abortus-makalah

57
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebidanan dalam arti menolong persalinan dapat dikatakan sebagai praktik kesehatan tertua di dunia, sama tuanya dengan umat manusia. Pada mulanya semua persalinan ditolong oleh dukun atau mereka yang mengkhususkan diri dalam pertolongan persalinan, tanpa membolehkan tenaga medis lainnya untuk ikut membantu melakukan hal tersebut. Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta jumlah tenaga ahli kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia yang masih sangat kurang yaitu pada tahun 1995 terdapat 700 orang tenaga berbanding dengan 197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lain, contoh di Filipina terdapat 2.000 orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa. Maka sudah dapat dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia menjadi paling tinggi di Asia Tenggara. Sebagai ukuran kemmapuan pelayanan kesehatan satu negara ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan. Sementara persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 – 80 % masih ditolong oleh dukun terutama di pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab kematian

description

maklah tentang abortus

Transcript of abortus-makalah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebidanan dalam arti menolong persalinan dapat dikatakan sebagai praktik

kesehatan tertua di dunia, sama tuanya dengan umat manusia. Pada mulanya semua

persalinan ditolong oleh dukun atau mereka yang mengkhususkan diri dalam pertolongan

persalinan, tanpa membolehkan tenaga medis lainnya untuk ikut membantu melakukan

hal tersebut.

Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta jumlah tenaga ahli kebidanan dan

penyakit kandungan di Indonesia yang masih sangat kurang yaitu pada tahun 1995

terdapat 700 orang tenaga berbanding dengan 197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila

dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lain, contoh di Filipina terdapat 2.000

orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa. Maka sudah dapat

dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia menjadi paling tinggi di

Asia Tenggara.

Sebagai ukuran kemmapuan pelayanan kesehatan satu negara ditetapkan

berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan. Sementara

persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 – 80 % masih ditolong oleh dukun

terutama di pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab

kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil serta

terlambatnya sistem rujukan (Manuaba, 1999).

Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengendalikan angka

kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya

pengetahuan dan teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa

kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan nama plea of

promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu selama masa

kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan baik dan bayi

dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan

1

2

tersebut semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada

masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi

kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan

model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak.

Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis

eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga kemampuan

pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian Indonesia Sehat

2010, dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan masyarakat di pelosok

dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.

Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini mengingat

permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat kompleks yang

meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 1991). Bahkan dengan

kecenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan karena

perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan, menjadikan program

pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante

Natal Care).

Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau

abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan dan pengethauan masyarakat

khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi

keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir.

Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya

banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan

kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik

aborsi di tanah air, semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa

memikirkan akibatnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat permasalahan

abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri merupakan suatu

permasalahan yang kompleks bagi ibu, suami/pasangan maupun keluarga.

3

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian abortus sesuai dengan

konsep teori asuhan keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi data fokus keperawatan melalui pengkajian pada ibu hamil denagn

kejadian abortus.

2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu hamil dengan

kejadian abortus.

3. Mengidentifikasi rencana intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian

abortus.

4. Menerapkan implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.

5. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi mahasiswa

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa guna menerapkan asuhan keperawatan

pada ibu hamil dengan kejadian abortus sehingga dapat menambah pengalaman dan

pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

dengan abortus.

1.3.2 Bagi Institusi pendidikan

Meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksanaan asuhan keperawatan pada

ibu hamil dengan kejadian abortus di rumah sakit sehingga dapat menetapkan prosedur

tetap mengenai model asuhan keperawatan yang tepat digunakan pada ibu dengan

permasalahan abortus.

4

BAB 2

KONSEP TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus

2.1.1 Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian

Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya

telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.

2.1.2 Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang

dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker

and Moore, 2001).

2.2 Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala

2.2.1 Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua

abortus.

Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :

a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru

mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.

Tanda dan Gejala

Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.

Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai

perdarahan.

Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.

Tidak ditemukan kelainan pada serviks.

Serviks tertutup.

b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung

dan tidak dapat dicegah lagi.

Tanda dan Gejala

Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.

Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.

c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah

kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih

tertinggal di rahim.

Tanda dan Gejala

4

5

Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.

Nyeri perut bawah mirip kejang.

Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang

dianggap sebagai corpus allienum.

Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).

d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah

dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil

konsepsi keluar.

Tanda dan Gejala

Serviks menutup.

Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.

Gejala kehamilan tidak ada.

Uji kehamilan negatif.

e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan

dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim

selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

Tanda dan Gejala

Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan

macerasi janin.

Buah dada mengecil kembali.

Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.

f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah

berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut –

turut.

g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang

disertai infeksi.

Tanda dan Gejala

Demam kadang – kadang menggigil.

Lochea berbau busuk.

2.2.2 Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.

Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :

6

a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran

kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan

membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan

penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.

b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan

medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

2.3 Etiologi Abortus

2.3.1 Kelainan telur

Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa

hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti

kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).

2.3.2 Penyakit ibu

Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:

a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan

partus prematurus.

b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar

gondok.

c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.

d. Gizi ibu yang kurang baik.

e. Kelainan alat kandungan:

Hypoplasia uteri.

- Tumor uterus

- Cerviks yang pendek

- Retroflexio uteri incarcerata

- Kelainan endometrium

f. Faktor psikologis ibu.

2.3.3 Faktor suami

Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta

faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan

produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.

2.3.4 Faktor lingkungan

7

Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman

beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia,

memperbesar peluang terjadinya abortus.

2.4 Web Of Caution (WOC)

2.5 Penatalaksanaan Abortus

Etiologi:Faktor kelainan telur.Faktor penyakit pada ibuFaktor suamiFaktor lingkungan /eksogen

Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram

Janin dapat beradaptasi Janin tidak dapat beradaptasi

Usia kehamilan dapat dipertahankan > 37 minggu atau BB janin > 2500 gram

Janin gugur

Rangsangan pada uterus Lepasnya buah kehamilan dari implantasinya

Terganggunya psikologis ibu

Terputusnya pembuluh darah ibu

Defisit knowledge

Kontraksi uterus

Perdarahan dan nekrose desidua

Prostaglandin ↑

Kecemasan

Resiko terjadi infeksi

Resiko gawat janin

Kelemahan

Resiko defisit volume cairan

Nyeri

Dilatasi serviks

8

2.5.1 Abortus imminens

Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:

a. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).

b. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.

c. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-

otot rahim (misal gestanon).

d. Dilarang coitus sampai 2 minggu.

2.5.2 Abortus incipiens

Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:

a. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak

6 kali.

b. Mengurangi nyeri dengan sedativa.

c. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.

2.5.3 Abortus incompletus

Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.

2.5.4 Abortus febrilis

a. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak

sekali.

b. Diberi atobiotika.

c. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.

2.5.5 Missed abortion

a. Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah

perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian

janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.

b. Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.

2.6 Penyulit Abortus

a. Perdarahan hebat.

b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan

kemandulan.

c. Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock.

d. Shock bakteri karen atoxin.

e. Perforasi saat curetage

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Ibu dengan Abortus

9

2.7.1 Pengkajian Data Fokus

Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai

berikut:

a. Tidak enak badan.

b. Badan panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas tinggi.

c. Sakit kepala dan penglihatan terasa kabur.

d. Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau

perdarahan terus-menerus.

e. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit menyebar sampai

ke punggung dan pinggang.

f. Keluhan perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku.

g. Keluhan keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn hati dalam

jumlah banyak.

h. Perasaan takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.

i. Ibu merasa cemas dan gelisah sebelum mendapat kepastian penyakitnya.

j. Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan

suhu meningkat.

Pemeriksaan Penunjang:

a. Pada pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks atau pada kasus

abortus imminens sering ditemukan serviks tertutup dan keluhan nyeri hebat pada

pasien.

b. Porsio sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat jaringan ikut

keluar pada pemeriksaan.

c. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

d. Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih

berlangsung.

e. Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi

janin.

f. Pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi janin.

2.7.2 Diagnosa Keperawatan

10

1. Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.

2. Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan

atau abnormal (perdarahan).

3. Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan

energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan;

perubahan kimia tubuh; perdarahan.

4. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan

nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan separasi

plasenta.

5. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status

kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari

keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.

6. Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan

interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan

kognitif.

7. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat

perdarahan; prosedur invasif.

2.7.3 Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi, dan Rasional

11

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta

Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.

Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.

Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.

Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak menerima agen osmotic secara intravena, setiap 2 jam bila menerima agen osmotic.

Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila menerima agen osmotic intravena.

Berikan analgesic sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifannya. Beri tahu doketr bila nyeri menetap atau memburuk setelah pemberian obat.

Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan punggung, dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi.

Menentukan intervensi selanjutnya.

Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

Analgesik memblok jaras nyeri. Ketidaknyamnan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera.

Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

12

Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri, mis. Teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tretawa, sentuhan terapeutik.

Evaluasi penghilangan nyeri. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.

Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal (perdarahan).

Pasien dapat mendemostrasikan status cairan; Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Pantau:Tanda-tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian kapiler.Warna urine.Masukan dan haluaran. Status umum setiap 8 jam.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.

Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Perthanakn kleuhan haus.

Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai toleransi tubuh.

Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.

Temuan - temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada luka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.

Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan.

Membantu dalam memelihara kebuthan cairan dan

13

Kolaborasi:Berikan cairan IV sesuai indikasi.

menurunkan resiko efek samping yang membahayakan.

Diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping merugikan, mis. Mual/muntah atau nefrotoksitas.

Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.

Klien dapat mengontrol kelemahan yang timbul dan dapat memenuhi aktifitas secara mandiri.Kriteria hasil:Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.Kelemahan dan kelelahan berkurang.Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.kulit hangat, merah muda dan kering

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.

Dorong masukan nutrisi.

Mencegah kelelahan yang berlebihan. Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/mengurangi pemakaiann neergi. Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi ektif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol.Meningkatkan kekuatan stamina dan memampukan pasien manjadi lebih aktif tanpa kelelahan berarti.

Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktifitas.

14

Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.

Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.

Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan.

Gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr.Kriteria hasil:Gerakan janin aktif.DJJ 120-140 x/mnt.Kontraksi uterus /his tidak ada.Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr.Perdarahan berhenti atau tidak ada.Flek-flek tidak ada.

Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri.

Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan:1 x/bln pada trimester I2 x/bln pada trimester II1 x/minggu pada trimester III.

Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin.

Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2 yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar.

Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada kehamilan.

Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya asfiksia janin.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2

sekaligus dapat

15

Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat:Gerakan janin berkurang/menurun.Kontraksi/his terus-menerus.PerdarahanNyeri abdomen.Perut mengeras dan sangat nyeri.

mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.

Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas.Kriteria hasil:Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.Pasien tenang.Pasien kooperatif dalam pengobatan.Postur tubuh rileks.Ekspresi wajah tenang.Skala HARS: < 5

Kaji derajat ansietas.

Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.

Pertahankan control nyeri efektif.Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.

Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.

Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Nyeri adalah sumber ansietas.Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan

16

Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.

Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.

Tingkatakan rasa tenang dan lingkungan tenang.

Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buurk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.

kepercayaan.

Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.

Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif.

17

Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.

Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.Kriteria hasil:Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.

Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien.

Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas.

Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami sampai kehamilan berusia 16 minggu (4 bulan).

Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.

Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.

Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.

Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat perdarahan.

Mencegah timbulnya rangsangan pada uterus sehingga kontraksi uterus tidak terjadi.

18

Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

Cemas berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.

Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat perdarahan; prosedur invasif.

Pasien mendemonstrasikan tidak adanya tanda dan gejala infeksi yang terjadi.Kriteria hasil:Tanda dan gejala infeksi tidak ada (rubor, dolor, color, penurunan fungsiolesa, painless)

Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik Tekankan higienen personal.

Pantau suhu.

Membantu potensial sumber infeksi/pertumbuhan skunder.

Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor, mis. infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.

19

Vital sign dalam batas normal.Perdarahan berkurang/berhenti.Kondisi janin dalam rahim baik (gerakan janin, djj, kontraksi berkurang).

Kaji semua system, mis. Kulit, pernafasan, genitourinaria, terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinyu.

Tingkatkan istirahat adekuat.

Hindari/batasi prosedur invasive, taati teknik septic.

Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius.

Membatasi keletihan.

Menurunkan resiko kontaminai, membatasi entri portal terhadap agen infeksius.

20

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.

Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta

Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

21

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSI

PADA NY. R DENGAN ABORTUS IMMINENS

TANGGAL 17 MARET 2009

Tanggal masuk : 17 Maret 2009 Jam masuk : 11.30 WIB

Ruang : - No. Register : XXXXXXX

Pengkajian tanggal : 17 Maret 2009 Jam : 12.30 WIB.

3.1 Pengkajian

3.1.1 IdentitasNama : Ny. R

Umur : 24 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu RT

Alamat : Klampis - Sby.

Status perkawinan : Kawin

Nama : Tn. S

Umur : 28 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta ( Rp.1.200.000,-)

Alamat : Klampis - Sby

Status perkawinan : Kawin

3.1.2 Status Kesehatana. Alasan datang ke rumah sakit : Ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan

yang lalu, lalu sejak tadi pagi dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu merasakan mules pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual kemarin malam, ibu mengatakan habis jalan-jalan di mall.

b. Keluhan utama saat ini : Ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau terdapat apa-apa dengan janin yang dikandungnya.

c. Timbulnya keluhan : Mendadak.d. Faktor yang memperberat : Jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan

dirasakan semakin bertambah.e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Istirahat dan duduk.f. Diagnosa medik : Abortus imminens.

21

22

3.1.3 Riwayat Keperawatana. Riwayat obstetri:b. Riwayat menstruasi:

1) Menarche umur 12 tahun2) Banyak darah menstruasi sedang3) Siklus teratur4) Lama menstruasi: 5 -7 hari.5) HPHT: 16 November 20086) Keluhan selama menstruasi tidak ada.

c. Riwayat perkawinan : Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan yang pertama.

d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.

e. Genogram:

f. Riwayat Keluarga berencana : Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain tidak dikaji.

g. Riwayat kesehatan:1) Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita

penyakit infeksi seperti typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan.2) Pengobatan yang didapat: tidak ada.

h. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.R).i. Riwayat lingkungan:

1) Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.2) Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah

tidak ada, lantai licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.

j. Aspek psikososial:Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.

Hamil ini

= Laki-laki

= Perempuan = Ny.R abortus

= Hipertensi

= Tinggal dlm satu rumah

= Meninggal

Keterangan:

23

Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? Tidak karena ibu memang harus beristirahat. Ibu berharap kehamilannya dapat diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keselamatan bayinya dan bertanya bagaimana caranya supaya bayinya dapat dipertahankan. Orang terpenting bagi ibu adalah keluarga. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini adalah sangat mendukung. Kesiapan mental untuk menjadi ibu: siap.

3.1.4 Aktifitas Sehari - Sehari:a. Pola nutrisi:

1) Frekuensi makan: 3 kali sehari.2) Nafsu makan baik.3) Jenis makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak

begitu suka minum susu.4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.

b. Pola eleminasi:1) BAK:

Frekuensi: 5 kali sehari. Warna: Kuning jernih. Keluhan saat BAK: Tidak ada.

2) BAB: Frekuensi: 1 kali sehari. Warna: kuning khas feses. Bau: khas feses. Konsistensi: padat. Keluhan: tidak ada.

c. Pola personal hygiene:1) Mandi:

Frekuensi: 2 kali sehari. Penggunaan sabun: ya.

2) Oral hygiene: Frekuensi: 2 kali sehari. Waktu: pagi dan sore.

3) Cuci rambut: Frekuensi: 3 kali seminggu. Penggunaan shampo: ya.

d. Pola istirahat dan tidur:1) Lama tidur: 8 jam sehari.2) Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada.3) Keluhan tidur; tidak ada.

e. Pola aktifitas dan latihan:1) Kegiatan dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua,

sehingga banyak pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua seperti mencuci, menyetrika, bersih-bersih rumah dan memasak.

2) Waktu bekerja: tidak tentu.3) Olahraga: ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang.4) Kegiatan waktu luang: tidak ada.5) Keluhan dalam aktifitas: tidak ada.

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:

24

1) Merokok: tidak.2) Minuman keras; tidak.3) Ketergantungan obat: tidak.

3.1.5 Pemeriksaan fisik:a. Umum:

Keadaan umum: baik. Kesadaran: CM, E4V5M6 Tekanan darah: 120/80 mmHg. Respirasi: 18 x/mnt. Nadi: 88 x/mnt Suhu: 370C. Berat badan: 48 kg. Tinggi badan: 154 cm.

b. Khusus:1) Kepala:

Bentuk: normal. Keluhan: tidak ada.

2) Mata: Kelopak mata: simetris, oedem palpebra tidak ada. Gerakan mata: normal. Konjungtiva: merah muda. Sklera: putih, icetrus tidak ada. Pupil: normal, isokor. Akomodasi: baik (tidak memakai kacamata).

3) Hidung: Reaksi alergi: tidak ada. Sinus: normal.

4) Mulut dan tenggorokan : Gigi geligi: lengkap, 32 buah. Kesulitan menelan: tidak ada.

5) Dada dan axilla : Mamae: membesar Areolla mamae: hiperpigmentasi. Papila mamae: menonjol. Colostrum: belum keluar.

6) Pernafasan: Jalan nafas: bebas. Suara nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan. Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: tidak.

7) Sirkulasi jantung : Kecepatan denyut apikal: 88 x/mnt. Irama: reguler. Kelainan bunyi jantung: tidak ada. Sakit dada: tidak ada.

8) Abdomen: Mengecil: tidak Linea dan striae: tidak ada, tidak ada nyeri tekan.

25

Luka bekas operasi: tidak ada. Kontraksi: tidak ada. TFU: 2 jari bawah pusat, djj: (+) 12-12-12

9) Genitourinary : Perineum: intak. Vesika urinaria: kosong.

10) Ekstremitas: Turgor kulit: baik. Warn akulit: sawo matang. Kontraktur pada persendian ekstremitas: tidak ada. Kesulitan dalam pergerakan: tidak ada.

3.1.6 Data Penunjanga. laboratorium: --b. USG: --c. Rontgen: --d. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):

Vulva: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada. Vagina: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada. Porsio: tertutup, licin, nyeri tekan (-). Cavum uteri: AF (18 – 20 mg). Adnexa parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-). Adnexa parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-). Cavum douglas: tidak menonjol.

e. Terapi yang didapat: Premaston: 2x1 tablet. Mefenamic acid 3x500 mg. Bed rest, KIE, Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.

3.1.7 Data Tambahan : Ibu sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan. Ibu menyakan apakah kondisi janinnya baik. Saat dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur

tubuh kaku dan tegang.

3.1.8 Analisa Data

Data Etiologi Patofisiologi Masalah

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

Penurunan suplay O2 dan

nutrisi ke jaringan plasenta

skunder terhadap

terlepasnya separasi plasenta.

Implantasi plasenta di endometrium lepas.

Suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta terputus

Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia).

26

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

Janin kekurangan O2 dan nutrisi

Gawat janin (Hipoksia)

Kematian janin intra uteri/abortus

S: Ibu mengatakan sangat khawatir dengan perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.

Krisis situasi (perdarahan dan

ancaman terhadap

keselamatan bayi yang

dikandungnya).

Perdarahan

Perubahan respon psikologis ibu

Maladaptif

Cemas meningkat

Ansietas.

S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat

Kurang informasi.

Kurang informasi mengenai penyakit,

prognosis, kebutuhan

Defisit knowledge (kebutuhan

27

diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

pengobatan

Ketidakmampuan mengenal informasi

Ketidaktahuan tentang kondisi dan pengobatan.

Tidak taat terhadap program pengobatan.

Program pengobatan tidak berhasil.

belajar) mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan

pengobatan.

3.1.9 Diagnosa Keperawatan1. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan

suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi

plasenta.

Data penunjang:

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah

dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,

gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri

tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

28

2. Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap

keselamatan bayi yang dikandungnya).

Data penunjang:

S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-

tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat

ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada

petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan

pemeriksaan kaku dan tegang.

3. Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.

Data penunjang:

S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga

bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu

berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu

tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia

ibu 23 tahun.

3.1.10 Rencana Intervensi, Rasional dan Implementasi

29

No Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Rencana Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2

dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.Data penunjang:S: Ibu mengatakan

keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-).

Tujuan: setelah diberikan askep, gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr.Kriteria hasil:

- Gerakan janin aktif.

- DJJ 120-160 x/mnt.

- Kontraksi uterus /his tidak ada.

- Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr.

- Perdarahan berhenti atau tidak ada.

- Flek-flek tidak ada.

a. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin.

b. Jelaskan penyebab terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus berlangsung (keguguran, janin meninggal).

c. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri.

d. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya distres janin.

Meningkatkan pemahamana ibu dan kerjasama dalam pengobatan.

Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2

yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat

Tgl 17 Maret 2009:12.40 Memantau djj,

kontraksi uterus/his, gerakan janin.

13.00 - Menjelaskan penyebab

terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus berlangsung (keguguran, bayi akan meninggal).

- Menganjurkan ibu

untuk tidur miring ke arah kiri selama di rumah.

- Memotivasi ibu untuk

lebih banyak istirahat minimal 8 jam sehari dan kurangi beraktifitas agak berat seperti olahraga.

- Menganjurkna ibu

Djj (+) 12-12-12; kontraksi uterus tidak ada; gerakan janin aktif.

Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan mahasiswa.

30

VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

e. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan:- 1 x/bln pada

trimester I- 2 x/bln pada

trimester II- 1 x/minggu pada

trimester III.

f. Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat:

- Gerakan janin berkurang/menurun.

- Kontraksi/his terus-menerus.

- Perdarahan

mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada kehamilan.

Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

untuk teratur ANC yaitu:

- 1 x/bln pada trimester I- 2 x/bln pada trimester II- 1 x/minggu pada

trimester III.

- Mengingatkan ibu untuk

segera kontrol bila terdapat::

- Gerakan janin

berkurang/menurun.- Kontraksi/his terus-

menerus.- Perdarahan

- Nyeri abdomen.

- Perut mengeras dan

sangat nyeri.

- Menganjurkan ibu

untuk banyak makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan keadaan kesehatan ibu dan minum air minimal 2500 cc /hari.

- Menyarankan ibu dan

suami untuk tidak melakukan hubngan seksual selama

Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

31

- Nyeri abdomen. - Perut mengeras dan

sangat nyeri.

g. Anjurkan me↑ masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas.

h. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami sampai kehamilan berusia 20 minggu (5 bulan) atau selama terjadi perdarahan

i.tentang pemahaman terhadap penjelasan yang diberikan. Lkaukan pengulangan bila perlu.

Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat perdarahan.

Koitus dapat merangsang produksi prostaglandin eningkat sehingga dapat terjadi rangsangan pada uterus dan menimbulkan kontraksi.

Meningkatkan pemahaman ibu dan pesanan sebelum ibu pulang.

perdarahan terjadi dan sampai umur kehamilan minimal 5 bulan atau selama perdarahan berlangsung.

13.30 Menanyakan ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan.

Ibu mengatakan sudah memahami semua penjelasan yang diberikan dan berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

32

2. Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).Data penunjang:S: Ibu mengatakan

sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.

Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat menunjukkan hilangnya ansietas.Kriteria hasil:3) Ibu

melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.

4) Ibu tenang.

5) Ibu kooperatif dalam pengobatan.

6) Postur tubuh rileks.

7) Ekspresi wajah tenang.

a. Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien.

b. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.

c. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

d. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.

Pengekspresian perasaan membantu pasien mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control.

Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.

Tgl 17 Maret 2009.12.30 Memberiakn

kesempatan kepada ibu untuk menceritakan perasaanya dan riwayat terjadinya perdarahan.

12.40 Menjelaskan kepada ibu bahwa akan dilakukan tindakan VT (periksa dalam).

12.45 mengatur posisi ibu, menyalakan kipas angin, mengurangi jumlah petugas dalam ruang periksa dan menutup gorden.

13.00 - Mendiskusikan tentang

kemungkinan bayi dpaat dipertahankan bersama ibu dan suami denagn syarat ibu mentaati semua petunjuk yang diberikan.

- Memotivasi ibu untuk

tetap tenang dan tidak gelisah serta lebih

Ibu bercerita tentang perasaan cemasnya saat terjadi perdarahan.

Ibu mau dilakukan pemeriksaan dalam.

Posisi ibu rileks, ekspresi wajah tampak cemas.

Ibu tampak lega dengan penjelasan yang diberikan.

Ibu berjanji akan tetap tenang dan tabah.

33

e. Tingktakan rasa tenang dan lingkungan tenang (tutup gorden pada saat pemeriksaan berlangsung, batasi jumlah petugas dalam ruangan pemeriksaan, nyalakan kipas angina, sediakan selimut penutup dll).

f. Motivasi ibu untuk tetap tenang, tidak gelisah terhadap kondisinya.

g. Anjurkan ibu untuk tetap berdoa untuk keselamatan bayinya.

Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Kondisi psikologis ibu sangat berpenagruh terhadap kondisi janin.

Berdoa lebih mendekatkan ibu kepada Than dan memberikan ketenangan secara spiritual.

banyak berdoa sehingga harapan untuk punya bayi dapat tercapai.

3. Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.Data penunjang:

Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.

a. Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat

Tgl 17 Maret 2009 :13.00 Menanyakan

perasaan ibu denagn adanya perdarahan dan sakit pada perutnya.

Ibu mengatakan sangat cemas denagn perdarahan yang terjadi dan takut kalau bayinya meninggal. Ibu

34

S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

Kriteria hasil:8) Ibu

memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.

9) Ibu kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.

10) Ibu taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

b. Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.

c. Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien.

d. Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

e. Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam

keputusan berdasarkan informasi.Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.

Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.

Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa

13.30 - Mendiskusikan dengan

ibu dan suami tentang penyakit yang diderita ibu dan kemungkinan bayi dapat dipertahankan.

- Menjelaskan beberapa

hal yang perlu ditaati oleh ibu dan suami yaitu:

- Periksa teratur sesuai

petunjuk yang diberikan.

- Tidur miring ke kiri.

- Tidak hubungan seksual

selama 5 bualn kehamilan.

- Makan makanan yang

bergizi.- Lebih banyak istirahat.

13.45 Melakukan evaluasi sebelum ibu pulang tentang pemahaman

mengatakan perdarahan terjadi tiba-tiba dan ibu tidak tahu sebabnya.

Ibu dan suami mengatakan akan mentaati beberapa pantanagn yang diberikan.

Ibu dan suami mengatakan sudah dapat mengerti penjelasan dan

35

perawatan.

f. Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan.

petunjuk yang diberikan.

36

BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan

sistem reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka berdasarkan pengamatan dan asuhan

yang telah diberikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi pembahasan yaitu:

4.1 Pengkajian

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada ibu hamil

dengan abortus adalah melakukan pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga

dalam merumuskan data fokus yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah.

Namun hal tersebut agak sulit dilakukan mengingat mobilitas pasien yang datang

berkunjung ke poliklinik sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap

dan sistematis pun sulit untuk didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah

siang (pukul 12.30 WIB) sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus

yang cenderung timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori asuhan keperawatan mengenai ibu dengan abortus, dalam

merumuskan diagnosa keperawatan ada beberapa kendala yang kami hadapi, yaitu tidak

adanya literatur mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus sehingga

perumusan diagnosa keperawatan diadopsi dari beberapa literatur yang ada yang

disesuaikan dengan permasalahan yang mungkin timbul.

Sementara dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada ibu hamil

dengan abortus, hanya 3 diagnosa keperawatan yang diangkat dengan alasan:

1. Pengkajian yang dilakukan hanya sesaat pada saat pasien datang dan pengkajian

dilakukan dengan lebih memfokuskan pada permasalahan yang ditemukan oleh

mahasiswa yang dihadapi oleh ibu pada saat datang berkunjung.

2. Beberapa diagnosa keperawatan seperti nyeri, resiko defisit volume cairan, kelemahan

dan resiko terjadi infeksi tidak diangkat karena data yang menunjang terhadap

timbulnya diagnosa tersebut tidak ditemukan.

36

37

4.3 Rencana Intervensi dan Rasional

Pada perumusan rencana intervensi keperawatan, mahasiswa merumuskan

rencana intrevensi sesuai dengan kondisi pasien yang datang berkunjung ke poliklinik dan

perencanaan yang memungkinkan untuk dilakukan implementasi dan evaluasi

keperawatan.

Tidak semua perencanaan yang ada dalam konsep teori dapat diangkat dalam

kasus karena mengingat kontak waktu mahasiswa dengan pasien sangat terbatas sehingga

hanya perencanaan yang mungkin untuk diangkat yang kami utamakan.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dapat dilakukan pada kasus lebih banyak terfokus pada KIE

dengan harapan pasien dapat menerapkan anjuran dan petunjuk yang diberikan di rumah

secara taat. Hanya dalam pelaksanaan tersebut mahasiswa melakukan beberapa

pengulangan untuk mendapatkan keyakinan bahwa pasien memang sudah mengerti

dengan penjelasan yang diberikan sehingga evaluasi pundapat lebih mudah dilakukan.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan hanya evaluasi tindakan pada saat itu juga mengingat

sifat kunjungan pasien adalah rawat jalan sehingga monitoring selanjutnya tidak dapat

dilakukan. Sehingga untuk evaluasi kunjungan berikutnya diserahkan kepada petugas

poliklinik.

38

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:

1. Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada

trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung

mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam

kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat

berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.

2. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara

komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena

kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang

dikandungnya.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan

asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang

sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan

sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan

praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.