HALAMAN JUDUL...DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Tugas Akhir...

of 117 /117
i HALAMAN JUDUL PERHITUNGAN KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA PADA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN BANJAR TUGAS AKHIR DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III PROGRAM STUDI AKUNTANSI PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN OLEH: JAMIATUL MUHDINATI A03140018 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN JURUSAN AKUNTANSI 2017

Embed Size (px)

Transcript of HALAMAN JUDUL...DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Tugas Akhir...

  • i

    HALAMAN JUDUL

    PERHITUNGAN KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA

    PADA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

    (DPRD) KABUPATEN BANJAR

    TUGAS AKHIR

    DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK

    MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    PADA JURUSAN AKUNTANSI

    POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

    OLEH:

    JAMIATUL MUHDINATI A03140018

    KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

    POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

    JURUSAN AKUNTANSI

    2017

  • ii

    pERSETUJUANPERSETUJUAN TUGAS

  • iii

    pengesahan tugas

    PENGESAHAN TUGAS AKHIR

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Jamiatul Muhdinati

    NIM : A03140018

    Tempat dan Tanggal Lahir : Martapura, 8 Maret 1996

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Menteri 4, Gang Sejahtera III, RT.12, RW.05,

    No.121 Kelurahan Sungai Paring, Kecamatan

    Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan

    Selatan

    Nama Orang Tua (Ayah) : Muhiddin, SE

    (Ibu) : Ratnawaty

    Riwayat Pendidikan : - TK Lontar Martapura (2000-2002)

    - SD Negeri Jawa 5 Martapura (2002-2008)

    - SMP Negeri 1 Martapura (2008-2011)

    - SMA Negeri 1 Martapura (2011-2014)

    - Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada Kantor

    Kelurahan Sungai Miai, Kecamatan

    Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin

  • v

    MOTTO

    MIRACLES

    ALWAYS HAPPEN

    IF WE BELIEVE

  • vi

    SURAT PERNYATAAN

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Tugas Akhir ini yang berjudul “Perhitungan Kinerja Anggaran dan Realisasi

    Belanja pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten

    Banjar”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan syarat dalam menyelesaikan

    pendidikan program studi Diploma III pada Jurusan Akuntansi di Politeknik

    Negeri Banjarmasin.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari

    bantuan banyak pihak, baik secara material maupun non material. Oleh karena itu

    dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. H. Edi Yohanes, ST, MT, selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.

    2. Andriani, SE, MM, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri

    Banjarmasin.

    3. Hj. Nurul Mukhlisah, SE, MM selaku Ketua Prodi D3 Akuntansi Politeknik

    Negeri Banjarmasin.

    4. Noor Safrina, SE, MM, MSA, selaku dosen pembimbing.

    5. Hj. Nurul Qolbiah, SE, Ak, selaku wali kelas A Akuntansi angkatan 2014.

    6. Para dosen yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan bagi penulis

    selama belajar di Politeknik Negeri Banjarmasin.

    7. Azwar, SH, M.Si selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Banjar.

  • viii

    8. H. M. Murjani, S.Sos selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat DPRD

    Kabupaten Banjar.

    9. Seluruh karyawan dan karyawati Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar.

    10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua

    tercinta, kakak, guru spiritual dan keluarga besar yang telah memberikan

    dukungan moral, doa, pengertian dan pengorbanannya selama ini.

    11. Sahabat penulis Iin Nadiroh (Lovely Honey Bear) di mana selama ini

    senantiasa mengajarkan penulis dalam hal toleransi dan kebersamaan serta

    masih banyak lagi hal-hal bahagia yang dilalui bersama.

    12. Seluruh teman-teman kelas A Akuntansi angkatan 2014 yang telah

    memberikan banyak ilmu dalam hal apapun dan senantiasa membantu penulis

    baik secara langsung maupun tidak langsung.

    13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

    Penulis telah berusaha untuk menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini,

    namun penulis sadar tak ada gading yang tak retak. Demikian pula dengan tugas

    akhir ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

    memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun yang

    lainnya. Semoga penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Banjarmasin, Agustus 2017

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i

    HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR…………………………..... ii

    HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR…………………………...... iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………..…… iv

    HALAMAN MOTTO…………………………………………………..…….. v

    HALAMAN SURAT PERNYATAAN………………………………...…...... vi

    KATA PENGANTAR …………………………………………………..……. vii

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ix

    DAFTAR TABEL………………………………………………………...…... xii

    DAFTAR BAGAN…………………………………………………………..... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xiv

    ABSTRAK…………………………………………………………………….. xv

    BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

    A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1

    B. Permasalahan …………………………………………………... 6

    C. Batasan Masalah………………………………………………... 6

    D. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 6

    E. Kegunaan Penelitian …………………………………………… 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………..……………………… 8

    A. Landasan Teori……………………………………….………… 8

    1. Keuangan Daerah………………………………………..… 8

  • x

    2. Pengelolaan Keuangan Daerah ……………………………. 8

    3. Laporan Keuangan Daerah………………………………… 9

    4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ………………….. 11

    5. Penatausahaan Keuangan………………………………….. 12

    6. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran …………… 20

    7. Pengertian Kinerja…………………………………………. 21

    8. Pengukuran Kinerja………………………………………... 22

    9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ………………. 23

    10. Indikator Kinerja…………………………………………… 25

    11. Pengertian Anggaran………………………………………. 28

    12. Dasar dan Fungsi Anggaran……………………………….. 29

    13. Laporan Perhitungan Anggaran……………………………. 30

    14. Realisasi……………………………………………………. 32

    15. Laporan Realisasi Anggaran Keuangan …………………... 32

    16. Konsep dan Pengertian Efisiensi ………………………….. 35

    17. Konsep dan Pengertian Efektivitas………………………… 37

    18. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah…………………………. 37

    19. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah ……………………… 39

    B. Hasil Penelitian Terdahulu …………………………………….. 39

    BAB III METODE PENELITAN ………………………………………… 43

    A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel ……. 43

    B. Jenis Penelitian…………………………………………………. 45

    C. Jenis dan Sumber Data…………………………………………. 45

  • xi

    D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………... 46

    E. Teknik Analisis Data…………………………………………… 47

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL

    PENELITIAN…………………………………………………….. 49

    A. Hasil Penelitian ………………………………………………… 49

    1. Gambaran Umum Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar…………………………………... 49

    2. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran sampai dengan Realisasi.. 65

    3. Laporan Realisasi Belanja…………………………………… 65

    B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………… 79

    1. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar……………………………………. 79

    2. Perhitungan Tingkat Efisiensi Anggaran dan Realisasi Belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk Tahun 2015

    dan 2016……………………………………………………… 96

    3. Perhitungan Tingkat Efektivitas Anggaran dan Realisasi Belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk Tahun 2015

    dan 2016……………………………………………………… 97

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 99

    A. Simpulan ……………………………………………………….. 99

    B. Saran………………………………………………….…………

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan …………………………….. 38

    Tabel 2 Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu dengan Penulis ……… 39

    Tabel 3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan …………………………….. 48

    Tabel 4 Daftar Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar ……………………... 62

    Tabel 5 Realisasi Belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    Tahun 2015………………………………………………………. 66

    Tabel 6 Realisasi Belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    Tahun 2016………………………………………………………. 73

    Tabel 7 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Anggaran pada Sekretariat

    DPRD Kabupaten Banjar Tahun 2015…………………………… 81

    Tabel 8 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Anggaran pada Sekretariat

    DPRD Kabupaten Banjar Tahun 2016…………………………… 89

    Tabel 9 Efisiensi SKPD Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar Tahun

    Anggaran 2015 dan 2016………………………………………… 97

    Tabel 10 Efektivitas SKPD Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    Tahun Anggaran 2015 dan 2016 ………………………………… 98

  • xiii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 1 Struktur Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar ……………………………… 52

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Surat Balasan Izin Penelitian dari Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    2. Denah/Peta Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    3. Foto Gedung Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    4. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun 2015

    5. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun 2016

    6. Lembar Bimbingan Tugas Akhir

    7. Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Tugas Akhir 2016/2017

    8. Lembar Saran Anggota Penguji Seminar Tugas Akhir 2016/2017

  • xv

    ABSTRAK

    Jamiatul Muhdinati/A03140018/2017/PERHITUNGAN KINERJA

    ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA PADA SEKRETARIAT

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN

    BANJAR/Akuntansi Sektor Publik/Anggaran Pemerintah/Sekretariat DPRD

    Kabupaten Banjar

    Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan serta menghitung tingkat

    efisiensi dan efektivitas anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat DPRD

    Kabupaten Banjar.

    Kerangka pemikiran (teoritis) penelitian ini meliputi pentingnya

    perhitungan kinerja anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat DPRD

    Kabupaten Banjar dengan menggunakan rasio efisiensi dan efektivitas untuk

    mengetahui hasil kinerja yang telah dicapai selama melakukan aktivitasnya untuk

    tahun anggaran 2015 dan 2016.

    Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perbandingan anggaran dan

    realisasi belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran

    2015 dan 2016 adalah baik, karena realisasi belanja pada tahun 2016 mengalami

    kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Jika dilihat dari rasio efisiensi, kinerja

    anggaran dan realisai belanja pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk

    tahun anggaran 2015 dan 2016 menunjukkan kategori efisien, karena nilai

    persentase efisiensi yang dicapai kurang dari 100%. Sementara itu, jika dilihat

    dari rasio efektivitas menunjukkan kategori efektif, karena nilai persentase yang

    dicapai lebih dari 100%.

    Kata Kunci: Perhitungan Kinerja, Anggaran, Realisasi Belanja, Efisiensi dan

    Efektivitas

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia

    semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi

    daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada pemerintah

    daerah. Selain itu, maraknya globalisasi yang menuntut daya saing di setiap

    negara juga menuntut daya saing di setiap pemerintah daerahnya. Daya saing

    pemerintah daerah ini diharapkan akan tercapai melalui peningkatan

    kemandirian yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.

    Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

    menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, mampu

    mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan

    pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang

    dimiliki oleh masing-masing daerah. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas

    dari kemampuan dalam bidang keuangan yang merupakan salah satu

    indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Daerah otonomi

    diharapkan mampu atau mandiri dalam membiayai kegiatan pemerintah

    daerahnya dengan tingkat ketergantungan keuangan kepada pemerintah pusat

    mempunyai proporsi yang lebih kecil.

    Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya

    dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

  • 2

    menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan

    tugas pembangunan. Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah

    daerah. Anggaran sebagai instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral

    harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun

    keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya

    mengurangi pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan. Kinerja yang

    terkait dengan anggaran merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan

    antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran.

    APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya

    pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan

    pencapaian dalam pembangunan, otoritas pengeluaran di masa yang akan

    datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja,

    alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas

    dari berbagai unit kerja.

    Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh pemerintah daerah

    adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan

    keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban)

    pemerintah daerah atas sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah

    sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan roda pemerintahan

    wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya

    untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya

    dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menilai kinerja keuangan

  • 3

    pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan

    melakukan perhitungan rasio keuangan terhadap APBD yang telah

    dilaksanakan.

    Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten

    Banjar merupakan salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur

    pelayanan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sekretariat DPRD

    dipimpin oleh Sekretaris Dewan yang secara teknis operasional berada di

    bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui

    Sekretaris Daerah.

    Untuk mewujudkan good governance yang meliputi terciptanya

    transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah, salah

    satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan

    pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang memenuhi prinsip

    tepat waktu dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi pemerintah

    yang dapat diterima secara umum.

    Dalam rangka mencapai realisasi yang sesuai anggaran, Sekretariat

    DPRD Kabupaten Banjar seharusnya melakukan rencana penyusunan

    anggaran yang dilakukan secara efektif dan efisien. Sekretariat DPRD

    merupakan salah satu entitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

    sekaligus sebagai pengguna anggaran juga harus membuat

    pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya.

  • 4

    Sistem perencanaan anggaran yang dibuat untuk masa satu tahun

    berjalan menjadi kelemahan dari fungsi anggaran itu sendiri bahwa dalam

    satu tahun tersebut dapat terjadi banyak hal yang berubah baik perubahan

    harga satuan barang yang direncanakan awal tahun namun pada saat akan

    dilakukan realisasi belanja, harga barang-barang tersebut turun sehingga

    anggaran yang telah ditetapkan lebih untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.

    Anggaran dilaksanakan pada periode satu tahun ke depan yang tentunya

    mengacu kepada anggaran dan realisasi yang dicapai pada tahun sebelumnya

    yang dipergunakan sebagai tolak ukur pembuatan anggaran berikutnya. Tanpa

    adanya suatu kejadian dalam perhitungan anggaran yang akan dibuat maka

    tidak akan didapat realisasi yang sesuai dalam anggaran keuangan pada

    Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar yang tentunya akan berimbas pada

    kurang maksimal hasil pencapaian kinerja dan juga fasilitas-fasilitas

    pendukungnya.

    Salah satu contoh yang sebenarnya membuat anggaran menjadi

    kurang optimal hasilnya adalah anggaran untuk pembayaran listrik, air dan

    telepon kantor di mana anggaran sudah ditetapkan dan disetujui namun dalam

    hal pembayaran listrik, air dan telepon tentunya tidak dapat dilihat

    nominalnya sebelum adanya pemakaian terlebih dahulu. Dengan kata lain,

    bahwa untuk biaya-biaya tersebut sebenarnya tidak dapat dianggarkan tepat

    dengan realisasi yang dicapai. Kendala yang sering dialami adalah apabila

    anggaran dirasa kurang tepat sasaran dan perlu dilakukan revisi anggaran.

    Perubahan atau revisi anggaran yang dilakukan tidak boleh mengubah nilai

  • 5

    Pagu Anggaran yang sudah disetujui, perubahan atau revisi anggaran adalah

    hanya merubah nilai nominal dari poin-poin kegiatan yang ada,

    menambahkan dan yang lebih diperlukan dan mengurangi dana yang sifatnya

    dapat ditunda pelaksanaannya sehingga pada jumlah akhirnya tetap akan

    sesuai dengan nilai Pagu Anggaran.

    Perhitungan rasio keuangan APBD dilakukan dengan membandingkan

    hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode

    sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang

    terjadi. Dengan perhitungan ini, pemerintah dapat menilai kemandirian

    keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah,

    mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan pendapatan

    daerah, mengukur sejauh mana kegiatan pemerintah dalam membelanjakan

    pendapatan daerahnya, mengukur kontribusi masing-masing sumber

    pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah dan dapat melihat

    pertumbuhan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama

    periode waktu tertentu.

    Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu

    penelitian yang berjudul “Perhitungan Kinerja Anggaran dan Realisasi

    Belanja pada Sekretariat Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD) Kabupaten Banjar”.

  • 6

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

    permasalahan dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana perbandingan anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat

    DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016?

    2. Bagaimana perhitungan tingkat efisiensi anggaran dan realisasi belanja

    pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan

    2016?

    3. Bagaimana perhitungan tingkat efektivitas anggaran dan realisasi belanja

    pada Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan

    2016?

    C. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini memfokuskan pada ruang

    lingkup kegiatan belanja dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran di

    Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian

    ini adalah:

    1. Untuk membandingkan anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat

    DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.

    2. Untuk menghitung tingkat efisiensi anggaran dan realisasi belanja pada

    Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.

  • 7

    3. Untuk menghitung tingkat efektivitas anggaran dan realisasi belanja pada

    Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.

    E. Kegunaan Penelitian

    1. Bagi Penulis

    Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan

    wawasan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi keuangan daerah

    khususnya pada pengelolaan keuangan daerah dan mengaplikasikan pada

    objek penelitian.

    2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan penting dan

    memperluas wawasan bagi kajian ilmu akuntansi keuangan daerah dalam

    membuat suatu anggaran keuangan daerah sehingga dapat dijadikan

    sebagai rujukan untuk mengembangkan penelitian antara pembuatan

    rancangan anggaran dan realisasi pertanggungjawaban kegiatan keuangan

    di masa yang akan datang.

    3. Bagi Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi

    Kepala Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar untuk menyetujui anggaran

    kegiatan tahunan yang akan dibuat.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Keuangan Daerah

    Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban

    yang dapat dinilai dengan uang juga segala sesuatu, baik berupa uang

    maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum

    dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta

    pihak-pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku. Pengelolaan keuangan daerah, di mana tata usaha merupakan alat

    untuk melaksanakan manajemen keuangan daerah tersebut. (Abdul Halim,

    2007:23)

    Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang

    melekat pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    digunakan dalam usaha pemerintahan daerah dalam rangka mengisi kas

    daerah.

    2. Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah

    bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat prinsip,

    norma, asas, landasan hukum dalam perencanaan, penyusunan anggaran,

    pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan

    pertanggungjawaban keuangan daerah. Kepala Daerah selaku pemegang

  • 9

    kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau

    seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan,

    penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta pengawasan

    keuangan daerah kepada:

    a. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah.

    b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat

    Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

    c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pejabat

    pengguna anggaran atau barang daerah. (Nurlan Darise, 2009:30)

    Pengelolaan keuangan daerah mencakup:

    a. hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman;

    b. kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan

    membayar tagihan;

    c. penerimaan daerah;

    d. pengeluaran daerah;

    e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain seperti uang,

    surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain; dan

    f. kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah daerah. (Mursyidi,

    2009:10)

    3. Laporan Keuangan Daerah

    Sesuai dengan siklus akuntansi, setelah menyusun neraca saldo

    penyesuaian, disusunlah laporan-laporan keuangan dengan mengambil

    data dari neraca saldo setelah penyesuaian. Berdasarkan Pasal 232

  • 10

    Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan pemerintah daerah

    terdiri atas:

    a. laporan realisasi anggaran;

    b. neraca;

    c. laporan arus kas; dan

    d. catatan atas laporan keuangan. (Abdul Halim, 2007:73)

    Dari sudut pandang akuntansi, dapat pula disusun laporan

    tambahan, yaitu laporan kinerja keuangan perubahan ekuitas dana (untuk

    entitas pemerintah daerah secara keseluruhan) atau laporan perubahan

    rekening koran pemerintah daerah (untuk satuan kerja).

    Sebagaimana halnya laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha

    perusahaan dalam rentan waktu tertentu, Laporan Perhitungan APBD juga

    menunjukkan kinerja pemda sebagai penyusun dan pelaksanaan APBD.

    Dengan demikian, Laporan Perhitungan APBD menyajikan pendapatan

    pemda selama satu periode dan belanja untuk memperoleh pendapatan

    tersebut pada periode yang sama.

    Nota perhitungan APBD berisi ringkasan realisasi pendapatan,

    belanja dan pembiayaan, serta kinerja keuangan daerah selama periode

    akuntansi pada tahun yang sedang berlangsung. Kinerja keuangan antara

    lain mencakup kinerja dalam rangka pelaksanaan fungsi, program dan

    kegiatan selama periode akuntansi, kinerja pelayanan yang dicapai dan

    bagian belanja yang digunakan untuk kegiatan administrasi umum, operasi

    dan pemeliharaan serta investasi.

  • 11

    Laporan perubahan ekuitas dana pemda menyajikan informasi

    mengenai perubahan surplus/defisit anggaran akibat berbagai transaksi

    yang terjadi dalam suatu periode. Laporan perubahan ekuitas dana

    merupakan pelengkap dari Laporan Perhitungan APBD. Laporan arus kas

    menyajikan informasi tentang kemampuan dalam memperoleh kas dan

    menilai penggunaan kas untuk kebutuhan daerah dalam satu periode

    akuntansi. Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut

    kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan.

    Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan

    daerah pada saat tertentu, biasanya pada akhir tahun anggaran. Laporan ini

    dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

    mengenai aset, kewajiban dan ekuitas.

    4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah

    pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau barang yang

    mempunyai tugas dan wewenang:

    a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) – SKPD.

    b. Menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) – SKPD.

    c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

    anggaran belanja.

    d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya.

    e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.

    f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak.

  • 12

    g. Mengadakan ikatan atau perjanjian kerjasama dengan pihak lain

    dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

    h. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD

    yang dipimpinnya.

    i. Mengelola barang milik daerah atau kekayaan yang menjadi

    tanggungjawab SKPD yang dipimpinnya.

    j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang

    dipimpinnya.

    k. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya.

    l. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran atau pengguna barang

    lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

    m. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah

    melalui sekretaris daerah. (Nurlan Darise, 2009:33)

    Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengguna anggaran dibantu

    oleh:

    a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

    b. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

    c. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK)

    d. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran (Nurlan Darise, 2009:34)

    5. Penatausahaan Keuangan

    Penatausahaan keuangan dibagi menjadi dua golongan yaitu tata

    usaha umum dan tata usaha keuangan. Tata usaha umum menyangkut

    kegiatan surat-menyurat, mengagenda, mengekspedisi, menyimpan surat-

  • 13

    surat penting atau mengarsipkan, dan kegiatan dokumentasi lainnya. Di

    lain pihak, tata usaha keuangan adalah tata buku yang merupakan

    rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan

    berdasarkan prinsip, standarisasi dan prosedur tertentu sehingga dapat

    memberikan informasi aktual di bidang keuangan dan pemerintah. (Abdul

    Halim, 2007:27)

    Penyelenggara pemerintahan adalah presiden dibantu oleh wakil

    presiden dan para menteri negara. Penyelenggara pemerintah daerah

    adalah pemerintah daerah dan DPRD. Rancangan peraturan daerah tentang

    APBD dan rancangan peraturan daerah tentang penjabaran APBD yang

    telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah

    tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

    Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala

    daerah tentang penjabaran APBD dilakukan paling lambat tanggal 31

    Desember tahun anggaran sebelumnya.

    PPKD paling lama tiga hari kerja setelah peraturan daerah tentang

    APBD ditetapkan memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar

    menyusun rancangan DPA-SKPD. Rancangan DPA-SKPD merinci

    sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan

    untuk mencapai sasaran tersebut dan rencana penarikan tiap-tiap SKPD

    serta pendapatan yang diperkirakan. Kepala SKPD menyerahkan

    rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama enam hari kerja setelah

    pemberitahuan. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD

  • 14

    bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama lima belas hari sejak

    ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

    Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD

    dengan persetujuan sekretaris daerah. DPA-SKPD yang telah disahkan

    disampaikan kepada kepala daerah SKPD, satuan kerja pengawasan daerah

    dan BPK paling lama tujuh hari kerja sejak tanggal disahkan. DPA-SKPD

    digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku

    pengguna anggaran/pengguna barang.

    Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun

    rancangan anggaran SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD disampaikan

    kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.

    Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan

    dengan pembahasan DPA-SKPD. PPKD selaku BUD menyusun anggaran

    kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk

    mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana

    yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas

    memuat perkiraan arus kas masuk dan perkiraan arus kas keluar yang

    digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

    Siklus penatausahaan penerimaan keuangan daerah terdiri atas dua siklus

    yaitu:

    a. Siklus Penatausahaan Penerimaan Keuangan Daerah

    Penerimaan daerah dianggap sah jika disetor ke rekening kas

    umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah

  • 15

    setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang

    disetor ke rekening kas umum daerah dilakukan dengan cara:

    1) Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga.

    2) Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor

    pos oleh pihak ketiga.

    3) Disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.

    b. Siklus Penatausahaan Pengeluaran Keuangan Daerah

    Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen

    kas menerbitkan SPD. SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk

    ditandatangani oleh PPKD. Pengeluaran kas atas dasar beban APBD

    dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan

    dengan SPD. Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan

    dengan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada

    pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

    SPP terdiri dari:

    1) SPP Uang Persediaan (SPP-UP)

    2) SPP Ganti Uang (SPP-UG)

    3) SPP Tambahan Uang (SPP-TU)

    4) SPP Langsung (SPP-LS)

    Bendahara merupakan pondasi awal pemerintah daerah dalam

    mewujudkan tertib administrasi, akuntabilitas pelaksanaan dan

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Berdasarkan Permendagri

  • 16

    Nomor 55 Tahun 2008, bendahara dalam akuntansi keuangan daerah

    terdiri dari:

    1) Bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk

    untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

    mempertanggungjawabkan uang pendapatan asli daerah dalam

    rangka pelaksanaan APBD dan SKPD.

    2) Bendahara penerimaan pembantu adalah pejabat fungsional yang

    ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,

    menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan

    daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja SKPD.

    3) Bendahara penerimaan PPKD adalah pejabat fungsional yang

    ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,

    menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang

    yang bersumber dari transaksi PPKD.

    4) Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk

    untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,

    mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah

    dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

    5) Bendahara pengeluaran pembantu adalah pejabat fungsional yang

    ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,

    menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk

    keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit

    kerja SKPD.

  • 17

    6) Bendahara pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional yang

    ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,

    menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk

    keperluan transaksi PPKD.

    Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah adalah peraturan pengganti

    Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Peraturan ini adalah teknis dari

    Peraturan Pemerintah (yang selanjutnya disingkat menjadi PP) Nomor

    56 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan

    peraturan pengganti dari PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang

    Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

    Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberikan pedoman

    pengelolaan keuangan daerah yang terdiri dari kekuasaan pengelolaan

    keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan

    rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan

    kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan

    pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, pengelolaan keuangan

    Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

    Diterbitkannya PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi

    dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan PP Nomor 41 Tahun 2007

    tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagai konsekuensinya perlu

  • 18

    dilakukan penyempurnaan terhadap pengelolaan keuangan daerah

    sesuai dengan urusan dan organisasi keuangan daerah. Selain itu, dalam

    rangka memenuhi aspirasi daerah dan permasalahan teknis dalam

    pengelolaan keuangan daerah maka diterbitkan Permendagri Nomor 59

    Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang

    ditetapkan tanggal 26 Oktober 2007 dan paling lambat diberlakukan

    oleh masing-masing pemerintah daerah tahun 2009.

    Perubahan-perubahan peraturan yang terdapat pada Permendagri

    Nomor 59 Tahun 2007, antara lain:

    1) Aspek Anggaran

    Aspek anggaran terdiri atas:

    a) Memperpendek jadwal penyusunan anggaran dengan cara

    meringkas proses dan konten KUA-PPAS, sehingga istilah PPA

    dihapus.

    b) Tata cara pemberian kode program dan kegiatan dalam

    pengisian RKA.

    c) Reklasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, beserta kode

    rekeningnya.

    d) Penegasan alur pengerjaan RKA SKPD, pada SKPKD

    penyusunan RKA dipisahkan antara RKA sebagai SKPD dan

    RKA sebagai pemerintah daerah (RKA PPKD).

    2) Aspek Pelaksanaan Anggaran

    Aspek pelaksanaan anggaran terdiri atas:

  • 19

    a) Alur pengerjaan DPA SKPD dan SKPKD ikut berubah,

    mengikuti perubahan alur pengerjaan RKA.

    b) Penomoran DPA juga ikut berubah karena adanya perubahan

    pada pemberian kode program dan kegiatan.

    3) Aspek Penatausahaan

    Aspek penatausahaan terdiri atas:

    a) Penatausahaan penerimaan, yaitu penyederhanaan proses

    pertanggungjawaban fungsional ke BUD, sehingga tercipta

    proses yang lebih efisien. Hal ini dapat dilihat dari dihapusnya

    buku pembantu perincian objek penerimaan yang harus

    dilampirkan dalam Surat Pertanggungjawaban (SPJ) fungsional.

    b) Penatausahaan pengeluaran, yaitu penegasan Surat Penyediaan

    Dana (SPD) diberikan kepada SKPD secara periodik (bulanan,

    triwulan, semester) tergantung pada ketersediaan dana. Selain

    itu, perubahan format SPD, Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

    UP/GU/TU, SPP LS gaji dan tunjangan, SPP LS barang dan jasa

    serta ada penambahan format SPP LS belanja tidak langsung

    PPKD.

    4) Aspek Akuntansi dan Pelaporan

    Aspek akuntansi dan pelaporan terdiri atas:

    a) Memberikan ruang gerak yang luwes bagi pemerintah daerah

    untuk menyusun sistem akuntansi, hal ini terlihat dengan

  • 20

    dihapusnya beberapa pasal tentang buku-buku yang digunakan

    untuk catatan akuntansi.

    b) Diterapkannya prinsip harga perolehan pada perolehan aktiva

    tetap.

    c) Adanya contoh format neraca untuk SKPD.

    6. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran

    Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima,

    menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

    mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan

    APBD dan SKPD. Wewenang bendahara pengeluaran SKPD dalam

    melaksanakan tugasnya, yaitu:

    a. Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU

    dan SPP-LS.

    b. Menerima dan menyimpan uang persediaan.

    c. Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya.

    d. Menolak perintah bayar dari pengguna anggaran/kuasa pengguna

    anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan.

    e. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan

    oleh PPTK.

    f. Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh

    PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau

    tidak lengkap.

  • 21

    Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan sebagian

    wewenangnya kepada kuasa pengguna anggaran, ditunjuk bendahara

    pengeluaran pembantu SKPD untuk melaksanakan sebagian tugas dan

    wewenang bendahara pengeluaran SKPD.

    7. Pengertian Kinerja

    Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang

    karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kinerja

    sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok

    dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk

    mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

    Pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok

    orang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai

    dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. (Rivai dan

    Basri, 2005:10)

    Kinerja adalah perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh

    karyawan dengan standar yang telah ditentukan. (Bambang Guritno dan

    Waridin, 2005:10)

    Keuangan daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam

    rangka pelaksanaan pemerintahan dan kegiatan pembangunan oleh

    pelayanan kemasyarakatan di daerah. Oleh karena itu, keuangan daerah

    diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna.

    Tujuan keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin

    tersedianya keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan daerah,

    pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip,

  • 22

    norma, asas dan standar akuntansi serta meningkatkan pendapatan asli

    daerah secara kreatif melalui penggalian potensi, intensifikasi dan

    ekstensifikasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai keuangan daerah

    adalah kemandirian keuangan daerah melalui upaya terencana, sistematis

    dan berkelanjutan, efektif dan efisien.

    Menurut Kamus Akuntansi Manajemen, Kinerja Keuangan

    Pemerintah Daerah dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu

    entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan

    pekerjaan. Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu sistem keuangan

    atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang

    dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi.

    Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja

    keuangan daerah adalah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah

    dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh

    pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan.

    8. Pengukuran Kinerja

    Menurut Robertson, pengukuran kinerja (performance

    measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan

    terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk

    informasi atas efisiensi, penggunaan sumber daya dalam menghasilkan

    barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa

    diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan

    terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang

  • 23

    diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. (Mahsun,

    Sulistyowati, Purwanugraha, 2007:157)

    Menurut Lohman pengukuran kinerja adalah: “suatu aktivitas

    penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan

    strategi organisasi”. Mahsun et.al (2007:157) Sedangkan menurut James

    B. Whittaker pengukuran kinerja adalah: “suatu alat manajemen untuk

    meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Indra

    Bastian (2006:330)

    Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang

    bertujuan untuk membantu manajer publik menilai suatu strategi melalui

    alat ukur finansial dan nonfinansial.

    Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    pengukuran kinerja merupakan evaluasi atau penilaian terhadap

    pencapaian pelaksanaan kegiatan suatu organisasi berdasarkan tujuan,

    sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi

    mengenai hasil pengukuran ini juga akan menjadi referensi dalam

    penentuan standar kinerja untuk masa yang akan datang. Besaran target

    yang menjadi acuan pencapaian pada periode berikutnya juga bertumpu

    pada hasil pengukuran kinerja yang dilakukan.

    9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Menurut Larry D. Stout mengemukakan bahwa pengukuran atau

    penilaian kinerja organisasi merupakan proses mencatat dan mengukur

    pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission

  • 24

    accomplishment) melalui hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa

    ataupun suatu proses. (Hessel Nogi, 2005:174)

    Ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan

    prestasi kerja atau kinerja, yaitu:

    a. Variabel individual, terdiri dari kemampuan dan keterampilan,

    mental dan fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), pengkajian

    dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin).

    b. Variabel organisasional, terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

    imbalan, struktur desain pekerjaan.

    c. Variabel psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

    motivasi.

    Tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu adalah

    kemampuan individu melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang

    dicurahkan dan dukungan organisasi.

    Dalam konteks pemerintahan sebagai sektor publik ada beberapa

    aspek yang dapat dinilai kinerjanya, yaitu: (Mahsun, 2006:34)

    a. Kelompok Masukan (Input)

    b. Kelompok Proses (Process)

    c. Kelompok Keluaran (Output)

    d. Kelompok Hasil (Outcome)

    e. Kelompok Manfaat (Benefit)

    f. Kelompok Dampak (Impact)

  • 25

    Fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada

    outcome dan bukan input dan proses outcome yang dimaksudkan adalah

    outcome yang dihasilkan oleh individu ataupun organisasi secara

    keseluruhan, outcome harus mampu memenuhi harapan dan kebutuhan

    masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan organisasi sektor publik.

    Menurut Mangkunegara (2006) terdapat aspek-aspek standar

    pekerjaan yang terdiri dari:

    a. Aspek kuantitatif seperti halnya proses kerja dan kondisi pekerjaan,

    waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,

    jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan dan jumlah jenis

    pemberian pelayanan dalam bekerja.

    b. Aspek kualitatif seperti halnya ketepatan dan kualitas pekerjaan,

    tingkat kemampuan dalam bekerja, kemampuan dalam menganalisis

    data/informasi, kemampuan/kegagalan dalam menggunakan

    mesin/peralatan dan kemampuan mengevaluasi (keluhan konsumen).

    10. Indikator Kinerja

    Mc.Donald dan Lawton mengemukakan indikator kinerja yang

    meliputi antara lain output oriented measures throughput, efficiency,

    effectiveness. Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:

    a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

    tercapainya perbandingan terbalik antara masukan dan keluaran

    dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

  • 26

    b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

    ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang

    maupun misi organisasi. (Ratminto dan Atik Septi Winarsih,

    2005:174)

    Salim dan Woodward mengemukakan indikator kinerja antara lain

    economy, efficiency, effectiveness, equity. Secara lebih lanjut, indikator

    tersebut diuraikan sebagai berikut:

    a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya sesedikit

    mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

    b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

    tercapainya perbandingan terbalik antara masukan dan keluaran

    dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

    c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

    ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang

    maupun misi organisasi.

    d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan

    dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan. (Ratminto dan Atik

    Septi Winarsih, 2005:174)

    Menilai kinerja organisasi dapat digunakan beberapa kriteria

    sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara

    lain:

  • 27

    a. Efisiensi

    Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan

    organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan

    faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari

    rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria

    seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria

    efisiensi yang sangat relevan.

    b. Efektivitas

    Efektivitas merupakan tercapainya tujuan dari didirikannya

    organisasi pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan

    rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen

    pembangunan.

    c. Keadilan

    Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

    diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat

    kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya

    mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan

    nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang

    menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok

    pinggiran dan sebaginya akan mampu menjawab melalui kriteria ini.

    d. Daya Tanggap

    Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan

    swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya

  • 28

    tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat.

    Oleh sebab itu, kriteria oganisasi tersebut secara keseluruhan harus

    dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi

    kriteria daya tanggap ini.

    11. Pengertian Anggaran

    Anggaran secara umum dapat diartikan sebagi rencana keuangan

    yang mencerminkan pilihan kebijakan untuk suatu periode di masa yang

    akan datang. Pengertian anggaran secara rinci adalah suatu pernyataan

    tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan

    terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran

    dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa kini dan di masa

    yang lalu. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis

    yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit

    (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) mendatang.

    (Arfan, 2010:226)

    Anggaran merupakan pedoman bagi segala tindakan yang akan

    dilaksanakan dan di dalam anggaran disajikan rencana-rencana

    penerimaan dan pengeluaran dalam satuan rupiah yang disusun menurut

    klasifikasinya secara sistematis yang diharapkan dapat dicapai dalam

    tahun anggaran tertentu.

    Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    anggaran adalah suatu perencanaan keuangan dan operasional perusahaan

    yang menyeluruh dan mendetail tentang memperoleh dana dan

  • 29

    menggunakannya secara efisien dan efektif dan dinyatakan dalam satuan

    moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.

    12. Dasar dan Fungsi Anggaran

    Anggaran secara umum diatur dalam konstitusi suatu negara,

    peraturan perundang-undangan dan terdapat juga di dalam Standar

    Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945

    diatur tentang anggaran dan diimplementasikan dengan disusunnya UU

    APBN setiap tahun. Selain itu untuk melaksanakan UU APBN tersebut,

    pemerintah mengeluarkan peraturan pelakasanaan APBN dan peraturan

    pelaksanaan lainnya.

    Di samping mengungkapkan kebijakan pemerintah untuk suatu

    periode di masa depan, dari anggaran dapat diketahui pula realisasi

    pelaksanaan kebijakan pemerintah di masa lalu, sehingga dapat diketahui

    tercapai atau tidaknya kebijakan yang ditetapkan pemerintah di masa

    yang lalu, serta maju mundurnya kebijakan yang hendak dicapai

    pemerintah di masa depan.

    Dari uraian di atas, secara tidak langsung dapat ditarik beberapa

    kesimpulan mengenai fungsi anggaran, yaitu:

    a. Anggaran berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah dalam

    mengelola daerah untuk satu periode di masa yang akan datang.

    b. Anggaran berfungsi sebagai pengawas, karena setiap anggaran harus

    mendapat pengesahan terlebih dahulu dan dipertanggungjawabkan

    pelaksanaannya kepada lembaga perwakilan rakyat.

  • 30

    c. Anggaran sebagai alat ukur prioritas. Jumlah pendapatan sangat

    terbatas sementara anggaran belanja direncanakan selalu meningkat,

    sedangkan dalam penyusunan anggaran belanja suatu unit

    pemerintahan dibuat tinggi atau meningkat dari tahun ke tahun. Oleh

    sebab itu, pemerintah perlu membuat skala prioritas berdasarkan

    tingkat kepentingan dari belanja tersebut.

    Beberapa prinsip dalam anggaran yang perlu diperhatikan dalam

    penyusunan anggaran daerah antara lain:

    a. Pendapatan yang direncanakan merupakan yang terukur secara

    rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,

    sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi

    pengeluaran belanja.

    b. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian

    tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak

    dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak

    mencukupi anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.

    c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran

    yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dilakukan

    melalui rekening Kas Umum Daerah.

    13. Laporan Perhitungan Anggaran

    Laporan perhitungan anggaran adalah laporan yang

    menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD di

    awal periode dengan jumlah yang telah direalisasi dalam APBD di akhir

  • 31

    periode. Perhitungan anggaran yang kelak disampaikan oleh pemerintah

    merupakan pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola keuangan.

    Perhitungan anggaran adalah pertanggungjawaban pemerintah atas

    seluruh pelaksanaan program dan kegiatan keuangan yang telah

    dianggarkan dalam APBD. Sebagai salah satu laporan

    pertanggungjawaban pemerintah daerah, perhitungan anggaran ini

    merupakan alat analisis laporan keuangan pemerintah.

    Secara umum, sistem penganggaran yang diterapkan memiliki

    beberapa karakteristik sebagai berikut:

    a. Dasar penyusunan yang digunakan bersifat incremental, yaitu

    dengan menyesuaikan volume anggaran terhadap perubahan tingkat

    harga atau faktor-faktor lain yang bersifat marjinal.

    b. Fungsi, program dan elemen pengeluaran integral dengan struktur

    anggaran.

    c. Sifat dari perencanaan dan anggaran terpisah. Keduanya tidak

    menjadi satu kesatuan yang integral dengan struktur anggaran.

    d. Aspek evaluasi menggunakan aspek realisasi anggaran.

    e. Orientasi anggaran lebih menekankan pada input daripada output.

    f. Pendekatan perencanaan anggaran yang digunakan bersifat line-

    rekening budget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas

    pos anggaran yang telah ada sebelumnya.

    g. Struktur anggaran menggunakan pendekatan anggaran terpilah

    (fragmental).

  • 32

    14. Realisasi

    Realisasi dapat diartikan sebagai tindakan nyata dalam anggaran

    keuangan. Di dalam pemerintahan, dana yang diterima dalam suatu

    kegiatan akan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) realisasi adalah

    menjadi nyata, perwujudan menjadi nyata (mengusahakan melaksanakan

    menjadi nyata).

    Realisasi anggaran adalah menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan

    pemakaian sumber dana ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah

    yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya

    dalam satu periode pelaporan.

    Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    realisasi anggaran adalah menyajikan pendapatan daerah selama satu

    periode, belanja, surplus/defisit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang

    anggaran.

    15. Laporan Realisasi Anggaran Keuangan

    Menurut Nur Afifah (2010:166), dalam bukunya yang berjudul

    Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah

    Daerah, menyatakan bahwa laporan realisasi anggaran adalah

    menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber dana

    ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang menggambarkan

    perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode

    pelaporan.

  • 33

    Laporan realisasi anggaran pemerintah pusat/daerah

    mengungkapkan berbagai kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah

    untuk satu periode yang menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan

    perundang-undangan melalui penyajian ikhtisar sumber, alokasi dan

    penggunaan sumber daya yang dikelolanya. Laporan realisasi

    menunjukkan gambaran mengenai keseimbangan antara anggaran

    pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan dengan realisasinya.

    Laporan realisasi anggaran harus menyajikan pos-pos pendapatan,

    belanja, transfer, surplus/defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran

    pembiayaan, pembiayaan neto, dan selisih kurang/lebih. Dengan

    demikian dari laporan realisasi anggaran akan diperoleh gambaran

    mengenai kesimbangan antara anggaran pendapatan, anggaran belanja

    dan pembiayaan dengan realisasinya.

    Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan

    pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap

    anggaran APBN atau APBD. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja

    Negara) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara

    yang disetujui oleh DPR. Sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan

    Belanja Daerah) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan

    daerah yang disetujui oleh DPRD. Laporan realisasi anggaran

    menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya

    dalam satu periode pelaporan.

  • 34

    Secara umum laporan realisasi anggaran disusun dan disajikan

    dengan basis kas. Basis kas merupakan basis akuntansi yang mengakui

    pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan

    peristiwa itu terjadi, saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.

    Dengan laporan realisasi anggaran dapat diperoleh informasi yang

    menunjukkan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:

    a. penyediaan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan

    sumber daya ekonomi; dan

    b. penyediaan informasi mengenai realisasi anggaran secara

    menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah

    dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.

    Dalam laporan realisasi anggaran akan diperoleh informasi yang

    berguna untuk memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima

    dalam periode mendatang yang akan digunakan untuk mendanai kegiatan

    pemerintah pusat dan daerah. Laporan realisasi anggaran tersebut dapat

    menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi

    perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah

    dilaksanakan secara efisien, efektif dan hemat, sesuai dengan anggaran

    dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Penjelasan mengenai laporan realisasi anggaran akan termasuk

    dalam catatan atas laporan keuangan. Dalam catatan atas laporan

    keuangan ini memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran

    seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan

  • 35

    yang material antara anggaran dan realisasinya. Catatan atas laporan

    keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh

    pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu

    ataupun manajemen entitas pelaporan. Potensi kesalahpahaman dalam

    laporan keuangan sangat besar, oleh karena itu penyusunan catatan atas

    laporan keuangan ini juga ditujukan untuk memudahkan pengguna dalam

    memahami laporan keuangan.

    16. Konsep dan Pengertian Efisiensi

    Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang

    dihasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas dengan sumber daya (input)

    yang digunakan. Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan

    efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input

    serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan

    output sebesar-besarnya.

    Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efisiensi

    adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan

    ukuran apakah penggunaan dan jasa yang dibeli oleh organisasi

    perangkat pemerintah untuk mencapai tujuan organisasi dapat mencapai

    manfaat tertentu.

    Efisiensi juga memiliki pengertian seperti:

    a. Efisiensi pada sektor hasil dijelaskan dengan konsep masukan-

    keluaran (input-output).

  • 36

    b. Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan

    yang dilakukan dengan pengorbanan seminimal mungkin atau

    dengan kata lain suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika

    pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai sasaran dengan

    biaya terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang

    diinginkan.

    c. Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dicapai

    dengan memperhatikan aspek hubungan dan tata kerja antar

    instansi pemerintahan daerah dengan memanfaatan potensi dan

    keanekaragaman suatu daerah.

    Faktor-faktor penentu efisiensi, yaitu:

    a. Teknologi pelaksana pekerjaan.

    b. Struktur organisasi, yakni susunan yang stabil dari jabatan-jabatan,

    baik struktural maupun fungsional.

    c. Sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja,

    maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja

    serta dana keuangan.

    d. Dukungan kepada aparatur dan pelaksanaannya, baik pimpinan

    maupun masyarakat.

    e. Pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengombinasikan keempat

    faktor sebelumnya ke dalam suatu usaha yang berdaya guna dan

    berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.

  • 37

    17. Konsep dan Pengertian Efektivitas

    Efektivitas adalah ukuran tingkat pemenuhan kebutuhan keluaran

    (output) atau tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan

    proses maka dikatakan proses tersebut semakin efektif. Efektivitas

    memilki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar,

    sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.

    Efektivitas dalam pemerintahan daerah dapat diartikan

    penyelesaian kegiatan tepat waktu dan dalam batas anggaran yang

    tersedia, dapat berarti pula mencapai tujuan dan sasaran seperti apa yang

    direncanakan. Namun demikian, penyimpangan dalam pelaksanaan tetapi

    mempunyai dampak yang menguntungkan pada kelompok penerima

    sasaran maka suatu kegiatan dapat dikatakan efektif. Semakin besar

    kontribusi pengeluaran yang dilakukan terhadap nilai pencapaian tujuan

    atau sasaran yang ditentukan dapat dikatakan efektif hanya dilihat dari

    proses kerja unit yang dimaksud.

    18. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

    Rasio Efisiensi Keuangan Daerah menggambarkan perbandingan

    antara besarnya biaya yang dikeluarkan pada realisasi belanja dengan

    anggaran belanja yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan pemerintah

    daerah dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1

    (satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensinya berarti

    kinerja keuangan pemerintah daerah semakin baik. Oleh karena iu,

    pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besar biaya

  • 38

    yang dianggarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang

    diterimanya sehingga dapat diketahui kegiatan tersebut efisien atau tidak.

    Hal ini perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah berhasil

    merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai target yang telah

    ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata

    biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan

    pendapatannya ternyata lebih besar daripada realisasi pendapatan yang

    diterimanya. (Abdul Halim, 2007:234)

    Perhitungan rasio efisiensi ditujukan pada program yang

    kegiatannya berkaitan langsung dalam pencapaian tujuan Satuan Kerja

    Perangkat Daerah (SKPD) baik berupa penggunaan barang maupun jasa

    yang mana semua kegiatan tersebut termasuk dalam kategori belanja

    langsung. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio efesiensi

    adalah sebagai berikut:

    …..(1)

    Kriteria efisiensi kinerja keuangan akan disajikan pada tabel

    berikut ini.

    Tabel 1

    Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

    Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi

    Tidak Efisien 100% ke atas

    Efisiensi Berimbang 100%

    Efisien Kurang dari 100%

    Sumber: Mohammad Mahsun (2012:187)

    Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja

    Anggaran Belanja× 100%

  • 39

    19. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah

    Rasio Efektivitas Keuangan Daerah menunjukkan kemampuan

    pemerintah daerah dalam memobilisasi keuangan daerah sesuai dengan

    yang ditargetkan. (Mahmudi, 2010:143)

    Perhitungan rasio efektivitas juga merujuk pada program yang

    kegiatannya berkaitan langsung dalam pencapaian tujuan SKPD (belanja

    langsung) sehingga dapat diketahui sejauh mana sasaran yang telah dicapai

    sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Rumus dari rasio ini adalah sebagai

    berikut:

    ........(2)

    Kriteria Rasio Efektivitas menurut Mohammad Mahsun (2012:187),

    adalah:

    a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.

    b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas

    berimbang.

    c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.

    B. Hasil Penelitian Terdahulu

    Tabel 2

    Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu Dengan Penulis

    Peneliti

    Aspek

    Yuliana

    B200090024

    Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis

    Universitas

    Muhammadiyah

    Surakarta 2013

    Siti Mailisa

    101132026231

    Jurusan Akuntansi

    Sekolah Tinggi

    Ilmu Ekonomi

    (STIE) Pancasetia

    Banjarmasin 2014

    Jamiatul Muhdinati

    A03140018

    Jurusan Akuntansi

    Politeknik Negeri

    Banjarmasin 2017

    Efektivitas Belanja = Anggaran Belanja

    Realisasi Belanja× 100%

  • 40

    1 2 3 4

    Judul Analisis Kinerja

    Anggaran

    Pendapatan dan

    Belanja (APBD)

    Ditinjau Dari Rasio

    Keuangan (Studi

    Kasus di

    Kabupaten Sragen

    Periode 2010-

    2012)

    Analisis Kinerja

    Anggaran dan

    Realisasi Belanja

    pada Kantor

    Lingkungan Hidup

    Kota Banjarbaru

    Perhitungan

    Kinerja Anggaran

    dan Realisasi

    Belanja pada

    Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD)

    Kabupaten Banjar

    Instansi yang

    diteliti

    Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sragen

    Kantor Lingkungan

    Hidup Kota

    Banjarbaru

    Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD)

    Kabupaten Banjar

    Permasalahan Bagaimana kinerja

    Anggaran

    Pendapatan dan

    Belanja (APBD)

    Kabupaten Sragen

    ditinjau dari rasio

    keuangan periode

    2010 - 2012?

    1. Bagaimana perbandingan

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Kantor

    Lingkungan

    Hidup Kota

    Banjarbaru?

    2. Bagaimana tingkat efisiensi

    anggaran dan

    tingkat

    efektivitas

    realisasi belanja

    pada Kantor

    Lingkungan

    Hidup Kota

    Banjarbaru

    tahun 2011

    sampai dengan

    2012?

    1. Bagaimana perbandingan

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD

    Kabupaten

    Banjar untuk

    tahun anggaran

    2015 dan 2016?

    2. Bagaimana perhitungan

    tingkat efisiensi

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD

    Kabupaten

    Banjar untuk

    tahun anggaran

    2015 dan 2016?

    3. Bagaimana perhitungan

    tingkat

    efektivitas

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD

    Kabupaten

    Banjar untuk

  • 41

    tahun anggaran

    2015 dan 2016?

    Tujuan

    Penelitian

    Untuk

    menganalisis

    kinerja Anggaran

    Pendapatan dan

    Belanja (APBD)

    Kabupaten Sragen

    ditijau dari rasio

    keuangan periode

    2010 – 2012

    1. Untuk menganalisis

    perbandingan

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Kantor

    Lingkungan

    Hidup Kota

    Banjarbaru.

    2. Untuk menganalisis

    tingkat efisiensi

    anggaran dan

    tingkat

    efektivitas

    realisasi belanja

    pada Kantor

    Lingkungan

    Hidup Kota

    Banjarbaru

    tahun 2011

    sampai dengan

    2012.

    1. Untuk membandingkan

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD

    Kabupaten

    Banjar untuk

    tahun anggaran

    2015 dan 2016.

    2. Untuk menghitung

    tingkat efisiensi

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD

    Kabupaten

    Banjar untuk

    tahun anggaran

    2015 dan 2016.

    3. Untuk menghitung

    tingkat

    efektivitas

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD

    Kabupaten

    Banjar untuk

    tahun anggaran

    2015 dan 2016.

    Metode

    Penelitian

    Dokumentasi dan

    wawancara

    Observasi dan

    dokumentasi

    Observasi,

    wawancara, dan

    dokumentasi

    Hasil

    Penelitian

    Hasil perhitungan

    rasio keuangan

    pada APBD

    Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sragen

    tahun 2010-2012

    dapat disimpulkan

    bahwa kinerja

    Perbandingan

    anggaran dan

    realisasi belanja

    Kantor Lingkungan

    Hidup Kota

    Banjarbaru dari

    tahun 2011 sampai

    dengan tahun 2012

    Perbandingan

    anggaran dan

    realisasi belanja

    pada Sekretariat

    DPRD Kabupaten

    Banjar untuk tahun

    anggaran 2015 dan

    2016 adalah baik,

  • 42

    APBD Pemerintah

    Daerah Kabupaten

    Sragen tahun 2010-

    2012 sudah baik.

    Hal ini dapat

    dibuktikan dengan

    rasio efektivitas

    menunjukan bahwa

    realisasi

    penerimaan PAD

    telah melampaui

    anggaran yang

    ditetapkan dan

    rasio efisiensi telah

    mengalami

    kenaikan.

    semakin baik.

    Tingkat efisiensi

    belanja tahun 2011

    dan 2012

    menunjukkan tren

    ke arah efisien.

    Tingkat efektivitas

    anggaran tahun

    2011 sampai

    dengan 2012 sudah

    berjalan efektif.

    karena realisasi

    belanja pada tahun

    2016 mengalami

    kenaikan

    dibandingkan

    dengan tahun 2015.

    Jika dilihat dari

    rasio efisiensi,

    kinerja anggaran

    dan realisai belanja

    pada Sekretariat

    DPRD Kabupaten

    Banjar untuk tahun

    anggaran 2015 dan

    2016 menunjukkan

    kategori efisien,

    karena nilai

    persentase efisiensi

    yang dicapai

    kurang dari 100%.

    Sementara itu, jika

    dilihat dari rasio

    efektivitas

    menunjukkan

    kategori efektif,

    karena nilai

    persentase yang

    dicapai lebih dari

    100%.

    Sumber: Yuliana (2013), Siti Mailisa (2014), dan Penulis

    Penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian perhitungan kinerja

    anggaran dan realisasi belanja dengan objek penelitian pada Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015

    dan 2016, di mana tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan anggaran

    dan realisasi belanja serta tingkat efisiensi dan efektivitasnya.

  • 43

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel

    Agar tidak salah dalam mengartikan maksud dari istilah pokok dalam

    penelitian ini, maka diperlukan adanya pendefinisian variabel-variabel

    penelitian.

    Adapun beberapa variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Kinerja Anggaran Menurut Teori

    Kinerja anggaran menurut teori adalah sistem penyusunan dan

    pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil

    yang mencerminkan tingkat efisiensi dan efektivitas pengendalian dana,

    rencana manajemen, prioritas dan penggunaan dana serta

    pertanggungjawaban kepada publik.

    2. Kinerja Anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    Kinerja anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar merupakan

    suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan Sekretaris

    DPRD Kabupaten Banjar mengenai rencana kerja untuk tahun anggaran

    2015 dan 2016 yang diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan

    penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam tahun

    tersebut. Tingkat pencapaian hasil yang telah direncanakan yang

    kemudian dihubungkan dengan visi yang diemban oleh Sekretariat

  • 44

    DPRD Kabupaten Banjar di mana setelah itu pimpinan dapat mengetahui

    dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang telah

    dilaksanakan. Dalam hal ini, data anggaran tahun 2015 dan 2016 akan

    menjadi tolak ukur dalam pengukuran tingkat efisiensi dan efektivitas.

    3. Kinerja Realisasi Belanja Menurut Teori

    Kinerja realisasi belanja menurut teori adalah seluruh tindakan atau

    proses mengenai pelaksanaan nyata terhadap rencana keuangan daerah

    yang telah ditetapkan pada tahun-tahun tertentu di mana hal tersebut juga

    mencerminkan tingkat efisiensi dan efektivitas pada kesesuaian

    pengalokasian dana keuangannya.

    4. Kinerja Realisasi Belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    Kinerja realisasi belanja Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar

    merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan

    kepada Sekretaris DPRD Kabupaten Banjar mengenai tindakan yang

    nyata atau adanya pergerakan/perubahan dari rencana yang sudah dibuat

    atau dikerjakan untuk tahun anggaran 2015 dan 2016. Data realisasi

    belanja tahun 2015 dan 2016 juga menjadi tolak ukur dalam pengukuran

    tingkat efisiensi dan efektivitas.

    5. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar

    Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar

    terletak di Jalan Ahmad Yani, Nomor 3, Martapura, Kalimantan Selatan

    dan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di

    Kabupaten Banjar.

  • 45

    B. Jenis Penelitian

    Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian studi kasus untuk

    mengetahui perbandingan anggaran dan realisasi belanja serta tingkat

    efisiensi dan efektivitasnya pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk tahun anggaran 2015 dan 2016.

    C. Jenis dan Sumber Data

    Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah:

    1. Jenis Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Data Kualitatif

    Data kualitatif adalah data yang dikumpulkan penulis berupa

    struktur organisasi, uraian tugas, dan data pegawai Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar.

    b. Data Kuantitatif

    Data kuantitatif adalah data yang dikumpulkan penulis yang

    berkaitan dengan anggaran berupa Dokumen Pelaksana Anggaran

    (DPA) dan Laporan Realisasi Anggaran Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar.

    2. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Data Primer

    Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara

    langsung dari sumber aslinya, yang berupa hasil wawancara dengan

  • 46

    Bendahara Pengeluaran Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar.

    b. Data Sekunder

    Data penelitian yang diperoleh berupa dokumen, catatan, dan

    informasi lainnya yang berkaitan dengan penyusunan anggaran

    kegiatan keuangan dan pertanggungjawaban realisasi kegiatan

    keuangan.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Teknik Pengamatan (Observasi)

    Teknik pengamatan (observasi) yang dilakukan penulis adalah

    pengamatan secara langsung atas kegiatan yang berhubungan dengan

    anggaran dan realisasi belanja pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar.

    2. Teknik Wawancara

    Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan

    informasi dengan melakukan wawancara langsung dengan Bendahara

    Pengeluaran, Kasubag Anggaran, Kasubag Verifikasi, dan Kabag

    Keuangan untuk mengetahui penyebab naik atau turunnya tingkat

    efisiensi dan efektivitas pada anggaran dan realisasi belanja kegiatan

    keuangan di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

    Kabupaten Banjar.

  • 47

    3. Teknik Dokumentasi

    Teknik dokumentasi yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan

    data berupa data anggaran keuangan dan realisasi anggaran Sekretariat

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk

    tahun anggaran 2015 dan 2016

    E. Teknik Analisis Data

    Langkah-langkah dalam menganalisis data dari Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar adalah:

    1. Mengumpulkan data realisasi belanja tahun 2015 dan 2016.

    2. Mengumpulkan data anggaran belanja tahun 2015 dan 2016

    3. Memasukkan data realisasi belanja (A) dan anggaran belanja (B) tahun

    2015 dan 2016 tersebut ke dalam rumus Efisiensi Belanja, sebagai

    berikut:

    ………...(1)

    4. Memasukkan hasil perhitungan efisiensi belanja tahun 2015 dan 2016 ke

    dalam tabel efisiensi belanja.

    Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan kinerja

    pemerintah dalam menggunakan anggaran dikategorikan efisien apabila rasio

    yang dicapai kurang dari 100%. Agar lebih jelasnya dapat dilihat melalui

    tabel berikut.

    Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja

    Anggaran Belanja× 100%

  • 48

    Tabel 3

    Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

    Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi

    Tidak Efisien 100% ke atas

    Efisiensi Berimbang 100%

    Efisien Kurang dari 100%

    Sumber: Mohammad Mahsun (2012:187)

    Kemudian dapat sekaligus dilakukan perhitungan efektivitas di mana

    anggaran belanja dibandingkan dengan realisasi belanja pada Sekretariat

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar untuk tahun

    2015 dan 2016. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

    1. Mengumpulkan data realisasi belanja tahun 2015 dan 2016.

    2. Mengumpulkan data anggaran belanja tahun 2015 dan 2016.

    3. Memasukkan data anggaran belanja (X) dan realisasi belanja (Y) tahun

    2015 dan 2016 tersebut ke dalam rumus Efektivitas, sebagai berikut:

    ……….(2)

    4. Memasukkan hasil perhitungan efektivitas belanja tahun 2015 dan 2016

    ke dalam tabel efektivitas belanja.

    Kriteria efektivitas mengacu pada kriteria yang dilakukan oleh

    Mohammad Mahsun (2012:187), adalah:

    1. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.

    2. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas

    berimbang.

    3. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.

    Efektivitas Belanja = Anggaran Belanja

    Realisasi Belanja× 100%

  • 49

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar

    a. Profil Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar

    Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 9

    Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja

    Perangkat Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Banjar, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan

    salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur pelayanan

    terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sekretariat Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Dewan yang

    secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab

    kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan secara

    administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris

    Daerah.

    b. Visi dan Misi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar

    1) Visi Sekretariat DPRD

    Sejalan dengan semangat, tekad dan janji politik, Bupati

    dan Wakil Bupati Kabupaten Banjar terpilih tahun 2016-2021,

    visi pembangunan Kabupaten Banjar 2016-2021 adalah:

  • 50

    “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Banjar

    Yang Sejahtera dan Barokah”

    Penjelasan visi pembangunan tersebut adalah:

    a. Sejahtera adalah kesejahteraan rakyat yang mengandung

    keterpaduan dimensi material dan spiritual dalam wujud

    suasana kehidupan yang aman dan damai.

    b. Barokah adalah sesuatu yang dirasakan mempunyai nilai

    tambah, memberi manfaat dan kemaslahatan bagi orang

    banyak.

    2) Misi Sekretariat DPRD

    Dalam upaya mewujudkan visi Bupati dan Wakil Bupati

    Kabupaten Banjar 2016-2021, misi Sekretariat DPRD

    Kabupaten Banjar dalam lima tahun mendatang adalah:

    “Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik,

    Bersih dan Amanah”

    Penjelasan misi pembangunan tersebut adalah

    meningkatkan penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang

    efisien, efektif dan akuntabel, pengelolaan keuangan daerah

    yang akuntabel dan berorientasi publik, kondisi keamanan dan

    politik yang kondusif serta pelayanan publik yang berorientasi

    pada pelayanan prima secara terpadu.

  • 51

    c. Tugas dan Fungsi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar

    Sesuai dengan Peraturan Bupati Banjar Nomor 42 Tahun 2012

    Tentang Uraian Tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD) Kabupaten Banjar, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar mempunyai tugas sebagai

    berikut:

    1) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan.

    2) Menyelenggarakan administrasi keuangan.

    3) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah.

    4) Menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang

    diperlukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai

    dengan kemampuan keuangan daerah.

    Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai

    fungsi:

    1) penyelenggaraan administrasi kesekretariatan Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah;

    2) penyelenggaraan administrasi keuangan Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah;

    3) penyelenggaraan rapat dan persidangan serta penunjang kinerja

    dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan

    4) penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan

    oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

  • 52

    d. Struktur Organisasi

    “Struktur organisasi merupakan rerangka (framework)

    pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi

    yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok

    perusahaan”. Mulyadi (2010:165). Adapun struktur organisasi

    Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten

    Banjar adalah sebagai berikut:

    Bagan 1

    Struktur Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

    Kabupaten Banjar

    KELOMPOK JABATAN

    FUNGSIONAL

    BAGIAN KEUANGAN

    BAGIAN

    PERSIDANGAN DAN

    PERUNDANG-

    UNDANGAN

    BAGIAN UMUM

    SEKRETARIAT

    DPRD

    SUB BAGIAN TATA

    USAHA DAN

    KEPEGAWAIAN

    SUB BAGIAN HUMAS

    DAN PROTOKOL

    SUB BAGIAN

    PERLENGKAPAN DAN

    RUMAH TANGGA

    SUB BAGIAN

    ANGGARAN

    SUB BAGIAN

    VERIFIKASI DAN

    PEMBUKUAN

    SUB BAGIAN

    PERSIDANGAN

    SUB BAGIAN

    PERUNDANG-

    UNDANGAN,

    DOKUMENTASI, DAN

    PERPUSTAKAAN

    SUB BAGIAN RISALAH

    DAN PELAPORAN

    Sumber: Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten

    Banjar

  • 53

    e. Uraian Tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar

    1) Uraian Tugas Sekretariat DPRD

    Sekretariat DPRD mempunyai tugas:

    a) Merumuskan program kerja Sekretariat DPRD berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

    b) Menetapkan kebijakan operasional Sekretariat DPRD sesuai

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    c) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

    urusan umum dan kehumasan.

    d) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

    urusan keuangan.

    e) Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan

    kegiatan rapat/persidangan dan penunjang kinerja DPRD dalam

    urusan perundang-undangan, dokumentasi dan perpustakaan.

    f) Melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dalam rangka

    kelancaran penyelenggaraa