Abstrak - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/1284/1/RIAN...

25
1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja factor-faktor yang menyebabkan Desa Malang Rapat yang sebelumnya termasuk Desa Berkembang dan sekarang menurut data Kementerian Desa Tahun 2015 Desa Malang Rapat termasuk Desa Maju dan juga penelitian ini ingin melihat sejauh mana strategi yang dilakukan oleh Desa Malang Rapat untuk menjadi Desa Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian untuk rumusahan maslah pertama adalah Desa Malang Rapat menjadi Desa Maju karena Desa Malang Rapat dalam segi sarana dan prasarana yang dimiliki sudah lengkap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di desa, Desa Malang Rapat memiliki potensi sumber daya alam yang bisa memberikan kesejahteraan untuk masyarakat desa seperti potensi pertanian dan perkebunan yang dimana hasil pertanian dijual untuk kebutuhan masyarakat Desa Malang Rapat dan hasil perkebunan sawit yang dimiliki sebagian besar milik perusahaan swasta dan hasil perkebunanan kelapa muda yang dijual untuk pengunjung wisata pantai, potensi wisata pantai yang indah yang tidak dimiliki wilayah lain yang ada di Kecamatan Gunung Kijang, dan potensi industry yaitu industry open bilis dan industry rumahan yang dikelola oleh Kelomok Usaha Bersama (KUBE) hasilnya kerupuk ikan, kue basah, dan kue kering. Hasil penelitian rumusan masalah kedua adalah Desa Malang Rapat untuk menjadi Desa Mandiri harus mengoptimalkan peran lembaga yang ada didesa, memberikan pelatihan dan evaluasi yang lebih intensif agar terwujud kemandirian desa. Kata Kunci: Desa, Desa Membangun, Strategi, Desa Mandiri.

Transcript of Abstrak - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/1284/1/RIAN...

1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja factor-faktor yang

menyebabkan Desa Malang Rapat yang sebelumnya termasuk Desa Berkembang dan

sekarang menurut data Kementerian Desa Tahun 2015 Desa Malang Rapat termasuk

Desa Maju dan juga penelitian ini ingin melihat sejauh mana strategi yang dilakukan

oleh Desa Malang Rapat untuk menjadi Desa Mandiri. Penelitian ini menggunakan

metode pendekatan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian untuk rumusahan maslah pertama adalah Desa Malang Rapat

menjadi Desa Maju karena Desa Malang Rapat dalam segi sarana dan prasarana yang

dimiliki sudah lengkap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di desa,

Desa Malang Rapat memiliki potensi sumber daya alam yang bisa memberikan

kesejahteraan untuk masyarakat desa seperti potensi pertanian dan perkebunan yang

dimana hasil pertanian dijual untuk kebutuhan masyarakat Desa Malang Rapat dan

hasil perkebunan sawit yang dimiliki sebagian besar milik perusahaan swasta dan

hasil perkebunanan kelapa muda yang dijual untuk pengunjung wisata pantai, potensi

wisata pantai yang indah yang tidak dimiliki wilayah lain yang ada di Kecamatan

Gunung Kijang, dan potensi industry yaitu industry open bilis dan industry rumahan

yang dikelola oleh Kelomok Usaha Bersama (KUBE) hasilnya kerupuk ikan, kue

basah, dan kue kering. Hasil penelitian rumusan masalah kedua adalah Desa Malang

Rapat untuk menjadi Desa Mandiri harus mengoptimalkan peran lembaga yang ada

didesa, memberikan pelatihan dan evaluasi yang lebih intensif agar terwujud

kemandirian desa.

Kata Kunci: Desa, Desa Membangun, Strategi, Desa Mandiri.

2

A. PENDAHULUAN

Pada hakekatnya desa merupakan

entitas bangsa yang telah membentuk

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Visi Desa Membangun Indonesia

adalah pengejawantahan kelanjutan

Nawa Cita Presiden Joko Widodo,

bahwa desa bisa bertenaga secara

sosial, berdaulat secara politik,

bermatabat secara budaya, dan mandiri

secara ekonomi. Hal ini sebagai cita-

cita pemerintah untuk menciptakan

desa mandiri. Sehingga kebijakan ini

bisa membuat desa lebih kreatif untuk

mengelola desanya.

Pengembangan Indeks Desa

Membangun (IDM) ditunjukkan untuk

memperkuat pencapaian sasaran

pembangunan prioritas sebagaimana

tertuang dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019, yaitu mengurangi jumlah

desa tertinggal sampai 5000 desa, dan

meningkatkan jumlah desa mandiri

sedikitnya 2000 desa pada Tahun

2019.

Indeks desa membangun akan

difokuskan melalui pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan

masyarakat desa ini akan menjadi

tumpuan utama untuk peningkatan

partisipasi yang berkualitas,

peningkatan pengetahuan, dan

peningkatan keterampilan, atau

peningkatan kapasitas dan kapabilitas

masayarakat desa itu sendiri. Indeks

desa membangun mengklasifikasi desa

dalam lima status, yakni Desa Sangat

Tertinggal, Desa Tertinggal, Desa

Berkembang, Desa Maju, Desa

Mandiri (Buku Indeks Desa

Membangun 2015).

Berdasarkan data Indeks Desa

Membangun Kemendes yang dirilis

3

tahun 2015 di Kepulauan Riau yaitu,

0,559 dan dari angka indeks tersebut

ada 26 desa dikategorikan sangat

tertinggal, 187 desa dikategorikan

tertinggal, 54 desa kategori

berkembang, 5 desa dikategorikan

mandiri dari semua total 272 desa yang

ada di Kepulauan Riau. Saat ini juga

berdasarkan rilis data Kemendes

bahwa ada tiga desa prioritas yang

termasuk dalam kategori Desa Maju,

yaitu Desa Malang Rapat, Desa Teluk

Bakau, dan Desa Penuba.

Dari ketiga desa yang termasuk

dalam kategori desa maju, Desa

Malang Rapat memiliki indeks desa

membangun yang lebih tinggi dari

pada desa lain yaitu, 0.77721503.

Sehingga Desa Malang Rapat dapat

menjadi desa mandiri yang selanjutnya

setelah lima desa yang ada di

Kepulauan Riau menjadi desa mandiri

dengan ambang batas desa yaitu, <

0.815.

Desa Malang Rapat juga memiliki

Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

yang berfungsi untuk melakukan

pemberdayaan kepada masyarakat

yang bergabung di anggota KUBE.

Hasil dari KUBE ini bermacam-

macam ada kerupuk ikan,

menghasilkan palawija, kue-kue khas

Malang Rapat, serta anyaman khas

yang terbuat dari lidi. Dan lebih

menariknya Desa Malang Rapat

memilki studio musik melayu yang

difungsikan untuk pemuda maupun

pemudi yang ingin mengasah bakat

menyanyi dan bermain musik.

Desa Malang Rapat sangat

memiliki potensi yang begitu luar

biasa seperti alat tangkap kelong yang

begitu banyak di Malang Rapat, budi

daya ikan lele, dan juga Desa Malang

4

Rapat memiliki potensi luar biasa

dalam bidang wisata karena Desa

Malang Rapat memiliki potensi alam

pantai yang mempesona, saat ini

potensi tersebut belum bisa

memberikan kebermanfaatan untuk

masyarakat.

Dengan potensi wisata alam pantai

yang luar biasa, Desa Malang Rapat

bisa memanfaatkan ini untuk menjadi

keunggulan utama desanya dalam

peningkatan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat, karena saat

ini Desa Malang Rapat belum bisa

memanfaatkan potensi wisata alam

yang dimiliki sehingga potensi tersebut

dikelola oleh pihak swasta dan tidak

memberikan efek kemanfaatan untuk

kesejahteraan masyarakat khususnya

masyarakat Desa Malang Rapat.

Berdasarkan latar belakang yang

telah dipaparkan, maka sebagai

rumusan masalah yang akan dikaji

adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang

menyebabkan Desa Malang Rapat

berkembang menjadi desa maju?

2. Bagaimana strategi Desa Malang

Rapat menjadi desa mandiri?

A. LANDASAN TEORI

a. Desa

Menurut Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1,

Desa adalah desa dan desa adat atau

yang disebut dengan nama lain, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang

5

diakui dan dihormati dalam sistem

NKRI.

Tujuan pembentukan desa adalah

untuk meningkatkan kemampuan

penyelenggaraan Pemerintahan secara

berdaya guna dan berhasil guna dan

peningkatan pelayanan terhadap

masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan

pembangunan. Dalam menciptakan

pembangunan hingga ditingkat akar

rumput, maka terdapat beberapa syarat

yang harus dipenuhi untuk

pembentukan desa yakni: pertama,

faktor penduduk, minimal 2500 jiwa

atau 500 kepala keluarga, kedua,

faktor luas yang terjangkau dalam

pelayanan dan pembinaan masyarakat,

ketiga, faktor letak yang memiliki

jaringan perhubungan atau komunikasi

antar dusun, keempat, faktor sarana

prasarana, tersedianya sarana

perhubungan, pemasaran, sosial,

produksi, dan sarana pemerintahan

desa, kelima, faktor sosial budaya,

adanya kerukunan hidup beragama dan

kehidupan bermasyarakat dalam

hubungan adat istiadat, keenam, faktor

kehidupan masyarakat, yaitu tempat

untuk keperluan mata pencaharian

masyarakat.

b. Pembangunan Desa

Menurut Siagian (2005:108)

pembangunan desa adalah keseluruhan

proses rangkaian usaha-usaha yang

dilakukan dalam lingkungan desa

dengan tujuan untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat desa serta

memperbesar kesejahteraan dalam

desa.

Suparno (2001:46) menegaskan

bahwa pembangunan desa dilakukan

dalam rangka imbang yang sewajarnya

antara pemerintah dengan masyarakat.

6

Kewajiban pemerintah adalah

menyediakan prasarana-prasarana,

sedangkan selebihnya disandarkan

kepada kemampuan masyarakat itu

sendiri.

Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

melalui Direktorat Jenderal

Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat Desa telah

mengembangkan program unggulan

berdasar tiga pendekatan yang disebut

sebagai pilar Desa Membangun

Indonesia, yakni: (i) Jaring Komunitas

Wiradesa; (ii) Lumbung Ekonomi

Desa; dan (iii) Lingkar Budaya Desa.

Melalui tiga pilar tersebut diharapkan

arah pengembangan program prioritas

untuk menguatkan langkah bagi

kemajuan dan kemandirian Desa, yang

juga mampu dikembangkan sebagai

daya lenting dalam peningkatan

kesejahteraan kehidupan Desa.

c. Indeks Desa Membangun

Indeks Desa Membangun, atau

disebut IDM, dikembangkan untuk

memperkuat upaya pencapaian sasaran

pembangunan Desa dan Kawasan

Perdesaan sebagaimana tertuang dalam

Buku Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2015 – 2019

(RPJMN 2015 – 2019), yakni

mengurangi jumlah Desa Tertinggal

sampai 5000 Desa dan meningkatkan

jumlah Desa Mandiri sedikitnya 2000

Desa pada tahun 2019. (Buku Indeks

Desa Membangun 2015).

Indeks Desa Membangun

mengklasifikasi Desa dalam lima (5)

status, yakni: (i) Desa Sangat

Tertinggal; (ii) Desa Tertinggal; (iii)

Desa Berkembang; (iv) Desa Maju;

dan (v) Desa Mandiri. Klasifikasi Desa

7

tersebut untuk menunjukkan

keragaman karakter setiap Desa dalam

rentang skor 0,27 – 0,92 Indeks Desa

Membangun. Klasifikasi dalam 5

status Desa tersebut juga untuk

menajamkan penetapan status

perkembangan Desa dan sekaligus

rekomendasi intervensi kebijakan yang

diperlukan. Status Desa Tertinggal,

misalnya, dijelaskan dalam dua status

Desa Tertinggal dan Desa Sangat

Tertinggal di mana situasi dan kondisi

setiap Desa yang ada di dalamnya

membutuhkan pendekatan dan

intervensi kebijakan yang berbeda.

Menangani Desa Sangat Tertinggal

akan berbeda tingkat afirmasi

kebijakannya di banding dengan Desa

Tertinggal.

d. Strategi

Kata strategi itu sendiri berasal

dari akar kata bahasa Yunani strategos

yang secara harfiah berarti-seni umum,

yang kemudian berubah menjadi kata

sifat strategi yang berarti-keahlian

militer (Liliweri, 2011, h.240). Strategi

juga dapat dipandang sebagai pola

tujuan, kebijakan, progam tindakan,

keputusan atau alokasi sumber daya

yang mendefinisikan bagaimana

organisasi itu, apa yang dilakukan dan

mengapa organisasi melakukannya.

Strategi pembangunan desa

dilakukan dengan memadukan

berbagai sektor ke dalam

pembangunan desa terpadu, yang

berupaya membuat semacam

standarisasi tatanan kehidupan desa.

Implementasi strategi pembangunan

desa ini secara signifikan telah

membawa perubahan, terutama dalam

mobilitas fisik dan sosial orang desa

(Buku Desa Mandiri-Desa

Membangun Kemendes).

8

B. METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Dalam penilitian ini menggunakan

jenis penelitian deskriptif kualitatif

karena dalam penelitian ini berusaha

untuk mengungkapkan suatu fakta atau

fenomena sosial tertentu sebagaimana

adanya dan memberikan gambaran

secara objektif tentang keadaan atau

permasalahan yang mungkin dihadapi.

Penelitian deskriptif memuatkan

perhatian pada masalah actual

sebagaimana adanya pada saat

penilitian berlangusng (Juliansyah

Noor, 2017:35).

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di

Desa Malang Rapat, Kecamatan

Gunung Kijang, Kabupaten Bintan.

Dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan

Desa Malang Rapat berdasarkan data

Kemendes Indeks Desa Membangun

2015 termasuk kedalam Desa Maju

yang memiliki IDM tertinggi pertama

diantara tiga desa yang termasuk Desa

Maju yang ada di Kepri. Dan juga

Desa Malang Rapat merupakan salah

satu desa prioritas Kemendes IDM

2015.

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk penelitian ini, dalam

mengumpulkan data penulis

menggunakan beberapa cara atau

teknik sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan (librarry

research) yaitu memanfaatkan

perpustakaan sebagai sarana

dalam pengumpulan data,

mempelajari buku-buku, jurnal,

dan hasil penelitian ilmiah lainnya

sebagai bahan refrensi.

2. Penelitian lapangan (field Work

Research) yaitu melakukan

penelitian secara langsung di

9

lapangan untuk memperoleh data

atau melakukan informasi

langsung dari responden dengan

menggunakan beberapa teknik

sebagai berikut :

a. wawancara, yaitu teknik

pengumpulan data yang

digunakan apabila data yang

digunakan peneliti ingin

melakukan sudi pendahuluan

untuk menemukan

permasalahan yang harus

diteliti dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil

(Sugiyono, 2009: 137).

b. Observasi, pengamatan secara

lansgung di lokasi penelitian

dengan menggunakan alat

indera baik itu pendengaran

hingga penglihatan terhadap

fenomena sosial dan segala

gejala-gejala yang terjadi.

Artinya, data diperoleh

dnegan cara melihat dan

mengamati objek sehingga

peneliti memperoleh

pengetahuan mengenai apa

yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi, yaitu

pengumpulan data yang

diperoleh dengan cara

mencatat data-data,

pengumpulan data

berdasarkan dokumen-

dokumen, foto-foto dan arsip

yang relevan dengan objek

yang diteliti.

d. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian menggunakan

metode analisis data Miles dan

Huberman (dalam Silalahi 2012:339)

10

yakni data yang terkumpul diseleksi

dan diurutkan sesuai dengan topik

kajian. Aktivitas dalam analisis

meliputi :

1. Reduksi data (data reduction),

merupakan bagian dari proses

analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus,

membuang hal-hal yang tidak

penting dan mengatur data

sedemikian rupa sehingga

simpulan penelitian dapat

dilakukan.

2. Penyajian data (data display),

merupakan suatu rakitan

organisasi, deskripsi dalam bentuk

narasi yang memungkinkan

simpulan penelitian dapat

dilakukan. Sajian data ini

merupakan rakitan kalimat yang

disusun secara logis dan

sistematis.

3. Penarikan kesimpulan dan

verifikasi (conclusion drawing/

verification). Sedari pengumpulan

data, penulis telah memahami

segala aktivitas dan berbagai hal

yang ia temui dengan melakukan

pencatatan peraturan, pola,

pertanyaan, konfigurasi yang

mungkin, arahan sebab-akibat dan

berbagai proposisi. Simpulan juga

perlu diverifikasi agar benar benar

bisa dipertanggungjawabkan.

D. PEMBAHASAN

a. Faktor-Faktor Perkembangan

Desa

Dalam Permendesa nomor 2

Tahun 2016 Tentang Indeks Desa

Membangun bahwa Desa Maju, atau

bisa disebut sebagai Desa Pra

Sembada adalah Desa yang memiliki

potensi sumber daya sosial, ekonomi

11

dan ekologi, serta kemampuan

mengelolanya untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat Desa,

kualitas hidup manusia, dan

menanggulangi kemiskinan.

Faktor-Faktor yang menyebabkan

Desa Malang Rapat yang sebelumnya

adalah Desa Berkembang dan sekarang

menjadi Desa Mandiri, yaitu

a. Desa Malang Rapat memiliki

sarana dan prasarana yang lengkap

untuk memenuhi aktivitas

kehidupan sehari-hari warga

setempat. Hal ini memberikan

kemudahan warga desa karena

warga Desa Malang Rapat tidak

harus keluar dari desa untuk

mendapatkan apa yang mereka

butuhkan untuk memenuhi

kehidupan sehari-hari. Sarana dan

Prasarana yang Desa Malang

Rapat miliki seperti, untuk

pendidikan Desa Malang Rapat

memiliki Empat gedung PAUD,

Tiga Sekolah Dasar, Satu Sekolah

Menengah Pertama dan Satu

Sekolah Menengah Kejuruan, hal

ini menjadikan Desa Malang

Rapat untuk pendidikan bisa

terpenuhi apalagi untuk di

Kecamatan Gunung Kijang satu-

satunya yang memiliki SMK

hanya ada di Desa Malang Rapat.

Untuk segi kesehatan masyarakat

Desa Malang Rapat ada

Puskesmas Pembantu, Polindes

(Bidan), dan Posyandu sehingga

untuk kesehatan masyarakat tidak

sulit untuk berobat apalagi adanya

perobatan gratis yang diberikan

Pemerintah Kabupaten Bintan.

Dan juga untuk tempat

peribadatan Malang Rapat sudah

terpenuhi ada Tujuh Masjid dan

12

Surau, serta Satu Gereja. Sarana

keamanan warga ada Delapan

Poskamling di setiap RT/RW.

Sarana dan prasarana air yang ada

baik sumur pribadi, sumur umum,

dan Pamsimas milik pemerintah.

Selanjutnya sarana olahraga

seperti Lapangan Bola, Lapangan

Voli, dan Lapangan Takraw. Dan

kualitas jalan yang bisa dilalui

dengan lancer apalagi Desa

Malang Rapat memiliki potensi

wisata pantai yang luar biasa.

b. Desa Malang Rapat memiliki

potensi sumber daya alam yang

sangat produktif sehingga bisa

memberikan kesejahteraan

ekonomi dan pendapat desa yang

optimal seperti potensi pertanian,

perkebunan, perikanan, kelautan,

dan industri.

1. Potensi Pertanian dan Perkebunan

Desa Malang Rapat untuk potensi

pertanian yang dimiliki memang tidak

begitu luas. Sehingga hanya ada

beberapa wilayah saja yang bisa

menjadi tempat untuk sector tani

seperti, RT 03/01 Pemukiman, RT

02/02 Lembah Cahaya, dan RT 03/02

Pulau Pucung dan hasil pertaniannya

yaitu: cabe, gambas, kacang, jagung,

pare, mentimun, semangka, labu air,

dan terong. Hasil pertanian yang ada

sebagian besar dikonsumsi untuk

masyarakat Desa Malang Rapat dan

diluar ke wilayah Tanjungpinang.

Desa Malang Rapat untuk hasil

perkebunan hanya bisa ditanami sawit

dan pohon kelapa. Untuk lahan

perkebunan sawit dimiliki oleh

PT.Tirta Madu sekitar 58.606 batang.

Untuk tanaman kelapa lebih kurang

30.300 batang dan merupakan milik

13

warga, pohon kelapa yang dimiliki

warga banyak yang dibutuhkan kelapa

muda untuk dijual dengan harga yang

cukup tinggi ke daerah wisata pantai

yang ada di Malang Rapat. Kelapa

muda yang warga jual ke pondok-

pondok peranginan sekitaran Rp.

6.000-7.000/buah, karena permintaan

pengunjung yang tidak pernah kosong

disetiap harinya, apalagi pengunjung

luar mancanegara yang memang

mencari makanan yang unik yang

tidak pernah mereka jumpai dinegara

mereka. Sehingga potensi kelapa muda

yang ada di Malang Rapat harus

dioptimalkan sebaik mungkin karena

akan meningkatkan kesejahteraan

ekonomi.

2. Potensi Wisata

Desa Malang Rapat memiliki

potensi wisata pantai yang sangat

mempesona, yang menjadi tempat

pilihan kunjungan wisata baik dari

local maupun mancanegara. Potensi

yang dimiliki oleh masyarakat Desa

Malang Rapat dengan membangun

pondok wisata atau pondok

peranginan, biasanya setiap

pengunjung dikenakan tarif antara

Rp.25.000 s/d Rp.40.000 untuk sewa

pondok.

Berdasarkan jumlah kepemilikan

pondok peranginan yang dimiliki oleh

warga dikeselurahan Pantai Trikora 1-

4 memberikan efek ekonomi yang

baik. Sepanjang jalan terdapat Pondok

peranginan dan ini menjadi kelebihan

Desa Malang Rapat yang dimana

potensi wisata yang begitu luas dari

pada wilayah sepanjang jalan menuju

Malang Rapat seperti Kawal, Teluk

Bakau, dan Berakit.

Untuk wilayah Kawal dan Teluk

Bakau tidak memiliki potensi wisata

14

hamparan pasir putih yang dimiliki

Pantai Trikora yang ada di Malang

Rapat, karena didaerah Kawal dan

Teluk Bakau bibir pantai 5 meter

banyak karang sehingga tidak bisa

dijadikan tempat bermain dan

berenang pengunjung. Sehingga

Malang Rapat menjadi tempat

pengunjung dari luar dan dalam

Negara untuk melihat keindahan

Pantai hamparan pasir putih.

Desa Malang Rapat sepanjang

jalan ketika masuk di desa telah

disuguhkan dengan keindahan Pantai

Trikora 1 sampai 4. Kelebihan Pantai

Trikora adalah Desa Malang Rapat

memiliki boat dan peralatan diving

yang lengkap untuk pengunjung yang

datang, dan juga setiap tahunnya

diadakan lomba memancing

tradisional untuk masyarakat dan

pengunjung dari luar. Dengan

keindahan pantai yang begitu luas,

peralatan diving dan snorkeling yang

lengkap, serta perlombaan memancing

yang diadakan memberikan

penambahan nilai ekonomi warga yang

berada di Desa Malang Rapat.

Dari hasil pengamatan yang

dilakukan peneliti dilapangan dan hasil

wawancara yang didapatkan untuk

pondok peranginan yang ada di pantai

Malang Rapat tidak pernah kosong

pengunjung dihari kerja, terkadang ada

saja pengungjung yang datang mengisi

pondok dan membeli otak-otak serta

kelapa muda sehingga memberikan

efek ekonomi yang baik bagi

masyarakat yang mengelola pondok

peranginan.

3. Potensi Industri

Desa Malang Rapat memiliki

Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

yang produktif menghasilkan kerajinan

15

dan industry rumah tangga seperti

kerupuk ikan, kue basah, dan kering.

Kube yang ada di Malang Rapat

berjalan aktif dan pasif dikarenakan

ada anggota yang memang tidak ingin

aktif dalam produksinya dimasyarakat,

dan memang yang peneliti dapatkan

dilapangan hasilnya masih disekitaran

Malang Rapat saja, KUBE yang ada

masih kurang untuk pemasarannya.

Desa Malang Rapat juga memiliki

Kelompok Nelayan Bawal Putih yang

memang memiliki manajemen yang

baik dimana penghasilan distribusi

kelong yang ada di Pulau Pucung RT

03/02 dan yang menjadi tambahannya

adalah biaya masuk ketika ingin

memancing diwilayah kelong milik

kelompok nelayan. Dan juga yang

menjadi industry besar yang ada di

Desa Malang Rapat adalah Open Bilis

milik Pemerintah Pusat dan sekarang

belum beroperasi karena Pemerintah

Pusat belum menyerahkan langsung ke

pihak Desa Malang Rapat dan telah

direncanakan Pemerintah Desa untuk

dikelola oleh Kelompok Nelayan

Bawal Putih.

b. Strategi Menuju Desa Mandiri

Untuk membangun desa menuju

mandiri, maka kita harus melakukan

langkah-langkah strategis, yang

terencana, terarah, dan terukur,

sehingga memudahkan bagi kita untuk

mencermati kemajuan-kemajuannya.

Dan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti bahwa hasil

dari Malang Rapat saat ini mereka

dalam tahap awal untuk menjadikan

Desa Malang Rapat sebagai Desa

Mandiri. Tahap awal yang

dimaksudkan disini adalah

permasalahan desa yang begitu

16

kompleks dan aturan aturan tentang

desa yang masih berubah-ubah

membuat pemerintah harus memutar

otak untuk membangun desa dan

menyesuaikan dengan budaya

masyarakat yang ada di Malang Rapat.

a. Membangun kapasitas warga

dan organisasi masyarakat sipil

di desa yang kritis dan dinamis

Membangun kapasitas warga dan

organisasi masyarakat sipil merupakan

hal yang paling utama modal penting

bagi desa untuk membangun

kedaulatan dan titik awal terciptanya

komunitas warga desa yang nantinya

akan menjadi kekuatan penyeimbang

atas munculnya kebijakan public yang

tidak responsive masyarakat.

Untuk di Desa Malang Rapat

memiliki organisasi masyarakat

seperti, PKK (Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga), Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat, Karang

Taruna, BUMDES (Badan Usaha

Milik Desa), dan KUBE (Kelompok

Usaha Bersama) yang dimana untuk

kelembagaan yang ada di desa telah

didata dan diagendakan sebuah

pelatihan untuk meningkatkan kualitas

lembaga atau organisasi masyarakat.

Bentuk kegiatan untuk penguatan

kapasitas misalnya pelatihan

managemen organisasi, mendorong

restrukturisasi/peremajaan pengurus

organisasi, ataupun pemberian bantuan

desa untuk organisasi kemasyarakatan

desa. Saat ini Pemerintah Malang

Rapat untuk mengoptimalkan peran-

peran lembaga yang ada di masyarakat

yang tertera dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa

2016-2020 dengan mengadakan

pelatihan pelatihan agar organisasi dan

masyarakat bisa berkembang secara

17

perlahan, seperti pelatihan sadar wisata

yang dimana masyarakat diberikan

pemahaman untuk mengerti akan

potensi wisata yang dimiliki Desa

Malang Rapat, selanjutnya pelatihan

yang dilakukan adalah pelatihan diving

dan snorkeling untuk para pemuda

yang bergabung disatgas pantai ketika

liburan datang dan juga pengadaan

alatnya hal ini dilakukan agar

masyarakat bisa memiliki skill karena

Desa Malang Rapat saat ini

menjadikan peralatan diving dan

snorkeling sebagai BUMDES sehingga

ini menjadi penambah pemasukan

Desa jika dikelola dengan optimal.

b. Memperkuat Kapasitas

Pemerintahan Dan Interaksi

Dinamis Antara Organisasi

Warga Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa

Selain terhadap organisasi

kemasyarakatan, penguatan kapasitas

juga harus dilakukan terhadap

Pemerintah Desa. Seperti tantangan

yang dikemukakan, yaitu kapasitas

Pemerintah Desa dalam tata kelola

keuangan Desa.

Desa Malang Rapat telah

melakukan pelatihan untuk menunjang

kapasitas aparatur pemerintah desa

agar memiliki kapasitas yang

mumpuni dalam penyelenggaraan

pemerintah desa. Didalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

2016-2020 Desa Malang Rapat telah

diagendakan kegiatan Pelatihan

Kepala Desa dan Perangkat Desa

18

dengan tujuan meningkatkan potensi

dan kemampuan perangkat desa,

Pemerintah Desa Malang Rapat

melakukan pelatihan perangkat desa

yaitu pelatihan peningkatan pelayanan

untuk warga dan administrasi,

pelatihan dilakukan karena ada

beberapa yang belum memahami

standar pelaksanaan di desa sehingga

dengan adanya pelatihan perangkat

desa bisa memahami tugasnya, dan

juga pelatihan ini disejalankan dengan

pemberian penjelasan aturan desa,

karena aturan tentang desa yang selalu

berubah-ubah membuat perangkat desa

harus selalu diupgrade pemahamannya

terkait desa.

Badan Permusyawaratan Desa di

Malang Rapat selalu berkoordinasi

dengan Pemerintah Desa yang ada

dalam penyelenggaraan pemerintah

desa. Badan Permusyawaratan Desa

sebagai legislasi di Desa dalam

membuat kebijakan harus selalu

melibatkan warga yang ada di desa.

Keterlibatan masyarakat yang ada di

Desa adalah bukti setiap kebijakan

dibuat semuanya untuk keperluan

masyarakat.

Saat ini di Desa Malang Rapat

usulan kebijakan yang telah dibuat

yang tercantum dalam Rancangan

Pembangunan Jangka Menengah Desa

Malang Rapat untuk keperluan

masyarakat yang dimana pelatihan,

penambahan alat dan peralatan,

perbaikan sarana dan prasaranas

seperti, perbaikan lapangan bola kaki

untuk sekarang. Perbaikan lapangan

bola kaki merupakan usulan yang

diminta oleh masyarakat yang sedang

direalisasikan. Dan juga perbaikan

masjid yang ada di Desa Malang

Rapat, saat ini usulan dari masyarakat

19

untuk masjid yang ada di wilayah

Teluk Dalam.

c Membangun Sistem Perencanaan

Dan Penganggaran Desa Yang

Responsif Dan Partisipatif

Menuju sebuah desa mandiri dan

berdaulat tentu membutuhkan sistem

perencanaan yang terarah di ditopang

partisipasi warga yang baik. Sebelum

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014

tentang Desa lahir, desa telah

mengenal system perencanaan

pembangunan partisipatif. Acuan atau

landasan hukumnya waktu itu adalah

UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Kewajiban desa

membuat perencanaan pembangunan

dipertegas melalui PP No.72 Tahun

2005 tentang Pemerintahan Desa

sebagai regulasi teknis turunan dari

UU No.32 Tahun 2004 tersebut.

Desa Malang Rapat untuk

membangun perencanaan dan

penganggaran desa dengan Tahapan

perencanaan membentuk tim 11,

tugasnya untuk menggali aspirasi

masyarakat turun ke RT/RW yang ada

di Malang Rapat dan melakukan

musyawarah serta ditampung aspirasi

yang diinginkan oleh masyarakat yang

diwakili oleh RT/RW, kemudian TIM

11 menseleksi kembali aspirasi yang

disampaikan oleh masyarakat yang ada

di RT/RW dan dibawa ke musyawarah

Desa untuk dijadadikan bahan

pertimbangan apa saja yang menjadi

prioritas program untuk desa dan

setelah prioritas program disepakati

maka akan dibuat RKP Desa (Rencana

Kerja Pemerintah Desa), dan RKP

yang telah ditetapkan itu akan

disesuaikan dengan dana yang ada, dan

20

setalah ditetapkan sesuai pagu dana

dan baru penetapan APBDES.

Desa Malang Rapat untuk

perencanaan anggaran sudah

melakukan sesuai prosedur yang telah

ditetapkan, dan juga melibatkan segala

pihak agar lebih responsive dan

partisipatif. Dalam perencanaan

anggaran yang dilakukan Pemerintah

Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa Malang Rapat tidak lepas dari

musyawarah yang melibatkan

masyarakat yang ada di desa dan

lembaga-lembaga yang ada agar

keputusan anggaran untuk desa tepat

sasaran sesuai kebutuhan masyarakat

dan juga menjadi prioritas warga.

Apalagi di Desa Malang Rapat

untuk kebutuhan sarana dan prasarana

sudah terpenuhi semua.Seperti yang

tertuang dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa 2016-2020

segala hal yang dimasukkan sebagian

besar dari usulan warga Malang Rapat

yang dimana kegiatan yang diadakan

untuk meningkatkan kapasitas

masyarakat, mengoptimalkan potensi

desa dan warga.

d. Membangun kelembagaan

ekonomi lokal yang mandiri dan

produktif

UU 6/2014 menyebutkan bahwa

pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia

serta penanggulangan kemiskinan,

melalui penyediaan pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana

dan prasarana, pengembangan potensi

ekonomi lokal, serta pemanfaatan

sumber daya alam dan lingkungan

secara berkelanjutan, dengan

mengedepankan kebersamaan,

kekeluargaan, dan kegotongroyongan

21

guna mewujudkan pengarusutamaan

perdamaian dan keadilan sosial.

Saat ini Desa Malang Rapat

memiliki dua kelembagaan ekonomi

untuk mengoptimalkan ekonomi yang

ada di desa seperti yang dinyatakan

dalam undang-undang desa yaitu,

mengembangkan potensi ekonomi

local. Desa Malang Rapat memiliki

BUMDES (Badan Usaha Milik Desa)

dan KUBE (Kelompok Usaha

Bersama). Untuk Badan Usaha Milik

Desa dan Kelompok Usaha Bersama

yang ada di Malang Rapat masih pasif

keaktifannya untuk mendorong

perekonomian yang ada didesa,

masyarakat belum memahami penuh

bagaimana menjalankan dan

mengoptimalkan potensi desa melalui

BUMDES dan KUBE.

Jika dilihat dari Badan Usaha

yang telah dimiliki oleh Desa Malang

Rapat seharusnya, Desa Malang Rapat

sudah memiliki Pendapat Asli Desa

yang begitu optimal dan juga

kemandirian masyarakat yang bisa

memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat. Tetapi kendala dan aturan

yang begitu sulit untuk dijalankan oleh

pihak penanggungjawan BUMDES

hingga saat ini pengoptimalan

BUMDES masih dalam tahap pasif.

BUMDES yang ada di Desa

Malang Rapat saat ini yang berjalan

aktif hanya rumah sewa dan sewa

tenda, selain itu tidak ada masyarakat

yang mengelola dan alasan yang

dimiliki masyarakat adalah karena

masyarakat focus dengan pekerjaannya

sehingga BUMDES yang lain tidak

berjalan dengan semestinya. Untuk

BUMDES yang lain seperti kelompok

tani hanya menyiapkan alat pembajak

tanah saja dan masih belum berjalan,

22

untuk kerupuk atom, abon, dan

menjahit masih dalam tahap pelatihan

saja, belum dalam tahan produksi yang

banyak.

Dan juga Desa Malang Rapat

memiliki KUBE (Kelompok Usaha

Bersama) untuk membantu dalam

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan mendukung

kemandirian desa yang ada di Desa

Malang Rapat.

Untuk di Desa Malang Rapat

KUBE cukup banyak aktif dibidang

home industry dan sangat potensial

untuk dikembangkan, seluruh

kelompok tersebut sangat aktif dalam

memproduksi hasil usahanya, tetapi

masih terhambat dalam proses

pemasaran, terutama hasil kerajinan

tangan dan industri rumah tangga

pangan seperti kerupuk ikan dan kue

basah. Untuk kerupuk ikan dan kue

basah mereka hanya memasarkannya

disekitaran Malang Rapat dengan

sistim titip diwarung tidak diluar

Malang Rapat. Sehingga untuk

mewujudkan kelembagaan ekonomi

yang mandiri dan produktif

Pemerintah Desa Malang Rapat harus

memberikan penambahan pelatihan

untuk memberikan cara pemasaran

yang baik agar hasil dari Kelompok

Usaha Bersama yang ada bisa

menembus pasar luar baik itu ditingkat

local maupun luar negeri.

Desa Malang Rapat memiliki

contoh KUBE yang aktif sekarang

telah menjadi koperasi sendiri untuk

penjualan kerupuk ikan dan memiliki

gedung serta karyawan sendiri,

kerupuk atom dengan nama Pokmas

Bandeng ini sudah menjadi usaha

sendiri dan berjalan sendiri

pengelolaannya serta menjadi tempat

23

para pengunjung untuk membeli ole-

ole khas Malang Rapat. Dan juga

masyarakat bisa menitipkan hasilnya

ke gedung Pokmas Bandeng, karena

belum optimalnya masyarakat dalam

pengelolaan KUBE yang ada

pemasaran dan produksi hanya dibuat

oleh Pokmas Bandeng. Produk yang

dibuat dari sehari 20-30 Kg kerupuk

dan tergantung jenis pesanannya yang

dijual sekitaran Rp. 10.000-

20.000/Pack.

E. PENUTUP

Desa Malang Rapat saat ini

termasuk dalam kategori Desa Maju

yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Desa Republik Indonesia

dengan Indeks Desa Membangun

<0,77721503, yang dimana Desa

Malang Rapat sebelumnya sebagai

Desa Berkembang sekarang telah

menjadi Desa Maju yang berarti

Malang Rapat adalah desa yang

memilki potensi sumber daya social,

ekonomi, dan ekologi untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, kualitas hidup, dan

menanggulangi kemiskinan.

Desa Malang Rapat dalam segi

sarana dan prasarana telah mumpuni

dan lengkap untuk kebutuhan

masyarakat yang ada di Desa Malang

Rapat. Tetapi dalam mengoptimalkan

potensi ekonomi Desa Malang Rapat

masih dalam tahap penguatan sehingga

potensi ekonomi yang dimiliki belum

bisa memberikan kesejahteraan

masyarakat yang begitu signifikan.

Desa Malang Rapat dalam

mewujudkan diri untuk menjadi Desa

Mandiri masih dalam tahap persiapan,

yang dimana masih banyak yang harus

dipersiapkan dan masih harus segera

24

berbenah dengan membuat langkah-

langkah yang konkrit untuk

mewujudkan kemandirian desa,

Pemerintah Desa Malang Rapat harus

kembali melakukan koordinasi baik

didalam internal pemerintah desa,

masyarakat desa dan kelembagaan

agar terjalin komunikasi yang baik

dalam mewujudkan kemandirian desa.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amirullah., 2015, Manajemen

Strategi, Edisi pertama, Mitra

Wacana Media, Jakarta

David Hunger dan Thomas L.

Wheelen, Manajemen Strategi,

(Yogyakarta: Andi, 2003)

Eko, Sutoro. 2014. Desa Membangun

Indonesia. Yogyakarta: FPPD

Eko, Sutoro. 2015. “Regulasi Baru,

Desa Baru, Ide, Misi, dan

Semangat Undang-Undang

Desa”. Jakarta : Kementrian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal,

dan Transmigrasi Republik

Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013

Medan: Bitra Indonesia.

Kurniawan, Borni. 2015. Desa

Mandiri, Desa Membangun.

Jakarta: Kemendes

Komarudin, 2005. Ensiklopedia

Manajemen, Bandung,

Alfabeta.

Maria Eni Surasih, 2006.

Pemerintahan Desa dan

Implementasinya, Jakarta:

Erlangga,

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2017. Metodelogi

Penelitian: Skripsi, Tesis,

Disertasi & Karya Ilmiah.

Jakarta: Kencana

Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003.

Pemerintahan Desa/Marga.

PT. Raja Grafindo. Persada.

Jakarta.

Siagian, Sondang. P.2005.

Administrasi Pembangunan,

Konsep Dimensi dan

Strateginya. Jakarta: Penerbit

Bumi Aksara

Silalahi, Ulber. 2012. Metode

Penilitian Sosial. Bandung :

Refika Aditama

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kualitatif dan R & D. Bandung

: Alfa Beta.

25

Sunarno, S. 2008. Hukum

Pemerintahan Daerah Di

Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika Offset.

Suparno, A.Suhaenah, 2001.

Membangun Kompetensi

Belajar. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi.

Departemen Pendidikan

Nasional.

Yustika, Ahmad Erani. 2015.

Pengembangan Desa. Jakarta:

Kemendes

Jurnal

Afrizal, Nazaki, 2017. Peran

Pemerintah Kabupaten Bintan

Dalam Meningkatkan

Kemampuan Desa Terhadap

Pengelolaan Kewenangan

(Studi Pelaksanaan

Kewenangan Desa Malang

Rapat Dalam Mengelola

Potensi Wisata)

Efendi, 2014. Pelaksanaan Program

Gerakan Desa Membangun

Pada Bidang Perkebunan di

Desa Data Baru Kecamatan

Sungai Boh Kabupaten

Malinau

Harjo, Budi, 2017. Model Membangun

Desa Mandiri

Setyobakti, Hudi, 2017. Identifikasi

Masalah dan Potensi Desa

Berbasis Indeks Desa

Membangun di Desa

Gondowangi Kecamatan Wagir

KabupatenMalang

Sidik, Fajar, 2015. Menggali Potensi

Lokal Mewujudkan

Kemandirian Desa.

Soleh, Ahmad, 2017. Strategi

Pengembangan Potensi Desa.

Undang-Undang dan Peraturan

Pemerintah

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

PermendesaPDTTrans Nomor 2 Tahun

2016 Tentang Indeks Desa

Membangun

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 72 tahun

2005 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 47

Tahun 2015 Tentang Desa