ABSTRAK -...

107
ABSTRAK Dinamika Tarekat Syattariyah di Lingkungan Keraton Cirebon Permasalahan pokok yang akan kami bahas adalah “Dinamika Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon.” Tarekat Syattariyah adalah satu dari sekian banyak tarekat yang berkembang di Indonesia. Tarekat ini didirikan oleh Syah Abd-Allah al-Syattar (w.890 H/1485 M) yang berasal dari daerah India. Masuk ke Indonesia di bawa oleh Syaikh Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Sinkili (1024-1105 H/1615-1693 M). Ia adalah seorang Ulama ahli hukum Islam (fiqh) sekaligus ahli tasawuf yang bermukim di Kerajaaan Islam Aceh pada sekitar Abad 17. Di sana Ia menjadi seorang Qadi (hakim Islam) pada zaman pemerintahan Sultanah Safiyatuddin (1645-1675). 1 Kemudian tarekat ini masuk ke daerah Jawa Barat, di sebarkan oleh Syaikh Abdul Muhyi (1071-1151 H/1650-1730 M) dari Pamijahan Tasikmalaya, yang merupakan murid dari Syaikh Abdurrauf bin Ali al-Jawi ketika ia belajar di Makkah. 2 Lalu melalui penelitian kami di Cirebon, di ketahui bahwa dari Pamijahan Tasikmalaya Tarekat Syattariyah kemungkinan masuk ke lingkungan Keraton Cirebon di bawa oleh Kyai Soleh Kertabasuki yang kemudian mengajarkan kepada Kyai Muhammad Arjaen, seorang Qadi di Keraton Kanoman Cirebon. Hal ini berdasarkan informasi yang terdapat pada Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Petarekan Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman Cirebon (Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon) pada keterangan mengenai silsilah Tarekat Syattariyah. 3 Buku tersebut kami dapatkan dari Rama guru Bambang Irianto, salah satu mursyid (guru tarekat) di Cirebon. Alasan kami menulis tentang Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon adalah karena mengingat posisinya sebagai tarekat yang telah sangat lama di amalkan oleh komunitas Keraton Cirebon khususnya dan sebagian masyarakat Cirebon pada umumnya sehingga sedikit banyak telah mempengaruhi pola keberagamaan mereka. 4 Oleh sebab itu, keberadaan Tarekat Syattariyah ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perjalanan Keraton Cirebon yang dahulu merupakan salah satu basis penyebaran Islam di tanah Jawa. 1 Fathurahaman, Oman, Tarekat Syattariyah Di Minangkabau. Jakarta : Prenada Media Grup;2008 h.26 2 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta: Rosda karya; 1998. hal. viii dan 4 3 Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang Irianto di kediamannya di jalan Drajat pada tanggal 5 November 2008 4 Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang Irianto di kediamannya di jalan Drajat pada tanggal 5 November 2008

Transcript of ABSTRAK -...

Page 1: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

ABSTRAK

Dinamika Tarekat Syattariyah di Lingkungan Keraton

Cirebon

Permasalahan pokok yang akan kami bahas adalah “Dinamika TarekatSyattariyah di lingkungan Keraton Cirebon.” Tarekat Syattariyah adalah satu darisekian banyak tarekat yang berkembang di Indonesia. Tarekat ini didirikan oleh SyahAbd-Allah al-Syattar (w.890 H/1485 M) yang berasal dari daerah India. Masuk keIndonesia di bawa oleh Syaikh Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Sinkili (1024-1105H/1615-1693 M). Ia adalah seorang Ulama ahli hukum Islam (fiqh) sekaligus ahlitasawuf yang bermukim di Kerajaaan Islam Aceh pada sekitar Abad 17. Di sana Iamenjadi seorang Qadi (hakim Islam) pada zaman pemerintahan Sultanah Safiyatuddin(1645-1675).1 Kemudian tarekat ini masuk ke daerah Jawa Barat, di sebarkan olehSyaikh Abdul Muhyi (1071-1151 H/1650-1730 M) dari Pamijahan Tasikmalaya,yang merupakan murid dari Syaikh Abdurrauf bin Ali al-Jawi ketika ia belajar diMakkah.2 Lalu melalui penelitian kami di Cirebon, di ketahui bahwa dari PamijahanTasikmalaya Tarekat Syattariyah kemungkinan masuk ke lingkungan KeratonCirebon di bawa oleh Kyai Soleh Kertabasuki yang kemudian mengajarkan kepadaKyai Muhammad Arjaen, seorang Qadi di Keraton Kanoman Cirebon. Hal iniberdasarkan informasi yang terdapat pada Kitab Dadalan Tarekat SyattariyahPetarekan Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman Cirebon (Kitab panduan bertarekatlembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon) pada keteranganmengenai silsilah Tarekat Syattariyah.3 Buku tersebut kami dapatkan dari Rama guruBambang Irianto, salah satu mursyid (guru tarekat) di Cirebon. Alasan kami menulistentang Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon adalah karena mengingatposisinya sebagai tarekat yang telah sangat lama di amalkan oleh komunitas KeratonCirebon khususnya dan sebagian masyarakat Cirebon pada umumnya sehingga sedikitbanyak telah mempengaruhi pola keberagamaan mereka.4 Oleh sebab itu, keberadaanTarekat Syattariyah ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perjalanan KeratonCirebon yang dahulu merupakan salah satu basis penyebaran Islam di tanah Jawa.

1 Fathurahaman, Oman, Tarekat Syattariyah Di Minangkabau. Jakarta : Prenada MediaGrup;2008 h.26

2 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan.Jakarta: Rosda karya; 1998. hal. viii dan 4

3 Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang Irianto di kediamannya di jalan Drajat padatanggal 5 November 2008

4 Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang Irianto di kediamannya di jalan Drajat padatanggal 5 November 2008

Page 2: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridla-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada

Nabi Muhammad saw dan keluarganya. Dan tak lupa pula kepada para Sahabat dan

pengikutnya yang saleh sampai akhir zaman.

Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari

berbagai pihak, olehs sebab itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara moral maupun

material, sehingga kuliah dan skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih

terutama penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Abdul.Chair, selaku Dekan Fakultas Adab Dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Usep Abdul Matin, SAg., MA., MA. selaku pembimbing skripsi

yang telah dengan sabar dan telaten membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Drs.H.M.Ma’ruf Misbah, MA. selaku ketua Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam yang telah dengan sabar dan telaten membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Drs.Saidun Derani, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membantu proses skripsi ini dan Bapak H.Nurhasan, SAg, MA.

selaku dosen seminar skripsi.

5. Bapak-bapak serta Ibu-ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, terutama

kepada dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah

Page 3: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

memberikan ilmunya selama masa kuliah, serta staf-staf pegawai

akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun pimpinan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para staf-

stafnya yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penulis untuk

mendapatkan buku-buku bacaan pada saat masa kuliah dan saat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibuku tercinta, Ummi Anah Muzayyanah, untuk segala budi baik, jasa dan

dukungannya! baik berupa dukungan finansial maupun moral. Untuk

Babah KH. Fahim Chawi atas segala budi baiknya, selamat jalan dan

kesejahteraan semoga menaungimu selalu!. Untuk Abah KH.Shiddiq atas

segala jasa-jasanya, selamat jalan dan kesejahteraan semoga menaungimu

selalu!.

8. Rama Guru Nurbuwat Purbaningrat dan Keluarga serta Rama Guru

Bambang Irianto dan Keluarga, atas segala bantuannya dan keramah-

tamahannya.

9. Hananira Prabaning Sasmita (Yayu Noening) terima kasih atas

“kemurahan hatinya” selama di Kalibata. Dan Kg Babas atas segala

dukungan dan bantuannya.

Demikianlah ucapan terima kasih Penulis, semoga Allah membalas amal dan

kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda... .amiin...ya Robbal

Alamin...!!!. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua

pihak yang memerlukannya.

Kalibata, Mei 2009

Penulis

Page 4: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................................iKATAPENGANTAR...........................................................................................................iiiDAFTARISI...........................................................................................................................vi

BAB IPENDAHULUAN......................................................................................................1A. Latar belakang Masalah......................................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................................5

C. Arti Penting Penelitian.......................................................................................6

D. Metodologi Penelitian........................................................................................7

E. Sistematika Penulisan.........................................................................................9

BAB II DEFINISI

TAREKAT...........................................................................................11

A. Definisi Tarekat dan Tujuan Tarekat................................................................11

B. Kaitan Tarekat Dengan Tasawuf......................................................................15

C. Sejarah Singkat Perkembangan Tarekat di Nusantara.....................................17

BAB III TINJAUAN HISTORIS TENTANG TAREKAT SYATTARIYAH

DAN KERATON

CIREBON........................................................................................22

A. Profil Tentang Tarekat Syattariyah :

1. Sejarah Berdiri dan Berkembang Tarekat Syattariyah................................22

2. Masuknya Tarekat Syattariyah ke Nusantara dan

Perkembangannya.......................................................................................26

Page 5: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

B. Profil Tentang Keraton Cirebon :

1. Sejarah Singkat Pendirian Keraton Cirebon...............................................31

2. Terbaginya Keraton Cirebon Menjadi Beberapa Keraton..........................38

3. Pengguron Kaprabonan...............................................................................45

C. Asal-usul Tarekat Syattariyah Masuk ke Lingkungan Keraton

Cirebon..........49

BAB IV DINAMIKA TAREKAT SYATTARIYAH DI LINGKUNGAN

KERATON

CIREBON.........................................................................................................52

A. Perguruan, Guru dan Murid Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton

Cirebon............................................................................................................52

1. Perguruan Tarekat Syattariyah (Pengguron) di Lingkungan Keraton

Cirebon........................................................................................................52

2.1 Guru Tarekat Syattariyah (Mursyid) di Lingkungan Keraton Cirebon........55

2.2 Pengangkatan Mursyid Di Lingkungan Keraton Cirebon...........................58

3. Murid Tarekat Syattariyah (Salik) di Lingkungan Keraton Cirebon...........62

B. Silsilah Tarekat Syattariyah di Lingkungan Keraton Cirebon.........................65

C. Amalan Suluk Tarekat Syattariyah :

1. Amalan-amalan Wajib Tarekat Syattariyah................................................72

2. Tatakrama Dalam Berdzikir Tarekat Syattariyah.......................................75

D. Sebahagiaan Ajaran Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon :

1. Tingkatan Murid Tarekat Syattariyah........................................................77

2. Ajaran Teosofi Martabat Pitu (Martabat Tujuh)........................................81

Page 6: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

E. Kegiatan-Kegiatan Rutin Beberapa Pengguron Tarekat Di Lingkungan

Keraton

Cirebon............................................................................................................87

Bab V PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 7: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Aboe Bakar Atjeh, istilah tarekat merujuk kepada jalan atau petunjuk dalam

melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi

Muhammad saw. Jalan atau petunjuk ini kemudian di teladani oleh para Sahabat Nabi saw

dan Tabi'in sampai kepada para ulama dan guru tarekat sebagai penerus jalan Nabi tersebut.

Guru tarekat yang memberikan petunjuk dan pimpinan ini dinamakan mursyid. Biasanya,

para mursyid itu memberikan ijazah kepada murid mereka yang telah mampu melaksanakan

jalan atau syariat dalam keseharian mereka dengan baik.5

Sehubungan dengan pengertian tarekat tersebut, Mulyadi Kartanegara, guru besar

dalam bidang filsafat Islam dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, menyatakan bahwa tarekat

bisa kita pahami dalam dua pengertian : Pengertian pertama, tarekat dalam pengertian jalan

spiritual menuju Tuhan. Pengertian kedua, adalah tarekat sebagai persaudaraan suci yang

memanifestasikan suasana dimana berkumpul seorang mursyid dengan para muridnya

dalam rangka melaksanakan praktek ritual ketarekatan yang berupa wirid dan nasehat-

nasehat spiritual yang bersumber dari ajaran-ajaran pokok tarekat. Pada pengertian yang

kedua dari tarekat inilah merujuk kepada bentuk organisasi tarekat itu sendiri, seperti

Qadiriyah, Syadziliyah dan Syattariyah ini.6

Dari penjelasan tentang pengertian tarekat baik dari Aboe Bakar Atjeh maupun dari

Mulyadi Kartanegara tadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tarekat memiliki kaitan yang

erat dengan tasawuf. Alasannya, tasawuf adalah usaha untuk membersihkan jiwa agar

menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Sedangkan, tarekat adalah jalan yang harus ditempuh

5 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, Ramadani: Solo; 1985 hal. 67.6 Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf, Erlangga:Jakarta; 2006 hal.37

Page 8: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

oleh setiap sufi sebagai orang yang mengamalkan ajaran tasawuf untuk mencapai keridla’an

Allah SWT. Dengan demikian, tarekat itu berkembang dari ajaran tasawuf.7

Dari uraian diatas, bisa kita ambil pelajaran bahwa melalui studi tasawuf dan tarekat ini

seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri, serta

mengamalkannya secara benar. Aboe Bakar Atjeh juga mengemukakan demikian. Bahkan, ia

menambahkan bahwa kecenderungan masyarakat untuk kembali kepada ajaran tasawuf

melalui ajaran tarekat cukup beralasan, karena secara historis kehadiran tarekat bermula

sebagai upaya untuk mengatasi krisis akhlak yang terjadi di masyarakat Islam pada masa lalu,

yaitu penyimpangan dari praktik-praktik sunah Nabi Muhammad saw yang sangat jauh. Pada

saat kaum Muslimin mengalami kemuduran dan mulai terjerumus ke dalam kehidupan

berlebihan dan dosa, gerakan sufi lah yang memelihara jiwa keagamaan di kalangan kaum

muslimin. Disamping itu, kaum sufi menjadi perantara penyebar agama Islam keluar dari

kawasan Timur Tengah, salah satunya ke Indonesia.8

Perkembangan tarekat di Indonesia menurut para pakar sejarah Indonesia adalah

dimulai pada abad ke-13 Masehi, berbarengan dengan gencarnya proses islamisasi

organisasi-organisasi tarekat mulai berkembang, sehingga seringkali disimpulkan bahwa

suksesnya penyebaran agama Islam di Indonesia adalah karena aktivitas pemimpin tarekat.9

Perkembangan tarekat ini bermula dari Aceh yang terkenal dengan sebutan kota serambi

Mekah Indonesia. Menurut keterangan Drewes, Islam pertama kali masuk ke Indonesia

melalui Aceh pada abad VII M, atau ada juga yang mengatakan pada abad XIII. Pertumbuhan

dan penyebaran agama Islam secara pasti sendiri terjadi pada saat Kerajaan Aceh mengalami

masa jaya, khususnya dimulai pada masa pemerintahan sultan Iskandar Muda Mahkota

7 Lihat Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik Dalam Islam. Jakarta: pustaka Firdaus ; 2000 hal 14dan juga Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta:LP3ES,1982), h.324

8 Atjeh,Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, Ramadani: Solo; 1985 hal. 689Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES;

1982 hal.140

Page 9: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Alam Syah (1606-1616), yang ditandai dengan banyaknya para alim ulama dan kaum

intelektual yang datang dan berdomisili di Kerajaan Aceh.10

Salah satu tarekat yang sudah semenjak dahulu masuk ke Nusantara adalah Tarekat

Syattariyah, yakni semenjak abad XVII.11 Tarekat ini masuk ke Nusantara di bawa oleh Syaikh

Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Sinkili (1024-1105 H/1615-1693 M). Ia sekembalinya dari

Haramayn menetap di Aceh, disana ia menjadi pusat perhatian, baik dari kalangan

masyarakat kebanyakan maupun kalangan istana karena kedalaman pengetahuannya. Ia

bahkan dipercaya oleh Sultanah Safiyatuddin (1645-1675), raja perempuan Kerajaan Aceh,

untuk menjadi Qadli Malik al-Adil, pemuka agama yang bertanggung jawab terhadap

berbagai masalah sosial keagamaan. Masa kembalinya Syaikh Abdurrauf Ali al-Jawi al-Sinkili

ini dianggap sebagai awal masuknya Tarekat Syattariyah ke dunia Melayu-Indonesia.12

Kemudian Tarekat Syattariyah tersebar di Jawa Barat melalui salah satu murid dari Syaikh

Abdurrauf bin Ali al-jawi, yaitu Syaikh Abdul Muhyi (1071-1151 H/1650-1730 M) yang

berasal dari daerah Pamijahan, Tasikmalaya. Ia disebut-sebut sebagai “wali kesepuluh” dari

Wali songo (yang berarti “sembilan wali”) karena begitu berpengaruhnya beliau dalam

penyebaran Islam di pulau Jawa terutama di daerah Jawa Barat.13

Dari Pamijahan, Tasikmalaya, Tarekat Syattariyah masuk ke lingkungan Keraton Cirebon

kemungkinan di bawa oleh Kyai Muhammad Soleh yang berasal dari desa Kertabasuki,

Cirebon yang mengajarkan Tarekat Syattariyah kepada kepada Kyai Muhammad Arjaen,

seorang Qadi di Keraton Kanoman Cirebon. Ia mengambil tarekat ini dari Kyai Hasanuddin

dari kampung Safarwadi, murid dari Kyai Abdullah Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya, murid

10 Hawash, Abdullah. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Al-Ikhlas,Surabaya; tt.,hal.30.

11 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:Rosda karya; 1998. h.viii

12 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-TarekatMuktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup; Desembar 2004 hal.162.

13 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:Rosda karya; 1998. h.viii

Page 10: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

dari Syaikh Abdul Muhyi.14 Hal ini berdasarkan informasi yang terdapat pada Kitab Dadalan

Tarekat Syattariyah Petarekan Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman Cirebon (Kitab panduan

bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon) pada

keterangan mengenai silsilah Tarekat Syattariyah.15 Dari semenjak awal masuknya sampai

dengan saat ini, Tarekat Syattariyah telah ikut mewarnai corak keberagamaan masyarakat di

lingkungan Keraton Cirebon yang menjadikan Tarekat Syattariyah tidak dapat di pisahkan

dengan rentang sejarah perjalanan Keraton Cirebon.16

Berangkat dari fakta sejarah bahwa Tarekat Syattariyah mempunyai andil dalam proses

penyebaran Islam di Jawa Barat dan posisinya sebagai tarekat yang menjadi pegangan di

lingkungan Keraton Cirebon inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

dinamika-dinamika yang terjadi pada Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon.

adapun judul penelitian ini adalah : “Dinamika Tarekat Syattariyah di Lingkungan Keraton

Cirebon”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan kami bahas adalah “Dinamika Tarekat Syattariyah di

Lingkungan Keraton Cirebon“ Secara etimologi Dinamika bermakna “kegiatan” atau

“keadaan gerak”,17 sehingga objek dari kajian skripsi ini adalah pembahasan tentang segala

kegiatan atau aktivitas dari Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon. Kemudian

yang dimaksud dengan “lingkungan Keraton” adalah perguruan tarekat (Pengguron) yang

menginduk kepada Keraton Kaprabonan Cirebon sebagai pusat Tarekat Syattariyah di

lingkungan Keraton Cirebon. Karena para mursyid dari pengguron-pengguron Tarekat

Syattariyah yang di maksud secara historis dan geneologis berasal dari keluarga Keraton

14 Adapun tahun wafatnya kyai Muhammad Soleh Kertabasuki,Kyai Arjaen dan Kyai Hasanuddinsafarwadi tidak kami temukan. Ketiganya di perkirakan hidup di masa akhir abad 18 sampai 1850 an.Hal ini berdasarkan wawacara dengan Rama guru bambang I pada tanggal 5 November 2008

15Adapun kepastian tahun dari peristiwa tersebut tidak kami dapatkan. Hasil wawancara denganRama guru Bambang Irianto di kediamannya di jalan Drajat pada tanggal 5 November 2008.

16Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang Irianto di kediamannya di jalan Drajat padatanggal 5 November 2008.

17 Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah Popular, Surabaya: Penerbit Kartika t,th

Page 11: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Kaprabonan Cirebon. Pengguron-pengguron ini yang tersebar di wilayah Kotamadya dan

Kabupaten Cirebon seperti Pengguron Tharekat agama Islam yang di pimpin oleh Rama guru

Nurbuwat. Hal ini menjadi menarik mengingat tidak banyak buku yang mengupas tentang

dinamika yang terjadi pada Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon. Dalam rangka

menghasilkan tulisan yang komprehensif dan sesuai dengan aturan penulisan ilmiah, maka

kami akan merunut pembahasan sesuai dengan tema yang kami pilih. Pembahasan di mulai

tentang tarekat meliputi : Definisi dan tujuan tarekat, kaitan tarekat dengan tasawuf, dan

sejarah perkembangannya di Nusantara, lalu disusul dengan pembahasan tentang profil

Tarekat Syattariyah secara umum meliputi: sejarah berdirinya Tarekat Syattariyah dan

perkembangannya, masuknya tarekat ini ke Nusantara, kemudian disusul dengan

pembahasan tentang profil Keraton Cirebon yang merupakan wilayah penelitian, meliputi :

Sejarah singkat berdirinya Kerajaan Cirebon, terbaginya Kerajaan Cirebon menjadi beberapa

Keraton, dan asal-usul masuknya Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon. Dan

tulisan ini ditutup dengan pembahasan tentang Dinamika Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon meliputi : tentang pengguron atau perkumpulan tarekat, guru tarekat

(mursyid), murid tarekat, silsilah tarekat, amalan tarekat, sebagian ajaran-ajaran tarekat

serta kegiatan-kegiatn rutin pengguron atau perkumpulan tarekat yang merupakan

sempalan dari Keraton Kaprabonan Cirebon. Agar pembahasan tidak melebar kemana-mana,

pembahasan akan dipandu oleh beberapa pertanyaan utama yang saya ingin jawab melalui

skiripsi ini :

1. Bagaimana asal-usul masuknya Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon?

2. Sebagai tarekat yang dijadikan sebagai pegangan hidup bagi komunitas Keraton Cirebon,

Tarekat Syattariyah mempunyai ajaran dan amalan yang masih di pegang dan di

praktekkan sampai saat ini oleh sebagian masyarakat disana. apa sajakah itu? dan siapa

sajakah mursyid Tarekat Syattariyah di sana saat ini?

3. Bagaimanakah dinamika-dinamika yang mengiringi perjalanan Tarekat Syattariyah di

Page 12: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

sana?

4. Dan bagaimanakah kegiatan Tarekat Syattariyah di pengguron-pengguron (perguruan

tarekat) yang menginduk kepada Keraton Kaprabonan Cirebon saat ini?

C. Arti Penting Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai media informasi dan media belajar baik bagi para

pelajar maupun cendekiawan dalam rangka mengetahui lebih dalam tentang eksistensi

Tarekat Syattariyah yang ada di lingkungan Keraton Cirebon.

D. Metode Penelitian

Adapun metode penulisan yang dipakai didalam penulisan skripsi ini meliputi lima

bagian, yaitu : Pemilihan topik, Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi yang akan kami

bahas secara rinci satu persatu.

1. Pemilihan Topik

Tema skripsi ini adalah : “Dinamika Tarekat Syattariyah di Lingkungan Keraton Cirebon“

Alasan kami memilih tema ini karena rasa ketertarikan kami terhadap Tarekat Syattariyah

yang telah begitu lama di amalkan oleh komunitas di lingkungan Keraton Cirebon yang

notabene juga telah ikut mewarnai corak keislaman masyarakat di sana.18 Disamping itu,

alasan kami memilih topik ini adalah keinginan kami untuk lebih mempopulerkan Tarekat

Syattariyah baik di kalangan akademisi UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya maupun

masyarakat pada umumnya

2. Heuristik

18 Keterangan dari Rama guru Bambang Irianto dalam sesi wawancara pada tanggal 5 Novemberdi kediamannya di jalan Drajat kotamadya Cirebon.

Page 13: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Heuristik adalah pengumpulan data dari sumbernya yaitu pengumpulan data-data yang

ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.19 Pengumpulan data tersebut antara lain di

peroleh melalui:

1. Penelitian Lapangan

Penelitian yang bersumber dari para guru tarekat (mursyid) tarekat Syattariyah di

lingkungan Keraton Cirebon, melalui :

a. Sumber lisan, sumber lisan ini diperoleh melalui teknik wawancara langsung

terhadap orang yang memahami betul tentang tarekat ini di lingkungan Keraton

Cirebon, dalam hal ini adalah Rama guru Bambang Irianto. Ia adalah salah seorang

mursyid (guru tarekat) Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton dan juga masih

kerabat Keraton. Yang kedua adalah Rama guru Nurbuwat. Ia juga adalah mursyid

Tarekat Syattariyah di Keraton dan masih kerabat Keraton.

b. Sumber tertulis, yaitu data yang dikumpulkan melalui dokumentasi baik dokumen

pribadi seperti manuskrip, catatan atau karangan tentang ajaran-ajaran Tarekat

Syattariyah dan juga dokumen resmi tarekat seperti aturan-aturan dan risalah yang

dikeluarkan oleh mursyid dan tentang Tarekat Syattariyah di Keraton Cirebon dalam

hal ini adalah naskah Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah Keraton

Kanoman Cirebon (Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari

Keraton Kanoman Cirebon) yang kami dapatkan dari Rama guru Bambang Irianto. Isi

dari naskah kitab ini masih menjadi acuan bagi praktek ketarekatan di Pengguron

(perguruan tarekat) Lam alif yang di pimpin oleh Rama guru Bambang Irianto.

2. Penelitian kepustakaan,

Yaitu data yang di peroleh dari buku, majalah, koran, internet atau artikel yang berisi

informasi tentang tarekat Syattariyah untuk mendukung data yang telah di peroleh melalui

sumber lisan dan sumber tulisan yang keduanya adalah sumber referensi utama.

19 Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. (Jakarta,Logos,1999), hal.55-58

Page 14: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Sedangkan dalam teknis penulisannya kami berpedoman pada buku panduan Skripsi,

Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah yang di terbitkan oleh UIN Jakarta Press, Jakarta,

2002.

3. Kritik

Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk menilai data-data yang diperoleh dengan

maksud agar mendapatkan suatu data yang otentik atau asli dan mendapatkan suatu data

yang kredibel atau dapat dipercaya.20

4. Interpretasi

Interpretasi adalah suatu kegiatan untuk menguraikan, menganalisa lalu mengumpulkan

semua bahan sumber yang diperoleh serta berhubungan dengan fakta-fakta yang ada.21

5. Historiografi

Historiografi adalah langkah-langkah untuk menyajikan hasil penafsiran atau interpretasi

fakta sejarah ke dalam suatu bentuk tulisan (penulisan sejarah).22

E. Sistematika Penulisan

Tulisan ini dibuat untuk membahas masalah "Dinamika Tarekat Syattariyah di

Lingkungan Keraton Cirebon". Dalam rangka untuk menyelesaikan pembahasan tersebut

maka disusun sistematika penulisan agar mengarah, runtut dan merupakan pemikiran yang

terpadu untuk mempermudah jalannya pembahasan skripsi dan agar sesuai dengan tujuan

yang dimaksud maka sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab yaitu sebagai berikut : Bab

pertama adalah Pendahuluan, Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, arti penting penelitian, metode penelitian, dan ditutup

dengan sistematika penulisan. Pada bab kedua, kami akan membahas tentang definisi dan

20 Kuntowidjoyo.Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta,Yayasan Benteng Budaya, cet.III,1999)hal.55

21Ibid, hal.5522Kuntowidjoyo.Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta,Yayasan Benteng Budaya, cet.III,1999) hal.55

Page 15: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

tujuan tarekat, kaitan tarekat dengan tasawuf dan di tutup dengan sejarah singkat

perkembangan tarekat di Nusantara. Bab ketiga terdiri atas dua bagian: Bagian pertama,

berisi pembahasan tentang tinjauan historis tentang Tarekat Syattariyah yang membahas

tentang : Sejarah berdiri dan berkembang Tarekat Syattariyah, dan asal usul masuknya

Tarekat Syattariyah ke Nusantara dan perkembangannya. Bagian kedua, berisi pembahasan

tentang Keraton Cirebon, yang membahas tentang : Sejarah Singkat Pendirian Keraton

Cirebon, riwayat tentang Keraton Cirebon yang terbagi menjadi beberapa Keraton, dan bab

ini ditutup dengan pembahasan asal-usul Tarekat Syattariyah masuk ke lingkungan Keraton

Cirebon. Bab keempat berisi pembahasan tentang dinamika yang terjadi pada sub tema

tentang Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon yang terdiri dari : Perguruan

Tarekat Syattariyah (pengguron), guru Tarekat Syattariyah (mursyid) dan murid Tarekat

Syattariyah, silsilah Tarekat Syattariyah, amalan suluk, yang terdiri dari : amalan-amalan

wajib dan tatakrama dalam berdzikir Tarekat Syattariyah. Kemudian pembahasan di

lanjutkan dengan pembahasan tentang sebahagiaan ajaran Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon, yakni Tingkatan murid Tarekat Syattariyah dan ajaran Teosofi Martabat

pitu (Martabat Tujuh). Dan bab ini ditutup dengan kegiatan-kegiatan rutin beberapa

pengguron tarekat di lingkungan Keraton Cirebon. Bab kelima adalah penutup yang terdiri

atas : kesimpulan, daftar pustaka, dan lampiran.

Page 16: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

BAB II

TAREKAT SEBAGAI BAGIAN DARI AJARAN ISLAM

A. Definisi Dan Tujuan Tarekat

1. Definisi Tarekat

Menyangkut pengertian tarekat sebagai persaudaraan suci yang memanifestasikan

suasana di mana berkumpul seorang mursyid (guru tarekat) dengan para muridnya dalam

rangka melaksanakan praktek ritual ketarekatan yang berupa wirid dan nasehat-nasehat

spiritual yang bersumber dari ajaran-ajaran pokok tarekat, Oman Faturahman, dalam

disertasinya yang berjudul Tarekat Syattariyah di Minangkabau, menyatakan bahwa sebagai

sebuah organisasi, tarekat di bangun di atas landasan sistem dan hubungan yang erat dan

khas antara seorang guru (mursyid) dengan para muridnya. Hubungan mursyid dan murid ini

merupakan pilar terpenting dalam organisasi tarekat. Hubungan tersebut diawali dengan

sebuah pernyataan kesetiaan (bai’at) dari seseorang yang hendak menjadi murid tarekat

kepada seorang syaikh tertentu sebagai mursyid.23

Kembali kepada pengertian pertama dari tarekat sebagai jalan untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT, Syaikh Junaid, menyatakan bahwa tarekat tidak terbatas jumlahnya.

Karena amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT juga banyak sejumlah

dengan jiwa hamba Allah SWT. Karena itu, pokok ajaran tarekat yang akan di amalkan oleh

para pengikutnya juga banyak : zikir, ketenangan hati, dan pelaksanaan segala bentuk

ibadah, termasuk sembahyang, puasa, zakat, haji dan jihad. Macam lain dari pokok amalan

tarekat adalah melalui kekayaan, seperti mengeluarkan zakat dan membiayai amal

kebajikan. Macam lainnya adalah membersihkan jiwa dari kebimbangan dunia akan

23 Fathurahman, Oman. Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta : Prenada Media Grup;2008h.26

Page 17: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

kerakusan hawa nafsu dengan cara khalwat (menyepi dari keramaian manusia) dan

mengurangi tidur, dan mengurangi makan-minum. Apapun macamnya, proses pelaksannan

tarekat mengharuskan kita menyelaraskan diri dengan sya'riat dan sunah Nabi Muhammad

saw. Dalam hal ini Syaikh Junaid menyatakan bahwa : "Semua tarekat itu tidak berfaidah

bagi hamba Allah jika tidak menurut (sesuai) dengan sunah Rasul".24 Sesuai dengan

pernyataan Syaikh Junaid tersebut, Aboe Bakar Atjeh menerangkan bahwa tujuan-tujuan

tarekat tersebut akan berpengaruh terhadap keabsahan sebuah tarekat sebagai sebuah

organisasi di mata para ulama.25

Melihat penjelasan di atas tersebut, maka tiap-tiap tarekat yang diakui sah oleh ulama

harus mempunyai lima dasar. Dasar pertama, menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai

perintah Tuhan. Dasar kedua, mendampingi guru teman se-tarekat untuk meneladani segala

tingkahnya. Dasar ketiga, meninggalkan rukhsah (keringanan hukum) dan ta'wil (penafsiran

terhadap teks al-Qur'an) untuk kesungguhan. Dasar keempat mengisi waktu dengan doa dan

wirid. Dasar kelima, mengekang hawa nafsu dari niat berbuat dosa dan selalu berbuat amal

baik untuk menuju keselamatan baik di dunia dan akhirat.26

Dasar hukum atau dalil naqli (dalil yang di ambil dari al-Qur'an atau al-Hadist) yang

melegitimasi keberadaan tarekat merupakan bagian dari ajaran Islam yang biasa di gunakan

oleh kaum sufi adalah sebagai berikut di bawah ini:

a. Firman Allah SWT :

24 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal. 17025 Ibid, hal. 7026 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal. 70

Page 18: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Artinya:

"Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu, benar-benar Kami

akan memberi minum mereka dengan air yang segar. " (QS Al-Jinn/ 72:16).

b. Firman Allah SWT :

Artinya:

"Maka barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah, hendaklah ia mengerjakan amal

shalih dan janganlah ia mempersekutukan siapa pun dalam beribadah kepada Tuhan."

(QS Al-Kahfi/ 18:110).

2. Tujuan Tarekat

Dalam menjelaskan tentang tujuan tarekat, Aboe Bakar Atjeh dalam bukunya Pengantar

Ilmu Tarekat menyatakan :

“Tujuan sebenarnya dari tarekat adalah membimbing manusia untuk menjadi lebihdekat kepada Allah SWT dengan mengamalkan amalan-amalan yang telah di gariskan olehpara guru tarekat yang berasal dari guru pertama tarekat sebagai pendiri tarekat, yang manaamalan-amalan ini di dapatkan dari guru tarekat ke guru tarekat sebelumnya melaluirangkaian silsilah sanad yang terus bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAWsebagai peletak dasar ajaran agama Islam”.27

Sehubungan dengan pembahasan tentang tujuan tarekat, Syaikh Najmuddin al-Kubro,

salah satu tokoh sufi, menjelaskan bahwa tujuan dari tarekat adalah ma'rifat, yakni

pengenalan Tuhan dengan sebenar-benarnya. Hal ini bisa di jelaskan dengan pernyataan

bahwa tarekat adalah pelaksanaan dari syari’at yang merupakan uraian dari ajaran Islam.

Sedangkan hakikat adalah keadaan hati, dan ma’rifat adalah tujuan pokok,. Contoh

27Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal.67

Page 19: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

hubungan antara syari’at, tarekat, hakikat dan ma’rifat adalah praktek ibadah bersuci atau

thaharah dalam syari'at dengan air atau tanah. Ketika praktek bersuci tersebut di sertai

dengan hati yang bersih dari selain Allah maka itu adalah praktek tarekat yang bertujuan

untuk mencapai ma'rifat. Karena itu, orang Islam tidak dapat berhenti pada syari'at atau

aturan-aturan ibadah saja, tetapi dengan memasuki tarekat. Kemudian dari tarekat itulah

akan sampai kepada hakikat, bahkan akhirnya kepada ma’rifat. Melihat proses tarekat

seperti itu, Najmuddin mengibaratkan syari'at itu sebagai perahu, tarekat sebagai lautan,

dan hakikat sebagai mutiara, dan ma’rifat sebagai keindahan mutiara. Orang tidak dapat

mendapatkan keindahan mutiara dengan tanpa perahu dan laut.28

Ket: Perahu : Tarekat

Laut : Syari’at

Mutiara : Hakikat

Keindahan mutiara : Ma’rifat

B. Kaitan Tarekat Dengan Tasawuf

Oman Fathurahman dalam disertasinya yang berjudul Tarekat Syattariyah di

Minangkabau menyatakan bahwa dalam tradisi keilmuwan Islam, istilah tarekat sama sekali

tidak dapat di pisahkan dari apa yang di sebut dengan tasawuf. Tentu saja tidak demikian

sebaliknya, karena tasawuf bisa saja terpisah tanpa ada hubungan langsung dengan tarekat.

Pada periode awal Islam, tasawuf adalah adalah salah satu bentuk keberagaman seseorang

28 Ibid, hal 70

Page 20: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

yang sifatnya sangat pribadi, dan tidak terlembagakan dalam sebuah tarekat. Seseorang

yang masuk ke dunia tasawuf bermaksud semata utuk menegaskan hubungan spiritual

dirinya sebagai hamba (a‘bid) dengan Tuhannya sebagai yang di sembah (Ma’bud).

Hubungan antara ‘abid dan Ma’bud dalam dunia tasawuf yang lebih menekankan aspek

batin ini umumnya di pahami sebagai berbeda dengan hubungan antara a‘bid dan Ma’bud

yang di atur melalui doktrin-doktrin fiqh yang lebih bersifat lahir. Pada perkembangan Islam

berikutnya, pola hubungan spiritual dalam dunia tasawuf ini semakin tersebar ke berbagai

bagian dunia Islam serta kemudian terlembagakan melalui organisasi tarekat.29

Pendapat Oman Fathurahman ini di perkuat oleh pendapat Muhaimin dalam bukunya

Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Ia menyatakan bahwa tarekat

biasanya diasosiasikan dengan tasawuf. Tujuan seseorang mendalami tarekat muncul

setelah ia menempuh jalan sufi (tasawuf) melalui penyucian hati (tasfiyatul qalbi). Kemudian

ia menambahkan bahwa pada prakteknya, tasawuf merupakan adopsi ketat dari prinsip-

prinsip Islami dengan jalan mengerjakan seluruh perintah wajib dan sunah agar mendapat

ridla Allah. Hasil sampingan dari pengamalan tasawuf, jika ridla Allah diperoleh, adalah

berupa kemampuan mengetahui kebenaran ilahi atau ilmu hakikat, meskipun tidak selalu

berakhir demikian. Pencapaian kebenaran ini disebut dengan ma’rifat, yang secara literal

berarti mengetahui realitas (gnosis). Ma’rifat adalah mengetahui hakikat, esensi kebenaran

ilahi. Hakikat ini dapat diperoleh dengan mengikuti tasawuf, atau penyucian hati. Konon bagi

banyak orang, melakukan tasawuf -meskipun tidak esensial- jauh lebih mudah dan leluasa

jika dilaksanakan dengan cara mengikuti tarekat tertentu. Apapun jalan yang dipilih

seseorang, yang menjadi pra syarat untuk mengikuti tarekat adalah pelaksanaan syariat.

Sebagaimana tidak setiap Muslim menjalankan syariat, tidak setiap Muslim yang

menjalankan syari’at ingin menjalankan tarekat. Pada gilirannya, tidak semua Muslim yang

29 Fathurrahman, Oman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta : Prenada MediaGrup;2008 h.25

Page 21: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

mengikuti tarekat dapat mencapai hakikat dan mengalami ma’rifah.30

Senada dengan Muhaimin, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dimensi Mistik Dalam

Islam, menyatakan bahwa secara sederhana tasawuf adalah usaha untuk membersihkan

jiwa agar menjadi lebih dekat dengan Tuhan, sedangkan tarekat adalah jalan yang harus

ditempuh oleh setiap sufi (orang yang mengamalkan ajaran tasawuf) untuk mencapai tujuan

yaitu keridla’an Allah SWT. Segi sosial dan praktis dalam tasawuf yang nantinya akan

berpengaruh pada ajaran-ajaran tarekat, seperti mengabdi ke sesama manusia karena Allah

SWT, bisa kita ketahui dari batasan-batasan seperti yang diberikan oleh Syaikh Junayd dan

Syaikh Nuri yang menyatakan bahwa: “Tasawuf tidak tersusun dari praktek dan ilmu (teori),

tetapi merupakan akhlak”, dan “ siapa pun yang melebihimu dalam nilai akhlak, berarti

melebihimu dalam tasawuf”. Maksudnya ialah bertindak sesuai dengan perintah dan hukum

Allah yang dipahami dalam pengertian rohaninya yang terdalam tanpa mengingkari bentuk-

bentuk luarnya. Cara hidup semacam ini hanya mungkin dilaksanakan lewat pengabdian

penuh kasih.31

Jadi, dari uraian diatas, baik dari Oman, Muhaimin maupun Schimmel, dapat di ambil

pengertian bahwa tarekat sangat erat kaitannya dengan tasawuf. tarekat merupakan

pengamalan dari doktrin-doktrin tasawuf atau diprakarsai olehnya. Pengamalan tarekat

merupakan suatu kepatuhan secara ketat kepada peraturan-peraturan syariat Islam dan

mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat ritual maupun sosial. Yaitu

dengan menjalankan praktek-praktek dan mengerjakan amalan yang bersifat sunat, dan

mempratekkan disiplin dalam beribadah (riyadlah) dalam rangka mendapatkan keridlaan

Allah SWT dan kemudian mendapatkan ma’rifat.32

Sebagai penutup dari apa yang telah kami utarakan diatas tentang kaitan antara tasawuf

dan tarekat, berikut ini saya akan kutip pernyataan dari Profesor Simuh, Guru Besar Filsafat

30 Muhaimin AG. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Jakarta: Logos; 2002 lihathal.338

31 Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik Dalam Islam. Jakarta: pustaka Firdaus ; 2000 hal 1432Leksikon Islam. Jakarta: Pustaka Azet Perkasa; 1988. II, hal 707

Page 22: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Islam dari UIN Kalijaga Yogyakarta, dalam bukunya Tasawuf dan Perkembangannya Dalam

Islam :

“Bahwa tarekat adalah klimaks terakhir dari pengembangan pengamalan dan penerapanajaran tasawuf. Dengan munculnya ikatan-ikatan ketarekatan ( baca: perkumpulan tarekat)ini terjadi perubahan besar dalam pengamalan tasawuf. Tasawuf yang sejak pemunculannyamerupakan gerakan individual dan hanya bisa di nikmati oleh kalangan elit kerohanian,berubah menjadi gerakan massal dari kaum muslimin. Tasawuf yang semula merupakanrenungan dan aktivitas individual secara mandiri dan bebas, berubah menjadi ikatan yangketat antara guru dan murid dengan pola guru-sentris”.33

C. Sejarah Singkat Perkembangan Tarekat Di Nusantara

Zamakhsyari Dhofier menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya tarekat di

Indonesia pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan tasawuf di Indonesia,

dan perkembangan tasawuf di Indonesia sejalan atau beriringan dengan proses Islamisasi.

Sehingga dinyatakan bahwa perkembangan tarekat di Indonesia sejalan dengan

perkembangan Islam di Indonesia.34

Awal dari perkembangan tarekat bermula dari Aceh, karena Islam pertama kali masuk

ke Nusantara adalah ke wilayah Aceh (atau yang dulu di kenal dengan nama Samudera

Pasai). Menurut keterangan Drewes, Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Aceh

pada abad VII M, atau ada juga yang mengatakan pada abad XIII. Pertumbuhan dan

penyebaran agama Islam secara pasti sendiri terjadi pada saat Kerajaan Aceh mengalami

masa jaya, khususnya dimulai pada masa pemerintahan sultan Iskandar Muda Mahkota

Alam Syah (1606-1616) yang ditandai dengan banyaknya para alim ulama dan kaum

intelektual yang datang dan berdomisili di Kerajaan Aceh.35

Berkaitan dengan suburnya berbagai pemikiran tasawuf yang berkembang di Aceh pada

33 Simuh. Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo Jaya; April 1997hal 207

34 Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES;1982 hal.140

35 Hawash, Abdullah. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di Nusantara. Al-Ikhlas,Surabaya; tt.,hal.30.

Page 23: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

abad VII M, yang nantinya akan berujung pada perkembangan tarekat di Nusantara, Wildan

Yahya, dalam bukunya Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan,

mengemukakan pandangannya bahwa hal tersebut pada umumnya disebabkan oleh dua

faktor yang tidak bisa diabaikan. Faktor pertama adalah bahwa Kerajaan Aceh sebagai

kerajaan yang bernuansa Islam nantinya apabila ditinjau dari sudut pandang geografis

mempunyai letak yang sangat strategis sekali dalam lalu lintas niaga di Asia Tenggara. Selat

Malaka senantiasa dilalui oleh kapal-kapal besar dan kecil yang sebagian besar datang dari

negeri-negeri yang telah kuat pengaruh Islamnya. Hal ini kemudian menyebabkan adanya

interaksi lanjutan dimana banyak pedagang muslim dari Timur Tengah, India, Gujarat, dan

lain-lain yang berniaga di Aceh sekaligus mengembangkan agama Islam di sana. Faktor kedua

adalah bahwa Sultan Aceh atau pemimpin Kerajaan Aceh waktu itu, yang bernama Iskandar

Muda Mahkota Alam Syah adalah seorang sultan yang menghormati ajaran agama (Islam),

serta mencintai alim ulama dan kaum intelektual. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan

mendapatkan perhatian yang besar dari sultan Aceh, bahkan lebih utama dari masalah-

masalah lainnya. Sebagai seorang sultan yang berwibawa, Iskandar Muda Mahkota Alam

Syah juga selalu mendapat sambutan yang baik dari kalangan rakyat yang terus mematuhi

perintah dan kebijakannya. Hal ini dikarenakan Sultan Iskandar Muda adalah seorang sultan

yang adil dan dikenal taat beragama.36

Pada masa awal perkembangan tarekat di Nusantara, pusat penting yang mempengaruhi

perkembangan tarekat adalah India (Gujarat) yang dari tempat ini di duga Hamzah Fansuri,

Syamsuddin al-Sumatrani dan Nuruddin al-Raniri (ketiganya berasal dari Aceh) belajar

mendapatkan ijazah serta menjadi khalifah (pemimpin para mursyid). Namun pada abad-

abad berikutnya berbagai cabang India dari beberapa tarekat besar sampai ke Indonesia

melalui jalur Mekkah dan Madinah. Melalui cara ini pula Tarekat Syattariyah yang berasal

dari India berkembang di Makkah dan Madinah dan kemudian berpengaruh luas di

36 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:Rosda karya; 1998. h.85

Page 24: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Indonesia.37

Mengenai perkembangan tarekat di Nusantara, Sri Mulyati, dalam bukunya Tarekat-

Tarekat Muktabarah di Indonesia, menyatakan bahwa Qadiriyah adalah tarekat pertama

yang disebut-sebut dalam sumber-sumber pribumi. Di Jawa juga terdapat pengaruh tarekat

Qadiriyah, terutama di Cirebon dan Banten. Menurut tradisi rakyat setempat, Syaikh Abd al-

Qadir al-Jailani pernah datang ke Jawa, bahkan masih dapat menunjukkan kuburannya.

Indikasi lain tentang pengaruh Qadiriyah di Banten dan di daerah-daerah lainnya di Jawa,

seperti Cirebon adalah pembacaan kitab Manaqib (biografi) Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani

pada kesempatan tertentu di kehidupan beragama di sana.38 Pada tahun 1928, di Indonesia

sudah ada tarekat yang mendominasi, yaitu Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah dan

Tijaniyah.39 Bahkan Tarekat Syattariyah sudah menjadi bagian integral dari Keraton Cirebon

semenjak dari abad 17.40

Dalam bukunya, Pengantar Ilmu Tarekat, Aboe Bakar Atjeh menyatakan bahwa corak

atau varian tarekat-tarekat di Nusantara itu banyak sekali, Ada tarekat-tarekat yang

merupakan induk yang diciptakan oleh tokoh-tokoh tasawuf- aqidah, dan ada tarekat-

tarekat yang merupakan pecahan dari tarekat induk yang sudah dipengaruhi oleh pendapat

syaikh-syaikh tarekat yang lebih terkemudian atau oleh keadaan setempat dan keadaan

bangsa yang menganut tarekat-tarekat itu. Banyak diantara perpecahan tarekat-tarekat itu

diberi istilah-istilah yang sesuai dengan tempat perkembangannya. Tarekat Naqsyabandiyah

misalnya banyak ditulis orang dalam bahasa dan memakai istilah-istilah Persia.41

Tarekat yang sudah diakui keabsahannya, dinamakan tarekat Mu'tabarah. Ada dua

37 Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat . Bandung: Mizan; 1995 hal. 18838 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group; Desembar 2004 hal.13-1439 Pijper.Gf,Pragmenta Islamica : Beberapa Studi Mengenai Islam Di Indonesia Awal Abad Xx,

(Jakarta:UI Press), h.81.40 Informasi ini kami dapatkan dari wawancara dengan mursyid tarekat Syattariyah di Cirebon,

Rama guru Bambang I melalui wawancara pada tanggal 5 November 2008 di kediamannya di jalanDrajat, Cirebon.

41 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal 75

Page 25: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

syarat yang harus di penuhi oleh sebuah tarekat yang di akui Mu’tabarah, syarat pertama

adalah amalan dan ajaran tarekat tidak bertentangan dengan al-Qur,an dan Hadist. Syarat

kedua adalah silsilah dari tarekat tersebut harus sampai kepada Nabi Muhammad saw.42 Di

Indonesia sendiri telah ada badan yang khusus menumpahkan perhatiannya kepada tarekat-

tarekat, yaitu Jamiyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah Indonesia yang disingkat JATMI yang

bernaung dibawah Majelis Ulama Indonesia. Lembaga yang sama juga didirikan oleh

organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang bernama Jamiyyah ahli Thariqah al-Mu'tabarah al-

Nahdliyyah yang disingkat JATMAN.43

42 Informasi ini kami dapatkan dari wawancara dengan mursyid Tarekat Syattariyah di Cirebon,Rama guru Bambang I melalui wawancara pada tanggal 5 November 2008 di kediamannya di jalanDrajat, Cirebon.

43 Lihat : Nu Online : http//www.Nuonline.com. entry : JATMAN

Page 26: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

BAB III

TINJAUAN HISTORIS TENTANG TAREKAT SYATTARIYAH DAN

KERATON CIREBON

A. Profil Tarekat Syattariyah

1. Sejarah Berdiri Dan Berkembang Tarekat Syattariyah

Abdullah al-Syaththar (1402-1485) dari india adalah pendiri Tarekat Syattariyah.

Beliau sendiri berasal dari Mekkah. Muhammad Arif, guru tarekat (mursyid) dari

Abdullah al-Syaththar, mengirim al-Syaththar ke India untuk membuat sistematika

ilmu Tasawuf yang telah berkembang luas pada waktu itu. Semula al-Syaththar

bertempat di Jwnpur, kemudian pindah ke Mondu, sebuah kota Muslim di daerah

Malwa (Multan). Di kota ini, Abdullah Al-Syaththar bersama murid-muridnya

kemudian melakukan dialog dengan tokoh-tokoh sufi dari berbagai daerah. Tarekat

yang diajarkan dalam jama’ah ini kemudian disebut sesuai dengan namanya, yakni

Tarekat Syattariyah.44

Tarekat Syattariyah sesungguhnya memiliki akar keterkaitan dengan tradisi

Transoxania, yaitu sebuah ajaran-ajaran yang berisi ilmu dan hikmah-hikmah sufi

(tarekat) yang pada silsilahnya akan terhubung kepada imam Ja’far Shadiq melalui

Syaikh Abu Yazid al-Bushthomi.45 Keterkaitan ini di sebabkan oleh silsilah Tarekat

Syattariyah itu sendiri yang terhubung sampai kepada Syaikh Abu Yazid al-Isyqi,

bahkan kepada Abu Yazid al-Busthami (w.260 H/873 M), dan imam Ja’far al-Shadiq

44 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:Rosda karya; 1998 hal. 54.

45 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group; Desembar 2004 hal. 154.

Page 27: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

(w.146 H/763M).46 Tidak mengherankan kemudian jika Tarekat ini dikenal dengan

nama Tarekat Isyqiyyah di Iran, atau Tarekat Bisthamiyah di Turki Ustmani, yang

sekitar abad ke-5 H cukup populer di wilayah Asia Tengah, sebelum akhirnya

pengaruh Tarekat Bisthamiyah memudar dan pengaruhnya digantikan oleh Tarekat

Naqsyabandiyah. Tarekat Isyqiyah atau Bisthamiyah tersebut mengalami

kebangkitannya kembali setelah Syah Abd Allah al-Syattar mengembangkannya di

wilayah India, dan menyebutnya sebagai Tarekat Syattariyah. Sejak itu, Tarekat

Syattariyah selalu dihubungkan dengan jenis tasawuf India, meskipun nama Abu

Yazid al-Isyqi dan Abu Yazid al-Busthami tetap menjadi sandaran dalam tradisi

silsilahnya untuk menghubungkan sampai kepada Imam Ja’far al-Shadiq, dan

akhirnya sampai kepada Nabi Muhammad saw.47

Sebagai sebuah gerakan ekspansi keagamaan, Tarekat Syattariyah pada periode

ini lebih diarahkan pada perjuangan untuk meningkatkan nilai moral dan spiritual

melalui penyebaran berbagai ajaran Islam. Dalam upayanya ini, Syah Abd Allah al-

Syattar beserta para pengikutnya mengembangkan kecenderungan untuk

beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tradisi dan ritual masyarakat setempat

yang masih banyak dipengaruhi ajaran atau ritual Hindu. Memang, disatu sisi sikap

akomodatif para penganut Tarekat Syattariyah seperti ini lebih mudah menarik

perhatian non muslim untuk memeluk ajaran Islam, dan bahkan hal ini dianggap

sebagai kunci sukses perkembangan ajaran Tarekat Syattariyah.48

Syah Abd Allah al-Syattar menulis sebuah kitab berjudul Latha’if al-Ghoibiyyah,

yang berisi tentang prinsip-prinsip dasar ajaran Tarekat Syattariyah, yang disebutnya

46 Ibid, hal. I5447 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group; Desembar 2004 hal. 154.48 Ibid, hal. 154-155.

Page 28: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

sebagai cara tercepat untuk mencapai tingkat ma’rifat, yaitu kedekatan seorang

hamba kepada Tuhannya sehingga ia mengenal akan keagunganNya. Karyanya ini

kemudian disempurnakan oleh dua murid utamanya, Syaikh Muhammad A’la, yang

dikenal sebagai Syaikh Qadi Bengal (Qazam Syattari), dan Syaikh Hafiz Jawnpur. Yang

disebut terakhir tercatat sebagai murid Syah Abd Allah yang berjasa

mengembangkan silsilah Tarekat Syattariyah di India bagian utara melalui muridnya,

Syaikh Budhdhan. Kemudian, murid spiritual dari Syaikh Budhdhan ini, yakni Syaikh

Baha’uddin, menulis pula sebuah kitab berjudul Risalah Syattariyyah, yang juga berisi

tentang prinsip ajaran Tarekat Syattariyah. Penting untuk dicatat bahwa dalam

silsilah Tarekat Syattariyah yang berkembang, khususnya di dunia Melayu-Indonesia,

nama dua murid Syah Abd Allah yang disebut diatas, yakni Syaikh Qadi Bengal dan

Syaikh Hafiz Jawnpur, tidak pernah dijumpai. Nama yang menempati posisi sebagai

sebagai khalifah Tarekat Syattariyah setelah Syah Abd Allah adalah Imam Qadhi al-

Syaththari, Syaikh Hidayat Allah al-Sarmasti, Syaikh Haji Hudhuri, dan Syaikh

Muhammad Gauts.49

Perkembangan Tarekat Syattariyah mengalami kemajuan yang sangat pesat

terutama setelah berada di bawah mursyid penggantinya yang keempat, yakni

Syaikh Muhammad Gauts Gwaliori yang meninggal pada tahun 1562 M. Tokoh ini

mengarang buku al-Jawahir al-Khomsah, yang nantinya banyak menyedot minat dan

perhatian berbagai kalangan, termasuk ilmuwan Barat. Ia merupakan khalifah

(pemimpin para mursyid) Tarekat Syattariyah yang paling berhasil memapankan

doktrin dan ajaran Tarekat Syattariyah. Selain Jawahirul Khomsah ia pun menulis

49Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup; Desembar 2004, hal. 155.

Page 29: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

sejumlah kitab yang berisi pokok ajaran Tarekat Syattariyah, antara lain: Kilid

Makhzan, Dama’ir Basa’ir, dan Kanz al-Tauhid. Akan tetapi, penting untuk di catat

bahwa diantara kitab-kitab tentang Syattariyah yang muncul di India ini, hanya

Jawahir al-Khomsah yang tersosialisasi kepada para ulama Tarekat Syattariyah

generasi berikutnya50. Mursyid penggantinya adalah Syaikh Wajih al-Din, yang

banyak menulis buku dan sempat mendirikan madrasah, juga mendapat gelar “Wali

Akbar Gujarat”, yang merupakan sebuah pengakuan dari masyarakat muslim di

Gujarat atas ketinggian ilmu dan derajatnya.51

Dari Syaikh Wajih al-Din inilah Tarekat Syattariyah diturunkan kepada Sayyid

Sibgat Allah bin Ruh Allah Jamal Al-Barwaji (w,1015 H/1606 M0 kelahiran India dari

orang tua asal Persia. Sibgat Allah adalah juga kawan karib dari Syaikh Fadl Allah al-

Burhanpuri al-Hindi (w. 1029 H/1620 M). Murid-muridnya datang dari berbagai

kalangan. Yang paling terkemuka diantaranya, dan yang kemudian menjadi

penerusnya dalam Tarekat Syattariyah adalah Ahmad al-Syinawi (lahir 975 H/1567

M) dan Ahmad al-Qusyasyi (991-1071 H/ 1583-1660 M). Dua orang inilah yang paling

bertanggung jawab atas sosialisasi ajaran Sibgat di Haramayn. Setelah al-Syinawi

wafat, tanggung jawab atas penyebaran ajaran Tarekat Syattariyah di Haramayn

benar-benar diambil oleh al-Qusyasyi. Dalam hal ini, integritas keilmuwan al-

Qusyasyi tidak perlu diragukan lagi. Ia merupakan seorang penulis dan pengarang

produktif pada masanya. Pada perkembangan berikutnya, melalui murid-muridnya

yang datang dari berbagai kalangan, al-Qusyasyi juga dianggap sebagai yang paling

bertanggungjawab dalam transmisi ajaran neosufisme melalui Tarekat Syattariyah ke

50 Ibid, hal 156.51 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:

Rosda karya; 1998, hal. 55.

Page 30: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

berbagai penjuru dunia, termasuk ke wilayah Melayu-Indonesia. Diantara murid-

muridnya, yang penting disebut dalam konteks ini adalah Ibrahim al-Kurani (1023-

1102 H/1614-1690 M), dan Syaikh Abdurrauf al-Sinkili (1024-1105 H/1615-1693

M).52

2. Masuknya Tarekat Syattariyah Di Nusantara Dan Perkembangannya

Tarekat Syattariyah yang berkembang pesat di Gujarat, India, menyebar ke

Indonesia, khususnya Aceh dan Jawa akibat dari Kesibukan dan keramaian arus lalu

lintas perdagangan dari Arab dan Persia ke Gujarat dan dari Gujarat ke Malaka

kemudian ke Pasai (Aceh). Dan seorang tokoh sufi bernama Fadlullah Burhanpuri (w.

1029 H/1620 M), penulis buku al-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Naby, kemudian

dinyatakan sebagai tokoh yang sangat besar jasanya dalam pengembangan ajaran

Syattariyah di Nusantara.53

Disamping Syaikh Fadlullah Burhanpuri (w. 1029 H/1620 M) yang berjasa dalam

pengembangan Tarekat Syattariyah di wilayah Nusantara, ada pula tokoh-tokoh dari

generasi setelahnya yang juga turut berperan besar dalam penyebaran tarekat ini,

yakni Syaikh Abdul Ra’uf bin Ali al-Jawi al-Sinkili dan Syaikh Yusuf al-Taj al-Makassari.

Kedua Ulama besar ini mendapatkan ijazah Tarekat Syattariyah dari Syaikh Ahmad al-

Qusyasyi dan Syaikh Ibrahim al-Kurani, keduanya adalah mursyid Tarekat Syattariyah

yang sangat berpengaruh di tanah Haramain pada abad XVII. Diantara tiga tokoh

Tarekat Syattariyah yang telah disebutkan, tampaknya Syaikh Abdurrauf al-Sinkili lah

yang paling berperan besar terhadap perkembangan tarekat ini terutama di wilayah

52 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta : Kencana PrenadaMedia Group; Desembar 2004 hal.160-161.

53 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:Rosda karya; 1998, hal. 55.

Page 31: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Aceh. Ia kembali dari Haramayn pada awal paruh kedua abad 17 tepatnya pada

tahun 1661 M. Setahun setelah guru utamanya, al-Qusyasyi, meninggal dunia.

Seperti dijelaskan dalam salah satu kitab karangannya, Umdat al-Muhtajin, al-Sinkili

menghabiskan waktu sekitar 19 tahun di Haramayn untuk belajar tentang berbagai

ilmu penegetahuan Islam, seperti tafsir, hadist, fiqih tasawuf, kalam, dan lain-lain. Ia

belajar berbagai pengetahuan agama tersebut kepada sekitar 15 orang guru, 27

ulama terkenal, dan 15 tokoh mistik kenamaan di Jeddah, Makkah, Madinah dan

lain-lain. Masa kembalinya al-Sinkili dari Haramayn ini dapat dianggap sebagai awal

masuknya Tarekat Syattariyah ke dunia Melayu-Indonesia. Sejauh ini tidak ada

riwayat lain yang menyebutkan bahwa tarekat ini telah hadir sebelumnya.54

Di Aceh, al-Sinkili segera menjadi pusat perhatian, baik dari kalangan masyarakat

kebanyakan maupun kalangan istana karena kedalaman pengetahuannya. Ia bahkan

dipercaya oleh Sultanah Safiyatuddin (1645-1675), raja perempuan Kerajaan Aceh,

untuk menjadi Qadli Malik al-Adil, pemuka agama yang bertanggung jawab terhadap

berbagai masalah sosial keagamaan. Di bawah kekuasaan Sultanah, al-Sinkili lebih

mudah mensosialisasikan gagasan-gagasan keagamaannya. Lebih dari itu, di Aceh, al-

Sinkili juga tampaknya berada dalam waktu yang tepat untuk menjadi semacam

penengah bagi konflik keagamaan yang terjadi akibat kontroversi atau perdebatan

panjang antara para penganut doktrin ajaran wahdat al- wujud atau wujudiyah

Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani dengan Nuruddin al-Raniri. Diantara

murid-murid al-Sinkili, yang paling terkemuka diantaranya adalah Syaikh

Burhanuddin dari Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat dan Syaikh Abdul Muhyi dari

54 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group; Desembar 2004 hal.162.

Page 32: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Pamijahan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kedua murid al-Sinkili ini berhasil melanjutkan

dan mengembangkan silsilah Tarekat Syattariyah, dan menjadi tokoh sentral di

wilayahnya masing-masing. Syaikh Burhanuddin menjadi khalifah utama bagi semua

khalifah Tarekat Syattariyah di wilayah Sumatera Barat pada periode berikutnya.

Sementara itu, Syaikh Abdul Muhyi menjadi salah satu mata rantai utama yang

terhubung ke silsilah Tarekat Syattariyah di wilayah Jawa Barat khususnya, dan Jawa

pada umumnya.55

Dalam beberapa sumber lain disebutkan pula bahwa al-Sinkili mempunyai

seorang murid terkemuka lain di wilayah Semenanjung Melayu, yakni Abdul Malik

bin Abdullah (1089-1149 H/1678-1736), yang lebih dikenal sebagai Tok Pulau Manis

dari Trengganu. Berikutnya, dalam naskah Inilah Sejarah Ringkas Auliyaullah Al-

Salihin Syaikh Burhanuddin Ulakan Yang Mengembangkan Agama Islam Di Daerah

Minangkabau hasil salinan Imam Maulana Abdul Manaf Amin di jelaskan bahwa

adanya murid al-Sinkili yang berasal dari wilayah Bugis, Sulawesi Selatan, yaitu Syaikh

Da’im bin Syaikh Abdullah al-Malik al-Amin.56 Konon, Syaikh Da’im juga pernah

menjabat sebagai qadli (hakim) besar kerajaan Aceh. Mempertimbangkan reputasi

keilmuwan al-Sinkili dan memperhatikan rentang hidupnya yang relatif panjang,

yakni hingga akhir abad 17 (1693), barangkali patut diduga bahwa selain murid-

murid yang telah diketahui keberadaannya dari berbagai sumber yang berserakan

55 Ibid, hal 163.56 Adapun waktu penyalinan kitab Inilah Sejarah Ringkas Auliyaullah Al-Salihin Syaikh

Burhanuddin Ulakan Yang Mengembangkan Agama Islam Di Daerah Minangkabau yang di lakukanoleh Imam Maulana Abdul Manaf Amin (tidak kami ketahui tahun kelahiran dan kematiannya) tidakkami temukan.

Page 33: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

tersebut, sesungguhnya masih banyak lagi murid al-Sinkili lain yang tidak

terdokumentasikan dalam berbagai catatan.57

Sebagaimana tadi telah dijelaskan bahwa dari Syaikh Abdul-Ra’uf Al-Sinkili inilah

Tarekat Syattariyah tersebar di tanah Jawa melalui salah satu muridnya, yaitu Syaikh

Abdul Muhyi Pamijahan, yang disebut-sebut sebagai “wali kesepuluh” dari Wali

songo karena begitu berpengaruhnya beliau dalam penyebaran Islam di pulau Jawa

terutama di daerah Jawa Barat, sekaligus dalam penyebaran Tarekat Syattariyah.58

Wildan Yahya dalam bukunya “Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul

Muhyi Pamijahan” menyatakan bahwa Tarekat Syattariyah disebarkan oleh Syaikh

Abdul Muhyi Pamijahan ke segenap wilayah Jawa Barat, termasuk di daerah Cirebon.

Dikarenakan beliau dalam perjalanannya menemukan ”gua” di Pamijahan sempat

mampir dan menetap di daerah Darma, Kuningan Jawa Barat selama empat tahun.

Syaikh Abdul Muhyi disamping menyebarkan agama Islam pada penduduk setempat,

juga mengajarkan Tarekat Syattariyah. Tarekat ini pun, dengan demikian menyebar

sampai ke daerah Cirebon.59

B. Profil Tentang Keraton Cirebon

Sebelum kita membahas tentang sejarah berdiri Kerajaan Cirebon, ada baiknya

kita bahas sekilas tentang keadaan geografis dan sosial wilayah Cirebon pada saat ini.

Pembahasan ini bisa membantu kita memahami Keraton Cirebon.

57 Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group; Desembar 2004 hal 165

58 Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Jakarta:Rosda karya; 1998. hal viii

59 Ibid, 57

Page 34: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Pada saat ini, yang dikenal sebagai daerah Cirebon adalah bekas Karesidenan

Cirebon yang terdiri dari Kotamadya Cirebon dengan empat Kabupaten, yaitu:

Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan Cirebon. Luas daerah ini kira-kira 5,642, 569

km, dengan populasi kira-kira 4,5 juta jiwa pada tahun 1990. Sebagai perbatasan

Jawa Barat dan Jawa Tengah, di sebelah timur Cirebon berbatasan dengan

Kabupaten Brebes, di utara dan timur laut dengan laut Jawa, sebelah barat dengan

Kabupaten Indramayu dan Majalengka dan di selatan dengan Kabupaten Kuningan.

Gunung Ciremai yang terletak di sebelah barat-daya adalah gunung api yang masih

aktif dan tertinggi di Jawa Barat (3.076 m) serta tertinggi kedua di Jawa setelah

gunung Semeru (3.676 m). Di lereng gunung Ciremai terdapat sejumlah sumber

belerang dan air panas. Sumber belerang dan air panas yang terbesar terdapat di

Sangkanhurip, 20 km selatan kota Cirebon dan Gempol, 10 km ke arah barat kota.

Secara administratif, Cirebon adalah bagian propinsi Jawa Barat. Berdasarkan

sistem administratif, Kabupaten dan Kotamadya memiliki status sama. Masing-

masing berada di bawah kepemimpinan gubernur Jawa Barat. Setingkat di bawah

Kabupaten dan Kotamadya adalah Kecamatan. Beberapa Kecamatan punya

Kemantren, gabungan dari beberapa desa, yang dikepalai oleh seorang mantri selaku

pembantu camat. Satu Kecamatan biasanya terdiri atas 10 hingga 12 desa atau

Kelurahan. Tiap desa atau Kelurahan dipimpin oleh kepala desa atau lurah, yang dulu

dikenal dengan sebutan kuwu atau kepala desa. Sebagai tingkat administrasi paling

bawah, Kelurahan masih dibagi lagi menjadi beberapa dusun. Dusun itu dulu disebut

Rukun Warga atau RW). Dusun dipimpin oleh kepala dusun, yang mengkoordinir

beberapa Rukun Tetangga (RT). Sementara RT terdiri atas sejumlah rumah tangga;

Page 35: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

jumlah terbanyak adalah 70 kepala keluarga (KK). RT dikepalai oleh ketua RT dan

merupakan unit terkecil di desa.60

Kotamadya dan Kabupaten Cirebon, terletak antara 108050' Bujur Timur, dan

60030' dan 7000' Lintang Selatan. Luasnya 984,15 km persegi atau kira-kira 2,15%

propinsi Jawa Barat. Area ini terbentang dari barat ke timur sepanjang 54 km dan

dari utara ke selatan 39 km. Tahun 1991 populasinya 1.524.267 jiwa sekabupaten,

sementara kota Cirebon sendiri berpopulasi 254.486 jiwa. Proporsi laki-laki dan

perempuan kira-kira 49% berbanding 51%. Kepadatan penduduk Kabupaten

mencapai 1.549 per km persegi, sementara di Kotamadya 6.812 per km persegi.

Kabupaten Cirebon terdiri atas 21 kecamatan, 8 kemantren, dan 424 desa, sedang

kota Cirebon terdiri dari 5 Kecamatan dan 22 Kelurahan.

Bagian utara Kabupaten Cirebon bertekstur datar dan berada 20 meter diatas

permukaan laut (dpl). Sekitar 80% daerahnya adalah dataran dan sisanya di sebelah

selatan adalah pegunungan. Seluruh tanahnya merupakan lahan pertanian, dengan

62,88% daerah persawahan. Selain padi, kacang tanah, jagung, ketela pohon dan

tebu juga ditanami. Hanya 17% permukiman, 12% untuk perkebunan kopi,

tembakau, karet dan sisanya hutan lindung sebesar 4%, dan lain-lain sebesar 5%.

Kira-kira 52 % dari penduduknya adalah petani. 32 % dari GDP (Gross Domestic

Product) atau pendapatan asli daerah (PAD) setempat berasal dari sektor ini.

Perdagangan merupakan mata pencaharian bagi 12% dari jumlah penduduk Cirebon.

Hal ini memberi sumbangan tebesar kedua setelah pertanian. Kota Cirebon termasuk

produsen rokok yang penting. Pabrik terbesar dimiliki oleh perusahaan tembakau

60 Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Jakarta: Logos; 2002hal. 320.

Page 36: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Amerika Inggris (British American Tobacco atau BAT). Hasil lainya adalah peralatan,

bahan kimia, tekstil (termasuk batik), semen, tembikar, perabot, kerajinan rotan,

gula, ikan dan minyak mentah. Semua ini membuat orang Cirebon menjadi

masyarakat urban dan maju.61

1. Sejarah Singkat Pendirian Keraton Cirebon

Dalam menjelaskan sejarah pendirian Keraton Cirebon, kita tidak bisa lepas dari riwayat

tentang dua tokoh yang paling berperan di dalamnya, yaitu Pangeran Cakra buana yang

berjuluk Mbah Kuwu Cerbon sebagai peletak dasar Keraton Cirebon, yang semula

merupakan daerah pesisir yang di pimpin oleh seorang kepala suku adat, dan Syarif

Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai pendiri resmi dari sistem Keraton di Cirebon.62

Karena itu, dalam menjelaskan sejarah pendirian Keraton Cirebon, kami akan menjelaskan

riwayat dari kedua tokoh tersebut dan keterlibatan mereka berdua dalam pendirian Keraton

Cirebon.

a. Pangeran Cakrabuana (meninggal dunia 1479)

Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran. Putera pertama Sri Baduga Maharaja

Prabu Siliwangi dari istrinya yang kedua bernama Subang Larang (puteri Ki Gedeng Tapa).

Nama kecil Pangeran Cakrabuana adalah Raden Walangsungsang. Setelah remaja dikenal

dengan nama Kian Santang. Ia mempunyai dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Lara

Santang/ Syarifah Mudaim dan Raden Sangara. Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak

mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal ini disebabkan oleh

karena ia memeluk agama Islam karena mengikuti ibunya, Subanglarang. Sementara saat itu

(abad 16), ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang

61 Ibid, hal. 320.62 Hasil wawancara kami dengan rama guru Bambang I dikediamannya pada tanggal 5 november

2008, rekaman dari wawancara terebut ada pada kami.

Page 37: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Sunda) yaitu Hindu dan Budha. Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak

laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang ketiga Nyai Cantring Manikmayang.63

Setelah Ibunya meninggal, Raden Walangsungsang pergi meninggalkan Keraton,

disusul oleh nyai Larasantang. Keduanya tinggal di rumah seorang pendeta Budha

yang bernama ki Gedeng Danuwarsih yang memiliki seorang putri yang cantik yang

bernama Nyai Indang Geulis. Raden Walangsungsang kemudian menikahi puteri

pendeta ini dan setelah itu mereka pergi berguru agama Islam kepada Syaikh Dzatul

Kahfi yang konon berdasarkan isyarat mimpi yang menyuruhnya untuk memeluk

agama Islam, Kemudian ia diberi nama baru yaitu Ki Samadullah, dan kelak sepulang

dari tanah suci diganti menjadi Haji Abdullah Iman. Setelah tamat belajar di

pesantren Syaikh Dzatul Kahfi, ia dianjurkan oleh gurunya untuk membuka daerah

baru yang diberi nama tegal alang-alang atau Kebon Pesisir, di mana tinggal disana

paman dari istrinya nyai Indang Geulis.64

Raden Walangsungsang alias Ki Samadullah berhasil menarik para pendatang.

Daerah Tegal Alang-Alang berkembang dan banyak didatangi oleh orang-orang

Sunda, Jawa, Arab, dan Cina, sehingga disebutlah daerah ini dengan nama “Caruban”

yang artinya campuran. Ditempat ini bukan hanya bercampur berbagai etnis,

melainkan agamanya sangat beragam. Atas saran gurunya, Raden Walangsungsang

pergi ketanah suci bersama adiknya, Nyai Lara Santang, karena Nyai Indang Geulis

sedang hamil tua. Di tanah suci inilah, adiknya dinikahi oleh Maulana Sultan

Muhammad bergelar Syarif Muhammad yang merupakan keturunan dari Bani

63 Wildan, Dadan.Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni 2004. danPermana, Aan Merdeka. Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, Edisi Kamis 17 Juni2004, yang di ambil dari: www.Google.com.

64 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Bandung:Alqaprint Jatinangor; Juli 2000 hal 29.

Page 38: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Hasyim (kakek Rasulullah saw) putra Sultan Nurul Alim. Beliau ini seorang putra dari

penguasa kota Ismailliyah dan wilayah Palestina, bawahan dari kesultanan Mesir.

Nyai Lara Santang inipun diganti namanya menjadi Syarifah Mudaim. Dari

perkawinan ini lahirlah Syarif Hidayatullah yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati.

Dilihat dari segi Geneologi dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Syarif

Hidayatullah yang nantinya menjadi salah seorang dari wali songo, menduduki

generasi ke-22 dari Nabi Muhammad saw.65

Setelah perkawinan adiknya, ki Samadullah yang bergelar Haji Abdullah Iman

memutuskan kembali ke Jawa dengan maksud mengembangkan agama Islam di

tanah leluhurnya. Setibanya di tanah air, ia mendirikan masjid Jalagrahan, kemudian

membuat rumah besar yang nantinya menjadi Keraton Pakungwati. Disanalah ia

meneruskan tugasnya sebagai pembantu Ki Danusela, Kuwu Caruban. setelah Ki

Danusela meninggal, Ki Samadullah diangkat menjadi kuwu Caruban dan di gelari

Pangeran Cakrabuana.66

Pakuwan Caruban kemudian ditingkatkan menjadi Nagari Caruban Larang.

Dengan demikian, pangeran Cakrabuana menjadi penguasa Nagari yang juga

merangkap ulama. Selanjutnya, ia mendapat gelar dari ayahandanya, Prabu Siliwangi

sebagai Sri Margana. Pemberian gelar ini, dapat dianggap sebagai cara untuk

melegitimasikan kekuasaan Pangeran Cakrabuana. Bagi pendiri desa dalam

masyarakat tradisional, hal seperti ini sudah lumrah. Cara untuk melegitimasikan

kekuasaan, bukan hanya melalui pembuatan silsilah geneologi, seperti yang

dilakukan pengarang Carita Purwaka Caruban Nagari untuk melegitimasikan Sunan

65 Ibid, hal.29.66 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Bandung:

Alqaprint Jatinangor; Juli 2000 hal 30.

Page 39: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Gunung Jati sebagai penguasa sekaligus sebagai wali penyebar Islam di tanah

Sunda.67

b. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) (1448-1568)

Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir tahun 1448. Ayah beliau

adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar.

Jamaluddin Akbar adalah seorang muballigh dan musafir besar dari Gujarat, India

yang sangat dikenal sebagai Syaikh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syaikh

Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syaikh putra Abdullah Khan putra Abdul

Malik putra Alwi putra Syaikh Muhammad Shahib Mirbath. Syaikh Shahib Mirbath ini

adalah ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya terhubung sampai kepada

Rasulullah melalui cucu beliau Imam Husain. Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai

Rara Santang, seorang putri keturunan Kerajaan Sunda, anak dari Sri Baduga

Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai

Subang Larang. Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari

kakek buyutnya, Syaikh Mawlana Akbar.68

Syarif Hidayatullah yang dibesarkan di negara ayahnya, setelah berusia dua puluh

tahun, pergi berguru kepada beberapa ulama di Mekkah dan Baghdad selama

beberapa tahun. Setelah itu ia kembali ke Mesir, negeri ayahandanya. Ketika

ayahnya meninggal dunia, ia diminta menggantikan posisi ayahnya, tetapi

permintaan itu ditolaknya. Bahkan ia meminta adiknya untuk yang bernama Nurullah

menggantikan dirinya. Ia sendiri memilih untuk pergi ke Jawa guna menyebarkan

67Ibid, hal 30.68 Sumber : Wikipedia: www.Google.com. entry : Sunan Gunung Jati

Page 40: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

agama Islam. tokoh Nurullah ini, dalam sumber lain disebutkan sebagai orang Pasai

(Aceh), yang nantinya merantau ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam, dan

terkenal sebagai Fatahillah atau Faletehan. Dalam perjalanannya ke Jawa, Syarif

Hidayatullah singgah di Gujarat selama beberapa waktu, kemudian singgah pula di

Pasai dan tinggal di rumah seorang ulama yang bernama Syarif Ishaq. Setelah

beberapa lama, Syarif Hidayatullah meneruskan perjalanannya dan singgah di

Banten yang waktu itu penduduknya sudah ada yang beragama Islam, berkat syi’ar

yang dilakukan oleh Sunan Ampel. Syarif Hidayatullah merasa sangat tertarik untuk

belajar kepada wali yang berasal dari Jawa timur ini. Ketika Sunan Ampel ini pulang,

Syarif Hidayatullah ikut pergi ke Ampel dan tinggal di sana untuk memperdalam

syi’ar Islam dari Sunan Ampel. Dengan persetujuan Sunan Ampel dan para wali

lainnya yang tergabung dalam Walisongo, Syarif Hidayatullah diminta untuk

menyebarkan agama Islam di tanah Sunda. Maka Syarif hidayatullah Pergi ke

Caruban Larang dan bergabung dengan uwak (kakak dari ibu) nya, Pangeran

Cakrabuana.69

Syarif Hidayatullah tiba di pelabuhan Muara Jati kemudian terus ke desa

Sembung Pasambangan, dekat Giri Amparan Jati, pada tahun 1475, (ada naskah yang

menyebut tahun 1470).70 Di sana ia mengajar agama Islam menggantikan Syaikh

Dzatul Kahfi yang telah meninggal dunia. Perlahan-Lahan, ia menyesuaikan diri

dengan masyarakat setempat yang menganggapnya sebagai orang asing dari Arab. Ia

kemudian diberi gelar Syaikh Maulana Jati atau Syaikh Jati. Syaikh Jati mengajar juga

di Dukuh Babadan. Disana ia menemukan jodohnya yaitu Nyai Babadan yang

69 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Bandung:Alqaprint Jatinangor; Juli 2000. Hal. 31.

70 Ibid, hal 31

Page 41: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

merupakan puteri Ki Gedeng Babadan. Tidak lama kemudian isterinya sakit dan

meninggal dunia. Syaikh Jati kemudian menikah lagi dengan Dewi Pakungwati yang

merupakan puteri Pangeran Cakrabuana. Ini merupakan pernikahan dengan saudara

sepupu. Setelah itu, Syaikh Jati menikah lagi dengan Nyai Lara Baghdad, puteri

sahabat Syaikh Dzatul Kahfi. Syaikh Jati kemudian pergi ke Banten untuk

mengajarkan Agama Islam disana. Ternyata di Banten, Bupati Kawunganten sangat

tertarik terhadap ajarn-ajaran Syaikh Jati, sehingga ia masuk Islam dan memberikan

adikanya untuk diperistri oleh Syaikh Jati. Dari perkawinan dengan Nyai

Kawunganten lahirlah Pangeran Sebakingkin, kelak dikenal sebagai Maulana

Hasanuddin, pendiri Kerajaan Banten. Sementara itu pangeran Cakrabuana meminta

agar Syaikh Jati menggantikan kedudukannya, dan Syarif Hidayatullah pun kembali

lagi ke Caruban. Disana ia di nobatkan oleh pamannya sebagai kepala Nagari dan

digelari Susuhunan Jati atau Sunan Jati atau Sunan Caruban atau Cerbon. Sejak tahun

1479 itulah Caruban Larang dari sebuah nagari (kampung) mulai berkembang

sebagai pusat sebuah Kesultanan dan namanya pun diganti menjadi Cerbon yang

kemudian menjadi Cirebon.71

Berdasarkan riwayat diatas, Syarif Hidayatullah disamping seorang wali adalah

seorang raja, berbeda dengan para wali yang lain yang hanya berkonsentrasi pada

hal-hal serius dan menyerahkan urusan dunia kepada raja. Dengan demikian, Syarif

Hidayatullah adalah pemimpin religius sekaligus pemimpin politik. Seandainya ia

mau, bisa saja ia melembagakan negara agama atau menggunakan agama untuk

melaksanakan kepentingan politik. Namun, karena kearifannya, ia lebih memilih

71 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Bandung:Alqaprint Jatinangor; Juli 2000, hal 31-32.

Page 42: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

yang pertama daripada yang kedua. Ia menjaga hubungan baik dengan para

pemimpin Islam pada saat itu, tapi ia tidak bermaksud menjadikan Cirebon sebagai

pusat kekuasaan politik. Ia bahkan memanggil kembali pamannya, Cakrabuana, ke

Cirebon untuk menghadiri pertemuan Walisongo. Itulah sebabnya, menurut hikayat

ini, Cirebon tidak pernah berkembang menjadi negara penting, seperti dicatat oleh

De Graaf dan Pigeaud (1989).72 Syarif Hidayatullah terlalu religius untuk berambisi

menjadi raja dengan kekuasaan politis yang kuat. Apalagi ia memiliki Sebakingking,

putra dari pernikahannya dengan putri bangsawan Banten. Sebakingking kemudian

dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin. Demikianlah, ia merasa puas bahwa

putranya di Banten cukup kuat secara politis sehingga ia merasa tidak

berkepentingan untuk mengejar kekuasaan di Cirebon sehingga dapat lebih

berkonsentrasi pada misi agama. Di samping itu, putra-putranya di Cirebon,

Jayakelana yang menikahi Ratu Pembayun, seorang putri Raden Fatah, raja Demak,

dan Bratakelana yang menikahi Ratu Mas Nyawa, yang juga putri Raden Fatah,

mendahuluinya meninggal dunia tak lama setelah perkawinan mereka berdua.

Kemudian, saudara tiri Bratakelana, yaitu Pangeran Pasarean, yang semestinya

menjadi penerus tahtanya, juga meninggal. Duka cita yang bertubi-tubi ini

menjadikannya semakin arif dan ia kembali mencurahkan seluruh perhatiannya pada

agama. Sementara pada saat yang sama, ia berharap putranya yang di Banten punya

kekuasaan yang lebih besar lagi. Cucunya, Pangeran Swarga, putra Pangeran

Pasarean, yang menggantikan Syarif di Cirebon, masih kanak-kanak dan belum

mampu memimpin pemerintahan. Ketika Panembahan Ratu, putra dari Pangeran

72 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Bandung:Alqaprint Jatinangor; Juli 2000. hal 31-32.

Page 43: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Swarga, menggantikan ayahnya, Kerajaan Cirebon tertinggal sementara Banten

menjadi Kerajaan yang masyhur sebanding dengan Mataram di Jawa tengah.73

2. Terbaginya Keraton Cirebon Menjadi Beberapa Keraton

Sebelum membicarakan tentang pecahnya Kerajaan Cirebon, akan kami

paparkan terlebih dahulu sekilas situasi Keraton Cirebon setelah Sunan Gunung Jati

wafat sampai masa terpecahnya kerajaan menjadi tiga Keraton.

Setelah Sunan Gunung Jati wafat, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan

tertinggi Keraton Cirebon. Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati

ialah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati.

Namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565.

Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat

Keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan

dipegang oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta dan

memerintah sebagai raja Cirebon secara resmi sejak tahun 1568. Fatahillah

menduduki takhta Keraton Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia

meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan

dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem

Astana Gunung Sembung.74

Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja,

takhta Keraton jatuh kepada Pangeran Emas yang merupakan putra tertua Pangeran

Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar

73 Ibid, hal. 33.74 Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni

2004. dan Permana, Aan Merdeka. Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, EdisiKamis 17 Juni 2004, yang di ambil dari: www.Google.com

Page 44: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon dari 1570 sampai 1649 atau selama

kurang lebih 79 tahun.75

Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan

Keraton Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau

Pangeran Karim. Hal ini disebabkan oleh keadaan bahwa ayah Pangeran Rasmi yaitu

Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih

dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya yakni

Panembahan Adiningkusuma, yang kemudian dikenal pula dengan sebutan

Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II. Pemekaran Keraton (baca :

pecahnya Keraton) sebagai simbol kekuasaan, terjadi ketika Keraton Cirebon berada

di masa Panembahan Girilaya ini. Menurut berita dari Residen Cirebon yang

bertanggal 1 Oktober 1684, setelah Panembahan Girilaya berkuasa di Cirebon, ia

dipanggil ke Mataram bersama-sama dengan kedua orang tuanya "untuk

menghormati keangkatannya sebagai penguasa"76 dan tinggal di Mataram selama 12

tahun tidak kembali lagi ke Cirebon. Setelah Panembahan Girilaya meninggal, pada

tahun 1662, kedua puteranya yang tinggal di Mataram diakui haknya sebagai

pengganti ayahnya, tetapi tidak di perkenankan kembali ke Cirebon. Setelah

Kerajaan Mataram Islam jatuh ke tangan Trunojoyo dari Madura yang di bantu oleh

para pelarian dari Makassar, kedua pangeran Cirebon, yang merupakan putera dari

Panembahan Girilaya, yaitu Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya, yang

75 Ibid, dari halaman yang sama76 Maksudnya adalah untuk menghormati atas diangkatnya panembahan Girilaya sebagai raja

Cirebon, Amangkurat I, raja Mataram, mengundang ia dan kedua orangtuanya ke Mataram. Hal initerjadi sebab hubungan antara Kerajaan Cirebon dan Mataram telah terjalin sangat erat. Lihat: Lubis,Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Jatinangor Bandung: Alqaprint;Juli 2000 hal 38.

Page 45: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

tidak di perkenankan meninggalkan Mataram oleh Sultan Amangkurat I, jatuh ke

tangan Trunojoyo sebagai tawanan.77

Menurut Jonge, berdasarkan dokumen yang bertanggal 17 September 1677,

diberitakan bahwa setelah dari Cirebon ada permintaan kepada Banten untuk

membebaskan keduanya dari Mataram, maka Sultan Ageng menyetujui permintaan

tersebut, lalu dikirimkanlah sejumlah perahu. Tanpa diketahui oleh Trunojoyo, kedua

Pangeran itu dilarikan oleh orang-orang Banten dan dibawa ke Banten. Riwayat ini

menurut Caeef berdasarkan dokumen 17 September 1676. Setelah tiba di Banten,

Sultan Banten menganugerahi kedua Pangeran Cirebon tersebut, yaitu Martawijaya

dan Kartawijaya, sebagai Sultan Kasepuhan dan Sultan Kanoman. selanjutnya

keduanya dikembalikan ke Cirebon pada tahun 1678. Tindakan Sultan Ageng

Tirtayasa ini tampaknya dimaksudkan agar Cirebon menjadi daerah "buffer"

(penyangga) antara Banten dengan Batavia dan Mataram, dan juga agar kedua

Sultan Cirebon membantu Banten dalam upaya menaklukkan Sumedang dan daerah-

daerah Priangan (wilayah Sunda) lainnya. Pihak kerabat Cirebon sendiri tampaknya

menerima keadaan ini dengan prasangka baik, mengingat Banten dan Cirebon

didirikan oleh leluhur yang sama yaitu Sunan Gunung Jati.78

Sejak 1678 itulah di bawah perlindungan Banten, Kesultanan Cirebon terbagi

tiga, yaitu :

77 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. JatinangorBandung: Alqaprint; Juli 2000 hal 38. Dan informasi ini selaras dengan apa yang dituturkan olehRama guru Bambang I ketika kami mewawancarainya di kediamannya di bulan November. Lihat daftarwawancara pada bab V

78 Ibid, hal 38.

Page 46: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Pertama, Keraton (Kesultanan) Kasepuhan yang di pegang oleh Pangeran

Martawijaya dengan gelar Sultan Raja Syamsuddin dan dikenal sebagai

Sultan Sepuh I (1677-1703);

Kedua, Keraton (Kesultanan) Kanoman, yang dikepalai oleh Pangeran

Kartawijaya, dengan gelar Sultan Muhammad Badriddin yang dikenal

sebagai Sultan Anom I (1677-1723);

Ketiga, Keraton (Kesultanan) Panembahan yang dikepalai oleh pangeran

Wangsakerta atau Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul

Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677-1713).79

Martawijaya, Kartawijaya diangkat sebagai sultan dan mempunyai wilayah

kekuasaan penuh, rakyat, dan Keraton masing-masing. Sementara putra terkecil,

Pangeran Wangsakerta, tidak diangkat menjadi sultan, melainkan hanya diangkat

sebagai Panembahan dan tidak memiliki wilayah kekuasaan atau Keraton sendiri,

akan tetapi berdiri sebagai Kaprabonan (Paguron/Pengguron), yaitu tempat belajar

para intelektual Keraton. Dalam tradisi Kesultanan di Cirebon, suksesi kekuasaan

sejak tahun 1677 berlangsung sesuai dengan tradisi Keraton, di mana seorang sultan

akan menurunkan takhtanya kepada anak laki-laki tertua dari permaisurinya. Jika

tidak ada, akan dicari cucu atau cicitnya. Jika terpaksa, maka orang lain yang dapat

memangku jabatan itu sebagai pejabat sementara.80

Tidak berhenti sampai di situ pembagian kekuasaan Keraton Cirebon terjadi,

pada tahun 1697, Keraton (Kesultanan) Kasepuhan terbagi lagi menjadi dua menjadi

79 Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. JatinangorBandung: Alqaprint; Juli 2000 hal 39

80 Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni2004. dan Permana, Aan Merdeka. Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, EdisiKamis 17 Juni 2004

Page 47: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Kasepuhan dengan sultannya Pangeran Adipati Anom dan Kacirebonan dengan

pimpinannya Pangeran Aria Cirebon. Pembagian ini terjadi akibat Pangeran Aria

Cirebon bertengkar dengan kakaknya, karena keduanya ingin mendapatkan

kekuasaan. Dan setelah konflik berlangsung selama dua tahun, akhirnya sang kakak

mengalah dan berbagi kekuasaan. Keduanya, Pangeran Adipati Anom dan Pangeran

Aria, mendapatkan masing-masing 2000 cacah serta daerah apanage yang dulu

menjadi milik ayahnya. Sejak tahun 1699 itulah di Cirebon terdapat empat keluarga

penguasa yaitu, keluarga Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton

Kacirebonan, dan Keraton Panembahan.81

Menurut sumber lain, Pepakem Cirebon, sebuah buku tentang hukum adat

Cirebon yang dikompilasikan oleh residen Hasselar, hanya ada dua Kesultanan di

Cirebon setelah Panembahan wafat,82 yaitu Keraton (Kesultanan) Kasepuhan dan

Keraton) Kesultanan Kanoman. Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut. Pada tahun

1768, Sultan Kacirebonan di buang ke Maluku karena dianggap melakukan kesalahan

berat, dan Keratonnya di bubarkan. Tanah Keraton miliknya dikembalikan ke Keraton

(Kesultanan) Kasepuhan. Akibatnya, di Cirebon tinggallah tiga Keraton seperti

sebelum tahun 1697. Selanjutnya pada tahun 1773, Panembahan Cirebon meninggal

dunia tanpa meninggalkan anak dan tanah serta Keraton miliknya di bagi antara

Kasepuhan dan Kanoman, Soal pembagian harta dan Keraton bila sorang sultan

meninggal dunia tanpa meninggalakan keturunan yang bakal menjadi pewarisnya

memang sudah di atur dalam suatu perjanjian 4 Agustus 1699, sebagai kelanjutan

81Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. JatinangorBandung: Alqaprint; Juli 2000 hal 40.

82 Menurut hasil wawancara kami dengan Rama guru Bambang I diketahui bahwa KeratonPanembahan tidak lagi eksis selepas meninggalnya Pangeran Wangsakerta.

Page 48: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

proses pembagian Keraton (Kesultanan) Kasepuhan menjadi dua seperti yang telah

di paparkan diatas, sehingga tinggallah dua Keraton lagi, yaitu Kasepuhan dan

Kanoman.83

Tetapi, pada akhir abad ke-18 terjadi peristiwa yang mengubah wajah Keraton

Cirebon. Keraton Cirebon yang semenjak tahun 1773 cuma terdiri dari Keraton

Kasepuhan dan Kanoman, kembali menjadi tiga Keraton, ditambah dengan Keraton

Kacirebonan II. Peristiwa ini di awali dengan kabar Sultan Sepuh, pemegang

kekuasaan atas Keraton (Kesultanan) Kasepuhan yang memerintah sejak tahun 1781,

sakit ingatan, dan pemerintahan dalam Keraton dijalankan oleh beberapa

administrator. Ketika Sultan Sepuh wafat pada tahun 1787, ia digantikan oleh

kerabatnya, yang tiba-tiba saja meninggal dunia pada tahun 1791. Sementara itu,

putranya masih sangat kecil, sehingga pemerintahan diserahkan kepada walinya

hingga tahun 1799. Situasi kacau timbul pada tahun 1793 ketika putra Sultan Cirebon

yang dibuang ke Maluku dahulu, melakukan pemberontakan. Ia ditangkap dan

dibawa ke Batavia. Sultan Anom yang sudah tua meninggal tahun 1798, digantikan

bukan oleh putra mahkota melainkan oleh putra Sultan Anom yang lain, Abu Sholeh

Imaduddin (1803-1811).84 Hal ini menimbulkan kekacauan yang mencapai puncaknya

pada tahun 1802 ketika banyak orang Cina di Cirebon mati terbunuh. Akibatnya

putra mahkota, Raja Kanoman, ditangkap oleh pihak kolonial Belanda dan dibawa ke

Batavia. Ribuan rakyat protes ke Batavia, namun mereka dihalau oleh tentara

Kolonial kembali ke Karawang, Jawa barat. Raja Kanoman pun dibuang ke Ambon.

83Lubis, Nina dkk. Sejarah dan Perkembangan Kota-Kota Lama di Jawa Barat. JatinangorBandung: Alqaprint; Juli 2000, hal 41.

84 Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni2004. dan Permana, Aan Merdeka, Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, EdisiKamis 17 Juni 2004.

Page 49: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Ketika Daendels menjadi Gubernur Jenderal di indonesia pada tahun 1808, Raja

Kanoman dikembalikan ke Cirebon atas desakan para ulama. Raja Kanoman diberi

1000 cacah milik Panembahan Cirebon (Pangeran Wangsakerta, putra dari

Panembahan Girilaya) yang wafat tahun 1773, dan Raja Kanoman kembali

membangun Keraton Kacirebonan yang pernah dibubarkan pada tahun 1768. Tetapi,

para penguasa Kacirebonan tidak diizinkan oleh pihak kolonial memakai gelar

“Sultan”, mereka hanya memakai gelar “Pangeran”.85 Segala aturan dibuat Deandels

khusus untuk Keraton (Kesultanan) Kacirebonan. Surat keputusan Kolonial

(Reglement) dikeluarkan untuk mengatur hak dan kekuasaan Keraton (Kesultanan)

baru ini sehingga Kesultanan baru itu hanyalah ”hiasan” belaka. Intinya kekuasaan

politik sang sultan, termasuk sultan di Keraton Kasepuhan dan Kanoman, dihapus.

Mereka hanyalah pegawai pemerintah biasa dan diberi gaji.86

Sesudah kejadian tersebut, pemerintah kolonial Belanda pun semakin dalam ikut

campur dalam mengatur Cirebon, sehingga semakin surutlah peranan dari Keraton-Keraton

Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya. Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan

1926, dimana kekuasaan pemerintahan Keraton (Kesultanan) Cirebon secara resmi

dihapuskan dengan disahkannya Gemeente Cheirebon/Kota Cirebon, surat keputusan yang

mengatur status kota Cirebon. Sesuai dengan Geemente Cheirebon, kota Cirebon mencakup

luas 1.100 Hektar, dengan penduduk sekitar 20.000 jiwa. Tahun 1942, Kota Cirebon kembali

diperluas menjadi 2.450 hektar.87

85Lubis, Nina dkk. Sejarah dan perkembangan kota-kota lama di Jawa Barat. JatinangorBandung: Alqaprint; Juli 2000. hal. 41-42.

86 Diambil dari : www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/1201/wis02.html87 Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni

2004. dan Permana, Aan Merdeka, Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, EdisiKamis 17 Juni 2004.

Page 50: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Pada masa kemerdekaan, wilayah Kesultanan Cirebon menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum, wilayah

Kesultanan Cirebon tercakup dalam Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon, yang

secara administratif masing-masing dipimpin oleh pejabat pemerintah Indonesia

yaitu walikota dan bupati.

Setelah masa kemerdekaan Indonesia, Kesultanan Cirebon tidak lagi merupakan pusat

dari pemerintahan dan pengembangan agama Islam. Meskipun demikian Keraton-Keraton

yang ada tetap menjalankan perannya sebagai pusat kebudayaan masyarakat khususnya di

wilayah Cirebon dan sekitarnya. Kesultanan Cirebon turut serta dalam berbagai upacara dan

perayaan adat masyarakat dan telah beberapa kali ambil bagian dalam Festival Keraton

Nusantara (FKN). Umumnya, Keraton Kasepuhan sebagai istana Sultan Sepuh dianggap yang

paling penting karena merupakan keraton tertua yang berdiri tahun 1529, sedangkan

Keraton Kanoman sebagai istana Sultan Anom berdiri tahun 1622, dan yang terkemudian

adalah Keraton Kacirebonan dan Keraton Kaprabonan.88

3. Keraton/Pengguron Kaprabonan

Melalui penelitian yang saya lakukan, baik melalui wawancara dengan Rama guru

Bambang I, salah seorang mursyid Tarekat Syattariyah di Cirebon, survey pustaka di

Perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun melalui pencarian

informasi di situs-situs Internet, maka saya menemukan ada dua versi tentang asal-

usul Keraton atau Pengguron Kaprabonan ini: Versi Pertama menyebutkan bahwa

Kaprabonan adalah sebuah lembaga pusat kegiatan ketarekatan Syattariyah yang

88Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni2004. dan Permana, Aan Merdeka, Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, EdisiKamis 17 Juni 2004.

Page 51: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

didirikan oleh Adipati Raja Kaprabon pada tahun 1682. Lembaga ini di sebut dengan

pengguron dalam bahasa Jawa Cirebon kuno, yang berarti perguruan tarekat. Adipati

Raja Kaprabon ini adalah putra dari Pangeran Kartawijaya, Sultan Kanoman pertama

keturunan ke-6 dari pendiri Keraton Cirebon, Sunan Gunung Jati. Sehingga

Kaprabonan masih termasuk keluarga Keraton Kanoman. Adipati Raja Kaprabon

sebenarnya adalah pewaris Kesultanan Kanoman yang menggantikan ayahnya.

Namun ia menolak menjadi raja dan lebih tertarik di bidang spiritual. Lalu ia

berinisiatif mendirikan lembaga pengguron Kaprabonan yang bergerak di bidang

pendidikan Islam khususnya Tarekat. Di samping itu, keadaan politik di dalam

Keraton yang telah dikuasai oleh kolonial Belanda pada saat itu turut andil dalam

penolakannya menjadi seorang raja dan lebih memilih untuk mendirikan pengguron

Kaprabonan. Akhirnya ia di beri sebidang tanah oleh ayahandanya, Pangeran

Kertawijaya, di daerah Kepatihan tidak jauh dari Keraton Kanoman untuk mendirikan

pengguron Kaprabonan. Jadi, Keraton atau pengguron Kaprabonan tidak memiliki

kekuasaan secara politis. Versi Kedua menjelaskan bahwa Keraton Kaprabonan ini

adalah lanjutan dari Keraton Panembahan yang dahulu di dirikan oleh Pangeran

Wangsakerta atau Panembahan Cirebon di tahun 1677 ketika Keraton Cirebon

terbagi menjadi tiga (Kasepuhan, Kanoman dan Panembahan). Sehingga Keraton

Kaprabonan tetap memiliki kekuasaan secara politis.89

Pada awalnya Kaprabonan ini berfungsi sebagai tempat pengajaran agama Islam

(Diniyyah) dan sebagai pusat aktivitas ketarekatan bagi pengikut Syattariyah yang di

peruntukkan untuk komunitas Keraton Kanoman dan juga untuk masyarakat umum.

89 Hasil wawancara kami dengan Rama guru Bambang I pada bulan November 2008 dikediamannya, rekaman dari wawancara tersebut ada pada kami.

Page 52: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Sampai sekarang, kegiatan tersebut masih berjalan dan dikunjungi oleh banyak

orang, termasuk pengunjung dari Malaysia dan Brunei.90

Namun dalam perkembangannya, yakni dimulai pada tahun 1960-an perguruan

tarekat (pengguron) Syattariyah tidak hanya di Keraton Kaprabonan saja, tetapi juga

berkembang keluar batas dari Keraton dan menyebar di wilayah Kotamadya dan

Kabupaten Cirebon, penyebaran perkumpulan tarekat ini terjadi karena areal

Keraton Kaprabonan yang seharusnya di peruntukkan bagi tempat tinggal dari

keluarga Kaprabonan, tetapi di perjual-belikan kepada para pengusaha dari etnis

Tionghoa, sehingga diikuti dengan penyebaran tempat tinggal para guru (mursyid)

Tarekat Syattariyah, yang masih menjadi keluarga Keraton Kaprabonan, keluar dari

lingkungan Keraton karena lahan yang dapat menampung semua angggota Keraton

semakin berkurang. Alasan lain dari kepindahan para keluarga Keraton Kaprabonan

keluar dari Keraton adalah karena untuk lebih mempermudah bagi para mursyid

untuk mendampingi dan membimbing para pengikut tarekat melihat bahwa tempat

tinggal mereka yang wilayahnya tersebar merata di Kotamadya dan Kabupaten

Cirebon.91

90 Hasil wawancara kami dengan Rama guru Bambang I pada bulan November 2008 dikediamannya, rekaman dari wawancara tersebut ada pada kami.

91 Berdasarkan wawancara dengan Rama Guru Nurbuwat pada 23 Oktober 2008 dikediamannya, rekaman dari wawancara tersebut ada pada kami.

Page 53: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Silsilah Empat Keraton Cirebon92

1.Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) (1448-1568 M)

Fatahillah (1568-1570)

Panembahan Ratu I (1570-1649)

Panembahan Ratu II (Girilaya) (1649-1667)

2.P. Martawijaya 3.P. Kertawijaya 4.P. Wangsakerta

(Sultan Sepuh I) (1677-1703) (Sultan Anom I) (1677-1723) (Sultan Panembahan)

(1677-1713)

5. Adipati Anom (1699 -....) 6. P.Aria (1699 -....) 7.Adipati Raja Kaprabon (1682 -...)

92 Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni2004. Lubis, Nina dkk. Sejarah dan perkembangan kota-kota lama di Jawa Barat. Jatinangor Bandung:Alqaprint; Juli 2000. hal. 41-42. Permana, Aan Merdeka, Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon,Pikiran Rakyat, Edisi Kamis 17 Juni 2004. dan wawancara dengan Rama guru Nurbuwat pada 23Oktober 2008 di kediamannya.

Page 54: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Keterangan :

1. Pendiri Kerajaan Cirebon

2. Sultan pertama Keraton Kasepuhan

3. Sultan pertama Keraton Kanoman

4. Sultan Keraton Panembahan (Menurut satu versi, setelah

P. Wangsakerta wafat, Keraton panembahan ini tidak lagi eksis, di karenakan ia tidak

memiliki keturunan)

5. Sultan kedua Keraton Kasepuhan

6. Sultan pertama Keraton Kacirebonan

7. Sultan pertama Keraton/Pengguron Kaprabonan.

C. Asal-Usul Tarekat Syattariyah Masuk ke Lingkungan Keraton

Cirebon

Melalui penulusuran saya melalui wawancara dengan Rama guru Nurbuwat,

mursyid Tarekat Syattariyah di Cirebon, dan melalui penelitian kepada silsilah

Tarekat Syattariyah yang terdapat pada naskah Kitab Dadalan Petarekan Tarekat

Syattariyah Ratu Raja Fatimah (Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja

Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon)93 diketahui bahwa setidak-tidaknya

terdapat dua jalur Tarekat Syattariyah masuk ke lingkungan Keraton Cirebon :

Jalur pertama, Menurut keterangan yang saya peroleh dari Rama guru Nurbuat

Purbaningrat, salah satu mursyid di lingkungan Keraton Cirebon, menyebutkan

bahwa Tarekat Syattariyah masuk di lingkungan Keraton Cirebon sejalan dengan

masuk dan tersebar agama Islam di tanah Cirebon. Ini dimulai dengan datangnya

Syaikh Nurjati atau Syaikh Dzatul Kahfi yang datang ke tanah Carbon (nama Cirebon

zaman dahulu) jauh sebelum Sunan Gunung Jati. Syaikh Nurjati di Cirebon

93 Naskah ini kami Dapat dari Rama Guru Bambang I, salah satu keluarga Keraton Kaprabonandan sekaligus Muryid Tarekat Syattariyah di sana.

Page 55: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

menyebarkan agama Islam sekaligus mengajarkan ajaran dan amalan Syattariyah

kepada masyarakat Cirebon, yang pada saat itu sebagian besar masih menganut

agama Hindu (Sunda wiwitan). Namun pengajaran tarekat ini tidak serta merta

langsung dilakukan oleh Syaikh Nurjati kepada para pengikutnya, melainkan beliau

terlebih dahulu mematangkan pengamalan syari’at Islam dengan mengajarkan dan

mencontohkan ajaran-ajaran agama Islam sebagai pondasinya, Hal ini selaras dengan

tujuan tarekat sebagai jalan “khusus” dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT yang

tidak bisa langsung dilakukan tanpa pondasi syari’at yang kuat. Dalam hal ini syari’at

diibaratkan sebagai laut, tarekat sebagai perahunya dan hakikat sebagai mutiaranya.

Meskipun begitu dalam proses perekrutan anggota tarekat, beliau bertindak selektif.

Hanya orang yang dianggap mampu saja yang dapat mengambil amalan tarekat atau

menjadi anggota tarekat. Tongkat kepemimpinan Tarekat Syattariyah dilanjutkan

oleh Pangeran Cakrabuana, paman dari Sunan Gunung Jati. Hal ini terjadi pada saat

ia menjadi penguasa tanah Cirebon. Kemudian, setelah Pangeran Cakrabuana

meninggal dunia, Tarekat Syattariyah dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Disamping

menggantikan Pangeran Cakrabuana di bidang spiritual (Tarekat Syattariyah), Sunan

Gung Jati juga menggantikan posisi Pangerana Cakrabuana sebagai penguasa tanah

Cirebon.94 Memang pada saat itu di Kerajaan (Keraton) Cirebon, seorang raja adalah

juga merangkap sebagai pemimpin spiritual. Setelah Sunan Gunung Jati mangkat,

tongkat kepemimpinan Tarekat Syattariyah terbagi-bagi kepada para putranya

namun masih dalam satu komunitas tunggal yang dipimpin oleh sultan-sultan

94 Namun Berdasarkan buku Sunan Gunung Jati (naskah Mertasinga) diketahui bahwa SunanGunung Jati mengambil Tarekat Syattariyah dari Syaikh Jumadil Kubro di Mekkah ketika beliau sedangmenuntut ilmu disana. Makanya tidak mengherankan jika pada daftar silsilah tidak terdapat namaSyaikh Syarif Hidayatullah maupun H.Abdullah Iman (Mbah kuwu Cirebon).

Page 56: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Keraton Cirebon. Hal tersebut terus berlangsung sampai pada abad 17. Pada saat itu,

Kerajaan Cirebon terbagi menjadi dua Kesultanan (Keraton), Kasepuhan dan

Kanoman. Kasepuhan di pimpin oleh Sultan Sepuh Raja Zaenuddin dan Kanoman

dipimpin oleh Adipati Raja Kaprabon. Kemudian, Kesultanan Cirebon mengalami

pergolakan politik, dimana kolonial Belanda berhasil menaklukkan dan menguasai

dua Kesultanan tersebut, sehingga mengakibatkan perguruan (pengguron) Tarekat

Syattariyah tidak lagi dapat difokuskan di lingkungan Keraton. Hal ini mengakibatkan

ketidakpuasan Sultan Kanoman, Adipati Raja Kaprabon, yang tidak menyukai adanya

kaum kolonial yang menguasai Keraton. Kemudian Adipati Raja Kaprabon menyingkir

dan membuat Keraton sendiri yang di fokuskan untuk kegiatan tarekat, Keraton ini

kemudian dikenal dengan Kaprabonan. Dan semenjak itu yang berhak menjadi

mursyid Tarekat Syattariyah adalah keturunan dari Kaprabonan berdasarkan

kesepakatan dari semua kalangan di lingkungan Keraton Cirebon. Hal ini terus

berlangsung hingga saat ini.95

Jalur kedua, berdasarkan dari silsilah yang terdapat pada Kitab Dadalan Tarekat

Syattariyah Petarekan Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman Cirebon (Kitab panduan

bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon) yang

kami dapat dari Rama guru Bambang I, salah seorang mursyid tarekat di lingkungan

Keraton Kaprabonan, diketahui bahwa tarekat ini masuk ke lingkungan Keraton

Cirebon di bawa dari Tasikmalaya yang sanadnnya terus menyambung sampai Syaikh

Abdul Muhyi, yang kondang sebagai penyebar agama Islam di Tasikmalaya dan

95 Berdasarkan wawancara dengan Rama guru Pangeran Nurbuwat, salah seorang MursyidTarekat Syathariyah dari keratin Kaprabonan. Copi dari hasil dari wawancara ada pada kami.

Page 57: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

sekaligus adalah mursyid Tarekat Syattariyah.96 Yang pertama kali membawa tarekat

ini ke lingkungan Keraton Cirebon adalah Kyai Muhammad Soleh yang berasal dari

desa Kartabasuki Cirebon. Beliau mengambil tarekat ini dari Syaikh Haji Muhammad

Hasanudin yang berasal dari desa Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya, Jawa Barat.

yang kemudian menurunkan tarekat ini kepada Kyai Mas Muhammad Arjaen, seorang

penghulu (qadli) dari Kesultanan Kanoman yang menurunkan kepada Ratu Raja

Fatimah putri dari kanjeng Gusti Sultan Anom dari Kesultanan Kanoman.97

96 Lihat Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan.Jakarta: Rosda karya; 1998

97 Dari jalur silsilah inilah sebagian mursyid tarekat berasal, seperti Rama guru bambang Irianto.Salinan daftar silsilah Tarekat Ratu Raja Fatimah kami dapatkan dari Bapak Bambang I, salah seorangmursyid Tarekat Syathariyah dari Keraton Kaprabonan

Page 58: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Bab IV

Dinamika Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

A. Perguruan, Guru dan Murid Tarekat Syattariyah Di Lingkungan

Keraton Cirebon

1. Perguruan Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

Lembaga yang mewadahi para pengikut Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon disebut dengan Pengguron, dalam bahasa Jawa Cirebon kuno yang

berarti perguruan tarekat; yakni, tempat para pengikut Tarekat Syattariyah

berkumpul untuk memperoleh ajaran dari sang mursyid. Dalam dunia tasawuf,

pengguron ini dapat disamakan dengan Zawiyah yang dalam tradisi tasawuf

bermakna pojok (tempat bagi para calon sufi belajar kebersihan hati). Menurut

Rama guru Nurbuwat, salah satu mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon, Tarekat Syattariyah pada masa Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu

Cirebon dan Kanjeng Sunan Gunung Jati pengguron Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon hanya ada di Keraton Pakungwati, yang merupakan Keraton

pertama yang dibangun di Kerajaan Cirebon. Pada masa ini, semua kegiatan tarekat

di lakukan baik oleh Mbah Kuwu Cirebon (w. 1479) maupun Sunan Gunung Jati

(1448-1568) berbarengan dengan kegiatan sosial dan politik Keraton Cirebon. Pada

saat itu, yakni pada masa kepemimpinan Mbah Kuwu Cirebon dan Sunan Gunung Jati

dari rentang awal abad ke-15 sampai pertengahan abad ke-16, di Kerajaan Cirebon,

seorang raja adalah juga merangkap sebagai pemimpin spiritual. Kondisi tersebut di

pertahankan oleh Sultan-Sultan sesudahnya (yang masih keturunan Sunan Gunung

Page 59: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Jati) sampai pada pemerintahan Adipati Raja Kaprabon (bertahta 1682), keturunan

ke-tujuh dari Sunan Gunung Jati, pada abad ke-17.98 Pada saat itu Keraton Cirebon

sudah dikuasai oleh kolonial Belanda, bahkan pengaruh mereka pada otoritas

Keraton sudah sedemikian besar, sehingga sebagian pihak keluarga keraton yang

dipimpin oleh Adipati Raja Kaprabon tidak menyukai keadaan politik seperti ini. Hal

ini mendorong Adipati Raja Kaprabon untuk mendirikan Pengguron Kaprabonan

sebagai basis bagi para pengikut tarekat Syattariyah. Pengguron Kaprabonan ini

biasa disebut dengan pengguron tunggal yang berarti “perguruan yang satu” sebagai

pusat bagi para pengikut Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon dalam

menjalankan ritual-ritual tarekat.99

Kegiatan Tarekat Syattariyah berlangsung di pengguron tunggal Keraton

Kaprabonan yang memiliki area yang cukup luas sebagai warisan dari Pangeran

Adipati Kaprabon, keturunan kelima dari Sunan Gunung Jati. Namun dalam

perkembangannya, pada tahun 60-an pengguron Tarekat Syattariyah tidak hanya

terpusat di wilayah Keraton saja, tetapi juga berkembang keluar batas dari Keraton

dan menyebar di wilayah Kotamadya dan Kabupaten Cirebon seiring dengan

menyebarnya tempat tinggal para mursyid Tarekat Syattariyah yang di jadikan

sebagai pengguron keluar dari area Keraton. Penyebaran perkumpulan tarekat ini

terjadi karena area Keraton Kaprabonan yang seharusnya di peruntukkan bagi

tempat tinggal keluarga Kaprabonan banyak yang di perjual-belikan oleh sebagian

keluarga Keraton kepada para pengusaha dari etnis Tionghoa. Hal ini menyebabkan

lahan yang dapat menampung semua angggota Keraton berkurang. Lebih dari itu,

98 Adapun kepastian tahun tidak kami dapatkan dalam penelusuran kami.99 Informasi ini kami dapat dari hasil wawancara dengan Rama guru Nurbuwat dan Rama

guru Bambang I ditempat terpisah di 23 Oktober dan 5 November 2008. Salinan rekaman dariwawancara ada pada kami

Page 60: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

keluarga Keraton Kaprabonan pindah keluar dari Keraton itu adalah untuk lebih

mempermudah dalam mendampingi dan membimbing para pengikut Tarekat

Syattariyah. Karena itu, tempat tinggal para mursyid Tarekat Syattariyah yang di

jadikan sebagai pengguron inipun menyebar di Kotamadya dan Kabupaten

Cirebon.100

Menurut penuturan Rama guru Nurbuwat bahwa tujuan awal didirikannya

pengguron Tarekat Syattariyah adalah untuk memperkuat keimanan kaum Muslim. Sebab,

menurutnya, ilmu tarekat berisi suatu jalan untuk menuju hakikat hidup yang mana akan

membawa manusia itu sendiri mengenali nikmatnya keimanan. Dengan mengenal tarekat

serta mengamalkannya, diharapkan manusia dapat menjadi lebih optimis dan dinamis dalam

mengarungi kehidupan ini.101

Menurut penuturannya, dalam rentang perjalanan sejarah, pengguron Tarekat

Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon mengalami pasang surut. Ketika kolonial Belanda

mulai menguasai Keraton diawal abad 17, Kolonial Belanda membatasi kegiatan pengguron

secara ketat supaya kepentingan mereka atas Keraton tidak terganggu. Dan kegiatan tarekat

Syattariyah lebih bebas paska kemerdekaan. Meskipun demikian, pada saat tahun 60-an

kegiatan tarekat sangat diawasi oleh orang-orang komunis (PKI) dan DI/TII. Barulah pada

zaman Orde Baru kegiatan tarekat di pengguron-pengguron menjadi leluasa kembali sampai

dengan saat ini. Hal ini terjadi karena faktor terbesar yang menghambat kegiatan Tarekat

Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon pada saat itu adalah persoalan politik. Sehingga

ketika status Keraton Cirebon pasca berdirinya negara kesatuan republik Indonesia hanyalah

simbol belaka atau tidak mempunyai kekuasaan secara politis, maka secara otomatis

kegiatan Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon kembali berjalan.102

100 Berdasarkan wawancara dengan Rama guru Nurbuwat pada 23 Oktober 2008 dikediamannya, rekaman dari wawancara tersebut ada pada kami

101 Ibid, rekaman wawancara tersebut ada pada kami102 Ibid, rekaman wawancara tersebut ada pada kami

Page 61: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Meskipun begitu, kegiatan ketarekatan Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon

akhir-akhir ini (akhir tahun 2008, saat sesi wawancara berlangsung) sangat menurun tajam.

Bahkan ada beberapa pengguron yang tidak lagi menjalankan praktek ketarekatan. Hal ini,

Menurut Rama guru Bambang Irianto, salah seorang mursyid Tarekat Syattariyah di

lingkungan Keraton Cirebon, disebabkan kondisi masyarakat saat ini yang terbawa arus

modernisasi dan terpengaruh budaya-budaya Barat yang lebih mendahulukan aspek materi

dan hal-hal keduniaan dan melupakan aspek spiritual.103

2.1 Guru Tarekat (Mursyid) Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

Seperti yang telah di jelaskan pada bab II tentang definisi tarekat, bahwa

sebagai sebuah organisasi, tarekat di bangun di atas landasan sistem dan hubungan

yang erat dan khas antara seorang guru (mursyid) dengan muridnya. Hubungan

mursyid dan murid ini dianggap sebagai pilar terpenting dalam organisasi tarekat.

Hubungan tersebut di awali sebuah pernyataan kesetiaan (bai’at) dari seseorang

yang hendak menjadi murid tarekat kepada seorang syaikh tertentu sebagai

mursyid.104

Istilah “mursyid” disematkan kepada para guru yang membimbing para

murid atau salik dengan mengajarkan wirid, tatakrama dan ajaran-ajaran tarekat.

Mursyid mempunyai kedudukan yang penting dalam tarekat. Ia tidak saja merupakan

seorang pemimpin yang mengawasi murid-muridnya dalam kehidupan lahir dan

pergaulan sehari-hari, agar tidak menyimpang dari ajaran-ajaran Islam dan tidak

terjerumus kedalam ma’siyat, berbuat dosa besar atau dosa kecil, yang segera harus

103 Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I pada 5 November 2008 di kediamannya dijalan Drajat Cirebon. Rekaman wawancara tersebut ada pada kami

104 Lihat Fathurahman, Oman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta : Prenada MediaGrup;2008 h.26

Page 62: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

ditegurnya, tetapi ia juga merupakan pemimpin kerohanian yang tinggi

kedudukannya dalam tarekat. Ia merupakan perantara dalam ibadat antara murid

dan Tuhan. Demikian keyakinan dari kalangan ahli-ahli tarekat.105

Oleh karena itu jabatan mursyid tidaklah dapat di pangku oleh sembarangan

orang, meskipun ia mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang tarekat. Tetapi

yang terpenting adalah ia harus mempunyai kebersihan rohani dan kehidupan batin

yang murni. Bermacam-macam nama yang tinggi diberikan kepada mursyid menurut

kedudukannya. Misalnya nussak, yaitu orang yang mengerjakan segala amal dan

perintah agama. Ubbad, yaitu orang yang ahli dan ikhlas mengerjakan segala ibadat.

Mursyid, yaitu orang yang mengajar dan memberi contoh kepada murid-muridnya.

Imam, seorang pemimpin tidak saja dalam sisi ibadat dalam sisi keyakinan. Syaikh

atau Mursyid, yaitu kepala dari kumpulan tarekat, dan kadang-kadang dinamakan

juga dengan nama kehormatan, yaitu Sadat yang artinya penghulu atau orang yang

dihormati dan diberi kekuasaan penuh.106

Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitabnya “Tanwirul Qulub fi

Mu’amalati Ilmil Ghuyub” (Mesir, 1343 H), mursyid merupakan penghubung atau

wasilah antara murid-muridnya dan Tuhannya. Mursyid juga merupakan pintu yang

harus dilalui murid menuju kepada Tuhannya. Seorang salik atau murid tarekat yang

tidak mempunyai mursyid, maka mursyidnya adalah syetan. Ia tidak boleh tampil

kemuka dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada orang lain kecuali sesudah

memperoleh pendidikan yang sempurna dan mendapat izin atau ijazah dari gurunya

105 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat, Solo: Ramadani; 1985 hal 79106 Ibid hal. 79

Page 63: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

yang berhak dan mempunyai silsilah pendidikannya sampai kepada Nabi Muhammad

saw.107

Dalil-dalil yang menguatkan tentang peranan guru tarekat (mursyid) adalah

sebagai berikut :

a. al-Quran :

د ا من فهوهي یا ول ن جتد فل لل ومن یض تد مه ا ال شد مر

Artinya :

“Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah ia tidak akan memperoleh

'Waliyyam Mursyida' (pembimbing kerohanian)”. (Q.S. Al-Kahfi 17).108

b. Perkataan dari ahli tasawuf, Syaikh Abu Yazid Al-Busthami : Man laa

Syaikhun Mursyidun lahu fa Mursyidu hu ‘sy-syaithaan artinya: “Barangsiapa

tidak memiliki guru yang berderajat Mursyid, maka ia dibimbing oleh setan”.

Aboe Bakar Atjeh dalam bukunya Pengantar ilmu Tarekat, menyatakan

bahwa seorang mursyid mempunyai tanggung jawab yang berat. Diantaranya ada

tujuh, Pertama, seorang mursyid harus alim dan ahli dalam memberikan tuntunan-

tuntunan kepada murid-muridnya dalam ilmu fiqh, aqa'id dan tauhid. Kedua,

seorang mursyid mengenal atau arif dengan segala sifat-sifat kesempurnaan hati,

adab-adabnya, kegelisahan jiwa dan penyakitnya, juga mengetahui cara

107Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat, Solo: Ramadani; 1985 hal 79

108 Sumber dari : istayn.files.wordpress.com/2007/12/pibsi di ambil dari wwwGoogle.com

Page 64: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

menyehatkan kembali serta memperbaikinya sebagai pemula. Ketiga, seorang

mursyid mempunyai belas kasihan terhadap orang Islam, khusus terhadap murid-

muridnya. Keempat, hendaknya seorang mursyid pandai menyimpan rahasia-rahasia

murid-muridnya. Kelima, seorang mursyid tidak menyalahgunakan amanah

muridnya, tidak mempergunakan harta benda murid-muridnya itu dalam bentuk dan

pada kesempatan apa pun juga. Begitu juga seorang mursyid tidak boleh

menginginkan apa yang ada pada mereka, kecuali jika sang murid menghadiahkan

secara ikhlas kepada sang mursyid. Keenam, seorang mursyid tidak sekali-kali

memerintah murid-muridnya itu dengan suatu perintah, kecuali jika yang demikian

itu layak dan pantas dikerjakan oleh si murid. Ketujuh, seorang mursyid

mengusahakan segala ucapannya bersih dari pengaruh nafsu dan keingian, terutama

tentang ucapan-ucapan yang akan membekas pada kehidupan batin para muridnya.

Masih banyak lagi syarat-syarat seorang mursyid yang berkaitan dengan keidealan

relasi antara seorang mursyid dan murid.109

2.2 Pengangkatan Mursyid Di Lingkungan Keraton Cirebon

Melalui penulusuran kami diketahui bahwa syaikh atau mursyid atau guru

Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon biasa di sebut dengan Rama guru.

Mursyid di lingkungan Keraton Cirebon biasanya masih keturunan dari Keraton

Cirebon baik dari Keraton Kasepuhan, Kanoman atau Kacirebonan. Namun semenjak

didirikannya Keraton Kaprabonan pada masa Adipati Raja Kaprabon di abad 17

sebagai Keraton yang khusus untuk mengurusi tarekat, maka semua mursyid tarekat

109 Untuk mengetahui syarat-syarat seorang mursyid secara lengkap lihat : Atjeh, Aboe Bakar.Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani; 1985 hal 81-83

Page 65: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Syattariyah harus dari keturunan Keraton Kaprabonan. Kebijakan ini telah disepakati

oleh semua pihak Keraton Cirebon.110

Di lingkungan Keraton Cirebon, pengangkatan seorang mursyid baru

diserahkan kepada mursyid lama dengan mendapat restu dari Sultan Keraton

Kaprabonan sebagai pemegang otoritas spiritual di lingkungan Keraton Cirebon . Hal

ini merupakan salah satu tradisi yang sudah berjalan lama.111

Pengangkatan seorang mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon tidaklah seperti pengangkatan seorang sultan yang berdasarkan atas

keturunan atau geneologi. Jadi, seorang mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon tidak secara otomatis mengangkat anaknya sebagai penerus. Boleh

jadi ia mengangkat keponakannya atau muridnya sebagai mursyid. Yang menjadi

pertimbangan bagi seorang mursyid dalam menentukan penggantinya adalah

kemampuan sang calon penggantinya dalam menghayati ajaran dan amalan tarekat

serta ditambah dengan wawasan yang luas tentang ilmu agama. Tetapi memang

akan lebih baik jika seorang mursyid Tarekat Syattariyah itu seseorang yang masih

memiliki pertalian darah dengan Rasulullah saw atau masih termasuk ahlul bait.112

Pengguron-pengguron Tarekat Syattariyah di Cirebon ada dua macam; yang

pertama adalah pengguron yang mempunyai nama resmi sebagai sebuah lembaga,

dan yang kedua adalah yang tidak memiliki nama khusus sebagai sebuah lembaga.

Berikut adalah daftar nama-nama pengguron (perguruan tarekat) beserta dengan

110 Hasil wawancara kami dengan Rama guru Nurbuwat pada 23 Oktober 2008 dikediamannya di jalan Pegajahan,kotamadya Cirebon. rekaman wawancara tersebut ada pada kami

111Seseorang yang telah layak menjadi seorang mursyid dalam istilah Cirebon adalah sudahdapat narek atau mengajarkan tarekat. Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I pada 5November 2008 di kediamannya di jalan Drajat Cirebon. Rekaman wawancara tersebut ada padakami..

112 Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I pada 5 November 2008 di kediamannya dijalan Drajat Cirebon. Rekaman wawancara tersebut ada pada kami

Page 66: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

mursyid yang memimpinnya. Pengguron-pengguron ini menginduk kepada Keraton

Kaprabonan Cirebon. Daftar ini adalah hasil dari wawancara saya dengan Rama guru

Bambang Irianto, salah seorang mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon :

1. Pengguron Keraton Kaprabonan, berkedudukan di Keraton Kaprabonan Cirebon

yang dipimpin oleh Rama guru Pangeran Hempi.

2. Pengguron Tharekat Agama Islam, berkedudukan di Pegajahan Kotamadya

Cirebon yang dipimpin oleh Rama guru Pangeran Muhammad Nurbuwat

Purbaningrat.

3. Pengguron Krapyak, berkedudukan di lingkungan Keraton Kanoman Kotamadya

Cirebon yang dipimpin oleh Rama guru Pangeran Muhammad Afiyah.

4 Pengguron Lam Alif, berkedudukan di Drajat Kotamadya Cirebon yang dipimpin

oleh Rama guru Raden Bambang I.

5. Pengguron Rama guru Pangeran Muhammad Hilman yang berkedudukan di

lingkungan Keraton Kaprabonan Kotamadya Cirebon.

6. Pengguron Rama guru Pangeran Muhammad Atho’ yang berkedudukan di Drajat

Kotamadya Cirebon.

7. Pengguron Rama guru Pangeran Insan Kamil yang berkedudukan di Pegajahan

Kotamadya Cirebon yang di teruskan oleh murid-muridnya di daerah Trusmi yang

kemudian mendirikan usaha batik.113

3. Murid / Salik Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

113 Hasil dari wawancara kami dengan Rama guru Bambang I dikediamannya di jalan Drajatkotamadya Cirebon pada 5 November 2008. rekaman wawancara tersebut ada pada kami. Untuknama terakhir, kegiatan Ketarekatan sudah tidak berjalan lagi namun usaha batiknya masih terusberjalan

Page 67: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Aboe Bakar Atceh dalam bukunya, Pengantar Ilmu Tarekat, menyatakan

bahwa pengikut suatu tarekat dinamakan murid atau ikhwan, yaitu orang yang

menghendaki pengetahuan dan petunjuk dalam segala amal ibadatnya. Dalam dunia

tasawuf, murid ini dikenal juga dengan nama Salik. Murid-murid itu sendiri terdiri

dari laki-laki maupun perempuan, baik yang sudah dewasa maupun yang sudah

lanjut umurnya. Murid-murid itu tidak hanya berkewajiban mempelajari segala

sesuatu yang diajarkan atau melakukan segala sesuatu yang dilatihkan guru

kepadanya yang berasal dari ajaran-ajaran tarekat. Tetapi, murid itu harus patuh

kepada beberapa adab dan akhlak yang ditentukan untuknya, baik terhadap

mursyidnya, terhadap dirinya maupun terhadap saudara-saudaranya setarekat serta

terhadap sesama muslim. Segala sesuatu yang berkaitan dengan itu diperhatikan

sungguh-sungguh oleh mursyid suatu tarekat karena pada kepribadian para

muridnya itulah bergantung berhasil tidaknya perjalanan suluk tarekat yang dia

tempuh. Ajaran-ajaran tarekat dan latihan-latihan tarekat akan kurang berfaedah

manakala semua itu tidak berbekas kepada perubahan akhlak dan budi pekerti sang

murid.114

Proses pengangkatan murid di pengguron Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon, seperti yang di jelaskan oleh Rama guru Nurbuwat, salah seorang

mursyid di lingkungan Keraton Cirebon, bersifat selektif. Jadi tidak semua orang bisa

langsung masuk Tarekat Syattariyah. Bagi mereka yang menginginkan masuk tarekat

harus terlebih dahulu melalui tiga tahap :

1. Tirakat (dalam bahasa Cirebon kuno yang artinya, latihan batin),

yaitu bentuk pelatihan dalam mengendalikan nafsu sebelum

114 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal 84

Page 68: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

seorang calon murid tarekat membay'at tarekat. Tirakat ini pada

masa dahulu, yaitu dari masa awal masuknya tarekat ke wilayah

Cirebon sampai masuknya arus modernisasi, dilakukan dengan

"bertapa", yaitu dengan uzlah yakni menyendiri di tempat yang

sepi dengan "puasa mutih" : berpuasa yang berbuka hanya

dengan air putih, selama jangka waktu yang ditentukan oleh sang

mursyid. Tetapi pada saat ini proses tirakat tidak harus dengan

beruzlah namun dapat di lakukan dengan konsultasi kepada

mursyid tentang "menata hati" yang dilakukan secara periodik.

2. Ngabdi ning wong akeh, (dalam bahasa Cirebon kuno, yang berarti

mengabdi kepada masyarakat), pada masa dahulu, dilakukan

dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat

seperti membersihkan masjid, jalanan dan membantu seseorang

yang sedang ditimpa kesusahan. Pada saat ini, proses mengabdi

ini dapat dilakukan dengan shadaqah kepada masyarakat sesuai

dengan kemampuan si murid atau dengan membantu secara

ekonomi kepada masyarakat yang kurang mampu.

3. Ngawula (dalam bahasa Cirebon kuno, yang berarti mengabdi

kepada sang mursyid). Dahulu, ngawula ini dilakukan dengan

menemani dan melayani segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

sang mursyid dalam jangka waktu yang ditentukan oleh sang

mursyid. Namun pada saat ini, ngawula dapat dilakukan dengan

tidak harus menemani sang mursyid, tetapi cukup dengan

menuruti atas segala yang diperintahkan oleh sang mursyid dalam

Page 69: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

rangka mematangkan sang murid sebelum dia menjalankan semua

amalan tarekat.

Setelah sang calon murid itu telah menyelesaikan ketiga syarat diatas barulah

ia dapat masuk menjadi anggota Tarekat Syattariyah.115

Menurut penuturan Rama guru Nurbuwat, bahwa hampir semua alasan pengikut

Tarekat Syattariyah di Cirebon masuk menjadi anggota tarekat adalah mencari Ridlo Allah

dan hidup tentram di dunia. Namun ada beberapa orang yang masuk menjadi anggota

tarekat dikarenakan stress dalam menjalani hidup. Orang yang semacam ini sebelum masuk

menjadi anggota tarekat dia harus mengadakan terapi psikologis melalui konsultasi-

konsultasi (yang bersifat spiritual) dengan badal (pengganti mursyid) sampai jiwanya sehat

dan stabil.116

Bahkan menurut Rama guru Bambang Irianto, disamping mencari Ridlo Allah dan

hidup tentram di dunia ada juga murid tarekat yang masuk tarekat dikarenakan adalah

untuk mengetahui hakikat tarekat dan ilmu-ilmu Cirebon. Ketika mereka merasa nyaman

dengan ilmu itu maka mereka meneruskannya. Ada juga beberapa dari mereka yang karena

menderita stress dan ketika mereka tahu bahwa ada tarekat, akhirnya mereka mau

bergabung.117

Dari penelitian saya terhadap dua pengguron Tarekat Syattariyah disana, yaitu

Pengguron Tharekat Agama Islam yang dipimpin oleh Rama guru Nurbuwat dan Pengguron

Lam Alif yang di pimpin oleh Rama guru Bambang Irianto, diketahui bahwa para pengikut

tarekat di sana berasal dari berbagai macam latar belakang atau status sosial; ada yang dari

kalangan pedagang, pengusaha, petani para santri bahkan sampai kyai.

115 Hasil wawancara dengan Rama guru Nurbuwat di kediamannya pada 23 Oktober 2008,rekaman percakapanya ada pada kami

116 Hasil wawancara dengan Rama guru Nurbuwat di kediamannya pada 23 Oktober 2008,rekaman percakapanya ada pada kami

117 Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I di kediamannya pada tanggal 5November 2008, rekaman percakapanya ada pada kami

Page 70: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Kemudian kegiatan tarekat, seperti pem-bay'at-an (pengambilan sumpah bagi

anggota baru tarekat) atau pengajian-pengajian yang berhubungan dengan ilmu tarekat

tidak selalu dilaksanakan di pengguron, terkadang kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di

tempat para murid, seperti yang dilakoni oleh Rama Guru Nurbuwat. Ia biasa melakukan

kegiatan silaturrahmi kedaerah-daerah minimal enam bulan sekali. Daerah-daerah yang

dikunjungi antara lain ; Tasikmalaya, Kuningan, Kabupaten Cirebon, daerah Tanggungan

Kabupaten Brebes, daerah Bumi Ayu abupaten brebes, Daerah Aji Barang (Purwokerto),

Cilacap, dan Ciamis. Serta beberapa murid perorangan dari daerah Jakarta, Kuningan, dan

Tegal.118

B. Silsilah Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

Silsilah bagi seorang mursyid atau guru tarekat (di lingkungan Keraton

Cirebon dikenal dengan Rama guru) merupakan syarat yang penting untuk

mengajarkan atau memimpin suatu tarekat. Begitupula bagi mereka yang ingin

menggabungkan diri kepada suatu tarekat. Mereka hendaklah mengetahui secara

sungguh-sungguh nisbat atau hubungan guru-gurunya itu sambung-menyambung

antara satu sama lain sampai kepada Nabi Muhammad saw, karena yang demikian itu

dianggap perlu, sebab bantuan kerohanian yang diambil dari guru-gurunya itu harus

benar, dan jika tidak benar atau tidak bersambung sampai kepada Nabi maka bantuan

tersebut dianggap terputus dan bukan merupakan warisan dari Nabi Muhammad saw.

Murid atau salik tarekat hanya membuat bay’at, sumpah setia atau janji untuk

melaksanakan semua amalan-amalan tarekat.119

118 Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I dan Rama guru Nurbuwat di tempatterpisah pada tanggal 28 oktober dan 5 November 2008.

119 Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 , hal.97

Page 71: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Silsilah adalah merupakan hubungan nama-nama yang sangat panjang yang

satu sama lain saling bertalian, biasanya tertulis rapi dengan bahasa Arab di atas

sepotong kertas, yang diserahkan kepada murid tarekat sesudah ia melakukan latihan

dan amalan-amalan dan petunjuk-petunjuk (irsyad) dan peringatan-peringatan

(talqin).120

Berdasarkan penelitian saya di lingkungan Keraton Cirebon, setidak-tidaknya

saya menemukan dua jalur silsilah Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon, yaitu :

1. Silsilah dari Keraton Kanoman, Cirebon. Silsilah ini berdasarkan dari

naskah Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Petarekan Ratu Raja

Fatimah Keraton Kanoman Cirebon (Kitab panduan bertarekat lembaga

tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon). Pada

Silsilah ini akan tersambung kepada Syaikh Abdul Muhyi dari

Pamijahan Tasikmalaya (salah seorang wali yang sudah sangat dikenal

dan Kuburannya banyak di ziarahi orang) dan terus sampai kepada

Syaikh Abdullah al-Syattar (pendiri tarekat) sampai kepada Nabi

Muhammad saw. Adapun yang pertama kali membawa tarekat ini ke

lingkungan Keraton Cirebon dari Pamijahan, Tasikmalaya adalah Kyai

Muhammad Soleh yang berasal dari desa Kartabasuki Cirebon, yang

kemudian menurunkan tarekat ini kepada Kyai Mas Muhammad Arjaen

dari Kesultanan Kanoman yang menurunkan kepada Ratu Raja Fatimah

putri dari kanjeng Gusti Sultan Anom dari Kesultanan Kanoman.121

120 Ibid, hal 97121 Salinan daftar silsilah Tarekat Ratu Raja Fatimah kami dapatkan dari Rama guru Bambang I

salah seorang mursyid Tarekat Syattariyah dari Keraton Kaprabonan dan kami cantumkan dalamlampiran,babV .

Page 72: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

2. Silsilah dari Keraton Kaprabonan, Cirebon. Silsilah ini tidak tersambung

kepada Syaikh Abdul Muhyi, namun berawal dari Syaikh Sofiyyuddin

Kanoman yang mem-bay’at dari Imam Qodli Hidayat bin Yahya yang mem-

bay’at dari Haji Muhammad bin Muktasim yang mem-bay’at dari

Syaikh Abdullah bin Abdul Qohar yang mem-bay’at dari Syaikh Imam

Tobri dari Mekkah yang mem-bay’at dari Syaikh Abdul Wahab yang

mem-bay’at dari Syaikh Khotib Qubbatul Islam yang mem-bay’at dari

Syaikh ‘Alimur Robbani yang mem-bay’at dari Syaikh Ahmad bin

Quraisy Asy-Syanawi dan pada Syaikh Ahmad inilah silsilah dari

Keraton Kaprabonan akan bertemu dengan silsilah dari Keraton

Kanoman dan akhirnya akan sampai kepada Nabi Muhammad saw.122

Menurut Rama guru Bambang Irianto, bahwa sebagian silsilah pengguron-

pengguron yang menginduk kepada Keraton Kaparabonan mempunyai jalur yang

sama dengan dua jalur silsilah diatas. Namun tidak menutup kemungkinan jika masih

terdapat jalur-jalur silsilah Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon selain

dari dua jalur tersebut.123

C. Amalan Suluk Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

Suluk berasal dari bahasa Arab yang berarti “perjalanan”. Dalam dunia tasawuf, suluk

adalah perjalanan di jalan spiritual menuju sang sumber (Allah SWT). Ini adalah metode

perjalanan melalui berbagai keadaan dan kedudukan, di bawah bimbingan seorang guru

spiritual (mursyid, pir, syaikh,). Seseorang yang menempuh jalan ini disebut salik. Sang

122 Silsilah ini kami peroleh dari Rama guru P.Nurbuwat dari Keraton Kaprabonan melaluiwawancara di kediamannya pada 23 Oktober 2008. Rekaman dari wawancara terebut ada pada kami

123 Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I di kediamannya pada tanggal 5November 2008, rekaman percakapanya ada pada kami.

Page 73: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

hamba yang telah jauh berjalan menuju Allah adalah yang telah sungguh-sungguh

menunjukkan penghambaannya kepada Allah SWT.124

Menurut Simuh, bahwa tarekat itu pada dasarnya terdiri atas dua bagian. Yakni

mujahadah yang berupa renungan batin, dan berbagai macam riyadlat atau latihan rohani

yang ditentukan dan diatur oleh para sufi (mursyid) sendiri. Adapun aspek kedua yang dalam

teori mistik disebut via contemplativa, berupa amalan-amalan praktis sebagai sarana

pemusatan pikiran dan kesadaran hanya pada zat Allah dengan penuh emosional. Berbagai

macam amal yang mereka jadikan wasilah untuk konsentrasi ini, terutama adalah zikir.125

1. Amalan-Amalan Wajib Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

Pada sub bab ini saya akan memaparkan amalan-amalan Wajib dan

tatakrama (adab) dalam berdzikir yang menjadi rutinitas bagi penganut Tarekat

Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon. Amalan wajib ini kami nukil dari naskah

Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman Cirebon

(Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman

Cirebon), yang menjadi kitab pegangan bagi para pengikut Tarekat Syattariyah di

lingkungan Keraton Cirebon. Naskah ini saya dapatkan dari Rama guru Bambang

Irianto, salah satu mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon.126

Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Cirebon kuno, sehingga dalam rangka

menghasilkan informasi yang bermanfaat, saya terjemahkan ke dalam bahasa

124 Amstrong, Amatullah. Kunci Memasuki Dunia Tasawuf . Bandung: Mizan; Desember 2006hal.268

125 Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo Jaya: April1997 hal. 208-209

126Naskah ini kami dapatkan dari Rama guru Bambang Irianto dalam sesi pertemuan sayadengan beliau di kediamannya di jalan Drajat Kotamadya Cirebon pada tanggal 5 Novembar 2008.Salinan Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah kami letakkan pada Lampiran pada babV.

Page 74: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Indonesia dengan mengkonfirmasikannya kepada Rama guru Bambang Irianto selaku

mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon. Berikut ini adalah

amalan-amalan wajib bagi para penganut Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon berdasarkan pada naskah Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja

Fatimah Keraton Kanoman Cirebon :

Amalan-amalan wajib ini di kerjakan setiap hari, yakni :

Mengerjakan shalat sunat Awwabin dua raka’at atau lebih (jika lebih

banyak akan lebih baik), dikerjakan setelah shalat Maghrib dan shalat

sunat rawatib. Berikut niat shalat Awwabin : Usholli Sunnatal Awwabin

rak’ataini mustaqbilal qiblati ada’an lillahi Taa’la Allahu Akbar. Artinya :

“saya niat shalat sunat awwabin dua raka’at dengan menghadap ke

qiblat, karena Allah Taa’la”.

Kemudian setelah mengerjakan shalat sunat Awwabin membaca :

Istighfar sebanyak 10x yakni : AstaghfirullahalAdzim. Artinya : “Saya

memohon ampun kepada Allah yang Maha agung dari segala dosa”

Shalawat sebanyak 10x yakni : Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina

Muhammad. Artinya : “Semoga segala penghormatan dari Allah SWT

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad”

Membaca Dzikir 100x (masing-masing Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x

dan Allahu Akbar 33 x, sehingga total berjumlah 99x, yang kemudian

digenapkan 100 dengan membaca "Laa ilaaha Illallah Wahdahu Laa

Syariikalahu Lahulmulku LahulHamdu Yuhyi wa Yumiitu wahuwa ala kulli

Syay’in Qodiir". Artinya : “Tiada Tuhan selain Allah dengan ke-esa-anNya,

tiada yang menyekutukanNya, segala pujian dan kerajaan hanyalah

Page 75: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

milikNya, Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia berkuasa atas

segala sesuatu”).

Kemudian membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad saw lagi

sebanyak 10x dan membaca surat al-Ikhlas 10x dan surat al-Fatihah

sebanyak 3x

Mengerjakan Shalat sunat Witir (shalat yang bilangan raka’at nya

berjumlah ganjil dan dikerjakan sebagai penutup shalat-shalat malam

/Qiyam al-Lail) minimal satu raka’at setelah shalat Isya’ dan shalat sunat

Rawatib nya (shalat ba’diyah Isya’) berikut adalah adalah niat shalat sunat

Witir :

"Usholli Sunnatal Witri tsalatsa raka’atin mustaqbilal qiblati adaan lillahi

Taa’la Allahu Akbar". Artinya : “Saya niat shalat sunat Witir tiga raka’at

dengan menghadap kiblat karena Allah Ta’ala”

Dan setelah mengerjakan shalat Witir kemudian membaca :

Istighfar 10x, yakni : AstaghfirullahalAdzim

Shalawat 10x, yakni : Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad

Tahlil 300x, yakni : Laa Ilaaha Illallah. Artinya : “Tiada Tuhan selain

Allah”

Shalawat 10x, yakni : Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad

al-Fatihah 3x

Kemudian setiap kali setelah shalat Dzuhur dan ‘Asar membaca bacaan

yang sebagaimana dibaca setelah shalat Maghrib kecuali surat al-Ikhlas.

Mengerjakan puasa sunat secara rutin 3 hari setiap bulannya dengan

diberi kebebasan untuk memilih harinya.

Page 76: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

2. Tata Krama (Adab) Dalam melakukan Dzikir Tarekat Syattariyah

Berdasarkan informasi yang saya peroleh melalui wawancara dengan Rama

guru Bambang Irianto, diketahui bahwa dalam melakukan amalan dzikir, seorang

murid Tarekat Syattariyah dituntut untuk melakukan tatakrama. Berikut ini adalah

tatakrama dzikir Tarekat Syattariyah di pengguron Tarekat Syattariyah Keraton

Cirebon. Tata krama dzikir Tarekat Syattariyah ini kami nukil dari salinan Kitab

Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman Cirebon127,

antara lain :

Lima diantaranya dilakukan sebelum melakukan ritual dzikir, yakni :

Taubat dari segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan

Mandi atau Wudlu sebagai tanda simbolis dari pertaubatan

Diam sambil mengasah konsentrasi agar dapat menghasilkan Shidiq Dzikri,

yakni menyibukkan hati dalam mengingat lafadz Allah sehingga ketika lisan

mengucapkan kalimah tauhid (Laa Ilaaha Illallah) hati dapat menyelaraskan.

Meminta bantuan (Nida’) kepada sang guru/syaikh dengan jalan

membayangkan wajah gurunya tersebut.

Memohon kepada Allah SWT, dan agar lebih cepat diterima olehNYA maka

melalui wasilah (perantara) Nabi Muhammad saw. Dan untuk mendapatkan

wasilah kepada Nabi saw, dilakukan melalui wasilah guru tarekat (mursyid).

12 Tata krama dilaksanakan ketika sedang melaksanakan ritual dzikir, yakni :

Duduk di tempat yang suci dari najis

127Sesi wawancara berlangsung pada tanggal 5 November 2008 di kediaman beliau di jalanDrajat Kotamadya Cirebon. Naskah ini kami dapatkan dari Rama guru Bambang Irianto dalam sesipertemuan tersebut. Salinan Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah kami letakkanpada Lampiran pada bab V.

Page 77: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Meletakkan telapak tangan diatas kedua paha

Memberi wewangian pada tempat dilaksanakannya Dzikir

Mengenakan pakaian yang harum

Memilih tempat yang gelap

Memejamkan kedua belah mata

Membayangkan kehadiran sang guru di depannya

Berlaku “Shidiq” dalam berdzikir (seperti pada poin ketiga pada ritual

sebelum melakukan dzikir)

Ikhlas hatinya dalam berdzikir

Memilih kalimat “Laa Ilaaha Illallah” dalam berdzikir

Mengerti terhadap makna dzikirnya

Hatinya menafikan segala sesuatu yang maujud kecuali kepada Allah SWT

3 Tatakrama yang dilakukan setelah dzikir, yaitu :

Bersikap diam setelah membaca dzikir

Memutus nafas dari nafas yang memburu

Mencegah untuk meminum yang mengiringi ritual berdzikir.

D. Beberapa Ajaran Tarekat Syattariyah Di Lingkungan Keraton Cirebon

1. Tingkatan Murid / Salik Tarekat Syattariyah

Berikut ini adalah ajaran Tarekat Syattariyah tentang tingkatan murid atau salik yang

sedang menjalani amalan tarekat dalam rangka taqarrub atau mendekat kepada Allah SWT

dari Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Petarekan Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman

Cirebon (Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton

Kanoman Cirebon) :

Page 78: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Adapun sifat-sifat murid itu ada empat perkara, pertama murid mubtadi’,

kedua murid mutawassit, yang ketiga murid kamil dan keempat murid kamil

mukammil. Adapun murid mubtadi’ yaitu murid yang berbuat maksiat banyak

namun hatinya hanya tertuju semata-mata tiada lain kepada Allah Ta’ala, makanya

hatinya itu salim (selamat) dari arah yang sesungguhnya dari perbuatan syirik dan

munafik, ilmunya sudah berpegang pada hadist dan dalil serta iman kepada yang

ghaib dari arah perbuatan dan getaran hatinya, serta mengabdi dan beribadah

semata-mata untuk memperoleh ridla Allah taa’la. Dan dzikirnya mubtadi’ adalah

lisannya mengucapkan “Laa Ilaaha Illallah” sedangkan hatinya menyebut tiada dzat

yang aku sembah kecuali Allah. Dan fana’ nya adalah fana’ pada af’al nya, sedangkan

maqomnya adalah maqam parawwa, alamnya alam nasut yaitu orang ahl al-syari’ah.

Adapun murid mutawassit itu adalah yang sudah bersih hatinya dari getaran

hati seluruhnya (kepada selain Allah), maka dinamai hatinya itu hati Tawajjud dari

arah senantiasa ingat kepada Allah. Ilmunya adalah ilmu Ainal yaqin dari arah tiada

yang diingat didalam khotirnya. Dan imannya hadir dari arah tingkah laku dan

pengabdiannya adalah ibadah, Tegasnya mengabdi karena cintanya kepada Allah,

dan dzikir mutawassit yaitu lisannya mengucapkan “Laa Ilaaha Illallah” sementara

hatinya menyebut tiada yang aku sertai kecuali Allah. Dan fana’nya didalam sifat,

maqomnya adalah maqom jama’, adapun dari arah yang tiada yang diingat didalam

hatinya (kecuali Allah) dan alamnya itu alam malakut dari sudut ingatnya (kepada

Allah) seperti Malaikat. Ini adalah kelompok orang ahli thariqah.

Adapun murid kamil yaitu murid yang sudah bersih hatinya dan seluruh

suasana rohaninya dari memperhatikan selain Allah. Keadaannya menjauhi dari

seluruh (daya tarik) makhluk, maka dinamakan hatinya adalah hati mujarrod dari

Page 79: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

arah semata-mata hanya bersama Allah, dan untuk (memperoleh ridlo) Allah

berkaitan dengan keadaannya yang menjauhi dari bagian-bagian makhluk

keseluruhannya, sedangkan ilmunya adalah haqqul yaqin. Dari arah penyadaran yang

konsisten pada hakekat bukan pada kesemuan (majazi), dan imannya adalah iman

kamil. Dari arah pandangan selalu bersama Allah dan hanya karena Allah, dan

pengabdiannya semata-mata ibadah, tegasnya berbakti karena sepenuhnya

menerima ketentuan Allah serta dzikirnya dzikir muntaha, yaitu menyebut tiada

yang mawjud kecuali Allah karena pandangannya dan wujudnya karena Allah,

bercakap-cakap karena Allah, gerak-gerak dan bertingkah laku serta diamnya karena

Allah. Keadaannya menjauhi dari perbuatan yang sejenis kasabiyah (usaha

insaniyah), alamnya adalah alam jabarut. Tegasnya dari arah tenggelam didalam

suasana bathiniyah secara utuh, serta fana’ nya tenggelam di dalam dzat Allah ta’la,

dan maqomnya adalah maqom jam’ul jama’, dari arah yang tetap dalam naungan

Allah ta’ala. Yaitu orang ahli haqiqah.

Adapun murid kamil mukammil, maka murid yang sangat kuat pandangannya

(syuhudnya) dan keter-tenggelaman-nya di dalam dzatnya Allah ta’ala, maka dapat

dikatakan hatinya itu hati Robbany yaitu dari arah keterliputannya pada naungan

Allah ta’ala dan ilmunya adalah akmalul yaqin, dan imannya adalah iman kamil

mukammil dan pengabdiannya, perbuatan dan dzikirnya itu menyebut kalimah

thoyyibah dengan berbagai sebutan, adakalanya keluar dari lisannya itu “Laa ilaaha

Illallah” atau “Illallah...Illallah” atau “Allah...Allah” atau “Huwallah...Huwallah” atau

“Allah Huwa...Allah Huwa” atau “huwa...huwa” atau “laa...laa” atau “illa...illa” atau

“a...a...a” atau “huwa...huwa...huwa” atau “hu...hu...hu” atau “La..la..la..la” atau

“a..a..a..a” atau “Illa..Illa..Illa..Illa” atau “Aaaa..Aaaa..Aaaa..Aaaa” atau

Page 80: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

“Aaaah...Aaaah” atau “Uh...Uh” atau “Ih...Ih” atau sebutan lain dari yang

demikian.

“Hal demikian itu seperti : tangisnya, geraknya, dan seluruh perhatiannya yaitu

dzikirnya dan dan pujian-pujiannya itu tetap tenggelam di dalam dzat Allah ta’ala,

kondisinya tidak untuk mengetahui hal ihwal makhluk termasuk terhadap dirinya

sendiri sehari-hari. Beribadah kepada Allah setiap hari bukan dari arah telah sirna

dan lebur dalam dzatnya, adapun fana’nya adalah fanaul fana’ dan maqomnya

adalah maqom baqo’,dan alamnya itu lahut yaitu orang ahli ma’rifah.128

2. Ajaran Teosofi Martabat Pitu Yang Di Kaitkan Dengan Mitos Penciptaan Alam

Dalam buku Martabat Alam Tujuh karya Santrie, A.M. (1987) disebutkan

bahwa Syaikh Abdul Rauf Singkel, ulama kenamaan dari Aceh, ketika membawa

Tarekat Syattariyah ke ke bumi Nusantara beliau juga mengajarkan tentang teosofi

Martabat Tujuh tentang tujuh tahap penciptaan, hal ini memberikan pengertian

akan arti penting ajaran martabat tujuh di dalam lingkungan Tarekat Syattariyah,

termasuk di lingkungan Tarekat Syattariyah Keraton Cirebon. Sehingga kami juga

menganggap penting untuk membahasnya.

Pada Sub bab ini kami mencoba memaparkan tentang teosofi Martabat Pitu

(Martabat Tujuh) yang di kaitkan dengan mitos penciptaan alam yang beredar di

kalangan Keraton Cirebon, khususnya di lingkungan Pengguron Krapyak, yang dahulu

dipimpin oleh Pangeran Sulaeman Sulendraningrat, sekarang di teruskan oleh

128 berdasarkan wawancara dengan Rama guru Bambang I pada 5 November 2008 dikediamannya di jalan Drajat Kotamadya Cirebon, salinan Kitab Dadalan Syattariyah Ratu Raja Fatimahkami letakkan di bagian lampiran babV. rekaman percakan kami dengan narasumber ada pada kami.

Page 81: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

putranya Pangeran Muhammad ‘Afiyah. Ajaran ini saya nukil dari buku Muhaimin

AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal : Potret Dari Cirebon 129:

Pengertian bahwa mikrokosmos adalah refleksi dari makrokosmos muncul

dalam mitos Cirebon tentang penciptaan manusia. Di kalangan Keraton Cirebon, 7

tahap (martabat pitu) penciptaan alam digunakan untuk melukiskan penciptaan

manusia. Menurut tradisi ini, jauh sebelum manusia dilahirkan mereka berada di

Alam Ahadiyah, yang merupakan tahap pertama. Dalam tahap ini eksistensi

seseorang belum terbayangkan karena secara fisik tidak ada. Tahap kedua adalah

Alam Wahdah, saat terjadi kehamilan ketika ovum dibuahi oleh sperma. Tahap

ketiga disebut Alam Wahidiyah. Pada tahap ini, sel telur setelah dibuahi membelah

diri dan tumbuh menjadi segumpal cairan kental, kemudian menjadi segumpal darah

dan kemudian menjadi segumpal daging. Tahap ke empat, Alam Arwah, yaitu ketika

segumpal daging menunjukkan tanda-tanda pergerakan, pertanda Allah telah

meniupkan ruh ke dalam jiwa dan membuat hidup. Tahap ke lima, Alam Mitsal,

adalah saat gumpalan daging menjadi embrio, potensi yang akan berkembang

menjadi anggota tubuh. Selanjutnya adalah Alam Ajsam, tahap ke enam ketika

embrio berkembang menjadi fisik lengkap deengan anggota badan dan organ

khusus: kepala, rambut, tubuh, tangan, kaki, jari, dan kuku kaki. Secara keseluruhan,

bentuk ini masih lemah, hingga akhirnya, tahap ke tujuh, bentuk ini mencapai bentuk

terakhir dan memasuki Alam Insan Kamil, tahap manusia sempurna. pada tahap

129Lihat : Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Jakarta:Logos; 2002 hal.74-80.

Page 82: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

terakhir ini, manusia baru telah siap untuk keluar dari rahim dan sang Ibu telah siap

melahirkan.130

E. Kegiatan-Kegiatan Rutin Lembaga Pengguron Syattariyah Di

Lingkungan Keraton Cirebon

Seperti yang telah dibahas pada sub bab tentang Pengguron-pengguron Tarekat

Syattariyah di halaman 54 dan 55, bahwa Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon

pada saat ini selain berbasis di Keraton Kaprabonan, juga berbasis di pengguron-pengguron

(perguruan-perguruan Tarekat Syattariyah), yang tempatnya tidak hanya di area Keraton,

tetapi berada di tempat tinggal para mursyid yang tersebar baik di wilayah Kotamadya

maupun Kabupaten Cirebon.

Mengingat banyaknya pengguron tersebut, maka saya memilih dua pengguron yang

masih menjadi bagian pengguron Keraton Kaprabonan. Yang pertama adalah Pengguron

Tharekat Agama Islam yang dipimpin oleh Rama guru Pangeran Nurbuwat Purbaningrat

yang berkedudukan di jalan Pegajahan Kotamadya Cirebon. Pengguron yang kedua adalah

Pengguron Lam Alif yang dipimpin oleh Rama guru Bambang Irianto yang berkedudukan di

jalan Gerilyawan Drajat Kotamadya Cirebon.

Adapun kegiatan-kegiatan umum Pengguron Tharekat Agama Islam pimpinan Rama

guru Pangeran Nurbuwat adalah :

Merayakan hari-hari besar Islam; maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj,

Nisfu Sya’ban dan dibulan Puasa mengadakan Shalat Taraweh Berjama’ah di

mushola pengguron, serta shalat I’ed bersama.

130 Ajaran ini kemudian kami konfirmasikan kepada Rama guru Bambang I sebagai salahseorang narasumber kami di lingkungan Keraton Cirebon,wawancara berlangsung pada tanggal 5November 2008 dikediamannya, rekaman wawancara tentang hal ini masih kami pegang .

Page 83: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Dibulan Dzul Hijjah; dilaksanakan pemotongan hewan kurban bersama dan

pelatihan Shalat I’edul Kurban.

Kegiatan-kegiatan rutin Pengguron Tharekat Agama Islam pimpinan Rama guru

Pangeran Nurbuwat adalah :

Pengajian rutin Satu minggu sekali setiap malam Jum’at di mushola

pengguruan

Ritual manaqiban Syekh Abdul Qodir al-Jailani sebulan sekali yakni pada

Jum’at kliwon

Kegiatan silaturrahmi kedaerah-daerah minimal enam bulan sekali. Daerah-

daerah yang dikunjungi antara lain : Tasikmalaya, Kuningan, Kabupaten

Cirebon, Tanggungan Brebes, Bumi Ayu, Aji Barang (Purwokerto), Cilacap, dan

Ciamis. Serta beberapa murid perorangan dari daerah Jakarta, Kuningan dan

Tegal.

Menurut Rama guru Nurbuwat, sebenarnya pengguron tidak bersifat umum sehingga

bebas untuk disiarkan, karena ilmu tarekat adalah hakikat dan bersifat eksklusif, sehingga

ada persyaratan terlebih dahulu untuk menjadi anggota tarekat.131

Adapun kegiatan-kegiatan di Pengguron Lam Alif pimpinan Rama guru Bambang

Irianto, adalah :

Pengajaran tata cara berzdikir Tarekat Syattariyah yang di kolaborasikan

dengan ilmu pernapasan bagi para murid pengguron. Kegiatan ini

dilaksanakan seminggu dua kali, yaitu pada hari Jum’at pagi dan Minggu pagi

bertempat di kediamannya di Jalan Gerilyawan, Drajat, Kotamadya

Cirebon.132

131 Lihat Bab IV sub bab Murid/ Salik, Hasil wawancara dengan Rama guru Nurbuwatberlangsung di kediamannya pada 23 Oktober 2008, rekaman percakapanya ada pada kami

132 Wawancara berlangsung pada tanggal 5 November 2008 di kediamannya di jalan Drajat,Kotamadya Cirebon. Rekaman wawancara ada pada kami.

Page 84: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Bab V

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang dinamika Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon ini, dapat saya simpulkan sebagai berikut :

1). Melalui penulusuran saya melalui wawancara dengan Rama guru Nurbuwat, mursyid

Tarekat Syattariyah di Cirebon, dan dari melihat silsilah Tarekat Syattariyah yang

terdapat pada naskah Kitab Dadalan Petarekan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah

(Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu Raja Fatimah dari Keraton Kanoman

Cirebon) diketahui bahwa setidak-tidaknya terdapat dua jalur Tarekat Syattariyah

masuk ke lingkungan Keraton Cirebon :

Pertama, Menurut keterangan yang saya peroleh dari Rama guru Nurbuat

Purbaningrat, salah satu mursyid di lingkungan Keraton Cirebon, menyebutkan bahwa

Tarekat Syattariyah masuk di lingkungan Keraton Cirebon sejalan dengan masuk dan

tersebar agama Islam di tanah Cirebon. Ini dimulai dengan datangnya Syaikh Nurjati

atau Syaikh Dzatul Kahfi yang datang ke tanah Carbon (nama Cirebon zaman dahulu)

jauh sebelum Sunan Gunung Jati. Syaikh Nurjati di Cirebon menyebarkan agama Islam

sekaligus mengajarkan ajaran dan amalan Syattariyah kepada masyarakat Cirebon

secara selektif, yang pada saat itu sebagian besar masih menganut agama Hindu (Sunda

wiwitan).

Kedua, Berdasarkan dari silsilah yang terdapat pada naskah Kitab Dadalan Petarekan

Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah (Kitab panduan bertarekat lembaga tarekat Ratu

Raja Fatimah dari Keraton Kanoman Cirebon) yang kami dapatkan dari Rama guru

Bambang I, salah seorang mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Kaprabonan, diketahui bahwa tarekat ini masuk ke lingkungan Keraton Cirebon di bawa

dari Tasikmalaya yang sanadnnya terus menyambung sampai Syaikh Abdul Muhyi, yang

Page 85: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

kondang sebagai penyebar agama Islam di Tasikmalaya dan sekaligus adalah mursyid

Tarekat Syattariyah. Yang pertama kali membawa tarekat ini ke lingkungan Keraton

Cirebon adalah Kyai Muhammad Soleh yang berasal dari desa Kartabasuki Cirebon.

Beliau mengambil tarekat ini dari Syaikh Haji Muhammad Hasanudin yang berasal dari

desa Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya, Jawa Barat. yang kemudian menurunkan

Tarekat ini kepada Kyai Mas Muhammad Arjaen, seorang penghulu (qadli) dari

Kesultanan Kanoman yang menurunkan kepada Ratu Raja Fatimah putri dari kanjeng

Gusti Sultan Anom dari Kesultanan Kanoman.

2). Amalan-amalan wajib bagi para penganut Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon berdasarkan pada naskah Kitab Dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah

Keraton Kanoman Cirebon (Kitab panduan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah dari

Keraton kanoman Cirebon) terdiri dari 13 poin. Tetapi dari 13 poin tersebut sebenarnya

terdiri dari 9 amal ibadah, yaitu : 1). Mengerjakan shalat sunat Awwabin 2). Membaca

Istighfar 3). Membaca Shalawat 4). Membaca Dzikir 5). Membaca Surat al-Ikhlas 6).

Membaca Surat al-Fatihah 7). Mengerjakan Shalat sunat Witir 8). Membaca Tahlil dan

9). Mengerjakan puasa sunat. Untuk selengkapnya dapat di lihat di sub Bab IV tentang

Amalan Suluk.

3). Dalam rentang perjalanan sejarah, pengguron Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon mengalami pasang surut. Ketika kolonial Belanda mulai menguasai Keraton

diawal abad 17, Kolonial Belanda membatasi kegiatan pengguron secara ketat supaya

kepentingan mereka atas Keraton tidak terganggu. Dan kegiatan Tarekat Syattariyah

lebih bebas paska kemerdekaan. Meskipun demikian, pada tahun 1960-an, kegiatan

tarekat sangat diawasi oleh orang-orang komunis (PKI) dan organisasi Darul

Islam/Tentara Islam indonesia (DI/TII). Barulah pada zaman Orde Baru kegiatan tarekat

di pengguron-pengguron menjadi leluasa kembali sampai dengan saat ini. Hal ini terjadi

karena faktor terbesar yang menghambat kegiatan Tarekat Syattariyah di lingkungan

Page 86: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Keraton Cirebon pada saat itu adalah persoalan politik. Sehingga ketika status Keraton

Cirebon pasca berdirinya negara kesatuan republik Indonesia hanyalah menjadi simbol

belaka atau tidak mempunyai kekuasaan secara politis, maka secara otomatis kegiatan

Tarekat Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon kembali berjalan. Hal ini

berdasarkan penuturan Rama guru Nurbuwat, salah seorang mursyid Tarekat

Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon, dalam sesi wawancara dengan kami.

4). Menurut Rama guru Bambang Irianto, salah seorang mursyid Tarekat Syattariyah di

lingkungan Keraton Cirebon, Kegiatan ketarekatan Syattariyah di lingkungan Keraton

Cirebon akhir-akhir ini (akhir tahun 2008, saat sesi wawancara berlangsung) sangat

menurun tajam. Bahkan ada beberapa pengguron yang tidak lagi menjalankan praktek

ketarekatan. Hal ini, menurutnya, disebabkan karena kondisi masyarakat saat ini yang

terbawa arus modernisasi dan terpengaruh budaya-budaya Barat yang lebih

mendahulukan aspek materi dan hal-hal keduniaan sehingga melupakan aspek spiritual.

Page 87: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

DAFTAR FOTO-FOTO

Keraton Kasepuhan, Cirebon Gerbang Pengguron Kaprabonan, Cirebon

Rama Guru Bambang Irianto Rama Guru Bambang Irianto bersama Penulis(Mursyid Tarekat Syattariyah, di kediamannya di Jl. Drajat, Cirebon.Cirebon)

Page 88: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Rama Guru Nurbuwat (Mursyid Tarekat Rama Guru Nurbuwat bersama penulis diSyattariyah, Cirebon) kediamannya di Jl.Pegajahan, Cirebon.

Kitab Dadalan Syattariyah, Cirebon Kitab Dadalan Syattariyah, Cirebon(di ambil dari buku “Tarekat Syattariyah (koleksi: Rama Guru Nurbuwat)Di Minangkabau”karya: Oman Fathurrahman)

Page 89: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Kitab Dadalan Syattariyah, Cirebon(koleksi : Rama Guru Bambang I)

KERATON KACIREBONAN CIREBON KERATON KANOMAN CIREBON

Page 90: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

MASJID SANG CIPTA RASA CIREBON

Page 91: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Daftar Footnote

Bab I

Atjeh,Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat, Ramadani: Solo; 1985 hal. 67.

Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf, Erlangga:Jakarta; 2006

hal.37

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyai. Jakarta: LP3ES; 1982 hal.140

Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah popular, Surabaya: Penerbit Kartika t,th

Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang I,salah satu Mursyid Tarekat

Syattariyah di lingkungan Keraton Cirebon pada tanggal 5 November 2008 di

kediamannya di jalan Drajat, Cirebon.

Bab II

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal.67

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon.

Jakarta: Logos;2002 lihat catatan kaki pada hal.337

Qutbuddin al-Ibadi, Al-Tasfuja Fi Ahwal Al-Sufiya, Or Sufisme, ed. Ghulam

Muhammad Yusufi (teheran, 1347 H/1968), hal.15

Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik Dalam Islam. Jakarta: pustaka Firdaus

; 2000 hal.45 Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf,

Erlangga:Jakarta; 2006 hal.37

Ali,Yunasril. Membersihkan Tasawwuf dari Syirik, Bid'ah, dan Khurafat.

Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya;cet. III 1992, hal. 54

Fathurahaman, Oman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta : Prenada

Media Grup;2008 h.26

Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik Dalam Islam. Jakarta: pustaka Firdaus

; 2000 hal. 16

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal.67

Page 92: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Fathurahaman, Oman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Jakarta : Prenada

Media Grup;2008 h.25

Muhaimin AG. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon.

Jakarta: Logos; 2002 lihat hal.338

Leksikon Islam. Jakarta: Pustaka Azet Perkasa; 1988. II, hal 707

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal. 68

Simuh. Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Jaya; April 1997 hal 207

Dhofier ,Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyai. Jakarta: LP3ES; 1982 hal.140

Yahya, Wildan. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi.

Bandung: Refika Aditama; Juni 2007

Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat . Bandung:

Mizan; 1995 hal. 188

Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Mu'tabarah di Indonesia. Jakarta:

Kencana; Desember 2004 hal.13-14

Pijper.Gf,Pragmenta Islamica : Beberapa studi mengenai Islam di Indonesia

awal abad XX, (Jakarta:UI Press), h.81

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal 75

Lihat Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal

75-76

Bab III

Yahya, Wildan M. Menyingkap tabir rahasia spiritual Syaikh Abdul Muhyi

Pamijahan. Jakarta: Rosda karya; 1998 hal 54

Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group; Desembar 2004 hal.154

Yahya, Wildan M. Menyingkap tabir rahasia spiritual Syaikh Abdul Muhyi

Pamijahan. Jakarta: Rosda karya; 1998, hal 55

Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group; Desembar 2004 hal.160-161

Page 93: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Yahya, Wildan M. Menyingkap tabir rahasia spiritual Syaikh Abdul Muhyi

Pamijahan. Jakarta: Rosda karya; 1998, hal 55

Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group; Desembar 2004 hal.162

Yahya, Wildan M. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syaikh Abdul Muhyi

Pamijahan. Jakarta: Rosda karya; 1998. hal 56

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon.

Jakarta: Logos; 2002 hal.

Lubis, Nina dkk. Sejarah Dan Perkembangan Kota-Kota Lama Di Jawa

Barat. Bandung :Alqaprint Jatinangor; Juli 2000 hal 29

Hasil wawancara kami dengan rama guru Bambang I dikediamannya pada

tanggal 5 november 2008, rekaman dari wawancara terebut ada pada kami

Sulendraningrat P.S, Babad Tanah Sunda-Babad Cirebon, Cirebon :Februari

198

Hasil wawancara dengan Rama guru Bambang I pada bulan November 2008.

rekaman wawancara ini ada pada kami.

Lubis, Nina dkk. Sejarah Dan Perkembangan Kota-Kota Lama Di Jawa

Barat. Jatinangor Bandung: Alqaprint; Juli 2000 hal 38

Hasil wawancara kami dengan Rama guru Bambang I pada bulan November

2008 di kediamannya. rekaman dari wawancara tersebut ada pada kami.

Berdasarkan wawancara dengan Rama guru Pangeran Nurbuat, salah seorang

Mursyid Tarekat Syathariyah dari keratin Kaprabonan. Copy dari hasil dari

wawancara ada pada kami.

Salinan daftar silsilah Tarekat Ratu Raja Fatimah kami dapatkan dari Bapak

Bambang I, salah seorang Mursyid Tarekat Syathariyah dari keraton

Kaprabonan.

Bab IV

Page 94: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Informasi ini kami dapat dari hasil wawancara dengan Rama Guru Nurbuwat

dan Rama Guru Bambang I ditempat terpisah di 23 Oktober dan 5 November

2008. Salinan rekaman dari wawancara ada pada kami

Berdasarkan wawancara dengan Rama Guru Nurbuwat pada 23 Oktober 2008

di kediamannya, rekaman dari wawancara tersebut ada pada kami.

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramadani; 1985 hal 79

Untuk mengetahui syarat-syarat seorang mursyid secara lengkap lihat : Atjeh,

Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani; 1985 hal 81-83

Hasil wawancara kami dengan Rama Guru Nurbuwat pada 23 Oktober 2008 di

kediamannya di jalan Pegajahan,kotamadya Cirebon. rekaman wawancara

tersebut ada pada kami.

Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang I pada 5 November 2008 di

kediamannya di jalan Drajat Cirebon. Rekaman wawancara tersebut ada pada

kami.

Hasil wawancara dengan Rama Guru Bambang I pada 5 November 2008 di

kediamannya di jalan Drajat Cirebon. Rekaman wawancara tersebut ada pada

kami.

Hasil dari wawancara kami dengan Rama Guru Bambang I dikediamannya di

jalan Drajat kotamadya Cirebon pada 5 November 2008. rekaman wawancara

tersebut ada pada kami. Untuk nama terakhir, kegiatan Ketarekatan sudah

tidak berjalan lagi namun usaha batiknya masih terus berjalan.

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 hal 84

Hasil wawancara dengan Rama Guru Nurbuwat di kediamannya pada 23

Oktober 2008, rekaman percakapanya ada pada kami.

Hasil wawancara dengan Rama Guru Nurbuwat di kediamannya pada 23

Oktober 2008, rekaman percakapanya ada pada kami.

Hasil wawancara dengan Rama Guru Bamabang I di kediamannya pada

tanggal 5 November 2008, rekaman percakapanya ada pada kami.

Atjeh, Aboe Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani; 1985 , hal.97

Salinan daftar silsilah Tarekat Ratu Raja Fatimah kami dapatkan dari Bapak

Bambang I salah seorang Mursyid Tarekat Syattariyah dari keraton

Kaprabonan dan kami cantumkan dalam lampiran.

Page 95: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Silsilah ini kami peroleh dari Rama Guru P.Nurbuwat dari keraton

Kaprabonan melalui wawancara di kediamannya pada 23 Oktober. Rekaman

dari wawancara terebut ada pada kami.

Salinan dari kitab dadalan Ratu Raja Fatimah kami dapatkan dari Rama

Guru Bambang I dari Keraton Kaprabonan Cirebon dan kami cantumkan di

bagian lampiran.

Adapun tiga nama terakhir dari silsilah tidak terdapat dalam kitab dadalan

Syattariyah, akan tetapi kami dapat hasil wawancara kami dengan salah satu

mursyid Tarekat Rama Guru Bambang Irianto. Kemudian menurutnya,

silsilah dari Ratu raja Fatimah ke P.Ismail Ernawa masih dalam status

‘kemungkinan’ (tidak diriwayatkan secara pasti) asumsinya berdasarkan fakta

bahwa P.Ismail mempunyai kitab dadalan Syattariyah milik Ratu Raja

Fatimah.

Wawancara berlangsung pada 23 Oktober di kediamannya. Hasil rekaman dari

wawancara tersebut ada pada kami.

Amstrong, Amatullah. Kunci memasuki dunia Tasawuf . Bandung: Mizan;

Desember 2006 hal.268

Simuh. Tasawuf dan perkembangannya dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Jaya: April 1997 hal 208-209

Salinan kitab dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah kami dapatkan

dari Rama Guru Bambang I dan kami letakkan pada Lampiran pada bab V.

Salinan kitab dadalan Tarekat Syattariyah Ratu Raja Fatimah kami dapatkan

dari Rama Guru Bambang I dan kami letakkan pada Lampiran pada bab V.

berdasarkan wawancara denagn Rama Guru Bambang I pada 5 November

2008 di kediamannya, salinan kitab dadalan Syattariyah Ratu Raja Fatimah

kami letakkan di bagian lampiran dan rekaman percakan kami dengan

narasumber ada pada kami.

Salinan dari kitab dadalan Syattariyah Ratu Raja Fatimah Keraton Kanoman

Cirebon kami tempatkan pada bagian lampiran. Adapun rekaman percakapan

kami dengan narasumber, Rama Guru Bambang I ada pada kami.

Page 96: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

LAMPIRAN-LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

Responden : Rama Guru Nurbuwat

Jabatan : Mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon

Koresponden : Muhammad Khamdi

Tempat : Di kediamannya di jalan Pegajahan, Kotamadya

Cirebon

Tanggal : 27 Oktober 2008

K = Koresponden

R = Responden

1. K : Kapankah masuknya Tarekat Syattariyah ke lingkungan Keraton Cirebon?

R : Tarekat Syattariyah masuk ke Cirebon bersamaan dengan masuknya Islam

yaitu dibawa oleh Syekh Dzatul Kahfi yang mulai menyebarkan Islam di daerah Giri Amparan

Jati. Pada zaman Kanjeng Sunan Gunung Jati bersamaan dengan pesatnya perkembangan

Islam ikut berkembang pula tarekat syatariah. Tarekat Syattariah ini bersifat selektif karena

Page 97: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

ada beberapa persyaratan yang diajukan oleh Guru atau Mursyid bagi orang yang ingin

masuk tarekat.

Namun pengajaran Tarekat ini tidak serta merta langsung dilakukan oleh Syaikh Nurjati

kepada para pengikutnya, tetapi beliau terlebih dahulu mematangkan pengamalan Syari’at

Islam sebagai pondasinya, Hal ini selaras dengan tujuan Tarekat sebagai jalan “khusus”

dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT yang tidak bisa langsung dilakukan tanpa pondasi

Syari’at yang kuat, Syariat diibaratkan sebagai perahu, Tarekat sebagai perahunya dan

hakikat sebagai mutiaranya. Meskipun begitu dalam proses perekrutan anggota Tarekat,

beliau bertindak selektif, hanya orang yang dianggap mampu saja yang dapat mengambil

amalan Tarekat atau menjadi anggota Tarekat. Dan tongkat kepemimpinan Tarekat

Syattariyah dilanjutkan oleh Pangeran Cakrabuana, yang lebih dikenal dengan Mbah Kuwu

Cirebon yang merupakan paman dari Sunan Gunung Jati, ketika beliau menjadi penguasa

tanah Cirebon, Yang kemudian menurunkannya kepada Sunan Gunung Jati yang sekaligus

juga menggantikannya sebagai penguasa tanah Cirebon. Memang pada saat itu di kerajaan

Cirebon, seorang Raja adalah juga merangkap sebagai pemimpin spiritual. Setelah Sunan

Gunung Jati mangkat, tongkat kepemimpinan Tarekat Syattariyah terbagi-bagi kepada para

putranya namun masih dalam satu komunitas tunggal yang dipimpin oleh sultan-sultan

keraton Cirebon, hal tersebut terus berlangsung sampai pada abad 17, yang kemudian,

akibat gejolak politik yang menimpa kesultanan Kasepuhan Cirebon yang pada saat itu di

pegang oleh sultan Badriddin, dimana Belanda berhasil menaklukkan dan menguasi

kesultanan, pengguron (perguruan) Tarekat Syattariyah tidak lagi dapat di fokuskan di

lingkungan keraton. Hal ini akibat ketidakpuasan sebagian keluarga keraton yang tidak

menyukai adanya kaum kolonial yang menguasai keraton, Mereka lalu menyingkir dan

membuat keraton sendiri yang di fokuskan untuk kegiatan Tarekat, keraton ini kemudian

dikenal dengan Keprabonan. Dan semenjak itu yang berhak menjadi Mursyid Tarekat

Page 98: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Syattariyah adalah keturunan dari Keprabonan berdasarkan kesepakatan dari semua

kalangan di lingkungan keraton Cirebon. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini.

2. K : Apa maksud dan tujuan didirikannya pengguron Tarekat Syatariah?

R : Untuk memperkuat keimanan kaum Mu’minin sebab ilmu tarekat adalah berisi

suatu jalan untuk menuju hakikat hidup, yang mana akan membawa manusia itu sendiri

menjadi mengenali nikmatnya keimanan. dengan mengenal tarekat dan mengikutinya, serta

mengamalkannya diharapkan manusia dapat menjadi lebih optimis dan dinamis dalam

mengarungi kehidupan ini.

Dalam sejarahnya pengguron tarekat Syattariah pada akhirnya tidak difokuskan di

keraton setelah pada zaman sultan Badaruddin maka pengguron dipisahkan dari keraton hal

ini berlangsung pada abad 17, yang berhak menjadi mursyid adalah keturunan keraton

Keprabonan berdasarkan kesepakatan dari semua unsur di keraton.

3. K : Bagaimana pasang surut pennguron Tarekat Syattariyah dilingkungan

keraton Cirebon?

R : Ketika belanda mulai menguasai keraton (diawal abad 17) kegiatan sangat

dibatasi. Dan setelah Negara ini merdeka kegiatan Tarekat Syattariyah lebih bebas. Pada saat

tahun 60-an kegiatan tarekat sangat diawasi oleh orang-orang komunis (PKI) dan DI/TII.Pada

zaman Orde Baru kegiatan Tarekat di pengguron-pengguron menjadi leluasa kembali sampai

dengan saat ini.

4. K : Dari mana saja status sosial para pengikut Tarekat Syattariah di pengguron ini?

R : Status para pengikut tarekat syatariah disini sangat beragam; ada yang pengusaha

namun yang paling banyak adalah kaum petani dan pedagang.

5. K : Apa alasan para pengikut tarekat masuk menjadi anggota tarekat?

Page 99: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

R : Hampir semua alasan pengikut Tarekat masuk menjadi anggota tarekat adalah

mencari Ridlo Allah dan hidup tentram di dunia. Namun ada beberapa orang yang masuk

menjadi anggota tarekat dikarenakan stress dalam menjalani hidup. Orang yang semacam ini

sebelum masuk menjadi anggota tarekat dia harus mengadakan terapi Psikologi melalui

konsultai-konsultasi (yang bersifat spiritual) dengan badal (pengganti Mursyid) sampai

jiwanya sehat dan stabil.

6. K : Bagaimanakah proses pengangkatan murid tarekat Syattariyah ? apakah ada

syarat-syarat khusus untuk menjadi anggota tarekat ?

R : Proses pengangkatan Murid di pengguron Tarekat Syattariyah di lingkungan

keraton Cirebon bersifat selektif. Jadi tidak semua orang bisa langsung masuk Tarekat

Syattariyah. Bagi mereka yang menginginkan masuk Tarekat harus terlebih dahulu melalui

tiga tahap :

4. Tirakat, yaitu bentuk pelatihan dalam mengendalikan nafsu

sebelum seorang calon murid tarekat membay'at tarekat. Tirakat

ini pada masa dahulu dilakukan dengan "bertapa" yaitu dengan

uzlah yakni menyendiri di tempat yang sepi dengan "puasa

mutih" yakni berpuasa yang berbuka hanya dengan air putih,

selama jangka waktu yang ditentukan oleh sang mursyid, namun

pada saat ini proses tirakat tidak harus dengan beruzlah namun

dapat di lakukan dengan konsultasi kepada mursyid tentang

"menata hati" yang dilakukan secara periodik.

5. Ngabdi kepada masyarakat, pada masa dahulu dilakukan dengan

melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat seperti

membersihkan masjid, jalanan dan membantu seseorang yang

sedang ditimpa kesusahan. Namun pada saat ini ngabdi ini dapat

Page 100: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

dilakukan dengan sadaqah kepada masyarakat sesuai dengan

kemampuan si murid atau dengan membantu secara ekonomi

kepda masyarakat yang kurang mampu.

6. Ngawula, yakni mengabdi kepada sang mursyid, pada saat dahulu

Ngawula ini dilakukan dengan menemani dan melayani segala

sesuatu yang dibutuhkan oleh sang mursyid dalam jangja waktu

yang ditentukan oleh sang mursyid. Namun pada saat ini Ngawula

dapat dilakukan dengan tidak harus menemani sang mursyid

tetapi cukup dengan menuruti atas segala yang diperintahkan oleh

sang mursyid dalam rangka mematangan sang murid sebelum dia

menjalankan semua amalan Tarekat.

7. K : Apa pengaruh amalan tarekat terhadap jiwa para pengikutnya?

R : Pengaruhnya adalah dapat mendatangkan ketentraman hati dan optimis dalam

hidup serta dinamis.

8. K : Bagaimana proses pengangkatan seorang mursyid tarekat Syattariyah di

lingkungan keraton Cirebon ?

R : Adapun proes pengangkatan seorang mursyid tarekat Syattariyah di lingkungan

keraton sendiri diserahkan sepenuhnya kepada mursyid lama, jika ia menemukan orang

yang cocok dijadian sebagai mursyid ya maka dia akan mengangkatnya sebagai mursyid

baru dengan mendapat restu dari Sultan keraton Keprabonan sebagai pemegang otoritas

spiritual di lingkungan keraton Cirebon

9. K : Apa saja kegiatan-kegiatan rutin pengguron Syatariah?

Page 101: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

R : Untuk syiar, pengguron tidak bersifat umum, karena ilmu tarekat adalah hakikat dan

bersifat eksklusif, sehingga ada persyaratan terlebih dahulu untuk menjadi anggota tarekat.

Adapun kegiatan-kegiatan umum pengguron adalah :

- Merayakan hari-hari besar Islam; maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Nisfu Sa’ban dan dibulan

Puasa mengadakan Shalat Tarawih Berjama’ah di mushola pengguron serta shalat

I’ed bersama.

- Dibulan Dzul Hijjah; dilaksanakan pemotongan hewan kurban bersama dan pelatihan

Shalat I’edul Qurban.

- Pengajian rutin :

Satu minggu sekali setiap malam jum’at di mushola pengguron

Ritual manakiban Syekh Abdul Qodir Al-jailani sebulan sekali yakni pada jum’at

kliwon

Kegiatan silaturrahmi kedaerah-daerah minimal enam bulan sekali. Daerah-

daerah yang dikunjungi antara lain : Tasikmalaya, Kuningan, Kabupaten Cirebon,

daerah Tanggungan Kabupaten Brebes, daerah Bumi Ayu abupaten brebes,

Daerah Aji Barang (Purwokerto), Cilacap, dan Ciamis. Serta beberapa murid

perorangan dari daerah Jakarta, Kuningan dan Tegal.

Page 102: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

HASIL WAWANCARA

Responden : Rama Guru Bambang Irianto

Jabatan : Mursyid Tarekat Syattariyah di lingkungan

Keraton Cirebon

Koresponden : Muhammad Khamdi

Tempat : Di kediamannya di jalan Drajat, Kotamadya

Cirebon

Tanggal : 5 November 2008

K = Koresponden

R = Responden

1. K : Ada berapakah Keraton di Cirebon pada saat ini ?

R : Pada saat ini terdapat 4 keraton di Cirebon, yaitu : Kasepuhan, Kanoman,

Kacirebonan, dan Keprabonan. Masing-masing dari empat keraton ini dimiliki oleh empat

sultan yang seluruhnya masih merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati, sebagai pendiri

Kerajaan Cirebon

2. K : Kapan keraton Keprabonan didirikan?

Page 103: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

R : Pada awalnya keraton Cirebon hanya ada satu yang didirikan yaitu keraton

Pakungwati, manakala diperintah oleh Panembangan Girilaya yang dimakamkan di Imogiri

Kota Yogyakarta, Keraton sempat vakum selama 16 tahun lamanya yang di pegang oleh

Putra ke-3 dari Panembangan Giri Raya yaitu Pangeran Wangsa Kerta. Dan setelah pangeran

Giri Raya meninggal, Panembangan Tirtayasa (Raja Banten) berinisiatif mencari Putra-putra

dari Pangeran Giri Raya dengan bantuan para Teliksandi nya untuk di jadikan raja di keraton.

Setelah ditemukan dua orang putra kakak beradik dari pangeran Giri Laya dengan tebusan

ketika ada pemberontakan Trunojoyo di daerah Kediri,kemudian dijadikanlah keduanya Raja.

Anak pertamanya dijadikan Raja dari keraton kasepuhan dan adiknya dijadikan Raja di

keraton Kanoman. Dan itu semua disebut dengan Kacirebonan Awwal. Setelah lama,

keturunan dari Kacirebonan dianggap putus atau tidak ada lagi oleh karenanya Kacirebonan

dianggap tidak ada dan Keraton yang diakui hanya dua itu tadi yakni Kasepuhan Dan

Kanoman. Pada hakikatnya Kacirebonan tidaklah putus, itu hanyalah politik dari Belanda saja

karena kacirebonan dianggap berbahaya oleh Belanda. Hingga sekarang pun keturunan dari

Kacirebonan masih ada namun tidak mau untuk memunculkan diri karena takut dibunuh

oleh orang-orang belanda 133.

Setelah Raja Kanoman ( Sultan Muhammad Badridin) mempunyai anak yang berhak

manjadi Raja dan ingin memberi kekuasan pada anaknya, namun anak dari sultan Kanoman

tidak menginginkan untuk menjadi Raja karena beliau lebih tertarik dalam hal Spiritual dan

Pendidikan. Oleh karenanya beliau meminta untuk memisahkan diri dari kerajaan dan

mendirikan sebuah tempat semacam Pondok Pesantren dengan seizin Ramanya, setelah

beliau memisahkan diri, beliau diberi Tanah oleh Ramanya di daerah Keprabonan. Dan

berdirilah sebuah Pengguron Islam di daerah Keprabonan.dan dari situlah sejarah Keraton

Keprabonan berdiri.

133 Sebenarnya keterangan ini tidak berhubungan dengan pendirian tarekat Syattariyah tapi proesperjalanan sejarah Keraton Cirebon. Berdirinya tarekat syattariyah baru terjadi pada zaman Sultanbadriddin dari kesultanan Kanoman di abad 17

Page 104: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

Dan menurut salah satu versi sejarah menyebutkan bahwa memang pada asalnya

kesultanan keprabonan adalah sebuah Pengguron Islam.

Suatu ketika ketika kesultanan kanoman yang pertama yang dipimpin oleh Sultan

Khaeruddin, pecah menjadi dua yang dipimpin oleh anaknya yakni sultan Muhammad Abu

Sholeh dan Sultan Khaeruddin Dua yang pada akhirnya mendirikan kesultanan kacirebonan

Akhir.

3. K : Adakah keturunan dari Kacirebonan yang melarikan diri ke pedalaman dan

mendirikan Pondok Pesantren?

R : Kalau dari Kacirebonan sendiri yang lari kepedalaman itu tidak ada yang

mendirikan Pondok Pesantren melainkan mereka hanya menjadi orang biasa yang hidup

dengan bekerja biasa, hingga sekarangpun demikian; ada yang menjadi PNS, bekerja di

Perusahaan, DLL. Adapun yang mendirikan Pondok Pesantren itu kebanyakan dari

keturunan Kanoman atau kasepuhan dengan tujuan untuk mempercedas keturunan

mereka agar tidak kalah dengan Belanda.

4. K : Dari mana saja latar belakanag atau status sosial dari pengikut tarekat Syattariyah

di pengguron Rama berasal ?

R : Kebanyakan berasal dari kalangan pondok pesantren, baik dari para santri ataupun

para kyai. Kemudian juga banyak berasal dari kalangan pengusaha, pedagang, anak-

anak seolah dari SLTA

5. K : Apa saja motif atau tujuan mereka masuk tarekat?

R : Motif dan tujuan mereka masuk tarekat adalah untuk mengetahui apa sih

sebenarnya tarekat itu dan bagaimana sih sebenarnya ilmu-ilmu Cirebon itu dan ketika

mereka merasa nyaman dengan ilmu itu maka mereka meneruskannya, ada juga beberapa

Page 105: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

dari mereka yang karena menderita stress dan ketika merea tahu bahwa kita mendirian

tarekat ahirnya mereka mau bergabung

6 K : Pada saat ini, ada berapa pengguron yang merupakan sempalan dari keraton

Keprabonan dan siapa sajakah yang menjadi mursyidnya ?

R : Daftar nama-nama pengguron (perguruan Tarekat) beserta dengan mursyid

yang memimpin Tarekat Syattariyah yang merupakan sempalan dari keraton

Keprabonan Cirebon, antara lain :

1. Pengguron Keraton Keprabonan, berkedudukan di keraton Keprabonan Cirebon

dipimpin oleh Rama guru M.Ra’fan Hasyim yang merupakan wakil dari Rama guru

Pangeran Hempi.

2. Pengguron Tharekat Agama Islam, berkedudukan di Pegajahan kotamadya

Cirebon dipimpin oleh Rama Guru Pangeran Muhammad Nurbuat Purbaningrat.

3. Pengguron Krapyak, berkedudukan di lingkungan keraton Kanoman kotamadya

Cirebon dipimpin oleh Rama guru Pangeran Muhammad Afiyah

4 Pengguron Lam Alif, berkedudukan di Drajat kotamadya Cirebon dipimpin oleh

Rama Guru Raden Bambang I.

5. Pengguron Rama guru Pangeran Muhammad Hilman berkedudukan di

Perumahan Arum Sari daerah Sumber Kabupaten Cirebon

6. Pengguron Rama guru Pangeran Muhammad Atho’ berkedudukan di Drajat

kotamadya Cirebon

Page 106: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

7. Pengguron Rama guru Pangeran Insan Kamil berkedudukan di Pegajahan

Kotamadya Cirebon yang di teruskan oleh murid-muridnya di daerah Trusmi yang

kemudian mendirikan usaha batik..

7. K : Seperti yang telah dijelaskan oleh bapak, bahwa kegiatan Tarekat Syattariyah di

lingkungan keraton Cirebon sekarang ini tidak hanya terbatas di keraton Keprabonan

tetapi sudah menyebar menjadi beberapa pengguron, Apakah Amalan tarekat syatariah

diseluruh pengguron itu sama?

R : Secara prinsip adalah sama, cuma ada sedikit perbedaan Variasi yang kurang

signifikan dari setiap-setiap daerah atau pengguron.

8. K : Bagaimana menurut bapak tentang ajaran "Martabat tujuh" yang merupakan

ajaran yang menonjol dari Tarekat Syattariyah ?

R : Sebenarnya tidak ada kesepakatan secara formal oleh para rama guru tentang

suatu ajaran tarekat, namun masing-masing rama guru akan menyetujui terhadap ajaran

Tarekat yang datang dari seorang rama guru yang telah di sepakati kwalitasnya. Jadi

pendapat kami tentang ajaran martabat tujuh yang beredar di kalangan pengguron Krapyak

adalah secara teoritis kami membenarkannya.

9. K : Bagaimana pengaruh wirid tarekat terhadap kehidupan spiritual mereka ?

R : Pengaruhnya adalah dapat mendatangkan ketentraman hati dan optimis dalam

hidup serta dinamis.

10. K : Apakah semua tata cara dzikir dan tata kramanya di semua penggguron itui

sama?

Page 107: ABSTRAK - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19761/1/MUHAMAD... · Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ... para mursyid

R : Secara prinsip umum itu sama Cuma ada sedikit perbedaan variasi dalam

mempraktekkan dzikir tersebut.

11. K : Dalam naskah kitab Dadalan kitab Syattariyah Ratu Raja Fatimah tertulis pada

urutan silsilah tarekat bahwa tarekat Syattariyah ini di bawa ke Cirebon oleh Kyai

Muhammad Soleh dari Kertabasuki Cirebon, kesimpulan ini saya lahir berdasarkan fakta

bahwa Kyai Muhammad Soleh inilah yang berasal dari Cirebon berdasarkan penisbatan

daerah di akhir namanya, bagaimana menurut Rama ?

R : Itu bias saja dari bukti tertulis, tapi bukan hanya itu saja.dari bukti-bukti yang lain

dinyatakan bahwa Sunan Gunung Jati juga mempelajari Tarekat Syattariyah. Dan ada juga

dari jalur-jalur yang lain. Jadi masuknya Tarekat Syattariyah ke Cirebon perlu di kaji lebih

lanjut, tapi yang sudah pasti adalah yang sudah di sebut tadi (Sunn Gunung Jati dan Kyai

Muhammad Soleh dari Kertabasuki).

12. K : Disebutkan dalam naskah Mertasinga bahwa Sunan Gunung Jati mempelajari

Tarekat Syattariyah dari Syaikh Jumadil Kubro ketika beliau belajar di Mekah, namun dalam

dua jalur silsilah yang kami dapatkan baik yang berasal dari Keraton Kanoman dan dari

Kaprabonan tidak terdapat nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati?

R : Jadi memang opini yang menyatakan bahwa Sunan Gunung Jati itu mengambil

Tarekat Syattariyah itu hanya berdasarkan riwayat dari mulut ke mulut yang beredar di

kalangan Keraton Cirebon bahwa Sunan Gunung Jati itu mengamalkan Tarekat Syattariyah.