› xmlui › bitstream... · “Manajemen adalah seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat...
Transcript of › xmlui › bitstream... · “Manajemen adalah seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau
mengelola. Dalam mengatur suatu hal pastinya akan timbul masalah, proses, dan
pertanyaan mengenai siapa atau apa yang diatur, mengapa harus diatur dan apa
tujuan pengaturan tersebut. Jadi, manajemen adalah suatu proses untuk mencapai
suatu tujuan yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya pengertian tentang Manajemen, menurut para ahli
yaitu Menurut Appley dan Oey Liang Lee (2010:16) menyatakan bahwa
“Manajemen adalah seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat strategi
memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain untuk melaksanakan suatu aktifitas
yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
Sedangkan menurut G.R. Terry (2010:16) menyatakan bahwa
“Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan – tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk menentukan
serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya”.
Penulis lain Hasibuan (2011 : 1-2) menyatakan bahwa “Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber –
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Dari berbagai definisi tentang manajemen di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Manajemen adalah seni dan ilmu yang dapat mengatur dan
memanfaatkan suatu sumber daya yang ada agar dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
8
2.1.2 Fungsi Manajemen
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2011 : 38) fungsi – fungsi
manajemen yaitu :
1. Planning, ialah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Planning
mencakup kegiatan pengambilan keputusan, oleh karena itu diperlukan
kemampuan untuk melihat kedepan (prediksi) guna merumuskan tindakan
di masa yang akan datang.
2. Organizing, mencakup membagi kompenen – kompenen kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok – kelompok,
membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan
pengelompokan tersebut, dan menetapkan wewenang di antara kelompok
– kelompok organisasi.
3. Actuating, mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari
para karyawannya, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada
karyawannya guna mencapai tujuan bersama.
4. Controlling, mencakup pengawasan kegiatan – kegiatan yang
dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan rencana atau belum.
Pelaksanaan kegiatan dievaluasi kembali dan penyimpangan –
penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan dapat
tercapai dengan baik.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan kompenen yang sangat penting bagi
berjalannya suatu instansi karena dengan sumber daya manusia yang berkualitas
maka instansi dapat berkembang dan mencapai tujuannya dengan baik. Oleh
karena itu dibutuhkan manajemen yang baik agar dapat menciptakan sumber daya
manusia yang baik dan berkualitas. Berikut adalah beberapa pengertian dari
manajemen sumber daya manusia menurut beberapa ahli :
9
Menurut Bohlarander dan Snell (2010:4) menyatakan bahwa “Ilmu yang
mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam perusahaan, membuat
pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan yang mempunyai
kemampuan, mengidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan
kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas usahanya dan
bekerja”.
Sedangkan menurut Hasibuan (2011:10) menyatakan bahwa “Ilmu dan
seni mengatur hubungan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya perusahaan, karyawan dan masyarakat”.
Penulis lain Raymond A. Noe et.al., dalam Suwatno (2011 : 29)
menyatakan bahwa “Human resources management (HRM) mengacu pada
kebijakan – kebijakan, praktik – praktik, serta sistem – sistem yang
mempengaruhi perilaku, sikap, dan kinerja karyawan”.
Selain itu juga Edwin B. Flippo dalam Suwatno (2011 : 29) menyatakan
bahwa “Personal management is the planning, organizing directing, and
controling of the procurement, development, competation, integration,
maintanance, and separation of human resources to the end that individual,
organizational and societal objectives are accomlished”.
Dilihat dari teori para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen sumber daya manusia adalah bagian dari proses manajemen yang
memiliki fungsi untuk menangani masalah yang berhubungan dengan manusia
baik dari segi pengadaan sampai pemisahan tenga kerja dari suatu organisasi guna
mempercepat pencapaian tujuan suatu organisasi.
2.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Edwin B. Flippo 1981 dalam Suwatno (2011:30) fungsi – fungsi
sumber daya manusia meliputi fungsi manajerial dan fungsi operasional, yaitu :
Fungsi Manajerial
a. Perencanaan
Manajer yang berhasil akan mengerti dan mencurahkan waktunya untuk
perencanaan. Perencanaan adalah proses penentuan tindakan untuk
10
mencapai tujuan. Sebelum tujuan akhir perusahaan ditentukan, informasi,
khususnya informasi mengenai kepegawaian harus lengkap. Kelengkapan
informasi mengenai kepegawaian itu datangnya dari manajer
kepegawaian. Sehubungan dengan perencanaan kepegawaian, manajer
kepegawaian harus dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan –
pertanyaan segabai berikut : Apa yang dilakukan ? Bagaimana dilakukan ?
Siapa yang melakukan Kapan dilakukan ? Bagaimana dilakukan Siapa
yang melakukan ? Kapan dilakukan ? Mengapa dilakukan dan dimana
dilakukan ? Fungsi perencanaan manajemen kepegawaian terutama adalah
membantu pimpinan perusahaan untuk memberi informasi yang lengkap
dan bentuk nasihat atau saran- saran yang berkaitan dengan pegawai.
b. Pengorganisasian
Sesudah diadakan perencanaan, tindakan selanjutnya adalah membentuk
organisasi untuk melaksanakan tujuan yang telah ditentukan untuk dicapai.
Dalam pengorgnisasian ini, dibentuk struktur organisasi dan dalam
struktur ini nantinya ditunjukkan bagaimana hubungan antara satu unit
dengan unit lainnya. Jika perusahaan telah membentuk organisasi yang
telah dilengkapi dengan fasilitas tertentu untuk dapat mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditentukan. Jadi proses pengorganisasian ialah
membentuk organisasi, kemudian membaginya dalam unit – unit yang
sesuai dengan fungsi – fungsi yang telah ditentukan, dan dilengkapi
dengan karyawan serta ditambah dengan fasilitas – fasilitas tertentu.
Dalam pengorganisasian ini juga akan ditemukan adanya fungsi – fungsi
yang berbeda pada unit – unit organisasi, tetapi mempunyai tujuan yang
sama, karena rumitnya hubungan antara unit – unit organisasi serta antara
jabatan – jabatan yang ada, maka pimpinan tertinggi (top manager)
mengharapkan agar pimpinan kepegawaian dapat memberi nasihat atau
saran perusahaan secara keseluruhan.
c. Pengarahan
Sesudah diadakan pengorganisasian, maka tahap selanjutnya adalah
mengadakan pengarahan. Pengarahan berarti memberi petunjuk dan
11
mengajak para pegawai agar mereka berkemauan secara sadar untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditentukan perusahaan.
Pengarahan ini juga sering disebut dengan istilah lain, misalnya
penggerakkan (actuating), motivasi (motivating), pemberian perintah
(commanding). Jadi yang ditekan dalam pengarahan ini adalah agar
pegawai bekerja sukarela tanpa merasa dirinya dipaksa dan mau
bekerjasama dengan pegawai lainnya dalam perusahaan.
d. Pengendalian
Setelah diadakan perencaan, pengorganisasian, dan pengarahan, maka
fungsi manajerial yang terakhir dari pimpinan kepegawaian adalah fungsi
pengendalian. Pengendalian berarti melihat, mengamati dan menilai
tindakan atau pekerjaan pegawai, apakah mereka benar – benar
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana. Pengendalian
membandingkan hasil yang dicapai pegawai dengan hasil atau target
direncanakan. Kalau terjadi penyimpangan dari rencana semula perlu
diperbaiki dengan memberi petunjuk – petunjuk kepada pegawai. Dalam
hal ini sengaja dipakai istilah pengendalian (controlling) bukan
pengawasan, karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian.
Pengawasan berarti mengawasi pegawai yang sedang bekerja, tetapi tidak
menilai apakah dia benar atau salah melakukan pekerjaan itu. Sedangkan
pengendalian di samping mengamati pegawai, juga turut serta menilai
hasil pekerjaan yang dicapai oleh pegawai.
Fungsi Operatif atau Fungsi Teknis
a. Pengadaan (Recruitment)
Edwin B. Flippo (1981-6) mengatakan : “This first operatif function of
personnel management is concerned with the obtaining of the proper kind
and number of personnel necessary of accomplis organization goals”. Jadi
fungsi operasional manajemen kepegawaian yang pertama adalah
memperoleh jumlah dan jenis pegawai yang tepat untuk mencapai tujuan
organisasi, fungsi ini terutama berkaitan dengan penentuan kebutuhan
pegawai dan penarikannya, seleksi dan penempatannya. Penentuan
12
kebutuhan pegawai menyangkut mutu dan jumlah pegawai. Sedangkan
seleksi dan penempatan menyangkut masalah memilih dan menarik
pegawai, pembahasan formulir – formulir surat lamaran, mengadakan tes
psikologis dan wawancara, dan lain sebagainya.
b. Pengembangan (Development)
Sesudah pegawai diterima, kemudian pegawai perlu dibina dan
dikembangkan. Pengembangan ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan melalui latihan yang diperlukan untuk dapat
menjalankan pekerjaannya dengan baik. Kegiatan ini dianggap semakin
penting untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan, dan semakin
rumitnya tugas – tugas pekerjaan.
c. Kompensasi (Compensation)
Fungi kompensasi sangat besar bagi pegawai. Kompensasi adalah sebagai
pemberian penghargaan kepada pegawai sesuai dengan sumbangan mereka
untuk mencapai tujuan organisasi. Kompensasi ini biasanya diterima
pegawai dalam bentuk uang yang ditambah dengan tunjangan – tunjangan
lain selama sebulan.
d. Pengintegrasian (Integration)
Walaupun sudah menerima pegawai, sudah mengembangkannya, dan
sudah memberi kompensasi yang memadai, perushaan masih mengalami
masalah yang sulit, yaitu pengintegrasian. Pengintegrasian adalah
penyesuaian sikap – sikap, keinginan pegawai dengan keinginan
perusahaan dan masyarakat. Dalam hal integrasi ini, pegawai secara
individu diminta mengubah, kebiasaan, dan sikap – sikap lainnya selama
ini kurang mengutungkan bagi perusahaan, agar pegawai berniat dan
mempunyai kemauan yang kuat mengubah pemandangannya, kebiasaan,
sikap – sikap lain yang perlu disesuaikan dengan keinginan serta tujuan
perusahaan. Dengan demikian, para manajer dan pucuk pimpinan
perusahaan perlu memahami perasaan, tingkah laku, dan sikap para
pegawai untuk dipertimbangkan dalam rangka pembuatan keputusan
berbagai kebijaksanaan perusahaan.
13
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan berarti berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi yang telah ada. Apa yang sudah diterima dan pernah dinikmati
pegawai hendaknya tetap dipertahankan. Kalau perusahaan sudah
menyediakan kantin untuk melayani makan sebaiknya kantin ini tetap
dipertahankan. Contoh lain, bila seorang pegawai telah mendapat mobil
sedan dari perusahaan, kalau sampai mobil itu ditarik atau diambil
perusahaan, ada dampak terhadap pegawai maupun terhadap perusahaan.
Dampaknya terhadap pegawai adalah menurunkan semangat dan prestasi
kerjanya, pengaruh terhadap perusahaan adalah membawa kerugian.
f. Pensiun (Separation)
Fungsi terakhir dari manajemen kepagawaian adalah fungsi separation.
Fungsi separation berhubungan dengan pegawai yang sudah lama bekerja
pada perusahaan. Fungsi utama manajemen kepegawaian adalah menjamin
pegawai – pegawai ini akan pensiun. Sewaktu pensiun pegawai harus
merasa aman. Biasanya perusahaan yang sudah berukuran besar
menyediakan dana bagi pegawai yang sudah pensiun. Dan pensiun ini
sumbernya dari potongan gaji pegawai yang bersangkutan pada waktu
masih aktif bekerja.
2.3 Motivasi
2.3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata
movere, dalam bahasa inggris, sering disepadankan dengan motivation yang
berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan
atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Secara harfian motivasi berarti
pemberian motif. Seseorang melakukan sesuatu tindakan pada umumnya
mempunyai suatu motif. Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja, tentu ada
suatu maksud atau tujuan yang mendorongnya melakukan suatu tindakan. Motif
dasar dari seseorang tersebut adalah adanya kebutuhan orang tersebut akan
14
kebanggaan dan kehormatan serta, mungkin limpahan materi. (Suwatno
2011:171)
Menurut Hasibuan (2011 : 141) menyatakan bahwa “Motivasi
mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mau
bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan perusahaan”.
Sedangkan menurut Kreitner dan Kincki (2010 : 212) menyatakan bahwa
“Motivasi adalah proses psikologis yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku
arah tujuan (goal-directed behavior)”.
Penulis lain Robbin dan Coulter (2010 : 109) menyatakan bahawa
“Motivasi mengacu pada proses di mana usaha seseorang diberi energi, diarahkan,
dan berkelanjutan menuju tercapainya suatu tujuan”.
Selain itu Mcshane dan Glinow dalam Wuryaningsih Dwi Sayekti (2011 :
70) menyatakan bahwa “Motivasi adalah kekuatan dalam diri seseorang yang
mempengaruhi intensitas arah dan presistensi perilaku sukarela individu yang
bersangkutan”. Dan penulis Murty dan Hudiwinarsih (2012) menyatakan bahwa
“Motivasi adalah pemberian dorongan – dorongan individu untuk bertindak yang
menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah
pada tujuan”.
Dari definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Motivasi
adalah suatu dorongan dari dalam maupun dari luar diri individu yang dapat
menggerakkan individu tersebut untuk melakukan suatu tindakan yang dapat
memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuannya.
2.3.2 Tujuan Motivasi
Dalam pencapaian tujuan perusahaan perlu adanya pemberian motivasi
terhadap setiap karyawan. Tujuan motivasi menurut Hasibuan (2011 : 146) antara
lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
Dengan motivasi kerja yang baik, moral karyawan akan lebih baik karena
keahlian dan keterampilan karyawan sesuai dengan pekerjaannya sehingga
15
karyawan antusias untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
Dengan motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan
karyawan untuk mengembangkan pekerjaannya sehingga karyawan
tersebut dapat memberikan prestasi kerja yang optimal dan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
Dengan motivasi kerja yang baik, maka dapat mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan karena gairah kerja meningkat, absensi dan turnover
karyawan menurun.
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
Jika motivasi kerja karyawan meningkat maka disiplin kerja karyawan
akan semakin baik, karyawan akan menyadari serta mentaati peraturan –
peraturan yang berlaku.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan
Dengan motivasi kerja yang baik maka dapat mengefektifkan pengadaan
karyawan yaitu dengan cara menempatkan karyawan tersebut pada posisi
yang tepat dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
Jika motivasi karyawan baik, maka dapat menciptakan suasana kerja yang
harmonis dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan
Motivasi kerja karyawan dapat meningkatkan loyalitas, kreativitas dan
partisipasi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja
lebih berdaya guna dan berhasil guna.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
Dengan adanya motivasi kerja yang baik, maka volume pendapatan
karyawan semakin meningkat dengan demikian kebutuhan – kebutuhan
karyawan dapat terpenuhi sehingga tingkat kesejahteraan karyawan akan
meningkat.
16
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas – tugasnya
Dengan motivasi kerja yang baik dapat meningkatkan kedisiplinan
karyawan sehingga dapat menimbulkan rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas – tugasnya.
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat – alat dan bahan baku
Dengan adanya motivasi kerja yang baik, maka dapat menggunakan alat –
alat dan bahan baku dengan efisien. Sebaliknya, jika terjadi tingkat
keborosan penggunaan alat – alat dan bahan baku berarti motivasi
karyawan menurun.
Jadi tujuan motivasi adalah untuk menggerakan dan mengarahkan potensi
dan tenaga kerja dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga dapat
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik itu
keinginan karyawan ataupun keinginan organisasi.
2.3.3 Metode Motivasi
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode dari motivasi kerja, maka
dibawah ini adalah metode motivasi kerja menurut Hasibuan (2011 : 100).
Terdapat dua metode motivasi, yaitu :
1. Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan non – materiil) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk
memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, bintang jasa dan lain
sebagainya.
2. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas – fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah
kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya. Misalnya kursi empuk, mesin – mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang
17
serasi, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. Motivasi tidak
langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat kerja
karyawan, sehingga produktifitas perusahaan terus meningkat.
Berdasarkan metode tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam
memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang dibutuhkan oleh
para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung didalam
pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
2.3.4 Jenis Motivasi
Di dalam memotivasi kerja karyawan, pemimpin baruslah mengetahui
sebab dan akibat dari adanya proses memotivasi kerja karyawan. Dibawah ini
adalah jenis motivasi menurut Hasibuan (2011 : 150), yaitu :
1. Motivasi positif
Dalam motivasi positif, manajer memotivasi (merangsang) bawahan
dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas
standar. Dengan motivasi positif ini semangat bekerja karyawan akan
meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima yang baik –
baik saja.
2. Motivasi Negatif
Dalam motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan standar,
apabila bawahan tidak dapat memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan
oleh manajer maka mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi
negatif ini, semangat kerja karyawan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi dalam jangka waktu
panjang akan berakibat kurang baik. Dalam praktek kedua motivasi diatas
sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunanya harus tepat dan
seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang
menjadi masalah adalah kapan motivasi positif dan motivasi negatif itu
efektif merangsang gairah kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk
jangka panjang, sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek.
Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
18
2.3.5 Teori Motivasi
Terdapat beberapa macam teori motivasi yang dikemukakan oleh para
ahli, seperti dalam Suwatno (2011 : 176) dan Wuryaningsih Dwi Sayekti (2011:
72), adalah sebagai berikut :
1. Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory) dalam Suwatno
(2011 : 176-177)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa
setiap diri manusia itu terdiri dari atas lima tingkat atau hierarki kebutuhan,
yaitu :
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), seperti : kebutuhan untuk
makan, minum, perlindungan fisik, bernadas, seksual. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan tingkat rendah atau disebut pula sebagai kebutuhan
yang paling dasar.
b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs), yaitu kebutuhan akan perlindungan
dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup, tidak dalam
arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.
c. Kebutuhan Sosial (Social Needs), yakni kebutuhan untuk merasa memiliki
yaitu kebutuhan untuk merasa diterima dalam kelompok, berafiliasi,
berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
d. Kebutuhan akan Harga Diri atau Pengakuan (Esteem Needs), yaitu
kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self – Actualization Needs), yaitu kebutuhan
untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk
berpendapat, dengan mengemukakan ide – ide, memberikan penilaian dan
kritik terhadap sesuatu.
2. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”) dalam Suwatno (2011 : 178-179)
Teori Alderfer dikenal denan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf – huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E =
Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk
19
berhubungan dengan pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan). Jika makna ketiga istilah tersebut didalami akan tampak dua
hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara atau model
yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Exsistence” dapat
dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow;
“Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut
konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self
actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa
berbagai jeni kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
3. Teori X dan Teori Y (Teori McGregor) dalam Wuryaningsih Dwi Sayekti
(2011 : 72)
Teori ini dikembangkan oleh Douglas McGregor, yang dikemukakan dua
pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia. Pandangan tersebut adalah
yang pertama bahwa manusia pada dasarnya negatif yang ditandai dengan
Teori X dan yang lain positif, yang ditandai dengan Teori Y.
Teori X didasarkan pada asumsi bahwa karyawan tidak menyukai kerja,
malas, tidak menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa agar berprestasi.
Adapun teori Y mengasumsikan bahwa karyawan menyukai kerja, kreatif,
berusaha bertanggung jawab, dan dapat menjalankan pengarahan diri.
Implikasi terhadap teori motivasi berkaitan dengan Teori X dan Y lebih baik
diungkapkan dalam kerangka yang disajikan oleh Maslow. Berkaitan dengan
hal tersebut teori X individu, sedangkan teori Y mengasumsikan bahwa
kebutuhan tingkat tinggi mendominasi individu. Oleh karena itu, McGregor
mengusulkan ide – ide seperti pengambilan keputusan partisipatif, pekerjaan
yang bertanggung jawab dan menantang, dan hubungan kelompok yang baik
sebagai pendekatan yang akan memaksimalkan motivasi kerja karyawan.
Untuk teori ini tidak ada bukti yang mengkonfirmasi bahwa masing – masing
rangkaian asumsi itu sahih.
4. Teori Dua Faktor (Teori Herzberg) dalam Wuryaningsih Dwi Sayekti (2011:
73)
20
Teori dua faktor yang kadang – kadang disebut juga teori motivasi – higiene,
dikemukaan oleh Frederick Herzberg. Dalam keyakinannya bahwa hubungan
individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap
seseorang terhadap kerja dapat sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan
individu itu.
Menurut Herzberg, faktor – faktor yang menyebabkan kepuasan kerja terpisah
dan berbeda dari faktor – faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja. Oleh
karena itu, manajer yang berusaha menghilangkan faktor – faktor yang
menciptakan ketidakpuasan kerja dapat membawa ketentaraman tetapi
bukannya memotivasi mereka. Akibatnya, kondisi – kondisi yang melingkupi
pekerjaan seperti kualitas pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, hubungan
antar pribadi, kondisi kerja fisik, dan keamanan kerja telah dicirikan oleh
Herzberg sebagai faktor – faktor higine. Jika ingin memotivasi orang dalam
pekerjaannya, Herzberg menyarankan untuk menekankan pada hal – hal yang
berhubungan kerja itu sendiri atau hasil langsung yang diakibatkannya, seperti
peluang promosi, peluang pertumbuhan personal, pengakuan, tanggung jawab,
dan prestasi kerja.
Dalam teori dua faktor dinyatakan bahwa faktor – faktor intrinsik
berhubungan dengan kepuasan kerja, sedangkan faktor – faktor ekstrinsik
berhubungan dengan ketidakpuasan. Adapun faktor higiene adalah faktor –
faktor seperti kebijakan dan administrasi perusahaan, penyeliaan, dan gaji
yang bila memadai dalam pekerjaan tertentu, orang akan tidak terpuaskan.
Teori dua faktor tidaklah tanpa cacat, ada beberapa kritikan terhadap teori itu.
5. Teori Kebutuhan McClelland dalam Wuryaningsih Dwi Sayekti (2011 : 74-
75)
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan para
koleganya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan : prestasi, kekuasaan, dan
kelompok pertemanan. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai berikut :
Kebutuhan akan prestasi (nAch- need for achievement) : dorongan untuk
unggul, untuk berprestasi berdasarkan seperangkat standar, untuk berusaha
keras supaya sukses.
21
Kebutuhan akan kekuasaan (nPow- need for power) : kebutuhan untuk
membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian rupa
sehingga mereka tidak akan berperlaku sebaliknya.
Kebutuhan akan kelompok pertemanan (nAff- need for afilliation) : hasrat
untuk berhubungan antarpribadi yang ramah dan akrab.
2.3.6 Indikator Motivasi
Hal – hal yang dapat memotivasi seseorang menurut McClelland dalam
Wuryaningsih Dwi Sayekti (2011 : 74-75) adalah :
1. Kebutuhan akan prestasi (nAch- need for achievement) : dorongan untuk
unggul, untuk berprestasi berdasarkan seperangkat standar, untuk berusaha
keras supaya sukses.
2. Kebutuhan akan kekuasaan (nPow- need for power) : kebutuhan untuk
membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian rupa
sehingga mereka tidak akan berperlaku sebaliknya.
3. Kebutuhan akan kelompok pertemanan (nAff- need for afilliation) : hasrat
untuk berhubungan antarpribadi yang ramah dan akrab.
2.4 Kompensasi
2.4.1 Pengertian Kompensasi
Menurut Werther dan Davis dalam Kadarisman (2012:1) menyatakan
bahwa “Kompensasi adalah apa yang karyawan terima sebagai balasan dari
pekerjaan yang diberikannya”.
Sedangkan Thomas H. Stone dalam Suwatno (2011:220) menyatakan
bahwa “Kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran yang diberikan kepada
karyawan sebagai pertukaran pekerjaan yang mereka berikan kepada majikan”.
Penulis lain Edwin B. Flippo dalam Suwatno (2011:220) menyatakan
bahwa “Kompensasi merupakan pemberian imbalan balas jasa yang layak dan adil
kepada karyawan – karyawan karena mereka telah memberi sumbangan kepada
pencapaian organisasi”.
22
Selain itu menurut Swasto (2011:79) menyatakan bahwa “Kompensasi
adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi
tenaga dan pikiran yang telah dikembangkan oleh organisasi”. Dan juga penulis
Hasibuan (2011:118) menyatakan bahwa “Kompensasi adalah pendapatan yang
berbentuk uang, barang langsung, atau barang tidak langsung yang diterima
karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan”.
Dari definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Kompensasi adalah suatu balas jasa yang diberikan oleh perusahaan secara adil
kepada karyawannya karena mereka telah berkontribusi tenaga dan pikiran untuk
tercapainya tujuan perusahaan.
2.4.2 Asas Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi perusahaan harus mempertimbangkan asas
– asas kompensasi yaitu Asas Keadilan dan Asas Kelayakan. Dengan
memperhatikan asas kompensasi tersebut maka para karyawan akan lebih
berprestasi lagi karena mereka menganggap bahwa hasil kerja mereka dinilai
setara dengan imbalan yang diberikan perusahaan. Berikut merupakan Asas
Kompensasi menurut Suwatno (2011: 220-221).
a. Asas Keadilan
Kompensasi mempengaruhi perilaku karyawan dalam organisasi sehingga
pemberian kompensasi yang tidak berdasarkan asas keadilan akan
mempengaruhi kondisi kerja karyawan. Yang dimaksud dengan asas
keadilan ialah adanya konsistensi imbalan bagi para karyawan yang
melakukan tugas dengan bobot yang sama. Dengan kata lain, kompensasi
karyawan di suatu jenis pekerjaan dengan kompensasi karyawan di jenis
pekerjaan yang lainnya, yang mengerjakan pekerjaan dengan bobot yang
sama, relatif akan memperoleh besaran kompensasi yang sama.
Kompensasi yang baik harus seminimal mungkin harus mengurangi
keluhan dan ketidakpuasan yang timbul dari karyawan. Jika karyawan
mengetahui bahwa kompensasi yang diterimanya tidak sama dengan
karyawan yang lain dengan bobot pekerjaan yang sama, maka karyawan
23
akan mengalami kecemburuan, sehingga berpotensi untuk mengganggu
iklim kerja dan produktivitas kerja karyawan. Jadi, kompensasi dikatakan
adil bukan berarti setiap karayawan menerima kompensasi yang sama
besarnya. Tetapi berdasarkan asas adil, baik itu dalam penilaian,
perlakuan, pemberian hadiah, maupun hukuman bagi setiap karyawan.
Sehingga dengan asas keadilan akan tercipta suasana kerja sama yang
baik, motivasi kerja, motivasi kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilitas
karyawanyang lebih baik.
b. Asas Kelayakan dan Kewajaran
Kompensasi yang diterima oleh karyawan harus dapat memenuhi
kebutuhan dirinya beserta keluarganya, pada tingkatan yang layak dan
wajar. Sehingga besaran kompensasi yang akan diberikan akan
mencerminkan status, pengakuan, dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang
akan dinikmati oleh karyawan beserta keluarganya. Tolak ukur layak
memang bersifat relatif, tetapi penetapan besaran minimal kompensasi
yang akan diberikan oleh perusahaan harus mengacu pada standar hidup
daerah, dengan pajak pada standar Upah Minimum Regional (UMR), baik
ditingkat provinsi, maupun tingkat kota / kabupaten. Sedangkan
kompensasi yang wajar berarti besaran kompensasi harus
mempertimbangkan faktor – faktor seperti prestasi kerja, pendidikan, jenis
pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan, dan lain – lain.
Manajer SDM harus selalu memantau dan menyesuaikan kompensasi yang
diterima oleh karyawan dengan perkembangan lingkungan eksternal yang
berlaku. Hal ini penting agar semangat kerja karyawan tetap tinggi dan
terhindar dari risiko timbulnya tuntutan dari karyawan, serikat buruh dan
pekerja, maupun pemerintah, yang akan mengancam keberlangsungan
bisnis yang digeluti perusahaan.
2.4.3 Tujuan Kompensasi
Tujuan Kompensasi menurut Suwatno (2011 : 222-223) yaitu :
a. Ikatan Kerja Sama
24
Pemberian kompensasi akan menciptakan suatu ikatan kerja sama yang
formal antara pengusaha (perusahaan) dengan karyawan dalam kerangka
organisasi, dimana pengusaha dan karyawan saling membutuhkan. Setiap
karyawan pasti membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, karena itu ia harus mengerjakan pekerjaannya dengan sebaik –
baiknya sesuai dengan keinginan pengusaha. Sedangkan pengusaha
membutuhkan tenaga dan keahlian karyawan untuk dimanfaatkan bagi
perusahaan, oleh karena itu pengusaha wajib memberikan kompensasi
yang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya dengan karyawan.
b. Kepuasan Kerja
Karyawan bekerja dengan mengerahkan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, waktu, serta tenaga, yang semuanya ditujukan bagi
pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, pengusaha harus
memberikan kompensasi yang seuai dengan apa yang telah diberikan oleh
karyawan tersebut, sehingga akan memberikan kepuasan kerja bagi
karyawan.
c. Pengadaan Efektif
Pengadaan karyawan akan efektif jika dibarengi dengan program
kompensasi yang menarik. Dengan program pemberian kompensasi yang
menarik, maka calon karyawan yang berkualifikasi baik dengan
kemampuan dan keterampilan tinggi akan muncul, sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh perusahaan.
d. Motivasi
Kompensasi yang layak akan memberikan rangsangan serta memotivasi
karyawan untuk memberikan kinerja terbaik dan menghasilkan
produktivitas kerja yang optimal. Untuk meningkatkan motivasi bagi
karyawan, perusahaan biasanya memberikan insentif berupa uang dan
hadiah lainnya. Kompensasi yang layak akan memudahkan manajer dalam
mengarahkan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.
e. Menjamin Keadilan
25
Kompensasi yang baik akan menjamin terjadinya keadilan di antara
karyawan dalam organisasi. Pemberian kompensasi juga berkaitan dengan
keadilan internal maupun keadilan eksternal. Keadilan internal berkaitan
dengan pembayaran kompensasi dihubungakan dengan nilai – nilai relatif
dari suatu jabatan, tugas dan prestasi kerja karyawan. Sementara keadilan
eksternal berkaitan dengan pembayaran bagi karyawan pada suatu tingkat
yang sama dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan lainnya yang
bekerja di perusahaan lain. Dengan pemberian kompensasi yang seperti itu
juga akan lebih menjamin stabilitas karyawan.
f. Disiplin
Pemberian kompensasi yang memadai akan mendorong tingkat
kedisiplinan karyawan dalam bekerja. Karyawan akan berperilaku sesuai
denga yang diinginkan organisasi. Karyawan juga akan menyadari serta
mentaati peraturan – peraturan yang berlaku dalam perusahaan. Perliku
disiplin karyawan ditampilakan sebagai bentuk wujud terima kasih
karyawan terhadap perusahaan atas kompensasi yang telah mereka terima.
g. Pengaruh Serikat Pekerja
Keberadaan suatu perusahaan tidak bisa terlepas dari adanya pengaruh
serikat buruh atau serikat pekerja. Serikat ini akan mempengaruhi besar
kecilnya kompensasi yang akan diberikan perusahaan bagi karyawannya.
Apabila serikat buruhnya kuat, maka bisa dipastikan tingkat kompensasi
yang diberikan perusahaan bagi karyawan tinggi, begitu pun sebaliknya.
Dengan program kompensasi yang baik dan memadai, perusahaan akan
terhindar dari pengaruh serikat buruh. Serikat buruh merupakan organisasi
tempat bernaungnya aspirasi dan kepentingan para karyawan. Organiasasi
ini akan memperjuangkan hak – hak dan kewajiban – kewajiban para
anggotanya.
h. Pengaruh Pemerintah
Pemerintah menjamin atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
masyarakat. Untuk itu, melalui kebijakan perundangan dan regulasi,
pemerintah mengeluarkan berbagai macam peraturan yang pada intinya
26
untuk melindungi pekerja, sekaligus mendorong investasi dari para
pengusaha agar mau menanamkan modalnya. Berkaitan dengan
kompensasi, pmerintah menetapkan besarnya batas upah minimal (UMR)
atau balas jas minimum yang layak diberikan pengusaha (perusahaan) bagi
karyawannya. Keberadaan pemerintah sangat penting, agar pengusaha
tidak bertindak sewenan – wenang dalam menetapkan besarnya balas jasa
bagi karyawan. Jika program kompensasi suatu organisasi sesuai dengan
undang – undang perburuhan yang berlaku, maka intervensi pemerintah
dalam batas tertentu dapat dihindarkan. Bahkan sebaliknya organisasi
tersebutakan mempunyai nama baik akrena telah membantu pemerintah
dalam membuka kesempatan kerja dan menyejahterakan masyarakat.
2.4.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Kompensasi
Pemberian kompensasi oleh perusahaan kepada para karyawannya,
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Menurut Suwatno (2011 : 225-226)
faktor – faktor tersebut antara lain :
a. Produktivitas
Setiap perusahaan pasti menginginkan kinerja keuntungan yang optimal.
Keuntungan ini dapat berupa keuntungan material maupun keuntungan
non material. Untuk itu, setiap perusahaan harus mampu meningkatkan
produktivitas kerja karyawannya, agar memberikan kontribusi yang
optimal bagi perusahaan. Perusahaan tidak mungkin membayar atau
memberikan kompensasi yang melebihi kontribusi atau produktivitas kerja
karyawan terhadap perusahaan.
b. Kemampuan untuk Membayar
Pemberian kompensasi tergantung kepada kemampuan perusahaan dalam
membayar. Perusahaan tidak akan mungkin membayar kompensasi
karyawannya melebihi kemampuan perusahaan tersebut dalam
memberikan kompensasi di atas kemampuan perusahaan, maka
perusahaan itu akan terancam bangkrut.
c. Kesediaan untuk Membayar
27
Kesediaan untuk membayar akan berpengaruh terhadap kebijakan
pemberian kompensasi bagi karyawan. Banyak perusahaan yang mampu
memberikan kompensasi yang tinggi, tetapi tidak semua perusahaan
bersedia memberikan kompensasi yang tinggi.
d. Suplai dan Permintaan Tenaga Kerja
Banyak sedikitnya tenaga kerja di pasar kerja akan mempengaruhi sistem
pemberian kompensasi. Bagi karyawan yang tidak memiliki kemampuan
dan keterampilan di atas rata – rata tenaga kerja pada umumnya, akan
diberikan kompensasi yang lebih rendah daripada karyawan yang
kemampuan dan keterampilannya lebih tinggi.
e. Serikat Pekerja
Serikat pekerja, serikat karyawan, atau serikat buruh akan mempengaruhi
kebijakan pemberian kompensasi. Serikat pekerja biasanya
memperjuangkan anggotanya untuk memperoleh kompensasi yang adil,
layak, serta wajar. Apabila ada perusahaan yang dianggap tidak
memberikan kompensasi yang sesuai, maka serikat pekerja akan menuntut
perusahaan tersebut.
f. Undang – Undang dan Peraturan yang Berlaku
Undang – undang dan peraturan mengenai ketenagakerjaan saat ini
mendapatkan sorotan tajam, karena kebijkan tersebut bersentuhan
langsung dengan karyawan sebagai salah satu bagian terpenting dalam
perusahaan, yang membutuhkan perlindungan. Undang – undang dan
peraturan jelas akan mempengaruhi sistem pemberian kompensasi bagi
perusahaan. Misalnya UU Tenaga Kerja dan Peraturan UMR.
2.4.5 Jenis – Jenis Kompensasi
Kompensasi terdiri dari atas dua bentuk umum yakni kompensasi langsung
(terdiri atas (a) gaji dan upah pokok, dan (b) insentif fan bagi hasil) dan
kompensasi tidak langsung (berbentuk program kesejahteraan dan pelayanan).
Kompensasi tidak langsung dapat dikelompokan menjadi dua jenis (a) yang
28
disediakan sukarela oleh pengusaha, dan (b) yang diwajibkan oleh
hukum/peraturan Marwansyah (2012:297).
Hasibuan dalam Subekhi dan Jauhar (2012 : 187) menjelaskan kompensasi
dibedakan menjadi dua yaitu : Kompensasi Langsung (Direct Compensation)
berupa gaji, upah dan upah insentif ; Kompensasi tidak langsung (indirect
compensation atau employee welfare atau kesejahteraan karyawan).
Kompensasi Langsung
1. Gaji
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2011 :85) gaji merupakan uang
yang dibayarkan kepada pegawai atas jasa pelayanannya yang diberikan
secara bulanan. Sedangkan menurut Hasibuan dalam Subheki dan Jauhar
(2012:187) gaji adalah balasan jasa yang dibayar secara periodik kepada
karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya, gaji
akan tetap diabayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja.
2. Insentif
Hasibuan (2011 : 183-184) berpendapat bahwa insentif adalah daya
perangsang yang diberikan kepada karyawan tertentu berdasarkan prestasi
kerjanya agar karyawan terdorong meningkatkan produktifitas kerjanya.
Menurut Mangkunegara (2011 : 89) insentif adalah “Penghargaan dalam
bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada
karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan
berprestasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Kompensasi Tidak Langsung
Menurut Marwansyah (2012 : 292) bentuk – bentuk kompensasi tidak
langsung adalah :
1. Yang diwajibkan undang – undang / peraturan. Program – programnya
antara lain :
29
a. Jaminan Sosial; misalnya Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja
yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan
Jaminan Kematian).
b. Balas Jasa Ketika Tidak Bekerja; misalnya uang pesangon atau gaji
ketika karyawan ‘dirumahkan’.
c. Kompensasi Bagi Pekerja; misalnya program asuransi kesehatan dan
asuransi kecelakaan kerja.
2. Yang diberikan secara suka rela :
a. Pembayaran untuk Tidak Bekerja (Payment for Time Not Worked),
seperti waktu istirahat, cuti tahunan, cuti sakit, cuti keperluan penting,
dan hari libur.
b. Kesejahteraan Karyawan (Employee Welfare), seperti biaya
pengobatan dan perawatan kesehatan.
c. Pelayanan Karyawan (Employee Sevice), seperti koperasi, tempat
ibadah, program olahraga dan rekreasi, area parkir, diskon untuk
produk perusahaan, beasiswa untuk pendidikan dan sebagainya.
d. Premi (Premium Pay) seperti uang tambahan untuk karyawan yang
pekerjaannya beresiko tinggi dan karyawan yang bekerja pada shift
malam hari
2.5 Prestasi Kerja
2.5.1 Pengertian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2011 : 94) menyatakan bahwa “Prestasi kerja
merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas –
tugas yang di bebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
dan kesungguhan serta waktu”.
30
Sedangkan Sunyoto (2012 : 18) menyatakan bahwa “Prestasi Kerja adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya”.
Penulis lain Sari (2013 : 9) menyatakan bahwa “Prestasi kerja adalah hasil
upaya atau kesungguhan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang
dipercayakan kepdanya dengan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya
sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya”.
Selain itu Suwatno (2011:196) menyatakan bahwa “Kinerja atau Prestasi
Kerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku,
dalam kurun waktu tertentu berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan
tindakannya”. Dan juga Sutrisno (2011) menyatakan bahwa “Prestasi kerja adalah
hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya
serta presepsi terhadap perannya terhadap pekerjaan itu”.
Berdasarkan teori pengertian menurut para ahli diatas mengenai
Pengertian Prestasi Kerja, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah
suatu hasil kerja seorang karyawan secara kualitas dan kuantitas yang dihasilkan
berdasarkan kurun waktu tertentu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya untuk mencapai tujuan organisasi.
2.5.2 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Tujuan penilaian prestasi kerja menurut Suwatno (2011 : 168) sebaga
berikut :
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan didalam
perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja,
dan peralatan kerja.
31
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawan yang berada didalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga
dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,
managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan
(subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan – kebutuhan
bawahannya.
8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan dan kelemahan – kelemahan
dimasa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
9. Sebagai kriteria didalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan – kelemahan personel dan
dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar dapat
diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan
karyawan.
12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan
(job description).
2.5.3 Metode Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Suwatno (2011 : 204-207) banyak metode dalam penilaian
prestasi kerja karyawan dapat digunakan,namun secara garis besar dibagai
menjadi dua jenis, yaitu past oriented appraisal methods atau penilaian prestasi
kerja yang berorientasi masa lalu dan future oriented appraisal methods atau
penilaian prestasi kerja yang berorientasi masa depan.Teknik – teknik yang
berorientasi masa lalu mencakup :
a. Rating Scale
Dalam metode ini, evaluasi subyektif dilakukan oleh penilai terhadap kinerja
karyawan dengan skala waktu tertentu dari rendah sampai tinggi, dan evaluasi
hanya di dasarkan pada pendapat penilai, dimana penilai membandingkan
hasil pekerjaan karyawan dengan faktor – faktor (kriteria) yang dianggap
32
penting terhadap pelaksanaan pekerjaan – pekerjaan tersebut. Biasanya
formulir penilaian diisi oleh atasan langsung dengan menandai tanggapan
yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja. Tanggapan –
tanggapan penilai bisa diberikan dengan nilai – nilai numerik agar
memungkinkan skor rata – rata dihitung, kemudian diperbandingkan di antara
para karyawan.
b. Checklist
Metode penilaian checklist biasanya penilai adalah atasan langsung, dan pada
metode ini menggunakan kalimat – kalimat atau kata – kata yang
menggambarkan prestasi kerja dan karakter – karakter karyawan sehingga
penilai tinggal memilihnya. Pada checklist ini, terdapat item – item yang
diberi bobot, dan pemberian bobot ini memungkinkan penilai dapat
dikuantifikasikan sehingga skor total dapat ditentukan. Metode checklist dapat
memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara akurat, walaupun metode ini
praktis dan terstandardisasi, tetapi di dalam penggunaan kalimat – kalimat
yang umum, sehingga hal ini dapat mengurangi keterkaitannya dengan
pekerjaan.
c. Critical Incident Methode (Metode Peristiwa Kritis)
Metode ini merupakan metode penilaian yang berdasarkan pada catatan –
catatan penilaian yang memperlihatkan perilaku karyawan yang sangat baik
atau sangat jelek di dalam hal pada saat pelaksanaan kerja. Berbagai peristiwa
tersebut dicatat selama peristiwa evaluasi terhadap setiap karyawan.
Kemudian peristiwa ini dibagi menjadi beberapa kategori, seperti :
pengendalian bahaya kemanan, pengawasan sisa bahan atau pengembangan
karyawan. Metode ini sangat berguna untuk bahan masukan kepada karyawan,
sehingga dapat mengurangi kesalahan – kesalahan yang pernah dilakukan
d. Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Methode)
Pada metode ini, dimana tenaga ahli yang diwakilkan dari personalia turun ke
lapangan dan membantu para atasan langsung dalam penilaian mereka.
Tenaga ahli dari personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan
langsung tentang prestasi kerja karyawan. Kemudian tenaga ahli
33
inimempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim
kepada si atasan langsung untuk revie, perubahan, persetujuan dan
pembahasan dengan karyawan yang dinilai. Tenaga ahli personalia dapat
mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian apapun yang digunakan
perusahaan.
e. Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Metode ini, didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes yang
dilakukan dapat berupa tes tertulis atau peragaan keterampilan.
f. Metode Evaluasi Kelompok
Pada metode penilaian ini biasanya dilakukan oleh atasan langsung. Dan
kegunaan dari pada penilaian kelompok ini untuk pengambilan keputusan
kenaikan upah, promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional
karena dapat menghasilkan rengking karyawan dari yang terbaik sampai
terjelek, dengan membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang
lainnya.
Teknik – teknik yang berorientasi masa depan mencakup :
a. Penilaian Diri (Self-Appraisal)
Metode penilaian ini digunakan untuk pengembangan diri. Apabila karyawan
menilai dirinya sendiri, maka perilaku defensif cenderung tidak akan terjadi,
sehingga upaya untuk perbaikan cenderung dapat dilakukan.
b. Penilaian Psikologis (Psychological Appraisal)
Penilaian psikologis terdiri dari wawancara, tes – tes psikolog, diskusi dengan
atasan langsung, dan penilaian – penilaian langsung lainnya. Penilaian
mengenai psikologi biasanya dilakukan oleh para psikolog, dan penilaian
mengenal intelektual, emosi, motivasi karyawan dan lainnya, diharapkan
dapat untuk menentukan prestasi kerja di masa yang akan datang. Penilaian ini
terutama sekali digunakan untuk penempatan dan pengembangan karyawan.
Hasil akhir dari penilaian ini sepenuhnya tergantung pada keterampilan para
psikolog.
c. Pendekatan Management by Objective (MBO)
34
Inti dari pendekatan MBO adalag bahwa setiap karyawan dan penilai secara
bersama untuk mendapatkan tujuan – tujuan atau sasaran – sasaran
pelaksanaan kerja di waktu yang akan datang. Kemudian dengan
menggunakan sasaran – sasaran tersebut penilaian prestasi kerja dilakukan
secara bersama pula.
2.5.4 Indikator Prestasi Kerja
Indikator – indikator yang dapat dijadikan gambaran prestasi kerja seorang
karyawan menurut Hasibuan (2011 : 95) sebagai berikut :
1. Kesetiaan : Mencerminkan kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan.
2. Kualitas dan Kuantitas Kerja : Merupakan hasil kerja baik kualitas
maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian
pekerjaannya.
3. Kejujuran : Kejujuran dalam melaksanakan tugas – tugas memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
4. Kedisiplinan : Mencerminkan kepatuhan karyawan dalam mematuhi
peraturan – peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai
dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
5. Kreativitas : Kemampuan Karyawan dalam mengembangkan
kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaanya, sehingga lebih berdaya
guna dan berhasil guna.
6. Kerjasama : Kesediaan karyawan – Karyawan berprestasi dan bekerjasama
dengan karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal didalam maupun
diluar pekerjannya.
7. Kepemimpinan : Merupakan kemampuan untuk memimpin, berpengaruh,
mempunyai pribadi yang kuat, di hormatii, berwibawa, dan dapat
memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8. Kepribadian : Sikap perilaku, kesopnan, periang, memberikan kesan yang
menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan
simpatik dan wajar.
35
9. Prakarsa : Kemampuan berpikiran yang orisinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, dan
mendapatkan kesimpulan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
10. Kecakapan : Merupakan kecakapan karyawan dalam menyatukan dan
menyelaraskan bermacam – macam elemen yang semuanya terlibat
didalam penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
11. Tanggung jawab : Kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan
kebijaksanannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
digunakannya, serta perilaku kerjanya.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
menyusun skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan
mengarahkan penelitian ini diantaranya yaitu :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul Hasil Penelitian1. Widianta dkk
(2016)e-Journal BismaUniversitasPendidikanGanesha, JurusanManajemen Vol. 4
Pengaruh MotivasiKerja dan DisiplinKerja TerhadapPrestasi KerjaKaryawan.
Hasil penelitianmenunjukkan ada pengaruhpositif dan signifikan dari (1)motivasi kerja dan disiplinkerja terhadap prestasi kerjakaryawan, (2) motivasi kerjaterhadap disiplin kerja, (3)motivasi kerja terhadapprestasi kerja karyawan, dan(4) disiplin kerja terhadapprestasi kerja karyawan
2. Cahyono dkk Pengaruh Motivasi Dari hasil penelitian dapat
36
(2013)Jurnal UniversitasBrawijaya
Terhadap PrestasiKerja Karyawan
disimpulkan bahwa terdapatpengaruh yang signifikanmotivasi terhadap prestasikerja karyawan.
3. Suswardji dkk(2012)Jurnal ManajemenVol. 09 No.3
Analisis HubunganKompensasi denganPrestasi KerjaKaryawan PadaRumah Sakit IslamKarawang
Terdapat hubungan yangpositif antara kompensasidengan prestasi kerjakaryawan pada Rumah SakitIslam Karawang
4. Wardani (2009)Jurnal ManajemenUniversitasGunadarma
Pengaruh Kompensasi,Keahlian dan MotivasiKerja TerhadapPrestasi KerjaKaryawan Pada PT.Pembangkit Jawa Bali
Kompensasi, Keahlian danMotivasi Kerja berpengaruhTerhadap Prestasi KerjaKaryawan
5. Sudita (2012)Jurnal Bisnis danEkonomi Vol. 3No. 2
Pengaruh MotivasiTerhadap PrestasiKerja Karyawan
Hasil penelitianmenunjukkan bahwaMotivasi berpengaruhTerhadap Prestasi KerjaKaryawan
No Penelitian Judul Hasil Penelitian6. Surya dkk (2013)
JurnalAdministrasiBisnis UniversitasDiponegoro
Pengaruh Kompensasidan MotivasiTerhadap PrestasiKerja Karyawan PT.Bank Sahabat PurbaDanarta Kantor PusatSemarang
Terdapat pengaruh yangpositif antara kompensasi danmotivasi terhadap prestasikerja karyawan PTBank Sahabat Purba DanartaPusat Semarang. Semakintinggi kompensasi danmotivasi maka prestasi kerjakaryawan akan semakinmeningkat,
7. Setiawati (2014)e-JournalAdministrattiveReform. ISSN2338-7637
Pengaruh Motivasiterhadap PrestasiKerja Pegawai NegeriSipil Pada Dinas CiptaKarya dan Tata KotaSamarinda
Dari penelitian ini dilakukanbahwa motivasi merupakanvariabel yang berpengaruhterhadap prestasi kerjapegawai
8. Yatipai dkk(2015)JurnalAdministrasiBisnis
Pengaruh Motivasiterhadap PrestasiKerja KaryawanStudi Pada PT. PosIndonesia
Hasil penelitianmenunjukkan bahwaMotivasi berpengaruhterhadap prestasi kerjakaryawan
37
9. Endriani (2013)Jurnal FakultasKeguruan danIlmu PendidikanPekanbaru
Pengaruh Kompensasidan Motivasi Kerjaterhadap PrestasiKerja Guru MTsMiftahul Muarrif KotaKampar Hulu. Kab.Kampar
Hasil penelitian pada uji fdapat disimpulkan terdapatpengaruh antara kompensasidan motivasi kerja terhadapprestasi kerja.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang ditulis oleh peneliti dengan judul
Pengaruh Motivasi dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Pada PT. Kanvas
Mulia Palarang, dapat dipertanggung jawabkan dan peneliti hanya
membandingkan dan menjadikan dasar penelitian dengan beberapa variabel yang
sama akan tetapi dengan subjek dan waktu yang berbeda.
2.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka konseptual atau kerangkan pemikiran adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor penting
yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu Kuncoro (2009 : 45). Faktor
yang diteliti dalam penilitian ini terdiri atas 3 variabel, penelitian yang
menggambarkan ruang lingkup dan pola hubungan serta sasaran yang akan di
capai dari penelitian ini, yaitu motivasi, kompensasi dan prestasi kerja.
Setiap perusahaan pasti ingin karyawannya memiliki prestasi yang baik
karena dengan prestasi yang baik maka tujuan perusahaan akan lebih cepat
tercapai, selain itu juga prestasi kerja merupakan kunci utama keberlangsungan
hidup suatu perusahaan. Agar karyawan tersebut dapat berprestasi dengan baik
perusahaan dapat memberikan motivasi dan kompensasi yang sesuai dengan
kebutuhan mereka, sehingga diharapkan karyawan akan menghasilkan prestasi
kerja yang baik dan di atas standar perusahaan.
Dengan memberikan motivasi yang baik dan tepat maka para karyawan
akan lebih bersemangat lagi dalam menunjukan prestasinya masing – masing
(Need for achievement), setelah mereka menunjukan prestasi mereka pastinya
kompensasi (gaji, insentif, tunjangan dan lain – lain) yang diterima pun akan
meningkat seiring dengan posisi / jabatan mereka yang meningkat juga (Need for
38
power), lalu dengan adanya prestasi dan posisi di perusahaan yang membaik maka
akan berpengaruh terhadap hubungan antar karyawan dan hubungan antar atasan
dan bawahan yang menjadi dekat atau menyenangkan (Need for afiliation).
Penelitian menurut Clysna Wydhiatmoko (2016) dan Audi Surya (2011)
menyatakan bahwa motivasi dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap
prestasi kerja.
Berdasarkan teori – teori dan penelitian diatas maka di duga motivasi dan
kompensasi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.
MOTIVASI (X1)
1. Need for Achievement2. Need for Power3. Need for afilliation
Mc Clelland dalam WuryaningsihDwi Sayekti (2011 : 74-74)
PRESTASI KERJA (Y)
1. Kesetiaan2. Kualitas dan
Kuantitas Kerja3. Kejujuran4. Kedisiplinan5. Kreativitas6. Kerjasama7. Kepemimpinan8. Kepribadian9. Prakarsa10. Kecakapan11. Tanggung jawab
Hasibuan (2011 : 95)
KOMPENSASI (X2)
1. Kompensasi Langsung Gaji Insentif
2. Kompensasi Tidak Langsung Jaminan Sosial Uang Pesangon Asuransi Pembayaran untuk tidak
bekerja Pelayanan Karyawan Premi
Marwansyah (2012 : 297)
H2
H1
H3
39
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
2.8 Hubungan Antar Variabel
2.8.1 Hubungan Motivasi (X1) dengan Prestasi Kerja (Y)
Motivasi mempunyai hubungan dengan prestasi kerja karena keberhasilan
seorang karyawan dalam bekerja bergantung pada bagaimana dia menciptakan
motivasi dalam dirinya sendiri. Jika karyawan tidak memiliki motivasi untuk maju
dan berkembang di perusahaan, maka selamanya dia tidak akan maju meskipun
dia memiliki segala kemampuan dan teknologi. Prestasi kerja seseorang
ditentukan oleh motivasi yaitu niat dari dalam diri seseorang untuk menggunakan
segala kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, sehingga motivasilah yang
menggerakkan seseorang untuk dapat bekerja lebih baik sehingga akhirnya dapat
menghasilkan pretasi kerja yang sangat baik (I Nyoman Sudita, 2012).
Dengan memberi motivasi merupakan salah satu cara pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya dalam meningkatkan kualitas kerjanya dengan kuat
sehingga tujuan tercapai dan meningkatnya prestasi kerja. Selain itu tujuan dari
pemberian motivasi kepada karyawan juga salah satunya untuk meningkatkan
prestasi kerja karyawan (Ninuk Setiawati, 2014).
Berdasarkan teori diatas dapat memperkuat adanya hubungan motivasi
dengan prestasi kerja, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi (X1) dengan Prestasi
kerja (Y).
2.8.2 Hubungan Kompensasi (X2) dengan Prestasi Kerja (Y)
Kompensasi memiliki hubungan dengan prestasi kerja sebab karyawan
akan berprestasi apabila perusahaan memberikan penghargaan kepada para
karyawannya dengan adil, layak dan sesuai dengan hasil kerja mereka, salah satu
40
bentuk penghargaan tersebut yaitu kompensasi. Pemberian kompensasi sangat
penting bagi karyawan, karena besar kecilnya kompensasi merupakan ukuran
terhadap prestasi kerja karyawan, maka apabila sistem kompensasi yang diberikan
perusahaan cukup adil untuk karyawan, akan mendorong karyawan untuk lebih
baik dalam melakukan pekerjaannya dan lebih bertanggung jawab atas masing –
masing tugas yang diberikan perusahaan. Tujuan kompensasi dilakukan
perusahaan antara lain untuk menghargai prestasi karyawan, menjamin keadilan
diantara karyawan, mempertahankan karyawan, memperoleh karyawan yang lebih
bermutu, dan sistem kompensasi haruslah dapat memotivasi para karyawan. Oleh
karena itu, kompensasi merupakan faktor yang penting untuk dapat bekerja lebih
produktif dan berkualitas (Eka Suryaningsih Wardani, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Audi Surya (2011) menyatakan bahwa
kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja. Dengan
demikian dapat diartikan, jika kompensasi semakin tinggi maka semakin tinggi
pula prestasi karyawan, begitu pun sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H2 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi (X2) dengan prestasi
kerja (Y).
2.8.3 Hubungan Motivasi (X1) dan Kompensasi (X2) dengan Prestasi kerja
(Y)
Puguh Dwi Cahyono (2013) Salah satu usaha yang tepat untuk
meningkatkan prestasi kerja karyawan adalah dengan cara memberikan motivasi.
Murty dan Hudiwinarsih (2012) dalam Ni Made Nurcahyani (2016) menyatakan
bahwa seorang karyawan yang termotivasi akan bersifat energik dan bersemangat,
dan sebaliknya seorang karyawan dengan motivasi yang rendah akan sering
menampilkan rasa tidak nyaman dan tidak senang terhadap pekerjaannya yang
mengakibatkan hasil kerja mereka menjadi buruk dan tujuan perusahaan akan
tercapai.
41
Salah satu cara memotivasi karyawan yaitu dengan cara memberikan
kompensasi yang sesuai, adil, dan layak bagi para karyawannya. Kompensasi
yang layak akan memberikan rangsangan serta memotivasi karyawan untuk
memberikan kinerja terbaik dan mengahasilkan produktivitas yang optimal, yang
berarti secara otomatis akan meningkatkan prestasi kerja para karyawan Suwatno
(2011 : 222).
Penelitian Yetti Endriani (2012) Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja
Terhadap Prestasi Kerja Guru MTs Miftahul Muarrif Desa Bandur Picak Kec.
Koto Kampar Hulu. Kab. Kampar menyatakan bahwa adanya pengaruh positif
dan signifikan antara pengaruh kompensasi dan motivasi kerja terhadap prestasi
kerja sebesar 53,9 %.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H3 : Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi (X1) dan kompensasi
(X2) terhadap prestasi kerja (Y).