› xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

34
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2001/KUP Pasal 1 Ayat 1 yang dimaksud dengan pajak adalah: “Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Pengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku Siti Kurnia (2010:22) adalah: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (Siti Kurnia, 2010:22) adalah: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”

Transcript of › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Page 1: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Definisi Pajak

Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2001/KUP

Pasal 1 Ayat 1 yang dimaksud dengan pajak adalah:

“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Pengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku Siti Kurnia

(2010:22) adalah:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya yang

berjudul Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (Siti Kurnia, 2010:22)

adalah:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari

sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung

dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”

Page 2: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

11

Mardiasmo (2011:1) merumuskan dari definisi diatas, dapat disimpulkan

bahwa pajak memiliki unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak hanyalah

negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan

kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak seperti yang ditulis oleh Mardiasmo (2011:1)

didalam bukunya, yaitu:

1. Fungsi penerimaan (budgetair)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

Page 3: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

12

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% bertujuan untuk mendorong

ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

Menurut Siti Kurnia (2010:26) fungsi budgetair ini merupakan fungi

utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai

alat untuk memasukkan dana secara optimal ke dalam kas negara yang dilakukan

sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak

berfungsi sebagai alat untuk memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat)

kedalam kas negara atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Berdasarkan fungsi inilah pemerintah sebagai pihak yang

membutuhkan dana untuk membiayai berbagai pihak yang membutuhkan dana

untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak dari

penduduknya. Sedangkan fungsi regulerend merupakan fungsi lain dari pajak

sebagai fungsi budgetair. Di samping usaha untuk memasukkan uang untuk

kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk

ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan

dan kekayaan dalam sektor swasta.

2.1.3 Jenis Pajak

Di Indonesia, pajak digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu menurut

golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya.

Page 4: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

13

1. Menurut golongannya:

a. Pajak langsung, adalah pajak yang apabila beban pajak yang dipikul

seseorang atau badan (tax burden) tidak dapat dilimpahkan (no tax

shifting) kepada pihaklain. Pihak yang ditunjuk oleh Undang-Undang

pajak untuk memikul beban pajak sudah jelas yaitu seseorang atau

badan yang memiliki sesuatu, bukan pada sesuatunya, tetapi kepada

seseorang atau badan-nya. Destinaris-nya adalah seseorang atau

badan.

Rochmat Soemitro mengemukakan dalam Siti Kurnia (2010:51) bahwa

berdasarkan pada tata usaha negara (administrasi) pajak langsung

diartikan sebagai pajak yang dikenakan berdasar atas surat ketetapan

(kohir) dan pengenaannya dilakukan secara berkala pada tiap tahun

dan waktu tertentu.

Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, adalah beban pajak yang dipikul seseorang (tax

burden) dapat dilimpahkan (tax shifting) baik seluruhnya maupun

sebagian kepada pihak lain. Tax incidence dari pelimpahan adalah

bahwa pajak pada akhirnya dibebankan seluruhnya kepada konsumen

akhir.

Contoh: Pajak Penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifatnya:

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Page 5: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

14

Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Pajak objektif ini dalam

literatur disebut juga pajak yang bersifat kebendaan atau zakelijk.

(Rochmat Soemitro dalam Siti Kurnia, 2010:52)

Contoh: Bea Masuk, Cukai, Pajak Pertambahan Nilai, dan Bea

Materai.

3. Menurut lembaga pemungutannya:

a. Pajak pusat, yaitu pajjak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri

atas:

- Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

- Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan

Pajak Hiburan.

2.1.4 Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011:4) Hukum Pajak

mempunyai kedudukan di antara hukum-hukum sebagai berikut:

Page 6: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

15

1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu

lainnya.

2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut:

- Hukum Tata Negara

- Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif)

- Hukum Pajak

- Hukum Pidana

Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari

hukum publik.

Pengertian hukum pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Diana (2013:25)

adalah:

“Suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebaga

pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan perkataan lain,

hukum pajak menerangkat siapa-siapa wajib pajak (subjek) dan apa kewajiban-

kewajiban mereka terhadap pemerintah, objek-objek apa yang dikenakan pajak,

cara penagihan, cara pengajuan keberatan-keberatan, dan sebagainya.”

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku

pemungut pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum

pajak, yaitu:

1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara

lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek

pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang

Page 7: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

16

dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak,

dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.

Contoh: Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum

materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil).

Hukum ini memuat antara lain:

a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.

b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib

pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan

utang pajak.

c. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan

pembukuan/pencatatan, dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan

keberatan dan banding.

Contoh: Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2.1.5 Teori Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi

pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak (Mardiasmo, 2011:3).

Teori-teori tersebut antara lain adalah:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya.

Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai

suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

Page 8: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

17

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan

(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar

kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus

dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus

dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur

daya pikul dapat digunakan 2 pendeketan, yaitu:

Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau

kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan

materiil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan

negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu

menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat

untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya

kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan

Page 9: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

18

masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih

diutamakan.

2.1.6 Tata Cara Pemungutan Pajak

Di dalam Mardiasmo (2011:6) terdapat pemungutan pajak yang dapat

dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:

1. Stelsel nyata (riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkab pada objek (penghasilan yang nyata),

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata

mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan atau kelemahan.

Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis.

Sedangkan kelemahan stelsel ini adalah pajak baru dapat dikenakan pada

akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

2. Stelses anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan

tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan

besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel

ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus

menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang

dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

3. Stelsel campuran

Page 10: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

19

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan

yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar

daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah.

Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

2.1.7 Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk mennetukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus.

2) Wajib pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

Ciri-cirinya:

Page 11: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

20

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada wajib pajak itu sendiri.

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendir jumlah pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.2 Reformasi Perpajakan

2.2.1 Pengertian Reformasi Perpajakan

Nasucha (2004:15) mengemukakan bahwa:

“Reformasi perpajakan merupakan resep untuk penyehatan ekonomi

melalu pendekatan fiskal. Mengutip Williamson dalam Mas’oed (1994),

reformasi perpajakan meliputi perluasan basis perpajakan, perbaikan

administrasi perpajakan, mengurangi terjadinya penghindaran dan

manipulasi pajak, serta mengatur pengenaan aset yang berada di luar

negeri. Perubahan struktur pajak (tax base dan tax rate) terkait dengan

perubahan dalam administrasi perpajakannya.”

Malcom Gillis dalam buku Siti Kurnia (2010:97) mengemukakan atribut

yang menjadi dasar suatu reformasi perpajakan adalah:

1. Breadth of reform

Page 12: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

21

Reformasi perpajakan memfokuskan pada struktur pajak atau sistem pajak,

dan administrasi pajak.

2. Scope of reform

Reformasi perpajakan dilakukan secara comprehensive (semua sumber

penerimaan yang penting), atau dilakukan secara parsial (hanya meliputi

satu atau dua komponen penting dari sistem perpajakan).

3. Revenue goals

Reformasi perpajakan untuk meningkatkan penerimaan dalam persentase

terhadap PDB yaitu rasio pajak (revenue enhancing); untuk mengganti

penerimaan (revenue neutral reform); atau bahkan untuk mengurangi

penerimaan (revenue-decreasing reform).

4. Equity goals

Reformasi perpajakan untuk menegakkan keadilan (redistributive). Orang

berpenghasilan tidak sama, pajaknya diperlakukan tidak sama juga, namun

jika reformasi perpajakan tidak dimaksudkan untuk merubah distribusi

pendapatan yang sudah ada maka disebut distributionally neutral reform.

5. Resource allocations goals

Reformasi perpajakan yang berusaha mengurangi pengenaan pajak pada

sumber daya agar dapat dialokasikan lebih efisien (euconomically neutral),

Page 13: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

22

jika sistem perpajakan untuk mempengaruhi aliran sumber daya sektor

ekonomi atau aktivitas tertentu maka disebut interventionist reforms.

6. Timing of reform

Dilakukan dengan mengubah seluruh kebijakan perpajakan secara

bersamaan disebut contemporaneous reforms, dengan implementasi

bertahap disebut phased reforms, atau perubahan kebijakan perpajakan

yang tidak berkaitan dilakukan dalam beberapa tahun lebih disebut

successive reforms.

2.2.2 Reformasi Perpajakan di Indonesia

Reformasi perpajakan yang dilakukan di Indonesia dimulai sejak tahun

1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem mendasar atas

pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

Assessment. Perubahan sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung

antara Aparat Pajak dengan wajib pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat

menimbulkan praktik-praktik ilegal untuk menghindari atau mengurangi

kewajiban perpajakan para wajib pajak yang bersangkutan. (Diana, 2013:6)

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar di segala aspek

perpajakan, melalui reformasi:

a. Moral, etika, dan integritas Aparat Pajak

b. Kebijakan perpajakan

c. Pelayanan kepada masyarakat wajib pajak

d. Pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan

Page 14: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

23

e. Pemberian reward dan penerapan punishment yang tegas terhadap Aparat

Pajak

Reformasi perpajakan secara komperhensif sebagai satu kesatuan

dilakukan terhadap tiga bidang pokok atau utama yang secara langsung

menyentuh pilar perpajakan, yaitu:

a. Bidang Administrasi, yakni melalui reformasi administrasi perpajakan;

b. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-

Undang Perpajakan;

c. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional.

2.3 Sistem Administrasi Perpajakan Modern

2.3.1 Definisi Sistem

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “systema” yang berarti

kesatuan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah

perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu

totalitas; sususan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya;

metode.

Adapun definisi sistem menurut para ahli, diantaranya (Aldy, 2011):

1. Menurut L. James Havery, sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk

merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang

lainnya dengan maksud sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan.

Page 15: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

24

2. Menurut John Mc Manama, sistem adalah sebuah struktur konseptual yang

tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai

suatu kesatuan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan

efisien.

Dari kedua pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem

merupakan suatu kesatuan komponen yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan.

2.3.2 Definisi Administrasi

Definisi administrasi menurut A. Dunsire dalam buku Siti Kurnia

(2010:92):

“Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi,

mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan, kegiatan

melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan,

pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan

kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang

kerja akademik dan teoretis.”

Selanjutnya, administrasi merupakan suatu proses yang dinamis dan

berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara

memanfaatkan orang dan material melalui koordinasi dan kerjasama. Definisi di

atas menunjukkan beberapa batasan istilah administrasi bukan hanya sebatas

kegiatan ketatausahaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengatur berkas,

membuat laporan administratif, dan sebagainya.

Page 16: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

25

2.3.3 Administrasi Perpajakan

Menurut Sophar Lumbantoruan (1997), administrasi perpajakan (tax

administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.

(Siti Kurnia, 2010:93)

Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi antara lain tahap-

tahap pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak, pembayaran pajak, pelaporan

pajak, dan penagihan pajak. tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber

kecurangan (tax evasion). Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa: “Poor tax

administration undermines the effectiveness of the desired tax structure and raises

distortion. A poor designed tax structure makes administration mor difficult”

(Lawrence H. Summers dalam buku Siti Kurnia, 2010:93)

De Jantscher (1997) menekankan peran penting administrasi perpajakan

dengan menuju pada kondisi terkini, dan pengalaman di berbagai negara

berkembang. Kebijakan perpajakan (tax policy) yang dianggap baik (adil dan

efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran

lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya. (Gunadi,

2003)

Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem perpajakan di

suatu negara. Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang

diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena

administrasi perpajakannya mampu dengan efektif melaksanakan sistem

perpajakan di suatu negara yang dipilih. Pada dasarnya sasaran administrasi

Page 17: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

26

perpajakan adalah upaya peningkatan kepatuhan taxpayers dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam satu

persepsi antara wajib pajak dan fiskus sama dalam menilai suatu ketentuan untuk

mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal.

Toshiyuki dalam buku Siti Kurnia (2010:95) menyatakan bahwa untuk

mencapai hal tersebut disyaratkan beberapa kondisi administrasi perpajakan

dalam suatu negara adalah seperti berikut ini:

1. Administrasi pajak harus dapat mengamankan penerimaan negara.

2. Harus berdasarkan peraturan perundang-undangan dan transparan.

3. Dapat merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai ketentuan dan

menghilangkan kewenang-wenangan, arogansi, dan perilaku yang

dipengaruhi kepentingan pribadi.

4. Dapat mencegah dan memberikan sanksi serta hukuman yang adil atas

ketidakjujuran dan pelanggaran serta penyimpangan.

5. Mampu menyelenggarakan sistem perpajakan yang efisien dan efektif.

6. Meningkatkan kepatuhan membayar pajak.

7. Memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan pembangunan usaha

yang sehat masyarakat pembayar pajak.

8. Dapat memberikan kontribusi atas pertumbuhan demokrasi masyarakat.

2.3.4 Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Menurut Suparman (2007) tentang pengertian sistem administrasi

perpajakan modern adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi

Page 18: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

27

baik secara individu, kelompok maupun kelembagaan agar lebih efisien,

ekonomis, dan cepat.

Menurut Siti Kurnia (2010:109) modernisasi sistem perpajakan di

lingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan

prima kepada masyarakat. Good governance, merupakan penerapan sistem

administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan

sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah

pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasa intensif kepada para wajib

pajak. Selain itu, untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang tinggi,

meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat

produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

2.3.5 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa

langkah reformasi administrasi perpajakan jangka menengah (3-5 tahun) sebagai

prioritas reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya

administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat dengan

tujuan tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat kepercayaan

terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas pergawai

perpajakan yang tinggi. (Purnomo dalam Heru, 2004:218)

Menurut Siti Kurnia (2010:117) terdapat program-program reformasi

administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat Jenderal Pajak adalah

sebagai berikut:

Page 19: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

28

A. Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan

1. Meningkatkan kepatuhan sukarela

- Program kampanye sadar dan peduli pajak

- Program pengembangan pelayanan perpajakan

2. Memelihara (maintaining) Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Patuh

- Program pengembangan pelayanan prima

- Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan

3. Menangkal Ketidakpatuhan Perpajakan (Combatting Noncompliance)

- Program merevisi pengenaan sanksi

- Program menyikapi berbagai kelompok wajib pajak tidak patuh

- Program meningkatkan efektivitas pemeriksaan

- Program modernisasi aturan dan metode pemeriksaan dan

penagihan

- Program penyempurnaan ekstensifikasi

- Program pemanfaatan teknologi terkini dan pengembangan IT

masterplan

- Program pengembangan dan pemanfaatan bank data

B. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Administrasi Perpajakan

1. Meningkatkan citra DJP

- Program merevisi UU KUP

- Program penerapan Good Corporate Covernance

- Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding

- Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan

Page 20: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

29

2. Melanjutkan Pengembangan Adiministrasi Large Taxpayer Office

(LTO) atau Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar

- Program peningkatan pelayanan, pemeriksaan dan penagihan pada

LTO

- Program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada LTO

selain BUMN/BUMD

- Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil DJP

Jakarta Khusus

- Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil lainnya

C. Meningkatkan Produktivitas Aparat Perpajakan

1. Program reorganisasi DJP berdasarkan fungsi dan kelompok wajib

pajak.

2. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh

Kantor Pusat/Kanwil DJP

3. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen SDM

4. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja

5. Program penyusunan rencana kerja operasional

Program dan kegiatan dalam kerangka reformasi dan modernisasi

perpajakan dilakukan secara komperhensif meliputi aspek perangkat lunak,

perangkat keras, dan sumber daya manusia. Reformasi perangkat lunak adalah

perbaikan struktur organisasi dan kelembagaan, serta penyempurnaan dan

penyederhanaan sistem operasi mulai dari pengenalan dan penyebaran informasi

Page 21: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

30

perpajakan, pemeriksaan dan penagihan, pembayaran, pelayanan, hingga

pengawasan agar lebih efektif dan efisien.

Keseluruhan operasi berbasis teknologi informasi dan ditunjang kerjasama

operasi dengan instansi lain. Revisi Undang-Undang perpajakan dan peraturan

terkait lainnya, juga penerapan praktik tata pemerintahan yang bersih dan

berwibawa (good governance) dilaksanakan dalam konteks penegakan hukum dan

keadilan yang memayungi semua lini dan tahapan operasional. Reformasi

perangkat keras diupayakan pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi

persyaratan mutu dan menunjang upaya modernisasi administrasi perpajakan di

seluruh Indonesia.

Penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan profesional

merupakan program reformasi aspek sumber daya manusia, antara lain melalui

pelaksanaan fit and proper test secara ketat, penempatan pegawai sesuai kapasitas

dan kapabilitasnya, reorganisasi, kaderisasi, pelatihan dan program

pengembangan self capacity.

2.3.6 Dimensi Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya tidaklah

hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan

untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan. Di mana ketentuan,

prosedur, dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan

pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat. Hal ini akan

mengakibatkan masyarakat dapat memandang pajak menjadi suatu kewajiban

Page 22: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

31

partisipatif warga dan tidak dianggap sebagai beban kuantitatif. Modernisasi

administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi:

1. Restrukturisasi Organisasi

Implementasi konsep administrasi perpajakan modern yang

berorientasi pada pelayanan dan pengawasan adalah struktur organisasi

DJP yang perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat

kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana

implementasi kebijakan.

1) Kantor pusat

Struktur Kantor Pusat DJP (KP DJP) ikut disesuaikan berdasarkan

fungsi agar sesuai dengan unit vertikal di bawahnya. Ke depannya

KP DJP dirancang sebagai Pusat Analisis dan Perumusan

Kebijakan (Center of Policy Making and Analysis) atau hanya

menjalankan tugas dan pekerjaan yang sifatnya non operasional.

Untuk itu struktur KP DJP dibagi menjadi:

a. Direktorat yang menangani day-to-day operation (1 sekretariat,

9 direktorat).

b. Direktorat yang menangani pengembangan/transformasi (3

direktorat).

c. Untuk memperkuat beberapa fungsi yang dianggap penting,

maka dibentuk beberapa direktorat baru untuk menangani

intelijen dan penyidikan perpajakan, ekstensifikasi perpajakan,

dan hubungan masyarakat (public relation).

Page 23: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

32

d. Beberapa subdirektorat baru yang menangani penelitian

perpajakan, kepatuhan internal, dan transfer pricing.

2) Kantor operasional

a. Dalam memudahkan wajib pajak, ketiga jenis kantor pajak

yang ada yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor

Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi

Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian wajib pajak

cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh

permasalahan perpajakannya.

b. Struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan sistem

administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi

pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap wajib

pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko.

c. Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi wajib

pajak, yaitu:

KPP Wajib Pajak Besar (LTO-Large Taxpayers Office),

KPP Madya (MTO-Middle Taxpayers Office), dan

KPP Pratama (STO-Small Taxpayers Office).

Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan

pendekatan terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan

karakteristik wajib pajak yang ditangani, sehingga hasil yang

diperoleh dapat lebih optimal.

Page 24: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

33

d. Khusus di kantor operasional, terdapat posisi baru yang disebut

Account Representative, yang mempunyai tugas antara lain

memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada wajib

pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan

mengawasi kepatuhan wajib pajak.

e. Untuk lebih memberikan rasa keadilan bagi wajib pajak,

seluruh penanganan keberatan dilakukan oleh Kantor Wilayah

yang merupakan unit vertikal di atas KPP yang menerbitkan

surat ketetapan pajak sebagai hasil dari pemeriksaan pajak.

2. Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui Pemanfaatan Teknologi

Komunikasi dan Informasi

Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan

business process, yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja.

Untuk itu, perbaikan business process merupakan pilar penting program

modernisasi DJP, yang diartikan pada penerapan full automation dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk

pekerjaan yang sifatnya klerikal. Langkah awal perbaikan business

process adalah penulisan dan dokumentasi yaitu melalui:

a. Standard Operating Procedures (SOP) untuk setiap kegiatan di

seluruh unit DJP. Sampai dengan akhir tahun 2007, sekitar 1900 SOP

di lingkungan DJP telah berhasil diidentifikasikan, ditulis, dan

dijadikan acuan pelaksanaan tugas dan pekerjaan bagi para pegawai.

Page 25: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

34

b. Perbaikan business process dilakukan antara lain dengan penerapan e-

system dengan dibukanya fasilitas:

- e-filling yaitu pengiriman SPT secara online melalui internet,

- e-SPT yaitu penyerahan SPT dalam media digital,

- e-payment yaitu fasilitas pembayaran online untuk PBB, dan

- e-registration yaitu pendaftaran NPWP secara online melalui

internet.

Semua fasilitas tersebut diciptakan guna memudahkan wajib pajak

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

c. Untuk sistem administrasi internal saat ini terus dilakukan

pengembangan dan penyempurnaan Sistem Informasi DJP (SIDJP).

Salah satu fitur penting sistem tersebut adalah case management dan

workflow system yang digunakan unutk administrasi persuratan, proses

pelayanan, serta pengadministrasian account wajib pajak. sistem

informasi manjemen internal seperti Sistem Kepegawaian, Sistem

Informasi Keuangan dan Akuntansi, Sistem Pelaporan, dan Key

Performance Indicator (KPI) juga terus dikembangkan.

3. Penyempurnaan Manajemen Sumber Daya Manusia

Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan

kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal

tanpa didukung SDM yang capable dan bertintegritas. Harus disadari

bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan

manajemen SDM, bukan semata-mata melakuka rasionalisasi pegawai,

Page 26: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

35

karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan

SDM yang berkualitas. Langkah perbaikan di bidang SDM diantaranya

adalah:

a. DJP melakukan pemetaan kompetensi (Competency Mapping) untuk

seluruh 30.000 pegawai DJP guna mengetahui sebaran kuantitas dan

kualitas kompetensi pegawai. Meskipun program mapping ini masih

terbatas mengidentifikasikan ‘soft’ competency saja, tetapi informasi

yang didapat cukup membantu DJP dalam merumuskan kebijakan

kepegawaian yang lebih fair.

b. Kemudian seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk

selanjutnya ditentukan job grade dari masing-masing jabatan tersebut.

c. Selanjutnya beban kerja dari masing-masing jabatan tersebut dianaisis

yang kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem

pengukuran kinerja masing-masing pegawai.

d. Sebagai catatan, pembuatan dan dokumentasi SOP untuk seluruh

proses pekerjaan dapat dimanfaatkan juga sebagai standar penilaian

kinerja. Secara bersamaan dilakukan penilaian terhadap seluruh

pegawai secara lebih objektif dan konsisten sekaligus standar

kompetensi jabatannya melalui proyek assessment center. Selisish

(gap) antara hasil penilaian pegawai dengan standar kompetensi

jabatan yang didudukinya dijadikan dasar perancangan program

capacity bulding (termasuk pendidikan dan pelatihan) yang lebih fokus

Page 27: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

36

dan terarah. Saat ini, DJP sedang mengembangkan berbagai program

pelatihan metode Adult Learning Principles.

e. Semua itu nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat sistem jenjang

karir, khususnya sistem mutasi dan promosi, serta sistem remunerasi

yang lebih jelas, adil, dan akuntabel.

4. Pelaksanaan Good Governance

Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang

seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Dalam

praktik berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan

mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk

meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam

organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik

disengaja maupun tidak. DJP dengan program modernisasinya senantiasa

berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut berupa:

a. Pembuatan dan penegakkan Kode Etik Pegawai yang secara tegas

mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai DJP dalam

pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pelanggaran

Kode Etik Pegawai tersebut.

b. Selain itu pemerintah telah menyediakan berbagai saluran pengaduan

yang sifatnya independen untuk menangani pelanggaran atau

penyelewengan di bidang perpajakan, seperti Komisi Ombudsman

Nasional.

Page 28: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

37

c. Dalam lingkup internal DJP sendiri, telah dibentuk dua subdirektorat

yang khusus menangani pengawasan internal di bawah Direktorat

Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur, yaitu:

- Subdirektorat Kepatuhan Internal yang sifatnya lebih ke

pencegahan (preventif), dan

- Subdirektorat Investigasi Internal yang sifatnya lebih ke

pengusutan dan penghukuman (reaktif).

d. Lebih jauh lagi pembentukan complience center di masing-masing

kanwil modern untuk menampung keluhan wajib pajak merupakan

bukti komitmen DJP untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada

wajib pajaknya sekaligus pengawasan bagi internal DJP.

2.4 Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang

tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

sengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak (dilakukan sendiri atau

dibantu dengan tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional/tax agent)

bukan fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam self

assessment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.

Richard dan Mika dalam buku Chaizi Nasucha (2004) menyatakan bahwa

seberapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap) yaitu selisih antara penerimaan

yang sesungguhnya dengan potensi pajak dengan tingkat kepatuhan dari masing-

Page 29: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

38

masing sektor perpajakan merupakan pengukuran yang lebih akurat atas

efektivitas administrasi perpajakan. Penyebab tax gap adalah karena lemahnya

administrasi perpajakan. Upaya mengurangi kesenjangan kepatuhan dilakukan

melalui penyempurnaan sistem administrasi perpajakan.

2.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1013) istilah kepatuhan

berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat

memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh

adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(Siti Kurnia, 2010:138)

Sedangkan kepatuhan wajib pajak yang dikemukakan oleh Norman

D.Nowak dalam buku Moh. Zain (2004) adalah:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

tercermin dalam situasi dimana: (1) wajib pajak paham atau berusahan untuk

memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, (2)

mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, (3) menghitung jumlah pajak

yang terutang dengan benar, (4) membayar pajak yang terutang tepat pada

waktunya.”

Safri Nurmantu (2006:148) mengemukakan bahwa kepatuhan perpajakan

dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurutnya ada dua

macam kepatuhan, yaitu:

Page 30: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

39

1. Kepatuhan formal, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

perpajakan.

2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantive atau hakekatknya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

Kepatuhan material juga meliputi kepatuhan formal.

2.4.2 Dimensi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Administrasi perpajakan di Indonesia masih perlu diperbaiki, dengan

perbaikan diharapkan wajib pajak lebih termotivasi dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Dengan alat untuk mencapai suatu sistem telah diperbaiki maka

faktor-faktor lain akan terpengaruh. Sistem pemungutan pajak dengan

menggunakan self assessment memberikan peran aktif wajib pajakn nuntuk

melakukan sendiri perhitungan pajak terutang, menyetorkannya sendiri, dan

melaporkan SPT sendiri. Dalam sistem ini lebih ditekankan kepada kerelaan wajib

pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakannya.

Menurut Chaizi Nasucha (2004), kepatuhan wajib pajak dapat

diidentifikasikan dari:

- Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri,

- Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT),

- Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan

- Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Page 31: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

40

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Tahun Judul Variabel

Bebas (X),

Variabel

Terikat (Y)

Hasil

Penelitian

1 Sri dan Ita 2009 Pengaruh

Modernisasi Sistem

Administrasi

Perpajakan Terhadap

Kepatuhan Wajib

Pajak

Modernisasi

sistem

administrasi

perpajakan

sebagai

variabel X,

kepatuhan

wajib pajak

sebagai

variabel Y.

Modernisasi

sistem

administrasi

perpajakan

tidak

memiliki

pengaruh

signifikan

terhadap

kepatuhan

wajib pajak.

2 Evalin dan

Meily

2010 Pengaruh Penerapan

Sistem Administrasi

Perpajakan Modern

Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang

Pribadi di Kota

Manado

Penerapan

sistem

administrasi

perpajakan

modern

sebagai

variabel X,

kepatuhan

wajib pajak

orang pribadi

sebagai

variabel Y.

Variabel

sistem

administrasi

perpajakan

modern

berpengaruh

signifikan

terhadap

kepatuhan

wajib pajak

orang

pribadi.

3 Irmayanti

Madewing

dan

Muhamma

d Ashari

2013 Pengaruh

Modernisasi Sistem

Administrasi

Perpajakan Modern

terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak pada

Kantor Pelayanan

Pajak Pratama

Makassar Utara

Modernisasi

sistem

administrasi

perpajakan

modern

sebagai

variabel X,

kepatuhan

wajib pajak

Variabel

modernisasi

sistem

administrasi

perpajakan

modern

memiliki

pengaruh

signifikan

Page 32: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

41

sebagai

variabel Y.

terhadap

kepatuhan

wajib pajak.

2.6 Kerangka Pemikiran

Pajak menjadi sumber utama penerimaan negara yang mencerminkan

perkembangan kehidupan sosial ekonomi dan ketaatan masyarakatan dari suatu

negara. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, penyesuaian struktur perpajakan

serta stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi yang sehat melalui pendekatan fiskal

menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan, yaitu perubahan yang

mendasar di segala aspek perpajakan. Program reformasi perpajakan dapat

berhasil apabila menghasilkan perubahan dalam dua elemen dasar sistem

perpajakan yang saling mempengaruhi, yaitu struktur pajak serta mekanismenya

dan instansi/aparat yang mengatur administrasi dan kepatuhan perpajakan.

Administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan

dan penerimaan negara.

Reformasi perpajakan terdiri dari reformasi struktur perpajakan dan

reformasi administrasi perpajakan. Reformasi administrasi perpajakan dapat

dilaksanakan tanpa melakukan reformasi struktur perpajakan karena suatu

keberhasilan reformasi administrasi perpajakan adalah kapasitas administrasi

perpajakan dalam mengimplementasikan struktur perpajakan secara efektif dan

efisien.

Pendekatannya diletakkan pada peningkatan dalam kepatuhan dan tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan yang menjadi dasar

diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern. Direktorat Jenderal pajak

Page 33: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

42

telah melakukan pengembangan konsep sistem administrasi perpajakan modern

dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka menengah (3-5 tahun)

yang dimulai sejak tahun 2001. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern

adalah penerapan sistem administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan

atau perbaikan kinerja, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan

agar lebih efektif dan efisien yang merupakan perwujudan dari program reformasi

administrasi jangka menengah yang menjadi prioritas reformasi perpajakan.

Pengukuran efisiensi dan efektivitas administrasi perpajakan yang lebih

akurat adalah dengan mengukur seberapa besar jurang kepatuhan (tax gap), yaitu

selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dengan potensi pajak dengan

tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan. Kepatuhan wajib pajak

dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri,

kepatuhan untuk mengembalikan SPT, kepatuhan dalam perhitungan serta

pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada

hakekatnya kondisi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak, upaya perbaikan administrasi perpajakan yang terus

dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Oleh

karena itu, kepatuhan wajib pajak dimungkinkan menjadi salah satu variabel yang

berperan besar dalam meningkatkan penerimaan pajak.

Dari uraian di atas maka penulis membuat suatu skema kerangka

pemikiran sederhana seperti di bawah ini:

Page 34: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 5605 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi PajakPengertian pajak menurut P.J.A. Andriani dalam buku

43

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap

tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi, yang akan dirumuskan sebagai

berikut:

H0 : Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi.

Ha : Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Reformasi Perpajakan

Reformasi Administrasi Perpajakan

Penerapan Sistem Administrasi

Perpajakan Modern (X)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)