a9 lap fl
-
Upload
wiharesi-putri -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of a9 lap fl
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang cukup tertinggal dalam bidang kesehatan
dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Faktor-faktor penyebab
memburuknya sektor kesehatan di Indonesia diantaranya adalah angka
kematian ibu melahirkan yang tinggi, angka kematian bayi yang tinggi, dan
tingginya angka prevalensi malnutrisi dan penyakit menular. Hal ini
diperburuk dengan isu-isu yang terkait tidak meratanya pelayanan kesehatan
dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, serta adanya
peningkatan biaya berobat yang tidak terkontrol (Tim Field Lab FK UNS,
2012).
Angka kematian ibu melahirkan dan bayi yang tinggi tersebut
merupakan akibat dari kondisi ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan
Energi Kronis). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kematian mendadak
pada masa perinatal atau risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) (Chinue, 2009). Salah satu cara untuk menentukan
kondisi KEK pada ibu hamil adalah dengan melakukan pengukuran LILA
(Lingkar Lengan Atas). Apabila dalam pengukuran LILA tersebut hasil yang
didapatkan adalah kurang dari 23,5 cm, maka ibu hamil tersebut termasuk ke
dalam kelompok KEK (Weni, 2010).
WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status
kesehatan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah
dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health
Care) (Tim Field Lab FK UNS, 2012). Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan primer merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
pelayanan kedokteran keluarga yang melaksanakan pelayanan secara holistik
dan komprehensif yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan pendekatan keluarga (Tim Field Lab FK UNS, 2012).
Untuk dapat melaksanakan pelayanan secara holistik, dokter layanan
primer harus mampu melaksanakan kunjungan rumah (home visit) serta
melakukan perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga yang
membutuhkan, dalam hal ini khususnya melakukan kunjungan rumah terhadap
ibu hamil yang menderita KEK.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa
mampu melakukan kunjungan rumah (home visit) sebagai pelayanan dokter
keluarga. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharap
mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dasar-dasar kunjungan rumah (home visit) dalam kedokteran
keluarga.
2. Melakukan tahapan-tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah
dalam pelayanan kedokteran keluarga.
3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan keluarga berdasarkan fungsi
keluarga (home visit) dan menyusun usulan penatalaksanaannya secara
holistik dan komprehensif.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kegiatan field lab home visit kelompok A9 dilakukan di Puskesmas
Sukoharjo. Rincian kegiatan field lab kami adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan pertemuan pertama (Kamis, 27 September 2012)
Pada hari pertama, kami berkumpul di Puskesmas Sukoharjo pada
pukul 07.30 WIB dengan mengikuti acara apel pagi terlebih dahulu. Kegiatan
selanjutnya yang kami lakukan adalah mendapatkan penjelasan mengenai
kegiatan field lab home visit yang akan kami laksanakan di Puskesmas
Sukoharjo hingga evaluasi laporan kegiatan field lab. Selain itu, kami juga
mendapatkan penjelasan secara umum mengenai program kunjungan rumah
yang sudah berjalan di wilayah Puskesmas Sukoharjo. Pengarahan mengenai
kegiatan home visit yang akan dilaksanakan pada pertemuan kedua dijelaskan
oleh instruktur lapangan kami, yaitu dr. Ari.
Dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada hari kedua, kelompok kami
akan dibagi ke dalam 2 kelompok kecil. Kelompok pertama beranggotakan
Dentiko, Humaira, Indah, Satria, dan Sekar, sedangkan kelompok kedua
beranggotakan Imam, Ivan, Riza, Rizky, dan Wiharesi. Masing-masing
kelompok akan melakukan kunjungan rumah ke rumah ibu hamil yang
mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Dalam melakukan kunjungan
rumah tersebut, kami akan dibimbing oleh bidan desa setempat. Pengarahan
tersebut dilakukan sampai pukul 09.30 WIB. Setelah pengarahan selesai
diberikan, kami kembali ke Fakultas Kedokteran UNS.
B. Kegiatan pertemuan kedua (Kamis, 4 Oktober 2012)
Kegiatan field lab pertemuan kedua di Puskesmas Sukoharjo dimulai
pada pukul 08.00. Setibanya di Puskesmas Sukoharjo kami mendapatkan
pengarahan kembali oleh Kepala Puskesmas Sukoharjo dr. Yulia Astuti.
Pengarahan yang diberikan oleh dr. Yulia Astuti lebih terfokus kepada kasus
KEK yang akan kami temui, meliputi riwayat ANC (Ante Natal Care),
riwayat obstetri, pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, dan
LILA), dan mengenai P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi). Setelah mendapatkan pengarahan, kami melakukan beberapa
persiapan sebelum melaksanakan kegiatan home visit. Kegiatan home visit
kelompok kami dibimbing oleh Ibu Hendrati, Ibu Rusmanita, dan Ibu Sulasmi.
Rumah yang kami kunjungi adalah rumah Ibu Partiyah di Desa Gayam
RT 2 RW 9 Sukoharjo. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pendataan
oleh Ibu bidan, meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, dan LILA
(Lingkar Lengan Atas). Selanjutnya, Ibu bidan memberikan penyuluhan
kepada pasien mengenai cara menyusui dan merawat bayi yang benar, serta
memberikan penyuluhan mengenai asupan gizi yang baik pada ibu hamil.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian susu ibu hamil dan obat yang terdiri
dari tablet zat besi, tablet asam folat, tablet vitamin B, dan tablet vitamin C
dari Puskesmas yang harus diminum satu tablet setiap malam.
Setelah penyuluhan dari Ibu bidan selesai, kelompok kami mulai
mengumpulkan data pasien sesuai dengan formulir kunjungan rumah yang
meliputi data karakteristik demografis keluarga, identitas keluarga, penetapan
masalah pasien, fungsi keluarga (fungsi fisiologis dan fungsi patologis),
struktur keluarga (genogram), interaksi keluarga, keadaan rumah dan
lingkungan pemukiman pasien, denah rumah, serta daftar masalah pasien
(medis dan non medis). Informasi yang kami peroleh melalui metode
wawancara langsung kepada Ibu Partiyah. Selama wawancara pasien cukup
kooperatif. Setelah selesai melakukan pengumpulan data, kami memberikan
nasihat berkenaan dengan adanya masalah KEK yang dialami pasien.
Kegiatan home visit diakhiri pada pukul 10.00 WIB, kemudian kami
kembali ke Puskesmas Sukoharjo.
C. Kegiatan pertemuan ketiga (Kamis, 11 Oktober 2012)
Kegiatan field lab pada pertemuan ketiga adalah evaluasi kegiatan,
presentasi laporan, dan diskusi mengenai home visit yang telah kami lakukan
pada pertemuan sebelumnya di Puskesmas Sukoharjo. Setelah itu, dilakukan
pengumpulan laporan mengenai kegiatan yang telah kami lakukan selama
berada di Puskesmas Sukoharjo dan apabila diperlukan, pengumpulan revisi
laporan juga dilakukan pada pertemuan hari ketiga tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Kegiatan home visit kelompok kami adalah dengan mengunjungi rumah Ibu
Partiyah di Desa Gayam RT 2 RW 9 Sukoharjo. Ibu Partiyah (18 th) merupakan
ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan Energi Kronis). Batasan kunjungan
rumah atau home visit adalah untuk mengenal kehidupan pasien dan atau
memberikan pelayanan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.
Tata cara kunjungan rumah yang kami lakukan terfokus untuk
mengumpulkan data pasien dengan urutan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Kelompok kami mengunjungi rumah Ibu Partiyah di Desa Gayam RT 2
RW 9 Sukoharjo. Ibu Partiyah (18 th) merupakan ibu hamil yang menderita
KEK (Kekurangan Energi Kronis).
2. Mengatur jadwal kunjungan.
Kegiatan kunjungan dijadwalkan pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012
pada jam 08.00. Pengaturan jadwal dibantu oleh pihak puskesmas melalui
bidan desa setempat.
3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan.
Data yang kami kumpulkan meliputi karakteristik demografis keluarga,
identitas keluarga, penetapan masalah pasien, fungsi keluarga (fungsi fisiologis
dan fungsi patologis), struktur keluarga (genogram), interaksi keluarga,
keadaan rumah dan lingkungan pemukiman pasien, denah rumah, serta daftar
masalah pasien (medis dan non medis).
4. Melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data kami lakukan dengan metode wawancara langsung
kepada Ibu Partiyah.
5. Melakukan pencatatan data.
Berikut data kunjungan rumah yang kami dapatkan:
A. Karakteristik Demografis Keluarga
No Nama, Keduduka
n
L/P Umur (tahun
)
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan Penderita Klinik
Ket
1. Agung Nugroho (Suami)
L 31 SMA Sopir - -
2. Partiyah (Istri)
P 18 SMP IRT KEK -
3. Fajar (Adik Ipar)
L 25 SMA Sopir - -
4. Sulis (Adik Ipar)
P 25 SMA IRT - -
5. Fungki Nurjanah
(Adik Ipar)
P 17 SMA Pelajar - -
6. Mujinem (Ibu
Mertua)
P 48 SD IRT Hiperkolesterolemia
-
7. Tinem (Bibi)
P 50 SD IRT - -
B. Identitas Penderita
Nama : Partiyah
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Gayam RT 2 RW 9 Sukoharjo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Tanggal kunjungan : 4 oktober 2012
C. Penetapan Masalah Pasien
Riwayat Medis RPS (Riwayat Penyakit Sekarang):- Keluhan utama: hamil 16 minggu berisiko tinggi
dengan KEK - Keluhan lain: akhir-akhir ini sering merasa pegal-
pegal di bagian pinggang.
- Tidak sedang dirawat.RPD (Riwayat Penyakit Dahulu):- Riwayat maag kronis- Demam sebelum hamil- Pada awal kehamilan, kaki pasien sempat tertusuk
paku (telah diobati di rumah sakit).- Riwayat opname (-)
RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)
- Ayah mertua (almarhum): Diabetes Mellitus- Ibu mertua: Hiperkolesterolemia- Tidak ada riwayat penyakit menular
Riwayat Kebiasaan
- Merokok : tidak pernah- Alkohol : tidak pernah- Narkoba : tidak pernah- Cuci tangan : masih- Mandi : masih- BAB sembarangan: tidak pernah- Buang sampah : masih (di tempat sampah)- Potong kuku : masih- Sehari-hari melakukan pekerjaan rumah seperti
menyapu, mengepel, dan mencuci (terkadang mengangkat beban berat).
Riwayat sosial ekonomi
- Pekerjaan: Ibu rumah tangga (cuti hamil dari pekerjaan sebelumnya: tourist guide).
- Sumber penghasilan keluarga adalah suami yang bekerja sebagai supir.
- Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dengan cukup.- Hubungan sosial dengan masyarakat cukup baik.- Pasien belum mengurus JAMKESMAS maupun
JAMPERSAL.
Riwayat gizi - IMT (Indeks Massa Tubuh):
IMT =BB (kg )
(TB )2 (m )=
38(kg)1,56m2
=15 , 61≈ IMT Kuran g
Kategori IMT Menurut Kriteria WHO 2000Kategori IMT Asia (kg/m2) Underweight <18,5 Normoweight
18,5 – 22,9
Overweight ≥ 23 Pre-obese 23,0 – 24,9 Obese I 25,0 – 29,9 Obese II ≥ 30,0
Sumber: Bickley dan Szilagyi, 2007- Pola makan: kurang baik (nasi dan sayur), asupan
protein hewani kurang tercukupi, dan tidak suka mengonsumsi susu (pasien mengalami mual dan muntah).
Diagnosis holistic
Pasien merupakan ibu hamil berisiko tinggi dengan KEK. Di mana KEK tersebut nampaknya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi (terutama zat gizi protein) sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu hamil tersebut dan kurang adanya dukungan dan perhatian dari keluarga selama masa kehamilan.
D. Fungsi Keluarga
No Fungsi Isian1. Biologis a. Anggota keluarga:
1. Agung (suami)2. Partiyah (istri)3. Fajar (adik ipar)4. Sulis (adik ipar)5. Fungki (adik ipar)6. Mujinem (ibu mertua)7. Tinem (bibi)
Yang tinggal dalam satu rumah: 7 orang.b. Riwayat kelahiran:
G1P0A0: merupakan kehamilan pertama di mana pasien belum pernah melahirkan maupun mengalami abortus.
c. Penyakit yang pernah diderita:- Penyakit menular (-)- Penyakit kronis:
Ayah mertua Diabetes Mellitus Ibu mertua hiperkolesterolemia
d. Penyakit sekarangKehamilan berisiko tinggi dengan keadaan kekurangan energi kronis.
e. Riwayat pemakaian KB Belum pernah menggunakan KB
2. Psikologis a. Penderita tinggal serumah dengan: suami, 3 adik ipar, ibu mertua, dan bibi.
b. Hubungan antaranggota keluarga baik, tetapi intensitas berkumpul bersama keluarga kurang.
c. Penyelesaian masalah dengan keluarga melalui diskusi antara suami dan istri.
3. Sosial a. Kedudukan sosial dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat.
b. Keaktifan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:Aktif berpartisipasi (arisan dan acara desa).
4. Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
a. Penghasilan utama keluarga berasal dari suamisebesar Rp. 400.000,00 per minggu.
b. Pekerjaan penderita: Ibu rumah tangga (IRT).c. Pekerjaan anggota keluarga yang lain:
Supir, IRT, dan pelajar.d. Pengeluaran sehari-hari: penghasilan per minggu
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar kredit motor.
e. Sehari-hari makan dengan: nasi dan sayur.f. Biaya berobat apabila ada anggota keluarga yang
sakit: tidak ada anggaran khusus bagi kesehatan.
5. Pengawasan masalah dan kemampuan beradaptasi
a. Keputusan penting keluarga dipegang oleh:Melalui diskusi suami istri.
b. Cara menyelesaikan masalah keluarga:Diskusi suami istri.
c. Hubungan dengan masyarakat sekitar: cukup baik, tetapi narasumber merasa dirinya sempat menjadi bahan pembicaraan tetangga sekitar.
6. Fisiologis Dinilai dengan menggunakan skor APGARa. Adaptation
Kemampuan anggota tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain.
b. PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi, antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
c. GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan keluarga tersebut.
d. AffectionMenggambarkan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
e. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Skor untuk masing-masing kategori adalah:0 = jarang/tidaksamasekali1 = kadang-kadang2 = sering/selalu
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu:≤5 :kurang6-7 :cukup8-10 :baik
- Form Penilaian Skor APGARNama anggota keluarga: PartiyahPosisi dalam keluarga: Istri
Sering(2)
Kadang(1)
Jarang(0)
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.
√
A Saya puas dengan cara
√
keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.
√
APGAR SCORE: 4
FUNGSI KELUARGA:Kurang
Keterangan : Untuk anggota keluarga yang lain tidak mengisi dikarenakan sedang tidak berada di rumah.
7. Patologis Dinilai dengan menggunakan skor SCREEMa. Social (melihat bagaimana interaksi dengan
tetangga sekitar)- Pasien aktif mengikuti acara di desa seperti
arisan dan acara desa.b. Culture (melihat bagaimana kepuasan keluarga
terhadap budaya, tatakrama, dan perhatian terhadap sopan santun)- Baik.
c. Religious (melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya)- Beribadah, tetapi tidak pernah melakukan
ibadah secara bersama (misal, solat berjamaah).
d. Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga)- Kebutuhan sehari-hari tercukupi, penghasilan
per minggu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar kredit motor.
e. Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga)
- Pendidikan terakhir penderita SMP, suami SMA.
f. Medical (melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai)- Mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Pasien belum mengurus JAMKESMAS maupun JAMPERSAL.
E. Struktur Keluarga (Genogram)
Identifikasi:
Penyakit menurun: Bp. Mujinem (Alm) Diabetes Mellitus
Ibu. Mujinem Hiperkolesterolemia
Penyakit menular: tidak ditemukan.
F. Interaksi keluarga
Interaksi keluarga cukup baik meskipun jarang terdapat agenda
khusus bersama keluarga. Kurang terjalin komunikasi antaranggota
keluarga. Ibu mertua lebih sering beribadah sendiri ke mesjid. Dalam
menyelesaikan masalah, pasien cenderung berdiskusi dengan suami tanpa
melibatkan anggota keluarga yang lain.
G. Keadaan Rumah dan Lingkungan
1. Ukuran rumah - Kebersihan cukup (masih banyak debu)- Ventilasi cukup (sewaktu kunjungan:
Bp. Mujinem Ibu Mujinem
Agung N Partiyah Fajar SulisFungki
jendela tidak dibuka)- Penerangan baik- Lantai keramik
2. Ruang tamu - Kebersihan baik- Ventilasi cukup (sewaktu kunjungan:
jendela tidak dibuka)- Penerangan baik- Lantai keramik
3. Ruang keluarga - Kebersihan baik- Ventilasi cukup- Penerangan baik- Lantai keramik
4. Kamar tidur - Kebersihan baik- Ventilasi cukup- Penerangan baik- Lantai keramik
5. Kamar mandi/ WC - WC leher angsa- Sumber air dari sumur- Penerangan baik- Lantai keramik
6. Dapur - Kompor gas- Kebersihan cukup baik- Ventilasi baik- Menyatu dengan rumah induk
7. Dinding rumah Tembok8. Ventilasi rumah Ada (cukup)9. Lantai rumah Keramik10. Sumber air Sumur (kondisi air kurang baik, air berwarna
kekuningan dan tidak jernih)11. Septic tank Ada12. Tempat pembuangan
sampahPermanen, terpisah dari rumah, terdapat petugas sampah tiap hari.
H. Denah Rumah
UTeras rumah
Ruang tamu
Tempat sepeda dan motor
Ruang keluargaDapur Kamar tidur
Keterangan:
I. Daftar Masalah
Masalah medis - Ibu hamil 16 minggu (G1P0A0)LILA = 20 cmBB = 38 kgTB = 156 cmIMT = 15,61Hb = 9,6 gr/dl
- Kehamilan berisiko tinggi (usia pasien < 20 tahun).- Menderita kekurangan energi kronis (KEK).- ANC rutin tiap bulan ke bidan desa ( Ibu Bidan
Hendrati, nomor telepon: 085229700030) dengan diantar oleh suami.
- Pasien belum melakukan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
Masalah non medis Perilaku hidup:- Cukup baik dalam menjaga kebersihan- Mengonsumsi makanan secara bervariasi setiap
harinya, tetapi masih kurang dalam memenuhi asupan zat gizi protein.
- Cenderung tidak mengonsumsi susu sebagai asupan nutrisi tambahan karena setiap mengonsumsi susu mengalami mual dan muntah.
- Terkadang masih melakukan aktivitas rumah tangga yang terlalu berat seperti mengangkat bak pakaian saat mencuci.
- Masalah psikososial:- Tingkat pendidikan pasien yang tergolong rendah
(SMP) mengakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai asupan gizi yang baik dan seimbang selama masa kehamilan.
- Meskipun pasien menyatakan bahwa hubungan antaranggota dalam keluarga tergolong baik, tetapi skor pada penilaian APGAR tergolong kurang.
- Secara tersirat, pasien juga menyatakan bahwa dirinya sempat merasa menjadi bahan pembicaraan tetangga sekitar.
:pintu :jendela
Kamar tidur Kamar tidurKamar mandi
J. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Keluhan utama pasien adalah kondisi hamil berisiko tinggi dengan KEK.
Bentuk keluarga: extended family
Diagnosis biopsikososial:
Kehamilan yang dialami oleh pasien tergolong ke dalam kehamilan
berisiko tinggi (usia pasien <20 tahun) yang juga ditambah dengan
kondisi KEK (Kekurangan Energi Kronis). Keadaan KEK tersebut
nampaknya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi (terutama zat gizi
protein) sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki
oleh ibu. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang hanya sekadar cukup
(beban keluarga yang terlalu banyak dengan sumber penghasilan hanya
pada suami) dan kurangnya dukungan serta perhatian dari keluarga
selama masa kehamilan.
Saran
Promotif
a. Melakukan perbaikan gizi dengan makan makanan yang bergizi
lengkap dan seimbang dengan jumlah 1 porsi makanan lebih
banyak dari porsi makan sebelum hamil atau 300 kkal/hari
(Soetrisno, 2012).
b. Mulai membiasakan diri untuk mengonsumsi susu sebagai
asupan tambahan bagi janin dalam kandungan.
c. Kurangi aktivitas sehari-hari yang terlalu berat seperti
mengangkat beban berat dan jangan beraktivitas hingga terlalu
lelah.
Preventif
a. Memberikan penyuluhan kepada WUS (Wanita Usia Subur)
baik yang sudah menikah maupun belum mengenai asupan gizi
yang lengkap dan seimbang.
b. Memberikan penyuluhan kepada WUS (Wanita Usia Subur)
yang sudah menikah mengenai perencanaan kehamilan yang
baik seperti rentang usia terbaik untuk hamil (20-35 tahun),
asupan gizi selama hamil, dan ANC.
Kuratif (KEK OBATNYA APA YA?)
a. Memberikan makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi
protein.
Rehabilitatif
a. Memberikan suplemen tambahan, seperti susu khusus ibu hamil,
vitamin C, vitamin B, asam folat, dan tablet Fe guna memenuhi
kebutuhan gizi ibu dan janin.
b. Memberikan makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi
protein dengan penerapan porsi kecil, tetapi sering sebagai
upaya pencegahan bayi lahir dengan berat badan rendah
(Chinue, 2009).
c. Memberikan edukasi mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan atau ANC secara rutin.
d. Memperkenalkan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) sebagai upaya untuk mengurangi
angka kematian ibu dan bayi terutama pada kondisi kehamilan
yang berisiko tinggi.
6. Menyampaikan nasihat dan atau penyuluhan kesehatan.
Nasihat yang kami berikan berikan terfokus pada tindakan promotif dan
preventif, yaitu antara lain:
a. Ibu Partiyah harus memperbaiki asupan nutrisinya dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi lengkap dan seimbang dengan jumlah 1 porsi
makanan lebih banyak dari porsi makan sebelum hamil atau 300 kkal/hari
(Soetrisno, 2012). Makanan yang dikonsumsi lebih diutamakan yang
mengandung banyak kalori dan protein, seperti telur, daging, telur, tahu,
dan tempe.
b. Ibu Partiyah sebaiknya mulai membiasakan diri untuk meminum susu
khusus ibu hamil demi terpenuhinya asupan nutrisi janin.
c. Ada baiknya juga untuk mulai mengurangi aktivitas atau pekerjaan yang
terlalu berat dan melelahkan.
d. Mengingatkan Ibu Partiyah untuk mengonsumsi suplemen yang telah
diberikan oleh ibu bidan sesuai dengan aturan dan juga untuk selalu
memeriksakan kandungannya secara rutin ke bidan maupun puskesmas.
e. Karena Ibu Partiyah memiliki riwayat maag kronis, sebaiknya hindari
makanan yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung seperti
makanan pedas dan asam.
f. Keluarga Ibu Partiyah diharapkan untuk dapat melaksanakan pola hidup
bersih dan sehat, menjaga lingkungan rumah dan sekitarnya agar tetap
sehat, serta memberikan dukungan dan perhatian kepada Ibu Partiyah
selama masa kehamilan.
DISKUSI
Kegiatan home visit dilaksanakan dengan mengunjungi pasien yang
bernama Ibu Partiyah, 18 tahun. Di mana kehamilan yang terjadi pada pasien
tersebut termasuk ke dalam kategori kehamilan berisiko tinggi dan pasien juga
mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Ibu Partiyah adalah pasien dengan
riwayat kehamilan G1P0A0, yang berarti pasien telah mengandung sebanyak 1
kali (merupakan kehamilan pertama) dan belum pernah melahirkan maupun
mengalami abortus.
Kehamilan berisiko tinggi yang dialami oleh pasien disebabkan oleh usia
pasien yang terlalu muda untuk hamil. Wanita yang pertama kali hamil dan
usianya masih di bawah 20 tahun disebut dengan primigravida muda, sedangkan
wanita yang pertama kali hamil dan usianya sudah melebihi 35 tahun disebut
dengan primigravida tua. Kondisi primigravida muda seperti yang dialami oleh
pasien (18 tahun) dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin dalam
kandungan (Manuaba, 2007).
Pengawasan pada ibu hamil yang tergolong ke dalam primigravida muda
perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia, hipertensi menuju preeklamsia
atau eklamsia, persalinan dengan berat badan lahir rendah, kehamilan disertai
infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Dan,
ditambah dengan adanya aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil dengan
usia muda, seperti kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan obat dan atau
perokok, serta kurang diperhatikannya arti dan manfaat dari ANC (Manuaba,
2007).
Selain mengalami kondisi kehamilan yang berisiko tinggi, pasien juga
mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). KEK merupakan kondisi di mana
ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan
kekurangan asupan energi dan protein yang berlangsung terus menerus yang dapat
mengakibatkan timbulnya gangguan penyakit tertentu. Penderita KEK memiliki
risiko melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih tinggi bila
dibandingkan dengan WUS normal (Depkes, 2002).
Untuk memastikan seorang ibu hamil masuk ke dalam kondisi KEK atau
tidak perlu dilakukan pemeriksaan antropometri yang meliputi pengukuran BB,
TB, dan LILA (Lingkar Lengan Atas). Data berat badan dan tinggi badan
diperlukan untuk menentukan IMT (Indeks Massa Tubuh) pasien. Hasil
perhitungan IMT pada Ibu Partiyah berdasar data yang telah didapatkan adalah
sebesar 15, 61, di mana angka tersebut tergolong ke dalam kategori berat badan
kurang (Normal: 18,5-22,9). Hasil pengukuran LILA pada Ibu Partiyah adalah 20
cm (Normal ≥ 23, 5 cm). Karena hasil pengukuran LILA pada pasien < 23,5 cm
maka pasien berisiko terkena KEK. Ibu hamil dengan KEK seperti yang dialami
oleh Ibu Partiyah diperkirakan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah
(Supariasa, 2002).
Kondisi KEK seperti yang dialami oleh Ibu Partiyah dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:
1. Faktor Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat memberikan pengetahuan
atau informasi lebih tentang gizi yang lengkap dan seimbang sehingga bisa
memenuhi asupan gizinya.
Pada kasus home visit ini, tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki
oleh pasien adalah SMP, di mana pendidikan setingkat SMP masih
tergolong ke dalam tingkat pendidikan ynag rendah. Tingkat pendidikan
yang rendah ini memungkinkan rendahnya ilmu pengetahuan yang
dimiliki ibu hamil mengenai asupan gizi dan kesehatan (Khaidar, 2005).
b. Pekerjaan
Resiko-resiko yang berhubungan dengan pekerjaan selama
kehamilan termasuk :
1. Berdiri lebih dari 3 jam sehari.
2. Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau
membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya.
3. Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan
membersihkan.
4. Jam kerja yang panjang.
Pekerjaan Ibu Partiyah adalah menjadi ibu rumah tangga. Dan
berdasarkan hasil wawancara yang telah didapat, diketahui bahwa Ibu
Partiyah sehari-hari melakukan kegiatan rumah tangga, seperti menyapu,
mengepel, dan terkadang masih mengangkat beban berat seperti bak
pakaian saat mencuci.
c. Pendapatan
Tingkat ekonomi seseorang berpengaruh dalam pemilihan
makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak
mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh. Seseorang
dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil, maka kemungkinan besar
gizi yang dibutuhan akan tercukupi (Weni, 2010).
Sumber penghasilan utama keluarga Ibu Partiyah berasal dari
penghasilan suaminya yang bekerja sebagai supir. Penghasilan per minggu
yang didapatkan adalah Rp 400.000,00. Penghasilan tersebut digunakan
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membayar kredit motor.
Keadaan ekonomi keluarga yang hanya sekadar cukup akan mengurangi
ketersediaan makanan yang berkualitas gizi baik bagi kesehatan Ibu
Partiyah dan janinnya. Apalagi ditambah dengan banyaknya jumlah
anggota keluarga yang menjadi tanggungan (7 orang).
2. Asupan nutrisi
Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang
dimakan seseorang dan dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau
energi dan zat gizi. Adanya kondisi gizi kurang dapat diakibatkan oleh
adanya perilaku asupan nutrisi ynag tidak baik. Tingkat asupan seseorang
akan mempengaruhi status gizi orang tersebut. Tingkat asupan ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas hidangan.
Kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda satu sama lain
disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, aktivitas, dan keadaan khusus
lainnya, seperti kehamilan. Kebutuhan zat gizi ibu hamil akan jauh lebih
banyak apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum hamil.
Dalam keseharianya, Ibu Partiyah lebih sering mengonsumsi nasi
dan sayur, dan kurang mencukupi asupan protein yang sangat diperlukan
oleh ibu dan janin dalam kandungan. Apalagi, pasien juga tidak
mengonsumsi susu sebagai asupan nutrisi tambahan karena selalu merasa
mual dan muntah setelah meminum susu.
3. Kebersihan lingkungan dan dukungan keluarga
Dengan terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, akan dapat
mengurangi kemungkinan terkena atau tertular penyakit yang dapat
mengganggu kesehatan ibu hamil. Dan, dengan adanya dukungan keluarga
selama masa kehamilan akan meningkatkan rasa aman dan percaya diri
pada diri ibu hamil tersebut, yang kemudian akhirnya ibu hamil tersebut
akan berusaha sebaik mungkin untuk selalu menjaga kesehatan diri dan
kandungannya.
Ibu Partiyah sendiri telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dengan baik. Akan tetapi, berdasarkan pada hasil wawancara
diketahui bahwa terdapat tetangga dekat rumah ada yang menderita
muntaber. Selain itu, dalam menghadapi masa kehamilan ini, sepertinya
pasien tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang cukup dari
anggota keluarga lain, kecuali oleh suami. Sedangkan suami pasien sendiri
yang bekerja sebagai supir, pulang hanya setiap akhir minggu saja.
Selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat faktor lain yang dapat
menyebabkan KEK, yaitu seperti faktor paritas dan faktor jarak antarkelahiran
(Rochjati, 2003). Namun, karena kehamilan pada Ibu Partiyah merupakan
kehamilan pertama, maka dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut tidak
berpengaruh terhadap kondisi KEK yang dialami pasien.
Kondisi KEK yang dialami ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir
dengan berat badan rendah (BBLR), peningkatan risiko abortus, terhambatnya
perkembangan otak pada bayi, serta terjadinya anemia dan infeksi pada bayi yang
baru lahir (Supariasa, 2002).
Ibu hamil yang mengalami KEK harus segera mendapatkan tindak lanjut.
Kiki tolong tambahin penatalaksanaan KEK yaa :D maaci
Selain melaksanakan penatalaksanan terhadap kondisi KEK pada ibu
hamil, juga diperlukan adanya pengenalan dan sosialisasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang merupakan salah satu upaya
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Di mana program ini tidak hanya
diberlakukan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi maupun kondisi KEK saja. P4K
memiliki pengertian pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan sebagai
upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami, dan keluarga, tentang:
1. Semua kehamilan berisiko atau membahayakan,
2. Bahaya kehamilan dan persalinan,
3. Ajakan kepada ibu hamil, suami dan keluarganya untuk melakukan
perencanaan persalinan, meliputi:
a. Tempat persalinan
b. Penolong persalinan
c. Persiapan transportasi
d. Persiapan keuangan
e. Calon donor darah
f. Persiapan pakaian bayi dan ibu hamil
g. Perencanaan KB (Keluarga Berencana) setelah melahirkan, dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran untuk meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Dinkes
Jaksel, 2010).
Gambar 1. Stiker P4K
Kondisi nya ibu partiyah ttg p4k nya perlu diceritain g ki? Kan soalnya ibunya
belom mikirin p4k. Aku bingunggg -,-
Kunjungan rumah yang telah dilakukan sebagaimana dipaparkan di atas
merupakan salah satu program dalam meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dengan cara mengenal lebih mendalam tentang kehidupan pasien
pasien serta membangung hubungan antara dokter dan pasien secara lebih baik.
Manfaat dilakukannnya kunjungan rumah yang lain adalah:
1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.
2. Dengan adanya kunjungan rumah, dokter akan memperoleh banyak informasi
tentang kondisi pasien. Dokter juga dapat menemukan beberapa kasus tertentu
yang masih bisa dicegah dan ditanggulangi sebelum berkelanjutan.
3. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien.
4. Kunjungan dokter ke rumah pasien dapat mempererat hubungan kekeluargaan
antara dokter dan pasien sehingga keterbukaan satu sama lain dapat terwujud.
5. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien,
dan atau dengan makin baiknya hubungan dokter-pasien, berarti sekaligus
akan meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan
kesehatan pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan
berperanan besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien.
6. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien. Pelayanan kedokteran yang dapat
memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika disertai
dengan hubungan dokter-pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang
amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction).
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Masalah kesehatan pasien harus dipandang secara biopsikososial baik
dari pasien, keluarga maupun lingkungan sekitarnya sehingga dapat
dilakukan pelayanan secara holistik dan komprehensif.
2. Dalam kasus ini, Ibu Partiyah (18 tahun) mengalami kehamilan berisiko
tinggi (usia pasien <20 tahun) yang juga ditambah dengan kondisi KEK
(Kekurangan Energi Kronis). Keadaan KEK tersebut nampaknya
disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi (terutama zat gizi protein)
sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu.
Ditambah dengan kondisi ekonomi yang hanya sekadar cukup (beban
keluarga yang terlalu banyak dengan sumber penghasilan hanya pada
suami) dan kurangnya dukungan serta perhatian dari keluarga selama
masa kehamilan.
3. Penyedia layanan kesehatan primer baik puskesmas atau dokter keluarga
harus mampu melakukan kunjungan rumah dan perawatan pasien di
rumah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pasien.
B. Saran
1. Bagi ibu hamil, sebaiknya selalu memperhatikan asupan nutrisi makanan
yang dikonsumsi dan memeriksakan kandungannya secara rutin ke
Puskesmas atau bidan terdekat.
2. Bagi ibu bidan, sebaiknya selalu aktif dalam melaksanakan kegiatan
kunjungan ke rumah untuk memantau keadaan ibu hamil, terutama bagi
ibu hamil dengan risiko tinggi maupun kondisi KEK. Di samping juga,
memberikan edukasi maupun konseling mengenai asupan nutrisi yang
baik selama kehamilan, pemeriksaan kehamilan, P4K, dan cara menyusui
serta merawat bayi dengan baik.
3. Bagi pihak Puskesmas, sebaiknya secara rutin melaksanakan sosialisasi
tentang pelaksanaan kunjungan rumah kepada petugas kesehatan dan
masyarakat sehingga baik petugas kesehatan maupun pasien dapat saling
bekerjasama untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dan
juga, meningkatkan kualitas pemahaman mengenai kunjungan rumah
kepada petugas pelaksana kunjungan rumah, sehingga pelayanan
kunjungan rumah dapat berjalan lebih baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Bickley LS, Szilagyi PG (2007). Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Chinue C (2009). Kekurangan energi kronik (KEK). http://chinue.wordpress.com/2009/03/14/makalah-KEK - Diakses Oktober 2012.
Depkes (2002). Pedoman praktis memantau status gizi orang dewasa. http://www.gizi.depkes.go.id/ - Diakses Oktober 2012.
Dinkes Jaksel (2010). Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. http://selatan.jakarta.go.id/sudinkes/?page=Artikel&id=6p4k – Diakses Oktober 2012.
Khaidar (2005). Hubungan kekurangan energi kronik pada ibu hamil dengan berat badan lahir bayi di wilayah Puskesmas Seyegan Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta : FK UGM.
Manuaba IBG (2007). Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.
Rochjati P (2003). Skrining antenatal pada ibu hamil. Surabaya : FK UNAIR
Soetrisno (2012). Faktor risiko tumbuh kembang janin. Surakarta: FK UNS.
Supariasa IDN (2002). Penilaian status gizi. Jakarta : EGC.
Tim Field Lab FK UNS. 2012. Home visit. Surakarta: FK UNS
Weni (2010). Gizi ibu hamil. Yogyakarta : Muha Medika.