Abstrak - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/1284/1/RIAN...
Transcript of Abstrak - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/1284/1/RIAN...
1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja factor-faktor yang
menyebabkan Desa Malang Rapat yang sebelumnya termasuk Desa Berkembang dan
sekarang menurut data Kementerian Desa Tahun 2015 Desa Malang Rapat termasuk
Desa Maju dan juga penelitian ini ingin melihat sejauh mana strategi yang dilakukan
oleh Desa Malang Rapat untuk menjadi Desa Mandiri. Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian untuk rumusahan maslah pertama adalah Desa Malang Rapat
menjadi Desa Maju karena Desa Malang Rapat dalam segi sarana dan prasarana yang
dimiliki sudah lengkap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di desa,
Desa Malang Rapat memiliki potensi sumber daya alam yang bisa memberikan
kesejahteraan untuk masyarakat desa seperti potensi pertanian dan perkebunan yang
dimana hasil pertanian dijual untuk kebutuhan masyarakat Desa Malang Rapat dan
hasil perkebunan sawit yang dimiliki sebagian besar milik perusahaan swasta dan
hasil perkebunanan kelapa muda yang dijual untuk pengunjung wisata pantai, potensi
wisata pantai yang indah yang tidak dimiliki wilayah lain yang ada di Kecamatan
Gunung Kijang, dan potensi industry yaitu industry open bilis dan industry rumahan
yang dikelola oleh Kelomok Usaha Bersama (KUBE) hasilnya kerupuk ikan, kue
basah, dan kue kering. Hasil penelitian rumusan masalah kedua adalah Desa Malang
Rapat untuk menjadi Desa Mandiri harus mengoptimalkan peran lembaga yang ada
didesa, memberikan pelatihan dan evaluasi yang lebih intensif agar terwujud
kemandirian desa.
Kata Kunci: Desa, Desa Membangun, Strategi, Desa Mandiri.
2
A. PENDAHULUAN
Pada hakekatnya desa merupakan
entitas bangsa yang telah membentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Visi Desa Membangun Indonesia
adalah pengejawantahan kelanjutan
Nawa Cita Presiden Joko Widodo,
bahwa desa bisa bertenaga secara
sosial, berdaulat secara politik,
bermatabat secara budaya, dan mandiri
secara ekonomi. Hal ini sebagai cita-
cita pemerintah untuk menciptakan
desa mandiri. Sehingga kebijakan ini
bisa membuat desa lebih kreatif untuk
mengelola desanya.
Pengembangan Indeks Desa
Membangun (IDM) ditunjukkan untuk
memperkuat pencapaian sasaran
pembangunan prioritas sebagaimana
tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019, yaitu mengurangi jumlah
desa tertinggal sampai 5000 desa, dan
meningkatkan jumlah desa mandiri
sedikitnya 2000 desa pada Tahun
2019.
Indeks desa membangun akan
difokuskan melalui pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat desa ini akan menjadi
tumpuan utama untuk peningkatan
partisipasi yang berkualitas,
peningkatan pengetahuan, dan
peningkatan keterampilan, atau
peningkatan kapasitas dan kapabilitas
masayarakat desa itu sendiri. Indeks
desa membangun mengklasifikasi desa
dalam lima status, yakni Desa Sangat
Tertinggal, Desa Tertinggal, Desa
Berkembang, Desa Maju, Desa
Mandiri (Buku Indeks Desa
Membangun 2015).
Berdasarkan data Indeks Desa
Membangun Kemendes yang dirilis
3
tahun 2015 di Kepulauan Riau yaitu,
0,559 dan dari angka indeks tersebut
ada 26 desa dikategorikan sangat
tertinggal, 187 desa dikategorikan
tertinggal, 54 desa kategori
berkembang, 5 desa dikategorikan
mandiri dari semua total 272 desa yang
ada di Kepulauan Riau. Saat ini juga
berdasarkan rilis data Kemendes
bahwa ada tiga desa prioritas yang
termasuk dalam kategori Desa Maju,
yaitu Desa Malang Rapat, Desa Teluk
Bakau, dan Desa Penuba.
Dari ketiga desa yang termasuk
dalam kategori desa maju, Desa
Malang Rapat memiliki indeks desa
membangun yang lebih tinggi dari
pada desa lain yaitu, 0.77721503.
Sehingga Desa Malang Rapat dapat
menjadi desa mandiri yang selanjutnya
setelah lima desa yang ada di
Kepulauan Riau menjadi desa mandiri
dengan ambang batas desa yaitu, <
0.815.
Desa Malang Rapat juga memiliki
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
yang berfungsi untuk melakukan
pemberdayaan kepada masyarakat
yang bergabung di anggota KUBE.
Hasil dari KUBE ini bermacam-
macam ada kerupuk ikan,
menghasilkan palawija, kue-kue khas
Malang Rapat, serta anyaman khas
yang terbuat dari lidi. Dan lebih
menariknya Desa Malang Rapat
memilki studio musik melayu yang
difungsikan untuk pemuda maupun
pemudi yang ingin mengasah bakat
menyanyi dan bermain musik.
Desa Malang Rapat sangat
memiliki potensi yang begitu luar
biasa seperti alat tangkap kelong yang
begitu banyak di Malang Rapat, budi
daya ikan lele, dan juga Desa Malang
4
Rapat memiliki potensi luar biasa
dalam bidang wisata karena Desa
Malang Rapat memiliki potensi alam
pantai yang mempesona, saat ini
potensi tersebut belum bisa
memberikan kebermanfaatan untuk
masyarakat.
Dengan potensi wisata alam pantai
yang luar biasa, Desa Malang Rapat
bisa memanfaatkan ini untuk menjadi
keunggulan utama desanya dalam
peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat, karena saat
ini Desa Malang Rapat belum bisa
memanfaatkan potensi wisata alam
yang dimiliki sehingga potensi tersebut
dikelola oleh pihak swasta dan tidak
memberikan efek kemanfaatan untuk
kesejahteraan masyarakat khususnya
masyarakat Desa Malang Rapat.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka sebagai
rumusan masalah yang akan dikaji
adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang
menyebabkan Desa Malang Rapat
berkembang menjadi desa maju?
2. Bagaimana strategi Desa Malang
Rapat menjadi desa mandiri?
A. LANDASAN TEORI
a. Desa
Menurut Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1,
Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang
5
diakui dan dihormati dalam sistem
NKRI.
Tujuan pembentukan desa adalah
untuk meningkatkan kemampuan
penyelenggaraan Pemerintahan secara
berdaya guna dan berhasil guna dan
peningkatan pelayanan terhadap
masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan
pembangunan. Dalam menciptakan
pembangunan hingga ditingkat akar
rumput, maka terdapat beberapa syarat
yang harus dipenuhi untuk
pembentukan desa yakni: pertama,
faktor penduduk, minimal 2500 jiwa
atau 500 kepala keluarga, kedua,
faktor luas yang terjangkau dalam
pelayanan dan pembinaan masyarakat,
ketiga, faktor letak yang memiliki
jaringan perhubungan atau komunikasi
antar dusun, keempat, faktor sarana
prasarana, tersedianya sarana
perhubungan, pemasaran, sosial,
produksi, dan sarana pemerintahan
desa, kelima, faktor sosial budaya,
adanya kerukunan hidup beragama dan
kehidupan bermasyarakat dalam
hubungan adat istiadat, keenam, faktor
kehidupan masyarakat, yaitu tempat
untuk keperluan mata pencaharian
masyarakat.
b. Pembangunan Desa
Menurut Siagian (2005:108)
pembangunan desa adalah keseluruhan
proses rangkaian usaha-usaha yang
dilakukan dalam lingkungan desa
dengan tujuan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat desa serta
memperbesar kesejahteraan dalam
desa.
Suparno (2001:46) menegaskan
bahwa pembangunan desa dilakukan
dalam rangka imbang yang sewajarnya
antara pemerintah dengan masyarakat.
6
Kewajiban pemerintah adalah
menyediakan prasarana-prasarana,
sedangkan selebihnya disandarkan
kepada kemampuan masyarakat itu
sendiri.
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
melalui Direktorat Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa telah
mengembangkan program unggulan
berdasar tiga pendekatan yang disebut
sebagai pilar Desa Membangun
Indonesia, yakni: (i) Jaring Komunitas
Wiradesa; (ii) Lumbung Ekonomi
Desa; dan (iii) Lingkar Budaya Desa.
Melalui tiga pilar tersebut diharapkan
arah pengembangan program prioritas
untuk menguatkan langkah bagi
kemajuan dan kemandirian Desa, yang
juga mampu dikembangkan sebagai
daya lenting dalam peningkatan
kesejahteraan kehidupan Desa.
c. Indeks Desa Membangun
Indeks Desa Membangun, atau
disebut IDM, dikembangkan untuk
memperkuat upaya pencapaian sasaran
pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan sebagaimana tertuang dalam
Buku Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015 – 2019
(RPJMN 2015 – 2019), yakni
mengurangi jumlah Desa Tertinggal
sampai 5000 Desa dan meningkatkan
jumlah Desa Mandiri sedikitnya 2000
Desa pada tahun 2019. (Buku Indeks
Desa Membangun 2015).
Indeks Desa Membangun
mengklasifikasi Desa dalam lima (5)
status, yakni: (i) Desa Sangat
Tertinggal; (ii) Desa Tertinggal; (iii)
Desa Berkembang; (iv) Desa Maju;
dan (v) Desa Mandiri. Klasifikasi Desa
7
tersebut untuk menunjukkan
keragaman karakter setiap Desa dalam
rentang skor 0,27 – 0,92 Indeks Desa
Membangun. Klasifikasi dalam 5
status Desa tersebut juga untuk
menajamkan penetapan status
perkembangan Desa dan sekaligus
rekomendasi intervensi kebijakan yang
diperlukan. Status Desa Tertinggal,
misalnya, dijelaskan dalam dua status
Desa Tertinggal dan Desa Sangat
Tertinggal di mana situasi dan kondisi
setiap Desa yang ada di dalamnya
membutuhkan pendekatan dan
intervensi kebijakan yang berbeda.
Menangani Desa Sangat Tertinggal
akan berbeda tingkat afirmasi
kebijakannya di banding dengan Desa
Tertinggal.
d. Strategi
Kata strategi itu sendiri berasal
dari akar kata bahasa Yunani strategos
yang secara harfiah berarti-seni umum,
yang kemudian berubah menjadi kata
sifat strategi yang berarti-keahlian
militer (Liliweri, 2011, h.240). Strategi
juga dapat dipandang sebagai pola
tujuan, kebijakan, progam tindakan,
keputusan atau alokasi sumber daya
yang mendefinisikan bagaimana
organisasi itu, apa yang dilakukan dan
mengapa organisasi melakukannya.
Strategi pembangunan desa
dilakukan dengan memadukan
berbagai sektor ke dalam
pembangunan desa terpadu, yang
berupaya membuat semacam
standarisasi tatanan kehidupan desa.
Implementasi strategi pembangunan
desa ini secara signifikan telah
membawa perubahan, terutama dalam
mobilitas fisik dan sosial orang desa
(Buku Desa Mandiri-Desa
Membangun Kemendes).
8
B. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Dalam penilitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif kualitatif
karena dalam penelitian ini berusaha
untuk mengungkapkan suatu fakta atau
fenomena sosial tertentu sebagaimana
adanya dan memberikan gambaran
secara objektif tentang keadaan atau
permasalahan yang mungkin dihadapi.
Penelitian deskriptif memuatkan
perhatian pada masalah actual
sebagaimana adanya pada saat
penilitian berlangusng (Juliansyah
Noor, 2017:35).
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di
Desa Malang Rapat, Kecamatan
Gunung Kijang, Kabupaten Bintan.
Dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan
Desa Malang Rapat berdasarkan data
Kemendes Indeks Desa Membangun
2015 termasuk kedalam Desa Maju
yang memiliki IDM tertinggi pertama
diantara tiga desa yang termasuk Desa
Maju yang ada di Kepri. Dan juga
Desa Malang Rapat merupakan salah
satu desa prioritas Kemendes IDM
2015.
c. Teknik Pengumpulan Data
Untuk penelitian ini, dalam
mengumpulkan data penulis
menggunakan beberapa cara atau
teknik sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan (librarry
research) yaitu memanfaatkan
perpustakaan sebagai sarana
dalam pengumpulan data,
mempelajari buku-buku, jurnal,
dan hasil penelitian ilmiah lainnya
sebagai bahan refrensi.
2. Penelitian lapangan (field Work
Research) yaitu melakukan
penelitian secara langsung di
9
lapangan untuk memperoleh data
atau melakukan informasi
langsung dari responden dengan
menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut :
a. wawancara, yaitu teknik
pengumpulan data yang
digunakan apabila data yang
digunakan peneliti ingin
melakukan sudi pendahuluan
untuk menemukan
permasalahan yang harus
diteliti dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil
(Sugiyono, 2009: 137).
b. Observasi, pengamatan secara
lansgung di lokasi penelitian
dengan menggunakan alat
indera baik itu pendengaran
hingga penglihatan terhadap
fenomena sosial dan segala
gejala-gejala yang terjadi.
Artinya, data diperoleh
dnegan cara melihat dan
mengamati objek sehingga
peneliti memperoleh
pengetahuan mengenai apa
yang dibutuhkan.
c. Dokumentasi, yaitu
pengumpulan data yang
diperoleh dengan cara
mencatat data-data,
pengumpulan data
berdasarkan dokumen-
dokumen, foto-foto dan arsip
yang relevan dengan objek
yang diteliti.
d. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian menggunakan
metode analisis data Miles dan
Huberman (dalam Silalahi 2012:339)
10
yakni data yang terkumpul diseleksi
dan diurutkan sesuai dengan topik
kajian. Aktivitas dalam analisis
meliputi :
1. Reduksi data (data reduction),
merupakan bagian dari proses
analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak
penting dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat
dilakukan.
2. Penyajian data (data display),
merupakan suatu rakitan
organisasi, deskripsi dalam bentuk
narasi yang memungkinkan
simpulan penelitian dapat
dilakukan. Sajian data ini
merupakan rakitan kalimat yang
disusun secara logis dan
sistematis.
3. Penarikan kesimpulan dan
verifikasi (conclusion drawing/
verification). Sedari pengumpulan
data, penulis telah memahami
segala aktivitas dan berbagai hal
yang ia temui dengan melakukan
pencatatan peraturan, pola,
pertanyaan, konfigurasi yang
mungkin, arahan sebab-akibat dan
berbagai proposisi. Simpulan juga
perlu diverifikasi agar benar benar
bisa dipertanggungjawabkan.
D. PEMBAHASAN
a. Faktor-Faktor Perkembangan
Desa
Dalam Permendesa nomor 2
Tahun 2016 Tentang Indeks Desa
Membangun bahwa Desa Maju, atau
bisa disebut sebagai Desa Pra
Sembada adalah Desa yang memiliki
potensi sumber daya sosial, ekonomi
11
dan ekologi, serta kemampuan
mengelolanya untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa,
kualitas hidup manusia, dan
menanggulangi kemiskinan.
Faktor-Faktor yang menyebabkan
Desa Malang Rapat yang sebelumnya
adalah Desa Berkembang dan sekarang
menjadi Desa Mandiri, yaitu
a. Desa Malang Rapat memiliki
sarana dan prasarana yang lengkap
untuk memenuhi aktivitas
kehidupan sehari-hari warga
setempat. Hal ini memberikan
kemudahan warga desa karena
warga Desa Malang Rapat tidak
harus keluar dari desa untuk
mendapatkan apa yang mereka
butuhkan untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari. Sarana dan
Prasarana yang Desa Malang
Rapat miliki seperti, untuk
pendidikan Desa Malang Rapat
memiliki Empat gedung PAUD,
Tiga Sekolah Dasar, Satu Sekolah
Menengah Pertama dan Satu
Sekolah Menengah Kejuruan, hal
ini menjadikan Desa Malang
Rapat untuk pendidikan bisa
terpenuhi apalagi untuk di
Kecamatan Gunung Kijang satu-
satunya yang memiliki SMK
hanya ada di Desa Malang Rapat.
Untuk segi kesehatan masyarakat
Desa Malang Rapat ada
Puskesmas Pembantu, Polindes
(Bidan), dan Posyandu sehingga
untuk kesehatan masyarakat tidak
sulit untuk berobat apalagi adanya
perobatan gratis yang diberikan
Pemerintah Kabupaten Bintan.
Dan juga untuk tempat
peribadatan Malang Rapat sudah
terpenuhi ada Tujuh Masjid dan
12
Surau, serta Satu Gereja. Sarana
keamanan warga ada Delapan
Poskamling di setiap RT/RW.
Sarana dan prasarana air yang ada
baik sumur pribadi, sumur umum,
dan Pamsimas milik pemerintah.
Selanjutnya sarana olahraga
seperti Lapangan Bola, Lapangan
Voli, dan Lapangan Takraw. Dan
kualitas jalan yang bisa dilalui
dengan lancer apalagi Desa
Malang Rapat memiliki potensi
wisata pantai yang luar biasa.
b. Desa Malang Rapat memiliki
potensi sumber daya alam yang
sangat produktif sehingga bisa
memberikan kesejahteraan
ekonomi dan pendapat desa yang
optimal seperti potensi pertanian,
perkebunan, perikanan, kelautan,
dan industri.
1. Potensi Pertanian dan Perkebunan
Desa Malang Rapat untuk potensi
pertanian yang dimiliki memang tidak
begitu luas. Sehingga hanya ada
beberapa wilayah saja yang bisa
menjadi tempat untuk sector tani
seperti, RT 03/01 Pemukiman, RT
02/02 Lembah Cahaya, dan RT 03/02
Pulau Pucung dan hasil pertaniannya
yaitu: cabe, gambas, kacang, jagung,
pare, mentimun, semangka, labu air,
dan terong. Hasil pertanian yang ada
sebagian besar dikonsumsi untuk
masyarakat Desa Malang Rapat dan
diluar ke wilayah Tanjungpinang.
Desa Malang Rapat untuk hasil
perkebunan hanya bisa ditanami sawit
dan pohon kelapa. Untuk lahan
perkebunan sawit dimiliki oleh
PT.Tirta Madu sekitar 58.606 batang.
Untuk tanaman kelapa lebih kurang
30.300 batang dan merupakan milik
13
warga, pohon kelapa yang dimiliki
warga banyak yang dibutuhkan kelapa
muda untuk dijual dengan harga yang
cukup tinggi ke daerah wisata pantai
yang ada di Malang Rapat. Kelapa
muda yang warga jual ke pondok-
pondok peranginan sekitaran Rp.
6.000-7.000/buah, karena permintaan
pengunjung yang tidak pernah kosong
disetiap harinya, apalagi pengunjung
luar mancanegara yang memang
mencari makanan yang unik yang
tidak pernah mereka jumpai dinegara
mereka. Sehingga potensi kelapa muda
yang ada di Malang Rapat harus
dioptimalkan sebaik mungkin karena
akan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi.
2. Potensi Wisata
Desa Malang Rapat memiliki
potensi wisata pantai yang sangat
mempesona, yang menjadi tempat
pilihan kunjungan wisata baik dari
local maupun mancanegara. Potensi
yang dimiliki oleh masyarakat Desa
Malang Rapat dengan membangun
pondok wisata atau pondok
peranginan, biasanya setiap
pengunjung dikenakan tarif antara
Rp.25.000 s/d Rp.40.000 untuk sewa
pondok.
Berdasarkan jumlah kepemilikan
pondok peranginan yang dimiliki oleh
warga dikeselurahan Pantai Trikora 1-
4 memberikan efek ekonomi yang
baik. Sepanjang jalan terdapat Pondok
peranginan dan ini menjadi kelebihan
Desa Malang Rapat yang dimana
potensi wisata yang begitu luas dari
pada wilayah sepanjang jalan menuju
Malang Rapat seperti Kawal, Teluk
Bakau, dan Berakit.
Untuk wilayah Kawal dan Teluk
Bakau tidak memiliki potensi wisata
14
hamparan pasir putih yang dimiliki
Pantai Trikora yang ada di Malang
Rapat, karena didaerah Kawal dan
Teluk Bakau bibir pantai 5 meter
banyak karang sehingga tidak bisa
dijadikan tempat bermain dan
berenang pengunjung. Sehingga
Malang Rapat menjadi tempat
pengunjung dari luar dan dalam
Negara untuk melihat keindahan
Pantai hamparan pasir putih.
Desa Malang Rapat sepanjang
jalan ketika masuk di desa telah
disuguhkan dengan keindahan Pantai
Trikora 1 sampai 4. Kelebihan Pantai
Trikora adalah Desa Malang Rapat
memiliki boat dan peralatan diving
yang lengkap untuk pengunjung yang
datang, dan juga setiap tahunnya
diadakan lomba memancing
tradisional untuk masyarakat dan
pengunjung dari luar. Dengan
keindahan pantai yang begitu luas,
peralatan diving dan snorkeling yang
lengkap, serta perlombaan memancing
yang diadakan memberikan
penambahan nilai ekonomi warga yang
berada di Desa Malang Rapat.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti dilapangan dan hasil
wawancara yang didapatkan untuk
pondok peranginan yang ada di pantai
Malang Rapat tidak pernah kosong
pengunjung dihari kerja, terkadang ada
saja pengungjung yang datang mengisi
pondok dan membeli otak-otak serta
kelapa muda sehingga memberikan
efek ekonomi yang baik bagi
masyarakat yang mengelola pondok
peranginan.
3. Potensi Industri
Desa Malang Rapat memiliki
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
yang produktif menghasilkan kerajinan
15
dan industry rumah tangga seperti
kerupuk ikan, kue basah, dan kering.
Kube yang ada di Malang Rapat
berjalan aktif dan pasif dikarenakan
ada anggota yang memang tidak ingin
aktif dalam produksinya dimasyarakat,
dan memang yang peneliti dapatkan
dilapangan hasilnya masih disekitaran
Malang Rapat saja, KUBE yang ada
masih kurang untuk pemasarannya.
Desa Malang Rapat juga memiliki
Kelompok Nelayan Bawal Putih yang
memang memiliki manajemen yang
baik dimana penghasilan distribusi
kelong yang ada di Pulau Pucung RT
03/02 dan yang menjadi tambahannya
adalah biaya masuk ketika ingin
memancing diwilayah kelong milik
kelompok nelayan. Dan juga yang
menjadi industry besar yang ada di
Desa Malang Rapat adalah Open Bilis
milik Pemerintah Pusat dan sekarang
belum beroperasi karena Pemerintah
Pusat belum menyerahkan langsung ke
pihak Desa Malang Rapat dan telah
direncanakan Pemerintah Desa untuk
dikelola oleh Kelompok Nelayan
Bawal Putih.
b. Strategi Menuju Desa Mandiri
Untuk membangun desa menuju
mandiri, maka kita harus melakukan
langkah-langkah strategis, yang
terencana, terarah, dan terukur,
sehingga memudahkan bagi kita untuk
mencermati kemajuan-kemajuannya.
Dan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti bahwa hasil
dari Malang Rapat saat ini mereka
dalam tahap awal untuk menjadikan
Desa Malang Rapat sebagai Desa
Mandiri. Tahap awal yang
dimaksudkan disini adalah
permasalahan desa yang begitu
16
kompleks dan aturan aturan tentang
desa yang masih berubah-ubah
membuat pemerintah harus memutar
otak untuk membangun desa dan
menyesuaikan dengan budaya
masyarakat yang ada di Malang Rapat.
a. Membangun kapasitas warga
dan organisasi masyarakat sipil
di desa yang kritis dan dinamis
Membangun kapasitas warga dan
organisasi masyarakat sipil merupakan
hal yang paling utama modal penting
bagi desa untuk membangun
kedaulatan dan titik awal terciptanya
komunitas warga desa yang nantinya
akan menjadi kekuatan penyeimbang
atas munculnya kebijakan public yang
tidak responsive masyarakat.
Untuk di Desa Malang Rapat
memiliki organisasi masyarakat
seperti, PKK (Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, Karang
Taruna, BUMDES (Badan Usaha
Milik Desa), dan KUBE (Kelompok
Usaha Bersama) yang dimana untuk
kelembagaan yang ada di desa telah
didata dan diagendakan sebuah
pelatihan untuk meningkatkan kualitas
lembaga atau organisasi masyarakat.
Bentuk kegiatan untuk penguatan
kapasitas misalnya pelatihan
managemen organisasi, mendorong
restrukturisasi/peremajaan pengurus
organisasi, ataupun pemberian bantuan
desa untuk organisasi kemasyarakatan
desa. Saat ini Pemerintah Malang
Rapat untuk mengoptimalkan peran-
peran lembaga yang ada di masyarakat
yang tertera dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa
2016-2020 dengan mengadakan
pelatihan pelatihan agar organisasi dan
masyarakat bisa berkembang secara
17
perlahan, seperti pelatihan sadar wisata
yang dimana masyarakat diberikan
pemahaman untuk mengerti akan
potensi wisata yang dimiliki Desa
Malang Rapat, selanjutnya pelatihan
yang dilakukan adalah pelatihan diving
dan snorkeling untuk para pemuda
yang bergabung disatgas pantai ketika
liburan datang dan juga pengadaan
alatnya hal ini dilakukan agar
masyarakat bisa memiliki skill karena
Desa Malang Rapat saat ini
menjadikan peralatan diving dan
snorkeling sebagai BUMDES sehingga
ini menjadi penambah pemasukan
Desa jika dikelola dengan optimal.
b. Memperkuat Kapasitas
Pemerintahan Dan Interaksi
Dinamis Antara Organisasi
Warga Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
Selain terhadap organisasi
kemasyarakatan, penguatan kapasitas
juga harus dilakukan terhadap
Pemerintah Desa. Seperti tantangan
yang dikemukakan, yaitu kapasitas
Pemerintah Desa dalam tata kelola
keuangan Desa.
Desa Malang Rapat telah
melakukan pelatihan untuk menunjang
kapasitas aparatur pemerintah desa
agar memiliki kapasitas yang
mumpuni dalam penyelenggaraan
pemerintah desa. Didalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
2016-2020 Desa Malang Rapat telah
diagendakan kegiatan Pelatihan
Kepala Desa dan Perangkat Desa
18
dengan tujuan meningkatkan potensi
dan kemampuan perangkat desa,
Pemerintah Desa Malang Rapat
melakukan pelatihan perangkat desa
yaitu pelatihan peningkatan pelayanan
untuk warga dan administrasi,
pelatihan dilakukan karena ada
beberapa yang belum memahami
standar pelaksanaan di desa sehingga
dengan adanya pelatihan perangkat
desa bisa memahami tugasnya, dan
juga pelatihan ini disejalankan dengan
pemberian penjelasan aturan desa,
karena aturan tentang desa yang selalu
berubah-ubah membuat perangkat desa
harus selalu diupgrade pemahamannya
terkait desa.
Badan Permusyawaratan Desa di
Malang Rapat selalu berkoordinasi
dengan Pemerintah Desa yang ada
dalam penyelenggaraan pemerintah
desa. Badan Permusyawaratan Desa
sebagai legislasi di Desa dalam
membuat kebijakan harus selalu
melibatkan warga yang ada di desa.
Keterlibatan masyarakat yang ada di
Desa adalah bukti setiap kebijakan
dibuat semuanya untuk keperluan
masyarakat.
Saat ini di Desa Malang Rapat
usulan kebijakan yang telah dibuat
yang tercantum dalam Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Desa
Malang Rapat untuk keperluan
masyarakat yang dimana pelatihan,
penambahan alat dan peralatan,
perbaikan sarana dan prasaranas
seperti, perbaikan lapangan bola kaki
untuk sekarang. Perbaikan lapangan
bola kaki merupakan usulan yang
diminta oleh masyarakat yang sedang
direalisasikan. Dan juga perbaikan
masjid yang ada di Desa Malang
Rapat, saat ini usulan dari masyarakat
19
untuk masjid yang ada di wilayah
Teluk Dalam.
c Membangun Sistem Perencanaan
Dan Penganggaran Desa Yang
Responsif Dan Partisipatif
Menuju sebuah desa mandiri dan
berdaulat tentu membutuhkan sistem
perencanaan yang terarah di ditopang
partisipasi warga yang baik. Sebelum
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa lahir, desa telah
mengenal system perencanaan
pembangunan partisipatif. Acuan atau
landasan hukumnya waktu itu adalah
UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Kewajiban desa
membuat perencanaan pembangunan
dipertegas melalui PP No.72 Tahun
2005 tentang Pemerintahan Desa
sebagai regulasi teknis turunan dari
UU No.32 Tahun 2004 tersebut.
Desa Malang Rapat untuk
membangun perencanaan dan
penganggaran desa dengan Tahapan
perencanaan membentuk tim 11,
tugasnya untuk menggali aspirasi
masyarakat turun ke RT/RW yang ada
di Malang Rapat dan melakukan
musyawarah serta ditampung aspirasi
yang diinginkan oleh masyarakat yang
diwakili oleh RT/RW, kemudian TIM
11 menseleksi kembali aspirasi yang
disampaikan oleh masyarakat yang ada
di RT/RW dan dibawa ke musyawarah
Desa untuk dijadadikan bahan
pertimbangan apa saja yang menjadi
prioritas program untuk desa dan
setelah prioritas program disepakati
maka akan dibuat RKP Desa (Rencana
Kerja Pemerintah Desa), dan RKP
yang telah ditetapkan itu akan
disesuaikan dengan dana yang ada, dan
20
setalah ditetapkan sesuai pagu dana
dan baru penetapan APBDES.
Desa Malang Rapat untuk
perencanaan anggaran sudah
melakukan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan, dan juga melibatkan segala
pihak agar lebih responsive dan
partisipatif. Dalam perencanaan
anggaran yang dilakukan Pemerintah
Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa Malang Rapat tidak lepas dari
musyawarah yang melibatkan
masyarakat yang ada di desa dan
lembaga-lembaga yang ada agar
keputusan anggaran untuk desa tepat
sasaran sesuai kebutuhan masyarakat
dan juga menjadi prioritas warga.
Apalagi di Desa Malang Rapat
untuk kebutuhan sarana dan prasarana
sudah terpenuhi semua.Seperti yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa 2016-2020
segala hal yang dimasukkan sebagian
besar dari usulan warga Malang Rapat
yang dimana kegiatan yang diadakan
untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat, mengoptimalkan potensi
desa dan warga.
d. Membangun kelembagaan
ekonomi lokal yang mandiri dan
produktif
UU 6/2014 menyebutkan bahwa
pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan,
melalui penyediaan pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana
dan prasarana, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan, dengan
mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan
21
guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial.
Saat ini Desa Malang Rapat
memiliki dua kelembagaan ekonomi
untuk mengoptimalkan ekonomi yang
ada di desa seperti yang dinyatakan
dalam undang-undang desa yaitu,
mengembangkan potensi ekonomi
local. Desa Malang Rapat memiliki
BUMDES (Badan Usaha Milik Desa)
dan KUBE (Kelompok Usaha
Bersama). Untuk Badan Usaha Milik
Desa dan Kelompok Usaha Bersama
yang ada di Malang Rapat masih pasif
keaktifannya untuk mendorong
perekonomian yang ada didesa,
masyarakat belum memahami penuh
bagaimana menjalankan dan
mengoptimalkan potensi desa melalui
BUMDES dan KUBE.
Jika dilihat dari Badan Usaha
yang telah dimiliki oleh Desa Malang
Rapat seharusnya, Desa Malang Rapat
sudah memiliki Pendapat Asli Desa
yang begitu optimal dan juga
kemandirian masyarakat yang bisa
memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat. Tetapi kendala dan aturan
yang begitu sulit untuk dijalankan oleh
pihak penanggungjawan BUMDES
hingga saat ini pengoptimalan
BUMDES masih dalam tahap pasif.
BUMDES yang ada di Desa
Malang Rapat saat ini yang berjalan
aktif hanya rumah sewa dan sewa
tenda, selain itu tidak ada masyarakat
yang mengelola dan alasan yang
dimiliki masyarakat adalah karena
masyarakat focus dengan pekerjaannya
sehingga BUMDES yang lain tidak
berjalan dengan semestinya. Untuk
BUMDES yang lain seperti kelompok
tani hanya menyiapkan alat pembajak
tanah saja dan masih belum berjalan,
22
untuk kerupuk atom, abon, dan
menjahit masih dalam tahap pelatihan
saja, belum dalam tahan produksi yang
banyak.
Dan juga Desa Malang Rapat
memiliki KUBE (Kelompok Usaha
Bersama) untuk membantu dalam
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mendukung
kemandirian desa yang ada di Desa
Malang Rapat.
Untuk di Desa Malang Rapat
KUBE cukup banyak aktif dibidang
home industry dan sangat potensial
untuk dikembangkan, seluruh
kelompok tersebut sangat aktif dalam
memproduksi hasil usahanya, tetapi
masih terhambat dalam proses
pemasaran, terutama hasil kerajinan
tangan dan industri rumah tangga
pangan seperti kerupuk ikan dan kue
basah. Untuk kerupuk ikan dan kue
basah mereka hanya memasarkannya
disekitaran Malang Rapat dengan
sistim titip diwarung tidak diluar
Malang Rapat. Sehingga untuk
mewujudkan kelembagaan ekonomi
yang mandiri dan produktif
Pemerintah Desa Malang Rapat harus
memberikan penambahan pelatihan
untuk memberikan cara pemasaran
yang baik agar hasil dari Kelompok
Usaha Bersama yang ada bisa
menembus pasar luar baik itu ditingkat
local maupun luar negeri.
Desa Malang Rapat memiliki
contoh KUBE yang aktif sekarang
telah menjadi koperasi sendiri untuk
penjualan kerupuk ikan dan memiliki
gedung serta karyawan sendiri,
kerupuk atom dengan nama Pokmas
Bandeng ini sudah menjadi usaha
sendiri dan berjalan sendiri
pengelolaannya serta menjadi tempat
23
para pengunjung untuk membeli ole-
ole khas Malang Rapat. Dan juga
masyarakat bisa menitipkan hasilnya
ke gedung Pokmas Bandeng, karena
belum optimalnya masyarakat dalam
pengelolaan KUBE yang ada
pemasaran dan produksi hanya dibuat
oleh Pokmas Bandeng. Produk yang
dibuat dari sehari 20-30 Kg kerupuk
dan tergantung jenis pesanannya yang
dijual sekitaran Rp. 10.000-
20.000/Pack.
E. PENUTUP
Desa Malang Rapat saat ini
termasuk dalam kategori Desa Maju
yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Desa Republik Indonesia
dengan Indeks Desa Membangun
<0,77721503, yang dimana Desa
Malang Rapat sebelumnya sebagai
Desa Berkembang sekarang telah
menjadi Desa Maju yang berarti
Malang Rapat adalah desa yang
memilki potensi sumber daya social,
ekonomi, dan ekologi untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, kualitas hidup, dan
menanggulangi kemiskinan.
Desa Malang Rapat dalam segi
sarana dan prasarana telah mumpuni
dan lengkap untuk kebutuhan
masyarakat yang ada di Desa Malang
Rapat. Tetapi dalam mengoptimalkan
potensi ekonomi Desa Malang Rapat
masih dalam tahap penguatan sehingga
potensi ekonomi yang dimiliki belum
bisa memberikan kesejahteraan
masyarakat yang begitu signifikan.
Desa Malang Rapat dalam
mewujudkan diri untuk menjadi Desa
Mandiri masih dalam tahap persiapan,
yang dimana masih banyak yang harus
dipersiapkan dan masih harus segera
24
berbenah dengan membuat langkah-
langkah yang konkrit untuk
mewujudkan kemandirian desa,
Pemerintah Desa Malang Rapat harus
kembali melakukan koordinasi baik
didalam internal pemerintah desa,
masyarakat desa dan kelembagaan
agar terjalin komunikasi yang baik
dalam mewujudkan kemandirian desa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amirullah., 2015, Manajemen
Strategi, Edisi pertama, Mitra
Wacana Media, Jakarta
David Hunger dan Thomas L.
Wheelen, Manajemen Strategi,
(Yogyakarta: Andi, 2003)
Eko, Sutoro. 2014. Desa Membangun
Indonesia. Yogyakarta: FPPD
Eko, Sutoro. 2015. “Regulasi Baru,
Desa Baru, Ide, Misi, dan
Semangat Undang-Undang
Desa”. Jakarta : Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013
Medan: Bitra Indonesia.
Kurniawan, Borni. 2015. Desa
Mandiri, Desa Membangun.
Jakarta: Kemendes
Komarudin, 2005. Ensiklopedia
Manajemen, Bandung,
Alfabeta.
Maria Eni Surasih, 2006.
Pemerintahan Desa dan
Implementasinya, Jakarta:
Erlangga,
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Noor, Juliansyah. 2017. Metodelogi
Penelitian: Skripsi, Tesis,
Disertasi & Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana
Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003.
Pemerintahan Desa/Marga.
PT. Raja Grafindo. Persada.
Jakarta.
Siagian, Sondang. P.2005.
Administrasi Pembangunan,
Konsep Dimensi dan
Strateginya. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara
Silalahi, Ulber. 2012. Metode
Penilitian Sosial. Bandung :
Refika Aditama
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kualitatif dan R & D. Bandung
: Alfa Beta.
25
Sunarno, S. 2008. Hukum
Pemerintahan Daerah Di
Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika Offset.
Suparno, A.Suhaenah, 2001.
Membangun Kompetensi
Belajar. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan
Nasional.
Yustika, Ahmad Erani. 2015.
Pengembangan Desa. Jakarta:
Kemendes
Jurnal
Afrizal, Nazaki, 2017. Peran
Pemerintah Kabupaten Bintan
Dalam Meningkatkan
Kemampuan Desa Terhadap
Pengelolaan Kewenangan
(Studi Pelaksanaan
Kewenangan Desa Malang
Rapat Dalam Mengelola
Potensi Wisata)
Efendi, 2014. Pelaksanaan Program
Gerakan Desa Membangun
Pada Bidang Perkebunan di
Desa Data Baru Kecamatan
Sungai Boh Kabupaten
Malinau
Harjo, Budi, 2017. Model Membangun
Desa Mandiri
Setyobakti, Hudi, 2017. Identifikasi
Masalah dan Potensi Desa
Berbasis Indeks Desa
Membangun di Desa
Gondowangi Kecamatan Wagir
KabupatenMalang
Sidik, Fajar, 2015. Menggali Potensi
Lokal Mewujudkan
Kemandirian Desa.
Soleh, Ahmad, 2017. Strategi
Pengembangan Potensi Desa.
Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
PermendesaPDTTrans Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Indeks Desa
Membangun
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 72 tahun
2005 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 Tentang Desa