melalui proses mengetahui, menggali,menghayati/merefleksi dan menilai. Serta yangtidak kalah penting ialah mendorong agarberkembang kemauan untuk berpartisipasisecara positif baik dalam lingkup masyarakatlokal, nasional, maupun global.

Sejalan dengan pendapat di atas Gross(dalam Solihatin 2009:14) menyebutkan bahwatujuan pendidikan IPS adalah untuk mem-

persiapkan peserta didik menjadi warga Negarayang baik dalam kehidupan bermasyarakat.Berbagai tujuan yang dikemukakan oleh paraahli di atas, dapat disimpulkan bahwapembelajaran IPS di sekolah dasar mengem-bangkan aspek kognitif, afektif, dan psiko-motorik. Hal ini diharapkan peserta didik disekolah dasar mampu mengembangkan penge-tahuan dan keterampilan dasar yang bergunabagi kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Pembelajaran IPS diSD

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPSdi SD, perlu memperhat ikan corak dankarakteristik pembelajaran IPS di SD menurutRochmadi (dalam Mashudi 2009:73) sebagaiberikut :1. Harus lebih ditekankan pada pengenalan

kehidupan pada dirinya sebagai makhluksosial.

2. Dalam kedudukannya sebagai makhluksosial anak didik harus tahu tentang dirinya,dan lingkungan alam sekitarnya (sosial,budaya dan juga fisik).

3. Lingkungan alam, fisik, dan sosial budayadapat menjadikan yang bersangkutanmenjadi aktif dan bisa mengembangkandiri.

4. Proses belajar mengajar memiliki nuansayang cooperative, inquiry, dan bersifatpragmatis praktis.

Pembelajaran IPS di SD bersifat prag-matis menyangkut dunia diri dan kehidupanpeserta didik sesuai dengan tingkat perkem-bangan usia dan kemampuan berpikirnya, sertasesuai dengan persoalan atau permasalahanmasyarakat sekitar peserta didik, baik sebagaisumber belajar maupun sebagai media belajar.Pembelajaran di SD bersifat pengetahuan bukankeilmuan. Artinya bahwa yang diajarkan dalammatapelajaran IPS adalah hal-hal yang praktisyang berguna bagi diri peserta didik dankehidupannya kini maupun kelak di kemudian

170 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

hari dalam berbagai lingkungan serta aspekkehidupan. Jadi bukan mengajarkan teori – teorisosial atau ilmu sosial Djahiri, K (dalamMashudi, 2009 : 74).

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS diSD

Ruang lingkup mata pelajaran IPS dalamPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor22 tahun 2006 meliputi aspek-aspek sebagaiberikut: (1) manusia, tempat dan lingkungan;(2) waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3)sistem sosial dan budaya; (4) perilaku ekonomidan kesejahteraan.

Pengertian Problem SolvingMetode pemecahan masalah (problem

solving) adalah penggunaan metode dalamkegiatan pembelajaran dengan jalan melatihsiswa menghadapi berbagai masalah baik itumasalah pribadi atau perorangan maupunmasalah kelompok untuk dipecahkan sendiriatau secara bersama-sama.

Penyelesaian masalah merupakan prosesdari menerima tantangan dan usaha-usahauntuk menyelesaikannya sampai menemukanpenyelesaiannya. menurut Syaiful BahriDjamara (2006:103) bahwa: Metode problemsolving (metode pemecahan masalah) bukanhanya sekedar metode mengajar tetapi jugamerupakan suatu metode berfikir, sebab dalamproblem solving dapat menggunakan metodelain yang dimulai dari mencari data sampaikepada menarik kesimpulan.

Menurut N.Sudirman (1987:146) metodeproblem solving adalah cara penyajian bahanpelajaran dengan menjadikan masalah sebagaititik tolak pembahasan untuk dianalisis dandisintesis dalam usaha untuk mencari peme-cahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkanmenurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwaproblem solving adalah metode yang menga-jarkan penyelesaian masalah dengan memberi-kan penekanan pada terselesaikannya suatumasalah secara menalar.

Senada dengan pendapat diatas Sanjaya(2006:214) menyatakan pada metode peme-cahan masalah, materi pelajaran tidak terbataspada buku saja tetapi juga bersumber dariperistiwa-peristiwa tertentu sesuai dengankurikulum yang berlaku. Ada beberapa kriteriapemilihan bahan pelajaran untuk metodepemecahan masalah (problem solving) yaitu:a)  Mengandung isu-isu yang mengandung

konflik bisa dari berita, rekaman video danlain- lain

b)  Bersifat familiar dengan siswac)   Berhubungan dengan kepentingan orang

banyakd)   Mendukung tujuan atau kompetensi yang

harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yangberlaku

e)  Sesuai dengan minat siswa sehingga siswamerasa perlu untuk mempelajari

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan masalah banyak digu-nakan guru bersama dengan penggunaanmetode lainnya. Dengan metode ini guru tidakmemberikan informasi dulu tetapi informasidiperoleh siswa setelah memecahkan masalah-nya. Pembelajaran pemecahan masalah berang-kat dari masalah yang harus dipecahkan melaluipermasalahan pembelajaran yang kurang opti-mal.

Pembelajaran problem solving merupa-kan bagian dari pembelajaran berbasis masalah(PBL). Menurut Arends (2008:45) pembela-jaran berdasarkan masalah merupakan suatupendekatan pembelajaran di mana siswa me-ngerjakan permasalahan yang otentik denganmaksud untuk menyusun pengetahuan merekasendiri.

Pada pembelajaran berbasis masalahsiswa dituntut untuk melakukan pemecahanmasalah-masalah yang disajikan dengan caramenggali informasi sebanyak-banyaknya,kemudian dianalisis dan dicari solusi daripermasalahan yang ada. Solusi dari permasala-han tersebut tidak mutlak mempunyai satu

171Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

jawaban yang benar artinya siswa dituntut pulauntuk belajar secara kritis. Siswa diharapkanmenjadi individu yang berwawasan luas sertamampu melihat hubungan pembelajarandengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapatdisimpulkan metode pembelajaran problemsolving adalah suatu penyajian materi pelajaranyang menghadapkan siswa pada persoalan yangharus dipecahkan atau diselesaikan untukmencapai tujuan pembelajaran. Dalam pem-belajaran ini siswa di haruskan melakukanpenyelidikan otentik untuk mencari penye-lesaian terhadap masalah yang diberikan.Mereka menganalisis dan mengidentifikasikanmasalah, mengembangkan hipotesis, mengum-pulkan dan menganalisis informasi dan mem-buat kesimpulan.

Manfaat dan Tujuan dari ProblemSolving (Pemecahan Masalah)

Manfaat dari penggunaan metode prob-lem solving pada proses belajar mengajar untukmengembangkan pembelajaran yang lebihmenarik. Menurut Djahiri (1983:133) metodeproblem solving memberikan beberapa manfaatantara lain :a)    Mengembangkan sikap keterampilan siswa

dalam memecahkan permasalahan, sertadalam mengambil keputusan secaraobjektif dan mandiri

b)    Mengembangkan  kemampuan  berpikir

para siswa, anggapan yang menyatakanbahwa kemampuan berpikir akan lahir bilapengetahuan makin bertambah

c)    Melalui  inkuiri  atau  problem solvingkemampuan berpikir tadi diproses dalamsituasi atau keadaan yang benar-benardihayati, diminati siswa serta dalamberbagai macam ragam altenatif

d)    Membina  pengembangan  sikap  perasaan(ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikirobjektif-mandiri, krisis-analisis baik secaraindividual maupun kelompok

Berhasil tidaknya suatu pengajaranbergantung kepada suatu tujuan yang hendakdicapai. Tujuan dari pembelajaran problemsolving adalah sebagai berikut.1)  Siswa menjadi terampil menyeleksi infor-

masi yang relevan kemudian mengana-lisisnya dan akhirnya meneliti kembalihasilnya.

2)  Kepuasan intelektual akan timbul daridalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3)  Potensi intelektual siswa meningkat.4)  Siswa belajar bagaimana melakukan pene-

muan dengan melalui proses melakukanpenemuan.

Langkah – Langkah Problem Solving(Pemecahan Masalah)

Penyelesaian masalah menurut J.Deweydalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapatdilakukan melalui enam tahap yaitu:

Tahap – Tahap Kemampuan yang diperlukan 1) Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas 2) Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa

masalah dari berbagai sudut 3) Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat

dan alternative penyelesaian 4) Mengumpulkan dan mengelompokkan

data sebagai bahan pembuktian hipotesis Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel

5) Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung- hubungkan dan menghitung Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan

6) Menentukan pilihan penyelesaian Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan

Sumber: J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115)

172 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Penyelesaian masalah Menurut DavidJohnson dan Johnson dapat dilakukan melaluikelompok dengan prosedur penyelesaiannyadilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002:117):1. Mendifinisikan Masalah

a) Kemukakan kepada siswa peristiwayang bermasalah, baik melalui bahantertulis maupun secara lisan, kemudianminta pada siswa untuk merumuskanmasalahnya dalam satu kalimat seder-hana (brain stroming). Tampunglahsetiap pendapat mereka dengan menu-lisnya dipapan tulis tanpa memper-soalkan tepat atau tidaknya, benar atausalah pendapat tersebut.

b)   Setiap pendapat yang ditinjau denganpermintaan penjelasan dari siswa yangbersangkutan. Dengan demikian dapatdicoret beberapa rumusan yang kurangrelevan. Dipilih rumusan yang tepat,atau dirumuskan kembali (rephrase,restate) perumusan- perumusan yangkurang tepat. akhirnya di kelas memilihsatu rumusan yang paling tepat dipakaioleh semua.

2.   Mendiagnosis masalah. Setelah berhasilmerumuskan masalah langkah berikutnyaialah membentuk kelompok kecil, kelom-pok ini yang akan mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah.

3.   Merumuskan Altenatif Strategi. Padatahap ini kelompok mencari dan mene-mukan berbagai altenatif tentang carapenyelesaikan masalah. Untuk itu kelom-pok harus kreatif, berpikir divergen,memahami pertentangan diantara berbagaiide, dan memiliki daya temu yang tinggi.

4.   Menentukan dan menerapkan Strategi.Setelah berbagai altenatif ditemukankelompok, maka dipilih altenatif manayang akan dipakai. Dalam tahap inikelompok menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang cukup cukup kritis,selektif, dengan berpikir kovergen.

5.   Mengevaluasi Keberhasilan Strategi.Dalam langkah terakhir ini kelompokmempelajari :(1) Apakah strategi itu berhasil (evaluasi

proses)?(2) Apakah akibat dari penerapan strategi

itu (evaluasi hasil) ?

Berdasarkan pendapat para ahli, makadapat disimpulkan langkah-langkah yang harusdiperhatikan oleh guru dalam memberikanpembelajaran problem solving sebagai berikut:1.  Merumuskan masalah. Dalam merumus-

kan masalah kemampuan yang diperlukanadalah kemampuan mengetahui danmerumuskan suatu masalah.

2.  Menelaah masalah. Dalam menelaah masa-lah kemampuan yang diperlukan adalahmenganalisis dan merinci masalah yangditeliti dari berbagai sudut.

3.   Menghimpun dan mengelompokkan datasebagai bahan pembuktian hipotesis.Menghimpun dan mengelompokkan dataadalah memperagakan data dalam bentukbagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahanpembuktian hipotesis.

4.    Pembuktian hipotesis. Dalam pembuktianhipotesis kemampuan yang diperlukanadalah kecakapan menelaah dan membahasdata yang telah terkumpul.

5.   Menentukan pilihan pemecahan masalahdan keputusan. Dalam menentukan pilihanpemecahan masalah dan keputusan ke-mampuan yang diperlukan adalah keca-kapan membuat alternatif pemecahan,memilih alternatif pemecahan danketerampilan mengambil keputusan.

Kelebihan Problem Solving Method (Peme-cahan Masalah)

Pembelajaran problem solving inimemiliki keunggulan. Adapun keunggulanmodel pembelajaran problem solving dianta-ranya yaitu melatih siswa untuk mendesainsuatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif,

173Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

memecahkan masalah yang di hadapi secararealistis, mengidentifikasi dan melakukanpenyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasihasil pengamatan, merangsang perkembangankemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikanmasalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapatmembuat pendidikan sekolah lebih relevandengan kehidupan khususnya dunia kerja.

Kelemahan Problem Solving Method (Peme-cahan Masalah)

Kelemahan model pembelajaran problemsolving itu sendiri seperti beberapa pokokbahasan sangat sulit untuk menerapkan metodeini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratoriummenyulitkan siswa untuk melihat dan menga-mati serta akhirnya dapat menyimpulkankejadian atau konsep tersebut. Dalam pembe-lajaran problem solving ini memerlukan alokasiwaktu yang lebih panjang dibandingkan denganmetode pembelajaran yang lain.

Penerapan Problem Solving dalam Pembe-lajaran IPS

Penerapannya dalam pembelajarandisesuaikan dengan langkah-langkah yangharus diperhatikan oleh guru dalam mem-berikan pembelajaran problem solving yaitu:merumuskan masalah. Dalam merumuskanmasalah kemampuan yang diperlukan adalahkemampuan mengetahui dan merumuskansuatu masalah, menelaah masalah. Dalammenelaah masalah kemampuan yang diper-lukan adalah menganalisis dan merinci masalahyang diteliti dari berbagai sudut, menghimpundan mengelompokkan data sebagai bahanpembuktian hipotesis. Menghimpun danmengelompokkan data adalah memperagakandata dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain.

Untuk menerapkan pembelajaran prob-lem solving diperlukan beberapa perangkatterutama :a. Software, yang mengaitkan metode, setiap

pembelajaran seorang guru tidak dilepas-

kan dari peranan metode, akan tetapi taksemua metode yang guru pakai dapatmenghasilkan output yang baik, dan gurumengajar dengan metode dapat menemu-kan dan membimbing anak ke arahpemecahan masalah tetapi tidak semuametode dapat digunakan sebagi prosesproblem solving paling tidak metodetersebut  mempunyai  nilai-nilai:  keaktifanterhadap peserta didik dan kreativitas.

b. HardwareUntuk perangkat yang kedua ialah hard-ware yang terkait dengan teknik pem-belajaran, sebelum kita memahami hard-ware pembelajaran kita harus pahamdengan pengertian teknik pembelajaran,teknik pembelajaran ialah jalan, alat, ataumedia yang digunakan oleh guru dalamrangka mendidik muridnya guna mencapaitujuan pembelajaran (Garlach dan Ely,1980)Aplikasi atau penerapan problem solvingdalam pembelajaran IPS pemecahanmasalah dapat diterapkan di kelas III, IV,V dan VI Sekolah Dasar sesuai denganlangkah-langkah problem solving tersebutdi atas.

KesimpulanDalam menentukan pilihan pemecahan

masalah dan keputusan kemampuan yangdiperlukan adalah kecakapan membuat alter-natif pemecahan, memilih alternatif pemecahandan keterampilan mengambil keputusan.Aplikasi atau penerapan problem solving dalampembelajaran IPS pemecahan masalah dapatditerapkan di kelas III, IV, V dan VI SekolahDasar sesuai dengan langkah-langkah problemsolving dilengkapi dengan media dan metodepembelajaran sehingga dapat mengatasipermasalahan pembelajaran di SD dapatmeningkatkan aktivitas belajar siswa danmeningkatkan hasil belajar .

174 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Daftar Pustaka Arends, Richard I. (2008) . Learning to Teach

Belajar untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh/Buku Dua). Terjemahan Helly PajitnoSoetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : PT. Grasindo

Mashudi, Toha. 2009. Startegi BelajarMengajar IPS. Malang : PHK S1 PGSD-A

Permen Diknas Nomor 22 tahun 2006 TentangStandar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta: Dep-diknas

Permen Diknas Nomor 41 tahun 2007 TentangStandar Proses untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta: Dep-diknas

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009. CooperatifLearning Analisis Model PembelajaranIPS.Jakarta : Bumi Aksara.

Sardiman. (1996). Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.

Sudirman,dkk.(1987.)Ilmu Pendidikan.Bandung: Remadja Karya

Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain .(2006) Strategi Belajar Mengajar,Jakarta : Rineka Cipta.

175Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

KETERAMPILAN SOSIAL DANKESETARAAN GENDER

DALAM PEMBELAJARAN IPSDI SEKOLAH DASAR

RuminiatiUniversitas Negeri Malang

[email protected]

Abstrak: Mata pelajaran IPS di sekolah dasar (SD) merupakan keterpaduan konsep pendidikan sejarah,geografi, ekonomi, sosiologi yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki kemampuansosial dan kemampuan hidup, untuk menjadikan warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Ruanglingkup IPS antara lain mencakup sistem sosial dan budaya, yang di dalamnya membahas keberadaangender dalam masyarakat. Berdasarkan penelitian penulis (2005), ditemukan bahwa pembelajaran IPS disekolah dasar cenderung kurang berorientasi pada upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial siswadan kesetaraan gender dalam budaya patriarkhi. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman tentangpentingnya keterampilan sosial, kesetaraan gender dan budaya bagi siswa usia SD. Keterampilan sosialmerupakan perilaku yang memungkinkan untuk berfungsinya peran seseorang dalam interaksi sosial secaraefektif. Keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengancara-cara khusus yang diterima oleh lingkungannya. Keterampilan sosial diajarkan melalui Tri PusatPendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penerapannya diawali sejak anak tumbuh danberkembang dalam keluarga, melakukan pembelajaran formal maupun informal di sekolah, serta pendidikannon formal di lingkungannya. Di era globalisasi, pengembangan keterampilan sosial perlu memperhatikankesetaraan gender. Tujuan pendidikan IPS pada dasarnya diarahkan pada proses pengembangan potensisiswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadapberbagai persoalan di masyarakat, serta terampil mengatasi setiap masalah, baik yang menimpa diri sendirimaupun masyarakat.

Kata Kunci: ketrampilan sosial, kesetaraan gender, pembelajaran IPS, SD

IPS berasal dari Amerika Serikat, yangdisebut Social Studies. Masuk Indonesia sejaktahun 1975. Tujuan pendidikan IPS dikem-bangkan berdasarkan pemikiran bahwapendidikan IPS merupakan disiplin ilmu. Olehkarena itu harus mengacu pada tujuan pendi-dikan nasional. Tujuan utama pembelajaran IPSuntuk membentuk dan mengembangkankepribadian warga negara yang good citizen-ship (Susanto, 2014)

“Social studies is the integrated study ofthe social science and humanities to pro-

mote civic competence. Within the pro-gram, social studies provide coordinated,systematic study drawing upon such dis-ciplines as anthropology, archeology,economics, geography, history, law phi-losophy, political science, psychology,religion, and sociology, as all as appro-priate content from the humanities, math-ematics, and natural sciences. The pri-mary purpose of social studies is to helpyoung people develop the ability to makeinformed and reason decision for the pub-

176 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

lic good as citizens of a culturally diverse,democratic society in an interdependentworld” (NCSS dalam Ruminiati, 2010).

Ilmu Sosial disampaikan secara formalkepada masyarakat melalui mata pelajaran IlmuPengetahuan Sosial (IPS) yang diberikan sejakseseorang duduk di bangku SD hingga SMA.Bahkan, di beberapa perguruan tinggi, IPSmasih juga diajarkan melalui matakuliah umumIlmu Sosial Dasar (ISD). Dalam makalah iniselanjutnya disampaikan keberadaan matapelajaran IPS dan pembelajaran IPS di SD, sertaupaya pengembangan keterampilan sosial yangdilakukan kepada siswa SD.

Matapelajaran IPS dan Pembela-jaran IPS di SD

Matapelajaran IPS di SD adalah bahankajian yang terpadu dari konsep keterampilansejarah, geografi, ekonomi, sosiologi. Adapuntujuan pembelajaran IPS di SD adalah untukmembentuk warga negara yang berkemampuansosial, dan mampu hidup untuk menjadikanwarga negara yang baik dan bertanggung jawab.Sedangkan Ilmu Sosial bertujuan menciptakantenaga ahli ilmu sosial (Gunawan, 2014). Halsenada juga dikatakan oleh Ruminiati (2008)bahwa pengertian warganegara yang baikadalah warganegara yang mau, tahu, sadar akanhak dan kewajibannya. Lebih lanjut Ruminiati(2015) menyatakan bahwa karakter IPS SDmerupakan keterpaduan dari empat ilmu-ilmusosial, yaitu pendidikan sejarah, geografi,ekonomi, dan sosiologi. Hal ini perlu ditambahlagi, pendidikan antropologi, karena secara riildalam buku IPS SD juga membahas masalahbudaya, sepert i patung dan candi, yangmerupakan paduan dari aspek sejarah danantropologi.

Ruang Lingkup IPS ada lima macamyaitu (1) manusia, tempat, dan lingkungan; (2)sistem sosial dan budaya; (3) waktuberkelanjutan dan perubahan; (4) pendidikanglobal yang mendidik aneka ragam bangsa,

budaya, dan peradaban global; serta (5) perilakuekonomi dan kesejahteraan (Ruminiati, 2010).Kelima hal tersebut menjadi batasan rentangkeleluasaan peneliti dalam mengkaji bidangIPS. Salah satu kajian dalam ruang lingkupsistem sosial dan budaya adalah keberadaangender dalam masyarakat. Dan salah satu kajiandari gender dalam masyarakat tersebut adalahkesetaraan gender dalam budaya patriakhi.

Kesetaraan Gender di IndonesiaMenurut Ruminiati (2005), diyakini

bahwa kesetaraan gender sulit diwujudkandalam budaya patriakhi. Image ‘perempuanberada di belakang laki-laki’ melekat kuatdalam pandangan hidup masyarakat dalambudaya patriarkhi. Pandangan ini cenderungmenempatkan perempuan pada posisi yangdirugikan karena tidak memiliki kesempatanuntuk mengembangkan diri di dunia publiksebagaimana laki-laki. Kemampuan perempuanyang mungkin lebih baik daripada laki-lakitidak memperoleh kesempatan yang cukupuntuk diakomodasi dalam pekerjaan-pekerjaandi publik.

Hal seperti tersebut di atas ditemukanjuga dalam pembelajaran IPS di SD. Ber-dasarkan hasil riset Ruminiati (2005 dan 2010),ditemukan bahwa pembelajaran IPS di SDcenderung kurang berorientasi pada upayauntuk meningkatkan keterampilan sosial dankesetaraan gender dalam budaya patriakhi. Halini disebabkan kurangnya pemahaman tentangpentingnya keterampilan sosial dan pemahamantentang pentingnya kesetaraan gender danbudaya bagi siswa sejak usia SD. Seharusnya,pembelajaran IPS di sekolah dasar bisa lebihmenekankan pada kemampuan siswa di bidangketerampilan sosial dan kesetaraan gender diSD secara lebih optimal lagi.

Pentingnya Keterampilan Sosialdalam Pembelajaran IPS SD

Keterampilan sosial adalah bagian darikompetensi sosial untuk memelihara hubungan

177Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

sosial yang baik dengan teman sepermainannyabaik di rumah, di sekolah, maupun dalamlingkungannya. Oleh karena itu, supayaseseorang bisa berinteraksi sosial dengan baik,pengaturan, emosi, dan perilaku yang tampakdalam pergaulanya sehari-hari dengan menye-nangkan. Hal tersebut tidak hanya untukmemahami pikiran, emosi diri sendiri saja,melainkan juga maksud dari pikiran orang lain.Hal tersebut bisa dilakukan menggunakanberbagai cara melalui pembicaraan dengan or-ang lain. Tidak hanya itu saja, yang lebihpenting lagi mampu mengakhirinya dengan carabaik dan menyenangkan sehingga kedua belahpihak merasa nyaman. Keterampilan sosialperlu ditunjang dengan memiliki keterampilanberkomunikasi baik secara lisan maupun tulis,serta mampu memahami, menghargai, danbekerja sama dengan orang lain yang beranekaragam. Selain itu juga menuntut seseorangmampu mentranformasikan kemampuanakademik dan beradaptasi dengan perkem-bangan masyarakat global seperti saat ini.

Keterampilan Sosial dalam Pembela-jaran IPS SD

Siswa akan mampu berinteraksi sosialdengan baik apabila: (1) ada partisipasi danupaya untuk meneliti sesuatu yang dibutuhkan,(2) membuat rencana bersama orang lain, (3)menjawab pertanyaan orang lain dengan sopan,(4) ketika berdiskusi kelompok mampu ber-partisipasi dengan baik dan produktif, (5) sukamenolong teman/orang lain, (6) bertanggungjawab dalam semua tindakannya, serta (7)dibiasakan memimpin diskusi kelompokdengan baik karena pembentukan kelompokdalam kelas sangat dibutuhkan. Hal ini pentingdilakukan untuk membentuk watak siswadalam membangun keterampilan sosial yangbaik dan harmonis dengan sesama teman.Kondisi tersebut bisa dibentuk melalui Tri PusatPendidikan, yang diawali sejak anak tumbuhdan berkembang dalam keluarga, sekolah,maupun masyarakat sekitar sebagai lingkungan

sosialnya. Keterampilan sosial sangat pentingbagi anak tingkat SD, bahkan pra SD, karenaanak kelak akan mudah bergaul dengan oranglain dalam masyarakat.

Keterampilan sosial siswa perlu dibia-sakan dengan menolong teman yang memer-lukan pertolongan, bekerjasama antartemandalam kelompok dengan baik dan menye-nangkan, sehingga anak bisa akrab dan merasasenasib dan sepenanggungan dengan temansekelompoknya,ikut kerja bakti di sekolah,dengan membiasakan diri bekerja sama sesameteman, menyelamatkan lingkungan, sehinggasiswa mampu membentuk lingkungan yangbersih dan nyaman, serta dilatih mengambilkeputusan dengan tepat, berani, dan bijaksehingga bermanfaat untuk kepent inganbersama.

Faktor penting yang dapat mempengaruhiterbentuknya keterampilan sosial anak usia SDadalah faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal di antaranya mencakup terja-dinya perubahan afektif, kognitif, psikomotor/perilaku, regulasi emosi, jenis kelamin danlebih tampak lagi perubahan fisik/ badan padaanak. Hal tersebut berasal dari dalam diri anaksendiri secara individu. Adapun faktor eksternaldi antaranya disebabkan dengan adanyapengaruh faktor lingkungan anak tinggal(nonformal), faktor sesama teman sebaya disekolah (informal), faktor utama dan pertamakondisi anak dalam keluarga sehari hari (infor-mal).

Kesetaraan Gender dalam Pembela-jaran IPS di SD

Gender di SD masih belum setara(Ruminiati, 2005). Dari 7 SD lokasi penelitianditemukan 74% gambar pahlawan yangdipajang di dinding sekolah didominasi laki-laki. Alasan dari guru kelas tersebut bervariasi,antara lain: (1) RA Kartini bukan pahlawankarena tidak ikut berperang secara fisikmelawan penjajah, (2) Cut Nyak’Dien, meskiikut berperang secara fisik tetapi tetap bukan

178 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

pahlawan, sebab adat budaya Aceh mengang-gap keberadaan perempuan sebagai pemimpinperan merupakan hal yang tidak lazim danbahkan berdosa.

Ditemukan juga 12% sekolah yangmemasang pahlawan perempuan. Namun, gurumengatakan bahwa hal itu dilakukan dalamrangka menyambut Hari Kartini saja. Dalamkesehariannya gambar tersebut tidak dipajangsebab sebagian besar masyarakat masih belumdapat menerima keberadaan pahlawan perem-puan. Temuan lain, ada 14% sekolah yangruang-ruang kelasnya memajang tidak hanyagambar pahlawan laki-laki tetapi juga perem-puan.

Kepala sekolah dan sebagian besar gurudi sekolah tersebut relatif masih muda. Kaummuda identik dengan pembaharuan. Kaummuda banyak mengakses informasi dunia luarmelalui dunia maya di televisi atau internet.Tanpa disadari mereka telah menyerap berbagaiinformasi budaya di luar sehingga merekamemiliki wawasan budaya yang relatif lebihluas daripada sekedar budaya di lingkungansekitarnya. Hal itu berdampak pada terjadinyaperbedaan cara pandang kaum muda terhadapbudaya patriakhi. Sedikit demi sedikit terjadipelanggaran terhadap adat budaya patriakhi danpengakuan terhadap eksistensi perempuan dipublik.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwabudaya patriakhi akan terkikis oleh generasipenerus yang pendidikanya sudah tinggi,sehingga perlahan-lahan kesetaraan gender punakan terwujud. Generasi muda dan berpen-didikan tinggi cenderung berpola pikir lebihrasional karena dibesarkan dalam situasi dankondisi yang budaya patriarkhinya sudah mulailuntur. Sementara itu, generasi tua umumnyamasih bias gender karena selain merekadibesarkan dalam kondisi budaya patriakhiyang masih kental. Oleh karena itu sekolah yangpara guru dan kepala sekolahnya semuaberpendidikan tinggi, dan hidup dalam kondisibudaya patriarkhi sudah menipis, bahkan sudah

maju, sehingga sadar bahwa pahlawan perem-puan sudah waktunya diangkat harkat marta-batnya, sehingga gambar pahlawan perempuanperlu diangkat dalam publik dengan dipasangdi dinding sekolahnya.

Diharapkan hal seperti ini diikuti sekolahlain, yaitu kepala sekolah yang dulu didominasilaki-laki kini mulai banyak dijabat perempuan,terutama ditingkat SD. Hal ini sesuai denganhasil penelitian Ruminiati (2010) yang dalamtemuannya menyebutkan kepala sekolah di SDtidak hanya sabar dan rapi, tetapi juga memilikiperhatian lebih kepada siswa-siswinya.

Ketidakadilan gender yang terjadi padapendidikan formal di sekolah seringkali tidakdisadari oleh para pendidik yaitu para guru,orang tua dan murid-murid. Pada umumnyapara guru merasa telah memperlakukan semuamurid perempuan dan laki-laki secara adil.Mereka tidak mengetahui dan tidak memper-hatikan apakah buku-buku pelajaran yangmereka pakai dan diwajibkan dipakai benar-benar tidak bias gender. Apakah kurikulumyang diterapkan termasuk ekstra kurikuler jugatidak bias gender. Pembedaan perlakuan antarasiswa laki-laki dengan siswa perempuan denganjuga terjadi pada upacara-upacara yang digelardi sekolah. Siswa laki-laki karena tegap dansuaranya lantang selalu dipilih sebagaipemimpin upacara, mereka tidak menyadaribahwa siswa perempuan juga ada yang bersuaralatang dan tegap dan layak menjadi pemimpinupacara.

Terjadinya pembedaan perlakuan tersebutdianggap wajar, sehingga akses menjadipemimpin upacara yang tidak diberikan puntidak dipedulikan karena dianggap yang pantasmenjadi pimpinan upacara adalah siswa laki-laki. Isu kesenjangan gender dalam pendidikanyang paling menonjol: (1) semakin tinggijenjang pendidikan makin lebar kesenjangangendernya; (2) kurangnya keterwakilan perem-puan dalam pengambilan kebijakan dan ter-batasnya pemahaman para pengelola danpelaksana pendidikan akan pentingnya kese-

179Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

taraan gender; (3) masih terjadi gejala segregasigender (gender segregation) dalam pemilihanjurusan atau program studi di Sekolah Mene-ngah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan; (4)di daerah pedesaan anak perempuan didoronguntuk menikah dan meninggalkan sekolah.

Keseteraan gender di dalam bidangpendidikan sangat penting mengingat sektorpendidikan merupakan sektor yang sangatstrategis untuk memperjuangkan kesetaraangender. Saat ini di Indonesia sudah banyakkebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidangpendidikan yang mengarah pada terciptanyakesetaraan gender. Kesempatan untuk me-ningkatkan potensi sumber daya manusia(SDM) Indonesia baik laki-laki maupun perem-puan tidak dibedakan. Upaya pemerintah dalammengembangkan SDM melalui pendidikan diIndonesia terus ilakukan, tetapi mengalamihambatan pada saat krisis ekonomi melandaIndonesia. Krisis ekonomi ini tidak saja ber-dampak pada daya beli masyarakat tetapi jugapada kemampuan orangtua untuk membiayaisekolah anak-anaknya.

Saat ini di Indonesia sudah tidak adakebijakan yang bias gender terkait dengankesempatan untuk mendapatkan pendidikanmulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hinggaPerguruan Tinggi (PT). Jika terjadi perbedaanjumlah siswa laki-laki dan siswa perempuanpada jurusan-jurusan tertentu baik di SMA,SMK, maupun di PT disebabkan adanya asumsiperbedaan kemampuan intelektual danketerampilan antara siswa laki-laki dan siswaperempuan. Kondisi tersebut disebabkan ada-nya kekurangan informasi untuk menentukanpilihan jurusan atau program studi, juga adanyafaktor keluarga dengan berbagai persepsinyayang sudah bias gender. Peran orang tua didalam pemilihan jurusan masih sangat domi-nan, para siswa masih banyak yang mendapatintervensi dari orang tua mereka, padahaljurusan yang dipilih di sekolah akan berakibatlanjutan kepada kesempatan meneruskanpendidikan atau memilih pekerjaan.

Namun demikian bahan ajar yangdigunakan serta proses pengelolaan pendidikanmasih bias gender, yaitu memuat pemilahanantara laki-laki dan perempuan. Ayahdigambarkan bekerja di sektor publik sepertibekerja di kantor, kebun dan sejenisnya,sedangkan para ibu digambarkan bekerja disektor domestik, seperti di dapur, memasak,mencuci, mengasuh anak, dan sejenisnya.Penanaman posisi bias gender tersebut diang-gap sebagai hal yang wajar oleh para pesertadidik perempuan (siswi, mahasiswi) maupunlaki-laki (siswa, mahasiswa).

Gender dan PembelajaranSosialisasi kepekaan gender melalui jalur

struktural yang dipandang lebih efektif adalahmelalui pendidikan, yakni dengan mengin-tegrasikan ke dalam manajemen pendidikanyang responsif gender dan didukung olehkebijakan pendidikan yang responsif gender.

Kegiatan pembelajaran lazimnya meli-batkan berbagai komponen yang salingberinteraksi, seperti metode, kurikulum, guru,siswa dan sarana. Metode, dalam prosespendidikan mempunyai kedudukan sangatpenting dalam upaya pencapaian tujuan, karenamenjadi sarana dalam menyampaikan materipelajaran yang tersusun dalam kurikulumpendidikan, sehingga dapat dipahami dandiserap oleh peserta didik. Pemilihan suatumetode mengajar disebabkan oleh beberapafaktor, yaitu tujuan; karakteristik siswa; situasidan kondisi; perbedaan pribadi atau gender dankemampuan guru; dan sarana dan prasarana(Usman, 2002:73).

Kurikulum merupakan salah satu faktoryang penting dalam proses pembelajaran.Implementasi kurikulum berbasis gender adalahmerupakan model implementasi kurikulumyang memberikan kesempatan kepada semuapeserta didik tanpa diskriminasi dalam mem-peroleh kesempatan belajar sebagaimana terteradalam kurikulum yang berlaku. Setiap pesertadidik diberi hak, tanggung jawab, kesempatan,

180 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

perlakuan, dan penilaian yang sama dalamproses pembelajaran. Adapun ciri-ciri imple-mentasi kurikulum berbasis kesetaraan gender,yaitu: (1) semua peserta didik memperolehkesempatan belajar sebagaimana tertera dalamkurikulum yang berlaku; (2) materi pembe-lajarannya dikembangkan dari berbagai sumberdan tidak bias gender, dan (3) menekankan padapartisipasi yang sama semua peserta didikdalam proses belajar di sekolah.

Guru memegang peranan utama sebagaipemegang kendali dalam aktivitas pembela-jaran, dan memiliki pemahaman yang men-dalam tentang beberapa konsep dasar materi,pembelajaran dan psikologi perkembanganpeserta didik. Pemahaman guru dan siswatentang konsep keseteraan gender dalamaktivitas pembelajaran adalah; terimplementasipada tujuan pembelajaran yang mengarah padakesadaran kesamaan tugas manusia di mukabumi ini dan untuk mengarahkan pada upayamenghargai perbedaan gender, penggunaanmetode pembelajaran yang berbasis padametode teacher and student centered, metodepembelajaran yang mengembangkan keteram-pilan sosial, kognitif, dan mosional, dan metodeyang memadukan kemandirian dan kerjasamasiswa (Rahmawati, 2008). Selain itu berimpli-kasi pula pada pengelolaan aktivitas pembe-lajaran yang mencakup keaktifan subjek belajar(guru dan siswa/lakilaki dan perempuan) dikelas, pembelajaran berpusat pada kompetensidan pluralitas siswa (perbedaan gender), gurusebagai fasilitator dan motivator yang sensitifgender, dan adanya kerjasama yang harmonisdi antara subjek belajar.

Sarana dan prasarana, merupakan segalasesuatu yang diperlukan untuk dapat men-dukung dan memperlancar kegiatan pembe-lajaran. Sarana dan prasarana yang ada disekolah diupayakan tidak bias gender. Peng-gunaan sarana dan prasarana harus dapatdilakukan dengan memanfatkan sumber daya

sekolah dan sumber daya di lingkungan seko-lah, seperti: pemanfaatan media ruang kelasdengan banyak dipajang gambar laki-laki danperempuan dan sejumlah buku teks yangdigunakan sebagai media pembelajaran. Gurudapat dikatakan memiliki sensitivitas genderyang tinggi jika menyeimbangkan keaktifansiswa (laki-laki dan perempuan) di kelas,menciptakan iklim belajar yang kondusif, danmengupayakan perpustakaan sekolah denganmenyediakan buku-buku yang memadaisebagai bahan referensi yang tidak bias gen-der.

Kesimpulan dan SaranPelaksanaan pembelajaran IPS di SD

belum menekankan pada aspek keterampilansosial, juga belum responsive gender. Olehkarena itu, disarankan melalui makalah inparapembaca dan pengguna supaya dalam pembe-lajaran IPS di SD lebih meningkatkan kete-rampilan sosial dan kesetaraan gender.

Daftar RujukanGunawan. 2014. Pendidikan IPS SD Filosofi,

Konsep dn Aplikasi. Bandung: PenerbitAlfabetas

Ruminiati, 2005. Promosi Jabatan kepalaSekolah di Sekolah Dasar Ditinjau dariPrespektif Gender. Surabaya Unair

Ruminiati, 2008. Pengembangan Pembe-lajaran PKn SD. Jakarta: Dikti

Ruminiati, 2010. Implikasi Teori Sosiobiologisdan Budaya Patriarkhi dalam Pembe-lajaran IPS di SD Berbasis Gender.Malang: Universitas Negeri Malang

Ruminiati & Mahanai Putri. 2015. PendidikanJPS SD. Malang: Gunung Samodera

Susanto, Ahmad. 2014. PengembanganPembelajaran IPS SD. Jakarta: PrenadaMedia Group

181Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Menulis, Wujud Eksistensi danEkspresi Diri*)

Oleh : Titien AgustinaSTIMI Banjarmasin

A. PENDAHULUANKetertarikan saya pada persoalan dunia

tulis menulis, diawali sejak baru mengenal bacatulis. Ketika dipinjami Majalah Si Kuncung,itulah awal minat dan ketertarikan saya padadunia tulis-menulis. Walau gagal dan gagal, takmenyurutkan minat dan keinginan saya untukterus belajar menulis dan menulis, hingga men-jajal setiap ada lomba karya tulis baik regionalmaupun nasional.

Koran/surat kabar adalah pilihan saya,karenahasil karya tulis yang saya hasilkan lebihkepada opini/feature. Menulis opini/feature-tetap harus mengikuti aturan-aturan ilmiah juga.Tidak boleh lepas dari data dan fakta. Walaupuntidak seketat dalam menulis karya ilmiah(murni).Kata kunci: menulis, tema, opini, feature, data/fakta,eksistensi dan ekspresi diri.

B. MENEMUKAN DAN MEMILIHTEMA OPINI

Tema tulisan, haruslah yang sedanghangat menjadi perbincangan di masyarakat.Bisa juga “berbeda” tetapi urgen, itu bisa men-jadi salah satu pertimbangan redaksi.

Gampang menemukan tema tulisan.Hanya perlu melatih kepekaan terhadap sekitar.Kemudian dalam memilih tema tulisan, ikutisaja apa yang sedang menjadi minat dan perha-

tian kita, sekaligus apa yang tengah hangat dipublik.

C. TEKNIK MEMULAI TULISANDAN MEMELIHARA IDEA

Banyak orang, sulit dalam memulaimenulis. Padahal intinya adalah tulis, tulis dantulis saja apa yang ada dalam benak/kepala.Proses waktu akan menuntun membentuk suatupola tulisan dan awal tulisan yang baik hinggamenjadi style kita.

Untuk memelihara idea/gagasanadalahdengan selalu rajin membaca, mengikuti berita/informasi, lalu menganalisisnya. Hasil analisismenimbulkan buah pikiran “baru”, makatuangkan dalam tulisan. Selain itu juga rajinmencatat apapun yang terlintas dan munculdalam pikiran, kapan dan dimana saja. Sayamenyebutnya dengan “buku saku idea”.

D. PENUTUPSemaju apapun jaman dan peradaban

manusia. Secanggih apapun teknologinya.Dunia tulis menulis tidak akan pernah usangdan aus, bahkan pudar dari peradaban manusia.Namun ia akan tetap eksis, berkembang dalambentuk dan modifikasi yang berbeda, sesuaijamannya. Intinya tetap satu, mewujudkan/mengembangkanbuah pikiran dan hasil pera-saan dalam bentuk karya (tulis) apapun.

————————*) Disajikan pada Seminar Internasional di UNMER Malang, 13-14 Juni 2015**) Penulis adalah Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI) Banjarmasin dan saat ini sedang menempuhProgram Doktor Ilmu Ekonomi di Pascasarjana Unmer Malang.

182 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pengaruh Kecerdasan Emosional, KecerdasanSpiritual Terhadap Kepemimpinan

Transformasional Serta Implikasinya TerhadapKinerja Karyawan Padayayasan Pembinaan

anak Cacat Di Jawa Timur

Oleh: Kasribening Menik – Dosen STIE Indocakti Malang

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Sumberdaya yang unggul akan dapatmeningkatkan kinerja pegawai yang padaakhirnya akan mampu untuk meningkatkankinerja organisasi secara keseluruhan. Aspekyang perlu diperhatikan guna pembenahan danpembinaan sumberdaya manusia secara terusmenerus adalah peningkatan mutu manajemenorganisasi. Keterampilan dan keahlian sangatdiperlukan demi suksesnya organisasi, selainitu faktor leadership skill (keahlian dalammemimpin) para bawahan atau karyawansangat diperlukan. Robbins (2006) mengatakanbahwa suksesnya suatu organisasi sangattergantung pada kwalitas kepemimpinan.

Pemimpin yang efektif harus berhubu-ngan dengan individu-individu, kelompokdalam organisasi. Seorang pemimpin mempu-nyai perilaku yang disesuaikan dengan situasidan kondisi organisasi serta mampu untukmemberikan arahan dan dorongan serta sema-ngat pada bawahannya.

Brown, Bryant dan Reilly (2006) menelititentang hubungan kecerdasan emosionaldengan kepemimpinan, hasil penelitian inidapat disimpulkan seorang pemimpin akanmempengaruhi model kepemimpinannya.Semakin cerdas emosional seorang pemimpin,maka model kepemimpinannya akan semakin

transformasional. Peran kepemimpinan trans-formasional dari seorang pimpinan akanmempengaruhi dan meningkatkan kinerjaorganisasi.

Penelitian dari Duckett dan Macfariane(2005) yang mengkaji hubungan antarakecerdasan emosional dengan kepemimpinantransformasional hasil dari penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa terdapat hubungan yangposotif antara kecerdasan emosional pimpinanterhadap model kepemimpinan. Pemimpinyang semakin cerdas secara emosional makamodel kepemimpinannya cenderung lebihtransformasional.

Sementara itu Bycio, Allen dan Hacket(1995) melakukan penelitian tentang hubunganantara gaya kepemimpinan transaksional dantransformasional dengan efektivitas dan kinerja.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwamodel kepemimpinan transformasional berhu-bungan positif terhadap peningkatan kepuasandan kinerja organisasi.

Kesuksesan seorang pemimpin sangatdipengaruhi oleh tiga macam kecerdasan yaitu,(1) kecerdasan intelektual ( intelligence quo-tient ) dibuktikan dengan prestasi akademik, (2)kecerdasan emosional ( emotional quotient )yang dapat dibuktikan dengan perilaku sosialyang baik dan berempati, (3) kecerdasan spiri-tual ( spiritual quotient ) yang dapat dilihat dariperilaku keagamaan individu atau kesolehan

183Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

individu dan kesolehan sosial kemasyarakatan.Keseimbangan penggunaan ketiga intelek-tualitas ini yaitu intelligence quotient ( IQ ),emotional quotient ( EQ ), dan spiritual quo-tient ( SQ ) dalam pekerjaan tidak hanya mem-buat seseorang sukses, tetapi juga bahagia(Ginanjar,2007).

Pengelolaan organisasi pada YayasanPembinaan Anak Cacat (YPAC) membutuhkanfigur kepemimpinan yang dapat mengarahkandan memberikan dukungan penuh terhadappembentukan kehandalan karyawan. Kepemim-pinan yang handal akan memberikan dampakbagi peningkatan kinerja. Kepemimpinansangat penting dalam menggerakkan organisasi.Seorang pemimpin dalam strata apapun mem-punyai cirri khas dalam memimpin. Kepemim-pinan yang tepat diharapkan bagi semuakomponen, sehingga bisa mengakomodasikansecara maksimal serta dapat memberikan hasilyang optimal melalui kinerja karyawan.

Kepemimpinan yang baik akan sangatberpengaruh terhadap perubahandan kinerjaperusahaan. Organisasi yang baik pada dasar-nya dipengaruhi olehorang-orang yang memim-pin di organisasi tersebut. Kepemimpinanseorangpemimpin dipengaruhi oleh kecerdasanemosionalnya. Pemimpin yangmempunyaiderajat emosional yang baik, maka dapat di-perkirakan modelkepemimpinannya cenderungbersifat transformasional. Sebaliknya apabiladerajat emosionalnya rendah, maka modelkepemimpinannya akan cenderungbersifattransaksional. Kepemimpinan transformasionalsangat diperlukan olehorganisasi perusahaanuntuk dapat mencapai tujuan organisasi. Dalambanyakhal kepemimpinan akan berpengaruhterhadap kinerja pegawainya.

Kepemimpinan yang baik akan sangatberpengaruh terhadap perubahan dan kinerjaperusahaan. Penilaian kinerja dapat diartikansebagai suatu proses komunikasi yang berartibahwa penilaian kinerja akan memberikaninformasi kepada individu dan organisasitentang kinerja karyawan dan organisasi secaramenyeluruh.

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)termasuk penyelenggara pelayanan bagipenyandang cacat (difabel) bagi masyarakatkhususnya di JawaTimur dengan pelayananpendidikan dan kesehatan. Secara efektif YPACini berfungsi sebagai panti swadana yangmelayani masyarakat umum. Penyelenggaraandiarahkan kepada peningkatan mutu, efisiensidan pendapatan. Kegiatan pokok diarahkanpada peningkatan sumberdaya manusia, cus-tomer oriented, reorganisasi pelayanan dalamupaya optimalisasi tenaga kerja pada unit kerja,peningkatan manajemen, pengembangan sisteminformasi, pengembangan sistem informasi,standarisasi pelayanan dan peningkatan danpengembangan sarana,prasarana dan peralatan.Oleh sebab itu diperlukan kinerja karyawandalam rangka peningkatan pendapatan yangberdampak kepada peningkatan mutu pela-yanan

Berkaitan dengan hal tersebut maka perludilakukan penelitian untuk mengkaji secaramendalam, bagaimana mengatasi permasalahandalam rangka mencapai tujuan yakni mening-katkan kinerja karyawan melalui kepemim-pinan transformasional.

B. Rumusan MasalahPermasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Bagaimana deskripsi kecerdasan emosio-

nal, kecerdasan spiritual, kepemimpinantransformasional dan kinerja karyawan ?

2. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosio-nal dan kecerdasan spiritual terhadapkepemimpinan transformasional ?

3. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosio-nal dan kecerdasan spiritual terhadapkinerja karyawan?

4. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosio-nal dan kecerdasan spiritual terhadapkinerja karyawan melalui kepemimpinantransformasional ?

184 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

C. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui deskripsi kecerdasan

emosional, kecerdasan spiritual, kepe-mimpinan transformasional dan kinerjakaryawan

2. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasanemosional dan kecerdasan spiritual ter-hadap kepemimpinan transformasional.

3. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasanemosional dan kecerdasan spiritual ter-hadap kinerja karyawan.

4. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasanemosional dan kecerdasan spiritual ter-hadap kinerja karyawan melalui kepemim-pinan transformasional.

D. Kegunaan Penelitian1. Untuk mengembangkan teori sumberdaya

manusia yang berkaitan dengan kepemim-pinan yang berimplikasi terhadap kinerja.

2. Sebagai bahan acuan bagi pihak yangberkepentingan dalam hal pengambilankebijakan atau keputusan.

3. Untuk memberikan masukan yang ber-manfaat bagi para peneliti yang akandatang.

KAJIAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori1. Kinerja

Bernardin dan Russel (1993), yangmengatakan bahwa kinerja adalah catatan-catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsisuatu pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentuselama periode waktu tertentu. Jadi kinerjaberkenaan dengan hasil pekerjaan yang telahdicapai karyawan dalam periode tertentu.

Sementara itu Hersey dan Blancard(1993), mengatakan bahwa kinerja merupakansuatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan,seseorang harus memiliki derajat kesediaan dantingkat kemampuan tertentu. Ketersediaan danketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif

untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahamanyang jelas tentang apa yang akan dikerjakan danbagaimana mengerjakannya.

2. Kecerdasan EmosionalDefinisi yang luas tentang kecerdasan

emosional (emotional intelligence)adalahmerupakan sebuah kemampuan untuk memo-nitor perasaan dan emosidirinya dan orang lain,kemampuan untuk dapat membedakan antarakeduanya,dan menggunakan informasi tersebutuntuk mengarahkan pikiran dan tindakanseseorang (Salovey & Mayer, 1997).

3. Kecerdasan SpiritualSinetar dan Khalil (dalam Zohar dan

Marshall, 2007) mendefinisikan kecerdasanspiritual sebagai pikiran yang mendapatkaninspirasi, dorongan, danefektifitas yang terins-pirasi, theisness atau kepercayaan Tuhan.Pengertian inimengandung makna di dalamdimensi diri manusia terdapat roh, yang karenakeimanannya terhadap yang maha kuasa, terusterasah yang membuat manusiabisa mengarah-kan segala perbuatannya dalam kehidupan.

Bila kecerdasan spiritual (spiritual quo-tient) telah berkembang dengan baik, makagambaran atau ciri – ciri orang yang memilikikecerdasan spiritual(spiritual quotient) tinggi,menurut Zohar dan Marshall (2007) adalahsebagaiberikut :1). Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif

secara spontan dan aktif),2). Tingkat kesadaran tinggi,3). Kemampuan mengadaptasi dan meman-

faatkan penderitaan,4). Kemampuan menghadapi dan melampaui

rasa sakit,5). Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan

misi,6). Keengganan untuk menyebabkan kerugian

yang tidak perlu,7). Kecenderungan untuk melihat keterkaitan

antara berbagai hal(berpendangan holisi-tik),

185Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

8). Kecenderungan nyata untuk bertanya, untukmencari jawaban mendasar,

9). Pemimpin yang penuh pengabdian danbertanggung jawab.

4. Kepemimpinan TransformasionalPengertian Kepemimpinan Transforma-

sionalBass and Avolio (2003) mengartikan

Kepemimpinan Transformasional adalah parapemimpintransformasional yang sesungguhnyayakni ketika mereka memberikankesadarantentang apa itu benar, baik, indah, ketika merekamembantumeninggikan kebutuhan dari parabawahan dalam mencapai apa yang diingin-kandan dalam mencapai aktualisasi, parapemimpin membantu dalam mencapaitingkatkedewasaan moral yang lebih tinggi dan ketikapara pemimpin itu mampumenggerakkan parabawahannya untuk melepaskan kepentingandiri merekasendiri untuk kebaikan group,organisasi, maupun masyarakat.

Leadership styleThe volume of research on leadership has

increased rapidly. The research has given riseto various models, among which the foremostis a model that identifies three typesofleadership: transformational, transactionaland laissez-faire leadership (Bass, 2003).

Transformational leadership“Leaders transform the needs, values,

preferences and aspirations of followers fromselfinterest to collective interests. Further, theycause followers to become highly committedtothe leader’s mission, to make significant per-sonal sacrifices in the interest of the mission,andto perform above and beyond the call ofduty” (Shamir et al., 1993).

The transformational leadership style isconsidered the most effective one (Bass, 1997).

Rouche et al. (1989) defined transforma-tional leadership in terms of the ability of aleader to influence the values, attitudes, beliefs,and behaviors of others by working with andthrough them in order to accomplish theorganization’s mission and purpose.

The theory of transforming leadershipwas developed primarily by Burns in 1978. Hedefined a transforming leader as someone who“looks for potential motives in followers, seek-ing to satisfy higher needs, and engages the fullperson of the follower” (Burns, 1978).

Based on the work of Burns (1978), Bass(1990) developed a model of transfor-mationaland transactional leadership and estab-lished four clear components of transforma-tional leadership:• Idealised influence (charisma): Leaders dis-

play conviction, emphasise trust, takestands on difficult issues, present their mostimportant values, and emphasise the im-portance of purpose, commitment, and theethical consequences of decisions. Suchleaders are admired as role models gener-ating pride, loyalty, confidence, and align-ment around a shared purpose.

• Inspirational motivation: Leaders articulatean appealing vision of the future, challengefollowers with high standards, talk optimis-tically with enthusiasm, and provide en-couragement and meaning for what needsto be done.

• Intellectual stimulation: Leaders questionold assumptions, traditions, and beliefs,stimulate new perspectives and ways ofdoing things, and encourage the expressionof ideas and reasons in others.

• Individualised consideration: Leaders dealwith others as individuals, consider theirindividual needs, abilities, and aspirations,listen attentively, further their development,advice, teach and coach.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu1. Penelitian oleh Chcok San Lam dan

Elcanor O’Higgins (2013)dengan judul “Emotional Intelligence and LeadershipStyles in China”.Penelitian ini mengeks-plorasi tingkat kecerdasan emosional dangaya kepemimpinan manajer di Chinadibandingkan dengan konteks di Barat.

186 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diChina hubungan antara Kecerdasan Emo-sional dan gaya kepemimpinan Transfor-masional berkorelasi positif.

2. Penelitian oleh Muhammad Ibrahim Khan,Muhammad Aslam Khan, tahir Saeed,Muhammad Suleman Khan dan Sanaullah(2011) dengan judul : “Linking EmotionalIntelligence and Transformational Leader-ship : Services Sector of Pakistan “ Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa adanyahubungan antara Kecerdasan Emosional(EQ) dan Kepemimpinan Transformasionaluntuk manajer dan supervisor di Pakistandi organisasi sektor jasa.

3. Penelitian oleh Louis W. Fry dan MelanieP. Cohen (2009) dengan judul : “SpiritualLeadership as a Paradigm for Organiza-tional Transformation and Recovery fromExtended Work Hours Cultures”. Hasilpenelitian ini menjelaskan bahwa kepe-mimpinan Spiritual sebagai paradigmauntuk Transformasi Organisasi untukpemulihan dari aspek-aspek negatif, untukmeningkatkan kinerja karyawan, dantanggung jawab sosial perusahaan.

4. Penelitian oleh Donald P. Moynihan,Sanjay K. Pandey, Bradley E. Wright(2011) dengan judul “ How Transforma-tional Leadership Fosters Performance in-

formation Use” Hasil penelitian menun-jukkan bahwa kepemimpinan transfor-masional mempengaruhi pelaksanaanKinerja.

KERANGKA KONSEPTUAL DANHIPOTESISA. Kerangka Konseptual1. Kinerja sebagai variabel endogen kedua

(Y2) diukur dengan menggunakan instru-men : 1) Kualitas 2) Kuantitas 3) Ketepatanwaktu 4) Efektifitas Biaya 5) Kebutuhansupervisi 6) Hubungan pribadi.

2. Kepemimpinan Transformasional sebagaivariabel (Y1) diukur dengan menggunakaninstrumen : 1) Kharisma 2) Inspirasi 3)Stimulasi Intelektual 4) KonsiderasiIndividu.

3. Kecerdasan emosional sebagai variabeleksogen (X1) diukur dengan menggunakaninstrumen : 1) Intrapersonal Skill 2) Inter-personal Skill 3) Tegas 4) Kepuasan dalamhidup5) Harga diri 6) Aktualisasi diri.

4. Kecerdasan spiritual sebagai variabel (X2)diukur dengan menggunakan instrumen :1) Bersikap Flexibel 2) Tingkat KesadaranTinggi 3) Kemampuan menghadapikegagalan 4) Kualitas Hidup 5) Berpan-dangan Luas 6) Penuh Pengabdian danTanggung Jawab.

187Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

B. Hipotesis PenelitianHipotesis penelitian ini berdasarkan pada

kerangka konseptual dan juga hasil- hasilpenelitian terdahulu yang relevan dengan pene-litian ini. Rumusan hipotesis dalam penelitianini adalah sebagai berikut :1. Kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual berpengaruh positif dan signifikanterhadap kepemimpinan transformasional.

X1 =KECERDASAN EMOSIONAL

X1.1 = Intrapersonal Skill X1.2 = Interpersonal Skill X1.3 = Tegas X1.3 = Kepuasan Hidup X1.5 = Harga diri X1.6 = Aktualisasi diri (Mayer dan Salovey,1997)

Y2= KINERJA

Y2 .1 =Kualitas Y 2.2 =Kuantitas Y 2.3 = Ketepatan waktu Y 2.4 = Efektivitas biaya Y 2.5 = Kebutuhan Supervisi Y 2.6= Hubungan pribadi (Benardin dan Russel, 1993)

Y1 = KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Y 1.1 = Kharisma Y 1.2 = Inspirasi Y 1.3 = Stimulasi Intelektual Y 1.4 = Konsiderasi Individu (Bass dan Avolio,2003)

X2 =KECERDASAN SPIRITUAL

X2.1 = Bersikap fleksibel X 2.2 = Tingkat kesadaran tinggi X 2.3 = Kemampuan menghadapi Kegagalan X 2.4 = Kualitas hidup yang Diilhami Visi dan Misi X 2.5 = Berpandangan luas X 2.6 = Penuh pengabdian dan Tanggung jawab (Zohar dan Marshall, 2007)

2. Kecerdasan emosional dan kecerdasanspiritual berpengaruh positif dan signifikanterhadap kinerja karyawan.

3. Kecerdasan emosional dan kecerdasanspiritual berpengaruh positif dan signifikanterhadap kinerja karyawan melalui kepe-mimpinan spiritual.

188 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

DARI MANA MENULISDAN BAGAIMANA PENGEMBANGAN

MODEL PEMBELAJARANNYA?

Oleh Alif Mudiono

Universitas Negeri MalangAlamat rumah: Jalan Jawa 14 Blitar; HP. 08125251484

E-mail: [email protected]

Abstract: Writing is one of the aspects of the language most valued after speaking activities, reading andlistening. Writing requires practice, stable and sustainable. Without training on an ongoing basis will bedifficult for a person to choose and define the vocabulary, sentence structuring, as well as in developingalenia. Writing can be done by (1) writing directly and the theory afterwards; (2) starting from whereverallowed; (3) start learning nonlinear. Writing activities can be developed using a model (1) a personaljournal; (2) the field trip; (3) audio-visual media; (4) probing - prompting. In the following descriptionpresented about where someone is doing writing activities and how teachers in developing its learningmodels?

Keywords: writing, models, learning

Abstrak: Menulis merupakan salah satu aspek kegiatan berbahasa yang paling tinggi nilainya setelahkegiatan berbicara, membaca, dan menyimak. Menulis memerlukan latihan, keajegan, dan berkelanjutan.Tanpa latihan secara berkelanjutan akan menyulitkan seseorang dalam memilih dan menentukan kosakata, menyusun struktur kalimat, maupun dalam mengembangkan alenia. Menulis dapat dilakukan dengancara (1) langsung menulis teori belakangan; (2) dimulai dari manapun boleh; dan (4) melalui pembelajarannonlinier. Kegiatan menulis dapat dikembangkan dengan menggunakan model (1) jurnal pribadi; (4) karyawisata; (6) media audio visual; dan (4) probing-prompting. Pada uraian berikut dipaparkan tentang darimana seseorang melakukan kegiatan menulis dan bagaimana cara guru dalam mengembangkan model-model pembelajarannya?

Kata kunci: menulis, model, pembelajaran

Menulis sebagai salah satu keterampilanberbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakanketerampilan yang mensyaratkan penguasaanbahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menu-lis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Dalamhal ini, Semi (2007:5) berpendapat bahwa pem-belajaran menulis merupakan dasar untuk kete-rampilan menulis. Penulis sendiri berpandanganbahwa untuk menulis, pembelajar harus me-

nguasai kosakata kaidah tata tulis, yakni ejaan,dan kaidah tata bahasa, morfologi dan sintaksis.

Menulis sebagaimana berbicara, merupa-kan keterampilan yang produktif dan ekspresif.Perbedaannya, menulis merupakan komunikasitidak bertatap muka (tidak langsung), sedang-kan berbicara merupakan komunikasi tatap muka(Tarigan, 2008:2). Menurut Alwasilah (2010:128), keterampilan menulis berhubungan erat

189Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dengan membaca. Hal ini diakui pula oleh Semi(2007: 5). Semakin banyak siswa membaca,semakin cenderung memiliki kelancaran mem-baca dan menulis.

Sebuah tulisan dikatakan baik apabilamemiliki ciri, di antaranya bermakna, jelas/lugas,merupakan satu kesatuan, singkat dan padat,serta memenuhi kaidah kebahasaan. Di sampingitu tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa ke-mampuan menulis merupakan kemampuanyang kompleks, yang menuntut sejumlah penge-tahuan dan keterampilan sekaligus. Untuk me-nulis sebuah karangan yang sederhana punsecara teknis sudah dituntut untuk memenuhipersyaratan sebagaimana yang diatur dalampersyaratan kegiataan menulis.

Menulis sebagai proses kreatif memin-dahkan gagasan ke dalam lambang-lambangtulisan. Menulis juga diartikan sebagai suataukegiatan penyampaian pean dengan mengguna-kan bahasa tulisan atau medianya (Suparno danYunus, 2007:21). Menulis merupakan salah satukemapuan berbahasa yang perlu dimiliki sese-orang. Dengan demikian, ada empat unsur yangterlibat, yakni (1) penulis yang bertindak seba-gai penyampai pesan, (2) pesan atau isi yangterkandung di dalam tulisan, (3) media yangberupa tulisan, dan (4) pembaca sebagai pene-rima pesan.

Menulis memiliki manfaat baik untukpenulis maupun pembaca. Menulis mempunyaimanfaat (1) meningkatkan kecerdasan, (2)mengembangkan inisiatif dan kreativitas, (3)menumbuhkan keberanian, dan (4) mendorongkemauan dan kemampuan mengumpulkan in-formasi. Dalam hal ini, Graves (dalam Suparno,2006:14) menyatakan bahwa seseorang tidakakan menulis karena tidak taahu apa yangditulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harusmenulis. Atas dsar ini, peran guru sangatlahdiperlukan dalam pembelajaran menulis. Tu-juannya agar siswa termotivasi dan terangsangminat menulis. Dalam hal ini, untuk mengha-silkan karya tulis, kemudian dapat digunakansebagai bahan pembelajaran atau diserahkana

kepada seseorang sebagai bukti karya ilmiah,kemudian dinilai, menuntut seorang penulismemahami betul arti kata menulis. Seorangyang memahami dengan baik makna kata me-nulis akan betu-betul pedulu terhadap kejelasanapa yang ditulis, kekuatan tulisan dalam mem-pengaruhi orang lain, keaslian pikiran yangdituangkan dalam tulisan, kepiawaian penulisdalam memilih kata-kata dan mengolah kata-kata maupun kalimat (Santoso dkk., 2008:6.14).

Dilihat dari prosesnya, pembelajaran me-nulis menuntut kerja keras guru agar kegiatanmenulis menjadi kegiatan yang menyenangkan,sehingga siswa tidak merasa dipaksa untukmenyusun sebuah tulisan. Sebaliknya siswamerasa senang karena diajak oleg guru untukmelakukan kegiatan menulis. Beberapa carayang ditempuh guru dalam melakukan kegiatanagar menulis itu kegiatan yang menyenangkanbagi siswa.

DIMULAI DARI MANA MENULIS?Menulis sebagai suatu proses menurut

Santoso dkk., (2008) dapat dilakukan melaluilangkah-langkah (1) langsung menulis teoribelakangan; (2) mulai dari manapun boleh; (3)menulis sambil bercanda; dan (4) pembelajaranmenulis nonlinier. Pertama, dalam proses lang-sung teori belakangan, menulis dipahami se-bagai suatu keterampilan, bukan sebagai ilmu.Keterampilan menulis merupakan salah satuaspek keterampilan berbahasa yang paling tingginilainya setelah keketerampilan berbicara. Se-bagai suatu keterampilan, menulis membutuh-kan latihan uang inten, dan berkelanjutan. Se-bagai ilmu komposisi, menulis akan mengajar-kan berbagai jenis paragraf, kohesi dan kohe-rensi, jenis wacana (deskripsi, eksposisi, narasi,argumentasi, persuasi). Kesemuanya ini akanmembuat siswa tidak bisa menulis. Semakinbanyak aturan dalam menulis, akan membuatsiswa enggan dan tidak menulis. Dalam hal ini,menulis dapat dimulai tanpa harus mengetahuiteori-teori menulis. Jika ingin menulis sebaiknyalangsung terjun ke dalam kegiaatan menulis

190 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

yang sebenarnya, tanpa mempedulikan apakahtulisannya memenuhi aturan sebagaimana yangdiatur dalam peraturan menulis.

Kedua, dimulai dari manapun boleh.Menulis dapat dimulai dari bagian mana yangpaling disenangi. Guru dapat mengajak siswadengan cara mendeskripsikan benda-benda disekitarnya, menulis cerita, menulis puisi denganbantuan media yang menarik, maupun kegiatanlainnya. Dalam hal ini, yang perlu diingat bahwakata kunci pembelajaran menulis adalah meng-ajak siswa menulis, bukan mengajarkan menulis.Dengan menggunakan kata kunci, siswa dapatdibawa ke dalam situasi kegiatan menulis yangmenyenangkan. Misalnya, ketika siswa diper-dengarkan menyimak tentang “Benda-benda diLingkungan Sekitar” tentunya mereka memilikipengalaman bermcam-macam pengalaman yangmenarik dan jawabannya beragam. Dari berba-gai pengalaman ini , siswa dapat menceritakanpengalman mereka secara tertulis. Setelah selesaimenulis dengan menggunakan bahasa merekasesuai dengan pengalamannya, mereka dapatmengembangkan daya imaginasinya. Dengandemikian, kesan yang tertanam dalam diri merekabahwa menulis itu mudah.

Ketiga, pembelajaran menulis nonlinier.Tidak semuakegiatan menulis perlu diajarakankepada siswa. Akan tetapi yang penting adalahpenanaman kebiasaan dan kecintaan menulis.Dalam kegiatan menulis, guru tidak perlu men-targetkan semua kegiatan menulis sebagaimanaterdapat dalam kurikulum. Akan tetapi, gurumentargetkan tiga kegiatan menulis yang pastidalam setiap semester yang sudah diprogramdalam penilaian portofolio. Di dalam kegiatanini, guru menginformasikan kepada siswa me-nulis kisah perjalanan, pengalaman yang tidakterlupakan, melanjutkan cerita yang belumselesai, mendeskripsikan sesuatu ataupun yanglain. Dalam hal ini, siswa bebas menentukanpilihannya dan mengembangkannya sesuaidengan kemampuan imaginasinya tanpa diikatdengan kalimat topik yang sama. Selama ke-giatan awal menulis, guru menyampaikan ke-pada siswa bahwa menulis jangan takut salah,

yang paling penting senang melakukan kegiatanmenulis. Guru memberikan komentar-komentarsetelah siswa menyelesaikan tulisannya. Padaakhir kegiatan, guru menginformasikan kepadasiswa untuk menyalin karangannya denganmemberikan pesan agar tulisan disalin di kertasyang baik dan diupayakan tulisannya bersih dantidak ada coretan. Selanjutnya, semua hasil tu-lisan/karangannya dipajangkan di ruangan kelassebagai hasil penilaian portofolio.

PENGEMBANGAN MODELPEMBELAJARAN MENULIS

Model pembelajaran diartikan sebagaiprosedur yang sistematis dalam mengorganisa-sikan pengalaman belajar untuk mencapaitujuan belajar yang digunakan dalam pembe-lajaran. Kaitannya dengan kegiatan menulis disekolah, pembelajaran menulis dapat dikem-bangkan melalui model (1) example non ex-ample; (2) pemodelan; (3) jurnal pribadi; (4)karya wisata; (5) kancing gemericing (TalkingChips); (6) media audio visual; dan (7) prob-ing-prompting. Penjelasan masing-masingdipaparkan sebagai berkut.

Menulis Sederhana Melalui Model JurnalPribadi

Terdapat banyak cara untuk mengkate-gorikan bentuk tulisan. Penggolongan tulisansecara tradisional adalah narasi, deskripsi danpersuasi. Meskipun penggolongan tersebutnampaknya teoritis tetapi siswa mengguna-kannya untuk berbagai tujuan antara lain untukmengekspresikan pendapat, memberikan infor-masi dan kesenangan (Tomkins, 1991; 187).

Berbagai macam strategis dapat diguna-kan dalam pembelajaran menulis, baik menulisdalam bentuk dormal maupun menulis dalambentuk informal. Guru diharapkan mampu ber-kreativitas dalam memadukan strategi-strategipembelajaran sehingga dapat menciptakan pem-belajaran yang menarik. Tomkins (1991:187)membuat cerita, menulis informasi dan menulispuisi. Jika dikaitkan dengan bentuk jurnal atau

191Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

catatan maka Tomkins mengkategorikan jurnalsebagaibentuk tulisan tidak resmi (informasiwriting). Pembelajaran menulis informal dilak-sanakan agar tulisan siswa berkembang denganlancar dan dapat membuat sisw belajar. Faris(1993: 206) menyatakan bahwa tulisan jurnalpribadi merupakan bentuk tulisan tidak formaldan sering tidak berstruktur.

Tulisan jurnal pribadi merupakan bentuktulisan tidak resmi. Oleh sebab itu strategi yangdigunakan dalam pembelajaran menulisjurnalpribadi juga menggunakan strategi tidak resmi.Pembelajaran menulis jurnal pribadi dilaksa-nakan untuk mengembangkan keterampilansiswa dalam mencurahkan gagasan. Tomkins(1991:187). menyatakan proses belajar mengajardalam pembelajaran menulis catatan pribadimenggunakan strategi informal yang meliputi(1) curah pendapat lisan, (2) demonstrasi guru,(3) temu pendapat lisan, (4) pembelajaran mini,dan (5) berbagi hasil kerja.

Menulis sebuah jurnal adalah sebuahlangkah penting bagi seorang anak untuk men-jadi penulis di kemudian hari. Menulis jurnalsetiap hari menjadi kebiasaan positif bagi siswauntuk menuangkan ide, gagasan, pikiran kedalam bentuk nyata berupa rangkaian kata dankalimat. Kebiasaan ini akan mengarahkan siswauntuk terbiasa menulis tanpa beban. Menulisbukan hal yang menakutkan atau menyebalkanlagi, karena menulis jurnal belum disosialisa-sikan disekolah. Padahal kebiasaan menulisjurnal mempunyai sisi positif dalam duniapengajaran serta perkembangan jiwa para siswa(Alwasilah, 2010).

Rangkaian cerita dalam menulis jurnalpribadi harus dilakukan secara berurutan dansistematis. Hal ini tampak pada sebuah ka-rangan dalam bentuk sederhana mengurutkankejadian secara ilmiah (natural order) ataumengurutkan proses suatu peristiwa dalamurutan waktu kejadiannya (kronologis). Dalamkenyataan, menulis jurnal pribadi didasarkanpada suatu rangkaian kejadian yang bertaliandengan urutan waktu. Dengan demikian, orga-

nisasi perincian utamanya akan bersifat krono-logis atau menurut urutan waktu alamiah.

Dalam menulis jurnal pribadi juga diper-hatikan pengembangan gagasan. Pengem-bangan gagasan inilah yang dapat menyatukanide secara utuh dan padu untuk disampaikansecara tertulis. Sebaiknya gagasan yang akandisampaikan dalam bentuk tulisan mengguna-kan bahasa yang menarik dan komunikatif agarterjalin hubungan erat antara penulis dan pem-baca.

Menulis Narasi Melalui Model Karya Wisata

Karya wisata (field trip) adalah pesiar(ekskursi) yang dilakukan oleh siswa untukmelengkapi pengalaman belajar tertentu. Dengankarya wisata sebagai metode belajar mengajar,siswa dibawah bimbingan guru mengunjungitempat-tempat tertentu dengan maksud untukbelajar. Menurut Rusyan (1993:82) banyakmemiliki nilai non akademis, tetapi tujuan umumpendidikan dapat dicapai, terutama mengenaiwawasan dan pengalaman tentang dunia luarseperti kunjungan ketempat-ketempat situsbersejarah, museum, peternakan yang sistematis,dan sebagainya.

Kabaikan dari metode karya wisata adalah:(1) siswa dapat mengamati kenyataan yangberaneka ragam dari dekat, (2) siswa dapatmenghayati pengalaman baru dengan mencobaikut serta di dalam suatu kegiatan, (3) siswa dapatmenjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencobadan membuktikan secara langsung, (4) siswadapat memperoleh informasi dengan jalanmengadakan wawancara atau mendengarkanceramah yang diberikan on the spot, dan (5) siswadapat mempelajari sesuatu secara integral dankomprehensif (Sagala, 2009: 215)

Adapaun kelemahan-kelemahan darimetode karya wisata adalah: (1) memerlukanpersiapan yang melibatkan banyak pihak, (2) jikakarya wisata sering dilakukan akan mengganggukelancaran rencana pembelajaran, apabila jikatempat yang dikunjungi jauh dari sekolah, (3)

192 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

kadang-kadang mendapat kesulitan dalambidang pengangkutan, (4) jika tempat yangdikunjungi itu sukar diamati, akibatnya siswamenjadi bingung dan tidak akan mencapai tujuanyang diharapkan. Misalnya untuk mempelajariproses kimia yang dikerjakan oleh mesin yangdiamati, (5) memerlukan pengawasan yang ketat,dan (6) memerlukan biaya yang relatif tinggi(Sagala, 2009: 215).

Keberhasilan karya wisata sangat ter-gantung pada tujuan perencanaan yang dibuat.Komponen perencanaan menurut beberapa ahlihampir sama, yang berbeda hanya penekanannyasaja. (Morgan et al, 1976) menekankan penjad-walan yang detail harus sudah selesai pada awalperencanaan. Mardikanto, 1993) menekankanagar tempat tujuan dipilih yang mempunyaikaitan dengan masalah, petensi dan peluang yangsedang akan dihaadapi sasaran. (Flores dkk,1983) mengingatkan jangan mengunjungi terlalubanyak objek dalam satu hari, lebih baik dipilihbeberapa objek yang benar-benar tepat.

Kunjungan karya wisata akan lebih mudahdilaksanakan jika perencanaan telah disusunsecara cermat, kemudian dilaksanakan denganbaik. Sering kali sulit untuk menjaga agar kelom-pok selalu bersama-sama dan menjaga perhatianmereka ketika berada dilapangan atau lokasi.Sebaiknya guru harus selalu memantau siswanyadalam lokasi, sehingga kegiatan karya wisatadapat berjalan sesuai dengan rencana. Pelaksa-nakan kunjungan karya wisata menurut Morgan(1976) sebagai berikut. (1) pengenalan terhadapmaksud dan tujuan serta objek yang akan diamati,(2) menjaga minat kelompok peserta, (3) mem-pertahankan partisipasi perserta dan mengaju-kan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, (4)pengaturan kenyamanan fisik, pengakhirankunjungan, serta (5) tindak lanjut dan evaluasi.

Menulis Literasi Fokus Narasi MelaluiModel Probing-Prompting

Istilah literasi yang dalam bahasa Inggris-nya Literacy berasal dari bahasa Latin littera(huruf) yang pengertiannya melibatkan pengua-

saan sistem-sistem tulisan dan konvensi-kon-vensi yang menyertainya. Kendatipun demikian,literasi utamanya berhubungan dengan bahasadan bagaimana bahasa itu digunakan. Adapunsistem bahasa tulis itu sifatnya sekunder. Mana-kala berbicara mengenai bahasa, tentunya tidaklepas dari pembicaraan mengenai budaya karenabahasa itu sendiri merupakan bagian dari budaya.Sehingga, pendefinisian istilah literasi tentunyaharus mencakup unsur yang melingkupi bahasaitu sendiri, yakni situasi sosial budayanya.

Literasi didefinisikan penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kulturaldalam menciptakan dan menginterpretasikanmakna melalui teks. Literasi memerlukan seti-daknya sebuah kepekaan yang tak terucap ten-tang hubungan-hubungan antara konvensi-kon-vensi tekstual dan konteks penggunaanya sertaidealnya kemampuan untuk berefleksi secarakritis tentang hubungan-hubungan itu. Karenapeka dengan maksud/tujuan, literasi itu bersifatdinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi diantara dan di dalam komunitas dan kultur dis-kursus/ wacana.

Literasi memerlukan serangkaian ke-mampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulisdan lisan, pengetahuan tentang genre, danpengetahuan kultural). Yang dimaksud denganteks di atas adalah mencakup teks tulis dan tekslisan. Adapun pengetahuan tentang genreadalah pengetahuan tentang jenis-jenis teksyang berlaku/digunakan dalam komunitaswacana misalnya, teks naratif, eksposisi, des-kripsi dan lain-lain. Dengan demikian, pembe-lajaran literasi adalah proses belajar yang mem-pelajari tentang kemampuan berkomunikasilisan dan tulisan. Pembelajaran literasi dalamStandar Isi ditunjukkan dengan materi pokokpembelajaran Bahasa Indonesia yang terbagi kedalam empat standar kompetensi, yaitu me-nyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Istilah Probing Prompting berasal darikata Probing dan kata Prompting. Probingmenurut arti katanya adalah penyelidikan,pemeriksaan dan prompting adalah mendorong

193Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaandisini bertujuan untuk memperoleh sejumlahinformasi yang telah ada pada diri siswa agardapat digunakan untuk memahami pengetahuanatau konsep baru. Dorongan atau tuntunandiberikan oleh guru dalam menggali penga-laman dan pengetahuan yang telah dimiliki olehsiswa.

Model Pembelajaran probing promptingadalah suatu cara untuk melaksanakan kegiatanpembelajaran dengan cara guru menyajikan se-rangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun,membimbimbing, dan menggali sehingga ter-jadi proses berpikir yang mengaitkan pengeta-huan tiap siswa dan pengalamannya denganpengetahuan baru yang sedang dipelajari. Se-lanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsipdan aturan menjadi pengetahuan baru, dengandemikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Pembelajaran probing prompting sangaterat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembe-lajaran ini disebut probing question. Probingquestion adalah pertanyaan yang bersifat meng-gali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjutdari siswa yang bermaksud untuk mengem-bangkan kualitas jawaban, sehingga jawabanberikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan.Probing question ini dapat memotivasi siswauntuk memahami lebih mendalam suatu masa-lah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju.Proses pencarian dan penemuan jawaban atasmasalah tersebut siswa berusaha menghubung-kan pengetahuan dan pengalaman yang telahdimilikinya dengan pertanyaan yang akan di-jawabnya (Ayu, 2010)

Dengan model pembelajaran ini prosestanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswasecara acak sehingga setiap siswa mau tidakmau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisamenghindar dari proses pembelajaran, setiapsaat siswa bisa dilibatkan dalam proses tanyajawab. Kemungkinan akan terjadi suasana te-gang, namun demikian bisa dibiasakan untukmengurangi kondisi tersebut dengan cara guruhendaknya memberi serangkaian pertanyaan

disertai dengan wajah ramah, suara menyejuk-kan, dan nada yang lembut. Ada canda, senyumdan tertawa sehingga menjadi nyaman, menye-nangkan dan ceria. Perlu diingat bahwa jawabansiswa yang salah harus dihargai karena salahadalah ciri siswa sedang belajar dan telah ber-partisipasi.

Terdapat dua aktivitas siswa yang salingberhubungan dalam pembelajaran probingprompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputiaktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusahamembangun pengetahuannya, serta aktivitasguru yang berusaha membimbing siswa denganmenggunakan sejumlah pertanyaan yang me-merlukan pemikiran tingkat rendah sampai pe-mikiran tingkat tinggi. Aktivitas secara fisikyang diharapkan terjadi dengan teknik probingadalah siswa menjawab pertanyaan, mengaju-kan pertanyaan, atau memberikan sanggahan,sedangkan aktivitas berpikirnya adalah pem-bentukan pengetahuan baru.

Pembelajaran literasi fokus menulis na-rasi melalui model probing prompting dila-kukan dengan cara (1) menghadapkan siswapada situasi baru, misalnya dengan menunjuk-kan gambar, cerita, alat pembelajaran, objek,gejala yang dapat memunculkan teka-teki ataupermasalahan; (2) memberi waktu tunggubeberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluanagar siswa melakukan pengamatan sekaligussiswa melakukan diskusi dalam kelompoknyauntuk merumuskan pertanyaan sesuai indikatoryang akan dicapai dengan bimbingan guru; (3)mengajukan pertanyaan sesuai indikator ataukompetensi yang ingin dicapai siswa; (4) mem-beri waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik)untuk memberikan kesempatan siswa meru-muskan jawabannya dengan melakukan dis-kusi; (5) meminta seorang siswa untuk men-jawab pertanyaan yang telah diajukan; (6) jikajawaban yang diberikan siswa benar ataurelevan dilanjutkan dengan siswa lain, untukmeyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalamkegiatan yang sedang berlangsung serta mem-beri pujian atas jawaban benar. Jika jawabankeliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan

194 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

susulan yang berhubungan dengan respon per-tama, dimulai dari pertanyaan yang bersifatobservasional kemudian dilanjutkan denganpertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebihtinggi menuju pertanyaan indikator keterca-paian kompetensi dasar sampai siswa dapatmenjawab pertanyaan yang baru diajukan; (7)pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam)ini sebaiknya diajukan atau diinteraksikan jugapada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalamkegiatan probing; dan (8) mengajukan perta-nyaan akhir pada siswa lain untuk lebih me-negaskan bahwa kompetensi dasar yang ditujusudah tercapai.

KAJIAN PUSTAKAAlwasilah, S. S. 2010. Mengajarkan Menulis

pada Anak. http://alwasilah. multipli.com/lournal/item/29/mengajarkan_menulis_pada _anal

Arsyad, Azhar. 1995. Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grasindo Persada

Ayu. 2010. Pembelajaran Probing Prompting.(Online), (http://ayuface.wordpress.com/2010/12/25/pembelajaran-probing-prompting/, diakses tanggal 10 Maret2011).

Farris, J. 1993. Language Art’s A ProccessAproach. Madison: Brown & BenemarkPublisher..

Flores,dkk.1983. Handbook for Exention Work.College Laguna, Philippines: SoutteastAs ian Regional Center for Graduat Stufyand Research in Agriculture

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan PembangunanPertanian Surakarta: Sebelas Maret Uni-versity Press.

Morgan, B.et al.1976. Methods in Adult Edu-cation. Danville, Illinois: The Interste P& Publisher, Inc.rinters.

Rusyan, A.T.1993. Proses Bealajar Mengajaryang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar.Bandung: Bina Budhaya.

Suparno dan Yunus, M. 2007. KeterampilanDasar Menulis. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Suparno dkk. 2006. Keterampilan DasarMenulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Santoso dkk., 2004. Materi dan PmbelajaranBahasa Indonesia SD. Jakarta: Universi-tas Terbuka.

Semi, Atar. 2007. Dasar-dasar KeterampilanMenulis. Bandung: PT Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagaiSuatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.

Tomkins, G.E. 1991. Language Art’s Contens andTeaching Strategies. New York: MacmilanCollege Publishing Company.

195Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PENTINGNYA BAHASA SANTUNUNTUK MENINGKATKAN

ETIKA BAHASA TULIS

Oleh: Hendry BudimanUNIVERSITAS MADURA

Absrak: Bahasa merupakan suatu sistem simbol yang bebas yang dipergunakan oleh anggota masyarakatuntuk berinteraksi. Perilaku berbahasa yang dilakukan masyarakat dipengaruhi oleh adanya kebudayaanpada masyarakat itu sendiri yang dalam arti luas mencakup sifat dan sikap yang dimiliki oleh penutur.Bahasa santun tidak terlepas dari budaya masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Artinya, penggunaanbahasa yang santun dipengaruhi oleh budaya masyarakat penutur. Etika berbahasa menjadi penting dalaminteraksi komunikasi. Karena etika berbahasa ini berkaitan dengan norma-norma sosial, pemilihan kodebahasa. Dari norma-norma sosial dan pemilihan kode bahasa inilah akan terbentuk sistem budaya yangberlaku dalam suatu masyarakat. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkantulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.Bahasa santun dalam etika bahasa tulis menjadi bagianpenting bagi seorang penulis. Hal ini disebabkan oleh isi dari tulisan yang bisa memiliki dampak hasiltulisan terhadap pembaca. Bahasa santun pada etika bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan denganmemanfaatkan tulisan dan huruf sebagai unsur dasarnya yang sesuai dengan etika berbahasa yang dalamhal ini adalah bahasa tulis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan padapenggunaan bahasa santun untukmeningkatkan etika bahasa tulis: (1) kaidah tata tulis, yakni ejaan; (2) kaidah tata bahasa, morfologi dansintaksis; (3) penguasaan kosakata. Berdasarkan unsur fisik dan psikologis, keberadaan kesantunan bahasatulis perlu memperhatikan: (1) Jenis huruf; (2) Ukuran huruf: (3) Warna tulisan.

Kata kunci: Bahasa santun, Bahasa tulis,Etika Bahasa

A. PENDAHULUANMenulis berarti menyampaikan pikiran,

perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan.Menurut Akhadiah dkk (1998:3) menulis adalahsuatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisansebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atasrangkaian huruf yang bermakna dengan segalakelengkapan lambang tulisan seperti ejaan danpungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komuni-kasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaianpesan dengan menggunakan tulisan sebagaimediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yangterkandung dalam suatu tulisan.

Kegiatan menulis merupakan keteram-pilan mekanis yang dapat dipahami dan dipe-lajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atasbeberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellisdkk. (1989) menguraikan lima tahapan menulis,yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan,penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenulis,penulis diberi kesempatan menentukan apayang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangkatulisan. Setelah penulis menentukan apa yangakan ditulis dan sistematika tulisan, penulismengumpulkan bahan-bahan tulisan denganmenggunakan buku-buku dan sumber lainnyauntuk memudahkan dalam penulisan.

196 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Dampak utama yang diharapkan penulisadalah hasil tulisannya dapat diterima dandipahami oleh pembaca, namun kaitannya denganbahasa santun untuk meningkatkan etika bahasatulis adalah dapat memberikan dampak psikologisbagi pembaca terhadap penulis. Dampak yangdimaksud berupa kesan yang menyenangkan atauyang bisa membenci penulis oleh pembaca.

Adanya dampak dari tulisan inilah, menulisakan menjadi lebih menarik apabila dampaknyamenyenangkan dan akan menjadi tidak menarikjika berakibat tidak menyenangkan bagi penulis.Untuk mengkaji dampak yang dimaksud dapatmemanfaatkan kajian ilmu psikolinguistik danlinguistik itu sendiri.

Memahami bahasa santun tentu menjadipenting dalam meningkatkan etika bahasa tulisbagi penulis. Fungsi bahasa sebagai saranauntuk berkomunikasi dalam kehidupan berso-sial mengharuskan penulis memahami pulanorma-norma yang berlaku dalam budaya ma-syarakat sebagai upaya pendekatan kepadapembaca.

Secara umum tentu penulis berharap su-paya tulisannya bisa diterima dengan baik olehpara pembaca, terlepas dari akibat yang munculdari isi tulisan. Oleh karena itu, menjadi pentingbagi penulis untuk memperhatikan bahasa san-tun dalam meningkatkanetika bahasa tulis.

B. KEBUDAYAAN DAN BAHASASANTUN

Bahasa merupakan suatu sistem simbolyang bebas yang dipergunakan oleh anggotamasyarakat untuk berinteraksi. Dalam fungsinyasebagai alat berinteraksi, bahasa merupakan alatyang paling baik melebihi alat penghubung lain,tanpa bantuan bahasa, hubungan antara anggotamasyarakat yang satu dengan yang lainnya akanmenjadi sulit. Namun bahasa bukan pula satu-satunya alat penghubung, sebab masih ada alatpenghubung lain selain bahasa.

Berbicara bahasa tidak terlepas dari apayang disebut kebudayaan. Menurut Taylor (dalamAslinda dan Leni, 2010:93) kebudayaan adalah

suatu keseluruhan rumit yang mencakup bidang-bidang pengetahuan, kepercayaan, kesenian,hukum, moral, adat istiadat, serta kebiasaan dankemampuan lain yang diperoleh oleh seseorangsebagai anggota masyarakat.

Nababan (dalam Chaer dan Leonie,2010:163) mengungkapkan pengelompokandefinisi-definisi kebudayaan yang menjelaskanbahwa kebudayaan itu meliputi segala aspekdan unsur kehidupan manusia. Pengelompokandefinisi kebudayaan yang dimaksud mencakupempat golongan, yaitu: (1) definisi yang melihatkebudayaan sebagai pengatur dan pengikatmasyarakat; (2) definisi yang melihat kebuda-yaan sebagai hal-hal yang diperoleh manusiamelalui belajar atau pendidikan (nurture); (3)definisi yang melihat kebudayaan sebagai ke-biasaan dan perilaku manusia; dan (4) definisiyang melihat kebudayaan sebagai sistem komu-nikasi yang dipakai masyarakat untuk memerolehkerja sama, kesatuan, dan kelangsungan hidupmasyarakat manusia.

Koentjaraningrat mengungkapkan bahwakebudayaan hanya dimiliki oleh manusia dantumbuh bersama dengan berkembangnya ma-syarakat manusia. Koentjaraningrat mengguna-kan sesuatu yang disebut “kerangka kebuda-yaan” yang dimiliki dua aspek, yakni: 1) wujudkebudayaan dan 2) isi kebudayaan. Dalam halini, wujud kebudayaan dapat dijelaskan adanya:a) wujud gagasan yaitu sistem budaya yangbersifat abstrak; b) perilaku yaitu sistem sosialyang bersifat konkret; dan c) fisik atau bendayaitu kebudayaan fisik bersifat konkret.

Bahkan lebih rinci dijelaskan bahwa isikebudayaan terdiri dari tujuh unsur yang terdapatdalam setiap masyarakat kebudayaan manusiayang ada di dunia atau yang disebut bersifat uni-versal. Ketujuh unsur yang dimaksud adalah:1) bahasa,2) sistem teknologi,3) sistem mata pencarian hidup atau ekonomi,4) organisasi sosial,5) sistem pengetahuan,6) sistem religi, dan7) kesenian.

197Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Mengacu dari apa yang dijelaskan olehKoentjaraningrat, jelas bahwa bahasa meru-pakan bagian dari kebudayaan. Dengan katalain bahwa bahasa menjadi salah satu bagianyang membentuk sebuah kebudayaan dalamsuatu masyarakat. Perilaku berbahasa yangdilakukan masyarakat dipengaruhi oleh adanyakebudayaan pada masyarakat itu sendiri yangdalam arti luas mencakup sifat dan sikap yangdimiliki oleh penutur.

Setiap masyarakat bahasa pasti memilikikebudayaan masing-masing. Hal ini tidak terle-pas dari kebiasaan yang dilakukan masyarakatdalam berinteraksi. Dalam menjalin hubungandengan sosialnya, masyarakat membutuhkanbahasa untuk berkomunikasi.

Bahasa santun tidak terlepas dari budayamasyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Artinya,penggunaan bahasa yang santun dipengaruhioleh budaya masyarakat penutur. Interaksi ber-bahasa yang dilakukan bisa dijadikan gambaranterhadap budaya masyarakat penutur.

Menurut Chaer dan Agustina (dalamAslinda dan Leni, 2010:92) ada pelbagai teorimengenai hubungan bahasa dengan kebuda-yaan. Ada yang mengatakan, bahasa merupakanbagian dari kebudayaan. Namun, ada pula yangmengatakan, bahwa bahasa dan kebudayaanmerupakandua hal yang berbeda, tetapi mem-punyai hubungan yang sangat erat sehinggatidak dapat dipisahkan. Ada pula yang berpen-dapat, bahwa bahasa sangat dipengaruhi olehkebudayaan sehingga segala hal yang ada dalamkebudayaan akan tercermin di dalam bahasa.Sebaliknya, ada juga yang mengatakan, bahwabahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, caraberpikir manusia, dan masyarakat penuturnya.

Menggunakan bahasa santun perlu mem-perhatikan dan mengikuti etika berbahasa se-suai budaya yang berlaku saat berlangsungnyainteraksi komunikasi. Hal ini berkaitan denganfungsi sistem bahasa sebagai sarana berlang-sungnya suatu interaksi manusia dalam ma-syarakat. Segala tindak laku berbahasa harusdisertai norma yang berlaku di dalam budaya itu.

Etika berbahasa menjadi penting dalaminteraksi komunikasi. Karena etika berbahasaini berkaitan dengan norma-norma sosial, pe-milihan kode bahasa. Dari norma-norma sosialdan pemilihan kode bahasa inilah akan ter-bentuk sistem budaya yang berlaku dalam suatumasyarakat.

Menurut Chaer (2010:7) etika berbahasamengatur kita dalam beberapa hal: (a) apa yangharus dikatakan kepada seorang lawan tuturpada waktu dan keadaan tertentu berkenaandengan status sosial dan budaya dalam masya-rakat itu; (b) ragam bahasa yang paling wajardigunakan dalam waktu dan budaya tertentu;(c) kapan dan bagaimana kita menggunakangiliran berbicara kita dalam menyela ataumenginterupsi pembicaraan orang lain; (d) kapankita harus diam, mendengar tuturan orang; (e)bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kitadalam berbicara. Seseorang baru dapat disebutpandai berbahasa apabila sudah menguasai tatacara atau etika berbahasa itu.

Membahas tentang etika berbahasa tidakterlepas dari apa yang disebut dengan psi-kolinguistik. Psikolinguistik menurut Lado(dalam Tarigan, 2009:3) adalah pendekatangabungan antara psikologi dan linguistik bagitelaah atau studi bahasa, bahasa dalam pema-kaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang adakaitannya dengan itu, yang tidak mudah dicapaiatau didekati dengan salah satu dari kedua ilmutersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri.

Kaitan psikolinguistik dengan etika ber-bahasa adalah dari aspek pemanfaatan bahasaitu sendiri yang tidak terlepas dari norma-normayang berlaku dalam budaya masyarakat bahasa.Hal ini untuk menghindari apa yang disebut“salah paham” dalam penggunaan bahasa.Pengguna bahasa harus bisa memilih bahasayang tepat sesuai dengan etika berbahasa dalambudaya masyarakat pengguna bahasa itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapatdisimpulkan bahwa bahasa santun merupakanbahasa yang sesuai dengan etika berbahasadengan memperhatikan aspek psikolinguistik

198 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

bahasa. Bahasa santun akan terwujud apabilamemperhatikan etika berbahasa dan sesuaidengan norma-norma sosial dengan memper-hatikan pemilihan kode bahasa yang tepat pula.

C. BAHASA TULISTidak dapat dipungkiri, bahwa semua

bahasa mempunyai ragam tulis dan ragam lisan.Sebagian orang ada yang berpendapat bahwaragam tulis adalah pengalihan ragam lisankedalam ragam tulis (huruf). Tentu pendapatini tidak dapat dibenarkan sepenuhnya sebabtidak semua ragam lisan dapat dituliskan.Sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat puladilisankan. Bahasa lisan akan lebih mudahuntuk di ungkapkan dibandingkan denganbahasa tulis. Sedangkan kaidah atau aturan yangberlaku bagi ragam lisan belum tentu berlakubagi ragam tulis.(Arifin, 2008:18)

Terkadang bahasa tulis lebih sulit di-bandingkan dengan bahasa lisan, karena bahasatulis harus menggunakan simbol atau kode –kode tertentu. Bahkan terkadang seseorangmerasa sulit dalam mengawali tentang apa yangakan ditulis. Sebaliknya, bahasa tulis dan ba-hasa lisan terkadang ada seseorang yang hanyamampu menggunakan bahasa tulis saja. Hal inibiasanya terjadi pada orang yang memilikiketerbatasan alat ucapnya atau gangguan psi-kologis, sehingga akan merasa nyaman bilamengungkapkan dengan tulisan. Namun adapula seseorang yang mampu menggunakanbahasa kedua-duanya (tulis dan lisan).

Dalam pembahasan kali ini akan lebihfokus pada ragam bahasa tulis. Ragam bahasatulis adalah bahasa yang dihasilkan denganmemanfaatkan tulisan dengan huruf sebagaiunsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita ber-urusan dengan tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata bahasa dan kosa kata.Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kitadituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasaseperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan

ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam meng-ungkapkan ide (http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html).

Ragam bahasa tulis tidak terkait ruangdan waktu sehingga diperlukan kelengkapanstruktur sampai pada sasaran secara visual ataubahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkantulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.Penulis berurusan dengan tata cara penulisandan kosakata. Sehingga penulis harus mengua-sai kaidah tata tulis, yakni ejaan, dan kaidahtata bahasa, morfologi dan sintaksis. Selain itu,penguasaan kosakata yang banyak diperlukanpula.

Penggunaan ragam bahasa tulis, maknakalimat yang diungkapkannya tidak ditunjangoleh situasi pemakaian, Oleh karena itu, dalampenggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukankecermatan dan ketepatan di dalam pemilihankata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentukkata dan struktur kalimat, serta kelengkapanunsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Contoh dari ragam bahasa tulis adalahsurat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalamragam bahasa tulis perlu memperhatikan ejaanbahasa Indonesia yang baik dan benar. Teru-tama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.Ciri Ragam Bahasa Tulis:1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.2. Tidak terikat ruang dan waktu3. Kosa kata yang digunakan dipilih secara

cermat4. Pembentukan kata dilakukan secara sem-

purna,5. Kalimat dibentuk dengan struktur yang

lengkap6. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan

padu.7. Berlangsung lambat8. Memerlukan alat bantu

Contoh bahasa tulis:- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.- Saya sudah membaca buku itu.- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

199Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Ragam bahasa tulis memiliki kelemahandan kelebihan. Adapun kelebihan dari ragambahasa tulis diantaranya:1. Penulis bisa memilih gagasan, pikiran,

ataupun pesan yang menarik atau menye-nangkan untuk pembaca,

2. Dapat dijadikan sebagai sarana memper-kaya kosakata.

4. Dapat digunakan untuk menyampaikangagasan, pikiran, ataupun pesan.

5. Adanya penggunaan tanda baca dalammengungkapkan ide

6. Tidak terkait dengan kondisi dan waktuseperti ragam bahasa lisan.

7. Menghindari gesekan langsung antara pe-nulis dengan pembaca.

Sedangkan kelemahan dari ragam bahasatulis siantaranya sebagai berikut:1. Penulisan harus disusun sempurna, karena

tidak ada alat atau sarana yang memper-jelas pengertian seperti bahasa lisan.

2. Dapat terjadi salah pengertian karena keter-batasan penjelasan

3. Apabila harus mengikuti kaidah-kaidahbahasa yang cenderung miskin daya pikatdan nilai jual, sehingga tidak mampu me-nyajikan informasi yang lugas, dan jujur.

4. Perlu pemahaman atau kesepakatan pe-mikiran yang samadengan pembaca.

5. Butuh ketelitian yang lebih karena yangtidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapatdiperjelas.

6. Tidak dapat bertemu secara langsung antarapenulis dengan pembaca.

D. PENTINGNYA BAHASASANTUN DALAM ETIKABAHASA TULIS.

Kesantunan bahasa tulis menjadi bagianpenting bagi seorang penulis. Hal ini disebab-kan oleh isi dari tulisan yang bisa memilikiakibat hasil tulisan terhadap pembaca. Akibat

yang dimaksud tentu bisa berdampak positifmaupun negatif.Karena dari hasil membacatulisan, penulis bisa mempengaruhi pembaca.

Sejenak mengingat kembali tentang ba-hasa santun yaitu bahasa yang sesuai denganetika berbahasa. Etika berbahasa akan terwujudapabila sesuai dengan norma-norma sosial danmemperhatikan pemilihan kode bahasa yangtepat pula.

Sedangkan bahasa tulis merupakan ba-hasa yang dihasilkan dengan memanfaatkantulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.Hal ini melibatkan tata cara penulisan (ejaan)di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kitadituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasaseperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaanejaan, dan penggunaan tanda baca dalam meng-ungkapkan ide.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di-simpulkan bahwa penggunaan bahasa santunpadayang sesuai dengan etika bahasa tulis ada-lah penggunaan bahasa yang dihasilkan denganmemanfaatkan tulisan dan huruf sebagai unsurdasarnyayang sesuai denganetika bahasa tulis.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikandalam etika bahasa tulis:1. kaidah tata tulis, yakni ejaan,2. kaidah tata bahasa, morfologi dan sintaksis,3. penguasaan kosakata yang banyak diper-

lukan pula.

Apabila dilihat dari unsur fisik danpsikologis, keberadaan etika bahasa tulis perlumemperhatikan:1. Jenis huruf2. Ukuran huruf3. Warna tulisan

Tentu ada perbedaan antara etika bahasatulis dengan kesantunan berbahasa. Adapunperbedaan antara kesantunan bahasa tulisdengan kesantunan berbahasa:

200 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Sedangkan persamaan antara etika bahasatulis dengan kesantunan berbahasa adalahsama-sama perlu memperhatikan:1. penggunaan kode bahasa,2. jenis pilihan kata yang tepat,3. kesepahaman pemikiran,4. etika bahasa.

Bahasa santun menjadi penting penggu-naannya dalam etika bahasa tulis. hal ini dapatdilihat dari manfaatnya:1. mengurangi salah paham antara pembaca

dengan penulis.2. mempermudah pembaca dalam memahami

isi bacaan3. menimbulkan rasa senang pembaca terha-

dap penulis4. menimbulkan sikap positif terhadap hasil

tulisan (buku)

Dengan demikian, penggunaan bahasasantun akan menjadi penting penggunaannyadalam meningkatkan etika bahasa tulis. Karenadapat memberikan manfaat baik bagi penulismaupun bagi pembaca.

E. PENUTUPBahasa santun pada etika bahasa tulis

adalah bahasa yang dihasilkan dengan me-manfaatkan tulisan dan huruf sebagai unsurdasarnya yang sesuai dengan etika berbahasa.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalametika bahasa tulis: (1) kaidah tata tulis, yakni

ejaan; (2) kaidah tata bahasa, morfologi dansintaksis; (3) penguasaan kosakata. Berdasar-kan unsur fisik dan psikologis, keberadaan etikabahasa tulis perlu memperhatikan: (1) Jenishuruf; (2) Ukuran huruf: (3) Warna tulisan.

Dengan adanya bahasa santun dalametika bahasa tulis ini diharapkan dapat mem-berikan kontribusi positif kepada para penulisuntuk menghasilkan karya tulis terbaiknya.Kontribusi yang dimaksud adalah penulis diha-rapkan bukan hanya mementingkan tujuannyadalam menulis, namun juga penulis dapatberupaya memahami kondisi secara fisikmaupun psikologis dari calon pembacanya.

Disisi lain, bahasa santun dalam etikabahasa tulis dapat menambah wawasan bagipara pembaca untuk menghadirkan pemahamanterhadap karya tulis dengan memunculkankesepemahaman pikiran antara pembacadengan penulis. Selain itu, diharapkan dapatmempermudah pembaca dalam memahamikarya tulis.

DAFTAR RUJUKANAkhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R.

1989. Pembinaan Kemampuan Menu-lisBahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arifin, Zaenal E dkk. 2008. “Cermat barbahasaIndonesia”untuk perguruan tinggi.Jakarta: AKAPRES edisi revisi.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2010. SintaksisBahasa Indonesia.Bandung: PT RefikaAditama.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan berbahasa.Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010.Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Psikolinguistik.Bandung: CV Angkasa.

http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html

ETIKA BAHASA TULIS KESANTUNAN BERBAHASA

- Perlu memperhatikan struktur

kalimat

- Tidak memerlukan ekspresi/

mimik wajah

- Tidak perlu menjaga sikap/ perilaku

- Intonasi dengan tanda baca

- Tidak memerlukan karakter suara

- Tidak mengenal peristiwa tutur

- Perlu bentuk, ukuran, warna huruf

- Tidak perlu struktur kalimat

- Menjaga ekspresi/ mimik wajah

- Menjaga sikap/ perilaku

- Menjaga intonasi suara

- Menjaga karakter suara

- Peristiwa tutur

- Tidak perlu bentuk, ukuran,

warna huruf

201Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

ANALISIS KRITIS PENTINGNYAMENGETAHUI GAYA BELAJAR SISWA

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKANPEMBELAJARAN MENULIS

AbstrakOleh:

Elly Yunariyati, M.Pd

Ceramah menjadi metode mengajar yang paling favorit. Itu berarti, mengajar lebih disikapi sebagaipekerjaan rutin yang tidak pernah ada inovasi. Setiap gaya dalam aktivitas mencerminkan gaya belajarseseorang, oleh karena itu, kita selaku pendidik, harus bisa memahami atau menganalisis tingkah lakusiswa dalam kesehariannya untuk dapat merumuskan gaya belajar apa yang cocok dengan mereka.Gaya belajar siswa atau studentlearning style dapat diartikan sebagai karakteristik kognitif, afektif, danperilaku psikologis seorang siswa tentang bagaimana dia memahami sesuatu, berinteraksi dan meresponslingkungan belajarnya, yang bersifat unik dan relatif stabil atau lebih singkatnya SLS adalah suatukarakteristik yang mengacu pada cara mereka mendapatknan dan memproses atau mengolah informasi.Cara menganalisis gaya belajar bisa dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu ditentukan denganpertimbangan genetic atau biologis, dominasi otak kanan/ kiri, modalitas indrawi, kebutuhan fisik,lingkungan, pengelompokan sosial, dan sikap.Salah satu bidang garapan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah yang memegang perananpenting ialah pengajaran menulis. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini, anakakan mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Menulis merupakan salah satu dari keterampilanberbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa.Gaya belajar sangat penting terhadap perkembangan pendidikan, gaya belajar dapat berperan sebagaidongkrak untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran menulis karena gaya belajar mempengaruhikeefektifan belajar dan pembelajaran.. Dengan gaya belajar yang tepat maka kemampuan siswa dalammenerima dan mengolah informasi akan menjadi lebih baik yang akan berdampak meningkanya kemampuanmenulis.

Key Word: pembelajaran, gaya belajar, menulis

A. LATAR BELAKANGMengajar adalah seni (Teaching is art),

pemahaman yang telah mengakar berpuluhtahun itu, pada dasarnya menyimpan maknayang dalam. Seni dalam menata kawasan danruntutnya kompetensi, seni dalam mendiskrip-sikan tujuan yang hendak dicapai, seni dalammemilih dan menerapkan pendekatan, strategi,model,metode, dan tehnik pembelajaran, seni

dalam mendesaian dan memanfaatkan media,seni dalam memilih dan memanfaatkan sumberbelajar, dan seni dalam mengevaluasi. Senidalam mengelola berbagaia komponen systempembelajaran tersebut tidak bisa dimiliki sese-orang tanpa menggali secara konseptual untukdapat menggunakannya secara proporsional.Perlu usaha terus menerus untuk memahami-nya. Dalam praktik keseharian, kebanyakan

202 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

para pengabdi di arena pengajaran lebih me-mahami pekerjaan mengajar sebagai pekerjaanyang didasarkan pada kesesuaian minat masing-masing pengajar, tanpa peduli bahwa mengajarpada dasarnya membelajarkan siswa. Aki-batnya, pilihan yang paling sesuai adalah yangcocok dan tidak merepotkan para pengajar itusendiri.Ceramah menjadi metode yang palingfavorit. Itu berarti, mengajar lebih disikapi se-bagai pekerjaan rutin yang tidak pernah adainovasi.

Selama ini, pernahkah anda mengamatitingkah laku siswa? Mereka yang mengetuk-ngetuk meja dengan pulpennya saat kegiatanbelajar mengajar sedang berlangsung, merekayang diam terpaku pada papan tulis, atau me-reka yang sering kali izin ke kamar mandi untukmembasuh wajahnya? Setiap individu terlahirberbeda dengan individu yang lain, sekalipundengan kembarannya sendiri. Sekalipun ter-dapat kesamaan dan terbentuk suatu kelompokhobi atau yang lainnya, pastilah terdapat celahperbedaan diantara mereka. Ya, kita semuaberagam, kita semua memiliki gaya yang khasmasing-masing, termasuk siswa-siswa kita.Dan taukah anda bahwa setiap gaya dalamaktivitas mencerminkan gaya belajar sese-orang? Oleh karena itu, kita selaku pendidik,harus bisa memahami atau menganalisis ting-kah laku siswa dalam kesehariannya untukdapat merumuskan gaya belajar apa yang cocokdengan mereka.

Salah satu bidang garapan pembelajaranbahasa dan sastra Indonesia di sekolah yangmemegang peranan penting ialah pengajaranmenulis. Tanpa memiliki kemampuan menulisyang memadai sejak dini, anak akan mengalamikesulitan belajar dikemudian hari (depdikbud,1993:1). Hal ini dikarenakan menulis merupa-kan suatu kompunen berbahasa yang dipergu-nakan untuk berkomunikasi secara tidak lang-sung, tidak secara tatap muka dengan oranglain. Menulis merupakan salah satu dari kete-rampilan berbahasa yang harus dikuasai denganbaik oleh siswa.

Saking berpengaruhnya gaya belajar ter-hadap perkembangan pendidikan, gaya belajardikaitkan sebagai dongkrak kemampuan me-nulis karangan siswa. Kenapa bisa dikatakanseperti itu? Karena gaya belajar mempengaruhike-efektif-an belajar dan pembelajaran. Ketikaseseorang dengan gaya belajar A dipaksakanmengikuti gaya belajar yang berbeda dengangaya belajar yang dimilikinya, siswa merasatertekan, dan menyebabkan kekurangnyamanandalam pembelajaran. Itu berimplikasi padakegiatan belajar mengajar yang tidak sempurna.Penyerapan materi yang harusnya bisa men-capai progresss8 86% bisa jadi hanya 30-40%.Oleh karena itu, sebagai guru yang ingin mema-jukan/meningkatkan mutu pendidikan di Indo-nesia yang menggunakan pendidikan formal‘kaku’, kita wajib mempelajari sekaligus men-cari hal yang bisa merelasikan gaya belajar sis-wa, agar guru lebih mendalami berbagai model,metode, dan tehnik yang nantinya dapat dite-rapkan di kelas masing-masing yang pada gi-lirannya pembelajaran yang dikelolanya lebihmenarik dan menyenangkan siswa.

Upaya mencapai tujuan pembelajaranmenulis dilakukan dengan menggunakan metode-metode mengajar yang sesuai dengan materipelajaran bahasa. Dengan demikian, melaluisebuah kajian teoritis ini, penulis mengangapbegitu pentingnya sebagai tenaga pendidik untukmengetahui apa saja gaya belajar siswa sekaliguskaitannya dengan upaya peningkatan pembe-lajaran menulis.

B. TEORI ANALISIS GAYABELAJAR

Gaya Belajar siswa atau studentlearningstyle dapat diartikan sebagai karakteristikkognitif, afektif, dan perilaku psikologis se-orang siswa tentang bagaimana dia memahamisesuatu, berinteraksi dan merespons lingkunganbelajarnya, yang bersifat unik dan relatif stabilatau lebih singkatnya suatu karakteristik yangmengacu pada cara mereka mendapatknan danmemproses atau mengolah informasi.

203Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Pembuktian akan gaya yang berbedadapat kita ketahui dari beberapa kasus, tentangkecenderungan sifat berikut. Contohnya muridyang suka dengan hal fakta, data, atau teka-teki,dengan siswa yang cenderung belajar aktif daninteraktif, dan lain-lain.

Cara menganalisis gaya belajar bisa dila-kukan dengan beberapa tahapan, yaitu ditentu-kan dengan pertimbangan genetic atau biologis,dominasi otak kanan/ kiri, modalitas indrawi,kebutuhan fisik, lingkungan, pengelompokansosial, dan sikap. Seperti yang dilakukan LSA-learning style analysis (analisis gaya belajar).

Dominasi otak kanan/ kiri, menunjukkanstrategi pemrosesan otak secara berurutan, atausimultan gaya berfikir yang reflektif (merenung)atau impulsive dan kereluruhan gaya belajaranalitis atau holistis. (Prashing Barbara, 2004:97).Modal indrawi, melibatkan auditori (men-dengar berbicara, dialog ‘batin’), visual (mem-baca, melihat, membuat visualisasi), taktil (me-manipulasi, memegang), dan prefensi-prefensikinestatik (melakukan merasakan) (PrashingBarbara, 2004:97).

Kebutuhan Fisik, mengidentifikasi kebu-tuhan akan mobilitas (prefensi untuk bergerakatau diam ditempat), asupan makanan (makan,menggigit, mengunyah, merokok), dan prefensipada waktu-waktu tertentu (bioritme pribadi).(Prashing Barbara, 2004:97)

Lingkungan, memperlihatkan prefensipada suara (memerlukan music/suara ataumenginginkan suasana sunyi), cahaya (memer-lukan pencahayaan yang terang atau redup),suhu (memerlukan lingkungan yang sejuk atauhangat), dan wilayah kerja (menginginkanpenataan formal atau tidak formal dan penataanperabotan yang nyaman). (Prashing Barbara,2004:99)

Pengelompokkan sosial, melibatkan pre-fensi untuk bekerja sendiri, berpasangan, denganteman sebaya, atau dalam sebuah tim, danotoritas (menginginkan belajar dengan guru danatau orang tua atau tanpa mereka). (Prashing Bar-bara, 2004:99)

Sikap, memperlihatkan motivasi (termo-tivasi secara internal atau eksternal untuk ke-giatan belajar), ketekunan (tinggi, naik-turun/berfluktusi atau rendah), penyesuaian (menye-suaikan atau tidak menyesuaikan/ pemberon-tak), struktur (mengarahkan diri sendiri ataumemerlukan arahan, bimbingan dari oranglain), variasi (membutuhkan rutinitas/ konsis-tensi atau berorientasi perubahan/ membutuh-kan variasi). (Prashing Barbara, 2004:979)Gaya-gaya Belajar menurut para ahli:• (MODALITAS) Bandler-Grinder (NLP)

memilah gaya belajar menjadi 3, yakni,Visual, Auditori, dan Kinestetik (Haptik).Thomas memberikan penjelasan untuksetiap gaya belajar. Untuk mereka yangmenganut gaya belajar visual, merekasangat peka dengan apa yang mereka lihat.Mereka bisa melihat suatu hal yang unikdari gambar, video, film atau apapun apli-kasi yang dilihatnya lewat bola matanya.Jadi, bagi pengajar, disarankan ketikakegiatan KBM membuat suatu perantara,misalnya dengan menggunakan LCD, ataumembagikan peta konsep yang menarikbagi penganut gaya belajar ini. Bagi me-reka yang tergolong penganut gaya belajarauditori, mereka tertarik dengan stimulasiyang memancing pendengaran mereka.misalnya mereka bisa cepat menangkapmateri yang diberikan ketika mendengar-kan musik. Supaya dapat merengsang otak,musik yang digunakan tidak boleh sem-barang music, tempo yang baik untukmerangsang otak adalah tempo dengan 40-60 ketukan/ menit untuk tempo cepat, dan60-80 ketukan permenit atau 80-120 ke-tukan permenit untuk membangkitkan se-mangat. Gaya belajar kinestetik/ haptikmerupakan gaya belajar yang dianut se-orang siswa yang suka bergerak. Ciri-cirinya adalah, siswa ini dapat menangkappelajaran yang diberikan apabila Ia me-nyentuh benda. Contoh, orang ini meng-gerak-gerakkan pensil saat kegiatan belajar

204 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

mengajar, mengetuk-ketuk meja, sulit ber-diam diri, Suka menggunakan objek yangnyata sebagai alat bantu belajar. Untukmemberikan pengetahuan supaya bisadiserap dengan baik, hendaknya pendidikmembuat sesuatu yang memberikan infor-masi tertentu agar ia bisa mengingatnya.

• (SPEKTRUM) David Kolb, salah seorangahli pendidikan dari Amerika Serikat, meng-klasifikasi gaya belajar ke dalam 4 kecen-derungan pertama yaitu, Concrete Experience(CE), Abstract Conceptualization (AC), Re-flective Observation (RO), Active Experimen-tation (AE).Concrete experience, merupakan Siswayang belajar melalui perasaan (feeling),dengan menekankan segi-segi pengalamankongkret, lebih mementingkan relasi dengansesama dan sensitivitas terhadap perasaanorang lain. Siswa melibatkan diri sepenuh-nya melalui pengalaman baru, dan siswacenderung lebih terbuka dan mampu ber-adaptasi terhadap perubahan yang diha-dapinya.Abstract Conceptualization, merupakanSiswa yang belajar melalui pemikiran(thinking) dan lebih terfokus pada analisislogis dari ide-ide, perencanaan sistematis,dan pemahaman intelektual dari situasi atauperkara yang dihadapi. Siswa menciptakankonsep-konsep yang mengintegrasikanobservasinya menjadi teori yang sehat,dengan mengandalkan pada perencanaanyang sistematis.Reflective Observation, merupakan Siswayang belajar melalui pengamatan (watch-ing), penekanannya mengamati sebelummenilai, menyimak suatu perkara dari ber-bagai perspektif, dan selalu menyimakmakna dari hal-hal yang diamati. Siswaakan menggunakan pikiran dan perasaan-nya untuk membentuk opini/pendapat,siswa mengobservasi dan merefleksipengalamannya dari berbagai segi.

Active Experimentation, merupakan Siswayang belajar melalui tindakan (doing),cenderung kuat dalam segi kemampuanmelaksanakan tugas, berani mengambilresiko, dan mempengaruhi orang lain lewatperbuatannya. Siswa akan menghargaikeberhasilannya dalam menyelesaikan pe-kerjaan, pengaruhnya pada orang lain, danprestasinya. Siswa menggunakan teoriuntuk memecahkan masalah dan mengam-bil keputusan .Dari keempat kecenderungan diatasterlahirlah beberapa tipe belajar. Yakni,Diverger, Assimilator, Converger,Accomodator.Tipe Diverger, merupakan perpaduanantara Concrete Experience (CE) dan Re-flective Observation (RO), atau dengankata lain kombinasi dari perasaan (feeling)dan pengamatan (watching). Siswa dengantipe Diverger memiliki keunggulan dalamkemampuan imajinasi dan melihat situasikongkret dari banyak sudut pandang yangberbeda, kemudian menghubungkannyamenjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pen-dekatannya pada setiap situasi adalah“mengamati” dan bukan “bertindak”.Tipe Assimilator, Tipe kedua ini meru-pakan perpaduan dari Abstract Con-ceptualization (AC) dan Reflective Obser-vation (RO) atau dengan kata lain kom-binasi dari pemikiran (thinking) danpengamatan (watching). Siswa dengan tipeAssimilator memiliki keunggulan dalammemahami dan merespons berbagai sajianinformasi serta mengorganisasikan me-rangkumkannya dalam suatu format yanglogis, singkat, dan jelas. Biasanya siswatipe ini cenderung lebih teoritis, lebih me-nyukai bekerja dengan ide serta konsep yangabstrak, daripada bekerja dengan orang.Tipe Converger, Tipe ini merupakanperpaduan dari Abstract Conceptualization(AC) dan Reflective Observation (RO) atau

205Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dengan kata lain kombinasi dari berfikir(thinking) dan berbuat (doing). Siswamampu merespons terhadap berbagai pe-luang dan mampu bekerja secara aktif da-lam setiap tugas yang terdefinisikan secarabaik.Siswa dengan tipe Converger ungguldalam menemukan fungsi praktis dari ber-bagai ide dan teori. Biasanya mereka punyakemampuan yang baik dalam pemecahanmasalah dan pengambilan keputusan.Tipe Accomodator, Tipe ini merupakanperpaduan dariConcrete Experience (CE)dan Active Experimentation (AE) ataudengan kata lain kombinasi antara me-rasakan (feeling) dengan berbuat (doing).Siswa tipe ini senang mengaplikasikanmateri pelajaran dalam berbagai situasibaru untuk memecahkan berbagai masalahnyata yang dihadapinya. Kelebihan siswatipe ini memiliki kemampuan belajar yangbaik dari hasil pengalaman nyata yang dila-kukannya sendiri.

• (GAYA TERIMA) Herman Witkin, mela-lui studi risetnya mengemukakan 2 macamkarakteristik gaya belajar yang dimilikiseseorang, yaitu gaya belajar Global dangaya belajar Analitik.Penganut Gaya belajar Global adalahOrang yang berpikir secara Global dancenderung melihat segala sesuatu secaramenyeluruh, dengan gambaran yang besar,namun demikian mereka dapat melihathubungan antar satu bagian dengan bagianyang lain. Orang yang Global juga dapatmelihat hal-hal yang tersirat, serta menje-laskan permasalahan dengan kata-katanyasendiri. Mereka dapat melihat adanyabanyak pilihan dalam mengerjakan tugasdan dapat mengerjakan beberapa tugassekaligus.Pikiran orang yang Global do-minan tidak pernah bisa terfokus pada satumasalah, pikirannya dapat pergi ke banyakarah sepanjang waktu.Penganut Gaya Belajar Analitik, adalahOrang yang berpikir secara Analitik dalam

memandang segala sesuatu cenderung lebihterperinci, spesifik, terorganisasi, danteratur. Namun kurang bisa memahamimasalah secara menyeluruh. Orang Analitikmembutuhkan waktu yang cukup untukmenyelesaikan tugasnya, karena merekatidak ingin ada satu bagian yang terlewat.Orang yang memiliki cara berpikir secaraAnalitik seringkali memikirkan sesuatuberdasarkan logika dan dominan dapatbekerja maksimal bila ada metode yangkonsisten dan pasti dalam mengerjakansesuatu, apalagi bila mereka bisamenciptakan sistem belajar sendiri.

• Felder, membedakan gaya belajar siswadengan mengklasifikasikannya kepada 2jenis golongan yaitu aktif dan reflektif.Seorang pelajar aktif akan lebih memilikigreget dalam mencari informasi, memprak-tekannya, atau mencari gagasan-gagasan/inovasi baru. Siswa penganut gaya belajaraktif ini biasanya memiliki sifat yang takpantang gagal, dan percaya diri.Untuk siswa penganut gaya belajar reflektiflebih banyak melakukan pemrosesaminformasi melalui introspeksi, berfikirmasak-masak sebelum mencoba melaku-kan (Felder, 1993) (Suparno, Prof. Dr. H,2011:9-10).

C. KONSEP MENULIS DANPEMBELAJARAN MENULIS

Pengertian Menulis

Menulis arti pertamanya semula mem-buat huruf, angka, nama, dan sesuatu tandakebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulispada suatu halaman tertentu, Kini dalampengertian yang luas menulis merupakan katasepadan yang mempunyai arti sama denganmengarang. Jadi “mengarang” adalah rangkaiankegiatan seseorang mengungkapkan gagasandan menyampaikan melalui bahasa tulis kepadamasyarak pembaca untuk dipahami.(The liangGie. 2002: 3).

206 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Para pakar banyak memberikan pendapattentang kemampuan menulis. Donnn Byrne :1988.1, mengemukakkan, Menulis bukan se-suatu yang diperoleh secara spontan, tetapimemerlukan usaha sadar “menuliskan” kalimatdan mempertimbangkan cara mengkomuni-kasikan dan mengatur.

Menulis arti pertamanya semula mem-buat huruf, angka, nama, dan sesuatu tandakebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulispada suatu halaman tertentu, Kini dalampengertian yang luas menulis merupakan katasepadan yang mempunyai arti sama denganmengarang. Jadi “mengarang” adalah rangkaiankegiatan seseorang mengungkapkan gagasandan menyampaikan melalui bahasa tulis kepadamasyarak pembaca untuk dipahami. (The liangGie. 2002: 3).

Menurut Jago Tarigan (1995: 117) me-nulis berarti mengekpreikan secara tertulisgagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan pe-rasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalahbahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akandimegerti orang lain atau pembaca bila dituang-kan dalam bahasa yang teratur, sistematis,sederhana, dan mudah dimengerti.

Menulis adalah keterampilan mengguna-kan bahasa secara tertulis untuk menyampaikaninformasi tentang sesuatu sehingga terjadi ko-munikasi secara tidak langsung. Menulis meru-pakan kegiatan yang produktif dan ekspresif(Taringan,1995:34).

Tujuan Menulis

Seorang tergerak menulis karena memi-liki tujuan objektif yang bisa dipertanggung-jawabkan dihadapan publik pembacanya.Karena tulisan pada dasarnya adalah saranauntuk menyampaikan pendapat atau gagasanagar dapat dipahami dan diterima orang lain.Tulisan dengan demikian menjadi salah satusarana berkomunikasi yang cukup efektif danefesien untuk menjangkau khalayak masa yangluas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuanmenulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan ko-

munikasi yang cukup mendasar dalam kontekspengembangan peradapan dan kebudayaanmesyarakat itu sendiri.

Adapun tujuan penulisan tersebut adalahsebagai berikut.a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu

fakta, data maupun peristiwa termasukpendapat dan pandangan terhadap fakta,data dan peristiwa agar khalayak pembacamemperoleh pengetahuan dan pemahamanbaru tentang berbagai hal yang dapatmaupun yang terjadi di muka bumi ini.

b. Membujuk; melalui tulisan seorang penulismengharapkan pula pembaca dapat me-nentukan sikap, apakah menyetujui ataumendukung yang dikemukakan. Penulisharus mampu membujuk dan meyakinkanpembaca dengan menggunakan gaya ba-hasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsipersuasi dari sebuah tulisan akan dapatmenghasilkan apabila penulis mampumenyajikan dengan gaya bahasa yangmenarik, akrab, bersahabat, dan mudahdicerna.

c. Mendidik adalah salah satu tujuan darikomunikasi melalui tulisan. Melalui mem-baca hasil tulisan wawasan pengetahuanseseorang akan terus bertambah, kecerdasanterus diasah, yang pada akhirnya akanmenentukan perilaku seseorang. Orang-orangyang berpendidikan misalnya, cenderunglebih terbuka dan penuh toleransi, lebihmenghargai pendapat orang lain, dan tentusaja cenderung lebih rasional.

d. Menghibur; fungsi dan tujuan menghiburdalam komunikasi, bukan monopoli mediamassa, radio, televisi, namun media cetakdapat pula berperan dalam menghiburkhalayak pembacanya. Tulisan-tulisan ataubacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengananekdot, cerita dan pengalaman lucu bisapula menjadi bacaan penglipur lara atauuntuk melepaskan ketegangan setelahseharian sibuk beraktifitas.

207Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menulis

Banyak faktor yang mempengaruhikemampuan menulis. Namun, pada prinsipnyadapat dikategorikan dalam dua faktor yaknifaktor eksternal dan faktor internal. Faktoreksternal di antaranya belum tersedia fasilitaspendukung, berupa keterbatasan sarana untukmenulis. Faktor internal mencakup faktorpsikologis dan faktor teknis.

Yang tergolong faktor psikologis diantaranya Faktor kebiasaan atau pengalamanyang dimiliki. Semakin terbiasa menulis makakemampuan dan kualitas tulisan akan semakinbaik. Faktor lain yang tergolong faktorpsikologis adalah faktor kebutuhan. Faktorkebutuhan kadang akan memaksa seseoranguntuk menulis. Seseorang akan mencoba danterus mencoba untuk menulis karena didorongoleh kebutuhannya.

Faktor teknis meliputi penguasaan akankonsep dan penerapan teknik-teknik menulis.Konsep yang berkaitan dengan teori-teorimenulis yang terbatas yang dimiliki seseorangturut berpengaruh. Faktor kedua dari faktorteknis yakni penerapan konsep. Kemampuanpenerapan konsep dipengaruhi banyak sedi-kitnya bahan yang akan ditulis dan pengethuancara menuliskan bahan yang diperolehnya.

Keterampilan menulis banyak kaitannyadengan kemampuan membaca maka seseorangyang ingin memiliki kemampuan menulisnyalebih baik, dituntut untuk memiliki kemampuanmembacanya lebih baik pula.

Konsep Pembelajaran Menulis

Dalam pembelajaran siswa hendaklahdiarahkan pengembangan potensi diri sendiri.Segala masalah kebahasaan yang perlu dimain-kan di sekolah haruslah juga sesuai denganzamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkantulisan harus bernuansa kekinian. Sumber ba-hasa yang digunakan oleh guru juga harusmengacu kepada minat dan harapan siswa.

Dengan demikian siswa dapat tertarik denganpembelajaran bahasa Indonesia.

Siswa sudah semestinya dapat berpikir,berkreasi, dan berkomuikasi baik lisan maupuntulisan dengan bahasa Indonesia secara logis,langsung, dan lancar. Dengan begitu, suatu saatakan dihasilkan karya-karya besar dari orangIndonesia dengan bahasa yang mantap. Hal itutentunya harus menjadi obsesi guru bahasa In-donesia.

Guru berperan dalam menentukan pem-belajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu,guru dituntut untuk menguasai bahasa Indone-sia dan pembelajarannya sehingga menjadimata pelajaran yang menarik bagi siswa. Keme-narikan ini akhirnya membawa siswa ke tingkatkomunikasi yang lancar. Komunikasi yangdidasari oleh minat yang kuat dari siswa. Guruberperan besar dalam hal itu. Peran tersebutdidasari oleh kekuatan konsep dan kekuatanmengembangkan strategi pembelajaran.

Dalam pembelajaran bahasa, banyakstrategi pembelajaran yang tersedia. Namun,mengapa banyak guru bahasa Indonesia yangmasih kesulitan dalam memvariasikan strategipembelajaran bahasa Indonesia. Mereka banyakberkutat dengan ceramah, diskusi, dan penu-gasan. Padahal hal tersebut merupakan teknikpengelolaan kelas. Teknik adalah cara kongkretyang dipakai saat proses pembelajaran ber-langsung. Guru dapat berganti teknik meskipundalam koridor metode yang sama. Denganmengacu pada gaya belajaar siswanya.

Adapun strategi meliputi pendekatan,metode, dan teknik. Pendekatan adalah konsepdasar yang melingkupi metode dengan cakupanteoritis tertentu. Metode merupakan jabarandari pendekatan. Satu pendekatan dapat dija-barkan ke dalam berbagai metode. Metodeadalah prosedur pembelajaran yang dapat yangfokuskan kepada pencapaian tujuan. Dari metode,teknik pembelajaran diturunkan secara aplikasi.Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagaiteknik pembelajaran.

208 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Metode Pembelajaran Menulis

a. Metode LangsungMetode pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajarsiswa tentang pengetahuan prosedural danpengetahuan deklaratif yang terstruktur denganbaik dan dapat dipelajari selangkah demi se-langkah. Metode tersebut didasari anggapanbahwa pada umumnya pengetahuan dibagi dua,yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuanprosedural. Deklaratif berarti pengetahuan ten-tang bagaimana melakukan sesuatu.

Dalam metode langsung, terdapat limafase yang sangat penting. Guru mengawalidengan penjelasan tentang tujuan dan latarbelakang pembelajaran serta mempersiapkansiswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itudisebut fase persiapan dan motivasi. Fase beri-kutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan lanjutan.

Pada metode langsung bisa dikembang-kan dengan teknik pembelajaran menulis darigambar atau menulis objek langsung dan atauperbandingan objek langsung. Teknik menulisdari gambar atau menulis objek langsung bertu-juan agar siswa dapat menulis dengan cepatberdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya,guru menunjukkan gambar kebakaran yangmelanda sebuah desa atau melihat langsung ke-jadian kebakaran sebuah desa, Dari gambartersebut siswa dapat membuat tulisan secararuntut dan logis berdasarkan gambar.

b. Metode KomunikatifDesain yang bermuatan metode komu-

nikatif harus mencakup semua keterampilanberbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan kedalam pembelajaran. Setiap pembelajarandispesifikkan ke dalam tujuan kongkret yangmerupakan produk akhir. Sebuah produk di sinidimaksudkan sebagai sebuah informasi yangdapat dipahami, ditulis, diusahakan, ataudisajikan ke dalam nonlinguistik. Sepucuk suratadalah sebuah produk. Demikian pula sebuahperintah, pesan, laporan atau peta jugamerupakan produk yang dapat dilihat dan

diamati. Dengan begitu,produk-produk tersebutdihasilkan melalui penyelesaian tugas yangberhasil.

c. Metode IntegratifIntegratif berarti menyatukan beberapa

aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagimenjadi interbidang studi dan antarbidang studi.Interbidang studi artinya beberapa aspek dalamsatu bidang studi diintegrasikan. Misalnya,menyimak diintegrasikan dengan berbicara danmenulis. Menulis diintegrasikan dengan mem-baca dan berbicara. Materi kebahasaan di-integrasikan dengan keterampilan bahasa.Sedangkan antarbidang studi merupakanpengintegrasian bahan dari beberapa bidangstudi. Misalnya; antarabahasa Indonesia denganmatematika atau dengan bidang studi lainnya.Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuaidengan kompetensi dasar yang perlu dimilikisiswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materiajar justru merupakan kesatuan yang perludikemas secara menarik.

d. Metode TematikDalam metode tematik, semua komponen

materi pembelajaran diintegrasikan ke dalamtema yang sama dalam satu unit pertemuan.Yang perlu dipahami adalah tema bukanlahtujuan tetapi alat yang digunakan untukmencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebutharus diolah dan disajikan secarakontekstualitas, kontemporer, kongkret, dankonseptual.

e. Metode KonstruktivistikAsumsi sentral metode konstruktivistik

adalah belajar itu menemukan. Artinya, meski-pun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa,mereka melakukan proses mental atau kerjaotak atas informasi itu agar informasi tersebutmasuk ke dalam pemahaman mereka. Konstuk-tivistik dimulai dari masalah (sering munculdari siswa sendiri) dan selanjutnya membantusiswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Metodekonstruktivistik didasarkan pada teori belajarkognitif yang menekankan pada pembelajaran

209Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

kooperatif, pembelajaran generatif strategibertanya, inkuiri, atau menemukan dan kete-rampilan metakognitif lainnya (belajar bagai-mana seharusnya belajar).

f. Metode KontekstualPembelajaran kontekstual adalah kon-

sepsi pembelajaran yang membantu gurumenghubungkan mata pelajaran dengan situasidunia nyata dan pembelajaran yang memotivasisiswa agar menghubungkan pengetahuan danterapannya dengan kehidupan sehari-harisebagai anggota keluarga dan masyarakat(Ardina, 2001). Pembelajaran dengan menggu-nakan metode ini akan mempermudah dalampembelajaran menulis. Anak dimotivasi agarmampu menulis.

D. MENGETAHUI GAYABELAJAR SEBAGAI UPAYAMENINGKATKANKEMAMPUAN MENULIS

Dari gaya belajar yang telah disebutkansebelumnya kita dapat pelajari betapa mendo-minasinya gaya belajar dalm keberhasilanpembelajaran. Selama ini kita hanya me-nerapkan gaya belajar formal, dengan terpakupada papan tulis, mencatat bagian-bagianpenting dalam catatan, mendengarkan guru,karena takut mendapatkan teguran. Itu sebabnyanegara ini belum bisa maju dalam duniapendidikan, karena tidak menemukan inovasibaru dalam pengajaran yang efektif.

Dengan mempelajari teori ini kita dapatmembedakan Siswa dengan gaya belajar yangmereka miliki, dengan begitu, kita bisa dapatdengan mudah memberikan pengetahuan barudengan efektif karena mereka dapat denganmudah mencernanya termasuk dalam pembe-lajaran menulis.

Menurut hasil penelitian pembelajar yanggaya belajarnya sesuai dengan pendekatan ataumodel pembelajaran, cenderung menyimpaninformasi lebihlama, menerapkan pengetahuan

lebih efektif, dan memiliki sikap yang lebihpositif terhadap bidang studi dibandingkandengan mereka yang mengalami pendekatanatau model pembelajaran yang tidak gayutdengan gaya belajar mereka (Felder,1993)(Suparno, Prof. Dr. H, 2011:9-10).

Gaya belajar yang diterapkan karenasesuai dengan karakteristik mereka akan mem-buat mereka merasa nyaman dan terpacu untukbisa lebih baik. Di setiap sekolah perlu diada-kan tes gaya belajar supaya dapat mengke-lompokkan siswa-siswanya sesuai dengan gayabelajar yang mereka miliki. Ketika sudahberhasil menerapkan pengajaran jenis ini, kitadapat dengan mudah mendongkrak kemam-puan menulis karangan siswa. Jadi, Berdasar-kan kajian pustaka tersebut dapat disimpulkanbahwadengan menggolongkan siswa kedalamgaya belajar yang sesuai dengan karakteris-tiknya dapat memudahkan guru menetukanmetode yang tepat dalam pemebelajaranmenulis sehingga akan mampu meningktakankemampuan siswa dalam mnulis.

Keuntungan dengan mengetahui gayabelajar menurut karakteristik siswa:• Bagi guru:

1. Benar-benar memahami keragamanmanusia di kelas.

2. Menyadari adanya perbedaan carabelajar di antara siswa laki-laki danperempuan.

3. Mengerti kebutuhan biologis siswadalam belajar.

4. Memperbaiki komunikasi dengan mu-rid dan/orang tua.

5. Mengadakan kerja kelompok yangberhasil.

6. Lebih mampu mencocokkan gaya be-lajar dan mengajar.

7. Mengurangi stress yang timbul setiaphari dan pada situasi-situasi yang sulit.

8. Lebih berhasil menangani siswa-siswayang berresiko.

9. Memperbaikki kinerja mengajar danmenambah kepuasan dalam bekerja.

210 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

• Bagi orang tua:1. Memahami sejauh mana perbedaan

kebutuhan anak-anak mereka.2. Lebih berhasil mendukung mereka

dalam upaya-upaya belajar.3. Menerima kenyataan bahwa anak-anak

mereka memiliki gaya belajar unik dantersendiri.

4. Menyadari bahwa anak-anak merekabukan replica dari diri mereka.

• Bagi siswa sendiri:1. Memperoleh pengetahuan penting ten-

tang dirinya sendiri.2. Meningkatkan keterampilan belajar.3. Meningkatkan motivasi belajar.4. Meningkatkan kepercayaan diri.5. Mencegah adanya kesalah pahaman

antara siswa, guru dan orang tua.

E. PENUTUPGaya belajar dapat digolongkan menurut

pertimbangan genetik atau biologis, dominasiotak kanan/ kiri, modalitas indrawi, kebutuhanfisik, lingkungan, pengelompokan sosial, dansikap.

Berbagai masukan dari karya tulis inipenting untuk ditindaklanjuti oleh berbagaipihak :1. Bagi guru

• Dapat melatih menulis sesuai dengangaya belajarnya.

• Mampu membuat alat peraga agar lebihdapat mendukung kegiatan belajarmengajar.

• Jangan menyamakan siswa satu denganyang lainnya, karena dari makalah yangkita bahas ini, kita tahu bahwa siswasatu dengan yang lainnya tidak sama.

• Diharapkan lebih bersabar ketika men-jumpai anak yang hiper-aktif.

2. Bagi LembagaDiharapkan lembaga dapat mewadahi

pengelompokkan siswa sesuai dengan gaya

belajarnya. Karena disisi lain, ketika anaktersebut bisa nyaman dalam belajar. Disitulahprestasi mulai bermunculan, lalu berimplikasipada nama lembaga yang akan semakin harum.

3. Bagi siswaSetelah mengetahui cara belajar masing-

masing, siswa diharapkan bisa lebih maksimaldalam belajar. Serta dapat mengasah potensiyang dimiliki, den menjadikan bangga atas apayang telah dia punya, serta tidak minder denganseseorang yang dilihatnya lebih dari dirinyasendiri.

4. Bagi orang tuaAnak-anak bukanlah cloningan dari diri

kita sendiri. Mereka memiliki sifat dan caranyamasing-masing dalam menjalani kehidupan.Untuk itu, orang tua diharapkan bersifat ‘me-nerima’ tentang perbedaan yang ada. Dan tetapmemfasilitasi anak-anaknya dalam pendidikanyang sesuai dengan gaya belajarnya.

DAFTAR PUSTAKADepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.

Petunjuk Membaca dan menulis. Jakarta:P2M

Muchtar,S.Pd, M.Si,dkk,2011, Modul Pengem-bangan Materi Umum Sekolah Dasar,Malang : UM

Prashnig, Barbara. 2004. The Power Of Learn-ing Style. Auckland: Creative LearningCentre,

Willis, Ratna.2011. Teori-Teori Belajar danPembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Suparno, Prof. Dr. H, dkk. 2011. ModulPengembangan Profesionalitas Guru.Malang: UM.

Mengamati Gaya Belajar Anak _ artikel islam_ Artikel Pustaka Nilna _ KumpulanArtikel.htm

Gaya Belajar Siswa Menurut David Kolb _AKHMAD SUDRAJAT TENTANGPENDIDIKAN.htm

http://imtelkom.ac.id

211Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

MAKALAH BERPRAKMATIK,ETIKA BERKOMUNIKASI

OlehERNAWATI

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidursampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasiverbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi pribadi.Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipaksakan harus terjadisecara sempurna. Ketidaksempurnaan ini disebabkan oleh banyak sekali faktor. Di antara faktor-faktorpenyebabnya adalah beragamnya profil kemampuan pragmatik yang dimiliki oleh komunikan dankomunikator. Salah komunikasi bisa terjadi karena berbagai faktor pragmatik tersebut. Ketika seseorangmelakukan kesalahan dalam tindak komunikasi, maka dapat dipastikan akan terjadi berbagai macaminterpretasi yang salah yang menimbulkan terputusnya komunikasi. Salah satu factor yang harus diperhatikandalam tindak komunikasi adalah maksim sopan santun. Etika yang baik dianalisis bisa membawakeberhasilan dalam komunikasi.

Kata Kunci: etika, komunikasi, pragmatik, bahasa, maksim, sopan santun

Kemampuan pragmatik yang harus di-kuasai oleh seorang yang menjalin komunikasidapat dipilah sebagai berikut: (1) memiliki ke-mampuan komunikatif, (2) mampu menerapkanprinsip kerjasama, (3) memiliki pengetahuanberbahasa, dan (4) mampu menyusun retorikaberbahasa. Ketika seseorang menguasai keempatkemampuan tersebut dan menerapkannyadalam sebuah tindak tutur, akan tercipta komu-nikasi yang berkualitas sebagaimana yangdiharapkan. Tetapi tentu saja masih harus di-perhatikan bahwa dalam tindak komunikasilisan yang terjadi antara dua orang atau lebihpenguasaan kemampuan pragmatik tersebutharuslah secara dua arah bukan hanya searah.

Dalam bahasan ini akan kita bahas tentangtingkatan keberhasilan tindak tutur seseorangyang tidak pernah memperhatikan hal-hal yangberhubungan dengan kemampuan pragmatiktersebut. Sebagai sebuah contoh masalah adalahdi bawah ini.

Contoh ISeseorang yang senantiasa membuat lawan bicaratersinggung dan sakit hati ketika berkomunikasi.Kadang sulit dibedakan kalimat yang seharusnyadipergunakan untuk bergurau atau untuk meng-ungkapkan sesuatu yang sebenarnya sangat serius.Ironisnya justru ia tidak merasa kalau telah mela-kukan kesalahan besar dengan menyakiti hatilawan bicara. Jika dilakukan penelitian tentangopini publik, maka ia akan mendapat penilaianyang sangat jelek atau sama sekali tidak men-dapatkan nilai.

Jika dianalisis dari sisi psikologis, makaakan didapatkan bahwa kondisi psikologis orangyang bersangkutan benar-benar dalam keadaansangat memprihatinkan. Tidak layak untukmendapatkan apresiasi positif. Tetapi jikatinjauan didasarkan pada sisi pragmatik tam-paknya akan didapatkan sesuatu yang cukupluar biasa.

212 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Kemampuan Retorika dalam TindakTutur

Dalam sebuah tindak komunikasi, ke-mampuan retorika merupakan hal yang benar-benar mutlak harus diperhatikan sehingga tidakmenimbulkan hal-hal yang bersifat ambigu.Ambiguitas makna dalam komunikasi berda-sarkan retorika bisa terjadi karena unsur grama-tika, logika, etika, dan unsur retorika. Salah satuunsur retorika dalam tindak tutur yang harusdiperhatikan adalah maksim sopan santun.Maksim sopan santun memberikan tuntunankepada semua orang untuk bisa berkomunikasidengan baik dan sempurna sebagaimana yangdikehendaki dalam tujuan interaksi. Maksimsopan santun berkenaan dengan hubunganantara dua orang yang melibatkan orang ketiga(yang hadir secara langsung atau tidak langsungdalam interaksi).

Sebagaimana diuraikan oleh GeoffreyLeech (1993) maksim sopan santun cenderungberpasangan. Di antara yang termasuk ke dalammaksim sopan santun adalah maksim kearifan,maksim kedermawanan, maksim pujian, maksimkerendahan hati, maksim kesepakatan, danmaksim simpati. Leech (1993: 206-207) mem-berikan contoh dan batasan-batasan untukmaksim-maksim sopan santun sebagaimanaterurai di bawah ini:a. Karifan: Buatlah kerugian orang lain se-

kecil mungkin, dan buatlah keuntunganorang lain sebesar mungkin.

b. Kedermawanan: Buatlah keuntungan dirisendiri sekecil mungkin, dan buatlah ke-rugian diri sendiri sebesar mungkin.

c. Pujian: Kecamlah orang lain sesedikitmungkin, dan pujilah orang lain sebanyakmungkin.

d. Kerendahan Hati: Pujilah diri sendiri sese-dikit mungkin, dan kecamlah diri sendirisebanyak mungkin.

e. Kesepakatan: Usahakan agar ketidak-sepakatan antara diri dan orang lain terjadisesedikit mungkin, dan usahakan agar

kesepakatan antara diri dan lain terjadisebanyak mungkin.

f. Simpati: Kurangilah rasa antipati antara diridengan lain hingga sekecil mungkin, dantingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut maka dika-takan bahwa tindak komunkasi yang telahterjadi berdasarkan contoh 1 di atas jelas-jelasmenyimpang dari maksim sopan santun. Dalamcontoh 1 tampak sekali bahwa maksim ke-rendahan hati dan maksim pujian telah dengansangat sengaja ditinggalkan. Ketika salah satudari keenam maksim di atas telah diabaikanmaka sebenarnya telah terabaikan pula keenammaksim sopan santun tersebut. Pada akhirnyatanpa berpikir dengan logika yang berlebihanpun kita dapat menyatakan bahwa orang yangmelakukan tindak tutur dalam contoh 1 tersebutbenar-benar acuh dan tidak pernah memperha-tikan kepentingan orang lain. Maksim keren-dahan hati telah diingkari dengan hanya mem-perhatikan kepentingan diri sendiri, mengecamorang lain, dan senantiasa membenarkan dirisendiri.

Sementara itu tampak sekali adanyapengingkaran terhadap maksim kearifan.Seseorang yang senantiasa berpikir dan ber-tindak dengan penuh kearifan akan berbicaradengan mempertimbangkan bagaimana oranglain mendapatkan keuntungan bukan kerugiandari tindak tutur yang terjadi bersamanya. Ke-tika lawan bicara merasa sangat terganggu danmerasa tidak nyaman dalam proses komunikasimaka sebenarnya telah terjadi pengingkaransecara sepihak terhadap maksim kearifan. Ter-jadinya pengingkaran ini bisa disebabkankarena faktor gramatika yang meliputi fonologi,morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalamtindak komunikasi,penguasaan terhadap unsur-unsur retorika berbahasa memang sangat diper-lukan. Ketika unsur-unsur retorika tersebut bisadipahami dan digunakan dalam tindak tutur,dipastikan akan terjadi proses komunikasi yang

213Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.Kemampuan retorika yang menjadikan semuatindak komunikasi berjalan dengan baik sesuaidengan tujuan tidak bisa dilepaskan kaitannyadengan aspek-aspek metalinguistik sopan santun.

“Sopan santun tidak hanya terungkapdalam isi percakapan, tetapi juga dalamcara percakapan dikendalikan dan dipolaoleh para pemeran sertanya. Misalnya,dalam percakapan, perilaku tertentumengandung implikasi-implikasi tidaksopan, seperti berbicara pada saat yangkeliru (menyela) atau diam pada saat yangkeliru.Karena itu bila kita menuturkansesuatu, kita kadang-kadang merasa perluuntukmenyebut tindak ujar yang sedangkita lakukan atau yang dilakukan olehpemeran serta yang lain, supaya kita dapatmemohon suatu jawaban, meminta izinuntuk berbicara, meminta maaf atas kata-kata, dan sebagainya” (Leech, 1993: 219).

Konsep di atas merupakan sebuah feno-mena sosial yang telah membudaya padamasyarakat kita (Indonesia), bahwa budayamendengar kita tertinggal sangat jauh jikadibandingkan dengan bangsa Amerika.Makaketika sering terjadi interupsi atau pemotonganterhadap pembicaraan seseorang sudah menjadisesuatu yang sangat wajar.Bahkan hal tersebutpun juga terjadi juga di forum-forum ilmiah danforum-forum kenegaraan. Karena merasabahwa dirinyalah yang paling benar, denganpenuh ambisi dan anarkis sekali seseorang me-motong atau menyela seorang yang sedangberbicara. Kedudukan moderator sebagai se-orang pemandu diskusi kadang tidak dipeduli-kan lagi. Inilah fenomena yang terjadi di negeriini yang lebih mengedepankan kemampuanberbicara daripada kemampuan mendengarkanorang lain. Hal ini pulalah yang telah memicuterjadinya perlombaan besar-besaran untukmenjadikan diri sebagai orang hebat yang dudukdi kursi legislatif.

Mengapa seseorang bertutur dengan pe-nuh antusias dan merasa bahwa dirinyalah yang

paling benar? Kejadian ini jelas tidak bisa dile-paskan dari bagaimana seseorang mempergu-nakan kemampuan gramatika, logika, etika, danretorika berbahasa. Unsur etika dan retorikainilah yang sangat berperan dalam masalah ini.Jika seseorang memperhatikan apakah yangtelah ia bicarakan memenuhi unsur kesantunan,keberterimaan, dan kesesuaian, maka dipasti-kan unsur retorika yang meliputi gagasan,komposisi, dan bahasa akan secara otomatismendukung pencapaian tujuan komunikasi.Bagaimana mungkin gagasan yang telah diran-cang dengan komposisi dan bahasa yang baikbisa diterima oleh pendengar atau lawan bicarajika kita menyampaikan tanpa memperhatikanunsur-unsur etika di atas?

Masalah yang senantiasa kita hadapidalam tindak komunikasi adalah tidak adanyapola kerja sama yang baik antara pembicara danpendengar. Komunikasi satu arah lebih seringterjadi daripada komunikasi dua arah yang lebihinteraktif.Pada tataran komunikasi satu arahhanya terjadi perpindahan informasi tanpa adatanggapan atau masukan baru bagi kita.Sementara itu, tataran komunikasi dua arahtidak sekedar terjadi perpindahan informasi,tetapi juga terjadi pertukaran informasi yangmemungkinkan terjadinya proses stimulus respondalam bentuk tanggapan. Pada contoh 2 di atasbisa saja terjadi dominasi komunikasi satu arahkarena pembicara seakan-akan menguasaisemua materi pembicaraan sehingga inginmenguasai proses komunkasi. Kondisi sepertiini tidak terdapat penerapan prinsip kerjasamasebagaimana diungkap pada bagian awal tulisanini. Pendengar hanya dianggap sebagaiseseorang yang hanya patut untuk menerimasesuatu tanpa melihat sisi lain bahwa pendengarjuga mempunyai hak dan mampu menyam-paikan sesuatu. Hal ini merupakan salah satubentuk bentuk hambatan dalam tindak tuturyang interaktif.

Lantas seperti apakah model komunikasiyang benar-benar mendasarkan penggunaanetika sebagai wujud pragmatik berbahasa?

214 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Jawaban paling sederhana adalah ketika kitamencoba untuk mengerti apa yang dikehendakioleh orang lain sebagai lawan bicara. Untuk bisamengerti apa yang sebenarnya dikehendakilawan bicara kita bisa mempergunakan maksim-maksim sopan santun, yaitu maksim kearifan,maksim kedermawanan, maksim pujian, maksimkerendahan hati, maksim kesepakatan, danmaksim simpati.

Kemampuan BerpragmatikMenunjukkan Kualitas

Selama ini terjadi pemahaman yang salahtentang bagaimana menafsirkan pengertianpragmatik. Pragmatik dianggap hanya sebagaisalah satu kemampuan atau keterampilanberbahasa. Ketika sudah terjadi pergeseranpemahaman dan pengetahuan linguistik, padaakhirnya kita menyadari betapa luasnya kajianpragmatik. Pragmatik menjadi salah satu mas-ter kelimuan dalam ketatabahasaan. Kemam-puan berkomunikasi dalam segala macambentuk dan sifatnya tidak bisa dilepaskan darikajian pragmatik. Sebagai dasar dalam tindakkomunikasi maka sudah seharusnya penge-tahuan tentang pragmatik dan kemampuanberpragmatik menjadi bagian dari keilmuanatau pengetahuan semua orang terutama yangberprofesi terkait dengan penyampaian infor-masi kepada khalayak, seperi dosen, guru,dokter, resepsionis sebuah hotel, dan lain-lain.

Beberapa masalah yang terjadi dalameraglobal adalah rendahnya kualitas komuni-kasi yang menyebabkan terhambatnya perkem-bangan dan transfer keilmuan dan pengetahuan.Hal ini tentunya harus segera mendapat per-hatian serius dari semua orang terutama parapakar komunikasi. Tentu saja penguasaan ba-hasa asing bukan satu-satunya penentu keber-hasilan dalam era global ini. Bagaimana teknikberkomunikasi yang benar, dengan retorikayang tepat, dan memperhatikan prinsip-prinsippragmatik berbahasa inilah yang menjadi dasarutama terbentuknya kualitas komunikasi yangdiharapkan.

Dalam keseharian kita sering bertutur katatanpa memperhatikan ketepatan dan kebenarantatabahasa yang kita pergunakan. Kadang ter-jadi kesalahan pemahaman terhadap sebuahkonsep yang sering digunakan. Tetapi kesalahanpemahaman tersebut seakan tidak menjadikansesuatu yang dianggap sebagai sebuahkesalahan. Hal ini sudah dianggap sebagaisebuah kewajaran yang tidak perlu diperde-batkan. Sebagai contoh adalah pemahamanterhadap konsep semantik dan sintaksis yangsenantiasa menimbulkan kesalahan penafsiranmakna (ambiguitas makna). Salah konsep inisudah berkembang menjadi salah kaprah ber-bahasa yang diangap benar secara awam yangberdampak terhadap melemahnya kualitas ko-munikasi.

Contoh 2Seseorang yang senantiasa berbicara denganmemberikan penekanan yang berulang-ulangpada bagian yang dianggap penting. Penekanantersebut dilakukan dengan jalan memakai gayabahasa perulangan baik yang bersifat anafora,repetisi, maupun paralelisme. Keyakinan akankebenaran konsep yang disampaikannya dengangaya bahasa perulangan seakan menyiratkanbahwa konsep dirinyalah yang paling tepat.Secara logika memang dapat dikatakan bahwakonsep yang disampaikannya benar, tetapi jikaditinjau dari sudut pandang yang sedikit sajaberbeda sebenarnya konsep tersebut belummenunjukkan adanya kajian ilmiah yang dapatdikatakan valid.

Contoh 2 di atas menunjukkan betapapenguasaan terhadap prinsip-prinsip pragmatikberbahasa yang lemah. Apakah tujuan komu-nikasi akan tercapai? Tingginya frekuensi gayabahasa perulangan ini justru akan melemahkankualitas komunikasi karena kejenuhan dankebosanan yang dialami lawan bicara. Lawanbicara atau orang lain tidak didudukan sebagaiorang yang harus dipuji dan diuntungkan tetapijustru mendudukan orang lain sebagai orangyang tidak mengerti tentang sesuatu hal. Ini

215Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

berarti prinsip keindak ujaran arifan dan prinsippujian masih belum diperankan sebagimanamestinya.

Semua hal di atas tentu saja tidak bisadilepaskan dari kaidah atau maksim sopansantun atau tatakrama berbahasa. Hal ini terkaitdengan pendapat yang disampaikan oleh Leechdi atas. Sementara itu Tarigan (1987: 89-90)menyatakan berdasarkan pengalaman sehari-hari kita mengetahui bahwa kesopansantunanbisa diwujudkan bukan hanya dalam isi perca-kapan, melainkan juga dalam cara mengelolapercakapan serta strukturnya. Sebagai contohadalah perilaku percakapan seperti berbicarapada saat yang salah (menginterupsi, menyela)atau diam tidak pada waktunya mempunyaiimplikasi-implikasi yang tidak sopan. Sebagai

akibat kadang-kadang diperlukan acuan berupakeikutsertaan semua lawan bicara.

Akhirnya sampai pada sebuah simpulanbahwa metalinguistik perlu kita pergunakansebagai penyiasatan dalam tindak komunikasiagar tercipta suatu bentuk komunikasi yangsebagimana diharapkan. Dengan memperguna-kan metaliguistik sebagaimana yang dimaksuddimungkinkan fleksibilitas akan menghasilkansuatu bentuk kebahasan yang lebih baik danlebih bisa mewujudkan tujuan komunikasi.

KEPUSTAKAANLeech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.

Jakarta: Universitas Indonesia.Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran

Pragmatik. Bandung: Angkasa

216 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PEMANFAATAN LAGUBERITA KEPADA KAWAN

KARYA EBIET G. ADEUNTUK MENULIS PUISI DI SMP

Ahmad Husin Universitas Kanjuruhan Malangemail: [email protected]

Abstrak: Pembelajaran kemampuan menulis puisi, sulit untuk memberikan penilaian terhadap puisiyang ditulis siswa, karena kombinasi dari permainan kata, bentuk-bentuk puitis, dan unsur-unsur puisiyang kreatif. Oleh sebab itu, pencapaian keberhasilan siswa yang diharapkan ialah siswa dapat menulispuisi sesuai dengan yang diajarkan kemudian menyajikan (membaca dan memajang) hasil karyanya.

Kata Kunci: pembelajaran, menulis puisi, pemanfaatan lagu

PendahuluanSecara umum, siswa di SMP masih belum

memiliki pengalaman dan bekal yang cukupuntuk mewujudkan tulisan dalam bentuk puisi.Dapat dikatakan bahwa siswa pada SMP tersebutadalah penulis pemula. Bagi penulis pemula,bentuk puisi yang dapat dipilih sebagai bahandalam penulisan puisi adalah puisi anak-anak.Puisi anak-anak tersebut menampilkan bentuk-bentuk yang sederhana dan dapat dijadikanwadah pengungkapan perasaan atau emosisiswa. Puisi anak-anak mempunyai ciri-cirikhusus, yaitu bentuknya sederhana, kalimat-kalimatnya lugas dan pendek, serta isinya tidakberbelit-belit dan mudah ditangkap. Puisi-puisiyang digemari anak-anak adalah puisi yanglucu, puisi yang berisi khayalan, dan sebagianbesar lagi adalah puisi tentang pengalaman yangdikenal siswa. Kegiatan menulis puisi meru-pakan kegiatan yang bersifat produktif-kreatif.Kegiatan ini dilaksanakan melalui suatu prosesyang dinamakan proses kreatif.

Rampan (2001:11) menyatakan bahwaproses kreatif mengalir di dalam suasana kreatif

yang memungkinkan lahirnya karya-karya yangsecara bahasa indah dan dari segi pemikiran cukupmendalam. Proses kreatif berkembang jika terdapatempat unsur terkait, seperti (1) pengenalan pribadidan pengetahuan, (2) dorongan internal daneksternal siswa, (3) kebermaknaan belajar, dan (4)hasil yang bernilai bagi orang lain. Denganterpenuhinya keempat unsur kreatif tersebut,kegiatan pembelajaran menulis puisi akanmencapai hasil yang maksimal. Kegiatan menulispuisi, siswa perlu mendapat suatu arahan sehinggamemudahkannya dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menulis puisi dapat dicapaidengan bimbingan yang sistematis serta latihanyang intensif. Siswa hendaknya diarahkan dandibimbing tahap demi tahap tentang apa yangharus dilakukannya. Proses pelaksanaan menu-lis puisi sebaiknya memperhatikan tahap-tahapkreativitas menulis puisi, yaitu tahap preparasi,inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahappreparasi dilaksanakan kegiatan pengumpulandata atau informasi yang akan dijadikan bahanpenulisan. Tahap inkubasi dilakukan dalamusaha untuk mengendapkan atau mematangkanide-ide yang telah dimunculkan pada tahap se-

217Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

belumnya. Tahap iluminasi merupakan tahappelahiran ide, gagasan, atau pengalaman kedalam bentuk puisi. Tahap yang terakhir adalahverifikasi, yaitu kegiatan menilai puisi hasilkarya sendiri.

Selain melalui proses yang saling menun-jang, pembelajaran menulis puisi juga sebaiknyamempertimbangkan karakteristik siswa. Kese-suaian karakteristik siswa tersebut berkaitandengan perkembangan jiwa, kemampuan ba-hasa, dan lingkungan siswa. Ketiga aspektersebut sebaiknya dijadikan pertimbangan gurudalam pelaksanaan pembelajaran menulis puisi.Pertimbangan tersebut bertujuan agar kegiatanpembelajaran menjadi sesuai dengan kebutuhansiswa sehingga membuatnya merasa senangdalam belajar. Dengan demikian, rasa senangitu membuat siswa memperoleh hasil yang op-timal dalam belajar. Menulis puisi memberikanbanyak manfaat bagi siswa.

Melalui puisi siswa dapat mengekspresi-kan diri, melatih kepekaan, dan kekayaan ba-hasanya. Kebermanfaatan yang dikemukakandi atas membuat kegiatan menulis puisi perludiajarkan kepada siswa. Menumbuhkembang-kan kreativitas dalam pembelajaean berpuisisiswa SMP, memiliki beberapa alasan, seperti(1) menulis puisi memberikan kegembiraanyang murni dan menyenangkan, (2) menulispuisi dapat memberikan pengetahuan tentangkonsep dunia sekitar siswa, (3) menulis puisimendorong siswa untuk menghargai bahasa danmengembangkan kosakata yang tepat danbervariasi, (4) menulis puisi dapat membantusiswa mengidentifikasi orang-orang dan situasitertentu, (5) menulis puisi dapat membantusiswa mengekspresikan suasana hati dan mem-bantu siswa memahami perasaan mereka sen-diri, dan (6) menulis puisi dapat membuka danmenumbuhkan kepekaan serta wawasan siswaterhadap lingkungan. Akan tetapi siswa mem-punyai kendala dalam kegiatan menulis puisi,yaitu (1) siswa kesulitan menemukan ide, (2)siswa kesulitan menentukan kata-kata pertamadalam puisinya, (3) siswa kesulitan mengem-

bangkan ide menjadi puisi karena minimnyapenguasaan kosakata, dan (4) siswa kesulitanmenulis puisi karena tidak terbiasa mengemu-kakan perasaan, pemikiran, dan imajinasinyake dalam puisi. Kendala-kendala yang dihadapisiswa dalam menulis puisi tersebut disebabkanoleh pembelajaran menulis puisi yang belumdilaksanakan secara optimal. Pada saat pembe-lajaran, siswa lebih banyak diberikan ceramahtentang teori puisi sehingga waktu untuk menu-lis puisi menjadi berkurang. Kegiatan menulispuisi diberikan sebagai tugas yang harus disele-saikan di rumah. Dengan demikian, pembela-jaran menulis puisi tersebut lebih berorientasipada produk saja. Siswa belum diberi bim-bingan dalam menulis puisi mulai dari tahappenentuan ide sampai pada tahap menuliskanpuisi yang utuh. Akibatnya, kemampuanmenulis puisi siswa masih rendah. Padahalpembelajaran menulis puisi perlu disikapi se-bagai sebuah proses dan juga sebagai produk.Hal ini berarti bahwa kegiatan menulis puisiperlu diarahkan dan dilatih secara teratur danterus menerus untuk sampai pada produk yangdiinginkan, sehingga siswa mengalami sendiriproses penulisan puisi. Selain itu, kegiatanpenghargaan dan pemublikasian puisi karyasiswa belum pernah dilakukan oleh guru.Karya-karya puisi siswa hanya dikumpulkan,diberi nilai, kemudian dibagikan kembalikepada siswa. Siswa belum diberi kesempatanuntuk menampilkan puisinya, baik melaluipembacaan di kelas atau pemajangan puisi dimajalah dinding. Guru pun belum memberikantanggapan dan penilaian atas kelebihan dankekurangan puisi yang telah dibuat siswa.Kedua hal di atas menyebabkan siswa tidakterlalu antusias dalam menulis puisi. Padahalkegiatan penilaian, penghargaan, dan pemubli-kasian puisi dapat dijadikan sarana untukmemotivasi siswa dalam menulis puisi.

Melihat kenyataan tentang pembelajaranmenulis puisi yang belum memenuhi harapantersebut, perlu ditempuh upaya-upaya untukmeningkatkan kegiatan pembelajaran menulis

218 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

puisi di kelas. Dalam hal ini, diperlukan suatuteknik yang dapat membantu siswa mengatasipermasalahan dalam menulis puisi. Teknikpembelajaran tersebut adalah teknik yang me-menuhi beberapa karakteristik, yaitu (1) dapatmengarahkan siswa dalam menemukan idepuisi yang berasal dari dirinya sendiri atau hal-hal yang ada di sekitarnya, (2) dapat membantusiswa menemukan kata-kata pertama dalammenulis puisinya, (3) dapat membantu siswamemperkaya perbendaharaan kosakatanya, dan(4) membimbing siswa dalam melaksanakantahap-tahap menulis puisi.

MetodeMelalui paparan di atas, dapat dikemuka-

kan bahwa terdapat tiga ciri khusus penelitian.Ketiga ciri khusus penelitian tersebut, yaitu (1)adanya permasalahan penelitian yang berasaldari persoalan yang terdapat dalam pembela-jaran, (2) adanya tindakan yang dilakukan untukmemperbaiki permasalahan, dan (3) adanyakolaborasi dengan guru selama penelitianberlangsung. Penelitian ini dengan ciri-cirisebagai berikut (1) dilaksanakan oleh pendidik,(2) berangkat dari masalah faktual yang adadalam pembelajaran, (3) adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memper-baiki proses pembelajaran, dan (4) bersifatkolaboratif. Proses pelaksanaan penelitian ber-sifat kolaboratif dengan guru bidang studi yangdimulai dari mencari fakta pembelajaran secaraberdaur ulang, yakni (1) menyusun perencanaan,(2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan,dan (4) refleksi.

Hasil dan PembahasanBerdasarkan standar kompetensi, dipilih

butir pembelajaran berupa menuliskan penga-laman pribadi yang paling menarik dalambentuk puisi. Sedangkan kompetensi dasar yanghendak dicapai ada empat tahapan kegiatanpembelajaran, yaitu (1) tahap penemuan ide,(2) tahap penulisan, dan (3) tahap penyajian,

dan (4) tahap penilaian. Indikator pembelajaranyang ingin dicapai adalah siswa dapat (1)memilih salah satu pola penulisan puisi darimodel-model puisi yang disajikan, (2) menyu-sun daftar deskripsi diri, (3) menemukan idepuisi dari daftar deskripsi diri yang dibuat, dan(4) menyusunan daftar kata yang sesuai denganide puisi.

Langkah-langkah kegiatan belajar menga-jar untuk mencapai tujuan pembelajaran padatahap penemuan ide dilakukan melalui sepuluhlangkah. Kesepuluh langkah tersebut adalah (1)pemberian pengarahan tentang kegiatan yangakan dilaksanakan, (2) membangkitkan minatdan skemata siswa tentang menulis puisi, (3)penyampaian tujuan pembelajaran, (4) men-dengarkan lagu “Berita Kepada Kawan” karyaEbiet G. Ade, (5) menghubungkan pola lagu “Berita Kepada kawan” karya Ebiet G. Adedengan pola penulisan puisi, (6) mendiskusikanmodel-model puisi, (7) menentukan salah satupola penulisan puisi, (8) membuat daftar des-kripsi diri, (9) menemukan salah satu bagiandari daftar deskripsi diri untuk dijadikan idepuisi, dan (10) menyusun daftar kata yangsesuai dengan judul puisi yang akan ditulis.

Pada tahap penulisan, langkah-langkahkegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berupa(1) mengadakan apersepsi dengan mengamatikembali pekerjaan yang telah dibuat padapertemuan sebelumnya, (2) mengamati pemo-delan cara mengembangkan ide menjadi puisi,(3) menulis puisi sesuai dengan ide yang dipilihdengan memanfaatkan daftar kata yang telahdibuat sebelumnya, (4) merevisi puisi secaraindividual, (5) melakukan revisi puisi karyateman, dan (6) menuliskan kembali puisi yangtelah direvisi. Pada tahap penyajian langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan berupa(1) menghubungkan kegiatan sebelumnyadengan kegiatan yang akan dilaksanakan, (2)mengamati model-model puisi yang berilustrasi,(3) memberikan ilustrasi yang sesuai denganisi puisi, (4) membaca puisi di depan kelas, (5)memajang puisi di mading kelas, dan (6) men-

219Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

diskusikan kelebihan dan kekurangan yangterdapat pada puisi yang dipajang.

Materi pembelajaran yang digunakanpada pertemuan pertama adalah kata-kata kias,sinonim, dan antonim yang terdapat dalam lagu“Berita Kepada kawan” karya Ebiet G. Ade dantipe-tipe penulisan puisi, serta unsur-unsur yangterdapat dalam puisi. Pada pertemuan keduamateri yang disajikan adalah pengembangan idemenjadi sebuah puisi dengan memanfaatkandaftar kata dan merevisi puisi dengan mem-perhatikan tipografi, diksi, dan kesesuaian isidengan judul yang dipilih. Materi pembelajaranyang disajikan pada pertemuan ketiga adalahmembaca puisi dengan memperhatikan intonasi,nada, tempo, ekspresi, dan gaya yang sesuaidengan isi dan ilustrasi yang sesuai dengan isipuisi. Media pembelajaran yang akan diguna-kan pada pertemuan pertama berupa (1) kasetlagu Ebiet G. Ade untuk didengakan, (2) model-model puisi, dan (3) Lembar Kerja Siswa.Berikut ini adalah tahap-tahap penyajiannya (1)tahap penemuan ide, (2) tahap penulisan, (3)tahap penyajian, dan (tahap penilaian.

Tahap Penemuan IdeAda beberapa langkah yang dapat dila-

kukan dalam pembelajaran puisi dengan pe-manfaatan lagu “Berita kepada kawan” karyaEbiet G. Ade . Langkah-langkah tersebut adalah(1) guru memberikan apersepsi dengan caramemotivasi dan membangkitkan skemata siswa.Melalui kegiatan ini guru berusaha untukmembangkitkan daya khayal, imajinasi, dankepekaan emosi tentang sesuatu yang dirasakanoleh siswa, (2) Memperkenalkan dan men-dengarkan lagu “Berita Kepada Kawan” karyaEbiet G. Ade. Siswa mendengarkan lagusehingga siswa mengenal bentuk-bentuk maknakonotasi, sinonim, dan kata-kata puitis, (3)Siswa menuliskan hal-hal yang berhubungandengan data pribadinya. Data tersebut ditulis-kannya pada lembar kerja.

Guru sebaiknya menjaga kerahasiaan isideskripsi diri tersebut, kecuali bila siswa tidak

berkeberatan tulisannya dilihat orang lain, (3)Guru membimbing siswa untuk membuatrincian-rincian dari setiap data pribadi yangdibuatnya. (4) Dengan memperhatikan daftardeskripsi diri yang telah dibuat pada LKS, siswamencoba memilih bagian yang paling menarikuntuk dijadikan ide puisinya, (5) Guru memberikesempatan kepada siswa untuk membacaulang daftar deskripsi diri dan ide yangdipilihnya, dan (6) Siswa mulai menyusundaftar kosakata yang mungkin akan digunakan-nya dalam menulis puisi akrostik. Kosakatatersebut sebaiknya mengandung unsur puitis.

Tahap PenulisanSetelah menemukan ide, siswa diarahkan

untuk mengembangkan ide tersebut menjadipuisi. Kegiatan pengembangan ide tersebutmengikuti langkah-langkah tertentu yangdiuraikan di berikut ini, (1) Guru memberikanbeberapa model puisi yang bervariasi. Siswamengamati tiap model yang diberikan. Merekamendiskusikan hal-hal yang berhubungandengan bentuk-bentuk puisi. Dari hasil diskusidan pengamatan, siswa memilih salah satumodel puisi yang akan dijadikannya pola dalampengembangan ide menjadi puisi, (2) Setelahmenentukan salah satu model puisi yang akanditulis, siswa dapat mulai menulis puisi. Guruharus membantu membimbing siswa dalamproses penulisan. Penulisan puisi ini lebih di-utamakan kepada makna dibanding denganunsur mekanik penulisan, (3) Guru membantusiswa mengadakan penyempurnaan puisi yangditulisnya.

Tahap PenyajianTahap terakhir dalam penerapan pem-

belajaran menulis puisi adalah tahap penyajian.Pada tahap ini kegiatan ditekankan padapeningkatan motivasi siswa dengan cara mem-beri kesempatan untuk menyajikan puisinya.Kegiatan penyajian dilakukan dengan dua cara,yaitu pembacaan puisi karya siswa di depankelas dan pemajangan puisi di majalah dinding

220 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

sekolah. Secara terinci tahap penyajian diurai-kan pada bagian berikut ini, yaitu (1) gurumembimbing siswa memberikan ilustrasi yangsesuai dengan puisinya. Ilustrasi yang diberikandapat disesuaikan dengan isi yang ditulis. Se-lain memberikan ilustrasi berupa gambar, siswajuga menuliskan puisi dengan tulisan yangindah dan jelas, (2) setelah puisi ditulis dalambentuk yang utuh, siswa diberi kesempatanuntuk membacakannya di depan kelas. Siswayang lain dapat memberikan komentar dan sa-ran terhadap puisi yang dibacakan temannya,dan (3) siswa memajang puisi karyanya dimading kelas. Setiap puisi yang dipajang dimading diberi komentar tentang kelebihan dankekurangannya.

Tahap PenilaianPenilaian merupakan suatu kegiatan yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikandan pengajaran secara umum. Semua kegiatanpendidikan yang dilakukan selalu diikuti dengankegiatan penilaian (Nurgiyantoro, 2001:3).Penilaian merupakan suatu proses pengum-pulan, pelaporan, dan penggunaan informasitentang hasil belajar siswa yang diperolehmelalui pengukuran untuk menganalisis ataumenjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswadalam mengerjakan tugas-tugas terkait.

Penilaian dapat dilaksanakan secara ter-padu dengan kegiatan belajar mengajar sertadilakukan dengan pengumpulan-pengumpulankerja siswa (portofolio) hasil karya (produk),penugasan (proyek), kinerja (Performance),dan tertulis (paper and pencil) (Depdiknas,2003:2). Berdasarkan hal ini, penilaian hasildan proses belajar tidak boleh hanya dinilaidengan dengan menggunakan tes melainkanjuga nontes. Alat-alat nontes dapat digunakanuntuk menilai proses dan hasil belajar. Hal inimasih jarang dilaksanakan oleh guru. Guruhanya terpaku pada tes untuk menilai keberha-silan pembelajaran dengan alasan penggunaannyayang praktis dan mudah dalam pembuatannya.Akibatnya yang dinilai hanyalah yang berupa

produk dan mengabaikan proses terjadinyaproduk tersebut.

SimpulanPembelajaran menulis puisi dengan pe-

manfaatan lagu “ Berita Kepada Kawan” karyaEbiet G. Ade pada tahap penemuan ide dilaksa-nakan dengan lancar dan sesuai dengan rencanapembelajaran yang telah dirancang. Pembe-lajaran menulis puisi dengan pemanfaatan lagu“ Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G. Adepada tahap penemuan ide dapat meningkatkan(1) motivasi siswa untuk mengikuti prosespembelajaran sehingga menjadi bersemangatdan aktif mengikuti setiap langkah kegiatanpembelajaran, (2) kreativitas dan keantusiasansiswa dalam pembelajaran menulis puisi (3)kemampuan siswa menemukan sendiri ide puisiyang bersumber dari dirinya, dan (4)kemampuan siswa mengumpulkan kata-katayang akan digunakan dalam puisi dan jugamemperkaya perbendaharaan kata.

Pembelajaran menulis puisi dengan pe-manfaatan lagu “ Berita Kepada Kawan” karyaEbiet G. Ade pada tahap penulisan berlangsungdengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaranyang diharapkan. Pembelajaran menulis puisidengan pemanfaatan lagu “ Berita KepadaKawan” karya Ebiet G. Ade pada tahap penu-lisan ini dapat meningkatkan kemampuan siswadalam (1) mengembangkan ide menjadi puisidengan memanfaatkan daftar kata yang telahdibuat pada pertemuan sebelumnya dan (2)merevisi puisi dengan mempertimbangkantipografi, diksi, dan kesesuaian isi dengan judulpuisi. Pembelajaran menulis puisi dengan pe-manfaatan lagu “ Berita Kepada Kawan” karyaEbiet G. Ade pada tahap penyajian berjalandengan lancar sesuai dengan tujuan pembe-lajaran yang diharapkan. Pembelajaran menulispuisi dengan pemanfaatan lagu “ Berita KepadaKawan” karya Ebiet G. Ade pada tahap ini dapatmeningkatkan kemampuan siswa dalam (1)memberi ilustrasi sederhana yang sesuai denganisi puisi yang dibuatnya, (2) membaca puisi di

221Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

depan kelas, (3) memajang puisi di masing, dan(4) mengemukakan penilaiannya terhadap puisiteman yang telah dipajang.

Daftar RujukanAhmadi, Muksin. 1990. Strategi Belajar-

Mengajar Keterampilan Berbahasa &Apresiasi sastra. Malang: YA3 Malang.

Akhadiah, S.,dkk. 1997. Menulis I. Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan danPengembangan Media untuk Pembe-lajaran. Jakarta: Rajawali.

Dagher, Josep P. 1976. Writing A PracticalGuide. Boston: Houghton Miffin Com-pany.

Dahar, Ratna.Willis. 1988. Teori-teori Belajar.Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta:Depdiknas.

Ellis, Aarthur. dkk. 1989. Elementary LanguageArts Instruction. New Jersey:Eanglewood Cliffs.

Ghazali, A.S. 2002. Penerapan ParadigmaKonstruktivisme Melalui Strategi BelajarKooperatif dalam Pembelajaran Bahasa.Dalam Jurnal Sumber Belajar KajianTeori dan Aplikasi. Nomor 1 tahun 9 Sep-tember 2002. Hal 109-137.

Hudelson, Sarah. 1989. Write on Children Writ-ing in ESL. New Jersey: EnglewoodCliffs.

Keraf, Gorys. Komposisi. Ende-Plores: NusaIndah.

Kustiono. 1996. Intensitas Pemanfaatan SumberBelajar Lingkungan Masyarakat OlehGuru Sekolah dasar di Kabupaten Pe-malang, Jawa Tengah. Jurnal PendidikanHumaniora dan Sains. Tahun 2, Nomor1&2, September 95 & 96.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning.Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marwoto Ms., dkk. 1985. Komposisi Praktis.Yokyakarta: Hadinata.

Milles, Muberman B. & A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif. Penter-jemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta:Universitas Indonesia.

Nurgiantoro, Burham. 1995. Penilaian dalamPengajaran Bahasa dan Sastra. Yokya-karta: BPFE.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual.Malang: Universitas Negeri Malang.

Puskur Depdiknas. 2002. Penilaian BerbasisKelas. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Ramli, A. 1999. The Expanding EnvironmentApproach in Elementary Social StudiesEducation. Dalam Jurnal Ilmu Pendi-dikan. Tahun 29 Nomor 1 Januari 1999.Hal 29-40.

Rubin, Dorothy. 1995. Teaching ElementryLanguage Arts. An Integrated Approach.Boston: Allyn Bacan.

Sadiman, Arief S. dkk. 1990. Media Pendidikan.Pengertian, Pengembangan, dan Peman-faatannya. Jakarta: Rajawali

Semi, M.Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang:Angkasa Raya.

Sujana, Nana 2001. Penilaian Hasil ProsesBelajar Mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Syafi’ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis.Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, Henri Guntur. 1982. Menulis SebagaiSuatu Keterampilan Berbahasa. Ban-dung: Angkasa.

Tompkins, Gael E. 1994. Teaching WritingBalancing Process and Product. NewYork: Macmillan Publishing.

222 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

PEMANFAATAN VIDEOPERAWATAN JENAZAH

UNTUK PEMBELAJARAN FIQIH DIMADRASAH TSANAWIYAH

Dra. Roihanah, M.A. Institut Agama Islam “Al-Qolam” Gondanglegi Malang

Abstrak: Kehidupan dewasa ini, kemampuan memahami isi bacaan tidak hanya dibutuhkan olehmasyarakat akademis, tetapi juga diperlukan oleh berbagai kalangan masyarakat yang ingin memperolehinformasi melalui media tulis maupun media elektronik terutama pemanfaatan video. Kemampuanpemahaman dapat dipandang sebagai keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan memperluasinformasi sebagai hasil dari kegiatan membaca bahasa tulis. Penggunaan strategi belajar kelompokdalam pembelajaran di kelas mempunyai beberapa tujuan, antara lain meningkatkan partisipasi siswa,memberi pelajaran kepemimpinan, memberi pengalaman membuat keputusan kelompok, dan memberikesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan siswa lain yang berasal dari latar belakangbudaya, jenis kelamin, serta kemampuan yang berbeda. Tujuan kelompok merupakan insentif dalambelajar kooperatif yang membantu menciptakan semangat kelompok dan mendorong siswa untuk salingmembantu.

Kata Kunci: pembelajaran Fiqih, merawat jenazah, pemanfaatan video

PendahuluanHarapan yang tertuang dalam Kurikulum

KTSP pelajaran Fiqih, selanjutnya dijabarkandalam berbagai tujuan dan bentuk sasaran pem-belajaran membaca yang bernuansa pema-haman isi bacaan pada setiap tingkatan aka-demis siswa. Bagi siswa Madrasah Tsanawiyah,butir-butir pembelajaran Fiqih yang dapatdilaksanakan dengan pembelajaran membacapemahaman meliputi (1) membaca dan meng-hafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yangberkenaan dengan perawatan jenazah, (2) mem-baca dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’andan Hadits serta tata cara yang berkenaan denganmemandikan jenazah, (3) membaca dan meng-hafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits sertatata cara mengafani jenazah, (4) membaca danmenghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Haditsserta tata cara mensholati jenazah baik sendirian

maupun dengan berjamaah, (5) membaca danmenghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Haditsserta tata cara menguburkan jenazah.

Berdasarkan tinjauan psikologi kognitifdiketahui bahwa anak yang telah berusia 11tahun ke atas sudah berada pada tingkat per-kembangan intelektual operasi formal (Piaget,dalam Dahar 1988:152). Hal itu menunjukkanbahwa siswa setingkat Madrasah Tsanawiyahsudah dapat menerima dan melaksanakan tun-tutan kurikulum tersebut. Menurut Piaget, anakpada usia itu sudah mampu berpikir dalam empattingkatan, yaitu (1) berpikir hipotesis-deduktif,(2) berpikir proposisional, (3) berpikir kombi-natorial, dan (4) berpikir refleksif.

Butir-butir pembelajaran dalam Garis-garis Besar Program Pembelajaran di atasmengarahkan siswa untuk mengolah pikirannyasemaksimal mungkin dalam kegiatan membaca.Siswa diarahkan pada aktivitas menanggapi,

223Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

meresapi, meresepsi, menyusun pertanyaan,mencari hubungan, penyatakan pendirian, danmenyimpulkan isi tayangan video. Semua aktivi-tas itu sudah dapat dilakukan oleh seorang anakpada tingkat perkembangan operasi formalmelalui empat tingkatan berpikir tersebut. Padatingkatan berpikir hipotesis deduktif, siswasudah dapat menanggapi masalah dan menyusunpertanyaan berkaitan dengan isi video. Padatingkatan berpikir proposisional, siswa sudahdapat menanggapi, menyusun pertanyaan, danmencari hubungan yang tersirat dalam bacaan.Selanjutnya, pada tingkatan berpikir kombina-torial dan tingkatan berpikir reflektif, siswasudah dapat melakukan semua tuntutan kuri-kulum tersebut.

Sementara itu, kemampuan mereka padatingkatan pemahaman yang lebih tinggi masihrendah. Kesulitan-kesulitan mereka pada ting-katan pemahaman itu ditemui pada beberapabutir pembelajaran membaca dan memahamiayat-ayat Alqur’an dan Hadits, yaitu (1) mem-baca dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an danHadits, (2) menentukan bahan dan media pera-watan jenazah untuk kegiatan praktek, (3)belum terbiasa siswa untuk perawatan jenazah,baik memandikan, mengafani, dan menshalatijenazah (4) ada anggapan bahwa perawatajenazah itu adalah kwajiban pak modin/tokohagama setempat. Fakta-fakta itu menuntut dila-kukannya tindakan-tindakan lain dalam pembe-lajaran perawatan jenazah.

Adanya kesulitan-kesulitan yang dialamioleh siswa dalam memahami isi bacaan ayat-ayat Al-Qura’an dan Hadits tersebut didugasebagai akibat dari pelaksanaan pembelajaranyang masih terikat dengan penggunaan strategikonvensional dalam pembelajaran perawatanjenazah. Dalam strategi itu, siswa diperlakukansecara klasikal pada saat pembelajaran berlang-sung. Akibatnya, siswa tidak mengetahuiketerbatasan kemampuannya dalam setiap sa-jian materi pembelajaran. Selain itu, siswa tidakmendapat kesempatan untuk saling berbagipengalaman dan kemampuan antara sesama

mereka dalam proses pembelajaran. Dalampembelajaran tersebut, guru masih beranggapanbahwa kemampuan siswa berpikir secara indi-vidual dalam konteks pembelajaran yang ber-sifat klasikal merupakan faktor utama untukmencapai keberhasilan pembelajaran. Gurubelum memberdayakan kelompok kecil dalamkelas, siswa tidak diberi tanggung jawab sepe-nuhnya tentang tugas yang diberikan, dan be-lum pernah menerapkan teknik diskusi. Dengandemikian, siswa tidak terbiasa berpikir kritis,bekerja sama, atau saling mengajari dalamproses pembelajaran.

MetodePenelitian ini berupaya mengungkapkan

berbagai fenomena berkaitan dengan pembe-lajaran yang berlangsung secara alamiah didalam kelas melalui pengumpulan sejumlahdata yang dapat memberikan makna dan infor-masi. Data yang diperoleh dianalisis secarainduktif. Selanjutnya, hasil analisis data disa-jikan dalam bentuk deskripsi fenomena, bukandalam bentuk perhitungan angka-angka. Pa-paran tersebut mengandung pemikiran bahwapenelitian ini menggunakan pendekatan kua-litatif. Pemikiran itu sejalan dengan karakteris-tik penelitian kualitatif yang dikemukakan olehBogdan dan Biklen. Bogdan dan Biklen (1992:39-30) mengemukakan lima karakteristik penelitiankualitatif, yaitu (1) latar penelitian sebagai sumberpengambilan data bersifat alamiah dan penelitiberperan sebagai instrumen kunci, (2) bersifatdeskriptif, (3) di samping hasil, proses perludiperhatikan, (4) analisis data dilakukan secarainduktif, dan (5) pemaknaan menjadi perhatianutama.

Hasil dan PembahasanPaparan untuk setiap siklus mengikuti

urutan sajian yang diawali dengan gambaransingkat tentang persiapan pelaksanaan tin-dakan. Setelah itu disajikan gambaran prosespelaksanaan tindakan dan kemajuan siswa

224 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

dalam proses itu, serta gambaran perkembangankemampuan pemahaman siswa yang dinilai dariproduk tindakan pada setiap tahapan. Urutansajian terintegrasi dengan urutan tahapanpembelajaran perawatan jenazah, yaitu (1)tahap praperawatan jenazah (tahap dimanasiswa mendengarkan video tentang perawatanjenazah, membaca literatur/referensi tentangperawatan jenazah, mengamati demonstrasiguru tentang perawatan jenazah), (2) tahap saatperawatan jenazah (tahap siswa menghafalkanayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentangperawaant jenazah, membuat bagan perawatanjenazah, secara bergantian tiap kelompokmempraktekkan perawatan jenazah dan yanglain memperhatikan dan mencatat pokok-pokokpenting dari hasil pengamatan), dan (3) tahappascaperawatan jenazah (tahap dimana siswamelaksanakan unjuk kerja bersama kelompok,mendemonstrasikan hasil kerja kelompok).Setiap tahapan pembelajaran perawatan jenazahterdapat fase-fase pembelajaran strategi belajarberkelompok yang teraplikasi di dalamnya.Fase-fase tersebut ialah (1) fase persiapan yangmeliputi pembentukan skemata dan penjajakantugas-tugas yang diberikan, (2) fasepengumpulan informasi, (3) fase pertemuansiswa ahli, (4) fase laporan kelompok, (5) fasepemberian tes, dan (6) fase penghargaan.

Di sisi lain, sajian dari setiap tahapanperawatan jenazah selalu mengacu pada prosespelaksanaan dan produk tindakan pembela-jaran. Artinya, pada setiap tahap pembelajaranperawatan jenazah, dua aspek selalu dipapar-kan, yaitu proses pelaksanaan tindakan danproduk yang dihasilkan dari pelaksanaan tin-dakan. Aspek proses dan produk pembelajarandipaparkan secara terpisah agar perkembanganyang terjadi dari penggunaan strategi belajarberkolompok pada kedua aspek tersebut dalampembelajaran perawatan jenazah dapat di-ketahui secara detail.

Paparan tentang proses dan produk tin-dakan pembelajaran perawatan jenazahmenyajikan dua hal yang berbeda. Proses

pelaksanaan tindakan menyajikan perkem-bangan perilaku siswa selama tindakan pem-belajaran berlangsung, baik secara individualmaupun kelompok. Sementara itu, produkpembelajaran menyajikan perkembangan ke-mampuan pemahaman siswa pada setiaptahapan pembelajaran perawatan jenazah, baikberbentuk pemahaman perawatan jenazahkelompok maupun pemahaman merawatjenazah siswa secara individual.

Baik proses pelaksanaan tindakan maupunproduk yang dihasilkan, keduanya mengacupada pencapaian sejumlah indikator yang telahditetapkan. Indikator proses pelaksanaantindakan berkaitan dengan keaktifan danpenguasaan siswa atas proses pembelajaranyang dilaksanakan dengan strategi belajarkelompok. Sementara itu, indikator produktindakan berkaitan dengan ketepatan pemahamansiswa pada fokus keterampilan pemahamanperawatan jenazah yang dikaji dalam bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits serta tujuan pembe-lajaran yang diharapkan.

Pada saat pelaksanaan tindakan di kelas,siswa dibagi menjadi delapan kelompok asalyang masing-masing dinamakan kelompok A,kelompok B, kelompok C, kelompok D,kelompok E, kelompok F, kelompok G, dankelompok H. Setiap kelompok beranggotakanempat orang, kecuali kelompok H denganjumlah anggota sebanyak 3 orang. Kelompok-kelompok itu dibentuk secara cermat oleh gurudengan mempertimbangkan keragaman siswa.Setiap kelompok diupayakan beragam ditinjaudari aspek kemampuan, jenis kelamin, sertaetnis siswa. Masalah keragaman siswa itudipertimbangkan dalam pembentukan kelom-pok asal dengan tujuan untuk memunculkankekhasan strategi belajar kelompok.

Pengambilan data untuk setiap siklusdilaksanakan dengan cara mengamati secaralangsung proses pembelajaran perawatanjenazah di kelas dan menganalisis produkpembelajaran perawatan jenazah yangdihasilkan oleh siswa dari setiap tindakan

225Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

pembelajaran. Selama pengamatan berlang-sung, dilakukan pencatatan secara cermat, baikmengenai fenomena yang terjadi maupun yangtidak terjadi dalam pembelajaran perawaantjenazah. Sasaran pengamatan terutamadiarahkan pada perilaku dan tuturan siswa sertatindakan dan tuturan guru. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisis dengan menggunakanrambu-rambu yang telah disiapkan untukmendapatkan informasi yang berguna bagipenelitian.

Tes akhir dilaksanakan dengan menggu-nakan instrumen pengumpulan data berupalembar tes. Tes itu dilaksanakan setelah kese-luruhan proses pembelajaran perawatan jena-zah berakhir yang bertujuan untuk mengetahuiperkembangan kemampuan pemahaman siswasecara individual dan klasikal dalam praktekperawatan jenazah. Baik proses pelaksanaanmaupun hasil tes akhir, tidak dipaparkan secaradetail karena kegiatan itu dilaksanakan hanyauntuk memperkuat data yang diperoleh dalampembelajaran perawatan jenazah denganstrategi belajar kelompok pada setiap siklustindakan.

SimpulanBerdasarkan hasil penelitian ini disim-

pulkan bahwa strategi belajar kelompok dapatmeningkatkan kemampuan pembelajaran Fiqihpada pokok bahasan perawatan jenazah. Pe-ningkatan itu terjadi pada proses dan produkpembelajaran. Uraian lebih rinci ialah sebagaiberikut. Pertama, strategi belajar kelompokdapat meningkatkan kemampuan pemahamanperawatan jenazah siswa Madrasah Tsana-wiyah, pada tahap apersepsi dan eksplorasi.Peningkatan proses pembelajaran berupa (1)peningkatan keseriusan, keresponsipan, sertakerja sama siswa dalam proses pembentukanskemata, dan (2) peningkatan keseriusan,keresponsipan, serta kerja sama siswa dalamproses penjajakan tugas-tugas yang diberikan.Peningkatan produk pembelajaran berupa (1)peningkatan pemahaman siswa tentang video

yang ditayangkan sebelum kegiatan perawatanjenazah dilaksanakan, dan (2) peningkatanpemahaman siswa tentang tugas-tugas yangakan mereka kerjakan. Kedua, strategi belajarkelompok dapat meningkatkan pemahamanperawatan jenazah siswa Madrasah Tsanawiyah,pada tahap elaborasi. Peningkatan prosespembelajaran berupa peningkatan keseriusan,keresponsipan, dan kerja sama siswa dalammelakukan kegiatan pengumpulan informasidari bacaan. Peningkatan produk pembelajaranberupa (1) peningkatan pemahaman siswatentang ayat-ayat dan tata cara memandikanjenazah, (2) peningkatan pemahaman siswatentang ayat-ayat dan tata cara mengafanijenazah, (3) peningkatan pemahaman siswatentang ayat-ayat dan tata cara menshalatijenazah, dan (4) peningkatan pemahaman siswatentang ayat-ayat dan tata cara menguburkanjenazah baik secara kelompok ataupun secaraindividual. Ketiga, strategi belajar kelompokdapat meningkatkan kemampuan perawatanjenazah pada siswa Madrasah Tsanawiyah.Peningkatan proses pembelajaran berupa (1)peningkatan keseriusan, keresponsipan, sertakerja sama siswa dalam melakukan diskusikelompok, dan (2) peningkatan keseriusan,keresponsipan, serta kerja sama siswa dalamkegiatan saling mengajari pada pelaksanaanlaporan siswa.

Daftar Rujukan:Bogdan, Robert C. & Biklen, Sari Knopp. 1982.

Qualitative Research for Education: AnIntroduction to Theory and Methods.Boston: Allyn and Bacon.

Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (ActionResearch): Bahan Pelatihan. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.

Eanes, Robin. 1997. Content Area Literacy:Teaching For Today and Tomorrow. Al-bany: Delmar Publishers.

Fachrurrazy. Pendekatan Konstruktivis untukPengajaran Reading Bahasa Inggris.Jurnal Sumber Belajar Kajian Teori dan

226 Prosiding Seminar InternasionalMembudayakan Menulis Kelas Dunia untuk Membangun Kualitas Pustaka

Aplikasi. Nomor 1, 8 Oktober 2001.Malang:LP3 UM.

Ghazali, A. Syukur. 2001. Strategi BelajarKooperatif dalam Belajar MengajarKontekstual. Jurnal Sumber BelajarKajian Teori dan Aplikasi. Nomor 1, 8Oktober 2001. Malang:LP3 UM.

Harris, Albert J & Sipay, Edward R. 1980. Howto Increase Reading Ability. New York:Longman.

Krashen, Stephen D. & Terrel, Tracy D. 1983.The Natural Approach: Language Acqui-sition in the Classroom. Oxford:Pergamon Press.

Kemenag. 2006. Silabus Mata Pelajaran Fiqihuntuk M.Ts. Jakarta: Kemenag.

Miles, Mtthew B. & Huberman, A. Michael.Qualitatif Data Analysis. (dialih-bahasakan oleh Tjetjep Rohendi Rohiditahun 1992). Jakarta: Universitas Indo-nesia.

Nur, Muhamad & Wikandari. 2000. PengajaranBerpusat kepada Siswa dan PendekatanKonstruktivis dalam Pengajaran.Surabaya: Unesa.

Suyanto, Kasihani K. E. 2002. PenelitianTindakan Kelas dan Refleksi PengajaranGuru SLTP (Materi TOT CTL Matapelajaran Bahasa Inggris SLTP). Malang:Fakultas Sastra UM.

Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca:Strategi Pengantar dan Tekniknya. Ja-karta: Depdikbud.