Aaaa

3
Nama : Yuni Paradita Djunaidi, S.Ked NIM : 04054821517038 1. Mengapa pada gagal ginjal kronik dilakukan diet rendah protein? Karena pada gagal ginjal kronik nefron yang masih berfungsi tidak lagi mampu untuk meningkatkan filtrasi glomelurus secara baik, sehingga protein dengan berat molekul yang lebih besar bisa melewati filtrasi glomelurus. Penjelasan : Perubahan hemodinamik yang dialami nefron berupa peningkatan aliran darah glomerulus dan tekanan intrakapiler glomerulus menyebabkan meningkatnya protein dalam filtrat glomerulus. Meningkatnya jumlah protein yang difiltrasi oleh glomerulus juga disebabkan oleh mengingkatnya permeabilitas kapiler glomerulus. Ukuran pori-pori pada membran kapiler glomerulus membesar atas pengaruh Angiotensin II lokal yang terbentuk akibat kerusakan lapisan endotel kapiler glomerulus oleh perubahan hemodinamik. Selain protein, beberapa makromolekul juga meningkat dalam ultrafiltrat. Keduanya bersifat toksik dan menimbulkan kerusakan pada sel epitel tubulus. Protein dalam filtrat glomerulus akan direabsorbsi oleh sel epitel

description

a

Transcript of Aaaa

Nama: Yuni Paradita Djunaidi, S.KedNIM: 04054821517038

1. Mengapa pada gagal ginjal kronik dilakukan diet rendah protein?Karena pada gagal ginjal kronik nefron yang masih berfungsi tidak lagi mampu untuk meningkatkan filtrasi glomelurus secara baik, sehingga protein dengan berat molekul yang lebih besar bisa melewati filtrasi glomelurus.Penjelasan : Perubahan hemodinamik yang dialami nefron berupa peningkatan aliran darah glomerulus dan tekanan intrakapiler glomerulus menyebabkan meningkatnya protein dalam filtrat glomerulus. Meningkatnya jumlah protein yang difiltrasi oleh glomerulus juga disebabkan oleh mengingkatnya permeabilitas kapiler glomerulus. Ukuran pori-pori pada membran kapiler glomerulus membesar atas pengaruh Angiotensin II lokal yang terbentuk akibat kerusakan lapisan endotel kapiler glomerulus oleh perubahan hemodinamik. Selain protein, beberapa makromolekul juga meningkat dalam ultrafiltrat. Keduanya bersifat toksik dan menimbulkan kerusakan pada sel epitel tubulus. Protein dalam filtrat glomerulus akan direabsorbsi oleh sel epitel tubulus proksimal, lalu mengalami proses endositosis (baik melalui reseptor atau secara konstitusional) untuk kemudian mengalami degradasi oleh lisosom menjadi asam-asam amino. Apabila jumlah protein yang mengalami proses ini meningkat terus maka di dalam sel tubulus akan terjadi kongesti organel dan pembengkakan oleh lisosom lalu pecah sehingga sitoplasma sel dan enzim lisosom memasuki ruang interstisial dan menimbulkan kerusakan melalui reaksi inflamasi.

Sumber: Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004: 68-84