Abortus Recurrent Fix

download Abortus Recurrent Fix

of 14

Transcript of Abortus Recurrent Fix

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    1/14

    1

    ABORTUS BERULANG

    (Recurrent Pregnancy Loss)

    PENDAHULUAN

    Abortus adalah penghentian kehamilan baik secara spontan maupun disengaja,

    sebelum janin berkembang dan dapat bertahan hidup. Secara konvensi, abortus pada

    umumnya digambarkan sebagai penghentian kehamilan sebelum kehamilan 20

    minggu atau berat bayi kurang dari 500gram. Banyak variabel berbeda yang berlaku

    pada aborsi dan sejumlah definisi diperlukan untuk hal tersebut. Jika mengacu pada

    definisi abortus secara spontan, maka ditetapkan:

    Early abortion terjadi pada kehamilan 12minggu.

    Late abortion terjadi pada kehamilan antara 12 hingga 20 minggu.

    Threatened abortionmengacu pada perdarahan intrauterin pada kehamilan 20 minggu

    dengan atau tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks, dan tanpa pengeluaran hasil

    konsepsi. Selain itu gambrana USG harus menunjukkan adanya tanda kehidupan dari

    janin. (1)

    Recurrent Pregnancy Loss atau abortus berulang, didefinisikan menurut

    kriteria jumlah dan urutan. Aborsi berulang dalam definisi umum, mengacu pada tiga

    atau lebih aborsi spontan yang terjadi secara berturut-turut. Prognosis untuk

    kehamilan berikutnya pada seorang wanita berkorelasi dengan jumlah aborsi

    sebelumnya. Risiko untuk aborsi spontan untuk pertama kalinya adalah sekitar 15%,

    dan risiko ini setidaknya dua kali lipat pada wanita yang mengalami aborsi berulang.

    Teori populer pada 1930-an dan 1940-an menyatakan bahwa risiko untuk aborsi

    spontan pada kehamilan selanjutnya meningkat secara progresif dengan setiap terjadiabortus secara berturut-turut. Perhitungan berdasarkan Malpas dan kemudian oleh

    Eastman menyatakan bahwa 3 kali aborsi berturut-turut menunjukkan kecenderungan

    meningkatnya resiko aborsi pada kehamilan selanjutnya hingga 73-84,%.(2,3,4)

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    2/14

    2

    ETIOLOGI

    I. Kelainan genetikAbnormalitas kromosom parental

    Berdasarkan teknik banding Geisma yang konvensional, sebuah

    abnormalitas struktur kromosom orang tua teridentifikasi dalam 3-5%

    pasangan yang menderita abortus berulang. Abnormalitas yang paling sering

    adalah translokasi balanced atau reciprocal. Sementara pembawa dari

    translokasi balanced reciprocal secara fenotip normal, segregasi yang

    abnormal pada meiosis menyebabkan gamet mereka antara 50 dan 70% dan

    embrionya menjadi tidak seimbang. Perempuan dua kali lipat lebih banyak

    daripada laki-laki teridentifikasi sebagai pembawa abnormalitas kromosom

    struktural. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan oleh abnormalitas

    struktural pada laki-laki lebih terkait dengan sterilitas. Sementara itu

    translokasi telah dilaporkan untuk semua kromosom dalam berbagai macam

    kombinasi, angka keguguran klinis dan hasil kehamilan yang selanjutnya

    belum pernah dilaporkan. (5)

    Pada translokasi balanced reciprocal bagian dari dua autosom yang

    berbeda terjadi translokasi (tertukar). Pada translokasi balancedRobertsonian,

    dua sentrometer dari dua kromosom akrosentrik bergabung menjadi bentuk

    kromosom tunggal yang terdiri dari lengan panjang dari dua kromosom yang

    terpengaruh; lengan yang pendek(mengandung sedikit atau tidak ada material

    genetik yang penting) menghilang. Pada kedua kasus, pembawa translokasi

    diseimbangkan secara genetik dan normal secara fenotip. Sayangnya, ketika

    oogonia mereka atau spermatogonia mereka mengalami meiosis untuk

    membentuk oosit atau sperma haploid, bagian besar dari gamet menjadi tidak

    seimbang dan abnormal secara genetik, mengalami defisiensi atau hilangnya

    material genetik. Ketika gamet yang tidak seimbang secara kromosom

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    3/14

    3

    bergabung dengan gamet yang normal dari pasangan yang tidak terkena, hasil

    konsepsi akan menjadi trisomi dan/atau monosomi dan hampir akan selalu

    mengalami abortus; hasil konsepsi yang tidak seimbang terkadang bisa

    selamat, tetapi mereka beresiko tinggi mengalami malformasi dan retardasi

    mental.(4)

    Menurut teori, seperempat gamet yang dihasilkan oleh pembawa

    translokasi resiprokal dapat normal, seperempatnya bisa abnormal tetapi

    seimbang, dan setengahnya bisa abnormal dan tidak seimbang, menyebabkan

    kemungkinan sebesar 50% hamil normal (hasil konsepsi yang normal atau

    seimbang) dan kemungkinan sebesar 50% hamil abnormal (abortus atau

    mampu lahir tapi mengalami anomali), dengan asumsi penyatuan dengan

    gamet yang normal secara kromosom yang berasal dari pasangan yang tak

    terpengaruh. Namun, ketika translokasi robertsonian melibatkan kedua

    anggota dari untaian kromosom tunggal, pembawa tidak akan menghasilkan

    gamet yang normal karena semuanya akan memiliki 2 salinan atau tidak ada

    sainan dari kromosom yang terpengaruh.(4)

    Inversi kromosom jarang terjadi dibandingkan translokasi dan

    mungkin atau tidak memiliki implikasi reproduksi, bergantung pada ukuran

    dan lokasi mereka. Inversi perisentrik(yang melibatkan sentromer) seringkali

    tidak menimbulkan konsekuensi klinis; inverse perisentrik pada kromosom 9,

    inv (9)(p11q13) sangat umum terjadi sehingga beberapa ahli

    mempertimbangkannya sebagai variasi normal. Akan tetapi, persilangan dan

    rekombinasi yang dapat terjadi dengan inverse parasentrik (yang tidak

    berlokasi pada satu sentromer) seringkali menyebabkan hilangnya materi

    genetik yang dapat menyebabkan aborsi atau anomali janin.(4)

    Anamnesis mengenai riwayat reproduksi harus dilakukan pada kedua

    pasangan, dan pemeriksaan kariotipik harus dilakukan. Pasangan dengan

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    4/14

    4

    riwayat masalah reproduksi yang lain, seperti KJDR atau anomali kongenital,

    lebih besar kemungkinan terkena abnormalitas kromosom struktural balanced.

    Jika kecacatannya paternal, inseminasi buatan dengan menggunakan donor

    dapat dilakukan. Untuk kecacatan maternal, donor telur dapat difertilisasi

    dengan menggunakan sperma suami.(3)

    Aneuploidi Janin

    Aneuploidi (trisomi atau monosomi) adalah abnormalitas kromosom

    yang paling sering teridentifikasi pada manusia dan aneuploidi janin adalah

    penyebab tunggal keguguran yang paling sering. Sekitar 30% dari semua

    abortus adalah trisomi dan 10% diakibatkan oleh monosomi atau poliploid

    kromosom seks. Insidensi janin trisomi meningkat seiring dengan peningkatan

    usia ibu, sedangkan monosmi dan poliploid kromosom seks tidak. Beberapa

    bukti menyatakan bahwa instabilitas yang berkaitan dengan usia atau

    degradasi mekanisme seluler yang mengatur pembentukan dan fungsi meiotic

    spindle yang menyebabkan peningkatan insidensi kesalahan segregasi meiotic

    dan peningkatan jumlah oosit aneuploid yang cepat pada saat akhir usia

    reproduksi. Estimasi terbaik yang tersedia menunjukkan bahwa prevalensi

    oosit aneuploid relatif rendah sebelum usia 35( kurang dari 10%) tetapi

    meningkat dengan cepat hingga mencapai 30% pada usia 40 tahun, 50% pada

    usia 43 tahun, dan hampir 100% setelah usia 45 tahun. Pengamatan-

    pengamatan ini memberikan penjelasan yang logis untuk keseluruhan

    peningkatan insidensi keguguran yang berkaitan dengan usia dan semakin

    tingginya prevalensi aneuploidi pada abortus pada wanita yang berusia

    tua.(4,5)

    Prevalensi tes persedian ovarium yang abnormal pada wanita dengan

    abortus berulang yang tidak dapat dijelaskan lebih tinggi daripada wanita

    dengan penyebab abortus berulang yang diketahui lainnya dan setara dengan

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    5/14

    5

    yang diamati pada populasi wanita infertil. Pengamatan ini menunjukkan

    bahwa wanita pada tingkat deplesi folikular ovarium yang telah lanjut

    beresiko lebih tinggi mengalami keguguran tanpa memandang usianya.(4)

    II. Kelainan pada uterusKelainan anatomi dari serviks, uterus dan badan rahim dan dikaitkan

    dengan abortus berulang. Penyebab anatomis mungkin saja kelainan bawaan

    atau kelainan yang didapat. Kelainan anatomi adalah penyebab pertama

    abortus berulang. Yang termasuk kelainan rahim kongenital, inkompetensi

    serviks, leiomyomas submukus, anomali mullerian, kelainan akibat paparan

    DES di rahim, dan sindrom Asherman. Kesulitan utama dalam konseling

    pasangan disebabkan oleh sekitar 50% wanita dengan cacat uterus tidak

    memiliki masalah reproduksi. Uteri bersepta tercatat sebagai penyebab

    tersering pada sebagian besar pasien dengan malformasi rahim dan abotus

    berulang. Leiomyomas Submucous memiliki presentasi yang lebih kecil

    sebagai penyebab abortus berulang. Umumnya abortus yang disebabkan

    kelainan anatomis terjadi pada trimester kedua. Interferensi dengan

    implantasi, kurangnya pasokan darah yang memadai, dan pembatasan

    pertumbuhan merupakan mekanisme yang mungkin terjadi pada abortus

    berulang.(3,6)

    Inkompetensi serviks

    Gambaran klasik dari inkompetensi serviks adalah pelebaran dari

    ostium serviks yang menyebabkan abortus, biasanya pada trimester kedua.

    Riwayat dilatasi serviks secara mekanik yang berlebihan dan kuretasesebelumnya dapat menjadi penyebab inkompetensi serviks. Saat ini, untuk

    sebagian besar kasus, inkompetensi serviks diyakini disebabkan oleh cacat

    bawaan pada jaringan serviks.(7)

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    6/14

    6

    Sindrom Asherman

    Biasanya dicurigai karena adanya riwayat dan/atau adanya gambaran

    filling defects pada hysterosalpingography. Diagnosis dikonfirmasi dengan

    histeroskopi. Adhesi intraurine hampir selalu terkait dengan dilatasi terdahulu

    dan kuretase setelah kehamilan. Gejala termasuk ketidakteraturan menstruasi,

    infertilitas, dan aborsi berulang. Sindrom ini juga berhubungan dengan

    persalinan prematur, plasenta yang abnormal, dan janin abnormal. Banyak

    pasien tidak menunjukkan gejala. Pengobatan yang direkomendasikan adalah

    lisis dari adhesi selama histeroskopi. Tingkat aborsi telah dilaporkan menurun

    sebanyak 80% setelah perawatan yang tepat .(7)

    Anomali mulleri

    Merupakan kelainan uterus yang disebabkan oleh kegagalan embrionik

    saluran reproduksi untuk berkembang. Selama perkembangan embriologik

    dari janin wanita normal, saluran mulerian akan berkembang, menjadi saluran

    tuba dan membentuk uterus, serviks, dan sepertiga atas vagina. Jika proses ini

    tidak terjadi dengan benar, anomali mullerian bisa timbul. Diperkirakan

    bahwa abortus dalam anomali disebabkan oleh kurangnya vaskularisasi uterus

    dan/atau volume uterus yang terbatas.

    a. Septum uterus, terjadi ketika fusi dari saluran-saluran mullerian pasangan terjadi normal, tetapi septum medial antara saluran belum

    sepenuhnya diresorbsi. Septums adalah kelainan rahim yang paling

    umum didiagnosis pada wanita dengan keguguran berulang.

    b. Uterus unicornuate terjadi ketika salah satu dari saluran mulleriangagal untuk berkembang, sehingga terbentuk uterus dengan rongga

    yang terbatas.

    c. Uterus bicornuate terbentuk karena fusi yang tidak lengkap dari duktusmullerian sehingga menghasilkan dua rongga uterus yang terpisah, dan

    bergabung di serviks.

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    7/14

    7

    d. Didelphys uterus, terjadi karena kegagalan fusi total dari duktusmullerian, tapi diferensiasi normal dari setiap sistem duktus sehingga

    terbentuk dua uterus dan serviks yang terpisah, dengan ukuran masing-

    masing rongga uterus yang lebih kecil dari uterus normal.(8)

    Gambar 1. Tujuh klasifikasi anomali mllerian olehAmerican Society of

    Reproductive medicine

    (Dikutip dari kepustakaan 9)

    III. HormonalDefisiensi progesteron

    hCG dan progesteron yang rendah setelah implantasi terjadi akibat

    abortus, dan bukan merupakan penyebab abortus. Meskipun tidak ada uji coba

    terkontrol secara acak yang memiliki kekuatan statistik yang cukup untuk

    mendeteksi manfaat dari penggunaan progesteron supositoria vagina atau

    progesteron intramuskular dalam mencegah keguguran, namun meta-analisis

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    8/14

    8

    dari studi ini menunjukkan ada bukti untuk mendukung terapi progesteron

    untuk mengurangi kehilangan kehamilan. Perbedaan antara berbagai-bagai

    pencobaan mungkin muncul dari heterogenitas dari penyebab luteal yang

    tidak adekuat.(7)

    Hormon tiroid yang abnormal

    Pemeriksaan abortus berulang yang mencakup evaluasi atas status

    tiroid, sebagian besar tidak menunjukkan data yang jelas tentang dampak

    hipotiroidisme dan aborsi spontan. Namun, untuk mendeteksi frekuensi

    hipotiroidisme yang tinggi dapat dilakukan skrining dengan mendeteksi

    tingkat serum TSH.(7)

    Diabetes

    Diabetes yang terkontrol bukanlah sebuah faktor resiko untuk abortus

    berulang. Wanita yang menderita diabetes dengan kontrol metabolik yang

    bagus tidak memiliki kemungkinan mengalami keguguran yang lebih besar

    daripada wanita yang tidak menderita diabetes, tetapi wanita diabetik yang

    mengalami peningkatan level glukosa darah dan glycosylated hemoglobin

    (A1C) pada saat trimester pertama mengalami peningkatan resiko terjadinya

    abortus spontan yang signifikan. Pada wanita dengan diabetes yang tidak

    terkontrol baik, mengalami peningkatan resiko keguguran yang seiring

    dengan level A1C hemoglobin. Pada wanita yang menderita abortus berulang,

    diindikasikan pemeriksaan glukosa darah dan level AIC hemoglobin pada

    mereka yang diketahui atau dicurigai menderita diabetes. Sementara itu

    prevalensi auto-antibodi tiroid meningkat diantara wanita dengan abortus

    berulang. Angka kelahiran hidup pada wanita dengan abortus berulang yang

    memiliki antibodi tiroid sama dengan mereka yang tidak memiliki antibodi

    ini.(5)

    Sindrom polikistik ovarium (PCOS)

    Wanita dengan PCOS mengalami peningkatan kesulitan untuk hamil

    dibandingkan dengan wanita lainnya, tetapi hubungan antara PCOS dan

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    9/14

    9

    abortus berulang masih belum jelas. Beberapa kasus telah menunjukkan

    bahwa wanita dengan riwayat abortus berulang meiliki kadar androgen yang

    lebih tinggi, baik dengan dan tanpa adanya PCOS. Negara dengan

    hiperinsulinemia PCOS dihipotesiskan berperan pada abortus pada awal

    kehamilan., dan pada suatu percobaan, pengaturan metformin selama

    kehamilan untuk wanita dengan riwayat abortus menunjukkan dapat

    mengurangi resiko abortus pada trimester pertama pada wanita dengan PCOS.

    Dan pada percobaan lain, lebih dari 200 wanita dengan riwayat abortus

    berulang, prevalensi PCOS adalah 40,7%, meskipun angka kelahiran hidup

    pada wanita dengan PCOS dibandingkan dengan wanita dengan morfologi

    ovarium normal hampir sama, dan tidak satupun peningkatan serum LH atau

    testosteron dapat dikaitkan dengan tingkat frekuensi abortus. Kriteria cukup

    untuk menentukan wanita dengan PCOS memiliki prognosis yang baik atau

    buruk dari kehamilan tetap tidak diketahui.(7)

    IV. InfeksiBanyak agen infeksius yang berasal dari serviks, kavitas uteri, atau

    cairan mani menjadi faktor penyebab dari aborsi. Meskipun ada bukti bahwa

    endometritis klinis yang disebabkan oleh agen menular dapat menyebabkan

    aborsi, namun bukti apakah infeksi subklinis dengan mikroorganisme tertentu

    atau virus adalah penyebab aborsi spontan. Sebagian besar infeksi bakteri akut

    (misalnya, Staphylococcus, Streptococcus, Neisseria gonnorhoeae) dapat

    menyebabkan keguguran.(10)

    Meskipun Listeria monocytogenes menyebabkan aborsi di beberapa

    jenis hewan maupun manusia pada trimester kedua, tidak ada bukti bahwa itu

    adalah substansi yang menjadi penyebab aborsi pada wanita pada trimester

    pertama. Rabau dan David menemukan tidak ada bukti bakteriologis atau

    serologis dari infeksi Listeria pada 554 wanita yang telah abortus, termasuk

    74 dengan aborsi berulang, dan Stray-Pedersen tidak dapat mengisolasi

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    10/14

    10

    organisme ini dari 48 wanita dengan aborsi berulang. Chlamydia trachomatis

    adalah patogen menular seksual yang paling sering, tetapi tidak ada bukti

    bahwa hal itu menyebabkan aborsi pada wanita tanpa gejala. Infeksi primer

    telah dikaitkan dengan kehilangan kehamilan, tetapi tidak berulang.(10)

    Banyak virus dapat menyebabkan aborsi jika diperoleh sebagai infeksi

    primer pada trimester pertama, namun, tidak menyebabkan abortus jika

    merupakan infeksi sekunder. Parvovirus B-19 mungkin embriotoksik pada

    trimester pertama, tapi bukan merupakan penyebab abortus berulang.

    Demikian pula, infeksi dari varicella, cytomegalovirus, dan rubella dapat

    menyebabkan abortus, tetapi tidak menyebabkan abortus berulang. Infeksi

    primer dengan virus herpes simpleks di saluran kelamin telah dilaporkan

    menyebabkan aborsi. Nahmias dan rekan kerja melaporkan bahwa jika herpes

    genital awalnya terjadi pada paruh pertama kehamilan, tingkat aborsi adalah

    sekitar 34%. Jika kehamilan terjadi dalam waktu 18 bulan setelah deteksi awal

    infeksi herpes, tingkat aborsi adalah 55%. Infeksi berulang dengan herpes

    simpleks tidak menyebabkan abortus.(10)

    V. Faktor imunFaktor autoimun

    Penyakit autoimun seperti lupus eritomatous sistemik adalah gangguan

    imunologi yang dapat diidentifikasi dan dapat diobati yang terkait dengan

    abortus berulang. Saat ini, pemeriksaan untuk antikoagulan lupus dan

    antikadiolipin adalah satu-satunya tes imunologis yang tervalidasi yang

    memiliki kegunaan klinis untuk mengevaluasi wanita dengan abortus

    berulang.(4)

    Faktor alloimun

    Pengenalan dan respon imun maternal tidak diragukan lagi memainkan

    peranan penting dalam kehamilan yang normal dan gangguan alloimun dapat

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    11/14

    11

    menyebabkan abortus berulang yang tidak dapat dijelaskan. Saat ini,

    disregulasi sitokin pada mekanisme imun yang bekerja pada maternal-fetal

    interface adalah mekanisme yang paling mungkin terlibat. Akan tetapi, semua

    metode terbaru untuk pemeriksaan alloimunopatologi yang dicurigai,

    termasuk pemeriksaan HLA, evaluasi sel imun (kultur mixed limfosit,

    pemeriksaan sel natural killer) dan pemeriksaan sitokin (untuk membedakan

    mereka pola respon imun dengan t-helper limfosit-1 dan t-helper limfosit-2

    dengan antigen trofoblast in vitro) harus dipertimbangkan.(4)

    DIAGNOSIS

    Untuk mendiagnosis harus dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis

    yang menyeluruh, dengan pertanyaan yang spesifik mengenai usia kehamilan yang

    pasti pada saat keguguran dan gejala inkompetensi serviks yang mungkin ada.

    Pemeriksaan darah yang pertinent mencakup level TSH, tes untuk mendeteksi

    aktivitas antikoagulan lupus, dan antibody antifosfolipid. Jika pasiennya menderita

    diabetes, pemeriksaan A1C hemoglobin berguna untuk memperlihatkan level control

    glukosa. Pemeriksaan hysterosalpingogram atau sonohysterogram harus dilakukan

    untuk mendiagnosa anomali uterus. Jika pemeriksaan ini memperlihatkan tidak ada

    abnormalitas, kariotipe parental dapat dilakukan. Namun, pemeriksaan ini sangat

    mahal, dan hanya memberikan sedikit perubahan pada pengelolaan.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Selain anamnesis rutin dan pemeriksaan fisis, beberapa pemeriksaan dibawah

    ini dapat berguna:

    y Dapatkan pemeriksaan kariotipik dari kedua orang tua. Pengaturan ulangkromosom secara struktural pada pasangan dengan abortus berulang adalah

    sebesar 5,34%

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    12/14

    12

    y Lakukan hysterosal pingogram, histeroskopi, atau laparaskopi untukmenghapuskan kemungkinan adanya abnormalitas anatomi dari saluran

    reproduksi.

    y Minta pemeriksaan laboratorium untuk T3, T4, TSH, pemeriksaanabnormalitas glukosa (1 atau 2 jam post prandial), SMA, dan antibodi

    antinuclear atau antibodi pada DNA untaian ganda.

    y Biopsi endometrium pada saat fase luteal, atau dapatkan serum progesteronuntuk menilai korpus luteum, atau lakukan keduanya

    y Lakukan pemeriksaan jaringan sevikal atau endometrium denganmenggunakan pemeriksaan kultur untukListeria monocytogenes, Chlamydia,

    mycoplasma, U. urealyticum, Neisseiria gonorrhoeae,cytomegalovirus, dan

    herpes simpleks dan titer serum untukTreponema pallidum, Brucella abortus,

    dan Toxoplasma gondii. (1)

    PENGOBATAN

    Terapi yang diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan dan diagnosis yang

    ditegakkan.

    y Abnormalitas genetik.Jika telah ditetapkan bahwa salah satu anggota pasangan memiliki translokasi

    kromosom seimbang, terdapat beberapa pilihan:

    1. Pasangan tersebut dapat terus melanjutkan usahanya untuk hamil tanpa bantuan konsepsi buatan. Jika hanya salah satu saja orang yang

    mengalami translokasi seimbang, masih ada kemungkinan terjadinyakonsepsi normal yang spontan

    2. Fertilisasi in vitro dan diagnosis preimplantasi genetik untukmenentukan embrio normal untuk konsepsi

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    13/14

    13

    3. Donor gamet dapat digunakan yang dikombinasikan denganpengobatan fertilitas.

    (8)

    y Abnormalitas anatomi pada saluran reproduksiGunakan pengangkatan polip atau septum uterus secara histereskopik, operasi

    uterus (misal, prosedur Jones, Tompkins, Strassman, miomektomi), cervical

    cerclage(abdominal atau vaginal), atau rekonstruksi servikal.

    y Abnormalitas hormonKetika terjadi defisiensi, berikan tiroid, progesteron, atau klomifen sitrat. Dan

    juga, mungkin perlu untuk mengobati hiperprolaktinemia dan

    hiperandrogenisme.

    y Faktor imunologisPenggunaan limfosit paternal yang dimurnikan masih dipertanyakan dan yang

    sedang meningkat, immunoglobulin intravena menunjukkan sebagai

    pengobatan yang potensial untuk keterkaitan imunologis dengan abortus

    berulang. Terapi yang lain meliputi heparin, aspirin, dan keduanya.

    Prednisone (saja dan dikombinasikan dengan aspirin) mungkin diperlukan

    untuk mengobati keadaan yang mendasarinya, tetapi sudah banyak digantidengan terapi heparin dan aspirin.

    y Obati gangguan sistemik secara tepat dengan menggunakan terapi yangspesifik untuk penyakit tertentu.

    y Ciptakan lingkungan yang paling kondusif agar bisa hamil. Hal inimelibatkan: hentikan pemakaian zat fetotoksin (misal, alcohol, rokok,

    kokain), mengurangi stress, dan penggunaan asam folat sebelum terjadinya

    kehamilan

    KESIMPULAN

    Aborsi berulang, mengacu pada tiga atau lebih aborsi spontan yang terjadi

    secara berturut-turut. Lebih dari 50% wanita dengan abortus berulang, belum

  • 8/3/2019 Abortus Recurrent Fix

    14/14

    14

    diketahui penyebabnya. Etiologi paling sering dari abortus berulang adalah anomali

    kromosom. Studi sitogenetika spesimen aborsi telah menunjukkan anomali

    kromosom pada 20% sampai 60% dari abortus. Sekitar 95% dari kromosom janin

    abnormal kurang dari 8 minggu usia perkembangan. Tidak ada penanganan secara

    umum untuk abortus berulang. Penanganan disesuaikan dengan etiologi dari abortus

    tersebut.