repository.unhas.ac.id › ... › skripsi.docx?sequence=1 · Web view...
Transcript of repository.unhas.ac.id › ... › skripsi.docx?sequence=1 · Web view...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan
nasional Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian
usaha pembangunan berarti humanisasi atau peningkatan taraf hidup
manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan dan senantiasa
menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam hidupnya, baik secara
rohani dan jasmani.
Wilayah negara kesatuan RI terbagi atas daerah provinsi, dan provinsi
terbagi atas daerah yang lebih kecil yaitu Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan. Daerah-daerah tersebut manjadi satu kesatuan dalam
wilayah nagara RI. Oleh karena itu pembangunan harus tersebar secara
merata dari seluruh wilayah Republik Indonesia agar terwujud masyarakat
yang adil dan makmur. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai
suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak
secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai
aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Danuri, 2004)
Pembangunan yang dilaksanakan di pedesaan atau tingkat Kelurahan
merupakan realisasi pembangunan nasional. Untuk menunjang
2
pembangunan di pedesaan atau tingkat Kelurahan peran serta pemerintah
serta partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan.
Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi
alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya,
demikian pula halnya sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan
sehingga dapat mengembangkan potensi alam secara maksimal agar tujuan
pembangunan dapat tercapai.
Otonomi daerah memiliki arti otonomi desa bahwa desa mampu
berinisiatif dan berkreativitas untuk menjalankan pemerintahannya sendiri
serta menumbuhkan demokratisasi masyarakat dalam pembangunan,
sehingga desa atau setingkat Kelurahan memiliki ruang gerak yang luas
dalam melaksanakan pembangunan, karena tidak terbebani lagi dengan
program-program pembangunan dari kabupaten/kota, provinsi maupun
pemerintah pusat.
Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan adalah kesadaran
yang tidak bisa muncul dengan sendirinya. Kesadaran tersebut harus
dibimbing dan diarahkan sampai mereka bisa mencapai kemandiriannya
sendiri. Dengan adanya keterlibatan secara mental dan emosional mulai dari
keterlibatan perumusan kebijakan, pelaksanaan, tanggung jawab sampai
pemanfaatan pembangunan akan bisa dirasakan secara merata oleh pihak-
pihak tertentu.
3
Sasaran pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
secara utuh lahir dan batin serta merata. Sasaran tersebut mengandung
makna bahwa tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya masyarakat
yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun non
material secara merata.
Untuk mencapai sasaran etrsebut di atas diperlukan proses yang
terus-menerus, dan melalui proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan
kualitas agar proses ini dapat berjalan secara teratur dan terarah, maka perlu
perencanaan. Perencanaan merupakan syarat bagi terlaksananya proses
pembangunan yang baik. Akan tetapi walaupun demikian perencanaan
tidaklah berarti sebagai jaminan penuh bagi keberhasilan pencapaian tujuan,
walaupun pelaksanaan kegiatan telah diawali dengan perencanaan yang
matang, namun sering timbul hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan
kegiatan pembangunan tersebut. Hambatan-hambatan tersebut harus benar-
benar diperhatikan dalam perencanaan pembangunan tingkat Desa maupun
Kelurahan. Olehnya ketetapan perencanaan dalam pelaksanaan
pembangunan adalah mutlak harus disertai dengan kesadaran yang penuh
kesungguhan serta kemauan baik dari setiap unsur yang tidak terlibat
langsung di dalam pembangunan tersebut.
Desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana
perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 memiliki arti
bahwa:
4
“Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnnya disebut desa, adalah kesatuan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Untuk menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya terhadap
pembangunan, diperlukan adanya tenaga/unsur penggerak yang mampu
menggerakkan dan mengarahkan kemampuan masyarakat untuk dapat
mewujudkan cita-cita pembangunan dalam hubungan ini, maka Lurah
sebagai Kepala Kelurahan memegang peranan yang menentukan. Sebagai
pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan, ia harus mampu mengemban tugas yang dibebankan
kepadanya yang saling kait-mengkait termasuk tugas pembangunan yang
multi dimensional.
Oleh karena itulah suksesnya pembangunan di suatu daerah sangat
ditentukan oleh kualitas kinerja pemerintahannya. Bertitik tolak dalam
pelaksanaan pembangunan di tingkat desa dan kelurahan, terutama di
Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo maka penulis
bermaksud mengangkat judul “Peranan Pemerintah Kelurahan dalam
Pembangunan di Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten
Wajo”
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berusaha merumuskan
masalah yang ingin diteliti agar tidak menyulitkan dalam pengumpulan data
yang dipelukan. Maka dari itu penulis merumuskan masalahnya sebagai
berikut :
a. Bagaimana upaya pemerintah kelurahan dalam pelaksanaan
pembangunan di Kelurahan Siwa ?
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pemerintah
dalam pembangunan di Kelurahan Siwa ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan upaya pemerintah kelurahan dalam
pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Siwa.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas
pemerintah dalam pembangunan di Kelurahan Siwa.
6
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan terutama
yang menggeluti bidang kajian ilmu pemerintahan.
2. Bagi instansi terkait dan masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas Instansi
terkait, serta pemerintah tingkat kelurahan sendiri di dalam
mengevaluasi keberhasilan serta kendala-kendala yang dihadapi untuk
pelaksanaan program-program pembangunan di masa-masa
mendatang.
1.4. Kerangka Konseptual
Pembangunan sangat ditentukan oleh adanya pengertian, kesadaran,
dan partisipasi langsung dari seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi
tantangan-tantangan pembangunan. Kegiatan pembangunan yang giat-
giatnya dilaksanakan dewasa ini bukan hanya merupakan tanggung jawab
pemerintah saja, melainkan juga tanggung jawab semua elemen masyarakat.
Diperlukan keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat dalam
mengidentifikasi kemudian mengolah semua potensi yang dimiliki oleh desa
dan kelurahan agar tercipta pembangunan yang yang maksimal. Oleh karena
7
itu, dalam rangka mencapai keberhasilan pembangunan perlu adanya
partisipasi aktif dari seluruh masyarakat.
Namun demikian tonggak utama penggerak dalam pembangunan di
tingkat kelurahan adalah pemerintah kelurahan dalam hal ini Lurah dan
aparatur kelurahan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa pasal 14 yakni dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa tersebut maka lebih lanjut tentang peranan pemerintah kelurahan
dalam pembangunan diuraikan ke dalam tiga indikator yakni pembina,
pengayom dan pelayan masyarakat.
Keberhasilan suatu pembangunan harus senantiasa beriringan dengan
bagaimana menggalang keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat
untuk melaksanakan pembangunan. Meskipun partisipasi masyarakat
merupakan suatu hal yang esensial dalam menunjang pembangunan di
daerah yang semi perkotaan dalam hal ini tingkat Kelurahan, tetapi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan tidak begitu saja tumbuh dengan
sendirinya, melainkan pemerintah harus aktif untuk terus mendorong dan
meningkatkan motivasi dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Dalam hal ini tentu saja ada beberapa faktor yang berpengaruh baik itu faktor
pendukung maupun faktor penghambat.
8
Sasaran utama pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang
sejahtera secara utuh lahir dan batin serta merata. Sasaran tersebut
mengandung makna bahwa tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya
masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik meterial
maupun non meterial secara merata.
Untuk lebih jelasnya pembahasan penelitian ini dapat dilihat pada
skema kerangka konseptual berikut.
9
Skema Kerangka Konseptual
PEMERINTAH KELURAHAN
Lurah
Aparatur kelurahan
KEMAJUAN YANG DICAPAI DALAM PEMBANGUNAN
DAN MASYARAKAT SEJAHTERA
FUNGSI PEMBANGUNAN (PP No. 72 Thn 2005)
Pembina Pengayom Pelayan Masyarakat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor Penghambat
Kurangnya sarana dan prasarana
Kualitas sumber daya aparat
Faktor Pendukung
Partisipasi masyarakat Kerjasama antar sesama
aparat aparat
10
1.5. Metode penelitian
1.5.1. Lokasi Penelitian
Berdasarkan pada judul penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan di
wilayah Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.
1.5.2. Tipe dan Bentuk Penelitian
a. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif, yang
bertujuan memberikan gambaran secara jelas suatu fenomena atau
kenyataan sosial yang berkenaan dengan masalah yang diteliti,
khususnya tentang peranan pemerintah kelurahan dalam pembangunan
di Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua kabupaten Wajo.
b. Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian lapangan yaitu penelitian
yang menekankan penggunaan data primer yang diperoleh melalui
wawancara dengan informan terkait fokus penelitian sehingga dapat
menemukan ruang lingkup tertentu. Data didapatkan dengan penelitian
langsung ke lokasi penelitian.
1.5.3. Informan
Informan yang dilibatkan merupakan orang yang dapat memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun rincian informan
yang digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut :
- Kepala Kelurahan (Lurah)
- Sekretaris Lurah
- Aparatur Kelurahan
11
- Kepala Lingkungan
- Ketua Lembaga Masyarakat
- Warga masyarakat
- Camat
1.5.4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh berdasarkan sumbernya
dapat digolongkan berdasarkan sumbernya dapat digolongkan menjadi dua
bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang diperoleh dari informan dengan cara wawancara maupun pengamatan
secara langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang bersumber
dari dokumen-dokumen arsip tertentu yang berhubungan dengan penelitian.
1.5.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat
dipertanggungjawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu :
a. Observasi, yaitu proses pengambilan data dalam penelitian di mana
peneliti atau pengamat dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan
objek penelitian.
b. Wawancara, adalah proses percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak berupa tanya jawab kepada
12
sejumlah informan untuk memperoleh informasi dan gagasan yang
berkaitan erat dengan penelitian ini.
c. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku,
dokumen-dokumen, undang-undang, dan media informasi lainnya yang
berkaitan dengan hal-ihwal pembangunan di Kelurahan Siwa Kecamatan
Pitumpanua Kabupaten Wajo.
1.5.6. Analisis Data
Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa
secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk kata-
kata lisan maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian
baik dari hasil studi lapang maupun studi literatur untuk kemudian
memperjelas gambaran hasil penelitian.
1.6. Definisi Operasional
Untuk memberi suatu pemahaman, agar memudahkan penelitian,
maka perlu adanya beberapa batasan penelitian dan fokus penelitian ini yang
dioperasionalkan melalui indikator sebagai berikut :
Peranan Pemerintah Kelurahan adalah peranan Lurah dan perangkat
kelurahan dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemerintahan
tingkat kelurahan, sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 12
tahun 2008 yakni pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
13
Adapun indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan diartikan sebagai suatu perubahan yang mencakup
seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya yang
diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat dan didasarkan kepada tugas dan kewajiban masyarakat.
b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2005 Tentang Desa, peranan pemerintah kelurahan dalam
pembangunan di Kelurahan Siwa dapat dioperasionalkan dengan
indikator sebagai berikut :
1) Pembina masyarakat
2) Pengayom masyarakat
3) Pelayan masyarakat
c. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses pembangunan di
kelurahan.
Indikatornya adalah:
Faktor pendukung
- Partisipasi masyarakat
- Kerjasama antar sesama aparat
Faktor penghambat
- Kurangnya sarana dan prasarana
14
- Kualitas sumber daya aparat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan tentang Peran Pemerintah
Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran
dan fungsi dalam menjalankan kehidupan sosialnya. Dalam melaksanakan
perannya, setiap manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosialnya.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran
sebagai berikut :
a. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia adalah
pemain sandiwara atau pemain utama.
b. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam
sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang
diberikan
c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Mengenai peranan ini, Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003),
mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut :
a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa
peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan
b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalikan bahwa peran
merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public
15
support). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan
dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan
didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki
kredibilitas.
c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen
atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses
pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran
bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga
pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang
bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel.
d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai
suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha
pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang
melandasi persepsi ini dalah bertukar pikiran dan pandangan dapat
meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa
ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess).
e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai upaya
“mengobati” masalah masalah psikologis masyarakat seperti halnya
perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri
dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam
masyarakat.
16
Peran merupakan aspek yang dinanis dalam kedudukan (status)
terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto,
2002; Soekamto, 1984:237).
Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu ketentuan peranan, gambaran peranan dan harapan
peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang
perilaku yang harus ditampilkan seseorang dalam membawa perannya.
Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara
aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Dari berbagai
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan
dalam hal ini peran pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya
dalam pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, dan pengaturan
masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sarjono Sukamto bahwa
peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang
melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka
ia telah melakukan sebuah peranan.
Pemerintah berasal dari kata perintah yang berarti menyuruh
melakukan sesuatu. Istilah pemerintahan diartikan sebagai perbuatan dalam
artian bahwa cara, hal urusan dan sebagainya dalam memerintah (Sri
Soemantri, 1976: 17), sehingga secara etimologi, dapat diartikan sebagai
tindakan yang terus menerus (kontinue) atau kebijaksanaan dengan
17
menggunakan suatu rencana maupun akal (rasio) dan tata cara tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki (Utrecht, 1986: 28).
Sedangkan definisi lain mengartikan bahwa pemerintah ialah jawatan atau
aparatur dalam susunan politik (Muhammad Yamin, 1982: 112).
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan
publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam usaha
mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti sempit adalah segala
kegiatan dalam badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif
(C.F. Strong).
Pemerintahan dalam arti luas dari definisi di atas mengungkapkan
bahwa segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu sendiri, jadi tidak
diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja,
melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif.
Pemerintah dalam hal ini melingkupi semua urusan negara.
Dalam Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah kepala daerah, yaitu
kepala daerah pada umumnya, seperti gubernur, bupati, dan wali kota, serta
anggota DPRD. Kedudukan anggota DPRD sederajat sama tinggi dengan
bupati, di mana kepala daerah memimpin bidang eksekutif dan DPRD
18
bergerak di bidang legislatif. Dalam hal pembuatan peraturan daerah
(PERDA), kepala daerah dan anggota DPRD harus bersama-sama dalam
pembuatan PERDA. Tugas utama kepala daerah sebagai unsur pemerintah
daerah adalah memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab penuh
atas jalannya pemerintahan daerah.
Bintoro Tjokroamidjojo dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi
Pembangunan menyebutkan pula peranan dan fungsi pemerintah sebagai
berikut : Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan
masyarakat tergantung pada beberapa hal; pertama adalah filsafat hidup
kemasyarakatan dan politik masyarakat. Ada negara yang memberikan
kebebasan yang cukup besar kepada anggota masyarakatnya untuk
menumbuh-kembangkan masyarakat sehingga pemerintah diharapkan tidak
terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan masyarakat. Pada masa
lampau dalam bentuk yang eksterm, hal ini didukung oleh filsafat
kemasyarakatan Laissez Faire namun ada pula nagara yang filsafat hidupnya
menghendaki negara dan pemerintah memimpin serta mengurusi segala
sesuatu dalam kehidupan masyarakatnya, seperti filsafat politik tradisionalis.
Hal ini berkaitan dengan suatu pandangan bahwa pemerintah sebagai
pemegang mandat untuk mengusahakan kepentingan dan keadilan dalam
masyarakat secara keseluruhan. Ini perlu dinyatakan dan tetap
memperhatikan kepentingan golongan ekonomi lemah.
19
Ryas Rasyid membagi fungsi pemerintahan manjadi empat bagian
yaitu ;
1. Fungsi pelayanan (public service)
2. Fungsi pembangunan (development)
3. Fungsi pemberdayaan (empowering)
4. Fungsi pengaturan (regulation)
2.2. Tinjauan tentang Desa dan Kelurahan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, desa diartikan sebagai ;
1. Sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampung,
dusun;
2. Udik atau dusun (dalam arti daerah pedalam sebagai lawan kota);
3. Tempat, tanah, dan daerah.
Dari pengertian ini, maka desa memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
(1) desa merupakan suatu lokasi pemukiman di luar kota sekaligus bukan
kota; (2) desa merupakan suatu komunitas yang homogen; dan (3) desa
menunjukkan suatu sifat dari lokasi sebagai akibat dari posisinya yang
berbeda di pedalaman. Desa lebih sering diperlawankan dengan kota.
Menurut S. Wojowasito (1972), rural diartikan dari desa, seperti di desa,
sedangkan urban diartikan dari perdesaan, bukan desa (village), dan urban
diterjemahkan menjadi perkotaan, juga bukan kota (town, city). Hal ini
20
didasarkan pada konsep rural dan urban lebih menunjuk kepada karakteristik
masyarakatnya, sedangkan village, town, dan city lebih mengacu kepada
suatu unit teritorial. Dari pendapat tersebut, maka pengertian desa dapat
dilihat aspek wilayah kemasyaratan, dengan penjelasan:
a) Dari aspek wilayah teritorial, village, town, dan city sebagai sesuatu unut
terotorial-administratif atau berkaitan dengan kekotaprajaan
(municipality). Dalam kaitan ini, suatu daerah dan komunitas pedesaan
(rural area and community) dapat mencakup sejumlah desa (village).
Demikian pula urban,bukan hanya sebagai sebuah kota (town atau city)
dalam arti suatu kotapraja atu kotamadya, melainkan termasuk daerah-
daerah di luar batas resmi kota tersebut yang masyarakatnya memiliki
cara hidup kota.
b) Dari aspek kemasyarakatan (komunitas), desa (village) sebagai tempat
pemukiman para petani, terlepas dari ukuran besar kecilnya, tetepi juga
terdapat desa-desa perdagangan dimana terdapat sejumlah orang dari
desa itu yang memiliki mata pencaharian dalam bidang perdagangan
(non pertanian), yang masih dikelola secara tradisional. Sedangkan, kota
kecil (town), didefinisikan sebagai suatu pemukiman perkotaan yang
mendominasi lingkungan perdesaan dalam berbagai segi, tetapi kota
kecil bukanlah sekedar desa yang besar.
Adapun desa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
sebagaimana perubahannya dalam Undang-undang 12 Tahun 2008 bahwa:
21
“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan di daerah Kabupaten”.Sedangkan menurut Sutardjo Kartohadikusuma, mengemukakan bahwa desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Adapun mengenai kelurahan adalah pembagian wilayah administratif
di Indonesia di bawah kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di
Indonesia, Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat
Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan merupakan unit
pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda dengan desa,
kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam
perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.
2.3. Pembangunan Desa
Sebelum membahas lebih jauh apa itu pembangunan desa, ada
baiknya dipahami terlebih dahulu makna dari pembangunan itu sendiri.
Definisi pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan
berkesinambungan/berkelanjutan untuk menciptakan keadaan yang dapat
menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap
warga yang paling humanistik (Anwar 2005, Dalam Hubungan Dengan
Konsep Pembangunan Daerah).
22
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi
yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan.
(http://profsyamsiah.word.press.com./xmlrpc.php, diakses tanggal 04 Oktober
2011). Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, negara
satu dengan negara yang lainnya. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”.
Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian
yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Begitu pula dengan Suharyanto mengartikan pembangunan sebagai
proses perubahan dari suatu kondisi tertentu ke kondisi lebih baik.
Pembangunan dapat diartikan juga sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga
negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi
(Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).
23
Sondang P Siagian mendefinisikan pembangunan sebagai suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana
yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Definisi di atas memberikan penjelasan bahwa pembangunan
merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar oleh bangsa,
negara dan pemerintah menuju modernitas yakni cara hidup lebih baik dari
pada yang sebelumnya mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan
negara.
Selanjutnya menurut Wiratnolo pembangunan diartikan sebagai suatu
perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Perubahan
tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi ekonomi, sosial,
politik, atau hukum.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya
pemikiran yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan,
pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan
dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek
perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta
industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun
begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil,
karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang
berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya
24
merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi BrataKusumah, 2005).
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander
1994). Portes (1976) mendefinisikan pembangunan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat
pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial, dan budaya secara
sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.
Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui
peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan
jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan
berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi
ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian
kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya
sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,
fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik.
Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan
bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, di samping adanya
25
perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dari
spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang
tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi
organisasi yang moderen dan rasional.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek
kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung
pada level makro (nasional) dan mikro (community/group). Makna penting
dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progres),
pertumbuhan dan diversifikasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas, pembangunan
adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara
sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan
yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi
dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat
yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak
lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah
merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses
transformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala
aspeknya, baik ekonomi, indusri, sosial, budaya dan sebagainya.
26
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses
perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen
menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses
perubahan dari kehidupan tradisional menjadi moderen, yang pada awal
mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat moderen,
menggantikan alat-alat yang tradisional.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
termasuk ilmu-ilmu sosial, para ahli manajemen pembangunan terus
berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah.
Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk
melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud
adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada
yang mengasusmsikan bahwa pembangunan adalah pertumbuhan. Seiring
dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu
kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tertapi untuk dapat
membadakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya,
Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan,
“pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi
kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi
sekarang, sedangkan pembangunan sebagai pertumbuhan menunjukkan
kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif
27
maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam
pembangunan.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya
pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa
pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan
pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat dari adanya pembangunan. Dalam
hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion)
atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu
komunitas masyarakat.
2.3.1. Pengertian Pembangunan Desa
A Surjadi (dalam buku Pembangunan Masyarakat Desa)
mengemukakan arti pembangunan adalah :
“Pembangunan desa adalah suatu gerakan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dari seluruh masyarakat dengan demokratisasi aktif dan apabila mungkin didasarkan atas inisiatif ini tidak datang, maka diperlukan teknik-teknik untuk menimbulkan dan mendorongnya keluar supaya kegiatan dan respon yang antusias itu dapat terjamin.”
Pembangunan desa adalah suatu pembangunan yang diarahkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan didasarkan
kepada tugas dan kewajiban masyarakat desa (Agusthoa Kaswata; 1985 :
24).
28
Dari beberapa pendekatan di atas pembangunan desa dapat
dikemukakan :
a. Pembangunan desa yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya adalah suatu pembangunan akan langsung
menyentuh kebutuhan sebahagian besar rakyat Indonesia, di mana
lebih dari 80% penduduk Indonesia bermukim di pedesaan.
b. Pembangunan desa mencakup keseluruhan aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat desa, dan terdiri atas sektor dan program
yang saling berkaitan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan
bantuan dan bimbingan pemerintah melalui berbagai departemen dan
non departemen dengan aparatnya di daerah sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
c. Pembangunan desa mempunyai makna yang lebih hakiki bagi
masyarakat Indonesia karena dalam realisasi fisiknya justru bersifat
menyeluruh dan menyebar luas ke seluruh pelosok pedesaan serta
dengan menggali segala potensi dengan menggerakkan partisipasi
masyarakat untuk memadukannya.
d. Pembangunan desa mempunyai arti yang sangat strategis dalam
rangka pembangunan nasional, karena desa beserta masyarakatnya
merupakan landasan atau basis dari kekuatan politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan. Ini dapat diartikan sebagai titik
sentral dari pembangunan nasional, karena pembangunan desa
29
merupakan pembangunan yang langsung bersangkutan dengan
masyarakat yang berada di pedesaan. Semua jenis pembangunan, baik
pembangunan sektoral, pembangunan regional maupun pembangunan
khusus (inpres), semuanya diarahkan ke pedesaan.
e. Pada akhirnya pembangunan desa tidak mungkin hanya dilakukan oleh
sepihak saja tanpa koordinasi dan kerjasama dari semua pihak, baik
pemerintah pusat, daerah sampai pemerintah desa. Dari sini pulalah
perlu inisiatif bahwa, beban dan tanggung jawab pembangunan
bukanlah tugas ringan, justru berhasil tidaknya pembangunan desa
akan berakibat langsung kepada kehidupan dan penghidupan sebagian
besar masyarakat Indonesia.
Dengan melihat pendekatan pembangunan desa yang dilaksanakan
oleh warga desa maka pembagunan desa dapat dilihat sebagai suatu proses.
dikatakan sebagai proses karna diperlihatkan oleh jalannya proses
perubahan yang berlangsung dari cara yang tradisional ke arah yang lebih
baik maju dan lebih menekankan kepada aspek perubahan yang terjadi pada
masyarakat.
2.3.2. Sasaran Pembangunan Desa
Pembagunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat,
sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efesien. Beberapa sasaran yang dapat dikembangkan atau dicapai dalam
suatu pembagunan desa adalah sebagai berikut.
30
A. Pengembangan Ekonomi kerakyatan
Pembagunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelolah
seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan
menerapkan prinsip atau ekonomi kerakyatan. Program-Program
pembagunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa adalah :
a. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan
berupa penyediaan kredit tanpa bunga.
b. Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan
ketersediaan pangan dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan
dan peternak.
c. Pengembangan dan pemberdayaan koprasi serta pengusaha mikro
kecil dan menegah melalui pembinaan pengusaha kecil,
pengembagan industri kecil dan pembangunan prasarana dan sarana
ekonomi desa.
d. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam
rangka menuju industri kecil perdesaan.
B. Pengembagan Sumberdaya Manusia yang Handal
Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
maka semakin mendorong kemajuan suatu desa. Program-Program yang
dapat dikembangkan diantaranya:
31
a. Program pengembangan pendidikan
b. Program peningkatan pelayanan kesehatan
c. Pembinaan generasi muda. seni budaya, pemuda dan olahraga
d. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja.
e. Pembinaan kehidupan beragama.
f. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat.
C. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakyatan dan
peningkatan kualitas SDM. Program pembangunan infrastruktur pada
dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang mampu
memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif,
pelayanan sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan
aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Dari
penjelasan di atas, peneliti memfokuskan pembangunan desa pada
pembangunan non fisik yang lebih difokuskan pada pengembangan ekonomi
kerakyatan dan sumber daya manusia yang handal.
2.3.3. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan
pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama
perekonomian desa. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi
keluarga pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Konsep
32
pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan oleh Mc. Douglass
dan Friedman (1974, dalam Pasaribu, 1999) sebagai siasat untuk
pengembangan pedesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam
pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini
pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan
atau dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedman adalah “kota di
ladang”.
Ada beberapa alasan mengapa harus dilakukan pembangunan
pertanian yaitu sebagai berikut :
1. Selama ini ukuran keberhasilan pembangunan hanya dilihat dari
terciptanya laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi di mana alat
yang dipergunakannya adalah dengan mendorong industrialisasi di
kawasan-kawasan perkotaan. Kondisi ini bila ditinjau dari pemerataan
pembangunan telah memunculkan kesenjangan antara kawasan
pedesaan dan perkotaan karena sektor strategis yang didorong dalam
proses industrialisasi hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat
(Soenarno, 2003) ;
2. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia
yang diperkirakan pada tahun 2035 akan bertambah menjadi dua kali
lipat dari jumlah saat ini atau menjadi 400 juta jiwa, telah memunculkan
kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan
datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan
33
dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi
perkapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya dalam waktu
beberapa tahun yang akan datang Indonesia membutuhkan tambahan
ketersediaan pangan yang lebih dari 2 kali lipat jumlah kebutuhan saat
ini (Siswono Yudohusodo, 2002) ;
3. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, karena menurut Mukhtar Sarman
(2009) “petani sangat identik dengan kemiskinan dan kemiskinan itu
pling banyak ditemukan di desa.”
2.3.4. Strategi dan Manajemen Pembangunan Desa
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa secara lebih
efektif, maka pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu
strategi pencapaian tujuan tersebut. Dalam merancang strategi yang
dimaksud, pemerintah desa perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Keterpaduan pembangunan desa, di mana kegiatan kegiatan
dilaksanakan memiliki sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.
2. Partisipatif, di mana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan.
3. Keberpihakan, di mana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun
pemanfaatan hasil kepada seluruh masyarakat desa.
34
4. Otonomi dan desentralisasi, di mana masyarakat memperoleh
kepercayaan dan kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya.
Adapun mengenai rencana-rencana pembangunan yang telah disusun
dan diterapkan bersama dalam forum musyawarah (yang sering disebut
musrembangdes) hendaknya dapat dilakukan secara baik. Untuk itu dapat
dilakukan secara baik. Untuk itu para pelaku pembangunan di desa harus
dapat menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan desa sebagai berikut :
1. Accountable, pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
2. Transparant, pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan
diketahui oleh masyarakat.
3. Acceptable, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga
memperoleh dukungan masyarakat.
4. Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara berkelanjutan.
2.4. Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan
Penyelenggaraan pemerintahan kelurahan merupakan pelaksanaan
pemerintahan yang dilaksanakan atau dilakukan oleh pemerintah kelurahan.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Wajo Nomor 16 tahun 2008 Tentang Tugas
Pokok, Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Lingkup Kecamatan
35
Dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Wajo secara terperinci tugas pokok
dari aparatur pemerintah kelurahan adalah sebagai berikut ;
a. Lurah
Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah mempunyai tugas memimpin
kecamatan dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati di bidang
pemerintahan, pembangunan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat,
ketentraman dan ketertiban. pelayanan masyarakat serta pembinaan
sekretariat Kelurahan.
b. Sekretaris
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris kelurahan, mempunyai tugas
membina, mengkoodinasikan dan melaksanakan kegiatan di bidang
ketatausahaan, kepegawaian, perencanaan dan pelaporan, keuangan,
serta memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur
dalam lingkup Kelurahan.
c. Kepala Seksi Pemerintahan
Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai tugas
membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
tugas di bidang pemerintahan.
d. Kepala Seksi Pembangunan
36
Seksi Pembangunan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai tugas
membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
tugas di bidang pembangunan.
e. Kepala Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat
Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat dipimpin oleh seorang
kepala seksi mempunyai tugas membantu lurah dalam membina,
Mengoordinasikan dan melaksanakan tugas di bidang perekonomian dan
kesejahteraan rakyat.
f. Kepala Seksi Ketentraman Dan Ketertiban
Seksi Ketentraman dan Ketertiban dipimpin oleh seorang kepala seksi
mempunyai tugas membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan
dan melaksanakan tugas di bidang ketentraman dan ketertiban.
2.5. Penyelenggaraan Pemerintahan dalam pembangunan
Hakekat dari pembangunan adalah perubahan secara terus menerus
yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah tujuan yang
diinginkan. Proses dimulainya pembangunan dengan berpijak pada
pembangunan masyarakat, diharapkan akan dapat memacu demokratisasi
masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri. Berikut beberapa ahli
mengemukakan pendapatnya tentang arti pembangunan, antara lain:
37
Sondang P Siagian mendefinisikan pembangunan sebagai:
“pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, nagara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa”.
Ginanjar Kartasasmita secara sederhana mengartikan pembangunan
sebagai suatu proses peranubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan menurut Kartasamita (1996) adalah “usaha
meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan mereka.
Dimulainya proses pembangunan dengan berpijak pada pembangunan
masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan itu sendiri”.
Budiman (1995) membagi teori pembangunan tiga kategori besar yaitu
teori modernisasi, dependensi, dan paska dependensi. Teori modernisasi
menekankan pada faktor manusia dan budayanya yang dinilai sebagai
elemen fundamental dalam proses pembangunan.
Defenisi di atas memberikan penjelasan bahwa pembangunan
merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar oleh bangsa,
negara dan pemerintah menuju modernitas yakni cara hidup lebih baik dari
38
pada yang sebelumnya mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan
negara.
Selanjutnya menurut Wrihatnolo (1999) pembangunan diartikan sebagai
suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami.
Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari defenisi
ekonomi, sosial, politik, atau hukum.
Pembagunan desa dan kelurahan adalah suatu gerakan untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik dari seluruh masyarakat dengan
demokratisasi aktif dan apabila mungkin didasarkan atas inisiatif ini tidak
datang, maka diperlukan teknik-teknik untuk menimbulkan dan
mendorongnya keluar supaya kegiatan respon yang antusias itu dapat
terjamin.
Terlepas dari adanya perbedaan persepsi tentang konsep pembangunan
oleh para ilmuan, tetapi ide pokok dalam konsep pembangunan secara
umum adalah:
1. Pembangunan adalah proses berarti suatu kegiatan yang terjadi
secara terus- dilaksanakan.
2. Pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksanakan.
Artinya jika ada suatu kegiatan yang kelihatannya sebagai suatu
pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara
sadar dan timbul hanya secara insidentil di masyrakat, maka tidak
dapat dikatakan sebagai pembangunan.
39
3. Pembangunan dilaksanakan secara berencana.
4. Pembangunan mengarah pada modernitas yakni cara hidup yang
baru dan lebih baik daripada yang sebelumnya serta kemampuan
untuk lebih menguasai alam lingkungan dan mengurangi
ketergantungan terhadap pihak lain.
5. Modernitas yang dicapai melalui pembagunan itu bersifat
multdimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh
aspek kehidupan bangsa dan negara.
Sedangkan secara khusus ditegaskan dalam undang-undang nomor
22 tahun 1999 maupun dalam keputusan menteri dalam negeri
(kep.Mendagri) nomor 63 dan 64 tahun 1999 bahwa pemerintah merupakan
ujung tombak bagi pembangunan nasional. Dalam konteks ini, pemerintah
mempunyai kewenangan:
a. Menggali berbagai potensi yang dimiliki potensi desa dan kelurahan
untuk tujuan pembangunan.
b. Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
c. Mewujudkan kehidupan demokrasi di tingkat desa dan kelurahan
d. Mengembangkan potensi masyarakat untuk mewujudkan kemandirian
masyarakat.
Untuk mewujudkan kewenangan tersebut di atas pemerintah desa dan
kelurahan dibantu oleh lembaga kelurahan sebagai mitra kerja pemerintah
desa dan kelurahan, kelembagaan tersebut membantu dalam bidang:
40
1. Pemberdayaan, pelestarian, dan pengembangan adat istiadat yang
diemban oleh lembaga adat (Pasal 43-44 Kepmendagri No. 64 tahun
1999 tentang pedoman umum mengenai desa)
2. Lembaga kemasyarakatan yang membantu tugas-tugas pembangunan
pemerintah desa yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pembangunan (pasal 45-47 Kepmendagri tahun 1999)
Pembangunan daerah yang berbasis pada pengembangan pedesaan
(rural based development) meliputi banyak aspek dan tantangan yaitu
menyangkut :
a. Potensi sumber daya alam (SDA) pada umumnya dapat dikatakan adalah
relatif cukup, sedangkan kemampuan sumber daya manusianya (SDM)
masih lemah.
b. Prasarana dasar yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
pertanian (misalnya sumber daya air, jaringan irigasi, jalan desa dan
lainnya) masih perlu pembenahan.
c. Kelembagaan ekonomi dan sosial yang telah banyak terbentuk di daerah
pedesaan ternyata belum berfungsi secara optimal.
d. Beberapa kelemahan dan keterbatasan lainnya misalnya akses
pemasaran hasil pedesaan masih sangat lemah dan terbatas.
e. Akses petani kepada kredit (sumber daya modal) untuk pengembangan
usaha perekonomian pedesaan masih relatif terbatas.
41
Keinginan masyarakat terhadap program pembangunan pedesaan
adalah sangat luas, sedangkan dana pembangunan pedesaan yang tersedia
masih relatif terbatas. Keinginan masyarakat sangat banyak tetapi tidak
semuanya merupakan kebutuhan. Kebutuhan merupakan program yang
disusun menggunakan kriteria-kriteria yang terukur, sehingga dapat
ditentukan skala prioritasnya. Bedasar dana yang tersedia terbatas itu dan
usulan program yang telah disusun berdasar skala prioritas maka dapat
dipilih program-program pembangunan yang merupakan prioritas tinggi yang
benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat setempat, selanjnya diusul prioritas
kedua, ketiga, dan seterusnya.
Tujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduknya secara langsung dan tidak langsung adalah
untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan yang kokoh untuk memperkuat
pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai tujuan antara
(sasaran) dari pembangunan pedesaan adalah mengupayakan agar desa-
desa yang merupakan satuan administrasi pemerintahan yang terkecil
(terbawah) dapat mempercepat pertumbuhan tingkat keswadayaannya
mencapai desa swasembada.
Untuk melaksanakan (implementasi) program/proyek pembangunan
pedesaan diperlukan dukungan partisipasi masyarakat sebagai pencerminan
dari terkandungnya semangat bersama, rasa kebersamaan dan kesediaan
berkorban untuk keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk
42
mensejahterahkan masyarakat desa. Partisipasi masyarakat merupakan
potensi kekuatan dan peluang, tetapi sekaligus merupakan pula tantangan
yaitu bagaimana mengaktualisasikannya dalam kegiatan pembangunan
secara efektif, produktif, dan dinamis.
Berangkat dari berbagai realitas yang terjadi selama ini, pemahaman
akan rencana pembangunan yang berdasar pada suatu rancangan
pembangunan yang matang tidak pernah terealisasikan oleh pemerintah.
Perencanaan pembangunan jangka pendek, rencana pembangunan jangka
menengah dan rencana pembangunan jangka panjang harus mandapatkan
bimbingan khusus dari pemerintah daerah dan pusat untuk pelaksanaannya.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian ini. Adapun hal-hal yang
akan dikemukakan dalam bab ini terdiri dari keadaan geografis, keadaan
demografi, administrasi kelurahan, serta penyelenggaraan pemerintahan di
Kelurahan Siwa.
3.1. Keadaan Geografis
3.1.1. Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Siwa merupakan salah satu dari 14 desa dan kelurahan
yang ada di Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo yang terletak di bagian
Timur wilayah Kecamatan Pitumpanua yang berbatasan langsung dengan
Teluk Bone. Adapun luas wilayah Kelurahan Siwa yaitu 8,05 km2.
Untuk mengetahui secara jelas letak geografis Kelurahan Siwa
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo, maka disajikan batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Batu
Sebelah Timur : Teluk Bone
Sebelah Selatan : Kelurahan Bulete
Sebelah Barat : Desa Batu
44
Kelurahan Siwa terdiri dari tiga Lingkungan yakni Lingkungan Siwa,
Lingkungan Tocamming, dan Lingkungan Mattugengkeng. Adapun
penggunaan areal dari keseluruhan luas wilayah administratif Kelurahan Siwa
terdiri atas pemukiman umum, perkantoran, sekolah,
pertokoan/perdagangan, pasar, terminal, dermaga pelabuhan, tempat
peribadatan, kuburan/makam, jalan, sungai, sawah tadah hujan, perkebunan
rakyat, hutan buatan (bakau), lapangan sepak bola, perikanan tambak, dan
lain-lain.
Adapun orbitasi atau jarak antara Kelurahan dengan pusat
pemerintahan :
1. Jarak ke ibukota kecamatan yaitu 0 km dengan waktu tempuh 0 menit,
hal ini karena Kelurahan Siwa merupakan ibukota Kecamatan
Pitumpanua.
2. Jarak ke ibukota kabupaten yaitu kurang lebih 79 km dengan waktu
tempuh kurang lebih 2 jam.
3. Jarak ke ibukota propinsi kurang lebih 280 km dengan waktu tempuh
kurang lebih 6 jam.
4. Waktu tempuh ke pusat fasilitas terdekat (ekonomi,
kesehatan,pemerintahan) yaitu 0 menit, hal ini dikarenakan fasilitas
tersebut berada dalam wilayah admistratif Kelurahan Siwa.
3.1.2. Keadaan Alam dan Iklim
45
Topografi atau bentang lahan Kelurahan Siwa adalah dataran seluas
779,75 ha dan dan perbukitan/pegunungan seluas 25,25 ha. Di Kelurahan
Siwa masih terdapat lahan yang subur dan berpotensi untuk pertanian dan
perkebunan, hal ini terlihat dengan masih adanya lahan seluas 104 ha yang
produktif di bidang pertanian dan perkebunan.
Pada umumnya di Kabupaten Wajo termasuk di dalamnya Kelurahan
Siwa terbagi dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Curah
hujan di Kelurahan Siwa rata-rata per tahun 3,075 mm dengan keadaan suhu
rata-rata 25-37 derajat. Sementara tinggi tempat dari permukaan laut yaitu
100 m.
3.2. Keadaan Demografis
3.2.1. Kependudukan
Keadaan penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan data yang diperoleh
dari pendataan masyarakat Kelurahan Siwa pada bulan Januari tahun 2012
dapat disajikan sebagai berikut :
Data Penduduk Kelurahan Siwa Bulan Januari 2012
No LingkunganJumlah Kepala keluarga
Penduduk laki-laki
Penduduk perempuan
Penduduk laki-laki dan perempuan
46
1
2
3
Siwa
Mattugengkeng
Tocamming
623
481
394
1332
920
860
1585
970
822
2917
1890
1682
Jumlah 1498 3112 3377 6489
Sumber : Hasil olahan data sekunder
3.2.2. Agama
Mayoritas penduduk Kelurahan Siwa adalah pemeluk agama Islam.
Sesuai dengan data kependudukan 100% penduduk di Kelurahan Siwa
pemeluk agama Islam. Dari hal tersebut jumlah sarana peribadatan yaitu
hanya 4 mesjid yang tersebar di 3 wilayah lingkungan.
3.2.3. Perekonomian Masyarakat
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Siwa cukup kompleks
dan beragam. Berikut ini disajikan profesi mata pencaharian masyarakat
Kelurahan Siwa :
a. Petani sekitar 517 orang
b. PNS (Pegawai Negeri Sipil) sekitar 20 orang
c. TNI/POLRI sekitar 10 orang
d. Wiraswasta sekitar 200 orang
e. Pedagang dan pengusaha sekitar 300 orang
f. Nelayan sekitar 121 orang
47
g. Tukang dan usaha jasa lainnya sekitar 90 orang
h. Sopir sekitar 80 orang
3.2.4. Perhubungan
Perhubungan dalam hal ini jalan merupakan sarana penunjang
sekaligus memperlancar perekonomian masyarakat dan akan mempermudah
lalu lintas barang. Adapun jalan menurut jenisnya yang ada di Kelurahan
Siwa yaitu jalan nagara sekitar 1 km, jalan propinsi sekitar 1 km, jalan
kabupaten sekitar 3 km, dan jalan desa dan kelurahan sekitar 20 km. Jalan
beraspal sekitar 17 km dan jalan berbatu sekitar 3 km. Salah satu sarana
perhubungan terbesar di Kelurahan Siwa adalah Pelabuhan nasional yang
sementara dibangun yaitu pelabuhan Bangsalae dan sekarang aktif sebagai
penyebrangan antar propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
3.2.5. Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat di Kelurahan Siwa terbilang cukup maju
karena kebanyakan penduduk memiliki tingkat pendidikan SMA ke atas. Jika
kita memperhatikan dan prestasi pelajar di Kelurahan Siwa maka dapat
disimpulkan bahwa masyarakat di sini memiliki kesadaran terhadap
pentingnya pendidikan, hal ini juga ditunjang dengan tingginya angka pelajar
dan mahasiswa di daerah ini.
Adapun sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Siwa adalah
sebagai berikut :
- TK 3 buah
48
- TPA 2 buah
- SD 2 buah
- Juga terdapat kampus (kelas jauh milik UNM)
3.2.6. Kesehatan, Sanitasi dan Air Bersih
Secara umum kondisi kesehatan di Kelurahan Siwa sudah terbilang
bagus, hal ini terlihat dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
seperti posyandu sebayak 2 unit dan di wilayah ini juga berdiri RSUP (Rumah
Sakit Umum Pembantu) SIWA.
Adapun air bersih yang dipergunakan oleh masyarakat yaitu PDAM
yang dikelola oleh pemerintah, namun demikian masih ada juga warga
menggunakan sumber air sumur dan bor dengan alasan airnya tetap bersih
dan masih layak dimanfaatkan.
3.2.7. Perumahan dan Pemukiman Penduduk
Kondisi perumahan warga Kelurahan Siwa pada umumnya berupa
rumah batu dengan berbagai model termasuk model ruko, dan adapula
berbentuk rumah kayu panggung dan bukan berbentuk panggung. Hal ini
menggambarkan aspek tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup tinggi.
Keadaan perumahan warga masyarakat Kelurahan Siwa berjejer sepanjang
jalan poros kabupaten juga di seputaran jalan yang menghubungkan antara
tiap lingkungan dan lorong-lorong atau gang-gang yang letaknya tidak
beraturan, kadang ada yang berdekatan dan ada pula yang tidak terlalu
berentetan.
49
3.2.8. Sosial Budaya Masyarakat
Kehidupan sosial budaya dalam tataran masyarakat Kelurahan Siwa
merupakan suatu tataran masyarakat yang berpegang teguh pada
kepercayaan agama Islam. Pada umumnya mayarakat terdiri dari suku Bugis.
Akulturasi budaya Islam dengan kebudyaan yang berkembang dalam
masyarakat sudah bisa dikatakan jarang karena masyarakat di Kelurahan
Siwa ini rata-rata sudah berpendidikan. Hubungan kekerabatan dan ikatan
kekeluargaan dalam lingkup daerah tingkat kelurahan sangat erat di mana
masyarakat merupakan suatu “gemeinschaft” yang memiliki unsur gotong
royong yang kuat. Hal ini dapat dimengerti karena warga merupakan “face to
face group” di mana mereka saling mengenal betul seolah-olah mengenal
dirinya. Hubungan kekeluargaan di antara sesama warga sangat erat, hal ini
disebabkan karena terjadinya perkawinan sesama warga di Kelurahan Siwa.
Hal ini kemudian berdampak eratnya kekelurgaan dan emosional yang
terjalin di antara masyarakat.
Musyawarah sebagai simbol pemersatu merupakan tradisi politik
dalam demokrasi yang diwariskan dari masa kerajaan tradisional. Hal
tersebut telah dijadikan sebagai motivasi dan kekuatan yang mencakup
hampir semua dimensi kehidupan termasuk kehidupan politik. Motivasi
tersebut tersebut tercermin dalam filosofi pemerintahan Kabupaten Wajo
yakni “spirit of wajo” atau dalam bahasa bugis “gau paullena Wajo”.
Sedangkan asas demokrasi dalam kehidupan berpolitik orang Wajo bisa
50
dibuktikan dengan berpegang teguh pada motto “maradeka toWajoE
ade’nami napoPuang” bahwa orang Wajo merdeka sejak dilahirkan, taat
pada aturan, negerinya semata sebagai abdi, seluruh rakyat Wajo merdeka
hukum dan adat disepakati warga.
3.3. Administrasi dan Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan
Sesuai dengan Undang-Undang 32 Tahun 2004 setelah direvisi
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, kelurahan adalah
merupakan sebuah perwujudan dari desa secara bertahap. Ditegaskan
bahwa desa di Kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan
statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah bersama
badan permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan Perda.
Berdasarkan Perda Kabupaten Wajo nomor 28 Tahun 2001 tentang
Kelurahan, maka struktur pemerintahan Kelurahan Siwa pada umumnya
sama dengan Kelurahan atau Desa lainnya di Kecamatan Pitumpanua dan
Kabupaten Wajo pada umumnya. Yakni terdiri dari kepala kelurahan,
sekretaris kelurahan, seksi-seksi, dan kepala lingkungan. Khusus di
Kelurahan Siwa terdiri dari seorang Lurah, dibantu oleh seorang sekretaris, 2
orang memegang jabatan fungsional, 2 orang seksi pemerintahan, 2 orang
seksi pembangunan, 3 orang seksi perekonomian dan kesejahteraan rakyat,
dan 2 orang seksi ketentraman dan ketertiban. Serta dibantu oleh 3 orang
51
kepala lingkungan yang tidak masuk dalam kategori struktur organisasi
Kelurahan Siwa.
Kelurahan merupakan perangkat daerah di bawah kecamatan. Kepala
Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang berstatus PNS (Pegawai Negeri
Sipil). Dalam melaksanakan tugasnya kepala kelurahan bertanggung jawab
kepada Camat.
Tugas kepala kelurahan adalah melakukan penyelenggaraan di bidang
pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, serta kesejahteraan rakyat yang
dilimpahkan Camat di wilayahnya. Dalam penyelenggaraan tugasnya
kelurahan memiliki 4 fungsi, yakni :
1) Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan, pembinaan
ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan rakyat,
2) Melanjutkan tugas di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban
serta kesejahteraan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya,
3) Melakukan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya
gotong royong masyarakat,
4) Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh Camat.
Susunan organisasi kelurahan terdiri dari kepala kelurahan, sekretaris
keluruhan, seksi-seksi, serta dibantu oleh kepala lingkungan. Sekretaris
kelurahan adalah unsur staf yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala kelurahan. Sekretaris kelurahan mempunyai tugas membantu
kepala kelurahan di bidang pemerintahan yakni menyangkut ketentraman,
52
ketertiban, dan kesejahteraan rakyat serta memberikan pelayanan teknis
administratif terhadap seluruh seksi kelurahan. Sedangkan fungsinya adalah
melakukan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kepala seksi
kelurahan.
3.4. Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kelurahan
Sebagaimana diatur dalam Perda Kabupaten Wajo Nomor 16 Tahun
2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural
Lingkup Kecamatan dan Kelurahan, maka dapat diuraikan sebagai berikut :
Lurah
1. Tugas Pokok
Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah mempunyai tugas memimpin
kecamatan dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati di bidang
pemerintahan, pembangunan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat,
ketentraman dan ketertiban. pelayanan masyarakat serta pembinaan
sekretariat Kelurahan.
2. Fungsi
a. Pelaksanaan koordinasi kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan
masyarakat;
53
b. Pelaksanaan koordinasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum;
c. Pelaksanaan koordinasi penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum;
e. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan di tingkat lingkungan;
f. Pembinaan dan pelaksanaan kesekretariatan Kelurahan;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati melalui camat sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
3. Rincian Tugas
a. Membina, Mengoordinasikan dan menyelenggarakan program dan
kegiatan di bidang pemerintahan;
b. Membina, Mengoordinasikan dan menyelenggarakan program dan
kegiatan di bidang ketentraman dan ketertiban;
c. Membina, Mengoordinasikan dan menyelenggarakan program dan
kegiatan di bidang pembangunan;
d. Membina, Mengoordinasikan dan menyelenggarakan program dan
kegiatan di bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyat;
e. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya;
54
f. Membina dan mengarahkan Sekretaris Kelurahan dan para Kepala
Seksi dalam melaksanakan tugasnya;
g. Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan rumah
tangga, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan peralatan (aset),
dan keuangan Kelurahan;
h. Melakukan pembinaan terhadap kedisiplinan dan peningkatan kualitas
pegawai dalam lingkup Kelurahan;
i. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
j. Menilai prestasi kerja Sekretaris Kelurahan dan para Kepala Seksi
dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier;
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati;
l. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Camat.
Sekretaris
1. Tugas Pokok
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris kelurahan, mempunyai tugas
membina, mengkoodinasikan dan melaksanakan kegiatan di bidang
ketatausahaan, kepegawaian, perencanaan dan pelaporan, keuangan,
serta memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur
dalam lingkup Kelurahan.
2. Fungsi
55
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang umum, kepegawaian,
perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan, serta keuangan;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan di bidang umum,
kepegawaian, perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan,
serta keuangan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang umum, kepegawaian,
perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan, serta keuangan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Rincian Tugas
a. Menyusun rencana program dan kegiatan Sekretariat Kelurahan
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Melaksanakan surat menyurat untuk kepentingan dinas;
c. Menerima, meneliti, mengagenda, dan mendistribusikan surat-surat
masuk dan surat keluar;
d. Mengelola urusan rumah tangga;
e. Mengelola urusan administrasi keuangan;
f. Mengelola urusan administrasi kepegawaian;
g. Mengelola urusan administrasi perlengkapan dan peralatan;
h. Mengoordinasikan penyusunan laporan pelaksanaan program/ kegiatan;
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Lurah;
56
j. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.
Kepala Seksi Pemerintahan
1. Tugas Pokok
Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai tugas
membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
tugas di bidang pemerintahan.
2. Fungsi
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pemerintahan;
b. Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang pemerintahan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemerintahan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Rincian Tugas
a. Menyusun rencana program dan kegiatan Seksi Pemerintahan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
b. Melaksanakan kegiatan di bidang pemerintahan;
c. Menyelenggarakan lomba atau penilaian tingkat Kelurahan;
d. Menyelenggarakan kerjasama antar Desa/Kelurahan;
e. Melaksanakan kegiatan administrasi kependudukan dan catatan sipil
dalam wilayah kerjanya;
f. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
57
g. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum
dilaksanakan;
h. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan hasil pelaksanaan
kegiatan Seksi Pemerintahan;
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas
yang diberikan oleh Lurah;
j. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.
Kepala Seksi Pembangunan
1. Tugas Pokok
Seksi Pembangunan dipimpin oleh seorang kepala seksi mempunyai tugas
membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan dan melaksanakan
tugas di bidang pembangunan.
2. Fungsi
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pembangunan;
b. Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang pembangunan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pembangunan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Rincian Tugas
58
a. Menyusun rencana program dan kegiatan Seksi Pembangunan
Masyarakat Desa/Kelurahan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Melaksanakan fasilitasi dan koordinasi penyelenggaraan pembangunan
di wilayah kerjanya;
c. Melaksanakan dan memfasilitasi pemungutan atas pajak dan retribusi
daerah di wilayah kerjanya;
d. Mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan swadaya masyarakat;
e. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan usaha perkonomian di
wilayah kerjanya;
f. Melaksanakan kegiatan di bidang pemberian rekomendasi dan perijinan
tertentu sesuai dengan kewenangannya;
g. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
h. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum
dilaksanakan;
i. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan hasil pelaksanaan
kegiatan Seksi Pembangunan;
j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas
yang diberikan oleh Lurah;
k. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.
Kepala Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat
59
1. Tugas Pokok
Seksi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat dipimpin oleh seorang
kepala seksi mempunyai tugas membantu lurah dalam membina,
Mengoordinasikan dan melaksanakan tugas di bidang perekonomian dan
kesejahteraan rakyat.
2. Fungsi
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perekonomian
dan kesejahteraan rakyat;
b. Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang perekonomian
dan kesejahteraan rakyat;;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perekonomian dan
kesejahteraan rakyat;;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Rincian Tugas
a. Menyusun rencana program dan kegiatan Seksi Perekonomian dan
Kesejahteraan Rakyat sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kegiatan program
pendidikan, generasi muda, keolahragaan, kebudayaan, kepramukaan
serta peranan wanita;
60
c. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kegiatan program
kesehatan masyarakat;
d. Melaksanakan fasilitasi penyelenggaraan sarana pendidikan dan
pelayanan kesehatan;
e. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
f. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum
dilaksanakan;
g. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan hasil pelaksanaan
kegiatan Seksi Kesejahteraan Rakyat;
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas
yang diberikan oleh Lurah;
i. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.
Kepala Seksi Ketentraman Dan Ketertiban
1. Tugas Pokok
Seksi Ketentraman dan Ketertiban dipimpin oleh seorang kepala seksi
mempunyai tugas membantu lurah dalam membina, Mengoordinasikan
dan melaksanakan tugas di bidang ketentraman dan ketertiban.
2. Fungsi
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang ketentraman
dan ketertiban;
61
b. Pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas di bidang ketentraman
dan ketertiban;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesejahteraan sosial;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Rincian Tugas
a. Menyusun rencana program dan kegiatan Seksi ketentraman dan
ketertiban sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Menyelenggarakan pembinaan ketentraman dan ketertiban, ideologi
dan kesatuan bangsa, serta kemasyarakatan;
c. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan dan perlindungan masyarakat
di wilayah kerjanya;
d. Menyelenggarakan fasilitasi pembinaan kerukunan hidup antar umat
beragama;
e. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
f. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum
dilaksanakan;
g. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan hasil pelaksanaan
kegiatan Seksi Ketentraman dan Ketertiban;
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas
yang diberikan oleh Lurah;
62
i. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang didapatkan penulis
selama melakukan penelitian di Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua
Kabupaten Wajo. Bab ini menguraikan tentang peranan pemerintah
kelurahan dalam pembangunan di Kelurahan Siwa, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi peranan pemerintah kelurahan dalam pembangunan
Kelurahan Siwa. Pembangunan yang dimaksud dengan fokus penelitian ini
yaitu pembangunan fisik dan non fisik di Kelurahan Siwa.
4.1. Peranan Pemerintah Kelurahan dalam Pembangunan Kelurahan
Siwa
Pemerintah kelurahan merupakan pemegang kendali dalam
pembangunan di wilayah kelurahan. Oleh karena itu lurah beserta jajarannya
merupakan penanggung jawab atas jalannya roda pemerintahan dan roda
pembangunan sehingga maju mundurnya pembangunan di kelurahan
tergantung dari kinerja pemerintah kelurahan dalam mempengaruhi
masyarakatnya untuk turut serta di dalam pembangunan.
Sebagaimana penyelenggaraan pemerintahan di desa yang
merupakan wilayah setingkat dengan kelurahan, yang diatur dalam pasal 14
64
ayat (1) PP Nomor 72 Tahun 2005 ditegaskan bahwa Kepala Desa
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan.
Bangunan Fisik yang Ada di Kelurahan Siwa
No Nama Bangunan Tahun Pembangunan1
2
3
4
5
6
7
Pasar Sentral Siwa
RSUP (Rumah Sakit Umum
Pembantu) Siwa
Pelabuhan Bangsalae
SDN 399 Siwa
MIN Batu Siwa
Jembatan Siwa
Pos TPR Siwa
2003 hingga sekarang belum
selesai pembangunannya
2009
2005 hingga sekarang
-
-
2006 direnovasi kembali
2009
Sumber : Hasil olahan data primer
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Andi Sudarmin Camat
Pitumpanua (wawancara tanggal 9 Februari 2012) :
“Kalau masalah pembangunan di Kelurahan Siwa itu sudah sangat pesat mengingat di sini adalah bisa dikatakan semi perkotaan. Kondisinya sangat kompleks dan profesi warga cukup beragam, kendati demikian peranan Lurah tetap sangat penting. Pemerintah kelurahan sangat berperan, kami berharap tetap melakukan pengawalan yang bijak demi terselenggaranya pembangunan yang intensif. Juga terus tingkatkan pelayanan yang baik kepada warga dan buka ruang yang sebebas-bebasnya kepada aspirasi masyarakat demi perkembangan”
65
Keadaan Sarana Perhubungan (jalanan) yang Ada di Kelurahan Siwa
No. Jenis Jalan Tahun Pembangunan
Keadaan Sekarang
1
2
3
4
Jalan Negara sekaligus jalan Propinsi
Jalan kabupaten
Jalan kecamatan
Jalan kelurahan
2001(direnovasi)
2003
2002
2000 hingga sekarang tetap
direnovasi
Beraspal namun sudah banyak yang berlubang bahkan dikeluhkan tidaak layak lagi.
Jalanan ini beraspal sepanjang 3 Km untuk akses pelabuhan.
Jalanan ini beraspal sepanjang sekitar 5 Km mengelilingi pasar Siwa hingga pelabuhan lama, jalanan ini sudah berlubang.
Jalanan ini merupakan akses semua warga yang bermukim di masing-masing Lingkungan di Kelurahan Siwa sebagian kecil ada yang aspal dan hanya berbatu (pengerasan) serta masih ada yang berupa tanah dan kerikil.
Sumber : Hasil olahan data primer
66
Berikut ini ditampilkan data yang merupakan daftar anggaran
pemerintah Kelurahan Siwa pada tahun 2012 yang juga merupakan
anggaran APBD Tahun 2012 (sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu
Lurah) setelah melalui MUSREMBANG tingkat kecamatan
APBD Kelurahan Siwa Tahun Anggaran 2012
No Jenis Anggaran Biaya1
2
3
4
5
Perkerasan jalan di Jalan Nelayan
PANSIMAS
Drainase di Jalan Nelayan
Pengadaan mobil angkutan sampah
Pengadaan tempat sampah
Rp 100.000.000
Rp 153.000.000
Rp 73.000.000
Rp 125.000.000
Rp 25.000.000
Total biaya anggaran Rp 476.000.000
Sumber : Hasil olahan data sekunder
Kemudian ditambahkan oleh oleh bapak Andi Ilham selaku KASI
pemerintahan di kantor Kelurahan Siwa (wawancara pada tanggal 7 Februari
2012) mengatakan :
“Kelurahan Siwa adalah daerah yang memberi tantangan tersendiri buat kami dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis pembangunan. Di sektor pembangunan kami sebagai komponen pemerintah yang berada pada level paling bawah, hanya bisa mengusulkan berbagai pembangunan fisik, sementara pelaksanaannya tidak bisa kami pastikan karena semua dihendel oleh tingkat kabupaten. Kami hanya bisa mengawal, dalam artian hanya sebatas menunjukkan lokasi yang dituju”
67
Hal di atas menunjukkan peranan pemerintah kelurahan dalam hal
pembangunan fisik hanya bisa menjalankan perintah pengaturan dari
pemerintah tingkat atas. Kedudukan Lurah sebagai kepala pemerintahan dan
pembangunan serta pemimpin formal masyarakat sangatlah penting di dalam
kelancaran pembangunan sehingga mengharuskan pemerintah kelurahan
mempunyai aparatur dan pemimpin yang ahli di bidangnya, sehingga
program dan tugas pemerintah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Hal di atas senada dengan hasil wawancara dengan seorang warga
masyarakat Kelurahan Siwa seperti yang diungkapkan oleh Faisal
(wawancara tanggal 13 Feberuari 2012, jam 17.00 )
“Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan seorang Lurah yang benar-benar dapat memberikan panutan dan pelayanan yang baik. Beliau juga sama sekali tidak membeda-bedakan semua warga yang membutuhkan pelayanan. Sehingga masyarakat bisa lebih berantusias dan berpartisipasi segala program pembangunan.”
Untuk pembangunan non fisik, khususnya meningkatkan swadaya
masyarakat dalam bidang wirausaha mengingat wlayah di Kelurahan Siwa
adalah berpotensi di bidang wirausaha dan perdagangan yang merupakan
pusat perekonomian di wilayah Kecamatan Pitumpanua sehingga
masyarakat di sini terutama pemuda yang banyak mengadopsi gaya hidup
mewah di perkotaan dan malas bekerja kasar.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh ibu Lurah Siwa
(wawancara tanggal 5 Feberuari 2012), mengatakan :
68
“Masyarakat di sini banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan pegawai bahkan usia pemuda pun banyak melakoni profesi ini. Sehingga minat di sektor ini merupakan hal yang patut didukung sebagai fokus pembangunan khususnya pembangunan non fisik di Kelurahan Siwa ini. Pembangunan kan bukan hanya dari segi fisik saja, pembangunan non fisik pun sangat penting yang saya maksudkan di sini contohnya saja bagaimana selalu memberi pelayanan semaksimal mungkin dalam kelengkapan administrasi dalam kelengkapan berwirausaha. Apalagi sekarang ini di galakkan penyuluhan dan pelatihan berwirausaha di kelurahan di mana sasarannya adalah pemuda dan ibu rumah tangga yaitu dalam bentuk pelatihan kursus mejahit dengan mendatangkan insfruktur dari tingkat propinsi”.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh ibu Andi Arnida, S.Sos
seorang KASI Perekonimian dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Siwa
(wawancara tanggal 8 Feberuari 2012)
“Saya bersyukur dalam bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyat, pemerintah sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat di Kelurahan Siwa dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan sehingga dapat memberi bekal keterampilan kepada pemuda dan ibu rumah tangga yang tidak memiliki kesibukan lain, walaupun ini merupakan bentuk dari PNPM Mandiri dan memang ada andil permintaan dari warga sendiri.”
Kemudian ditambahkan lagi oleh bapak Sahudi seorang wiraswasta
sekaligus Kepala Lingkungan Siwa (wawancara tanggal 8 Feberuari 2012)
bahwa :
“untuk masalah pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat semua aparat kelurahan mengobservasi kebutuhan warga dan diadakanlah pelatihan yang dimaksud dan berusaha mensosialisasikan agar banyak warga yang ikut menghadiri.”
Sesuai dengan pengamatan penulis dari hasil observasi pada saat
kunjungan ke lokasi-lokasi lingkungan yang ada di Kelurahan Siwa terlihat
69
adanya kunjungan dalam keadaan santai oleh Kepala Lingkungan yang
didampingi oleh seorang aparat kelurahan. Ini merupakan adanya keserasian
akan makna pembangunan menurut Kartasamita (1996) adalah “usaha
meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan mereka.
Dimulainya proses pembangunan dengan berpijak pada pembangunan
masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan itu sendiri.”
Begitu pula yang diungkapkan oleh bapak A.Awaluddin ketua
Lembaga Pemberdayaan Mayarakat Kelurahan Siwa (wawancara pada
tanggal 9 Feberuari 2012) mengatakan :
“Menurut saya, kami sebagai mitra kerja Lurah dan aparat kelurahan melihat adanya adanya upaya pihak kelurahan dalam mempengaruhi masyarakat sudah cukup baik, sehingga warga masyarakat banyak yang tertarik untuk mengikuti pelatihan yang diadakan. Hal ini akan berdampak positif bagi pemuda dan ibu rumah tangga yang mengikuti dan dapat mendapatkan tambahan keterampilan dan kreativitas dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan.”
Dari pernyataan-pernyataan di atas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa pemerintah tingkat Kelurahan Siwa benar-benar telah melakukan
kerja sama antar pemerintah dan warga masyarakat untuk kegiatan
peningkatan kesejahteraan dan ini juga erat kaitannya dengan pembangunan
yang bersifat non fisik. Bahkan Lurah dan aparatnya dengan caranya sendiri
untuk bisa mempengaruhi atau membujuk masyarakatnya dalam peningkatan
70
kesejahteraan. Sehingga masyarakat memperoleh berbagai manfaat di
bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Manfaat yang diperoleh
antara lain ; meningkatkan pengetahuan, penguasaan teknologi,
meningkatkan keterampilan dan kreativitas sehingga memberi nilai tambah
usaha, dan juga memperluas jejaring komunikasi dan silaturrahmi antar
warga mengingat kegiatan yang dilaksanakan terpusat di kantor kelurahan.
Kesemua ini merupakan hal gerakan ke arah kemajuan, dengan demikian
erat kaitannya dengan pembangunan.
Lurah beserta aparatnya dalam menyikapi hal ini bisa terbantu dengan
bantuan dana dari pemerintah. Beliau pun selalu bersikap transparan baik
masalah pambangunan maupun masalah bantuan yang didapatkan, hal ini
sesuai dengan prinsip pengelolaan pembangunan desa dan kelurahan.
Hampir semua bantuan yang masuk itu dikelola secara demokratis.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh aparat kelurahan bahwa walaupun
tidak diadakan rapat secara formal namun koordinasi antar aparat, kepala
lingkungan, lembaga kemasyarakatan, dan warga selalu terjalin. Karena
hampir setiap hari kepala lingkungan dan ketua lembaga pemasyarakatan
selalu hadir di kantor Kelurahan Siwa, kemudian informasi disosialisasikan
kesemua warga. Kalau ada hal yang perlu disosialisasikan kepada warga, itu
akan akan cepat diserap oleh warga baik itu berita dari telinga yang satu ke
telinga yang lain ataupun melalui informasi dan pemberitahuan di mesjid
yang diupayakan oleh kepala lingkungan.
71
Untuk masalah pengambilan keputusan sendiri, Lurah selalu
memperhatikan aspirasi dari semua kepala lingkungan dan ketua lembaga
kemasyarakatan, ini bisa dianggap keterwakilan dari warga masyarakat.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh bapak Andi Ilham, SH,
M.Si selaku KASI Pemerintahan Kelurahan Siwa (wawancara pada tanggal 7
Feberuari 2012) bahwa :
“Dalam setiap pengambilan keputusan, Lurah tidak pernah mengambil keputusan secara sepihak, ia selalu merundingkan dengan aparat lainnya,kepala lingkungan, dan ketua lembaga kemasyarakatan. Beliau pun tidak segan-segan untuk meminta saran dan pendapat dari kami.”
Hal ini menunjukkan bahwa Kelurahan Siwa dalam proses
pelaksanaan pembangunan non fisik dengan cara selalu melibatkan unsur
masyarakat dalam setiap ada kegiatan dan pengambilan keputusan. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat di Kelurahan Siwa rasa kekeluargaan dan
jiwa kebersamaannya masih erat terjalin walaupun Kelurahan Siwa
merupakan daerah yang latah akan perkembangan di zaman yang telah maju
ini. Agar peranan Pemerintah kelurahan dapat mempengaruhi masyarakat
dalam pembangunan dapat dilihat melalui indikator-indikator perannya
sebagai pembina, pengayom, dan pelayan masyarakat sebagai berikut.
4.1.1. Peran Pemerintah Kelurahan sebagai Pembina Masyarakat
Kegiatan memberi contoh atau lebih dikenal dengan keteladanan
merupakan unsur yang memegang peranan penting dan sangat menentukan
bagi berhasilnya seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsi dan tugas
72
bawahan/orang yang dipimpin sehingga dapat mengikuti apa yang
dikehendakinya dalam pelaksanaan tugas. Hal ini dapat kita lihat dari cara
pembinaan yang dilakukan seorang Lurah.
Aktivitas untuk memberi tuntutan/pembinaan merupakan salah satu
unsur yang sangat penting dalam pembangunan baik itu untuk perngkat
kelurahan maupun untuk masyarakatnya. Tujuannya adalah agar perangkat
kelurahan atau masyarakatnya itu tahu dan mengerti apa yang harus
dikerjakan serta timbul kemauan untuk mengerjakan sesuatu sesuai
kehendak Kepala Kelurahan.
Bimbingan, pembinaan, dan atau pengarahan dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan atau proses memelihara, menjaga, dan memajukan
organisasi melalui setiap pelaksanaan tugas personal, baik secara stryktural
maupun fungsional, agar pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan
pembangunan tidak terlepas dari usaha mewujudkan tujuan negara atau cita-
cita bangsa Indonesia (Nawawi, Handari; 1988 : 110).
Perkataan pembinaan ini mempunyai cakupan kegiatan yang cukup
banyak, akan tetapi yang jelas pembinaan mengandung arti pembangunan
yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang mempunyai nilai yang
lebih tinggi dan juga mengandung makna sebagai pembaruan, yaitu usaha
untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan, menjadi
lebih baik dan lebih bermanfaat.
73
Dalam hubungannya dengan pembinaan, Taliziduhu Ndraha
mengungkapkan bahwa yang menjadi sasaran pembinaan khususnya dalam
pembinaan masyarakat adalah mentalitasnya. Mentalitas yang belum sadar
harus dibangunkan, yang tidak sesuai dengan pembangunan harus dirubah,
yang belum beres harus ditertibkan dan yang masih kosong harus diisi.
Dalam kaitannya dengan pembinaan masyarakat kelurahan, kepala
kelurahan selaku pemimpin di Kelurahan Siwa yang didominasi oleh
wiraswasta. Mengingat kondisi Kelurahan Siwa yang merupakan sektor
perekonomian maka upaya pihak pemerintah kelurahan hanya bergelut di
bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyat, meskipun masih ada sektor
pertanian yang masih aktif.
Hal ini senada yang diungkapkan oleh bapak Aswar Andi Sokeng
salah satu masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta (wawancara
tanggal 9 Februari 2012) bahwa :
“Masyarakat di sini pada umumnya suka mengikuti gaya hidup orang kota dan memang di sini bukan lagi desa, rata-rata mayarakat senang berbisnis dan orang yang berjiwa muda sangat jarang mau bekerja di kebun dan di sawah. Jadi cocokmi langkah yang diambil oleh Lurah yaitu dengan memberikan pelatihan untuk warga yang tidak memiliki kesibukan seperti sekarang saya lihat ada pelatihan menjahit di kantor kelurahan”
Hal senada juga dingkapkan oleh salah seorang aparat kelurahan ibu
Sriati Dahlan, S.IP (wawancara pada tanggal 8 Februari 2012) yakni :
“Untuk menjalankan peran sebagai pembina masyarakat kita hanya bisa memantau kegiatan masyarakat sehari-hari baru bisa mangambil
74
langkah perencanaan untuk mengusulkan apakah bentuk penyuluhan atau pelatihan. Seperti apa terlihat sekarang masyarakat senang dengan kerjaan yang tidak terlalu menguras keringat jadi alhamdulillah kita bisa adakan pelatihan kursus menjahit”
Kemudian ditambahkan lagi seorang warga ibu Lina (wawancara pada
tanggal 10 Februari 2012) yakni :
“Bagus sekali ini yang dilksanakan oleh pihak kelurahan, selain membina juga cukup membantu. Ini akan menambah keterampilan dan otomatis bisa membuat kesejahteraan meningkat, kalo ada modal insya Allah saya akan membuka usaha jasa menjahit di rumah.”
Pemerintah kelurahan sadar dan mengerti tentang pentingnya
pembinaan masyarakat. Seperti yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa yaitu membina kehidupan masyarakat dan membina
perekonomian.
Hal sanada juga diungkapkan oleh seorang aparat kelurahan
(wawancara pada tanggal 9 februari 2012) A. Arnida, S.Sos bahwa :
“Ini merupakan salah satu langkah pembinaan kepada masyarakat tapi pembinaan kan bukan hanya bentuk pelatihan bisa saja dengan melayani sebaik mungkin administrasi di kantor kelurahan”
Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
pemerintah kelurahan sebagi pembina masyarakat dapat mendorong proses
pembangunan ke arah lebih baik dengan memanfaatkan kondisi sektor
perekonomian di masyarakat mengingat lokasi Kelurahan Siwa adalah basis
perekonomian yang banyak di bidang perdagangan. Hal ini mengakibatkan
75
perekonomian kelurahan menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga
berimbas kepada kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Aktivitas pembinaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kelurahan
lebih bersifat penjelasan akan makna, maksud, tujuan, dan manfaat dari
pelaksanaan pembangunan. Sebab sebagaimana pembangunan akan
dilaksanakan, lebih banyak dimusyawarahkan dengan warga. Melalui
pembinaan inilah dibangkitkan semangat dan kemauan serta ditumbuhkan
jiwa membangun dalam diri warga masyarakat Kelurahan Siwa. Dalam
melakukan aktivitas pembinaan ini, aparat kelurahan menyatukan dirinya
terhadap semua warga di manapun dan dalam keadaan apapun dan tidak
menciptakan batas sosial, sehingga warga merasa menjadi satu dengan
antar aparat kelurahan. Melalui perilaku seperti inilah pendekatan dan
kebersamaan tercipta untuk membina masyarakat dalam pembangunan ke
arah yang lebih baik.
4.1.2. Peran Pemerintah Kelurahan sebagai Pengayom
Masyarakat
Seni kepemimpinan adalah kemampuan mempraktekkan ilmu teori
kepemimpinan kepada orang yang dipimpinnya yang kenyataannya tidak
selalu sama dengan yang diajarkan dalam ilmu teori kepemimpinan. Hal ini
terjadi karena setiap individu menusia yang dipimpin memiliki karakter yang
berbeda satu sama lainnya, memiliki interest/kepentingan pribadi yang
berbeda.
76
Perbedaan itu kalau diseragamkan sesuai dengan keinginan kita
sebagai pemimpin, akan menimbulkan resistensi baik secara terbuka
ataupun tertutup. Aturan kepemimpinan militer yang otoriter, akan lebih
memudahkan seseorang pemimpin militer untuk melakukan seni
kepemimpinannya, tapi di lingkungan orang sipil akan menjadi lebih
complicated, lebih rumit.
Salah satu yang mempersulit melakukan seni kepemimpinan
sebenarnya adalah kemampuan seseorang untuk mampu
menumbuhkembangkan “Ketaatan Terhadap Disiplin”. Disiplin artinya adalah
bersedia melakukan semua aturan yang ditetapkan oleh lingkungan hidupnya
secara tulus ikhlas, tanpa harus dipaksa dan diawasi terus menerus oleh
pemimpin, dilakukan secara lahir dan batin.
Kunci sukses seorang pemimpin adalah mampu
menumbuhkembangkan rasa taat yang tulus dan ikhlas di hati dan fikiran
anak buahnya, yakni :
a. Mampu memberikan suri tauladan dalam keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan YME, serta ketaatan terhadap peraturan disiplin itu
sendiri.
b. Mampu menegakkan hukum dan disiplin di lingkungan secara jujur,
benar dan adil.
77
c. Mampu bersikap dan berperan sebagai pengayom anak buahnya yang
membutuhkan perhatian, bantuan, nasihat, petunjuk, secara tulus dan
ikhlas.
d. Mampu menjadi seorang guru, pembimbing, dalam setiap
permasalahan baik masalah tugas maupun pribadi.
e. Mampu berperan dan bersikap sebagai kawan yang baik, yang mau
mendengarkan segala curhat dan keluhan anak buahnya pada saat
santai di luar jam kantornya.
Wawancara dengan bapak Sennang seorang petani yang sekaligus
tokoh masyarakat pada tanggal 14 Februari 2012, mengatakan :
“Kalau masalah keamanan di sini, cukup aman mungkin karena kepala lingkungan selaku orang tua yang cukup disegani itu semua dikordinir dengan baik oleh pegawai di kelurahan. Biasanya kalau ada acara di sini seperti HOYA-HOYA (pasar malam), pegawainya minta izin dulu di kantor kelurahan dan baru dikasi izin kalau mau bekerjasama anak muda yang ada di sini. Jadi kamanan terjamin karena anak muda di sini juga yang majjaga.”
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh seorang warga yang juga
sebagai kepala Lingkungan Tocamming (wawancara pada tanggal 8 Februari
2012), mengatakan :
“Saya rasa Lurah yang sekarang ini beruntung karena sudah tidak pernah lagi ada perkelahian antar pemuda. Dan biasanya kalo ada orang yang bermasalah perbatasan tanahnya bisa diselesaikan di kantor Lurah saja, diselesaikan secara kekeluargaan saja.”
78
Hal senada juga diungkapkan oleh sekretaris kelurahan bernama Sriati
Dahlan, S.IP (wawancara pada tanggal 8 Februari 2012), mengatakan :
“Keamanan di sini bisa dikatakan cukup terjamin, walaupun Lurah perempuan tapi semua langkah kinerja di kordinasikan bersama dengan kepala lingkungan yang termasuk orang yang dituakan oleh warga. Dan kalau ada kejadian masalah kamanan yang perlu penanganan pihak yang berwajib kita semua cepat tanggap karena bagusnya kordinasi apalagi sekarang sudah aktif BABINSA dan FKPM”
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat digambarkan bahwa
keamanan di Kelurahan Siwa cukup terjamin karena bagusnya kordinasi
yang diadakan oleh pihak aparat pemerintah kelurahan. Bisa kita pahami jika
diperlukan biasanya pemuda dari warga dilibatkan kalau ada acara yang
diselenggarakan, begitupun pihak berwajib (kepolisian) tetap pada koridornya
meskipun ada kordinasi yang diupayakan oleh Pemerintah Kelurahan seperti
BABINSA dan FKPM (Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat). Begitu pun
kalau ada yang berkasus atau bermasalah antar warga biasanya juga bisa
terselesaikan hanya di kantor kelurahan karena adanya peran serta aparat
kelurahan yang bekerjasama dengan kepala lingkungan yang merupakan
orang yang dituakan dan banyak juga warga yang malas kalau berhubungan
dengan pihak yang berwajib (kepoliasian). Jadi dapat kita saksikan betapa
aparat pemerintah kelurahan berperan aktif dalam mengayomi masyarakat.
79
Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Kelurahan Siwa
No Jenis Gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun Kejadian2010 2011
1 Pelanggaran hukum 28 kasus 20 kasus
2 Perselisihan akibat kepemilikan
lahan
9 kasus 3 kasus
3 Kenakalan remaja 21 kasus 17 kasus
Sumber : Data Sekunder FKPM Kelurahan Siwa
Sejalan dengan itu berbagai tindakan yang dulunya menimbulkan rasa
tidak aman antar warga masyarakat kini mulai terkikis apalagi didukung
dengan kondisi masyarakat yang sudah semakin ramai dan kebanyakan
dintara masyarakat pada sibuk mengurus bisnis masing-masing ketimbang
melakukan hal hal yang tidak semestinya dan mengganggu ketentraman.
4.1.3. Peran Pemerintah Kelurahan sebagai Pelayan Masyarakat
80
Aparatur berdasarkan konsep teoritis memiliki tanggung jawab yang
besar baik dalam birokrasi pemerintahan maupun swasta. Dengan demikian
peranan pemerintah sangat penting dalam usaha mencapai tujuan birokrasi,
sehingga dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan yang dialami
walaupun dalam skala wadah lembaga pemerintahan terkecil seperti tingkat
kelurahan.
Menurut Sinambela (2006:106), pelayanan adalah :
“Apapun tingkatan pemimpin birokrasi yang dimiliki, pada dasarnya tidak mengurangi tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang mempunyai peranan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, karena dengan peranan pemimpin berusaha memberikan pelayanan publik terbaik, itulah salah satu faktor pemimpin untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Seperti halnya pemerintah kelurahan atau desa yang ada, aparat
pemerintah Kelurahan Siwa bukan hanya sebagai pembina dan pengayom
masyarakat tapi juga diharapkan mampu menjadi pelayan masyarakat.
Dengan kata lain, yang paling pertama adalah Lurah harus bisa menerima
atau menampung semua aspirasi masyarakatnya agar dapat lebih baik lagi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Bapak Sennang pada wawancara tanggal 14 Februari 2012,
mengatakan :
“Dalam masalah aspirasi warga, Lurah di sini selalu memberikan kesempatan sebaik mungkin kepada kami untuk mengeluarkan aspirasi. Beliau tdak pernah segan untuk mendengarkan keluhan warga apalagi kalau ada rapat di aula kantor kelurahan, begitu pun kalau hanya mendengarkan dalam pergaulan Lurah selalu terbuka
81
kepada kami. Meskipun tidak ada pertemuan langsung keluhan warga juga bisa dibawakan oleh ketua RW atau tokoh masyarakat lainnya.”
Kemudian ditambahkan lagi oleh bapak Sahudi (wawancara pada
tanggal 8 Februari 2012) selaku kepala lingkungan, mengatakan bahwa :
“Semua aparat di Kantor Kelurahan Siwa ini bekerjasama dengan baik dalam penerimaan aspirasi masyarakat, kalaupun ada yang ingin mengeluarkan pendapatnya kita semua bisa tampung dan nanti disampaikan langsung kepada ibu Lurah. Hal itu pun sudah diamanatkan oleh beliau kepada kami.”
Dalam hal pembahasan aspirasi dari masyarakat pihak Kelurahan
biasa melakukan rapat kelurahan, termasuk menghadirkan tokoh-tokoh
masyarakat dalam acara MUSREMBANG. Biasanya lurah hanya
mengundang perwakilan dari masyarakat saja seperti tokoh-tokoh
masyarakat dan yang dianggap berkompeten dalam hal itu.
Bapak Aswar Andi Sokeng pada wawancara tanggal 9 Februari 2012
mengatakan :
“Dalam hal pembangunan kami biasanya diundang untuk menghadiri acara MUSREMBANG. Yang diundang biasanya hanya tokoh masyarakat dan orang tertentu saja agar rapat dapat berjalan lancar dan agar tujuannya dapat tercapai.”
Hal senada diungkapkan oleh bapak Abdul Rasyid pada wawancara
tanggal 8 Februari 20112, yakni :
“Kalau menurut saya, ibu Lurah oarangnya sanagat terbuka, saya bisa katakan karena saya biasa hadir di setiap rapat-rapat membahas masalah dana yang diterima pemerintah. Bahkan jumlah dana pun tidak pernah disembunyikannya. Pada saat pertemuan aspirasi masyarakat pun selalu ia butuhkan, agar bantuan dana yang masuk ini bisa benar-benar merata.”
82
Keterbukaan Lurah untuk dikoreksi, dibimbing dan diarahkan, dan
kesediaannya utuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan
perencanaan dan pelaksanaan operasional pembangunan tingkat kelurahan
mrupakan kunci kedekatan dan kebersamaan pemerintah kelurahan dengan
masyarakat, sehingga jika ada kegiatan-kegiatan yang ingin dilaksanakan
dari ide Lurah diterima,didukung, dan dilaksanakan bersama.
Begitu pula dalam pengangkatan perangkat aparat kelurahan dari
perwakilan dari tiap-tiap lingkungan agar pelayanan kepada masyarakat tidak
hanya mampu bertumpu pada orang tertentu saja tapi dapat terbagi rata
sehingga jika ada masyarakat yang ingin dilayani oleh Lurah yang kebetulan
tidak ada di tempat maka dapat terwakili oleh bawahannya jadi masyarakat
dapat terlayani secara maksimal tanpa membeda-bedakan status dan asal
lingkungannya.
Ibu Lina dalam wawancara pada tanggal 10 februari 2012,
mengatakan :
“Dalam hal pelayanan kepada masyarakat, aparat di kantor kelurahan saya lihat sangat baik dan ramah. Apapun keperluan kita langsung dilayani dengan baik, kalau pun kita kelihatan tidak ngerti dengan administrasi mereka semua langsung menjelaskan dengan baik supaya kita mengerti dengan administrasi yang kita urus. Kalau masalah biaya pengurusan administrasi itu sebenarnya memang tidak ada tarif yang ditetapkan, cuma kita harus mengerti dan memberi uang tertentu kepada aparat yang mengerjakan administrasi yang kita urus karena kita pahami bahwa mereka tidak memiliki gaji tetap apalagi belum PNS, administrasi yang kita urus kan kepentingan kita sendiri mereka hanya membantu. Begitu pun kalau misalnya pengurusan akte dan lain sebagainya itu tidak diterbitkan langsung di kantor kelurahan melainkan harus diurus di ibukota kabupaten jadi kita biasanya minta
83
tolong kepada perangkat kelurahan dengan memberi uang jalan dan sebagainya daripada kita sendiri yang urus itu tidak efisien lagi dan banyak kerjaan lain yang harus kita kerjakan.”
Sesuai dengan pengamatan penulis, di kantor Kelurahan Siwa terlihat
adanya kesan yang sangat antusias dari aparat kelurahan jika ada warga
yang yang berkunjung langsung dilayani dengan baik. Kalau keperluan warga
berupa pengurusan administrasi aparat langsung menjelaskan secara
terperinci apalagi kalau yang bersangkutan adalah warga yang masih awam
dengan persuratan. Kalau tarif yang dipungut atas pengurusan administrasi
itu aparat kelurahan tidak pernah memasang tarif apalagi meminta, hanya
saja warga yang langsung memberi yang disertai dengan ucapan terima
kasih.
Hal senada juga diungkapkan oleh Paisal salah satu aparat perangkat
kelurahan yang biasa menguruskan keperluan administrasi warga
(wawancara tanggal 13 Februari 2012) mengatakan :
“untuk urusan administrasi di kantor sini, kami tidak memasang tarif tertentu kami hanya mengatakan seikhlasnya saja dan yang bersangkutan merasa tidak dirugikan. Kami semua menjelaskan urusan administrasi itu termasuk kalau harus diselesaikan di ibukota kabupaten kan di sini hanya diberi surat pengantar kalau memang yang bersangkutan bisa urus sendiri maka kami tidak lagi direpotkan jadi dia bawa sendiri. Jadi kita berusaha memberi pelayanan sebaik mungkin agar masyarakat merasa puas.”
Pelayanan yang diberikan oleh aparat perangkat kelurahan telah
memuaskan warga sehingga pembangunan yang dilaksanakan di Kelurahan
Siwa dapat berjalan atau terlaksana dengan lancar karena adanya dukungan
84
dari seluruh masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
kelurahan kepada masyarakat dalam hal ini berupa pengurusan surat-surat
yang sudah tidak ada biaya patokan dan waktu lama yang biasa merugikan.
Serta bagaimana Lurah menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat
dan lainnya yang menjadi kebutuhan atau kepentingan masyarakat.
Penulis dapat menyimpulkan jika pelayanan pemerintah Kelurahan
Siwa bagi masysrakatnya sudah cukup adil dan masyarakat dapat menikmati
layanan yang diberikan oleh Pemerintah Kelurahan Siwa dengan baik. Hal ini
didasari karena keterbukaan Lurah terhadap perangkat kelurahan dan
masyarakat yang memberi saran dan kritik dan juga dari segi pelayanan yang
tidak membeda-bedakan antar warga yang dilayani.
4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peranan Pemerintah Kelurahan
dalam Pembangunan
Berdasarkan dari berbagai uaraian di atas mengenai peranan
pemerintaha kelurahan dalam pembangunan dan peran pemerintah
kelurahan sebagai pembina, pengayom, dan pelayanan kepada masyarakat,
tidak terlepas dari berbagai hambatan ataupun tantangan. Hambatan itu
meliputi rendahnya kualitas sumber daya manusia aparat pemerintah
kelurahan, serta kurangnya sarana dan prasarana berupa teknologi komputer
yang dipakai untuk memperlancar pelayanan administrasi demi
perkembangan pembangunan.
85
Dengan beberapa hambatan tersebut, jelas akan mempengaruhi
kenerja aparat pemerintah kelurahan dalam pembangunan. Walaupun
demikian, terdapat pula beberapa hal yang mendukung peranan pemerintah
kelurahan dalam pembangunan. Hal pendukung tersebut antara lain
partisipasi masyarakat berupa kesediaan masyarakat untuk mengurus hal-hal
yang berkaitan dengan birokrasi pemerintahan dan mendukung
terselenggaranya pembangunan, dan juga kerjasama antar aparat
pemerintah kelurahan dalam mendukung pembangunan.
Jadi dapat diuraikan ada dua faktor yang berpengaruh dalam peranan
pemerintah kelurahan dalam pembangunan di Kelurahan Siwa yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagai berikut:
4.2.1. Faktor Pendukung
Sebagai pemerintah yang melaksanakan fungsi pemerintahan sebagai
pengatur (regulasi) masyarakat, maka sudah selayaknya apabila seseorang
Lurah mengetahui kondisi atau keadaan penduduknya yang sebenarnya.
Sebab dengan mengetahui kondisi mastarakat yang sebenarnya maka dapat
diambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil keputusan dan
tindakan. Sebab jika pemimpin tidak mengetahui kondisi masyarakat maka
akan menjadi suatu kesalahpahaman yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat.
86
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Aswar Andi Sokeng
(wawancara tanggal 9 Februari 2012), yakni :
“Kondisi penduduk Kelurahan Siwa yang cukup beragam ini harus diperhatikan oleh pemerintah kelurahan dalam menjalankan tugasnya. Macam kalau warga berprofesi sebagai pebisnis yang serba sibuk dengan urusan bisnisnya tentu maunya tau beres saja dengan urusan kelurahan dan sangat sulit untuk didapatkan partisipasinya secara langsung dengan memberi tenaga pada setiap kegiatan pemerintahan di kelurahan tapi mereka siap memberi bantuan dalam bentuk materi jika. Begitupan kalau warga adalah seorang petani dengan kondisi ekonomi lemah dan pendidikan yang rendah pasti sulit untuk diharapkan partisipasinya dalam bentuk ide pikiran dan materi, dan juga dalam pelayanan administrasi pun harus dijelaskan sedetail mungkin tapi mereka semua siap menjalankan apa yang diperintahkan atau diaturkan oleh pemerintah .”
Sesuai dengan pengamatan penulis bahwa kondisi kesibukan akan
profesi warga maka sangat jarang terlihat adanya partisipasi langsung dalam
berbagai kegiatan. Kendati demikian ternyata masih ada saja warga di sekitar
lorong-lorong tertentu yang lokasinya agak jauh dari pusat kelurahan Siwa
atau pasar yang tetap berpartisipasi dalam berbagai pengadaan fasilitas
infrastruktur. Fasilitas seperti ini diadakan karena swadaya atau partisipasi
dari warga yang dikordinir oleh Kepala RW setempat. Berikut ini disajikan
beberapa bangunan yang lahir dari swadaya masyarakat :
87
Bangunan dari Swadaya Masyarakat Kelurahan Siwa
No Bangunan Tahun Pembangunan
1
2
3
4
5
6
7
Jembatan jalan untuk petani ke lokasi
perkebunan
POSYANDU di Jalan Minangasadae
POSYANDU di Jalan Andi Patola
POSKAMLING di Jalan A. Manginda
POSKAMLING di Jalan Minangasadae
POSKAMLING di Jalan Nelayan
Jembatan gorong-gorong di Jalan
nelayan
2005
2006
2007
2008
2007
2008
2009
Sumber : Hasil Olahan Data primer
Hal ini tidak bertentangan dengan yang diungkapkan oleh ibu Sriati
Dahlan, S.IP seorang sekretaris Kelurahan Siwa (wawancara tanggal 8
Februari 2012), yakni :
88
“Kondisi keadaan warga merupakan tantangan tersendiri buat kami dalam menjalankan roda pemerintahan. Warga di daerah yang kurang mengerti akan administrasi sangat sulit buat diberi pejelasan akan arti administrasi. Juga warga disekitar pasar yaitu Lingkungan Siwa yang sangat sibuk mengurusi pertokoan itu jarang sekali diajak berinteraksi secara langsung di kantor kelurahan kalau ada keperluan pengurusannya di sini mereka maunya langsung beres dan siap memberi ucapan terima kasih dalam bentuk materi. Dan ini tidak memberi masalah berarti buat kami karena mereka tidak mungkin komplen dengan tindakan yang kami laksanakan karena mereka siap menikmati berbagai perkembangan.”
Partisipasi penduduk merupakan hal yang urgen tak kalah penting
dalam sebuah pembangunan. Rakyat adalah komponen utama yang harus
dilibatkan dalam pembangunan. Kebutuhan, kepentingan dan harapan rakyat
menjadi arah setiap kebijakan. Pemberian kesempatan bagi masyarakat
untuk ikut berpartisipasi merupakan salah satu komponen untuk mencapai
pembangunan yang intensif, sebab tanpa dukungan dan partisipasi penduduk
maka pembangunan tidak akan berhasil.
Oleh sebab itu untuk kelancaran pembangunan maka masyarakat
harus berpartisipasi di mana dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti
kesediaan masyarakat untuk menghadiri rapat-rapat yang dilaksanakan di
kantor kelurahan maupun kecamatan, memberi ide pemikiran atau gagasan
tertentu, menyumbang bantuan baik berupa tenaga maupun dalam bentuk
materi seperti uang ataupun barang. Dan hal tersebut bukan sesuatu yang
jarang ditemukan di Kelurahan Siwa
89
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh bapak Andi Sudarmin
Camat Pitumpanua (wawancara tanggal 9 Februaru 2012) :
“Partisipasi masyarakat merupakan hal sangat penting, jadi saya berharap semua Lurah itu tetap meningkatkan dan buka peluang sebaik-baiknya buat warga agar tetap berpartisipasi dalam pembangunan demi perkembangan daerah. Saya lihat Lurah saat ini selalu membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya, apalagi baru-baru ini diadakan musrembang tingkat kecamatan dan itu tetap hadir tokoh masyarakat dari berbagai kelurahan dan desa. Musyawarah ini merupakan keharusan yang tidak bisa tidak diadakan, karena ini adalah merupakan program nasional yang harus melalui mekanisme bertingkat. Kami sebagai aparat hanya mejalankan aturan yang diberlakukan. Bahkan dari musyawarah ini terlihat adanya pertarungan prioritas kebutuhan.”
Partisipasi secara etimologi mengandung pengertian adanya
keterlibatan diri dari seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kegiatan.
Pernyataan ini didukung oleh definisi yang dikemukakan oleh The Liang Gie
dalam kamus administrasi yang menyatakan bahwa partisipasi adalah
peserta, setiap orang yang turut serta dalam suatu kegiatan. Dari pernyataan
tersebut maka partisipasi adalah hal ikutnya seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu kegiatan dan merupakan aktivitas dalam organisasinya
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Sebagai aparat pemerintah kelurahan harus bisa berupaya membuat
masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Hal ini
merupakan tantangan besar yang pernah dialami oleh pemerintah Kelurahan
Siwa karena masyarakat yang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu
90
menyelesaikan bisnis masing-masing. Sesuai dengan pengamatan atau
observasi yang dilakukan oleh peneliti yang menggali informasi dari lokasi
Kelurahan Siwa maka ditemukan bahwa partisipasi masyarakat yang cukup
baik ini terlihat dengan adanya berbagai perhatian dari masyarakat terhadap
semua perkembangan yang ada di lingkup pemerintahan Kelurahan Siwa,
dan masyarakat sangat respon dan antusias dengan hal tersebut. Tentu saja
hal ini sangat mendukung pemerintah dalam pembangunan di tingkat
kelurahan.
Selain itu, salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
organisasi menurut Lijan Poltak Sinambela dalam bukunya reformasi
pelayanan publik adalah terletak pada kerjasama yang baik antar aparat
organisasi baik secara horizontal maupun secara vertikal. Kerjasama tersebut
sangat menunjang pelaksanaan tujuan organisasi dalam hal ini
perkembangan ke arah lebih baik.
Sesuai dengan pengamatan penulis, ditemukan bahwa kerjasama
antar sesama aparat di Kelurahan Siwa ini cukup bagus, ini terlihat dengan
adanya suasana keakraban yang luar biasa antar sesama aparat di kantor
kelurahan, serta terlihat antara perangkat lurah dengan Lurah serta kepala
lingkungan sebagai tokoh masyarakat yang dituakan selalu ada di kantor
kelurahan tiap hari terlihat sering saling berembuk membicarakan berbagai
masalah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan tingkat
91
kelurahan. Biasa juga kalau ada persoalan antar warga terlihat antar sesama
aparat serta Lurah bekerjasama dalam menyelesaikannya dan dibantu oleh
kepala lingkungan.
Hal senada juga disampaikan oleh ibu Lurah Siwa (wawancara tangal
5 Februari 2012) mengatakan :
“Kita di sini sangat mementingkan kerjasama dan saling mendukung pekerjaan masing-masing dengan sering berembuk membicarakan berbagai urusan bersama. dan kalau ada aparat yang berhalangan hadir kita bisa bekerjasama saling menggantikan demi efektifnya pelayanan. Seperti saat sekarang ada 2 aparat kami yang sedang menyelesaikan studinya jadi untuk sementara kami menggantikan tugasnya.”
Kemudian ditambahkan lagi bapak Sahudi selaku kepala lingkungan
(wawancara tanggal 8 Februari 2012) bahwa :
“Semua aparat di sini tidak ada yang saling memberatkan dan saya lihat hubungannya sangat erat dan saling membantu apalagi kalau ada yang berhalangan. Seperti 3 hari ini Hernawati yang selalu sibuk di ruangan sebelah mengerjakan surat-surat nagantikan Rasna karena tidak sempat’i hadir”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut, dapat
diketahui bahwa kerjasama antara aparat pemerintah Kelurahan Siwa ini
tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan yang sangat
harmonis antara sesama aparat kelurahan, berupa keakraban yang terjadi
antar sesama aparat, serta kepatuhan semua aparat terhadap ibu Lurah.
Kesemua ini mengindikasikan apabila terdapat salah seorang pegawai yang
yang berhalangan tidak dapat melaksanakan tugasnya di kantor kelurahan,
maka pegawai lain bersedia menggantikan tugas tersebut sehingga
92
pelayanan terhadap masyarakat terlaksana dengan maksimal demi
perkembangan yang berarti pembangunan dapat didukung.
4.2.2. Faktor Penghambat
Untuk melaksanakan tugasnya, pemerintah kelurahan membutuhkan
fasilitas atau peralatan dalam menjalankan fungsinya, tersedianya fasilitas
atau perlengkapan yang tersedia menunjang lancarnya suatu kegiatan yang
akan dilaksanakan, di mana salah satu faktor itu adalah tersedianya kantor
kelurahan dalam menunjang terselenggaranya pemerintahan kelurahan dan
sebagai tempat dalam menjalankan tugas dalam pengelolaan, pelaporan,
pencatatan, dan berbagai kegiatan lainnya.
Kegiatan masyarakat berdemokratis dalam pembangunan dipengaruhi
oleh ketersedianya fasilitas atau peralatan, misalnya dalam pertemuan atau
rapat akan berjalan lancar jika tersedianya tempat beserta peralatannya.
Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana sangat menghambat kinerja
pemerintah demi terselenggaranya pembangunan.
Sesuai dengan pengamatan penulis, di Kelurahan Siwa masih sangat
dibutuhkan fasilitas komputer, seperti sekarang di kantor hanya ada satu unit
komputer yang ditempatkan di dalam ruang ibu Lurah dan ini berdampak
kurang efisiennya pelayanan administrasi. Terkadang kalau diperlukan untuk
93
mencetak administrasi persuratan, aparat harus mencetak (print) di luar,
sebaiknya di kantor ini ditambahkan lagi 2 unit komputer. Begitu pun di kantor
juga dibutuhkan lemari untuk penyimpanan berkas administrasi, lemari
berkas di kantor ini belum ada.
Sarana perhubungan di wilayah Kelurahan Siwa terlihat kurang
memadai, ini masih dikeluhkan oleh pemerintah kelurahan seperti jalanan
banyak yang rusak, masih ada pemukiman atau perumahan warga yang
belum menikmati air bersih PDAM, tempat pembuangan akhir sampah yang
belum ada, dan mobil pengangkut sampah belum diadakan.
Keinginan masyarakat terhadap program pembangunan pedesaan
adalah sangat luas sedangkan dana pembangunan pedesaan/kelurahan
yang tersedia masih relatif terbatas. Keinginan masyarakat sangat banyak
tetapi tidak semuanya merupakan kebtuhan. Kebutuhan merupakan program
yang disusun menggunakan kriteria-kriteria yang terukur, sehingga dapat
ditentukan skala prioritasnya. Berdasar dana yang tersedia terbatas itu dan
usulan program yang telah disusun berdasar skala prioritas maka dapat
dipilih program-program pembangunan yang merupakan prioritas tinggi yang
benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat, selanjutnya diusul program
prioritas kedua, ketiga, dan seterusnya.
94
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh bapak Andi Sudarmin
Camat Pitumpanua (wawancara tanggal 9 Februari 2012) :
“Saya rasa fasilitas sarana infrastruktur yang kurang layak akan menghambat perkembangan pembangunan di Kelurahan Siwa seperti contohnya pembangunan pasar sentral Siwa kurang berjalan karena infrastruktur perhubungan di daerah kita masih banyak rusak dan belum dibenahi maka akses pemerintah tingkat atas belum bisa menjangkau dengan baik Kelurahan Siwa dan otomatis belum menekankan pembangunan di lokasi pasar sentral. Makanya insya Allah pembangunan fisik selanjutnya adalah pengadaan PANSIMAS, mobil angkutan sampah, dan tempat pembuangan akhir sampah. Karena selanjutnya masalah pembangunan fisik itu ada yang dinamakan skala prioritas, jadi semua yang diusulkan akan diurutkan sesuai prioritas kebutuhan daerah.”
Olehnya itu, dari data di atas dapat dilihat bahwa faktor fasilitas atau
peralatan yang kurang memadai akan menghambat perkembangan
pembangunan di Kelurahan Siwa.
Selanjutnya, dalam pengamatan penulis mengenai pembangunan di
Kelurahan Siwa, aparatur pemerintah Kelurahan Siwa tercatat berjumlah 13
orang. Dari jumlah ini diketahui masih ada (sekitar 7 orang) yang
berpendidikan terakhir adalah tamatan SMA saja dan masih ada 5 orang
belum bisa mengoperasikan komputer. Secara terperinci aparatur pemerintah
Kelurahan Siwa berdasarkan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut :
95
Aparatur Pemerintah Kelurahan Siwa Berdasarkan Pendidikan
No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Andi Arriyanti, M.M
Sriati Dahlan, S.IP
Hj. Murni, S.KM
Rosdiana, S.IP
Andi Ilham, M.Si
Rasnawati Rasyid
Tamaluddin
Hernawati
Andi Arnida, S.Sos
Rahmi
Tenri D. Saputri
Faisal
Akbar Tanjung
Lurah
Sekretariat
Jabatan Fungsional
Jabatan Fungsional
Seksi Pemerintahan
Seksi Pemerintahan
Seksi Pembangunan
Seksi Pembangunan
Sie. Pereko. & KESRA
Sie. Pereko. & KESRA
Sie. Pereko. & KESRA
Seksi TRAMTIB
Seksi TRAMTIB
Strata 2
Strata 1
Strata 1
Strata 1
Strata 2
SMA/Sederajat
SMA/Sederajat
SMA/Sederajat
Strata 1
SMA/Sederajat
SMA/Sederajat
SMA/Sederajat
SMA/Sederajat
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
96
Aparatur pemerintah kelurahan sebagai pelaksana pemerintahan di
wilayah kelurahan baik secara kualitas maupun kuantitas perlu mendapat
perhatian khusus. Perlakuan khusus tersebut terutama terletak pada kualitas
aparatur, karena akan berpengaruh kepada pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi terutama dalam hal pelayanan masyarakat yang berhubungan erat
dengan pembangunan. Mengingat begitu banyaknya jenis pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah kelurahan, maka peningkatan kualitas aparat
kelurahan perlu mendapat perhatian yang serius guna kelancaran
pelaksanaan pelayanan tersebut.
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan bapak A. Ilham, SH,
M.Si salah satu aparat pemerintah Kelurahan Siwa (wawancara pada tanggal
7 Februari 2012), mengatakan bahwa :
“Rendahnya kualitas sumber daya manusia aparatur di Kelurahan Siwa yang masih ada dari tamatan SMA, kami akui bahwa dapat menghambat pemeliharaan fasilitas umum seperti penggunaan teknologi komputer. Karena kami sebagai aparatur kurang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk hal tersebut. Oleh karena itu kami sudah menyarankan agar aparat yang masih lulusan SMA untuk melanjutkan studinya. Selain itu, rendahnya kualitas aparat maka akan berpengaruh juga pada terhambatnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Misalnya jika tidak ada yang dapat mengoperasikan komputer, maka waktu pelayanan akan lama”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan
tersebut, dapat diketahui bahwa di Kelurahan Siwa ini kualitas pendidikan
aparat masih ada yang relatif rendah. Karena dari keseluruhan aparat yang
97
berjumlah 13 orang masih ada yang tingkat jenjang pendidikan terakhir
adalah SMA sederajat sehingga akan berpengaruh kepada kecakapan aparat
dalam melakukan pekerjaan. Dengan relatif rendahnya pendidikan aparat,
maka pengetahuannya pun akan menjadi sedikit. Sehingga dapat berakibat
pula pada terhambatnya pemeliharaan sarana fasilitas, karena pengetahuan
masih minim yang dimiliki oleh aparat tersebut.
Sedangkan dari segi kemampuan keterampilan (skill) yang dimiliki
aparat, misalnya kemampuan untuk mengoperasikan komputer masih
tergolong rendah. Karena di antara semua aparat hanya sekitar 5 orang yang
sering mengoperasikan komputer, dan terkadang masih ada yang hanya
mengoperasikan mesin ketik manual atau teknologi tradisional. Sehingga
yang terjadi jika aparat yang bersangkutan tidak di tempat maka pengurusan
administrasi bisa tertunda, ini berakibat pada terhambatnya waktu atau
ketepatan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Hal ini tidak bertentangan dengan yang dikatakan oleh salah seorang
warga ibu Lina (wawancara tanggal 10 Februari 2012) :
“Di kantor kelurahan itu jelas masih ada yang belum bisa mengopersikan komputer dan itu otomatis menghambat pelayanan administrasi. Saya pernah urus administrasi akte kelahiran,KTP, dan KK sekaligus dan menyerahkan sepenuhnya ke pihak kelurahan, dan ternyata semua bisa selesai selama dua pekan tapi itu tidak menimbulkan masalah berarti buat kami”
98
Terhambatnya pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang
berdampak tidak efisiennya pembangunan di Kelurahan Siwa. Dan hal
tersebut merupakan akibat dari rendahnya kualitas sumber daya aparat
Pemerintah di Kelurahan Siwa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab IV telah diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
Peranan Pemerintah Kelurahan dalam Pembangunan di Kelurahan Siwa. Di
samping itu pula dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi peranan
pemerintah kelurahan dalam pembangunan di tingkat kelurahan. Selanjutnya
dalam Bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran
yang berhubungan dengan hasil penelitian.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah sebagai berikut :
1. Peranan pemerintah kelurahan dalam pembangunan di Kelurahan Siwa
dapat kita lihat dari adanya upaya pengawalan yang intensif dari pihak
aparat pemerintahan kelurahan termasuk Lurah beserta jajarannya yang
bekerjasama dengan Kepala Lingkungan yang merupakan tokoh
masyarakat di daerahnya. Sebagai pemerintah tingkat bawah pemerintah
99
kelurahan hanya bisa mengusulkan serta mendampingi semua
pembangunan secara fisik yang ditetapkan oleh hasil MUSREMBANG di
tingkat kecamatan. Karena pemerintah kelurahan hanya bisa
menjalankan perintah kordinasi dari pemerintah tingkat kecamatan yang
yang merupakan wilayah administrasinya.
Untuk lebih lanjutnya peranan pemerintah kelurahan dalam
pembangunan dapat dilihat dari beberapa indikator, yakni :
a. Peranan pemerintah kelurahan sebagai pembina : Pemerintah
kelurahan sebagi pembina masyarakat hanya berupa memberi
dorongan proses pembangunan ke arah lebih baik dengan
memanfaatkan kondisi sektor perekonomian di masyarakat
mengingat lokasi Kelurahan Siwa adalah basis perekonomian yang
banyak di bidang perdagangan. Hal ini mengakibatkan perekonomian
kelurahan menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga berimbas
kepada kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Aktivitas pembinaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kelurahan
lebih bersifat penjelasan akan makna, maksud, tujuan, dan manfaat
dari pelaksanaan pembangunan. Sebab sebagaimana pembangunan
akan dilaksanakan, lebih banyak dimusyawarahkan dengan warga.
Melalui pembinaan inilah dibangkitkan semangat dan kemauan serta
ditumbuhkan jiwa membangun dalam diri warga masyarakat
Kelurahan Siwa. Dalam melakukan aktivitas pembinaan ini, aparat
100
kelurahan menyatukan dirinya terhadap semua warga di manapun
dan dalam keadaan apapun dan tidak menciptakan batas sosial,
sehingga warga merasa menjadi satu dengan antar aparat kelurahan.
Melalui perilaku seperti inilah pendekatan dan kebersamaan tercipta
untuk membina masyarakat dalam pembangunan ke arah yang lebih
baik.
b. Peranan pemerintah kelurahan sebagai pengayom masyarakat :
Sebagai pemerintah kelurahan yang mengayomi masyarakatnya ada
kordinasi yang terjadi antara pihak aparat pemerintah kelurahan
dengan aparat keamana (kepolisian) serta pemuda kampung. Bisa
kita lihat jika diperlukan biasanya pemuda dari warga dilibatkan kalau
ada acara yang diselenggarakan, begitupun pihak berwajib
(kepolisian) tetap pada koridornya meskipun ada kordinasi yang
diupayakan oleh Pemerintah Kelurahan seperti BABINSA dan FKPM
(Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat). Begitu pun kalau ada yang
berkasus atau bermasalah antar warga biasanya juga bisa
terselesaikan hanya di kantor kelurahan karena adanya peran serta
aparat kelurahan yang bekerjasama dengan kepala lingkungan yang
merupakan orang yang dituakan dan banyak juga warga yang malas
kalau berhubungan dengan pihak yang berwajib (kepoliasian). Jadi
dapat kita saksikan betapa aparat pemerintah kelurahan berperan
aktif dalam mengayomi masyarakat.
101
Sejalan dengan itu berbagai tindakan yang dulunya menimbulkan
rasa tidak aman antar warga masyarakat kini mulai terkikis apalagi
didukung dengan kondisi masyarakat yang sudah semakin ramai dan
kebanyakan dintara masyarakat pada sibuk mengurus bisnis masing-
masing ketimbang melakukan hal hal yang tidak semestinya dan
mengganggu ketentraman.
c. Peranan pemerintah kelurahan sebagai pelayan masyarakat : Dalam
melayani masyarakat pemerintah kelurahan bisa dikatakan telah
memuaskan warga sehingga pembangunan yang dilaksanakan di
Kelurahan Siwa dapat berjalan atau terlaksana dengan lancar karena
adanya dukungan dari seluruh masyarakat. Pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah kelurahan kepada masyarakat dalam hal
ini berupa pengurusan surat-surat yang sudah tidak ada biaya
patokan dan waktu lama yang biasa merugikan. Serta bagaimana
Lurah menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dan lainnya
yang menjadi kebutuhan atau kepentingan masyarakat.
2. Faktor yang mempengaruhi peranan pemerintah kelurahan dalam
pembangunan di Kelurahan Siwa terdiri dari :
a. Faktor pendukung yaitu :
1. Partisipasi masyarakat
Sesuai dengan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh
peneliti yang menggali informasi dari lokasi Kelurahan Siwa maka
102
ditemukan bahwa partisipasi masyarakat yang cukup baik ini terlihat
dengan adanya berbagai perhatian dari masyarakat terhadap semua
perkembangan yang ada di lingkup pemerintahan Kelurahan Siwa,
dan masyarakat sangat respon dan antusias dengan hal tersebut.
Tentu saja hal ini sangat mendukung peranan pemerintah kelurahan
dalam pembangunan.
2. Kerjasama antar sesama aparat
Kerjasama antara aparat pemerintah Kelurahan Siwa ini tergolong
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan yang sangat harmonis
antara sesama aparat kelurahan, berupa keakraban yang terjadi
antar sesama aparat, serta kepatuhan semua aparat terhadap ibu
Lurah. Kesemua ini mengindikasikan apabila terdapat salah seorang
pegawai yang yang berhalangan tidak dapat melaksanakan tugasnya
di kantor kelurahan, maka pegawai lain bersedia menggantikan tugas
tersebut sehingga pelayanan terhadap masyarakat terlaksana
dengan maksimal demi perkembangan yang berarti pembangunan
dapat didukung.
b. Faktor penghambat yaitu :
1. Kurangnya sarana dan prasarana
Kegiatan masyarakat berdemokratis dalam pembangunan
dipengaruhi oleh ketersedianya fasilitas atau peralatan, misalnya
103
dalam pertemuan atau rapat akan berjalan lancar jika tersedianya
tempat beserta peralatannya. Kurangnya fasilitas sarana dan
prasarana sangat menghambat kinerja pemerintah demi
terselenggaranya pembangunan. Sarana perhubungan yang kurang
memadai ini masih dikeluhkan oleh pemerintah kelurahan seperti
jalanan banyak yang rusak, masih ada pemukiman atau perumahan
warga yang belum menikmati air bersih PDAM, tempat pembuangan
akhir sampah yang belum ada, dan mobil pengangkut sampah belum
diadakan. Dari sini dapat dilihat bahwa faktor fasilitas atau peralatan
yang kurang memadai akan menghambat perkembangan
pembangunan di Kelurahan Siwa.
2. Kualitas sumber daya aparat
Kualitas sumber daya manusia aparat pemerintah kelurahan siwa
terbilang masih rendah. Terlihat dengan masih benyaknya aparat
pemerintah Kelurahan Siwa yang hanya tamatan SMA dan hal
tersebut membuat Lurah selalu memotivasi aparatnya agar
melanjutkan studinya ke jenjang lebih tinggi. Kemudian mengenai
tingkat keterampilan (skill) juga masih relatif rendah, masih banyak
aparat yang belumbisa mengoperasikan teknologi komputer yang
tentu saja dapat menghambat pelayanan di bidang administrasi.
Terhambatnya pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang
104
berdampak tidak efisiennya pembangunan di Kelurahan Siwa. Dan
hal tersebut merupakan akibat dari rendahnya kualitas sumber daya
aparat Pemerintah di Kelurahan Siwa.
5.2. Saran
1. Peningkatan peranan pemerintah Kelurahan Siwa dalam pelaksanaan
pembangunan di Kelurahan Siwa harus dioptimalkan lagi dengan
berupaya semaksimalnya untuk merangsang masyarakat untuk ikut
berpartisipasi, di mana guna mewujudkan cita-cita pembangunan yakni
tercapainya hidup sejahtera kepada semua warga masyarakat Kelurahan
Siwa.
2. Kepada Lurah agar kiranya tetap berupaya semaksimal mungkin
membuka ruang kepada masyarakat agar tidak segan memberi
aspirasinya. Dan untuk aparat pemerintah kelurahan tingkatkan
kerjasama yang baik dan hubungan yang harmonis demi terciptanya
pelayanan yang optimal kepada masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan.
3. Agar kualitas sumber daya manusia aparat pemerintah Kelurahan Siwa
yang masih tamatan SMA agar segera melanjutkan studi ke jenjang lebih
tinggi dan mangupayakan penguasaan keterampilan (skill) yang handal.
105
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Graha Ilmu. Yogyakarta
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Affandi, Anwar dan Setia Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Prisma, Jakarta
Agus, Dwiyanto. 1995. Pelayanan Organisasi Pelayanan Publik. Yogyakarta University Press, Yogyakarta
Amirin, Tatang, M. Drs. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Bayu Suryaningrat. 1976. Pemerintahan dan Administrasi Desa. Yayasan Beringin Korpri Unit Depdagri, Jakarta
Beratha, I Nyoman, Drs. 1991. Pembangunan Desa Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta
Beratha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyarakat dan Pembangunan Desa. Ghalia Indonesia, Jakarta
Bintoron, Tjokroamidjojo. 1978. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES, Jakarta
Daldjoeni, N dan A. Suyitno. 2004. Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan. Bandung : PT. Alumni
Eko, Sutoro. 2005. Pembaharuan Otonomi Daerah. APMD Press, Yogyakarta
106
Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press (HUP), Bandung
Inu Kencana Syafie. 1994. Etika Pemerintahan. Rineka Cipta, Jakarta
Inu Kencana syafie, Andi Azikin. 2007. Perbandingan Pemerintahan. Refika Aditama,
Juliantara, Dadang. 2000. Arus Bawah Demokrasi (Otonomi dan Pemberdayaan Desa). Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, PT.Gramedia Utama, Jakarta
Koentjaraningrat. 1991. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT.Gramedia Pustaka, Jakarta
Kencana, Inu. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan. PT.Rafika Aditama, Bandung
Labolo, Muhadam. 2007. Memahami Ilmu Pemerintahan. PT.Raja Grafindo Persada, jakarta
Maskun, Sumitro. 1993. Pembangunan Masyarakat Desa. Media widya Mandala, Yogyakarta
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta
Prasadja, Buddy. 1982. Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya. CV.Rajawali, Jakarta
Prastowo, A. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : DIVA Press
Sangarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Yogyakarta
Siagian, Sondang P. 2008. Adminitrasi Pembangunan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung
107
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat. Bandung : PT. Refika Aditama
Suyanto, Bagong. 2006. Metode Penelitian Sosial. Kencana, Jakarta
Syarifin, Jubaedah Dedah. 2006. Pemerintahan Daerah di Indonesia. CV.Pustaka Setia, Bandung
Tangkilisan, Hassel Nogi S. 2003. Penataan Birokrasi Publik Era Millenium. YPAPI, Yogyakarta
Tjokrowinoto, Moejiarto. 2007. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Trijono, Lambang. 2007. Pembangunan dan Perdamaian. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Wasistiono, Sadu. 2001. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Fokumedia, Bandung
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa. PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta
Yani, Ahnad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Indonesia. PT.Grafindo Persada, Jakarta
Dokumen dan Sumber Lainnya :
Buku-buku dan Catatan Kecil Materi Kuliah
Pedoman Penulisan USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNHAS Makassar 2007
Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaaraan Pemerintah Daerah
Perda Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan
108
Peraturan Bupati Wajo Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Lingkup Kecamatan Dan Kelurahan
SUL-SEL, KPUD. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. KPUD, Makassar
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Thn. 2004
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah