Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

176
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH Muhamad Zulfahmi PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432

description

bambamabam

Transcript of Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

Page 1: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR

TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH

Muhamad Zulfahmi

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432

Page 2: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR

TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH

Muhamad Zulfahmi

107092003408

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432

Page 3: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih

Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah”,

yang ditulis oleh Muhamad Zulfahmi NIM 107092003408, telah diuji dan

dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis tanggal

28 Juli 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I

Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP

Penguji II

Ir. Junaidi, M.Si

Pembimbing I

Ir. Siti Rochaeni, M.Si

Pembimbing II

Drs. Acep Muhib, MM

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

NIP. 19680117 200112 1 001

Ketua

Program Studi Agribisnis

Drs. Acep Muhib, MM

NIP. 19690605 200112 1 001

Page 4: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANA PUN

Jakarta, Agustus 2011

Muhamad Zulfahmi

107092003408

Page 5: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Zulfahmi, SP

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 April 1989

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Tinggi, Berat Badan : 170 cm, 65 kg

Agama : Islam

Alamat : Jl. Olahraga II No. 18, Rt. 012 Rw. 05, Kel. Cililitan,

Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur, 13640

Nomor Kontak : Hp. 0857-80061671 / 021-91952739

Hm. 021-8001560

e-mail : [email protected]

IPK : 3,84

2007 – 2011 : S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

2004 – 2007 : SMA Negeri 48 Jakarta

2001 – 2004 : SMP Negeri 126 Jakarta

1. Mampu mengoperasikan Microsoft Office, Internet dan aplikasi e-mail serta

berbagai program piranti lunak (software).

2. Kreatif, inisiatif, jujur, disiplin, bekerja keras, memiliki jiwa kepemimpinan,

kemauan untuk belajar, mampu bekerja mandiri maupun di dalam tim, dan

mampu berkomunikasi dengan sangat baik.

2008 – 2009 : Staf Litbang, BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa

Jurusan) Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 : Wakil Ketua Program KKN/S (Kuliah Kerja Nyata /

Sosial) Mengembangkan Potensi Perdesaan Menuju

Masyarakat Mandiri dengan Proyek Utama Agribisnis

Ikan Lele kerjasama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan Desa Tajur Halang, Kec. Cijeruk, Kab. Bogor.

IDENTITAS DIRI

RIWAYAT PENDIDIKAN

PENGALAMAN ORGANISASI

PENGALAMAN TUGAS

KEMAMPUAN

Page 6: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

RINGKASAN

MUHAMAD ZULFAHMI, Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram

Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah

(di bawah bimbingan IR. SITI ROCHAENI, M.Si dan DRS. ACEP MUHIB, MM)

Jamur tiram putih adalah komoditi yang dapat dikembangkan dan diarahkan

untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dan

memperbaiki keadaan gizi. Usaha jamur tiram putih terlihat menjanjikan karena

melihat minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat sehingga

berpengaruh positif terhadap permintaan jamur. Model usaha jamur tiram putih

yang dijalankan oleh Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa

Indah saat ini memiliki beberapa variasi kegiatan, yaitu produksi baglog (media

tanam) jamur tiram putih siap panen, jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur

tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Oleh karena

itu, terjadi perubahan pada struktur biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang

diterima unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah sehingga dinilai perlu

dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut mengingat suatu usaha harus mampu

mengelola usahanya secara tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis besar biaya dan tingkat

pendapatan pada P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih, dan

(2) mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau dari

analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan break event point (BEP).

Penelitian yang dibahas melingkupi kajian kegiatan unit usaha jamur tiram putih

P4S Nusa Indah serta struktur biaya dan pendapatan selama periode kemitraaan

dengan wirausahawan jamur tiram putih.

Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah,

Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat pada bulan Mei - Juni 2011. Data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi

di lapangan dan wawancara (depth interview). Data sekunder diperoleh melalui

pengumpulan data dan informasi dari berbagai literature ilmiah, buku-buku dan

lembaga-lembaga terkait.

Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode tabulasi

dengan bantuan piranti lunak (software) program Microsoft Excel 2003. Metode

analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode

kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat kegiatan usaha jamur

tiram putih di P4S Nusa Indah, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan

analisis finansial untuk mengetahui besar biaya, tingkat pendapatan dan kelayakan

usaha jamur tiram putih. Analisis finansial meliputi analisis pendapatan usaha,

analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan atas biaya, dan

analisis Break Event Point (BEP).

Page 7: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

vi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui besar biaya yang dikeluarkan P4S

Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih adalah sebesar Rp.

245.852.240,-. Sejumlah dana yang dikeluarkan tersebut terdiri dari biaya tunai

yang menyumbang 96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43% dari

keseluruhan biaya. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh

pendapatan bersih sebesar Rp. 38.168.010,- dengan 73,65% berasal dari produksi

baglog jamur tiram putih siap panen, 18,99% berasal dari paket kemitraan investasi

usahatani jamur tiram putih, dan 7,35% berasal dari budidaya jamur tiram putih

dengan sistem kemitraan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha tersebut mampu

menutup keseluruhan pengeluaran dengan penerimaan yang diperoleh dan

menghasilkan keuntungan.

Berdasarkan hasil analisis perbandingan penerimaan atas biaya (R/C ratio)

diperolah nilai sebesar 1,16 yang berarti usaha jamur tiram putih tersebut mampu

menghasilkan penerimaan Rp. 1.160,- dari setiap seribu rupiah uang yang

dikeluarkan. Kemudian pada hasil analisis perbandingan keuntungan atas biaya

(B/C ratio) mengeluarkan nilai sebesar 0,16 yang mengindikasikan dari setiap Rp.

1.000,- pengeluaran mampu memberikan keuntungan sebesar Rp. 160,-. Pada hasil

analisis break even point (BEP) untuk produksi baglog jamur tiram putih dihasilkan

nilai 48.155 baglog (BEP volume produksi), Rp. 1.498,13,- (BEP harga jual), dan

Rp. 18.283.272,- (BEP penerimaan), sedangkan untuk paket kemitraan investasi

usahatani jamur tiram putih diperoleh nilai sebesar 3,25 kumbung (BEP volume

produksi), Rp. 8.187.500,- (BEP harga jual), dan Rp. 3.750.000,- (BEP penerimaan)

kemudian untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan didapatkan

nilai sebesar 13.690,50 kg (BEP volume produksi), Rp. 8.799,62,- (BEP harga jual),

dan Rp. 62.209.803,- (BEP penerimaan). Hal tersebut mengindikasikan bahwa

usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah mampu memberikan

keuntungan dan tidak merugikan P4S Nusa Indah mengingat kondisi aktual

produksinya lebih tinggi dari pada nilai titik impas (BEP).

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa besar biaya yang dikeluarkan

P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih merupakan gabungan

dari biaya tunai yang menyumbang sebesar 96,57% dan biaya diperhitungkan

dengan porsi 3,43%. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan dengan persentase

tersebut masing-masing terdiri dari biaya produksi baglog jamur tiram putih siap

panen sebesar 35,78% dan 58,65%, biaya paket kemitraan investasi usahatani jamur

tiram putih sebesar 13,48% dan 8,9%, serta biaya budidaya jamur tiram putih

dengan sisitem kemitraan sebesar 50,74% dan 32,45%. Usaha jamur tiram putih

P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih yang bernilai positif sehingga

mengindikasikan usaha tersebut menguntungkan. Unit usaha ini memperoleh

pendapatan dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen (73,65%), paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih (18,99%), dan budidaya jamur

tiram putih dengan sistem kemitraan (7,35%). Usaha jamur tiram putih yang

dijalankan oleh P4S Nusa Indah dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan

mengingat perolehan pendapatan yang cenderung menguntungkan. Hal ini juga

ditunjang oleh beberapa hasil analisis usaha yang dapat digunakan sebagai salah

satu indikator kelayakan suatu usaha, yaitu analisis R/C ratio, B/C ratio, dan BEP

yang menyatakan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan memberikan manfaat.

Page 8: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena dengan nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model

Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah“. Shalawat dan

salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para

sahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan Allah SWT.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian. Sejak awal penyusunan skripsi ini hingga terbentuknya suatu karya

ilmiah yang utuh dibutuhkan proses yang tidak mudah. Namun, hal tersebut dapat

terlewati dengan adanya peran serta orang-orang di sekitar penulis yang selalu

memberi dorongan dan dukungan hingga skripsi ini tersusun. Pada kesempatan

kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada

semua pihak yang turut membantu, terutama kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Papa Ahmad Zayadi dan Mama

Fauziah yang tidak pernah letih memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi,

doa, semangat, dan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil.

Sesungguhnya ananda tak akan pernah dapat membalas semua itu, semoga

Allah SWT. selalu memberikan pahala, berkah, kasih sayang, dan

perlindungan-Nya kepada mama dan papa tercinta. Syukron jazakumullah

khairan katsir atas perjuangannya.

2. Adikku tersayang, Siti Nurochmah dan Muhammad Ilham Ramdani yang

memberikan doa, semangat, dan keceriaan disaat penulis merasakan

penurunan motivasi dan semangat. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan

kalian dengan pahala yang berlipat. Amin.

3. Bibi dan Paman terhormat, Uwa Hj. Tafsiyah dan Uwa H. Ilyas yang sangat

baik membantu penulis menyelesaikan anggaran biaya kuliah selama ini. Semoga

kebaikannya terbalas dengan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin

Page 9: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

viii

4. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing,

memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan serta meluangkan waktu,

tenaga dan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Syukron jazakumullah

khairan katsir.

5. Drs. Acep Muhib selaku Dosen Pembimbing 2 sekaligus Ketua Program Studi

Agribisnis yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasihat dan

arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam penyusunan

skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.

6. Achmad Tjahcha Nugraha, SP, MP selaku Dosen Penguji 1 dalam sidang

munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat dan

arahan untuk kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.

7. Ir. Junaidi, M.Si selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosyah skripsi

penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat, dan arahan untuk

kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.

8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis, yaitu Ir. Mudatsir

Najamuddin, M.MA, Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, Ir. Iwan Aminuddin,

M.Si, Dr. Edmon Daris, MS, Rizki Adi Puspita Sari, SP, M.MA, Rahmi

Purnowati, SP, M.Si, dan masih banyak lagi yang tidak penulis sebutkan satu

persatu tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis sampaikan atas

segala ilmu dan pelajaran selama di bangku perkuliahan maupun di luar itu.

Semoga Allah SWT membalasnya.

9. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Sains dan Teknologi, Dekan

Fakultas, yaitu Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, Pembantu Dekan, yaitu Ir.

Mudatsir Najamuddin, MMA, Dr. Agus Salim, M.Si, Drs. Tabah Rosyadi,

MA. Selain itu, Ibu Tari, Pak Amin, Pak Somari, khususnya Kak Dewi

Rohmawati dan semua yang selama ini membantu penulis dalam penyelesaian

surat-surat administrasi untuk seminar proposal, seminar hasil, sampai ujian

munaqosyah skripsi. Semoga Allah SWT membalasnya.

10. Cucu Komalasari dan segenap keluarga selaku pengelola P4S Nusa Indah

yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dan banyak

membantu penulis selama pengumpulan data.

Page 10: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

ix

11. Umi Haji, Bapak Haji, Dede Supriatna, Teteh Yuyun beserta keluarga, dan

Teteh Nyai beserta keluarga yang berkenan menyediakan penulis tempat

bernaung sementara selama penelitian dilakukan dan memberikan segala doa,

bantuan, dan pengalaman. Semoga Allah membalas dengan Nikmat yang tidak

terhingga untuk kalian dan tali silaturahmi kita tetap terjaga.

12. Sahabat, mitra, sekaligus kekasih hati, Rukiyah yang selalu memberikan

perhatian, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan bantuan yang tiada henti.

Semoga mahabbah ini akan selalu menautkan kita kepada Allah SWT. Amin

13. Keluarga baru, Ibu Umi Kalsum, Bapak Rahmadi, Kakak Rahmi Yuningsih,

Umi Arifiyani, Annisa Mareta, dan Sabrina Alifia Nadira serta Kakak Upuko

Usamah yang banyak memberikan doa, bantuan, harapan, dan motivasi. Semoga

tali silaturahmi dan persaudaraan ini akan selalu terjaga dengan baik. Amin.

14. My pal (“braders” Irvan, Lisan, Andry, Adam, Teguh, Suryadi, Aan, Wahyu,

Mico, Abdul, Mamet, Arul, Faisal, Dana, Rian, dan Dudi) serta Agri‟s Girl

2007 atas diskusi, doa dan dukungannya. Semoga Allah membalas dengan

Nikmat tak terhingga untuk kalian “brad”, dan tali silaturahmi ini tetap terjaga.

15. Rekan-rekan senior (Ka Mughni ‟04, Ka Buyung „05, Ka Aris ‟05, Ka Jelita

‟05, Ka Reza ‟06, Ka Ajeng ‟06, Ka Ulfa ‟06, Ka Purwanto ‟06, Ka Andi ‟06)

dan adik kelas penulis di seluruh angkatan atas doa dan dukungannya.

16. Semua pihak yang telah membantu namun penulis tidak dapat sebutkan satu

persatu tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga Allah

SWT memberi keberkahan kepada kita semua. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin.

Jakarta, Agustus 2011

Muhamad Zulfahmi

Page 11: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1 Biaya Usahatani ................................................................................... 7

2.2 Pendapatan Usahatani ......................................................................... 8

2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani .......................................... 9

2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) ................ 10

2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)................ 10

2.3.2 Analisis Break Event Point (BEP) .......................................... 11

2.4 Jamur Tiram Putih ............................................................................. 12

2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih .................................................. 12

2.4.2 Manfaat Jamur Tiram Putih .................................................... 16

2.5 Usaha Jamur Tiram Putih .................................................................. 18

2.5.1 Sarana Produksi dalam Usaha Jamur Tiram Putih .................. 19

2.5.2 Tatalaksana Usaha Jamur Tiram Putih.................................... 24

2.6 Kemitraan Usaha ............................................................................... 30

2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 36

2.8 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42

Page 12: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

xi

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 45

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 45

3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 45

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 46

3.4.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 47

3.4.2 Analisis Finansial .................................................................... 47

3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 53

4.1 Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah .................................... 53

4.2 Azas dan Prinsip P4S Nusa Indah ..................................................... 54

4.4.1 Azas ......................................................................................... 54

4.4.2 Prinsip ..................................................................................... 55

4.3 Lokasi P4S Nusa Indah ..................................................................... 55

4.4 Struktur Organisasi P4S Nusa Indah ................................................. 59

4.5 Kegiatan Usaha P4S Nusa Indah ....................................................... 62

4.5.1 Keragaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah............. 67

4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah ......................... 69

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 87

5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ......... 87

5.1.1 Biaya Tunai ............................................................................. 87

5.1.2 Biaya Diperhitungkan ............................................................. 98

5.1.3 Biaya Total ............................................................................ 103

5.2 Hasil Analisis Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ... 104

5.2.1 Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih

Siap Panen ............................................................................. 105

5.2.2 Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani

Jamur Tiram Putih ................................................................ 106

5.2.3 Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan

Sistem Kemitraan ................................................................. 108

5.2.4 Penerimaan Total .................................................................... 109

Page 13: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

xii

5.3 Hasil Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S

Nusa Indah ...................................................................................... 110

5.4 Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram

Putih P4S Nusa Indah ..................................................................... 111

5.4.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) .............. 112

5.4.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio).............. 114

5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP) ......................................... 116

5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ...... 122

5.5.1 Pemasaran Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen ............... 124

5.5.2 Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar .................................... 126

5.6 Model Kemitraan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah ... 128

5.7 Biaya dan Pendapatan yang Diperoleh Mitra (Wirausahawan

Jamur Tiram Putih) dalam Kemitraan dengan P4S Nusa Indah ..... 131

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 136

6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 136

6.2 Saran ................................................................................................ 137

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

DAFTAR TABEL

1. Nilai Gizi Beberapa Jenis Jamur dan Sayuran .................................................... 2

2. Produksi Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007 .......................... 3

3. Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram ................... 15

4. Gizi Jamur Tiram Putih per 100 g ..................................................................... 16

5. Kebutuhan Bahan-bahan dalam Pembuatan Baglog Jamur Tiram .................... 25

6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Dapat Digunakan Sebagai Acuan ................. 41

7. Data Nama Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan

Tamansari Tahun 2011 ...................................................................................... 57

8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tamansari Tahun 2011 ........... 57

9. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Menurut Usia Tahun 2011......... 58

10. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2011 ..................................................................................... 59

11. Data Biodata Pengurus dan Anggota P4S Nusa Indah Tahun 2011 ................. 60

12. Sarana dan Prasarana P4S Nusa Indah .............................................................. 63

13. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tahun 2011 ...................................................... 65

14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

per Satu Paket (155 Baglog) .............................................................................. 70

15. Komponen Biaya Tunai Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ................................. 88

16. Komponen Biaya Tunai Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur

Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 ............ 95

17. Komponen Biaya Tunai Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ............. 96

18. Komponen Biaya Diperhitungkan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih

Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 .............. 99

Page 15: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

xiv

19. Komponen Biaya Diperhitungkan Paket Kemitraan Investasi Usahatani

Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 .... 100

20. Komponen Biaya Diperhitungkan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan

Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 .... 101

21. Komponen Biaya Total Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah,

Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................... 103

22. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Produksi Baglog Jamur

Tiram Putih Siap Panen, Periode November 2010 - Mei 2011 ....................... 105

23. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Paket Kemitraan Investasi

Usahatani Jamur Tiram Putih, Periode November 2010 - Januari 2011 ......... 107

24. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Budidaya Jamur Tiram Putih

dengan Sistem Kemitraan, Periode November 2010 - Mei 2011 .................... 108

25. Komponen Penerimaan Total Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah,

Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................... 109

26. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode

November 2010 - Mei 2011 ............................................................................ 110

27. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S

Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ........................................... 112

28. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S

Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ........................................... 114

29. Komponen Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Usaha

Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ..... 117

30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha

Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ..... 118

31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih

P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ................................... 120

32. Data Permintaan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa

Indah Pada Bulan November 2010 - Mei 2011 ............................................... 124

33. Harga Jual Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen P4S Nusa Indah ............... 125

34. Volume Produksi Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah pada Satu Unit

Kumbung Budidaya Selama Bulan November 2010 - April 2011 .................. 127

Page 16: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

xv

35. Komponen Biaya Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih)

dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama

P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ................................. 131

36. Komponen Penerimaan Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram

Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan

bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ................... 133

37. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Wirausahawan

Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Bersama P4S Nusa Indah,

Periode November 2010 - April 2011 ............................................................. 134

Page 17: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

DAFTAR GAMBAR

1. Jamur Tiram Putih ............................................................................................. 13

2. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 44

3. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah, Bogor Tahun 2011 ................................... 61

4. Beberapa Fasilitas P4S Nusa Indah di Unit Usaha Jamur Tiram Putih ............ 62

5. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ................................. 119

6. Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih ......................................... 129

7. Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan .................................. 130

Page 18: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rincian Biaya Investasi Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 143

2. Rincian Biaya Penyusutan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap

Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011...................... 144

3. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan

Diperhitungkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S

Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................ 145

4. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Produksi

Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode

November 2010 - Mei 2011 ............................................................................ 146

5. Rincian Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 147

6. Rincian Pendapatan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 147

7. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan

Diperhitungkan) Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih

di P4S Nusa Indah Periode November - Desember 2010 ................................ 148

8. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Paket

Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Periode November - Desemeber 2010 ............................................................. 148

9. Rincian Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur

Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 .......... 149

10. Rincian Pendapatan dari Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur

Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 .......... 149

11. Rincian Biaya Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 150

12. Rincian Biaya Penyusutan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 .............. 150

13. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan

Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan

di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 .............................. 151

Page 19: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

xviii

14. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan

Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan

di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 .............................. 151

15. Rincian Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 152

16. Rincian Pendapatan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 152

17. Denah Unit Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Tahun 2011.............. 153

18. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah .................. 154

19. Kegiatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Tahun 2011.............. 155

20. Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................................ 156

Page 20: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan kondisi

alam yang baik. Daratan yang subur, iklim tropis dengan curah hujan tinggi,

matahari yang bersinar sepanjang tahun, serta keanekaragaman hayatinya

membuat Indonesia sebagai negara agraris yang potensial. Salah satu yang

dimiliki adalah potensi untuk mengembangkan produksi jamur. Hal tersebut

dikarenakan sumber daya alam yang dimiliki dan dapat dijadikan sebagai bahan

produksi jamur. Bahan tersebut tersedia dalam jumlah banyak dan tersedia

sepanjang tahun.

Sebagai contoh adalah serbuk gergaji yang berasal dari sisa-sisa

penggergajian kayu yang menjadi limbah dan belum termanfaatkan. Menurut

Chang (1991) dalam Meiganati (2007:20), serbuk gergaji tersebut dapat

digunakan sebagai bahan baku bagi media pertumbuhan jamur kayu karena jamur

kayu dapat tumbuh di semua bahan yang mengandung selulosa, termasuk serbuk

kayu yang merupakan limbah industri penggergajian karena mengandung selulosa

yang ada dalam semua bagian dalam kayu. Jamur kayu yang umum

dibudidayakan dan dikonsumsi antara lain jamur tiram, jamur merang, jamur

champignon, jamur morel, jamur lingzhi, jamur emas, dan jamur payung

(Suriawiria, 1986:33).

Page 21: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

2

Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada

saat ini ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan

pendapatan masyarakat, memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman

jenis bahan makanan. Salah satu jenis komoditi tersebut adalah jamur tiram putih

yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk memberdayakan masyarakat,

meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui

penganekaragaman jenis bahan makanan.

Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Jamur

tiram memiliki kandungan protein yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

jamur dan sayuran lainnya. Kandungan lemak jamur tiram relatif lebih rendah

dibandingkan jamur shitake dan tauge. Oleh sebab itu mengkonsumsi jamur tiram

sangat baik untuk kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Gizi Beberapa Jenis Jamur dan Sayuran

No Kandungan Gizi

Jenis Sayuran

Jamur

Kuping

Jamur

Shitake

Jamur

Tiram

Jamur

Merang Tauge Bayam

1 Protein (%) 7,7 17,7 30,4 16,0 9,0 3,5

2 Lemak (%) 0,8 8,0 2,2 0,9 2,6 0,5

3 Karbohidrat (%) 87,6 67,5 57,6 64,5 6,4 6,5

4 Serat (%) 14,6 8,0 8,7 4,0 - -

5 Vitamin C (mg) - - 0 0 - 80,6

6 Kalori (Kkal) 347 387 345 274 67 36

7 Calcium (mg) 287 98 33 51 - 257

Sumber : Departemen Pertanian (1982) dalam Manullang (2008:2)

Keterangan : (-) Tidak ada data

Salah satu penghasil jamur tiram putih di Jawa Barat adalah di Kabupaten

Bogor. Produksi jamur tiram putih di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor

pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Page 22: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

3

Tabel 2. Produksi Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007

No. Kecamatan Produksi (kg)

1 Cisarua 173.250

2 Tamansari 38.300

3 Pamijahan 8.638

4 Rancabungur 4.420

5 Leuwi Sadeng 3.000

6 Cijeruk 2.040

Jumlah 229.648

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2007:47)

Minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat pada

tahun 2004 - 2008 sehingga berpengaruh positif terhadap permintaan jamur.

Permintaan jamur yang terus meningkat berapapun jumlah jamur yang diproduksi

petani selalu habis terserap oleh pasar. Kenaikannya sekitar 20-25 % per tahun

(www.agrina-online.com/show_article, 2008 dalam Manullang, 2008:3).

Walaupun demikian, berdasarkan penelitian Meiganati pada tahun 2007,

menunjukkan bahwa usaha petani jamur akhir-akhir ini mengalami banyak

kemunduran, bahkan di daerah Cisarua, kelompok tani Kaliwung Kalimuncar

yang dibina oleh Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, terhenti

karena naiknya biaya operasional. Di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea,

usaha jamur rakyat atas swadaya masyarakat terhenti karena kurangnya SDM

yang mampu bekerja pada budidaya jamur.

Hal tersebut salah satunya diakibatkan karena bagian tersulit dan paling

beresiko dalam kegiatan budidaya jamur adalah dalam pembuatan media tanam

(baglog) yang akan diberi bibit (diinokulasi). Kegagalan pada pembuatan baglog

tidak akan menghasilkan pertumbuhan jamur. Banyak petani jamur yang belum

menguasai teknik pembuatan baglog. Itu sebabnya banyak petani jamur yang

Page 23: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

4

memilih untuk membeli baglog yang sudah berusia 40 – 45 hari untuk kemudian

dibudidayakan karena petani cukup membuka tutup dan melakukan perawatan,

maka jamur tiram putih pun segera tumbuh.

Usaha pembuatan baglog (media tanam) jamur tiram putih siap panen

inilah yang menjadi fokus utama unit usaha jamur tiram putih di Pusat Pelatihan

Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, namun dalam perjalanannya juga

membudidaya dan memasarkan jamur tiram putih apabila ada mitra usaha atau

pembeli baglog yang ingin bekerjasama dalam hal tersebut. Salah satu unit usaha

unggulan di P4S Nusa Indah ini telah lama berkecimpung pada usaha pembuatan

baglog jamur tiram putih siap panen sehingga mampu menghasilkan baglog

berkualitas yang siap panen dalam waktu 4 – 5 hari.

Dalam pengamatan penulis selama survei pra penelitian, saat ini unit

usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini memproduksi sekitar tujuh paket

yang setara dengan mampu menghasilkan 1155 baglog ukuran 17 cm x 35 cm

dalam kurun waktu satu pekan. Sementara produksi yang lebih besar dilakukan

berdasarkan pesanan. Jika ada yang memesan dalam jumlah besar, maka produksi

bisa mencapai 10.000 baglog per bulan. Selain itu, saat ini P4S Nusa Indah juga

bekerjasama dengan wirausahawan jamur tiram putih dalam hal budidaya jamur

tiram putih yang diwujudkan berupa kemitraan investasi, pengelolaan, perawatan,

dan pemasaran jamur tiram putih. Oleh karena itu, terjadi perubahan pada sumber

penerimaan di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang dilihat perlu

dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut.

Page 24: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

5

Suatu usaha harus mampu mengelola usahanya secara tepat, mengingat

masih terbukanya peluang pasar untuk jamur tiram putih dan perkembangan dunia

usaha saat ini yang mengalami kemajuan cukup pesat, namun tingkat persaingan

cukup ketat, dan banyak bermunculan berbagai macam jenis usaha baru yang

sejenis. Dengan demikian diperlukan suatu analisis terhadap usaha yang

dilakukan, oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis biaya

dan pendapatan usaha jamur tiram putih yang mengambil lokasi penelitian di

Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan (P4S) Nusa Indah pada unit usaha jamur

tiram putih yang terletak di Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini penelitian ini dapat disusun

dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut :

1. Berapakah besar biaya dan tingkat pendapatan pada unit usaha jamur tiram

putih P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih?

2. Bagaimanakah kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau

dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan titik impas

(break event point)?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis besar biaya dan tingkat pendapatan pada P4S Nusa Indah

dalam menjalankan usaha jamur tiram putih.

Page 25: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

6

2. Mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau

dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan titik impas

(break event point).

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang

berkepentingan. Pihak-pihak tersebut antara lain,

1. P4S Nusa Indah, hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai bahan

informasi dalam melihat dan mengevaluasi kinerja usaha jamur tiram putih.

2. Peneliti, hasil peneltian ini dapat bermanfaat untuk melatih kemampuan

penerapan teori perkuliahan, menambah pengetahuan mengenai jamur tiram

putih, dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

3. Perguruan Tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini berfungsi

untuk menambah bahan literature serta pengetahuan mengenai usaha jamur

tiram putih.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dibahas dalam analisis usaha ini meliputi kajian kegiatan

unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang terdiri dari produksi baglog

jamur tiram putih siap panen, jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram

putih, dan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Selain

itu juga dibahas analisis deskriptif untuk mengetahui keragaan unit usaha jamur

tiram putih P4S Nusa Indah. Serta dilakukan pula analisis finansial untuk

mengetahui tingkat kelayakan usaha jamur tiram putih yang dapat dilihat melalui

hasil analisis biaya dan pendapatan, R/C Ratio, B/C Ratio, dan BEP.

Page 26: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biaya Usahatani

Pengertian biaya dalam usahatani adalah sejumlah uang yang dibayarkan

untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani. Biaya usahatani

merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola

usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal (Soekartawi, 1994:2).

Menurut Hermanto (1989:30), biaya dalam usahatani dapat dibedakan

berdasarkan atas :

a. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :

1) Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada

besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, sewa tanah, penyusutan

alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.

2) Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

produksi, misalanya : pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-

obatan dan biaya tenaga kerja.

b. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari:

1) Biaya tunai, adalah untuk biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar

tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan

biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan

tenaga luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian

modal yang dimiliki oleh petani.

Page 27: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

8

2) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan peralatan,

bangunan, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam

keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana

manajemen suatu usahatani.

2.2 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi, dkk (1994:76), untuk menganalisis pendapatan

usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah

hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan. Menurut Soekartawi

(1994:5) penerimaan adalah total nilai produk yang dijalankan yang merupakan

hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau nilai uang yang

diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut. Penerimaan usaha yaitu

penerimaan dari semua sumber usaha. Sedangkan biaya atau pengeluaran

usahatani yang dimaksud adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-

lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.

Analisis pendapatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

pendapatan yang sesungguhnya diperoleh oleh petani dan untuk membantu

perbaikan pengelolaan usaha pertanian. Pendapatan yang diperoleh akan

digunakan untuk memenuhi biaya hidup, biaya produksi, dan cadangan untuk

perkembangan usahatani. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani

maupun bagi pemilik faktor produksi. Bagi seorang petani, analisis pendapatan

membantu untuk mengukur apakah usaha pada saat itu berhasil atau tidak

(Soeharjo dan Patong, 1973:23).

Page 28: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

9

Lebih lanjut Soeharjo dan Patong (1973:25) menambahkan bahwa

usahatani dikatakan sukses bila pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut :

a. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya

angkutan dan biaya administrasi yang melekat pada pembelian tersebut.

b. Cukup membayar bunga modal yang ditanamkan (termasuk pembayaran sewa

tanah atau pembayaran dana depresiasi modal).

c. Cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah

lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani

Beberapa pengukuran dalam analisis biaya dan pendapatan usahatani yang

dikenal adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.

Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan

biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan, dan merupakan ukuran kemampuan

usaha untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari

total penerimaan dikurangi dengan biaya total termasuk didalamnya biaya-biaya

yang diperhitungkan.

Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan usaha dengan

pengeluaran tunai usaha dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk

menghasilkan uang. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai

hutang usahatani yang mungkin terjadi. (Soekartawi dkk, 1994:78). Selain itu,

untuk menganalisis biaya dan pendapatan usahatani, umumnya disertai dengan

analisis lain seperti analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan

atas biaya, dan analisis titik impas (break even point).

Page 29: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

10

2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)

Soeharjo dan Patong (1991:19) menyatakan bahwa rasio penerimaan atas

biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap

rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya

produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan

usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui

apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak.

Nilai R/C Ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan

biaya satu satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) maka akan menghasilkan

tambahan penerimaan yang lebih besar daripada satu satuan mata uang.

Sebaliknya, jika nilai rasio lebih kecil dari satu berarti penambahan biaya satu

satuan mata uang maka akan menghasilkan penerimaan kurang dari satu satuan

mata uang. Suatu usahatani dapat dikatakan layak dan menguntungkan apabila

nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, begitupun sebaliknya.

2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)

Menurut Soeharto (1997:441), B/C Ratio merupakan metode yang

dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu

satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) yang dikeluarkan. B/C Ratio adalah suatu

rasio yang membandingkan antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha

dengan biaya yang dikeluarkan.

Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C

lebih besar dari nol, semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat

Page 30: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

11

yang diperoleh dari usaha tersebut dan menunjukkan semakin besar pula

pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan.

2.3.3 Analisis Break Even Point (BEP)

Menurut Harmaizar dan Rosidayati (2004:261), analisis break even point

(BEP) atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu

metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume

penjulaan / produksi dan juga dikenal dengan analisis CPV (Cost-Profit-Volume)

untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada

tingkat tersebut perusahaan atau suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun

kerugian.

Titik impas (break even point) merupakan jumlah penjualan output yang

akan menyamakan pendapatan dengan biaya total atau dalam kalimat lain dapat

disebutkan bahwa jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi

Rp. 0 (nol rupiah) (Horngren, dkk (2005:75). Break even point menjelaskan

berapa banyak output harus terjual agar tidak menanggung rugi operasi.

Kegunaan dari analisis titik impas antara lain untuk mengetahui volume

penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum

memperoleh laba, menentukan volume penjualan yang harus dicapai untuk

memperoleh tingkat keuntungan tertentu, sebagai dasar untuk mengendalikan

kegiatan operasi perusahaan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

harga jual.

Page 31: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

12

2.4 Jamur Tiram Putih

2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih

Menurut Redaksi Trubus (2010:4), jamur merupakan tumbuhan sederhana.

Tubuhnya hanya terdiri dari dua bagian, yaitu tudung dan batang. Tumbuhan ini

tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mampu menolah sendiri makanannya.

Tudung merupakan bagian yang selama ini dikonsumsi adalah tubuh buah, salah

satu fase dalam siklus hidup. Tubuh buah akan menghasilkan spora yang

merupakan alat perkembangbiakan. Tudung pada jamur merupakan penciri kelas

Basidiomycetes (jamur tingkat tinggi).

Salah satu jamur kelas tinggi tersebut adalah jamur tiram (Pleurotus). Di

antara semua anggota spesies Pleurotus yang terdiri dari jamur tiram kuning

(Pleurotus citrinipileatus), jamur tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jamur tiram

merah muda (Pleurotus flabellatus), jamur tiram cokelat (Pleurotus cystidiosus),

jamur tiram raja (Pleurotus umbellatus), dan jamur tiram putih (Pleurotus

ostreatus), hanya jamur tiram putih yang akhirnya dikenal khalayak. Sekujur

tubuh buah jamur tiram ini berwarna putih karena sporanya tak berwarna.

Permukaan tudung licin dan agak berminyak. Pada kondisi lembap, tepiannya

bergelombang. Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sangat

baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, enak,

gurih, dan agak kenyal, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain

dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami

pengeringan untuk pengawetan (Redaksi Trubus, 2010:7).

Page 32: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

13

Batang jamur tiram putih setinggi 5 - 10 cm. Batang tersebut menopang

tudung tetapi „pertemuan‟ tidak pada pusat lingkaran, melainkan bergeser

beberapa sentimeter (cm). Pada jamur liar, di bagian atas batang terdapat cincin

yang melingkari batang. Di pangkal, tumbuh cabang-cabang atau batang kecil

yang juga menopang tudung. Spora terdapat di permukaan dan di dalam batang.

Bagian dalam sering dimanfaatkan untuk perbanyakan di laboratorium karena

spora lebih steril (Redaksi Trubus, 2010:4).

Jamur tiram putih dikenali dari sosoknya yang seperti payung dengan

bentuk tudung (cap) membulat, lonjong, dan agak cekung sehingga mirip

cangkang tiram. Lebar tudung 4 - 14 cm, bahkan ada yang mencapai 25 cm.

Warna tudung jamur tiram putih adalah sesuai dengan namanya, yaitu putih. Daya

tahan tubuh buah (tudung) hanya 1 - 2 hari, setelah itu layu dan keriput. Bentuk

tudung ada dua macam, yakni tiram dan corong. Pada bagian bawah dari tudung

terdapat sekat-sekat yang disebut gill. Sekat-sekat panjang itu mulai dari batang

menuju tudung. Setelah mencapai tudung, sekat bercabang dua. Di sekat-sekat itu

juga terdapat jutaan spora sebagai alat generatif yang memenuhi hampir sekujur

tubuh buah dan berukuran sangat kecil (Redaksi Trubus, 2010:4-5). Rupa bentuk

jamur tiram putih secara umum dapat dilihat pada gambar 1.

.

Gambar 1. Jamur Tiram Putih

Page 33: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

14

Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara sangat

berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram putih. Suhu pada saat inkubasi lebih

tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan. Suhu inkubasi jamur tiram

berkisar antara 26-280C dengan kelembaban 60-80%. Sedangkan suhu pada

pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 22-250C dengan

kelembaban 80-90 % (Redaksi Trubus, 2010:46).

Lebih lanjut Redaksi Trubus (2010:16) menjelaskan bahwa terdapat tiga

faktor lingkungan yang perlu menjadi pertimbangan bila membudidayakan jamur

tiram, yaitu kelembapan, suhu, dan cahaya. Di samping itu, pertumbuhan jamur

tiram memerlukan beberapa parameter persyaratan, terutama mencakup

temperatur, kelembapan relatif, waktu, kandungan, CO2 , dan cahaya. Parameter

tersebut memilki pengaruh berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan

pertumbuhan, misalnya:

a) terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam;

b) terhadap pembentukan bakal kuncup jamur;

c) terhadap pembentukan tubuh buah;

d) terhadap siklus panen; dan

e) terhadap rasio antara berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur

Tabel 3 berikut ini menunjukkan faktor lingkungan yang menentukan

pertumbuhan budidaya jamur tiram.

Page 34: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

15

Tabel 3. Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram

Parameter Pertumbuhan Besaran

Pertumbuhan Miselia pada Substrat Tanam

a. Temperatur Inkubasi 240C – 29

0C

b. RH 90% - 100%

c. Waktu Tumbuh 10 – 14 hari

d. Kandungan CO2 5.000 – 20.000 ppm

e. Cahaya 500 – 1000 lux

f. Sirkulasi Udara 1 – 2 jam

Pembentukan Bakal Kuncup

a. Temperatur inisiasi pertumbuhan 210C – 27

0C

b. RH 90% – 100%

c. Waktu Tumbuh 3 – 5 hari

d. Kandungan CO2 < 1.000 ppm

e. Cahaya 500 – 1.000 lux

f. Sirkulasi Udara 4 – 8 jam

Pembentukan Tubuh Buah

a. Temperatur inisiasi pertumbuhan 210C – 28

0C

b. RH 90% – 95%

c. Waktu Tumbuh 3 – 5 hari

d. Kandungan CO2 < 1.000 ppm

e. Cahaya 500 – 1.000 lux

Siap Panen

a. Interval Waktu 3 - 4 kali / 10 – 14 hari

b. Jangka Waktu Masa Panen 2 - 4 kali / 7 – 10 hari

c. Nilai BER 40 - 85

d. Produksi Rata-rata per log tanam 350 gr

Sumber : Suriawiria (2002:22)

Page 35: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

16

Kandungan gizi jamur tiram putih sangat lengkap. Nutrisinya dapat dibagi

menjadi tiga kelompok, yaitu unsur makro, vitamin, dan mineral, seperti yang

dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Karena kelengkapannya itulah maka

tumbuhan ini dapat diolah menjadi bahan farmasi. Di antaranya sebagai

antikolesterol.

Tabel 4. Gizi Jamur Tiram Putih per 100 g

Kelompok Nutrisi Kandungan

Unsur Makro

Protein 10 - 30 g

Lemak 0,3 g

Karbohidrat 4,6 g

Serat 2,3 g

Energi 20 kkal

Vitamin

Vitamin A 30 - 144 mg

Vitamin C 4 mg

Niacin 76,90 mg

Vitamin B 65 mg

Karotene 10 mg

Mineral

Kalsium 5 mg

Fosfor 86 mg

Kalium 258 mg

Besi 1 mg

Sumber : Redaksi Trubus (2010:9)

2.4.2 Manfaat Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih mempunyai kadar protein tinggi dengan asam amino

yang lengkap dan mengandung Vitamin Bl, B2, dan beberapa gram mineral dari

unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K (Pikiran Rakyat (1992) dalam Wati (2000:10)).

Manurut Redaksi Trubus (2010:4), kandungan logam berat di jamur tiram juga

Page 36: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

17

masih jauh di bawah batas yang ditetapkan dalam undang-undang Fruit Product

Order and Prevention of Food Adulteration Act tahun 1954. Oleh karena itu

jamur tiram aman dikonsumsi setiap hari. Jamur tiram dapat disajikan sebagai

sayuran yang bisa diolah menjadi “daging” dan sebagai sayur dalam bakso.

Lebih lanjut Redaksi Trubus (2010:10) menambahkan bahwa selain lezat,

jamur tiram mempunyai manfaat sebagai obat beberapa penyakit. Jamur tiram

dikenal masyarakat luas sebagai penurun kolesterol yang ampuh. Berdasarkan

hasil penelitian, pleurotus mengandung 2,8 % lovastatin yang dapat menurunkan

kolesterol. Selain itu, jamur tiram putih juga memiliki kandungan serat mulai

7,4% sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan

Paduan jamur tiram-yoghurt sebagai makanan kesehatan sangat sesuai.

Yoghurt terkenal sebagai probiotik, sementara jamur tiram sebagai antikolesterol.

Jamur tiram yang digunakan dalam perpaduan ini dapat berupa bentuk potongan

ataupun serbuk. Penambahan serbuk jamur tiram mampu menaikkan kadar protein

yoghurt menjadi 2,10 % dari sebelumnya 1,84 %, dan kandungan asam laktat

menjadi 1,53 % dari sebelumnya 1,08 %. Di samping itu, juga mampu

menurunkan kadar lemak yoghurt dari 7,73 % menjadi 4,40 % dan kadar

keasaman (pH) dari 3,53 % menjadi 3,45 % (Redaksi Trubus, 2010:10).

Peneliti mycoremediation menggunakan jamur tiram untuk

mengembalikan atau mengurangi polutan pada tanah. Jamur itu menghasilkan

enzim yang dapat memecah senyawa anorganik seperti minyak, racun, dan

pestisida. Jamur kayu itu sangat efektif menurunkan kontaminasi pada lahan

(Redaksi Trubus, 2010:10).

Page 37: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

18

Jamur yang ditanam pada serbuk limbah penggergajian akan merombak

limbah tersebut menjadi suatu komoditas yang bermanfaat untuk mengurangi

dampak negatif dari limbah serbuk tersebut dan juga dapat menjadi suatu bidang

usaha bagi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan karakteristik jamur kayu yang

dimiliki jamur tiram putih sehingga mampu tumbuh di semua bahan yang

mengandung selulosa (Meiganati, 2007:15).

Budidaya jamur tiram putih, selain hasilnya memuaskan dilihat dari

produktivitas dan peluang pasarnya, juga masih mempunyai nilai tambah dari

baglognya. Baglog jamur tiram putih siap panen dapat dijual kepada petani untuk

dibudidayakan, hal ini karena hal tersulit dan berisiko tinggi dalam usaha

budidaya jamur tiram putih adalah dalam pembuatan baglog (Wati, 2000:22).

2.5 Usaha Jamur Tiram Putih

Berdasarkan penelitian Windyastuti di tahun 2000, usaha jamur tiram

putih adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan pada produksi

tanaman jamur tiram putih. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan

sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik

yang terikat geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya.

Usaha jamur tiram putih yang dilaksanakan dengan tujuan komersil dan

bukan untuk keperluan petaninya sendiri mengandung beberapa unsur, seperti

unsur lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Keempat unsur tersebut

digunakan untuk menghasilkan produk berupa jamur tiram putih yang dipasarkan.

Secara umum pemilihan lokasi lahan untuk kepentingan budidaya jamur

tiram putih didasarkan pada sifat-sifat hidup jamur, kelembaban dan temperatur.

Page 38: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

19

Unsur yang kedua adalah tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan

dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Tenaga kerja tetap diperlukan untuk

pekerjaan-pekerjaan yang menuntut kemampuan khusus, misalnya pemeliharaan,

inokulasi dan penangkaran bibit. Tenaga kerja tetap harus diberi bekal

kemampuan khusus yang dituntut dalam tugasnya.

Unsur usaha jamur tiram putih yang ketiga adalah modal. Modal yang

dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram putih terdiri dari modal tetap (investasi)

dan modal kerja. Unsur yang keempat adalah pengelolaan. Pengelolaan usaha

jamur tiram putih mensyaratkan kemampuan petani untuk melakukan perencanaan

dan pelaksanaan usaha dengan mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-

faktor produksi yang dikuasai dengan baik untuk menghasilkan produksi yang

diharapkan dan memberikan keuntungan bagi usahanya.

2.5.1 Sarana Produksi dalam Usaha Jamur Tiram Putih

Menurut Cahyana, dkk (1999:30), sarana produksi yang diperlukan dalam

usaha budidaya jamur tiram putih antara lain bangunan, peralatan dan bahan-

bahan. Budidaya jamur tiram putih secara komersial memerlukan beberapa

bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan jamur sederhana

dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu

atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m2 (12 m x 7m)

dan tinggi 3,5 m. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri atas

beberapa ruangan, yaitu ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang

penanaman, dan ruang pembibitan.

Page 39: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

20

Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan

media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain kegiatan

pengayakan, pencampuran, pewadahan dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat

digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan seperti bekatul dan

kapur apabila skala produksi usaha itu tidak terlalu besar. Namun, bila skala

produksi sudah besar maka bahan-bahan itu sebaiknya ditempatkan pada ruang

terpisah (gudang bahan).

Ruang inokulasi adalah ruang yang digunakan untuk kegiatan menanam

bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan

untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang

inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat fentilasi yang terbuka lebar. Fentilasi

sebaiknya dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini

untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat

meningkatkan kontaminan atau adanya mikroba lain. Pada perusahaan-perusahaan

budidaya jamur tiram putih skala besar, biasanya ruang inokulasi dilengkapi

dengan alat pendingin udara (air conditioning). Sterilisasi ruang inokulasi dapat

dilakukan dengan menyemprotkan larutan formalin 2% ke dalam ruangan.

Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan

miserium jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang

inkubasi biasa disebut dengan ruang spawning. Ruang ini tidak boleh terlalu

lembab, kondisi ruang sebaiknya diatur pada suhu 22-280C dengan kelembaban

60-80%. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media

tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi.

Page 40: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

21

Ruang penanaman atau sering disebut juga dengan ruang growing

digunakan untuk menumbuhkan jamur tiram putih. Ruang ini dilengkapi pula

dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan yang dipasang pada

rak penanaman ataupun pengabutan yang terpisah dari rak. Pengabutan tersebut

berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga ruangan dapat diatur dalam kondisi

yang optimal (suhu 16-22°C dengan kelembaban 80-90%).

Ruang pembibitan adalah ruang yang khusus digunakan untuk proses

produksi bibit. Ruang ini diperlukan bila produksi sudah besar. Namun, bila yang

digunakan masih sedikit maka lebih efektif bibit dibeli dari produsen bibit

sehingga ruang pembibitan tidak diperlukan lagi.

Usaha budidaya jamur tiram putih secara sederhana dapat dilakukan

dengan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh seperti cangkul, sekop,

botol atau kayu (untuk memadatkan media tanam), alat pensteril, lampu spiritus

dan keranjang pengangkutan yang dibuat dari anyaman bambu atau keranjang

plastik. Sprayer penyemporotan (pengabut) untuk penyiraman yang paling

sederhana dapat dibuat dari plastik mirip dengan semprotan nyamuk. Sprayer

yang cukup efektif untuk penyiraman pada kumbung besar adalah sprayer tabung

yang dilengkapi pompa tangan atau tangkai nozzle yang dihubungkan dengan pipa

dari tower atau pompa.

Untuk kapasitas produksi yang cukup besar diperlukan peralatan yang

cukup besar seperti mesin ayakan, mixer (sebagai alat pencampur), filler (sebagai

alat pengisi media ke dalam kantong plastik), boiler (sebagai sumber pemanas),

dan chamber sterilizer (sebagai alat untuk sterilisasi).

Page 41: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

22

Bahan yang perlu disediakan dalam pembuatan subrat jamur adalah serbuk

kayu, bekatul, kapur (CaCO3), gips (CaSO4), dapat pula ditambahkan tepung

tapioka atau tepung biji-bijian yang lain. Adapun bahan yang perlu disediakan

dalam pemeliharaan jamur tiram adalah bibit jamur, kapur, air bersih, lembaran

plastik, kawat kasa, daun rumbia, paku, tali dan lain-lainnya.

Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung

karbohidrat, serat lignin dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang

berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat.

Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain

karbohidrat, lignin dan serat, sedangkan faktor yarig menghambat antara lain

adanya getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu).

Oleh karena itu, kayu atau serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur

tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat

pengawet alami. Beberapa contoh kayu seperti itu antara lain kayu albasia, randu

dan meranti.

Serbuk kayu dapat diperoleh secara melimpah pada industri penggergajian

atau pabrik-pabrik penggergajian kayu. Serbuk kayu hasil penggergajian dapat

digunakan sebagai bahan baku papan partikel dan dapat pula digunakan sebagai

bahan bakar. Namun, hingga saat ini masih banyak pabrik penggergajian kayu

yang hanya membuang serbuk kayu tersebut. Pemilihan serbuk kayu sebagai

bahan baku media penanaman jamur tiram putih perlu memperhatikan kebersihan

dan kekeringan. Selain itu, serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak

ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang terbaik adalah serbuk

Page 42: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

23

yang terdiri kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak ataupun getah.

Namun demikian, serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah

dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih lama

sebelum proses lebih lanjut.

Bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam sebagai

sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen (N). Bekatul yang

digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan

wangi, rojo lele ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru,

belum berbau dan tidak rusak.

Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca).

Kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah

kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon

digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi

pertumbuhannya. Di samping itu, penggunaan bahan gips juga dilakukan guna

memperkokoh media agar media tidak mudah rusak.

Penggunaan kantong plastik bertujuan untuk mempermudah pengaturan

kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama

pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan

panas sampai dengan suhu 100°C. Jenis plastik dipilih dari jenis plastik

polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam.

Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam budidaya jamur tiram putih

antara lain 20 cm x 30 cm, 17 cm x 35 cm, 14cm x 25 cm dengan ketebalan 0,3

mm - 0,7 mm atau dapat juga lebih tebal.

Page 43: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

24

2.5.2 Tatalaksana Usaha Jamur Tiram Putih

Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2007:55) tahapan

dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung,

pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian

hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Penjelasan lebih lanjut

mengenai setiap tahapan tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

a. Pemilihan Lokasi

Memilih dan menentukan lokasi tanam harus sesuai dengan persyaratan

tumbuh jamur tiram putih. Lokasi yang baik untuk tumbuh jamur tiram putih adalah

(a) ketinggian tempat 600-1200 m dpl; (b) suhu udara 20-30ºC; (c) lahan produksi

diusahakan dekat dengan sumber bahan baku media tanam; (d) terdapat sarana jalan

untuk mempermudah transportasi; dan (e) terdapat sumber air yang selalu tersedia.

b. Pembuatan Kumbung

Kumbung adalah bangunan tempat menyimpan baglog sebagai media

tumbuhnya jamur tiram putih yang terbuat dari bilik bambu atau tembok

permanen. Ukuran kumbung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki.

Adapun tujuannya untuk menyimpan baglog yang tersusun di dalam rak-rak

tempat media tumbuh jamur tiram putih. Rak dalam kumbung disusun sedemikian

rupa sehingga memudahkan dalam pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga.

c. Pembuatan Media Tanam

1) Persiapan

Bahan-bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Pada Tabel 5 berikut ini

terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan jamur tiram. Formulasi tersebut

Page 44: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

25

umum digunakan oleh beberapa pengusaha jamur kayu. Formulasi dapat dipilih

sesuai dengan kondisi tempat budidaya jamur tiram putih. Perbandingan kebutuhan

bahan-bahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kebutuhan Bahan-bahan dalam Pembuatan Baglog Jamur Tiram

No. Formulasi

Serbuk Kayu

(kg)

Bekatul

(kg)

Kapur

(kg)

Gips

(kg)

Tapioka

(kg)

TSP

(kg)

1 I 100,0 15,0 5,0 1,0 - -

2 II 100,0 5,0 2,5 0,5 - 0,5

3 III 100,0 10,0 2,5 0,5 - 0,5

4 IV 100,0 10,0 5,0 1,0 5,0 0,5

Sumber : Cahyana, dkk (1999:62)

2) Pengayakan

Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat

keseragaman yang kurang baik karena didalamnya biasanya terdapat potongan

kayu yang cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan miselia

kurang merata dan kurang baik. Untuk itu maka serbuk gergaji perlu diayak.

dengan memisahkan serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil sehingga

didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk

mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu dan mendapatkan

tingkat pertumbuhan miselia yang merata. Serbuk gergaji yang dipilih berasal dari

pohon berdaun lebar yang tidak bergetah seperti albasia, akasia dan kaliandra.

3) Pencampuran

Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya

dicampur dengan serbuk gergaji. Pencampuran dapat dilakukan secara manual

atau dengan mesin pencampur (mixer). Pencampuran harus dilakukan secara

merata. Pencampuran serbuk gergaji, dedak, kapur dan gips sebagai bahan utama

Page 45: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

26

untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan

sumber hara atau nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur

tiram sampai siap dipanen. Bahan-bahan tersebut telah ditimbang sesuai dengan

kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar

50 – 60 % atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air.

Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.

4) Pemeraman

Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya

secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu malam. Tujuannya untuk

menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh

senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur

dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.

5) Pewadahan

Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan atau campuran

media ke dalam plastik polipropiline (PP) yang relatif tahan panas kemudian

dipadatkan dengan kepadatan tertentu menggunakan botol atau alat yang lain agar

miselia jamur dapat tumbuh maksimal. Media/baglog yang kurang padat akan

menyebabkan hasil panen yang tidak optimal. Adapun tujuannya adalah untuk

menyediakan media tanam bagi bibit jamur.

6) Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan

mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu

pertumbuhan jamur yang ditanam. Menurut Cahyana, dkk (1999:73) sterilisasi

Page 46: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

27

dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer. Sterilisasi dilakukan pada suhu

80-90°C selama 6-8 jam.

7) Pendinginan

Proses pendinginan merupakan upaya menurunkan suhu media tanam

setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukan ke dalam baglog tidak mati.

Pendinginan dilakukan selama 8-12 jam sebelum inokulasi.

8) Inokulasi

Kegiatan proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan

induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya adalah untuk

menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur

siap panen. Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya dengan

taburan dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar ±3

sendok makan ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi

secara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah media

melalui cincin sedalam 3/4 dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut

diisi bibit yang telah dihancurkan.

9) Inkubasi

Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan

bibit pada kondisi tertentu, agar miselia jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan miselia adalah antara 22-28°C. Inkubasi dilakukan hingga

seluruh media berwarna putih merata. Biasanya media akan tampak putih secara

merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan

miselia jamur dapat diketahui sejak 2 minggu setelah inkubasi.

Page 47: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

28

d. Penumbuhan

Kegiatan menstimulasi media tanam yang telah maksimal pertumbuhan

miselianya agar terjadi pertumbuhan badan jamur. Adapun tujuannya adalah

untuk mendapatkan perubahan pertumbuhan miselia ke arah pembentukan

primordia badan buah jamur. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka tutup

baglog agar terjadi proses aerasi. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh

miselia jamur sudah siap untuk dilakukan penanaman {growing or farming).

Penanaman dengan cara membuka plastik media tumbuh yang sudah penuh

miselia tersebut. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka biasanya akan

tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut, selanjutnya

dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapainya pertumbuhan yang optimal

Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah pada suhu 16-

22°C dengan kelembaban 80-90%.

e. Penyiraman

Kegiatan penyemprotan dengan menggunakan air bersih yang ditujukan

pada ruang kubung dan media tumbuh jamur. Adapun tujuannya adalah untuk

menjaga kelembaban kubung. Penyiraman dilakukan dengan cara pengkabutan

atau disemprot dengan butiran air lembut.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan yang dilakukan untuk mengkondisikan media tumbuh dan tubuh

buah yang bebas dari organisme pengganggu. Tujuannya untuk menghindari

kegagalan panen yang diakibatkan oleh serangan hama, penyakit dan cendawan

pengganggu. Umumnya hama dan penyakit utama pada jamur tiram adalah tikus

Page 48: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

29

dan jamur Neurospora sp (cendawan oncom), Trichoderma sp (cendawam hijau)

dan Aspergillus sp (cendawan jelaga). Dalam pengendalian hama pada jamur

tiram tidak menggunakan pestisida tetapi menggunakan perangkap serangga.

Selain itu, pengendalian penyakit juga dilakukan dengan memperbaiki proses

sterilisasi sebagai langkah preventif serta dengan menyingkirkan baglog jamur

tiram putih yang terinfeksi penyakit dari kumbung budidaya jamur tiram putih.

g. Pengaturan Suhu Ruangan

Pengaturan suhu ruangan merupakan suatu kegiatan membuka dan

menutup pintu dan jendela (ventilasi) kumbung. Hal ini bertujuan untuk mengatur

suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan budidaya jamur tiram putih

yang. Sasaran perlakuan ini yaitu mendapatkan pertumbuhan jamur yang optimal.

h. Pemanenan

Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang

optimal, yaitu cukup besar dengan diameter rata-rata 5-10 cm, tetapi belum mekar

penuh. Kegiatan memetik badan buah jamur tiram yang telah cukup umur ini

umumnya pada 30 hari sejak inokulasi atau seminggu setelah baglog dibuka atau

2-3 hari setelah munculnya primordia. Menurut Cahyana, dkk (1999:84)

pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pada umur 5 hari setelah

tumbuh calon jamur. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga

menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang

menempel dibagian akarnya saja. Sehingga disamping kebersihannya lebih

terjaga, daya tahan simpan jamur pun akan lebih lama.

Page 49: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

30

2.6 Kemitraan Usaha

Secara harfiah kemitraan diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang

dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih

keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan

(Hafsah, 2000:18). Lebih lanjut Hafsah (2000:25) menambahkan bahwa kemitraan

adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu

tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis maka

keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra

dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan sebuah solusi untuk

mengurangi masalah ketimpangan yang dihadapi sebagian lapisan masyarakat

dewasa ini dan sebagai antisipasi munculnya masalah yang sama di masa

mendatang. Kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaannya maupun fungsi

dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat

Menurut Kartasasmita dalam Badan Agribisnis (1999b

: 97), kemitraan

usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerja sama usaha antara badan

usaha yang sinergis bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

membutuhkan, menghidupi, memperkuat dan menguntungkan yang hasilnya

bukanlah zero sum game melainkan positive sum game atau win-win solution.

Dalam kemitraan usaha jangan sampai ada pihak yang diuntungkan di atas

kerugian pihak lain yang merupakan mitra usahanya. Semua pihak yang bermitra

harus merasakan keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari kemitraan.

Page 50: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

31

Adapun definisi kemitraan secara resmi diatur dalam Undang-Undang

Usaha Kecil No 9 Tahun 1995. Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Usaha Kecil

menyatakan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,

saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Sementara berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/97 yang dimaksud dengan

kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra

dengan kelompok mitra di bidang usaha pertanian.

Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan

berkiprahnya pengusaha kecil dan menengah dalam percaturan perekonomian

nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengurangi

kesenjangan sosial. Kemitraan yang ideal adalah kemitraan antara usaha

menengah dan usaha besar yang kuat dengan pengusaha kecil yang kuat yang

didasari oleh kesejajaran kedudukan dan derajat yang sama bagi kedua pihak

yang bermitra (Hafsah, 2000:33).

Sementara tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan, adalah

(1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan

perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan

pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan

ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja, dan

(6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000: 45).

Page 51: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

32

Adapun pola-pola kemitraan yang banyak dilaksanakan oleh beberapa

kemitraan usaha pertanian di Indonesia menurut Direktorat Pengembangan Usaha

Departemen Pertanian (2002:52) meliputi :

1. Inti-Plasma

Merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra dengan

kelompok mitra. Perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra

bertindak sebagai plasma. Dalam hal ini, perusahaan mitra mempunyai

kewajiban : (1) berperan sebagai perusahaan inti, (2) menampung hasil

produksi, (3) membeli hasil produksi, (4) memberi bimbingan teknis dan

pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, (5) memberikan pelayanan

kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, sarana produksi, dan

teknologi, (6) mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan

perusahaan, dan (7) menyediakan lahan.

Sementara kewajiban kelompok mitra : (1) berperan sebagai plasma, (2)

mengelola seluruh usaha budidaya sampai dengan panen, (3) menjual hasil

produksi kepada perusahaan mitra, (4) memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai

dengan persyaratan yang telah disepakati. Keunggulan dari pola ini adalah : (1)

kedua belah pihak saling mempunyai ketergantungan dan sama-sama

memperoleh keuntungan, (2) terciptanya peningkatan usaha, dan (3) dapat

mendorong perkembangan ekonomi. Namun, dikarenakan belum adanya

kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma,

kelemahan pola ini menyebabkan perusahaan inti mempermainkan harga

komoditi plasma.

Page 52: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

33

2. Subkontrak

Subkontrak merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra

dengan kelompok mitra. Kelompok mitra dalam hal ini memproduksi

komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari

produksinya. Tugas perusahaan mitra dalam pola subkontrak, meliputi : (1)

menampung dan membeli komponen produksi perusahaan yang dihasilkan

oleh kelompok mitra, (2) menyediakan bahan baku / modal kerja, dan (3)

melakukan kontrol kualitas produksi.

Sementara tugas kelompok mitra adalah : (1) memproduksi kebutuhan

yang diperlukan perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, (2)

menyediakan tenaga kerja, dan (3) membuat kontrak bersama yang

mencantumkan volume, harga, dan waktu. Pola subkontrak ini sangat kondusif

bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas serta

terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra. Namun sisi

kelemahannya tampak dari hubungan yang terjalin semakin lama cenderung

mengisolasi produsen kecil dan mengarah pada monopoli atau monopsoni.

3. Dagang Umum

Salah satu pola kemitraan di mana perusahaan mitra berfungsi

memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok

kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Keuntungan pola ini adalah

pihak kelompok mitra tidak perlu bersusah payah dalam memasarkan hasil

produksnya sampai ke konsumen. Sementara kelemahannya terletak pada

Page 53: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

34

harga dan volume produk yang sering ditentukan secara sepihak oleh

perusahaan mitra sehingga merugikan kelompok mitra.

4. Keagenan

Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan di mana kelompok mitra

diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra.

Sementara perusahaan mitra bertanggung jawab atas mutu dan volume produk.

Keuntungan pola ini bagi kelompok mitra bersumber dari komisi yang

diberikan perusahaan mitra sesuai dengan kesepakatan. Namun disisi lain pola

ini memiliki kelemahan dikarenakan kelompok mitra dapat menetapkan harga

produk secara sepihak. Selain itu kelompok mitra tidak dapat memenuhi target

dikarenakan pemasaran produknya terbatas pada beberapa mitra usaha saja.

5. Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Dalam pola ini perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen

dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan

suatu komoditi pertanian, sedangkan kelompok mitra menyediakan lahan,

sarana, dan tenaga kerja. Keunggulan pola ini hampir sama dengan pola inti-

plasma, namun dalam pola ini lebih menekankan pada bentuk bagi hasil.

6. Waralaba

Merupakan pola hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan

mitra, di mana perusahaan mitra memberikan hak lisensi, merek dagang,

saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usahanya sebagai

penerima waralaba. Kelebihan pola ini, kedua belah pihak sama-sama

mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan

Page 54: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

35

tersebut dapat berupa adanya alternatif sumber dana, penghematan modal, dan

efisiensi. Selain itu pola ini membuka kesempatan kerja yang luas.

Kelemahannya, bila salah satu pihak ingkar dalam menepati kesepakatan

sehingga terjadi perselisihan. Selain itu, pola ini menyebabkan ketergantungan

yang sangat besar dari perusahaan terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba

dalam hal teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat. Sebaliknya

perusahaan pewaralaba tidak mampu secara bebas mengontrol atau

mengendalikan perusahaan terwaralaba terutama dalam hal jumlah penjualan.

7. Pola Kemitraan (Penyertaan) Saham

Dalam pola kemitraan ini, terdapat penyertaan modal (equity) antara usaha

kecil dengan usaha menengah atau besar. Penyertaan modal usaha kecil dimulai

sekurang-kurangnya 20 % dari seluruh modal saham perusahaan yang baru

dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Lebih lanjut Williamson dalam LPM–UNILA (2006:37) menyatakan

bahwa terdapat beberapa kemungkinan hubungan kontrak yang bisa diciptakan

antara pihak perusahaan besar dan petani. Hubungan kontrak tersebut dapat

dilahat lebih rinci pada penjelasan berikut ini.

a. Marketing Contract adalah kontrak yang menetapkan macam dan jumlah

produk pertanian yang akan diserahkan, tetapi jarang menyebutkan kegiatan-

kegiatan atau metode-metode khusus yang harus diikuti oleh proses produksi.

Selain itu, kontrak ini tidak mengharuskan pihak pengelola (inti) untuk

menyediakan masukan seperti bibit, makanan, atau peralatan. Kontrak ini

merupakan kesepakatan untuk membeli hasil produksi di kemudian hari.

Page 55: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

36

b. Production Contract adalah kesepakatan antara petani dengan perusahaan

bukan pertanian yang menentukan macam dan jumlah produk tertentu yang

dihasilkan, serta dapat menetapkan varietas bibit, kegiatan-kegiatan dalam

proses produksi dan masukan-masukan yang digunakan. Bantuan teknis

disediakan oleh perusahaan (pemberi kontrak).

c. Vertical Integration, yakni semua tahap produksi dilaksanakan oleh suatu

perusahaan, dimana pasar tidak berperan dalam pengkoordinasian beberapa

faktor produksi. Dalam kasus ini, petani bukan pemilik bahan baku, sarana-

sarana produksi, atau hasil produksi. Petani lebih berperan sebagai manajer,

pengawas upahan atau seorang pekerja borongan.

Ketiga model di atas pada intinya membahas hubungan yang mengikat

para petani untuk bersedia menyediakan sejumlah produk pertanian sekaligus

membebani para petani dengan kriteria mutu, kuantitas, dan harga disertai dengan

bantuan teknis. Model atau bentuk kelembagaan organisasi sebagai wadah

koordinasi vertikal antara para petani dan perusahaan bisa mengambil salah satu

atau gabungan dari beberapa model di atas atau sama sekali mengambil pola lain

yang berbeda dari model di atas.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya dengan

mengangkat komoditi jamur tiram putih terdiri dari penelitian mengenai analisis

usahatani jamur tiram putih, analisis tataniaga jamur tiram putih, analisis finansial

dan kelembagaan usaha jamur tiram putih, analisis efisiensi saluran pemasaran

jamur tiram segar, dan analisis kelayakan usahatani jamur tiram putih.

Page 56: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

37

Puspa Herawati Nasution di tahun 2010 melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih, Kasus di Komunitas Petani Jamur

Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor”. Berdasarkan

analisis usaha jamur tiram putih KPJI, diperoleh nilai R/C atas biaya tunai

sebesar 1,63 sedangkan nilai R/C atas biaya total adalah 1,58. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani

Jamur Ikhlas dapat dikatakan efisien dan layak untuk diusahakan karena memiliki

nilai R/C > 1. Total penerimaan pihak KPJI diperoleh dari hasil penjualan jamur

tiram putih yang dihasilkan oleh petani, 20 % dari hasil produksi petani dan

pengembalian pinjaman baglog dari petani.

Juanto dalam penelitiannya pada tahun 2008 yang berjudul ”Analisis

Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan

Tamansari, Bogor”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C

atas biaya tunai sebesar 1,63, sedangkan berdasarkan pendekatan Return to

Family Labor yaitu sebesar Rp 61,418,- per HOK dan Return to Total Capital

sebesar 36,91 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani

jamur tiram putih tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Adapun saluran tataniaga jamur tiram putih yang terjadi terdiri dari tiga saluran.

Pada saluran I dan saluran II jamur yang dihasilkan petani dijual di sekitar

wilayah Bogor. Sedangkan pada saluran III jamur di jual ke luar wilayah Bogor,

dari ketiga saluran tersebut pola saluran I lebih efisien, hal ini dilihat dari alokasi

penjualan per hari di wilayah Bogor sebesar 65,51 %.

Page 57: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

38

Maharani melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Usahatani dan

Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bandung)” pada 2007 yang bertujuan untuk menganalisis

efisiensi usahatani dan sistem pemasaran jamur tiram putih di Desa Kertawangi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C atas biaya tunai

adalah 2,69 dan besarnya R/C atas biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua

perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih

ini menguntungkan dan sudah efisien. Bibit jamur tiram putih, serbuk kayu dan

minyak tanah merupakan variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan

produksi jamur tiram putih. Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan

ketiga variabel tersebut, maka efisiensi usahatani jamur tiram putih dapat

dipertahankan. Berdasarkan hasil analisis tataniaga, dapat disimpulkan bahwa

secara keseluruhan tidak ada saluran tataniaga yang efisien. Hal ini dikarenakan

keuntungan yang dioeroleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari

keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga.

“Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih untuk

Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian” adalah judul penelitian Kustin

Bintani Meiganati pada tahun 2007 yang mendapatkan hasil analisis finansial dari

dua komunitas menunjukkan hasil yang positif, yaitu Internal Rate Return (IRR) >

r, Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 dan hasil analisis sensitivitas juga menunjukkan

hasil yang positif. Hasil analisis SWOT aspek finansial pada komunitas P4S berada

pada kuadran III sedangkan komunitas Kertawangi pada kuadran I. Analisis SWOT

aspek kelembagaan menunjukkan hasil yang sama, yaitu pada kuadran I.

Page 58: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

39

Penelitian Ruillah di tahun 2006 dengan judul “Analisis Usahatani jamur

Tiram Putih (Kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung,

Propinsi Jawa Barat)”, menggunakan tiga skala usahatani dalam menganalisis

perbandingan pendapatan. Pendapatan usahatani jamur tiram putih lebih

ditentukan oleh jumlah log dibandingkan luas kumbung. Hal ini ditunjukkan dari

pendapatan skala I yang mempunyai luas kumbung paling sempit lebih tinggi

dibandingkan skala II dan skala III. Usahatani jamur tiram putih di desa

Kartawangi masih menguntungkan akan tetapi produksi masih belum dapat

memenuhi permintaan pasar. Hal ini dikarenakan petani masih kekurangan modal

untuk menambah produksi. Penyebab lain dikarenakan meningkatnya harga faktor

produksi jamur tiram putih diikuti pula oleh meningkatnya harga jamur tiram

putih.. Hasil analisis faktor produksi menunjukkan bahwa faktor produksi bibit,

serbuk kayu, kapur, bekatul dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi.

Elastisitas produksi yang terbesar bibit yaitu sebesar 0,22 %.

Penelitian Novita di tahun 2004 mengambil judul “Analisis Kelayakan

Finansial Usahatani Jamur Tiram (kasus di Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan

Cicurug, Kabupaten Sukabumi)”, yang diketahui bahwa terdapat 3 pola usahatani

yang dilakukan yaitu usahatani pembibitan dan pembudidayaan jamur tiram,

usahatani pembudidayaan jamur tiram dengan 2 skala usaha serta usahatani

pembudidayaan jamur tiram pemeliharaan baglog. Hasil analisis kelayakan finansial

yang dilakukan pada semua pola usahatani yang dilakukan layak untuk diusahakan.

Pada pola 1 nilai NPV sebesar Rp 26.783.397,-, NPV pada pola 2A1 dan 2A2

masing-masing sebesar Rp 11.191.770,- dan Rp 8.133.275,-. nilai NPV pada pola

Page 59: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

40

2B1 dan 2B2 masing-masing sebesar Rp 36.495.436,- dan Rp 45.748.183,-

sedangkan pada pola 3 sebesar Rp 3.378.776,-. IRR yang dihasilkan berkisar antara

20 - 41 % dengan Net B/C >1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pola usahatani

yang dijalankan layak dan menguntungkan untuk diusahakan.

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya mengetahui

pendapatan usahatani dan efisiensi. Suatu usahatani layak atau tidak layak untuk

diusahakan dapat dilihat dari besarnya keuntungan usaha tersebut dan tingkat

efisiensi usahatani. Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah pada analisis usahataninya

yaitu mengenai analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan, pengeluaran

(biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) dan R/C rasio.

Perbedaannya adalah penelitian Juanto dan Maharani yaitu menambahkan

dengan sistem saluran Tataniaga Jamur Tiram Putih. Penelitian Ruillah membagi atas

tiga skala, sedangkan Novita meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial rencana

usaha budidaya jamur tiram putih. Perbedaan lainnya yaitu pada lokasi penelitian

yang dilakukan, yaitu di P4S Nusa Indah yang berada di Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini, objek penelitian merupakan suatu lembaga

pendidikan pertanian yang melakukan kerjasama berupa kemitraan, yaitu antara P4S

Nusa Indah dengan dengan wirusahawan jamur tiram putih. Hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian tertera pada Tabel 6 berikut ini.

Page 60: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

41

Tabel 6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Dapat Digunakan sebagai Acuan

Nama Tahun Judul Lokasi Penelitian Metode

Analisis

Nasution 2010 Analisis Usahatani

Jamur Tiram Putih

Kecamatan

Pamijahan,

Kabupaten Bogor

Pendapatan,

R/C rasio

Juanto 2008

Analisis Usahatani

dan Tataniaga

Jamur Tiram Putih.

Kecamatan

Tamansari, Bogor

Pendapatan,

R/C rasio

Maharani 2007

Analisis Usahatani

dan Tataniaga

Jamur Tiram Putih.

Desa Kartawangi,

Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bandung.

Pendapatan,

R/C rasio

Meiganati 2007

Analisis Finansial

dan Kelembagaan

Usaha Jamur

Tiram Putih

Kecamatan

Tamansari, Bogor

NPV, IRR,

SWOT

Ruillah 2006 Usahatani Jamur

Tiram Putih

Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bandung,

Propinsi Jawa Barat

Pendapatan,

R/C rasio

Novita 2004

Analisis Kelayakan

Finansial

Usahatani Jamur

Tiram Putih.

Kecamatan

Parungkuda dan

Kecamatan Cicurug,

Kabupaten Sukabumi

NPV, Net

B/C, IRR,

PP

Sumber : Data Sekunder, diolah

Page 61: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

42

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini membahas mengenai analisis

biaya dan pendapatan usaha jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah yang

memeiliki beberapa model usaha, yaitu produksi baglog jamur tiram putih siap

panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur

tiram putih dengan sistem kemitraan.

Penelitian ini dimulai dengan pencarian mengenai karakteristik pelaku

usaha jamur tiram putih yang meliputi umur, pendidikan, dan jumlah anggota

keluarga. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan pelaku usaha

dalam mengelola usaha jamur tiram putih yang berpengaruh terhadap keberlanjutan

usaha jamur tiram putih ini selanjutnya. Gambaran umum mengenai usaha jamur

tiram putih yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jumlah baglog jamur tiram

putih, produktivitas jamur tiram putih, dan tatalaksana usaha jamur tiram putih.

Penelitian mengenai gambaran umum usaha jamur tiram putih penting dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana manajemen bisnis yang dilakukan.

Analisis biaya usaha jamur tiram putih merupakan semua masukan yang

terpakai atau dikeluarkan dalam produksi usaha jamur tiram putih yang berbentuk

biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Penerimaan atau nilai produksi yang

dihasilkan dalam bentuk penerimaan usaha jamur tiram putih diperoleh dari hasil

kali antara jumlah produk dengan tingkat harga yang berlaku. Penerimaan ini

meliputi penerimaan penjualan. Analisis penerimaan dapat digunakan untuk

mengetahui seberapa besar nilai produksi yang dihasilkan dalam satu periode

pemeliharaan sehingga mampu menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Page 62: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

43

Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih selalu diikuti dengan

pengukuran agar dapat diketahui apakah suatu usaha jamur tiram putih

menguntungkan atau merugikan. Ukuran laba dapat diperoleh berdasarkan selisih

antara penerimaan dengan biaya. Nilai positif yang diperoleh dari selisih tersebut

merupakan indikator bahwa usaha tersebut mampu menutup keseluruhan

pengeluaran serta dapat memberikan keuntungan.

Analisis biaya dan pendapatan umumnya disertai dengan perbandingan

penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dan keuntungan dengan biaya

total serta penentuan titik impas. Rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio)

menunjukkan berapa penerimaan total yang diterima petani jamur untuk setiap

biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Nilai R/C ratio lebih dari satu

mengindikasikan usaha jamur tiram putih tersebut menguntungkan.

Perbandingan antara keuntungan dengan biaya (B/C ratio) digunakan dalam

rangka mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan total

biaya yang dikeluarkan oleh petani jamur tiram putih. Usaha jamur tiram putih

dikatakan mendatangkan manfaat apabila nilai B/C lebih besar daripada nol.

Semakin besar nilai B/C, maka semakin bermanfaat usaha jamur tiram putih.

Kemudian untuk mengetahui tingkat produksi yang tidak menyebabkan

kerugian maupun keuntungan dapat ditunjukkan dengan analisis break event point

atau titik impas. Dalam analisis ini, BEP selain dinyatakan dalam kuantitas, juga

dinyatakan dalam harga jual dan hasil penjualan dengan satuan rupiah. Berdasarkan

uraian di atas, maka gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Page 63: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

44

Gambar 2. Kerangka Pemikiran “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur

Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya

(P4S) Nusa Indah”

Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah

1. Besar Biaya dan Tingkat Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih

2. Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih

Unit Usaha Jamur Tiram Putih

- Analisis Deskriptif Tabulasi

- Analisis Finansial

R/C rasio

B/C rasio

BEP

Berlanjut atau Tidak

1. Unit Usaha Jamur Tiram Putih

2. Unit Usaha Tanaman Hias

3. Unit Usaha Ayam Buras

4. Unit Usaha Palawija

Karakteristik Pelaku

Usaha Jamur Tiram Putih

Gambaran Usaha Jamur

Tiram Putih

Biaya dan Penerimaan

Usaha Jamur Tiram Putih

Pendapatan Usaha Jamur

Tiram Putih

Model Usaha Produksi

Baglog Jamur Tiram Putih

Siap Panen

Model Usaha Kemitraan

Investasi Usahatani Jamur

Tiram Putih

Model Usaha

BudidayaJamur Tiram Putih

dengan Sistem Kemitraan

Page 64: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

BAB III

METODE PENELITAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih Pusat Pelatihan

Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Kampung Sukamanah, Desa

Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi

penelitian dipilih secara purposive (sengaja), berdasarkan pertimbangan bahwa

P4S Nusa Indah merupakan suatu lembaga pelatihan dan pendidikan pada bidang

pertanian yang menjalankan usaha jamur tiram putih dan berada di bawah binaan

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2011. Periode tersebut

digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari pihak-pihak

berkepentingan dengan penelitian, sebanyak dan selengkap mungkin. Sebelum

melakukan penelitian, penulis telah terlebih dahulu melakukan pra-penelitian yang

terangkum dalam survei pendahuluan, wawancara ketua P4S Nusa Indah, serta

turut mengikuti kegiatan praktik pembuatan baglog jamur tiram putih siap panen

dan budidaya jamur tiram putih.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer

dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data komponen biaya

investasi, harga input, biaya operasional, biaya yang diperhitungkan, produksi dan

harga jual output (keluaran). Data sekunder yang digunakan antara lain berupa

Page 65: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

46

data-data P4S Nusa Indah, data kondisi sosial-ekonomi wilayah setempat, teori-

teori dan hasil-hasil penelitian terkait dengan penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara

(depth interview) dengan ketua P4S Nusa Indah menggunakan panduan

pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder

diperoleh melalui pengumpulan data dari studi literatur atau dari buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian ini dan dari lembaga-lembaga terkait seperti

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor, BP4 Bogor, BP3K Wilayah Dramaga Bogor,

Kecamatan Tamansari, serta instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan

metode tabulasi dengan bantuan piranti lunak (software) program Microsoft Excel

2003. Data yang diperoleh baik berupa data primer maupun data sekunder disusun

dan disederhanakan serta disajikan dalam bentuk tabulasi. Setelah proses tabulasi

selesai, maka data dianalisis sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan

kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat

kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, sedangkan metode

kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui besar biaya,

tingkat pendapatan dan kelayakan usaha jamur tiram putih.

Page 66: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

47

3.4.1 Analisis Deskriptif

Analisa deskriptif tabulasi dilakukan untuk mengetahui gambaran

mengenai karakteristik pelaku usaha jamur tiram putih dan gambaran umum

kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, serta melengkapi hasil

analisis kuantitatif yang dilakukan. Data yang digunakan dalam analisis deskriptif

adalah baik data primer maupun data sekunder yang berupa data kualitatif ataupun

data kuantitatif.

3.4.2 Analisis Finansial

Analisis yang dilakukan meliputi kegiatan usaha jamur tiram putih yang

menjadi fokus utama P4S Nusa Indah yaitu produksi baglog jamur tiram putih

siap panen serta ditambah dengan kegiatan jasa paket kemitraan investasi

usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan P4S

Nusa Indah bersama mitra. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan pada akhirnya

akan dinilai besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh.

Selisih antara keduanya (penerimaan dikurangi biaya), akan menghasilkan

pendapatan yang akan digunakan sebagai indikator awal tingkat kelayakan usaha

jamur tiram putih tersebut.

Analisis finansial dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usaha,

analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio), analisis rasio keuntungan atas

biaya (B/C ratio), dan analisis titik impas (Break Event Point). Beberapa

penjelasan mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada penjelasan berikut ini.

Page 67: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

48

1. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih

Menurut Soeharjo dan Patong (1991:26), analisis pendapatan usaha jamur

tiram putih digunakan untuk menghitung pendapatan petani jamur dari hasil usaha

jamur tiram putih. Pendapatan usaha jamur tiram putih dibedakan menjadi dua,

pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar

dikeluarkan oleh petani, dan kedua pendapatan atas biaya total dimana semua

input milik petani juga diperhitungkan sebagai biaya.

Pendapatan jenis pertama disebut pendapatan tunai, dan pendapatan jenis

kedua disebut juga pendapatan total.Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih

dapat dinyatakan dalam persamaan sebagi berikut:

π tunai = NP - BT

π total = NP - (BT + BD)

Dimana:

π = Pendapatan (Rp)

NP = Nilai produkatau penerimaan total (Rp).

BT = Biaya tunai (Rp).

BD = Biaya yang diperhitungkan (Rp).

Penerimaan atau nilai produksi merupakan jumlah fisik produk dikalikan

dengan tingkat harga yang sedang berlaku. Rumus penerimaan adalah sebagai

berikut :

NP = HJ x PT

Dimana:

NP = Nilai produkatau penerimaan total (Rp)

HP = Harga jual produk (Rp/Kg)

P = Produksi total (Kg)

Page 68: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

49

Biaya tunai merupakan adalah seluruh biaya yang dibayarkan dengan

uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga

kerja. Biaya tunai merupakan biaya yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap

per usahatanidengan satuan rupiah.

Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa pendapatan

kerja petani jika tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan investasi dan nilai sewa

lahan sendiri diperhitungkan.

2. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Total

Menurut Tjakrawiralaksana (1983:8), untuk mengukur efisiensi usaha

jamur tiram putih dapat diketahui dari perbandingan antara total penerimaan

dengan total biaya, yang dirumuskan sebagai berikut:

BiayaTotal

TotalPenerimaanR/C

Usaha jamur tiram putih dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C

rasio lebih dari satu. Semakin besar nilai R/C rasio, maka semakin

menguntungkan usaha jamur tiram putih tersebut karena setiap nilai rupiah yang

dikeluarkan akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan.

3. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya

Menurut Rahardi dan Hartono (2003:69), rasio keuntungan atas biaya

merupakan perbandingan antara keuntugan atau pendapatan bersih yang diperoleh

dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perbandingan B/C ratio

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 69: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

50

BiayaTotal

Bersih PendapatanB/C

Usaha jamur tiram putih dapat dikatakan efisien apabila nilai B/C lebih

dari nol. Semakin besar nilai B/C, maka semakin efisien dan bermanfaat usaha

jamur tiram putih tersebut.

4. Analisis Break Event Point

Analisis titik impas atau BEP merupakan cara untuk mengetahui batas

penjualan minimum agar suatu perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum

memperoleh laba atau laba sama dengan nol. Hal yang perlu diketahui untuk

menentukan BEP yaitu biaya produksi total dan penerimaan total. Biaya produksi

total dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, namun Harmaizar dan

Rosidayati (2004:261) memberikan tambahan biaya semi variabel (biaya yang

ikut berubah dengan perubahan volume penjualan atau produksi tetapi tidak

secara proporsional).

Secara matematik, analisis BEP dapat dihitung dengan rumus (Gray C,

dkk (1993)dalam Rochaeni, 2010:7) sebagai berikut :

Jual HargaTotal Biaya

BEP produksi

atau

Total Produksi VolumeTotal Biaya

BEP jual harga

atau

)Total Penerimaan

Total Variabel Biaya( - 1

Total Tetap BiayaBEP penerimaan

Page 70: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

51

3. 5 Definisi Operasional

Menurut Bungin (2006:36), definisi operasional adalah definisi yang

didasarkan atas sifat-sifat hal definitif yang dapat diukur dan diamati, sebagai titik

tolak persamaan persepsi dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian

ini adalah:

1. Usaha jamur tiram putihadalah suatu usaha budidaya jamur tiram putih untuk

menghasilkan jamur tiram putih segar dan baglog jamur tiram putih.

2. Jamur tiram putih adalah jamur kayu warna putih yang layak dikonsumsi.

3. Inokulasi adalah pemasukan bibit jamur ke dalam baglog yang steril.

4. Bibit jamur F2 dan F3 adalah bibit jamur tiram putih yang merupakan anakan

keturunan kedua dan ketiga dari induk murni.

5. Baglog adalah media tanam jamur tiram putih dalam plastik.

6. Tatalaksana usaha jamur tiram putihadalah tahapan dalam usahatani jamur

tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media

tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama

penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen.

7. Produktivitas jamur tiram putihadalah banyaknya jamur tiram putih yang

dihasilkan oleh satu buah baglog jamur tiram putih yang dinyatakan dalam

persen (%).

8. Total biaya adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani jamur tiram putih

baik yang tunai maupun yang diperhitungkan.

9. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai. Biaya tunai

umumnya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya

Page 71: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

52

pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya

pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga luar keluarga.

10.Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada volume produksi atau

tidak habis dipakai dalam satu kali produksi. Biaya ini terdiri dari sewa lahan

dan iuran-iuran seperti iuran PBB, listrik dan telepon.

11. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan mengalami perubahan

sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap

satuan produksi akantetap.

12. Biaya diperhitungkanadalah biaya faktor produksi milik sendiri yang

digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara

tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani.

13. Biaya penyusutanmerupakan biaya karena pemakaian peralatan dan bangunan

yang menyebabkan penurunan nilai inventaris. Biaya inidihitung per tahun

dengan dengan diasumsikan penyusutan tiap tahun konstan.

17. Nilai lahan sendiri dihitung berdasarkan nilai sewa lahan di daerah penelitian.

18. Penerimaan petani adalah nilai semua produk yang dihasilkan dari suatu usaha

baik yang dijual maupun digunakan sendiri seperti konsumsi keluarga dan

lainnya, diukur berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dikali tingkat

harga yang berlaku ditingkat petani pada saat penelitian, dihitung dalam

rupiah/tahun.

19. Pendapatan usaha jamur tiram putihadalah nilai uang yang diperoleh dari

usaha jamur tiram putih yang merupakan selisih antara penerimaan total

dengan biaya total usaha jamur tiram putih, dihitung dalam rupiah/tahun.

Page 72: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah

Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah awalnya

adalah kelompok tani yang berkumpul dan mendirikan wadah Kelompok Wanita

Tani (KWT) Nusa Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada 17 Juli 1996 dan

kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi P4S Nusa Indah yang diresmikan

oleh Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor.

Setelah beberapa tahun P4S Nusa Indah melaksanakan kegiatan yang

berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia pertanian pedesaan, maka pada

tahun 2003 dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Informasi dan

Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor pada tanggal 17 Juli 2003 dengan Nomor

520.13/242/KIPP/VII/2003, yang diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dengan

anggota berjumlah 20 orang.

Dibentuknya P4S Nusa Indah dalam rangka menyebarluaskan teknologi

dan keterampilan yang dimilikinya dan sebagai mitra pemerintah dalam

peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang usahatani yang berorientasi

agribisnis. Pengelola P4S adalah petani atau kelompok tani yang memenuhi

syarat, yaitu mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu menjalin kerjasama,

mempunyai jiwa sosial yang tinggi, memiliki sarana dan prasarana untuk

penyelenggaraan pamagangan dan mampu menularkan kemampuannya kepada

orang lain.

Page 73: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

54

4.2 Azas dan Prinsip P4S Nusa Indah

4.2.1 Azas

a. Keswadayaan

P4S dikembangkan dengan tetap menjaga kemandirian melalui kemampuan

memecahkan sendiri masalah yang dihadipi baik masalah teknis, sosial

maupun ekonomi.

b. Demokrasi

Dalam melaksanakan setiap kegiatan, pengelola P4S dan pengguna jasa

mengadakan kesepakatan dan keterlibatan bersama secara aktif.

c. Kekeluargaan

P4S tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh

menjalin kekerabatan antara pengelola dan fasilitator dengan peserta yang

mengikuti pelatihan / pemagangan.

d. Kemanfaatan

Keberadaan P4S dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan

pengguna jasa lainnya.

e. Keterpaduan

Penumbuhan dan pengembangan P4S merupakan bagian integral dari

pembangunan pertanian dan pedesaan, sehingga tercapai keselarasan,

keserasian, dan sinergi.

f. Kesederhanaan

Pelatihan / permagangan di P4S dilaksanakan secara sederhana dan bertahap

sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.

Page 74: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

55

4.2.2 Prinsip

a. Kemandirian

Dukungan pihak lain tidak boleh menyebabkan ketergantungan P4S, namun

sebaliknya harus mampu mendorong tumbuh kembangnya keswadayaan.

b. Kerakyatan

Penumbuhan dan pengembangan P4S dilakukan dari, oleh dan untuk petani

serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya

dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang dimiliki.

c. Kemitraan

P4S merupakan mitra kerja pemerintah dalam pengembangan sumber daya

manusia pertanian, khususnya petani dan masyarakat perdesaan.

d. Sinergi

Keberadaan P4S merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian /

perdesaan dan dilakukan dengan mengerahkan segala sumberdaya pada

berbagai pemangku kepentingan secara sinergis.

e. Berkelanjutan

Aktivitas P4S dilaksanakan sesuai kemampuan dan kondisi setempat secara

berkelanjutan.

4.3 Lokasi P4S Nusa Indah

P4S Nusa Indah berada di Kecamatan Tamansari dan merupakan P4S

unggulan kecamatan seluas 2.630.936 ha ini. Kecamatan ini terletak 35 km dari

Ibukota Kabupaten Bogor, 120 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 60 km

dari Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Luas wilayah Kecamatan

Tamansari tempat P4S Nusa Indah berada ini terdiri dari 1.364.711 ha tanah darat

dan 1.266.225 ha tanah sawah (Laporan Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:1).

Page 75: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

56

Lokasi P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Nusa Indah

berada di Jl. Ciapus Raya, Gg. Pala No. 51 RT. 02 RW. 01, Desa Tamansari,

Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini berada

pada salah satu kawasan berbukit karena terletak di kaki Gunung Salak, oleh

sebab itu secara geografis permukaan tanah di Kecamatan Tamansari dapat

dikatakan berombak dengan ketinggian 600-700 m dpl. Kondisi udara di

kecamatan ini sejuk dengan suhu rata-rata 270-28

0 C, dan curah hujan 250-300

mm/th (Laporan Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:1). Berdasarkan ciri-ciri

topografi tersebut, Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran tinggi

sehingga cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram

putih.

Kecamatan Tamansari merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan

Ciomas pada tahun 2001 dengan jumlah desa sebayak 8 desa, meliputi 91 RW dan

361 RT. Sedangkan klasifikasi desanya adalah desa swakarya. Berdasarkan

Laporan Kinerja Tahunan Kecamatan Tamansari (2010:3), Kecamatan

Tamanasari tempat P4S Nusa Indah ini berbatasan wilayah dengan Kecamatan

Ciomas dan Bogor Selatan pada sebelah utara, sebelah selatan dengan Kabupaten

Sukabumi dan Gunung Salak, dengan Kecamatan Cijeruk pada sebelah Timur,

dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tenjoloya dan Dramaga. Secara

administratif Kecamatan Tamansari terbagi dalam delapan desa seperti yang

terlihat dalam Tabel 7 berikut ini.

Page 76: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

57

Tabel 7. Data Nama Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan

Tamansari Tahun 2011

No. Nama Desa Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Wilayah

(Ha)

1 Sukamantri 13.484 639.000

2 Sirnagalih 12.598 200.592

3 Pasir Eurih 11.206 210.880

4 Tamansari 10.897 181.200

5 Sukaresmi 10.881 306.310

6 Sukaluyu 8.568 301.000

7 Sukajaya 10.057 288.650

8 Sukajadi 7.765 503.304

9 Total 85.456 2.630.936

Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:15)

Ditinjau dari segi mata pencaharian penduduk Kecamatan Tamansari dapat

dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Mayoritas penduduk Kecamatan Tamansari

bekerja sebagai petani sebanyak 17.867 orang atau sebanyak 82,6 %. Sedangkan

persentase terkecil adalah sebagai pengemudi sebanyak 0,51 %.

Tabel 8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tamansari Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase

(%)

1 Petani 17.867 82,6

2 Pengusaha 311 1,44

3 Pengrajin 361 1,67

4 Buruh Buruh Industri 735 3,40

Buruh Bangunan 1.744 8,06

5 Pedagang 115 0,53

6 Pengemudi 110 0,51

7 Pegawai Negeri Sipil 265 1,23

8 TNI / POLRI 124 0,57

9 Total 21.632 100

Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:2), diolah

Page 77: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

58

Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari sebanyak 85.456 jiwa, yang

terdiri dari 43.678 orang laki-laki dan 41.778 orang perempuan (Laporan Kinerja

Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:15). Porsi terbesar ada pada usia muda (di

bawah 20 tahun) seperti terlihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Menurut Usia Tahun 2011

No. Kelompok Usia Jumlah Jiwa Jumlah Penduduk

(Jiwa) Laki-laki Perempuan

1. 0-4 tahun 5.455 5.338 10.793

2. 5-9 tahun 4.474 4.394 8.868

3. 15-19 tahun 4.325 4.156 8.481

4. 11-14 tahun 3.972 3.596 7.568

5. 20-24 tahun 3.922 4.083 8.005

6. 25-29 tahun 3.823 3.803 7.626

7. 30-34 tahun 3.681 3.540 7.221

8. 35-39 tahun 3.247 3.105 6.352

9. 40-44 tahun 2.913 2.685 5.598

10. 45-49 tahun 2.745 2.409 5.154

11. 50-54 tahun 1.948 1.752 3.700

12. 55-59 tahun 1.537 1.374 2.911

13. 60-64 tahun 1.344 1.286 2.630

14. 65-69 tahun 873 878 1.751

15. 70 tahun ke atas 413 392 805

Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:2)

Komposisi penduduk di Kecamatan tempat P4S Nusa Indah berada

berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak ada pada tamatan SD/sederajat,

selain itu sudah terdapat penduduk Kecamatan Tamansari yang tamat akademi

atau perguruan tinggi, namun masih ada penduduk yang masih buta huruf sampai

bulan Maret 2011 seperti yang terlihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Page 78: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

59

Tabel 10. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1. Buta huruf 478

2. Belum sekolah 1.918

3. Tidak tamat SD / sederajat 528

4. Tamat SD / sederajat 9.357

5. Tamat SLTP / sederajat 7.355

6. Tamat SMU / sederajat 6.356

7. Tamat D1, D2, D3, D4 465

8. Tamat S1 635

9. Tamat S2 51

10. Tamat S3 32

Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:3)

4.3 Struktur Organisasi P4S Nusa Indah

Struktur organisasi P4S Nusa Indah saat ini lebih mengarah kepada

kepengurusan unit usaha jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan unit-unit usaha

yang ada telah mampu mandiri dan menjalankan usaha masing-masing

berdasarkan prinsip yang berbeda-beda pula. Sebelumnya ketua dari unit-unit

usaha yang ada di P4S Nusa Indah masuk dalam kepengurusan struktural

organisasi P4S Nusa Indah, namun karena berbagai hal serta untuk mempermudah

koordinasi maka struktur organisasi P4S Nusa Indah saat ini disusun dengan

mengarah kepada kepengurusan usaha jamur tiram putih. Pada P4S Nusa Indah

ini, anggota berperan sebagai tenaga kerja dan ketua P4S Nusa Indah berperan

sebagai pemilik usaha jamur tiram putih. Pada Tabel 11 berikut ini tersaji

karakteristik biodata pengurus dan anggota P4S Nusa Indah saat ini.

Page 79: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

60

Tabel 11. Data Biodata Pengurus dan Anggota P4S Nusa Indah Tahun 2011

No. Nama Jabatan Jenis

Kelamin Usia Pendidikan

Jumlah

Tanggungan

1. Cucu

Komalasari Ketua Perempuan 55 SMA 1

2. Andri, M.H Wakil Ketua Laki-laki 29 SMA 3

3. Endang

Rukmana Bendahara Laki-laki 20 SMP -

4. Fian

Alfiandi Sekretaris I Laki-laki 20 SMA -

5. M. Oib Sekretaris II Laki-laki 18 SMP -

6. Syaeful Seksi SDM Laki-laki 19 SMP -

7. Koko Seksi

Produksi Laki-laki 17 SMP -

8. Dika Seksi

Produksi Laki-laki 18 SMA -

9. Piah Seksi

Pasca Panen Perempuan 47 SD -

10. Reno R. Seksi

Pemasaran Laki-laki 22 SMP -

11. Anjay Seksi

Pemasaran Laki-laki 17 SMP -

12. Nana

Permana Anggota Laki-laki 22 SMP -

13. Jana Anggota Laki-laki 22 SMP -

14. Heri H. Anggota Laki-laki 17 SMP -

15. Eko S. Anggota Laki-laki 16 SMP -

16. Agung Anggota Laki-laki 17 SMP -

17. Mulyadi Anggota Laki-laki 20 SMP -

18. Dani Anggota Laki-laki 16 SMP -

Sumber : Data Primer, diolah

Struktur organisasi ini dibuat untuk mengatur pembagian pekerjaan yang

ada, dan membentuk perbedaan tingkat pekerjaan, tanggung jawab, dan jabatan.

Terdapatnya pembagian kerja mempermudah karyawan dalam melakukan

kegiatan atau pekerjaan mereka, meskipun dalam pelaksanaan di lapangan hal ini

tidak dilaksanakan atau diterapkan secara kaku.

Page 80: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

61

P4S Nusa Indah memiliki pengurus yang cukup sederhana namun

mencakup seluruh kegiatan yang ada di dalam P4S Nusa Indah. Ketua berperan

sebagai pemegang kekuasaan yang dinaungi oleh Camat Tamansari dan BP3K

Wilayah Dramaga. Ketua dibantu oleh beberapa staf seperti sekretaris, bendahara,

seksi SDM, seksi produksi, seksi pasca panen, dan seksi pemasaran. Susunan

Pengurus P4S Nusa Indah Tamansari adalah seperti pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Susunan Pengurus P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya)

Nusa Indah, Bogor Tahun 2011

Sumber : Profil P4S Nusa Indah (2011:5)

Pembina

1. Camat Tamansari

2. BP3K Wilayah Dramaga

Seksi

SDM

Syaeful

Ketua

Cucu Komalasari

Bendahara

Endang Rukmana

Sekretaris

1. Fian Alfiandi

2.M. Oib

Seksi

Pascapanen Piah

Seksi

Produksi

1. Koko / Omen

2. Dika

Seksi

Pemasaran

1. Reno

2. M. Ajay

Wakil Ketua

Andri, M.H

Page 81: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

62

4.5 Kegiatan Usaha P4S Nusa Indah

Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) adalah Lembaga

Pendidikan dan Pelatihan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan

dikelola langsung oleh petani baik perorangan maupun kelompok, dimana

lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usaha

lainnya. Tujuan umum P4S adalah terselenggaranya program-program pelatihan

bagi petani dibidang pertanian, perindustrian dan usaha pedesaan lainnya secara

teratur dan berkesinambungan.

Fasilitas yang dimiliki P4S Nusa Indah saat ini adalah satu ruangan

pelatihan, kamar penginapan, satu ruangan pembuatan baglog, satu satu ruangan

sterilisasi, ruangan isolasi, dan satu kumbung inkubasi. Sebagai gambaran,

beberapa fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Beberapa Fasilitas P4S Nusa Indah di Unit Usaha Jamur Tiram Putih

Keterangan : A. Ruangan Pelatihan; B. Ruangan Pembuatan Baglog; C. Drum

Sterilisasi; D. Ruangan Isolasi; E. Ruangan Inkubasi Sumber : Data Primer, diolah

Page 82: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

63

Sarana dan prasarana P4S Nusa Indah berlokasi di tanah milik Ibu Cucu,

berada tepat di depan rumah dan dekat lokasi produksi baglog siap panen. Adapun

sarana dan prasarana yang dimiliki oleh P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel

12 di bawah ini.

Tabel 12. Sarana dan Prasarana P4S Nusa Indah

No Sarana dan Prasarana Satuan/Ukuran Jumlah Kapasitas

(Orang) Kondisi

1. Bangunan

- Kantor m2

(4x6) 1 5 – 6 Baik

- Ruang Belajar m2 (8x10) 1 40 - 50 Baik

- Bengkel m2

(2x6) 1 5 – 7 Baik

- Asrama Unit 2 20 – 30 Baik

- Gudang Unit (2x2) 2 - -

- MCK m2 (2x4) 2 - -

2. Meubeler

- Kursi Unit 30 30 Baik

- Meja Unit 3 - Baik

- Papan tulis Unit 2 - Baik

- Lemari Buku Unit 2 - Baik

3. Sound System Unit 2 - Baik

4. Handy Cam. Unit 1 - Baik

5. Kendaraan (Motor) Unit 2 - Baik

6. Lahan Praktik Baik

- Lahan Percontohan ha 0.5 - Baik

- Lahan Usahatani ha 1.5 - Baik

Sumber : Profil P4S Nusa Indah (2011:9)

Pendidikan pelatihan yang terdapat di P4S Nusa Indah adalah program

pembelajaran atau pelatihan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan situasi

dan kondisi setempat. Program-program tersebut adalah sebagai berikut :

Page 83: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

64

Teknologi pembibitan dan budidaya

Penanganan panen

Pengolahan pasca panen

Pemasaran

Pengembangan usaha

Kegiatan pemagangan yang dilaksanakan di P4S Nusa Indah adalah

pemagangan jamur tiram putih dan tanaman hias. Sejak awal berdirinya sampai

sekarang P4S Nuda Indah telah menyelenggarakan lebih dari 100 kali pelatihan

dengan jumlah peserta lebih dari 1000 orang yang berasal dari berbagai provinsi.

Selain menyelenggarakan pelatihan sendiri P4S Nuda Indah juga seringkali

diminta untuk menyelenggarakan pelatihan agribisnis baik jamur tiram putih

maupun komoditi lain yang masih bernaung di P4S Nusa Indah oleh instansi baik

pemerintah maupun non pemerintah.

P4S Nusa Indah merupakan lembaga swadaya yang permodalannya

berjalan secara mandiri walaupun terkadang ada bantuan atau hibah dari instansi

pemerintah, namun secara keseluruhan lembaga ini bergerak dari usaha sendiri.

P4S memang suatu lembaga, namun bagaimanapun juga agar lembaga tersebut

dapat berjalan sesuai dengan tujuannya maka pasti dibutuhkan dana. Dalam hal

ini, P4S mendapatkan dana dari usaha yang dijalankan, salah satu usaha unggulan

adalah unit usaha jamur tiram putih.

Unit usaha P4S Nusa Indah ini pada awalnya bergerak di bidang produksi

dan pemasaran baglog jamur tiram putih dan jamur tiram putih, namun karena

suatu hal saat ini fokus utama unit usaha unggulan P4S Nusa Indah adalah

produksi dan pemasaran baglog jamur. Hal ini didorong oleh faktor keterbatasan

Page 84: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

65

keterampilan petani jamur dalam hal pembuatan media yang memang cukup

beresiko jika terjadi kesalahan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin

bertambahnya mitra dan relasi P4S Nusa Indah maka walaupun tidak lagi

bergerak di bidang produksi dan pemasaran jamur tiram putih namun banyak

mitra dan pelanggan yang membeli baglog jamur tiram putih mempercayakan

pengelolaan usaha jamur tiram putihnya kepada Ibu Cucu (Ketua P4S Nusa Indah)

dan tenaga kerja unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah sebagai staf ahli.

Usaha baglog jamur tiram yang dijalankan lebih kepada usaha home

industry, dimana sistem manajemen yang terlaksana cukup sederhana dan

direncanakan, diorganisasikan, dipimpin serta diawasi sepenuhnya oleh pemilik

usaha. Dalam kegiatan usahanya, usaha Ibu Cucu ini memiliki dua pekerja tetap.

Untuk pesanan besar, Ibu Cucu menggunakan tenaga kerja dengan upah borongan

yang bersifat musiman. Adapun dua pekerja tetap ini merupakan anggota dari P4S

Nusa Indah sendiri. Sementara untuk manajerial, seluruhnya diurus oleh Ibu Cucu

dengan dibantu oleh Bapak Dayat (suami Ibu Cucu).

Unit usaha yang terdapat di P4S Nusa Indah antara lain jamur tiram putih,

tanaman hias, palawija, dan ayam buras. Beberapa unit usaha yang dimiliki P4S

Nusa Indah, seperti ada pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tahun 2011

No Unit Usaha Jumlah Anggota

1 Jamur Tiram Putih 20

2 Tanaman Hias 40

3 Palawija 20

4 Ayam Buras 20

5 Total 100

Sumber : Data Primer, diolah

Page 85: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

66

Saat ini berbagai unit usaha ini bukan merupakan sumber dana keuangan

tetap bagi P4S Nusa Indah, setiap laba dan rugi pada unit usaha tersebut dikelola

dan ditanggung oleh menajemen unit usaha tersebut namun P4S Nusa Indah tidak

serta merta melepas tanggung jawab begitu saja. Terkadang P4S Nusa Indah

mendapatkan beberapa bagian dari laba yang didapatkan unit usaha tersebut dan

terkadang juga P4S Nusa Indah turut memberikan bantuan atas rugi yang diderita

unit usaha tersebut.

Manajemen setiap unit usaha tersebut berbeda dengan unit usaha jamur

tiram putih yang berada langsung di bawah kendali P4S Nusa Indah, sehingga unit

usaha inilah yang menjadi sumber dana bagi P4S Nusa Indah sebagai lembaga

pendidikan pertanian swadaya. Hal ini terkait dengan sejarah terbentuknya P4S

Nusa Indah yang awalnya merupakan sebuah kelompok tani jamur tiram putih.

Sehingga sumber keuangan dan operasional lembaga pendidikan dan pelatihan ini

berasal dari unit usaha jamur tiram putih dan pelatihan mengenai jamur tiram putih.

Kegunaan dari unit-unit usaha lain adalah sebagai sumber keuangan dan

operasional P4S Nusa Indah yaitu pada saat ada kebutuhan pelatihan dan

pendidikan mengenai tanaman hias, palawija, dan ayam buras maka unit usaha

tersebut diamanatkan untuk menjadi narasumber pada pelatihan tersebut sesuai

dengan unit usaha yang bersangkutan dan kompeten di bidangnya. Setiap

pemasukan dari pelatihan dan pendidikan tersebut akan dibagi secara adil

berdasarkan kesepakatan dan musyawarah bersama antara unit usaha pengisi

pelatihan dan pendidikan dengan P4S Nusa Indah.

Page 86: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

67

4.5.1 Keragaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah

Usaha jamur tiram putih pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah

berada di Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ini dilakukan sejak tahun 1996. Pada tahun

2006-2010 unit usaha unggulan P4S Nusa Indah yang beberapa tahun sebelumnya

menjalankan usaha jamur tiram putih dari hulu ke hilir, kini hanya bergerak di

bidang produksi dan pemasaran baglog jamur tiram putih siap panen. Namun pada

penghujung tahun 2010, seiring semakin bertambahnya mitra dan relasi P4S Nusa

Indah, maka walaupun tidak lagi bergerak di bidang produksi dan pemasaran jamur

tiram putih segar namun kini ada mitra dan pelanggan baglog jamur tiram putih

yang mempercayakan pengelolaan usaha jamur tiram putih dari mulai aspek

pemeliharan sampai pemasaran jamur tiram putih segar kepada P4S Nusa Indah).

Sehingga kini, selain memproduksi dan memasarkan baglog jamur tiram

putih siap panen namun P4S Nusa Indah juga membudidayakan dan memasarkan

jamur tiram putih segar dengan sistem kemitraan bersama wirausahawan jamur

tiram putih. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa beberapa tahun sebelumnya

P4S Nusa Indah juga memproduksi jamur tiram putih segar dan memahami pasar

jamur tiram putih. Serta ditambah lagi karena lokasi budidaya milik wirausahawan

jamur yang berada dalam jangkauan P4S Nusa Indah, namun sebaliknya, jauh dari

wirausahawan jamur yang berada di Jakarta.

Awalnya Ibu Cucu selaku ketua P4S Nusa Indah hanya menginginkan

menjual dan memasok media tanam jamur tiram putih saja, namun karena jiwa

sosial yang tinggi dan merasa turut bertanggung jawab mengingat lokasi budidaya

Page 87: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

68

jamur milik wirausahawan jamur tersebut berada dalam satu kawasan kecamatan

dengan P4S Nusa Indah. Jadi mulai penghujung tahun lalu pun P4S Nusa Indah

memproduksi dan memasarkan jamur tiram putih segar selama periode kemitraan

berlangsung, tanpa mengesampingkan fokus utama usaha yang memproduksi dan

memasarkan baglog jamur tiram putih siap panen.

Baglog jamur tiram putih siap panen merupakan murni output P4S Nusa

Indah, sedangkan jamur tiram putih segar merupakan hasil produksi

wirausahawan jamur yang bermitra dengan P4S Nusa Indah dalam hal perawatan

dan pemasaran. Jadi dapat dikatakan jamur tiram putih segar juga merupakan

output P4S Nusa Indah walaupun biaya investasi kumbung dan baglog jamur

tiram putih siap panen untuk budidaya jamur merupakan korbanan yang

dikeluarkan wirausahawan jamur tersebut. Dalam kalimat lain dapat dijelaskan

bahwa wirausahawan jamur tiram putih bekerja sama dengan P4S Nusa Indah

dalam usaha jamur tiram putih yang diwujudkan berupa kemitraan yang memilki

syarat dan ketentuan tertentu. Kemitraan yang terjadi ada dua macam, pertama

kemitraan dalam investasi usahatani jamur tiram putih yang terdiri dari jasa

pembangunan kumbung budidaya jamur tiram puih. Kemitraan yang kedua adalah

budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang terdiri dari

pengelolaan, perawatan, produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar.

Pola usaha budidaya jamur tiram putih segar di P4S Nusa Indah

diimplementasikan dalam bentuk kemitraan dengan wirausahawan jamur tiram

putih selaku mitra. Wirausahawan jamur juga meminta jasa P4S Nusa Indah

menentukan lokasi budidaya yang tepat dan mendirikan empat kumbung budidaya

Page 88: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

69

jamur tiram putih dengan memberikan dana sebesar Rp. 40.000.000,- dan

kemudian mitra membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa

Indah untuk dibudidayakan di kumbung budidaya tersebut.

Kemudian dalam hal perawatan hingga pemasaran jamur tiram putih

dilakukan oleh P4S Nusa Indah karena diminta oleh mitra tersebut. Hasil panen

jamur tiram putih segar dipasarkan langsung oleh P4S Nusa Indah ke pedagang

dengan harga Rp. 9.000,- per kg, kemudian penerimaan yang diperoleh dibagi

hasil dengan mitra dengan kesepakatan tertentu, yaitu 94 % untuk mitra dan 6%

untuk P4S Nusa Indah. P4S Nusa Indah sudah bekerja sama dengan pedagang

sehingga jamur tiram putih segar diantar ke pedagang. Pedagang dalam hal ini

bertindak selaku supllier jamur tiram putih segar di pasar tradisional Bogor

dengan pembayaran dilakukan sehari setelah pengiriman jamur tiram putih.

4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Proses budidaya jamur tiram putih secara keseluruhan yang terdiri dari

dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan waktu 40-50 hari. Kegiatan

usaha ini secara menyeluruh dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung,

pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian

hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Skala usaha produksi pada P4S Nusa

Indah sebesar 10.000 baglog/3 pekan dan kapasitas empat kumbung produksi

jamur milik wirausahawan jamur masing-masing sebesar 10.000 baglog dengan

luas setiap kumbung 70 m2

(7 m x 10 m).

Proses budidaya jamur tiram putih dimulai dari penyediaan input usahatani

yang terdiri dari bibit jamur tiram putih dan media tanam. Selain itu, juga

Page 89: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

70

diperlukan sarana pendukung dalam kegiatan usahatani jamur tiram adalah kayu

bakar, spritus, plastik, karet, alkohol, dan cincin bambu. Input tenaga kerja

diperoleh dari dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berikut ini disajikan

penggunaan input produksi baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah

yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa

Indah per Satu Paket (155 Baglog)

No. Input Produksi Satuan Penggunaan

1 Bibit Jamur Baglog 3

2 Media

Tanam

Serbuk Gergaji Karung* 7

Kapur Kg 2

Gips Kg 1

Dedak Kg 12,5

Air % 30-40

Keterangan : * = Karung pakan ternak ukuran 120 cm x 80 cm

Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 14 di atas, penggunaan input produksi baglog jamur

tiram putih tergantung dari jumlah baglog dan formulasi media. Semakin besar

jumlah baglog yang digunakan untuk budidaya jamur tiram, maka penggunaan

jumlah inputnya akan lebih banyak. Perbedaan komposisi input disebabkan oleh

formulasi media yang dipakai. Pemakaian formulasi media ini juga dipengaruhi

oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing- masing petani.

Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2007:55) tahapan

dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan

kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman,

pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Kegiatan usaha

jamur tiram putih yang menjadi fokus utama di P4S Nusa Indah meliputi

Page 90: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

71

persiapan bibit, pembuatan media tanam, pembibitan (inokulasi), dan inkubasi.

Selain itu kegiatan usaha jamur tiram putih yang dlilakukan dengan kemitraan

bersama wirausahawan jamur antara lain pemilihan lokasi budidaya,

pembangunan kumbung, penumbuhan, penyiraman, pengendalian hama,

pengaturan suhu ruangan, panen, dan pasca panen.

4.5.2.1 Pemilihan Lokasi

Lokasi usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah berada di Desa

Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah

dataran di atas ketinggian 600 meter dari permukaan laut. Sedangkan lokasi

budidaya jamur tiram putih berada pada tempat yang lebih tinggi, yaitu sekitar

700 meter dari permukaan laut, namun masih berada pada satu kawasan

kecamatan dengan P4S Nusa Indah.

Berdasarkan wawancara diketahui bahwa lokasi tersebut didukung dengan

kondisi iklim yang cocok untuk usahatani jamur tiram putih serta dekat dengan

sumber bahan baku dan pasar. Pabrik penggergajian kayu, penggilingan padi, dan

hutan untuk pengambilan kayu bakar, yang merupakan sumber-sumber bahan

baku produksi yang dekat dengan lokasi usaha sehingga sedikit mengeluarkan

biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku tersebut. Pasar tradisional Bogor

sebagai pasar sasaran utama produksi berada sekitar 30 km dari lokasi budidaya.

Berdasarkan hal tersebut, maka usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah layak

untuk diusahakan karena dekat dengan sumber-sumber bahan baku dan pasar.

Page 91: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

72

4.5.2.2 Pembuatan Kumbung

Usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah memiliki kumbung inkubasi

kapasitas 5000 baglog dengan luas 39 m2

(6 m x 6,5 m). Sedangkan kumbung

budidaya sebanyak empat unit dengan luas 70 m2 (7 m x 10 m) yang memiliki

kapasitas 10.000 baglog setiap unitnya merupakan milik wirausahawan jamur.

Kumbung inkubasi yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih P4S

Nusa Indah merupakan kumbung yang terbuat perpaduan dinding beton dengan

bilik bambu dan beratapkan asbes sedangkan kumbung budidaya terbuat dari

kerangka bambu yang dikombinasikan dengan jaring net sebagai dinding dan

beratapkan serabut daun kelapa kering (rumbia). Dalam kumbung terdapat rak-rak

bertingkat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan baglog pada saat

pertumbuhan dan pemeliharaan. Kumbung dilengkapi dengan ventilasi udara yang

berfungsi untuk mengatur dan menjaga suhu dan kelembaban di dalam kumbung.

Pada kumbung inkubasi terdapat empat rak dengan enam tingkat pada

setiap rak kecuali satu rak di tengah yang bertingkat lima. Sedangkan kumbung

budidaya jamur memiliki lima rak dengan lima tingkat di setiap rak. Ukuran rak

pada kumbung inkubasi rata-rata adalah 5,5 m x 0,75 m dengan jarak setiap

tingkat rata-rata adalah 0,6 m dan ukuran rak pada kumbung budidaya jamur rata-

rata adalah 9,5 m x 1 m dengan jarak setiap tingkat rata-rata adalah 1 m.

4.5.2.3 Persiapan Bibit

Budidaya jamur yang berhasil dengan baik dipengaruhi beberapa faktor

yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama, diantaranya adalah bibit

jamur. Meskipun semua faktor dalam budidaya jamur telah dipenuhi dengan baik

Page 92: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

73

tetapi bibit jamur yang digunakan berkualitas kurang baik maka produksi jamur

yang diharapkan akan kurang optimal atau tidak akan menghasilkan sama sekali

Bibit jamur tiram putih yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini

merupakan bibit F2 yang berasal dari Bapak Tono sebagai salah seorang

pensiunan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsesia) yang berkediaman di

dekat lokasi P4S Nusa Indah. Kualitas merupakan kunci keberhasilan dalam

budidaya jamur tiram putih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan bibit jamur tiram putih ini adalah sebagai berikut:

1) Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.

2) Umur bibit optimal 45-60 hari.

3) Warna bibit merata.

4) Bibit tidak terkontaminasi.

5) Belum ditumbuhi jamur.

4.5.2.4 Pembuatan Media Tanam

Dalam usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah membuat media tanam

jamur (baglog) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan

Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan

serbuk kayu sebagai komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yang

biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari

serbuk gergaji kayu sengon (Parasientes falcataria). Selain serbuk kayu, bahan-

bahan lain seperti dedak, gips, kapur (CaCO3) juga digunakan dalam

mempersiapakan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat

media tanam disiapkan sesuai dengan kabutuhan dan komposisi yang sesuai.

Page 93: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

74

b. Pengayakan

Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin mempunyai tingkat

keseragaman yang kurang baik karena di dalamnya biasa terdapat potongan-

potongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai media

tempat tanam yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak

merata. Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir terlebih dahulu

untuk melihat kondisi fisik dari serbuk kayu tersebut. Untuk mengatasi hal

tersebut maka dilakukan pengayakan serbuk gergaji. Serbuk kayu diayak secara

manual dengan tenaga manusia. Ukuran ayakan yang digunakan sama dengan

ukuran ayakan yang digunakan untuk mengayak pasir.

c. Pencampuran

Bahan-bahan yang telah disediakan dicampur yang sebelumnya dilakukan

penimbangan. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk gergaji, dedak, gips, kapur dan

air. Pencampuran dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Bahan-bahan

yang dicampur mempunyai komposisi seperti pada Tabel 14 tersebut. Pencampuran

dilakukan dengan terlebih dahulu menebarkan serbuk kayu, lalu meratakannya.

Kemudian dedak, gips, dan kapur ditaburkan satu per satu secara merata di atas

permukaan serbuk kayu. Setelah itu, bahan-bahan terebut dicampur dicampur

hingga rata dan diberikan air kurang lebih sebanyak 40% dari jumlah adonan.

Kadar penggunaan air ini tidaklah mutlak. Untuk mengukur kadar air yang

sesuai dapat dilakukan dengan mengepal adonan yang telah tecampur air. Kepalan

adonan adonan yang tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air menandakan

air yang digunakan sebagai campuran sudah cukup. Pencampuran harus dilakukan

Page 94: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

75

secara merata, diusahakan tidak terdapat gumpalan terutama serbuk gergaji dan

kapur. Gumpalan tersebut dapat mengakibatkan kompoisi media yang diperoleh

tidak merata sehingga dapat berpengaruh terhadap produksi jamur.

d. Pengomposan

Setelah semua bahan pembuat media tanam jamur (baglog) dicampur,

kemudian bahan-bahan tersebut dikomposkan selama satu hari. Pengomposan

dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya

secara rapat dengan menggunakan terpal. Kadar air pada saat pengomposan harus

diatur pada kondisi 50-65 %. Adonan yang terlalu banyak air akan memacu

pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media.

e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam

Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan

ke dalam plastik polipropilen karena plastik ini relatih tahan panas dalam proses

sterilisasi (pengukusan). Ukuran plastik yang digunakan oleh P4S Nusa Indah

dalam pembuatan media tanam jamur tiram putih selama November 2010-Mei

2011 adalah 17 cm x 35 cm dengan ketebalam 0,3 mm.

Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil

pengomposan ke dalam kantong plastik pengisian baglog. Kemudian adonan

tersebut dipadatkan dengan botol atau alat lainnya. Media yang kurang padat akan

menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media cepat busuk sehingga

produktifitas akan rendah. Berat media sekitar 1,2 kg per baglog. Setelah media

padat, baglog yang sudah terisi tersebut diikat dengan karet.

Page 95: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

76

f. Sterilisasi

Media yang telah diisi dengan adonan, kemudian disterilisasi. Sterilisasi

baglog adalah suatu proses yang dilakukan untuk mensterilkan baglog dari

berbagai miroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Hal ini dilakukan

untuk menginaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat

mengganggu pertumbuhan miselium jamur yang akan ditanam.

Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini, sterilisasi media

tanam menggunakan drum dengan kapasitas 900 - 1100 baglog. Proses sterilisasi

dilakukan pada suhu 900-120

0 C dengan cara memasukkan baglog ke dalam drum

lalu mengukus baglog selama 8 - 10 jam. Setelah itu, baglog didinginkan selama

6 - 8 jam dan temperatur baglog menjadi 300

- 400 C sebelum diinokulasi.

4.5.2.5 Inokulasi (Pemberian Bibit)

Inokulasi yaitu memasukkan bibit ke dalam media tanam jamur yang telah

disterilisasi. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati dan

cermat, sehingga P4S Nusa Indah sangat memerhatikan tiga hal berikut:

a. Kebersihan

Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya.

Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasnya. Oleh karena itu, alat

dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat

dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spritus. Peralatan yang

digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% kemudian

dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus.

Page 96: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

77

Sementara itu, sterilisasi tempat atau ruangan dilakukan dengan

menggunakan alkohol 70% selama 15 menit. Ruang yang digunakan untuk

inokulasi merupakan ruang yang terbatas (bukan tempat lalu-lalang) dan tertutup.

b. Bibit

P4S Nusa Indah selalu bertujuan menghasilkan output produk yang

berkualitas, baik baglog jamur tiram putih siap panen maupun jamur tiram putih.

Untuk itu, bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah

ini merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantaranya jamur tiram putih

yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal,

bertudung banyak (4-5 tudung dalam satu batang), tebal dan tidak mudah patah.

c. Teknik Inokulasi

Inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah

dengan taburan dan tusukan. Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah

ini, inokulasi dilakukan dengan taburan, yaitu menaburkan bibit ke dalam baglog

secara langsung. Unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah menggunakan 1

(satu) baglog bibit jamur tiram putih untuk inokulasi pada 50 (lima puluh) media

tanam jamur tiram putih.

Proses inokulasi yaitu bibit jamur ditabur di atas permukaan media tanam

jamur sebanyak kurang lebih tiga sendok spatula atau hingga kurang lebih

mencapai 2 cm menggunakan spatula atau garpu. Kemudian ujung plastik

disatukan dan dipasang cincin bambu. Setelah itu, ditutup dengan kertas steril

yang kemudian diikat rapat dengan karet pada bagian leher plastik media tanam

jamur sehingga menjadi menyerupai sebuah botol.

Page 97: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

78

Penutupan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik

bagi pertumbuhan miselia jamur yang tidak terlalu membutuhkan banyak oksigen.

Namun penutupan yang dilakukan dengan terlalu rapat tidak baik, karena akan

menghambat pertumbuhan miselia jamur sehingga akan berakibat dalam

pembentukan tubuh buahnya.

4.5.2.6 Inkubasi

Pada P4S Nusa Indah, seluruh media tanam jamur yang sudah diinokulasi

kemudian diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Media

tanam jamur dalam tahap inkubasi (proses penumbuhan miselia jamur sampai

memenuhi seluruh media tanam) akan tampak putih merata antara 30-40 hari

sejak dilakukan inokulasi. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia

jamur adalah 250

- 300 C. Apabila suhu kurang optimal, misalnya terlalu tinggi

maka suhu ruangan perlu diatur. Untuk mengatur suhu dan kelembaban kumbung,

dilakukan teknik pengembunan (tidak langsung pada baglog jamur) dengan

menyemprotkan air menggunakan handsprayer.

Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan

setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya

miselia jamur berwarna putih yang merambat ke bawah maka kemungkinan besar

jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi

miselia jamur tersebut maka perlu dilakukan sterilisasi ulang pada media sampai

inokulasi kembali. Namun apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka

media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik (rusak).

Page 98: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

79

4.5.2.7 Penumbuhan

Media tanam jamur (baglog) yang sudah berumur + 30-40 hari dan telah

putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh

buah jamur dengan cara membuka media tanam (baglog) jamur. Pembukaan

baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini

dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuka cincin dan kertas

penutup baglog, atau pun dengan menyobek plastik baglog (disobek sedikit) di

berbagai sisi baglog.

Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen

(O2) yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen

yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk

tubuh buah dengan baik. Jamur tiram yang merupakan jamur mesofil (jamur kayu)

menunjukkan pertumbuhan yang baik pada suhu 180

- 250 C, kelembaban relatif

75-90 %.

Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka akan

muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh

optimal selama empat sampai enam hari. Agar mendapatkan tubuh buah jamur

tiram putih secara optimal unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah

melakukan pengendalian suhu dan kelembaban dengan penyiraman. Setelah itu,

pada hari ke tujuh akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke

delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa (tubuh buah) yang

siap dipanen.

Page 99: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

80

4.5.2.8 Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan

Penyiraman diawali oleh pembukaan cincin baglog yang ditutup kertas dan

diikat dengan karet. Selama proses pemeliharaan, baglog disiram dengan air

bersih dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada

musim hujan, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, sedangkan

pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari

dengan menggunakan sprayer. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga

kelembaban media sehingga miselia dapat tumbuh dengan baik.

Pengaturan suhu ruangan dilakukan dengan cara membuka dan atau

menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar

suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga dan sesuai untuk pertumbuhan

optimal miselia jamur.

4.5.2.9 Pengendalian Hama dan Penyakit

Sebagai tumbuhan, jamur juga tidak luput dari gangguan hama dan

penyakit. Saat masih dalam proses inkubasi saja, penyakit sudah mulai

mengunjungi. Setelah masa pertumbuhan tubuh buah pun masih ada binatang yang

suka menyambangi (Redaksi Trubus, 2010:52). Pengendalian hama pada jamur

tiram putih dilakukan tidak menggunakan pestisida. Kegiatan pengendalian hama

dilakukan secara manual yaitu dengan membuang hama yang ada agar tidak

memakan baglog dan tubuh buah jamur tiram putih. Hama yang mengganggu dapat

mengakibatkan baglog cepat rusak dan mudah terkontaminasi mikroorganisme

sehingga berujung pada terjangkit penyakit.

Page 100: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

81

Hama dan penyakit dapat dikendalikan dengan menjaga kebersihan

sewaktu proses produksi. Oleh karena itu, alat-alat yang digunakan, rak-rak, dan

ruang pemeliharaan harus bersih dan steril dimana pembersihan dan pensterilan

tidak menggunakan zat sintetis kimia buatan yang berbahaya.

Hama yang menyerang baglog antara lain ulat, serangga kecil, dan lain-

lain. Sedangkan yang menyerang tubuh buah jamur tiram putih antara lain adalah

kumbang, kutu, dan sebagainya. Penjelasan singkat mengenai hama-hama tersebut

dan cara pengendaliannya dapat dilihat di bawah ini.

a. Ulat (Lycoriella sp)

Hama ini menyerang saat kelembapan udara berlebihan yang biasanya

menyerang saat musim hujan namun jarang saat musim kemarau. Penyebab lain

ialah kumbung kurang bersih. Serangan hama ini tertuju pada baglog lama, atau

pada hari ke-80. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyegerakan panen

semua jamur tiram putih hingga tak tersisa pada waktu panen. Selain itu, baglog

dan kumbung dibersihkan dengan menyemprot insektisida organik. Kemudian

kondisi lingkungan pun harus diperbaiki, di antaranya membuat sirkulasi udara

menjadi lancar yang dapat dilakukan dengan melengkapi kumbung dengan jendela

yang dapat dibuka dan ditutup.

b. Serangga Kecil

Kumbung budidaya jamur tiram putih yang kurang bersih juga

mengundang serangga-serangga kecil. Penyebabnya adalah sisa-sisa baglog atau

tangkai jamur yang banyak berserakan di sekitar rak. Baglog apkir dan limbah itu

mengundang serangga kecil datang dan kemudian bersembunyi di lamela jamur.

Page 101: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

82

Untuk mengendalikan hama ini, dapat memanfaatkan gelas air mineral

putih. Limbah itu kemudian di cat kuning agar lebih menarik perhatian hama kecil

tersebut. Dinding gelas kemudian diberi perekat dan sedikit minyak agar serangga

yang hinggap sulit lepas hingga akhirnya mati di sana.

c. Kumbang (Cyllodes bifacies)

Kumbang Cyllodes merusak jamur dengan cara memakan tubuh buah dan

menggerogoti tudung. Tudung jamur tiram putih yang terserang akan menjadi

lembek berair dan akan terlepas dalam waktu singkat (2 - 3 hari) sehingga tidak

dapat dipanen. Cara mengendalikan hama ini adalah dengan membersihkan areal

sekitar dan di dalam kumbung. Selain itu, dapat pula dilakukan pengendalian

dengan menyemprotkan insektisida nabati, seperti bawang putih dan tembakau.

d. Kutu

Kehadiran kutu pada tudung akan merugikan pertumbuhan jamur tiram

ptuih. Namun pengendalian hama ini dengan insektisida kimia tidak mungkin

dilakukan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan

menyemprotkan air saringan bawang putih (Allium sativum) yang telah di-

blender.

Baglog jamur tiram putih yang terserang penyakit umumnya disebabkan

karena sudah terkontaminasi mikroorganisme. Pengendaliannya adalah baglog

yang terkontaminasi dibuang karena jika tidak disingkirkan dari populasi baglog

yang di dalam kumbung maka umumnya akan menular kepada baglog lain.

Musuh utama usaha budidaya jamur tiram putih adalah kapang. Jenis kapang pada

baglog yang terkontaminasi diantaranya adalah:

Page 102: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

83

a. Kapang Aspergillus niger

Kapang ini menyebabkan baglog jamur berwarna hijau kehitaman. Hal ini

disebabkan pada saat melakukan pembibitan, alat yang digunakan kurang steril.

b. Kapang mucor sp

Baglog jamur tiram putih berwarna hitam merupakan dampak dari

kontaminasi kapang ini. Hal tersebut disebabkan pada saat pencampuran bahan

baku, adonan terlalu basah.

c. Kapang Oncom Merah atau Neurospora sito philla

Kontaminasi kapang jenis ini mengakibatkan baglog jamur berwana kunig

seperti jamur oncom. Hal ini disebabkan kurang lamanya proses sterilisasi.

Baglog jamur yang terkontaminasi kapang ini cepat sekali menular atau menyebar

pada baglog lain belum terkontaminasi.

d. Jamur Parasit/Saprofit

Jamur ini mengganggu pertumbuhan dan kehidupan jamur tiram putih.

Jamur parasit ini dideteksi dengan melihat perubahan pada warna spora dan

miselia jamur tiram putih. Hal ini disebabakan oleh persiapan yang kurang baik

atau terkontaminasi pada saat inkubasi dan penumbuhan.

4.5.2.10 Panen dan Pasca Panen

Kegiatan pemanenan ikut menentukan kualitas jamur tiram putih yang

dipanen, sehingga P4S Nusa Indah mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a. Penentuan Waktu Panen

Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur tiram putih mencapai tingkat

yang optimal, yaitu cukup besar namun belum mekar penuh. Pemanenan ini

Page 103: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

84

biasanya dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur (bakal buah). Pada saat

itu, ukuran jamur tiram putih sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara

5-10 cm dan bagian daun terasa tipis saat disentuh. Pemanenan dilakukan setiap

hari selama periode produktif baglog jamur tirma putih (4 - 6 bulan) yang

sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya.

Pada model usaha budidaya jamur tiram putih P4S Nusa Indah bersama

dengan mitra wirausahawan jamur pemanenan dilakukan pada sore hari yaitu

sekitar pukul 15.00 WIB. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kesegaran jamur

tiram putih dan mempermudah pemasaran. Setiap baglog jamur tiram putih dapat

dipanen 8-9 kali dalam 4-6 bulan dan dapat menghasilkan produk dengan berat

rata-rata 0,4 kg per baglog. Rentang waktu antara panen pertama dan seterusnya

pada setiap baglog jamur tiram putih rata-rata berkisar pada 9 – 10 hari.

b. Teknik Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut atau memetik seluruh

rumpun jamur tiram putih yang ada. Hal ini dilakukan agar semua bagian jamur

tercabut dan tidak meninggalkan sisa yang dapat menyebabkan kebusukan.

Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong atau mencabut

cabang jamur tiram putih yang ukurannya besar saja sebab dalam satu rumpun

jamur tiram putih mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Oleh karenanya,

apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar

saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar,

bahkan kemungkinan akan mati (layu atau busuk).

Page 104: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

85

Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga

akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur tiram putih yang

tertinggal. Adanya bagian jamur tiram putih yang tertinggal tersebut dapat

membusuk sehingga akan menyebabkan kerusakan media, bahkan dapat merusak

pertumbuhan jamur tiram putih yang lain. Pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja

secara bergilir setiap hari sebanyak 3 - 4 orang.

c. Penanganan Pascapanen

Jamur yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per

bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akar

dan pangkal batang. Dengan cara tersebut, disamping keberhasilannya lebih

terjaga, daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kemudian membuang

atau memisahkan batang tubuh yang rusak atau terkena penyakit dengan

menggunakan pisau atau gunting kecil. Hal tersebut dilakukan tanpa mencuci

jamur tiram hasil putih panen.

Jamur tiram putih yang tergolong baik selain dilihat dari keutuhan batang

dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di

sela-sela bagian bawah permukaan tudung, jamur tiram putih yang terlalu tua dan

dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan

panen produksi diperkirakan 80 % berdasarkan tingkat pengalaman dalam

melakukan usaha tersebut.

Page 105: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

86

Jamur tiram putih ditempatkan pada wadah yang bersih dan diletakkan di

suhu kamar dengan temperatur + 200 C. Kemudian dilakukan pengemasan

menggunakan kantung plastik transparan ukuran 5 kg. Pengemasan merupakan

suatu cara untuk melindungi produk. Syarat-syarat yang perlu dipertimbangkan

dalam menentukan kemasan yang akan digunakan diantaranya harus melindungi

komoditas yang dikemas dan tidak mengandung zat yang dapat mengandung

kesehatan manusia. Pengemasan yang baik, maka akan dapat memperoleh

beberapa keuntungan, yaitu produk yang dikemas dapat terhindar dari kerusakan

mekanis dan fisiologi, selain itu mutu produk dapat dipertahankan sampai ke

tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan

memudahkan dalam pemasarannya. Pengemasan hasil panen yang akan

dipasarkan menggunakan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm. Plastik yang

dibutuhkan sehari kurang lebih 18 lembar plastik. Proses pengemasan

divakumkan agar jamur tiram putih lebih awet, setelah selesai kemudian langkah

selanjutnya siap dipasarkan.

Page 106: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

87

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Biaya usaha jamur tiram putih yang dikeluarkan adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram putih. Biaya total yang

dikeluarkan terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan (biaya tidak tunai).

Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan petani dalam bentuk Rupiah

yang harus dimiliki petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya seperti biaya

pembelian bibit, pembelian bahan baku dan pendukung serta upah tenaga kerja.

Biaya diperhitungkan (biaya tidak tunai) digunakan untuk menghitung

berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal, dan menilai kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan

peralatan, bangunan dan sewa lahan milik sendiri juga dapat dimasukkan ke

dalam biaya diperhitungkan.

5.1.1 Biaya Tunai

Biaya tunai merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam bentuk tunai.

Biaya tunai dalam penelitian ini meliputi biaya pembelian bibit, serbuk kayu,

dedak, kapur, gipsum, plastik media, karet gelang, kayu bakar, cincin bambu,

kertas, spirtus, alkohol, gaji tenaga kerja baglog, bonus lembur tenaga kerja

baglog, biaya transportasi baglog, biaya listrik dan air, biaya paket pembangunan

kumbung budidaya, plastik kemasan jamur, transportasi pemasaran jamur, gaji

tenaga kerja jamur, dan bagi hasil.

Page 107: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

88

Biaya tunai pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dikelompokan

menjadi tiga, yaitu biaya tunai untuk produksi baglog jamur tiram putih siap panen,

paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram

putih dengan sistem kemitraan. Pengelompokan ini didasarkan karena P4S Nusa

Indah mampu menghasilkan produk dan jasa yang berbeda selama periode

November 2010 - Mei 2011 sehingga perlu adanya pengelompokan biaya beserta

komponennya, termasuk pada perhitungan biaya tunai ini. Informasi mengenai

keseluruhan komponen biaya tunai pada masing-masing produksi disajikan pada

Tabel 15, 16, dan 17. Kelompok biaya tunai yang pertama yaitu biaya tunai

produksi baglog jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah dapat dilihat pada

Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15. Komponen Biaya Tunai Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan Harga

(Rp)

Nilai

(Rp) %

1 Bibit 1.200 Baglog 5.000 6.000.000 7.06

2 Serbuk Kayu 3.190 Karung 2.000 6.379.355 7.51

3 Dedak 4.839 Kg 1.600 7.741.935 9.11

4 Kapur 774 Kg 3.000 2.322.581 2.73

5 Gipsum 387 Kg 5.000 1.935.484 2.28

6 Plastik Media 9 Karung 440.000 3.960.000 4.66

7 Karet Gelang 6 Kg 53.000 318.000 0.37

8 Kayu Bakar 2 Mobil 200.000 400.000 0.47

9 Cincin Bambu 40.000 Ring 25 1.000.000 1.18

10 Kertas 60 Kg 1.000 60.000 0.07

11 Spirtus 18 L 7.000 126.000 0.15

12 Alkohol 6 L 15.000 90.000 0.11

13 Gaji Tenaga Kerja Baglog 3.114 HOK 15.000 46.710.000 54.99

14 Bonus Lembur Tenaga Kerja 519 HOK 10.000 5.190.000 6.11

15 Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil 250.000 2.500.000 2.94

16 Listrik dan Air 7 Bulan 30.000 210.000 0,25

Total Biaya Tunai 84.943.355 100 Sumber : Data Primer, diolah

Page 108: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

89

Pada Tabel 15 tersebut terlihat bahwa biaya tunai terbesar yang dikeluarkan

P4S Nusa Indah dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen selama

November 2010 - Mei 2011 adalah untuk gaji tenaga kerja. Selama durasi tersebut

terdapat 212 hari, sedangkan untuk hari kerja unit usaha jamur tiram putih P4S

Nusa Indah berjumlah 173 hari. Tenaga kerja sekaligus anggota P4S Nusa Indah ini

bekerja dari hari Senin hingga Sabtu (kecuali hari libur nasional) dengan jam kerja

selama + 8 jam ditambah dengan istirahat masing-masing 15 menit pada saat

sarapan dan waktu Ashar serta 30 menit pada waktu Zuhur. Satu hari orang kerja

(HOK) di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dihargai Rp. 15.000,-/orang

ditambah dengan sarapan pada pukul 10.00 WIB, makanan ringan dan kopi saat

istirahat Zuhur, serta makan sore pada penghujung kerja (pukul 17.00 WIB) untuk

18 orang tenaga kerja.

Penggunaan bibit jamur tiram putih selama masa produksi November 2010-

Mei 2011 yaitu sebanyak 1.200 baglog bibit. Selama periode tersebut P4S Nusa

Indah memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen sehingga

kebutuhan bibit yang diperlukan adalah 1.200 baglog bibit. Hal ini disebabkan

setiap baglog bibit ukuran 18 cm x 35 cm yang digunakan dapat menginokulasi

lima puluh (50) media tanam (baglog) jamur tiram putih. Harga jual satuan untuk

satu baglog bibit jamur tiram putih dari pemasok bibit ini adalah Rp. 7.000,-, namun

P4S Nusa Indah membeli dengan harga Rp. 5.000,- per baglog bibit karena volume

pembelian dalam kuantitas banyak, yaitu 200 baglog bibit jamur tiram putih setiap

kali transaksi dan kestabilan pembelian bibit dari P4S Nusa Indah.

Page 109: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

90

Serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku produksi baglog jamur

tiram putih siap panen selama masa produksi November 2010 - Mei 2011 adalah

sebanyak 3.190 karung. Baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan

sebanyak 60.000 ternyata menggunakan 2.710 karung serbuk kayu sebagai

campuran adonan media tanam jamur tiram putih atau setara dengan penggunaan

untuk 388 paket (1 paket menghasilkan 155 baglog jamur tiram putih), dan 480

karung (80 karung untuk pengukusan 10.000 baglog jamur tiram putih) sebagai

campuran bahan bakar pensterilan dan pengukusan media tanam jamur tiram putih.

Karung yang digunakan sebagai satuan serbuk kayu adalah karung pakan

ternak dengan ukuran + 120 cm x 80 cm dengan berat isi rata-rata 35 kg. Satuan ini

pula yang digunakan industri penggergajian kayu sebagai pemasok serbuk kayu

dalam menentukan harga jual limbah penggergajian kayu, yaitu Rp. 2.000,- untuk

setiap karung serbuk kayu yang dihasilkan. Untuk tetap menjaga kualitas baglog

jamur tiram putih, P4S Nusa Indah meminta industri penggergajian tersebut tidak

mencampur serbuk dari kayu yang banyak mengandung getah dengan kayu yang

tidak bergetah. Getah kayu dapat mengurangi optimalisasi produksi jamur tiram

putih karena akan menghasilkan suhu baglog menjadi panas sehingga miselia jamur

tiram putih tidak mampu tumbuh optimal. Jumlah pemasok serbuk kayu untuk usaha

jamur tiram putih sebanyak tiga tempat penggergajian kayu dengan lokasi yang relatif

dekat, baik dari P4S Nusa Indah maupun dari setiap tempat penggergajian tersebut.

Dedak sebagai salah satu bahan pembuat media tanam (baglog) jamur tiram

putih yang digunakan P4S Nusa Indah menjadi bahan baku dengan biaya terbesar

dibandingkan dengan bahan baku lainnya, yaitu serbuk kayu, kapur, dan gipsum.

Page 110: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

91

Sebanyak 4.839 kg dedak atau bekatul dengan harga beli Rp. 1.600,- per kg

digunakan sebagai bahan campuran adonan media tanam jamur tiram putih untuk

menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen atau setara dengan 388

paket selama November 2010 - Mei 2011. Sedangkan pemakaian kapur dan gipsum

sehingga menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen pada masa

produksi yang sama adalah sebanyak 774 kg dan 387 kg dengan harga masing-

masing Rp. 3.000,-/kg dan Rp. 5.000,- /kg (1 paket membutuhkan 12,5 kg dedak, 2

kg kapur, dan 1 kg gipsum untuk menghasilkan 155 baglog).

Penggunaan plastik sebagai wadah media tanam (baglog) dalam memproduksi

60.000 baglog jamur tiram putih siap panen selama masa produksi November 2011 -

Mei 2011 adalah sebanyak 9 karung dengan harga beli Rp. 440.000,- untuk setiap

karung plastik sedangkan untuk harga beli eceran plastik tersebut adalah Rp.

11.500,- untuk setiap ikat (1 ikat = 2 pack = 140 helai plastik). Penggunaan plastik

tergantung pada banyaknya media tanam yang dihasilkan dalam setiap paket.

Perhitungan secara detail adalah untuk setiap karung plastik memiliki berat 25 kg

yang berisi 100 pack plastik dengan isi 70 helai plastik ukuran 17 cm x 35 cm. Jadi

setiap karung plastik berisi 7.000 helai plastik, sedangkan baglog jamur tiram putih

siap panen yang dihasilkan adalah 60.000 baglog. Berdasarkan wawancara dengan

Ketua P4S Nusa Indah, untuk menghasilkan 10.000 baglog dibutuhkan 1,5 karung

plastik sehingga untuk membuat sejumlah baglog selama November 2010 - Mei

2011 tersebut dibutuhkan 9 karung plastik baglog (media tanam) ukuran 17 cm x 35

cm. Hal ini dilakukan dalam rangka memperhitungkan plastik media tanam yang

rusak atau sobek saat proses pemasukkan adonan media tanam ke dalam plastik.

Page 111: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

92

Sarana produksi lain yang termasuk dalam biaya tunai adalah pembelian

karet gelang. Selama periode November 2010 - Mei 2011, pemakaian karet gelang

dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen mencapai 6 kg dengan harga

Rp 53.000/kg. Banyaknya karet yang digunakan dalam tiap paket tergantung dari

banyaknya log yang dihasilkan, karena karet gelang yang digunakan untuk

mengikat ujung plastik baglog yang telah diisi adonan media tanam. Sebanyak 1 kg

karet gelang atau setara dengan 2 bungkus dapat digunakan untuk memproduksi

10.000 baglog jamur tiram putih siap panen, sehingga untuk 60.000 baglog

membutuhkan 6 kg karet gelang.

Kayu bakar yang digunakan P4S Nusa Indah dalam memproduksi 60.000

baglog jamur tiram putih siap penen selama November 2010-Mei 2011 adalah

sebanyak 2 mobil atau setara dengan 3 kubik kayu bakar. Mobil yang dimaksud

adalah mobil bak terbuka (pick up) yang mampu menampung 1,5 kubik kayu bakar

dengan harga Rp. 200.000,- untuk satu mobil pick up. Setiap muatan maksimal

mobil pick up tersebut mampu dimanfaatkan untuk 30 kali mengukus sehingga

mampu menghasilkan 30.000 media tanam (baglog) steril yang siap diinokulasi.

Jadi, untuk menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih membutuhkan 3 kubik

kayu bakar atau setara dengan 2 mobil pick up.

Dana sebesar Rp. 1.400.000,- harus dikeluarkan P4S Nusa Indah untuk

memenuhi kebuhan 40.000 ring cincin bambu agar mampu menghasilkan 60.000

baglog jamur tiram putih siap panen. Cincin bambu yang digunakan berukuran

diameter + 5 cm dan ketebalan + 2 cm dengan harga satuan Rp. 25,-. Penggunaan

40.000 ring cincim bambu selama periode November 2010 - Mei 2011 untuk

Page 112: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

93

menghasilkan sejumlah baglog jamur tiram putih siap panen tersebut berdasarkan

perhitungan bahwa setiap baglog harus menggunakan satu cincin bambu, namun

satu cincin bambu dapat digunakan untuk beberap baglog yang berbeda. Hal ini

dikarenakan cincin bambu yang ada pada 35.000 baglog yang dibudidayakan dapat

digunakan kembali mengingat setelah panen pertama, cincin baglog jamur tiram

putih tersebut dilepaskan dari leher baglog jamur tiram putih.

Pada tahap inokulasi (pemberian bibit), dibutuhkan kertas untuk menutup

baglog jamur tiram putih yang telah diinokulasi dan dipasangkan cincin bambu.

Kebutuhan P4S Nusa Indah selama November 2010 - Mei 2011 pada kertas tersebut

adalah 60 kg, karena setiap 10 kg kertas dengan harga Rp. 1.000,-/kg dapat digunakan

untuk 10.000 baglog yang telah diinokulasi.

Jumlah spirtus sebanyak 18 liter digunakan sebagai bahan bakar lampu

bunsen untuk mensterilkan alat saat proses inokulasi dilakukan. Bahan tersebut

merupakan salah satu kebutuhan P4S Nusa Indah selama November 2010 - Mei

2011 dalam memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen. Setiap 3

liter spirtus dapat digunakan untuk memproduksi 10.000 baglog pada unit usaha

jamur tiram putih P4S Nusa Indah, sehingga 60.000 baglog yang diproduksi selama

periode tersebut menggunakan 18 liter spirtus dengan harga Rp. 7.000,-/l..

Penggunaan alkohol dalam memproduksi baglog jamur tiram putih bertujuan

untuk mensterilkan ruangan inokulasi dan petugas yang menginokulasi. Alkohol

dengan konsentrasi 70% itu dibeli dengan harga Rp. 15.000,-/l. Selama periode

November 2010 - Mei 2011, jumlah alkohol yang digunakan sebanyak 6 liter mengingat

setiap liter alkohol cukup untuk produksi 10.000 baglog jamur tiram putih siap panen.

Page 113: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

94

Selain pengeluaran untuk tenaga kerja yang telah dipaparkan di atas, P4S

Nusa Indah juga memiliki komponen biaya untuk bonus lembur para tenaga kerja

baglog jamur tiram putih siap panen. Perhitungan bonus lembur tenaga kerja adalah

Rp. 10.000,- untuk setiap orang yang dihitung mulai dari pukul 19.00 s/d 22.00

WIB. Tidak semua tenaga kerja mengambil bonus lembur ini, sehingga hanya

tenaga kerja yang mengingingkan saja. Berdasarkan wawancara dengan ketua P4S

Nusa Indah, rata-rata setiap hari kerja hampir selalu ada tenaga kerja yang lembur

yaitu + 3 orang per hari.

Jumlah pesanan baglog jamur tiram putih siap panen sebanyak 10 kali

dengan jumlah pembelian yang lebih dari 1.500 baglog selama periode November

2010 - Mei 2011 pada setiap kali pesanan. Pesanan dengan volume pembelian di

atas 1.500 baglog diperkenankan untuk menggunakan jasa pengiriman baglog

dengan syarat dan ketentuan tertentu. Syarat dan ketentuan tersebut adalah

pelanggan dibebankan biaya tambahan sebesar Rp. 100,- untuk setiap baglog.

Transportasi pengantaran pesanan baglog dengan volume pembelian > 1.500 ini

menggunakan mobil pick up yang disewa dengan harga Rp. 250.000,- untuk sebuah

mobil yang sudah termasuk bahan bakar minyak (BBM) selama satu hari. Biaya

penggunaan mobil pick up yang tergolong mahal dimanfaatkan bukan hanya untuk

mengantar pesanan baglog, namun juga sekaligus untuk membeli bahan-bahan

kebutuhan produksi. Jadi setiap kali mengantar pesanan baglog jamur tiram putih

siap panen, transportasi baglog juga digunakan untuk membeli faktor produksi, baik

sebelum mengantar pesanan baglog maupun sesudahnya. Penggunaan mobil bak

terbuka (pick up) yang disewa sebagai transportasi baglog jamur tiram putih siap

Page 114: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

95

panen tidak dimanfaatkan untuk pemasaran jamur tiram putih segar. Hal ini

dikarenakan panen jamur tiram putih dilakukan pada sore hari dan pemasarannya

dilakukan pada malam hari, sehingga tidak dapat menggunakan mobil sewaan

tersebut mengingat mobil tersebut sudah dikembalikan dan telah habis masa

penyewaan untuk sehari.

Salah satu komponen biaya tunai yang terakhir dan termasuk ke adalah

pengeluaran untuk penggunaan listrik dan air. Biaya listrik pada unit usaha jamur

tiram putih P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog merupakan pengeluaran

untuk pembayaran abodemen listrik ditambah dengan penggunaan rata-rata listrik

pada mesin jet pump air setiap bulan selama periode November 2010 - Mei 2011.

Pada periode tersebut, berdasarkan paparan ketua P4S Nusa Indah pada saat

wawancara, pengeluaran untuk listrik dan air berarti pembayaran listrik pasca bayar

untuk 7 bulan dengan biaya rata-rata setiap bulan Rp. 30.000,-.

Kemudian kelompok biaya tunai yang kedua yaitu biaya tunai untuk paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Komponen biaya tunai dalam paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini terdiri dari

pengeluaran untuk pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Informasi

tersebut disajikan pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Komponen Biaya Tunai Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram

Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010

No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan Harga

(Rp)

Nilai

(Rp) %

1 Pembangunan Kumbung 4 unit 8.000.000 32.000.000 100

Total Biaya Tunai 32.000.000 100

Sumber : Data Primer, diolah

Page 115: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

96

Pola kemitraan antara P4S Nusa Indah dengan mitra dalam investasi

usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya.

Berdasarkan Tabel 16 tersebut, untuk jasa pembangunan kumbung, P4S Nusa

Indah menganggarkan dana sebagai biaya pembangunan kumbung budidaya

adalah sebesar Rp. 8.000.000,- pada setiap unit kumbung budidaya. Kumbung

budidaya yang didirikan sebanyak 4 unit dengan ukuran 7 m x 10 m yang di

dalamnya terdapat 5 unit rak dengan 5 - 6 tingkat pada setiap rak.

Selanjutnya kelompok biaya tunai yang ketiga yaitu biaya tunai untuk

budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Budidaya jamur tiram putih

dengan sistem kemitraan ini meliputi kerjasama P4S Nusa Indah dengan mitra

dalam rangka pengelolaan, perawatan, dan pemasaran jamur tiram putih segar.

Komponen biaya tunai itraan ini meliputi pengeluaran untuk pembelian plastik

kemasan jamur, biaya transportasi pemasaran jamur, gaji tenaga kerja jamur, dan

bagi hasil seperti yang tersaji pada Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Komponen Biaya Tunai Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011

No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan Harga

(Rp)

Nilai

(Rp) %

1 Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000 0,46

2 Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000 1,21

3 Bagi Hasil 118.459.035 98,32

Total Biaya Tunai 120.479.035 100 Sumber : Data Primer, diolah

Pada Tabel 17 di atas terlihat bahwa biaya tunai terbesar yang dikeluarkan

P4S Nusa Indah dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan adalah

untuk bagi hasil. Bagi hasil di sini mengandung arti bahwa P4S Nusa Indah

membagi perolehan hasil penjualan jamur tiram putih segar kepada wirusahawan

Page 116: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

97

jamur selaku mitra yang meminta bantuan jasa budidaya jamur tiram putih kepada

P4S Nusa Indah. Kesepakatan yang terjadi dalam bagi hasil ini adalah mitra

memperoleh 94% dan P4S Nusa Indah mendapatkan 6% dari hasil penjualan jamur

tiram putih segar. Selama periode November 2010 - April 2011, jamur tiram putih

segar dihasilkan sebanyak 14.002,25 kg sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp.

126.020.250,-. Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka P4S Nusa Indah memberikan

bagi hasil penerimaan kepada mitra sebesar Rp. 118.459.035,- .

P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - Mei 2011, sebanyak

35.000 baglog jamur tiram putih mampu memproduksi 14.002,25 kg jamur tiram

putih segar sehingga membutuhkan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm

sebanyak 28 kg plastik untuk proses pemasarannya. Harga beli plastik kemasan

adalah Rp. 20.000,- untuk setiap kilogram plastik yang terdiri dari dari 2 pack

dengan isi masing-masing 45 lembar plastik ukuran 40 cm x 60 cm. Setiap lembar

plastik kemasan tersebut mampu menampung + 5 kg jamur tiram putih segar.

Budidaya jamur tiram putih oleh P4S Nusa Indah bersama dengan

wirausahawan jamur tiram putih memiliki durasi + 146 hari pada periode

November 2010 - April 2011 (terhitung saat panen pertama hingga panen

terakhir). Budidaya jamur tiram putih ini mampu memproduksi jamur tiram putih

segar sebanyak 14.002,25 kg yang dihasilkan dari 35.000 baglog jamur tiram

putih di empat kumbung budidaya. Panen jamur tiram putih dilakukan setiap sore

hari itu dikarenakan pemasaran dilakukan pada malam hari mengingat pusat

aktivitas pemasokan (supply) barang dan komoditi pertanian di pasar tradisional

Bogor dilakukan saat dini hari. Jamur tiram putih yang dipasarkan di pasar

Page 117: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

98

tradisional Bogor untuk dijual kembali oleh para pedagang pasar sehingga P4S

Nusa Indah harus memasok jamur tiram putih pada malam hari. Pada periode

produksi tersebut, jamur tiram putih dipanen selama + 146 hari dan pemasaran

jamur tiram putih segar dilakukan pada setiap kali panen, sehingga penggunaan

transportasi pemasaran jamur tiram putih sebanyak 146 kali dengan

memanfaatkan kendaraan pribadi milik wakil ketua P4S Nusa Indah yang

menelan biaya Rp. 10.000,- setiap kali memasarkan jamur tiram putih segar.

5.1.2 Biaya Diperhitungkan

Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan

tidak dalam bentuk tunai atau tidak secara langsung dikeluarkan, namun harus

diperhitungkan karena bagaimana pun juga biaya itu tetap ada. Biaya yang

diperhitungkan dalam penelitian ini meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga,

biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, dan biaya sewa lahan sendiri.

Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi tiga

berdasarkan output (keluaran) yang dihasilkan P4S Nusa Indah, yaitu biaya

diperhitungkan pada produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih

dengan sistem kemitraan. Informasi mengenai keseluruhan komponen biaya

diperhitungkan pada setiap kelompok biaya diperhitungkan di masing-masing

output (keluaran) P4S Nusa Indah tersaji pada Tabel 18, 19 dan 20. Kelompok

biaya diperhitungkan yang pertama yaitu biaya diperhitungkan produksi baglog

jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah, seperti yang dapat dilihat pada

Tabel 18 berikut ini.

Page 118: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

99

Tabel 18. Komponen Biaya Diperhitungkan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih

Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Komponen Biaya

Diperhitungkan Kebutuhan Satuan

Harga

(Rp)

Nilai

(Rp) %

1 Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK 15.000 2.595.000 52,48

2 Penyusutan Peralatan 740.133 14,97

3 Penyusutan Bangunan 1.540.000 31,15

4 Nilai Sewa Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 2.000.000 69.300 1,40

Total Biaya Diperhitungkan 4.944.433 100

Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 18 di atas, biaya untuk memperhitungkan tenaga

anggota keluarga yang terpakai di P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog

jamur tiram putih siap panen ini memiliki porsi yang paling besar yaitu sebesar

52,48% dari keseluruhan biaya tidak tunai. Anggota keluarga yang ikut serta

dalam menjalankan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini hanya satu

orang. Tenaga yang dikeluarkan oleh anggota keluarga yang turut serta dalam

produksi baglog jamur tiram putih siap panen termasuk ke dalam salah satu

komponen biaya mengingat bagaimanapun juga tenaga yang dipakai tersebut

harus mendapatkan imbalan yang sesuai walaupun terkadang sering terlupa dalam

perhitungan akhir pada laporan laba-rugi suatu usaha. Pada usaha produksi baglog

jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah ini, anggota keluarga yang turut

mengorbankan tenaga untuk menjalankan usaha ini dihargai Rp. 15.000,-/hari.

Peralatan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam

menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen selama periode November

2010 - Mei 2011 mengalami suatu penurunan nilai yang biasa dimasukkan ke dalam

biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya penyusutan peralatan selama periode

yang berdurasi 7 bulan tersebut adalah sebesar Rp. 740.133,-.

Page 119: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

100

Biaya penyusutan bangunan pada P4S Nusa Indah dalam memproduksi

baglog jamur tiram putih siap panen selama periode November 2010 - Mei 2011

ternyata merupakan penyumbang porsi terbesar kedua dalam keseluruhan biaya

yang diperhitungkan. Komponen biaya penyusutan bangunan menyumbang

31,15% dari keseluruhan biaya yang diperhitungkan. Biaya penyusutan bangunan

ini selama periode produksi tersebut menelan biaya sebesar Rp. 1.540.000,-.

Lahan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam

memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen adalah seluas 594 m2.

Berdasarkan informasi dari Ketua P4S Nusa Indah dan beberapa masyarakat

sekitar, diketahui biaya sewa lahan di daerah lokasi penelitian adalah Rp.

2.000.000,- per hektar selama setahun, sehingga perhitungan biaya sewa lahan

sendiri untuk penggunaan 594 m2

lahan selama November 2010 - Mei 2011 dalam

memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen akan bernilai Rp. 69.300,-.

Kemudian kelompok biaya diperhitungkan yang kedua yaitu biaya

diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih.

Komponen biaya diperhitungkan dalam paket kemitraan ini meliputi pengeluaran

dan pengalokasian anggaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga. Informasi

mengenai komponen biaya diperhitungkan yang melekat pada paket kemitraan

investasi usahatani jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Komponen Biaya Diperhitungkan Paket Kemitraan Investasi Usahatani

Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010

No. Komponen Biaya

Diperhitungkan Kebutuhan Satuan

Harga

(Rp)

Nilai

(Rp) %

1 Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK 15.000 750.000 100

Total Biaya Diperhitungkan 750.000 100

Sumber : Data Primer, diolah

Page 120: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

101

Pada Tabel 19 tersebut dapat terlihat bahwa satu-satunya pengisi komponen

biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih

adalah pengeluaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga yang turut serta dalam

kegiatan pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Pengeluaran ini

memakan biaya sebesar Rp. 1.500.000,- yang ditujukan kepada seorang anggota

keluarga yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Perhitungan biaya ini adalah

anggota keluarga tersebut dihargai Rp. 15.000,- untuk setiap hari kerja pada Senin

s/d Sabtu (kecuali hari libur nasional) selama dua bulan. Pengerjaan paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih ini memakan waktu selama dua

bulan yang terhitung sejak awal November hingga akhir Desember 2010.

Selanjutnya kelompok biaya diperhitungkan yang ketiga yaitu biaya

diperhitungkan pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.

Komponen biaya diperhitungkan ini terdiri dari pengeluaran untuk upah tenaga

kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan peralatan. pada Tabel 20 di bawah ini

tersaji informasi mengenai keseluruhan komponen biaya diperhitungkan yang ada

pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.

Tabel 20. Komponen Biaya Diperhitungkan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan

Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011

No. Komponen Biaya

Diperhitungkan Kebutuhan Satuan

Harga

(Rp)

Nilai

(Rp) %

1 Tenaga Kerja dalam

Keluarga 180 HOK 15.000 2.700.000 98,71

2 Penyusutan Peralatan 35.417 1,29

Total Biaya Diperhitungkan 2.735.417 100

Sumber : Data Primer, diolah

Page 121: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

102

Berdasarkan Tabel 20 tersebut, dapat diketahui bahwa biaya untuk

memperhitungkan tenaga anggota keluarga di P4S Nusa Indah yang terpakai dalam

budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini memiliki porsi yang paling

besar yaitu sebesar 98,71% dari keseluruhan biaya tidak tunai ini. Anggota keluarga

yang ikut serta dalam menjalankan budidaya jamur tiram putih dengan sistem

kemitraan di P4S Nusa Indah ini hanya satu orang. Tenaga yang dikeluarkan oleh

anggota keluarga yang turut serta dalam budidaya jamur tiram putih termasuk ke

dalam salah satu komponen biaya mengingat bagaimana pun juga tenaga yang

dipakai tersebut harus mendapatkan imbalan yang sesuai walaupun terkadang sering

terlupa dalam perhitungan akhir pada laporan laba-rugi suatu usaha. Pada budidaya

jamur tiram putih dengan sistem kemitraan di P4S Nusa Indah ini, anggota keluarga

yang turut mengorbankan tenaga untuk menjalankan usaha ini dihargai Rp. 10.000,-

/hari. Selama periode November 2010 - April 2011 hari kerja untuk budidaya jamur

tiram putih dengan sistem kemitraan ini sebanyak 180 hari. Tenaga kerja dalam

keluarga yang turut serta dalam pembudidayaan jamur tiram putih ini

mengalokasikan tenaga dan waktunya pada pukul 14.00 s/d 17.00 WIB setiap satu

pekan dalam budidaya jamur tiram putih (kecuali hari libur nasional).

Peralatan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah

dalam menghasilkan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar selama periode

November 2010 - April 2011 mengalami suatu penurunan nilai yang biasa

dimasukkan ke dalam biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan akibat

penurunan nilai peralatan selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 35.417,-.

Page 122: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

103

5.1.3 Biaya Total

Biaya total usaha jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah selama periode

November 2010 - Mei 2011 merupakan penjumlahan seluruh komponen biaya,

baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan. Keseluruhan komponen

biaya total pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah dapat dilihat pada

Tabel 21 di bawah ini.

Tabel 21. Komponen Biaya Total Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah,

Periode November 2010 - Mei 2011

Jenis Biaya Kelompok Produksi Nilai

(Rp)

Jumlah

(Rp) %

I. Biaya Tunai

Baglog Jamur Tiram Putih

Siap Panen 84.943.355

237.422.390 96,57 Paket Kemitraan Investasi

Usahatani Jamur Tiram Putih 32.000.000

Budidaya Jamur Tiram Putih

dengan Sistem Kemitraan 120.479.035

II. Biaya

Diperhitungkan

Baglog Jamur Tiram Putih

Siap Panen 4.944.433

8.429.850 3,43 Paket Kemitraan Investasi

Usahatani Jamur Tiram Putih 750.000

Budidaya Jamur Tiram Putih

dengan Sistem Kemitraan 2.735.417

Biaya Total 245.852.240 100 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 21 di atas, komponen biaya terbesar dalam porsi

keseluruhan biaya total usaha jamur tiram putih adalah biaya tunai dengan

persentase 96,57%. Besarnya biaya tunai tersebut didominasi oleh tingginya biaya

pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Sedangkan porsi

terkecil dalam keseluruhan biaya total usaha jamur tiram putih adalah biaya

diperhitungkan dengan biaya yang melekat pada paket kemitraan investasi

usahatani jamur tiram putih sebagai komponen biaya diperhitungkan yang terkecil.

Page 123: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

104

Tingkat persentase yang tinggi dari pengeluaran tunai pada biaya total yang

didominasi biaya tunai budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini

disebabkan oleh besarnya biaya untuk bagi hasil dengan wirausahawan jamur tiram

putih selaku mitra. Hal ini dilakukan mengingat P4S Nusa Indah bekerjasama

dengan mitra dalam mengelola, merawat, dan memasarkan jamur tiram putih segar.

Selanjutnya porsi terkecil dalam keseluruhan biaya (biaya total) usaha jamur

tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah adalah biaya diperhitungkan. Selaku

biaya dengan persentase terkecil dari keseluruhan biaya (biaya total) pada usaha

jamur tiram putih, biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani

jamur tiram putih memiliki sumbangsih terkecil. Hal ini dikarenakan biaya tenaga

kerja dalam keluarga sebagai satu-satunya pengisi komponen biaya diperhitungkan

pada paket kemitraan investasi tersebut hanya menyumbang sedikit sekali

pengeluaran. Rendahnya tingkat sumbangsih biaya ini dikarenakan jumlah anggota

keluarga yang ikut serta dalam kegiatan ini sedikit dan ditambah lagi dengan durasi

kerja yang relatif singkat karena hanya memakan waktu dua bulan.

5.2 Hasil Analisis Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Penerimaan usaha ini merupakan nilai produksi yang diterima usaha jamur

tiram putih P4S Nusa Indah. Penerimaan utama unit usaha jamur tiram putih P4S

unggulan Kecamatan Tamansari ini diperoleh dari produksi baglog jamur tiram

putih siap panen yang merupakan hasil kali antara produksi dengan harga jual

baglog jamur tiram putih tersebut atau yang biasa disebut dengan hasil penjualan.

Selain itu, saat ini penerimaan bagi P4S Nusa Indah juga diperoleh dari

budidaya jamur tiram putih yang jika dilihat lebih rinci bersumber bukan hanya dari

Page 124: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

105

hasil penjualan baglog jamur tiram putih siap panen saja, namun juga berasal dari

jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih, dan penjualan jamur tiram

putih segar yang dibudidayakan dengan sistem kemitraan. Lebih lanjut setiap

penerimaan yang diperoleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini akan

dibahas berikut ini.

5.2.1 Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

Selama periode November 2010 - Mei 2011, unit usaha jamur tiram putih

P4S Nusa Indah telah menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen

dengan ukuran 17 cm x 35 cm dan berat rata-rata 1,2 kg untuk setiap baglog. Data

penerimaan P4S Nusa Indah yang diperoleh dari produksi baglog jamur tiram putih

siap panen dapat pada Tabel 22 di bawah ini.

Tabel 22. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Produksi Baglog Jamur

Tiram Putih Siap Panen, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Komponen Penerimaan Volume Produksi

(baglog)

Harga Jual

(Rp.)

Penerimaan

(Rp.)

1 Penjualan

Baglog

Sistem Pembelian Borongan 40.000 1.800 72.000.000

Sistem Pembelian Eceran 20.000 2.000 40.000.000

2 Jasa Pengiriman Baglog 60.000 100 6.000.000

Total 118.000.000

Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 22 di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat dua macam

harga jual baglog jamur tiram putih siap panen yang ditetapkan P4S Nusa Indah.

Harga jual yang pertama ditetapkan untuk pembelian borongan dan yang kedua

harga jual untuk pembelian eceran. Pembelian borongan atau sistem partai merupakan

pembelian baglog jamur tiram putih siap panen dengan volume lebih dari sama

dengan lima ribu baglog (> 5.000 baglog) dan harga jual yang ditetapkan sebesar

Page 125: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

106

Rp. 1.800,- untuk setiap media tanam (baglog) jamur tiram putih siap panen.

Selama periode November 2010 - Mei 2010 terdapat 3 kali pesanan baglog dengan

sistem partai dan telah menjual 40.000 baglog jamur tiram putih siap panen.

Sedangkan harga jual media tanam (baglog) jamur tiram putih siap panen sebesar

Rp. 2.000,-/baglog ditetapkan untuk pembelian eceran atau sistem satuan. Harga

jual baglog jamur tiram putih siap panen tersebut diberikan terhadap pembelian

baglog dengan jumlah < 5.000 baglog. Pada periode yang sama unit usaha jamur

tiram putih P4S Nusa Indah ini juga telah menjual 20.000 baglog tiram putih siap

panen untuk 7 kali pesanan baglog dengan sistem pembelian satuan (eceran).

Kemudian pada Tabel 22 tersebut, dapat juga terlihat bahwa terdapat

sumber penerimaan dari jasa pengiriman baglog jamur tiram putih siap panen. Jasa

pengiriman ini dapat digunakan oleh pelanggan baglog jamur tiram putih siap panen

P4S Nusa Indah dengan syarat dan ketentuan tertentu. Volume pembelian minimal

adalah 1.500 baglog dan akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 100,-/baglog

untuk dapat memanfaatkan fasilitas ini. Selama periode November 2010 - Mei

2011, setiap volume pembelian adalah lebih dari 1.500 baglog dan semua pelanggan

meminta pesanan baglog jamur tiram putih siap panen dikirim ke lokasi budidaya.

5.2.2 Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih

Pada selang waktu November 2010 - Mei 2011 P4S Nusa Indah dalam

menjalankan usaha jamur tiram putih memperoleh penerimaan bukan hanya dari

fokus usaha yang selama ini dijalankan, yaitu produksi baglog jamur tiram putih

siap panen, namun juga berasal dari dua sumber lain yang salah satunya adalah

paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Sumber penerimaan yang

Page 126: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

107

satu ini diperoleh P4S Nusa Indah dengan memberikan jasa pembangunan kumbung

budidaya jamur tiram putih yang dilakukan selama rentang waktu dua bulan

(November - Desember 2010).

Paket kemitraan investasi ini merupakan penjualan jasa P4S Nusa Indah

dalam membangun kumbung budidaya jamur tiram putih. Hal ini dilakukan

mengingat wirausahawan jamur tiram putih yang pada awalnya hanya berniat

membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa Indah saja, namun

pada suatu momentum akhirnya meminta P4S Nusa Indah untuk mendirikan

kumbung budidaya jamur tiram putih dan menentukan lokasi penempatan kumbung

budidaya yang sesuai. Kumbung budidaya jamur tiram putih merupakan salah satu

investasi pokok dalam usahatani jamur tiram putih. Informasi lebih lanjut tersaji

pada Tabel 23 di bawah ini.

Tabel 23. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Paket Kemitraan Investasi

Usahatani Jamur Tiram Putih, Periode November 2010 - Januari 2011

No. Jenis Penerimaan Volume

Produksi Satuan

Harga Jual

(Rp.)

Penerimaan

(Rp.)

1 Jasa Pembangunan Kumbung

Budidaya Jamur Tiram Putih 4 Unit 10.000.000 40.000.000

Total 40.000.000 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 23 di atas, paket kemitraan investasi ini sepakat untuk

mendirikan kumbung budidaya sebanyak 4 unit dengan ukuran 7 m x 10 m. Pola

kemitraan antara P4S Nusa Indah dengan mitra dalam investasi usahatani jamur

tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya. Secara lebih rinci

dijelaskan bahwa untuk jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih,

P4S Nusa Indah menawarkan harga Rp. 10.000.000,- kepada mitra untuk setiap unit

kumbung.

Page 127: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

108

5.2.3 Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan

Sumber perolehan peneriman lain bagi P4S Nusa Indah berasal dari

budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. P4S Nusa Indah bermitra

dengan wirausahawan jamur tiram putih untuk membudidayakan jamur tiram putih

selama periode November 2010 - April 2011. Sistem kemitraan yang terjadi yaitu

mitra meminta P4S Nusa Indah untuk melakukan pengelolaan, perawatan hingga

pemasaran jamur tiram putih. Kemudian dilakukan pembagian hasil perolehan

penjualan jamur tiram putih segar antara P4S Nusa Indah dengan mitra dengan

perbandingan 94% untuk wirausahawan jamur tiram putih dan 6% untuk P4S Nusa

Indah. Harga jual di pasaran untuk setiap kilogram jamur tiram putih segar yang

ditetapkan P4S Nusa Indah adalah Rp. 9.000,-/kg. Informasi lebih lanjut dapat

dilihat pada Tabel 24 di bawah ini.

Tabel 24. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Budidaya Jamur Tiram

Putih dengan Sistem Kemitraan, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Kumbung Kapasitas

(Baglog)

Volume Produksi

(Kg)

Harga Jual

(Rp./Kg)

Nilai

(Rp.)

1 I 10.000 4.101,50

9.000

36.913.500

2 II 10.000 3.937,50 35.437.500

3 III 10.000 3.864,85 34.783.650

4 IV 5.000 2.098,40 18.885.600

Total 35.000 14.002,25 126.020.250 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 24 di atas, dapat dilihat bahwa kumbung budidaya

sebagai tempat budidaya jamur tiram putih hasil kerjasama P4S Nusa Indah dengan

mitra dalam menghasilkan jamur tiram putih segar yang terisi dengan 35.000 baglog

mampu menghasilkan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar. Hal ini mengindikasikan

bahwa setiap baglog jamur tiram putih mampu menghasilkan rata-rata 4 ons jamur

Page 128: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

109

tiram putih segar. Kemudian dari sejumlah jamur tiram putih segar hasil budidaya

tersebut, dipasarkan dan dijual oleh P4S Nusa Indah dengan harga Rp. 9.000,-/kg.

Oleh karena itu, penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada budidaya jamur

tiram putih dengan sistem kemitraan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar

adalah sebesar Rp. 126.020.250,-.

5.5.3 Penerimaan Total

Seluruh pemasukan pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah

merupakan penerimaan total. Penerimaan yang terjadi di P4S Nusa Indah dalam

menjalankan usaha jamur tiram putih bersumber dari produksi baglog jamur tiram

putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan

budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Keseluruhan penerimaan pada

usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini.

Tabel 25. Komponen Penerimaan Total Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah,

Periode November 2010 - Mei 2011

No. Sumber Penerimaan Nilai

(Rp.) %

1 Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 118.000.000 41,55

2 Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 40.000.000 14,08

3 Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 126.020.250 44,37

Penerimaan Total 284.020.250 100 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 25 tersebut, terlihat bahwa penerimaan dari budidaya

jamur tiram putih dengan sistem kemitraan menyumbang pemasukan terbesar

terhadap keseluruhan penerimaan, yaitu sebesar 44,37%. Sedangkan penerimaan

yang diperoleh dari paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih

memiliki porsi terkecil yaitu sebesar 14,08% pada komponen penerimaan total.

Page 129: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

110

Besarnya penerimaan yang diperoleh dari budidaya jamur tiram putih

dengan sistem kemitraan tersebut didukung oleh sumbangsih hasil penjualan jamur

tiram putih segar. Hasil penjualan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar tersebut

memunculkan perolehan penerimaan dengan nilai nominal Rp. 126.020.250,-. Nilai

penerimaan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar ini dapat menyumbang

dengan porsi yang cukup besar pada penerimaan total karena kuantitas volume

produksi yang cukup banyak dan ditunjang dengan tingkat harga jual yang stabil.

5.3 Hasil Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Pendapatan usaha jamur tiram putih merupakan selisih antara keseluruhan

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram

putih. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai

dan pendapatan atas biaya total. Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih P4S

Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini.

Tabel 26. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode

November 2010 - Mei 2011

No. Uraian Nilai

(Rp)

1 Penerimaan 284.020.250

2 Biaya Tunai 237.422.390

3 Biaya yang Diperhitungkan 8.429.850

4 Biaya Total (2 + 3) 245.852.240

5 Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) 46.597.860

6 Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4) 38.168.010 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 26 di atas dapat diketahui bahwa nilai pendapatan atas

biaya tunai (pendapatan kotor) terlihat lebih besar dari nilai pendapatan atas biaya

total (pendapatan bersih). Hal ini terjadi karena pendapatan atas biaya tunai tidak

Page 130: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

111

memperhitungkan biaya yang diperhitungkan seperti gaji tenaga kerja dalam

keluarga, biaya penyusutan, dan nilai lahan sendiri. Sedangkan pendapatan atas

biaya total memasukkan seluruh biaya baik biaya tunai maupun biaya yang

diperhitungkan untuk diperhitungkan selisihnya dengan penerimaan total. Nilai

pendapatan total tersebut menggambarkan keuntungan yang sebenarnya diperoleh

oleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.

Besarnya pendapatan usaha jamur tiram putih ini telah cukup memadai

karena pendapatan yang diperoleh telah cukup untuk membayar seluruh biaya

pembelian sarana produksi termasuk seluruh biaya adrninistrasi yang melekat pada

pembelian tersebut. Usaha jamur tiram putih seperti ini sudah dapat dikatakan

berhasil karena penerimaan yang diperoleh sudah mencukupi untuk membayar

seluruh biaya yang dikeluarkan selama masa produksi baik tunai maupun yang

diperhitungkan dan masih tetap menghasilkan selisih yang positif berupa laba.

5.4 Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah

Nilai pendapatan yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya

belum cukup menunjukkan keberhasilan, keefisiensian, bahkan kelayakan suatu

usaha, termasuk pada usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah.

Dibutuhkan analisa lebih mendalam utnuk melihat hal tersebut.

Analisis tersebut dapat dilakukan melalui analisis R/C Ratio, B/C Ratio,

dan BEP (titik impas). Analisis lebih mendalam mengenai usaha jamur tiram putih

yang dijalankan P4S Nusa Indah dengan menggunakan beberapa alat analisis yang

telah disebutkan di atas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

Page 131: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

112

5.4.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)

Keuntungan relatif dari usaha jamur tiram putih ini dapat dihitung dengan

menggunakan analisis R/C ratio. Analisis ini membandingkan keseluruhan

penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan. Analisis rasio penerimaan atas

biaya (R/C ratio) dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu R/C

ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total. Pengelompokan ini dilakukan

untuk melihat imbangan antara penerimaan yang diterima dengan pengeluaran

tunai dan memantau imbangan yang terjadi pada penerimaan dengan biaya yang

diperhitungkan seperti yang dapat dilahat pada Tabel 27 di bawah ini.

Tabel 27. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S

Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Uraian

Nilai

(Rp)

1 Penerimaan 284.020.250

2 Biaya Tunai 237.422.390

3 Biaya yang Diperhitungkan 8.429.850

4 Biaya Total (2 + 3) 245.852.240

5 R/C ratio atas Biaya Tunai (1 / 2) 1,20

6 R/C ratio atas Biaya Total (1 / 4) 1,16

Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 27 di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai R/C ratio atas

biaya tunai sebesar 1,20. Hal ini berarti setiap Rp. 1.000,- biaya tunai yang

dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih maka

akan memberikan penerimaan kembali sebesar Rp 1.120,-. Sedangkan nilai R/C

ratio atas biaya total diperoleh sebesar 1,16 yang mengindikasikan bahwa setiap

Rp. 1.000,- atas keseluruhan biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan

sebesar Rp 1.160,- kepada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.

Page 132: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

113

Dari kedua nilai R/C atas biaya tunai dan atas biaya total tersebut, walaupun

berbeda namun dapat menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dilakukan

P4S Nusa Indah menguntungkan. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat

dikatakan efisien karena memiliki nilai rasio penerimaan atas biaya yang lebih dari

satu (R/C ratio > 1) sehingga kegiatan usaha jamur tiram putih layak karena

memberikan penerimaan lebih besar dari pada pengeluarannya.

Nilai R/C ratio pada analisis imbangan penerimaan dengan biaya ini

memiliki nada yang sama dengan penelitian-penelitian tentang analisis usaha jamur

tiram putih yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian Juanto di tahun

2008 yang mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Tamansari misalnya, nilai

R/C ratio atas biaya tunai diperoleh sebesar 1,63. Hal serupa juga dikemukakan

penelitian Nasution di tahun 2010 yang menyebutkan bahwa usaha jamur tiram

putih mampu memberikan penerimaan yang lebih besar daripada pengeluaran

dengan nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,63. Pada penelitian ini, walaupun

nilai R/C ratio yang diperoleh tidak sebesar beberapa penelitian di atas, namun

perbedaannya tidak terpaut jauh.

Kecilnya nilai R/C ratio penelitian ini tidak menyurutkan makna bahwa

usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah tidak menguntungkan dan tidak layak,

namun hasil R/C ratio tetap berada di atas indikator analisis perbandingan

penerimaan atas biaya. Selain itu, usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh

P4S Nusa Indah bukan semata-mata profit oriented (orientasi keuntungan) namun

lebih kepada social oriented yang mengajarkan petani dan masyarakat sekitar

tentang usaha jamur tiram putih dengan menjadi contoh langsung.

Page 133: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

114

5.4.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)

Dalam melaksanakan suatu usaha, terlebih itu merupakan usaha di bidang

pertanian maka sasaran utama adalah mendapatkan hasil semaksimal mungkin.

Oleh karena itu diperlukan sesuatu yang diberikan (inputi) pada komoditi

pertanian yang dibisniskan, baik mengeluarkan biaya atau tidak sehingga dapat

diperoleh sesuatu output. Upaya para pelaku usaha dalam memperhitungkan input

dan output semakin nyata dilakukan dan dikenal dengan sebutan analisis usaha

yang salah satu alatnya adalah analisis B/C Ratio.

Perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang

dikeluarkan dalam menjalankan usaha seperti usaha jamur tiram putih di P4S

Nusa Indah ini merupakan analisis yang digunakan untuk melihat tingkat nilai

pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Nilai B/C ratio

yang digunakan pada analisis ini meliputi nilai B/C ratio atas biaya tunai dan nilai

B/C ratio atas biaya total. Komponen rasio keuntungan atas biaya pada usaha

jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini.

Tabel 28. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S

Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Uraian Nilai

(Rp)

1 Penerimaan 284.020.250

2 Biaya Tunai 237.422.390

3 Biaya yang Diperhitungkan 8.429.850

4 Biaya Total (2 + 3) 245.852.240

5 Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) 46.597.860

6 Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4) 38.168.010

7 B/C ratio atas Biaya Tunai (E / B) 0,20

8 B/C ratio atas Biaya Total (F / D) 0,16

Sumber : Data Primer, diolah

Page 134: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

115

Berdasarkan Tabel 28 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio atas

biaya tunai selama periode November 2010 - Mei 2011 sebesar 0,20 yang

mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1.000,- biaya tunai yang dikeluarkan untuk

usaha jamur tiram putih akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 200,-.

Sedangkan nilai B/C ratio atas biaya total sebesar 0,16 dapat mengandung arti

bahwa setiap Rp. 1.000,- yang dikeluarkan untuk biaya total pada unit usaha jamur

tiram putih P4S Nusa Indah akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 160,-.

Perbedaan pada hasil perhitungan B/C ratio atas biaya tunai dengan B/C

ratio atas biaya total dikarenakan perbedaan pada biaya yang dipakai dalam

perhitungan sehingga membuat nilai B/C raio atas biaya total lebih kecil

dibandingkan B/C ratio atas biaya tunai. Nilai B/C ratio atas biaya total

menggunakan biaya secara keseluruhan baik biaya tunai maupun biaya yang

diperhitungkan dalam perhitungan perbandingan dengan keuntungan yang

diperoleh.

Nilai B/C ratio atas biaya tunai dan B/C ratio atas biaya total memang

menunjukkan perbedaaan. Akan tetapi jika dilihat lebih lanjut akan menunjukkan

bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih P4S

Nusa Indah masih mendatangkan keuntungan mengingat baik nilai B/C ratio atas

biaya tunai maupun B/C ratio atas biaya total lebih besar dari nol (B/C ratio > 0).

Hal ini berarti usaha jamur tiram putih tersebut dapat memberikan manfaat dan

bahkan dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan.

Page 135: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

116

5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh

laba dan tidak menderita rugi. Oleh karena itu analisis break even point atau titik

impas produksi digunakan guna menunjukkan tingkat produksi, dalam hal ini

produksi pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah yang tidak

menyebabkan kerugian maupun keuntungan. Selain itu, analisis BEP yang

dilakukan dapat mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan

agar perusahaan tidak mengalami kerugian, mengetahui jumlah penjualan yang

harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, mengetahui

seberapa jauh berkurangnya penjualan, serta mengetahui bagaimana efek

perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan.

Dengan kata lain, dalam kondisi demikian laba yang diperoleh adalah nol

(impas). Pada analisis ini, titik impas produksi selain dinyatakan dalam satuan

kilogram, juga dinyatakan dalam satuan rupiah. Menurut Halim (2007:188),

penggunaan rumus BEP agar bisa diterapkan, harus memenuhi asumsi bahwa suatu

perusahaan dengan produk output lebih dari satu maka perhitungan BEP-nya

dilakukan satu per satu secara terpisah.

Dalam menentukan titik impas (BEP) produksi perlu diketahui biaya

produksi total dan penerimaan total. Untuk biaya produksi total harus diketahui

terlebih dahulu biaya tetap total dan biaya variabel total seperti yang terlihat pada

Tabel 29 berikut ini.

Page 136: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

117

Tabel 29. Komponen Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Usaha

Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

Komponen Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Jumlah

Biaya Tetap

1) Listrik dan Air 210.000

5.154.433

2) Penyusutan Peralatan 740.133

3) Penyusutan Bangunan 1.540.000

4) Nilai Sewa Lahan Sendiri 69.300

5) Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.595.000

Biaya

Variabel

1) Bibit 6.000.000

84.733.355

2) Serbuk Kayu 6.379.355

3) Dedak 7.741.935

4) Kapur 2.322.581

5) Gipsum 1.935.484

6) Plastik Media 3.960.000

7) Karet Gelang 318.000

8) Kayu Bakar 400.000

9) Cincin Bambu 1.000.000

10) Kertas 60.000

11) Spirtus 126.000

12) Alkohol 90.000

13) Gaji TK (Tenaga Kerja) 46.710.000

14) Bonus Lembur TK 5.190.000

15) Transportasi Baglog 2.500.000

Total Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 89.887.788

Komponen Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Jumlah

Biaya Tetap 1) Tenaga Kerja dalam Keluarga 750.000 750.000

Biaya

Variabel 1) Jasa Pembangunan Kumbung 32.000.000 32.000.000

Total Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 32.750.000

Komponen Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih Dengan Sistem Kemitraan Jumlah

Biaya Tetap 1) Penyusutan Peralatan 35.417

2.735.417 2) Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.700.000

Biaya

Variabel

1) Plastik Kemasan Jamur 560.000

120.479.035 2) Tranportasi Pemasaran Jamur 1.460.000

3) Bagi Hasil 118.459.035

Total Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 123.214.452

Biaya Total 245.852.240

Sumber : Data Primer, diolah

Page 137: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

118

Pada Tabel 29 tersebut, dapat diketahui nilai biaya tetap dan biaya variabel.

Oleh karena itu maka dapat dilakukan analisis break even point di usaha jamur

tiram putih P4S Nusa Indah seperti yang terlihat pada Tabel 30 di bawah ini.

Tabel 30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha

Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Kelompok

Produksi

Volume

Produksi

Biaya Total

(Rp.)

Harga Jual

(Rp.)

BEP Volume

Produksi

BEP Harga Jual

(Rp.)

1

Baglog Jamur

Tiram Putih Siap

Panen

60.000

Baglog 89.887.788 1.866,67

*

48.155

Baglog 1.498,13

2

Paket Kemitraan

Investasi Usahatani

Jamur Tiram Putih

4

Kumbung 32.750.000 10.000.000

3,25

Kumbung 8.187.500

3

Budidaya Jamur

Tiram Putih dengan

Sistem Kemitraan

14.002,25

Kg

123.214.45

2 9.000

13.690,50

Kg 8.799,62

Sumber : Data Primer, diolah

Keterangan : * Harga Jual Pokok untuk Setiap Produk Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

Berdasarkan hasil analisis break even point seperti yang terlihat pada Tabel

30 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah

mampu mendatangkan keuntungan karena volume produksi dan harga jual baglog

jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih,

dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang dihasilkan lebih

tinggi daripada titik impasnya atau BEP (Break Even Point).

Produk baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan sebanyak

60.000 baglog dengan harga jual pokok sebesar Rp. 1.866,67,- yang berarti lebih

tinggi daripada nilai titik impas produksi sebesar 48.155 baglog dan titik impas

harga jual sebesar Rp. 1.498,13,-. Begitu pun dengan volume produksi dan harga

jual paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang diberikan P4S Nusa

Indah juga lebih tinggi daripada titik impasnya. Nilai BEP volume produksi yang

Page 138: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

119

dihasilkan sebanyak 3,25 kumbung (setara dengan 3 kumbung ukuran 70 m2 dan 1

kumbung ukuran 17,5 m2) dan BEP harga jual sebesar Rp. 8.187.500,- sedangkan

volume produksi pada jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih

sebanyak 4 kumbung ukuran 70 m2 serta harga jual dalam paket ini sebesar Rp.

10.000.000,-. Hal yang sama juga terjadi pada hasil analisis BEP volume produksi

dan BEP harga jual pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.

Volume produksi dan harga jual yang ada ternyata lebih tinggi dari nilai titik impas

volume produksi dan harga jual. Volume produksi pada budidaya jamur tiram putih

dengan sistem kemitraan berada pada tingkat 14.002,25 kg sedangkan BEP volume

produksi menempati level (tingkat) 13.690,50 kg dan harga jual yang ditetapkan

sebesar Rp. 9.000,- sedangkan nilai titik impasnya sebesar Rp. 8.799,62,-.

Walaupun perbedaan antara nilai BEP volume produksi dan harga jual

dengan volume produksi dan harga jual yang ada tidak terlalu besar bahkan

cenderung relatif kecil. Hal ini tidak sampai menggeser makna bahwa usaha jamur

tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama perode November 2010 - Mei

2011 menjadi tidak menguntungkan dan tidak layak. Namun justru sebaliknya,

usaha tersebut telah mampu memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya

berdasarkan hasil analisis break even point.

Lebih lanjut analisis break even point dapat pula dinyatakan dalam nilai

BEP penerimaan. Nilai BEP penerimaan merupakan suatu titik yang dapat menjadi

salah satu indikator keseimbangan antara laba dan rugi suatu usaha. Pada usaha

jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, saat dianalisis menggunakan BEP penerimaan

maka akan diperoleh nilai sebesar Rp. 18.283.272,- untuk titik impas produksi

Page 139: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

120

baglog jamur tiram putih siap panen, nilai BEP penerimaan sebesar Rp. 3.750.000,-

sebagai titik impas paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, nilai BEP

penerimaan sebesar Rp. 62.209.803,- sebagai titik impas pada budidaya jamur

tiram putih dengan sistem kemitraan. Informasi lebih lanjut dapat terlihat seperti

yang ada pada Tabel 31 di bawah ini.

Tabel 31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih

P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011

No. Kelompok

Produksi

Penerimaan Total

(Rp,)

Biaya Variabel Total

(Rp.)

Biaya Tetap Total

(Rp.)

BEP Penerimaan

(Rp.)

1

Baglog Jamur

Tiram Putih Siap

Panen

118.000.000 84.733.355 5.154.433 18.283.272

2

Paket Kemitraan

Investasi Usahatani

Jamur Tiram Putih

40.000.000 32.000.000 750.000 3.750.000

3

Budidaya Jamur

Tiram Putih dengan

Sistem Kemitraan

126.020.250 120.479.035 2.735.417 62.209.803

Sumber : Data Primer. Diolah

Hasil penjualan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen menghasilkan

penerimaan sebesar Rp. 118.000.000,- sedangkan titik impas (break even point)

penerimaan yang diperoleh berada pada nilai Rp. 18.283.272,-, berarti tingkat

penerimaan yang diperoleh lebih tinggi dari pada nilai BEP penerimaan. Hal serupa

juga ditemui pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang

memperoleh penerimaan lebih tinggi daripada hasil perhitungan titik impas.

Penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada paket kemitraan investasi

usahatani jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 40.000.000,-. sedangkan nilai

perolehan rupiah minimum berdasarkan hasil perhitungan BEP penerimaan berada

pada posisi Rp. 3.750.000,-. Kemudian sama halnya pada budidaya jamur tiram

Page 140: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

121

putih dengan sistem kemitraan yang memperoleh penerimaan yang lebih tinggi dari

pada nilai titik impas. Hasil perhitungan analisis BEP penerimaan memunculkan

nilai sebesar Rp. 62.209.803,-, sedangkan jumlah penerimaan yang diperoleh adalah

sebesar Rp. 126.020.250,-. Hal tersebut dapat digunakan sebagai salah satu

indikator keuntungan dan bahkan kelayakan suatu usaha. Ini berarti dapat

ditafsirkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama

periode November 2010 - Mei 2011 mampu memberikan keuntungan karena

kondisi dan posisi penerimaan yang ada saat itu lebih tinggi daripada nilai titik

impas yang dimunculkan oleh hasil analisis BEP penerimaan.

Hal ini berarti untuk mencegah kerugian dan mempertahankan tingkat

penerimaan maka unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah harus menstabilkan

volume produksi lebih dari titik minimum. Untuk baglog jamur tiram putih siap

panen yang dijual harus dipertahankan pada titik produksi lebih dari 48.155 baglog

dan harga jual per baglog tidak kurang dari Rp. 1.498,13,-. Selain itu, dari sejumlah

baglog yang dihasilkan tersebut batas minimum hasil penjualan baglog jamur tiram

putih siap penen adalah Rp. 18.283.272,-. Sedangkan untuk paket kemitraan investasi

usahatani jamur tiram putih agar tetap berada pada kondisi menguntungkan maka

minimal permintaan jasa adalah pembangunan 3,25 unit kumbung (setara dengan 3

unit kumbung ukuran 70 m2 dan 1 unit kumbung ukuran 17,5 m

2) dengan tingkat

penerimaan harus lebih dari Rp. 3.750.000,-. Kemudian untuk budidaya jamur tiram

putih dengan sistem kemitraan, batas minimum produksi jamur tiram putih segar

adalah 13.690,50 kg dan harga jual tidak kurang dari Rp. 8.799,62,-/kg dengan

tingkat terendah penerimaan akan hasil penjualan sebesar Rp. 62.209.803,-.

Page 141: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

122

Semua fenomena di atas mengindikasikan bahwa kegiatan-kegiatan

produktif yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih tidak merugikan P4S Nusa

Indah mengingat nilai titik impas ketiganya yang lebih rendah daripada volume

produksi, harga jual, dan nilai penjualan (penerimaan). Oleh karena itu, produksi

sejumlah 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen, dan 14.002,25 kg jamur

tiram putih segar serta jasa pembangunan 4 kumbung dengan harga jual masing-

masing yang menghasilkan sejumlah penerimaan dari setiap produk mampu

memberikan keuntungan.

Selama periode November 2010 - Mei 2011 tersebut. P4S Nusa Indah

mampu memproduksi dan menjual produknya pada tingkat yang lebih tinggi

daripada batas minimum penjualan dan memperoleh penerimaan yang lebih tinggi

daripada tingkat terendah hasil penjualan. Sehingga dapat dikatakan usaha jamur

tiram putih yang dijalankan menguntungkan dan layak untuk terus dilanjutkan.

5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah

Usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah saat ini dapat

dikatakan menghasilkan tiga output yang terdiri dari produk dan jasa, yaitu baglog

(media tanam) jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani

jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.

Produksi baglog menghasilkan baglog jamur tiram putih siap panen, paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan

kumbung budidaya, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan terdiri

dari jasa pengelolaan, perawatan, produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar

dengan bekerja sama dalam suatu sistem kemitraan.

Page 142: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

123

Masing-masing output (keluaran) tersebut memiliki karakteristik pemasaran

yang berbeda. Output baglog jamur tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah

bisa dikatakan sudah memiliki pasar tetap dengan jumlah pelanggan yang masih

terus bertambah. Semenjak dimulainya kerjasama antara P4S Nusa Indah dengan

wirausahawan jamur tiram putih pada bulan November 2010 hingga bulan Mei

2011. jumlah output baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan P4S

Nusa Indah adalah 60.000 baglog.

Paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang oleh ditawarkan

P4S Nusa Indah sejauh ini baru yang pertama kali. Pelanggannya adalah

wirausahawan jamur tiram putih yang sebenarnya merupakan pemain baru dalam

usaha budidaya jamur tiram putih. Sehingga mitra tersebut tertarik untuk

menempatkan dan mendirikan kumbung budidaya yang tepat dan sesuai dalam

usahatani jamur tiram putih Wirausahawan jamur tiram putih tersebut berasal dari

daerah Jakarta dengan domisili berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan.

Kemudian untuk paket kemitraan budidya jamur tiram putih ini juga baru

pertama kali dilakukan oleh P4S Nusa Indah. Pelanggan yang memakai jasa P4S

Nusa Indah ini merupakan orang yang sama dengan pelanggan pada paket

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih di atas. Pada paket kemitraan ini,

didalamnya terdapat aktivitas produksi jamur tiram putih segar dan P4S Nusa

Indah berkewajiban memasarkannya. Dalam memasarkan produk jamur tiram

putih, P4S Nusa Indah memilih pasar lokal seperti pasar Bogor, pasar Kemang

(Parung), dan pasar Cisarua.

Page 143: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

124

Pada pembahasan mengenai pemasaran kali ini, akan lebih ditampilkan

pemasaran ouput P4S Nusa Indah yang berwujud produk, seperti baglog jamur

tiram putih siap panen dan jamur tiram putih segar. Berikut dipaparkan mengenai

pemasaran produk-produk pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.

5.5.1 Pemasaran Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang menghasilkan baglog jamur

tiram putih siap panen ini telah memiliki beberapa pelanggan tetap. Pada dasarnya

pelanggan tersebut merupakan kalangan petani dan wirausahawan jamur tiram

putih. Pelanggan baglog jamur tiram putih ini bukan hanya di daerah Bogor, namun

juga dari luar Bogor seperti Lampung, Jakarta, Cipanas, Parung, dan lain-lain. Data

pelanggan baglog jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 32 di

bawah ini.

Tabel 32. Data Permintaan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa

Indah Pada Bulan November 2010 - Mei 2011

No. Pelanggan

Volume

Pembelian

(baglog)

Jumlah

(Baglog)

1 Pelanggan

Tetap

1) Pak Isa 20.000

45.000

2) Pak H. Rifai (Lampung) 3.000

3) Pak Isa 15.000

4) Dipa 4.000

5) Pak H. Rifai (Lampung) 3.000

2 Pelanggan

Baru

1) Pak Ismail 5.000

15.000

2) Ibu Hj. Beti 3.000

3) Pak Rudi 2.000

4) Herman 3.000

5) Edi 2.000

Total 60.000 Sumber : Data Primer. diolah

Page 144: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

125

Permintaan terhadap jamur tiram putih segar masih tinggi sehingga

peluang masih terbuka dan memungkinkan bertambahnya pendatang baru pada

usaha jamur tiram putih, khususnya budidaya jamur tiram putih. Secara tidak

langsung, permintaan akan jamur tiram putih segar ini juga akan meningkatkan

permintaan baglog jamur tiram putih siap panen. Hal ini dikarenakan tingkat

risiko pada pembuatan media tanam (baglog) yang tinggi membuat banyak petani

dan wirausahawan jamur tiram putih memilih untuk membeli dan menggunakan

baglog jamur tiram putih yang siap panen.

Harga jual untuk baglog jamur tiram putih siap panen bervariasi

berdasarkan jumlah pembelian. Dengan kata lain, ada dua variasi harga yang

berlaku. yaitu harga partai (borongan) dan harga satuan (eceran). Namun pada

dasarnya harga jual baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah mengacu

kepada harga jual pokok, harga partai digunakan sebagai bentuk diskon atau

potongan harga karena membeli dalam jumlah banyak. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 33 di bawah ini.

Tabel 33. Harga Jual Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen P4S Nusa Indah

No Sistem Pembelian Harga

(Rp.) Keterangan

1 Partai (Borongan) 1.800 Pembelian > 5.000 baglog

2 Satuan (Eceran) 2.000 Pembelian < 5.000 baglog

Sumber : Data Primer. diolah

Sistem pembayaran yang berlaku adalah sistem pembayaran tunai (cash) ,

baik transaksi pembelian langsung maupun pesanan. Pada pembelian pesanan,

pembayaran dilakukan secara tunai dan pada umumnya dibayar di muka walaupun

produk diproduksi.

Page 145: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

126

5.5.2 Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar

Memasarkan jamur relatif mudah karena jamur termasuk komoditi yang

langka dan juga istimewa karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan serta

harganya terjangkau oleh semua kalangan. Untuk mempertahankan kesegaran

jamur hingga ke tangan konsumen maka pemasarannya harus dilakukan sesegera

mungkin. Jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang dihasilkan memiliki dua

saluran pemasaran seperti dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Sumber : Data Primer. diolah

Pada saluran pertama, P4S Nusa Indah langsung menjual ke pedagang

pengumpul dengan harga Rp. 9.000.- per kg. Pada saluran pemasaran ini, harga

jual jamur tiram putih segar P4S Nusa Indah lebih rendah dibandingkan pada

saluran pemasaran kedua. Hal ini disebabkan jamur tiram putih akan dijual

kembali oleh pedagang pengumpul ke pedagang pengecer atau konsumen akhir di

pasar sehingga keuntungan dari pedagang pengumpul diperoleh dari harga beli

yang lebih rendah dari harga beli konsumen akhir yang berada di sekitar lokasi

usaha P4S Nusa Indah. dan karena volume pembelian pedagang pengumpul jauh

lebih besar dibandingkan dengan konsumen akhir di sekitar lokasi usaha P4S

Nusa Indah. Volume pembelian pedagang pengumpul adalah total jumlah jamur

tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah setiap kali panen.

P4S Nusa

Indah

Konsumen

Akhir

Pedagang

Pengecer

Pedagang

Pengumpul

Page 146: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

127

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang pengecer dan

pengumpul, pasar tradisional Bogor dapat menyerap jamur tiram putih setiap hari

600 kg tetapi baru terpenuhi 400 kg, sedangkan penawaran yang tersedia di P4S

Nusa Indah saat ini masih berkisar rata-rata 28 kg setiap hari untuk satu kumbung

budidaya, seperti dapat dilihat pada Tabel 34. Selisih penawaran dan permintaan

yang tinggi tersebut menyebabkan jamur tiram putih selalu terjual habis di pasar.

P4S Nusa Indah memilih sasaran utama yaitu pasar tradisional Bogor karena jarak

dari lokasi usaha jamur tiram putih tergolong tidak terlalu jauh (hanya sekali naik

kendaran umum). sehingga dapat menghemat waktu dan biaya transportasi.

Tabel 34. Volume Produksi Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah pada Satu Unit

Kumbung Budidaya Selama Bulan November 2010 - April 2011

No. Bulan Jumlah Hari Volume Produksi

(kg)

1 November 14 hari 471

2 Desember 31 hari 1020

3 Januari 31 hari 961.5

4 Februari 28 hari 683.5

5 Maret 31 hari 658

6 April 11 hari 307.7

Total 146 hari 4.101,50

Rata-rata Produksi per Hari 28,09

Sumber : Data primer. diolah

Selain itu, pasar dan pelanggan jamur tiram putih P4S Nusa Indah juga

merupakan konsumen akhir yang mendatangi langsung lokasi usaha karena dekat

dengan kediaman konsumen akhir tersebut. Hal ini merupakan saluran pemasaran

yang kedua pada pemasaran output jamur tiram putih segar P4S Nusa Indah.

Page 147: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

128

Pada saluran pemasaran ini, harga jual jamur tiram putih segar dari P4S

Nusa Indah selaku produsen lebih tinggi dari pada harga jual ke pedagang

pengumpul, yaitu Rp. 10.000,- per kg. Hal ini karena oleh konsumen akhir jamur

tiram putih segar tidak dijual kembali tetapi langsung dikonsumsi dan konsumen

akhir tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli jamur tiram putih

segar di pasar, serta volume pembelian konsumen akhir yang lebih sedikit (+ 2 kg

per hari) dibandingkan dengan pedagang pengumpul.

5.6 Model Kemitraan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Pada periode November 2010 – April 2011 di P4S Nusa Indah terdapat

suatu kerjasama dalam usaha jamur tiram putih. Bentuk kerjasama tersebut

diwujudkan dalam suatu model kemitraan yang di dalamnya saat ini terdiri dari

kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih

dengan sistem kemitraan. Model kemitraan yang terjadi oleh P4S Nusa Indah dalam

kaitannya dengan usaha jamur tiram putih yang selama ini digeluti merupakan suatu

hal yang baru pertama kali dilakukan.

Kerjasama yang dilakukan bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku

mitra ini diwujudkan dalam suatu model kemitraan. Kemitraan yang terjadi adalah

kerjasama dalam paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan

budidaya jamur tiram putih. Pada paket kemitraan investasi usahatania jamur tiram

putih ini, kerjasama dilakukan dalam pembangunan kumbung budidaya jamur tiram

putih yang merupakan suatu investasi pokok dalam usahatani jamur tiram putih.

Sistem kemitraan ini yaitu mitra memberikan sejumlah dana untuk pendirian

kumbung budidaya jamur tiram putih kepada P4S Nusa Indah, kemudian P4S Nusa

Page 148: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

129

Indah melakukan pembangunan kumbung budidaya. Pada kesempatan kali ini,

kesepakatan yang terjadi adalah pembangunan empat (4) unit kumbung budidaya

jamur tiram putih dengan ukuran 7 m x 10 m di lahan milik mitra yang ternyata

memiliki kesesuaian dengan habitat hidup jamur tiram putih. Secara umum, garis

besar skema kemitraan ini dapat dilihat pada Gambr 6 di bawah ini.

Gambar 6. Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Sumber : Data Primer, diolah

Kemudian pada model kemitraan selanjutnya yang dilakukan P4S Nusa

Indah bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra yang sama dengan

model kemitraan di atas adalah budidaya jamur tiram putih dengan sistem

kemitraan. P4S Nusa Indah pada beberapa tahun belakangan ini yang hanya

memiliki fokus kegiatan usaha produksi baglog jamur tiram putih siap panen saja

namun pada periode kali ini kembali membudidayakan jamur tiram putih dengan

sistem kemitraan. Secara garis besar kemitraan ini dapat dijelaskan bahwa mitra

yang telah membangun kumbung budidaya jamur tiram putih tadi dan mengisi

kumbungnya dengan baglog jamur tiram putih yang dibeli dari P4S Nusa Indah

kemudian meminta P4S Nusa Indah untuk membudidayakan serta memasarkan

jamur tiram putih. Skema kemitraan ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

Mitra (Wirausahawan

Jamur Tiram Putih)

P4S Nusa Indah Paket Kemitraan

Investasi Usahatani

Jamur Tiram Putih

Pembangunan

Kumbung Budidaya

Jamur Tiram Putih

Dana Kemitraan

Investas

Page 149: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

130

Gambar 7. Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Sumber : Data Primer, diolah

Wirausahawan jamur tiram putih tersebut merupakan pemain baru dalam

usaha jamur tiram putih sehingga belum cukup pengalaman dan pengetahuan

membudidayakan jamur tiram putih. Oleh karena itu, mitra tersebut meminta jasa

P4S Nusa Indah untuk merawat, mengelola, memproduksi, dan memasarkan jamur

tiram putih mengingat lokasi kumbung budidaya yang relatif dekat dengan P4S

Nusa Indah karena masih dalam satu kawasan kecamatan dan ditambah dengan

peranan P4S Nusa Indah sebagai suatu lembaga dengan label pusat pelatihan

pertanian maka hal ini yang membuat P4S Nusa Indah bersedia bermitra dengan

wirausahawan jamur tiram putih dalam hal budidaya sampai pemasaran jamur tiram

putih. Tentu saja hal ini dilakukan bukan tanpa balas jasa walaupun P4S Nusa Indah

tidak berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu terjadi suatu kesepakatan bagi

hasil atas hasil penjualan jamur tiram putih segar tersebut. Kesepakatannya adalah

setiap hasil penjualan jamur tiram putih segar maka di antara kedua belah pihak

akan meneriman penerimaan masing-masing sebesar 6% untuk P4S Nusa Indah dan

94% untuk wirausahawan jamur tiram putih.

Produksi dan

Penjualan Jamur Tiram

Putih Segar

Bagi Hasil

Mitra (Wirausahawan

Jamur Tiram Putih)

P4S Nusa Indah

Budidaya Jamur Tiram

Putih dengan Sistem

Kemitraan

Page 150: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

131

5.7 Biaya dan Pendapatan yang Diperoleh Mitra (Wirausahawan Jamur

Tiram Putih) dalam Kemitraan dengan P4S Nusa Indah

Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan secara garis besar komponen

pengeluaran dan penerimaan yang diterima wirausahawan jamur tiram putih selaku

mitra dalam melakukan kemitraan dengan P4S Nusa Indah. Yang pertama adalah

biaya yang dikeluarkan mitra tersebut saat bekerjasama dalam menjalankan bisnis

jamur tiram putihnya dengan P4S Nusa Indah. Pengeluaran yang ada pada mitra

adalah biaya untuk jasa P4S Nusa Indah dalam pembangunan kumbung budidaya

jamur tiram putih, pembelian baglog jamur tiram putih siap panen, biaya

penyusutan kumbung budidaya, dan biaya sewa lahan sendiri. Komponen

keseluruhan biaya pada mitra tersebut dapat dilihat pada Tabel 35 di bawah ini.

Tabel 35. Komponen Biaya Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih)

dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama

P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

I. Biaya

Tunai

Pembangunan

Kumbung 4 Unit 10.000.000 40.000.000

Pembelian

Baglog 35.000 Baglog 1.800 63.000.000

Pengantaran

Baglog 35.000 Baglog 100 3.500.000

Total Biaya Tunai 106.500.000

II. Biaya

Diperhitungkan

Penyusutan

Bangunan 3.800.000

Sewa Lahan

Sendiri 0,0875 / 7 Bulan Ha 2.000.000 / Tahun 102.083

Total Biaya Diperhitungkan 3.902.083

Biaya Total 110.402.083 Sumber : Data Primer, diolah

Page 151: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

132

Berdasarkan Tabel 35 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pengeluaran

untuk pembangunan kumbung termasuk komponen biaya dengan porsi terbesar dari

keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh wirausahawan jamur tiram putih. Hal ini

terjadi karena pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih tersebut

berukuran cukup besar. Ukuran kumbung budidaya jamur tiram putih yang

dibangun adalah 7 m x 10 m yang dapat diisi baglog jamur tiram putih sebanyak

10.000 baglog.

Pembangunan kumbung ini melalui penggunaan jasa P4S Nusa Indah yang

terlebih dahulu menentukan lokasi yang sesuai dengan habitat jamur tiram putih dan

kemudian membangun kumbung budidaya jamur tiram putih. Oleh karena itu

wirausahawan jamur tiram putih tidak perlu susah payah untuk menyediakan satu

per satu bahan dan material pendukung untuk pembangunan kumbung budidaya

jamur tiram putih karena semua sudah ditangani oleh P4S Nusa Indah, dan

wirausahawan jamur tiram putih hanya tinggal menunggu penyelesaian

pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih.

Wirausahawan jamur tiram putih juga memperoleh penerimaan setelah

adanya sejumlah biaya yang dikorbankan di atas. Penerimaan bagi wirausahawan

jamur tiram putih ini diperoleh dari bagi hasil penjualan jamur tiram putih segar.

Hal ini dikarenakan pemasaran dan penjualan jamur tiram putih segar dilakukan

oleh P4S Nusa Indah selaku mitra dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem

kemitraan ini.

Page 152: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

133

Sehingga setiap penerimaan akan hasil penjualan jamur tiram putih segar

yang diperoleh wirausahawan jamur tiram putih ini berasal dari kegiatan pemasaran

jamur tiram putih segar yang dilakukan oleh P4S Nusa Indah. Keseluruhan

penerimaan wirausahawan jamur tiram putih tersaji pada Tabel 36 di bawah ini.

Tabel 36. Komponen Penerimaan Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram

Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan

bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011

Komponen

Penerimaan

Volume Produksi

(Kg)

Harga Jual

(Rp)

Nilai

(Rp)

Rasio Bagi

Hasil

Penerimaan

(Rp.)

Bagi Hasil

Penjualan

Jamur Tiram

Putih Segar

14.002,25 9.000 126.020.250 94% 118.459.035

Penerimaan Total 118.459.035

Sumber : Data Primer, diolah

Pada Tabel 36 di atas dapat dilihat bahwa penerimaan bagi wirausahawan

jamur tiram putih berasal hanya dari satu sumber, yaitu bagi hasil penjualan jamur

tiram putih segar. Penerimaan dengan sistem bagi hasil yang terjadi tersebut

memiliki perbandingan atau rasio yaitu 94% : 6%. Persentase yang lebih tinggi

sebagai milik wirausahawan jamur tiram putih dan sisanya hak P4S Nusa Indah.

Selama periode produksi November 2010 - April 2011, budidaya jamur

tiram putih dengan sistem kemitraan tersebut menghasilkan jamur tiram putih segar

sebanyak 14.000,25 kg yang kemudian dipasarkan oleh P4S Nusa Indah sehingga

memberikan penerimaan bagi wirausahawan jamur tiram putih sebesar 94% dari

nilai penjualan jamur tiram putih segar yang dihasilkan P4S Nusa Indah.

Penerimaan 94% tersebut berasal dari hasil penjualan sejumlah jamur tiram putih

segar yang dilakukan oleh P4S Nusa Indah selaku mitra sehingga memberikan

pundi-pundi pemasukan yang setara dengan nominal Rp. 118.459.035,-.

Page 153: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

134

Sejumlah penerimaan yang diperoleh wirausahawan jamur tiram putih

dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram putih dan sejumlah biaya yang turut

serta dikeluarkan pada usaha ini lebih lanjut akan dianalisis secara sederhana untuk

melihat tingkat pendapatan yang diterima. Langkah-langkah yang dilakukan pada

analisis ini meliputi perlakuan selisih antara keseluruhan penerimaan yang

diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Selisih di antara keduanya apabila

memberikan hasil yang bernilai positif maka dapat diindikasikan bahwa usaha

budidaya jamur tiram putih tersebut menguntungkan, dan begitu pun sebaliknya.

Pada Tabel 37 di bawah ini dapat dilihat analisis pendapatan pada usaha budidaya

jamur tiram putih yang dijalankan wirausahawan jamur tiram putih bersama P4S

Nusa Indah dengan sistem kemitraan.

Tabel 37. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Wirausahawan

Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Bersama P4S Nusa Indah,

Periode November 2010 - April 2011

No. Uraian Nilai

(Rp)

1 Penerimaan 118.459.035

2 Biaya Tunai 106.500.000

3 Biaya yang Diperhitungkan 3.902.083

4 Biaya Total (2 + 3) 110.402.083

5 Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) 11.959.035

6 Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4) 8.056.952 Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 37 di atas dapat diketahui bahwa pendapatan bagi

wirausahawan jamur tiram putih bernilai positif, baik pendapatan atas biaya total

maupun pendapatan atas biaya tunai. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha

budidaya jamur tiram dengan sistem kemitraan yang dijalankan bersama P4S Nusa

Indah dapat dikatakan menguntungkan.

Page 154: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

135

Informasi pada Tabel 37 tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa

pendapatan atas biaya total terlihat lebih besar dari pada pendapatan atas biaya

tunai. Perbedaan yang terjadi tersebut dikarenakan pendapatan atas biaya tunai

menselisihkan keseluruhan penerimaan dengan biaya tunai tanpa memperhitungkan

biaya penyusutan bangunan (kumbung budidaya) dan biaya sewa lahan sendiri.

Sedangkan pendapatan atas biaya total justru memasukkan komponen biaya-biaya

tersebut, oleh karena itu pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara

penerimaan total dengan keseluruhan biaya yang terdiri dari biaya tunai dan biaya

diperhitungkan. Walaupun muncul perbedaan hasil di antara kedua perhitungan

pendapatan tersebut, namun tetap memberikan makna yang menunjukkan bahwa

usaha tersebut menguntungkan.

Pendapatan yang diperoleh ini selain dapat menutup semua biaya yang

dikeluarkan dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan bersama

P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - April 2011 juga ternyata dapat

memberikan keuntungan materi berupa laba. Di samping harga beli baglog jamur

tiram putih siap panen yang relatif murah yang juga memberikan keuntungan lain

walaupun secara tidak langsung, ada juga keuntungan lain yang berasal dari pasar

sasaran penjualan jamur tiram putih segar. Hal ini dikarenakan pada debut

pertamanya, produksi jamur tiram putih segar telah memiliki pasar yang dapat

menyerap seluruh volume produksi yang dihasilkan. Selain itu, keuntungan lain

yang diperoleh adalah wirausahawan jamur tiram putih tersebut pada periode

perdana usaha budidaya jamur tiram putih tidak perlu terlalu repot terjun langsung

memproduksi jamur tiram putih segar karena telah di-handle oleh P4S Nusa Indah.

Page 155: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah merupakan

suatu lembaga pelatihan dan pendidikan di bidang pertanian yang memiliki

spesifikasi keahlian dan keterampilan pada bidang hortikultura, khususnya jamur

tiram putih. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah saat ini terdiri

dari kegiatan utama yang menjadi fokus utama usaha dan ditambah dengan kegiatan

lain yang dilakukan dengan kemitraan bersama wirausahawan jamur tiram putih.

Fokus utama usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah adalah model usaha produksi

baglog jamur tiram putih siap panen. Tambahan kegiatan terdiri dari jasa

pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih yang terangkum dalam model

usaha kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan model usaha budidaya

jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.

Besar biaya yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha

jamur tiram putih merupakan gabungan dari biaya tunai yang menyumbang sebesar

96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43%. Biaya tunai dan biaya

diperhitungkan dengan persentase tersebut masing-masing terdiri dari biaya

produksi baglog jamur tiram putih siap panen sebesar 35,78% dan 58,65%, biaya

paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebesar 13,48% dan 8,9%,

serta biaya budidaya jamur tiram putih dengan sisitem kemitraan sebesar 50,74%

dan 32,45%.

Page 156: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

137

Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih

yang bernilai positif sehingga mengindikasikan usaha tersebut menguntungkan.

Unit usaha ini memperoleh pendapatan berasal dari produksi baglog jamur tiram

putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan

budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Pendapatan yang

disumbangkan beberapa model usaha tersebut terhadap keseluruhan pendapatan

yang diperoleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah adalah masing-

masing sebesar 73,65%, 18,99%, dan 7,35%.

Usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh P4S Nusa Indah selama

periode November 2010 – Mei 2011 dengan menghasilkan produk dan jasa dapat

dikatakan layak untuk terus dilanjutkan mengingat perolehan pendapatan yang

cenderung menguntungkan. Hal ini juga ditunjang oleh beberapa hasil analisis

usaha, yaitu analisis perbandingan penerimaan atas biaya (R/C ratio), perbandingan

keuntungan atas biaya (B/C ratio), dan titik impas (break even point) yang

menyatakan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan memberikan manfaat

sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kelayakan suatu usaha.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang

dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah :

Page 157: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

138

1. Diperlukan pencatatan dan pembukuan keungan secara lebih seksama

sehingga akan lebih mudah memantau kondisi keungan. Selain itu, perlu

dilakukan evaluasi laporan keuangan secara periodik di P4S Nusa Indah, baik

dalam menjalankan usaha jamur tiram putih maupun pada kegiatan lain seperti

pelatihan dan pemagangan pertanian.

2. Berdasarkan pengalaman yang dipaparkan Ketua P4S Nusa Indah 2011 pada

saat wawancara, maka dapat disarankan bahwa usaha budidaya jamur tiram

putih dengan sistem kemitraan lebih baik menggunakan bilik bambu sebagai

dinding kumbung budidaya agar produktiftas jamur tiram putih dapat

meningkat, mengingat bilik bambu bersifat lebih dapat menahan kelembaban

di dalam kumbung budidya dibandingkan dengan jaring net serta dilakukan

peningkatan intensitas penyiraman pada waktu hujan jarang turun.

Page 158: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

DAFTAR PUSTAKA

Amaliah. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur Sebelum dan Sesudah Isu

Flu Burung (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera,

Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat)

[Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2010.

Badan Agribisnis. Kebijaksanaan dan Pola Kemitraan Usaha Pertanian. (Jakarta:

Departemen Pertanian; 1999b)

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers; 2006).

Cahyana, Y.A., M. Muchrodji, dan Bakrun. Jamur Tiram (Pembibitan,

Pembudidayaan, Analisis Usaha). (Jakarta: Penebar Swadaya; 1999).

Debertin, David L. Agricultural Production Economics. (New York: Macmilian

Publishing Company; 1986)

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Jumlah, Produksi, dan

Produktifitas Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor. (Jakarta: Departemen

Pertanian; 2007).

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Luas Panen, Produktivitas dan

Produkis Jamur Tiram Putih. (Bogor: Departemen Pertanian; 2007).

Direktorat Pengembangan Usaha. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. (Jakarta:

Departemen Pertanian; 2002)

Downey, W. David dan Steven P. Erickson.Manajemen Agribisnis. (Jakarta:

Erlangga, 1987).

Faiq, AZ. Analisis Pendapatan Getah Damar (Agathis Loranthifolia. S) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Jakarta:

UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2010.

Firdaus, Muhammad. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009).

Gumbira-Said, E. dan A. Harizt Intan. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2004).

Page 159: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

140

Hafsah, M.J. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan; 2000)

Halim, Abdul. Manajemen Keuangan Bisnis. (Bogor: Ghalia Indonesia; 2007).

Harmaizar dan Rosidayati Rozalina. Pedoman Lengkap Pendirian &

Pengembangan Usaha (Studi Kelayakan Bisnis). (Bekasi: CV Dian

Anugerah Prakasa, 2004).

Hernanto, Fadholi. Ilmu Usahatani. (Jakarta: PT Penebar Swadaya; 1995).

Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, dan George Foster. Akuntansi Biaya ;

Penekanan Manajerial. (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005).

Juanto. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih Kecamatan

Tamansari, Bogor [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2008.

Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Laporan Kinerja Tahunan Kecamatan

Tamansari Kabupaten Bogor Tahun 2010. (Bogor: Kecamatan Tamansari;

2010).

Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan

Tamansari Kabupaten Bogor Bulan Maret 2011. (Bogor: Kecamatan

Tamansari; 2011).

Keown. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. (Jakarta: Salemba 4, 2001).

Kotler, P dan Armstrong, G. Dasar-Dasar Pemasaran. (Jakarta: Inremedia, 1994).

LPM UNILA. Pengembangan Model Kemitraan Agroindustri Ketan di Kabupaten

Subang dan Garut. (Lampung: UNILA, Lembaga Pengabdian Masyarakat;

2006)

Maharani. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih di Kartawangi

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas

Pertanian; 2007.

Manullang, NE. Kajian Pengembangan Bisnis Peningkatan Kapasitas Produksi

Baglog Jamur Tiram Putih pada Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan

Swadaya (P4S) Nusa Indah, Tamansari - Bogor [Tugas Akhir]. Bogor: IPB,

Direktorat Program Diploma; 2008.

Page 160: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

141

Meiganati, KB. Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih

untuk Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian [Tesis]. Bogor: IPB,

Sekolah Pasca Sarjana; 2007.

Nasution, Andi Hakim. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. (Bogor: PT Pustaka

Litera Antar Nusa, 2000).

Napitupulu,Debie N.F.F. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup

Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa

Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas

Pertanian; 2009.

Nasution, PH. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus di Komunitas Petani

Jamur Ikhlas, Desa Cibening,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor

[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Ekonomi dan Manajemen; 2010.

Novita, I. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram Putih di

Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi

[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2004.

Nugraha, AP. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor,

Propinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2006.

Pasaribu, T., D.R. Permana, dan E.R. Alda. Aneka Jamur Unggulan Yang

Menembus Pasar. (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; 2002)

Purnawisuda, W. Analisis Tataniaga Ayam Buras Ramah Lingkungan (Studi

Kasus: Pusat Pelatihan Penyuluhan Pertanian Pertanian Swadaya Eka Jaya

- Ciganjur Jakarta Selatan) [Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan

Teknologi; 2008.

Rahardi, F. dan Rudi Hartono. Agribisnis Peternakan. (Jakarta: Penebar Swadaya,

2003).

Redaksi Trubus. Jamur Tiram Dua Alam; Dataran Rendah dan Dataran Tinggi.

(Jakarta: Trubus, 2010).

Rochaeni, Siti. Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif pada

Kolam Terpal. (Bogor, 2010)

Ruillah. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Desa

Kartawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa

Barat [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2006.

Page 161: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

142

Soeharjo dan Patong. Ilmu Usahatani. (Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Institut Pertanian, 1973).

Soeharto, Iman. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 1997).

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: UI-Press, 1994).

Soetriono, Anik Suwandari, dan Rijanto. PengantarIlmuPertanian ;Agraris,

Agribisnis, dan Industri. (Jember:Bayu Media Publishing, 2003).

Suriawiria, U. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. (Bandung:

Angkasa, 1986).

Suriawiria, H.U. Budidaya Jamur Tiram. (Yogyakarta: Kanisius, 2002).

Tjaksawiralaksana. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani

Kecil. (Jakarta: PT Gramedia, 1983).

Umar, H. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: PT Gramedia; 1997).

Wati, R. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Titik Impas

Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreoatus) (Studi Kasus Usaha Agribisnis

Supa Jamur Tiram Mandiri di Kebun Percobaan Cikabayan Faperta IPB,

Darmaga, Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian;

2000.

Windyastuti, PW. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor

Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus di Desa Tugu

Utara,Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2000.

Page 162: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

Lampiran 1. Rincian Biaya Investasi Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011

Komponen Biaya Investasi Kebutuhan Satuan Harga Beli

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

Bangunan

Kumbung Inkubasi + rak 39 m2 100.000 3.900.000

Ruang Inokulasi 13 m2 400.000 5.200.000

Ruang Sterilisasi 28 m2 400.000 11.200.000

Ruang Pencampuran 26 m2 700.000 18.200.000

Total Investasi Bangunan 38.500.000

Peralatan

Drum 1 unit (d= 1.5 m ; T= 2 m) 4.000.000 4.000.000

Pompa Air (jet pump) 1 unit 300.000 300.000

Selang 50 m (d= 3.5 cm) 5.000 250.000

Karung gbgbbdfx 300 buah (120 cm x 80 cm) 1.000 300.000

Bak air 2 unit (d= 90 cm ; T= 30 cm) 10.000 20.000

Sekop 1 unit 35.000 35.000

Ember 2 unit (d= 30 cm ; T= 50 cm) 25.000 50.000

Gayung 4 unit 3.000 12.000

Terpal 144 m2 7.000 1.008.000

Pisau Cutter 3 unit 10.000 30.000

Timbangan 1 unit (kapasitas 10 kg) 75.000 75.000

Ayakan Serbuk 1 unit (150 cm x 100 cm) 39.000 39.000

Handsprayer 1 unit 250.000 250.000

Botol 18 buah (d= 10 cm ; T= 25 cm) 1.000 18.000

Kapak 1 unit 35.000 35.000

Spatula 2 unit 6.000 12.000

Lampu spirtus 1 unit 15.000 15.000

Cangkul 1 unit 30.000 30.000

Total Investasi Peralatan 6.479.000

Total Investasi 44.979.000

Page 163: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

144

Lampiran 2. Rincian Biaya Penyusutan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011

Komponen Biaya Penyusutan Biaya Investasi

(Rp.)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp.)

Penyusutan

per Tahun

Penyusutan

per Bulan

Penyusutan

selama Periode

Bangunan

Kumbung Inkubasi + Rak 3.900.000 10 1.000.000 290.000 24.167 169.167

Ruang Inokulasi 5.200.000 10 1.000.000 420.000 35.000 245.000

Ruang Sterilisasi 11.200.000 10 1.000.000 1.020.000 85.000 595.000

Ruang Pencampuran 18.200.000 20 - 910.000 75.833 530.833

Total Penyusutan Bangunan 1.540.000

Peralatan

Drum 4.000.000 5 500.000 700.000 58.333 408.333

Pompa Air (jet pump) 300.000 5 - 60.000 5.000 35.000

Selang 250.000 10 - 25.000 2.083 14.583

Karung 300.000 5 - 60.000 5.000 35.000

Bak air 20.000 5 - 4.000 333 2.333

Sekop 35.000 5 - 7.000 583 4.083

Ember 50.000 5 - 10.000 833 5.833

Gayung 12.000 1 - 12.000 1.000 7.000

Terpal 1.008.000 5 - 201.600 16.800 117.600

Pisau Cutter 30.000 0.50 - 60.000 5.000 35.000

Timbangan 75.000 10 - 7.500 625 4.375

Ayakan Serbuk 39.000 5 - 7.800 650 4.550

Handsprayer 250.000 10 - 25.000 2.083 14.583

Botol 18.000 0.25 - 72.000 6.000 42.000

Kapak 35.000 10 - 3.500 292 2.042

Spatula 12.000 5 - 2.400 200 1.400

Lampu spirtus 15.000 3 - 5.000 417 2.917

Cangkul 30.000 5 - 6.000 500 3.500

Total Penyusutan Peralatan 740.133

Page 164: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

145

Lampiran 3. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen

di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

Biaya Tunai

1. Bibit 1.200 Baglog 5.000 6.000.000

2. Serbuk Kayu 3.190 Karung 2.000 6.379.355

3. Dedak 4.839 Kg 1.600 7.741.935

4. Kapur 774 Kg 3.000 2.322.581

5. Gipsum 387 Kg 5.000 1.935.484

6. Plastik Media 9 Karung 440.000 3.960.000

7. Karet Gelang 6 Kg 53.000 318.000

8. Kayu Bakar 2 Mobil 200.000 400.000

9. Cincin Bambu 40.000 Ring 25 1.000.000

10. Kertas 60 Kg 1.000 60.000

11. Spirtus 18 L 7.000 126.000

12. Alkohol 6 L 15.000 90.000

13. Gaji TK (Tenaga Kerja) 3.114 HOK 15.000 46.710.000

14. Bonus Lembur TK 519 HOK 10.000 5.190.000

15. Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil 250.000 2.500.000

16. Listrik dan Air 7 Bulan 30.000 210.000

Total Biaya Tunai 84.943.355

Biaya

Diperhitungkan

1. Penyusutan Peralatan 740.133

2. Penyusutan Bangunan 1.540.000

3. Nilai Sewa Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 2.000.000 69.300

4. Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK 15.000 2.595.000

Total Biaya Diperhitungkan 4.944.433

Biaya Total 89.887.788

Page 165: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

146

Lampiran 4. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa

Indah Periode November 2010 - Mei 2011

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan

(Rp.)

Harga Beli

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

Biaya Tetap

1. Listrik dan Air 7 Bulan 30.000 210.000

2. Penyusutan Peralatan 740.133

3. Penyusutan Bangunan 1.540.000

4. Nilai Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 2.000.000 69.300

5. Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK 15.000 2.595.000

Total Biaya Tetap 5.154.433

Biaya Variabel

1. Bibit 1.200 Baglog 5.000 6.000.000

2. Serbuk Kayu 3.190 Karung 2.000 6.379.355

3. Dedak 4.839 Kg 1.600 7.741.935

4. Kapur 774 Kg 3.000 2.322.581

5. Gipsum 387 Kg 5.000 1.935.484

6. Plastik Media 9 Karung 440.000 3.960.000

7. Karet Gelang 6 Kg 53.000 318.000

8. Kayu Bakar 2 Mobil 200.000 400.000

9. Cincin Bambu 40.000 Ring 25 1.000.000

10. Kertas 60 Kg 1.000 60.000

11. Spirtus 18 L 7.000 126.000

12. Alkohol 6 L 15.000 90.000

13. Gaji TK (Tenaga Kerja) 3.114 HOK 15.000 46.710.000

14. Bonus Lembur TK 519 HOK 10.000 5.190.000

15. Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil 250.000 2.500.000

Total Biaya Variabel 84.733.355

Biaya Total 89.887.788

Page 166: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

147

Lampiran 5. Rincian Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011

Komponen Penerimaan Volume Produksi

(baglog)

Harga Jual

(Rp.)

Penerimaan

(Rp.) Waktu

Penjualan Baglog Jamur Tiram

Putih Siap Panen

20.000 1.800 36.000.000 November 2010

3.000 2.000 6.000.000 Desember 2010

5.000 1.800 9.000.000 Januari 2011

3.000 2.000 6.000.000 Januari 2011

15.000 1.800 27.000.000 Februari 2011

4.000 2.000 8.000.000 Februari 2011

3.000 2.000 6.000.000 Maret 2011

2.000 2.000 4.000.000 April 2011

3.000 2.000 6.000.000 Mei 2011

2.000 2.000 4.000.000 Mei 2011

Jasa Pengiriman Baglog Jamur

Tiram Putih Siap Panen 60.000 100 6.000.000

Total 118.000.000

Lampiran 6. Rincian Pendapatan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011

Uraian Nilai

(Rp)

A. Penerimaan 118.000.000

B. Biaya Tunai 84.943.355

C. Biaya yang Diperhitungkan 4.944.433

D. Biaya Total (B+C) 89.887.788

E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) 33.056.645

F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) 28.112.212

Page 167: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

148

Lampiran 7. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur

Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desember 2010

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli

(Rp.) Nilai

Biaya Tunai Pembangunan Kumbung 4 unit 8.000.000 32.000.000

Total Biaya Tunai 32.000.000

Biaya Diperhitungkan Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK 15.000 750.000

Total Biaya Diperhitungkan 750.000

Biaya Total 32.750.000

Lampiran 8. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S

Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

Biaya Tetap Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK 15.000 750.000

Total Biaya Tetap 1.500.000

Biaya Variabel Paket Pembangunan Kumbung 4 unit 8.000.000 32.000.000

Total Biaya Variabel 32.000.000

Biaya Total 32.750.000

Page 168: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

149

Lampiran 9. Rincian Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode

November - Desemeber 2010

Jenis Penerimaan Volume

Produksi Satuan

Harga Jual

(Rp.)

Penerimaan

(Rp.)

Jasa Pembangunan Kumbung

Budidaya Jamur Tiram Putih 4 Unit 10.000.000 40.000.000

Penerimaan Total 40.000.000

Lampiran 10. Rincian Pendapatan dari Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode

November - Desemeber 2010

Uraian Nilai

(Rp)

A. Penerimaan 40.000.000

B. Biaya Tunai 32.000.000

C. Biaya yang Diperhitungkan 750.000

D. Biaya Total (B+C) 32.750.000

E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) 8.000.000

F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) 7.250.000

Page 169: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

150

Lampiran 11. Rincian Biaya Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode

November 2010 - April 2011

Komponen Biaya Investasi Kebutuhan Satuan Harga Beli

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

Keranjang Panen 2 unit 50.000 100.000

Pisau Cutter 3 unit 10.000 30.000

Timbangan 1 unit (kapasitas 10 kg) 75.000 75.000

Total Investasi 205.000

Lampiran 12. Rincian Biaya Penyusutan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode

November 2010 - Mei 2011

Komponen Biaya Penyusutan Biaya Investasi

(Rp.)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp.)

Penyusutan

per Tahun

Penyusutan

per Bulan

Penyusutan

selama Periode

Keranjang Panen 100.000 3 - 33.333 2.778 16.667

Pisau Cutter 30.000 1 - 30.000 2.500 15.000

Timbangan 75.000 10 - 7.500 625 3.750

Total Biaya Penyusutan 35.417

Page 170: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

151

Lampiran 13. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem

Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli

(Rp.) Nilai

Biaya Tunai

1. Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000

2. Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000

3. Bagi Hasil 118.459.035

Total Biaya Tunai 120.479.035

Biaya Diperhitungkan

1. Penyusutan Peralatan 35.417

2. Tenaga Kerja dalam Keluarga 180 HOK 15.000 2.700.000

Total Biaya Diperhitungkan 2.735.417

Biaya Total 123.214.452

Lampiran 14. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S

Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011

Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

Biaya Tetap

1. Tenaga Kerja dalam Keluarga 180 HOK 15.000 2.700.000

2. Penyusutan Peralatan 35.417

Total Biaya Tetap 2.735.417

Biaya Variabel

1. Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000

2. Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000

3. Bagi Hasil 118.459.035

Total Biaya Variabel 120.479.035

Biaya Total 123.214.452

Page 171: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

152

Lampiran 15. Rincian Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode

November 2010 - April 2011

Kumbung Kapasitas

(Baglog)

Volume

Produksi

(Kg)

Harga Jual

(Rp.)

Nilai

(Rp.)

I 10.000 4.101,50

9.000

36.913.500

II 10.000 3.937,50 35.437.500

III 10.000 3.864,85 34.783.650

IV 5.000 2.098,40 18.885.600

Total 35.000 14.002,25 126.020.250

Lampiran 16. Rincian Pendapatan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode

November 2010 - April 2011

Uraian Nilai

(Rp)

A. Penerimaan 126.020.250

B. Biaya Tunai 120.479.035

C. Biaya Diperhitungkan 1.835.417

D. Biaya Total (B+C) 122.314.452

E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) 5.541.215

F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) 3.705.798

Page 172: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

153

Ruang P e n c a m p u r a n

Aula

Pelatihan

Kumbung

Inkubasi

SERBUK & DEDAK

TOILET

GUDANG

TOILET

LOCKER

ROOM

RUANG PENDINGINAN BAGLOG

KAPUR

& GIPS

RUANG PENDINGINAN

BAGLOG

RUANG

INOKULASI

DRUM

STERILISASI

KAYU BAKAR

RUANGAN STERILISASI

LIMBAH

PEKARANGAN

Lampiran 17. Denah Unit Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Tahun 2011

U

Keterangan :

: Pintu

: Alur Produksi

=== : Pagar

: Dinding

Skala 1 : 200

Page 173: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

154

Lampiran 18. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah

A

B

Keterangan Gambar :

A. Pintu Masuk P4S Nusa Indah

B. Kumbung Budidaya Jamur Tiram Putih

Page 174: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

155

Lampiran 19. Kegiatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Tahun 2011

A B C

D E F

G H I

Keterangan Gambar :

A. Pengambilan Bahan Baku (Serbuk Kayu) dari Tempat Penggergajian Kayu

B. Pengambilan Bahan Tambahan (Dedak) dari Tempat Penggilingan Padi

C. Pencampuran dan Pengadukan Bahan-bahan

D. Pembuatan Baglog (Media Tanam)

E. Pensterilan Baglog (Media Tanam)

F. Inokulasi (Pemberian Bibit)

G. Inkubasi Baglog (Media Tanam)

H. Pemindahan ke Kumbung Budidaya

I. Panen Jamur Tiram Putih

Page 175: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

156

Lampiran 20. Surat Keterangan Selesai Penelitian

SURAT KETERANGAN

Nomor : I / NI / 6 / 2011

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : CUCU KOMALASARI

Jabatan : Ketua P4S Nusa Indah

Dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : MUHAMAD ZULFAHMI

NIM : 107092003408

Prodi / Semester : Agribisnis / VIII (Delapan)

Tahun Akademik : 2010/2011

Program : S-1

Fakultas : Sains dan Teknologi

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan surat Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Nomor

Un.01/F9/TL.00/4071/2011 perihal Permohonan Penelitian/Riset, dengan ini

menyatakan bahwa yang bersangkutan benar telah melaksanakan Penelitian/Riset

dengan judul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model

Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah” dari tanggal

9 Mei – 9 Juni 2011 di P4S Nusa Indah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, 9 Juli 2011

Ketua P4S Nusa Indah

CUCU KOMALASARI

Page 176: Pemilik mas Muhamad Zulfahmi Fst

113