repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...

16
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun antimikroba (Gramza et al., 2005). Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et al., 2009). Konsumsi teh hijau juga dipercayai memiliki efek untuk menurunkan angka mortalitas pasien- pasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe et al., 2009). 2.1.1. Taksonomi Pada zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis, assamica, dan irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua jenis teh secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu Camellia sinensis dengan nama varietas yang berbeda. Taksonomi teh adalah sebagai berikut (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010) : Superdivisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo (bangsa) : Theales Familia (suku) : Theaceae Genus (marga) : Camellia

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teh Hijau

Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak

negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung

banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun

antimikroba (Gramza et al., 2005).

Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan

banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk

membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh

bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk

membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang menyebabkan penyakit

di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et al., 2009). Konsumsi teh

hijau juga dipercayai memiliki efek untuk menurunkan angka mortalitas pasien-

pasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe et al., 2009).

2.1.1. Taksonomi

Pada zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies

teh yaitu sinensis, assamica, dan irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua

jenis teh secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu Camellia

sinensis dengan nama varietas yang berbeda. Taksonomi teh adalah sebagai

berikut (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010) :

Superdivisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo (bangsa) : Theales

Familia (suku) : Theaceae

Genus (marga) : Camellia

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Spesies (jenis) : Camellia sinensis

2.1.2. Morfologi Tanaman

Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae,

merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam bebas

dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini

berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman

ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya

berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005). Buahnya berbentuk

pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran

sebesar kacang (Biswas, 2006).

Gambar. 2.1. Daun Camellia sinensis (Kress, 2011)

2.1.3. Kandungan Teh Hijau

Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks yaitu

protein (15-20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin, triptofan,

glisin, serin, valin, leusin, arginin (1-4%); karohidrat seperti selulosa, pectin,

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan asam

linolenat; sterol dalam bentuk stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein dan teofilin;

pigmen seperti karotenoid dan klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol,

lakton, ester, dan hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg,

Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al (5%) (Cabrera et al.,

2006).

Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif dimana

sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol merupakan cincin

benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol dapat berupa senyawa

flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh

hampir semuanya merupakan senyawa flavonoid (Sumpio, 2006). Senyawa

flavonoid tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder dari tanaman yang

berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama tiga gugus malonyl-CoA.

Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang memiliki nilai

gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood et al., 2010).

Tabel. 2.1. Jenis-Jenis Flavonoid (Mahmood et al., 2010)

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Gambar 2.2. Struktur Kimia Flavonoid (Mahmood et al.,2010)

Dari senyawa-senyawa polifenol tersebut, flavanol atau yang dikenal

dengan catechin, merupakan senyawa yang memyumbangkan berat 20-30% dari

daun teh yang kering. Senyawa catechin tidak berwarna, larut dalam air, dan

berfungsi untuk memberikan rasa pahit pada teh. Modifikasi pada catechin dapat

mengubah warna, aroma, dan rasa pada teh. Sebagai contoh, pengurangan kadar

catechin dalam teh dapat menambah kualitas aroma dari suatu teh (Mahmood et

al., 2010).

Selain flavanol, ada juga senyawa yang disebut dengan flavonol.

Quercetin, myricetin, dan kaemferol merupakan contoh flavonol utama yang

menjadi ekstrak cair dari suatu teh. Flavonol biasanya ditemukan dalam bentuk

glycosidic karena bantuk yang non-glycosidic tidak dapat larut dalam air. Selain

itu, di dalam teh juga terdapat zat kafein (Mahmood et al., 2010 dan Turkoglu et

al., 2010).

2.1.4. Efek Biologis Teh Hijau

Semua makhluk hidup baik manusia, hewan, dan tumbuhan setiap harinya

rentan terpapar dengan kerusakan yang bersifat oksidatif di lingkungan. Salah satu

efek biologis teh hijau adalah bekerja sebagai antioksidan. Kerusakan oleh karena

proses oksidasi berasal dari peningkatan radikal bebas baik yang secara endogen

(proses inflamasi), maupun secara eksogen (radiasi, polusi, dan asap rokok).

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Radikal bebas merupakan senyawa oksigen yang tidak stabil ditandai dengan

adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan. Penelitian oleh Naghma Khan

dan Hasan Mukhtar (2007) menunjukkan bahwa sediaan teh hijau dapat

menangkap Reactive Oxygen Species (ROS) seperti oksigen yang tidak

berpasangan, radikal superoksida, radikal hydroksil, oksida nitrat, peroksinitrit,

dan nitrogen dioksida sehingga mengurangi kerusakan pada protein, membran

lipid, dan asam nukleat pada sel.

Teori radikal bebas menunjukkan bahwa stress oksidatif dan paparan lama

terhadap radikal bebas dapat mempercepat proses degenerasi seperti degenerasi

neuronal. Parkinson dan penyakit-penyakit kardiovaskular merupakan keadaan

dimana terdapat ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Teh hijau

memiliki kemampuan untuk melindungi lipid dalam serum dan protein dari stress

oksidatif yang dapat mempercepat proses penuaan. Selain itu, teh hijau juga

menurunkan penanda kerusakan oksidatif pada DNA yaitu 8-oxodeoxyguanosine

(8-oxodG) di ginjal dan serebrum, sehingga dikatakan memiliki efek untuk

mencegah proses penuaan secara dini (Mahmood et al., 2010).

Senyawa-senyawa utama yang berperan sebagai pelindung kimiawi dalam

teh hijau adalah stuktur kompleks flavonoid seperti epigallocatechin gallate

(EGCG), epicatechin gallate (ECG), dan epigallocatechin (EGC). Akhir-akhir ini,

catechin di dalam teh hijau dipercayai dapat mencegah terjadinya kanker dengan

struktur dan fungsi yang sama dengan chaperone.

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Gambar 2.3. Struktur Kimia Catechin (Carbrera et al., 2006)

Teh hijau juga dapat menjadi anti Parkinson, dimana pada proses

Parkinson terjadi suatu reaksi dimana L-dopa akan dikonversi menjadi dopamine

dan serotonin oleh enzim dopa dekarboksilase. Enzim tersebut ditemukan banyak

terdapat pada orang yang khususnya sedang dalam pengobatan hipertensi dan juga

pada penyakit Parkinson ,sehingga mengembangkan obat yang dapat secara

selektif menghambat enzim tersebut menjadi suatu tantangan yang menarik.

Dalam Mahmood et al. (2010), dikemukakan bahwa polifenol dalam teh hijau

memiliki efek untuk berikatan dengan enzim tersebut dan bersifat suatu

inaktivator yang irreversible sehingga enzim dopa dekarboksilase tidak dapat

berikatan dam memecah L-dopa menjadi dopamine dan serotonin.

2.1.5. Efek Antimikroba Teh Hijau

Polifenol yang terdapat di dalam teh hijau dikatakan dapat menjadi

antimikroba dalam Mahmood et al (2010). Namun, tidak dapat dipastikan dengan

jelas spesies apa saja yang dihambat oleh polifenol tersebut. Sebagai contohnya,

polifenol dapat menghambat pertumbuhan Helicobacter pylori dan Clostridia spp.,

tetapi tidak efektif dalam menghadapi bakteri laktat dalam intestinal.

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Penggunaan antioksidan alami seperti polifenol dalam teh hijau merupakan

suatu aspek penting dalam mengurangi kemungkinan infeksi yang ditularkan

melalui makanan. Bakteri-bakteri seperti staphylococcus aureus, vibrio cholera,

campylobacter jejuni, staphylococcus epidermidis, dan vibrio mimicus sensitif

terhadap polifenol. Namun, pada penelitian didapatkan bahwa bakteri gram positif

lebih sensitif daripada bakteri gram negatif (Mahmood et al., 2010).

2.1.6. Metode Ekstraksi Soxhletasi

Metode ekstraksi daun teh dilakukan dengan metode soxhletasi, yaitu

suatu metode ekstraksi secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut

yang murni. Metode ini memberikan keuntungan bahwa cairan ekstraksi yang

dibutuhkan lebih sedikit dan memberikan hasil ekstrak yang lebih pekat. Namun,

kerugian dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu

sampai beberapa jam dan tidak cocok untuk mengekstraksi zat yang tidak tahan

terhadap pemanasan (Voight, 1994 dan Anonim, 1986).

Pada soxhletasi, daun teh yang akan diekstraksi diletakkan dalam kertas

saring Whatman No.1 di bagian dalam alat ekstraksi dan gelas yang bekerja

berkesinambungan. Wadah gelas yang mengandung kertas saring tersebut

diletakkan di antara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan

dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi ethanol, yang

menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet,

berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik

keluar zat yang akan diekstraksi. Larutan kemudian akan berkumpul di dalam

wadah gelas, setelah mencapau tinggi maksimalnya secara otomatis dipindahkan

ke dalam labu (Putri, 2008).

Proses di atas dilangsungkan beberapa kali sirkulasi sampai terekstraksi

dengan sempurna yang ditandai dengan cairan ekstrak yang jernih. Cairan ekstrak

tersebut kemudian dimasukkan dalam Rotaric evaporator untuk membuat cairan

ekstraksi semakin pekat dan menguapkan pelarutnya. Kemudian hasil ekstraksi

disimpan dalam botol steril berwarna coklat dalam suhu kamar (25o C) dan untuk

mencegah terjadinya proses oksidasi oleh sinar matahari (Rahayu et al., 2009).

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

2.2. Bakteri

Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium (jamak, bacteria) adalah

mikroorganisme yang kebanyakan uniseluler (bersel satu), dengan struktur yang

lebih sederhana (Tamher, 2008).

Bakteri dapat dibagi menjadi dua berdasarkan pewarnaan gram yaitu

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif merupakan

bakteri yang dapat mempertahankan zat warna primer yaitu kristal karbon ungu,

sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang mampu melepas zat warna

primer dan mengikat zat warna sekunder (safranin) (Kumala, 2006). Contoh

bakteri gram positif adalah Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus,

Corynebacterium, Listeria, dan lain-lain. Bakteri gram negatif contohnya seperti

Neisseriaceae, Escherichia, Shigella, Klabsiella, Salmonella, Vibrio,

Pseudomonadaceae, Haemoplilus, Bordetella, Brucella (Lucky et al., 1994).

2.2.1. Staphylococcus aureus

Taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :

(Soemarno, 2000) :

Ordo: Eubacteriales

Famili: Micrococcacea

Genus: Staphylococcus

Spesies: Staphylococcus aureus

Stapylococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus bulat,

berdiameter sekitar 1 mikron tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti

kelompok buah anggur. Bakteri ini dapat dibiakkan baik pada keadaan aerob

maupun anaerob dan bersifat tidak bergerak, tidak berkapsul, dan tidak berspora.

(Kayser et al., 2005).

Suhu optimal bagi bakteri Staphylococcus untuk berkembang adalah pada

suhu 37oC, tetapi suhu optimal bagi bakteri ini untuk menghasilkan pigmen adalah

pada suhu kamar (20-25oC). Pada media agar, bakteri tersebut memiliki

karakteristik koloni berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram,

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

mengkilat dan konsistensinya lunak. Warnanya yang khas adalah kuning atau

coklat keemasan. (Jawetz, 2007)

Gambar. 2.4. Koloni Staphylococcus aureus (Kayser et al., 2005)

Gambar. 2.5. Staphylococcus aureus dilihat dengan mikroskop elektron

(Food Doctors, 2008)

Stapylococcus ditemukan sebagai flora normal pada kulit, saluran

pernapasan, dan saluran cerna manusia. Stapylococcus aureus merupakan

penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering dan juga merupakan spesies

yang paling patogen. Bakteri tersebut mampu menimbulkan penyakit-penyakit

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

yang berspektrum luas pada manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh

toxin, seperti toxic shock syndrome, sampai dengan penyakit-penyakit yang

mematikan seperti septicemia, endocarditis, pneumonia, dan osteomyelitis.

(Nickerson et al., 2009)

Tabel 2.2. Jenis-Jenis dan Karakteristik Staphylococcus spp. yang Sering

Menyerang Manusia (Kayser et al., 2005)

Stapylococcus dapat menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya

untuk berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta dengan cara

menghasilkan berbagai substansi ekstraseluler. Beberapa substansi tersebut adalah:

(Jawetz, 1997 dan Sherris et al., 2004)

a. Katalase

Stapylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida

menjadi air dan oksigen

b. Koagulase dan Faktor Pengumpal

Stapylococcus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang

dapat menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat atau sitrat.

Memproduksi koagulase dianggap sama dengan memiliki potensi menjadi

patogen invasif.

Faktor koagulasi adalah kandungan permukaan Staphylococcus aureus

yang berfungsi melekatkan organisme ke fibrin atau fibrinogen. Bila berada di

dalam plasma, Stapylococcus aureus membentuk gumpalan.

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

c. Enzim lain

Enzim-enzim lain yang dihasilkan oleh staphylococcus antara lain adalah

hialuronidase, atau faktor penyebar.

d. Eksotoksin

Alfa toksin merupakan protein heterogen yang bekerja dengan spektrum

luas pada membrane sel eukariot. Alfa toksin merupakan hemolisin yang kuat.

Beta toksin dapat menguraikan sfingomielin sehingga toksin untuk berbagai sel,

termasuk sel darah merah manusia. Delta toksin melisiskan sel darah merah

manusia dan hewan. Lamda toksin bersifat heterogen dan terurai menjadi

beberapa subunit pada deterjen non ionik. Toksin tersebut mengganggu membrane

biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat Staphylococcus aureus.

e. Leukosid

Toksin Staphylococcus aureus ini memiliki dua komponen. Leukosid

dapat membunuh sel darah putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut

bekerja secara sinergi pada membran sel darah putih membentuk pori-pori dan

meningkatkan permeabilitas kation.

f. Toksin Eksfoliatif

Toksin ini menyebabkan pemisahan interseluler lapisan epidermis antara

stratum spinosum dan stratum granulosum, mungkin melalui disrupsi tautan

interseluler. Terdapat dua varian toksin eksoliatif, yaitu varian yang bersifat

antigenik pada manusia dan varian yang bertindak sebagai antibodi yang memberi

efek anti toksik terhadap toksin itu sendiri.

g. Enterotoksin

Enterotoksin merupakan penyebab penting dalam keracunan makanan;

enterotoksin dihasilkan bila Staphylococcus aureus tumbuh di makanan yang

mengandung karbohidrat dan protein. Enterotoksin juga tahan terhadap panas dan

resisten terhadap kerja enzim usus.

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Gambar 2.6. Struktur Staphylococcus aureus (Lowy, 1998)

2.2.2. Escherichia coli

Ordo : Eubacteriales

Famili : Enterobacteriaceace

Genus : Eschericia

Spesies : Eschericia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang

pendek (kokobasil) dengan ukuran 0,4-0,7 μm, tidak berspora dan beberapa strain

mempunyai kapsul. Eschericia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang

biasa di pakai di laboratorium Mikrobiologi; pada media yang digunakan untuk

isolasi kuman enterik, sebagian besar strain E.coli tumbuh sebagai koloni yang

meragi laktosa. E.coli bersifat fakultatif anaerob (Jawetz, 2007). Beberapa strain

bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Lucky et al, 1994).

Escherichia coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin

dekarboksilase, dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa

(Soemarno, 2000). Pada Mac Conkey agar, E.coli mempunyai karakteristik

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

berwarna merah atau merah jambu, bulat, dan tidak berlendir. Namun, pada Eosin

methylene blue agar, E.coli menghasilkan koloni yang berwarna metallic green .

Gambar. 2.7. Koloni Bakteri Escherichia coli (Kayser et al., 2005)

Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih yang paling

sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala

dan tanda-tandanya antara lain sering berkemih, disuria hematuria, dan piuria.

Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas. (Jawetz, 2007)

Adapun faktor-faktor patogenitas dari Eschericia coli sebagai berikut: (Lucky et

al, 1994)

a. Antigen permukaan

Pada E.coli paling tidak terdapat 2 tipe fimbria, yaitu tipe sensitif manosa

(pili) dan tipe resisten manosa (CFAS I & II). Kedua tipe fimbriae ini penting

sebagai colonization factor, yaitu untuk perlekatan sel bakteri pada sel/jaringan

inang.

b. Enterotoksin

Ada dua macam enterotoksin, yaitu toksin LT (termolabin) dan toksin ST

(termostabil). Produksi kedua toksin tersebut di atur oleh plasmid yang mampu

pindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya. Terdapat dua macam plasmid,

yaitu satu plasmid mengkode pembentukan toksin LT dan ST, dan satu plasmid

lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja.

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Toksin LT bekerja merangsang enzim adenil siklase yang terdapat di

dalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan peningkatan aktivitas enzim

tersebut dan terjadinya peningkatan permeabilitas sel epitel usus yang akan

mengakibatkan akumulasi cairan di dalam usus dan berakhir dengan diare.

Toksin ST adalah asam amino dengan berat molekul 1970 dalton,

mempunyai satu atau lebih ikatan disulfide, yang penting untuk mengatur

stabilitas pH dan suhu. Toksin ini bekerja dengan cara mengaktivasi enzim

guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat, menyebabkan

gangguan absorpsi klorida dan natrium, selain itu ST juga menurunkan motilitas

usus halus.

c. Hemolisin

Peranan hemolisin pada infeksi oleh E.coli tidak jelas tetapi strain

hemolitik E.coli ternyata lebih pathogen daripada strain yang nonhemolitik.

2.2.3. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif memiliki perbedaan yang

jelas pada dinding selnya.

Tabel 2.3. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif

(Nurkalimah, 2012)

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

2.3. Antimikroba

Antimikroba merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu

mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan

ataupun membunuh mikroorganisme lain.

Aktivitas antimikroba diukur in vitro untuk menentukan potensi agen

antibakteri dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan

kerentanan mikroorganisme tertentu terhadap obat dengan konsentrasi tertentu.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba in vitro yaitu pH

lingkungan, komponen medium, stabilitas obat, ukuran inokulum, lama inkubasi,

dan aktivitas metabolik mikroorganisme (Warsa, 1994).

2.3.1. Mekanisme Kerja Antimikroba

Ada beberapa mekanisme kerja antimikroba, yaitu: (Jawetz, 1997)

a. Menghambat sintesis dinding sel

Bakteri mempunyai dinding sel yang mempertahankan bentuk dan ukuran

mikroorganisme, yang mempunyai tekanan osmotik internal yang tinggi. Cedera

pada dinding sel atau inhibisi pada pembentukannya dapat menyebabknan sel

menjadi lisis. Contoh antimikroba golongan ini adalah penisilin, fosfomisin,

sikloserin.

b. Menghambat fungsi membran sel

Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh membran sitoplasma, yang

bekerja sebagai transpor aktif, sehingga mengontrol komposisi internal sel. Jika

fungsi itu terganggu akan menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Contoh

antimikroba golongan ini adalah amfoterisin B, kolisistin, imidazole.

c. Menghambat sintesis protein

Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu

transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan translasi atau

sintesis protein yang RNA-dependent. Contoh antimikroba golongan ini adalah

eritromisin, linkomisin, tetrasiklin.

d. Menghambat sintesis asam nukleat

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 37929... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Hijau2013-06-04 · BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Teh Hijau . Teh adalah

Struktur molekul DNA erat kaitannya dengan dua peran utama yaitu

duplikasi dan transkripsi. Contoh antimikroba golongan ini adalah kuinolon,

pirimetamin, rifampisin, sulfonamide.

2.3.2. Cara Pengukuran Aktivitas Antimikroba

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan

dengan salah satu metode utama yaitu metode dilusi ataupun metode difusi.

Dalam Jawetz (2007), metode-metode utama yang dapat digunakan adalah:

a. Metode Dilusi

Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium bakteriologi

padat atau cair. Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba.

Medium akhirnya diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan diinokulasi.

Tujuan akhirnya adalah mengetahui seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diuji.

Kelemahan uji kepekaan dilusi agar membutuhkan waktu yang banyak, prosedur

yang rumit dan tidak praktis.

b. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah uji difusi cakram. Cakram

kertas filter yang mengandung sejumlah tertentu obat diletakkan di atas

permukaan medium padat yang telah diinokulasi organisme uji. Setelah inkubasi,

diameter zona hambat (daerah jernih di sekitar cakram) diukur untuk menilai daya

hambat obat terhadap organisme uji. Zona hambat diukur dengan menggunakan

penggaris atau jangka sorong/kaliper. Hasil di katakan peka (sensitif), kurang

peka (intermediat), ataupun tidak peka (resisten) berdasarkan hasil pengukuran

zona hambat mengacu pada tabel Clinical and Laboratory Standards Institute

(CLSI) M100-S20, Januari 2010.