95547387-refrat-anisometropia

35
BAB I PENDAHULUAN Anisometropia yang merupakan salah satu gangguan penglihatan, adalah suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi. 1,2 Anisometropia pada anak merupakan penyebab utama diantara ambliopia dan strabismus, karena mata tidak dapat berakomodasi secara independen dan mata yang lebih hiperopia terus menerus menjadi kabur, selain itu anisometropia penyebab penting dari kebutaan monokular. 3 Ambliopia adalah penurunan ketajaman penglihatan tanpa dapat dideteksi adanya penyakit organik pada suatu mata, dan akibat terburuknya bisa sampai terjadinya kebutaan monokular. 4 Pada anisometropia terdapat perbedaan kekuatan refraksi pada kedua mata. Perbedaan kekuatan refraksi ini dapat mengakibatkan kelainan penglihatan binokuler, 1

Transcript of 95547387-refrat-anisometropia

Page 1: 95547387-refrat-anisometropia

BAB I

PENDAHULUAN

Anisometropia yang merupakan salah satu gangguan penglihatan,

adalah suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan

refraksi.1,2 Anisometropia pada anak merupakan penyebab utama diantara

ambliopia dan strabismus, karena mata tidak dapat berakomodasi secara

independen dan mata yang lebih hiperopia terus menerus menjadi kabur,

selain itu anisometropia penyebab penting dari kebutaan monokular.3

Ambliopia adalah penurunan ketajaman penglihatan tanpa dapat dideteksi

adanya penyakit organik pada suatu mata, dan akibat terburuknya bisa

sampai terjadinya kebutaan monokular.4

Pada anisometropia terdapat perbedaan kekuatan refraksi pada kedua

mata. Perbedaan kekuatan refraksi ini dapat mengakibatkan kelainan

penglihatan binokuler, dimana bayangan yang terbentuk tidak sama, baik

ukuran, bentuk atau keduanya, yang disebut aniseikonia. Perbedaan tersebut

masih dapat ditoleransi apabila perbedaan besarnya bayangan tidak lebih

dari 5%. Apabila perbedaan besarnya bayangan sudah 5% atau lebih maka

akan menimbulkan aniseikonia yang akan mengakibatkan penderita merasa

tidak nyaman menggunakan kacamata.5

1

Page 2: 95547387-refrat-anisometropia

Hasil penelitian di RSU Cut Nyak Dhien Aceh disebutkan bahwa

kelainan refraksi merupakan penyakit mata tertinggi yang ditemukan

(38,55%), diikuti dengan astigmatisma (28,6%), hipermetropia (28,34%) dan

yang paling sedikit adalah anisometropia (4,35%).6 Sebuah penelitian

menyebutkan bahwa 6% kejadian anisometropia terjadi antara umur 6

sampai 18 tahun.7 Meskipun anisometropia bukan penyakit mata yang paling

sering dijumpai namun kewaspadaan terhadap munculnya anisometropia

khususnya pada anak kecil harus tetap ditingkatkan. Dan yang paling penting

kelainan-kelainan mata lainnya yaitu hipermetropia, miopia dan astigmatisma

yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan munculnya

anisometropia.

Untuk itulah penulis ingin mengupas lebih dalam mengenai

anisometropia, selain sebagai tugas telaah ilmiah sebagai syarat untuk

menjalani kegiatan kepanitraan senior (KKS) di departemen Mata RSMH

Palembang, telaah ilmiah ini juga diharapkan dapat berguna bagi para

pembaca untuk menambah pengetahuannya, khususnya mengenai

anisometropia.

2

Page 3: 95547387-refrat-anisometropia

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI MEDIA REFRAKSI

A. Anatomi Media Refraksi1,8

Refraksi mata adalah perubahan jalannya cahaya, akibat media

refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat. Alat-alat refraksi mata

terdiri dari permukaan kornea, humor akuaeus (cairan bilik mata), permukaan

anterior dan posterior lensa, badan kaca (corpus vitreum).

1. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya

sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke

sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus

skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,

sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke

posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel

(yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan

Bowman, stroma, membrane Descement, dan lapisan endotel. Lapisan epitel

mempunyai lima atau enam lapis sel, endotel hanya satu lapis. Lapisan

Bowman merupakan lapisan jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma

yang berubah. Membran Descement adalah sebuah membran elastik yang

3

Page 4: 95547387-refrat-anisometropia

jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskopi elektron dan

merupakan membran basalis dari endotel kornea. Stroma kornea mencakup

sekitar 90% dari ketebalan kornea. Bagian ini tersusun dari lamella fibril-fibril

kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang saling menjalin yang hampir

mencakup seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan

permukaan kornea dan karena ukuran dan periodisitasnya secara optik

menjadi jernih. Lamella terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan hidrat

bersama dengan keratosit yang menghasilkan kolagen dan zat dasar.

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh

darah limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisialis juga

mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik

kornea didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V

(trigeminus).

Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam,

avaskularitasnya dan deturgensinya.

2. Humor Aquaeus

Humor aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki

kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera

anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera anterior.

4

Page 5: 95547387-refrat-anisometropia

3. Lensa

Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di

belakang iris, lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan

korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah

posteriornya vitreus. Kapsula lensa adalah suatu membrane yang

semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang akan

memperbolehkan air dan elektrolit masuk.

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subskapular. Nukleus lensa

lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-

serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan

menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari

lamellae kosentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang terbentuk

dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung berbentuk {Y} bila dilihat

dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.

Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada

pemeriksaan mikroskopik, inti ini jelas dibagian perifer lensa didekat ekuator

dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai

zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaann

korpus siliare dan menyisip kedalam ekuator lensa. Enam puluh lima persen

5

Page 6: 95547387-refrat-anisometropia

lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara

jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan

tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam

bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah

atau saraf di lensa.

4. Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang

membentuk dua pertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan

yang dibatasi oleh lensa, retina dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus-

membran hialois-normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut:

kapsula lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina

dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat

sepanjang hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora

serrata. Perlekatan ke kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal

kehidupan tetapi segera hilang.

Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua koponen,

kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip

gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air.

6

Page 7: 95547387-refrat-anisometropia

B. Fisiologi Refraksi1,9

(Gambar refraksi pada mata emetrop)

(referensi Lang GK. Ophthalmology a short textbook. Stuttgart: Thieme. 2000. 117-9)

Mata dapat dianggap sebagai kamera potret, dimana sistem

refraksinya menghasilkan bayangan kecil, terbalik di retina. Rangsangan ini

diterima oleh sel batang dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf

optik(N II), ke korteks serebri pusat punglihatan, yang kemudian tampak

sebagai lapisan uang tegak. Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya

diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu

tinggi maka pupil akan mengecil untuk menguranginya. Daya refraksi kornea

hampir sama dengan humor akueus, sedang daya refraksi lensa hampir

sama pula dengan badan kaca. Keseluruhan sistem refraksi mata ini

membentuk lensa yang cembung dengan focus 23 mm. Dengan demikian,

pada mata yang emetrop, dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar,

yang datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina. Fovea

7

Page 8: 95547387-refrat-anisometropia

sentralis merupakan posterior principal focus dari sitem refraksi mata ini,

dimana cahaya yang datang sejajar, setelah melalui sitem refraksi ini

bertemu. Letaknya 23 mm di belakang kornea, tepat dibagian dalam macula

lutea. Pembiasaan yang tersebar terdapat pada permukaan anterior dari

kornea, ditambah dengan permukaan anterior dan posterior lensa. Refraksi

mata adalah perubahan jalannya cahaya, akibat media refrakta mata, dimana

mata dalam keadaan istirahat. Mata dalam keadaan istirahat berarti mata

dalam keadaan tidak berakomodasi.

Mata mengubah-ubah daya bias untuk memfokuskan benda dekat

melalui proses yang disebut akomodasi. Penelitian tentang bayangan

Purkinje, yang merupakan pencerminan dari berbagai permukaan optis di

mata, telah memperlihatkan bahwa akomodasi terjadi akibat perubahan di

lensa kristalina. Kontraksi otot siliaris menyebabkan penebalan dan

peningkatan kelengkungan lensa, mungkin akibat relaksasi kapsul lensa.

Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya

pembiasnya. Tentang mekanisme akomodasi ada 2 teori:

1. Teori Helmholtz: kalau m.siliaris berkontraksi, maka iris dan badan

siliar, digerakkan ke depan bawah, sehingga zonula Zinnii jadi kendor,

lensa menjadi lebih cembung, karena elastisitasnya sendiri. Banyak

yang mengikuti teori ini

8

Page 9: 95547387-refrat-anisometropia

2. Teori dari Tschernig: bila m.siliaris berkontraksi, maka iris dan badan

siliar digerakkan ke belakang atas, sehingga zonula Zinnii menjadi

tegang, juga bagian perifer lensa menjadi tegang, sedang bagian

tengahnya di dorong ke sentral danmenjadi cembung

Beberapa macam keadaan refraksi mata:

1. Emetropia: keadaan refraksi mata, dimana semua sinar yang sejajar,

yang datang dari jarak tak terhingga, dan jatuh pada mata yang dalam

keadaan istirahat, akan dibiaskan tepat di retina.

2. Ametropia: keadaan refraksi mata, dimana sejajar yang datang dari

jarak tak terhingga dan jatuh dimana dalam keadaan istirahat tidak

pernah dikumpulkan tepat di retina. Macam-macam ametropia adalah

hipermetropia, miopia, astigmatisma

a. Hipermetropia merupakan kelainan refraksi, dimana sinar

yang sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata

yang dalam keadaan istirahat dibiaskan dibelakang retina

b. Miopia merupakan kelainan refraksi, dimana sinar sejajar

yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam

keadaan istirahat dibiaskan di depan retina

9

Page 10: 95547387-refrat-anisometropia

c. Astigmatisma merupakan kelainan refraksi, dimana sinar

sejajar dari jarak tak tertentu, refraksi dalam tiap meridian

tidak sama

10

Page 11: 95547387-refrat-anisometropia

BAB III

ANISOMETROPIA

A. Definisi

Isometropia merupakan keadaan dimana kedua mata memiliki

kekuatan refraksi yang sama. Anisometropia merupakan salah satu

gangguan penglihatan, yaitu suatu keadaan dimana kedua mata terdapat

perbedaan kekuatan refraksi.1 Anisometropria dengan perbedaan antara

kedua mata lebih dari atau sama dengan 2,5 dioptri akan menyebabkan

perbedaan bayangan sebesar 5% atau lebih. Perbedaan bayangan antara

kedua mata sebesar 5% atau lebih pada umumnya akan menimbulkan gejala

aniseikonia.1,2,10,11

B. Etiologi12

1. Kongenital dan anisometropia karena pertumbuhan, yaitu muncul

disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan dari kedua bola mata

2. Anisometropia didapat, yaitu mungkin disebabkan oleh aphakia

uniokular setelah pengangkatan lensa pada katarak atau disebabkan

oleh implantasi lensa intra okuler dengan kekuatan yang salah

11

Page 12: 95547387-refrat-anisometropia

Anisometropia dapat terjadi apabila:1,2

1. mata yang satu hipermetropia sedangkan yang lain miopia

(antimetropia)

2. mata yang satu hipermetropia atau miopia atau astagmatisma

sedangkan yang lain emetropia

3. mata yang satu hipermetropia dan yang lain juga hipermetropia,

dengan derajat refraksi yang tidak sama

4. mata yang satu miopia dan yang lain juga miopia dengan derajat

refraksi yang tidak sama

5. mata yang satu astigmatisma dan yang lain juga astigmatisma dengan

derajat yang tidak sama

C. Klasifikasi Anisometropia12

1. Simple anisometropia: dimana refraksi satu mata adalah normal

(emetropia) dan mata yang lainnya miopia (simple miopia

anisometropia) atau hipermetropia (simple miopia anisometropia).

2. Coumpound anisometropia: dimana pada kedua mata hipermetropia

(coumpound hipermetropic anisometropia) atau miopia (coumpound

miopia anisometropia), tetapi sebelah mata memiliki gangguan refraksi

lebih tinggi dari pada mata yang satunya lagi.

12

Page 13: 95547387-refrat-anisometropia

3. Mixed anisometropia: dimana satu mata adalah miopia dan yang satu

lagi hipermetropia, ini juga disebut antimetropia.

4. Simple astigmmatic anisometropia: dimana satu mata normal dan

yang lainnya baik simple miopia atau hipermetropi astigamatisma.

5. Coumpound astigmatismatic anisometropia: dimana kedua mata

merupakan astigmatism tetapi berbeda derajatnya.

Sloane membagi anisometropia menjadi 3 tingkat yaitu:13

1. anisometropia kecil, beda refraksi lebih kecil dari 1,5 D

2. anisometropia sedang, beda refraksi antara 1,5-2,5 D

3. anisometropia besar, beda refraksi lebih besar dari 2,5 D

D. Gejala Anisometropia14,15

Gejala anisometropia sangat bervariasi. Menurut Friedenwald gejala

anisometropia muncul apabila terdapat perbedaan bayangan yang diterima

pada kedua retina (aniseikonia). Gejala anisometropia pada umumnya sakit

kepala, pada kedua mata merasa tidak enak, panas, tegang. Gejala yang

spesifik pada anisometropia yaitu pusing, mual-mual, kadang-kadang melihat

ganda, kesulitan memperkirakan jarak suatu benda, melihat lantai yang

bergelombang.

E. Kelainan Klinik akibat Anisometropia14

13

Page 14: 95547387-refrat-anisometropia

1) akibat perbedaan visus

adanya perbedaan visus kedua mata berakibat gangguan fusi,

sehingga orang tersebut akan menggunakan mata yang lebih baik,

sedangkan mata yang kurang visusnya akan disupresi. Apabila

keadaan ini dibiarkan maka akan dapat terjadi strabismus, dan apabila

terjadi pada anak-anak yang masih mengalami perkembangan visus

binokular, dapat mengakibatkan ambliopia.

2) akibat perbedaan bayangan

perbedaan bayangan meliputi perbedaan ukuran dan bentuk.

Adanya perbedaan bayangan disebut aniseikonia. Pada aniseikonia

selalu terjadi gangguan penglihatan binokular. Gangguan penglihatan

binokular ini diakibatkan oleh ketidaksamaan rangsangan untuk

penglihatan stereoskopik.

Secara klinik praktis aniseikonia yang terjadi akibat anisometropia dapat

diketahui dari kelainan distorsi dan kelainan stereoskopik yang muncul.14,15

F. Aniseikonia

Aniseikonia adalah suatu kelainan penglihatan binokuler dimana

bayangan yang terbentuk tidak sama ukuran, bentuk atau keduanya.15

Aniseikonia fisiologis adalah aniseikonia dengan perbedaan besarnya

bayangan antara mata yang satu dengan yang lain, masih jatuh pada Panum

14

Page 15: 95547387-refrat-anisometropia

fusional area. Pada aniseikonia fisiologis belum muncul gejala dan tanda dari

gangguan penglihatan binokular.14,15

Aniseikonia abnormal (aniseikonia klinik) yang pada akhirnya disebut

sebagai aniseikonia. Pada aniseikonia klinik ini terdapat perbedaan bayangan

yang diterima oleh kedua mata, sehingga timbul gejala aniseikonia.14,15 Gejala

aniseikonia pada umumnya diakibatkan oleh karena terganggunya

penglihatan binokular yang berupa gangguan steroskopik, distorsi, proses

selanjutnya dapat terjadi gangguan fusi yang berupa diplopia yang dapat

berlanjut terjadi supresi pada mata yang visusnya kurang baik bahkan akan

mengakibatkan ambliopia. Disamping terjadinya ambliopia, supresi dapat

mengakibatkan deviasi bola mata atau strabismus.10,15 Sebagian besar

penyebab aniseikonia adalah anisometropia. Penyebab lainnya yaitu

tersebarnya sel-sel fotoreseptor yang tidak merata pada retina (misal pada

miopia degenerative), gangguan fungsi pusat penerimaan pada akhir dari

bayangan pada korteks serebri (misal pada epilepsi parsial somato

sensori).14,15

Beberapa pemeriksaan aniseikonia antara lain:

1. Pemeriksaan tes aniseikonia (menurut sidarta ilyas)16

Untuk menilai perbedaan bayangan pada mata kanan dan mata

kiri. Penderita dengan penglihatan binokular normal akan dapat

15

Page 16: 95547387-refrat-anisometropia

membedakan ukuran benda bila bayangan berbeda 0,25% sampai

0,50%

Metode pemeriksaan:

Pemeriksa berdiri 2 meter di depan penderita

Pemeriksa membentangkan tangannya ke samping

Penderita menentukan perbandingan panjang tangan

pemeriksaan

Pemeriksa memajukan tangannya kedepan dengan jari

terbuka

Penderita kembali menentukan perbandingan panjang

tangan pemeriksa

Bila ada aniseikonia horizontal maka tangan pada kedudukan

pertama terlihat lebih pendek dan tangan pada kedudukan kedua

lebih panjang

2. Pemeriksaan stereopsis dengan menggunakan tes lang two

pencil10

Merupakan suatu uji untuk stereopsis. Pemeriksa memegang

pensil vertikal di depan pasien, pasien diminta untuk memegang

pensil lain menyentuhkan ujungnya ke ujung pensil pemeriksa,

16

Page 17: 95547387-refrat-anisometropia

menyentuhkannya dari atas dan dilakukannya dengan cepat,

pengujian dikerjakan beberapa kali. Pada pengujian dengan kedua

mata terbuka, pasien dapat melakukan tugasnya dengan baik,

tetapi apabila salah satu mata ditutup, maka pasien tidak dapat

melakukan pengujian tersebut dengan baik. Hal ini menunjukkan

adanya steropsis dalam keadaan binokular secara kasar.

3. Pemeriksaan Distorsi17

Penderita disuruh berjalan dan melihat kebawah dengan

menggunakan penglihatan binokular dengan kacamata yang sudah

dilakukan koreksi refraksi subjektif monokuler.

Apabila penderita merasakan tidak enak menggunakan ukuran

kacamatanya atau merasakan pusing maka berarti distorsi (+),

apabila setelah dilakukan pengurangan kekuatanlensa secara

bertahap dan kacamatanya dirasakan nyaman (tidak pusing) maka

distorsi (-).

4. Pemeriksaan Eikonometer Standar15

Eikonometer standar adalah alat khusus yang dirancang untuk

mengukur aniseikonia. Penderita memakai filter floroid didepan

matanya untuk melihat proyektor dengan target yang memiliki

elemen-elemen tertentu yang terpolarisasi sehingga antara mata

17

Page 18: 95547387-refrat-anisometropia

yang satu dengan mata yang lain dapat melihat target yang

berbeda secara bersamaan. Dengan alat ini dapat diukur

aniseikonia vertikal maupun horizontal.

G. Diagnosis Anisometropia

Diagnosis anisometropia dapat dibuat setelah pemeriksaan retinoskopi

pada pasien yang penglihatannya berkurang.12 Pada pemeriksaan retinoskopi

dinilai refleks fundus dan dengan ini bisa diketahui apakah seseorang

menderita hipermetropia, miopia atau astigmatisma. Kemudian baru

ditentukan berapakah perbedaan kekuatan refraksi antara kedua bola mata

dan ditentukan besar kecilnya derajat anisometropia.

H. Penatalaksanaan12

Anisometropia merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu

suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi,

sehingga penatalaksanaan anisometropia adalah memperbaiki kekuatan

refraksi kedua mata. Adapun beberapa penatalaksanan baik menggunakan

alat maupun tindakan, yaitu:

1. Kaca mata. Kacamata koreksi bisa mentoleransi sampai maksimum

perbedaan refraksi kedua mata 4D. lebih dari 4D koreksi dengan

menggunakan kacamata dapat menyebabkan munculnya diplopia.

18

Page 19: 95547387-refrat-anisometropia

2. Lensa kontak. Lensa kontak disarankan untuk digunakan untuk

anisometropia yang tingkatnya lebih berat.

3. Kacamata aniseikonia. Hasil kliniknya sering mengecewakan.

4. Modalitas lainnya dari pengobatan, termasuk diantaranya:

a) Implantasi lensa intraokuler untuk aphakia uniokuler

b) Refractive cornea surgery untuk miopia unilateral yang

tinggi, astigmata, dan hipermetropia

c) Pengangkatan dari lensa kristal jernih untuk miopia

unilateral yang sangat tinggi (operasi fucala)

I. Komplikasi6

Komplikasi pertama yang muncul akibat anisometropia adalah

diplopia, ambliopia dan strabismus sebagai kompensasi mata terhadap

perbedaan kekuatan refraksi kedua mata dan yang paling ditakuti adalah

kebutaan monokular.

BAB IV

KESIMPULAN

Anisometropia merupakan salah satu gangguan penglihatan dimana

kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi.1,2 Perbedaan kekuatan

19

Page 20: 95547387-refrat-anisometropia

refraksi ini dapat mengakibatkan kelainan penglihatan binokuler, dimana

bayangan yang terbentuk tidak sama, baik ukuran, bentuk atau keduanya,

yang disebut aniseikonia. Perbedaan tersebut masih dapat ditoleransi apabila

perbedaan besarnya bayangan tidak lebih dari 5%. Apabila perbedaan

besarnya bayangan sudah 5% atau lebih maka akan menimbulkan

aniseikonia yang akan mengakibatkan penderita merasa tidak enak

menggunakan kacamata.5

Refraksi mata adalah perubahan jalannya cahaya, akibat media

refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat. Alat-alat refraksi mata

terdiri dari permukaan kornea, humor akuaeus (cairan bilik mata), permukaan

anterior dan posterior lensa, badan kaca (corpus vitreum).8 Mata dapat

dianggap sebagai kamera potret, dimana sistem refraksinya menghasilkan

bayangan kecil, terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel batang

dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf optik(N II), ke korteks

serebri pusat punglihatan, yang kemudian tampak sebagai lapisan uang

tegak. Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya diserap oleh lapisan

epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi maka pupil akan

mengecil untuk menguranginya. Dengan demikian, pada mata yang emetrop,

dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar, yang datang di mata akan

dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina. Refraksi mata adalah perubahan

jalannya cahaya, akibat media refrakta mata, dimana mata dalam keadaan

20

Page 21: 95547387-refrat-anisometropia

istirahat. Mata dalam keadaan istirahat berarti mata dalam keadaan tidak

berakomodasi. Mata mengubah-ubah daya bias untuk memfokuskan benda

dekat melalui proses yang disebut akomodasi.9

Anisometropia merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu

suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi.1

Etiologi anisometropria adalah kongenital dan anisometropia didapat.15

Sloane membagi anisometropia berdasarkan beda refraksi kedua mata

menjadi 3 tingkat yaitu anisometropia kecil, anisometropia sedang,

anisometropia besar.13 Gejala anisometropia pada umumnya sakit kepala,

pada kedua mata merasa tidak enak, panas, tegang. Gejala yang spesifik

pada anisometropia yaitu pusing, mual-mual, kadang-kadang melihat ganda,

kesulitan memperkirakan jarak suatu benda, melihat lantai yang

bergelombang.14,15 Diagnosis anisometropia dapat dibuat setelah

pemeriksaan retinoskopi pada pasien yang penglihatannya berkurang.12 Pada

pemeriksaan retinoskopi dinilai refleks fundus dan dengan ini bisa diketahui

apakah seseorang menderita hipermetropia, miopia atau astigmatisma.

Kemudian baru ditentukan berapakah perbedaan kekuatan refraksi antara

kedua bola mata dan ditentukan besar kecilnya derajat anisometropia.

Penatalaksanaan anisometropia adalah memperbaiki kekuatan refraksi

kedua mata. Adapun beberapa penatalaksanan baik menggunakan alat

maupun tindakan, yaitu menggunakan kaca mata, lensa kontak, kacamata

21

Page 22: 95547387-refrat-anisometropia

aniseikonia, sedangkan tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki

kekuatan refraksi mata yaitu implantasi lensa intraokuler, refractive cornea

surgery ataupun pengangkatan lensa kristal jernih untuk miopia unilateral

yang sangat tinggi (operasi fucala).12

REFERENSI

1. Ilyas S. Penyakit mata: Ringkasan & istilah PT. Pustaka utama graffiti,

Jakarta, 1988: 82, 126, 441

2. Ilyas S,dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI, 1981:184-95

22

Page 23: 95547387-refrat-anisometropia

3. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000:403-

404

4. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000:243-

244

5. Radjimin T,dkk. Ilmu Penyakit mata. Surabaya: Unair,1993:121-4

6. Yunita Arlina, Bahri Chairul. Pola Distribusi Penyakit Mata di RSU Cut

Nyak Dhien, Meulaboh, Aceh, 1997(diakses tanggal 12 juli 2010,

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_PolaDistribusiPenyakitMata.pdf

/13_PolaDistribusiPenyakitMata.html)

7. http://en.wikipedia.org/wiki/Anisometropia diakses tanggal 12 juli 2010

8. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000:9-15

9. Wijana Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Perpustakaan

Nasional;Katolog dalam Terbitan, 1993:245-270

10.Mein JHB. Diagnosis and Management of ocular mobility disorder,

London. Black Well Scientrific Publications, 1986: 93-52, 124-30

11.Park MM. Single Binocular Vision. In: Duane H, jaeger EA, Clinical

Ophthalmology. Vol I. Philadelpia: Harper & Row Publish, chapter

5,1986:1-20

12.Comprehensive Opthalmology

13.Haryono. Perbandingan Penglihatan Stereoskopis antara

Anisometropia Kecil dan Anisometropia Sedang pada Penderita

23

Page 24: 95547387-refrat-anisometropia

Miopia Ringan yang menggunakan kacamata. (diakses tanggal 12 juli

2010, http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82227)

14.Rubin MI. Refractive disorders. In: Frauntelder FT, Roy FH eds.

Current Occular Therapy 3. Philadelphia: WB Saunders Company,

1975:343-61

15.Micheal DD. Anisometropia, Anisophoria, and Aniseikonia In: Visual

Optics and Refraction, Saint Louis, the CV. Mosby Company, 1975:

343-61

16. Ilyas Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.

Jakarta:FKUI, 2009

17.Hecht KA. Et al. Basic and Clinical Science Course, Section 3: Optics,

Refractions and Contact Lens. San Fransisco: American Academy of

Ophthalmology,1995:144,145,153-156,205.

24