Abortus Unsafe He
-
Upload
dewi-purwanti -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Abortus Unsafe He
ABORTUS UNSAFE
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada di Indonesia.
Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya jamu dan obat-obat peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat bulan. Di
pihak lain abortus tidak dibenarkan oleh agama.
Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum teratasi sampai saat
ini. Data tentang kejadian aborsi dan kematian yang diakibatkannya sangat sulit diperoleh,
karena menurut Undang-undang No. 23 tentang Kesehatan Pasal 15, tindakan aborsi tanpa
indikasi medis merupakan tindakan ilegal dengan ancaman denda dan hukuman penjara bagi
pelakunya.
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita yang
meminta tindakan aborsi ilegal ternyata dalam status menikah, karena tidak menginginkan
kehamilannya. Sisanya adalah kalangan remaja puteri. Penyebab kehamilan yang tidak
diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di luar nikah atau
kehamilan akibat perkosaan.
Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan tersebut akan menggugurkan
kandungannya secara sengaja, cenderung mencari cara tradisional; dan bila tidak berhasil,
mereka akan mencari pertolongan secara sembunyi-sembunyi. Sering kali praktek aborsi
ilegal ini merupakan praktek aborsi yang tidak aman, misalnya dengan memasukkan berbagai
jenis benda yang tidak steril ke dalam vagina. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya
komplikasi abortus, terutama karena perdarahan dan sepsis, yang dapat berakhir dengan
kematian ibu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan
setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
• 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
• antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
• antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
• antara 300.000 sampai 900.000 dilakukan di Thailand, Kamboja, Laos dan Myanmar.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di
luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya
janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus
dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Abortus dapat berlangsung spontan secara alamiah atau
buatan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obat-obatan
atau dengan tindakan medik.
DAMPAK ABORTUS TERHADAP KESEHATAN IBU
Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI 1994), AKI di Indonesia 390/100.000 kelahiran hidup. Ada 4
penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan, keracunan kehamilan, infeksi dan abortus.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus.
Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat menyebabkan kematian.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun:
• dilakukan 20 juta abortus unsafe.
• 70.000 wanita meninggal akibat abortus unsafe.
• 1 diantara 8 kematian ibu disebabkan abortus unsafe.
Tabel Abortus unsafe
Darnpak Wilayah Jumlah
Unsafe
Abortion
(per 1000)
Unsafe
Abortion
per 1000
wanita
15-49
Jumlah
kematian
akibat
Unsafe
Abortion
AKI
akibat
Unsafe
Abortion
per
100.000
kelahiran
hidup
Kasus
fatal per
100
Unsafe
Abortion
Risiko
Kematian
Negara Maju
Negara berkembang
Afrika
2340
17620
3740
8
17
26
600
69000
23000
4
55
83
0.03
0.40
0.60
1per
3700
1per 250
Asia
Eropa
Amerika Latin
Unisoviet (terdahulu)
9240
260
4620
2080
12
2
41
30
40000
100
6000
500
47
2
48
10
0.40
0.04
0.10
0.03
1per 150
1per 250
1per
2600
1per 800
1per
3900
Yang dimaksud dengan Aborsi Unsafe adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Beberapa ciri
Aborsi Unsafe sebagai berikut :
1. Membahayakan
Aborsi unsafe yang dilakukan sendiri atau oleh orang yang tidak terlatih akan selalu
membahayakan. Di Indonesia dikenal jamu-jamu peluntur, atau terlambat datang
bulan, yang diiklankan lewat surat kabar dan radio amatir dengan peringatan: “Awas,
jangan dimakan oleh wanita hamil”, dengan maksud agar para wanita yang hamil
akan membeli jamu itu untuk induksi haid. Yang berbahaya ialah kalau wanita itu
berusaha menginduksi haid dengan jalan kekerasan, yang dapat dilakukan oleh
“dukun” dengan memijit kandungannya, atau dengan benda tajam yang dimasukkan
sendiri ke dalam vagina.
2. Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan menyebabkan wanita itu tidak tahu bahwa ia hamil, apalagi
berapa besar/ tua kehamilannya. Bila mengetahui sudah hamil, umumnya mereka
akan mencoba dulu sendiri, bila tidak berhasil ke dukun. Akhirnya setelah sampai ke
dokter kehamilannya sudah sangat besar.
3. Kurang fasilitas
Kekurangan fasilitas kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang akan lebih
terasa lagi dalam pelayanan abortus, karena undang-undang menuntut standar
pelayanan yang sangat tinggi. Di Bangladesh umumnya untuk menentukan abortus
diperlukan persetujuan 3 orang dokter. Tuntutan setinggi itu untuk negara masih serba
kurang, akan menghambat sampai tidak memungkinkan terlaksananya abortus.
4. Biaya yang tinggi
Biaya yang tinggi merupakan akibat abortus yang tidak mudah dicapai oleh yang
memerlukannya. Wanita yang sangat memerlukan akan terpaksa pergi ke dukun atau
biang kampung.
5. Keterlambatan
Bahaya abortus meningkat dengan bertambah tuanya umur kehamilan. Keterlambatan
pelayanan abortus biasanya disebabkan tuntutan kelayakan administrasi yang
terlampau tinggi, di samping oleh sebab kurang pengetahuan pasien dan kurang
fasilitas kesehatan.
ASUHAN PASCAKEGUGURAN
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan
pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari :
1. Tindakan pengobatan abortus dengan segala kemungkinan komplikasinya.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
UPAYA MENCEGAH ABORTUS
Biasanya seorang perempuan melakukan abortus karena kehamilannya tidak dikehendaki
atau tidak diinginkan. Alasannya sangat bervariasi; kegagalan kontrasepsi, terikat kontrak
kerja yang tidak boleh hamil, menderita penyakit tertentu, kelainan jiwa sampai kelainan atau
cacat pada janin dengan berbagai latar belakang sosial budaya. Diperkirakan sekitar 2/3
kehamilan yang tidak dikehendaki berakhir dengan abortus (pengguguran kandungan).
Sebenarnya suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya pasangan
menggunakan kontrasepsi sederhana yaitu kondom.
Tindakan abortus unsafe tidak terlepas dari kemungkinan timbulnya komplikasi, antara lain :
1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardia (penurunan
detak jantung), dan cardiac arrest (henti jantung).
2. Rahim robek.
3. Serviks (leher rahim) robek yang biasanya disebabkan oleh alat (instrumen).
4. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan hasil pembuahan.
5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi.
6. Kelainan pembekuan darah.
Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat
2,3 juta perempuan melakukan aborsi. Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan
tersendiri untuk melakukan aborsi, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat
perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat
pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (Abortus unsafe), yang mengakibatkan kematian.
Data WHO menyebutkan, 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan
yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap
tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia. Artinya 1 dari 8 ibu meninggal
akibat aborsi yang tidak aman.
Pengertian abortus
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim
(uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin, melakukan abortus
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang
dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu
dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya
dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
Aborsi yang tidak aman
Yang dimaksud dengan Aborsi tidak aman (Abortus Unsafe) adalah penghentian kehamilan
yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang
tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban
perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari
calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu
untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan
resikonya .
Hak atas pelayanan kesehatan
Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak aman, tentu sangat memprihatinkan. Hal ini
diakibatkan kurangnya kesadaran dari perempuan dan masyarakat tentang hak atas
pelayanan kesehatan. Padahal bagaimanapun kondisinya atau akibat apapun, setiap
perempuan sebagai warganegara tetap memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai dan kewajiban negaralah untuk menyediakan hal itu. Hak-hak ini
harus dipandang sebagai hak-hak sosial sekaligus hak individu yang merupakan hak untuk
mendapatkan keadilan sosial termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan pelayanan. Hak
atas pelayanan kesehatan ini ditegaskan pula dalam Pasal 12 Konvensi Penghapusan segala
bentuk Kekerasan terhadap Perempuan (Konvensi Perempuan) dan UU Kesehatan.
Dalam Hak Reproduksi, termasuk pula didalamnya hak untuk membuat keputusan
mengenai reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan seperti
dinyatakan dalam dokumen-dokumen hak-hak asasi manusia.
Abortus unsafe
Aborsi yang tidak aman dan kematian yang diakibatkan karena komplikasinya semakin
banyak terjadi pada perempuan. Di negara-negara berkembang, aborsi yang tidak aman
adalah penyebab dari komplikasi serius serta kecacatan dan merupakan penyebab utama
kematian ibu. Meskipun telah ada upaya untuk mencapai Millenium Development Goal
Target 5-5A, yaitu mengurangi sampai tiga perempat rasio kematian ibu antara tahun 1990-
2015, namun persentase kematian ibu karena aborsi yang tidak aman tetap tidak mengalami
perubahan, yaitu tetap pada angka 13%. Jumlah kasus aborsi tidak aman juga meningkat
dengan semakin meningkatnya jumlah wanita usia reproduksi.
Diperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2008 telah terjadi 21,6 juta kasus aborsi yang tidak
aman dan semuanya hampir selalu terjadi di negara yang berkembang, termasuk Indonesia.
Kecenderungan ini akan terus meningkat kecuali ditingkatkannya akses perempuan terhadap
aborsi yang aman dan kontrasepsi serta dukungan untuk memberdayakan perempuan
(termasuk kebebasan bagi perempuan untuk memutuskan kapan harus punya anak).
Gugur kandungan atau aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Klasifikasi Abortus
1. Abortus spontan
Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
- Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks.
- Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus.
- Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
- Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu
dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia
kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,
walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus
hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik :
- Abortus Provokatus Medisinalis, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi
medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
- Abortus Provokatus Kriminalis (Abortus Unsafe), aborsi yang sengaja dilakukan
tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
Penyebab Abortus
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1. Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang
lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga
nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan
mereka belum memiliki sistem transfer plasenta yang efisien seperti pada wanita dewasa.
Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman,
tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterine.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih
dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah
dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari
3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal.
4. Riwayat Kehamilan yang lalu seperti Abortus.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :
Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
Kehamilan di luar nikah.
Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan
Kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan
lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh
digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi
ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu,
penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan
meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan
segera.
Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada
serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat
yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai
terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat
tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu,
dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar.
Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga
menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi
pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
Komplikasi yang dapat timbul pada Janin, sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu
ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis
sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan
dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu
bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
Aborsi spontan (abortus spontan) adalah keguguran yang terjadi secara alamiah atau tidak
disengaja. Aborsi buatan (abortus provokatus) adalah usaha penguguran yang disengaja. Ada
dua cara melakukan aborsi buatan, yaitu cara yang aman secara medis dan cara yang tidak
aman secara medis (abortus unsafe). Aborsi dapat dibedakan atas indikasi medis
(terapeuticus) dan kriminal (criminalis).
Alasan remaja melakukan aborsi :
a. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
b. Takut pada kemarahan orang tua.
c. Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak.
d. Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum nikah.
e. Tidak mencintai pacar yang menghamili.
f. Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat perkosaan, terlebih bila
pemerkosa tidak dikenal atau lebih dari satu orang.
Mengapa aborsi cenderung dilakukan dengan cara “Abortus Unsafe” ?
Aborsi di Indonesia termasuk ilegal, sehingga remaja tidak dapat mengakses pelayanan
aborsi. Tenaga medis tidak mau mengambil resiko melakukan tindakan pelayanan aborsi
kecuali atas indikasi medis. Tidak semua remaja mencoba pergi ke dukun karena takut
konsekuensi negatif dari layanan yang tidak hygienis dan tidak profesional. Mereka mencoba
usaha-usaha self treatment karena percaya pada cerita atau pengalaman orang lain (biasanya
teman/ sahabat) dan mempercayai bahwa usaha-usaha itu akan berhasil menggugurkan
kandungan mereka.
Tindakan aborsi mengandung resiko cukup tinggi, bahkan dapat menyebabkan kematian,
apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis, misalnya dengan cara :
1. Penggunaan ramuan yang membuat panas rahim.
2. Manipulasi fisik, seperti melakukan pijatan pada rahim agar janin terlepas dari rahim.
3. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril misalnya ujung bambu yang
diruncingkan, daun alang-alang yang dapat mengakibatkan infeksi pada rahim.
Dampak aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan serta dampaknya dapat
berakibat pada fisik dan psikologis.
- Dampak fisik : aborsi yang dilakukan secara sembarangan (oleh mereka yang
tidak terlatih) dapat menyebabkan kematian bagi ibu hamil. Perdarahan yang terus
menerus serta infeksi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian
wanita yang melakukan aborsi.
- Dampak psikologis : perasaan bersalah seringkali menghantui pasangan
khususnya perempuan setelah melakukan tindakan aborsi. Konseling mutlak
diperlukan kepada pasangan sebelum mereka memutuskan aborsi. Tindakan
aborsi harus diyakini sebagai tindakan terakhri jika alternatif lain sudah tidak
dapat diambil.
Apa akibat yang timbul bila aborsi dilakuakan secara tidak aman ?
1. Perdarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologis/ syaraf di kemudian
hari.
2. Perdarahan juga dapat mengakibatkan kematian.
3. Infeksi alat reproduksi karena kuretasi yang dilakukan secara tidak steril. Hal tersebut
dapat membuat perempuan mengalami kemandulan.
4. Resiko terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan dinding rahim
akibat kuretasi. Hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan karena rahim yang
robek harus diangkat seluruhnya.
5. Terjadinya fistula genital traumatis. Fistula genital adalah timbulnya suatu saluran/
hubungan yang secara normal tidak ada antara saluran genital dan saluran kencing
atau saluran percernaan.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi yang tidak
aman (Abortus unsafe) (WHO, 1998). Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh
dunia diakibatkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindak
aborsi tidak aman) di antaranya terjadi di negara-negara berkembang.
Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus aborsi di Indonesia. Ini
artinya terdapat 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk
tahun 2000, terdapat 53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun) atau 37 kasus aborsi per tahun
per 1.000 perempuan usia 15-49 tahun (berdasarkan Crude Birth Rate (CBR) sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup)
Indonesia Memiliki Record Aborsi Tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia tercatat sebagai
negara yang memiliki angka kematian tertinggi di Asia tenggara disaat melahirkan. Dari 100
ribu angka kelahiran, 307 orang ibu meninggal akibat aborsi. Persentase 11-13 persen angka
kematian ibu (AKI) diakibatkan adanya kematian aborsi tidak aman (Abortus unsafe).