Abstrak Dan Jurnal-libre

8
STRATEGI MENJAGA HUBUNGAN ROMANTIS PASANGAN PERNIKAHAN USIA PERAK YENNY DWI PUTRI PRATIWI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang [email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang strategi menjaga hubungan romantis pasangan pernikahan usia perak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami makna pernikahan dan strategi pasangan pernikahan yang telah melewati usia pernikahan perak dalam menjaga hubungan romantis. Penelitian ini menggunakan teori Komunikasi Antarpribadi dan Hubungan Romantis. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa (1) Makna pernikahan bagi pasangan pernikahan usia perak adalah suatu hal yang mulia dan harus dijaga sebaik-baiknya. (2) Hubungan romantis pasangan pernikahan usia perak melibatkan ketertarikan, komitmen, dan keintiman berupa komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Wujud hubungan romantis juga terdapat dalam keterlibatan, kontrol, berbagi waktu dan aktivitas serta adanya perhatian dan kepercayaan. (3) Komunikasi antar suami istri yang dilakukan pasangan pernikahan usia perak merupakan bentuk komunikasi antarpribadi berupa komunikasi verbal dan nonverbal, dengan tujuan untuk saling berbagi cerita, perasaan dan memberikan perhatian. Kata Kunci : Hubungan Romantis, Pasangan Pernikahan Usia Perak, Komunikasi Antarpribadi ABSTRACT This research is about strategy of maintaining romantic relationship a marriage partner the age of silver. The purpose of this research is to understand the meaning of marriages and strategy a marriage partner which has passed through the length of marriage silver in maintaining romantic relationship. This research using the theory of interpersonal communication and romantic relationship theory. This research was conducted by descriptive qualitative method. The result of this research was discovered that (1) the meaning of marriage for a silver age wedding couple is a noble thing and must be maintained properly. The purpose of marriage is to continue the generation and share the sense, so that interpersonal communication between husband and wife become the important thing in keeping wholeness and a romantic relationship marriage. (2) Romantic relationship of silver age wedding couple involving attraction, commitment and intimacy which is a form of verbal and nonverbal communication, done in daily life. A form of romantic relationship is also present in involvement, control, share time and activities, attention and trust. (3) Communication between the husband and wife which is done of wedding couples silver age is a form of interpersonal communication, which are verbal and nonverbal communication with the aim to share stories, feelings and giving attention. Keywords: romantic relationship, a marriage partner the age of silver interpersonal communication

Transcript of Abstrak Dan Jurnal-libre

Page 1: Abstrak Dan Jurnal-libre

STRATEGI MENJAGA HUBUNGAN ROMANTIS PASANGAN PERNIKAHAN USIA PERAK

YENNY DWI PUTRI PRATIWI

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Malang [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang strategi menjaga hubungan romantis pasangan pernikahan usia perak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami makna pernikahan dan strategi pasangan pernikahan yang telah melewati usia pernikahan perak dalam menjaga hubungan romantis. Penelitian ini menggunakan teori Komunikasi Antarpribadi dan Hubungan Romantis. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa (1) Makna pernikahan bagi pasangan pernikahan usia perak adalah suatu hal yang mulia dan harus dijaga sebaik-baiknya. (2) Hubungan romantis pasangan pernikahan usia perak melibatkan ketertarikan, komitmen, dan keintiman berupa komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Wujud hubungan romantis juga terdapat dalam keterlibatan, kontrol, berbagi waktu dan aktivitas serta adanya perhatian dan kepercayaan. (3) Komunikasi antar suami istri yang dilakukan pasangan pernikahan usia perak merupakan bentuk komunikasi antarpribadi berupa komunikasi verbal dan nonverbal, dengan tujuan untuk saling berbagi cerita, perasaan dan memberikan perhatian. Kata Kunci : Hubungan Romantis, Pasangan Pernikahan Usia Perak, Komunikasi

Antarpribadi

ABSTRACT

This research is about strategy of maintaining romantic relationship a marriage partner the age of silver. The purpose of this research is to understand the meaning of marriages and strategy a marriage partner which has passed through the length of marriage silver in maintaining romantic relationship. This research using the theory of interpersonal communication and romantic relationship theory. This research was conducted by descriptive qualitative method. The result of this research was discovered that (1) the meaning of marriage for a silver age wedding couple is a noble thing and must be maintained properly. The purpose of marriage is to continue the generation and share the sense, so that interpersonal communication between husband and wife become the important thing in keeping wholeness and a romantic relationship marriage. (2) Romantic relationship of silver age wedding couple involving attraction, commitment and intimacy which is a form of verbal and nonverbal communication, done in daily life. A form of romantic relationship is also present in involvement, control, share time and activities, attention and trust. (3) Communication between the husband and wife which is done of wedding couples silver age is a form of interpersonal communication, which are verbal and nonverbal communication with the aim to share stories, feelings and giving attention. Keywords: romantic relationship, a marriage partner the age of silver interpersonal

communication

Page 2: Abstrak Dan Jurnal-libre

I. PENDAHULUAN Pernikahan merupakan ikatan lahir batin

dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, dan kebiasaan yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Pernikahan adalah ungkapan iman, terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang terdapat cinta, makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya (Newman, 2006). Melalui pernikahan, akan terbentuk sebuah keluarga. Keluarga merupakan satuan hidup sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Keluarga merupakan satu komunitas sosial terkecil yang terdiri dari pribadi-pribadi dengan kedekatan hubungan yang khas serta memiliki beberapa fungsi.

Indonesia sendiri yang terkenal dengan adat timurnya ternyata menduduki rekor tertinggi dalam angka perceraian pada lingkup Asia Pasifik, seperti yang tercatat dalam situs Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). BKKBN mencatat ada lebih dari 200.000 kasus perceraian di Indonesia setiap tahun, dan hal ini ternyata mencapai rekor tertinggi untuk angka perceraian se-Asia Pasifik. Berdasarkan data yang dirilis Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama pada 2012 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang menikah sebanyak dua juta orang, sementara 285.184 perkara berakhir dengan perceraian.1

Pria dan wanita dalam menjalin hubungan dengan pasangannya akan berusaha untuk mencari kesamaan dan kecocokan melalui komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang menjadi unsur penting dalam pola interaksi manusia. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Mulyana, 2008: 46). Komunikasi merupakan salah satu kunci utama dalam interaksi maupun hubungan sosial yang dilakukan oleh manusia. Berbicara pada lingkup sosial, maka interaksi maupun komunikasi yang dilakukan pun akan bersifat sosial dan dapat disebut sebagai                                                             1http://www.sindoweeklymagz.com/artikel/16/I/21, diakses pada tanggal 8 0ktober 2012 pukul 18.07 WIB

komunikasi sosial. Komunikasi yang dilakukan oleh pasangan terwujud melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang terdapat dalam hubungan interpersonal mereka.

Hubungan interpersonal memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan sebuah perkawinan (Hurlock, 1980: 290). Hubungan suami dengan istri dalam sebuah pernikahan merupakan salah satu contoh hubungan interpersonal yang melibatkan kekaguman dan eksklusivitas serta keromantisan di dalamnya. Hubungan dan cinta yang romantis mencakup jalinan yang rumit dari emosi-emosi yang berbeda-ketakutan, kemarahan, gairah seksual, kesenangan dan kecemburuan (Santrock, 2002: 110-111). Menurut Brehm, romantic atau intimate relationship adalah bagaimana seseorang mempersepsikan perubahan hubungan yang resiproksitas, emosional, dan erotis yang sedang terjadi dengan pasangannya (Karney, 2007). Menjaga hubungan romantis dengan pasangan seperti saat masih menjadi pengantin baru atau berpacaran sangat penting dilakukan agar pernikahan dapat bertahan lama.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebutuhan 2.2.1 Teori Kebutuhan Abraham Maslow

Seseorang beraktivitas dan berinteraksi adalah karena dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhannya seseorang harus berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri. 2.2.2 Teori Kebutuhan McClelland

McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achievment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi (Robbins, 2002: 173)

Page 3: Abstrak Dan Jurnal-libre

2.2 Komunikasi Pasangan 2.2.1 Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana layaknya konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi antarpribadi juga mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan pengertian. Littlejohn (1999) memberikan definisi komunikasi antarpribadi(interpersonal communication) sebagai komunikasi antar individu-individu. De Vito mendefinisikan komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) sebagai penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy, 2003: 30). 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi berdasarkan Sudut Pandang Humanistik dan Pragmatis Komunikasi antarpribadi dapat menjadi efektif maupun sebaliknya, karena apabila terjadi suatu permasalahan dalam hubungan, maka komunikasi antarpribadi menjadi tidak efektif. Berikut ini terdapat 2 sudut pandang yang membahas tentang karakteristik komunikasi antarpribadi yang efektif yaitu (Devito, 1997: 259-268): 1) Sudut Pandang Humanistik

Sudut pandang yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan. Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang yang memiliki penjabaran yang luas, diantaranya : a. Keterbukaan b. Empati c. Sikap mendukung d. Sikap positif

2) Sudut pandang pragmatis Sudut pandang yang menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi secara umum, kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan spesifik.

Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang ini adalah sebagai berikut : a. Kepercayaan diri b. Kebersatuan c. Manajemen interaksi d. Daya ekspresi e. Orientasi kepada orang lain

2.2.3 Proses Komunikasi Antarpribadi Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi. Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari enam langkah (Suranto, 2011: 11-12), yaitu: keinginan berkomunikasi, encoding oleh komunikator, pengiriman pesan, penerimaan pesan, decoding oleh komunikan, umpan balik. 2.2.4 Komunikasi Nonverbal Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2008). Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Potter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan perabaan; kedua, ruang, waktu, dan diam (Mulyana, 2008: 352-353). 2.2.5 Self Disclosure

Sebagaimana orang berinteraksi dalam hubungan, mereka akan terlihat pada tingkat tertentu pada pengungkapan terhadap satu sama lain dan mereka juga akan memberikan sejumlah umpan balik terhadap satu sama lain. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai oleh keseimbangan penyingkapan diri atau self-disclosure yang tepat (Budyatna, 2011: 40). Menurut Tubbs dan Moss, “Pengungkapan diri adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri. Banyak sekali yang kita ungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada

Page 4: Abstrak Dan Jurnal-libre

suara, dan melalui isyarat-isyarat nonverbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak di antara perilaku tersebut tidak disengaja”. Namun, penyingkapan diri yang kita pakai di sini merupakan perilaku yang disengaja.

Morton mengemukakan bahwa pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin untuk diketahui oleh orang lain, misalnya seperti alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya lebih mendalam kepada orang lain, misalnya seperti tipe orang yang disukai, hal-hal yang disukai maupun hal-hal yang tidak disukai (Morton, 1978: 72-81). 2.3 Hubungan Romantis Pernikahan 2.3.1 Hubungan Romantis (Romantic Relationship)

Hubungan romantis identik dengan cinta (love). Love dan romantic relationship (hubungan romantis) biasanya dideskripsikan dalam istilah-istilah connectedness, relatedness, bondedness, atau hasrat untuk menjalin hubungan yang intim (Florsheim, 2003). Pendapat lain mengatakan romantic atau intimate relationship adalah bagaimana seseorang mempersepsikan perubahan hubungan yang resiproksitas, emosional, dan erotis yang sedang terjadi dengan pasanganny (Karney, 2007). Robert J. Sternberg menjelaskan tiga karakteristik unik dari hubungan romantis, antara lain (Gamble&Gamble, 2005: 268): 1) Komitmen (commitment) adalah

keinginan atau ketetapan untuk tetap bertahan pada suatu hubungan bahkan ketika masalah terjadi. Masing-masing individu yang terlibat berusaha tetap bertahan dalam suatu hubungan walau apapun yang terjadi.

2) Hasrat (passion) adalah suatu rasa ketertarikan secara positif yang terus menerus dirasakan, yang membuat masing-masing individu merasa selalu ingin bersama dengan individu lainnya.

3) Keintiman (intimacy) adalah sebuah perasaan yang menandakan adanya kedekatan dan konektivitas antara individu satu dengan lainnya.

2.3.2 Pernikahan Pernikahan atau pernikahan secara

hukum, dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 “Perkawinan ialah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara duapribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan, dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus.

Setiap pernikahan selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Orang menikah bukan hanya mempersatukan diri, tetapi seluruh keluarga besarnya juga ikut. Pernikahan adalah ungkapan iman,dimana terjadi persatuan dua tubuh dan dua pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang menaru makna dan kebahagian hidupnya di dalam diri seseorang lainnya (Newman, 2006). Dalam pernikahan diperlukan penyesuaian yang baik antara suami dan istri serta kesanggupan dan kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan dengan mesra dan saling memberi dan menerima cinta (Hurlock, 1980: 290). 2.3.3 Negosiasi

Negosiasi merepresentasikan pertukaran informasi melalui bahasa yang mengoordinasikan dan mengelola makna. Dalam negosiasi, bahasa beroperasi dalam dua level: level logikal (untuk proposal atau penawaran) dan level pragmatis (semantik, sintaksis, dan gaya) (Lewicki Barry& Saunders, 2012: 223). Sheppard dan Tuchinsky mencatat beberapa cara di mana suatu konteks hubungan yang ada mengubah dinamika negosiasi (Lewicki, Barry& Saunders, 2012: 365-369): 1) Negosiasi dalam hubungan terjadi setiap

saat

Page 5: Abstrak Dan Jurnal-libre

2) Negosiasi seringkali bukanlah jalan untuk mendiskusikan sebuah masalah, tetapi cara untuk belajar lebih banyak tentang pihak lain dan meningkatkan saling ketergantungan

3) Resolusi dari masalah-masalah distributif yang sederhana memiliki implikasi untuk masa depan

4) Isu-isu distributif dalam negosiasi hubungan dapat memanas secara emosional

5) Negosiasi dalam hubungan dapat saja tidak pernah berakhir

6) Dalam banyak negosiasi, orang lain merupakan masalah utama

7) Dalam beberapa negosiasi, pemeliharaan hubungan merupakan tujuan negosiasi yang terlalu dipaksakan, dan pihak-pihak dapat membuat konsesi terhadap masalah-masalah substantial untuk memelihara atau meningkatkan hubungan.

2.3.4 Teori Bermain Peran Jalaluddin Rakhmat (1996: 122)

mengatakan, model peranan memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “skenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka dia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur oleh sutradara.

Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik yang ditandai adanya kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan terhindar dari konflik peranan. Ekspektasi peranan atau peranan yang diharapkan, artinya hubungan interpersonal berjalan baik apabila masing-masing individu dapat memainkan peranan sebagaimana diharapkan. (Suranto Aw, 2011: 38). III. METODE PENELITIAN

Metodologi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan data pengalaman individu/informan dalam

penelitian ini. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasangan pernikahan yang sampai saat ini telah melewati masa pernikahan perak. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode wawancara secara mendalam (depth interview). Analisis data menggunakan analisis kualitatif yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola (Bogdan dalam Moleong, 2011: 248). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara, pernikahan merupakan wujud dari ungkapan iman yang di dalamnya pasangan bersatu untuk saling berbagi rasa dan membutuhkan pengertian di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Newman (2006) yang menyebutkan bahwa pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Setiap pernikahan selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Orang menikah bukan hanya mempersatukan diri, tetapi seluruh keluarga besarnya juga ikut. Pernikahan adalah ungkapan iman,dimana terjadi persatuan dua tubuh dan dua pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang menaruh makna dan kebahagian hidupnya di dalam diri seseorang lainnya.

Saling berbagi dengan suami maupun istri dalam segala hal dan permasalahan merupakan salah satu kebutuhan dalam berpasangan yang terdapat pada sebuah pernikahan. Sebuah pernikahan yang di dalamnya terdapat interaksi antara suami dengan istri, di dalamnya muncul sebuah kebutuhan, terdapat kebutuhan untuk disayang dan untuk saling bekerjasama. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa secara kodrati manusia adalah makhluk sosial. Seseorang tidak dapat hidup sendiri, tetapi perlu bekerjasama dalam lingkungan pergaulan sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat juga ingin diterima dalam lingkungan sosial. Selain itu manusia juga memerlukan kasih sayang, cinta, persahabatan dan sebagainya (Suranto, 2011: 46-47).

Page 6: Abstrak Dan Jurnal-libre

Berangkat dari makna dan kebutuhan yang terdapat dalam sebuah pernikahan, pada dasarnya setiap pasangan membutuhkan kerjasama, komunikasi, dan adanya keterbukaan untuk dapat mempertahankan pernikahan karena hal ini merupakan wujud penyesuaian dengan pasangan. Hal tersebut merupakan sarana untuk menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepada pasangan. Ini sesuai dengan pernyataan Hurlock yang menyebutkan bahwa “Dalam pernikahan diperlukan penyesuaian yang baik antara suami dan istri serta kesanggupan dan kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan dengan mesra dan saling memberi dan menerima cinta” (Hurlock, 1980: 290).

Spanier mendefinisikan romantic relationship sebagai sebuah disposisi umum individu terhadap cinta, perkawinan, keluarga, dan suatu hubungan yang melibatkan interaksi antara laki-laki dan perempuan (De Munck, 1998). Setiap pasangan pernikahan yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki cara masing-masing dalam menjaga hubungan romantis sesuai karakteristik uniknya. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadikan pasangan pernikahan usia perak dapat mempertahankan pernikahan dan menjaga hubungan romantisnya hingga melewati usia lebih dari dua puluh lima tahun. Hal tersebut berkaitan dengan ketertarikan dan komitmen yang dimiliki masing-masing informan terhadap pasangannya.

Ketertarikan dapat terwujud dalam bentuk komponen seksual maupun kepribadian. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa romantic relationship merupakan beberapa bentuk dari ketertarikan (attraction). Ketertarikan ini khususnya melibatkan komponen seksual. Ketertarikan seksual sering dinyatakan dalam beberapa bentuk perilaku seksual, tapi tidak selalu. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh pribadi, religiusitas, dan nilai-nilai budaya (Furman, 1999). Menyimpan permasalahan yang terjadi agar tidak sampai terdengar oleh orang lain dan anak-anak adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh beberapa informan penelitian dalam menjaga komitmen.

Sendika dhawuh merupakan bagian dari negosiasi yang dilakukan seorang istri

terhadap suami. Seorang istri melakukan diskusi dengan suami untuk memutuskan segala hal. Ini merupakan salah satu wujud usaha seorang istri dalam mempertahankan hubungannya. Negosiasi merepresentasikan pertukaran informasi melalui bahasa yang mengoordinasikan dan mengelola makna. Negosiasi dalam hubungan terjadi setiap saat. Negosiasi seringkali bukanlah jalan untuk mendiskusikan sebuah masalah, tetapi cara untuk belajar lebih banyak tentang pihak lain dan meningkatkan saling ketergantungan (Lewicki, Barry& Saunders, 2012: 365-369).

Terdapat keintiman berupa kedekatan dan rasa cinta yang semakin bertambah dari hari ke hari. Keintiman (intimacy) adalah sebuah perasaan yang menandakan adanya kedekatan dan konektivitas antara individu satu dengan lainnya (Gamble&Gamble, 2005: 268). Keromantisan melibatkan suatu hubungan, pola yang berlangsung terus menerus dari asosiasi dan interaksi antara dua individu yang mengakui suatu hubungan dengan yang lainnya (Furman, 1999). melakukan kegiatan yang sama-sama menjadi kewajiban dan kebutuhan dalam berumah tangga adalah wujud dari keterlibatan itu sendiri. Keterlibatan (inclusion) mencakup keinginan manusia untuk membangun dan mengembangkan suatu hubungan yang mana dia memiliki keterkaitan dan kepentingan dengan orang lain. Suatu rasa yang mana mereka dapat mengambil keuntungan dari mereka. Adanya saling keterkaitan, membutuhkan, dan diperhatikan oleh orang lain (Gamble&Gamble, 2005: 234-235).

Hubungan dengan pasangan dapat berkembang salah satunya adalah melalui bentuk pemberian. Hal ini merupakan salah satu wujud perhatian. Perhatian (affection) melibatkan kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta dan untuk merasakan pengalaman secara emosional dalam membangun suatu hubungan yang intim. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka individu seringkali merasa tidak dicintai, dan tersingkirkan dari pergaulan (Gamble&Gamble, 2005: 324-235). Perhatian yang diberikan secara intens oleh para informan terhadap masing-masing pasangannya, dapat membuat pasangan merasa disayang, dibutuhkan, dan tentunya

Page 7: Abstrak Dan Jurnal-libre

diperhatikan. Ketika akan melakukan aktivitas di luar rumah atau bepergian, beberapa informan terbiasa untuk berpamitan dengan pasangan. Mengatakan kepada pasangan mengenai tempat tujuan dan berapa lama akan pergi menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh beberapa informan hingga sekarang pernikahannya telah melewati usia pernikahan perak. pasangan pernikahan usia perak mengedapankan kejujuran dan kepercayaan dalam hubungannya. Dengan menaruh kepercayaan kepada pasangan, maka keutuhan hubungan akan mudah terjaga sehingga meningkatkan jalinan intimasi dalam hubungan (Prager, 1989). , pasangan pernikahan usia perak kerap membagi informasi seputar orang lain dan memberikan perhatian pada pasangan melalui komunikasi antarpribadi. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi antar pribadi, yaitu menemukan dunia luar dan mengungkapkan perhatian. Menemukan dunia luar, melalui komunikasi antarpribadi diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain.

Salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya, dan sebagainya (Suranto, 2011: 19-21). Hubungan pernikahan pasangan pernikahan usia perak merupakan hubungan antarpribadi yang di dalamnya terdapat keterbukaan. Memahami apa yang dirasakan oleh pasangan dalam berkomunikasi dilakukan dengan tidak membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah di masa lalu. Mengungkit-ungkit permasalahan yang terjadi tidak disukai oleh beberapa informan dan dianggap tidak mendatangkan keuntungan sama sekali bagi pengembangan hubungan suami istri. Sikap positif juga terdapat dalam hubungan pernikahan ketiga pasangan pernikahan usia perak.

Sikap positif dalam berkomunikasi diawali dengan menghargai pasangan melalui cara informan dalam memanggil

pasangannya. Adanya perbincangan mengenai nostalgia yang dapat menambah ikatan kesatuan dan hubungan romantis ketiga pasangan pernikahan usia perak ini menjadi berarti ketika kedua belah pihak sama-sama menikmati saat-saat tersebut dan mensyukuri apa yang telah dicapainya. Kebersatuan, mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar, dimana terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan yang mengisyaratkan minat dan perhatian untuk mau mendengarkan (Devito, 1997: 259-268). Hal yang lebih banyak diungkapkan dalam pengungkapan diri adalah hal yang berkaitan dengan perasaan. Hal ini merupakan informasi yang bersifat evaluatif. Morton mengemukakan bahwa pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin untuk diketahui oleh orang lain, misalnya alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya lebih mendalam kepada orang lain, misalnya seperti tipe orang yang disukai, maupun hal-hal yang tidak disukai (Morton, 1978: 72-81). Pengungkapan diri dapat membuat ketiga pasangan lebih mengenali dirinya, mampu mengatasi kesulitan, berperan dalam efisiensi komunikasi dan kedalaman hubungan. Bahasa tubuh yang terdapat saat pasangan sedang berbincang meliputi posisi duduk dan kontak mata yang dapat membuat pasangan semakin intim dalam perbincangannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki, dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas (Mulyana, 2008: 352-353). Peran dari adanya komunikasi nonverbal dapat dikatakan mempunyai pengaruh yang berarti dalam hubungan romantis ketiga pasangan pernikahan usia

Page 8: Abstrak Dan Jurnal-libre

perak yang terdapat dalam penelitian ini. Sentuhan yang diberikan kepada pasangan pada moment-moment tertentu dirasa sangat berkesan bagi beberapa informan. V. KESIMPULAN DAN SARAN Makna pernikahan bagi pasangan pernikahan usia perak adalah sebagai salah satu wujud penghargaan terhadap nilai-nilai keagamaan, saling berbagi rasa serta untuk regenerasi keluarga. Wujud romantisme lebih banyak terwujud melalui hal-hal kecil yang mencerminkan perhatian dan kasih sayang. Komunikasi antar suami istri dianggap sebagai hal penting yang harus dijaga dengan baik dalam sebuah hubungan pernikahan. Diperlukan peran salah satu atau kedua belah pihak dalam menciptakan suasana nyaman dalam perbincangan. Proses komunikasi disesuaikan dengan karakteristik pasangan.

Pernikahan perlu dimaknai lebih dalam sebagai wujud penghargaan terhadap nilai-nilai agama agar pernikahan dapat dijalani dengan penuh tanggung jawab dan kesetiaan. Hubungan romantis dapat terjaga dengan baik apabila terdapat kejujuran, kepercayaan, kemauan serta peran salah satu maupun kedua belah pihak untuk dapat mempertahankan hubungan. Komunikasi suami istri disesuaikan dengan karakteristik pasangan untuk meminimalisir kesalahpahaman yang dapat memicu munculnya konflik. Suasana nyaman diperlukan untuk dapat menciptakan atmosfer yang menyenangkan dalam berkomunikasi dengan pasangan. DAFTAR PUSTAKA Budyatna, Muhammad & Leila Nona Ganiem.

2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Corr, P. J., & Matthews, G. 2009. The Cambridge Handbook of Personality Psychology. New York: Cambridge University Press.

De Munck, Viktor C. 1998. Romantic Love and Sexual Behavior: Perspectives from the Social Science. London : Greenwood Publishing Group.

Devito, Joseph A. 1997. Interpersonal Communication. Jakarta: Professional Books.

Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. 2008. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fisher, Aubrey B & Katherine L. Adams. 1994. Interpersonal Communication: Pragmatics of Human Relationships. New York: McGraw-Hill.

Florsheim, Paul. 2003. Adolescent Romantic Relations and Sexual Behavior: Theory, Research, and Practical Implication. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Furman, Wyndol., et al. 1999. The Development of Romantic Relationship in Adolescence. USA: Cambridge University Press.

Gamble, Teri Kwal & Michael Gamble. 2005. Communication Works International Eight Edition. New York: McGraw-Hill.

Gea, Yuni Wulandari dan Babari. 2003. Character Building II (Relasi dengan Sesama). Jakarta: Gramedia.