A11ras_BAB v Pelaksanaan Mgang

19
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan adalah tempat untuk menumbuhkan kecambah hingga menjadi bibit dan memelihara sampai bibit siap ditanam di lapangan. Kegiatan pembibitan yang dilaksanakan bertujuan untuk melakukan seleksi sehingga hanya bibit yang baik yang ditanam di lapangan, untuk memelihara bibit secara intensif sehingga pertumbuhannya jagur dan seragam, meminimalkan gangguan pada masa pertumbuhan, menentukan tingkat kematian kecambah dan mengatur penggantian secara dini. Pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang, di PT Tunggal Perkasa Plantations sedang tidak melaksanakan kegiatan penanaman kecambah sehingga penulis hanya melakukan pengawasan, penyiraman, dan pemupukan. Sistem pembibitan yang digunakan di PT TPP adalah sistem double stage. Luas areal pembibitan di PT TPP yaitu 23.48 ha. Penyiraman bibit. Penyiraman pembibitan di PT TPP dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari dengan kebutuhan air sebanyak 1 2 liter/hari. Semakin tua umur bibit, semakin besar pula debit air yang diberikan. Penyiraman tidak mesti dilakukan setiap hari, jika pada malam hari hujan turun dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka penyiraman pagi hari ditiadakan, sedangkan jika hujan turun pada pagi hari dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman bibit menggunakan dua sistem, yaitu sumi sansui dan drip irrigation. Mekanisme penyiraman dengan menggunakan sumi sansui, yaitu dengan memanfaatkan tekanan sehingga air yang masuk ke dalam pipa akan tersebar melalui lubang kecil yang terdapat pada pipa bagian atas. Pipa sumi sansui berdiameter 2 inci dengan banyak lubang halus yang dirancang ke arah kanan kiri secara berselang-seling. Drip irrigation atau irigasi tetes merupakan sistem penyiraman dengan meletakkan selang infus pada setiap media pembibitan.

Transcript of A11ras_BAB v Pelaksanaan Mgang

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Pembibitan adalah tempat untuk menumbuhkan kecambah hingga menjadi

bibit dan memelihara sampai bibit siap ditanam di lapangan. Kegiatan pembibitan

yang dilaksanakan bertujuan untuk melakukan seleksi sehingga hanya bibit yang

baik yang ditanam di lapangan, untuk memelihara bibit secara intensif sehingga

pertumbuhannya jagur dan seragam, meminimalkan gangguan pada masa

pertumbuhan, menentukan tingkat kematian kecambah dan mengatur penggantian

secara dini.

Pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang, di PT Tunggal Perkasa

Plantations sedang tidak melaksanakan kegiatan penanaman kecambah sehingga

penulis hanya melakukan pengawasan, penyiraman, dan pemupukan. Sistem

pembibitan yang digunakan di PT TPP adalah sistem double stage. Luas areal

pembibitan di PT TPP yaitu 23.48 ha.

Penyiraman bibit. Penyiraman pembibitan di PT TPP dilakukan

sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari dengan kebutuhan air

sebanyak 1 – 2 liter/hari. Semakin tua umur bibit, semakin besar pula debit air

yang diberikan. Penyiraman tidak mesti dilakukan setiap hari, jika pada malam

hari hujan turun dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka penyiraman pagi

hari ditiadakan, sedangkan jika hujan turun pada pagi hari dengan debit air lebih

besar dari 8 mm maka tidak dilakukan penyiraman.

Penyiraman bibit menggunakan dua sistem, yaitu sumi sansui dan drip

irrigation. Mekanisme penyiraman dengan menggunakan sumi sansui, yaitu

dengan memanfaatkan tekanan sehingga air yang masuk ke dalam pipa akan

tersebar melalui lubang kecil yang terdapat pada pipa bagian atas. Pipa sumi

sansui berdiameter 2 inci dengan banyak lubang halus yang dirancang ke arah

kanan kiri secara berselang-seling. Drip irrigation atau irigasi tetes merupakan

sistem penyiraman dengan meletakkan selang infus pada setiap media pembibitan.

20

Sistem ini memiliki kelebihan, yaitu efiseinsi dalam penggunaan air dan

meminimalkan kehilangan media tanam dan pupuk.

Pemupukan bibit. Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis dan umur

bibit yang mengikuti standar rekomendasi pemupukan. Pupuk diaplikasikan

dengan cara menabur pupuk di atas tanah polybag secara melingkar dengan jarak

4 – 5 cm dari pangkal bibit dan tidak boleh mengenai daun atau akar. Akar yang

terbuka terlebih duhulu harus dibumbun dengan tanah halus. Pemupukan

dilakukan dan diselesaikan petak demi petak. Pemupukan dilakukan setelah 1 jam

penyiraman pertama.

Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman merupakan suatu usaha untuk meningkatkan atau

menjaga kesuburan tanah dalam lingkungan pertumbuhan tanaman guna

mendapatkan tanaman yang sehat dan berproduksi sesuai yang diharapkan.

Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dibagi atas dua, yaitu pemeliharaan

tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM).

Pasa fase TBM, pemeliharaan dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang

sehat dan jagur (pertumbuhan vegetatif), sedangkan untuk fase TM pemeliharaan

ditujukan untuk memperoleh produksi optimal.

Penanaman dan perawatan legume cover crop (LCC). Di Afdeling V

Kebun Bandar Balam Radang Seko PT Tunggal Perkasa Plantations jenis LCC

yang ditanam adalah Mucuna bracteata. Peningkatan pertumbuhan Mucuna

bracteata merupakan salah satu item project improvement dari Afdeling V. Satu

pohon sawit ditanam empat bibit Mucuna bracteata yang berbentuk ondol-ondol

(bibit stek yang dibungkus media tumbuh dengan menggunakan plastic yang

dibentuk bulat-bulat) sehingga satu hektar membutuhkan 572 bibit Mucuna

bracteata.

Mucuna bracteata memiliki ciri-ciri berdaun lebar yang berwarna hijau,

batang berwarna ungu untuk batang muda dan berwarna hijau dan berbulu untuk

batang tua, serta berkembang biak dengan menggunakan stolon. Seperti halnya

tanaman penutup tanah lainnya, Mucuna bracteata berfungsi sebagai pengikat

nitrogen, menahan terjadinya erosi, menyimpan air, dan menahan pertumbuhan

21

gulma. Standar perawatan Mucuna bracteata di PT TPP dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3. Standar Rotasi Perawatan Mucuna bracteata di PT TPP

Umur

(bulan)

Rotasi Rawat Gawangan Rotasi Rawat Piringan

Chemis

(kali/bulan)

Manual

(kali/bulan)

Chemis

(kali/bulan)

Manual

(kali/bulan)

0-6 1 3 - -

7-12 - - 1 2

12 1 - 1 -

12-36 1.5 3 1.5 -

48 3 4 3 - Sumber : Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)

Standar perawatan Mucuna bracteata yaitu 4 HK/ha. Pupuk yang

digunakan yaitu Rock Phosphate (RP) dengan dosis 125 kg per hektar. Kegiatan

penanaman dan perawatan Mucuna bracteata di lapangan dapat dilihat pada

Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Penanaman (a) dan Perawatan Mucuna bracteata (b)

Rawat parit dan pembuatan parit. Kegiatan rawat parit dilakukan secara

manual dengan norma kerja 20 m/HK. Merawat parit meliputi kegiatan

pembersihan bibir parit, melebarkan bibir parit, dan melancarkan aliran air parit.

Pembersihan dilakukan selebar 1 m dari bibir parit, bibir parit harus bersih dari

gulma dan pelepah yang jatuh, kemudian pelepah tersebut ditumpuk bersama di

gawangan mati. pelebaran bibir parit dilakukan apabila lebar bibir parit yang ada

kurang dari 1.5 m, tanah dicangkul untuk kemudian diletakkan di sekitar bibir

parit. Pelepah dan sampah-sampah yang ada di parit harus dinaikkan sampai parit

tersebut bersih hingga kedalaman 1 m.

22

Pembuatan tapak timbun. Tapak timbun berfungsi untuk melindungi

tanaman dari genangan air saat curah hujan tinggi pada daerah rendah dan areal

pasang surut atau dekat dengan aliran air sungai, menghindari pencucian unsur

hara atau hilangnya pupuk akibat aliran air, dan menghindari pengikisan tanah

oleh air sehingga akan memperkokoh akar tanaman.

Tapak timbun dibuat melingkari tanaman sawit. Standar ukuran dalam

pembuatan tapak timbun yaitu jari-jari 2 m dengan tinggi timbunan mencapai 0.5

m. Pada jarak 0.5 m dari tanaman sawit dibuat cekung ke dalam atau pangkal

tanaman tidak boleh tertimbun, hal ini untuk mempermudah penyerapan air. Alat

yang digunakan untuk pembuatan tapak timbun adalah cangkul. Tanah yang

digunakan menimbun merupakan tanah galian di sekitar tanaman sawit.

Permukaan tapak timbun diratakan dan dipadatkan agar tetap tahan dari hujan dan

aliran air bawah.

Rawat piringan (circle). Piringan adalah areal di sekeliling pohon sawit

yang memberikan ruang untuk pertumbuhan tanaman sehingga harus dibersihkan

untuk mempermudah pengumpulan brondolan sewaktu panen dan tempat untuk

penaburan pupuk. Rawat piringan adalah membersihkan piringan dari gulma-

gulma yang merugikan tanaman dalam hal persaingan unsur hara, pupuk, dan air.

Pada tanaman menghasilkan (TM), jari-jari piringan minimal ditambah 15

cm dari ujung daun terluar. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan

cara membabad gulma hingga mencapai tinggi 20 – 30 cm dari permukaan tanah,

kemudian sisanya dibersihkan menggunakan cangkul atau dapat langsung

dicangkul tanpa dibabad terlebih dahulu. Pencangkulan gulma dilakukan dari arah

dalam ke luar piringan. Norma kerja pada perawatan piringan secara manual

adalah 0.5 HK/ha.

Pada perawatan piringan secara kimia, dilakukan penyemprotan herbisida

dengan rotasi 90 hari atau 4 kali dalam setahun. Piringan setelah disemprot harus

bebas dari segala jenis gulma dan rumput-rumputan. Untuk memudahkan

penyemprotan, maka cara penyemprotan untuk tanaman menghasilkan (TM)

adalah mengelilingi piringan searah jarum jam (ke kanan). Tangan sebelah kanan

digunakan untuk menyemprot dan tangan sebelah kiri digunakan untuk

menyibakkan daun saat penyemprotan, sehingga bahan kimia tidak mengenai

23

daun yang dapat menyebabkan kematian. Bila pada saat pelaksanaan pekerjaan

pengendalian gulma, dijumpai piringan yang masih bersih sesuai standar maka

piringan tersebut bisa ditinggalkan (perawatan selektif). Norma kerja pada

perawatan piringan secara kimia adalah 0.25 HK/ha.

Rawat pasar pikul (path). Pasar pikul adalah jalan yang berada di tengah-

tengah barisan tanaman yang berfungsi sebagai jalan pekerja rawat dan jalan

pengangkut panen dari dalam blok ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Standar

lebar pasar pikul adalah 1.2 – 1.5 m yang letaknya searah barisan tanaman untuk

areal datar dan mengikuti kontur untuk daerah berbukit. Jalan panen harus ada

pada setiap dua barisan tanaman dan harus bebas dari gulma, tunggul/sisa-sisa

kayu, anak kayu, dan kacang-kacangan. Rawat pasar pikul dilakukan secara

manual dan kimia. Perawatan secara kimia untuk jalan panen dilakukan rutin

dengan rotasi 90 hari atau 4 kali setahun dengan norma kerja 0.05 HK/ha.

Rawat tempat pengumpulan hasil (TPH). TPH atau tempat

pengumpulan hasil adalah suatu tempat yang dibuat khusus untuk mengumpulkan

hasil panen (TBS dan brondolan) dari dalam blok, sehingga hasil panen terkumpul

dan dapat diketahui hasil per karyawan pemanen dan mempercepat pengangkutan.

Ukuran TPH umumnya 4 m x 3 m. Perawatan TPH dilakukan rutin secara kimia

dengan rotasi 90 hari atau 4 kali dalam setahun. TPH harus bersih dari segala jenis

gulma. Pekerjaan rawat TPH dilakukan bersama dengan kegiatan rawat piringan

dan rawat jalan panen dengan norma kerja 0.5 HK/ha.

Rawat gawangan. Gawangan adalah areal yang berada di luar piringan

tanaman. Areal tersebut harus dikendalikan dari gulma yang dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, serta menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab agar

penyerbukan dapat lebih lancar dan mencegah berkembangnya penyakit tanaman.

Selain itu, pengendalian gulma pada gawangan dapat memberi peluang cahaya

matahari sampai ke permukaan tanah.

Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari sekelompok anak kayu

yang ada di gawangan yang dianggap merugikan tanaman maupun menyulitkan

pekerjaan panen baik di pasar pikul, piringan, dan sekitar parit/sungai. Penyiangan

gawangan bertujuan untuk membuang semua jenis gulma yang merugikan, baik

secara teknis maupun ekonomis. Perawatan gawangan dilakukan dengan weeding

24

manual dan dongkel anak kayu (DAK). Gawangan harus bebas dari gulma

kelompok kayu-kayuan, pakis-pakisan, bambu, kerisan, dan sebagainya. Rotasi

dongkelan umumnya bervariasi antara 50 – 60 hari. Hal ini disebabkan siklus

hidup dari gulma yang pengendaliannya dengan cara didongkel sejak dari biji

hingga tumbuh muda umumya berkisar 45 – 60 hari. Pelaksanaan DAK adalah

dengan membongkar semua gulma yang termasuk anak kayu dan menghindarkan

pembabadan gulma. Pembabadan gulma dapat mengakibatkan tertinggalnya akar

atau sebagian dari batang tanaman yang dapat tumbuh dan bertunas kembali.

Norma kerja pada pekerjaan rawat gawangan secara manual adalah 1.5 HK/ha.

Pemangkasan pelepah (prunning). Pemangkasan pelepah pada tanaman

kelapa sawit adalah pekerjaan memotong pelepah daun tua yang dianggap sudah

kurang produktif. Pemotongan daun tua yang sudah kurang produktif tersebut

bertujuan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif,

mempermudah pelaksanaan panen, mengurangi salah satu faktor yang

menghalangi penyerbukan secara alami, cahaya dapat masuk lebih merata

sehingga proses asimilasi dan sirkulasi angin dapat lebih baik, mendorong

penyaluran zat hara yang diserap tanaman pada daun yang lebih produktif, dan

mengurangi brondolan yang menyangkut pada cabang.

Untuk menjaga keseimbangan aspek vegetatif dan generatif maka jumlah

cabang optimum disesuaikan dengan unsur tanaman. Selain itu tujuan akhir dari

pemeliharaan cabang adalah untuk mendapatkan produksi yang optimum karena

berkaitan dengan fotosintesis. Pada tanaman muda, pelepah yang harus disisakan

adalah 48 – 56 pelepah, pada tanaman dewasa 40 – 48 pelepah, dan untuk

tanaman tua 32 – 40 pelepah.

Pekerjaan prunning dilakukan secara rutin pada tanaman menghasilkan

(TM). Alat yang digunakan untuk prunning adalah dodos besar atau egrek,

bergantung pada ketinggian tanaman. Prunning maksimum boleh dilakukan

dalam bentuk songgo dua (dua pelepah di bawah tandan paling bawah harus

ditinggalkan). Tujuan pemangkasan pelepah yang dilakukan dengan songgo dua

adalah untuk memudahkan pelaksanaan panen karena tanaman sudah cukup

tinggi, dan memberikan keleluasaan perkembangan tandan untuk menghindari

adanya tandan terjepit. Pemotongan pelepah harus dilakukan sedekat mungkin

25

dengan pohon. Hal dilakukan agar brondolan yang jatuh tidak tersangkut pada

cabang. Semua pelepah yang telah dipotong harus disusun rapi di gawangan mati

dengan posisi telungkup. Penyusunan pelepah tidak boleh mengganggu pasar

pikul dan piringan. Pada areal yang curam, pelepah disusun mengikuti kontur

untuk menahan aliran air. Tujuan penyusunan pelepah adalah untuk menjaga

kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi, memudahkan

kegiatan perawatan dan panen, merangsang pertumbuhan akar, dan sebagai

sumber bahan organik. Tenaga kerja yang digunakan untuk pemangkasan pelepah

adalah tenaga kerja harian maupun borongan. Rotasi penunasan yang dilakukan

adalah 1 kali per tahun.

Pengambilan Sampel Daun (LSU)

Leaf Sample Unit (LSU) yaitu suatu unit sampel daun yang diambil dari

kelompok lahan dengan tanaman yang diamati mewakili dan homogen. Manfaat

LSU adalah sebagai indikator status hara tanaman yang menggambarkan

kecukupan hara, indikasi kekurangan dan kelebihan hara yang menjadi

pertimbangan dalam pemberian dosis pupuk. Dasar pembagian LSU yaitu umur

tanaman, jenis tanah, keseragaman kultur teknis, topografi lahan, dan varietas

tanaman. Pengambilan LSU sebaiknya pada pagi hari yaitu pukul 06.00 – 12.00

WIB dan tidak dibenarkan sore hari, apabila malam hujan ≥ 20 mm maka LSU

ditunda esok harinya dan apabila pada saat LSU sedang berjalan, turun hujan,

maka ditunda sampai hujan berhenti dan rintik-rintik hujan tidak ada lagi.

Jumlah pokok sampel yang diambil yaitu 33 – 36 pokok per blok LSU.

Penetapan pokok sampel bergantung pada sistem, misalnya 12 x 13, artinya tiap

12 pokok dalam barisan dan tiap 13 baris, mulai diambil pokok ke-3 setiap masuk

barisan LSU, kondisi pokok sampel relatif sama dengan kondisi tanaman di blok

tersebut. Pokok yang tidak boleh dijadikan sampel yaitu pokok sakit atau

abnormal, tumbuh miring, di pinggir jalan, pinggir parit atau sungai, tanaman

sisipan, dan di sekelilingnya ada tanaman kosong atau tidak ditanam.

Pemilihan pelepah untuk LSU yaitu pelepah ke-17 untuk TM 4 tahun ke

atas, pelepah ke-9 untuk TBM 2 – 3 tahun, dihitung dari pelepah satu yaitu

pelepah yang paling muda yang telah membuka sempurna. Cara pengamatan

26

sampel daun yaitu daun disimpan dalam kantong plastik yang bersih dan diberi

label, tidak boleh terkena tanah, kotoran/debu, dan pupuk, tidak boleh terkena

sinar matahari langsung, tidak boleh terkena keringat atau asap rokok.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulama di perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk sanitasi,

memudahkan pemeliharaan, taksasi, dan panen. Gulma yang dominan tumbuh di

areal perkebunan PT TPP adalah Nephrolepis biserata, Imperata cylindrica,

Scleria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa,

Melastoma malabatricum, Ageratum conyzoides. Pengendalian gulma dilakukan

secara manual dan kimiawi. Pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pengendalian gulma secara

kimiawi dilakukan untuk piringan, pasar pikul, dan tempat pengumpulan hasil

(TPH) serta untuk pengendalian ilalang (Imperata cylindrica). Gulma yang

dominan di Afdeling Viktor PT TPP dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2. Gulma Dominan di Afdeling Viktor :

(a) Imperata cylindrica dan (b) Dicranopteris linearis

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia

dilakukan pada circle (piringan), path (pasar pikul), dan tempat pengumpulan

hasil (TPH) atau lebih dikenal dengan sebutan CPT (circle, path, dan TPH).

Circle merupakan areal di sekeliling pohon dengan jari-jari 2 – 2.5 meter dari

pohon. Circle harus dibersihkan dari semua jenis gulma untuk memudahkan

penaburan pupuk, serta untuk memudahkan pemanenan. Pemberantasan gulma di

piringan dikendalikan dengan cara circle weeding chemis (CWC) dan circle

weeding manual (CWM). Penggunaan herbisida disesuaikan dengan jenis gulma

27

yang tumbuh di piringan. Norma standar penggunaan materi herbisida pada TBM

dapat diliht pada Tabel 4.

Tabel 4. Norma Standar Pemberian Material Herbisida pada TBM

No. Deskripsi Material

TBM 1 TBM 2 TBM 3

Dosis l/ha/

rotasi

Rotasi (kali/

thn)

l/ha/ thn

Dosis l/ha/

rotasi

Rotasi (kali/

thn)

l/ha/ thn

Dosis l/ha/

rotasi

Rotasi (kali/

thn)

l/ha/ thn

1. CPT: Cricle Weeding,

Path dan TPH

Round Up

Ally

0.500

0.025

3

3

1.500

0.075

0.500

0.025

4

4

2.000

0.100

2. Rawat gawangan a. Weeding

Chemist (WC)

Ally

Gramoxone

0.025

0.500

3

3

0.075

1.500

0.025

0.500

3

3

0.075

1.500

. b. Lalang

-Spot Lalang -Wiping Lalang

Round Up Round Up

0.40 0.03

3 12

1.20 0.36

0.030

12

0.360

0.030

12

0.360

Sumber: PT Tunggal Perkasa Plantation 2010

Path (jalan angkong atau pasar pikul) merupakan jalan panen di tengah

barisan tanaman yang diperuntukkan bagi pemanen guna memudahkan

pelaksanaan panen, mempermudah pengangkutan hasil, dan juga memudahkan

dalam perawatan. Tempat pengumpulan hasil (TPH) merupakan tempat untuk

mengumpulkan tandan buah segar dan brndolam sehingga memudahkan dalam

pengangkutan buah ke pabrik kelapa sawit. Pengendalian gulma di jalan angkong

dan TPH dilakukan secara kimiawi dengan rotasi 60 hari dan kebutuhan HK

sebesar 0.3 HK/ha.

Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu

(DAK) merupakan kegiatan mendongkel gulma baik yang berada di piringan

maupun di gawangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan cangkul. Gulma

atau anak kayu yang didongkel di antaranya Clidemia hirta, teki, putihan, anak

sawit, dan semua jenis tanaman berkayu lainnya yang tumbuh di piringan dan

gawangan kelapa sawit.

Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan penaburan pupuk di lahan perkebunan

kelapa sawit sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan perusahaan yang

didasarkan pada analisis daun dan analisis tanah. Analisis daun di PT TPP

dilakukan satu tahun sekali yaitu pada akhir semester satu (bulan Juni). Hasil

analisis daun digunakan sebagai rekomendasi pemupukan pada tahun berikutnya.

28

Analisis daun dilakukan per blok tanaman, sehingga dosis pupuk per blok tidak

sama. Pemupukan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Tujuan dari

pemupukan adalah untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman pada tanaman

belum menghasilkan (TBM) dan untuk meningkatkan produksi untuk tanaman

menghasilkan (TM).

PT Tunggal Perkasa Plantation melakukan pemupukan dengan dua jenis,

yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemupukan organik dengan

menggunakan limbah padat berupa tandan kosong (tankos) dan pupuk kandang.

Sedangkan pemupukan anorganik menggunakan pupuk kimia/buatan seperti

pupuk tunggal (ZA, MOP, RP, Kieserit, dan Borat) dan pupuk majemuk (NPK

15:15:15 dan NPK 12:12:17). Pada saat magang penulis hanya melakukan

pengamatan kegiatan pemupukan pada fase TBM.

Pemupukan organik (janjangan kosong dan pupuk kandang).

Janjangan kosong (JJK) merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa

sawit oleh pabrik dengan produksi JJK sekitar 23 % dari tandan buah segar (TBS).

Potensi JJK sebagai pupuk organik berkaitan dengan kandungan haranya yang

cukup tinggi. JJK kelapa sawit mengndung unsur hara N, P, K, dan Mg yang

dibutuhkan tanaman. Satu ton JJK kepala sawit setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg

RP, 12 kg MOP, dan 2 kg Kieserit. Di PT Tunggal Perkasa Plantation JJK

diaplikasikan dengan dosis 60 ton/ha.

Aplikasi JJK kelapa sawit banyak mengalami masalah di lapangan, di

antaranya adalah tumpukan JJK menutupi jalan dan menghambat proses pekerjaan

panen dan rawat pada blok tersebut. Selain itu, truk yang mengangkut JJK dari

pabrik sering kali melebihi kapasitas truk. Hal tersebut menyebabkan JJK–JJK

akan berjatuhan dan tercecer di sepanjang jalan yang dilalui.

Alat yang digunakan untuk menyusun JJK adalah gancu/tajok dan

angkong untuk melansir janjangan kosong. JJK disusun rapi di sekeliling pohon

sawit dengan jarak 1 – 2 meter dari batang sawit, seperti terlihat pada Gambar 3.

29

Gambar 3. Susunan Janjangan Kosong pada TBM Kelapa Sawit

Selain janjangan kosong, PT Tunggal Perkasa Plantation jaga

menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang yang diaplikasikan di kebun

merupakan kotoran ayam yang dipasok dari daerah Sumatra Barat. Pada beberapa

kejadian, pupuk kandang yang dikirim ke kebun sudah tidak murni lagi karena

telah dicampur dengan sekam dan tanah. Pupuk kandang mengandung 0.5 % N,

0.25 % P2O5, dan 0.5 % K2O. Pemupukan dilakukan secara manual dengan

menggunakan sistem target, 20 karung/orang/hari. Pupuk kandang dimasukkan ke

dalam rorak yang telah disediakan di dekat pohon sawit dengan dosis 20

kg/rorak. Ukuran rorak panjang 1 m, lebar 20 cm, dan dalam 30 cm.

Pemupukan anorganik. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dalam

satu tahun yaitu pada semester satu (Januari – Juni) dan semester dua (Juli –

Desember). Jenis pupuk yang digunakan merupakan pilihan berdasarkan

pertimbangan teknis dan ekonomis yang ditetapkan oleh Direktorat

Pengembangan Produksi dan Kontrol PT Astra Agro Lestari, Tbk. Jenis pupuk

yang diberikan adalah pupuk majemuk (NPK), RP, MOP, Urea, Borate, dan

Kieserit. Penaburan pupuk NPK dilakukan pada awal musim hujan dengan

kisaran curah hujan 100 – 200 mm/bulan, sedangkan penaburan pupuk RP, MOP,

Urea, Borate, dan Kieserit dapat dilakukan kapan saja (tidak bergantung pada

musim).

Pemupukan dilakukan secara manual dan mekanis. Pemupukan manual

dilakukan pada daerah bergelombang atau rolling. Pemupukan dilakuan secara

berkelompok yang terdiri atas mandor pupuk, pengumpul karung, pelangsir

pupuk, dan beberapa orang penabur yang disesuaikan dengan jumlah pupuk yang

30

akan ditabur. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah

ember plastik, kain untuk menggendong, dan takaran. Pemupukan secara mekanis

dilakukan dengan menggunakan fertilizer spreader dan hanya dilakukan untuk

daerah datar atau flat.

Pemanenan

Pemanenan adalah pengambilan buah kelapa sawit yang telah memenuhi

kriteria matang panen dari pohonnya, selanjutnya bersama-sama brondolannya

dikumpulkan untuk diangkut ke pabrik. Pemanenan merupakan kegiatan inti dari

operasional kebun kelapa sawit untuk mendapatkan jumlah TBS yang tinggi,

mendapatkan jumlah minyak dan kernel (rendemen) yang tinggi, mendapatkan

mutu minyak yang tinggi, biaya panen efisien, dan eksploitasi berjalan dengan

baik sehingga mencapai umur produktif yang lama.

Kriteria panen. kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat

membantu pemanen memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria panen kelapa

sawit dapat ditentukan yaitu buah matang yang telah membrondol, minimal sudah

terdapat 10 brondolan yang lepas dari TBS/janjang atau 2 brondolan/kg berat

janjang. Mutu panen buah yang baik ditentukan oleh derajat kematangan buah

yang akan mempengaruhi rendemen minyak dan ALB. Tingkat kematangan buah

dinyatakan dengan fraksi tandan atau buah luar yang memberondol dapat seperti

tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Matang Panen Berdasarkan Tingkat Fraksi Buah Kelapa Sawit

Fraksi % Brondolan Lepas Derajat Kematangan

00

0

1

2

3

4

5

0

1 – 12.5

12.5 – 25

25 – 50

50 – 75

75 – 100

Buah dalam memberondol

Sangat mentah

Mentah

Matang

Matang I

Matang II

Lewat matang I

Lewat matang II Sumber: PT Tunggal Perkasa Plantation (2010)

31

Kesalahan yang sering dilakukan oleh pemanen adalah memotong buah

mentah dan meninggalkan brondolan di piringan. Untuk menanggulangi hal

tersebut yang paling baik dilakukan adalah kontrol sesering mungkin di TPH dan

ancak panen karena kerugian akibat memotong buah mentah yaitu kehilangan

sebagian potensi produksi minyak, mengganggu kelestarian produksi, dan

merugikan pabrik kelapa sawit. Sedangkan kerugian meninggalkan brondolan

adalah kerugian secara ekonomis bagi perusahaan. Oleh karena itu di PT TPP

pemanen diharuskan berpasangan untuk mengutip semua brondolan yang ada di

piringan dan sekitarnya. Pengawasan panen pada PT TPP dilaksanakan oleh

mandor panen, krani panen, mandor 1, asisten afdeling, dan kepala kebun.

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di PT TPP merupakan

sistem panen hancak tetap. Sistem tersebut sangat baik digunakan pada areal yang

sempit, topografi berbukit atau curam, dan tahun tanam yang berbeda-beda. Pada

sistem tersebut pemanen diberi ancak dengan luas areal 1.5 – 2 ha per orang dan

tidak berpindah-pindah. Luas ancak panen bergantung pada umur tanaman. Pada

tanaman yang masih muda ancak panen lebih besar daripada tanaman yang lebih

tua. Hal tersebut disebabkan tanaman kelapa sawit yang masih muda lebih mudah

dipanen dan lebih mudah dalam pengangkutan.

Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen

terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Di PT TPP rotasi panen

yang digunakan adalah 6/7 artinya areal dibagi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari

dalam 7 hari. Rotasi panen yang digunakan adalah rotasi panen yang normal

karena proses pematangan buah adalah ± 7 hari. Akan tetapi sering kali rotasi

panen berubah bergantung pada kondisi kerapatan buah.

Taksasi produksi. Sebelum dilakukan pemanenan, perlu dilakukan

taksasi produksi harian yang dilakukan sehari sebelum panen. Angka kerapatan

panen (taksasi) adalah perkiraan jumlah pohon yang dapat dipanen dari seluruh

pohon yang ada dalam blok, yang dihitung secara acak dari sejumlah pohon

tertentu dari masing-masing blok. Sistem perhitungan yang digunakan adalah

dengan mengamati pokok sampel pada gawangan sampel yang berada pada areal

atau blok yang akan dipanen. Umumnya dari satu areal diambil 10 % sebagai

pokok sampel. Data yang dicatat dalam taksasi produksi harian di antaranya

32

adalah jumlah bunga, buah hitam, buah mengkal, dan buah masak. Data jumlah

bunga digunakan untuk memperkirakan produksi buah 6 bulan yang akan datang.

Jumlah buah hitam digunakan untuk estimasi produksi semester ini. Jumlah buah

mengkal digunakan untuk memperkirakan produksi rotasi panen berikutnya.

Sedangkan data buah masak digunakan untuk taksasi produksi rotasi minggu ini.

Alat-alat panen. Alat-alat panen yang digunakan untuk memotong TBS

dari pokoknya digunakan dodos dan egrek. Dodos digunakan untuk memotong

TBS pada tanaman yang masih pendek dan mudah dijangkau, sedangkan untuk

tanaman yang lebih tinggi (tinggi > 3 m) digunakan egrek. Alat-alat yang sering

digunakan dalam pelaksanan panen di PT TPP tercantun pada Tabel 6.

Tabel 6. Alat-alat Panen Kelapa Sawit yang Digunakan di PT Tunggal

Perkasa Plantations

No. Nama Alat Kegunaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Dodos

Egrek

Angkong

Gancu

Kapak Tomasun

Karung

Batu asah

Pemotong tandan buah pada tanaman yang masih pendek

Pemotong tandan buah pada tanaman yang sudah tinggi

Alat angkut TBS dan brondolan dari pasar pikul ke TPH

Alat angkut TBS dari pokok ke pasar pikul/ke angkong

Memotong tandan buah yang panjang

Tempat brondolan

Pengasah dodos, egrek, kapak, dan lain-lain Sumber: Hasil Pengamatan di Lapangan (2010).

Pelaksanaan panen. pelaksanaan panen dilakukan sesuai dengan ancak

yang telah ditentukan. Satu orang pemanen dapat juga memanen lebih dari satu

ancak dalam satu hari sesuai dengan pembagian hanca. Pemanen dalam

mengerjakan hanca sering kali dibantu oleh satu atau dua orang dan biasa disebut

kenek. Kenek tersebut membantu pemanen dalam mengutip brondolan yang jatuh

di piringan, mengangkut tandan ke TPH, dan sebagai pemanen cadangan.

Pemanen dalam memotong buah matang terlebih dahulu memotong

pelepah yang menyangga buah tersebut atau yang mengganggu pelaksanaan

panen. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pemotongan tandan buah

yang akan dipanen. Pelepah yang sudah dipotong kemudian disusun membentuk

huruf “U” mengelilingi pokok atau membentuk huruf “I” sebagai gawangan mati

dengan ujung pelepah mengarah utara-selatan. Pemotongan tandan pada TM yang

tinggi dilakukan dengan egrek, sedangkan pada tanaman yang pendek dengan

33

menggunakan dodos. TBS yang sudah dipanen kemudian diangkut ke TPH

dengan menggunakan angkong. Di PT TPP panjang tangkai dari pangkal buah ± 1

cm yang berbentuk huruf “V” (cangkem kodok). Alat yang digunakan untuk

memotong tangkai panjang adalah kampak yang disebut Tomasun. Nama

Tomasun merupakan gabungan dari dua nama pekerja PT TPP Tomi dan Asum

yang menemukan alat tersebut. Kapak tersebut menghasilkan potongan seperti

hurup “V” atau seperti cangkem kodok. Pada tangkai buah diberi nomor sesuai

pemanen di hancak tersebut. Buah yang sudah di TPH disusun rapi dengan

tangkai buah menghadap ke jalan untuk mempermudah pengangkut melihat

nomor panen serta mempermudah krani buah dan mandor panen dalam

melakukan pengecekan buah mentah.

Basis dan premi panen. Pada kegiatan panen di perkebunan kelapa sawit

dikenal istilah basis. Di PT Tunggal Perkasa Plantations untuk panen diterapkan

basis borong. Basis borong adalah target tonase atau jumlah janjang berdasarkan

berat janjang rata-rata (BJR) tertentu yang harus didapatkan oleh seorang

pemanen dalam satu hari sebagai dasar untuk menghitung premi panen. Premi

panen merupakan pemberian pendapatan tambahan di luar gaji pokok yang

disesuaikan dengan prestasi kerja (PK). Sistem perhitungan premi pemanen dapat

dilihat pada Lampiran 8 . Besarnya basis borong ditentukan oleh tahun tanam dan

topografi areal panen. Besarnya pemberian premi ditentukan oleh kriteria tahun

tanam tanaman kelapa sawit dan kriteria kelas pemanen. Kriteria kelas pemanen

dapat dilihat pada Lampiran 9 .

Premi panen selain diberikan kepada pemanen juga diberikan kepada

mandor panen, kerani panen, mandor transportasi, dan mandor satu. Premi

mandor panen adalah 1.5 kali dari rata-rata premi pemanen yang diawasi

dikalikan faktor kualitas; premi mandor satu adalah 1.5 kali dari rata-rata premi

mandor panen yang ada di afdeling dikalikan faktor kualitas; serta premi kerani

panen dan mandor transportasi adalah 1.25 kali dari rata-rata pendapatan premi

pemanen yang ada di wilayahnya dikalikan faktor kualitas. Faktor kualitas

ditentukan berdasarkan rendemen dan kandungan asam lemak bebas (ALB) harian

pabrik, seperti tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Faktor Kualitas Pabrik Kelapa Sawit di PT Tunggal Perkasa

34

Plantations

No. Rendemen (%) ALB (%) Faktor Kualitas (%)

1. > 23.5 < 3 125

2. 23 – 23.5 < 3 100

3. 22 – 23 < 3 75

4. Berapapun > 3 50

5. < 22 Berapapun 50 Sumber : Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)

Aspek Manajerial

Karyawan Non staf

Penggerak utama dalam suatu organisasi suatu perusahaan adalah sistem

manajerial. Sistem manajerial yang baik didukung dengan sumber daya manusia

yang handal dapat memberikan pengaruh yang positif bagi suatu perusahaan.

Setelah penulis mengikuti kegiatan-kegiatan secara langsung di lapangan sebagai

BHL, maka selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Mandor

adalah manajer tingkat bawah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan semua

kegiatan di lapangan. Mandor harus mampu memotivasi pekerja untuk bekerja

sesuai dengan standar operasional perusahaan. Pengawasan yang dilakukan oleh

mandor bertujuan untuk meningkatkan keefektifan bekerja. Setiap mandor

bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikoordinirnya dengan selalu

berpedoman pada Lembar Rencana Kerja (LRK) yang telah ditetapkan kepala

afdeling dan perusahaan.

Setiap hari mandor mengisi buku kerja mandor yang berisi daftar hadir

pekerja setelah selesai kegiatan dan prestasi kerja yang diperolehnya pada hari itu.

Buku kerja mandor merupakan alat yang digunakan dalam pengawasan pekerja.

Mandor harus bisa memberi motivasi dan mengarahkan pekerja dalam melakukan

suatu pekerjaan, karena hal inilah yang menentukan tercapainya target atau tidak

suatu pekerjaan. Jumlah tenaga kerja yang diawasi oleh mandor bervariasi antara

5 – 25 orang.

Seorang mandor mempunyai kegiatan-kegiatan wajib yang harus diikuti,

di antaranya apel pagi bersama BHL, briefing bersama kepala afdeling atau kepala

35

kebun untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan,

briefing tentang teknik aplikasi pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan

perusahaan (SOP), mengisi daftar hadir pekerja sebelum dan sesudah bekerja,

mengawasi pekerjaan secara langsung serta mengarahkan pekerja agar bekerja

lebih efektif, menghitung dan melaporkan hasil pekerjaan meliputi prestasi kerja

pekerja dan kualitas pekerjaan serta masalah yang dihadapi kepada kepala

afdeling. Selain itu, mandor juga mempunyai kewajiban mengurus pengambilan

material dan mempersiapkan tenaga kerja.

Mandor I. Tingkatan yang berada di bawah kepala afdeling adalah

mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan yang ada di

lapangan. Fungsi dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas dibandingkan

dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol

semua jenis pekerjaan yang dilakukan, sekaligus memberikan penilaian terhadap

hasil kerja tersebut. Mandor I mempunyai hak untuk menegur mandor lain jika

mandor tersebut melakukan kesalahan dalam melakukan suatu pekerjaan. Mandor

I berwenang untuk mengecek semua jenis kegiatan, baik kegiatan administrasi

(permintaan dan penerimaan barang) sebelum mendapat persetujuan dari kepala

afdeling. Selain itu, mandor I menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan selesai

dan sesuai dengan norma/target serta membuat laporan harian hasil kerja dan

melaporkan masalah-masalah yang dihadapi ke kepala afdeling.

Kegiatan yang dilaksanakan penulis selama menjadi pendamping mandor

yaitu sebagai pendamping mandor pupuk, mandor rawat, mandor semprot, dan

mandor panen. Semua mandor tersebut berada di bawah mandor I.

Mandor pupuk. Tugas mandor pupuk adalah membuat perencanaan

blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat

permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling dan kepala kebun,

meminta kendaraan pengangkutan pupuk ke krani afdeling, menghitung tenaga

kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk, apel pagi dan

memberikan pengarahan kepada keryawan, mengawasi pengambilan pupuk di

gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan,

mengontrol dan mengawasi pelaksanaan pemupukan.

36

Mandor rawat. Mandor rawat merupakan karyawan non staf yang termasuk

dalam serikat karyawan utama (SKU). Mandor rawat bertugas merencanakan dan

mengawasi seluruh kegiatan perawatan, mengatur ancak perawatan, mengatur

kebutuhan tenaga kerja dan material yang akan digunakan, dan memeriksa

kualitas pekerjaan. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan

pemeliharaan adalah pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan jembatan,

pemeliharaan TPH, dan pengendalian hama dan penyakit. Mandor rawat

mengawasi semua kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan secara manual.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan oleh petugas HPT.

Mandor semprot. Penyemprotan merupakan salah satu kegiatan dalam

pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Selama berstatus sebagai

mandor semprot kegiatan yang dilakukan penulis adalah melakukan pengawasan

pengambilan herbisida di gudang dan pelaksanaan kegiatan penyemprotan di

lapangan.

Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas

persetujuan asisten afdeling, melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan

dan pengabsenan karyawan, mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi

penggunaan herbisida. Setelah kegiatan di lapangan, mandor semprot mengisi

absen karyawan, menghitung penggunaan bahan yang dipakai.

Mandor panen. Tugas mandor panen adalah membuat perencanaan

blok/petak yang harus dipanen atas persetujuan kepala afdeling, kemudian

melakukan apel pagi dengan karyawan, sambil memberikan pengarahan tentang

standar pelaksanaan panen dan keselamatan kerja. Pada saat itu dilakukan juga

pengabsenan karyawan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja pemanen. Mandor

panen kemudian memberi ancak kepada masing-masing pemanen dan

melaksanakan pengawasan panen. Setelah pelaksanaan pemanenan, mandor panen

menerima laporan hasil panen dari pemanen, menghitung jumlah TBS yang

dipanen pada hari tersebut, mengisi absen karyawan, mengisi krani buah, dan

mengisi Buku Kerja Mandor (BKM). Norma kerja ditentukan oleh berapa banyak

TBS yang dihasilkan pada hari itu. Bagi pemanen yang melebihi basis maka

pemanen tersebut berhak mendapatkan premi.

Karyawan Staf

37

Kepala afdeling (asisten) merupakan orang yang bertanggung jawab

terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu luasan areal

tertentu (divisi). Asisten bertanggung jawab kepada asisten senior (kepala kebun)

dan administratur. Asisten bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan

program kerja dan target mingguan serta bulanan sesuai program kerja kebun,

mengevaluasi hasil-hasil kegiatan dan mengarahkan pemecahan masalah di

tingkat afdeling, melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan kegiatan lapangan,

melakukan pengawasan dan penilaian terhadap prestasi mandor, dan melakukan

administrasi afdeling dengan dibantu oleh krani kantor. Kegiatan administrasi

tesebut, antara lain membuat Lembar Rencana Kerja (LRK) yaitu rencana kerja

per item pekerjaan yang berisi rencana luas areal yang akan dikerjakan, rencana

tenaga, dan rencana material yang akan digunakan.