91835789-Moluskum-Kontagiosum

16

Click here to load reader

Transcript of 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Page 1: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Dr. dr. Moerbono M, Sp.KK

Nama Mahasiswa : Dwi Wirastomo

NIM : G 9911112058

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

DEFINISI

Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Molluscum

Contagiosum Virus (MCV); kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox virus.

Molluscum Contagiosum Virus (MCV) merupakan virus double stranded DNA,

berbentuk lonjong dengan ukuran 230 x 330 nm, klinis berupa papul, pada permukaannya

terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum.

Terdapat 4 subtipe utama Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu MCV I,

MCV II, MCV III dan MCV IV. Keempat subtipe tersebut menimbulkan gejala klinis

serupa berupa lesi papul milier yang terbatas pada kulit dan membran mukosa . MCV I

diketahui memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga subtipe lain. Sekitar 96,6%

infeksi moluskum kontagiosum disebabkan oleh MCV I. Akan tetapi pada pasien dengan

penurunan status imun didapatkan prevalensi MCV II sebesar 60 %. Molluscum

Contagiosum Virus (MCV) merupakan imunogen yang lemah. Sekitar sepertiga pasien

tidak memproduksi antibodi terhadap MCV, sehingga seringkali didapatkan serangan

berulang.

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang – kadang juga orang dewasa.

Transmisinya melalui kontak kulit langsung dan autoinokulasi. Jika pada orang dewasa

digolongan dalam Penyakit akibat hubungan Hubungan Seksual (P.H.S.) yang ditularkan

melalui kontak membran mukosa. Kejadian moluskum kontangiosum sebagai penyakit

yang ditularkan secara seksual pada orang muda kini meningkat. Hal ini juga terlihat

pada penderita AIDS.

Page 2: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Insiden moluskum kontagiosum naik pada tahun 1960-1980 di Amerika Serikat. Dalam sebuah

makalah yang diterbitkan pada tahun 1984 di Klinik urologi Amerika Utara, Margolis dari Pusat

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit melaporkan1 kasus moluskum kontagiosum

terjadi untuk setiap 42-60 kasus infeksi gonore.

Tingkat prevalensi dalam populasi terinfeksi HIV dilaporkan 5-18%. Pada pasien

yang terinfeksi HIV dan yang memiliki jumlah CD4+ kurang dari 100 sel / uL,

prevalensi moluskum kontagiosum dilaporkan setinggi 33%.

ETIOLOGI

Penyebab dari moluskum kontangiosum merupakan anggota dari kelompok pox-

virus yang tidak digolongan yaitu Virus Moluskum Kontangiosum. Virus ini belum dapat

ditularkan kepada hewan dan belum dapat ditumbuhkan pada biakan jaringan. Virus ini

telah dipelajari pada manusia dengan mikroskop elektron. Virus murni berbentuk lonjong

atau berbentuk bentuk – bata dan berukuran 230 x 330 nm, virus ini menyerupai

vaksinia. Antibodi terhadap virus ini tidak bereaksi silang dengan pox virus lainnya.

Meskipun virus moluskum kontangiosum belum dapat dibiakkan secara berturut –

turut dalam biakan sel, virus ini dapat menginfeksi sel manusia dan primata yang akan

mengakibatkan suatu infeksi yang abortif.

Terjadi pelepasan selubung dan dihasilkan inti, yang diikuti efek sitopatik sementara

yang khas. Perubahan seluler yang terjadi dapat disangka ditimbulkan oleh HSV (herpes

simpleks virus), karena itu bahan isolat yang dicurigai mengandung HSV harus

diidentifikasi secara khusus dengan metode imunologi. Pada tahun 1985, pada penelitian

terhadap 137 bahan yang dibiakkan untuk HSV dengan menggunakan sel fibroblas

manusia, 49 mengandung HSV, 6 lainnya menunjukkan efek sitopatik tetapi negatif

untuk antigen HSV. Mikroskop elektron memastikan adanya virus moluskum

kontangiosum pada bahan yang bersifat HSV – negatif tetapi berefek sitopatik positif

tersebut.

Page 3: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Pox virus penyebab penyakit pada manusia

Genus Virus Inang primer Penyakit

Orthopoxvirus Variola Manusia Cacar (punah)

Vaksinia Manusia Untuk vaksinasi cacar

Cacar monyet Monyet Infeksi pada manusia jarang, penyakit

umum

Cacar sapi Sapi Infeksi pada manusia jarang, lesi borok

terlokaslisasi

Parapoxvirus Orf Biri – biri Infeksi pada manusia jarang, lesi

terlokalisasiNodus pemerah susu Sapi

Tidak

digolongkan

Moluskum

kontangiosum

Manusia Nodul kulit jinak yang banyak

Tanapox Monyet Infeksi pada manusia jarang, lesi

terlokalisasi

Yabapox Monyet Infeksi pada manusia amat jarang,

tumor kulit terlokalisasi

Sifat – sifat penting pox virus :

a. Virion : struktur kompleks, oval atau bentuk bata, permukaan luar memperlihatkan

lekukan, mempunyai inti dan badan lateral.

b. Komposisi : DNA (3%), protein (90%), lemak (5%)

c. Genom : DNA untai – ganda, linear dengan BM 85 – 150 juta, mempunyai lenkung

terminal, mempunyai kandungan guaninplus – sitosin (30-40%) keculai parapoxvirus

(63%)

d. Protein : virion mengandung lebih dari 100 polipeptida pada inti terdapat banyak

enzim, termasuk sistem transkripsi.

e. Selubung : selaput luar virion disintesis oleh virus, beberapa partikel mendapatkan

selubung tambahan dari sel (tidak diperlukan untuk menginfeksi)

f. Replikasi : “Pabrik Sitoplasma”

g. Karakter yang menonjol : virus terbesar dan paling kompleks, sangat resisten terhadap

inaktivasi. Cacar merupakan penyakit virus pertama yang dibasmi dari muka bumi

Page 4: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

GEJALA KLINIS

Kelainan kulit yang sering dijumpai berupa papul miliar, kadang – kadang lentikular

dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat

lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi.

Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 7 minggu. Pasien dengan moluskum kontagiosum

kebanyakan asimtomatis, beberapa mengeluh gatal, dan sakit. Beberapa berkembang eksema

disekitar lesi. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada

orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Meskipun lesi khasnya berupa suatu

papul berbentuk kawah (delle), lesi pada daerah genital yang lembab dapat meradang akan

memborok dan dapat terkacaukan dengan lesi yang ditimbulkan oleh HSV.

Page 5: 91835789-Moluskum-Kontagiosum
Page 6: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Partikel virus mengadakan kontak ke permukaan sel kulit

Difagosit oleh sel Langerhans (makrofag)

Pelepasan inti virus ke sitoplasma

Pelepasan DNA dari inti virus

Replikasi DNA (2-5 jam) pabrik sitoplasma / badan inklusi

Hipertrofi sel

Morfogenesis virus (4-20jam)

Terbentuklah partikel virus yang baru (multiplikasi) keluar sel dan menginfeksi sel lain

Sel terinfeksi virus

Sel NK membunuh sel yang terinfeksi fagositosis oleh makrofag

CD4+ CD8+

Page 7: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Mengaktikan makrofag mengahancurkan eptida virus

CD4+ CD8+

sel langerhans Mengaktifkan makrofag menghancurkan peptida virus

IL - 1 ↑↑ fagositosis

↑↑ proliferasi keratinosit granulomatosis

Hiperplasia keratinosit

papul – papul berbentuk kubah (delle)

(sifat poxvirus dengan virion bentuk – bata dimana

permukaan luar memperlihatkan lekukan)

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis

Jika pasiennya anak - anak biasanya orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan

anak-anak lain yang terinfeksi moluskum kontagiosum di sekolah, asrama, atau fasilitas rekreasi publik

(misalnya,tempat olahraga, kolam renang). 

Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang biasanya aktif secara seksual dan tidak

mengetahui bahwa pasangan mereka terinfeksi. Pada orang dewasa juga sering terjadi pada

orang yang memiliki banyak pasangan seksual dengan frekuensi hubungan seksual yang

meningkat.

Page 8: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Pemeriksaan fisk

Ditemukan ruam berupa papul millier, kadang- kadang lentikular dan berwarna putih

seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian direngahnya terdapat lekukan (delle). Jika

dipijat akan tampak massa yang berwarna putih seperti nasi. Biasanya dijumpai didaerah

muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia

eksterna. Kadang – kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi.

Pemeriksaan penunjang

Test Tzank

Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum

yang mengandung partikel virus diatas stratum basal.

Selain itu pada pemeriksaan histopatologik dijumpai hipertrofi dan hiperplasia dari

epidermis.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Veruka

a. Veruka vulgaris : Terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan

orang tua. Tempat predileksinya terutama di ektremitas bagian ekstensor, tetapi dapat

juga dibagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Bentuknya bulat berwarna

abu-abu, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar

( verukosa ). Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan.

b. Veruka plana juvenil : Besarnya milier, atau lentikuler, permukaan licin dan rata,

berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Terutama dijumpai didaerah

muka dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan tangan serta lutut, paling banyak

terdapat pada anak dan usia muda, walaupun dapat juga pada orang tua.

c. Veruka plantaris : Terdapat ditelapak kaki terutama di daerah yang mengalami tekanan.

Bentuknya berupa cincin yang keras dengan ditengah agak lunak dan berwarna

kekuning-kuningan. Permukaannya licin karena gesekan dan memberi rasa nyeri waktu

berjalan yang disebabkan oleh penekanan massa yang terdapat di daerah tengah cincin.

Page 9: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Granuloma Piogenik

Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan

karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya solitair,

dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh

yang mengalami trauma. Mula – mula lesi berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran

yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai serta lesi mudah

berdarah

Basal Cell Carsinoma BCC

Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif ada yang bentuk

nodulus ( ulkus rodens). Bentuk ini pada tahap permulaan sangat sulit ditentukan malah dapat

berwarna seperti kutil, gambaran yang khas : tidak berambut, berwarna coklat (hitam), tidak

berkilat atau keruh, bila sudah berdiameter 0,5 cm sering ditemukan pada bagian pinggir

berbentuk papular, meninggi, anular, dibagian tengah cekung yang dapat berkembang

menjadi ulkus (ulcus rodent), pada perabaan terasa keras dan berbatas tegas

PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum.

Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret. Cara lain dapat

digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2 dan sebagainya.

Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya. Pada individu

yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan sembuh

sendiri tanpa pengobatan dalam waktu beberapa bulan sampai tahun. Setiap satu lesi muncul

sampai 2 bulan tetapi untuk mencegah autoinokulasi atau kontak langsung, pengobatan dapat

berguna. Tujuan dari pengobatan adalah menghilangkan lesi. Obat-obatan topikal yang dapat

diberikan adalah anti virus, tretinoin krim 0,1% untuk menghambat pembentukan

mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat untuk kauterisasi kulit, keratin dan

jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa pemberian antagonis histamine H2 untuk

mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.

Page 10: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

Edukasi Pasien

Menerangkan kepada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk mengurangi transmisi

moluskum kontagiosum kepada orang lain, serta untuk menghindari infeksi ulang dimasa depan dan

meminimalkan autoinokulasi. Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh atau

menggaruk lesi karena bisa menimbulkan infeksi sekunder, tidak pinjam – meminjam barang

yang dapat terkontaminasi seperti handuk, baju dan sisir. 

PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit ini sulit karena banyaknya jalan untuk terjadinya infeksi

(pakaian, kolam renang, handuk, kontak seks, dll). Sekali sudah terdiagnosa penting sekali

bagi  keluarga pasien untuk melakukan pemisahan pakaian penderita yang harus dicuci

dengan  air mendidih hingga penyakit sembuh.  Sudah tentu harus diperhatikan juga untuk

menghindari kontak dengan kelainan kulit ini dan bagi penderita orang dewasa untuk

menghindarkan terjadinya penularan seksual dengan melakukan upaya pencegahan.

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi sekunder.

Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.

Biasanya prognosis penyakit ini baik karena merupakan penyakit “self limited”.

Penyembuhan spontan bisa terjadi pada orang – orang imunokompeten selama 18 bulan.

KESIMPULAN

Moluskum kontangiosum adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kelompok pox

virus yang tidak digolongkan, ditandai dengan adanya kelainan kulit berupa papul miliar,

kadang – kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian

ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna

putih seperti nasi. Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 7 minggu. Penyakit ini sering

asimtomatis walaupun pada beberapa orang mengeluh gatal dan sakit, umumnya sering

Page 11: 91835789-Moluskum-Kontagiosum

terjadi pada anak – anak kadang – kadang orang dewasa. Lokalisasi penyakit ini di daerah

muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia

eksterna. Penyakit ini bisa ditularkan melalui kontak kulit langsung, autoinokulasi dan kontak

membran mukosa.

Prinsip pengobatan pada moluskum kontangiosum adalah mengeluarkan massa yang

mengandung badan moluskum, ini bisa dilakukan dengan memakai alat ekstraktor komedo,

jarum suntik atau kuret, bisa juga dilakukan elektrokauterisasi dan bedah beku.

Prognosis pada penyakit ini umumnya baik pada pasien yang imunokompeten karena

penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya (spontan) walaupun membutuhkan waktu

beberapan bulan sampai bertahun – tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi keempat. Jakarta : FK

UI

2. Siregar RS, Wijaya. 1996. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC

3. Wolff, Klaus. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh edition.

New York : Mc Graw Hill Medical

4. Jawetz, Ernest. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

5. Gawkrodger, David J. 2001. An illustrated Dermatology. China : RDC Gorup Limited