KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono...

77
KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE JANTAN LEPAS SAPIH PADA SUHU LINGKUNGAN PEMELIHARAAN YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : AluysiusMandungAjiWicaksono NIM. 135050101111106 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono...

Page 1: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN

NEW ZEALAND WHITE JANTAN LEPAS SAPIH PADA

SUHU LINGKUNGAN PEMELIHARAAN YANG

BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

AluysiusMandungAjiWicaksono

NIM. 135050101111106

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN

NEW ZEALAND WHITE JANTAN LEPAS SAPIH PADA

SUHU LINGKUNGAN PEMELIHARAAN YANG

BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

Aluysius Mandung Aji Wicaksono

NIM. 135050101111106

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN

NEW ZEALAND WHITE JANTAN LEPAS SAPIH PADA

SUHU LINGKUNGAN PEMELIHARAAN YANG

BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

Aluysius Mandung Aji Wicaksono

NIM. 135050101111106

Telah dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana

Pada Hari/Tanggal: Senin/24 Juli 2017

Pembimbing Utama: Tanda tangan Tanggal

Dr. Ir. Ita Wahju Nursita, M.Sc

NIP. 19630508 198802 2 001 ……………… …….......

Pembimbing Pendamping:

Ir. Nur Cholis, M.Si.

NIP. 19590626 198601 1 001 ……………... …….......

Dosen Penguji:

Dr. Ir. Sri Minarti, MP.

NIP. 19610122 198601 2 001 ……………... …….......

Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS.

NIP. 19530514 198002 2 001 ……………..... …….......

Prof. Dr. Ir. Djalal Rosyidi, MS.

NIP. 19590927 198601 1 002 ……………..... …….......

Mengetahui:

Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS

NIP. 19620403 198701 1 001

Tanggal......................................

Page 4: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

Identitas Tim Penguji

1. Penguji dari bidang minat Produksi Ternak

2. Penguji dari bidang minat Nutrisi dan Makanan Ternak

3. Penguji dari bidang minat Teknologi Hasil Ternak

NAMA : Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS.

NIP : 19530514 1980022 001

NAMA : Prof. Dr. Ir. Djalal Rosyidi, MS.

NIP : 19590927 1986011002

NAMA : Dr. Ir. Sri Minarti, MP.

NIP : 196101221986012001

Page 5: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Aluysius Mandung Aji Wicaksono

NIM : 135050101111106

Fakultas : Peternakan

dengan ini menyatakan bahwa judul Skripsi “Karakteristik

Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Lepas

Sapih Pada Suhu Lingkungan Pemeliharaan Yang Berbeda”

benar bebas dari plagiat, dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 15 Agustus 2017

Aluysius Mandung Aji W.

NIM. 135050101111106

Page 6: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aluysius Mandung Aji

Wicaksono, dilahirkan di Kediri tanggal 20 Agustus 1995,

sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Agustinus Suparmanto dan Ibu Asri Rina Hardini.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SD Negeri 1 Grogol

Kediri, Tahun 2010 lulus dari SMP Negeri 1 Grogol Kediri,

tahun 2013 lulus dari SMAK St. Augustinus Kediri. Tahun

2013 Penulis diterima masuk sebagai mahasiswa Strata 1 (S-

1) di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

lewat jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negri

(SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya Malang, penulis berkesempatan

menjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik

(UAKKat) Universitas Brawijaya pada periode 2014-2015.

Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di

PT. Cargill Indonesia bagian Feedmill Ruminansia Purwodadi

Jawa Tengah pada tahun 2016 dibawah bimbingan Dr. Ir.

Lilik Eka Radiati, MS.

Page 7: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “KARAKTERISTIK KARKAS

KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE JANTAN

LEPAS SAPIH PADA SUHU LINGKUNGAN

PEMELIHARAAN YANG BERBEDA”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu

(S-1) Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya Malang. Penyusunan laporan skripsi ini

tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ayah saya Agustinus Suparmanto, ibu saya Asri

Rina Hardini dan adik saya Brigitta Anggit Putri

Melenia atas segala do'a, kasih sayang, semangat

dan dorongan yang senantiasa diberikan selama

ini.

2. Dr. Ir. Ita Wahju Nursita, M.Sc., selaku pembimbing

utama dan Ir. Nur Cholis, MS., selaku pembimbing

pendamping yang sabar dalam memberikan

bimbingan, motivasi dan pengarahan.

3. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

4. Dr. Ir. Sri Minarti, MP., selaku Ketua Jurusan

Peternakan Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya.

5. Dr. Agus Susilo, S.Pt., MP., selaku Ketua Program

Studi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Page 8: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

iii

6. Ir. Nur Cholis, MS., selaku Ketua Bidang Minat

Bagian Produksi Peternakan Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya.

7. Aprin, Yusuf dan Tamam sebagai tim penelitian yang

selalu membantu, memberikan saran, dan semangat.

8. Teman-teman kelas G dan semua pihak yang telah

membantu, menemani, menghibur dan memotivasi.

Malang, Agustus 2017

Penulis

Page 9: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

iv

CARCASS CHARACTERISTICS OF WEANED

CROSSBREED MALE NEW ZEALAND WHITE

RABBIT AT DIFFERENT ENVIRONMENT

TEMPERATURE

Aluysius Mandung Aji Wicaksono1) Ita Wahju Nursita2) Nur

Cholis2)

1) Student at Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya

University 2) Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya

University

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the

carcass characteristics of weaned crosbreed male New

Zealand White rabbit at different temperatures (T1 23-25 oC, T2 27-29 oC and T3 31-33 oC). The results were

expected to provide information to farmers about the

importance of temperature monitoring and temperature

control so that rabbits could adapt to the environment and

they could be produce optimal carcass production. This

research use 18 weaned male New Zealand White rabbit

that was given maintained during 6 weeks. The

concentrate feed was given in the morning while the

forages in the afternoon. The drinking water was

available ad-libitum. Slaughtering was conducted on 12

rabbits that had been fasted for 7 hours before be

slaughtered. The variables were slaughter weight, carcass

weight, non carcass weight and commercial carcass cuts.

The results showed that there were highly significant

different (P<0,01) between the treatmen to the average

Page 10: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

v

slaughter weight, carcass weight average, the average

percentage of carcass, the average weight of commercial

pieces of the foreleg, hindlegs and loin. Significant

different (P<0,05) on the non carcass internal weight.

Non carcass external weight, non carcass percentage of

internal and external, average weight of commercial

pieces of the rack, around the average percentage of

commercial pieces and showed not significant difference

(P>0,05). The conclusion of this study was that the

temperature difference in each treatment provides a very

real difference in slaughter weight, carcass weight,

carcass percentage, the weight of the forelegs, hindlegs,

and the loin of New Zealand White rabbits. The higher

the ambient temperature will cause the decrease of cut

weights that impact on the light weight and the

percentage of carcass. The best temperature of treatment

was for generating a high carcass was 23-25 °C which

was closer to the comfort zone (21 oC).

Keywords: Commercial Cut, Environment Temperature,

Rabbit, Slaughter.

Page 11: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

vi

KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN

NEW ZEALAND WHITE JANTAN LEPAS SAPIH PADA

SUHU LINGKUNGAN PEMELIHARAAN YANG

BERBEDA

Aluysius Mandung Aji Wicaksono1) Ita Wahju Nursita2) Nur

Cholis2) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

2) Dosen Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,

Universitas Brawijaya

RINGKASAN

Kelinci sangat rentan terhadap suhu lingkungan yang

panas sehingga menyebabkan panas tubuh akan bertambah

yang berdampak pada penurunan konsumsi pakan dan

peningkatan konsumsi air. Suhu yang tinggi menyebabkan

kelinci menjadi stres sehingga dapat menurunkan kualitas

produksi dan memperlambat pertumbuhan kelinci.

Pemantauan suhu lingkungan penting dilakukan untuk

meningkatkan produksi kelinci. Hal sederhana yang dapat

dilakukan untuk menurunkan suhu lingkungan adalah

pemilihan tempat yang sesuai dan memberikan tingkat

kerapatan vegetasi yang tinggi.

Penelitian ini dilakukan di Desa Cerme, Kecamatan

Grogol, Kabupaten Kediri Jawa Timur selama 6 minggu.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari

sampai dengan bulan Maret 2017. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui karakteristik karkas kelinci peranakan New

Zealand White yang dipelihara dalam suhu yang berbeda.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi bagi peternak kelinci tentang pentingnya

pemantauan suhu dan perlakuan suhu yang diberikan agar

Page 12: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

vii

kelinci lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga

dapat menghasilkan produksi karkas yang optimal.

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kelinci peranakan New Zealand White jantan lepas sapih

berusia 6-8 minggu sebanyak 18 ekor dengan rata-rata bobot

badan awal 1069-1101 gram. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) 3 perlakuan dan 6 ulangan dengan suhu

kandang yang berbeda (P1 23-25 oC, P2 27-29 oC dan P3 31-33 oC). Kelinci dipelihara di kandang individu yang telah

disucihamakan dengan antibakteri. Selama 6 minggu kelinci

diberi pakan konsentrat pukul 07.00 dan pakan hijauan segar

pukul 15.00 dengan perbandingan konsentrat dan hijauan

segar adalah 30:70, pemberian air diberikan secara ad-libitum.

Pengambilan sampel kelinci yang akan disembelih dengan

cara mengundi empat ekor kelinci secara acak dari setiap

perlakuan, sebelumnya kelinci telah dipuasakan selama 7 jam.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam,

apabila diperoleh hasil yang berbeda atau signifikan maka

dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s.

Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata bobot potong

(g/ekor) P1 2270,25±33,40c; P2 2011,75±27,94b; P3

1933,50±12,50a menunjukkan perbedaan sangat nyata

(P<0,01). Bobot potong semakin menurun karena suhu tinggi

akan mempengaruhi penurunan konsumsi pakan yang

berdampak pada penurunan bobot potong. Bobot rata-rata

karkas kelinci (g/ekor) adalah P1 1199,50±53,64c; P2

1061,50±29,44b; P3 960,00±13,71a dan rata-rata persentase

karkas kelinci adalah (%) P1 52,82±1,60b; P2 52,77±1,27b; P3

49,65±0,50a menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01).

Bobot karkas semakin menurun berbanding lurus dengan

penurunan bobot potong sehingga suhu juga mempengaruhi

bobot karkas, sedangkan persentase karkas sangat dipengaruhi

Page 13: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

viii

oleh bobot karkas berdasarkan bobot potong kelinci. Bobot

rata-rata non karkas internal (g/ekor) adalah P1 460,50±24,23b;

P2 409,00±25,0a; P3 411,00±22,17a dan eksternal (g/ekor)

adalah P1 489,75±34,97; P2 445,50±16,30; P3 463,00±21,65.

Rata-rata persentase non karkas internal (%) adalah P1

20,28±0,96; P2 20,33±1,27; P3 21,26±1,16 dan eksternal (%)

adalah P1 21,59±1,80; P2 22,14±0,71; P3 23,95±1,22.

Perbedaan suhu hanya memberikan perbedaan yang nyata

(P<0,05) pada bobot non karkas internal, namun tidak

menunjukkan perbedaan pada bobot non karkas eksternal dan

persentase non karkas internal dan eksternal (P>0,05).

Perbedaan pada bobot non karkas internal disebabkan karena

pertambahan bobot organ perncernaan dan metabolism

dipengaruhi oleh status nutrisional kelinci. Rata-rata bobot

potongan komersil (g/ekor) kaki depan adalah P1

195,25±10,31b; P2 175,25±8,77ab; P3 161,25±9,00a, kaki

belakang adalah P1 481,00±14,17c; P2 422,00±2,94b; P3

391,25±12,37a dan pinggang adalah P1 248,75±12,84b; P2

218,25±30,40ab; P3 180,25±18,82a menunjukkan perbedaan

sangat nyata (P<0,01). Rata-rata bobot dada (gram) adalah P1

274,50±30,62; P2 246,00±2,16; P3 227,25±30,61, rata-rata

persentase potongan komersil (%) kaki depan adalah P1

16,29±0,83; P2 16,51±0,82; P3 16,80±0,95, kaki belakang

adalah P1 40,13±0,96; P2 39,78±1,28; P3 40,75±0,94, dada

adalah P1 22,85±1,72; P2 23,19±0,68; P3 23,67±3,10 dan

pinggang adalah P1 20,74±0,63; P2 20,52±2,32; P3 18,78±2,04

tidak menunjukkan perbedaan (P>0,05). Rata-rata bobot kaki

depan, kaki belakang dan pinggang menunjukkan penurunan

sebanding dengan penurunan suhu, namun pada bobot

potongan dada tidak berbeda pada setiap perlakuan suhu

karena jumlah tulang rusuk lebih dominan sehingga

pertumbuhan otot kurang optimal. Pada persentase potongan

komersil tidak berbeda karena persentase potongan komersil

Page 14: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

ix

menunjukkan bobot setiap potongan komersil dari total bobot

karkas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakteristik

karkas kelinci peranakan New Zealand White pada bobot

potong, bobot karkas dan persentase karkas menurun seiring

dengan tingginya suhu pemeliharaan. Bobot dan persentase

non karkas internal (organ pencernaan, organ reproduksi dan

organ kardiovaskular) maupun eksternal (kepala, bulu, kaki

depan dan belakang bagian metatarsus) secara umum sama

pada perlakuan suhu lingkungan. Potongan komersil pada

bobot kaki depan, kaki belakang dan pinggang menurun

seiring dengan tingginya suhu pemeliharaan, namun pada

bobot dada dan persentase seluruh potongan komersil secara

umum sama. Suhu perlakuan yang paling baik untuk

menghasilkan karkas yang tinggi adalah suhu P1 (23-25oC)

yang mendekati comfort zone yaitu 21oC. Saran untuk

penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan studi untuk

perbandingan karakteristik karkas antar bangsa kelinci dengan

suhu lingkungan pemeliharaan yang berbeda.

Page 15: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

x

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ....................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................... iv

RINGKASAN ................................................................ vi

DAFTAR ISI .................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................. 3

1.3 Tujuan ................................................................... 4

1.4 Kegunaan ............................................................... 4

1.5 Kerangka Pikir ...................................................... 4

1.6 Hipotesis ................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................... 8

2.1 Kelinci ................................................................... 8

2.1.1 Kelinci New Zealand White ..................... 9

2.1.2 Potensi Kelinci ......................................... 10

2.1.3 Kelinci Lepas Sapih ................................. 11

2.2 Suhu dan Comfort Zone......................................... 12

2.2.1 Pengaruh Suhu Terhadap Pembuangan

Panas ........................................................ 13

2.2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Produksi .......... 14

2.3 Karkas ................................................................... 16

2.4 Non Karkas ............................................................ 17

2.5 Potongan Komersil ................................................ 18

2.6 Pertumbuhan ......................................................... 19

2.7 Pakan ..................................................................... 21

Page 16: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

xi

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN .... 23

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................ 23

3.2 Materi Penelitian ................................................... 23

3.3 Metode Penelitian .................................................. 24

3.4 Variabel Penelitian ................................................ 26

3.5 Analisis Data ......................................................... 27

3.6 Batasan Istilah ....................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................... 29

4.1 Keadaan Lokasi Penelitian .................................... 29

4.2 Bobot Potong ......................................................... 30

4.3 Bobot Dan Persentase Karkas ................................ 33

4.4 Bobot Dan Persentase Non Karkas ........................ 37

4.5 Bobot Dan Persentase Potongan Komersil ............ 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................... 45 5.1 Kesimpulan ............................................................ 45

5.2 Saran ...................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................... 46

LAMPIRAN ................................................................... 56

Page 17: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

xii

Daftar Tabel

Tabel Halaman

1. Kebutuhan Nutrisi Pada Kelinci Masa

Pertumbuhan ..................................................... 22

2. Kandungan Nutrisi Pakan Selama Penelitian

(%) ..................................................................... 24

3. Rata-rata suhu ( oC) dan Kelembaban Udara

(%) Ruang Selama Penelitian ............................ 29

4. Rataan suhu ( oC) Kandang Pada Masing-Masing

Perlakuan ........................................................... 30

5. Rata-rata Bobot Potong Kelinci Peranakan

New Zealand White (g/ekor). ............................ 31

6. Rata-rata Bobot Karkas Kelinci Peranakan

New Zealand White (g/ekor). ............................ 34

7. Rata-rata Persentase Karkas Kelinci Peranakan

New Zealand White (%). ................................... 35

8. Rata-rata Bobot Non Karkas Kelinci Peranakan

New Zealand White (g/ekor) ............................. 38

9. Rata-rata Persentase Non Karkas Kelinci

Peranakan New Zealand White (%) ................... 39

10. Rata-rata Bobot Potongan Komersil Kelinci

Peranakan New Zealand White (g/ekor). ........... 41

11. Rata-rata Persentase Potongan Komersil Kelinci

Peranakan New Zealand White (%). .................. 43

Page 18: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

xiii

Daftar Gambar

Gambar Halaman

1. ................................................................. Kerang

ka Pikir Penelitian ............................................ 6

2. ................................................................. Kelinci

Peranakan New Zealand White ....................... 10

3. ................................................................. Potong

an Komersil Karkas Kelinci ............................ 19

4. ................................................................. Kurva

Pertumbuhan .................................................... 21

5. ................................................................. Grafik

Rata-rata Bobot Potong Kelinci Hasil Penelitian ...................................................

6. ................................................................. Grafik

Rata-rata Konsumsi Pakan Kelinci Hasil Penelitian .................................................

7. ................................................................. Karkas

Kelinci Hasil Penelitian ................................... 33

8. ................................................................. Grafik

Rata-rata Bobot Karkas Kelinci Hasil Penelitian ...................................................

9. ................................................................. Grafik

Rata-rata Persentase Karkas Kelinci

Hasil Penelitian ................................................ 36

10. ............................................................... Nonkar

kas Internal dan Eksternal Kelinci Hasil Penelitian ..................................................

11. ............................................................... Diagra

m Rata-rata Bobot Non Karkas Internal

dan Eksternal Kelinci Hasil Penelitian ............ 38

12. ............................................................... Diagra

m Rata-rata Persetase Non Karkas

Internal dan Eksternal Kelinci Hasil Penelitian 39

Page 19: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

xiv

13. ............................................................... Foto

Potongan Komersil .......................................... 41

14. ............................................................... Diagra

m Rata-rata Bobot Potongan Komersil ........... 42

15. ............................................................... Diagra

m Rata-rata Persentase Potongan

Komersil .......................................................... 44

Page 20: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

xv

Daftar Lampiran

Lampiran Halaman

1. ................................................................. Suhu

dan Kelembaban Ruang ................................... 57

2. ................................................................. Suhu

Setiap Kandang Perlakuan ............................... 59

3. ................................................................. Data

Bobot Badan Kelinci (g/ekor) dalam

Percobaan. ....................................................... 65

4. ................................................................. Data

dan Analisis Ragam ......................................... 67

5. ................................................................. Dokum

entasi ................................................................ 97

Page 21: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

xvi

Page 22: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi protein hewani terus meningkat seiring

dengan peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat.

Menurut data Badan Pusat Statistik, konsumsi protein

Indonesia meningkat sejak tahun 2013 hingga tahun 2015.

Harga daging sapi yang semakin tinggi berdampak pada

antusias masyarakat dan menjadi sebuah kendala. Pemerintah

berupaya menyiasati tingginya konsumsi protein hewani

dengan pengembangan potensi ternak kelinci yang dianggap

sebagai alternatif penyedia protein hewani yang tinggi (Sari,

Ismatullah, Titik, Anida dan Dedeh 2012). Potensi kelinci

peranakan New Zealand White sebagai salah satu ternak

penghasil daging sangat tinggi walapun pada saat ini daging

kelinci belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat.

Menurut Lebas, Coudert, Rouvier and Rochambeau

(1997) daging kelinci memiliki nilai protein lebih tinggi dari

daging hewan ternak yang lainnya yaitu 21%, sedangkan sapi

20% dan ayam 19,5%. Daging kelinci rendah lemak dan

memiliki rasa sebanding dengan daging ayam, perbedaan

potensi yang tidak terlalu signifikan ini dapat dikembangkan

lebih lanjut. Kelinci memiliki kemampuan reproduksi tinggi

karena dapat melahirkan anak sekitar 6-10 ekor dengan lama

bunting 30-32 hari dan siap dikawinkan kembali setelah anak

lepas sapih atau 3-7 minggu (Susilorini dan Sawitri, 2008).

Kelinci juga memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat,

efisiensi pakan yang tinggi, masa panen yang cepat dan sedikit

lahan untuk pemeliharaan (Hernandez and Rubio, 2001).

Kelinci New Zealand White adalah bangsa kelinci pedaging

Page 23: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

2

yang berasal dari Amerika, kelinci ini merupakan hasil

persilangan antara Flemish Giant dan Belgian Hare. Kelinci

New Zealand White dapat mencapai umur 10 tahun dan bobot

badan maksimal mencapai 5,44 kg bila diberi perawatan yang

baik (Masanto dan Agus, 2010).

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi

kehidupan hewan adalah suhu, suhu akan memberikan

pengaruh yang berbeda pada setiap individu hewan. Kelinci

akan lebih produktif pada suhu lingkungan 21oC (Susilorini

dan Sawitri, 2008). Kelinci sangat rentan terhadap suhu

lingkungan yang panas sehingga menyebabkan panas tubuh

akan bertambah yang berdampak pada penurunan konsumsi

pakan dan peningkatan konsumsi air. Menurut Sari (2015)

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis yang memiliki

dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan

suhu udara sekitar 23 oC sampai dengan 28 oC sepanjang

tahunnya. Dampak dari pemanasan global suhu dibumi

mengalami peningkatan rata-rata 0,6 oC bahkan bisa lebih

tinggi hingga 1,4-5,8 oC dari tahun-ke tahun (Susanta dan

Hari, 2007). Kondisi ini akan memberikan pengaruh

lingkungan pemeliharaan kelinci yang menyebabkan kelinci

menjadi stres sehingga dapat menurunkan kualitas produksi

dan memperlambat pertumbuhan kelinci. Pemantauan suhu

lingkungan penting dilakukan untuk meningkatkan produksi

kelinci. Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk

menurunkan suhu lingkungan adalah pemilihan tempat yang

sesuai dan memberikan tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi

(Martopo, Sugeng dan Chafid, 1995).

Pertumbuhan ternak dapat diukur berdasarkan pada

pertambahan bobot badan, perubahan ukuran dan bentuk tubuh

ternak, hal ini disebabkan oleh perubahan komponen tubuh

Page 24: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

3

seperti otot, tulang, lemak dan organ ternak. Gillespie (2004)

menjelaskan bahwa persentasse karkas dapat menjadi sebuah

indikator dari produktivitas daging, persentase karkas kelinci

berkisar antara 50-59% dari bobot potongnya. Persentase

karkas kelinci lebih kecil dari karkas ayam (65-70%) dan

hampir sama dengan persentase karkas sapi (53-56%) (Hapid,

2014; Oluyemi and Roberts, 1979). Karakter produksi karkas

berdasar perbedaan suhu pemeliharaan masih sangat terbatas,

penelitian menggali informasi produktivitas kelinci sebagai

dasar pembangunan sub sektor peternakan di masyarakat

sehingga kelinci dapat dikembangbiakkan untuk membantu

memenuhi kebutuhan protein.

1.2 Rumusan Masalah

Kebutuhan akan protein hewani yang semakin

meningkat menyebabkan perlu dicarinya alternatif sumber

protein hewani yang baru dalam waktu yang relatif singkat

dengan kualitas nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan hewan

penyedia sumber protein yang lain. Kelinci adalah salah satu

alternatif yang dapat dibudidayakan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, namun perbedaan dan perubahan suhu

lingkungan akan memberikan dampak terhadap daya adaptasi

kelinci. Suhu lingkungan yang tinggi akan direspon kelinci

dengan lebih banyak mengkonsumsi air daripada pakan

sehingga asupan nutrisi berkurang, hal ini akan mempengaruhi

bobot karkas kelinci. Oleh karena itu perlu diketahui pengaruh

suhu terhadap karakteristik karkas kelinci agar bisa mendapat

hasil karkas yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan

sumber protein hewani alternatif.

Page 25: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

4

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

karakteristik karkas kelinci peranakan New Zealand White

jantan yang dipelihara dalam suhu lingkungan pemeliharaan

yang berbeda.

1.4 Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi peternak kelinci tentang pentingnya pemantauan suhu dan

perlakuan suhu yang diberikan agar kelinci lebih mudah

beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat menghasilkan

produksi karkas yang optimal.

1.5 Kerangka Pikir

Kelinci peranakan New Zealand White adalah kelinci

jenis pedaging yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan

memiliki sifat produksi yang tinggi. Kelinci ini memiliki daya

tahan yang kuat terhadap penyakit, siklus hidup yang pendek

dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru (Smith and

Mangkoewidjojo, 1988).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan kelinci adalah genetik, lingkungan, pakan

maupun manajemen pemeliharaan pada kelinci (Aritonang,

Harahap dan Raharjo, 2004). Suhu lingkungan adalah salah

satu faktor yang mempengaruhi produksi kelinci. Kelinci akan

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik saat

ditunjang dengan pakan dan manajemen yang baik pula dan

pada suhu nyamannya yaitu 21oC (Marai, Habeeb and Gad,

2002). Suhu lingkungan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

akan menyebabkan kelinci mengalami cekaman. Kelinci akan

mengeluarkan energi yang lebih banyak untuk

Page 26: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

5

mempertahankan suhu tubuhnya saat kelinci mengalami

cekaman (Smith and Mangkoewidjojo, 1988). Kelinci masih

dapat bertahan hidup pada kisaran suhu 10-30oC, pada suhu

dibawah 10oC kelinci akan sedikit mengkonsumsi air sehingga

mengakibatan kelainan ginjal dan pada suhu ditas 30oC kelinci

akan kesulitan bernapas (Masanto dan Agus, 2010).

Cara adaptasi kelinci untuk mempertahankan suhu

tubuhnya adalah dengan mengalih fungsikan energi untuk

pertumbuhan, mengatur frekwensi pernafasan dan lebih

banyak mengkonsumsi air. Hormone triiodotironin akan

menurun pada kondisi panas karea penningkatan hormone

adrenalin, rendahnya hormone triiodotironin akan

menyebabkan penurunan konsumsi oksigen dan metabolisme

(Decuypere and Buyse, 2005). Kelinci yang tidak mampu

beradaptasi dengan suhu lingkungan akan mempengaruhi

konsumsi pakan (Aritonang, Roefiah, Pasaribu dan Raharjo,

2003). Pengaruh pada konsumsi pakan akan berdampak pada

pertumbuhan kelinci sehingga mempengaruhi bobot badan dan

karkas yang dihasilkan. Gillespie (2004) menjelaskan bahwa

karkas dapat menjadi sebuah indikator dari produktivitas

ternak. Konsep kerangka pikir penelitian dapat dilihat

pada Gambar 1.

Page 27: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

6

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.

Konsumsi Pakan Naik

Frekuensi Pernafasan Normal

Suhu Tubuh Normal PBB Tinggi

Mampu Beradaptasi Tidak Mampu Beradaptasi

Konsumsi Pakan Turun

Frekuensi Pernafasan Naik

Suhu Tubuh Naik PBB Rendah

Kelembaban Angin Suhu Awan Curah Hujan

Sosial Luar (Cuaca dan Iklim) Manusia

Lingkungan

Suhu Comfort Zone 21 oC

Genetik

Terdapat Perbedaan pada:

Bobot Potong

Bobot dan Persentase Karkas

Bobot dan Persentase Non Karkas

Bobot dan Persentase Potongan Komersil

Daya Adaptasi

Perbedaan Suhu Pemeliharaan

23-25 oC (Pendinginan Uap Es)

27-29 oC (Suhu Ruang)

31-33 oC (Pemanasan Cahaya Lampu)

Produksi Kelinci Peranakan

New Zealand White

Suhu lingkungan

berpengaruh pada nafsu

makan dan jumlah

konsumsi pakan ternak

(Aritonang dkk., 2003).

Page 28: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

7

1.6 Hipotesis

Perbedaan suhu pemeliharaan memberikan pengaruh

yang nyata terhadap karakteristik karkas kelinci peranakan

New Zealand White jantan.

Page 29: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelinci

Menurut Lebas et al. (1997) kelinci diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Animal

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Ordo : Logomorph

Family : Lepotidae

Sub family : Leporine

Genus : Orycotolagus

Species : Orycotolagus cuniculus

Kelinci adalah ternak herbivora non ruminansia yang

mempunyai sistem lambung sederhana sehingga tidak dapat

mencerna serat kasar terutama selulosa dari bahan nabati

dengan baik sehingga memerlukan bantuan mikroba dalam

sekum (Widodo, 2005). Menurut Farrel dan Raharjo (1984)

kelinci memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia

maupun ternak yang lain dalam intensifikasi konsumsi pakan.

Kelinci dapat memanfaatkan protein dari hijauan dalam

jumlah besar dengan memanfaatkan ulang pakan yang tercerna

dalam sekum (coprophagy), dengan ini kelinci dapat

memaksimalkan kemampuan kelinci dalam mencerna serat

kasar.

Kelinci sangat cocok dipelihara dan dimanfaatkan

sebagai sumber daging di negara berkembang. Selain itu

kelinci memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu besar

sehingga tidak membutuhkan banyak ruang pemeliharaan,

tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan

Page 30: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

9

kandang, umur dewasa yang hanya mencapai 4-5 bulan,

kemampuan berkembang biak yang tinggi dan masa

penggemukan kurang dari dua bulan sejak lepas sapih (El-

Raffa, 2004). Farrel dan Raharjo (1984) menjelaskan bahwa

kelinci dapat menghasilkan 80 kg karkas pertahun dengan

teori seekor induk kelinci dengan bobot 3 hingga 4 kilogram.

Kelinci merupakan ternak yang mempunyai potensi

biologis dan genetis tinggi, menghasilkan produk eksotik dan

memiliki potensi dengan nilai ekonomi yang tinggi. Kelinci

yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat dan

bertujuan untuk produksi daging adalah New Zealand White,

Californian, English Spot dan Flemish Giant. Kelinci Rex dan

Satin dapat menghasilkan daging dan bulu. Berbagai jenis

kelinci lain seperti Tris Mini Rex, Lops, Angora, Dutch, Dwarf

Hotot, Fuzzy, Jersey Wooly dan Lion, dikenal sebagai

penghasil bulu dengan nilai jual yang tinggi (Raharjo dan

Brahmantiyo, 2014).

2.1.1 Kelinci New Zealand White

Kelinci New Zealand White adalah kelinci yang

berasal dari Amerika. Kelinci New Zealand White merupakan

kelinci albino yang mempunyai bulu tidak mengandung

pigmen, memiliki bulu yang halus, berwarna putih, padat,

tebal dan mata berwarna merah (Gambar 2). Kelinci New

Zealand White yang berumur 8 minggu memiliki bobot rata-

rata 3,6 kg dan umur 10-12 minggu bobotnya mencapai 4,5-5

kg (Hustamin, 2006).

Kelinci New Zealand White memiliki konversi pakan

yang sangat baik bila ditunjang dengan kondisi dan tatalaksana

pemeliharaan yang baik seperti perkandangan, pakan,

manajemen yang baik. Kelinci New Zaeland White banyak

Page 31: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

10

ditemukan dan berkembang biak dengan baik di negara tropis

dengan lingkungan berbeda sehingga populer pada industri

daging diberbagai negara (Kartadisastra, 1997). New Zealand

White yang diberi pakan secara ad-lbitum akan memiliki bobot

badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi

pakan secara restricted (dibatasi). Selain itu, kelinci New

Zealand White yang diinseminasi buatan pada umur14,5

minggu juga memiliki bobot badan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diinseminasi pada umur 17,5

minggu (Rommers, 2001).

Dalam satu tahun kelinci New Zealand White dapat

beranak sampai 5 kali, pertumbuhan yang cepat dengan

dewasa kelamin pada umur 7-8 bulan kelinci New Zealand

White sudah dapat dikawinkan. Masa bunting kelinci ini hanya

29-30 hari dengan anak 5-6 ekor setiap kelahiran (Sarwono,

2001).

Gambar 2. Kelinci Peranakan New Zealand White.

`2.1.2 Potensi Kelinci

Kelinci memiliki potensi besar dalam penghasil

daging, sepasang induk kelinci dapat menghasilkan 80 kg

Page 32: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

11

daging dalam satu tahun (Sarwono, 2001). Menurut Masanto

dan Agus (2010) tekstur daging kelinci lebih lembut dan

memiliki rasa lebih gurih. Selain itu, kandungan kolesterol

daging kelinci jauh lebih rendah (164 mg/100 gram daging)

dibandingkan daging ayam, sapi, kambing dan domba

(berkisar 220-250 mg/ 100 gram daging) sehingga lebih sehat

dikonsumsi.

Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa seluruh hasil

ikutan dari ternak kelinci dapat dimanfaatkan dengan baik

seperti :

1. Bulu dan kulit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

kerajinan seperti topi, baju, tas, sepatu dan alat perabot

rumah tangga.

2. Kepala dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan hewan

(anjing dan kucing) dan otaknya dapat digunakan sebagai

bahan pembuat vaksin bagi perusahaan farmasi.

3. Kotoran dan urin dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pembutanan gas metan, media pertumbuhan jamur dan

sebagai bahan pembuatan pupuk.

4. Kaki dan ekor dapat digunakan sebagai hiasan dan

gantungan kunci kelinci.

2.1.3 Kelinci Lepas Sapih

Pertumbuhan kelinci dibagi menjadi lima fase sesuai

umurnya. Fase pertama adalah pada saat penyapihan umur 40

hari, fase kedua pada saat disapih, fase ketiga pada masa

remaja umur 100 hari, fase keempat pada umur 140 hari

kelinci mencapai keseimbangan hormonal, dan fase kelima

pada umur 200 hari kelinci mancapai dewasa tubuh

(Brahmantiyo et al., 2008). Penelitian Sulistyaningsih, Minarti

Page 33: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

12

dan Sjofjan (2013) menggunakan kelinci New Zealand White

lepas sapih yang berumur 1,5 bulan.

Masa kritis bagi pemeliharaan kelinci adalah selama

menyusui (pra sapih) dan segera setelah sapih (paska sapih).

Raharjo dan Gultom (2000) melaporkan tingkat mortalitas

anak kelinci hingga mencapai umur 4 atau 6 bulan cukup

tinggi sehingga menghambat pencapaian potensi produksinya.

Tingkat adaptasi kelinci pra sapih sangat rendah pada suhu dan

kelembaban yang tinggi, sehingga angka kematian yang tinggi

(Lebas, et al., 1997). Menurut Brahmantiyo (2008), tingginya

mortalitas pada kelinci lepas sapih disebabkan karena

pengaruh lingkungan, aerasi dan kebersihan.

Selain kualitas ransum, bangsa, umur, jenis kelamin

dan lingkungan Templeton (1968) menyatakan bahwa bobot

sapih juga mempengaruhi pertumbuhan kelinci. Laju

pertumbuhan pada anak kelinci akan meningkat cepat pada

satu bulan pertama sejak lahir dan akan terus bertambah

sampai disapih. Bobot kelinci yang dicapai pada umur 8

minggu adalah 1.38 – 2.1 kg, umur 12 minggu adalah 2.12 -

2.85 kg dan umur 16 minggu adalah 3.28 – 3.83 kg (Chen,

Rao, Sunki dan Johnson 1987).

2.2 Suhu dan Comfort Zone

Kelinci akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang baik saat ditunjang dengan pakan dan

manajemen pemeliharaan yang baik pula pada suhu nyaman

(comfort zone) yaitu 21 oC (Marai, Habeeb and Gad, 2002).

Faktor yang perlu diperhatikan dalam perkandangan kelinci

adalah sinar matahari yang masuk harus cukup, lokasi kandang

juga harus memiliki suhu yang sejuk antara 15-20 oC, ventilasi

Page 34: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

13

yang sempurna, kelembaban udara antara 60-90% dan

lingkungan yang tenang (Masanto dan Agus, 2010).

Kelinci termasuk hewan homeoterms yang

mempertahankan suhu tubuh relatif tetap sekalipun suhu

lingkungan di sekitarnya sangat berfluktuasi (Sukarsono,

2012). Kelinci masih dapat hidup dengan baik pada kisaran

suhu 10-30 oC. Pada suhu dibawah 10 oC konsumsi pakan

kelinci akan meningkat dan konsumsi air menurun sehingga

akan mengalami kelainan ginjal (nepritis) dan menggigil,

sedangkan pada suhu diatas 30 oC kelinci akan kesulitan

bernapas (panting) (Masanto dan Agus, 2010).

2.2.1 Pengaruh Suhu Terhadap Pembuangan Panas

Kelinci adalah hewan endotherms yang dapat

memelihara temperatur tubuhnya tetap tinggi dengan

metabolisme panas. Regulasi suhu tubuh merupakan

mekanisme adaptif yang melibatkan fungsi sistem saraf dan

endokrin yang mengkoordinasi fungsi organ-organ vital untuk

bekerja secara terintegrasi dan harmonis mempertahankan

suhu tubuh relatif tetap. Dalam udara dingin aktivitas ototnya

akan ditingkatkan dengan mengigil atau bergerak untuk

meningkatkan produksi panas tubuh (Sukarsono, 2012).

Kelinci memiliki suhu tubuh antara 37-39 oC, untuk

mempertahankan suhu tersebut ternak akan melakukan sesuatu

untuk menyeimbangkan produksi panas dengan menerima atau

melepaskan panas tubuhnya (Yani, 2006). Ternak akan

berusaha menyeimbangkan temperatur tubuhnya dengan

lingkungan dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi

(Esmay, 1978).

Ternak yang dipelihara pada temperatur kandang yang

sama akan menghasilkan temperatur kulit yang sama pula,

Page 35: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

14

perlakuan ransum tidak berpengaruh secara nyata terhadap

temperatur kulit. Semakin tinggi temperatur lingkungan maka

proses perpindahan panas akan semakin tinggi (Kasa dan

Thawaites, 1993).

Ternak menghasilkan sejumlah panas metabolsme

tergantung dari kondisi lingkungan mikro. Panas yang

dihasilkan kemudian dilepas oleh tubuh ternak. Panas yang

dihasilkan oleh ternak dalam kandang merupakan komponen

kritis keseimbangan panas untuk kondisi setimbang dalam

struktur kandang. Perolehan dan penambahan panas tubuh

ternak terjadi secara melalui mekanisme radiasi, konduksi dan

konveksi. Pelepasan panas hewan terjadi melalui mekanisme

evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran

panas melalui permukaan kulit (sweating) (Brown-Brandl,

Nienaber, Eigenberg, Mader, Morrow and Dailey, 2006).

Menurut Sukarsono (2012), untuk beradaptasi terhadap

lingkungan yang dingin, maka kulit mengerut dan akan terasa

dingin, ini dilakukan untuk mengurangi hilangnya panas.

2.2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Produksi

Suhu dan kelembaban lingkungan mempengaruhi

konsumsi pakan, produksi dan pelepasan panas. Pada suhu

lingkungan 28 oC dengan kelembaban 40-80% kondisi tubuh

akan merespon secara normal, namun jika melebihi itu tubuh

akan merespon yang berdampak pada produksi (Kurihara dan

Shioya, 2003). Kelinci di daerah tropis pada umumya sering

mendapat cekaman suhu, pengaruh ini dapat dikurangi dengan

cara seleksi kelinci yang cocok dengan jenis lingkungannya

dan perbaikan tatalaksana pemeliharaan (Farrel dan Raharjo,

1984). Menurut Aritonang dkk. (2003) suhu lingkungan,

kesehatan dan cekaman yang juga mempengaruhi konsumsi

Page 36: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

15

pakan. Suhu sekeliling mempunyai pengaruh yang

menentukan terhadap nafsu makan ternak dan jumlah pakan

yang dikonsumsi. Hal ini mempunyai pengaruh tidak langsung

terhadap kecernaan suatu bahan pakan (Anggorodi, 1990).

Ternak akan mengurangi pakan dan meningkatkan konsumsi

air minum agar pembentukan panas endoterm tubuhnya dapat

berkurang. Di sisi lain, kurangnya asupan pakan ini

menyebabkan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk

pertumbuhan menjadi berkurang sehingga terjadi penurunan

bobot badan (Al-Fataftah dan Abu-Dieyeh, 2007).

Suhu lingkungan yang tinggi akan menurunkan

kandungan hormon tiroid (triiodothyronine) dan beberapa

hormon reproduksi, sementara hormon yang berasal dari

korteks adrenal (kortisol dan kortikosteron) justru meningkat,

akibatnya terjadi penurunan baik pada protein daging maupun

dalam pertumbuhan (Kusnadi, Widjajakusuma, Sutardi,

Hardjosworo dan Habibie, 2006). Rendahnya hormon

triiodotironin pada suhu panas, erat kaitannya dengan

turunnya konsumsi oksigen serta metabolisme secara umum

(Decuypere and Buyse, 2005).

Menurut Cooper dan Washburn (1998) temperatur dan

kelembaban yang lebih rendah akan dapat meningkatkan

efisiensi penggunaan ransum, karena ternak tidak perlu lagi

mengeluarkan energi untuk mengatasi cekaman panas.

Cekaman panas juga menyebabkan meningkatnya

pembentukan hormon-hormon stres (glukokortokoid). Hormon

ini dapat menyebabkan gangguan pembentukan sel-sel imun

dan gangguan pembentukan berbagai sitokin yang diperlukan

untuk respons imun (Mashaly, Hendricks, Kalama, Gehad,

Abbas and Patterson, 2004).

Page 37: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

16

2.3 Karkas

Karkas pada ternak kelinci adalah bagian tubuh yang

sudah dipisahkan dari kepala, jari-jari kaki, kulit, ekor dan

jeroan (Kartadisastra, 1997). Mernurut Lebas et al. (1997)

pengertian karkas kelinci sama dengan pengertian karkas sapi

yang terdiri dari tiga jaringan utama yaitu tulang, daging dan

lemak. Karkas yang ideal memiliki jumlah otot dan kandungan

lemak yang lebih banyak daripada tulang (Lovett, 1986).

Menurut Blasco, Ouhayoun and Masoero (1993)

karkas kelinci terdiri atas karkas panas, karkas komersial dan

karkas acuan. Karkas panas terdiri atas jantung, hati, ginjal,

paru-paru, oesophagus, trachea dan kepala. Bobot karkas

ditimbang 15 sampai 30 menit setelah dipotong. Karkas

komersial merupakan karkas yang telah melalui proses rigor

mortis dan disimpan pada suhu diantara 0 dan 4 oC. Bobot

karkas ditimbang 24 jam setelah pemotongan. Karkas acuan

merupakan karkas yang terdiri atas lemak, daging dan tulang.

Besar tubuh, jenis, sistem pemeliharaan, kualitas bibit,

macam dan kualitas pakan, kesehatan tubuh ternak, perlakuan

sebelum pemotongan kelinci menjadi faktor yang

mempengaruhi bobot karkas (Kartadisastra, 1997). Menurut

Zotte (2002) faktor yang mempengaruhi bobot karkas

dibedakan menjadi 3, yaitu faktor genetik, biologi (umur dan

bobot) dan pakan (lemak dan protein). Nutrisi, pertumbuhan,

umur dan bobot tubuh adalah faktor yang saling berhubungan.

Besarnya persentase dari bagian karkas yang dapat dimakan

(edible portion) dipengaruhi oleh pertumbuhan ternak

(Soeparno, 1994).

Persentase karkas adalah bobot karkas dibagi dengan

bobot hidupnya dan dikalikan 100%. Bobot karkas

mempunyai hubungan komponen karkas yaitu daging, tulang

Page 38: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

17

dan lemak. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi

persentase bobot karkasnya, ini disebabkan proporsi bagian-

bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah

selaras dengan ukuran bobot tubuh. Hasil penelitian Muryanto

dan Prawirodigdo (1993) juga melaporkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara jenis kelamin dengan bobot potong

terhadap persentase karkas dan non karkas Menurut

Kartadisastra (1997) bobot kakas yang baik berkisar antara 40-

52% dari bobot hidupnya. Sedangkan menurut Arrington dan

Kelly (1976) kelinci muda memiliki persentase karkas sebesar

50-59% dengan bagian yang dapat dikonsumsi sebesar 70 %

sedangkan kelinci dewasa memiliki persentase karkas sebesar

55-65% dengan bagian yang dapat dikonsumsi sebesar 87-

90%.

2.4 Non Karkas

Non karkas atau yang biasa disebut offal adalah hasil

pemotongan ternak selain karkas. Non karkas terdiri dari

bagian yang layak (offal edible) dan tidak layak dimakan (offal

non edible). Offal edible meliputi lidah, jantung, hati, paru –

paru, otak, kulit, ekor, saluran pencernaan, ginjal dan limpa.

Tanduk, kuku, darah, tulang, dan kepala adalah termasuk

bagian offal non edible (Soeparno,1994).

Perkiraan bobot karkas kurang tepat bila hanya

berdasarkan bobot hidup tanpa diikuti dengan bobot organ

tubuh non karkas, baik eksternal maupun internal. Bagian non

karkas eksternal antara lain kepala, keempat kaki dan ekor.

Sedangkan untuk bagian internal antara lain darah dan seluruh

organ dalam (Pamungkas, Uum dan Yusran, 1992).

Persentase non karkas merupakan angka banding

antara bobot non karkas (darah, kepala, keempat kaki, ekor

Page 39: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

18

dan jeroan) dengan bobot potong kelinci yang bersangkutan

kemudian dikalikan 100 persen. Persentase non karkas

berbanding terbalik dengan persentase karkas. Semakin tinggi

persentase non karkas semakin rendah persentase karkas

(Soeparno 1994).

Menurut Soeparno (1992), bahwa bobot non karkas

dapat mempengaruhi bobot karkas, apabila bobot non karkas

semakin meningkat maka perolehan bobot karkas yang

dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini terjadi karena

jumlah non karkas yang dihasilkan lebih banyak daripada

jumlah karkas dari ternak tersebut. Pola pertumbuhan organ

seperti hati, ginjal dan saluran pencernaan menunjukkan

adanya variasi, sedangkan organ yang berhubungan digesti

dan metabolisme menunjukan perubahan bobot yang besar

sesuai dengan status nutrisionalnya. Perlakuan nutrisional

dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bobot non

karkas.

2.5 Potongan Komersil

Menurut Blasco et al. (1993) bobot potongan

komersial yang meliputi foreleg atau kaki depan, rack atau

dada, loin atau punggung dan hindleg atau kaki belakang.

Potongan karkas kelinci terdiri dari sepasang kaki belakang

(hindleg), kaki depan (foreleg), bagian pinggang (loin) dan

dada (rack) (Gambar 3). Potongan bagian paha atau kaki

belakang menghasilkan daging paling banyak, sedangkan

potongan kaki depan menghasilkan daging paling paling

sedikit (Sudaryanto, Rahardjo dan Rangkuti, 1984).

Blasco et al. (1993) menyatakan potongan komersial

yang bernilai ekonomis tinggi (first retail cuts) dari kelinci

adalah potongan bagian hind legs, loin dan forelegs sedangkan

Page 40: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

19

potongan rack adalah potongan dengan nilai ekonomis yang

lebih rendah (second retail cuts). Menurut Sartika (2005)

persentase karkas New Zealand White adalah 53,9% dengan

persentase kaki depan dan dada 41,3%, persentase kaki

belakang 38,1% dan persentase pinggang 20,4%.

Gambar 3. Potongan Komersil Karkas Kelinci.

Keterangan A1-A2: hindleg (kaki belakang), B1-B2: loin

(dada), C: foreleg (kaki belakang), D: rack (pinggang)

(Sumber : www.cdnpix.com)

2.6 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah proses biologis karena

merupakan salah satu ciri dasar dari makluk hidup. Contoh

dari pertumbuhan adalah reproduksi, perubahan dimensi,

peningkatan ukuran linier, penambahan bobot badan atau

massa (Amsar, 1982). Pengukuran pertumbuhan pada

umumnya didasarkan pada kenaikan bobot badan persatuan

waktu tertentu (Soeparno, 1992).

Page 41: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

20

Pertumbuhan terjadi dalam 2 periode utama yaitu

pertumbuhan sebelum lahir (prenatal) dan pertumbuhan

setelah lahir (postnatal). Pertumbuhan prenatal adalah

pembelahan sel hasil pembuahan ovum oleh sperma menjadi 2

sel, kemudian 4 sel dan seterusnya. Pertumbuhan postnatal

dimulai sejak individu dilahirkan kemudian berlangsung lebih

cepat dan akirnya melambat atau berhenti sama sekali.

Pertumbuhan ini menghasilkan kurva pertumbuhan yang

berbentuk “sigmoid” (berbentuk-S) (Gambar. 4). Indikator

pertumbuhan digambarkan pada sumbu Y (ordinat) dan waktu

atau umur kedewasaan digambarkan pada sumbu X (absis)

(Anggorodi, 1984). Salah satu protein yang berperan dalam

tubuh adalah protein hormon pertumbuhan (GH). Beberapa

protein seperti enzim berperan sebagai biokatalisator untuk

meningkatkan reaksi metabolisme di dalam tubuh, sedangkan

yang lain berbentuk sitoskeleton (Demain dan Vaishnav,

2009). Pertumbuhan sel somatik diatur oleh adanya poros

pertumbuhan, pituitari sebagai tempat penghasil hormon

pertumbuhan (GH) merupakan suatu komponen pengatur yang

penting dalam poros ini (Reinecke, Bjo¨rn, Walton, Stephen,

Isabel, Deborah dan Joaquim, 2005). GH diproduksi dalam

jumlah sedikit, dengan mekanisme autocrine dan paracrine

yang dihantarkan ke target organ melalui peredaran darah

untuk merangsang fisiologi tubuh (Dong, Zeng, Duan, Zhang,

Wang, Li and Lin, 2008). Hormon pertumbuhan mempunyai

peranan yang penting pada proses transfer asam amino

ekstraselluler melewati membran sel, khususnya ke dalam sel-

sel otot dan menahan asam amino tersebut agar tetap berada di

dalam sel. Selain itu hormon ini dapat memacu retensi tubuh

terhadap berbagai mineral dan elemen esensial untuk

pertumbuhan normal (Walsh, 2002). GH dapat meningkatkan

Page 42: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

21

nafsu makan, konversi pakan, sintesis protein, menurunkan

ekskresi (loading) nitrogen, merangsang metabolisme dan

oksidasi lemak, serta memacu sintesis dan pelepasan insulin

(Matty, 1985).

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan (Amsar, 1982).

2.7 Pakan

Pakan adalah faktor utama dalam pemeliharaan kelici,

selain itu minum juga perlu diberikan karena air merupakan

zat yang dibutuhkan kelinci (Blakely dan Blade, 1991). Jenis,

jumlah dan mutu pakan yang diberikan akan mempengaruhi

pertumbuhan, kesehatan dan perkembangan ternak kelinci.

Dalam pemeliharaan kelinci intensif juga diberikan pakan

kering seperti konsentrat, hay dan biji-bijian sebagai pakan

tambahan selain hijauan sebagai pakan pokok. Pakan hijauan

di peternakan kelinci intensif diberikan sekitar 60-80 persen

dan sisanya konsentrat, ada juga yang memberikan pakan 40

persen hijauan dan 60 persen konsentrat (Sarwono, 2001).

Konsentrat mempunyai kandungan energi, protein dan lemak

yang relatif lebih tinggi dengan pemberian hijauan untuk

pemenuhan kebutuhan serat (Williamson dan Payne, 1993).

Page 43: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

22

Kebutuhan nutrisi pada pakan kelinci dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Pada Kelinci Masa Pertumbuhan

Zat Gizi Jumlah Kebutuhan

Energi Total (kkal) 2500

TDN (%) 45

Serat Kasar (%) 12

Lemak (%) 3-5

Protein Kasar (%) 16

Kalsium (%) 0,4

Phospor (%) 0,3

Sumber: Lebas et al. (1997).

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan

oleh ternak selama periode tertentu. Konsumsi pakan adalah

salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup kelinci.

Konsumsi pakan pada ternak dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan pemeliharaan kelinci (Aritonang dkk., 2003).

Konsumsi pakan kelinci dipengaruhi oleh beberapa faktor

salahsatunya adalah kenaikan temperatur lingkungan.

Konsumsi pakan akan menurun ketika kelinci mengalami

cekaman panas, namun konsumsi air cenderung meningkat

(Marai et al., 2002). Konsumsi pakan akan mempengaruhi

konversi pakan ternak. Konversi pakan adalah perubahan dari

sejumlah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan 1Kg

bobot badan dalam waktu tertentu. Nilai konversi pakan yang

tinggi akan menandakan bahwa tingkat efisiensi ternak

semakin buruk dan sebaliknya, jika nilai konversi pakan

rendah maka efisiensi penggunaan pakan semakin baik

(Aritonang dkk., 2003).

Page 44: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

23

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cerme, Kecamatan

Grogol, Kabupaten Kediri Jawa Timur selama 6 minggu,

pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai

dengan bulan Maret 2017.

3.2 Materi Penelitian

1. Kelinci

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kelinci peranakan New Zealand White jantan lepas sapih

berusia 6-8 minggu sebanyak 18 ekor dengan rata-rata bobot

badan awal 1084,6±9,93 gram. Uji keragaman dapat dilihat

pada lampiran 1.

2. Kandang dan peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individual

yang terbuat dari bambu. Kandang yang dipakai sebanyak 18

buah dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40

cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air

minum yang terbuat dari plastik.

Peralatan yang digunakan adalah pemanas dengan

sumber panas 10 buah lampu pijar 10 watt, 5 buah lampu pijar

40 watt dan blower yang dimodifikasi dengan dry ice sebagai

pendingin ruangan, termostat untuk mengatur suhu ruangan

dengan memutus arus listrik pada lampu jika suhu lebih tinggi

dari yang ditetapkan, termometer ruangan untuk mengukur

suhu dalam kandang, hygrometer untuk mengukur kelembaban

kandang, timbangan digital dengan kapasitas 10 kg kepekaan

1g untuk menimbang bobot badan kelinci dan karkas, pisau

Page 45: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

24

untuk memotong kelinci dan tali untuk menggantung saat

proses pemotongan.

3. Pakan dan Minum

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

hijauan segar dan konsentrat. Hijauan segar yang diberikan

adalah rumput lapang dan konsentrat adalah BR-1 yang

diproduksi oleh PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. Kandungan

nutrisi bahan pakan ditunjukkan pada Tabel 2. Air minum

diberikan adalah air yang diperoleh dari sumur dan vitamin

anti stres yang diberikan satu minggu sekali dengan

dicapurkan pada air minum.

Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan selama penelitian (%)

Bahan pakan BK PK SK LK Abu

Konsentrat (BR-1) 88,00 22,00 5,00 5,00 7,50

Rumput lapang 26,34 12,99 28,45 2,03 14,39

3.3 Metode Penelitian

1. Rancangan Percobaan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian eksperimental dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6

ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu pemeliharaan kelinci

dengan pengaturan suhu yang berbeda (23-25 oC, 27-29 oC dan

31-33 oC) sehingga diperoleh tiga perlakuan :

A. P1 : Suhu pemeliharaan 23-25 oC

B. P2 : Suhu pemeliharaan 27-29 oC

C. P3 : Suhu pemeliharaan 31-33 oC

Page 46: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

25

2. Prosedur Penelitian

A. Persiapan Kandang

Suhu dalam perlakuan dicapai dengan melaukan

pengaturan suhu kandang dengan pemanas dan pendingin yang

dikontrol oleh termostat. P1 dengan menurunkan suhu

lingkungan menggunakan blower yang dimodifikasi dengan es

batu dan blue ice sebagai pendingin sederhana, P2 dengan

menggunakan 5 buah lampu pijar 10 watt dan P3 dengan

menggunakan 5 buah lampu pijar 10 watt dan 5 buah lampu

pijar 40 watt.

Kandang dan peralatan yang digunakan dalam

penelitian terlebih dahulu dibersihkan. Selanjutnya kandang

dan peralatannya disucihamakan dengan menggunakan

antibakteri Lisorin. Kandang disemprot dengan

menggunakan Lisorin dengan dosis 15 ml dalam 1 liter air.

Tempat pakan dan minum direndam dalam antiseptik Lisorin

dengan dosis 15 ml dalam 10 liter air kemudian dikeringkan

dan dimasukan dalam kandang.

B. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan selama 6 minggu. Pemberian

pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 07.00 pemberian

konsentrat dan pukul 15.00 pemberian hijauan segar. Hijauan

segar dan konsentrat yang diberikan dengan perbandingan 70 :

30 (Prasetyo dan Herawati, 2006). Pemberian air minum

diberikan secara ad-libitum.

C. Pengambilan Sampel dan Koleksi Data

i. Pemuasaan

Empat ekor kelinci dipilih secara acak dari setiap

perlakuan untuk dipotong, sehingga kelinci yang dipotong

Page 47: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

26

keseluruhan berjumlah 12 ekor. Sebelum dilakukan

pemotongan, kelinci terlebih dahulu dipuasakan selama 7 jam.

Pemuasaan bertujuan mengosongkan bagian perut (usus)

sehingga kulit dan otot-ototnya menjadi lemas karena

peningkatan kandungan glikogen (Kartadisastra, 1997).

ii. Penyembelihan

Penyembelihan dilakukan dengan memotong leher

tepat pada bagian trachea, vena jugularis, arteri carotis dan

oesophagus. Setelah penyembelihan selesai, kelinci digantung

dengan mengikat kaki belakang bagian tarsal agar

pengeluaran darah lancar.

iii. Pengulitan

Pengulitan dilakukan dengan cara kering atau tanpa

air, dengan memisahkan bagian kepala, kedua kaki depan dan

sendi korpus dan ekor pada bagian pangkal. Kemudian

menyayat kulit pada kedua kaki belakang secara melingkar

dipergelangannya sampai melalui bagian paha dan anus. Kulit

dikupas dan perlahan-lahan ditarik ke bawah hingga seluruh

kulit terlepas dari kelinci.

iv. Pemotongan karkas

Organ dalam kelinci dikeluarkan dengan cara membuat

sayatan pada bagian perut. Karkas kelinci dipotong secara

komersial yang terdiri atas foreleg, rack, loin dan hindleg.

3.4 Variabel Penelitian

1. Bobot potong : Bobot potong kelinci ditimbang sesaat

sebelum kelinci dipotong setelah dipuasakan 7 jam,

dinyatakan gram/ekor.

2. Bobot karkas : Bobot karkas ditimbang setelah kelinci

dipotong, dikuliti lalu dikurangi darah, kepala, kaki bagian

Page 48: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

27

bawah, hati, ekor, saluran pencernaan dan isi rongga dada

kecuali ginjal, dinyatakan gram/ekor.

3. Persentase karkas : Dihitung dengan membagi bobot

karkas dengan bobot potong dan dikalikan seratus persen,

dinyatakan %.

4. Bobot non karkas : Bobot non karkas diperoleh dengan cara

menimbang seluruh bagian non karkas internal (organ

pencernaan, organ reproduksi dan organ kardiovaskular),

dan non karkas eksternal (kepala, kulit, keempat kaki

bagian bawah tarsus dan karpus) dari kelinci, dinyatakan

gram/ekor.

5. Persentase non karkas : Dihiting dengan membagi bobot

non karkas dengan bobot karkas dan dikalikan seratus

persen, dinyatakan %.

6. Bobot potongan komersil : bobot potongan karkas kelinci

yang terdiri dari foreleg, rack, loin dan hindleg, dinyatakan

gram/ekor.

7. Persentase potongan komersil : dihitung dengan membagi

bobot potongan komersil dengan bobot karkas dan

dikalikan seratus persen, dinyatakan %.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis

ragam (Yitnosumartono, 1990). Model matematika yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Page 49: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

28

Yij = μ+ αi + εij

Keterangan:

Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i

ulangan ke-j

μ : Nilai tengah perlakuan ke-i

αi : Pengaruh perlakuan ke-i

εij : Kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan

ke-i ulangan ke-j.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda atau signifikan

maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (Steel

dan Torrie, 1993).

SE =

Keterangan:

SE : Standard Error

r : Ulangan

KT galat : Kuadrat Tengah Galat

3.6 Batasan Istilah

1. Karkas adalah bagian tubuh setelah kelinci dipotong,

dikuliti lalu dikurangi darah, kepala, kaki bagian bawah,

hati, ekor, saluran pencernaan dan isi rongga dada kecuali

ginjal

2. Non karkas adalah hasil pemotongan ternak selain karkas.

3. Foreleg adalah potongan kaki depan.

4. Rack adalah potongan dada.

5. Loin adalah potongan pinggang.

6. Hindleg adalah potongan kaki belakang.

Page 50: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di desa Cerme,

Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri Jawa Timur. Suhu di

lokasi penelitian berkisar antara 24-30oC dengan kelembaban

udara mencapai 60-70%. Rata-rata suhu udara dan

kelembaban ruang selama penelitian dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata suhu (oC) dan kelembaban udara

(%) ruang selama penelitian.

Minggu ke- Suhu udara Kelembaban udara

1 27,60 63,33

2 28,19 60,33

3 27,57 62,29

4 27,50 62,05

5 27,33 63,29

6 27,14 63,05

Rata-rata+SD 27,56+0,35 62,39+1,14

Suhu dan kelembaban menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi produksi ternak, hal ini akan menyebabkan

perubahan keseimbangan panas tubuh ternak. Keseimbangan

panas tubuh ini dapat menyebabkan perubahan tingkah laku

ternak yang dipengaruhi oleh keseimbangan air dan energi

dalam tubuh ternak (Esmay, 1982). Rata-rata pengaturan suhu

setiap minggu yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat

pada Tabel 3.

Page 51: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

30

Tabel 4. Rataan suhu (oC) kandang pada masing-masing

perlakuan.

Minggu ke- P1 P2 P3

1 24,48 28,05 31,93

2 24,14 28,19 32,00

3 24,26 27,86 31,74

4 24,38 28,14 31,98

5 24,64 27,86 31,88

6 24,67 27,90 31,83

Rata-rata+SD 24,43+0,21 28,00+0,15 31,89+0,10

Rata-rata suhu yang ditunjukkan pada Tabel 4

menunjukkan angka yang sesuai dengan pengaturan suhu yang

diharapkan, namun pada praktiknya pernah terjadi

ketidakstabilan suhu kandang yang disebabkan oleh

pemadaman listrik. Akibat pemadaman listrik ini terjadi

peningkatan dan penurunan suhu pada kandang karena alat

pemanas dan pendingin tidak dapat bekerja.

4.2 Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot hidup kelinci

prapemotongan yang telah dipuasakan selama 7 jam, bobot

potong merupakan hasil dari pertambahan bobot badan selama

pemeliharaan. Secara keseluruhan bobot hidup kelinci

dipengaruhi oleh konsumsi pakan, bobot potong akan

berpengaruh langsung terhadap bobot karkas, bobot lemak

tubuh dan kualitas daging kelinci. Rata-rata bobot potong

kelinci peranakan New Zealand White setelah pemeliharaan

selama 6 minggu ditunjukkan dalam Tabel 5.

Page 52: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

31

Tabel 5. Rata-rata Bobot Potong Kelinci Peranakan New

Zealand White (g/ekor).

Perlakuan Ulangan

Rata-rata+SD 1 2 3 4

P1 2254 2299 2231 2297 2270,2±33,40c

P2 2041 2027 2001 1978 2011,7±27,94b

P3 1916 1942 1933 1943 1933,5±12,50a

Keterangan : Huruf superskrip menandakan perbedaan sangat

nyata (P<0,01).

Umur potong kelinci antara 12-14 minggu dengan

rata-rata bobot potong yang dihasilkan dari perlakuan suhu

yang berbeda adalah P1 2270,2±33,40c; P2 2011,7±27,94b; P3

1933,5±12,50a g/ekor (Gambar 5). Hasil analisis variansi

menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan sangat

nyata (P<0,01) terhadap bobot potong. Kelinci New Zealand

White berumur kisaran 80 hari memiliki rataan bobot potong

berkisar antara 1900-2000 g dan menghasilkan bobot karkas

yang sama pula berkisar antara 1100-1180g (Hernandez and

Rubio, 2001). Tabel 5 menunjukkan bahwa suhu lingkungan

pemeliharaan yang semakin tinggi sangat berpengaruh

terhadap bobot potong yang cenderung semakin menurun.

Templeton (1986) menyatakan bahwa laju pertambahan bobot

badan ternak dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum

yang dikonsumsi serta temperatur lingkungan. Menurut

Decuypere dan Buyse (2005), Kusnadi et al. (2006) suhu yang

tinggi akan merangsang turunnya hormon tiroid

(triiodothyronine) yang menyebabkan turunnya konsumsi

oksigen sehingga metabolisme terganggu dan pertumbuhan

ternak terhambat.

Page 53: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

32

Gambar 5. Grafik Rata-rata Bobot Potong Kelinci Hasil

Penelitian.

Bobot potong pada perlakuan suhu 23-25 oC (P1)

memiliki bobot potong yang paling tinggi dengan nilai rata-

rata 2270,2±33,40 (gram) daripada perlakuan yang lain (P2 dan

P3). Menurut Scott, Nesheim and Young (1982) menyatakan

bahwa konsumsi pakan dan pertumbuhan memiliki hubungan

yang sangat erat. Semakin tinggi konsumsi pakan akan

mengakibatkan kenaikan konsumsi protein sehingga

meningkatkan bobot potong ternak, hal ini sesuai dengan hasil

penelitian (Gambar 6) bahwa konsumsi pakan semakin

menurun dan berbanding lurus dengan bobot potong. Santoso

(2002) menjelaskan bahwa pemberian pakan ad-libitum akan

membuat hewan mengejar kekurangan bobot, hal ini adalah

adaptasi metabolik karena rendahnya produksi panas

metabolik. Bobot potong akan berbanding lurus dengan bobot

karkas, menurut Brahmantiyo, Raharjo, Martojo and Mansjoer

(2010) menyatakan semakin tinggi bobot potong akan

menyebabkan tingginya bobot karkas, begitu pula sebaliknya.

Bobot potong akan mempengaruhi bobot daging, tulang dan

lemak kelinci.

gram o o o

Page 54: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

33

Gambar 6. Grafik Rata-rata Konsumsi Pakan Kelinci Hasil

Penelitian..

4.3 Bobot Dan Persentase Karkas

Bobot karkas segar adalah hasil penimbangan badan

hewan yang telah dipotong, dipisahkan dengan kaki pada sendi

karpal dan tarsial, kepala, kulit, ekor, darah , kotoran dan

jeroan (Gambar 7) (Reksohadiprojo,1995). Persentase karkas

adalah hasil dari bobot karkas dibagi dengan bobot potong

kelinci dan dikalikan dengan 100%. Rata-rata bobot karkas

kelinci peranakan New Zealand White setelah pemeliharaan

selama 6 minggu ditunjukkan dalam Tabel 6.

Gambar 7. Karkas Kelinci Hasil Penelitian.

gram o o o

Page 55: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

34

Tabel 6. Rata-rata Bobot Karkas Kelinci Peranakan New

Zealand White (g/ekor).

Perlakuan Ulangan

Rata-rata+SD 1 2 3 4

P1 1171 1254 1139 1234 1199,5±53,64c

P2 1050 1095 1074 1027 1061,5±29,44b

P3 941 959 971 969 960,0±13,71a

Keterangan : Huruf superskrip menandakan perbedaan sangat

nyata (P<0,01).

Rata-rata bobot karkas kelinci peranakan New Zealand

White yang dihasilkan selama pemotongan adalah P1

1199,5±53,64c; P2 1061,5±29,44b; P3 960,0±13,71a g/ekor

(Gambar 8). Hasil dari analisis variansi menunjukkan hasil

yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Suhu mempengaruhi

perbedaan pertumbuhan karkas, suhu yang rendah

mennyebabkan meningkatnya efisiensi penggunaan ransum.

Energi akan lebih cepat terkuras apabila ternak mengalami

cekaman panas, selain itu cekaman panas akan menyebabkan

meningkatnya jumlah hormon stres (glukokortokoid) (Cooper

dan Washburn, 1998).

Gambar 8. Grafik Rata-rata Bobot Karkas Kelinci Hasil

Penelitian.

gram

o o o

Page 56: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

35

Muryanto dan Prawirodigdo (1993) menyatakan

bahwa semakin tinggi bobot karkas maka akan semakin tinggi

pula persentase karkas. Bobot karkas yang diperoleh dari

perlakuan perbedaan suhu lingkungan pemeliharaan

memberikan hasil berbanding lurus dengan bobot potong

ternak. Hasil uji lanjut Duncan’s memberikan hasil yang

signifikan dari setiap perlakuan, semakin tinggi suhu

lingkungan menyebabkan bobot potong menurun yang juga

diikuti penurunan bobot karkas. Menurut Soeparno (1994)

faktor genetik mempengaruhi komposisi tubuh yang

memberikan perbedaan pada distribusi bobot dan komposisi

kimia karkas, proporsi tulang, otot dan lemak.

Tabel 7. Rata-rata Persentase Karkas Kelinci Peranakan New

Zealand White (%).

Perlakuan Ulangan

Rata-rata+SD 1 2 3 4

P1 51,95 54,55 51,05 53,72 52,8±1,60b

P2 51,45 54,02 53,67 51,92 52,8±1,27 b

P3 49,11 49,38 50,23 49,87 49,6±0,50a

Keterangan : Huruf superskrip menandakan perbedaan sangat

nyata (P<0,01).

Persentase karkas yang dihasilkan oleh kelinci

peranakan New Zealand White seperti yang ditunjukkan pada

Tabel 7 selama penelitian adalah P1 52,8±1,60b; P2 52,8±1,27

b; P3 49,6±0,50a %/ekor (Gambar 9). Hasil analisis variansi

menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Persentase

karkas sangat dipengaruhi oleh bobot karkas dan bobot hidup,

karena persentase karkas adalah bobot karkas dibagi dengan

bobot hidupnya dan dikalikan 100 persen. Umur, bobot hidup

Page 57: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

36

dan laju pertumbuhan juga mempengaruhi komposisi karkas

(Soeparno, 1994). Hasil penelitian ini sama dengan hasil

penelitian dari Oteku and Lgene (2006) yang menunjukkan

rataan persentase karkas 48-59%.

Gambar 9. Grafik Rata-rata Persentase Karkas Kelinci Hasil

Penelitian.

Hasil dari analisis lanjut Duncan’s bahwa persentase

karkas pada P1 dan P2 menunjukkan hasil yang tidak berbeda

signifikan, namun sangat berbeda apabila dibandingkan

dengan P3. Menurut Templeton (1986) Persentase karkas

kelinci muda (fryer) sebesar 50-54%, sedangkan pada kelinci

dewasa (roaster) menghasilkan persentase karkas sebesar 55-

65%, hal ini membuktikan bahwa persentasi karkas yang

diperoleh dari P1 dan P2 sudah memiliki kriteria yang baik dan

persentase karkas dari P3 yang kurang dari 50% menunjukan

kriteria yang kurang baik. Berbeda dengan Templeton (1986),

Kartadisastra (1997) menyatakan persentase karkas ternak

kelinci yang baik berkisar antara 40-52% dari bobot hidupnya.

Hernandez and Rubio (2001) membandingkan bangsa kelinci

New Zealand, Californian, Chinchilla dan Rex serta jenis

kelamin jantan dan betina, menyatakan bahwa bangsa kelinci

tidak berpengaruh terhadap persentase karkas. Brahmantiyo,

%

o o o

Page 58: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

37

Raharjo, Martojo, Mansjoer (2010) menjelaskan bahwa jenis

kelamin tidak berpengaruh terhadap persentase karkas pada

jantan dan betina kelinci.

4.4 Bobot Dan Persentase Non Karkas

Non Karkas atau yang biasa disebut offal adalah bobot

potong ternak selain karkas, dari segi bagian non karkas dapat

dibedakan menjadi internal dan eksternal (Gambar 10). Non

karkas internal adalah bagian dalam dari karkas yang terdiri

dari organ pencernaan, organ reproduksi dan organ

kardiovaskular. Sedangkan non karkas internal adalah bagian

yang berada diluar karkas seperti kepala, bulu, kaki depan dan

belakang bagian metatarsus. Rata-rata bobot non karkas

kelinci peranakan New Zealand White yang diperoleh dari

hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 8.

Gambar 10. Non Karkas Internal dan Eksternal Kelinci Hasil

Penelitian.

Page 59: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

38

Tabel 8. Rata-rata Bobot Non Karkas Kelinci Peranakan New

Zealand White (g/ekor).

Karakteristik Perlakuan

P1 P2 P3

Internal 460,5±24,23 409,0±25,01 411,0±22,17

Eksternal 489,7±34,97 445,5±16,30 463,0±21,65

Keterangan : Huruf superskrip menandakan perbedaan yang

nyata (P<0,05).

Gambar 11. Diagram Rata-rata Bobot Non Karkas Internal dan

Eksternal Kelinci Hasil Penelitian.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perbedaan

bobot non karkas internal kelinci peranakan New Zealand

White jantan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

dengan nilai P1 460,5±24,23b; P2 409,0±25,0a; P3 411,0±22,17a

g/ekor, sedangkan bobot non karkas eksternal menunjukkan

hasil yang tidak nyata (P>0,05) dengan nilai P1 489,7±34,97;

P2 445,5±16,30; P3 463,0±21,65 g/ekor (Gambar 11).

Pamungkas, dkk. (1992) menyatakan bahwa perkiraan bobot

karkas kurang tepat apabila hanya berdasarkan bobot hidupnya

tanpa diikuti dengan bobot organ tubuh non karkas baik

internal maupun eksternal, jadi bobot non karkas berpengaruh

terhadap bobot karkas dan tidak bisa diperkirakan pasti hanya

gram o o o

Page 60: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

39

berdasarkan bobot hidupnya. Pamungkas, dkk. (1992)

menjelaskan bahwa kadar laju pertumbuhan non karkas

hampir sama dengan laju pertumbuhan tubuh. Bobot non

karkas dapat mempengaruhi bobot karkas, sebab bobot non

karkas yang semakin tinggi akan menyebabkan bobot karkas

yang dihasilkan semakin menurun (Soeparno, 1994).

Menurut Soeparno (1994) nutrisi mempengaruhi bobot

non karkas internal terhadap bobot hidup, sehingga organ yang

berhubungan dengan digesti dan metabolisme menunjukkan

perubahan bobot yang sesuai dengan status nutrisional dan

fisiologis ternak. Suhu lingkungan yang berbeda dari setiap

perlakuan memberikan perbedaan pada bobot non karkas

internal namun tidak memberikan perbedaan terhadap bobot

non karkas eksternal.

Tabel 9. Rata-rata Persentase Non Karkas Kelinci Peranakan

New Zealand White (%).

Karakteristik Perlakuan

P1 P2 P3

Internal 20,3±0,96 20,3±1,27 21,3±1,16

Eksternal 21,6±1,80 22,1±0,71 23,9±1,22

Gambar 12. Diagram Rata-rata Persetase Non Karkas Internal

dan Eksternal Kelinci Hasil Penelitian.

% o o o

Page 61: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

40

Persentase non karkas dari setiap perlakuan dengan

suhu yang berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda (P>0,05)

dari hasil analisis variansi. Rata-rata persentase non karkas

internal kelinci peranakan New Zealand White seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 9 menunjukkan P1 20,3±0,96; P2

20,3±1,27; dan P3 21,3±1,16 %/ekor, sedangkan pada rata-rata

persentase non karkas eksternal adalah P1 21,6±1,80; P2

22,1±0,71; P3 23,9±1,22 %/ekor (Gambar 12). Templeton

(1986) menyatakan bahwa persentase karkas akan meningkat

seiring dengan meningkatnya bobot tubuh, sehingga bagian

tubuh diluar karkas dan saluran pencernaan berkurang dengan

meningkatnya bobot tubuh.

Soeparno (1994) menyatakan bahwa persentase non

karkas berbanding terbalik dengan persentase karkas. Semakin

tinggi persentase non karkas akan menurunkan persentase

karkas dan sebaliknya jika persentase non karkas rendah akan

meningkatkan persentase karkas. Menurut Soeparno (1992)

menyatakan bahwa bangsa dan jenis kelamin mempunyai

pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan relatif non karkas,

kecuali pada kepala dan usus kecil.

4.5 Bobot Dan Persentase Potongan Komersil

Potongan komersial merupakan hal yang menarik

untuk diteliti, karena dapat merepresentasikan bobot karkas

dengan sebaran bobot dan seberapa banyak potongan yang

dihasilkan untuk menentukan keuntungan. Blasco et al. (1993)

menyatakan potongan komersial yang bernilai ekonomis tinggi

(first retail cuts) dari kelinci adalah potongan bagian hind legs,

loin dan forelegs sedangkan potongan rack adalah potongan

dengan nilai ekonomis yang lebih rendah (second retail cuts)

Page 62: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

41

(Gambar 13). Rata-rata bobot potongan komersil karkas

kelinci peranakan New Zealand White yang diperoleh dari

hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 10 dan Gambar 14.

Tabel 10. Rata-rata Bobot Potongan Komersil Kelinci

Peranakan New Zealand White (g/ekor).

Karakteristik Perlakuan

P1 P2 P3

Kaki Depan 195,2±10,31b 175,2±8,77ab 161,2±9,00a

Kaki Belakang 481,0±14,17c 422,0±2,94b 391,2±12,37a

Dada 274,5±30,62 246,0±2,16 227,2±30,61

Pinggang 248,7±12,84b 218,2±30,40ab 180,2±18,82a

Keterangan : Huruf superskrip menandakan perbedaan sangat

nyata (P<0,01).

Gambar 13. Potongan Komersil Kelinci Hasil Penelitian.

Keterangan a: hindleg (kaki belakang), b: loin (pinggang, c:

rack (dada) dan d: foreleg (kaki depan).

Menurut Blasco et al. (1993), bobot potongan

komersial yang meliputi foreleg atau kaki depan, rack atau

dada, loin atau punggung dan hindleg atau kaki belakang.

Pengaruh perlakuan suhu pemeliharaan memiliki perbedaan

sangat nyata (P<0,01) pada hasil analisis variansi pada bagian

Page 63: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

42

kaki depan (foreleg), kaki belakang (hindleg) dan pinggang

(loin) namun memberikan hasil yang tidak berbeda nyata

(P>0,05) pada bagian dada (rack). Selama pertumbuhan terjadi

perbedaan laju pertumbuhan relatif organ dan jaringan.

Pertumbuhan yang relatif cepat digolongkan menjadi dewasa

cepat dan sebaliknya digolongkan menjadi dewasa lambat

(Soeparno, 1994). Menurut Mawati, Warastuty dan

Purnomoadi (2004) rack adalah bagian karkas yang termasuk

masak lambat atau dewasa akhir, jadi rack akan tumbuh

setelah bagian lain mulai menunjukkan penurunan, loin

termasuk bagian karkas yang masak lambat, karena diperlukan

untuk menyangga badan dan bergerak, sedangkan foreleg dan

hindleg merupakan bagian karkas yang masak dini dan

mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi pada masa

pertumbuhan.

Gambar 14. Diagram Rata-rata Bobot Potongan Komersil

Kelinci Hasil Penelitian.

Suhu yang tinggi akan meningkatkan hormon

adrenalin yang berasal dari korteks adrenal yaitu kortisol dan

kortikosteron (Kusnadi et al., 2006). Hormon adrenalin ini

akan menyebabkan terhambatnya Growth Hormone (GH).

Menurut Demain and Vaishnav (2009) Growth hormone

disekresikan oleh pituitary dan berfungsi sebagai

gram o

o

o

o

o

o

Page 64: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

43

biokatalisator reaksi metabolisme dalam tubuh untuk transfer

asam amino ekstraselluler melewati membran sel, khususnya

ke dalam sel-sel otot dan menahan asam amino tersebut agar

tetap berada di dalam sel. Pada bagian kaki belakang terdapat

perbedaan yang signifikan dari setiap perlakuan dimana

menunjukkan notasi yang berbeda disetiap perlakuannya. Pada

bagian kaki depan dan pinggang hasil analisis Duncan’s

memberikan hasil pada P2 yang tidak terlalu signifikan dengan

P1 dan P3, sedangkan pada bagian dada terdapat tulang rusuk

yang lebih dominan sehingga jumlah pertumbuhan otot kurang

optimal dan menyebabkan tidak adanya perbedaan dari

perlakuan yang diberikan.

Tabel 11. Rata-rata Persentase Potongan Komersil Kelinci

Peranakan New Zealand White (%).

Karakteristik Perlakuan

P1 P2 P3

Kaki Depan 16,3±0,83 16,5±0,82 16,8±0,95

Kaki Belakang 40,1±0,96 39,8±1,28 40,7±0,94

Dada 22,8±1,72 23,2±0,68 23,7±3,10

Pinggang 20,7±0,63 20,5±2,32 18,8±2,04

Rata-rata persentase potongan komersil kelinci seperti

yang ditunjukkan pada Tabel 11, tidak menunjukkan

perbedaan nyata (P>0,05) dari setiap perlakuan suhu yang

diberikan karena persentase potongan komersil menunjukkan

bobot setiap potongan komersil dari total bobot karkas.

Menurut Sartika (2005) persentase karkas New Zealand White

adalah 53,9% dengan persentase kaki depan dan dada 41,3%,

persentase kaki belakang 38,1% dan persentase pinggang

20,4%, hal ini tidak terlalu berbeda dengan hasil penelitian

Page 65: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

44

yang menunjukkan persentasi kaki depan dan dada berturut-

turut pada P1 16,3±0,83; P2 16,5±0,82; P3 16,8±0,95 %/ekor,

P1 22,8±1,72; P2 23,2±0,68; P3 23,7±3,10 %/ekor, persentase

kaki belakang P1 40,1±0,96; P2 39,8±1,28; P3 40,7±0,94

%/ekor dan persentase pinggang P1 20,7±0,63; P2 20,5±2,32;

P3 18,8±2,04 %/ekor (Gambar 15).

Gambar 15. Diagram Rata-rata Persentase Potongan Komersil

Kelinci Hasil Penelitian.

Pada setiap perlakuan menunjukkan pada bagian kaki

depan memiliki persentase yang paling sedikit. Menurut

Metzger, Odermatt, Szendro, Mohaupt, Romvari, Makai, Biro-

Nemeth, Radnai and Sipos (2004) perbedaan pada foreleg

disebabkan karena pada bagian tersebut paling banyak

memiliki tulang dan sedikit otot, selain itu daging pada bagian

kaki depan (foreleg) tumbuh dengan konstan. Potongan

komersial seperti loin dan hindleg memiliki nilai ekonomi

paling tinggi daripada forleg dan rack karena memiliki

persentase karkas yang paling besar.

%

o

o

o

Page 66: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Karakteristik karkas kelinci peranakan New Zealand

White pada bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas

menurun seiring dengan tingginya suhu pemeliharaan. Bobot

dan persentase non karkas internal (organ pencernaan, organ

reproduksi dan organ kardiovaskular) maupun eksternal

(kepala, bulu, kaki depan dan belakang bagian metatarsus)

secara umum sama pada perlakuan suhu lingkungan. Potongan

komersil pada bobot kaki depan, kaki belakang dan pinggang

menurun seiring dengan tingginya suhu pemeliharaan, namun

pada bobot dada dan persentase seluruh potongan komersil

secara umum sama. Suhu perlakuan yang paling baik untuk

menghasilkan karkas yang tinggi adalah suhu P1 (23-25oC)

yang mendekati comfort zone yaitu 21oC.

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan

studi untuk perbandingan karakteristik karkas antar bangsa

kelinci dengan suhu lingkungan pemeliharaan yang berbeda.

Page 67: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

46

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fataftah, A. R. A. and Z. H. M. Abu-Dieyeh. 2007.

Effect of Chronic Heat Stress on Broiler

Performance in Jordan. Intern. J. Poult. Sci.

6(1): 64-70.

Amsar. 1982. Fisiologi Pertumbuhan. Fakultas Pasca

Sarjana Institut Pertanian, Bogor.

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum.

Gramedia. Jakarta.

Aritonang, D., N.T. Roefiah, T. Pasaribu dan Y.C.

Raharjo. 2003. Laju pertumbuhan kelinci rex,

satin dan persilangannya yang diberi

lactosym dalam sistem pemeliharaan intensif.

JITV, 8(3), pp.164-169.

Aritonang, D., M. A. Harahap dan Y. C. Raharjo. 2004.

Pengaruh Penambahan Biovet dalam Ransum

dengan Berbagai Kandungan Protein-Energi

terhadap Pertumbuhan Anak Kelinci Rex.

Jurnal Media Peternakan. 27 (2):69-76.

Arrington, L. R. dan K.C. Kelley. 1976. Domestic Rabbit

Biologi and Production. A University of

Florida Book. The University Press of

Florida. Gainesvilke.

Blakely, J. and D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan edisi

IV: Terjemahan: Bambang Srigandono.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 68: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

47

Blasco, A., J. Ouhayoun and G. Masoero. 1993.

Harmonization of criteria and terminology in

rabbit meat research. Journal of Applied

Rabbit Research, 15, pp.64-64.

Brahmantiyo, B. 2008. Kajian potensi genetik ternak

kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Bogor dan

di Magelang, Jawa Tengah. Disertasi.

Program Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Brahmantiyo, B., Y.C. Raharjo, H. Martojo and S.

Mansjoer. 2010. Rex, Satin and Their

crossbreed rabbit production. JITV. (2):131-

137.

Brown-Brandl, T. M., J. A. Nienaber, R. A. Eigenberg,

T. L. Mader, J. L. Morrow and J. W. Dailey.

2006. Comparison of heat tolerance of feedlot

heifers of different breeds. Livest Sci105:19–

26.

Chen, C. P., D. R. Rao, G. R. Sunki dan W. M. Johnson.

1987. Effect of weaning and slaughtering

ages upon rabbit meat reproduction, body

weight, feed efficiency and mortality. Journal

Animal Science 46: 573-577.

Cooper, M. A. and K. W. Washburn. 1998. The

Relationships of Body Temperature to

Weight Gain, Feed Consumption, and Feed

Utilizationin Broilers under Heat

Stress.Poult. Sci. 77:237-242

Page 69: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

48

Decuypere, E. and J. Buyse. 2005. Endocrine control of

postnatal growth in poultry. J.Poult. Sci. 42: 1

- 13.

Demain, A. L. And P. Vaishnav. 2009. Production Of

Recombinant Proteins By Microbes And

Higher Organisms. Biotechnology Advances

27: 297–306.

Dong, H., L. Zeng, D. Duan, H. Zhang, Y. Wang, W. Li

and H. Lin. 2008. Growth Hormone And

Two Forms Of Insulin-Like Growth Factors I

In The Giant Grouper (Epinephelus

Lanceolatus): Molecular Cloning And

Characterization Of Tissue Distribution. Fish

Physiol Biochem 36: 201-212.

El-Raffa, A.M. 2004. Rabbit production in hot climates.

In Proceedings of the 8th World Rabbit

Congress, September 7-10, 2004, Pueblo,

Mexico (pp. 1172-1180). World Rabbit

Science Association (WRSA).

Esmay, M. L. 1978. Principles of animal environment.

Avi Publishing Company.

Farrel, D.J. and Y.C. Raharjo. 1984. The potential for

meat production from rabbit. Central

Research Institute for Animal Science.

Bogor.

Page 70: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

49

Gillespie, R. J. 2004. Modern Livestock and Poultry

Production 7th Delmar Learning. Clifton

Park. New York.

Hapid, H.N. 2014. Persentase karkas sapi Bali pada

berbagai berat badan dan lama pemuasaan

sebelum pemotongan. JITV, 19(3).

Hernandez, O. J. A. and L. M. S. Rubio. 2001. Effect of

breed and sex on rabbit carcass yield and

meat quality. World Rabbit Science, 9(2),

pp.51-56.

Hustamin, R. 2006. Panduan Memelihara Kelinci Hias.

Tangga Pustaka. Jakarta.

Kartadisastra, H.R. 1997. Ternak Kelinci, Teknologi

Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Kasa, I.W. and C.J. Twaithes. 1993. The Effect of

Infrared Radiation on Rectal Skin and Hair

Tip Temperatures of Rabbits. World Rabbit

Science, 1, pp.133-133.

Kurihara, M. and S. Shioya. 2003. Dairy cattle

management in a hot environment. Food and

Fertilizer Technology Center.

Kusnadi, E., R. Widjajakusuma, T. Sutardi, P. S.

Hardjosworo dan A. Habibie. 2006.

Pemberian Antanan (Centella Asiatica)

Danvitamin C Sebagai Upaya Mengatasi

Page 71: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

50

Efekcekaman Panas Pada Broiler. Media

Peternakan 29(3): 133 - 140.

Lebas, F., P. Coudert, R. Rouvier and H.D. Rochambeau.

1997. The rabbit: husbandry, health and

production (Vol. 21). Rome.

Lovett, J. 1986. Animal Production 1. The University

New England, Australian.

Marai, I.F.M., A.A.M. Habeeb and A.E. Gad. 2002.

Rabbit’s productive, reproductive and

physiological performance traits as affected

by heat stress: a review. Livest. Prod. Sci.

78: 71-90.

Martopo, Sugeng & Chafid Fandeli. 1995. Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan: Prinsip

Dasar dan Pemaparannya Dalam

Pembangunan. Jakarta: Liberty.

Masanto, R. dan A. Agus. 2010. Beternak Kelinci

Potong. PT Niaga Swadaya. Jakarta.

Mashaly, M. M., G. L. Hendricks, M. A. Kalama, A. E.

Gehad, A. O. Abbas, and P. H. Patterson.

2004. Effect Of Heat Stress On Production

Parameters And Immune Responses Of

Commercial Laying Hens. Poult. Sci. 83:889-

894.

Page 72: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

51

Matty, A. J. 1985. Fish endocrinology. Croom Helm

London and Sydney Timber Press. Portland,

Oregon. 267 p.

Mawati, S., F. Warastuty dan A. Purnomoadi. 2004.

Pengaruh Pemberian Ampas Tahu Terhadap

Potongan Komersil Karkas Domba Lokal

Jantan. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 29(3).

Metzger, S., M. Odermatt, Z. Szendro, M. Mohaupt, R.

Romvari, A. Makai, E. Biro-Nemeth, I.

Radnai and L. Sipos. 2004. Examination on

the carcass traits of different rabbit genotypes.

In Proceedings of 8th World Rabbit

Congress (pp. 7-10).

Muryanto dan S. Prawirodigdo. 1993. Pengaruh jenis

kelamin dan bobot potong terhadap

persentase karkas dan non-karkas kelinci

Rex. J. Ilmiah Penelitian Ternak Klepu 1: 33-

38.

Oluyemi, J.A. and F.A. Roberts. 1979. Poultry

Production in warm wet climates. Macmillan

Press Ltd. London & Basingstoke.

Oteku, I. T. dan J. O. Igene. 2006. Effect of Diet Types

and Slaughter Ages on Carcass

Characteristics of The Domestic Rabbits

in Humid Southern Nigeria. Benin (NG):

Faculty of Agriculture/The Indigenous

Food Process Research and Technology

Development Centre Benin University.

Page 73: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

52

Pamungkas, D., U. Uum dan M.A. Yusran. 1992.

Analilis Berat dan Persentase Karkas Domba

Ekor Gemuk Berdasarkan Berat Hidup dan

Berat Bagian Tubuh Non Karkas pada Dua

Tingkatan Umur. Jurnal Ilmiah Penelitian

Ternak Grati. Vol. 3. No. 1.

Prasetyo, A. Dan T. Herawati. 2006. Pengaruh

Komposisi Pakan Terhadap Pertamabahan

Bobot Pada Kelinci Bunting (New Zealand)

Di Kecamatan Sumuwono Kabupaten

Semrang. Seminar nasional teknologi

peternakan dan veteriner.

Raharjo, Y. C., dan D. Gultom. 2000. Respons Kelinci

Pra- Dan Pasca Sapih terhadap Creepfeed

Dan Pakan Grower. In Seminar Nasional

Peternakan dan Veteriner, Bogor

(Indonesia), 18-19 Sep 2000. Puslitbangnak.

Raharjo, Y.C. dan B. Brahmantiyo. 2014. Plasma nutfah

kelinci sebagai sumber pangan hewani dan

produk lain bermutu tinggi. JITV, 19(3).

Reinecke, M., T. B. Bjo¨rn, W. D. Walton, D. M.

Stephen, N. Isabel, M. Deborah and G.

Joaquim. 2005. Growth Hormone And

Insulin-Like Growth Factors In Fish: Where

We Are And Where To Go. Gen Comp

Endocrinol 142:20–24.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan

Tropik. Edisi 2. BPFE. Jakarta.

Page 74: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

53

Rommers, J. 2001. The effect of litter size before

weaning on subsequent body development,

feed intake and reproductive performance of

young rabbits does. J. Anim. Sci. 79: 1973-

1982.

Santoso, U. 2002. Pengaruh Tipe Kandang dan

Pembatasan Pakan di Awal Pertumbuhan

terhadap Performans dan Penimbunan Lemak

pada Ayam Pedaging Unsexed. JITV Vol. 7.

No. 2.

Sari, M. 2015. Pengembangan Musim Di Indonesia –

Iklim. http://www.ilmugeografi.com. Diakses

tanggal 18 januari 2017.

Sari, R., S. Ismatullah, T.W. Titik, B.R. Anida dan K.

Dedeh. 2012. Temu Koordinasi Kehumasan

2012 Ditjen PKH Angkat Potensi

Pengembangan Ternak Kelinci.

http://www.ditjennak.pertanian.go.id.

Diakses tanggal 18 januari 2017.

Sartika, T. 2005. Strategi Pemuliaan Sebagai Alternatif

Peningkatan Produktivitas Kelinci

Pedaging. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Sarwono, B. 2001. Kelinci Potong dan Hias. Agromedia

Pustaka, Jakarta.

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982.

Nutrition of The Chicken, Third Edition.M.

L. Scott & Associates, Ithaca, New York.

Page 75: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

54

Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988.

Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Soeparno. 1992. Pilihan Produksi Daging Sapi dan

Teknologi Prosesing Daging. UGM Press.

Yogyakarta.

________. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM

Press. Yogyakarta.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Pinsip dan

Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrik).

Terjemahan : B. Sumantri. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Sudaryanto, B., Y.C. Rahardjo dan M. Rangkuti. 1984.

Pengaruh beberapa hijauan terhadap

performan kelinci di pedesaan. Ilmu dan

Peternakan. Puslitbangnak. Bogor.

Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. UMM

Press. Malang.

Sulistyaningsih, S. Minarti dan O. Sjofjan. 2013. Tingkat

residu pestisida dalam daging kelinci

peranakan New Zealand White yang diberi

pakan limbah pertanian kubis (Brassica

oleracea). J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (3):47

– 54.

Page 76: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

55

Susanta, dan S. Hari. 2007. Akankah Indonesia Akan

Tenggelam Akibat Pemanasan Global.

Penebar Plus. Jakarta.

Susilorini, T. E. dan M. E. Sawitri. 2008. Budi daya 22

ternak potensial. Penebar Swadaya Grup.

Jakarta.

Templeton, G.S. 1986. Domestic Rabbit Production. 4th

Edition. The Interstate Printersand Publisher,

Inc. Danville. Illionis.

Walsh, G. 2002. Proteins. Biochemistry And

Biotechnology. John Wiley & Sons, LTD.

Widodo, R. 2005. Usaha budidaya ternak kelinci dan

potensinya. Pros. Lokakarya Nasional Potensi

dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.

Bandung, 30, pp.26-37.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar

Peternakan di Daerah tropis. Terjemahan :

IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Yani, A. 2006. Pengaruh Ilmu Mikro Terhadap Respon

Fisiologi Ternak dan Modifikasi Lingkungan

Untuk Meningkatkan Produktifitasnya. Jurnal

Media Peternakan 29 (1 : 35-46).

Yitnosumartono, S., 1990. Dasar-dasar statistika. CV

Rajawali. Jakarta

Page 77: KARAKTERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW …repository.ub.ac.id/5480/1/AluysiusMandungAjiWicaksono .pdfmenjadi pengurus Unit Aktivitas Kerohanian Katolik (UAKKat) Universitas Brawijaya

56

Zotte, A. D. 2002. Perception of rabbit meat quality and

major factors influencing the rabbit carcass and meat

quality. J Elsevier Livestock Product Sci 75:11-32.