HALAMAN JUDUL...DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Tugas Akhir...
Embed Size (px)
Transcript of HALAMAN JUDUL...DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Tugas Akhir...
-
i
HALAMAN JUDUL
PERHITUNGAN KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA
PADA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
(DPRD) KABUPATEN BANJAR
TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PADA JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH:
JAMIATUL MUHDINATI A03140018
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
2017
-
ii
pERSETUJUANPERSETUJUAN TUGAS
-
iii
pengesahan tugas
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
-
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Jamiatul Muhdinati
NIM : A03140018
Tempat dan Tanggal Lahir : Martapura, 8 Maret 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Menteri 4, Gang Sejahtera III, RT.12, RW.05,
No.121 Kelurahan Sungai Paring, Kecamatan
Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan
Nama Orang Tua (Ayah) : Muhiddin, SE
(Ibu) : Ratnawaty
Riwayat Pendidikan : - TK Lontar Martapura (2000-2002)
- SD Negeri Jawa 5 Martapura (2002-2008)
- SMP Negeri 1 Martapura (2008-2011)
- SMA Negeri 1 Martapura (2011-2014)
- Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada Kantor
Kelurahan Sungai Miai, Kecamatan
Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin
-
v
MOTTO
MIRACLES
ALWAYS HAPPEN
IF WE BELIEVE
-
vi
SURAT PERNYATAAN
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini yang berjudul “Perhitungan Kinerja Anggaran dan Realisasi
Belanja pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Banjar”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program studi Diploma III pada Jurusan Akuntansi di Politeknik
Negeri Banjarmasin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, baik secara material maupun non material. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Edi Yohanes, ST, MT, selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.
2. Andriani, SE, MM, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Banjarmasin.
3. Hj. Nurul Mukhlisah, SE, MM selaku Ketua Prodi D3 Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin.
4. Noor Safrina, SE, MM, MSA, selaku dosen pembimbing.
5. Hj. Nurul Qolbiah, SE, Ak, selaku wali kelas A Akuntansi angkatan 2014.
6. Para dosen yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan bagi penulis
selama belajar di Politeknik Negeri Banjarmasin.
7. Azwar, SH, M.Si selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Banjar.
-
viii
8. H. M. Murjani, S.Sos selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat DPRD
Kabupaten Banjar.
9. Seluruh karyawan dan karyawati Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar.
10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
tercinta, kakak, guru spiritual dan keluarga besar yang telah memberikan
dukungan moral, doa, pengertian dan pengorbanannya selama ini.
11. Sahabat penulis Iin Nadiroh (Lovely Honey Bear) di mana selama ini
senantiasa mengajarkan penulis dalam hal toleransi dan kebersamaan serta
masih banyak lagi hal-hal bahagia yang dilalui bersama.
12. Seluruh teman-teman kelas A Akuntansi angkatan 2014 yang telah
memberikan banyak ilmu dalam hal apapun dan senantiasa membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis telah berusaha untuk menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini,
namun penulis sadar tak ada gading yang tak retak. Demikian pula dengan tugas
akhir ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun yang
lainnya. Semoga penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin, Agustus 2017
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR…………………………..... ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR…………………………...... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………..…… iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………..…….. v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN………………………………...…...... vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………..……. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………...…... xii
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………..... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xiv
ABSTRAK…………………………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Permasalahan …………………………………………………... 6
C. Batasan Masalah………………………………………………... 6
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 6
E. Kegunaan Penelitian …………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………..……………………… 8
A. Landasan Teori……………………………………….………… 8
1. Keuangan Daerah………………………………………..… 8
-
x
2. Pengelolaan Keuangan Daerah ……………………………. 8
3. Laporan Keuangan Daerah………………………………… 9
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ………………….. 11
5. Penatausahaan Keuangan………………………………….. 12
6. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran …………… 20
7. Pengertian Kinerja…………………………………………. 21
8. Pengukuran Kinerja………………………………………... 22
9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ………………. 23
10. Indikator Kinerja…………………………………………… 25
11. Pengertian Anggaran………………………………………. 28
12. Dasar dan Fungsi Anggaran……………………………….. 29
13. Laporan Perhitungan Anggaran……………………………. 30
14. Realisasi……………………………………………………. 32
15. Laporan Realisasi Anggaran Keuangan …………………... 32
16. Konsep dan Pengertian Efisiensi ………………………….. 35
17. Konsep dan Pengertian Efektivitas………………………… 37
18. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah…………………………. 37
19. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah ……………………… 39
B. Hasil Penelitian Terdahulu …………………………………….. 39
BAB III METODE PENELITAN ………………………………………… 43
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel ……. 43
B. Jenis Penelitian…………………………………………………. 45
C. Jenis dan Sumber Data…………………………………………. 45
-
xi
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………... 46
E. Teknik Analisis Data…………………………………………… 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN…………………………………………………….. 49
A. Hasil Penelitian ………………………………………………… 49
1. Gambaran Umum Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar…………………………………... 49
2. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran sampai dengan Realisasi.. 65
3. Laporan Realisasi Belanja…………………………………… 65
B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………… 79
1. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar……………………………………. 79
2. Perhitungan Tingkat Efisiensi Anggaran dan Realisasi Belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk Tahun 2015
dan 2016……………………………………………………… 96
3. Perhitungan Tingkat Efektivitas Anggaran dan Realisasi Belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk Tahun 2015
dan 2016……………………………………………………… 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 99
A. Simpulan ……………………………………………………….. 99
B. Saran………………………………………………….…………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan …………………………….. 38
Tabel 2 Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu dengan Penulis ……… 39
Tabel 3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan …………………………….. 48
Tabel 4 Daftar Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar ……………………... 62
Tabel 5 Realisasi Belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
Tahun 2015………………………………………………………. 66
Tabel 6 Realisasi Belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
Tahun 2016………………………………………………………. 73
Tabel 7 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Anggaran pada Sekretariat
DPRD Kabupaten Banjar Tahun 2015…………………………… 81
Tabel 8 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Anggaran pada Sekretariat
DPRD Kabupaten Banjar Tahun 2016…………………………… 89
Tabel 9 Efisiensi SKPD Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar Tahun
Anggaran 2015 dan 2016………………………………………… 97
Tabel 10 Efektivitas SKPD Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
Tahun Anggaran 2015 dan 2016 ………………………………… 98
-
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Struktur Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar ……………………………… 52
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Balasan Izin Penelitian dari Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
2. Denah/Peta Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
3. Foto Gedung Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
4. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun 2015
5. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun 2016
6. Lembar Bimbingan Tugas Akhir
7. Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Tugas Akhir 2016/2017
8. Lembar Saran Anggota Penguji Seminar Tugas Akhir 2016/2017
-
xv
ABSTRAK
Jamiatul Muhdinati/A03140018/2017/PERHITUNGAN KINERJA
ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA PADA SEKRETARIAT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN
BANJAR/Akuntansi Sektor Publik/Anggaran Pemerintah/Sekretariat DPRD
Kabupaten Banjar
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan serta menghitung tingkat
efisiensi dan efektivitas anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat DPRD
Kabupaten Banjar.
Kerangka pemikiran (teoritis) penelitian ini meliputi pentingnya
perhitungan kinerja anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat DPRD
Kabupaten Banjar dengan menggunakan rasio efisiensi dan efektivitas untuk
mengetahui hasil kinerja yang telah dicapai selama melakukan aktivitasnya untuk
tahun anggaran 2015 dan 2016.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perbandingan anggaran dan
realisasi belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran
2015 dan 2016 adalah baik, karena realisasi belanja pada tahun 2016 mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Jika dilihat dari rasio efisiensi, kinerja
anggaran dan realisai belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk
tahun anggaran 2015 dan 2016 menunjukkan kategori efisien, karena nilai
persentase efisiensi yang dicapai kurang dari 100%. Sementara itu, jika dilihat
dari rasio efektivitas menunjukkan kategori efektif, karena nilai persentase yang
dicapai lebih dari 100%.
Kata Kunci: Perhitungan Kinerja, Anggaran, Realisasi Belanja, Efisiensi dan
Efektivitas
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia
semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada pemerintah
daerah. Selain itu, maraknya globalisasi yang menuntut daya saing di setiap
negara juga menuntut daya saing di setiap pemerintah daerahnya. Daya saing
pemerintah daerah ini diharapkan akan tercapai melalui peningkatan
kemandirian yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.
Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk
menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, mampu
mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan
pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki oleh masing-masing daerah. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas
dari kemampuan dalam bidang keuangan yang merupakan salah satu
indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Daerah otonomi
diharapkan mampu atau mandiri dalam membiayai kegiatan pemerintah
daerahnya dengan tingkat ketergantungan keuangan kepada pemerintah pusat
mempunyai proporsi yang lebih kecil.
Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
-
2
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan
tugas pembangunan. Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah. Anggaran sebagai instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral
harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun
keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya
mengurangi pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan. Kinerja yang
terkait dengan anggaran merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan
antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran.
APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya
pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan
pencapaian dalam pembangunan, otoritas pengeluaran di masa yang akan
datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja,
alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas
dari berbagai unit kerja.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh pemerintah daerah
adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban)
pemerintah daerah atas sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah
sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan roda pemerintahan
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya
untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya
dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menilai kinerja keuangan
-
3
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan
melakukan perhitungan rasio keuangan terhadap APBD yang telah
dilaksanakan.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Banjar merupakan salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur
pelayanan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sekretariat DPRD
dipimpin oleh Sekretaris Dewan yang secara teknis operasional berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
Untuk mewujudkan good governance yang meliputi terciptanya
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah, salah
satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan
pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang memenuhi prinsip
tepat waktu dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi pemerintah
yang dapat diterima secara umum.
Dalam rangka mencapai realisasi yang sesuai anggaran, Sekretariat
DPRD Kabupaten Banjar seharusnya melakukan rencana penyusunan
anggaran yang dilakukan secara efektif dan efisien. Sekretariat DPRD
merupakan salah satu entitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sekaligus sebagai pengguna anggaran juga harus membuat
pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya.
-
4
Sistem perencanaan anggaran yang dibuat untuk masa satu tahun
berjalan menjadi kelemahan dari fungsi anggaran itu sendiri bahwa dalam
satu tahun tersebut dapat terjadi banyak hal yang berubah baik perubahan
harga satuan barang yang direncanakan awal tahun namun pada saat akan
dilakukan realisasi belanja, harga barang-barang tersebut turun sehingga
anggaran yang telah ditetapkan lebih untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Anggaran dilaksanakan pada periode satu tahun ke depan yang tentunya
mengacu kepada anggaran dan realisasi yang dicapai pada tahun sebelumnya
yang dipergunakan sebagai tolak ukur pembuatan anggaran berikutnya. Tanpa
adanya suatu kejadian dalam perhitungan anggaran yang akan dibuat maka
tidak akan didapat realisasi yang sesuai dalam anggaran keuangan pada
Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar yang tentunya akan berimbas pada
kurang maksimal hasil pencapaian kinerja dan juga fasilitas-fasilitas
pendukungnya.
Salah satu contoh yang sebenarnya membuat anggaran menjadi
kurang optimal hasilnya adalah anggaran untuk pembayaran listrik, air dan
telepon kantor di mana anggaran sudah ditetapkan dan disetujui namun dalam
hal pembayaran listrik, air dan telepon tentunya tidak dapat dilihat
nominalnya sebelum adanya pemakaian terlebih dahulu. Dengan kata lain,
bahwa untuk biaya-biaya tersebut sebenarnya tidak dapat dianggarkan tepat
dengan realisasi yang dicapai. Kendala yang sering dialami adalah apabila
anggaran dirasa kurang tepat sasaran dan perlu dilakukan revisi anggaran.
Perubahan atau revisi anggaran yang dilakukan tidak boleh mengubah nilai
-
5
Pagu Anggaran yang sudah disetujui, perubahan atau revisi anggaran adalah
hanya merubah nilai nominal dari poin-poin kegiatan yang ada,
menambahkan dan yang lebih diperlukan dan mengurangi dana yang sifatnya
dapat ditunda pelaksanaannya sehingga pada jumlah akhirnya tetap akan
sesuai dengan nilai Pagu Anggaran.
Perhitungan rasio keuangan APBD dilakukan dengan membandingkan
hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang
terjadi. Dengan perhitungan ini, pemerintah dapat menilai kemandirian
keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah,
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan pendapatan
daerah, mengukur sejauh mana kegiatan pemerintah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya, mengukur kontribusi masing-masing sumber
pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah dan dapat melihat
pertumbuhan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama
periode waktu tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul “Perhitungan Kinerja Anggaran dan Realisasi
Belanja pada Sekretariat Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Banjar”.
-
6
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perbandingan anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat
DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016?
2. Bagaimana perhitungan tingkat efisiensi anggaran dan realisasi belanja
pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan
2016?
3. Bagaimana perhitungan tingkat efektivitas anggaran dan realisasi belanja
pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan
2016?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini memfokuskan pada ruang
lingkup kegiatan belanja dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran di
Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk membandingkan anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat
DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.
2. Untuk menghitung tingkat efisiensi anggaran dan realisasi belanja pada
Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.
-
7
3. Untuk menghitung tingkat efektivitas anggaran dan realisasi belanja pada
Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan
wawasan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi keuangan daerah
khususnya pada pengelolaan keuangan daerah dan mengaplikasikan pada
objek penelitian.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan penting dan
memperluas wawasan bagi kajian ilmu akuntansi keuangan daerah dalam
membuat suatu anggaran keuangan daerah sehingga dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk mengembangkan penelitian antara pembuatan
rancangan anggaran dan realisasi pertanggungjawaban kegiatan keuangan
di masa yang akan datang.
3. Bagi Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi
Kepala Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk menyetujui anggaran
kegiatan tahunan yang akan dibuat.
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keuangan Daerah
Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang juga segala sesuatu, baik berupa uang
maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
pihak-pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengelolaan keuangan daerah, di mana tata usaha merupakan alat
untuk melaksanakan manajemen keuangan daerah tersebut. (Abdul Halim,
2007:23)
Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang
melekat pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam usaha pemerintahan daerah dalam rangka mengisi kas
daerah.
2. Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah
bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat prinsip,
norma, asas, landasan hukum dalam perencanaan, penyusunan anggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Kepala Daerah selaku pemegang
-
9
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau
seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta pengawasan
keuangan daerah kepada:
a. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah.
b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pejabat
pengguna anggaran atau barang daerah. (Nurlan Darise, 2009:30)
Pengelolaan keuangan daerah mencakup:
a. hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan;
c. penerimaan daerah;
d. pengeluaran daerah;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain seperti uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain; dan
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah daerah. (Mursyidi,
2009:10)
3. Laporan Keuangan Daerah
Sesuai dengan siklus akuntansi, setelah menyusun neraca saldo
penyesuaian, disusunlah laporan-laporan keuangan dengan mengambil
data dari neraca saldo setelah penyesuaian. Berdasarkan Pasal 232
-
10
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan pemerintah daerah
terdiri atas:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan. (Abdul Halim, 2007:73)
Dari sudut pandang akuntansi, dapat pula disusun laporan
tambahan, yaitu laporan kinerja keuangan perubahan ekuitas dana (untuk
entitas pemerintah daerah secara keseluruhan) atau laporan perubahan
rekening koran pemerintah daerah (untuk satuan kerja).
Sebagaimana halnya laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha
perusahaan dalam rentan waktu tertentu, Laporan Perhitungan APBD juga
menunjukkan kinerja pemda sebagai penyusun dan pelaksanaan APBD.
Dengan demikian, Laporan Perhitungan APBD menyajikan pendapatan
pemda selama satu periode dan belanja untuk memperoleh pendapatan
tersebut pada periode yang sama.
Nota perhitungan APBD berisi ringkasan realisasi pendapatan,
belanja dan pembiayaan, serta kinerja keuangan daerah selama periode
akuntansi pada tahun yang sedang berlangsung. Kinerja keuangan antara
lain mencakup kinerja dalam rangka pelaksanaan fungsi, program dan
kegiatan selama periode akuntansi, kinerja pelayanan yang dicapai dan
bagian belanja yang digunakan untuk kegiatan administrasi umum, operasi
dan pemeliharaan serta investasi.
-
11
Laporan perubahan ekuitas dana pemda menyajikan informasi
mengenai perubahan surplus/defisit anggaran akibat berbagai transaksi
yang terjadi dalam suatu periode. Laporan perubahan ekuitas dana
merupakan pelengkap dari Laporan Perhitungan APBD. Laporan arus kas
menyajikan informasi tentang kemampuan dalam memperoleh kas dan
menilai penggunaan kas untuk kebutuhan daerah dalam satu periode
akuntansi. Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut
kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan.
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan
daerah pada saat tertentu, biasanya pada akhir tahun anggaran. Laporan ini
dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aset, kewajiban dan ekuitas.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau barang yang
mempunyai tugas dan wewenang:
a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) – SKPD.
b. Menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) – SKPD.
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja.
d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak.
-
12
g. Mengadakan ikatan atau perjanjian kerjasama dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
h. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya.
i. Mengelola barang milik daerah atau kekayaan yang menjadi
tanggungjawab SKPD yang dipimpinnya.
j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya.
k. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
l. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran atau pengguna barang
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
m. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah. (Nurlan Darise, 2009:33)
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengguna anggaran dibantu
oleh:
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
b. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK)
d. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran (Nurlan Darise, 2009:34)
5. Penatausahaan Keuangan
Penatausahaan keuangan dibagi menjadi dua golongan yaitu tata
usaha umum dan tata usaha keuangan. Tata usaha umum menyangkut
kegiatan surat-menyurat, mengagenda, mengekspedisi, menyimpan surat-
-
13
surat penting atau mengarsipkan, dan kegiatan dokumentasi lainnya. Di
lain pihak, tata usaha keuangan adalah tata buku yang merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan
berdasarkan prinsip, standarisasi dan prosedur tertentu sehingga dapat
memberikan informasi aktual di bidang keuangan dan pemerintah. (Abdul
Halim, 2007:27)
Penyelenggara pemerintahan adalah presiden dibantu oleh wakil
presiden dan para menteri negara. Penyelenggara pemerintah daerah
adalah pemerintah daerah dan DPRD. Rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan daerah tentang penjabaran APBD yang
telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah
tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD dilakukan paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya.
PPKD paling lama tiga hari kerja setelah peraturan daerah tentang
APBD ditetapkan memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar
menyusun rancangan DPA-SKPD. Rancangan DPA-SKPD merinci
sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan
untuk mencapai sasaran tersebut dan rencana penarikan tiap-tiap SKPD
serta pendapatan yang diperkirakan. Kepala SKPD menyerahkan
rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama enam hari kerja setelah
pemberitahuan. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD
-
14
bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama lima belas hari sejak
ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD
dengan persetujuan sekretaris daerah. DPA-SKPD yang telah disahkan
disampaikan kepada kepala daerah SKPD, satuan kerja pengawasan daerah
dan BPK paling lama tujuh hari kerja sejak tanggal disahkan. DPA-SKPD
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku
pengguna anggaran/pengguna barang.
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun
rancangan anggaran SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD disampaikan
kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.
Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan
dengan pembahasan DPA-SKPD. PPKD selaku BUD menyusun anggaran
kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk
mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana
yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas
memuat perkiraan arus kas masuk dan perkiraan arus kas keluar yang
digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Siklus penatausahaan penerimaan keuangan daerah terdiri atas dua siklus
yaitu:
a. Siklus Penatausahaan Penerimaan Keuangan Daerah
Penerimaan daerah dianggap sah jika disetor ke rekening kas
umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah
-
15
setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang
disetor ke rekening kas umum daerah dilakukan dengan cara:
1) Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga.
2) Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor
pos oleh pihak ketiga.
3) Disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
b. Siklus Penatausahaan Pengeluaran Keuangan Daerah
Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen
kas menerbitkan SPD. SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk
ditandatangani oleh PPKD. Pengeluaran kas atas dasar beban APBD
dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD. Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada
pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
SPP terdiri dari:
1) SPP Uang Persediaan (SPP-UP)
2) SPP Ganti Uang (SPP-UG)
3) SPP Tambahan Uang (SPP-TU)
4) SPP Langsung (SPP-LS)
Bendahara merupakan pondasi awal pemerintah daerah dalam
mewujudkan tertib administrasi, akuntabilitas pelaksanaan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Berdasarkan Permendagri
-
16
Nomor 55 Tahun 2008, bendahara dalam akuntansi keuangan daerah
terdiri dari:
1) Bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,
mempertanggungjawabkan uang pendapatan asli daerah dalam
rangka pelaksanaan APBD dan SKPD.
2) Bendahara penerimaan pembantu adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja SKPD.
3) Bendahara penerimaan PPKD adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang
yang bersumber dari transaksi PPKD.
4) Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah
dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
5) Bendahara pengeluaran pembantu adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit
kerja SKPD.
-
17
6) Bendahara pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan transaksi PPKD.
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah peraturan pengganti
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Peraturan ini adalah teknis dari
Peraturan Pemerintah (yang selanjutnya disingkat menjadi PP) Nomor
56 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan
peraturan pengganti dari PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberikan pedoman
pengelolaan keuangan daerah yang terdiri dari kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan
rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan
kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, pengelolaan keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Diterbitkannya PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan PP Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagai konsekuensinya perlu
-
18
dilakukan penyempurnaan terhadap pengelolaan keuangan daerah
sesuai dengan urusan dan organisasi keuangan daerah. Selain itu, dalam
rangka memenuhi aspirasi daerah dan permasalahan teknis dalam
pengelolaan keuangan daerah maka diterbitkan Permendagri Nomor 59
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
ditetapkan tanggal 26 Oktober 2007 dan paling lambat diberlakukan
oleh masing-masing pemerintah daerah tahun 2009.
Perubahan-perubahan peraturan yang terdapat pada Permendagri
Nomor 59 Tahun 2007, antara lain:
1) Aspek Anggaran
Aspek anggaran terdiri atas:
a) Memperpendek jadwal penyusunan anggaran dengan cara
meringkas proses dan konten KUA-PPAS, sehingga istilah PPA
dihapus.
b) Tata cara pemberian kode program dan kegiatan dalam
pengisian RKA.
c) Reklasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, beserta kode
rekeningnya.
d) Penegasan alur pengerjaan RKA SKPD, pada SKPKD
penyusunan RKA dipisahkan antara RKA sebagai SKPD dan
RKA sebagai pemerintah daerah (RKA PPKD).
2) Aspek Pelaksanaan Anggaran
Aspek pelaksanaan anggaran terdiri atas:
-
19
a) Alur pengerjaan DPA SKPD dan SKPKD ikut berubah,
mengikuti perubahan alur pengerjaan RKA.
b) Penomoran DPA juga ikut berubah karena adanya perubahan
pada pemberian kode program dan kegiatan.
3) Aspek Penatausahaan
Aspek penatausahaan terdiri atas:
a) Penatausahaan penerimaan, yaitu penyederhanaan proses
pertanggungjawaban fungsional ke BUD, sehingga tercipta
proses yang lebih efisien. Hal ini dapat dilihat dari dihapusnya
buku pembantu perincian objek penerimaan yang harus
dilampirkan dalam Surat Pertanggungjawaban (SPJ) fungsional.
b) Penatausahaan pengeluaran, yaitu penegasan Surat Penyediaan
Dana (SPD) diberikan kepada SKPD secara periodik (bulanan,
triwulan, semester) tergantung pada ketersediaan dana. Selain
itu, perubahan format SPD, Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
UP/GU/TU, SPP LS gaji dan tunjangan, SPP LS barang dan jasa
serta ada penambahan format SPP LS belanja tidak langsung
PPKD.
4) Aspek Akuntansi dan Pelaporan
Aspek akuntansi dan pelaporan terdiri atas:
a) Memberikan ruang gerak yang luwes bagi pemerintah daerah
untuk menyusun sistem akuntansi, hal ini terlihat dengan
-
20
dihapusnya beberapa pasal tentang buku-buku yang digunakan
untuk catatan akuntansi.
b) Diterapkannya prinsip harga perolehan pada perolehan aktiva
tetap.
c) Adanya contoh format neraca untuk SKPD.
6. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran
Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan
APBD dan SKPD. Wewenang bendahara pengeluaran SKPD dalam
melaksanakan tugasnya, yaitu:
a. Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU
dan SPP-LS.
b. Menerima dan menyimpan uang persediaan.
c. Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya.
d. Menolak perintah bayar dari pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan.
e. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan
oleh PPTK.
f. Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh
PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau
tidak lengkap.
-
21
Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan sebagian
wewenangnya kepada kuasa pengguna anggaran, ditunjuk bendahara
pengeluaran pembantu SKPD untuk melaksanakan sebagian tugas dan
wewenang bendahara pengeluaran SKPD.
7. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang
karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kinerja
sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok
dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok
orang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai
dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. (Rivai dan
Basri, 2005:10)
Kinerja adalah perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh
karyawan dengan standar yang telah ditentukan. (Bambang Guritno dan
Waridin, 2005:10)
Keuangan daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam
rangka pelaksanaan pemerintahan dan kegiatan pembangunan oleh
pelayanan kemasyarakatan di daerah. Oleh karena itu, keuangan daerah
diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Tujuan keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin
tersedianya keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan daerah,
pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip,
-
22
norma, asas dan standar akuntansi serta meningkatkan pendapatan asli
daerah secara kreatif melalui penggalian potensi, intensifikasi dan
ekstensifikasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai keuangan daerah
adalah kemandirian keuangan daerah melalui upaya terencana, sistematis
dan berkelanjutan, efektif dan efisien.
Menurut Kamus Akuntansi Manajemen, Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu
entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan
pekerjaan. Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu sistem keuangan
atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang
dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja
keuangan daerah adalah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah
dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh
pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan.
8. Pengukuran Kinerja
Menurut Robertson, pengukuran kinerja (performance
measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk
informasi atas efisiensi, penggunaan sumber daya dalam menghasilkan
barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa
diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan
terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang
-
23
diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. (Mahsun,
Sulistyowati, Purwanugraha, 2007:157)
Menurut Lohman pengukuran kinerja adalah: “suatu aktivitas
penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan
strategi organisasi”. Mahsun et.al (2007:157) Sedangkan menurut James
B. Whittaker pengukuran kinerja adalah: “suatu alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Indra
Bastian (2006:330)
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer publik menilai suatu strategi melalui
alat ukur finansial dan nonfinansial.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran kinerja merupakan evaluasi atau penilaian terhadap
pencapaian pelaksanaan kegiatan suatu organisasi berdasarkan tujuan,
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi
mengenai hasil pengukuran ini juga akan menjadi referensi dalam
penentuan standar kinerja untuk masa yang akan datang. Besaran target
yang menjadi acuan pencapaian pada periode berikutnya juga bertumpu
pada hasil pengukuran kinerja yang dilakukan.
9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Larry D. Stout mengemukakan bahwa pengukuran atau
penilaian kinerja organisasi merupakan proses mencatat dan mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission
-
24
accomplishment) melalui hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa
ataupun suatu proses. (Hessel Nogi, 2005:174)
Ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan
prestasi kerja atau kinerja, yaitu:
a. Variabel individual, terdiri dari kemampuan dan keterampilan,
mental dan fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), pengkajian
dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin).
b. Variabel organisasional, terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,
imbalan, struktur desain pekerjaan.
c. Variabel psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar,
motivasi.
Tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu adalah
kemampuan individu melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang
dicurahkan dan dukungan organisasi.
Dalam konteks pemerintahan sebagai sektor publik ada beberapa
aspek yang dapat dinilai kinerjanya, yaitu: (Mahsun, 2006:34)
a. Kelompok Masukan (Input)
b. Kelompok Proses (Process)
c. Kelompok Keluaran (Output)
d. Kelompok Hasil (Outcome)
e. Kelompok Manfaat (Benefit)
f. Kelompok Dampak (Impact)
-
25
Fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada
outcome dan bukan input dan proses outcome yang dimaksudkan adalah
outcome yang dihasilkan oleh individu ataupun organisasi secara
keseluruhan, outcome harus mampu memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan organisasi sektor publik.
Menurut Mangkunegara (2006) terdapat aspek-aspek standar
pekerjaan yang terdiri dari:
a. Aspek kuantitatif seperti halnya proses kerja dan kondisi pekerjaan,
waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,
jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan dan jumlah jenis
pemberian pelayanan dalam bekerja.
b. Aspek kualitatif seperti halnya ketepatan dan kualitas pekerjaan,
tingkat kemampuan dalam bekerja, kemampuan dalam menganalisis
data/informasi, kemampuan/kegagalan dalam menggunakan
mesin/peralatan dan kemampuan mengevaluasi (keluhan konsumen).
10. Indikator Kinerja
Mc.Donald dan Lawton mengemukakan indikator kinerja yang
meliputi antara lain output oriented measures throughput, efficiency,
effectiveness. Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbalik antara masukan dan keluaran
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
-
26
b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi. (Ratminto dan Atik Septi Winarsih,
2005:174)
Salim dan Woodward mengemukakan indikator kinerja antara lain
economy, efficiency, effectiveness, equity. Secara lebih lanjut, indikator
tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya sesedikit
mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbalik antara masukan dan keluaran
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi.
d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan
dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan. (Ratminto dan Atik
Septi Winarsih, 2005:174)
Menilai kinerja organisasi dapat digunakan beberapa kriteria
sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara
lain:
-
27
a. Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan
organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan
faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari
rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria
seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria
efisiensi yang sangat relevan.
b. Efektivitas
Efektivitas merupakan tercapainya tujuan dari didirikannya
organisasi pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan
rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen
pembangunan.
c. Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya
mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan
nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang
menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok
pinggiran dan sebaginya akan mampu menjawab melalui kriteria ini.
d. Daya Tanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan
swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya
-
28
tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat.
Oleh sebab itu, kriteria oganisasi tersebut secara keseluruhan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi
kriteria daya tanggap ini.
11. Pengertian Anggaran
Anggaran secara umum dapat diartikan sebagi rencana keuangan
yang mencerminkan pilihan kebijakan untuk suatu periode di masa yang
akan datang. Pengertian anggaran secara rinci adalah suatu pernyataan
tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan
terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran
dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa kini dan di masa
yang lalu. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis
yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit
(satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) mendatang.
(Arfan, 2010:226)
Anggaran merupakan pedoman bagi segala tindakan yang akan
dilaksanakan dan di dalam anggaran disajikan rencana-rencana
penerimaan dan pengeluaran dalam satuan rupiah yang disusun menurut
klasifikasinya secara sistematis yang diharapkan dapat dicapai dalam
tahun anggaran tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
anggaran adalah suatu perencanaan keuangan dan operasional perusahaan
yang menyeluruh dan mendetail tentang memperoleh dana dan
-
29
menggunakannya secara efisien dan efektif dan dinyatakan dalam satuan
moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.
12. Dasar dan Fungsi Anggaran
Anggaran secara umum diatur dalam konstitusi suatu negara,
peraturan perundang-undangan dan terdapat juga di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945
diatur tentang anggaran dan diimplementasikan dengan disusunnya UU
APBN setiap tahun. Selain itu untuk melaksanakan UU APBN tersebut,
pemerintah mengeluarkan peraturan pelakasanaan APBN dan peraturan
pelaksanaan lainnya.
Di samping mengungkapkan kebijakan pemerintah untuk suatu
periode di masa depan, dari anggaran dapat diketahui pula realisasi
pelaksanaan kebijakan pemerintah di masa lalu, sehingga dapat diketahui
tercapai atau tidaknya kebijakan yang ditetapkan pemerintah di masa
yang lalu, serta maju mundurnya kebijakan yang hendak dicapai
pemerintah di masa depan.
Dari uraian di atas, secara tidak langsung dapat ditarik beberapa
kesimpulan mengenai fungsi anggaran, yaitu:
a. Anggaran berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah dalam
mengelola daerah untuk satu periode di masa yang akan datang.
b. Anggaran berfungsi sebagai pengawas, karena setiap anggaran harus
mendapat pengesahan terlebih dahulu dan dipertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada lembaga perwakilan rakyat.
-
30
c. Anggaran sebagai alat ukur prioritas. Jumlah pendapatan sangat
terbatas sementara anggaran belanja direncanakan selalu meningkat,
sedangkan dalam penyusunan anggaran belanja suatu unit
pemerintahan dibuat tinggi atau meningkat dari tahun ke tahun. Oleh
sebab itu, pemerintah perlu membuat skala prioritas berdasarkan
tingkat kepentingan dari belanja tersebut.
Beberapa prinsip dalam anggaran yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan anggaran daerah antara lain:
a. Pendapatan yang direncanakan merupakan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja.
b. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak
dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak
mencukupi anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.
c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dilakukan
melalui rekening Kas Umum Daerah.
13. Laporan Perhitungan Anggaran
Laporan perhitungan anggaran adalah laporan yang
menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD di
awal periode dengan jumlah yang telah direalisasi dalam APBD di akhir
-
31
periode. Perhitungan anggaran yang kelak disampaikan oleh pemerintah
merupakan pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola keuangan.
Perhitungan anggaran adalah pertanggungjawaban pemerintah atas
seluruh pelaksanaan program dan kegiatan keuangan yang telah
dianggarkan dalam APBD. Sebagai salah satu laporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah, perhitungan anggaran ini
merupakan alat analisis laporan keuangan pemerintah.
Secara umum, sistem penganggaran yang diterapkan memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Dasar penyusunan yang digunakan bersifat incremental, yaitu
dengan menyesuaikan volume anggaran terhadap perubahan tingkat
harga atau faktor-faktor lain yang bersifat marjinal.
b. Fungsi, program dan elemen pengeluaran integral dengan struktur
anggaran.
c. Sifat dari perencanaan dan anggaran terpisah. Keduanya tidak
menjadi satu kesatuan yang integral dengan struktur anggaran.
d. Aspek evaluasi menggunakan aspek realisasi anggaran.
e. Orientasi anggaran lebih menekankan pada input daripada output.
f. Pendekatan perencanaan anggaran yang digunakan bersifat line-
rekening budget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas
pos anggaran yang telah ada sebelumnya.
g. Struktur anggaran menggunakan pendekatan anggaran terpilah
(fragmental).
-
32
14. Realisasi
Realisasi dapat diartikan sebagai tindakan nyata dalam anggaran
keuangan. Di dalam pemerintahan, dana yang diterima dalam suatu
kegiatan akan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) realisasi adalah
menjadi nyata, perwujudan menjadi nyata (mengusahakan melaksanakan
menjadi nyata).
Realisasi anggaran adalah menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
pemakaian sumber dana ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah
yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya
dalam satu periode pelaporan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
realisasi anggaran adalah menyajikan pendapatan daerah selama satu
periode, belanja, surplus/defisit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang
anggaran.
15. Laporan Realisasi Anggaran Keuangan
Menurut Nur Afifah (2010:166), dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah, menyatakan bahwa laporan realisasi anggaran adalah
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber dana
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
-
33
Laporan realisasi anggaran pemerintah pusat/daerah
mengungkapkan berbagai kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah
untuk satu periode yang menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan
perundang-undangan melalui penyajian ikhtisar sumber, alokasi dan
penggunaan sumber daya yang dikelolanya. Laporan realisasi
menunjukkan gambaran mengenai keseimbangan antara anggaran
pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan dengan realisasinya.
Laporan realisasi anggaran harus menyajikan pos-pos pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran
pembiayaan, pembiayaan neto, dan selisih kurang/lebih. Dengan
demikian dari laporan realisasi anggaran akan diperoleh gambaran
mengenai kesimbangan antara anggaran pendapatan, anggaran belanja
dan pembiayaan dengan realisasinya.
Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
anggaran APBN atau APBD. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh DPR. Sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang disetujui oleh DPRD. Laporan realisasi anggaran
menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya
dalam satu periode pelaporan.
-
34
Secara umum laporan realisasi anggaran disusun dan disajikan
dengan basis kas. Basis kas merupakan basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi, saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Dengan laporan realisasi anggaran dapat diperoleh informasi yang
menunjukkan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
a. penyediaan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi; dan
b. penyediaan informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
Dalam laporan realisasi anggaran akan diperoleh informasi yang
berguna untuk memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima
dalam periode mendatang yang akan digunakan untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah. Laporan realisasi anggaran tersebut dapat
menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah
dilaksanakan secara efisien, efektif dan hemat, sesuai dengan anggaran
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penjelasan mengenai laporan realisasi anggaran akan termasuk
dalam catatan atas laporan keuangan. Dalam catatan atas laporan
keuangan ini memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran
seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan
-
35
yang material antara anggaran dan realisasinya. Catatan atas laporan
keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh
pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu
ataupun manajemen entitas pelaporan. Potensi kesalahpahaman dalam
laporan keuangan sangat besar, oleh karena itu penyusunan catatan atas
laporan keuangan ini juga ditujukan untuk memudahkan pengguna dalam
memahami laporan keuangan.
16. Konsep dan Pengertian Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang
dihasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas dengan sumber daya (input)
yang digunakan. Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan
efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input
serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan
output sebesar-besarnya.
Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efisiensi
adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan
ukuran apakah penggunaan dan jasa yang dibeli oleh organisasi
perangkat pemerintah untuk mencapai tujuan organisasi dapat mencapai
manfaat tertentu.
Efisiensi juga memiliki pengertian seperti:
a. Efisiensi pada sektor hasil dijelaskan dengan konsep masukan-
keluaran (input-output).
-
36
b. Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan pengorbanan seminimal mungkin atau
dengan kata lain suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika
pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai sasaran dengan
biaya terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang
diinginkan.
c. Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dicapai
dengan memperhatikan aspek hubungan dan tata kerja antar
instansi pemerintahan daerah dengan memanfaatan potensi dan
keanekaragaman suatu daerah.
Faktor-faktor penentu efisiensi, yaitu:
a. Teknologi pelaksana pekerjaan.
b. Struktur organisasi, yakni susunan yang stabil dari jabatan-jabatan,
baik struktural maupun fungsional.
c. Sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja,
maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja
serta dana keuangan.
d. Dukungan kepada aparatur dan pelaksanaannya, baik pimpinan
maupun masyarakat.
e. Pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengombinasikan keempat
faktor sebelumnya ke dalam suatu usaha yang berdaya guna dan
berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.
-
37
17. Konsep dan Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran tingkat pemenuhan kebutuhan keluaran
(output) atau tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan
proses maka dikatakan proses tersebut semakin efektif. Efektivitas
memilki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar,
sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.
Efektivitas dalam pemerintahan daerah dapat diartikan
penyelesaian kegiatan tepat waktu dan dalam batas anggaran yang
tersedia, dapat berarti pula mencapai tujuan dan sasaran seperti apa yang
direncanakan. Namun demikian, penyimpangan dalam pelaksanaan tetapi
mempunyai dampak yang menguntungkan pada kelompok penerima
sasaran maka suatu kegiatan dapat dikatakan efektif. Semakin besar
kontribusi pengeluaran yang dilakukan terhadap nilai pencapaian tujuan
atau sasaran yang ditentukan dapat dikatakan efektif hanya dilihat dari
proses kerja unit yang dimaksud.
18. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio Efisiensi Keuangan Daerah menggambarkan perbandingan
antara besarnya biaya yang dikeluarkan pada realisasi belanja dengan
anggaran belanja yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan pemerintah
daerah dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1
(satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensinya berarti
kinerja keuangan pemerintah daerah semakin baik. Oleh karena iu,
pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besar biaya
-
38
yang dianggarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang
diterimanya sehingga dapat diketahui kegiatan tersebut efisien atau tidak.
Hal ini perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah berhasil
merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai target yang telah
ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata
biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan
pendapatannya ternyata lebih besar daripada realisasi pendapatan yang
diterimanya. (Abdul Halim, 2007:234)
Perhitungan rasio efisiensi ditujukan pada program yang
kegiatannya berkaitan langsung dalam pencapaian tujuan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) baik berupa penggunaan barang maupun jasa
yang mana semua kegiatan tersebut termasuk dalam kategori belanja
langsung. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio efesiensi
adalah sebagai berikut:
…..(1)
Kriteria efisiensi kinerja keuangan akan disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 1
Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi
Tidak Efisien 100% ke atas
Efisiensi Berimbang 100%
Efisien Kurang dari 100%
Sumber: Mohammad Mahsun (2012:187)
Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja
Anggaran Belanja× 100%
-
39
19. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah
Rasio Efektivitas Keuangan Daerah menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam memobilisasi keuangan daerah sesuai dengan
yang ditargetkan. (Mahmudi, 2010:143)
Perhitungan rasio efektivitas juga merujuk pada program yang
kegiatannya berkaitan langsung dalam pencapaian tujuan SKPD (belanja
langsung) sehingga dapat diketahui sejauh mana sasaran yang telah dicapai
sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Rumus dari rasio ini adalah sebagai
berikut:
........(2)
Kriteria Rasio Efektivitas menurut Mohammad Mahsun (2012:187),
adalah:
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas
berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2
Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu Dengan Penulis
Peneliti
Aspek
Yuliana
B200090024
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta 2013
Siti Mailisa
101132026231
Jurusan Akuntansi
Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi
(STIE) Pancasetia
Banjarmasin 2014
Jamiatul Muhdinati
A03140018
Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri
Banjarmasin 2017
Efektivitas Belanja = Anggaran Belanja
Realisasi Belanja× 100%
-
40
1 2 3 4
Judul Analisis Kinerja
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja (APBD)
Ditinjau Dari Rasio
Keuangan (Studi
Kasus di
Kabupaten Sragen
Periode 2010-
2012)
Analisis Kinerja
Anggaran dan
Realisasi Belanja
pada Kantor
Lingkungan Hidup
Kota Banjarbaru
Perhitungan
Kinerja Anggaran
dan Realisasi
Belanja pada
Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD)
Kabupaten Banjar
Instansi yang
diteliti
Pemerintah Daerah
Kabupaten Sragen
Kantor Lingkungan
Hidup Kota
Banjarbaru
Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD)
Kabupaten Banjar
Permasalahan Bagaimana kinerja
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja (APBD)
Kabupaten Sragen
ditinjau dari rasio
keuangan periode
2010 - 2012?
1. Bagaimana perbandingan
anggaran dan
realisasi belanja
pada Kantor
Lingkungan
Hidup Kota
Banjarbaru?
2. Bagaimana tingkat efisiensi
anggaran dan
tingkat
efektivitas
realisasi belanja
pada Kantor
Lingkungan
Hidup Kota
Banjarbaru
tahun 2011
sampai dengan
2012?
1. Bagaimana perbandingan
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD
Kabupaten
Banjar untuk
tahun anggaran
2015 dan 2016?
2. Bagaimana perhitungan
tingkat efisiensi
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD
Kabupaten
Banjar untuk
tahun anggaran
2015 dan 2016?
3. Bagaimana perhitungan
tingkat
efektivitas
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD
Kabupaten
Banjar untuk
-
41
tahun anggaran
2015 dan 2016?
Tujuan
Penelitian
Untuk
menganalisis
kinerja Anggaran
Pendapatan dan
Belanja (APBD)
Kabupaten Sragen
ditijau dari rasio
keuangan periode
2010 – 2012
1. Untuk menganalisis
perbandingan
anggaran dan
realisasi belanja
pada Kantor
Lingkungan
Hidup Kota
Banjarbaru.
2. Untuk menganalisis
tingkat efisiensi
anggaran dan
tingkat
efektivitas
realisasi belanja
pada Kantor
Lingkungan
Hidup Kota
Banjarbaru
tahun 2011
sampai dengan
2012.
1. Untuk membandingkan
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD
Kabupaten
Banjar untuk
tahun anggaran
2015 dan 2016.
2. Untuk menghitung
tingkat efisiensi
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD
Kabupaten
Banjar untuk
tahun anggaran
2015 dan 2016.
3. Untuk menghitung
tingkat
efektivitas
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD
Kabupaten
Banjar untuk
tahun anggaran
2015 dan 2016.
Metode
Penelitian
Dokumentasi dan
wawancara
Observasi dan
dokumentasi
Observasi,
wawancara, dan
dokumentasi
Hasil
Penelitian
Hasil perhitungan
rasio keuangan
pada APBD
Pemerintah Daerah
Kabupaten Sragen
tahun 2010-2012
dapat disimpulkan
bahwa kinerja
Perbandingan
anggaran dan
realisasi belanja
Kantor Lingkungan
Hidup Kota
Banjarbaru dari
tahun 2011 sampai
dengan tahun 2012
Perbandingan
anggaran dan
realisasi belanja
pada Sekretariat
DPRD Kabupaten
Banjar untuk tahun
anggaran 2015 dan
2016 adalah baik,
-
42
APBD Pemerintah
Daerah Kabupaten
Sragen tahun 2010-
2012 sudah baik.
Hal ini dapat
dibuktikan dengan
rasio efektivitas
menunjukan bahwa
realisasi
penerimaan PAD
telah melampaui
anggaran yang
ditetapkan dan
rasio efisiensi telah
mengalami
kenaikan.
semakin baik.
Tingkat efisiensi
belanja tahun 2011
dan 2012
menunjukkan tren
ke arah efisien.
Tingkat efektivitas
anggaran tahun
2011 sampai
dengan 2012 sudah
berjalan efektif.
karena realisasi
belanja pada tahun
2016 mengalami
kenaikan
dibandingkan
dengan tahun 2015.
Jika dilihat dari
rasio efisiensi,
kinerja anggaran
dan realisai belanja
pada Sekretariat
DPRD Kabupaten
Banjar untuk tahun
anggaran 2015 dan
2016 menunjukkan
kategori efisien,
karena nilai
persentase efisiensi
yang dicapai
kurang dari 100%.
Sementara itu, jika
dilihat dari rasio
efektivitas
menunjukkan
kategori efektif,
karena nilai
persentase yang
dicapai lebih dari
100%.
Sumber: Yuliana (2013), Siti Mailisa (2014), dan Penulis
Penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian perhitungan kinerja
anggaran dan realisasi belanja dengan objek penelitian pada Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015
dan 2016, di mana tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan anggaran
dan realisasi belanja serta tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
-
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel
Agar tidak salah dalam mengartikan maksud dari istilah pokok dalam
penelitian ini, maka diperlukan adanya pendefinisian variabel-variabel
penelitian.
Adapun beberapa variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kinerja Anggaran Menurut Teori
Kinerja anggaran menurut teori adalah sistem penyusunan dan
pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil
yang mencerminkan tingkat efisiensi dan efektivitas pengendalian dana,
rencana manajemen, prioritas dan penggunaan dana serta
pertanggungjawaban kepada publik.
2. Kinerja Anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
Kinerja anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar merupakan
suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan Sekretaris
DPRD Kabupaten Banjar mengenai rencana kerja untuk tahun anggaran
2015 dan 2016 yang diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam tahun
tersebut. Tingkat pencapaian hasil yang telah direncanakan yang
kemudian dihubungkan dengan visi yang diemban oleh Sekretariat
-
44
DPRD Kabupaten Banjar di mana setelah itu pimpinan dapat mengetahui
dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang telah
dilaksanakan. Dalam hal ini, data anggaran tahun 2015 dan 2016 akan
menjadi tolak ukur dalam pengukuran tingkat efisiensi dan efektivitas.
3. Kinerja Realisasi Belanja Menurut Teori
Kinerja realisasi belanja menurut teori adalah seluruh tindakan atau
proses mengenai pelaksanaan nyata terhadap rencana keuangan daerah
yang telah ditetapkan pada tahun-tahun tertentu di mana hal tersebut juga
mencerminkan tingkat efisiensi dan efektivitas pada kesesuaian
pengalokasian dana keuangannya.
4. Kinerja Realisasi Belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
Kinerja realisasi belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar
merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan
kepada Sekretaris DPRD Kabupaten Banjar mengenai tindakan yang
nyata atau adanya pergerakan/perubahan dari rencana yang sudah dibuat
atau dikerjakan untuk tahun anggaran 2015 dan 2016. Data realisasi
belanja tahun 2015 dan 2016 juga menjadi tolak ukur dalam pengukuran
tingkat efisiensi dan efektivitas.
5. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar
terletak di Jalan Ahmad Yani, Nomor 3, Martapura, Kalimantan Selatan
dan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Kabupaten Banjar.
-
45
B. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian studi kasus untuk
mengetahui perbandingan anggaran dan realisasi belanja serta tingkat
efisiensi dan efektivitasnya pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dikumpulkan penulis berupa
struktur organisasi, uraian tugas, dan data pegawai Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dikumpulkan penulis yang
berkaitan dengan anggaran berupa Dokumen Pelaksana Anggaran
(DPA) dan Laporan Realisasi Anggaran Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya, yang berupa hasil wawancara dengan
-
46
Bendahara Pengeluaran Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar.
b. Data Sekunder
Data penelitian yang diperoleh berupa dokumen, catatan, dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan penyusunan anggaran
kegiatan keuangan dan pertanggungjawaban realisasi kegiatan
keuangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik pengamatan (observasi) yang dilakukan penulis adalah
pengamatan secara langsung atas kegiatan yang berhubungan dengan
anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan
informasi dengan melakukan wawancara langsung dengan Bendahara
Pengeluaran, Kasubag Anggaran, Kasubag Verifikasi, dan Kabag
Keuangan untuk mengetahui penyebab naik atau turunnya tingkat
efisiensi dan efektivitas pada anggaran dan realisasi belanja kegiatan
keuangan di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Banjar.
-
47
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan
data berupa data anggaran keuangan dan realisasi anggaran Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk
tahun anggaran 2015 dan 2016
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah dalam menganalisis data dari Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar adalah:
1. Mengumpulkan data realisasi belanja tahun 2015 dan 2016.
2. Mengumpulkan data anggaran belanja tahun 2015 dan 2016
3. Memasukkan data realisasi belanja (A) dan anggaran belanja (B) tahun
2015 dan 2016 tersebut ke dalam rumus Efisiensi Belanja, sebagai
berikut:
………...(1)
4. Memasukkan hasil perhitungan efisiensi belanja tahun 2015 dan 2016 ke
dalam tabel efisiensi belanja.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan kinerja
pemerintah dalam menggunakan anggaran dikategorikan efisien apabila rasio
yang dicapai kurang dari 100%. Agar lebih jelasnya dapat dilihat melalui
tabel berikut.
Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja
Anggaran Belanja× 100%
-
48
Tabel 3
Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi
Tidak Efisien 100% ke atas
Efisiensi Berimbang 100%
Efisien Kurang dari 100%
Sumber: Mohammad Mahsun (2012:187)
Kemudian dapat sekaligus dilakukan perhitungan efektivitas di mana
anggaran belanja dibandingkan dengan realisasi belanja pada Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk tahun
2015 dan 2016. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Mengumpulkan data realisasi belanja tahun 2015 dan 2016.
2. Mengumpulkan data anggaran belanja tahun 2015 dan 2016.
3. Memasukkan data anggaran belanja (X) dan realisasi belanja (Y) tahun
2015 dan 2016 tersebut ke dalam rumus Efektivitas, sebagai berikut:
……….(2)
4. Memasukkan hasil perhitungan efektivitas belanja tahun 2015 dan 2016
ke dalam tabel efektivitas belanja.
Kriteria efektivitas mengacu pada kriteria yang dilakukan oleh
Mohammad Mahsun (2012:187), adalah:
1. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.
2. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas
berimbang.
3. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.
Efektivitas Belanja = Anggaran Belanja
Realisasi Belanja× 100%
-
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar
a. Profil Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 9
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Banjar, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan
salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur pelayanan
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Dewan yang
secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan secara
administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
b. Visi dan Misi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar
1) Visi Sekretariat DPRD
Sejalan dengan semangat, tekad dan janji politik, Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Banjar terpilih tahun 2016-2021,
visi pembangunan Kabupaten Banjar 2016-2021 adalah:
-
50
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Banjar
Yang Sejahtera dan Barokah”
Penjelasan visi pembangunan tersebut adalah:
a. Sejahtera adalah kesejahteraan rakyat yang mengandung
keterpaduan dimensi material dan spiritual dalam wujud
suasana kehidupan yang aman dan damai.
b. Barokah adalah sesuatu yang dirasakan mempunyai nilai
tambah, memberi manfaat dan kemaslahatan bagi orang
banyak.
2) Misi Sekretariat DPRD
Dalam upaya mewujudkan visi Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Banjar 2016-2021, misi Sekretariat DPRD
Kabupaten Banjar dalam lima tahun mendatang adalah:
“Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik,
Bersih dan Amanah”
Penjelasan misi pembangunan tersebut adalah
meningkatkan penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang
efisien, efektif dan akuntabel, pengelolaan keuangan daerah
yang akuntabel dan berorientasi publik, kondisi keamanan dan
politik yang kondusif serta pelayanan publik yang berorientasi
pada pelayanan prima secara terpadu.
-
51
c. Tugas dan Fungsi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar
Sesuai dengan Peraturan Bupati Banjar Nomor 42 Tahun 2012
Tentang Uraian Tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Banjar, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar mempunyai tugas sebagai
berikut:
1) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan.
2) Menyelenggarakan administrasi keuangan.
3) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
4) Menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang
diperlukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai
fungsi:
1) penyelenggaraan administrasi kesekretariatan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
2) penyelenggaraan administrasi keuangan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah;
3) penyelenggaraan rapat dan persidangan serta penunjang kinerja
dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan
4) penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
52
d. Struktur Organisasi
“Struktur organisasi merupakan rerangka (framework)
pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan”. Mulyadi (2010:165). Adapun struktur organisasi
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Banjar adalah sebagai berikut:
Bagan 1
Struktur Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Banjar
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN KEUANGAN
BAGIAN
PERSIDANGAN DAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
BAGIAN UMUM
SEKRETARIAT
DPRD
SUB BAGIAN TATA
USAHA DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN HUMAS
DAN PROTOKOL
SUB BAGIAN
PERLENGKAPAN DAN
RUMAH TANGGA
SUB BAGIAN
ANGGARAN
SUB BAGIAN
VERIFIKASI DAN
PEMBUKUAN
SUB BAGIAN
PERSIDANGAN
SUB BAGIAN
PERUNDANG-
UNDANGAN,
DOKUMENTASI, DAN
PERPUSTAKAAN
SUB BAGIAN RISALAH
DAN PELAPORAN
Sumber: Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Banjar
-
53
e. Uraian Tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar
1) Uraian Tugas Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD mempunyai tugas:
a) Merumuskan program kerja Sekretariat DPRD berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
b) Menetapkan kebijakan operasional Sekretariat DPRD sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
urusan umum dan kehumasan.
d) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
urusan keuangan.
e) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan
kegiatan rapat/persidangan dan penunjang kinerja DPRD dalam
urusan perundang-undangan, dokumentasi dan perpustakaan.
f) Melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dalam rangka
kelancaran penyelenggaraa