987-1906-1-PB
-
Upload
tiyamovich-aveiro -
Category
Documents
-
view
27 -
download
1
Transcript of 987-1906-1-PB
PENGARUH REUSE DIALIZER TERHADAP PENURUNAN UREUM
KREATININ PADA PENDERITA GGK DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
Meuthia Nadhiroh1, Amelia Dwi Fitri1, Samsirun Halim2
1Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi2Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
Latar Belakang: Dalam pelaksanaan
hemodialisis diperlukan biaya yang cukup
besar. Yang paling mahal adalah ginjal
buatan/dialiser. Untuk mengurangi biaya,
maka ginjal buatan/ dializer dilakukan
daur ulang/reuse. Tetapi penggunaan
ginjal buatan berulang tersebut
kemungkinan akan menurunkan
efisiensinya dan terjadinya transmisi
infeksi. Tujuan Penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh penggunaan reuse
dialyzer terhadap penurunan kadar ureum
kreatinin
Metode: Desain penelitian menggunakan
Quasi Eksperimen dengan pengukuran
pretest postest. Penelitian dilakukan di
Unit Hemodialisa RSUD Raden Mattaher
Jambi dari 30 Mei sampai 3 Agustus
2013. Sampel dari penelitian ini adalah
penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani HD di RSUD Raden Mattaher
Jambi yang memenuhi kriteria inklusi.
Diperiksa ureum pre dan post HD.
Hasil: Dari 16 orang pasien, 10 orang
(62,5%) berjenis kelamin laki – laki
sedangkan 6 orang (37,5%) berjenis
kelamin perempuan. Rata-rata Qb pasien
adalah 198,13 ml/menit. Pada new
dializer rata-rata penurunan ureum 74%
dan kreatinin 65,8%. Pada reuse dialyzer
1 rata-rata ureum 71% dan kreatinin 65%.
Pada reuse dializer 2 rata-rata ureum 66%
dan kreatinin 67,2%. Pada reuse dializer 3
rata-rata ureum 62,4% dan kreatinin
51,6%. Pada reuse dializer 4 rata-rata
ureum 58,7% dan kreatinin 54,9%. Pada
reuse dializer v rata-rata ureum 45,2%
dan kreatinin 46,1%. Nilai RRU terjadi
penurunan pada pemakaian ke-3.
Kesimpulan: Pemakaian Ginjal buatan
berulang akan menurunkan persentase
penurunan ureum dan kreatinin. Nilai
RRU menurun pada pemakaian dializer
ke-3 (R2)
Kata Kunci : Reuse Dializer;
Ureum;Kreatinin;RRU
PENDAHULUAN
Gagal ginjal adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang bisa bersifat reversibel
atau ireversibel. Pada gagal ginjal akut,
terjadi secara tiba – tiba dan biasanya
berhasil diobati.1 Sedangkan Penyakit
ginjal kronik adalah suatu proses
1
patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal
yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.2
Menurut United State Renal Data
System (USRDS,2008) di Amerika
Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal
kronis meningkat sebesar 20 – 25% setiap
tahunnya.1 Di Kanada insiden penyakit
gagal ginjal tahap akhir meningkat rata –
rata 6,5% setiap tahun (Canadian Institute
for Health Information (CIHI),2005),
dengan peningkatan prevalensi 69,7%
sejak tahun 1997.3 Di Malaysia, dengan
populasi 18 juta, diperkirakan terdapat
1800 kasus baru gagal ginjal kronik
pertahunnya.4
Pada survei yang dilakukan oleh
Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2008 di empat kota di
Indonesia, dengan memeriksa kadar
kreatinin serum 1200 orang, didapatkan
prevalensi penyakit ginjal kronik cukup
besar yaitu 12,5%.5
Pada populasi yang beresiko tinggi
(hypertensi, diabetes, dan proteinuria)
prevalensinya meningkat 29,1%. Pada
penelitian terbaru, rata – rata kejadian
penyakit gagal ginjal tahap akhir adalah
30,7 permillion populasi (pmp), dan rata –
rata prevalensinya adalah 23,4 (pmp).6
Berdasarkan data rekapitulasi Bagian
Hemodialisa RSUD Raden Mattaher
Jambi pada tahun 2010 populasi penderita
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
adalah sebanyak 582 orang dan pada
tahun 2011 mengalami peningkatan yakni
sebanyak 615 orang.
Hemodialisis (HD) merupakan terapi
pengganti ginjal yang dilakukan dengan
mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal
buatan (dialiser) yang bertujuan untuk
mengeliminasi sisa – sisa metabolisme
protein dan koreksi gangguan
keseimbangan elektrolit antara
kompartemen darah dengan kompartemen
dialisat melalui membran semipermiabel.7
Selama ini hemodialisis berkala
(intermitten) masih merupakan pilihan
utama untuk pengobatan gagal ginjal
terminal sebelum transplantasi ginjal.
Dialiser dapat didaur ulang (reuse) untuk
tujuan mengurangi biaya hemodialisis.7
Dilaporkan 80% pasien hemodialisis di
Amerika Serikat dilakukan daur ulang
sedangkan di Eropa sekitar 35% dan
Australia sekitar 47% dengan hasil yang
baik serta penghematan yang cukup besar
dari pembiayaannya.
Berbagai peneliti, Wing (1978),
Mather (1981), dan Kant (1984)
melaporkan bahwa pemakaian ginjal
buatan pakai berulang tetap aman dan
efektif. Bahkan Polak (1986) telah
mengadakan pengamatan yang cukup
2
lama, yaitu 12 tahun dan mendapatkan
bahwa pemakaian ginjal buatan tidak
membawa dampak yang negatif.
Martakusumah (1991) mengatakan bahwa
pemakaian ginjal buatan sampai enam
kali tidak menurunkan klirens ureum. Hal
ini juga sesuai dengan pernyataan dari
pengurus besar Perhimpunan Nefrologi
Indonesia.8 Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh dr.Eko Sudarmono di
RSUP Dr.Kariadi menyatakan bahwa
reuse efektif dilakukan sampai 4 kali
penggunaan.
Untuk menilai efektivitas ginjal
buatan, bisa dilihat dari persentase
penurunan ureum kreatinin. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh pemakaian ulang
dializer terhadap penurunan ureum
kreatinin. Di RSUD Raden Mattaher
Jambi pemakaian ulang dializer dilakukan
sebanyak 8 kali pada tiap pasien. Hal
inilah yang mendasari peneliti untuk
melakukan penelitian. Peneliti tertarik
untuk melihat pengaruh pemakaian reuse
dializer tersebut terhadap penurunan
klirens ureum kreatinin.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
Eksperimen dengan rancangan Quasi
Eksperimen. Penelitian ini dilakukan di
Hemodialisa RSUD Raden Mattaher
Jambi dilaksanakan pada tanggal 30 Mei
– 3 Agustus Tahun 2013. Sampel pada
penelitian ini adalah pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD Raden
Mattaher yang menggunakan new dializer
dilanjutkan dengan reuse dializer.
Pasien yang mendapatkan
perlakuan berbeda pada saat reuse
diekslusikan. Pasien yang menjalani
hemodialisis pada penelitian ini adalah
pasien yang mendapatkan terapi ≥ 1 tahun
dengan rata – rata dialisis ≥ 4 jam/hari
dan frekuensi 2x seminggu. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan
consecutive sampling sebanyak 16 sampel
yang memenuhi kriteria inklusi.
Pengumpulan data dilakukan dengan
pengambilan sampel darah kemudian
dilihat hasil laboratorium darah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pemakaian ginjal buatan berulang
menurunkan persentase penurunan ureum
dan kreatinin. Selain itu nilai RRU masih
efektif hingga pemakai ke-3 (R2).
3
Tabel 1. Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki – Laki 10 62,5%
Perempuan 6 37,5%
Jumlah 16 100%
Tabel 2. Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan Usia
Umur
(Tahun)
N %
21-30 3 18,8
31-40 2 12,5
41-50 4 25
51-60 5 31,3
61-70 2 12,5
Total 16 100
Tabel 3. Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan Penyakit
Comorbid
Penyakit Comorbid
N %
- Satu Comorbid
Asam Urat 2 12,5Diabetes 2 12,5Hipertensi 5 31,3Infeksi Ginjal 1 6,3
- Dua Comorbid
Diabetes dan Hipertensi
3 18,8
Diabetes dan PJK
1 6,3
Hipertensi dan Nefrolitiasis
1 6,3
Tidak ada 1 6,3
Total 16 100
Tabel 4. Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan Penggunaan
obat-obatan
Riwayat
Pengobatan
N %
Allopurinol 2 12,5
Furosemid 1 6,3
Glibenklamid 4 25
Kortikosteroid 2 12,5
Tidak ada 7 43,8
Total 16 100
4
Tabel 5. Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan Quick Blood
No Qb
(mL/menit
)
N %
1 170 1 6,3
2 180 2 12,5
3 190 1 6,3
4 200 11 68,8
5 250 1 6,3
Total 16 100
Rata-rata 198,13 ml/menit
Minimum 170 ml/menit
Maximum 250 ml/menit
Tabel 6. Pasien yang Menjalani
Hemodialisis Berdasarkan Time Dyalisis
Time Dyalisis
(dalam jam)
N %
4.00 8 50
4.30 8 50
Total 16 100
Tabel 7. Rata-rata Penurunan Ureum dan
Kreatinin
Dializer Penurunan Ureum (%)
Penurunan Kreatinin
(%)New
Dializer74 65,8
Reuse 1 71 65Reuse 2 66 57,2Reuse 3 62,4 51,6Reuse 4 58,7 54,9Reuse 5 45,2 46,1
Tabel 8. Rata-rata RRU pada New
Dializer dan Reuse Dializer
Dializer RRU (%)New Dializer 73,7
Reuse 1 70,8Reuse 2 65,6Reuse 3 62Reuse 4 58,3Reuse 5 44,9
Dari hasil penelitian ini dengan
melihat keefektifitas RRU ≥ 65%. RRU
masih efektif hingga pemakaian ke-3
(R2). Pemakaian reuse dializer juga
menurunkan persentase penurunan ureum
dan kreatinin.
Penelitian ini menunjukkan
sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak yaitu
berjumlah 10 orang (62.5%) dan 6 orang
(37.5%) berjenis kelamin perempuan.
Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian Previsha (2010) di Medan
didapatkan bahwa pasien berjenis kelamin
laki – laki lebih banyak dibandingkan
perempuan.26
Menurut United State Renal Data
System (USRDS) tahun 2004 tingkat
kejadian kasus gagal ginjal lebih tinggi
untuk laki – laki dengan 409 orang per
juta penduduk dibandingkan dengan
perempuan sekitar 276 orang per juta
penduduk.27
Usia responden yang paling banyak
yaitu rentang usia 51-60 tahun berjumlah
5 orang (31,3%). Hasil penelitian ini
5
sesuai dengan penelitian Eko Sudarmono
(2001) di Semarang dimana pasien
terbanyak berada pada kelompok umur 50
– 59 tahun (52,38%). Menurut teori,
lanjut usia merupakan salah satu faktor
risiko gagal ginjal kronik. Perubahan
fungsi ginjal sejalan dengan penuaan yang
normal meningkatkan kerentanan
terhadap disfungsi ginjal dan gagal ginjal.
Responden dengan penyakit
comorbid hipertensi paling banyak yaitu 5
orang (31,3%). Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Maulidawati (2011) di
Semarang yakni penderita hipertensi
mempunyai resiko 3,14 kali lebih besar
terkenal gagal ginjal kronik dibandingkan
yang tidak terkena hipertensi.
Berdasarkan teori, Hipertensi dalam
jangka waktu lama dapat mengganggu
ginjal, sebab variabilitas tekanan darah
berperan penting sebagai penyebab
kerusakan organ.
Dari 16 orang responden, sebanyak
7 orang (43,8%) tidak terdapat riwayat
penggunaan obat-obatan, 4 orang (25%)
memiliki riwayat penggunaan
glibenklamid, 2 orang (12,5%) masing-
masing memiliki riwayat penggunaan
allopurinol dan kortikosteroid sedangkan
1 orang (6,3%) dengan furosemid.
Dari penelitian ini diketahui bahwa
responden yang mendapatkan terapi
hemodialisis selama 4 jam sama banyak
dengan yang mendapatkan terapi 4.30 jam
yaitu 8 orang (50%). Menurut Konsensus
Pernefri (2003) untuk mencapai adekuasi
hemodialisis diperlukan dosis 10-12 jam
perminggu yang dapat dicapai dengan
frekuensi hemodialisis 2 kali/minggu
dengan lama waktu 5 jam atau 3
kali/minggu dengan lama waktu 4 jam.
Tetapi beberapa RS memberlakukan
kebijakan yang berbeda-beda.
Pada penelitian ini didapatkan rata-
rata Quick Blood responden adalah 198,13
ml/menit. Peningkatan Qb dapat
meningkatkan pencapaian adekuasi
hemodialisis. Penelitian Kim,et al (2004)
di Korea menunjukkan bahwa
peningkatan Qb 15-20% meningkatkan
pencapaian adekuasi HD.32,34
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa pemakaian ginjal buatan berulang
akan menurunkan persentase penurunan
ureum dan kreatinin serta nilai RRU.
Nilai RRU masih efektif hingga
pemakaian ke-3 (R2) dan mulai terjadi
penurunan keefektifan pada pemakaian
dializer ke-4 (R3)
Dari kesimpulan diatas, ada beberapa
saran yang dapat diajukan antara lain:
6
1. Perlu dilakukan penelitian yang sama
dengan jumlah sampel yang lebih
besar dan pengamatan yang lebih
lama, serta semua aspek yang terkait
dengan penggunaan ginjal buatan
secara berulang
2. Untuk upaya penghematan biaya,
penggunaan ginjal buatan secara
berulang dapat disarankan, akan
tetapi perlu diperhatikan pentingnya
teknik pakai ulang dilaksanakan
sesuai prosedur, sehingga
performance dialiser dapat
dipertahankan secara optimal.
REFERENSI
1. Suwitra Ketut. Penyakit Ginjal
Kronik. Dalam: Sudoyo A W,
Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4
Jilid ke-2. Jakarta: Pusat Penerbitan
Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2009. Hal.1035.
2. Sloane Ethel. Anatomi dan Fisiologi
Untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2003.
Hal. 329
3. Prodjosudji Wiguno, Suhardjono A.
End-Stage Renal Disease In
Indonesia: Treatment Development.
Ethn Dis 2009; 19 suppl 1: 33-6.
4. Suhardjono. The Development of a
Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis Program In Indonesia. Perit
Dial Int 2008; 28 suppl 3: 59-62.
5. Cahyaningsih, N.D. 2008.
Hemodialisis (Cuci Darah).
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
6. Hendraguna. Pengaruh Pmekaian
ulang sialyzer terhadap klirens ureum
(Skripsi Sarjana). Semarang:
Ilm.Keperawatan dan Kesehatan.
2010
7. Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono.
Hemodialisis. Dalam: Sudoyo A W,
7
Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-
4. Jakarta: Pusat Penerbitan Dept.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009.
Hal.1050-51.
8. Hendraguna. Pengaruh Pmekaian
ulang sialyzer terhadap klirens ureum
(Skripsi Sarjana). Semarang:
Ilm.Keperawatan dan Kesehatan.
2010
9. Corwin Elizabeth J. Buku Saku
Patofisiologi. edisi ke-3.
Jakarta:EGC. 2009. Hal. 729-30.
10. Ester Monica, editor. Keperawatan
Medikal Bedah: Buku Saku Dari
Brunner & Suddarth. Jakarta:EGC.
2000. Hal. 171.
11. Aziz M.Farid, Witjaksono Julianto,
Rasjidi Imam, editors. Panduan
Pelayanan Medik : Model
Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker
Serviks Dengan Ganguan Ginjal.
Jakarta: EGC. 2008. Hal. 38.
12. Hayes Peter C, Mackay Thomas W.
Buku Saku Diagnosis dan Terapi.
Jakarta: EGC. 1997. Hal. 197.
13. Baradero Mary, Dayrit Mary Wilfrid,
Siswadi Yakobus. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta:EGC. 2009. Hal. 124-9.
14. Graber Mark A, Toth Peter P, Herting
Rober Jr. Buku Saku Dokter
Keluarga University of Iowa. Edisi
ke-3. Jakarta: EGC. 2006. Hal. 543.
15. Mitchell Richard N, et al, Tania
Ingrid, editors. Buku Saku Dasar
Patologis Penyakit. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC. 2008. Hal. 554.
16. Baradero Mary, Dayrit Mary Wilfrid,
Siswadi Yakobus. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta:EGC. 2009. Hal. 127-9.
17. Pudji Rahardjo dkk. Hemodialisis.
Dalam: Sudoyo A W, Setiyohadi B,
Alwi I, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-4 Jilid ke-
2. Jakarta: Pusat Penerbitan Dept.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009.
Hal.1050.
18. Bararedo Mary, Dayrit Mary Wilfrid.
Klien Gangguan Ginjal:Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta:EGC; 2008.
Hal. 136. Dan Sabiston David C.
Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC;
1995. Hal 269
19. Raharjo Setyo. Pengaruh
Hemodialisis Terhadap Kadar TNF-α
dan Prokalsitonin Pada Pasien
Nefropati Diabetik Stadium V (Tesis
Spesialis). Surakarta: Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUNS; 2010
20. Daugirdas John T, Blake Peter G, Ing
Todd S. Handbook of Dialysis. 4th ed.
USA: Lippincott. 2001. P.192
21. Davita. Dializer reuse, amankah?.
2009 ( diakses 2 Nov 2012). Diunduh
dari: URL:
8
http://www.ygdi.org/
_kidneydiseases.php?
view=detail&kat=dialisis1&id=23
22. Cahyaningsih ND. Hemodialisis
(Cuci Darah). Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press; 2011. Hal 85
23. Nursalam. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta; Salemba
Medika; 2003
24. Notoadmodjo Soekidjo. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010. Hal. 124-5
25. Alimul, A. Aziz. (2003). Riset
Keperawatan & Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
26. Kaliahpan, Previsha. Perubahan
Kadar Ureum dan Kreatinin Sebelum
dan Sesudah Hemodialisis Pada
Penderita Gagal Ginjal di RSUD Dr.
Pringadi (Skripsi Sarjana). Medan:
FKUSU. 2011
27. Arora Pradeep. Chronik Renal
Failure. Nephrology (serial online) 4
Februari 2010 ( diakses 4 agustus
2013 ). Diunduh dari: URL:
http://emedicine.com
28. Siallagan, Herdiani. Karakteristik
Penderita Gagal Ginjal Kronik di RS
Martha Friska Medan Tahun 2011
(Skripsi Sarjana). Medan: FKUSU.
2012
29. Baughman, Diane C. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC. 2000.
Hal 174
30. Lase, Wahyu Ningsih. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronis Yang Menjalani Hemodialisa
Di RSUP Haji Adam Malik Medan
(Skripsi Sarjana). Medan: FKUSU.
2011
31. Maulidawati. Hipertensi sebagai
faktor risiko terjadinya gagal ginjal
kronik: studi cross sectional.
Semarang; Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK Islam Sultan Agung; 2009
(diakses 4 Agustus 2013). Diunduh
dari URL: http://www.uisu-
library.com
32. Septiwi, Cahyu. Hubungan Antara
Adekuasi Hemodialisis dengan
Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
di Unit Hemodialisis RS. Prof. Dr.
Margono Soekarho Purwokerto
(Tesis Magister). Jakarta:
Keperawatan Medikal Bedah FIP;
2011 (diakses 4 Agustus 2013).
Diunduh dari http://lontar.ac.id.
33. Perhimpunan Nefrologi Indonesia.
Konsensus Dialisis. Jakarta:
PERNEFRI; 2003. Hal 21-34
34. Ayu, I Gusti. Hubungan Antara
Quick of Blood (Qb) Dengan
Adekuasi Hemodialisis Pada Pasien
Ynag Menjalani Terapi Hemodialisis
9
di Ruang HD RSUD Tabanan Bali
(Tesis Magister). Jakarta:
Keperawatan Medikal Bedah FIP:
2010 (diakses 4 Agustus 2013).
Diunduh dari http://lontar.ac.id.
35. Armelia, Linda. The Effectiveness of
Dialyzer Reuse (Skripsi Sarjana).
Jakarta: FK Yarsi. 2008
10